ORIENTASI STRATEGIS DAN STRATEGI POKOK LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI (LAM) oleh : Soedarmono Soejitno RE Laksmono Jakarta, 14 September 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ORIENTASI STRATEGIS DAN STRATEGI POKOK LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI (LAM) oleh : Soedarmono Soejitno RE Laksmono Jakarta, 14 September 2011"

Transkripsi

1 ORIENTASI STRATEGIS DAN STRATEGI POKOK LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI (LAM) oleh : Soedarmono Soejitno RE Laksmono Jakarta, 14 September 2011 DAFTAR ISI hal. 1 ORIENTASI STRATEGIS Visi Tata Nilai (Values) Misi Tujuan Manajemen Risiko Berdasarkan Asumsi PERUMUSAN STRATEGI DENGAN BALANCED SCORECARD (BSC) Pengelompokan Strategi ke dalam 4 Perspektif Perspektif Pelanggan Perspektif Keuangan Perspektif Produksi (Internal Business Process) Perspektif Belajar dan Berkembang Peta Strategi Lampiran : Contoh Ruang Lingkup Pelayanan kepada Pelanggan LAM Referensi DAFTAR TABEL DAN GAMBAR hal. Tabel 1.1 : Asumsi dalam Pencapaian Orientasi Strategis dan Strategi Pokok... 6 Tabel 2.1 : Perspektif Produksi LAM Gambar 1.1 : Model Perencanaan... 7 Gambar 1.2 : Pola Realisasi Strategi... 7 Gambar 2.1 : Hambatan dalam Menerapkan Strategi... 8 Gambar 2.2 : Ruang Lingkup Pelayanan kepada Pelanggan dan Pemangku Kepentingan... 9 Gambar 2.3 : Atribut untuk Nilai Tambah bagi Pelanggan... 9 Gambar 2.4 : Model Generik Perspektif Produksi dalam menciptakan Nilai Tambah Gambar 2.5 : Contoh Template Peta Strategi dari Organisasi Pelayanan Publik Gambar 2.6 : Peta Strategi Organisasi Pelayanan Publik... 14

2 1. ORIENTASI STRATEGIS 1 Orientasi Strategis merupakan kejelasan arah yang ingin dituju organisasi. Ia membentuk pola organisasi dalam beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya, dan merupakan kunci dari keberlangsungan serta perkembangan organisasi di masa mendatang. Orientasi Strategis organisasi meliputi : Visi, Tata Nilai (Values), Misi dan Tujuan organisasi. [1] Hanya dengan Orientasi Strategis yang jelas, organisasi mampu menjadi organisasi yang adaptif yang sanggup bertahan terhadap perubahan lingkungannya. Visi, Misi dan Tujuan adalah suatu kesatuan yang bersama dengan Tata Nilai membentuk Orientasi Strategis organisasi. Kesinambungan pola pikir dalam merumuskan Visi, Misi dan Tujuan dalam konteks Tata Nilai yang dianut organisasi merupakan syarat mutlak. Kesinambungan inilah yang sering terabaikan dalam Perencanaan Strategis. Tanpa adanya kesinambungan ini, dokumen Rencana Strategis hanya merupakan sekedar hiasan saja. Demikian pula Tata Nilai hanya sekedar semboyan kosong, jika langkah-langkah untuk mewujudkannya menjadi perilaku organisasi yang diharapkan tidak dilaksanakan secara konsisten. Visi, Misi dan Tujuan merupakan komitmen yang disepakati untuk menerapkan Tata Nilai yang dianut organisasi. [2] 1.1. VISI Visi adalah gambaran keadaan yang ingin kita ciptakan, jika kita mampu mengatasi masalah utama (main problem) saat ini. Visi diperlukan untuk memberi organisasi tujuan, acuan dan arah dalam menyalurkan segala upaya organisasi agar dapat berhasil menjelajahi masa depan dengan segala ketidakpastiannya. Visi merupakan impian atau cita-cita yang ingin diwujudkan, yang dapat mengantisipasi perubahan yang sedang dan akan terjadi. Visi merupakan pedoman yang mengarahkan organisasi dalam menentukan posisinya di masa depan berkaitan dengan berbagai kemungkinan perubahan lingkungannya. Bila suatu organisasi tidak memiliki Visi, maka perubahan lingkungan yang tak diduga sebelumnya sering dirasakan sebagai suatu krisis atau musibah. Dalam menyusun Visi, perlu diperhatikan lima kriteria sebagai berikut : [3] 1. Visi harus menumbuhkan motivasi dan inspirasi untuk menjawab tantangan dari lingkungan; 2. Visi harus jelas dan mudah dihayati; 3. Visi harus menjadi pedoman untuk bertindak dalam suasana ketidakpastian; 4. Visi harus memberdayakan semua Pemangku Kepentingan; 5. Visi harus menjadi semakin konkret pada saat dijabarkan lebih lanjut. Visi membantu organisasi untuk dapat menilai dampak (impact) keberadaannya terhadap masyarakat di lingkungannya.

3 Langkah-langkah menyusun Visi : [4] 1. Inventarisasi visi-visi (dari pandangan stakeholders); 2. Konsolidasi dengan cara : Menggabungkan visi yang maknanya sama Menghilangkan visi yang sudah terwakili 3. Menata visi-visi yang ada dalam sistematika model sistem 2 INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME IMPACT 4. Identifikasi visi yang ada dalam Impact; 5. Inventarisasi kata kunci dari visi-visi yang ada dalam Impact; 6. Menyusun kata-kata kunci dalam Kalimat Visi. FORMULIR BANTU PERUMUSAN VISI [4] Sumber VISI Analisis Stakeholders Harapan thd Pemerintah Institusi Pelayanan Publik Kata kunci Input Kata kunci Proses Kata kunci Output Kata kunci Out come Kata kunci Impact HASIL :Kalimat Visi 1.2. TATA NILAI (VALUES) Tata Nilai adalah falsafah yang menjadi motivasi bagi didirikannya organisasi. Tata Nilai terdiri atas : Nilai Dasar (Basic/Core Values) dan Nilai Operasional (Operational Values). Tata Nilai suatu organisasi memiliki sifat sebagai berikut : [3] Mencerminkan identitas organisasi; Merupakan alasan untuk eksistensinya organisasi; Biasanya tidak berubah walaupun organisasi akan bubar sekalipun. Tata Nilai adalah prinsip-prinsip universal dasar yang terkandung dalam semua hubungan manusia dan hubungannya dengan organisasinya. Penerapan Tata Nilai secara konsisten akan mewujudkan perilaku yang membudaya yang mendorong transformasi individu dan organisasinya, serta hubungan antar keduanya. Berorientasi pada Tata Nilai berarti kita meletakkannya sebagai pusat dari hidup kita, pusat dari hubungan kita dengan yang lain, pusat dari komitmen kita, pusat dari proses manajerial dan pusat dari misi organisasi.

4 3 Organisasi yang berorientasi pada Tata Nilai akan memiliki budaya saling percaya yang tinggi. Pada saat-saat yang sulit, organisasi semacam ini akan termotivasi untuk berkonsolidasi secara sinergistis, bukan menjadi terpecah-belah. Menanamkan fondasi saling percaya berdasarkan Tata Nilai akan memungkinkan segenap jajaran dalam organisasi untuk menjalin hubungan yang baik antar mereka sendiri; dengan mitranya; pemasoknya; distributornya dan pelanggannya. Pada saat-saat yang sulit, hubungan tersebut akan tetap terjaga. Tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa Tata Nilai adalah ibaratnya ruh dari organisasi MISI Misi suatu organisasi mengidentifikasi sifat hubungannya dengan masyarakat secara keseluruhan. Misi ini ditentukan oleh hubungan antara kemampuan organisasi di masa kini atau secara potensial, dengan kebutuhan dan harapan masyarakat di masa kini atau secara potensial terhadap organisasi tersebut. Penyusunan Misi akan dipermudah dengan diketahuinya lima kriteria berikut ini : [2] 1) Tata Nilai yang dianut organisasi; 2) Tugas yang harus dilakukan untuk mewujudkan Visi; 3) Ruang lingkup dari tugas tersebut dalam hal peran dan fungsi organisasi; 4) Pelanggan atau masyarakat yang dilayaninya dan lokasi mereka; 5) Falsafah yang menjadi dasar budaya organisasi. Untuk mengetahui tugas yang harus dilakukan berikut dengan ruang lingkup serta pelanggan atau masyarakat yang dilayaninya, maka perlu diketahui Isu Pokok berikut dengan masalah yang senantiasa timbul berkaitan dengan organisasi, serta kecenderungan yang terjadi di luar organisasi. [2] Misi harus berlandaskan pada Tata Nilai yang dianut organisasi. Untuk organisasi publik, maka Tata Nilai yang dianut bertumpu pada Akuntabilitas organisasi tersebut kepada masyarakat yang dilayaninya. Visi harus menjadi semakin konkret pada saat dijabarkan lebih lanjut menjadi Misi. [2] Langkah-langkah menyusun Misi : [4] 1. Inventarisasi dari : a. Tata Nilai organisasi b. Akuntabilitas Sosial c. Isu Pokok : Masalah pokok yang dihadapi saat ini dan kecenderungannya 2. Curah pendapat misi-misi (antar stakeholders) 3. Konsolidasi misi-misi 4. Inventarisasi kata-kata kunci misi 5. Menata kata-kata kunci misi dalam sistematika : model sistem PROSES INPUT OUTPUT OUTCOME

5 6. Menyusun Kalimat Misi, dengan cara : Kalimat inti OUTPUT Kalimat Keterangan (melalui) PROSES/INPUT Kalimat (yang ingin dicapai atau diharapkan) OUTCOME 4 FORMULIR BANTU PERUMUSAN MISI [4] Visi Nilai Akuntabilitas Isu Pokok Kalimat Dasar sosial Misi HASIL : Kalimat Misi Contoh Template Pernyataan / Kalimat Misi [5] Keberadaan / Kehadiran kami adalah (tujuan utama / memenuhi kebutuhan / mengatasi masalah) :... Kepada / Untuk (klien / pelanggan utama) :... Agar / Supaya memperoleh (pelayanan utama yang diberikan) :... Sehingga / Demi mencapai (hasil akhir / outcomes dalam jangka panjang yang menentukan kesuksesan organisasi) : TUJUAN Tujuan organisasi adalah terbentuknya suatu organisasi yang mampu melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya (Tupoksi) demi tercapainya Misi. Jadi Misi merupakan acuan dasar untuk semua Tujuan organisasi. Setiap Tujuan harus mengarah dan mendukung kepada pencapaian Misi tersebut. Bila hal sebaliknya yang terjadi, maka perlu dipertanyakan justifikasi dari Tujuan dan penggunaan sumber daya yang menyimpang dari Misi tersebut. Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mewujudkan Misi organisasi. Tujuan organisasi adalah penjabaran lebih lanjut dari Misi dengan memperhatikan permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi permasalahan yang harus diatasi terlebih dahulu demi tercapainya setiap butir dari Misi yang telah disusun.

6 5 Sehubungan dengan keterkaitannya yang sangat erat dengan Misi, maka perumusan Tujuan dilakukan berdasarkan Indikator Kinerja Misi. Kadang-kadang Tujuan dijabarkan lebih lanjut dari Tujuan Umum menjadi Tujuan Khusus. [2] Langkah-langkah menyusun Tujuan : [4] 1. Peserta dibagi dalam kelompok; 2. Tiap kelompok menguraikan kata-kata kunci dari misi yang menjadi tugasnya, kedalam formulir bantu; 3. Penyajian kelompok dan pembahasan; 4. Inventarisasi tujuan-tujuan yang diperoleh; 5. Konsolidasi tujuan-tujuan; 6. Menyempurnakan redaksi dari Tujuan. FORMULIR BANTU PERUMUSAN TUJUAN [4] NO KATA KUNCI MISI SUCCESS FACTORS CRITICAL SUCCESS FACTOR INDIKATOR TUJUAN HASIL : Daftar Tujuan, sebagai penjabaran dari Misi 1.5. MANAJEMEN RISIKO BERDASARKAN ASUMSI Pengertian Asumsi : [6;7] adalah faktor-faktor eksternal yang menentukan keberhasilan program tetapi berada di luar kendali langsung pengelola program. Asumsi dibuat untuk mengantisipasi pengaruh dari faktor-faktor eksternal tersebut terhadap pencapaian tujuan program. Jika asumsi yang dibuat terwujud, berarti pengaruh dari faktor-faktor eksternal yang diantisipasi akan mendukung pencapaian tujuan program juga akan terwujud. Sebaliknya, semakin besar kemungkinan tidak terwujudnya asumsi yang telah dibuat, maka semakin besar pula risiko tidak tercapainya tujuan program. Jika asumsi yang telah dibuat kemungkinan besar tidak akan terwujud, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : [6;7] Merumuskan kembali tujuan program; Menata kembali rancangan programnya (program design); Menambah kegiatan yang dapat mengurangi risiko tidak tercapainya tujuan program. Asumsi yang dibuat adalah yang kemungkinan akan terwujud. Asumsi-asumsi tersebut perlu dipantau untuk dapat mengantisipasi langkah-langkah penanggulangan yang diperlukan jika dalam perjalanan waktu ada asumsi yang kemungkinan besar tidak akan terwujud. Inilah dasar dari Manajemen Risiko (Risk Management). [6;7]

7 6 Tabel 1.1 : Asumsi dalam Pencapaian Orientasi Strategis dan Strategi Pokok [7;8;9;10;11] ORIENTASI STRATEGIS : Hierarki Visi, Misi dan Tujuan serta penjabarannya menjadi Strategi Pokok organisasi Visi :... ASUMSI Berbagai ketidakpastian di luar kendali manajer Kondisi-kondisi yang harus dipenuhi agar kegiatan tetap pada jalurnya Faktor luar apa yang diperlukan untuk tercapainya Visi dalam jangka panjang? Misi :... Asumsi tentang kaitan antara Misi dan pencapaian Visi Kondisi-kondisi apa di luar organisasi yang diperlukan agar pencapaian Misi dapat mewujudkan Visi? Tujuan :... Asumsi tentang kaitan antara Tujuan dan Misi Faktor-faktor apa di luar organisasi jika tidak ada akan memperlambat pencapaian Misi? Strategi Pokok : Kegiatan : Asumsi tentang kaitan antara Strategi Pokok dan Tujuan Faktor-faktor apa di luar organisasi yang harus dipenuhi untuk mencapai Tujuan sesuai jadual? Prakondisi yang harus dipenuhi sebelum alokasi sumber daya untuk kegiatan-kegiatan yang menjalankan Strategi Pokok Model Perencanaan dalam Sistem yang Adaptif dimulai dengan konsensus dalam merumuskan Visi (Impact) yang dijabarkan ke bawah sampai Strategi Pokok sebelum dilakukan kegiatan. Pola berpikirnya menggunakan Asumsi mulai dari Prakondisi untuk dimulainya kegiatan-kegiatan ke atas sampai dengan pencapaian Visi. Sebaliknya, Model Perencanaan dalam Sistem yang Balistik langsung merumuskan kegiatan dengan alokasi sumber dayanya tanpa mengkaitkan hasil dari kegiatan tersebut pada pencapaian Misi (Outcome) apalagi Visi (Impact). Gambar 1.1 di bawah memperlihatkan perbedaan antara kedua model perencanaan tersebut.

8 Gambar 1.1: Model Perencanaan [11] 7 Keterangan : Garis lurus = Model Perencanaan dalam Sistem yang Adaptif Garis berkelok = Model Perencanaan dalam Sistem yang Balistik Walaupun sudah menggunakan Model Perencanaan dalam Sistem yang Adaptif, namun tidak semua strategi organisasi yang terealisasi merupakan hasil dari perencanaan antisipatif yang rasional semata-mata, karena sebagian dari rencana tersebut tidak akan terealisasi. Di lain pihak, strategi organisasi dapat juga berasal dari strategi yang teridentifikasi tanpa terpola sebelumnya yang diadopsi sambil jalan. Gambar 1.2 di bawah menunjukkan Pola Realisasi Strategi pada organisasi. Gambar 1.2 : Pola Realisasi Strategi [2;12] Strategi yg Direncanakan Strategi yg Tidak Terwujud Strategi yg Terwujud Strategi yg Timbul secara Tidak Terduga Gambar 1.2 menunjukkan betapa pentingnya untuk memantau asumsi-asumsi yang telah dibuat pada perencanaan agar dapat mengantisipasi langkah-langkah penanggulangan yang diperlukan jika dalam perjalanan waktu ada asumsi yang kemungkinan besar tidak akan terwujud (Manajemen Risiko).

9 2. PERUMUSAN STRATEGI DENGAN BALANCED SCORECARD (BSC) 8 Ada perbedaan yang besar antara menyusun strategi dan menjalankannya. Hal ini terbukti dari banyaknya Rencana Strategis organisasi di Indonesia yang tidak dilaksanakan. Gambar 2.1 : Hambatan dalam Menerapkan Strategi [5;13;14] Hanya 10 % organisasi yang menjalankan strateginya HAMBATAN DALAM MENERAPKAN STRATEGI Hambatan dalam pemahaman Visi : Hanya 5 % staf yang memahami strategi organisasi Hambatan SDM : Hanya 25 % manajer menerima insentif untuk mencapai strategi Hambatan Sumber Daya lain: 60 % organisasi tidak menganggarkan penerapan strategi Hambatan Manajemen: 85 % pimpinan meluangkan < 1 jam/ bulan membahas strategi Untuk mengatasi hambatan dalam menerapkan strategi, ada suatu perangkat manajemen disebut Balanced Scorecard / BSC yang mengelompokkan strategi-strategi organisasi agar dapat diukur sehingga memudahkan pemantauannya dalam pencapaian tujuan organisasi/sistem. BSC memberi ukuran-ukuran yang komprehensif untuk mengkomunikasikan dan mengevaluasi pencapaian strategi organisasi/sistem. Jadi, BSC merupakan sistem untuk manajemen strategis, sistem untuk pengukuran dan alat untuk komunikasi. [5;13;14;15] 2.1. PENGELOMPOKAN STRATEGI KE DALAM 4 PERSPEKTIF BSC merupakan kerangka untuk menerangkan dan menjabarkan strategi melalui ukuranukuran kinerja yang saling terkait secara seimbang dalam 4 perspektif : Keuangan; Pelanggan/Pemangku Kepentingan; Proses Produksi; serta Pembelajaran dan Perkembangan. Jadi, BSC membuka jalan untuk pencapaian tujuan organisasi melalui pengelompokan strategi berdasarkan saling keterkaitan dan ketergantungan mereka dalam keempat perspektif tersebut. [5;13;14;15] Keempat perspektif ini memiliki hierarki. Pencapaian strategi dalam satu perspektif mendukung pencapaian strategi dalam perspektif yang bergantung kepadanya. Perspektif teratas bergantung pada pencapaian strategi dalam ketiga perspektif di bawahnya.

10 9 Untuk organisasi komersial, perspektif teratas adalah Keuangan. Sedangkan untuk organisasi pelayanan publik, Perspektif Teratas adalah Pelanggan dan/atau Pemangku Kepentingan. Perspektif Terbawah (Perspektif Pembelajaran dan Perkembangan) merupakan yang paling mendasar bagaikan fondasi sebuah rumah. [5;16;17;18] PERSPEKTIF PELANGGAN Dalam perspektif ini perlu diidentifikasi Pelanggan dan Pemangku Kepentingan dari organisasi. Selanjutnya perlu dipikirkan Bagaimana organisasi menciptakan Nilai Tambah bagi mereka? Sebelum memutuskan jenis Nilai Tambah yang akan dihasilkan, terlebih dahulu perlu diketahui Ruang Lingkup Pelayanan yang akan diberikan kepada Pelanggan dan proses yang berkaitan dengannya menggunakan sistematika Model Sistem seperti yang terlihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 : Ruang Lingkup Pelayanan kepada Pelanggan dan Pemangku Kepentingan PELANGGAN DAN PEMANGKU KEPENTINGAN MASUKAN PROSES LUARAN HASIL AKHIR DAMPAK Setelah mengetahui Ruang Lingkup Pelayanan yang akan diberikan kepada Pelanggan dan proses yang berkaitan dengannya, maka akan lebih mudah memilih Atribut untuk Nilai Tambah yang akan dihasilkan. Atribut-atribut yang memberikan Nilai Tambah bagi Pelanggan dapat dikelompokkan ke dalam : 1) Produk / Layanan; 2) Hubungan dengan Pelanggan; serta 3) Citra / Reputasi organisasi sebagaimana terlihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 : Atribut untuk Nilai Tambah bagi Pelanggan [15] NILAI TAMBAH = Atribut Produk / Layanan + Hubungan + Pelanggan Citra / Reputasi organisasi Kegunaan Kualitas Harga Waktu Kualitas Pengalaman saat transaksi Kualitas Hubungan dengan Klien

11 PERSPEKTIF KEUANGAN [15] 10 Perspektif ini harus bisa menjawab pertanyaan Bagaimana kita menciptakan Nilai Tambah sambil mengendalikan biaya? Isi dari Perspektif Keuangan ditentukan oleh jenis industrinya, tingkat kompetisi dan strategi unit bisnisnya. Tema-tema umum dalam Perspektif Keuangan antara lain adalah : Meningkatkan pendapatan; Efisiensi biaya dan produktifitas; Meningkatkan pemanfaatan aset; Mengurangi risiko keuangan. Tema-tema tersebut di atas menjembatani Perspektif Keuangan dengan ketiga perspektif lain dalam BSC. Khususnya untuk organisasi baru yang sedang tumbuh, tema-tema tersebut antara lain meliputi : 1) Meningkatkan Pendapatan dan Sumbernya (Revenue Growth and Mix) : a) Meningkatkan jumlah dan jenis layanan dan produk; b) Menjangkau pasar dan klien baru. 2) Efisiensi Biaya dan Produktifitas (Cost Reduction /Productivity Improvement) : a) Efisiensi Biaya Langsung (direct costs) produksi; b) Efisiensi Biaya Tidak Langsung (indirect costs); c) Pemanfaatan sumber daya secara bersama dengan unit bisnis lain. 3) Pemanfaatan Aset / Strategi Investasi : Meningkatkan pemanfaatan aset tetap (fixed asset) dengan cara : a) Mengarahkan usaha baru untuk memanfaatkan sumber daya yang belum terpakai secara maksimal; b) Menggunakan sumber daya yang terbatas secara lebih efisien. Indikator yang dapat dipakai untuk menilai kinerja tema-tema tersebut di atas antara lain adalah : 1) Meningkatkan Pendapatan dan Sumbernya : a) Peningkatan persentase penjualan pada segmen sasaran pasar, klien dan wilayah; b) Peningkatan persentase pendapatan dari produk, layanan dan klien baru. 2) Efisiensi Biaya dan Produktifitas : Pendapatan Jumlah Staf 3) Pemanfaatan Aset / Strategi Investasi : a) Tingkat investasi sebagai persentase dari penjualan; b) Penelitian dan Pengembangan sebagai persentase dari penjualan.

12 PERSPEKTIF PRODUKSI 11 Perspektif ini harus bisa menjawab pertanyaan Produksi apa yang harus dioptimalkan untuk menciptakan Nilai Tambah bagi Pelanggan kita? Setiap industri memiliki proses produksi yang khusus untuk menciptakan Nilai Tambah bagi Pelanggannya dan mengendalikan biaya untuk Perspektif Keuangannya. Gambar 2.4 memperlihatkan suatu model generik dari Perspektif Produksi dalam menciptakan Nilai Tambah bagi Pelanggannya. Gambar 2.4 : Model Generik Perspektif Produksi dalam menciptakan Nilai Tambah [15] Proses Inovasi Proses Produksi Proses Purna Jual Kebutuhan Klien Diidentifika si Identifi kasi Pasar Keistime waan Produk / Layanan Siapkan Produk / Layanan Salurkan Produk / Layanan Layani Klien Kebutuhan Klien Dipuaskan Pencapaian strategi dalam Perspektif Produksi mendukung pencapaian strategi dalam Perspektif Pelanggan dan Perspektif Keuangan karena hal-hal berikut ini : [17] Perspektif ini menciptakan dan menyampaikan Nilai Tambah bagi Pelanggannya; Perspektif ini meningkatkan proses produksi dan menurunkan biaya pada tema Efisiensi Biaya dan Produktifitas dalam Perspektif Keuangan. Proses-proses dalam Perspektif Produksi dapat dikelompokkan sebagai berikut : [17] 1) Manajemen Produksi : a) Kembangkan hubungan dengan pemasok; b) Siapkan Produk / Layanan; c) Salurkan Produk / Layanan ke klien; d) Mengelola risiko. 2) Manajemen Klien (Customer Relationship Management) : a) Pilih klien; b) Dapatkan klien; c) Pertahankan klien; d) Tingkatkan hubungan dengan klien. 3) Inovasi : a) Identifikasi peluang-peluang baru; b) Kembangkan Produk / Layanan baru; c) Luncurkan Produk / Layanan baru. 4) Peraturan dan Hubungan Sosial : a) Tingkatkan keamanan dan kesehatan kerja; b) Kelola hubungan industrial; c) Tingkatkan hubungan dengan masyarakat / komunitas.

13 PERSPEKTIF BELAJAR DAN BERKEMBANG Perspektif ini harus bisa menjawab pertanyaan Bagaimana kita memberdayakan diri kita agar dapat memenuhi tuntutan lingkungan? Perspektif terakhir ini menggambarkan Aset Organisasi yang Tidak Berwujud (Intangible Assets) yang dikelompokkan sebagai berikut : [17] 1) Modal / Kapasitas SDM : Tersedianya kompetensi yang diperlukan untuk menjalankan strategi organisasi. 2) Modal / Kapasitas Informasi : Tersedianya sistem informasi, jejaring dan infrastruktur pengetahuan yang diperlukan untuk menjalankan strategi organisasi. 3) Modal / Kapasitas Organisasi : Kemampuan organisasi untuk melaksanakan perubahan yang diperlukan untuk menjalankan strategi organisasi. Walaupun banyak organisasi mencoba untuk mengembangkan SDMnya, teknologinya dan budaya organisasinya, namun sebagian besar tidak menyelaraskan Aset Organisasi yang Tidak Berwujud di atas dengan strateginya. Kunci untuk memperoleh keselarasan ini adalah memfokuskan kepada kemampuan dan atribut spesifik yang dibutuhkan pada jalur kritis (critical path) implementasi strategi organisasi. [17;19] 2.2. PETA STRATEGI Rangkaian keterkaitan strategi-strategi dalam hierarki keempat perspektif BSC disebut Peta Strategi (Strategy Map) sebagaimana tampak pada Gambar 2.5. Peta Strategi secara formal dan visual menjelaskan tujuan-tujuan strategis dan saling keterkaitannya yang menunjukkan bagaimana suatu sistem/organisasi mendapatkan Nilai Tambah. Pencapaian satu tujuan strategis menentukan pencapaian tujuan strategis lainnya. Jadi, Peta Strategi menggambarkan hubungan sebab-akibat yang melandasi keseluruhan strategi suatu sistem / organisasi. [17;18;20]

14 Gambar 2.5 : Contoh Template Peta Strategi dari Organisasi Pelayanan Publik PERSPEKTIF Pelanggan / Pemangku Kepentingan : Siapa Pelanggan dan Pemangku Kepentingan kita? Bagaimana kita menciptakan Nilai Tambah bagi mereka? Keuangan : Bagaimana kita menciptakan Nilai Tambah sambil mengendalikan biaya? Proses Produksi : Produksi apa yang harus dioptimalkan untuk menciptakan Nilai Tambah bagi Pelanggan kita? Belajar dan Berkembang : Bagaimana kita memberdayakan diri kita agar dapat memenuhi tuntutan lingkungan? 13 VISI, MISI & TUJUAN.. TATA NILAI Melalui BSC, strategi organisasi dapat dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari anggotanya sehingga pelaksanaannya menjadi nyata. Gambar 2.6 memperlihatkan Peta Strategi berdasarkan seluruh uraian tentang keempat perspektif BSC yang telah dilakukan. Sedangkan Tabel 2.1 menunjukkan keterkaitan Perspektif Produksi LAM dengan ketiga perspektif BSC lainnya. -mm-

15 Gambar 2.6 : Peta Strategi Organisasi Pelayanan Publik PERSPEKTIF PELANGGAN 14 Atribut untuk Nilai Tambah bagi Pelanggan Kualitas Kualitas Kegunaan Kualitas Harga Waktu Reputasi Transaksi Hubungan organisasi Hubungan Pelanggan Atribut Produk / Layanan Citra PERSPEKTIF KEUANGAN Meningkatkan Pendapatan dan Sumbernya Pendanaan Yang Berkelanjutan Efisiensi Biaya dan Produktifitas Pemanfaatan Aset / Strategi Investasi PERSPEKTIF PRODUKSI Manajemen Klien Menciptakan Nilai Tambah bagi Klien Inovasi Kembangkan Produk / Layanan baru Manajemen Produksi Produksi & Distribusi Produk/Layanan Peraturan dan Hubungan Sosial Tingkatkan hubungan dengan masyarakat / komunitas KESELARASAN Human Resources Management Knowledge Management (Benchmarking) Good Governance PERSPEKTIF BELAJAR & BERKEMBANG Modal / Kapasitas SDM Kompetensi & Profesionalisme + Modal / Kapasitas Informasi Sistem Informasi, Jejaring & Pengetahuan + Modal / Kapasitas Organisasi Sistem Komunikasi & Pembuatan Keputusan; Norma & Perilaku; Sistem Akuntabilitas & Insentif

16 Tabel 2.1 : Perspektif Produksi L.A.M 15 PERSPEKTIF PRODUKSI 1. Akreditasi 1.a. Menilai apakah masukan, proses dan luaran telah sesuai dengan standar [21] 1.b. Tujuan Akreditasi : [22] 1) menentukan apakah program studi (prodi) memenuhi Standar Akreditasi; 2) meningkatkan mutu prodi 1.c. Proses Akreditasi meliputi : [22] 1) Analisa Diri (self analysis / study) oleh prodi; 2) Visitasi oleh Tim Asesor; 3)Evaluasi laporan Tim Asesor oleh LAM 1.d. Fungsi LAM adalah : [21] 1. Verifikasi apakah prodi telah menjalankan fungsinya sesuai standar; 2. Membuat dan mengembangkan kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi yang mendorong pelaksanaan keempat prinsip dasar (CQI;Q Cascade; CPU & Trusworthy) 3.Pembinaan terhadap prodi dengan umpan balik yang tepat waktu, spesifik, konstruktif dan adil; 4. Rekruitmen, pelatihan & pengembangan asesor pendidikan. 1.e. Ruang lingkup LAM : [21] Prodi dari 7 Atribut untuk Nilai Tambah Pendanaan Yang Ber kelanjutan Perspektif Belajar & Berkembang bagi Pelanggan Atribut Pendapatan & Strategi Modal / Modal / Modal / Produk / Sumbernya Investasi Kapasitas Kapasitas Kapasitas Layanan SDM Informasi Organisasi Hubungan Pelanggan/ Stakeholder / Mitra Citra / Reputasi Organisa si Efisiensi Biaya & Produktifi tas

17 PERSPEKTIF PRODUKSI profesi kesehatan : (kedokteran, kedokteran gigi, keperawatan, kebidanan, farmasi, kesehatan masyarakat, dan gizi). Prodi yang dicakup adalah D3, akademik (S1,S2 dan S3), profesi (dokter, dokter gigi, ners, apoteker dan spesialis). Prodi yang diakreditasi tidak hanya yang telah berjalan, tetapi juga untuk pembukaan prodi baru. 1.f. Yang Terlibat dengan LAM: [21] 1)Lembaga yang mempunyai otoritas regulasi : Kemendiknas, Kemenkes & Konsil Kedokteran Indonesia. 2) Institusi pendidikan profesi kesehatan (Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Kebidanan, Kesehatan Masyarakat, Gizi dan Farmasi) berfungsi menyusun standar pendidikan dan standar kompetensi. Peran institusi pendidikan dapat melalui asosiasi institusi pendidikan masing-masing. 3) Organisasi profesi melalui kolegiumnya ikut menyusun standar pendidikan dan standar kompetensi. 4) BAN-PT 5) Masyarakat merupakan alasan utama keberadaan LAM bagaikan ruh dari sistem akreditasi sebagai tanggung Hubungan Pelanggan/ Stakeholder / Mitra 16 Atribut untuk Nilai Tambah Pendanaan Yang Ber kelanjutan Perspektif Belajar & Berkembang bagi Pelanggan Atribut Pendapatan & Strategi Modal / Modal / Modal / Produk / Sumbernya Investasi Kapasitas Kapasitas Kapasitas Layanan SDM Informasi Organisasi Citra / Reputasi Organisa si Efisiensi Biaya & Produktifi tas

18 PERSPEKTIF PRODUKSI Hubungan Pelanggan/ Stakeholder / Mitra jawab sosial institusi pendidikan. (socialtrusted professionalism) 1.g. Implikasi penting LAM : [21; 23] 1) hubungan antara BAN-PT dan LAM; 2) pengelolaan LAM dalam manajemen, SDM, keuangan & sarana / prasarana; 3) status akreditasi institusi pendidikan yang telah habis masa berlakunya; 4) ruang lingkup profesi dan prodi yang akan dikelola sangat luas mengingat belum semua profesi dan prodi telah mempersiapkan standar, borang, dan asesor akreditasi; 5) implikasi sosial dan psikologis pada masyarakat dan institusi pendidikan; 6) Jenis dan jumlah prodi yang perlu diakreditasi s/d 2012; 7)Back-log prodi yang perlu akreditasi. 2. Continuous Quality Improvement / CQI 2.a. LAM menilai komponen mana saja dalam standar pendidikan yang masih lemah / kurang, kemudian mengarahkan institusi pendidikan untuk memperbaiki yang lemah/kurang dalam waktu tertentu. Setelah waktu yang ditetapkan, LAM menilai apakah kelemahan / kekurangan itu telah diperbaiki sesuai standar. [21] 2.b. Lebih dari sekedar melakukan 17 Atribut untuk Nilai Tambah Pendanaan Yang Ber kelanjutan Perspektif Belajar & Berkembang bagi Pelanggan Atribut Pendapatan & Strategi Modal / Modal / Modal / Produk / Sumbernya Investasi Kapasitas Kapasitas Kapasitas Layanan SDM Informasi Organisasi Citra / Reputasi Organisa si Efisiensi Biaya & Produktifi tas

19 PERSPEKTIF PRODUKSI pengukuran atas pencapaian standar, diperlukan umpan balik yang tepat waktu, spesifik, konstruktif dan adil untuk meningkatkan kinerja institusi dalam jangka panjang. [21] 3. Apakah borang akreditasi telah memakai indikator untuk menilai kegiatan penjagaan kualitas pada setiap tahap dari Quality Cascade : Q Sistem Q Institusi Q Lulusan Q Praktik Q Kes Mas. Q institusi ditingkatkan dengan sistem akreditasi yang pada gilirannya akan memperbaiki Q pendidikan kedokteran (Q Sistem). Q lulusan ditingkatkan melalui sistem sertifikasi. Q praktik ditingkatkan melalui pengembangan profesi berkelanjutan. [21] 4. Umpan Balik (Feed-back loops) harus secara khusus dirancang untuk memungkinkan institusi pendidikan melakukan perbaikan berikut : [24] Standar yang dipakai harus memiliki validitas serta penting bagi institusi dan kesehatan masyarakat. Prosedur akreditasi harus memungkinkan institusi pendidikan untuk menilai sendiri kinerjanya secara Hubungan Pelanggan/ Stakeholder / Mitra 18 Atribut untuk Nilai Tambah Pendanaan Yang Ber kelanjutan Perspektif Belajar & Berkembang bagi Pelanggan Atribut Pendapatan & Strategi Modal / Modal / Modal / Produk / Sumbernya Investasi Kapasitas Kapasitas Kapasitas Layanan SDM Informasi Organisasi Citra / Reputasi Organisa si Efisiensi Biaya & Produktifi tas

20 PERSPEKTIF PRODUKSI akurat terhadap standar. Penilaian Diri Sendiri oleh institusi pendidikan ini harus menjadi dasar Penilaian oleh Sesama Profesi (Peer Review) melalui Visitasi dan Evaluasi Laporan. Hasil Penilaian oleh Sesama Profesi (Peer Review) harus diumpanbalikkan secara tepat waktu dalam format yang spesifik, konstruktif dan adil dengan saran untuk perbaikan sesuai standar. Laporan tentang Kinerja yang baik dan/atau Inovasi oleh institusi pendidikan perlu disebarluaskan secara nasional sebagai motivasi. 5. Penyusunan Standar Akreditasi harus mendorong CQI [24]. 6. Visitasi 6.a. Susunan Tim Visitasi : [24] Siapa yang harus direkrut? (pimpinan institusi pendidikan, praktisi, ilmuwan yang senior, dsb) Keahlian apa yang perlu dimiliki? (pedagogi, profesi, keuangan, dsb) 6.b. Bagaimana Tim Visitasi berbasis Sesama Profesi (Peer Based Survey Teams) mengembangkan keahlian memberi umpan balik yang tepat waktu, Hubungan Pelanggan/ Stakeholder / Mitra 19 Atribut untuk Nilai Tambah Pendanaan Yang Ber kelanjutan Perspektif Belajar & Berkembang bagi Pelanggan Atribut Pendapatan & Strategi Modal / Modal / Modal / Produk / Sumbernya Investasi Kapasitas Kapasitas Kapasitas Layanan SDM Informasi Organisasi Citra / Reputasi Organisa si Efisiensi Biaya & Produktifi tas

21 PERSPEKTIF PRODUKSI Hubungan Pelanggan/ Stakeholder / Mitra 20 Atribut untuk Nilai Tambah Pendanaan Yang Ber kelanjutan Perspektif Belajar & Berkembang bagi Pelanggan Atribut Pendapatan & Strategi Modal / Modal / Modal / Produk / Sumbernya Investasi Kapasitas Kapasitas Kapasitas Layanan SDM Informasi Organisasi Citra / Reputasi Organisa si Efisiensi Biaya & Produktifi tas spesifik, konstruktif dan adil? [24]] 6.c. Pelatihan Tim Visitasi : [24] 7. Mengembangkan Sistem Penilaian oleh Sesama Profesi (Peer Review System) yang mendukung CQI dengan profesi, praktisi dan institusi pendidikan. [24] 7.a. 4 Perspektif dalam Penilaian oleh Sesama Profesi (Peer Review): [24] 1. Penilaian kepatuhan institusi pendidikan terhadap standar yang spesifik oleh profesi yang sama; 2. Penilaian kepatuhan kepada standar bersama untuk kinerja yang profesional (etika, mediko-legal, keamanan pasien, dsb) oleh berbagai profesi; 3. Penilaian terhadap berbagai pola pengajaran dan praktikum oleh Tim Penilai Sesama Profesi Gabungan; 4. Penilaian atas kinerja institusi secara keseluruhan oleh Tim Penilai Gabungan dari berbagai profesi dan perspektif. 8. Keterpaduan Program Pendidikan Profesi Kesehatan 8.a. Mempadukan akreditasi D3, S1, S2 dan pendidikan profesi agar saling dukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan secara keseluruhan. [24] 8.b. Menjembatani jenjang peralihan akade-

22 PERSPEKTIF PRODUKSI mik dan keterampilan (educational and vocational interface) antara D3 & S1. [24] 8.c. Mengarahkan prodi agar menawarkan jenjang karir yang memberi akses terhadap pelatihan agar praktisi dapat berfungsi optimal. [24] 9. Mengembangkan hubungan kerja yang jelas antara LAM dan pola akreditasi prodi profesi kesehatan yang sudah ada, termasuk rencana menyesuaikan prodi yang sudah diakreditasi dengan LAM dan semua prodi baru agar diakreditasi terlebih dahulu oleh LAM sebelum menerima mahasiswa baru. [24] 10. Peran LAM dengan pelatihan swasta yang komersial dan regulasi institusi yang melakukan hal tersebut. [24] 11. Bagaimana akreditasi dual program dengan institusi pendidikan asing? [23] 12. Biaya yg diperlukan LAM : [21] 1.Rekruitmen, gaji, honor staf dan pengelolaan LAM; 2. Pertemuan-pertemuan LAM; 3.Kegiatan survei dan visitasi; 4.Kegiatan komisi dan panitia ad-hoc 12.a LCME tidak memungut biaya bagi prodi yang telah terakreditasi. Tetapi, bagi prodi baru yang akan diakreditasi, atau Hubungan Pelanggan/ Stakeholder / Mitra 21 Atribut untuk Nilai Tambah Pendanaan Yang Ber kelanjutan Perspektif Belajar & Berkembang bagi Pelanggan Atribut Pendapatan & Strategi Modal / Modal / Modal / Produk / Sumbernya Investasi Kapasitas Kapasitas Kapasitas Layanan SDM Informasi Organisasi Citra / Reputasi Organisa si Efisiensi Biaya & Produktifi tas

23 PERSPEKTIF PRODUKSI prodi yang belum terakreditasi dipungut biaya administrasi $25,000. Sedangkan yang akreditasinya ditolak, dan meminta diakreditasi ulang, dipungut biaya reaplikasi $10,000. Biaya ini termasuk biaya konsultasi sekretariat dan visitasi sampai prodi mendapat status akreditasi penuh. [21] 12.b Sampai 2015, LAM akan dibiayai proyek HPEQ. Setelah 2015, LAM harus mampu membiayai kegiatannya sendiri atau dengan bantuan pemerintah. [21] 12.c Bila kontribusi pemerintah tetap ada, sebaiknya lebih terkait dengan pengelolaan Lembaga (gaji dan honor pengelola, rekruitmen dan pelatihan asesor pendidikan) [21] Hubungan Pelanggan/ Stakeholder / Mitra 22 Atribut untuk Nilai Tambah Pendanaan Yang Ber kelanjutan Perspektif Belajar & Berkembang bagi Pelanggan Atribut Pendapatan & Strategi Modal / Modal / Modal / Produk / Sumbernya Investasi Kapasitas Kapasitas Kapasitas Layanan SDM Informasi Organisasi Citra / Reputasi Organisa si Efisiensi Biaya & Produktifi tas

24 Lampiran: Contoh Ruang Lingkup Pelayanan kepada Pelanggan LAM 23 PELANGGAN DAN PEMANGKU KEPENTINGAN Pembina (Steward) : Pelanggan / Klien : Mitra : Publik : 1. Kemendiknas 2. Kemenkes 3. KKI 1.Program Studi dari 7 profesi kesehatan 2. Dual program? 3.Pelatihan swasta yang komersial INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME LULUSAN Lembaga Akreditasi Pendidikan Profesi Kesehatan yang Mandiri dan Sustainable MITRA Organisasi Profesi MITRA 1.Verifikasi 2.Feed-back untuk Pembinaan 3.Menyusun Kebijakan, Standar, Instrumen dan Prosedur Akreditasi 4.Rekrutmen, Pelatihan & Pengembangan Asesor Akreditasi Good Governance Sustainable Financing Standar Pendidikan Profesi Standar Kompetensi Pengembangan Profesional Berkelanjutan Kualitas Institusi Pendidikan: Kurikulum Berbasis Kompetensi Problem Based Learning Standar Pendidikan Profesi Standar Kompetensi Lingkungan Pembelajaran yang Etis Komunitas Praktisi (Community of Practice / COP) 1. BAN-PT 2. BSNP 3. PDPT Kualitas Lulusan: Kompeten Adaptif Team Player Bermoral Pembelajaran Berkelanjutan (Continuous Learning) 4. Organisasi Profesi 5. AIP 6. Penyedia Layanan Kes OUTCOME PRAKTISI Kualitas Praktisi: Kompeten Transparan Akuntabel Profesional RESPONSIF 1. Masyarakat 2. Media Massa 3. Lembaga Konsumen OUTCOME LAYANAN KES IMPACT Penyedia Layanan Kesehatan (RS/ PKM/ Klinik/ RB/ BP) Layanan Kesehatan yang Transparan dalam hal: 1. Biaya (Cost) 2. Pendanaan (Financing) 3.Penentuan Tarif (Pricing) 4. Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) Kualitas Manajemen Layanan Kesehatan : Cukup Pendanaannya Efisien Adil Merata Individu Komunitas Kualitas Layanan Kesehatan : Efektif Aman Manusiawi Sustainable Terjangkau Meningkatnya kesehatan masyarakat secara merata

25 REFERENSI Soedarmono Soejitno. Perencanaan Strategis Untuk Mengatasi Krisis Kesehatan. Griya Husada vol.1/no.1/nopember 1998, hal Soedarmono Soejitno. Akselerasi Reformasi Kesehatan. Jakarta. PT. Adgraf Intramitra dan Yayasan ITEDA Soedarmono Soejitno, Ali Alkatiri, Emil Ibrahim. Reformasi Perumahsakitan Indonesia. Jakarta. Bagian Penyusunan Program dan Laporan, Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI WHO RE Laksmono, Emil Ibrahim, Soedarmono Soejitno. Pedoman Penyusunan Rencana Strategis untuk Organisasi Kesehatan (Tidak Dipublikasi) 5. Niven PR. Balanced Scorecard Step-By-Step for Government and Nonprofit Agencies. Hoboken NJ. John Wiley & Sons, Inc Soedarmono Soejitno, RE Laksmono. Peta Pemberdayaan Sistem Kesehatan Desa. Jakarta (Belum dipublikasi) 7. European Commission. Aid Delivery Methods, Volume 1 : Project Cycle Management Guidelines. Brussels. EuropeAid Cooperation Office Constructing A logical Framework. KaR Programme on Disability and Healthcare Technology. Pemutakhiran terakhir : 07 Jul Gasper D. "Logical Frameworks": Problems and Potentials Jensen G. The logical framework approach: How to guide. British Overseas NGOs for Development (BOND). June Bakewell O. Garbutt A. The Use and Abuse of The Logical Framework Approach. Stockholm. Swedish International Development Cooperation Agency (SIDA). November Mintzberg H. The Rise and Fall of Strategic Planning. Hertfordshire. Prentice Hall Int. Ltd Niven PR. Balanced Scorecard Step-By-Step : Maximizing Performance and Maintaining Results. New York. John Wiley & Sons, Inc Kaplan RS, Norton DP. The Strategy-Focused Organization: How Balanced Scorecard Companies Thrive in the New Business Environment. Boston, Harvard Business School Press Kaplan RS, Norton DP. The Balanced Scorecard : Translating Strategy into Action. Boston, MA. Harvard Business School Press Gao T, Gurd B. Lives in the Balance: Managing with the Scorecard in Not-For-Profit Healthcare Settings. Australia and New Zealand Third Sector Research, Eighth Biennial Conference: Navigating New Waters. Adelaide, November Kaplan RS, Norton DP. Strategy Maps : Converting Intangible Assets into Tangible Outcomes. Boston, Harvard Business School Press Ronchetti JL. An Integrated Balanced Scorecard Strategic Planning Model for Nonprofit Organizations. Journal of Practical Consulting 2006; Vol. 1 Iss. 1: An Interview with Robert S. Kaplan and David P. Norton. hbsp.harvard.edu Diakses tanggal 6/3/ Aligning Performance Management with Corporate Strategy: A Toolkit for Ontario s Hospitals. The Hospital Report Research Collaborative in collaboration with the Health Results Team Information Management, Ministry of Health and Long-Term Care Naskah Akademik Sistem Akreditasi Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan. Health Professional Education Quality Project. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional Guidelines for The Conduct of Accreditation Survey Visits Liaison Committee on Medical Education (LCME). July Rapat Pembahasan Business Plan LAM. Jakarta, 6 Agustus Woollard RF. From Idea to Action: The Creation of a National Accreditation Agency for Indonesia. Second Stakeholder Report. November, 2010.

STRATEGI PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN (HPEQ Project)

STRATEGI PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN (HPEQ Project) STRATEGI PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN (HPEQ Project) oleh : Soedarmono Soejitno disampaikan pada acara : Tindak Lanjut Pembahasan Business Plan LAM Menara Peninsula Hotel

Lebih terperinci

I. PRASYARAT BUSINESS PLAN

I. PRASYARAT BUSINESS PLAN I. PRASYARAT BUSINESS PLAN 1 Business Plan : pernyataan yang memuat tujuan-tujuan dari suatu usaha dan kegiatankegiatan yang ingin dilakukan dalam usaha tersebut untuk mencapai tujuantujuan itu. memberi

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PERTAMA

LAPORAN BULANAN PERTAMA LAPORAN BULANAN PERTAMA Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional

Lebih terperinci

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia 1 Analisis Jabatan Badan Pelaksana 1. Atasan Langsung 2. Tanggung Jawab 3A. Hasil Kerja Pokok Majelis Pemangku Kepentingan Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Pengembangan,

Lebih terperinci

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes 1 Kompetensi tenaga kesehatan yang belum sesuai dengan kebutuhan individual pasien maupun populasi; Kerja sama antar profesi yang masih rendah; Paradigma yang lebih berorientasi

Lebih terperinci

ORIENTASI STRATEGIS LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN

ORIENTASI STRATEGIS LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN 1 ORIENTASI STRATEGIS LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN oleh: Soedarmono Soejitno disampaikan pada Pertemuan Pembahasan Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dan Penyusunan Orientasi

Lebih terperinci

NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY PROJECT DIRECTORAT OF HIGHER EDUCATION

NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY PROJECT DIRECTORAT OF HIGHER EDUCATION NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY PROJECT DIRECTORAT OF HIGHER EDUCATION NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI INSTITUSI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Analisa SWOT Analisa SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda dan diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda dan diperlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda dan diperlukan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk mengukur ketercapaian tujuan suatu organisasi diperlukan

Lebih terperinci

Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes

Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes 1 Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes LANGKAH-LANGKAH 1. Memilih Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes dari 7 Asosiasi Institusi Pendidikan Kesehatan 7 Organisasi Profesi Kesehatan

Lebih terperinci

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan. Civil Society

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan. Civil Society RINGKASAN EKSEKUTIF i Proyek HPEQ berupaya memadukan sumber daya pemerintah, usaha / industri dan civil society untuk memberdayakan masyarakat agar mampu menjawab tuntutan Globalisasi, Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis yang pada akhirnya menimbulkan persaingan dalam industri yang semakin ketat. Jika dulu produsen yang memegang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Evaluasi rancangan..., Agung Kadarmanta, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Evaluasi rancangan..., Agung Kadarmanta, FE UI, 2009. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap organisasi membutuhkan panduan agar perjalanannya terarah, seperti halnya suatu peta dalam satu perjalanan. Peta yang baik akan menuntun organisasi untuk mencapai

Lebih terperinci

1. Jatidiri prodi 2. Makna tatapamong 3. Tatapamong dalam konteks SNP 4. Tatapamong dalam perspektif kegiatan akreditasi BAN PT

1. Jatidiri prodi 2. Makna tatapamong 3. Tatapamong dalam konteks SNP 4. Tatapamong dalam perspektif kegiatan akreditasi BAN PT 1. Jatidiri prodi 2. Makna tatapamong 3. Tatapamong dalam konteks SNP 4. Tatapamong dalam perspektif kegiatan akreditasi BAN PT 5. Tatapamong prodi yang efektif 6. Pengembangan tatapamong prodi S1 PGSD

Lebih terperinci

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Tata Nilai LAM PTKes terdiri atas : a. Nilai Dasar : Amanah dan Mandiri b. Nilai Operasional Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misinya berlandaskan pada Nilai Dasarnya, LAM- PTKes menganut 5 Prinsip Operasional

Lebih terperinci

Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014 Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, 20-21 Juli 2014 17/07/2014 - sss 1 Tujuan Misi Visi Tujuan (SMART) 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah mempunyai strategi agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Selain

Lebih terperinci

INTEGRASI BALANCED SCORECARD KE DALAM MANAJEMEN KINERJA PENJUALAN PERUSAHAAN DAGANG

INTEGRASI BALANCED SCORECARD KE DALAM MANAJEMEN KINERJA PENJUALAN PERUSAHAAN DAGANG Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer INTEGRASI BALANCED SCORECARD KE DALAM MANAJEMEN KINERJA PENJUALAN PERUSAHAAN DAGANG INTEGRATING THE BALANCED SCORECARD INTO SALES PERFORMANCE MANAGEMENT OF TRADING COMPANY

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru Sosialisasi Kapasitasi Institusi Pendidikan Kesehatan Masyarakat 2014 AIPTKMI 12 Mei 2014 Akreditasi

Lebih terperinci

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, April 2015

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, April 2015 Organisasi LAM-PTKes Jakarta, 24 25 April 2015 22/04/2015 - sss 1 Landasan Hukum LAM-PTKes 1. UU No. 20 / 2003 ttg Sistem Pendidikan Nasional, 2. UU No. 12 / 2012 ttg Pendidikan Tinggi, 3. Peraturan Menteri

Lebih terperinci

Key Performance Indicators Perusahaan

Key Performance Indicators Perusahaan Key Performance Indicators Perusahaan Cascade Strategic Visi dan Misi Unit : Corporate Unit Pelayanan Memberikan pelayanan terbaik dengan standart perbankan untuk mencapai kepuasan pelanggan. 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

LANGKAH AWAL LAM-PTKes

LANGKAH AWAL LAM-PTKes LAPORAN 4 Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI

KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan RAKERNAS AIPGI, 9 Februari 2015 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR

PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR Natalis Sariman Simbolon 1), Febriliyan Samopa ) 1) Magister

Lebih terperinci

Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti

Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti Outline Konsep LAM Visi, misi, tata nilai, (+) Organisasi LAM-PTKes (+) Perbandingan BAN-PT dengan LAM-PTKes (+) Milestone pendirian LAM-PTKes

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam meningkatkan kinerja aparatur. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TEORI DASAR 2.1.1. Peranan COBIT dalam tata kelola TI COBIT adalah seperangkat pedoman umum (best practice) untuk manajemen teknologi informasi yang dibuat oleh sebuah lembaga

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SERBA USAHA SINAR MENTARI KARANGANYAR TAHUN 2008

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SERBA USAHA SINAR MENTARI KARANGANYAR TAHUN 2008 PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SERBA USAHA SINAR MENTARI KARANGANYAR TAHUN 2008 SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Dengan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi

Lebih terperinci

Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya. Tim Penyusun

Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya. Tim Penyusun Laporan Rencana Strategis Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya Periode 2013 2017 Tim Penyusun Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya 2013 11 Daftar Isi Executive Summary Bab I. Pendahuluan...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Terdapat suatu ungkapan dalam manajemen modern, yaitu : Mengukur adalah untuk mengerti (memahami), Memahami adalah untuk memperoleh pengetahuan, Memperoleh

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN 1 KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN 1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, maka Organisasi

Lebih terperinci

BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto

BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto Balanced Scorecard (BSC) BSC dikembangkan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1992. BSC merupakan sebuah Performance Management System yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Rencana Strategis Organisasi di Politeknik Sawunggalih Aji Perencanaan strategis teknologi informasi di Politeknik Sawunggalih Aji ini dimulai dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi perubahan perkembangan bisnis yang semakin kompetitif, suatu organisasi dituntut untuk melakukan suatu adaptasi yang cepat terhadap faktor-faktor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA

Lebih terperinci

SK DIREKTUR SENAT POLITEKNIK TEDC BANDUNG MAHASIS WA YAYASAN ALUMNI MASYARA KAT INDUSTRI DOSEN ASOSIASI PROFESI

SK DIREKTUR SENAT POLITEKNIK TEDC BANDUNG MAHASIS WA YAYASAN ALUMNI MASYARA KAT INDUSTRI DOSEN ASOSIASI PROFESI Secara formal penyusunan visi, misi dan tujuan dilakukan dengan melibatkan para pemangku kepentingan, yang terdiri dari dosen, mahasiswa, asosiasi profesi, industri, masyarakat, alumni dan Yayasan. Rancangan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ABULYATAMA

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ABULYATAMA KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ABULYATAMA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH BESAR 2013 Universitas Abulyatama KEBIJAKAN SPMI UNIVERSITAS ABULYATAMA Nomor:../. /..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana pencapaian perusahaan. Selama ini yang umum dipergunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana pencapaian perusahaan. Selama ini yang umum dipergunakan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin ketatnya persaingan bisnis terutama dengan pekembangan teknologi yang terus update, permintaan konsumen yang semakin beragam mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan publik melalui peningkatan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan publik melalui peningkatan pelayanan publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dikeluarkannya paket perundang-undangan di bidang Keuangan Negara yang meliputi Undang-Undang No. 17/2003 tentang Keuangan Negara, Undangundang No. 1/2004

Lebih terperinci

BAB IV RUANG LINGKUP NASKAH AKADEMIK. c. Unsur yuridis. Belum ada peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur mengenai pendidikan kedokteran.

BAB IV RUANG LINGKUP NASKAH AKADEMIK. c. Unsur yuridis. Belum ada peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur mengenai pendidikan kedokteran. BAB IV RUANG LINGKUP NASKAH AKADEMIK Konsep awal Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pendidikan Kedokteran adalah konsep awal yang disajikan di dalam Naskah Akademik, sebagai dasar untuk menyusun pasal-pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan salah satu indikator suksesnya pembangunan suatu bangsa sehingga diperlukan adanya suatu upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi untuk tetap survive dan tetap memenangkan persaingan. Mengelola kinerja dengan mempertimbangkan faktor strategi dan risiko

BAB I PENDAHULUAN. strategi untuk tetap survive dan tetap memenangkan persaingan. Mengelola kinerja dengan mempertimbangkan faktor strategi dan risiko BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua perusahaan memiliki strategi dalam perencanaannya dan implementasi dari strategi tersebut memiliki beragam alat ukur dalam mengevaluasinya sehingga apakah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berdasarkan hasil riset dan survei yang dilakukan oleh lembagalembaga konsultasi IT ternama, ternyata banyak investasi IT yang gagal atau memberikan manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk Bogasari Division sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk Bogasari Division sebagai salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Industri tepung terigu merupakan industri dengan pertumbuhan yang tinggi di jaman Orde Baru. Hal ini karena industri tepung terigu merupakan industri

Lebih terperinci

Makna yang tersurat dalam rumusan tujuan tersebut

Makna yang tersurat dalam rumusan tujuan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari pada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Sedangkan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI (LAM) PROFESI KESEHATAN

PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI (LAM) PROFESI KESEHATAN LAPORAN BULANAN KEDUA Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS AKREDITASI BADAN AKREDITASI NASIONAL

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012 PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012 Workshop tentang Outcomes Based Education Dwiwahju Sasongko, Sekretaris BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI BAN-PT

Lebih terperinci

Keberadaan ED dalam AIPT

Keberadaan ED dalam AIPT BAN-PT Evaluasi Diri: Berupa dokumen khusus yang disusun sebagai analisis kondisi dan kesimpulan capaian PT sampai saat ini Borang: Berupa dokumen yang mengandung isian, data, dan informasi lengkap tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak dan secara psikologis membantu proses penyembuhan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak dan secara psikologis membantu proses penyembuhan. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas layanan gizi akan berpengaruh terhadap kepuasan pasien yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan pasien dalam memilih pelayanan rumah sakit. Hal ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini, terutama di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini, terutama di negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini, terutama di negaranegara berkembang. Hal tersebut terjadi antara lain sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) 2015-2028 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Rencana Induk Pengembangan (RIP) Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem informasi dan teknologi informasi (SI/ TI) secara fundamental, memainkan peranan yang cukup penting bagi perkembangan organisasi di berbagai sektor, baik sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

Strategic Meeting HPEQ Project - Pertemuan Taskforce dengan Stakeholders Profesi LAM-PTKes

Strategic Meeting HPEQ Project - Pertemuan Taskforce dengan Stakeholders Profesi LAM-PTKes Strategic Meeting HPEQ Project - Pertemuan Taskforce dengan Stakeholders Profesi LAM-PTKes Strategic Meeting HPEQ Project - Pertemuan Taskforce dengan Stakeholders Profesi LAM-PTKes Waktu : 14 Desember

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 SATUAN PENJAMINAN MUTU SATUAN PENJAMINAN MUTU UNPAD.

KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 SATUAN PENJAMINAN MUTU SATUAN PENJAMINAN MUTU UNPAD. KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU 2016-2020 SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 Page1 Kerangka Kerja SPM 2016-2020 Page 1 Kerangka Kerja Satuan Penjaminan Mutu (SPM) Unpad 2016-2020

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard Pengertian Balanced Scorecard Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert

Lebih terperinci

Tata Kelola TIK dan Implementasinya pada Instansi Pemerintah

Tata Kelola TIK dan Implementasinya pada Instansi Pemerintah Tata Kelola TIK dan Implementasinya pada Instansi Pemerintah Disampaikan oleh Gede Karya, S.T., S.E., M.T., CISA, IPM Pada acara Sosialisasi Implementasi Perwal no 1338 tentang Tata Kelola Teknologi Informasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALANCED SCORECARD LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE UNTUK MENCAPAI SUSTAINABLE GROWTH DI PT. YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING BALI

PERANCANGAN BALANCED SCORECARD LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE UNTUK MENCAPAI SUSTAINABLE GROWTH DI PT. YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING BALI PERANCANGAN BALANCED SCORECARD LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE UNTUK MENCAPAI SUSTAINABLE GROWTH DI PT. YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING BALI Wenny Yohanes Jurusan Akuntansi / Fakultas Bisnis dan Ekonomika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan menggunakan sumber daya yang

Lebih terperinci

BLOCK 4 CORPORATE-CLINICAL GOVERNANCE AND BUSINESS ENVIRONMENT. Koordinator: Laksono Trisnantoro

BLOCK 4 CORPORATE-CLINICAL GOVERNANCE AND BUSINESS ENVIRONMENT. Koordinator: Laksono Trisnantoro BLOCK 4 CORPORATE-CLINICAL GOVERNANCE AND BUSINESS ENVIRONMENT Koordinator: Laksono Trisnantoro Review Block 1: Analisis perubahan lingkungan usaha rumah sakit dan sense making di organisasi PENGANTAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap organisasi. Hal inilah yang seringkali membuat organisasi terus menerus melakukan perbaikanperbaikan yang

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD Kelas : LMA3 Andy Gracia 1701498540 Junaidy 1701498534

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... i ii iv vi BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN STMIK PRABUMULIH... 4 2.1 Visi STMIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, mendorong kebutuhan atas tanah yang terus meningkat, sementara luas tanah yang ada

Lebih terperinci

TABEL 2. JADUAL KEGIATAN

TABEL 2. JADUAL KEGIATAN 1 TABEL 2. JADUAL KEGIATAN KEGIATAN 7/128/129/1210/12 11/12 12/12 1/13 2/133/13 4/13 5/13 6/13 1. Memilih Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes 1.1. Melakukan internalisasi antara Task Force dengan Sekretariat

Lebih terperinci

21 Universitas Indonesia

21 Universitas Indonesia BAB 3 GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BALANCED SCORECARD TEMA BELANJA NEGARA 3.1. Tugas, Fungsi, dan Peran Strategis Departemen Keuangan Republik Indonesia Departemen Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah serta perusahaan milik pemerintah dan organisasi sektor publik

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) 2015-2028 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Rencana Induk Pengembangan (RIP) Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Strategis Bisnis (RSB) bagi suatu organisasi pemerintah merupakan suatu kewajiban sebagai upaya mewujudkan tata kelola system yang modern. RSB

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kinerja Pengukuran merupakan upaya mencari informasi mengenai hasil yang dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya penyimpangan akibat

Lebih terperinci

SHERMAN SALIM CALON DEKAN

SHERMAN SALIM CALON DEKAN SHERMAN SALIM CALON DEKAN Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 2010-2015 INTEGRASI, SINERGI, INOVASI DAN IMPLEMENTASI UNTUK MEWUJUDKAN FKG UNAIR KIBLAT BIDANG KEDOKTERAN GIGI DI INDONESIA STRATEGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu organisasi dikatakan berhasil apabila visi, misi dan tujuannya tercapai. Untuk dapat mencapainya,

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menyadari munculnya persaingan bisnis, perusahaan harus dapat. mereka untuk mendapatkan kinerja yang lebih baik lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Menyadari munculnya persaingan bisnis, perusahaan harus dapat. mereka untuk mendapatkan kinerja yang lebih baik lagi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan dunia usaha yang berlangsung saat ini di Indonesia berjalan dengan sangat pesat. Sehingga persaingan bisnis menjadi semakin ketat sebagai akibat masuknya

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG

PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG 1 Hanif fakhrurroja, S,Si.,M.T. 2 Irvan Akbar Maulana 1 Program Studi Manajemen Informatika STMIK LKPIA

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama dari organisasi sektor publik adalah bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama dari organisasi sektor publik adalah bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan utama dari organisasi sektor publik adalah bagaimana organisasi tersebut dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Untuk mencapai pelayanan

Lebih terperinci

COST BENEFIT INVESTASI TIK 8-A

COST BENEFIT INVESTASI TIK 8-A Modul PJJ Mata Ajar COST BENEFIT INVESTASI TIK Topik Bahasan STRATEGI MENILAI MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI Versi 2013/1.0 Nama File CBIT-8A-StrategiMenilai.pdf Referensi Pembelajaran 8-A 82 15. Strategi

Lebih terperinci

Tugas Akhir [KS ] Free Powerpoint Templates Page 1

Tugas Akhir [KS ] Free Powerpoint Templates Page 1 Tugas Akhir [KS-091336] Page 1 Abstraksi Untuk meningkatkan performansi perusahaan, korporasi memilih strategi bisnis Growth agar tetap berada pada entitas bisnis. Namun demikian performansi mengeksekusi

Lebih terperinci

Oleh Pengurus LAM-PTKes

Oleh Pengurus LAM-PTKes PERKUMPULAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA (LAM-PTKes) Oleh Pengurus LAM-PTKes Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Asosiasi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) Bogor,

Lebih terperinci

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut: Konsep Balanced Scorecard selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal

Lebih terperinci

Contoh topik penelitian manajemen rumahsakit

Contoh topik penelitian manajemen rumahsakit Contoh topik penelitian manajemen rumahsakit Adi Utarini Penelitian di bidang manajemen rumah sakit merupakan penelitian terapan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan manajemen.

Lebih terperinci

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Memahami Organisasi Pelayanan

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN IKATAN BIDAN INDONESIA dan ASSOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN KEBIDANAN INDONESIA 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dari sepuluh Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukabumi Periode 2006-2010 adalah Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat dan Pelayanan Sosial. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang semakin kompetitif ini, tantangan yang dihadapi oleh organisasi baik yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang semakin kompetitif ini, tantangan yang dihadapi oleh organisasi baik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif ini, tantangan yang dihadapi oleh organisasi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan sedang memasuki

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan sedang memasuki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajad kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya

Lebih terperinci

INDEPT, Vol. 1, No. 1, Februari 2011 ISSN

INDEPT, Vol. 1, No. 1, Februari 2011 ISSN STUDI STRATEGI MELALUI PENDEKATAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD Heni Puspita, ST., MT Ketua Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Nurtanio Bandung Jl. Pajajaran No

Lebih terperinci

Perubahan Paradigma Sistem Penjaminan Mutu dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Kesehatan : Revitalisasi Peran Masyarakat Profesi Kesehatan

Perubahan Paradigma Sistem Penjaminan Mutu dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Kesehatan : Revitalisasi Peran Masyarakat Profesi Kesehatan Perubahan Paradigma Sistem Penjaminan Mutu dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Kesehatan : Revitalisasi Peran Masyarakat Profesi Kesehatan Djoko Santoso 3 PARADIGMA PERUBAHAN DALAM SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi pasar persaingan (globalisasi) dan lingkungan bisnis yang cepat berubah. Oleh

Lebih terperinci