BAB II TINJAUAN PUSTAKA. massa tubuh (Walters, 2007). Luas permukaan kulit orang dewasa adalah sekitar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. massa tubuh (Walters, 2007). Luas permukaan kulit orang dewasa adalah sekitar"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ terbesar dalam tubuh, yang mencakup 10% dari total massa tubuh (Walters, 2007). Luas permukaan kulit orang dewasa adalah sekitar 1,6 m 2. Ketebalan kulit bervariasi dengan usia, jenis kelamin dan lokasi. Umumnya, kulit pria lebih tebal daripada wanita. Namun, wanita memiliki lapisan lemak subkutan yang lebih tebal (Mitsui, 1997). Kulit wajah adalah yang paling tipis, terutama pada bagian mata (Draelos dan Thaman, 2006) Fungsi kulit Kulit mempunyai banyak fungsi esensial yang penting bagi keberlangsungan hidup manusia, yaitu: 1. Sebagai pelindung. Pentingnya fungsi pelindung ini diilustrasikan dalam suatu konteks properti penghalang (barrier). Hal ini memungkinkan kelangsungan hidup manusia dalam suhu dan kelembaban yang bervariasi, dan adanya bahaya dari lingkungan seperti zat-zat kimia, bakteri, alergen, jamur atau radiasi. 2. Mempertahankan homeostasis. Kulit adalah organ utama untuk menjaga kondisi homeostasis tubuh, terutama dalam hal regulasi panas, tekanan darah dan eksresi. 3. Organ sensori utama terhadap kondisi lingkungan, seperti panas, tekanan dan rasa sakit (Walters, 2007) Anatomi dan fisiologi kulit Kulit tersusun dari tiga lapisan yaitu: 5

2 a. Epidermis, terbentuk pada lapisan terluar kulit. b. Dermis, terbentuk di bawah epidermis dan lebih tebal dibanding epidermis. c. Jaringan subkutan, terdapat di bawah dermis dan terdiri dari sel lemak (Shai, et al., 2009). Gambar 2.1 Struktur kulit (Shai, et al., 2009) Epidermis Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang berfungsi sebagai lapisan pelindung dari pengaruh eksternal. Epidermis tersusun atas lima lapisan (Baki dan Alexander, 2015) yaitu: 1. Stratum korneum Stratum kornerum atau lebih dikenal sebagai lapisan tanduk tersusun atas sel kulit mati yang secara terus menerus terlepas dan digantikan dengan sel baru. Lapisan ini lebih tebal dibandingkan lapisan lain, terdiri dari lapisan kulit mati. 6

3 2. Stratum lusidum Merupakan lapisan transparan yang terdiri dari 3-5 baris sel-sel kulit mati datar yang kompak. 3. Stratum granulosum Merupakan lapisan granular, terdiri dari 3-5 lapisan keratinosit yang mulai mati. 4. Stratum spinosum Lapisan sel prickle (duri), terdiri dari 8-10 baris sel. Lapisan ini bertanggung jawab pada sintesis lipid dan protein. 5. Stratum basal (germinativum) Lapisan sel basal, terbuat dari satu lapisan sel. Pada lapisan ini sel terbagi secara terus menerus untuk membentuk keratinosit baru. Melanosit, sel langerhans dan sel merkel juga terdapat pada lapisan ini Dermis Dermis merupakan komponen penting pada tubuh, tidak hanya sebagai penyedia nutrisi, imunitas, dan bantuan lain untuk epidermis melalui lapis papiler tipis pada epidermis tetapi juga berperan pada pengaturan suhu, tekanan, dan rasa sakit. Dermis memiliki ketebalan 0,1-0,5 cm dan mempengaruhi elastisitas kulit (Walters, 2007). Dermis terbentuk dari sel-sel, serat, dan zat dasar (ground substance). Sel-sel yang paling banyak adalah fibroblas. Sel ini merupakan tempat produksi komponen dermal lainnya yaitu serat-serat dermis dan zat dasar (Tabor dan Blair, 2009). Serat yang diproduksi oleh fibroblas ada beberapa tipe sesuai dengan fungsi mereka (Tabor dan Blair, 2009): 7

4 a. Serat kolagen Merupakan serat yang paling banyak dan tersusun dari asam amino tertentu seperti prolin, hidroksiprolin, dan glisin yang membentuk struktur berserat. Fungsi serat kolagen adalah menunjang struktur internal kulit. b. Serat elastis Komponen utama serat elastis adalah protein yang disebut elastin. Fungsi serat ini adalah untuk memberikan elastisitas kulit untuk semua gerakan tubuh. Kerusakan dari serat ini adalah penyebab utama dari stretch mark. c. Zat dasar (ground substrance) Terbentuk dari zat-zat seperti asam mukopolisakarida (glikosaminoglikan, secara kimia diklasifikasikan sebagai gula kompleks), asam hialuronat, dan kondroitin sulfat. Glikosaminoglikan dan protein spesifik lainnya membentuk agregat molecular besar yang disebut proteoglikan. Karakteristiknya adalah kemampuan untuk mengikat molekul air, sehingga membentuk gel amorf yang berfungsi agar nutrisi dan oksigen masuk ke jaringan dan melindungi struktur dermal Jaringan subkutan Lapisan terdalam kulit adalah jaringan subkutan atau sering juga disebut jaringan hipodermis. Lapisan ini merupakan jaringan sel-sel lemak yang terhubung dengan dermis melalui serat kolagen dan elastin. Selain sel lemak, sel utama lain yang terdapat pada hipodermis adalah fibroblas dan makrofag (Walters, 2007). Fungsi jaringan subkutan adalah sebagai lapisan pelindung organ vital dari trauma dan pelindung dari suhu dingin. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai cadangan energi dan membentuk struktur tubuh (Baki dan Alexander, 2015). 8

5 2.1.3 Jenis-jenis kulit Menurut Baki dan Alexander (2015), jenis kulit dapat diklasifikasikan sesuai dengan kelembaban dan kandungan lipid: 1. Kulit normal Secara umum digambarkan dengan kulit yang tidak terlalu berminyak dan tidak terlalu kering. Pada tingkat kosmetologi, kulit normal seimbang secara struktural dan fungsional dan memiliki pori yang kecil, halus, dan suplai darah yang bagus. 2. Kulit kering Jenis kulit memiliki karakteristik bersisik, kasar, dan kusam yang dapat menyebabkan kulit tegang dan gatal. Kulit kering sering mengarah pada penuaan dini dan lebih banyak keriput. Pengaruh lingkungan seperti kelembaban rendah, cuaca dingin, dan sinar matahari serta kontak dengan air, surfaktan, dan pelarut secara terus menerus dapat membuat kulit kering. 3. Kulit berminyak Jenis kulit ini memiliki ciri-ciri pori besar, kulit kilat karena aktivitas berlebih dari kelenjar sebaseus. Kulit berminyak banyak dijumpai pada kening, hidung, dan dagu. Banyak faktor penyebab kulit berminyak seperti warisan genetik, perubahan hormon, makanan, stress, dan penyebab eksternal (seperti kosmetik, kimia, sinar UV). Individu yang memiliki jenis kulit ini sering mengalami jerawat dan ketombe. 4. Kulit kombinasi Merupakan kombinasi dari kulit normal dan berminyak atau kulit berminyak dan kering. Jenis kulit ini biasanya berminyak pada kening, hidung, dan dagu sedangkan pada daerah lain seperti pipi dan garis rambut normal atau kering. 9

6 2.2 Penuaan Dini Aging adalah proses yang dialami oleh tubuh dimana fungsi bagianbagian tubuh semakin berkurang (Waluyo dan Putra, 2010). Selama proses penuaan, kulit menjadi lebih tipis, berkeriput, dan kendur disertai rambut beruban (Dayan, 2008). Proses penuaan merupakan proses fisiologi yang tak terhindarkan yang pasti dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat ireversibel yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit (Putro, 1997). Penuaan dini adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya. Bisa terjadi saat umur kita memasuki usia tahun. Penuaan dini dapat terjadi kapan saja. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap hari. Regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari (Noormindhawati, 2013). Tipe kulit yang cenderung mengalami penuaan dini yaitu kulit kering yang secara alami lebih sedikit memproduksi sebum dan kulit sensitif karena kulit sangat tipis sehingga mudah terbentuk keriput. Walaupun kulit berminyak tampaknya tidak diinginkan ketika seseorang masih muda, kulit berminyak dapat menjadi berkat seiring dengan bertambahnya usia karena tipe kulit berminyak lebih lambat mengalami penuaan dibanding jenis kulit lainnya. Penyebab utama yang menyebabkan penuaan dini adalah aktivitas, makanan, dan gaya hidup (Beale dan Jensen, 2004) Penyebab penuaan dini Banyak faktor yang ikut berpengaruh dalam proses penuaan dini, baik faktor intrinsik (dari dalam tubuh sendiri) maupun faktor ekstrinsik (lingkungan). Beberapa faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: a. Faktor intrinsik (intrinsic aging) 10

7 Penuaan yang terjadi secara alami. Penuaan intrinsik terjadi secara lambat, terus menerus dan degradasi jaringan yang ireversibel. Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah penuaan secara intrinsik. Ada berbagai faktor internal yang berpengaruh pada proses penuaan kulit, yaitu umur, ras, genetik, hormonal dan faktor lainnya b. Faktor ekstrinsik (extrinsic aging) Lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi kulit dapat berupa suhu, kelembaban, polusi, dan terutama sinar UV. Sinar matahari adalah faktor lingkungan terbesar yang dapat mempercepat proses penuaan dini karena dapat merusak serabut kolagen kulit dan matriks dermis sehingga kulit menjadi tidak elastis, kering, dan keriput atau sering disebut dengan photoaging. Kontak dengan bahan kimia tertentu dalam waktu yang cukup lama dapat mempercepat penuaan kulit, seperti pemakaian detergen dan pembersih yang mengandung alkohol berlebihan akan menghilangkan lemak permukaan kulit sehingga menyebabkan kekeringan kulit. Beberapa gaya hidup juga memicu terbentuknya kerutan pada wajah, di antaranya adalah konsumsi alkohol yang berlebihan menyebabkan kulit terdehidrasi sehingga mempermudah munculnya kerutan. Posisi tidur yang salah juga berperan dalam terbentuknya kerutan. Kerutan di area pipi dan dagu pada umumnya muncul akibat posisi tidur yang menyamping sedangkan posisi tidur telungkup dapat menyebabkan terbentuknya kerutan di area dahi. Banyaknya frekuensi kedipan mata serta kebiasaan menyipitkan mata menyebabkan otot-otot di sekitar alis dan dahi bekerja lebih keras sehingga memperparah kerutan di area dahi (Putro, 1997; Wasitaatmadja, 1997; Setiabudi, 2014) 11

8 2.2.2 Tanda-tanda penuaan dini Tanda-tanda penuaan secara intrinsik berbeda dengan penuaan secara ektrinsik. Secara klinis, kulit yang mengalami penuaan secara intrinsik terlihat halus, tipis, pucat, dan berkeriput halus. Secara histologi, penuaan intrinsik ditunjukkan dengan perubahan fungsi jaringan seperti penipisan dermis, degenerasi jaringan elastin, dan kehilangan hidrasi (Baki dan Alexander, 2015). Hal-hal yang terjadi pada penuaan intrinsik menurut Shai, et al., (2009) yaitu: degenerasi serat elastin, degenerasi serat kolagen, penipisan kulit, penurunan kelembaban kulit, perubahan pigmentasi pembesaran kelenjar sebaseus. Tabel 2.1 Perubahan internal pada kulit akibat photoaging dan intrinsic aging (Mitsui, 1997). Bagian kulit Akibat photoaging Akibat intrinsic aging Lapisan epidermis Tebal Tipis Sel-sel keratinosit Sel-sel tidak seragam Sel-selterdistribusi tidak merata Pembesaran mendadak Stratum korneum Peningkatan lapisan sel Ukuran dan bentuk korneosit bervariasi Melanosit Sel-sel bervariasi Peningkatan produksi melanosom Sel-sel Langerhans Kolagen dan Jaringan ikat Fibroblas Sel mast Sel inflamasi Pengurangan sel dalam jumlah yang besar Sel-sel bervariasi Serat kolagen dan jaringan ikat menurun jumlahnya Meningkat dan hiperaktif Meningkat Berperan Sel-sel seragam Sel-sel terdistribusi secara merata Pembesaran berkala Penurunan lapisan sel Ukuran dan bentuk korneosit seragam Sel-sel seragam Penurunan produksi melanosom Pengurangan sel dalam jumlah yang kecil Sel-sel seragam Serat kolagen kendur, jaringan ikat menebal Menurunberkala Menurun Tidak berperan Perbedaan anatomi penuaan intrinsik dan penuaan ekstrinsik dapat dilihat pada Tabel 2.1. Dibandingkan dengan penuaan intrinsik, kulit yang mengalami 12

9 penuaan secara ekstrinsik lebih terlihat pada perubahan morfologi dan fisiologi. Secara klinis, kulit yang mengalami penuaan ekstrinsik terlihat berkeriput, hiperpigmentasi, warna kulit pucat, tekstur kasar, dan pelebaran pembuluh darah yang terlihat di bawah kulit. Secara umum, pada penuaan intrinsik terjadi penurunan fungsi kulit dan perubahan atrofi kulit seperti penipisan kulit sedangkan pada penuaan ekstrinsik kulit mengalami penebalan dan terjadi penumpukan serat elastin yang telah terdegradasi (Baki dan Alexander, 2015). 2.3 Anti-aging Produk-produk yang populer digunakan untuk menghambat proses penuaan dini adalah produk anti-aging. Sediaan anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013). Menurut Noormindhawati (2013) dan Djuanda (2004), ada dua jenis perawatan kulit untuk mencegah penuaan dini yaitu: a. Perawatan medis 1. Microdermabrasion Merupakan prosedur eksfoliasi pada wajah menggunakan kristal mikro untuk mengangkat sel kulit mati dan merangsang produksi sel kulit baru. Efek samping dalam jangka pendek yaitu kemerahan pada kulit dan kulit menjadi lebih sensitif. 2. Chemical Peeling Merupakan tindakan pengelupasan kulit dengan menggunakan bahan kimia berbentuk cairan seperti asam alfa hidroksi (AHA) dan asam tri-chloro- 13

10 acetate (TCA). Kekurangannya yaitu harus dilakukan oleh dokter yang berpengalaman dan terkadang timbul rasa nyeri saat dikerjakan. 3. Botox Merupakan penyuntikan dengan menggunakan Botolinum Toxin untuk meremajakan wajah secara cepat (instant rejuvenation). Efek samping jangka pendek yaitu: menimbulkan kebiruan pada area yang disuntik, kelopak mata turun sebelah, dan alis asimetris. b. Perawatan secara alami 1. Perawatan dari dalam dengan meminum jamu atau ramuan tradisional. 2. Perawatan dari luar a. Facial Merupakan perawatan kulit yang mencakup pembersihan wajah, eksfoliasi, steam, masker, dan moisturizing. Manfaat facial yaitu menjaga kulit agar tetap awet muda, mencegah kerutan pada wajah, melembutkan kulit, dan sebagainya. b. Body scrubbing Diaplikasikan ke seluruh tubuh dan memberikan manfaat mengangkat sel kulit mati, mengatasi kulit kusam, dan menghilangkan selulit. 2.4 Vitamin E Vitamin E ditemukan pada tahun 1922, oleh Evans dan Bishop, dengan istilah tokoferol (dari bahasa Yunani, tocos berarti kelahiran anak dan phero berarti mengasuh). Vitamin E adalah nama umum untuk semua metil-tokol, jadi istilah tokoferol bukan sinonim dari vitamin E, namun pada praktek sehari-hari, kedua istilah tersebut disinonimkan (IOM, 2000). 14

11 Terdapat enam jenis tokoferol, α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta), ρ (eta), λ (zeta), yang memiliki aktivitas bervariasi, sehingga nilai vitamin E dari suatu bahan pangan didasarkan pada jumlah dari aktivitas-aktivitas tersebut. Tokoferol yang terbesar aktivitasnya adalah tokoferol alfa (IOM, 2000) Struktur vitamin E Strktur kimia tokoferol alfa diperlihatkan pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Struktur kimia α -tokoferol Sifat-sifat vitamin E Dl-alpha tocopherol acetate merupakan bentuk sintesis ester dari vitamin E merupakan minyak kental, tidak beraroma, jernih, dapat berwarna kuning atau hijau kekuningan. Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton, kloroform, etanol, eter dan minyak nabati. Memiliki berta molekul 472,73. Lebih stabil terhadap udara, cahaya dan sinar UV dibandingkan dengan alphatocopherol (Wade dan Weller, 1994). Biasanya digunakan dalam produk antiaging dengan konsentrasi 1-5% (CIR, 2014) Manfaat vitamin E Fungsi utama vitamin E di dalam tubuh adalah sebagai antioksidan alami yang menangkal radikal bebas dan molekul oksigen. Secara partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh. Vitamin E dan C berhubungan dengan efektifitas antioksidan masing-masing. Alfa-tokoferol yang aktif dapat diregenerasi dengan adanya interaksi dengan vitamin C yang menghambat oksidasi radikal bebas peroksi. Alternatif lain, alfa 15

12 tokoferol dapat membuang dua radikal bebas peroksi dan mengkonjugasinya menjadi glukuronat ketika ekskresi di ginjal (IOM, 2000). Vitamin E banyak digunakan untuk tujuan melawan tanda penuaan dini pada kulit, yang dikenal sebagai produkk anti-aging. Produk anti-aging mengandung setidaknya 1% vitamin E. Riset membuktikan bahwa vitamin E memberikan perlawanan terhadap kekeringan dengan membantu memberikan pelembab natural pada kulit. Penelitian juga membuktikan bahwa vitamin E bisa mengurangi molekul jahat yang terjadi akibat paparan asap rokok (IOM, 2000). Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi melindungi senyawa-senyawa yang mudah teroksidasi, antara lain ikatan rangkap dua pada UFA (Unsaturated Fatty Acid), DNA dan RNA dan ikatan atau gugus SH (sulfhidril) pada protein. Apabila senyawa-senyawa tersebut teroksidasi, maka akan terbentuk radikal bebas, yang merupakan hasil proses peroksidasi. Radikal bebas yang terjadi akan mengoksidasi senyawa-senyawa protein, DNA, RNA dan UFA. Vitamin E akan bertindak sebagai reduktor dan menangkap radikal bebas tersebut. Vitamin E dalam hal ini berperan sebagai scavenger. Scavenger yang lain selain vitamin E adalah vitamin C, enzim glutation reduktase, desmutase dan perosidase, yang bersifat larut dalam air. Scavenger yang larut dalam lemak adalah vitamin E dan ß-karoten (IOM, 2000) Sumber vitamin E Sumber-sumber yang kaya akan vitamin E antara lain minyak tumbuhtumbuhan, biji-bijian dan telur. Kolustrum manusia dan sapi mengandung vitamin E sepuluh kali lebih tinggi daripada susunya. Minyak kapas, minyak jagung, dan minyak lembaga gandum mengandung vitamin E sekitar 0,01% 0,05%. Vitamin E dapat pula dibuat secara sintetis (IOM, 2000). 16

13 2.4.5 Kelemahan vitamin E dalam formulasi Stabilitas kimia vitamin E mudah berubah akibat pengaruh berbagai zat alami. Vitamin E secara perlahan teroksidasi oleh oksigen diudara, cahaya dan sinar UV. Penggunaan vitamin E dalam bentuk ester dapat mempertahankan stabilitas vitamin E, tetapi dengan tingkat efektifitas vitamin E yang berkurang. Garam-garam besi dan perak, seperti feriklorida, kalium ferrisianida juga bersifat mengoksidasi tokoferol. Untuk itu penggunaan agen pengkhelat seperti natrium EDTA digunakan untuk mengikat senyawa besi, perak atau ion-ion bervalensi tinggi (IOM, 2000). 2.5 Masker Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive Dressing Treatment (ODT) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi perkutan dengan menempelkan suatu selaput atau membran pada kulit sehingga membentuk ruang semi-tertutup antara masker dan kulit untuk membantu penyerapan obat (Lee, 2013; Lu, 2010). Masker yang diaplikasikan pada kulit wajah akan menyebabkan suhu kulit wajah meningkat (±1 o C) sehingga peredaran darah kulit meningkat, mempercepat pembuangan sisa metabolisme kulit, meningkatkan kadar oksigen pada kulit maka pori-pori secara perlahan membuka dan membantu penetrasi zat aktif ke dalam kulit 5 hingga 50 kali dibanding sediaan lain (Lee, 2013; Lu, 2010) Jenis-jenis masker Menurut Lee (2013), Lu (2010), dan Mitsui (1997), jenis-jenis masker adalah sebagai berikut: 17

14 1. Tipe peel-off Prinsip masker peel-off yaitu dengan memanfaatkan filming agent yang melekat pada kulit sehingga saat masker kering akan terbentuk lapisan film tipis. Ketika dilepaskan, sel-sel kulit mati dan kotoran pada pori akan ikut terlepas bersama dengan lapisan film tersebut. 2. Tipe wash-off Tipe masker ini tidak membentuk film pada kulit, terbagi menjadi 2 jenis yaitu: a. Tipe mud pack Kegunaan utama tipe ini adalah membersihkan dan melembabkan.bahan yang digunakan adalah kaolin, bentonit, lumpur alami, serbuk kacangkacangan, dan sebagainya. b. Tipe krim Merupakan tipe krim emulsi minyak dalam air. Kegunaan utamanya adalah untuk melembabkan kulit karena kandungan minyak tumbuhan serta mampu melunakkan sel kulit mati dan komedo. 3. Tipe gel Merupakan gel transparan atau semi transparan yang dibuat menggunakan polimer larut air, sering ditambahkan humektan seperti gliserin. 4. Tipe sheet Umumnya menggunakan bahan non woven yang diresapi losion atau essence. Keuntungannya yaitu memberikan efek dingin, nyaman digunakan serta pemakaiannya praktis Masker sheet Masker sheet telah banyak digunakan pada Asia Timur, lembaran masker umumnya terbuat dari kain non woven, serat kertas, bioselulosa, dan sebagainya. 18

15 Dapat meningkatkan efek melembabkan, memutihkan dan anti-aging, tetapi kurang mampu membersihkan dan mengangkat sel kulit mati (Lee, 2013). Jenisjenis lembaran masker (Lee, 2013)akan dijelaskan sebagai berikut: a. Tipe non woven Menggunakan bahan tekstil seperti polypropylene dan viscose rayon. Keuntungan: fleksibel, tidak mudah robek, bersifat hidrofil sehingga mampu meresap essence, dan tidak meninggalkan sisa essence di dalam kemasan. Kerugian: penggunaan yang terlalu lama dapat menyebabkan kulit kering. b. Tipe serat kertas (pulp) Awalnya serat kertas merupakan bahan dasar pembuatan masker sheet, tetapi telah diganti dengan bahan non woven. Keuntungan: tipis dan mampu melekat baik dengan kulit. Kerugian: tingkat peresapan essence terbatas dan mudah robek karena tipis. c. Tipe bioselulosa Merupakan teknologi terbaru pembuatan masker sheet, menggunakan selulosa alami dari hasil fermentasi mikroorganisme. Keuntungan: sangat mampu melekat pada kulit sehingga tidak mudah terlepas dan tidak mengiritasi kulit.. Kerugian: biaya pembuatan relatif lebih mahal. d. Tipe jeli Dibuat dengan mencampurkan essence dan gelling agent, kemudian dicetak dengan cetakan masker menghasilkan jeli yang transparan. Keuntungan: penggunaannya lebih praktis dibanding tipe masker lainnya. Kerugian: kemampuan penetrasi essence ke dalam kulit lebih kurang dibandingkan jenis masker sheet lainnya. 19

16 2.6 Bioselulosa Definisi bioselulosa Selulosa merupakan biopolimer terbesar, yang diketahui sebagai komponen utama biomassa tanaman, dan juga diwakili oleh polimer ektraseluler mikrobial. Selulosa bakteri mempunyai struktur kimia yang sama seperti selulosa yang berasal dari tumbuhan dan merupakan polisakarida berantai lurus yang tersusun oleh molekul molekul β 1,4 D glukosa melalui ikatan β 1,4 glikosida. Selulosa bakteri termasuk produk spesifik dari metabolisme primer yang sebagian besar sebagai lapisan pelindung sedangkan selulosa tanaman sebagai pembentuk struktur tumbuhan (Kataren, 1978). Bioselulosa adalah produk hasil fermentasi organisme Acetobacter xylinum. Acetobacter xylinum memproduksi bioselulosa apabila tumbuh di media yang mengandung karbon dan nitrogen. Pada kondisi ini, Acetobacter xylinum memproduksi enzim ekstraseluler yang dapat membentuk glukosa menjadi ribuan rantai fiber atau selulosa. Bioselulosa yang terbentuk memiliki kualitas yang berbeda tergantung dari substrat yang digunakan. Apabila perbandingan kandungan karbon dan nitrogen pada substrat diatur optimum, maka seluruh cairan substrat dirubah menjadi bioselulosa tanpa adanya sisa (Kataren, 1978). Bakteri Acetobacter xylinum akan membentuk bioselulosa jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon (C) dan nitrogen (N) melalui suatu proses yang dikontrol, bakteri akan menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat menyusun (mempolimerisasi) zat gula (dalam hal ini monosakarida) menjadi ribuan rantai (homopolimer) serat atau selulosa. Bioselulosa dapat dibuat tidak hanya dari air kelapa tetapi juga dari berbagai jenis bahan yang mengandung gula, protein dan mineral, seperti sari buah-buahan, sari 20

17 kedelai dan bahkan air gula. Oleh sebab itu, nama bioselulosa yang biasa disebut nata dapat bermacam-macam sesuai dengan bahan yang digunakan, seperti nata de soya (dari sari kedelai), nata de mango (dari sari buah mangga), nata de pina (dari sari buah nenas), nata de coco (dari air kelapa) dan sebagainya (Halijah, 2013) Biosintesis bioselulosa Biosintesis bioselulosa merupakan suatu proses bertahap yang kompleks, melibatkan banyak enzim dan bermacam protein yang berupa katalis maupun regulator yang ada di alam (Dean, 2011). Proses ini termasuk sintesis dari bahan utama bioselulosa, Uridine diphosphoglucose (UDPglc), kemudian diikuti oleh polimerasi glukosa menjadi β -1,4-glukosa dan ikatan baru pita bioselulosa yang dibentuk dari ratusan atau ribuan rantai selulosa. Mekanisme sintesis UDPGlc sudah banyak diketahui, glukosa dipolimerisasi menjadi rantai panjang dan tidak bercabang dan kemampuan membentuk benang-benang memerlukan pemahaman lebih lanjut (Bielecki, et al., 2005). Bioselulosa disintesis oleh A.xylinum merupakan produk akhir dari metabolisme karbon yang bergantung pada kondisi psikologi bakteri, melibatkan siklus pentosa fosfat atau siklus krebs yang berpasangan dengan glukoneogenesis. Pada bakteri A.xylinum, sintesis bioselulosa berkaitan erat dengan proses katabolisme dari oksidasi dan menggunakan energi 10% dari hasil reaksi tersebut. Pembentukan bioselulosa tidak melibatkan proses reaksi anabolisme, termasuk sintesis protein (Bielecki, et al., 2005). Bakteri A.xylinum merubah berbagai komponen karbon seperti gula dan lainnya menjadi bioselulosa, dengan efektifitas 50%. Senyawa karbon lain yang bukan merupakan glukosa akan memasuki siklus krebs lalu dikonversi melalui 21

18 glukoneogenesis dan siklus pentosa fosfat menjadi senyawa Fruktosa 1, 6 difosfat. Precursor langsung dari bioselulosa adalah senyawa Uridine diphosphoglucose (UDPGlc), yang merupakan produk utama dari jalur metabolisme selulosa pada berbagai organisme maupun tanaman. Melibatkan perubahan glukosa yang di fosforilasi menjadi glucose-6-phophate (Glc-6-P) dengan bantuan enzim glucokinase (GK), diikuti dengan isomerasi menjadi glucose-1-phosphate (Glc-1- P) oleh enzim phosphoglucomutase (PGM) dan terakhir menjadi senyawa UDPGlc yang merupakan prekursor utama bioselulosa dikatalisis oleh enzim pyrophosphorylase. Selanjutnya UDPGlc dikatalis oleh enzim cellulose syntase yang ada pada dinding sel bakteri menjadi β -1,4-glukosa yang kemudian mengalami proses ekstruksi yang dibawa keluar oleh kanal protein yang ada pada membran sel bakteri, protein ini dinamakan terminal kompleks. Setiap terminal kompleks terdiri dari 3 subunit yang pada masing-masing subunit menghasilkan protofibril, protofibril membentuk microfibril dari satu terminal kompleks, microfirbil ini yang kemudian membentuk fibril-fibril bioselulosa (Chawla, et al., 2009; Tonouchi, et al., 1996; Delmer dan Amor, 1995; Lustri, et al., 2015; Dean, 2015). Gambar 2.3 Mekanisme biosintesis bioselulosa (Chawla, et al., 2009) 22

19 2.6.3 Cara pembuatan bioselulosa Fermentasi Bioselulosa dilakukan melalui tahap-tahap berikut (Halijah, 2013): a. Pemeliharaan biakan murni Acetobacter xylinum Fermentasi nata memerlukan murni Acetobacter xylinum. Biakan murni ini biasa harus dipelihara hingga dapat digunakan setiap saat diperlukan. Pemeliharaan tersebut meliputi: 1. Proses penyimpanan sehingga dalam jangka waktu yang cukup lama viabilitas (kemampuan hidup) mikroba tetap dapat dipertahankan. 2. Penyegaran kembali terhadap mikroba yang telah disimpan sehingga terjadi pemulihan viabilitas dan mikroba dapat disiapkan sebagai inokulum fermentasi. b. Penyiapan Starter Starter adalah bibit A.xylinum yang telah ditumbuhkan dalam substrat pertumbuhan kultur tersebut sehingga populasi bakteri A.xylinum mencapai kerapatan optimal untuk proses pembuatan bioselulosa, yaitu: 1 x 109 sel/ml. Biasanya kerapatan ini akan dicapai pada pertumbuhan kultur tersebut dalam susbtrat selama 48 jam. Volume starter disesuaikan dengan volume media fermentasi yang akan di siapkan, dianjurkan volume starter tidak kurang dari 5% dari volume media yang akan fermentasi menjadi nata. Pemakaian starter yang terlalu banyak tidak di anjurkan karena tidak ekonomis (Halijah, 2013). c. Fermentasi Fermentasi adalah suatu proses pengubahan senyawa yang terkandung didalam substrat oleh mikroba (kultur) misalkan senyawa gula menjadi bentuk lain, baik merupakan proses pemecahan maupun proses pembentukan dalam 23

20 situasi aerob maupun anaerob. Jadi proses fermentasi bisa terjadi proses katabolisme maupun proses anabolisme. Fermentasi substrat air kelapa yang telah dipersiapkan sebelumnya prosesnya sebagai berikut; substrat air kelapa dipasturisasi pada pemanas dengan suhu 80 O C selama 15 menit. Substrat didinginkan hingga suhu 40 o C. Substrat dituang pada nampan atau baskom steril dengan permukaan yang lebar. Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10 % (v/v). Substrat kemudian diaduk rata, ditutup dengan menggunakan kain kasa. Nampan diinkubasi atau diperam dengan cara diletakan pada tempat yang bersih, terhindar dari debu, ditutup dengan menggunakan kain bersih untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Inkubasi dilakukan selama hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh digojok. Pada umur hari nata dapat dipanen (Halijah, 2013) Hal-hal yang mempengaruhi pembuatan bioselulosa Mengingat bahwa bioselulosa sebetulnya merupakan metabolisme dari bakteri Acetobacter xylinum, maka ketebalan dan kualitas yang terbentuk dari proses pembuatan bioselulosa tergantung pada aktivitas bakteri tersebut. Aktivitas dari bakteri tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. Faktor inokulum Umur biakan starter pada pembuatan bioselulosa sangat mempengaruhi rendemen dan ketebalan nata yang diperoleh karena umur ini berkaitan erat dengan aktifitas bakteri pembentuk nata. Faktor lain yang harus diperhatikan pada pembuatan bioselulosa adalah pengaturan kondisi pertumbuhan bakteri bioselulosa, perlakuan yang aseptik terhadap bahan dasar dan alat-alat yang digunakan, jumlah larutan yang sesuai serta harus diperhatikan ketelitian dan perlakuan yang aseptis untuk menghidari kontaminasi mikroba (Halijah, 2013). 24

21 Selain inokulum yang akan digunakan sebagai starter, starter harus mengandung mikroba yang produktif dan apabila mikroba yang digunakan berasal dari biakan yang tua (lebih dari 5 hari) maka terlebih dahulu harus diremajakan. Pada umumnya Acetobcter xylinum merupakan starter yang lebih produktif dari jenis starter lainnya, sedangkan konsentrasi 5-10% merupakan konsentrasi yang ideal (Budiyanto dan Krisno, 2004). b. Sumber Karbon Sumber karbon termasuk karbohidrat yang merupakan senyawa monosakarida dan disakarida yang dapat digunakan dalam fermentasi bioselulosa. Pembentukan bioselulosa terjadi pada media yang mengandung glukosa senyawa, sukrosa dan laktosa, sukrosa atau gula adalah yang paling banyak digunakan berdasarkan pada ekonomi. Penambahan sukrosa harus mengacu pada jumlah yang dibutuhkan. Karena kelebihan penambahan sukrosa tidak akan mempengaruhi tekstur nata dan akibatnya dapat menyebabkan terciptanya bentuk baru dari sisa limbah sukrosa. Di sisi lain, jika penambahan terlalu sedikit, mengakibatkan bakteri tidak dapat menghasilkan produksi bioselulosa yang maksimal (Mohammad, et al., 2014). Menurut Jagannath et al., 2008, konsentrasi sukrosa atau gula yang paling baik dalam memaksimalkan produksi bioselulosa adalah 4%. c. Pengaruh keasaman Kondisi ph optimal untuk pertumbuhan species Acetobacter adalah 3,5 sampai 7,5. Hal ini mungkin tidak sama pada beberapa spesies terutama pada Acetobacter xylinum, ph optimum dalam menghasilkan selulosa adalah 4,3-4,5. Perubahan ph dapat terjadi selama proses akhir fermentasi yang dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat (Embuscado, et al., 1994). Dalam 25

22 kondisi basa, pertumbuhan bakteri juga akan terganggu (Muhammad, et al., 2014). e. Sumber nitrogen Nutrien digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen, karbon, vitamin, dan mineral bagi pertumbuhan mikroba. Sebagai nitrogen dan mineral, biasanya digunakan yeast extract, garam amonium, natrium nitrat, dan magnesium sulfat. Sumber nitrogen sangat penting artinya dalam pembentukan bioselulosa, kadar nitrogen yang biasanya digunakan 0,5% (Halijah, 2013). Penambahan sumber nitrogen pada kadar konsentrasi yang lebih besar dari 0,5% dapat menyebabkan kenaikan ph media. Nitrogen dan fosfat merupakan nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri yang tergolong bakteri polisakarida (Halijah, 2013). f. Tempat Fermentasi Tempat fermentasi sebaiknya tidak terbuat dari unsur logam karena mudah korosif yang dapat menganggu pertumbuhanamikroorganismeapembuatanata yang akhirnya dapat menganggu pembuatan nata. Disampingaituatempat fermentasi sebaiknya diupayakan secara langsung jauh dari sumber panas dan jangan sampai langsung berhubungan dengan tanah (Budiyanto dan Krisno, 2004) Kegunaan bioselulosa Serbuk kering dari nata dapat digunakan sebagai bahan penstabil (stabilizer) atau bahan pengisi (filler) pada industri pangan atau farmasi. Hal tersebut dikarenakan adanya hubungan dengan sifat fisik yang dimiliki bioselulosa (Halijah, 2013). Aplikasi bioselulosa pada berbagai bidang dapat dilihat pada Tabel

23 Tabel 2.2 Aplikasi bioselulosa pada berbagai bidang Sektor Aplikasi Kosmetik Penstabil dan pengemulsi pada krim, tonik dan pemlembab kuku, sebagai bahan pengkilap dan sebagai bahan kuku buatan Industri tekstil Bahan kulit buatan dan tekstil, bahan pengabsorbsi Olahraga Untuk baju olahraga, tenda dan perlengkapan kemah Pertambangan dan pengolahan limbah Untuk pengambilan batu karang, absorsi senyawa toksik, daur ulang mineral dan minyak Pemurnian Untuk pemurnian air dan pemurniaan udara kota Kehutanan Multilapis untuk plywood Industri kertas Pembuatan kertas, dokumen menjadi tahan lama,permbuatan popok dari serbet dari kertas Kesehatan Kulit buatan sementara untuk terapi luka bakar dan penyakit periodontal 2.7 Essence Essence bukan merupakan tipe sediaan kosmetik baru. Alasan yang membuat essence laku di pasaran adalah perubahan gaya hidup konsumen, sebagai contoh, masyarakat ingin mempersingkat rutinitas kosmetik harian mereka untuk menghemat waktu, gambaran bahwa konsentrat berarti produk tersebut memiliki efek yang lebih baik, nyaman digunakan karena pengembangan formula dan desain wadah (Mitsui, 1997). Essence dibuat untuk meminimalkan kekurangan produk perawatan kulit konvensional dalam hal efek, kesan penggunaan, dan sebagainya. Essence tersedia dalam beberapa tipe seperti losion, emulsi, krim, dan minyak dengan teknologi pembuatan dan keistimewaan masing-masing tipe essence dapat dilihat pada Tabel 2.3. Dikarenakan penggunaan essence dalam jumlah sedikit dan harus memenuhi beberapa syarat seperti lembut, lembab, dan nyaman setelah penggunaan, maka pemilihan polimer dan humektan harus tepat (Mitsui, 1997). 27

24 Tabel 2.3 Tipe-tipe essence (Mitsui, 1997). Tipe Teknologi Keistimewaan Tipe losion transparan/semi transparan Tipe emulsi Tipe minyak - Tipe lain Solubilisasi, mikroemulsi, liposom Tipe m/a Tipe a/m Tipe a/m/a Tipe losion dengan serbuk Tipe alkohol Secara umum mengandung humektan lebih banyak dari losion. Teksturnya dapat diatur dengan pemilihan humektan dan polimer larut air serta variasi kombinasi keduanya. Tipe ini merupakan tipe essence paling umum. Tipe ini mengandung banyak emolien (komponen minyak), sangat cocok untuk sediaan yang mengandung banyak bahan penyerap UV dan bahan minyak lainnya. Tipe a/m cocok untuk sediaan yang waterproof. Tipe ini telah digunakan sejak lama. Teksturnya diatur kombinasi minyak padat atau semi-padat dan lemak hewan atau minyak tumbuhan dengan proporsi yang berbeda. Tipe ini tidak sebagus tipe essencelain sehingga sudah tidak ada di pasaran. Essence untuk T-zone yang banyak mensekresi sebum. Mengandung serbuk penyerap sebum agar riasan wajah bertahan lebih lama Essence yang mempunyai efek germisida untuk sediaan jerawat 2.8 Skin Analyzer Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat amenjadikan diagnosis menjadi bersifat subjektif dan bergantungapada persepsiapara dokter. Pemeriksaan aseperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012). Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. 28

25 Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer menampilkan hasil dari beberapa parameter dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012). Parameter hasil pengukuran skin analyzer dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer Pengukuran Parameter (%) Moisture (Kadar air) Evenness (Kehalusan) Pore (Pori) Spot (Noda) Wrinkle (Keriput) Dehidrasi Normal Hidrasi Halus Normal Kasar Kecil Sedang Besar Sedikit Sedang Banyak Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput. Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara langsung disesuaikan dengan parameter masing-masing pengukuran yang telah diatur sedemikian rupa pada alat tersebut. 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kulit merupakan organ terbesar, terluas pada tubuh kita.rata-rata orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kulit merupakan organ terbesar, terluas pada tubuh kita.rata-rata orang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit merupakan organ terbesar, terluas pada tubuh kita.rata-rata orang dewasa memiliki luas kulit sekitar 170-200 cm 2 dengan berat antara 15-17 kg (Tabor dan Blair,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. massa tubuh dan yang memungkinkan tubuh untuk berinteraksi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. massa tubuh dan yang memungkinkan tubuh untuk berinteraksi dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ terbesar dari tubuh, memiliki massa lebih dari 10% massa tubuh dan yang memungkinkan tubuh untuk berinteraksi dengan lingkungannya (Walters, 2007).

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Baumann Metode Baumann adalah sebuah metode untuk menentukan tipe wajah berdasarkan kadar kandungan minyak pada wajah. Beberapa studi telah menunjukkan jika banyak pasien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Disusun Oleh: YUSTINI MARIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Buah Pisang Ambon (Musa acuminata AAA) 2.1.1 Asal usul buah pisang ambon Pisang pertama kali ditemukan tumbuh di daerah tropis di negara berkembang seperti Indochina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan selsel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan selsel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor 1 2 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal)

Lebih terperinci

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik Perbedaan gel dan emulgel? Emulgel merupakan terdiri dari 2 fase yang dimana gabungan antara fase emulsi dan fase gel.sedangkan gel merupakan terdiri dari satu fase saja yaitu terdiri dari basis gel dan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata 4. PEMBAHASAN Nata merupakan senyawa selulosa yang dihasilkan dari fermentasi substrat dengan bantuan mikroba yaitu Acetobacter xylinum. Selama proses fermentasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dari A.

Lebih terperinci

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang BAB II Penuaan Dini pada Wanita Jepang 2.1 Penuan Dini Banyak orang berfikir bahwa penuaan merupakan hal yang sangat biasa, bahkan bagi sebagian orang penuaan dianggap tidak terlalu penting untuk kesehatan

Lebih terperinci

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total.

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total. WIJUMA wt Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total. Kulit memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh, diantaranya:

Lebih terperinci

KULIT. Kulit adalah lapisan paling luar tubuh yang terdiri dari selsel hidup dan merupakan lapisan tipis yang penting bagi tubuh.

KULIT. Kulit adalah lapisan paling luar tubuh yang terdiri dari selsel hidup dan merupakan lapisan tipis yang penting bagi tubuh. KULIT KULIT Kulit adalah lapisan paling luar tubuh yang terdiri dari selsel hidup dan merupakan lapisan tipis yang penting bagi tubuh. Kulit terdiri dari tiga lapisan : 1. Lapisan Epidermis 2. Lapisan

Lebih terperinci

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri nata de coco di Indonesia saat ini tumbuh dengan pesat dikarenakan nata de coco termasuk produk makanan yang memiliki banyak peminat serta dapat dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di Indonesia banyak ditumbuhi pohon kelapa. Kelapa memberikan banyak hasil misalnya kopra yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses normal seiring dengan pertambahan usia, kulit akan mulai mengendur dan berkerut. Hal ini disebabkan fungsi fisiologis dari organ terutama kulit mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut sejarahnya, tanaman anggur diduga sudah ada sejak zaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut sejarahnya, tanaman anggur diduga sudah ada sejak zaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Anggur (Vitis vinifera) 2.1.1 Asal usul tanaman anggur Menurut sejarahnya, tanaman anggur diduga sudah ada sejak zaman Miosen yaitu 23 juta tahun yang lalu. Dugaan ini

Lebih terperinci

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum. NATA DE SOYA 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ terbesar dari tubuh dan meliputi wilayah yang sangat luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling tipis pada

Lebih terperinci

IV. Hasil dan Pembahasan

IV. Hasil dan Pembahasan IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Keasaman Total, ph. Ketebalan Koloni Jamur dan Berat Kering Sel pada Beberapa Perlakuan. Pada beberapa perlakuan seri pengenceran kopi yang digunakan, diperoleh data ph dan

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum (Alwani et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum (Alwani et al., 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tentu sudah tidak asing lagi dengan produk olahan nata. Nata berasal dari Filiphina untuk menyebut suatu pertumbuhan menyerupai gel (agar-agar) yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bagian pisang terluar yang tidak dapat dikonsumsi secara langsung sehingga kulit pisang menjadi limbah organik jika dibuang ke lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan seluruh organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Wasitaatmadja, 1997). Ketebalan kulit berbeda-beda untuk tiap individu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Wasitaatmadja, 1997). Ketebalan kulit berbeda-beda untuk tiap individu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini. a. Minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah.

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini. a. Minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: a. Minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah. b. Perbedaan konsentrasi minyak almond dalam sediaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat certificate of analysis vitamin E (dl α-tocopherol acetate)

Lampiran 1. Surat certificate of analysis vitamin E (dl α-tocopherol acetate) Lampiran 1. Surat certificate of analysis vitamin E (dl α-tocopherol acetate) 61 Lampiran 2. Gambar bahan dan alat A B C D Keterangan: A. Cetakan kaca B. Pemotong bentuk masker C. Viskometer Brookfield

Lebih terperinci

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit FISIOLOGI KULIT Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang kosmetika saat ini sangatlah pesat. Kosmetika berdasarkan penggunaannya dapat digunakan sebagai tata rias dan juga sebagai perawatan kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laki-laki. Keagungan dan kekuasaan laki-laki dapat jatuh dan bertekuk lutut di

BAB I PENDAHULUAN. laki-laki. Keagungan dan kekuasaan laki-laki dapat jatuh dan bertekuk lutut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecantikan adalah anugerah terindah bagi wanita. Kecantikan memiliki kemampuan magnetik luar biasa yang mampu meruntuhkan dunia laki-laki. Keagungan dan kekuasaan laki-laki

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO Rahardyan Dina Natalia(L2C307052) dan Sulvia Parjuningtyas(L2C307061) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika merupakan suatu sediaan yang telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Salah satu kegunaan sediaan kosmetika adalah untuk melindungi tubuh dari berbagai

Lebih terperinci

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh 14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh Written by Rosalia in Beauty Tips Sebelum membahas lebih lanjut mengenai berbagai cara menghilangkan komedo, terlebih dahulu kita harus tahu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan bahan minuman yang terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga terkenal di seluruh dunia. Hal ini karena seduhan kopi memiliki aroma yang khas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan v vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar. Kulit berfungsi untuk melindungi

Lebih terperinci

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekitar 20-60% bahan baku agroindustri biasanya akan menjadi limbah. Jika limbah tidak ditangani secara benar, akan mudah membusuk dan akhirnya mencemari lingkungan.

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Nata-de-coco Pada pembuatan nata-de-coco, digunakan air kelapa yang sebelumnya telah disaring dengan kain kasa untuk membersihkan air kelapa dari sisa-sisa kotoran

Lebih terperinci

Perawatan Kulit Wajah Manual Pada Kulit Berjerawat (Acne)

Perawatan Kulit Wajah Manual Pada Kulit Berjerawat (Acne) Modul Hybrid Learning PPG Tata Rias Dalam Jabatan Perawatan Kulit Wajah Manual Pada Kulit Berjerawat (Acne) DISUSUN OLEH : Nurul Hidayah, M.Pd 1 A. PENDAHULUAN Modul ini akan menjelaskan suatu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kita berharap dapat melewati penuaan dalam kondisi sehat dan tanpa keluhan penyakit. Penuaan sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari adalah sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk semua sistem kehidupan manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi

Lebih terperinci

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Reaksi Kimia bisa terjadi di manapun di sekitar kita, bukan hanya di laboratorium. Materi berinteraksi untuk membentuk produk baru melalui proses yang disebut reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Hasil olahan fermentasi yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nata de coco merupakan produk hasil fermentasi air kelapa dengan bakteri asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah naga

BAB I PENDAHULUAN. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah naga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah naga merupakan jenis buah yang sudah tidak asing lagi di negara kita. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah

Lebih terperinci

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Sel disusun oleh berbagai senyawa kimia, seperti karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat dan berbagai senyawa atau unsur anorganik.

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR

PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR (Borassus flabellifer) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: ANISA INDRIANA TRI HASTUTI A 420 100 062 FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Kompetensi Dasar : Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Indikator : 1. Menyebutkan organ-organ penyusun sistem ekskresi pada manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penuaan atau aging menjadi salah satu masalah pada setiap orang, terutama pada mereka yang sudah memasuki usia menengah atas. Paparan sinar matahari, polusi udara

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan Bab I Pendahuluan Sejak zaman dahulu, madu telah menjadi produk penting yang digunakan oleh berbagai suku bangsa sebagai bagian dari bahan makanan dan minuman [1]. Madu merupakan suatu cairan manis dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah cair tapioka dihasilkan dari proses produksi tapioka. Air merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah cair tapioka dihasilkan dari proses produksi tapioka. Air merupakan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Tapioka Limbah cair tapioka dihasilkan dari proses produksi tapioka. Air merupakan bahan pembantu utama yang digunakan dalam proses produksi tapioka. Limbah cair dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang

BAB I PENDAHULUAN. Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang ditumbuhkan pada media yang mengandung glukosa. Menurut Pambayun (2002) bakteri Acetobacter xylinum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika adalah bahan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penampilan adalah hal yang penting, berbagai cara dilakukan demi menciptakan penampilan yang menarik. Bagian tubuh yang sering menjadi perhatian dalam setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Bakteri Acetobacter xylinum Kedudukan taksonomi bakteri Acetobacter xylinum menurut Holt & Hendrick (1994) adalah sebagai berikut : Divisio Klass Ordo Subordo Famili

Lebih terperinci

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari harus mengandung nutrient yang diperlukan tubuh. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan nutrient

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan 2 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penuaan kini telah mendapat perhatian khusus di ilmu Kedokteran. Konsep Anti Aging Medicine yang dicetuskan pada tahun 1993, mengganggap dan memperlakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama kulit. Seiring bertambahnya usia, fungsi kulit ikut menurun. Sel kulit yang mati melekat lebih lama

Lebih terperinci

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah RINGKASAN SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah Kebutuhan kosmetik saat ini tidak terbatas pada kosmetik

Lebih terperinci

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal formulasi, dilakukan orientasi untuk mendapatkan formula krim yang baik. Orientasi diawali dengan mencari emulgator yang sesuai untuk membentuk krim air

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Sehingga kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05-0,5 kg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05-0,5 kg BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit merupakan bagian paling luar dari tubuh dan merupakan organ yang terluas, yaitu antara 1,5-2,0 m 2 dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan bagian kulit yang kelihatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, pembuatan nata de coco, telah menyebar ke

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, pembuatan nata de coco, telah menyebar ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangannya, pembuatan nata de coco, telah menyebar ke berbagai negara penghasil kelapa, termasuk Indonesia. Nata de coco merupakan hasil fermentasi air kelapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penampilan kulit adalah indikator utama dari usia. Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

Luka dan Proses Penyembuhannya

Luka dan Proses Penyembuhannya Luka dan Proses Penyembuhannya Anatomi Kulit Epidermis Dermis Subkutan 1 Epidermis Merupakan lapisan kulit terluar, tidak terdapat serabut saraf maupun pembuluh darah Berupa sel-sel berlapis gepeng yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut: Histologi kulit Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari lingkungan luar. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m 2 dan beratnya sekitar 15% dari berat badan secara

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi tanaman singkong di Indonesia sangat tinggi, menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia mencapai 24.044.025 ton

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN NITROGEN PADA PRODUKSI NATA DE COCO

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN NITROGEN PADA PRODUKSI NATA DE COCO Pengaruh Yanti, N.A, Penambahan et. al., Biowallacea, Gula dan Vol. Nitrogen 4 (1), pada Hal : Produksi 541-546, Nata April, De 2017 Coco 541 PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN NITROGEN PADA PRODUKSI NATA DE

Lebih terperinci

BAB VI PEMBUATAN NATA DE BANANA MENGGUNAKAN Acetobacter sp.

BAB VI PEMBUATAN NATA DE BANANA MENGGUNAKAN Acetobacter sp. BAB VI PEMBUATAN NATA DE BANANA MENGGUNAKAN Acetobacter sp. I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Membuat nata dari kulit pisang. 2. Mengetahui prinsip proses fermentasi oleh bakteri pembuatan nata. II. DASAR TEORI 1.

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang umum dijumpai pada masyarakat khususnya bagi yang tinggal di iklim tropis seperti Indonesia, namun banyak dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kaum wanita banyak yang menggunakan berbagai macam sediaan kosmetika baik yang berfungsi untuk merawat kulit maupun untuk tata rias. Adapun sediaan kosmetika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak dimanfaatkan secara luas. Hasilnya 15,5 miliar butir kelapa per tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak dimanfaatkan secara luas. Hasilnya 15,5 miliar butir kelapa per tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis penghasil kelapa dengan produksi air kelapa mencapai 15,5 miliar butir per tahun. Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu pencernaan. Kandungan kalori yang rendah pada Nata de Coco

BAB I PENDAHULUAN. membantu pencernaan. Kandungan kalori yang rendah pada Nata de Coco BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nata de Coco adalah makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan. Kandungan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Peta Konsep Kofaktor Enzim Apoenzim Reaksi Terang Metabolisme Anabolisme Fotosintesis Reaksi Gelap Katabolisme Polisakarida menjadi Monosakarida

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK KIMIA KESEHATAN KELAS XII SEMESTER 5

KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK KIMIA KESEHATAN KELAS XII SEMESTER 5 KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK n KIMIA KESEHATAN KELAS XII SEMESTER 5 SK dan KD Standar Kompetensi Menjelaskan sistem klasifikasi dan kegunaan makromolekul (karbohidrat, lipid, protein) Kompetensi Dasar Menjelaskan

Lebih terperinci

Hubungi Kami: LINE : brtcofficial. SMS Pin BB : : 2AF92EE7

Hubungi Kami:   LINE : brtcofficial. SMS Pin BB : : 2AF92EE7 Hubungi Kami: Email : order@brtc.co.id LINE : brtcofficial SMS Pin BB : 0858 5273 5934 : 2AF92EE7 AQUA RUSH PEEL GEL AQUA RUSH SERUM AQUA RUSH LINE Gel peeling yang hipoalergenik untuk mengangkat sel kulit

Lebih terperinci