BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan seluruh organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya (Yaar dan Gilchrest, 2007). Proses penuaan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi adanya radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan faktor genetik. Faktor eksternal meliputi gaya hidup yang tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, radiasi sinar ultraviolet, stres dan kemiskinan (Pangkahila, 2007). Sinar Ultraviolet (UV) merupakan faktor luar yang paling berperan sebagai penyebab terjadinya proses penuaan kulit. Penuaan kulit yang dipicu oleh paparan sinar UV kronik dan repetitif yang disebut photoaging (Yaar & Gilchrest, 2008). Tanda klinis photoaging telah diklasifikasikan oleh Glogau (1996) menjadi empat tipe yaitu tipe I, II, III dan IV. Tipe ini didasarkan dari permulaan photoaging hingga tingkat photoaging yang parah. Paparan sinar UV kronik menghasilkan radikal bebas yang menyebabkan berbagai kerusakan struktur lapisan kulit, tetapi perubahan yang paling besar tampak pada lapisan dermis (Fisher et al., 2002). Sel utama yang terdapat pada lapisan dermis adalah fibroblast. Fibroblast adalah komponen seluler primer dari jaringan ikat dan sumber sintesis utama dari matriks 1

2 2 protein. Fibroblast akan menghasilkan kolagen yang akan membentuk struktur protein utama pada jaringan ikat yang memberikan daya regang (tensile strength). Fibroblast merupakan salah satu sel yang berperan dalam menjaga kelembaban, kekenyalan dan kekencangan kulit (Gilchrest dan Krutmann, 2006). Penelitian Wang et al. (2010) pada Human Dermal Fibroblast (HDFs) yang diberi paparan UV-B dengan dosis mj/cm 2 diketahui menyebabkan penurunan kelangsunan hidup sel seiring dengan peningkatan dosis paparan. Pada paparan dosis UV-B 300 mj/cm 2 dan 350 mj/cm 2 menunjukkan penghambatan kelangsungan hidup sel yang sangat signifikan. Terjadinya kerusakan sel akibat paparan UV akan mempercepat terjadinya penuaan alami. Seiring penuaan alami jumlah reactive oxygen species (ROS) meningkat sedangkan antioksidan tubuh akan berkurang, hal ini yang menyebabkan terjadinya stres oksidatif (Baumann dan Allemann, 2009). Pemberian antioksidan secara topikal mampu mencegah kerusakan kulit yang disebabkan oleh stres oksidatif. Penggunaan antioksidan secara topikal lebih baik dan optimal dibandingkan dengan penggunaan obat secara oral untuk mengatasi kerusakan kulit akibat pengaruh UV (Yaar & Gilchrest, 2008). Salah satu antioksidan alam yang banyak digunakan untuk mengatasi kerusakan kulit akibat radikal bebas adalah polifenol. Polifenol memiliki aktivitas antioksidan untuk mencegah photoaging tingkat seluler, salah satunya adalah jumlah kolagen. Menurut penelitian yang dilakukan Vayalil et al. (2004); Susana (2011); dan Soenarjady (2014), diketahui bahwa polifenol terbukti dapat menghambat degradasi kolagen kulit tikus yang dipapar sinar UV-B. Terjadinya degradasi

3 3 kolagen mengakibatkan kekenduran pada kulit dan secara klinis tampak sebagai kerutan (clinical photoaging). Penggunaan antioksidan untuk mencegah photoaging yang berasal dari tanaman disebut phyto antioxidant. Salah satu tanaman Indonesia yang saat ini banyak diteliti adalah manggis (Garcinia mangostana L.). Kulit buah manggis diketahui memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dengan zat aktif alpha mangostin dari turunan xanton, senyawa xanton dapat menyerap sinar UV, dimana xanton memiliki panjang gelombang maksimum nm yang merupakan rentang panjang gelombang sinar UV (Yatman, 2012; Susanti et al., 2012). Mekanisme kerja xanton sebagai antioksidan adalah menyumbangkan radikal hidrogen untuk menetralkan radikal bebas dan membentuk radikal fenolik yang akan distabilkan oleh resonansi (Meo et al., 2013; Amelia et al., 2015). Sifat antioksidannya melebihi vitamin E dan vitamin C (Iswari, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Tjahjani et al., (2014) diketahui bahwa ekstrak etanol 96% kulit buah manggis memiliki persen inhibisi IC 50 sebesar 7,48 ± 0,19 μg/ml, dan dalam penelitian Miksusanti (2012), diketahui bahwa persen inhibisi dari asam askorbat (Vitamin C) adalah 15,3769 μg/ml. Perbedaan nilai IC 50 tersebut menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol 96% kulit buah manggis lebih kuat dibandingkan vitamin C. Dalam penelitian Yudisthira (2014), diketahui bahwa ekstrak etanol 96% kulit buah manggis dapat meningkatkan jumlah kolagen dermis dan menurunkan ekspresi MMP-1 pada kulit mencit yang dipapar sinar UV-B. Penelitian Yulia, (2013) menunjukan bahwa ekstrak kulit buah manggis dapat meningkatkan

4 4 jumlah fibroblast pada kulit tikus wistar jantan yang diinduksi bakteri Porphyromonas gingivalis. Trifena (2012), telah melakukan uji in vivo terhadap perlindungan clinical photoaging dengan parameter kelembaban, elastisitas dan kecerahan kulit dari ekstrak kulit buah manggis yang dibuat dalam sediaan krim, hasilnya menunjukkan bahwa kelembaban, elastisitas, dan kecerahan kulit pasien secara statistik menunjukkan peningkatan setelah pemakaian 28 hari. Yanhendri, (2012) menyatakan bahwa sediaan kosmetik dalam bentuk krim umumnya jenis O/W karena W/O memiliki komponen minyak yang lebih lama tertinggal di atas permukaan kulit, akan tetapi secara farmakokinetika penetrasi krim W/O lebih kuat dibandingkan krim O/W, jika sediaan dibuat dalam bentuk W/O akseptibilitas pasien cenderung kecil. Formulasi sediaan ekstrak etanol 96% kulit buah manggis telah dilakukan dalam bentuk masker gel peel off oleh Sukmawati (2013). Masker gel peel off merupakan masker berbentuk gel transparan atau semi transparan yang mampu menyebar dengan baik serta membentuk lapisan pada kulit yang mudah diangkat setelah dikeringkan dan sediaan bentuk gel absorpsinya pada kulit lebih baik dibandingkan krim (Mitsui, 1997; Yanhendri, 2012). Utami (2014), telah melakukan pengujian terhadap formula masker gel peel off ekstrak etanol 96% kulit buah manggis tersebut dan diketahui bahwa aktivitas antioksidan masker gel peel off ekstrak etanol 96% kulit buah manggis lebih kuat dibandingkan dengan ekstraknya. Dilanjutkan optimasi gelling agent oleh Adhiningrat (2015), dan pengujian stabilitas sediaan tersebut oleh Nesa (2015), diketahui bahwa selama 28 hari didapatkan sediaan yang stabil secara fisiko kimia.

5 5 Darayanthi (2015), melakukan penelitian lanjutan terhadap efikasi sediaan masker gel peel off tersebut dengan uji derajat eritema dan uji toleransi sinar UV- B, hasil penelitian tersebut diketahui bahwa masker gel peel off 0,5% ekstrak etanol 96% kulit buah manggis dapat meningkatkan dosis eritema minimum terhadap sinar UV-B dan potensial dalam memberikan perlindungan jangka panjang terhadap paparan sinar UV-B. Radiasi UV-B dapat memicu kerusakan DNA, stres oksidatif, dan penuaan dini kulit (Kochevar dan Taylor, 2003). Sebagaimana telah dipaparkan diatas bahwa penuaan dini kulit bermula dari penuaan tingkat seluler. Dengan telah dibuktikannya masker gel peel off 0,5% ekstrak etanol 96% kulit buah manggis yang berpotensi memberikan perlindungan jangka panjang terhadap paparan sinar UV-B, maka akan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antioksidan masker gel peel off 0,5% ekstrak etanol 96% kulit buah manggis terhadap jumlah fibroblast dan clinical photoaging pada kulit tikus wistar jantan yang diberi paparan sinar UV-B. 1.2 Rumusan Masalah Apakah penggunaan masker gel peel off ekstrak etanol 96% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat meningkatkan jumlah fibroblast pada kulit tikus wistar jantan yang dipapar sinar UV-B? Apakah penggunaan masker gel peel off ekstrak etanol 96% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat mencegah clinical photoaging pada kulit tikus wistar jantan yang dipapar sinar UV-B?

6 6 1.3 Tujuan Untuk mengetahui efektivitas penggunaan masker gel peel off ekstrak etanol 96% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dalam meningkatkan jumlah fibroblast pada kulit tikus wistar jantan yang dipapar sinar UV-B Untuk mengetahui efektivitas peggunaan masker gel peel off ekstrak etanol 96% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dalam mencegah clinical photoaging pada kulit tikus wistar jantan yang dipapar sinar UV-B 1.4 Manfaat Manfaat Ilmiah Dapat memberikan informasi ilmiah tentang efek antioksidan dari masker gel peel off ekstrak etanol 96% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dalam meningkatkan jumlah fibroblast dan mencegah clinical photoaging pada kulit tikus wistar jantan yang dipapar sinar UV-B Manfaat Praktis Dapat dijadikan sumber informasi oleh masyarakat tentang efek antioksidan dari masker gel peel off ekstrak etanol 96% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dalam meningkatkan jumlah fibroblast dan mencegah clinical photoaging pada kulit tikus wistar jantan yang dipapar sinar UV-B