BAB IV INDUSTRI MOCI DAN PERUBAHAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIKOLE. Bab ini merupakan uraian analisis dari hasil penelitian di Kecamatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV INDUSTRI MOCI DAN PERUBAHAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIKOLE. Bab ini merupakan uraian analisis dari hasil penelitian di Kecamatan"

Transkripsi

1 51 BAB IV INDUSTRI MOCI DAN PERUBAHAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIKOLE Bab ini merupakan uraian analisis dari hasil penelitian di Kecamatan Cikole Kota Sukabumi untuk memberikan gambaran umum mengenai perkembangan industri moci di Cikole selama 15 tahun ( ) dengan melihat aspek modal, produksi, tenaga kerja dan pemasaran. Pembahasan pada bab ini terdiri dari beberapa sub bab, yakni (1) Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Cikole Kota Sukabumi. (2) Perkembangan industri moci di Cikole Kota Sukabumi pada periode , (3) Upaya yang dilakukan pengusaha dalam mengembangkan industri moci, (4) Kontribusi industri moci terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Kota Sukabumi Sub-sub judul tersebut kemudian dijabarkan menjadi beberapa bagian sehingga dapat memberikan gambaran yang menyeluruh. Pada bagian pertama akan dibahas mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Cikole yang di dalamnya dikaji tentang keadaan geografis dan administratif yang meliputi letak geografis, batas wilayah, luas wilayah serta hal-hal lainnya. Selain itu, akan diuraikan pula mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat diantaranya tingkat pendidikan, mata pencaharian, jumlah penduduk dan interaksi sosial. 51

2 52 Pembahasan kedua, menguraikan tentang gambaran umum industri moci cikole pada tahun dengan memperhatikan beberapa aspek yang berkaitan erat dengan perkembangan industri seperti faktor permodalan yang mempengaruhi besar kecilnya perusahaan dan kapasitas produk yang dihasilkan, tenaga kerja sebagai salah satu sumber daya utama dalam perkembangan perusahaan, proses produksi dan proses pemasaran sebagai tahapan penyaluran produk yang dihasilkan agar sampai kepada konsumen. Pembahasan ketiga, menguraikan upaya yang dilakukan pengusaha industri moci di Kecamatan Cikole untuk mengembangkan, memajukan dan mempertahankan usahanya yang meliputi strategi, kreatifitas, motivasi, dan inovasi mereka dalam bekerja, khususnya pada tahun Pembahasan keempat, adalah mengenai kontribusi industri moci terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat Kecamatan Cikole Uraian yang terdapat dalam pembahasan ini adalah tingkat kesejahteraan masyarakat meliputi pendapatan pengusaha, upah pekerja, jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh masyarakat dengan keberadaan industri moci yang kemudian berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat setempat.

3 Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Kecamatan Cikole Kota Sukabumi Kondisi Geografis dan Administrasi Kajian mengenai keadaan geografis Kota Sukabumi diperlukan untuk memahami perkembangan industri moci di wilayah tersebut, dimana dari kajian ini kita dapat mengetahui bagaimana keadaan geografis tersebut berpengaruh terhadap keberadaan industri moci. Kota Sukabumi merupakan salah satu wilayah yang berstatus kotamadya di provinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kota Sukabumi terletak pada 106º45 50 dan 106º45 10 Bujur Timur serta 6º49 29 dan 6º50 44 Lintang Selatan, terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Sukabumi 48,00231 Km persegi (Badan Pusat Statistik, Profil Kota Sukabumi tahun 2005). Secara administratif wilayah Kota Sukabumi seluruhnya berbatasan dengan kabupaten Sukabumi yakni sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cisaat dan kecamatan Sukabumi Kabupaten Sukabumi, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi, sebelah barat berbatasan dengan Cisaat Kabupaten Sukabumi, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi (Badan Pusat Statistik, Profil Kota Sukabumi tahun 2005). Kota Sukabumi terdiri dari 5 kecamatan, dan pada tahun 2000 Kota Sukabumi mengalami pemekaran menjadi 7 kecamatan yaitu: Baros, Citamiang, Warudoyong, Gunung Puyuh, Cikole, Lembursitu, Cibeureum. Wilayah Sukabumi memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan berudara

4 54 sejuk dengan ketinggian tempat antara meter di atas permukaan laut dan terletak di kaki gunung sebelah selatan Gunung Gede-Pangrango sehingga hampir semua dataran yang ada diusahakan menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Namun udara sejuk Sukabumi sekarang sudah mulai terasa lebih gerah, karena laju pembangunan yang cukup pesat di kota Sukabumi dan sekitarnya yang mengalihfungsikan lahan bagi kehutanan, perkebunan dan pertanian menjadi tempat pemukiman, fasilitas umum, fasilitas komersial, industri dan sebagainya. Kota Sukabumi terhubung dengan jalur transportasi utama ketiga arah. Ke barat yaitu ke arah Cibadak, Bogor dan Jakarta. Ketimur yaitu menghubungkan dengan kota Cianjur dan Bandung. Serta keselatan yaitu ke wilayah Kabupaten Sukabumi, seperti Pelabuhan Ratu dan Surade. Di Kota Sukabumi juga tersedia Jalur kereta api, namun sudah tidak beroperasi lagi akibat kondisi rel yang rusak dan dalam perbaikan. Jika jalur kereta api diaktifkan lagi, maka sangat membantu mengurangi beban jalan raya yang cukup padat, terutama ke arah Bogor dan Jakarta. Sedangkan ke arah timur, bisa menghubungkan jalur kereta api antara Bogor dan Bandung. Untuk lebih jelasnya mengenai Kota Sukabumi dapat dilihat pada peta berikut:

5 55 Gambar 4.1 Peta Kota Sukabumi Sumber: Diolah dari tahun Kecamatan Cikole adalah salah satu kecamatan yang berada di Kota Sukabumi dan terletak ke arah Timur dan memiliki 6 kelurahan yakni Selabatu, Cikole, Gunung Parang, Kebonjati, Cisarua dan Subangjaya. Luas wilayah Kecamatan Cikole 708,280 Ha dengan batas sebelah selatan Kecamatan Citamiang, sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukajaya Kecamatan Sukabumi, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gunung Puyuh.

6 56 Gambar 4.2 Peta Kecamatan Cikole Sumber: Diolah dari Kamtor Kecamatan Cikole. Tahun Kecamatan Cikole merupakan basis perekonomian rakyat dan usaha kecil serta rumah tangga. Salah satu industri rumah tangga yang berkembang di wilayah ini adalah industri moci yang menjadi fokus penelitian. Usaha industri moci merupakan jenis usaha turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal tersebut akan tercipta apabila pemilik usaha mampu untuk tetap eksis mempertahankan usahanya, sehingga pada perkembangannya industri ini dapat berkembang dengan maju pesat di Kecamatan Cikole, bahkan mampu menjadi trademark bagi Kota Sukabumi. Industri moci di Kecamatan Cikole tersebar di Kelurahan Cikole, Selabatu, dan Kebonjati. Kecamatan Cikole memiliki hawa yang sejuk, yang dimanfaatkan oleh masyarakatnya sebagai pertanian dan perkebunan. Salah satunya di Kecamatan

7 57 tersebut terdapat sumber daya alam berupa perkebunan bambu dan petani suji pandan. Masyarakat Cikole menjadikan bambu dan suji pandan sebagai sesuatu yang bernilai ekonomis yang dapat dijadikan sumber pendapatan. Hal ini menyebabkan di daerah tersebut banyak terdapat para pengrajin anyaman bambu dan petani suji pandan, yang secara tidak langsung mempengaruhi munculnya industri moci di Kecamatan Cikole. Melihat letak Kecamatan Cikole yang dilalui oleh jalan raya dan berada di pusat kota mendukung kegiatan ekonomi masyarakat terutama bagi perkembangan sektor industri, sehingga hasil-hasil produksinya dapat dipasarkan dengan lancar. Kondisi ini didukung pula oleh sarana transportasi yang cukup memadai selain karena daerahnya yang mudah dijangkau dari berbagai arah. Alat transportasi utama antar wilayah atau daerah adalah delman, ojek, serta angkutan umum, sedangkan untuk transportasi jarak jauh menggunakan bus. Secara tidak langsung, tersedianya sarana transportasi tersebut berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan masyarakat. Penduduk Kecamatan Cikole dapat dengan mudah memperoleh pengaruh dari luar, apalagi letaknya berada di pusat kota. Pengaruh tersebut dapat pula dirasakan pada industri moci, karena daerah ini dapat dilalui oleh angkutan umum maka banyak orang mulai mengenal hasil produk industri moci di Cikole dan dengan mudah dapat memperolehnya, sehingga hasil dari industri moci ini memiliki nilai ekonomis (diperjualbelikan) bagi banyak orang.

8 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat kecamatan Cikole Kondisi kehidupan masyarakat Kecamatan Cikole yang akan penulis jelaskan ialah mengenai masalah kependudukan yang berkaitan dengan jumlah penduduk dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Penulis mengkaji kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Cikole meliputi jumlah penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan interaksi sosial. Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah jumlah dan kualitas penduduk atau sumber daya manusia yang dimilikinya. Suatu daerah yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang memadai akan mengalami kemajuan yang cepat dan begitu pula sebaliknya. Pendapat ini didasarkan pada anggapan bahwa masyarakat dengan segala kemampuannya merupakan pelaksana pembangunan di daerahnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat statistik (BPS) Kota Sukabumi dapat dilihat perkembangan jumlah penduduk Kecamatan Cikole dari tahun dalam tabel di bawah ini.

9 59 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Cikole Tahun Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun Dikarenakan keterbatasan sumber, maka data yang disajikan tidak berurutan berdasarkan tahun kajian. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah penduduk Kecamatan Cikole secara keseluruhan yang di dalamnya termasuk orang-orang produktif yang dapat dijadikan sumber tenaga kerja serta penduduk yang tidak produktif termasuk di dalamnya balita dan lansia. Perbandingan jumlah penduduk wanita dan laki-laki tidak jauh berbeda, namun secara kuantitatif jumlah penduduk wanita lebih banyak dibandingkan laki-laki. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang besar, sehingga dapat dijadikan sebagai modal sumber daya manusia dalam proses pembangunan Kecamatan Cikole. Akan tetapi, permasalahan yang kemudian muncul adalah apakah besarnya jumlah penduduk tersebut telah sesuai dengan keadaan Kecamatan Cikole dilihat dari berbagai aspek khususnya sosial dan ekonomi. Kebutuhan akan penyediaan

10 60 lapangan pekerjaan adalah hal utama yang harus lebih diperhatikan. Hal ini pula yang menjadi salah satu faktor dari munculnya industri moci di Kecamatan cikole di samping terdapat motivasi-motivasi lainnya. Selain mengembangkan industri moci, masyarakat Kecamatan Cikole memiliki mata pencaharian di bidang lainnya, diantaranya adalah petani, buruh, karyawan, pengrajin, pedagang, peternak, PNS dan lain sebagainya. Jumlah penduduk Kecamatan Cikole mengalami peningkatan drastis mulai tahun 1996, dikarenakan Kecamatan Cikole yang asalnya terdiri dari 4 kelurahan, pada tahun tersebut mengalami penambahan 2 kelurahan yakni Kelurahan Cisarua dan Kelurahan Subangjaya. Selain itu, karena adanya beberapa faktor seperti melahirkan dan warga pendatang dari daerah lain. Dalam bidang keagamaan, mayoritas masyarakat Kecamatan Cikole adalah pemeluk agama Islam. Berdasarkan data yang tersedia penganut agama Islam adalah dari jumlah penduduk (profil Kecamatan Cikole tahun 2005). Data tahun 2005 dapat mewakili bidang keagamaan di Kecamatan Cikole. Karena untuk tahun-tahun sebelumnya jumlah penganut agama Islam masih menjadi mayoritas utama masyarakat Kecamatan Cikole. Perkembangan suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh jumlah penduduk saja, akan tetapi juga oleh berbagai aspek diantaranya adalah pendidikan. Tingkat pendidikan suatu daerah sangat berpengaruh terhadap perkembangan daerah tersebut. Artinya kualitas sumber daya manusia sangat berperan penting dalam menciptakan kemajuan dan kesejahteraan suatu daerah. Manusia mendapatkan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan bermanfaat bagi manusia agar lebih

11 61 mengetahui dan mendalami segala aspek kehidupan ( Soekanto, 2005: 10). Dengan demikian, bahwa salah satu faktor yang menentukan keberhasilan program pembangunan suatu daerah adalah kualitas sumber daya manusianya yang berperan penting dalam menciptakan kemajuan suatu daerah. Oleh karena itu, pemerintah Kota Sukabumi berupaya meningkatkan pendidikan masyarakat dengan pembangunan sekolah-sekolah secara bertahap. Tersedianya sarana pendidikan tersebut secara langsung berpengaruh terhadap tingkat pendidikan masyarakat. Berikut adalah jumlah sekolah dan siswa di Kecamatan Cikole pada kurun waktu Tabel 4.2 Perkembangan Jumlah Sekolah, Murid di Kecamatan Cikole tahun Tingkat SD Tingkat SMP Tingkat SMU Tahun Unit Sekolah Jumlah Murid Unit Sekolah Jumlah Murid Unit Sekolah Jumlah Murid Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada kurun waktu masyarakat Kecamatan Cikole telah memiliki perhatian terhadap pendidikan, hal itu dapat dilihat dari perbedaan jumlah siswa setiap tahunnya

12 62 dalam jenjang pendidikan dari tingkat Dasar sampai tingkat Atas. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Cikole sudah mampu mengenyam pendidikan minimal sampai jenjang pendidikan sekolah dasar (SD). Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya jumlah murid dan lembaga pendidikan yang didirikan pemerintah untuk jenjang sekolah Dasar. Penurunan jumlah siswa dari sekolah Dasar ke jenjang pendidikan lebih tinggi, menunjukan bahwa minat masyarakat untuk memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat dikatakan rendah. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor ekonomi dan cara pandang masyarakat sendiri. Masyarakat Kecamatan Cikole yang sudah dapat membaca, menulis dan berhitung dirasakan sudah cukup untuk bekal mendapatkan pekerjaan khususnya di industri moci untuk membantu orang tuanya meringankan beban ekonomi keluarga (Wawancara dengan E. Sulaeman, 2 Maret 2009). Faktor ekonomi merupakan hal utama yang mempengaruhi tingkat pendidikan di Kecamatan Cikole. Pada umumnya para orang tua menginginkan anaknya sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, namun mereka hanya mampu menyekolahkan anakanaknya sampai SD atau SMP. Hanya sedikit dari mereka yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Perkembangan pendidikan dalam suatu masyarakat akan mempengaruhi terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri. Dalam masyarakat yang berkecimpung dalam bidang industri pun pendidikan tidak kalah pentingnya. Sebagaimana diungkapkan oleh Dharmawan (1986:19), bahwa: Sektor pendidikan memegang peranan pokok dalam perkembangan masyarakat industri, sebab masyarakat tersebut menuntut adanya spesialisasi dalam berbagai fungsi yang terdapat di setiap bidang

13 63 kehidupan. Karenanya suatu sistem pendidikan yang utuh dan mantap sangat dibutuhkan. (Dharmawan, 1986:19). Hasil dari pendidikan diharapkan tidak sekedar hanya bisa membaca dan menulis, tetapi lebih dari itu seseorang diharapkan akan bertambah kepandaian, kecerdasan, kepribadiannya tumbuh berkembang dan mampu mengembangkan diri dengan masyarakat. Dengan pendidikanpun seseorang dapat mengembangkan potensi dirinya, hal ini berhubungan pula dengan lapangan pekerjaan yang akan dijalankannya. Jenjang pendidikan yang ditempuh oleh mayoritas penduduk Kecamatan Cikole sangat mempengaruhi kesempatan kerja yang akan dimasuki mereka. Mengingat jenjang pendidikan yang banyak ditempuh oleh masyarakat adalah sebatas SD-SMP, maka kesempatan kerja pun terbatas pada pekerjaan yang tidak memerlukan kualifikasi tingkat pendidikan yang khusus. Selain itu, tidak ada jaminan bagi mereka yang lulus SMP atau SMA bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan sesuai dengan jenjang pendidikan yang dimilikinya. Anggapan seperti ini mengakibatkan tidak banyak dari mereka yang melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas mendorong mereka untuk dapat menerima pekerjaan apa saja asalkan memperoleh penghasilan. Pada umumnya pekerjaan yang ditekuni adalah menjadi pekerja di industri kecil atau industri rumah tangga diantaranya industri moci, karena pekerjaan tesebut tidak memerlukan kualifikasi pendidikan tertentu. Hal terpenting yang diperlukan adalah keterampilan atau keahlian khusus yang diperoleh melalui proses pendidikan non-formal, yakni keterampilan yang

14 64 diperoleh dari orang tua. karena sebagian besar orang tua mereka bekerja pada industri tersebut. Para orang tua biasanya mengajarkan anak-anaknya bagaimana cara membuat moci. Terampil atau tidaknya seorang pekerja dalam membuat moci tidak ditentukan oleh jenjang pendidikan tertentu melainkan ditentukan oleh berapa lama mereka bekerja pada industri tersebut (wawancara dengan Nurmaninsih tanggal 5 Desember 2008). Berdasarkan kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa secara kuantitas jumlah penduduk di Kecamatan Cikole cukup besar akan tetapi secara kualitas sumber daya manusianya rendah apabila dilihat dari tingkat pendidikan. Hal ini akan mempengaruhi pada perkembangan usaha yang dikelola dan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompokkelompok manusia, maupun antara orang-orang perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto, 2004: 61). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan bagian dalam kehiudupan sosial, yang terlihat dalam berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang lain. Berdasarkan pengertian tersebut, proses interaksi yang terjalin antara sesama warga masyarakat di Kecamatan Cikole didasarkan atas hubungan kekeluargaan, pekerjaan, dan gotong royong. Pada umumnya interaksi yang sering terjadi pada masyarakat Kecamatan Cikole adalah dengan orang-orang yang satu pekerjaan misalnya pada industri moci. Hal ini terjadi karena waktu mereka untuk berinteraksi lebih banyak bila dibandingkan dengan orang yang berbeda pekerjaannya karena sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk bekerja dari

15 65 sekitar pukul delapan pagi sampai empat sore atau diperkirakan sekitar delapan jam setiap harinya. Interaksi diantara warga setempat juga terlihat dalam kegiatan gotong royong yang biasa dilakukan masyarakat pada hari libur misalnya hari Minggu. Kegiatan gotong royong biasanya dilakukan dalam membersihkan lingkungan, membuat sarana peribadatan, membuat sarana umum seperti membangun pos ronda dan jalan- jalan gang kecil. Ketika diadakan kegiatan gotong royong biasanya antara satu masyarakat dengan yang lainnya saling tegur sapa, saling senda gurau yang merupakan pertanda keakraban dalam hubungan sosial mereka. Sistem gotong royong ini menciptakan tradisi saling ketergantungan dalam kehidupan bermasyarakat di Kecamatan Cikole dan selanjutnya dapat melahirkan suatu disiplin sosial yang biasanya diwujudkan dalam bentuk-bentuk tradisi dan adat istiadat yang sangat dipatuhi oleh seluruh masyarakat Latar Belakang Berdirinya Industri Moci di Kecamatan Cikole Kota Sukabumi Makanan ringan moci merupakan makanan khas yang menjadi primadona Kota Sukabumi, bahkan Sukabumi mendapat julukan sebagai Kota Moci, karena merupakan sentra industri kue moci. Salah satu daerah yang menjadi sentra industri ini ialah Kecamatan Cikole. Wilayah ini dapat dikatakan sebagai sentra industri makanan ringan moci karena daerah ini memang sudah lama terkenal sebagai daerah penghasil makanan ringan moci terbaik. ( htm). Adapun pengertian sentra industri menurut Hasan (2002:18) adalah sebagai berikut:

16 66 a. Suatu daerah di mana terdapat agresi atau pengelompokan kegiatan-kegiatan produksi dari industri yang sejenis. b. Suatu daerah dimana terdapat pengelompokan kegiatan-kegiatan produksi dari industri yang bermacam-macam. c. Suatu daerah di mana terdapat pengelompokkan kegiatan berbagai jenis industri yang mempunyai kaitan yang erat satu sama lain. Industri moci ini dapat digolongkan sebagai industri kecil karena skalanya yang masih dalam lingkup skala yang kecil. Mengutip penjelasan Departemen Perindustrian RI dari buku yang ditulis Partomo dan Soejoedono (2004:14), bahwa: Departemen Perindustrian RI pada tahun 1983 membagi sektor industri dalam tiga kelompok. Pertama adalah kelompok industri dasar (basic industry), seperti metal kimia. Kedua adalah aneka industri yang menyerap banyak tenaga kerja dan menggunakan teknologi yang sifatnya tradisional atau yang sederhana. Kelompok ketiga ialah industri yang mempunyai investasi berupa aset tetap (fixed asset) kurang dari Rp. 70 juta di luar nilai tanah yang dikuasainya. (Partomo dan Soejoedono, 2004: 14). Selain itu, dengan mengacu pada pengertian industri kecil yang dikemukakan oleh Saripudin (2005:170), bahwa industri kecil ialah industriindustri yang mempergunakan modal kecil, dengan jumlah tenaga kerja yang umumnya kurang dari 50 orang, dan dengan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian industri moci dapat di golongkan kepada industri kecil karena jumlah modal yang kecil dan tenaga kerjanya yang sedikit dan juga teknologi yang digunakannya pun masih sangat sederhana. Sejarah berdirinya industri moci di Kecamatan Cikole Kota Sukabumi berawal dari keinginan seseorang untuk meningkatkan taraf perekonomian

17 67 keluarganya menjadi lebih baik. Seseorang sekaligus perintis tersebut adalah Dedi Kuswadi (Alm) yang mendirikan industri moci di Kecamatan Cikole pada tahun Sebelum mendirikan industri moci sebagai usahanya ia bekerja sebagai pegawai pemerintahan (PNS), (wawancara dengan Wanti, 20 Oktober 2008). Ketika menggeluti pekerjaan tersebut beliau sudah memiliki tingkat perekonomian yang cukup untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Namun ketika beliau berteman dengan orang keturunan Cina yang memberikan resep pembuatan kue moci maka Dedi mulai tertarik dan menjadikan kue moci tersebut sebagai bisnisnya. Kue moci Dedi bermerk Lampion, pada awal kemunculannya rasa kue moci hanya satu yaitu kue moci tanpa isi atau yang dikenal dengan sebutan moci kiathong. Tujuan didirikannya industri moci tersebut adalah untuk melestarikan makanan khas Kota Sukabumi, mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dan menciptakan lapangan pekerjaan khususnya masyarakat sekitar serta mensejahterakan para pekerja. Adapun visi dari industri ini adalah memuaskan konsumen melalui pelayanan dan kualitas produk yang diberikan. (hasil wawancara dengan Wanti, 20 Oktober 2008). Permulaan bisnis industri moci yang dilakukan oleh Dedi saat itu tidaklah mudah karena mayoritas masyarakat Sukabumi belum banyak yang mengetahui kue moci. Selain itu, bisnis kue moci Dedi harus bersaing dengan kue moci yang dihasilkan oleh warga keturunan Tionghoa. Namun Dedi tidak diam begitu saja, beliau mempromosikan kue moci dari mulut ke mulut ke masyarakat dan berbagai instansi pemerintahan khususnya tempat beliau bekerja. Usaha beliau tidak sia-sia karena pada tahun 1990, tempat usahanya didatangi oleh beberapa pejabat

18 68 pemerintah Kota Sukabumi yang sekaligus menyatakan bahwa kue moci adalah makanan khas Kota Sukabumi. Semenjak itu moci tersebar luas dan terkenal ke masyarakat sebagai makanan dan oleh-oleh khas Kota Sukabumi (wawancara dengan Nurmaninsih 20 Oktober 2008). Sejak saat itu, maka mulailah berkembang industri moci yang dirintis oleh Dedi, tepatnya berada di kaswari Desa Selabatu Cikole. Pada awal perkembanganya, industri moci tersebut dikelola secara kekeluargaan oleh semua anggota keluarga Dedi dan perkembangannya belum terlalu luas. Namun sekitar tahun 1990-an industri ini mulai menarik minat penduduk sekitar bahkan sampai ke luar daerah Cikole (Wawancara dengan Nurmaninsih dan Wanti tanggal 20 Oktober 2008). Suatu hal yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh Dedi ternyata telah membawa perubahan yang besar dalam hidupnya. Kemunculan industri tersebut yang dirintis olehnya membawa daerahnya menjadi terkenal sebagai penghasil kue moci terbaik. Industri yang dikembangkan oleh Dedi telah membawa perubahan ekonomi bagi keluarganya dan masyarakat yang berada di sekitar Cikole. Kemunculan industri tersebut menjadi alternatif baru sebagai sumber pekerjaan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Karena pada umumnya saat itu masyarakat memiliki pekerjaan tidak tentu (serabutan) dan bertani. Dengan semakin berkembangnya industri ini, maka semakin besar pula kesempatan kerja bagi masyarakat yang membutuhkan. Industri moci yang dimiliki oleh Dedi ini menerapkan sistem kerja yang tidak terlalu sulit. Pegawai yang ada di industri ini terdiri dari pekerja wanita dan laki-laki. Biasanya pekerja wanita bertugas sebagai pembentuk produk dan

19 69 pengemasan, sedangkan pekerja laki-laki bertugas sebagai pembuat adonan dan pengocek. Para pegawai tersebut diberikan fasilitas tempat tinggal sehingga pegawai yang bukan berasal dari cikole tidak mendapatkan kesulitan dalam memperoleh tempat tinggal. Seiring berjalannya waktu perkembangan industri moci memperlihatkan kemajuan yang cukup baik, keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada sektor pertanian dan serabutan. Keuntungan tersebut telah memotivasi sebagian masyarakat Cikole untuk beralih menjadi pekerja di industri moci ini. Bahkan ada juga beberapa masyarakat Cikole yang membuka usaha moci sendiri, dan mulai membuka peluang pekerjaan bagi masyarakatnya. Hal tersebut tidak dipermasalahkan oleh Dedi, karena beliau berpikir dengan semakin terbukanya kesempatan kerja bagi warga sekitar, maka akan terbantu pula sektor perekonomian masyarakat sekitarnya yang pada saat itu bekerja sebagai petani yang hanya mengandalkan pendapatan pada musim panen. (Hasil wawancara dengan Nurmaninsih, 20 Oktober 2008). Pemasarannya pun semakin luas yaitu ke daerah Cianjur, Bogor dan Bandung. Pemaparan di atas memperlihatkan bahwa latar belakang lahirnya industri moci di Cikole ini tidak lepas dari adanya keinginan Bapak Dedi untuk memperbaiki kehidupannya. Keinginan ini kemudian didukung oleh jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh masyarakat Kecamatan Cikole untuk tetap mempertahankan usahanya dan bersaing dengan produk makanan lainnya sehingga dapat bertahan sampai sekarang. Selain itu, didukung pula oleh faktor lingkungan, dimana di Kecamatan Cikole terdapat para pengrajin anyaman bambu

20 70 dan dengan mudah memperolehnya sehingga Bapak Dedi memanfaatkanya sebagai kemasan untuk kue moci. 4.2 Perkembangan Industri Moci di Cikole Kota Sukabumi Tahun Seperti telah dijelaskan pada sub bab di atas bahwa pada awalnya industri moci di Cikole ini hanyalah sebuah industri yang dilaksanakan secara turun temurun yang dirintis pada tahun 1983 oleh Dedi Kuswadi. Pada saat itu industri moci di Cikole proses serta cara yang digunakan dalam mengolah moci pun masih tergolong sederhana, karena masih menggunakan tungku, namun setelah banyaknya permintaan terhadap moci, pengusaha beralih menggunakan kompor karena dirasa lebih cepat. Semenjak tahun 1990 masyarakat Sukabumi lebih kreatif dengan menambahkan kacang sebagai isi moci dan menambahkan berbagai rasa dan aroma yang masih bertahan sampai sekarang. Hal tersebut dilakukan karena banyaknya permintaan konsumen dan adanya perkembangan pasar. Modifikasi rasa dan aroma dilakukan dengan menambahkan lima rasa yaitu jahe, durian, suji pandan, strowberi, ketan hitam dan mocca sehingga konsumen bisa memilih rasa kue moci yang disukainya. Pada tahun tersebut industri moci di Cikole mengalami peningkatan yang cukup baik. Kue moci mulai dikenal sebagai makanan atau oleh-oleh khas Kota Sukabumi seiring dengan dikunjunginya industri moci Bapak Dedi oleh beberapa pejabat pemerintah Kota Sukabumi yang menyatakan bahwa moci adalah oleh-

21 71 oleh khas Kota Sukabumi. Dengan mulai dikenalnya moci sebagai makanan khas Kota Sukabumi mengakibatkan industri moci di Sukabumi semakin berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah industri yang bertambah, peningkatan jumlah produksi dan penyerapan jumlah tenaga kerja yang cukup banyak serta pemasaran yang semakin luas. (Wawancara dengan Jaja Zaenudin, 13 November 2008). Pada awal perkembangannya sekitar tahun 1990-an, industri moci ini dikelola secara kekeluargaan oleh semua anggota keluarga Dedi Kuswadi dan perkembangannya belum terlalu luas, yang kemudian akhirnya menarik minat dari penduduk sekitar bahkan sampai ke luar daerah Cikole diantaranya sagaranten, Jampang. Sekitar akhir tahun 1990-an, industri yang dikembangkan oleh Dedi Kuswadi telah membawa perubahan bagi keluarganya dan masyarakat yang berada di sekitarnya. Kemunculan industri ini menjadi alternatif baru sebagai sumber pekerjaan bagi masyarakat setempat, karena pada umumnya pada saat itu perekonomian masyarakat Cikole sangat tergantung pada sektor pertanian. Dengan semakin berkembangnya industri ini, maka semakin besar pula kesempatan kerja bagi masyarakat yang membutuhkan. Namun sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997, industri moci di Cikole turut terkena imbasnya dimana moci rasa jahe tidak diproduksi lagi karena terjadi inflasi harga yang menyebabkan harga jahe naik dan kesulitan dalam memperolehnya. Selain itu sama halnya dengan daun pandan/suji, penambahan rasa jahe juga membutuhkan waktu dan tenaga untuk memeras jahe tersebut, sedangkan untuk rasa yang lainnya hanya dengan menambahkan pasta

22 72 saja. Untuk aroma daun pandan/suji tetap diproduksi karena bahan bakunya diperoleh dari kebun pemilik dan tanpa menggunakan biaya. Yang menjadi ciri khas unggulan hasil industri moci di Cikole adalah rasanya yang beragam, tidak menggunakan bahan pengawet serta ukurannya lebih besar dibandingkan dengan moci-moci lainnya, yang hingga kini tetap dipertahankan bahkan semakin mengembangkan kreatifitas bentuk, rasa dan desain kemasan moci. Para pengusaha berusaha mempertahankan ciri khasnya tersebut, adalah sebagai salah satu bentuk usahanya untuk tetap mempertahankan serta melestarikan makanan khas lokal yang telah menjadi trademark Kota Sukabumi. Berdasarkan hasil penelitian, pada umumnya masyarakat tetap menjadi konsumen moci karena rasa moci yang enak dan sesuai dengan selera konsumen (Hasil wawancara dengan Epih dan Soenar, tanggal 2 Maret 2009). Hal inilah yang menyebabkan moci tidak ditinggalkan oleh pelanggannya. Selain itu, kue moci mengandung suatu nilai filosofi yang melambangkan kesejahteraan dan keberkahan yang dipercayai oleh warga keturunan Tionghoa dan masyarakat pribumi di Sukabumi. Sehingga dengan melihat kondisi demikian, maka dapat dipastikan kue moci akan akan berkembang dan bertahan sampai beberapa tahun ke depan. Setelah mengalami pasang surut dalam perkembangannya, industri moci di Cikole mulai membangkitkan kembali eksistensinya pada tahun Hal tersebut ditandai dengan semakin banyaknya pengusaha moci dan kios-kios yang

23 73 menjual hasil industri moci di Cikole. Bahkan pada tahun tersebut mulai adanya perhatian dari pemerintah setempat. Pemerintah Daerah setempat menjadikan Cikole sebagai sentra penjualan moci unggulan sehingga pengusaha moci tidak lagi memasarkan moci ke luar daerah Sukabumi. Selain itu, pemerintah setempat melalui Deperindagkop dalam Proyek Pengembangan dan Pemberdayaan Industri Kecil melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada para pengusaha industri moci mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh pengusaha seperti langkanya modal, pemasaran, inovasi dan teknologi. Selain itu, pemerintah setempat pun melakukan promosi. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengikutsertakan para pengusaha industri moci dalam ajang-ajang pameran makanan khas daerah, diantaranya pada tahun 2000 sampai sekarang ajang-ajang promosi yang diikuti pengusaha adalah Pengenalan Pariwisata Daerah di TMII Jakarta, Cooperative Fair di Bandung, Mukernas (Musyawarah Kerja Nasional) Pemda Sukabumi, Sukabumi Economi Expo dan lain sebagainya. Dengan adanya ajang promosi tersebut industri moci di Cikole semakin dikenal luas oleh masyarakat. Bahkan ada beberapa pengusaha yang berhasil mendapatkan penghargaan dari pemerintah baik tingkat daerah maupun nasional, diantaranya dimulai pada tahun 1999 moci di Cikole mendapatkan piagam penghargaan dari Menteri Sosial Republik Indonesia sebagai Usaha Kesejahteraan Sosial yang memberi kesempatan kerja bagi para penyandang cacat, piagam penghargaan dari Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Sukabumi sebagai Pengusaha Kecil Kreatif, dan lain sebagainya.

24 74 Keterlibatan pemerintah daerah diakui oleh para pengusaha sangat penting karena dengan adanya pembinaan dari pemerintah daerah dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang berbagai macam masalah yang berkaitan dengan industri kecil salah satunya mengenai masalah modal, pemerintah daerah memberikan kesempatan bagi para pengusaha moci untuk meminjam modal apabila mengalami kekurangan modal hanya saja bantuan tersebut kurang dimanfaatkan oleh pengusaha moci karena berkaitan dengan banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh peminjaman (wawancara dengan Wanti, tanggal 20 oktober 2008). Belum adanya wadah yang menjembatani antara para pengusaha moci maupun antara tenaga kerjanya seperti Koperasi menyebabkan tidak adanya standar harga maupun standar kualitas produk. Selain itu, menyebabkan adanya sikap acuh antara pengusaha moci dan kurang diperhatikannya kesejahteraan tenaga kerja. Adapun perkembangan jumlah unit dan tenaga kerja industri moci di Kecamatan Cikole tahun terdapat dalam tabel di bawah ini.

25 75 Tabel 4.3 Perkembangan jumlah produsen dan tenaga kerja moci di Kecamatan Cikole Kota Sukabumi Klasfikasi Usaha Total Jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja Penam- Unit Keci- Kecil- Kecil- Kecil- Kecil- Kecil- bahan Tahun Usaha Kecil Menengah Besar Kecil Menengah Besar TK TK Sumber: Deperindagkop Kota Sukabumi serta diolah dari data arsip yang ditemukan dilapangan dalam angka tahun Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah unit usaha industri moci dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini tentunya mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang juga bertambah meskipun kurang signifikan. Kurun waktu di Kecamatan Cikole hanya terdapat 1 produsen moci yaitu Lampion. Pada saat itu, industri moci Lampion yang didirikan oleh Dedi Kuswadi kewalahan menghadapi permintaan dari konsumen, sehingga menyebabkan menantu beliau yaitu Dedi Permana mendirikan industri moci yang lain. Bahkan adapula salah seorang pekerjanya yang juga mampu mendirikan industri moci sendiri (Wawancara dengan Dedi Permana dan Ujang

26 76 Sukarya pada tanggal 2 Maret 2009). Kemunculan industri moci Lampion memberikan inspirasi kepada masyarakat setempat dalam mendirikan sebuah usaha moci, hal ini terbukti di tahun mulai bermunculan industriindustri moci baru. Peningkatan jumlah industri moci di Kecamatan Cikole mengalami kenaikan yang cukup lumayan pada tahun 2000, yaitu menjadi 6 perusahaan. Hal ini terjadi karena adanya pemulihan ekonomi pasca krisis ekonomi. Selain itu, dalam mendirikan usaha ini tidak memerlukan modal yang besar serta pengolahan mocipun dapat dilakukan di rumah karena proses pengolahannya tidak sulit. Demikian dalam hal jumlah tenaga kerja yang terserap tiap tahunnya mengalami peningkatan meskipun dalam jumlah kecil. Hal ini disebabkan industri moci merupakan industri kecil yang berbasis rumah tangga dan jumlah unit usaha moci yang sedikit sehingga tenaga kerja yang terserap pun terbatas. Industri moci di Cikole diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok industri kecil yaitu industri kecil-besar, industri kecil-menengah, dan industri kecil-kecil. Klasifikasi tersebut berdasarkan kriteria jumlah pekerja. Menurut BPS jumlah pekerja pada industri kecil paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang termasuk pengusaha. Sedangkan menurut Undang-undang N0. 9 tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1 miliar/tahun. Mengacu pada pemaparan tersebut, penulis mengklasifikasikan bahwa industri kecil-kecil dengan jumlah tenaga kerja antara 4-7, industri kecil-

27 77 menengah dengan jumlah tenaga kerja antara 7-12, sedangkan industri kecil-besar dengan jumlah tenaga kerja orang dengan hasil penjualan tidak lebih dari 1 miliar per tahun. Untuk mengetahui secara jelas mengenai perkembangan industri moci Cikole pada tahun , akan dijabarkan dalam sub bab bagian berikut yang dibagi dalam beberapa bagian yaitu segi pendapatan yang dijabarkan dalam faktor permodalan, jumlah tenaga kerja, proses produksi, dan pemasaran serta kemajuankemajuan lain yang terjadi pada periode Faktor Permodalan Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap usaha, begitupun dalam bidang industri karena sangat mempengaruhi kelancaran produksi. Besar kecilnya sebuah usaha sangat ditentukan oleh jumlah modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Modal yang digunakan industri moci di Kecamatan Cikole dibagi menjadi dua yakni: a. Modal lancar, adalah modal yang diperlukan dalam kegiatan perusahaan sehari-hari. Modal ini diantaranya dipergunakan untuk pembelian bahan baku, konsumsi, dan gaji pegawai. b. Modal tetap, adalah modal yang dipakai dalam bentuk bangunan dan peralatan atau perlengkapan yang dipakai dalam perusahaan industri moci. Modal tetap yang digunakan untuk mendirikan industri moci di kecamatan Cikole terdiri dari peralatan. Alat-alat tersebut antara lain wajan, kompor, baki, alat pemotong, penggilingan kacang, timbangan, saringan, penumbuk, pengaduk, baskom, ember dan keranjang. Peralatan wajan, kompor, baki, alat pemotong,

28 78 penggilingan kacang merupakan peralatan utama yang diperlukan dalam memproduksi kue moci. Barang-barang tersebut merupakan modal yang penting dalam industri moci. Pada dasarnya semua peralatan di atas dimiliki oleh tiap-tiap industri moci di Kecamatan Cikole. Selain modal berupa alat-alat produksi di atas, modal yang diperlukan adalah modal dalam bentuk uang atau modal lancar yang digunakan untuk menyediakan bahan baku, gaji pekerja dan lain-lain. Modal dalam bentuk uang yang digunakan untuk menjalankan roda usaha bisa berasal dari modal sendiri atau modal yang berasal pinjaman dari Bank. Pada umumnya modal yang digunakan oleh industri kecil berasal dari modal sendiri (Hasan, 2002: 10). Hal tersebut juga terjadi pada industri moci di Cikole, ketika pertama kali mendirikan usahanya sebagian besar menggunakan modal sendiri atau keluarga. Pada umumnya modal yang dikeluarkan setiap industri moci di Cikole berbeda-beda, namun mengalami peningkatan tiap tahunnya. Adapun perkembangan rata-rata modal yang dikeluarkan pengusaha dalam satu kali produksi dapat dilihat dari tabel berikut ini.

29 79 Tabel 4.4 Rata-Rata Modal yang dikeluarkan dalam satu kali produksi Industri moci di Cikole Tahun Tahun Klasifikasi Usaha Kecil-Kecil Kecil-Menengah Kecil-Besar Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Sumber: Diolah berdasarkan hasil wawancara dengan wanti, U.Sukarya, Dedi Permana dan Jaja pada tanggal 25 maret Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata modal yang dikeluarkan oleh pengusaha moci mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini dipengaruhi oleh naiknya harga-harga bahan baku moci dan meningkatnya permintaan terhadap moci. Rata-rata modal awal per satu kali produksi yang dikeluarkan pengusaha moci berskala kecil sebesar Rp , dan mengalami perkembangan modal dari tahun sebesar Rp ,-Rp , sehingga dari tahun tersebut pengusaha moci mendapatkan penambahan modal sebesar Rp Sedangkan untuk industri moci berskala menengah, modal awal per satu kali produksi yang dikeluarkan sebesar Rp , yang mengalami perkembangan modal dari tahun antara Rp80.000,- Rp ,

30 80 sehingga dalam kurun waktu tersebut penambahan modal sebesar Rp pengusaha moci dengan skala besar modal awal yang dikeluarkan sebesar Rp /satu kali produksi, dan mengalami perkembangan modal dari tahun sebesar Rp ,-Rp , sehingga memperoleh penambahan modal selama kurun waktu tersebut sebesar Rp ,. Pada kurun waktu , pengusaha moci kurang begitu mengandalkan bantuan dari pihak lain. Walaupun pada sekitar tahun 1990-an bantuan dari Pemerintah mulai ada, namun bantuan tersebut bukan bantuan langsung melainkan bantuan pinjaman dari berbagai instansi swasta dan Bank. Para pengusaha kurang begitu mengandalkan bantuan ini, karena bila mengandalkan bantuan pinjaman dari bank maka keuntungan yang diperoleh harus dipotong untuk membayar pinjaman beserta bunganya. Selain itu, banyaknya persyaratan yang harus ditempuh untuk memperoleh pinjaman membuat para pengusaha enggan memanfaatkan modal dari pihak bank. Sehingga usaha industri ini berkembang dengan mandiri. (Hasil wawancara dengan Dedi permana pada tanggal 25 Maret 2009). Jumlah industri moci di Cikole sekitar tahun 2005 sebanyak 7 perusahaan dengan skala permodalan yang berbeda. Perbedaan skala usaha diantara sesama pengusaha moci ini sudah tentu berpengaruh besar terhadap corak kesulitan yang dihadapinya. Untuk keperluan penelitian ini, penulis menyajikan perhitungan biaya produksi pada industri moci di Cikole berdasarkan klasifikasi modal, kelompok kecil Rp , kelompok menengah Rp

31 81 30, ,- dan kelompok usaha besar di atas Rp ,- seperti yang diuraikan pada tabel berikut. Tabel 4.5 Perhitungan Biaya Produksi Industri Moci di Cikole Tahun 2001/bulan Biaya Klasifikasi Usaha Nama pengusaha Bahan Baku (Rp) Konsumsi (Rp) Gaji Pekerja (RP) Biaya Total Produksi (Rp) Ibu Wanti Kelompok Besar Dedi Kelompok Permana Menengah Ujang Kelompok Sukarya Kecil Sumber : Diolah berdasarkan hasil wawancara dengan Wanti, Dedi dan Ujang Sukarya pada tanggal 25 Maret 2009). Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa modal uang yang harus dimiliki pengusaha moci adalah untuk membeli bahan baku, biaya konsumsi dan gaji pekerja. Modal untuk membeli bahan baku tidak dikeluarkan dalam setiap proses produksi melainkan pada umumnya dikeluarkan setiap satu minggu atau bahkan satu bulan sekali. Dalam proses selanjutnya modal yang dikeluarkan hanya untuk upah dan biaya konsumsi pekerja saja. Selain itu, jumlah pekerja pada setiap kelompok besar biasanya berjumlah antara orang, kelompok menengah 7-12 orang dan kelompok kecil 4-7 orang. Di samping itu, jika dilihat berdasarkan biaya untuk bahan baku, konsumsi, dan gaji pekerja, kelompok usaha besar mengeluarkan biaya yang lebih banyak dibandingkan dengan kelompok menengah dan kecil. Jumlah modal yang dikeluarkan oleh kelompok besar jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok menengah dan kecil, maka jumlah keuntungan yang diperoleh pun jauh lebih besar. Keuntungan yang diperoleh seorang

32 82 pengusaha moci dapat dihitung dalam setiap produksi berdasarkan kapasitas jumlah produksi yang dibuat. Untuk lebih jelasnya penulis menampilkan perhitungan keuntungan industri moci pada tahun 2001 dalam tabel berikut. Nama Pengusaha Ibu Wanti Tabel 4.6 Perhitungan Keuntungan yang Diperoleh Pengusaha Moci di Cikole pada Tahun 2001/bulan Klasifikasi Usaha Kelompok Besar Kelompok Menengah Pendapatan Harga Barang Produksi Jumlah Produksi/ bulan besek besek Total Pendapatan Keuntungan/ Pendapatan Bersih Bapak Dedi Permana Bapak Kelompok Moci/besek 9800 Ujang 1600 besek Sukarya Sumber : Diolah berdasarkan hasil wawancara dengan Wanti, Dedi dan Ujang Sukarya pada tanggal 25 Maret 2009). Berdasarkan perhitungan pada tabel tersebut, industri Wanti dalam sehari melakukan tiga kali produksi menghasilkan 1500 besek, dalam satu kali produksi menghasilkan 500 besek sehingga dalam waktu sebulan menghasilkan besek moci. Total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp ,- (berdasarkan tabel 4.5) untuk pembelian bahan baku dan sebagainya. Keuntungan yang diperoleh wanti Rp ,- jauh lebih besar dibandingkan dengan Dedi dan U. Sukarya. Hal ini dikarenakan kapasitas produksi, jumlah modal, bahan baku, gaji, konsumsi dan jenis barang yang dihasilkan lebih besar. Industri moci milik Dedi Permana yang termasuk kelompok menengah, dalam sehari melakukan dua kali produksi menghasilkan 700 besek sehingga dalam sebulan menghasilkan besek. Total biaya yang dikeluarkan Rp.

33 ,- (tabel 4.5) untuk pembelian bahan baku dan sebagainya keuntungan yang diperoleh sebesar Rp ,-. Sedangkan industri moci milik U. Sukarya yang termasuk klompok kecil, dalam sehari melakukan produksi satu kali menghasilkan 200 besek sehingga dalam sebulan menghasilkan 9800 besek. Total biaya yang dikeluarkan Rp ,- (tabel 4.5) sehingga keuntungan yang diperoleh Rp ,- lebih kecil dari dua kelompok di atas. Keuntungan yang diperoleh ketiga pengusaha tersebut dijadikan tambahan modal. Jadi, pada dasarnya bantuan modal usaha para pengusaha moci di Cikole sebagian besar tidak didapatkan dari pemerintah, mereka menggunakan modal sendiri untuk mengembangkan usahanya. Meskipun demikian, keuntungan yang diperoleh pengusaha dapat dijadikan penambahan modal kembali Faktor Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan sumber daya utama dalam perkembangan sebuah industri. Maju mundurnya perusahaan ditentukan oleh baik buruknya tenaga kerja. Tenaga kerja yang terampil, berkualitas dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap perusahaan akan menjadikan perusahaan tersebut ke arah yang lebih baik. Sebelum munculnya industri moci sebagian masyarakat di Kecamatan Cikole bermata pencaharian sebagai petani dan serabutan. Keberadaan industri moci telah membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat sehingga masyarakat setempat memanfaatkanya sebagai lahan pekerjaan. Bahkan tidak sedikit tenaga kerja yang berasal dari luar Kecamatan Cikole bekerja pada industri

34 84 moci ini. Perekrutan tenaga kerja pada industri moci di Cikole sebagian besar berasal dari hubungan persaudaraan atau pihak keluarga dan sebagian lagi berasal masyarakat sekitar yang membutuhkan pekerjaan. Secara umum meskipun belum mempunyai keahlian dalam bidang tersebut, pengusaha memberi kesempatan pada mereka untuk belajar atau berlatih hingga mahir, biasanya pekerja baru dilatih oleh pekerja lama atau oleh pengusahanya dalam hal kegiatan produksi yang akan dilakukan. Namun pelatihan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama karena pekerjaan yang dilakukan cukup mudah. Pola pembagian kerja pada industri moci disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan saat produksi seperti pengadon/pengocek, pencetak dan pengemas serta bagian konsumsi. Secara umum pengadon dan pengocek dilakukan oleh laki-laki karena membutuhkan tenaga yang cukup kuat. Sedangkan untuk pembentuk produk dan pengemasan dilakukan oleh perempuan. Kegiatan proses produksi perusahaan dilakukan oleh semua pekerja secara bergantian sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah ditetapkan oleh pengusaha. Namun, hal ini tidak berlaku untuk pekerja bagian pengadon dan konsumsi karena merupakan pekerja khusus yang menangani pekerjaan tersebut tapi turut juga membantu dalam pelaksanaan kegiatan lain seperti membentuk produk, pengemasan dan lain sebagainya. Pada umumnya industri moci di Cikole memiliki jumlah jam kerja tiap hari rata-rata delapan jam, yang dimulai dari pukul delapan pagi sampai empat sore dengan waktu istirahat satu jam yaitu dari pukul WIB WIB. Waktu istirahat tersebut digunakan oleh pekerja untuk makan dan shalat. Namun

35 85 adakalanya jam kerja tersebut disesuaikan dengan banyaknya pesanan dan permintaan dari konsumen sehingga menyebabkan para pekerja harus lembur khususnya pada hari sabtu dan minggu dengan upah sebesar Rp ,- per satu kali produksi setelah jam kerja usai (wawancara dengan E.Sulaeman, 5 April 2009). Para pekerja tersebut bekerja dari hari senin sampai hari minggu. Sistem kerja yang diterapkan oleh pengusaha tidak terlalu ketat/fleksibel. Hal tersebut terlihat pada saat jam kerja, pekerja bisa meninggalkan pekerjaannya jika ada kepentingan atau lainnya asal diizinkan oleh pemilik industri moci. Hal tersebut memperlihatkan adanya sifat kekeluargaan antara pekerja dan pengusaha yang menyebabkan hubungan yang terjalin baik dan adanya saling kepercayaan sehingga tidak menjadikan proses produksi terbengkalai. Namun demikian, para pekerja dituntut untuk disiplin dengan waktu yang telah dijadwalkan oleh pengusaha moci. Sistem penggajian yang diberikan pengusaha kepada pekerja berbeda-beda didasarkan pada bagian pekerjaan masing-masing. Selain gaji yang diberikan setiap minggunya, pengusaha juga menjamin pekerja dengan memberi jatah makan dua kali sehari. Khusus bagi pekerja yang melakukan pekerjaannya sampai lembur jatah makannya sebanyak tiga kali yang ditangani oleh pekerja bagian konsumsi dan memberikan fasilitas tempat tinggal bagi pekerja yang berasal dari luar daerah Cikole. Untuk mengetahui perkembangan upah yang diterima pekerja pada industri moci di Cikole, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

BAB IV INDUSTRI KONVEKSI DAN PERUBAHAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT DESA BABAKAN PEUTEUY

BAB IV INDUSTRI KONVEKSI DAN PERUBAHAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT DESA BABAKAN PEUTEUY BAB IV INDUSTRI KONVEKSI DAN PERUBAHAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT DESA BABAKAN PEUTEUY Bab ini merupakan uraian analisis dari hasil penelitian di Desa Babakan Peuteuy Kecamatan CicalengkaKabupaten Bandung

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya terhadap masyarakat yang hidup di sekitarnya merupakan hal yang menarik karena moci merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM WILAYAH

4 KONDISI UMUM WILAYAH 25 4 KONDISI UMUM WILAYAH 25 Kondisi Fisik Geografi dan Administrasi Kota Sukabumi secara Geografis terletak di bagian selatan Jawa Barat pada koordinat 106 45 50 Bujur Timur dan 106 45 10 Bujur Timur,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN oleh bapak Kuswandi (alm.), dengan status pemilikan pribadi atau

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN oleh bapak Kuswandi (alm.), dengan status pemilikan pribadi atau V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 PD Kaswari Lampion PD Kaswari Lampion merupakan perusahaan yang memproduksi moci dengan merek Moci Kaswari Lampion. Perusahaan ini menjual produknya secara langsung di toko

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Desa Cisarua adalah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar ±

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO IV. KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO A. Keadaan Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 9 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kecamatan Megamendung Kondisi Geografis Kecamatan Megamendung Kecamatan Megamendung adalah salah satu organisasi perangkat daerah Kabupaten Bogor yang terletak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi

BAB I PENDAHULUAN. kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, perhatian kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan 77 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras 1. Keadaan Umum Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development, diartikan sebagai pembangunan yang tidak ada henti-hentinya dengan tingkat hidup generasi yang akan datang tidak

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Penelitian a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah Dusun Raiy terletak di Desa Raja Kecamatan Ngabang kabupaten

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebelum tahun an, mata pencaharian pokok penduduk Kecamatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebelum tahun an, mata pencaharian pokok penduduk Kecamatan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebelum tahun 1970-1980-an, mata pencaharian pokok penduduk Kecamatan Brebes adalah sebagai petani atau buruh tani, mereka bercocok tanam padi dan bawang merah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH A. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM di definisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Sentra industri rajutan Binong Jati merupakan sentra rajut terbesar di Kota Bandung yang terletak di Jl.Binong

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO. A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi

KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO. A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi IV. KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi Desa Pendowoharjo terletak di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul yang merupakan dataran rendah dengan

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis dan Luas Kecamatan Sukanagara secara administratif termasuk dalam Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Letak Kabupaten Cianjur secara geografis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Industri kerajinan boneka kain di kecamatan Sukajadi merupakan salah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Industri kerajinan boneka kain di kecamatan Sukajadi merupakan salah BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Industri kerajinan boneka kain di kecamatan Sukajadi merupakan salah satu usaha kecil yang berkembang dan ditekuni oleh masyarakat Sukagalih di kecamatan Sukajadi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Godean berupa tanah yang datar dan sedikit berbukit. 2. Utara : Kecamatan Mlati, Kecamatan Seyegan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Godean berupa tanah yang datar dan sedikit berbukit. 2. Utara : Kecamatan Mlati, Kecamatan Seyegan IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak wilayah Godean adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Godean berada di sekitar 10 km sebelah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya tersendiri. Karakteristik antara wilayah dengan satu wilayah lainnya memiliki perbedaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Pituruh merupakan salah satu dari 16 Kecamatan di Kabupaten Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa Tengah mempunyai potensi yang tidak kalah pentingnya dengan daerah-daerah lain di

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam suatu negara karena memberikan kontribusi yang cukup besar dalam bidang ekonomi. Menurut

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 46 BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Desa Tawangrejo 1. Letak geografis Secara geografis Desa Tawangrejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara agraris. Sebagai negara agraris, salah satu peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL LAMPIRAN 77 78 LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL Tabel 1. Analisis ekonomi sampel 1 Jenis Produk Kuantitas Harga / potong Tahu 1. Mentah (4 kotak) 6600 potong Rp. 1000 2. Goreng Bahan (8 kotak) Baku Kuantitas 26400

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi 1.1.1 Letak Geografis Desa Bangli adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Secara Demografi, Desa Bangli merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tiwi Kartiwi, 2014 Perkembangan kehidupan petani bunga hias desa Cihideung Kecamatan Parongpong tahun

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tiwi Kartiwi, 2014 Perkembangan kehidupan petani bunga hias desa Cihideung Kecamatan Parongpong tahun BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Desa Cihideung merupakan daerah pertanian yang subur, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian daerah. Hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Desa Mekarjaya merupakan salah satu dari 13 (tiga belas desa) yang berada di Kecamatan Bungbulang. Kecamatan Bungbulang merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu mengalami kemunduran, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG A. Geografis dan Demografis 1. Letak dan Batas Wilayah 1 Kota Padang Panjang merupakan salah satu kota terkecil

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PALUNG RAYA. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Palung Raya

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PALUNG RAYA. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Palung Raya BAB II GAMBARAN UMUM DESA PALUNG RAYA A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Palung Raya 1. Keadaan Geografis Desa Palung Raya adalah desa yang terletak di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar, Desa Palung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN JAM KERJA KARYAWAN DI TB. SEDERHANA DI DESA GUNTUR KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK

BAB III PELAKSANAAN JAM KERJA KARYAWAN DI TB. SEDERHANA DI DESA GUNTUR KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK BAB III PELAKSANAAN JAM KERJA KARYAWAN DI TB. SEDERHANA DI DESA GUNTUR KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK A. Gambaran Umum Tentang Desa Guntur Kecamatan Guntur Kabupaten Demak 1. Letak Geografis 1 Desa Guntur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini dunia telah memasuki era industri pada gelombang keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Industri ini telah mampu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PASAR INPRES KECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR. sebagai tempat aktivitas kegiatan pasar. Luas pasar Inpres Bangkinang

BAB II GAMBARAN UMUM PASAR INPRES KECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR. sebagai tempat aktivitas kegiatan pasar. Luas pasar Inpres Bangkinang 22 BAB II GAMBARAN UMUM PASAR INPRES KECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR A. Letak Geografis dan Demografis 1. Letak Geografis Pasar Inpres Bangkinang terletak di Jalan Datok Tabano Kelurahan Bangkinang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini peneliti akan menyajikan kesimpulan yang berkaitan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini peneliti akan menyajikan kesimpulan yang berkaitan dengan 144 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini peneliti akan menyajikan kesimpulan yang berkaitan dengan peranan perkebunan dalam kehidupan buruh penyadap karet di perkebunan PT Telaga Kantjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 BPS mencatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 222 juta jiwa dengan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci