BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
|
|
- Liana Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal formulasi, dilakukan orientasi untuk mendapatkan formula krim yang baik. Orientasi diawali dengan mencari emulgator yang sesuai untuk membentuk krim air dalam minyak. Agen pengemulsi yang dapat membentuk air dalam minyak adalah produk hasil reaksi antara asam oleat dan kalsium hidroksida jenuh, serta didukung oleh lanolin yang mengandung kolesterol yang dapat berperan sebagai emulgator sekunder. Setelah itu, dilakukan peningkatan viskositas krim menggunakan kombinasi bahan bentuk cair (minyak biji bunga matahari), setengah padat (lanolin), dan padat (sera alba dan seto stearil alkohol) dilakukan agar krim mudah digunakan dan dapat melekat pada tumit kaki. Variasi konsentrasi urea juga dilakukan untuk melihat akibat yang ditimbulkan dengan konsentrasi yang tinggi. Pengamatan menunjukkan dengan peningkatan konsentrasi diberikan sensasi panas pada kulit. Krim dengan basis emulsi merupakan campuran dua fasa tak bercampur yaitu fasa minyak dan fasa air, yang distabilisasi dengan agen pengemulsi. Antioksidan digunakan untuk menghindari ketengikkan karena penggunaan minyak dari bahan alam. Pada krim digunakan butil hidroksi toluen sebagai antioksidan. Pengawet diperlukan untuk mencegah pertumbuhan mikroba karena penggunaan fasa air pada krim. Kombinasi pengawet metil paraben dan propil paraben digunakan untuk meningkatkan aktivitas pengawet dan spektrum yang luas. Konsentrasi etanol sebanyak % digunakan untuk melarutkan metil paraben yang sukar larut dalam air. Dari hasil orientasi formula, diperoleh formula krim yang terlihat pada Tabel.. Dari hasil pengamatan organoleptik terlihat bahwa terbentuk massa krim berwarna massa putih kekuningan, terasa halus, homogen, dan berbau khas seperti lanolin. Kehomogenan menunjukkan urea terlarut sempurna dalam krim. ph sediaan krim yang dibuat tidak dapat ditentukan karena fasa luar yang berupa minyak tidak dapat mengionisasikan H + yang dideteksi oleh ph meter. 0
2 Tabel. Krim Pelembab untuk Mengatasi Xerosis Tumit Kaki Bahan Fasa minyak Minyak biji bunga matahari (% b/b) Sera alba (% b/b) Setostearil alkohol (% b/b) Lanolin (% b/b) BHT (% b/b) Propil paraben (% b/b) Asam oleat (% b/b),9 8 0,0 0, 0,7,9 8 0,0 0, 0, Fasa air Kalsium hidroksida jenuh (% b/b) Urea (% b/b) Metil paraben (% b/b) Etanol (%b/b), 0 0,, 0 0, Penentuan jenis krim dengan basis emulsi dapat digunakan berbagai metode di antaranya pewarnaan, pengenceran, dan konduksi listrik. Metode pewarnaan menunjukkan bahwa krim yang dibuat tidak dapat ditentukan jenis emulsinya karena terlihat warna yang homogen baik dengan pemberian metilen biru maupun sudan merah. Metode pengenceran tidak dapat memberikan hasil yang akurat. Metode konduksi listrik dapat menentukan jenis yang terbentuk dengan akurat karena krim jenis minyak dalam air akan menunjukkan adanya hantaran listrik. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan nilai konduksi yang besar mendekati nilai dari sumber listrik yang diberikan sedangkan krim jenis air dalam minyak sebaliknya. Metode konduksi listrik menunjukkan formula memberikan konduksi sebesar 0,±0, ampere (A) dan formula memberikan konduksi sebesar 0,±0,8 A di mana sumber listrik yang digunakan sebesar 9 A. Nilai konduksi listrik yang rendah menunjukkan bahwa terjadi hambatan arus listrik karena fasa minyak menghalangi interaksi globul-globul yang berupa air. Minyak merupakan penghantar listrik yang buruk sehingga arus yang dihantarkan hampir mendekati nol. Sebagai perbandingan krim minyak dalam air menunjukkan konduksi listrik sebesar ±8 A. Evaluasi viskositas krim dilakukan setiap minggu untuk mengetahui adanya perubahan viskositas selama penyimpanan dan hasilnya dapat dilihat Tabel..
3 Tabel. Viskositas Krim Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang Batch Batch Batch Batch Batch Batch Viskositas pada hari ke- (Poise) Batch Batch Batch Batch Batch Batch Viskositas pada hari ke- (Poise) Hasil pengukuran viskositas krim menunjukkan bahwa antarbatch tidak terdapat perbedaan yang bermakna (ANOVA satu arah, P > 0,. Penyimpanan krim selama minggu menunjukkan tidak berpengaruh pada formula dan adanya berpengaruh viskositas pada formula. Perubahan viskositas pada formula menunjukkan kemungkinan gejala ketidakstabilan sistem emulsi dapat disebabkan adanya sebagian globul fasa terdispersi yang pecah sehingga membuat viskositas menjadi turun dan berubah secara signifikan. Evaluasi uji stabilitas fisik yang mengamati ketidakstabilan sistem emulsi meliputi flokulasi, creaming, koalesen, inversi fasa, dan pemisahan (breaking). Bila diamati secara visual, hasil pengujian menunjukkan tidak terjadi ketidakstabilan dari sistem emulsi. Akan tetapi terjadi warna kuning yang bertambah gelap dimulai dari siklus ke-. Hal ini dapat terjadi karena konsentrasi BHT yang digunakan tidak mencukupi untuk menjaga proses oksidasi dari minyak biji bunga matahari dan lanolin oleh panas 0 C yang digunakan untuk uji stabilitas fisik. Penyimpanan sediaan krim selama 8 minggu pada suhu kamar menunjukkan krim tetap stabil dan tidak terjadi perubahan warna. Krim yang dihasilkan tetap homogen dan tidak ada perubahan bau. Krim diamati ukuran globul yang terbentuk menggunakan mikroskop cahaya. Pengukuran dilakukan pada 00 globul fasa terdispersi menggunakan skala yang terdapat pada lensa okuler. Ukuran globul tersebut ditunjukkan pada Tabel..
4 Tabel. Distribusi Ukuran Globul pada Sediaan Krim Ukuran Globul (µm) Batch Batch Batch I,7 ± 0,9,7 ± 0,7, ± 0,8 II,87 ±,,78 ± 0,8,79 ±,0 (Jumlah globul yang diukur dalam krim sebanyak 0 Dari ukuran globul tersebut dapat diamati bahwa ukuran memasuki rentang ukuran globul sistem emulsi di atas µm. Penggunaan mikroskop cahaya dalam pengukuran globul fasa terdispersi memberikan hasil yang tidak akurat. Hal ini disebabkan pengukuran secara visual (mata manusia), pembuatan preparat yang memerlukan sedikit tekanan, dan resolusi kamera yang digunakan untuk menangkap objek yang dituju (globul emulsi). Agar pengukuran memberikan hasil yang akurat digunakan coulter counter atau coulter centrifugal photosedimentometer (Martin, 99). Pengujian keamanan krim dievaluasi dengan uji iritasi pada mata dan kulit punggung kelinci. Untuk menilai efek iritasi suatu sediaan topikal atau kosmetik pada kulit digunakan skor penilaian seperti yang dikemukan oleh Draize (Hayes, 0. Hasil pengamatan uji iritasi pada kulit punggung kelinci ditunjukkan pada Tabel.. Tabel. Hasil Pengujian Efek Iritasi pada Kulit Tidak digores jam tidak ada udem eritema nampak jelas (skor = ) 7 jam tidak ada udem sedikit eritema (skor = ) Digores jam tidak ada udem eritema nampak jelas (skor = ) 7 jam tidak ada udem sedikit eritema (skor = ) Kelinci I Kelinci II Kelinci III Tidak ada udem Sedikit eritema (skor = ) Tidak ada udem Tidak ada eritema Tidak ada udem Sedikit eritema (skor = ) Tidak ada udem Tidak ada eritema tidak ada udem eritema nampak jelas (skor = ) tidak ada udem sedikit eritema (skor = ) tidak ada udem eritema nampak jelas (skor = ) tidak ada udem sedikit eritema (skor = )
5 Nilai indeks iritasi primer diperoleh dengan menjumlahkan nilai antara eritema dan edema. Cara perhitungan indeks iritasi primer dengan melakukan rata-rata skor eritema dari ketiga kelinci kemudian dilakukan rata-rata dari pengamatan jam dan 7 jam. Hasil rata-rata terakhir merupakan nilai indeks iritasi primer karena pengamatan memberikan nilai 0 untuk udem. Nilai indeks iritasi primer yang diperoleh sebesar,7. Pengelompokkan nilai indeks iritasi primer yaitu antara 0 sampai menunjukkan iritasi ringan, sampai menunjukkan iritasi sedang, dan di atas menunjukkan iritasi berat. Nilai indeks iritasi primer yang diperoleh termasuk dalam kelompok iritasi ringan. Jadi pengujian pada kulit punggung kelinci menunjukkan terjadinya iritasi ringan. Hal ini mungkin disebabkan oleh penggunaan urea dalam formulasi berakibat eritema pada kulit punggung kelinci. Seperti yang telah diketahui bahwa urea memiliki mekanisme kerja humektan dan memiliki efek keratolitik pada konsentrasi tertentu. Mekanisme kerja humektan dan juga penutupan selama jam daerah pengolesan krim mengakibatkan urea menarik air dari kulit punggung kelinci sehingga timbul iritasi ringan. Tetapi secara perlahan-lahan efek iritasi menghilang karena berkurangnya konsentrasi zat iritan pada kulit. Pada uji iritasi mata dilakukan pengamatan meliputi efek kornea, iris, dan konjungtiva menggunakan skor penilaian yang dikemukan oleh Draize (Hayes, 0. Hasil pengujian iritasi pada mata kelinci ditunjukkan pada Tabel.. Cara perhitungan skor penilaian efek iritasi pada mata sebagai berikut : Untuk kornea, nilai total yaitu nilai derajat opasitas nilai luas opasitas (nilai maksimum = 8. Untuk iris, nilai yang diperoleh dikalikan dengan (nilai maksimum =. Untuk konjungtiva, evaluasi pembengkakan dan ekskresi air mata harus dilakukan sebelum kelopak mata hewan dibuka. Nilai total yaitu (nilai pemerahan konjungtiva + nilai kemosis + nilai eksresi air mata) (nilai maksimum =. Skor penilaian efek iritasi pada mata kelinci memberikan nilai total kornea mata kelinci sebesar 0 baik untuk,, dan 7 jam pengamatan. Nilai total iris sebesar 0 baik untuk,, dan 7 jam pengamatan. Nilai total konjungtiva sebesar ((+0+) ) untuk jam pengamatan, sebesar ((+0+ ) untuk jam pengamatan, dan sebesar 0 untuk 7 jam pengamatan.
6 Tabel. Hasil Pengujian Efek Iritasi Mata Efek yang diamati Kelinci I Kelinci II Kelinci III Kornea jam = = = jam = = = 7 jam = Iris jam jam 7 jam Konjungtiva Pemerahan konjungtiva kelopak mata jam warna merah menyala, lebih difus, pembuluh sulit dibedakan secara individual (skor = ) jam pembuluh jelas lebih besar dari normal (skor = ) 7 jam pembuluh normal Kemosis jam jam 7 jam Ekskresi air mata jam ekskresi air mata yang membasahi kelopak mata dan bulu di dekatnya (skor = ) jam tidak ada ekskresi air mata 7 jam tidak ada ekskresi air mata = warna merah menyala, lebih difus, pembuluh sulit dibedakan secara individual (skor =) pembuluh jelas lebih besar dari normal (skor = ) pembuluh normal ekskresi air mata yang membasahi kelopak mata dan bulu di dekatnya (skor = ) tidak ada ekskresi air mata tidak ada ekskresi air mata = iris normal (ksor = warna merah menyala, lebih difus, pembuluh sulit dibedakan secara individual (skor = ) pembuluh jelas lebih besar dari normal (skor = ) pembuluh normal ekskresi air mata yang membasahi kelopak mata dan bulu di dekatnya (skor = ) tidak ada ekskresi air mata tidak ada ekskresi air mata
7 Hasil uji iritasi mata pada kelinci menunjukkan bahwa krim tersebut menimbulkan iritasi pada mata karena krim yang dibuat mengandung bahan yang dapat bersifat surfaktan yang akan menimbulkan hasil yang positif iritasi pada mata. Bahan dengan sifat surfaktan dapat melarutkan lipid pada membran mukosa mata. Walaupun krim tidak ditujukan untuk penggunaan pada wajah, penggunaan krim sebaiknya dihindari terkena mata secara tidak sengaja. Uji efek krim pelembab dilakukan pada orang sukarelawan yang menderita xerosis tumit kaki tipe sedang dan parah. Kondisi ini dapat terjadi karena kondisi cuaca lingkungan sekitar yang berada pada musim kemarau yang akan beralih pada musim hujan (pancaroba) di negara tropis dan juga selama musim kemarau. Terjadi pada orang-orang yang cenderung tidak menggunakan alas kaki atau hanya menggunakan sandal terbuka setiap harinya akan mengalami xerosis ini. Informasi yang diperoleh dari sukarelawan bahwa pada masa pancaroba dan kemarau setiap tahunnya, biasanya xerosis tumit kaki sering terjadi sampai timbul eritema dan pendarahan. Penggunaan krim selama empat minggu menunjukkan bahwa krim tersebut dapat melembabkan xerosis pada tumit kaki serta melembutkan permukaan kulit yang pecah-pecah. Pada Tabel. ditampilkan skala perubahan tingkat keparahan xerosis tumit kaki sukarelawan menurut Rogers, et al. setelah pemberian krim selama empat minggu. Berdasarkan pengamatan secara kualitatif setelah empat minggu pemakaian krim, kulit tumit kaki sukarelawan menjadi lentur, tidak kasar, tidak kering, pecah-pecah tidak melebar, dan pecah-pecah yang semakin berkurang. Gejala iritasi tidak teramati pada periode pemakaian krim oleh sukarelawan walaupun ditunjukkan hasil yang positif pada pengujian pada kulit punggung dan mata kelinci. Hal ini disebabkan oleh kondisi kulit yang berbeda antara kulit punggung kelinci dan kulit tumit kaki manusia. Kulit punggung kelinci cenderung lebih sensitif dibandingkan dengan kulit tumit kaki manusia yang memiliki tingkat ketebalan antara sekitar 0, 0, mm.
8 7 Ke Tabel. Perubahan Skala Xerosis Tumit Kaki pada Sukarelawan Xerosis parah Skala Skala awal akhir Perubahan Ke Xerosis sedang Skala Skala Perubahan awal akhir Keterangan: 0 = Kulit normal = Penampilan bersisik dengan sedikit serpihan kulit = Penampilan bersisik dengan banyak serpihan kulit = Garis-garis tipis dan datar = Garis-garis tebal yang menaik dan pecah tidak dalam = Pecah-pecah besar yang dalam = Pecah-pecah besar dan dalam hingga muncul eritema Berdasarkan skala tingkat keparahan menurut Rogers, et al., perbaikan bermakna terlihat pada kelompok B yang tipe xerosis sedang. Hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa penggunaan krim selama satu bulan dapat memperbaiki xerosis pada tumit kaki hingga kondisi normal apabila digunakan secara rutin. Hasil uji pada kelompok A, tipe xerosis parah, tampak ada perubahan menjadi tipe xerosis sedang. Keparahan xerosis yang berkurang ditunjukkan dengan hilangnya gejala eritema, kelenturan kulit kulit walaupun masih terdapat pecah-pecah yang cukup dalam pada tiga orang sukarelawan. Sukarelawan juga diminta kesediaan mengisi angket efikasi krim pelembab untuk mengatasi xerosis tumit kaki dengan tujuan mengdukung pengamatan yang dilakukan. Berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan, sebanyak 00% sukarelawan memberikan pendapat bahwa penampilan sediaan krim pelembab meliputi warna dan bau yang dibuat sudah baik. Sebanyak 87,% sukarelawan menyatakan krim tidak sulit digunakan pada tumit kaki namun,% sukarelawan menyatakan krim cukup sulit digunakan pada tumit kaki. Sebanyak 00% sukarelawan menyatakan krim nyaman untuk digunakan pada tumit kaki. Sebanyak 9,7% sukarelawan menyatakan waktu penggunaan krim pada pagi hari
9 8 dan sore hari sudah tepat namun 8,% sukarelawan menyatakan tidak tepat karena pada pagi hari, sukarelawan cenderung sibuk dengan berbagai aktivitas. Sebanyak 9,7% sukarelawan menyatakan waktu kontak krim dengan tumit kaki selama ½ jam namun 8,% sukarelawan menyatakan waktu kontak selama jam. Sebanyak 00% sukarelawan menyatakan tidak ada rasa tidak nyaman ketika penggunaan selama empat minggu. Selama penggunaan empat minggu, krim tidak memberikan rasa tidak nyaman seperti perih, gatalgatal, kemerahan, dan bengkak Sebanyak 00% sukarelawan menyatakan krim memberikan perubahan pada xerosis tumit kaki. Sebanyak 70,8% sukarelawan menyatakan tidak terdapat kemerahan pada tumit kaki namun 9,7% sukarelawan menyatakan ada kemerahan pada tumit kaki. Hal tersebut dapat terjadi kemungkinan karena sugesti sukarelawan. Kemerahan dapat terjadi bila terlalu lama berjalan pada cuaca panas dan terlalu lama berjalan. Kemerahan bukan karena iritasi dari sediaan tersebut. Sebanyak % sukarelawan menyatakan masih terdapat kulit kasar dan kering pada tumit kaki namun 7% menyatakan tidak kasar dan kering. Sebanyak,% sukarelawan menyatakan tidak merasakan panas atau dingin namun 0,8% sukarelawan menyatakan adanya sensasi panas yang timbul mungkin dapat disebabkan oleh gejala iritasi. Sensasi panas mungkin dapat ditimbulkan oleh penggunaan urea dalam krim. Sekitar,7% sukarelawan menyatakan adanya sensasi dingin yang timbul mungkin dapat disebabkan oleh pengaruh urea yang memiliki mekanisme humektan atau dapat juga dipengaruhi oleh faktor dari luar yaitu cuaca pagi hari dan malam hari yang cenderung suhu rendah. Tapi karena hal tersebut tidak terjadi terjadi terus-menerus maka dianggap efek sesaat dari sukarelawan, mungkin sukarelawan bersangkutan lebih sensitif dibandingkan sukarelawan lainnya. Sekitar 8,% sukarelawan menyatakan waktu satu bulan sudah cukup untuk mengobati xerosis tumit kaki walaupun belum kembali pada kondisi normal. Terutama menghilangnya rasa sakit dan tidak memperparah kondisi xerosis tumit kaki pada musim kemarau dirasakan sudah cukup berarti. Pada enam orang sukarelawan yang pernah melakukan pengobatan sendiri menggunakan sediaan yang ada di pasaran untuk xerosis tumit kaki mereka, 8,% sukarelawan menyatakan krim yang diberikan lebih baik dibandingkan produk yang pernah mereka coba.
SHERLY JULIANI FORMULASI DAN UJI EFEK KRIM PELEMBAB UNTUK MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
SHERLY JULIANI FORMULASI DAN UJI EFEK KRIM PELEMBAB UNTUK MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007 Pada kutipan atau saduran
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.
Lebih terperinciKode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets
I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah Allium shoenoprasum L. yang telah dinyatakan berdasarkan hasil determinasi di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan
Lebih terperinciBAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.
BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Air suling, cangkang telur ayam broiler, minyak VCO, lanolin, cera flava, vitamin E asetat, natrium lauril sulfat, seto stearil alkohol, trietanolamin (TEA), asam stearat, propilenglikol,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan
Lebih terperinciBAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)
BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Propolis Gold (Science&Nature ), minyak lavender (diperoleh dari PT. Martina Berto), aquadest, Crillet 4 (Trimax), Crill 4 (diperoleh dari PT. Pusaka Tradisi Ibu), setostearil
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB
Lebih terperinciFORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK
FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK Faridha Yenny Nonci, Nurshalati Tahar, Qoriatul Aini 1 1 Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30
Lebih terperinciFORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA
FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari
Lebih terperinci1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak
Contoh si Sediaan Salep 1. sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak Vaselin Putih 82,75% Ekstrak Hidroglikolik Centellae Herba 15 % Montanox 80 2 % Mentol 0,05 % Nipagin 0,15
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa
Lebih terperinciLampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah
Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Hasil determinasi Citrus aurantifolia (Christm. & Panzer) swingle fructus menunjukan bahwa buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan sediaan yang digunakan di luar badan guna membersihkan, menambah daya tarik, dan memperbaiki bau badan tetapi tidak untuk mengobati penyakit (Tranggono
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C
29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan
Lebih terperinciPEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.
PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim. II. DASAR TEORI Definisi sediaan krim : Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Dari penelitiannya Islamiyah et al., (2013) mengatakan bahwa penyebaran nyamuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang umum dijumpai pada masyarakat khususnya bagi yang tinggal di iklim tropis seperti Indonesia, namun banyak dari masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika merupakan suatu sediaan yang telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Salah satu kegunaan sediaan kosmetika adalah untuk melindungi tubuh dari berbagai
Lebih terperinciPembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven
IOCD International Symposium and Seminar of Indonesian Medicinal Plants xxxi, Surabaya 9-11 April 2007 Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven Yudi Padmadisastra Amin Syaugi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan
Lebih terperinciDeterminasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Determinasi Tanaman Buah pisang raja diperoleh dari Pasar Legi, Surakarta, Jawa Tengah. Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di Laboratorium Biologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat
Lebih terperinciSUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.
SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Karakteristik Minyak Atsiri Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa Ciptasari Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas memberikan
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer Brookfield (Model RVF), Oven (Memmert), Mikroskop optik, Kamera digital (Sony), ph meter (Eutech), Sentrifugator
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental
8 BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi minyak atsiri
Lebih terperinciFORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION
FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION Megantara, I. N. A. P. 1, Megayanti, K. 1, Wirayanti,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kosmetika dekoratif digunakan sehari-hari untuk mempercantik diri. Salah satu contoh kosmetika dekoratif yang sering digunakan adalah lipstik. Lipstik merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang kosmetika saat ini sangatlah pesat. Kosmetika berdasarkan penggunaannya dapat digunakan sebagai tata rias dan juga sebagai perawatan kulit
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memungkinkan berbagai tanaman buah tropis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini menyebabkan buah tropis banyak dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kaum wanita banyak yang menggunakan berbagai macam sediaan kosmetika baik yang berfungsi untuk merawat kulit maupun untuk tata rias. Adapun sediaan kosmetika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat sediaan topikal selain mengandung bahan berkhasiat juga bahan tambahan (pembawa) yang berfungsi sebagai pelunak kulit, pembalut pelindung, maupun pembalut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotion, salep, dan krim.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat Kulit Topikal Kortikosteroid Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotion, salep, dan krim.
Lebih terperinciDi sampaikan Oleh: Azis Ikhsanudin
Di sampaikan Oleh: Azis Ikhsanudin PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Nyamuk Aedes aegypti Vektor Demam Berdarah Usaha proteksi diri terhadap nyamuk Kelambu Repelan Paling digemari masyarakat Praktis Mudah dipakai
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI PROPILEN GLIKOL TERHADAP STABILITAS FISIK KRIM ANTIOKSIDAN FITOSOM EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.
PENGARUH KONSENTRASI PROPILEN GLIKOL TERHADAP STABILITAS FISIK KRIM ANTIOKSIDAN FITOSOM EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) Karlina Amir Tahir 1, Sartini 2, Agnes Lidjaja 2 1 Jurusan Farmasi,
Lebih terperinciMemiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.
Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Peralatan yang digunakan adalah alat-alat gelas, neraca analitik tipe 210-LC (ADAM, Amerika Serikat), viskometer Brookfield (Brookfield Synchroectic,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah kulit kentang (Solanum tuberosum L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan Cipaganti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroorganisme yang hidup di kulit (Jawetz et al., 1991). Kulit merupakan organ tubuh manusia yang sangat rentan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika adalah bahan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penetapan kadar larutan baku formaldehid Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada tabel 2. Hasil yang diperoleh dari penetapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh kita yang melindungi bagian dalam tubuh dari gangguan fisik maupun mekanik, gangguan panas atau dingin, dan gangguan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Satu Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini
Lebih terperinciSEDIAAN OBAT MATA PENDAHULUAN
SEDIAAN OBAT MATA PENDAHULUAN Sediaan obat mata adalah sediaan steril berupa salep, larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan jalan meneteskan, mengoleskan pada selaput lendir mata di sekitar
Lebih terperinciMasalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.
Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak jagung dan sirup, sedangkan di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Habitat tumbuhan Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman tropis dan salah satu tanaman pangan dunia terpenting selain gandum dan padi. Di Amerika Serikat
Lebih terperinciSALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)
SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Salep, krim, gel dan pasta merupakan sediaan semipadat yang pada umumnya digunakan pada kulit.
Lebih terperinciFORMULASI GEL SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)
FORMULASI GEL SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) Nursiah Hasyim 1, Faradiba 2, dan Gina Agriany Baharuddin 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar 2 Fakultas Farmasi, Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi
digilib.uns.ac.id 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa
Lebih terperinciAg2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku
Ag2SO4 Warna dan bentuk: serbuk putih BM: 311.8 Titik leleh (derajat C) : tidak ada Titik didih: 1085 C Tekanan uap: tidak berlaku Specific gravity: 5.45 Kelarutan dalam air: 0.57g/100 cc (0 C) Bahaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Tanaman-tanaman yang diteliti adalah Ricinus communis L. (jarak) dan Eclipta prostrata (L.) L. (urang-aring). Pada awal penelitian dilakukan pengumpulan bahan tanaman,
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Identifikasi/determinasi tumbuhan yang di lakukan di Herbarium
BAB III HASIL DAN EBAHASAN 3.1. Identifikasi Tumbuhan Hasil Identifikasi/determinasi tumbuhan yang di lakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani usat enelitian BiologiLII Bogor Jl. Raya Jakarta Bogor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut
Lebih terperinciPEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :
LARUTAN OBAT TETES PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS : LARUTAN Adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, terdispersi secara molekuler
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat spreads, yang kandungan airnya lebih besar dibandingkan minyaknya. Kandungan minyak dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Kategori penelitian dan rancangan percobaan yang digunakan adalah kategori penelitian eksperimental laboratorium. 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian
Lebih terperinciUJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM
UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM Stefanny Florencia Dewana 1, Sholichah Rohmani 2* 1,2 Program Studi D3 Farmasi, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang esensial dan vital (Tortora dan Derrickson, 2009). Warna kulit ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kulit merupakan bagian terluar pada tubuh manusia sehingga menjadi organ yang esensial dan vital (Tortora dan Derrickson, 2009). Warna kulit ditentukan oleh melanin
Lebih terperinciBAB II METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metode penelitian meliputi
BAB II METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metode penelitian meliputi penyiapan bahan tumbuhan, penetapan kadar air, penetapan kadar minyak atsiri, isolasi minyak atsiri,
Lebih terperinciEMULSI FARMASI. PHARM.DR. JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD
EMULSI FARMASI PHARM.DR. JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD KEUNTUNGAN Meningkatkan bioavailibilitas obat Controlled rate drug release Memberikan perlindungan terhadap obat yang rentan terhadap oksidasi dan
Lebih terperinciII.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim
II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim (Faradiba, 2013) - Krim dengan zat pengemulsi nonionik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah
Lebih terperinciBAB IV PROSEDUR KERJA
BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pengumpulan Bahan Bahan berupa minyak kemiri (Aleurites moluccana L.) diperoleh dari rumah industri minyak kemiri dengan nama dagang Minyak kemiri alami 100%, VCO diperoleh di
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
digilib.uns.ac.id xvi DAFTAR SINGKATAN A/M ANOVA BHA BHT CMC CoCl 2 HIV HLB M/A O/W ph SPSS t-lsd UV W/O : Air dalam Minyak : Analysis of Variance : Butylated Hydroxyanisole : Butylated Hydroxytoluen)
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang 59 Lampiran 2. Gambar tanaman rimbang dan gambar makroskopik buah rimbang A Keterangan: A. Tanaman rimbang B. Buah rimbang B 60 Lampiran 3. Gambar serbuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saus Cabai Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1 Pray, W. S. and J. J. Pray, 2005, Managing Dry Skin, US Pharmacist, 5; 30(3) (24 November 2006)
PENDAHULUAN Xerosis adalah suatu istilah untuk kulit kering yang sering terjadi pada bagian tumit kaki, siku, dan jari-jari tangan. Xerosis pada tumit kaki merupakan kondisi kulit kering pada tumit kaki
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan bahan baku minyak atsiri daun sebagai bahan aktif gel antiseptik. Minyak atsiri daun ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.
Lebih terperinciC3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa
A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik menjadi kebutuhan penting di kehidupan sehari-hari, digunakan setiap saat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan pasar. Penggalian
Lebih terperinciBAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.
BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan, Alat, dan Hewan Percobaan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah duku (Lansium domesticum Corr.), hirdoksipropil metilselulosa (HPMC), carbomer, gliserin, trietanolamin
Lebih terperinciProses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik
Perbedaan gel dan emulgel? Emulgel merupakan terdiri dari 2 fase yang dimana gabungan antara fase emulsi dan fase gel.sedangkan gel merupakan terdiri dari satu fase saja yaitu terdiri dari basis gel dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana obat menembus ke dalam kulit menghasilkan efek lokal dan efek sistemik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem penghantaran secara transdermal merupakan bentuk penghantaran dimana obat menembus ke dalam kulit menghasilkan efek lokal dan efek sistemik. Macam-macam formulasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rambut adalah mahkota bagi setiap orang khususnya wanita. Selain berfungsi untuk menunjang penampilan dan menambah kecantikan, rambut juga berfungsi sebagai penghangat
Lebih terperinciPENGARUH ASAM OLEAT TERHADAP LAJU DIFUSI GEL PIROKSIKAM BASIS AQUPEC 505 HV IN VITRO
PENGARUH ASAM OLEAT TERHADAP LAJU DIFUSI GEL PIROKSIKAM BASIS AQUPEC HV IN VITRO Boesro Soebagio, Dolih Gozali, Nadiyah Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kosmetik adalah sediaan atau panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, organ kelamin bagian luar,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetik Kosmetik merupakan bahan atau komponen kimia yang digunakan untuk mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari berbagai macam senyawa kimia
Lebih terperinciFORMULASI SABUN MANDI CAIR DENGAN LENDIR DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera Linn.)
FORMULASI SABUN MANDI CAIR DENGAN LENDIR DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera Linn.) Boesro Soebagio, Sriwidodo, Irni Anggraini Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD, Jatinangor-Sumedang ABSTRAK Telah dilakukan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandan wangi merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan daunnya sebagai bahan tambahan makanan, umumnya sebagai bahan pewarna hijau dan pemberi aroma. Aroma khas dari
Lebih terperinci