UPAYA ADMINISTRATE. Anna Erliyana ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA ADMINISTRATE. Anna Erliyana ABSTRACT"

Transkripsi

1 Anna Erliyana: Upaya Administrutif. UPAYA ADMINISTRATE Anna Erliyana ABSTRACT Upaya Administrutif diperlukan untuk memelihara keseimhangan antara kepentingan individu dan kepentingan umum menuju huhungan yang rukun antara rakyat dan pemerintah. Perdamaian melalui musyawarah merupakan aspek penting untuk mencapai keputusan yang dapat diterima oleh para pihak. Oleh karena itu badan yang menyelesaikannya hams bersikap objektif dalam memberikan pertimbangan hukum dan pertimbangan kemanfaatan. A. Pengertian Upaya Administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang atau badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara. Prosedur tersebut dlaksanakan di lingkungan pemerintahan sendiri... 1 Apabila penyelesaian tersebut harus diselesaikan oleh instansi atasan atau instansi lain dari yang mengeluarkan keputusan, maka prosedur tersebut dinamakan banding administratif, sedang apabila menurut peraturan perundang-undangan yang bersangkutan (peraturan dasarnya) seseorang 1 PenjelasanPasal 48 ayai (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2(X)4. yang terkena suatu Keputusan Tata Usaha Negara yang tidak dapat ia setujui boleh mengajukan keberatan kepada instansi yang mengeluarkan keputusan tersebut, maka keberatan yang dapat diajukan kepada instansi tersebut dinamakan prosedur kebaratan. 2 Pada upaya administratif itu oleh instansi pemutus perselisihan dilakukan penilaian yang lengkap terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan, yaitu baik mengenai segi penerapan hukumnya maupun segi kebijaksanaan yang diterapkan oleh instansi yang - Indroharlo, Usaha MemahamiUiulang- Undang Peradilan Tata Usaha Negara. Buku II. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), hal. 51, IMW Review. Fakullas Hukum Universilus Pelila Harapan. Vol. V. No.3. Marel

2 Anna Erlivana: Upava Administratif. mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan. Dalam prinsipnyainstansi banding administratif itu tidak membedakan antara persoalan-persoalan hukum dengan persoalan-persoalan kebijaksanaan. la memeriksa seperti kalau ia sendiri harus mengambil keputusan yang dibanding itu. Ia duduk di tempat instansi yang mengambil Keputusan Tata Usaha Negara semula\ Di berbagai kejadian, pembuat Undang-Undang menganggap baik membuka banding terhadap tindakantindakan hukum administrasi pada suatu badan di dalam administrasi. Banding ini berbeda dengan banding pada hakim administrasi, karena hal ini tidak hanya bertujuan pengawasan mengenai kesesuaian dengan hukum saja, tetapi juga untuk pengawasan mengenai kesesuaian dengan tujuan. Hal ini berarti bahwa undang-ndang membuka kesempatan banding pada suatu badan administrasi maka banding ini dapat diselenggarakan, tidak hanya terhadap tindakan hukum yang terhadap perbuatan hukum administrasi yang diserang itu bertentangan dengan peraturan umum yang mengikat, tetapi ' IhUI.. hal juga keberatan-keberatan yang bersifat apapun juga terhadap tindakan hukum itu. Badan banding apabila perlu, juga akan mempertimbangkan kepentingan sekali lagi. Hal ini tidak terbatas pada pembatalan tindakan hukum yang diserang, tapi menempatkan juag hal yang baru sebagai gantinya. Yang akhir ini berari bahwa badan itu memperhatikan juga keadaan-keadaan yang timbul setelah tindakan hukum itu diserang dan yang belum dapat diketahui oleh badan yang memberikan keputusan semula 4 B. Sarana Perlindungan Hukum Apabila terjadi sengketa antara pemerintah dengan rakyat, pada prinsipnya perlu dikemukakan cara penyelesaian dengan musyawarah melalui sarana yang tersedia yaitu upaya administratif. Penyelesaian melalui peradilan merupakan pilihan akhir. Lembaga upaya administratif memumngkinkan pemulihan keserasian hubungan antar pemerintah dengan rakyat sehingga tercipta kembali kerukunan. Bila hal ini tercapai maka J A.D. Belinfantc, Kort begrip van hel administratief rechi, cliterjemahkan oleh Boerhunoecklin Soelan Batuah, Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha Negara. (Jakarta: Bina Cipta, 1983). hal Law Review. Fakullcis Hukum Univeisilas Pelita Harapan, Vol. V. No.3. Marei 2006

3 Anna Erliyana: Upava Administratif. dengan demikian upaya administratif akan dirasakan sebagai suatu kebutuhan penyelesaian sengketa, karena mampu berfungsi sebagai sarana perlindungan hukum seperti halnya yang dilakukan oleh peradilan adminitrasi. Perlindungan hukum merupakan suatu urgensi yang wajar tampil menduduki posisi depan, utamanya dalam merealisasikan pemerataan memperoleh keadilan, karena adakalanya administrasi negara salah bersikap atau bertindak dalam melaksanakan tugasnya, padahal hukumnya benar. Ada pula kalanya sikap tindak administrasi negara menurut hukum dan bukan pelaksanaannya yang salah, melainkan hukumnya sendiri yang secara materiil tidak benar 5. Penyelesaian sengketa melalui lembaga upaya administratif dengan mengutamakan akan memperoleh wadah cara musyawarah karena sesuai dengan semangat kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu semangat kekeluargaan, gotong royong, hidup rukun dan damai serta serta kompromistis. Di sinilah posisi strategis 5 Syahran Basah, Hukum Acara Pengadilan Dalam Lingkunagn Peradilan Administrasi (HAPLA). (Jakarta: Rajawali Press, 1989), hal Law Review. Fakultas Hukum Universilas Peliu upaya administratif dirasakan manfaatnya sehingga eksistensinya semakin diperlukan untuk mengurangi munculnya sengketa administrasi di Pengadilan Tata Usaha Negara yang menempatkan Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara berhadapan secara konfrontatif dengan rakyat. Upaya administratif merupakan bagian dari si stem peradilan adminstrasi karena lembaga ini merupakan bagian khusus dari peradilan administrasi seperti yang tercantum dalam ketentuan Pasal 48 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang Nomor 9 tahun Bergesernya kedudukan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara menjadi instansi pertama terhadap sengketa yang harus menempuh banding administratif, paling tidak akan menyebabkan dua hal yaitu: 1. Pencari keadilan akan kehilangan satu tingkatan atau kesempatan memperoleh saluran peradilan administrasi (murni), sehingga ia kehilangan kesempatan memperoleh sarana untuk mencari kebenaran dan keadilan atau terlepas satu bentuk perlindungan hukum untuknya 6. "Ibid., hal. 62. Harapan, Vol. V. No. J. Marel

4 Anna Erlivana: Upava Adtninistrutif. 2. Ada kemungkinan sebagian besar sengketa administrasi akan lebih banyak mengalir ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara 7. C. Upaya Administratif di Beberapa Negara Di Perancis, kalau seseorang merasa tidak senang pada suatu keputusan yang bertentangan dengan kelayakan, ia dapat mengajukan permohonan/keluhan/tuntutan yang ditujukan kepada pejabat administrasi, ini disebut recours administratif. Bentuknya adalah recours gracieux, yang diajukan kepada pembuat keputusan, sedangkan recours hi»rarchique terjadi apabila seseorang melakukan banding kepada atasan pejabat administrasi keputusannya dikritik s. yang 7 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyal Indonesia, (Surabaya: P.T Bina Ilmu, 1989),hal.25. s George DUPU1S el Marie-Jose GUEDON, DROIT ADMINISTRATIF. (Paris: Annan Colin Editeur, 1988), hal. 38. Lorsqu'unadminislre, m»contenl de la decision prise son encontre, adresse sa reclamation une autorit» administratif, on se Irouve en pr»sence dim recours administrate. Le recours gracieux est port» devant I'auteur de facte contest» ; parte recours hi»rarchique, I administr»jait appel au sup»rieur hi»rarchique d lagenl qui a pris la d»cisioncirtiqu»e. Di Belanda sampai dengan tahun 1976 pada saat Wet AROB dilaksanakan, prosedur persayaraan keberatan merupakan pengecualian dari suatu peraturan. Pengaduan administratif sudah ada lebih dulu karena berasal dari Raja 9. Bila penguasa yang akan melakukan pengaduan administratif, untuk itu ia harus memiliki motivasi yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, petunjuk-petunjuk bagi pembuatan peraturan perundangundangan menjadi penting. Ketentuan 155 menyatakan bahwa: 1. keberatan sebagai prosedur pendahuluan pemerintah dalam asas-asas yang dijamin 2. Banding administratif hanya dapat dilakukan apabila: i. dipermasalahkan tentang ukuran-ukuran yang berlaku mengikat bagi suatu penetapan; ii. kepentingan dari suatu kebijaksanaan atau pengendalian oleh aparatur pemerintahan yang v F.A.M Stroink, Algemene Bestuttrechts, (Zwole : W.E.JTjeenk Willink, 1994), p Tot de invoering van de Wet AROB in 1976 was de bezwaarschriflprocedure eerder uitzondering dan regel. Adminislratief beroep daarentegen kwam zeer veel voor. De helangrijkste exponent van het adminislratief beroep was het Kroonberoep Law Review. Fakultas Hukum Unive rsitas Pelita Harapan, Vol. V No. J. Maret 2006

5 Anna Erlivana: Upaxa Administrcitif... lebih tinggi yang memikul Dalam penjelasan dikemukakan bahwa tentang prosedur pemyataan keberatan baik bagi pemerintah maupun warga masyarakat, ada beberapa hal yang menguntungkan atas pengaduan administratif. Organ pemerintah dilibatkan langsung dalam kesempatan pengambilan keputusan. Pertimbangan ulang dilakukan atas keberatan yang dikemukakan; khususnya perbaikan kekeliruan. Beban pemeriksaan pada pernyataaan prosedur keberatan secara umum lebih berat dibandingkan dengan banding administratif Ibid., p lndien de desbetreffende overhead adminsitratief beroep mogelijk wi maken, dient het daardoor geode motieven le hebben. In verband hiermee zijn de aanwijzingen voor de regelgeving van belong. Aanwijzing 155 luidl: tanggung jawab penyelesaiannya. 1. als besiuurlijke voorprocedure worcll in beginsel voorzien in bezwaar; 2. administratrief beroep kan slechts warden opengesteld, indien i. sprake is van een niel in overwegencle male gebonden beschikking, en ii. het belong van de eenheit von beleid of van sturing door een hoger hestuursorgan op een heleidslerrein waorvoor dit organ medeverantwoordelijkheid draagl, niel afdoende door andere bestuursinstrumenlen kan warden verzekerd. In de loelichting wordt opgemerkt: Bezwaarschriftprocedueres hehhe. zowel voor Keberatan administratif dan pengaduan administratif merupakan prosedur yang dipengaruhi oleh pemerintah yang sejak semula berasal dari pengambil keputusan yang pertama. Seseorang dapat mengajukan pengaduan administratif bila terbuka kemungkinan untuk pengaduan kepada organ pemerintah yang membuat keputusan pertama tadi. Organ tersebut dapat terdiri dari badan-badan umum sebagi organ pembuat keputusan pertama ataupun badan pemerintahan umum lainnya. Penilaian terhadap keberatan administratif serta pengaduan administratif pada prinsipnya meliputi aspek-aspek kebijaksanaan atau aspek yang berdasarkan tujuan, jika dipandang perlu diterbitkan keputusan yang baru". Di Australia pemahaman hel bestuurs als voor de burger, een aantal voordelen boven administralief beroep. Hel bestuurs organ zelf wordt direct in de gelegenheid gesleld hel genomen besluil le heroverwegen in hel lichl van de naar voren gebrachle bezworen, en evenlueel geinaakte fouten le heislellen. De hesluurslalen von bezwaarschrijlprocedures zijn in het olgemeen geringer dan van administralief beroep. " Ibid., p Administralief bezwaar en administralief beroep zijn beide besiuurlijke heroverwegingsprocedures die voorafgaan aon beroep op de administralief rechler. Men spreekl van administralief bezwaar indien Low Review. Fakultas Hukitm Universitas Pelita Harapan. Vol. V. No.3, Morel

6 Anna Erliyana: Upaya Adminislrutif.. mengenai hukum administrasi berkenaan dengan kontrol terhadap keputusan administrasi dan mengurangi kesalahan serta pelaksanaan yang tidak layak. Tak lama setelah terbentuknya Federasi pada tahun 1901 dibentuklah badan-badan pengawas dan penyidik dengan sebutan bermacam-macam seperti Komisi Pelayanan Publik; Inspektur Pemerintah; Auditur Umum. Pada periode yangsamajugadibangun kode etik bagi pejabat pemerintah. Penciptaan mekanisme kontrol administratif memungkinkan para anggotanya untuk menentang keputusan bezwaar kan worden aangelekend bij het orgaan dal ook de primaire beschkking nam. Men spreekl van administraliefberoep ah er beroep wordt opengesteld op een ander orgaan dan het primair besluilen de orgaan. Dat orgaan kan behoren lot het zelfde openbare licham als het primair besluitende orgaan (bijvoorbeeld een wettelijke regeling stelt beroep open legen een besluit van het college van burgermeester en welhouders op de gemeenteraad) of tot een ander openbare lichaam (bijvoorbeeld een wettelijke regeling stelt beroep open legen een besluit van het college van burgermeester en welhouders op het college van gedepuleerde stolen op de minister). De loetsing in administratief bezwaar en in administraliefberoep is in principe 'vol', dal wil zeggen, er vindt een volledige heroverweging van het primair be luit plaats, zowel ten aanzien van de rechtmatigluidaspecten als tenanzien van de beleidaspecten (ook wel doelmatigheidaspecten genoemd. Zo nodig wordt een nieuw bsluil genomen. administrasi yang merugikan. Inilah aspek hukum administrasi yang mewujudkan gagasan hak-hak individu menuntut/melawan pemerintah, dan dewasa ini menjadi tema sentral dalam disiplin hukum administrasi 12. Perhatian Hukum administrasi Australia terutama pada pengaturan pembuatan keputusan oleh pejabat pemerintah dan badan-badan pemerintahan. Peraturan terhadap para pembuat untuk: keputusan dimaksudkan a. Menjamin pembuatan keputusan dilakukan secarajujur, terbukadan menurut hukum; b. Menjamin para pembuat keputusan bertanggung jawab; c. Menjamin para pembuat keputusan tidak sewenang-wenang; d. Melindungi hak dan kepentingan warganegarayangdipengaruhi oleh pembuat keputusan pemerintah 13. Sebelum dilakukan peninjauan ekstemal, selalu ada dua tingkatan proses yang dilalui. Pertama pada keputusan semula, keputusan ini selalu 12 Creyke, Disney and McMillan (eds), Aspect of Administrative Review in Australia and Indonesia.(Canberra: The Centre for International and Public Law Faculty ot Law Australian University, 1996), p Ibid., p Law Review. Fakullas Hukum Universilas Pelila Harapan. Vol. V No.J. Morel 2006

7 Anna Erliyana: Upava Administratif... mengikuti standar pembuatan keputusan. Keputusan yangditentang biasanya karena orang yang terkena akibat dari keputusan tersebut- tidak setuju dengan pelaksanaannya atau pembuatannya tidak mengikuti prosedur yang layak. Terhadap keputusan seperti ini dimungkinkan internal review, yang kadang-kadang diatur oleh peraturan perundangundangan atau peraturan kebijakan. Internal review pada umumnya dilakukan tanpa kehadiran orang yang terkena akbat suatu keputusan pemerintah. Bilasudah ada keputusan pada tingkat ini, orang yang dirugikan tidak perlu memproses lebih lanjut ke tingkat Administratif Tribunal 14. Lembaga Adiministrative Review tampaknya dapat dterima sebagai pengembangan lebih lanjut dari internal review 1 ''. Sistem hukum administrasi di Jepang sebelum tahun 1946 mengikuti sistem hukum administrasi Prusia. Dalam sistem hukum administrasi kuno itu telah ada konsep the rule of law. Kaisar sebagai pemegang kedaulatan, terpisah dari para penguasa adminis- 11 Creyke, Disney, McMillan (eds), Op.cit., p Ibid. p.78. trasi. Diet tak lebih dari suatu organ yang mendukung Kaisar dalam membuat peraturan. Kaisar dapat saja membuat peraturan di luar kebiasaan dan Kabinet dapat memerintah di lua kebiasaan tanpa mengikuti peraturan yang dibuat oleh Diet 16. Di bawah Konstitusi Meiji terjadi perubahan. Kewenangan mengadili kasus-kasus administrasi ditangani oleh Tribunal administratif. Aparaturnya dibentuk dalam badan administrasi dan hakimnya terdiri dari para pensiunan pejabat administrasi senior. Badan ini hanya ada satu dan berpusat di Tokyo. The rule of Law disebut sebagai hukum formal saja, karena konsep tersebut dalam hukum administrasi di bawah Konstitusi Jepang dewasa ini sudah berbeda, kedaulatan ada di tangan rakyat. Diet sebagai pemegang delegasi kedaulatan merupakan organ tertinggi yang membuat peraturan, tidak akan ada peraturan adminstrasi yang terbit tanpa merujuk pada '" Yong Zhang, Yudicial Review of Administrative Action in China and Japan, a paper presented to the symposium: Comparative Studies on Yudicial Review System East and Southeast Asia. Organized by The International Institute for Asian Studies, the Law Faculty of Leiden university and the Van Volleonhoven Institute at Leiden, 31 August-1 September 1995, p. 2. Law Review. Fakullas Hukum Universitas Pclila Hampan, Vol. V No.3. Maret

8 Anna Erlivana: UpayaAdmhdstratif.. peraturan yang dibuatnya. Hak-hak dasar dan kebebasan rakyat dikembangkan tanpa intervensi, dan menjadi pertimbangan tertinggi dalam peraturan yang diterbitkan serta Iainlain urusan pemerintah. Semua kekuasaan administrasi yang berhubungan dengan hak dan kewajiban rakyat harus merujuk pada hukum. 17 Sampai dengan tahun 1962 sudah ada peraturan umum yang mengatur prosedur bagi para pihak yang akan mengajukan keluhan untuk melawan tindakan administrasi, sebelum pihak tersebut mengajukan pembatalan keputusan administrasi ke pengadilan 1 *. Prosedur tuntutan administrasi terdiri atas dua macam yaitu: 1. Prosedur pertimbangan kembali Dalam hal ini instansi administrasi yang berwenang menindak lanjuti keluhan para pihak, kemudian instansi tersebut pula yang menimbang kembali keputusannya. 2. Prosedur banding administratif Para pihak mengajukan banding melawan tindakan instansi yang berwenang kepada instansi lain, kemudian instansi lain itu menilai kembali dan bila perlu membatalkannya. Instansi lain yang menilai kembali itu biasanya Menteri yang memiliki kewenangan pengawasan umum terhadap seluruh instansi, tetapi dalam kasus-kasus tertentu dibentuk instansi khusus Ibid.. Is M. Kobayakawa, Yudiciid Review in Japan. a paper presented to the symposium: Comparative Studies on Yudicial Review System East and Southeast Asia. Organized by The International Institute for Asian Studies, the Law Faculty of Leiden university and the Van Volleonhoven Institute at Leiden, 31 August-1 September 1995, p 3. Ibid. p Law Review, Fakultas Hukum Universtius Peliia Harapan. Vol. V, No.3, Marei 2006

9 Anna Erliyunu: Upuxa Administrate'. Daftar Pustaka Basah, Syahran. Hukum Acara Pengadilan Dalam Lingkunagn Peradilan Administrasi (HAPLA). Jakarta: Rajawali Pre Belinfante A.D. Kort begrip van her administratief recht. diterjemahkan oleh Boerhanoeddin Soetan Batuah. Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha Negara. Jakarta: Bina Cipta, Creyke, Disney and McMillan (eds). Aspect of Administrative Review in Australia and Indonesia. Canberra: The Centre for International and Public Law Faculty of Law Australian University, F.A.M SlroinkAlgemene Bestuurechts. Zwole: W.E.J TjeenkWillink, George DUPUIS et Marie-Jose GUEDON. DROIT ADMINIS TRATE. Paris: Arman Colin Editeur, Indroharto. Usaha M emahami Undang- Undang Peradilan Tata Usaha Negara.Buku II. Jakarta: Pustaka SinarHarapan, 1994 M. Kobayakawa, Yudicial Review in Japan, a paper presented to the symposium: Comparative Studies on Yudicial Review System East and Southeast Asia. Organized by The International Institute for Asian Studies, the Law Faculty of Leiden university and the Van Vollenhoven Institute at Leiden, 31 August-1 September Hadjon, Philipus M. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Surabaya: P.T Bina Ilmu, Yong Zhang, Yudicial Review of Administrative Action in China and Japan, a paper presented to the symposium: Comparative Studies on Yudicial Review System East and Southeast Asia. Organized by The International Institute for Asian Studies, the Law Faculty of Leiden university and the Van Vollenhoven Institute at Leiden, 31 August-! September 1995, p. 2. Undang-UndangNomor5Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Undang-Undang Nomor 9 Tahun Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Law Review, Fakullas Hukum LJniver.sitt.is Pelila Hatapan, Vol. V No.j. Mara 2(106 37

OLEH: AGUS NGADINO, S.H.,M.H.

OLEH: AGUS NGADINO, S.H.,M.H. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA OLEH: AGUS NGADINO, S.H.,M.H. NAMA CURRICULUM VITAE PEKERJAAN JABATAN PENDIDIKAN TERAKHIR BIDANG AGUS NGADINO, S.H.,M.H. DOSEN SEKRETARIS BAGIAN HUKUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen Pemerintahan 1. Regeling Perbuatan pemerintah yang dilakukan dalam bentuk mengeluarkan peraturan atau regling, dimaksudkan dengan tugas hukum yang diemban pemerintah

Lebih terperinci

SENGKETA TATA USAHA NEGARA PEMILU DAN PENYELESAINNYA OLEH PERADILAN TATA USAHA NEGARA

SENGKETA TATA USAHA NEGARA PEMILU DAN PENYELESAINNYA OLEH PERADILAN TATA USAHA NEGARA SENGKETA TATA USAHA NEGARA PEMILU DAN PENYELESAINNYA OLEH PERADILAN TATA USAHA NEGARA Oleh : Herma Yanti ABSTRAK Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum anggota DPR, DPD dan DPRD telah

Lebih terperinci

PEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA. Oleh: Sarah S. Kuahaty

PEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA. Oleh: Sarah S. Kuahaty 53 PEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA Oleh: Sarah S. Kuahaty ABSTRACT Dalam pembagiannya subjek hukum Perdata terdiri atas manusia (naturlijkperson) dan badan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT 53 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS A. Analisa Hukum Mengenai Keharusan

Lebih terperinci

UPAYA ADMINISTRATIF PADA MAJELIS PERTIMBANGAN PAJAK DALAM KAITANNYA DENGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA Oleh : Anna E. Syafrin

UPAYA ADMINISTRATIF PADA MAJELIS PERTIMBANGAN PAJAK DALAM KAITANNYA DENGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA Oleh : Anna E. Syafrin Upaya Administratif 363 UPAYA ADMINISTRATIF PADA MAJELIS PERTIMBANGAN PAJAK DALAM KAITANNYA DENGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA Oleh : Anna E. Syafrin Upaya administratif merupakan suatu prosedur yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara Welfare State (Negara Kesejahteraan) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara Welfare State (Negara Kesejahteraan) merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Peradilan administrasi merupakan salah satu perwujudan negara hukum, peradilan administrasi di Indonesia dikenal dengan sebutan Pengadilan Tata Usaha Negara.

Lebih terperinci

KLAUSUL PENGAMAN VERSUS ASAS KEPASTIAN HUKUM DALAM KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA. Abdul Rokhim 1. Abstrak

KLAUSUL PENGAMAN VERSUS ASAS KEPASTIAN HUKUM DALAM KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA. Abdul Rokhim 1. Abstrak KLAUSUL PENGAMAN VERSUS ASAS KEPASTIAN HUKUM DALAM KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Dinamika Hukum, FH Unisma Malang, ISSN: 0854-7254, Th. X No. 20, Pebruari 2004, h. 86-91)

Lebih terperinci

Philipus M. Hadjon Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya dan Universitas Trisakti Jakarta

Philipus M. Hadjon Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya dan Universitas Trisakti Jakarta PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM KONTEKS UNDANG-UNDANG NO. 30 TH. 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (Administrative Court According to Law No. 30 Year 2014 on Government Administration Law) Philipus

Lebih terperinci

peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam hal ini, untuk

peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam hal ini, untuk BAB II JENIS- JENIS PUTUSAN YANG DIJATUHKAN PENGADILAN TERHADAP SUATU PERKARA PIDANA Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman diserahkan kepada badan- badan peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan pemerintah untuk menjadikan Indonesia semakin maju. Maksud dari otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Lebih terperinci

WEWENANG DAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG DALAM HUKUM ADMINISTRASI DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014

WEWENANG DAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG DALAM HUKUM ADMINISTRASI DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014 WEWENANG DAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG DALAM HUKUM ADMINISTRASI DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014 sumber gambar: jurnalrakyat.net I. PENDAHULUAN Negara merupakan sebuah organisasi atau badan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Administrasi Negara sesuai dengan asas-asas yang berlaku dalam suatu

BAB I PENGANTAR. Administrasi Negara sesuai dengan asas-asas yang berlaku dalam suatu 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Urgensi mengadakan suatu badan peradilan administrasi tidak hanya dimaksudkan sebagai pengawasan ekstern terhadap pelaksanaan Hukum Administrasi Negara sesuai dengan

Lebih terperinci

MEDIASI DALAM RANGKA ASAS PERADILAN CEPAT BIAYA MURAH DALAM UPAYA PENYELESAIAN TERJADINYA SENGKETA DI PERADILAN TATA USAHA NEGARA

MEDIASI DALAM RANGKA ASAS PERADILAN CEPAT BIAYA MURAH DALAM UPAYA PENYELESAIAN TERJADINYA SENGKETA DI PERADILAN TATA USAHA NEGARA MEDIASI DALAM RANGKA ASAS PERADILAN CEPAT BIAYA MURAH DALAM UPAYA PENYELESAIAN TERJADINYA SENGKETA DI PERADILAN TATA USAHA NEGARA Oleh Hervina Puspitosari Abstrak Arti pentingnya Peradilan Tata Usaha Negara,

Lebih terperinci

FREIES ERMESSEN DALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN. Oleh :

FREIES ERMESSEN DALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN. Oleh : 41 FREIES ERMESSEN DALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN Oleh : Gusti Ayu Ratih Damayanti, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Al-Azhar Mataram Abstract In principle, there were two forms of

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA (TUN) PADA PERADILAN TATA USAHA NEGARA (PTUN) Oleh : Bernat Panjaitan, SH, M.Hum Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

PENYELESAIAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA (TUN) PADA PERADILAN TATA USAHA NEGARA (PTUN) Oleh : Bernat Panjaitan, SH, M.Hum Dosen Tetap STIH Labuhanbatu PENYELESAIAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA (TUN) PADA PERADILAN TATA USAHA NEGARA (PTUN) Oleh : Bernat Panjaitan, SH, M.Hum Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN)

Lebih terperinci

Hukum Administrasi Negara

Hukum Administrasi Negara Hukum Administrasi Negara Pertemuan XI & XII Malahayati, S.H., LL.M. (c) 2014 Malahayati 1 Topik Istilah dan Pengertian Hubungan HAN dengan HTN Sumber HAN Ruang Lingkup HAN Asas Pemerintahan Yang Baik

Lebih terperinci

Bahkan perkembangan perundang-undanganundangan ini akan membawa perubahan signifikan dan prinsipiil pada kewenangan hakim dan kewenangan peradilan tat

Bahkan perkembangan perundang-undanganundangan ini akan membawa perubahan signifikan dan prinsipiil pada kewenangan hakim dan kewenangan peradilan tat MENYONGSONG PENGESAHAN RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN Oleh : Ketua Muda Peradilan Tata Usaha Negara Mahkamah Agung R.I.*) Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN. Di dalam kamus istilah hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai

BAB II PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN. Di dalam kamus istilah hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai BAB II PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN A. Pengertian Perizinan Di dalam kamus istilah hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai perkenaan/izin dari pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada

Lebih terperinci

SUMBER- SUMBER KEWENANGAN. (Totok Soeprijanto, widyaiswara Pusdiklat PSDM )

SUMBER- SUMBER KEWENANGAN. (Totok Soeprijanto, widyaiswara Pusdiklat PSDM ) SUMBER- SUMBER KEWENANGAN. (Totok Soeprijanto, widyaiswara Pusdiklat PSDM ) Penerapan asas negara hukum oleh pejabat administrasi terikat dengan penggunaan wewenang kekuasaan. Kewenangan pemerintah ini

Lebih terperinci

Asas asas Hukum Tata Negara

Asas asas Hukum Tata Negara Asas asas Hukum Tata Negara MAKALAH Dibuat untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia di Bawah Bimbingan Dosen Ibu. Mas Anienda TF, SH, M.Hum Oleh : KELOMPOK 8 KELAS A PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kemajuan besar bagi perkembangan demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kemajuan besar bagi perkembangan demokrasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan Mahkamah Konstitusi dalam struktur ketatanegaraan Indonesia merupakan suatu kemajuan besar bagi perkembangan demokrasi di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

HAN Sektoral Pertemuan Pertama Tindakan Administrasi Negara Sumber: Pak Harsanto Nursadi

HAN Sektoral Pertemuan Pertama Tindakan Administrasi Negara Sumber: Pak Harsanto Nursadi HAN Sektoral Pertemuan Pertama Tindakan Administrasi Negara Sumber: Pak Harsanto Nursadi Negara adalah organisasi kekuasaan (matchtenorganisatie). Maka HAN sebagai instrumen untuk mengawasi penggunaan

Lebih terperinci

SENGKETA TATA USAHA NEGARA

SENGKETA TATA USAHA NEGARA 625 SENGKETA TATA USAHA NEGARA Oleh : Wicipto Setiadi S.H. gara dan juga dengan memperhatikan Sejak Indonesia menyatakan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945 sampai di penghujung tahun 1986 Indonesia

Lebih terperinci

Indonesia Jakarta, FH. UI, hal Muh. Kusnadi dan Ha y Ibrahim, 1980, Pengantar Tata Hukum

Indonesia Jakarta, FH. UI, hal Muh. Kusnadi dan Ha y Ibrahim, 1980, Pengantar Tata Hukum PENGERTIAN HTN A. Istilah Hukum Tata Negara Indonesia yang membicarakan masalah-masalah Hukum Tata Negara yang berlaku pada saat sekarang di Indonesia disebut sebagai Hukum Tata Negara Positif, hal ini

Lebih terperinci

Pengertian Hukum Tata Negara

Pengertian Hukum Tata Negara NUR RO IS,S.H.,M.H. Pengertian Hukum Tata Negara Hukum Tata Negara Urusan Penataan Negara Struktur Kenegaraan Substansi Norma Kenegaraan Mekanisme hubungan antar stuktur Mekanisme hubungan antar struktur

Lebih terperinci

UPAYA ADMINISTRASI DALAM PERADILAN TATA USAHA NEGARA 1

UPAYA ADMINISTRASI DALAM PERADILAN TATA USAHA NEGARA 1 UPAYA ADMINISTRASI DALAM PERADILAN TATA USAHA NEGARA 1 Oleh : UJANG ABDULLAH, SH.,Msi. 2 1. PENDAHULUAN Dalam pelaksanaan tugas administrasi pemerintahan yang baik yang menyangkut urusan eksternal (pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadilan dan kepastian hukum tentulah menjadi dua harapan dari diberlakukannya hukum. Masyarakat yang kepentingannya tercemar akan merasa keadilannya terusik dan

Lebih terperinci

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene No.1172, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Gugatan Sederhana. Penyelesaian. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEDINASAN * Oleh: Anang Priyanto

PERATURAN KEDINASAN * Oleh: Anang Priyanto PERATURAN KEDINASAN * Oleh: Anang Priyanto Pendahuluan Pejabat di lingkungan UNY dapat dikategorikan sebagai pejabat publik, karena UNY merupakan perguruan tinggi milik Pemerintah, sehingga pejabat publik

Lebih terperinci

NEGARA HUKUM DAN NEGARA HUKUM DEMOKRASI

NEGARA HUKUM DAN NEGARA HUKUM DEMOKRASI NEGARA HUKUM DAN NEGARA HUKUM DEMOKRASI By. FAUZUL FAKULTAS HUKUM UPN VETERAN JATIM 1 PEMBAHASAN Sekilas tentang Negara Hukum Negara Hukum yang Demokratis Istilah dan Pengertian HAN Ruang Lingkup HAN Negara

Lebih terperinci

Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik

Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik Asas-asas umum pemerintahan adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan dan aturan hukum. Asas-asas ini tertuang pada UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

Ketetapan atau Keputusan Tata Usaha Negara

Ketetapan atau Keputusan Tata Usaha Negara Ketetapan atau Keputusan Tata Usaha Negara Di Belanda istilah Ketetapan atau Keputusan disebut dengan istilah Beschikking (Van Vollenhoven). Di Indonesia kemudian istilah Beschikking ini ada yang menterjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar hukum dan untuk mewujudkan kehidupan tata negara yang adil bagi

Lebih terperinci

BAB II BADAN HUKUM YAYASAN. Apa yang sebenarnya di maksud dengan yayasan? Sekarang tentang

BAB II BADAN HUKUM YAYASAN. Apa yang sebenarnya di maksud dengan yayasan? Sekarang tentang BAB II BADAN HUKUM YAYASAN 2.1 Pengertian Badan Hukum Yayasan Apa yang sebenarnya di maksud dengan yayasan? Sekarang tentang Yayasan telah diatur dengan Hukum positif kita, yaitu dengan Undang- Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (Rechstaat). Landasan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (Rechstaat). Landasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (Rechstaat). Landasan yuridis sebagai negara hukum ini tertera pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN Peradilan Tata Usaha Negara merupakan salah satu peradilan di Indonesia yang berwenang untuk menangani sengketa Tata Usaha Negara. Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. investor asing yang menjadi pokok kajian skripsi ini. khusus Polisi Resort Demak untuk menyelesaikan sengketa dengan melibatkan

BAB IV PENUTUP. investor asing yang menjadi pokok kajian skripsi ini. khusus Polisi Resort Demak untuk menyelesaikan sengketa dengan melibatkan BAB IV PENUTUP Dalam Bab ini Penulis mengemukakan sejumlah kesimpulan sehubungan dengan penggunaan diskresi sebagai alat penyelesaian sengketa dengan keterlibatan investor asing yang menjadi pokok kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gugatan terhadap pejabat atau badan Tata Usaha Negara dapat diajukan apabila terdapat sengketa Tata Usaha Negara, yaitu sengketa yang timbul karena dirugikannya

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Analisis Yuridis Putusan Hakim Praperadilan Mengenai Penetapan Status Tersangka Menurut Pasal 77 Kuhap Jo Putusan Mahkamah Konstitusi No. 21/PUU-VIII/2014 tentang Perluasan

Lebih terperinci

KOMISI URUSAN PERBURUHAN. PEMBUBARAN.

KOMISI URUSAN PERBURUHAN. PEMBUBARAN. Bentuk: Oleh: UNDANG-UNDANG (UU) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 22 TAHUN 1953 (22/1953) Tanggal: 25 NOPEMBER 1953 (JAKARTA) Sumber: LN 1953/69; TLN NO. 470 Tentang: Indeks: PEMBUBARAN KOMISI URUSAN

Lebih terperinci

Diskusi Mata Kuliah Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) HUKUM ACARA TATA USAHA NEGARA

Diskusi Mata Kuliah Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) HUKUM ACARA TATA USAHA NEGARA berlaku. 3 Dari definisi berdasar pasal 1 ayat (4) tersebut, maka unsur-unsur yang harus dipenuhi Diskusi Mata Kuliah Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) HUKUM ACARA TATA USAHA NEGARA Hukum Acara Tata Usaha

Lebih terperinci

HUKUM KEPEGAWAIAN SENGKETA KEPEGAWAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

HUKUM KEPEGAWAIAN SENGKETA KEPEGAWAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL HUKUM KEPEGAWAIAN SENGKETA KEPEGAWAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Kapita Selekta Hukum Administrasi Negara Rombel 05 Semester Genap 2016-2017 Dosen Pengampu : Dr.

Lebih terperinci

SUMBER HUKUM A. Pendahuluan

SUMBER HUKUM A. Pendahuluan SUMBER HUKUM A. Pendahuluan Apakah yang dimaksud dengan sumber hukum? Dalam bahasa Inggris, sumber hukum itu disebut source of law. Perkataan sumber hukum itu sebenarnya berbeda dari perkataan dasar hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggariskan Indonesia sebagai negara hukum (rechtstaat) dan tidak berdasar

BAB I PENDAHULUAN. menggariskan Indonesia sebagai negara hukum (rechtstaat) dan tidak berdasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat awal kemerdekaan, para pendiri bangsa telah sepakat menggariskan Indonesia sebagai negara hukum (rechtstaat) dan tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machtsstaat).

Lebih terperinci

PERANAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DALAM MEWUJUDKAN NEGARA HUKUM INDONESIA

PERANAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DALAM MEWUJUDKAN NEGARA HUKUM INDONESIA PERANAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DALAM MEWUJUDKAN NEGARA HUKUM INDONESIA DISUSUN OLEH : MONTISA MARIANA, S.H.,M.H FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 1 PERANAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

PROSES PELAKSANAAN GUGATAN INTERVENSI DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PADANG

PROSES PELAKSANAAN GUGATAN INTERVENSI DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PADANG SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Serjana Hukum PROSES PELAKSANAAN GUGATAN INTERVENSI DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PADANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk terlaksananya suatu putusan terdapat 2 (dua) upaya yang dapat ditempuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk terlaksananya suatu putusan terdapat 2 (dua) upaya yang dapat ditempuh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Upaya Paksa Untuk terlaksananya suatu putusan terdapat 2 (dua) upaya yang dapat ditempuh yaitu : 1) Upaya paksa langsung(directe middelen), yaitu penggugat memperoleh prestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi saat ini, peran notaris sebagai pejabat umum pembuat akta yang diakui secara yuridis oleh

Lebih terperinci

BAB III SUMBER HUKUM

BAB III SUMBER HUKUM BAB III SUMBER HUKUM A. Pengertian Sumber Hukum Adapun yang dimaksud dengan sumber hukum ialah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan

Lebih terperinci

ISTILAH, PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

ISTILAH, PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ISTILAH, PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA By. FAUZUL FAKULTAS HUKUM UPN VETERAN JATIM 1 PEMBAHASAN Istilah dan Pengertian HAN Ruang Lingkup HAN Fungsi dan Sifat HAN 2 HIKMAH HARI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH A. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum 1. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah sebuah hak yang bisa

Lebih terperinci

PEMBERLAKUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA RI

PEMBERLAKUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA RI PEMBERLAKUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA RI Prof. Dr. HM. LAICA MARZUKI, S.H. PENDAHULUAN Pemberlakuan

Lebih terperinci

Joeni Arianto Kurniawan, S. H. PENGANTAR HUKUM ADMINISTRASI. Pengantar Hukum Administrasi -- Joeni Arianto K, S. H.

Joeni Arianto Kurniawan, S. H. PENGANTAR HUKUM ADMINISTRASI. Pengantar Hukum Administrasi -- Joeni Arianto K, S. H. Joeni Arianto Kurniawan, S. H. PENGANTAR HUKUM ADMINISTRASI Pengantar Hukum Administrasi -- Joeni Arianto K, S. H. 1 Istilah ADMINISTRASI Apakah makna kata ADMINISTRASI dlm Hukum ADMINISTRASI? Apakah istilah

Lebih terperinci

Tinjauan Konstitusional Penataan Lembaga Non-Struktural di Indonesia 1

Tinjauan Konstitusional Penataan Lembaga Non-Struktural di Indonesia 1 Tinjauan Konstitusional Penataan Lembaga Non-Struktural di Indonesia 1 Hamdan Zoelva 2 Pendahuluan Negara adalah organisasi, yaitu suatu perikatan fungsifungsi, yang secara singkat oleh Logeman, disebutkan

Lebih terperinci

R. Soegijatno Tjakranegara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, 95. (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h. 18

R. Soegijatno Tjakranegara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, 95. (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h. 18 KAPABILITAS PERADILAN TATA USAHA NEGARA DI INDONESIA EKO HIDAYAT Dosen Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Raden Intan Lampung Jl. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung Email: eko_hidayat@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah negara

Lebih terperinci

ARTIKEL 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

ARTIKEL 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN Artikel I. Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 2004 Kekuasaan ARTIKEL 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS A. Kedudukan Notaris Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (UUJN), menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA Dosen : 1. Zainal Muttaqin, S.H., MH. 2. Deden Suryo Raharjo, S.H. PENDAHULUAN Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (Haptun) membahas dan mengkaji bagaimana Hukum

Lebih terperinci

ASAS-ASAS PEMERINTAHAN

ASAS-ASAS PEMERINTAHAN 1 ASAS-ASAS PEMERINTAHAN Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik (Good Governance) Dengan kemajuan masyarakat dan meningkatnya permasalahan, birokrasi cenderung terus semakin besar. Akibatnya timbul masalah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG (UU) 1947 Nomer. 40. ) (40/1947) HUKUM DISIPLIN TENTARA. Menyesuaikan peraturan-peraturan Hukum Disiplin Tentara (Staatsblad 1934, No. 168) dengan keadaan sekarang. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016 TINJAUAN YURIDIS TENTANG SAH ATAU TIDAKNYA SUATU KEPUTUSAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (BESCHIKKING) 1 Oleh : Samgeri Ezra Repi 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

KALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)

KALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) KALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) Dari berbagai referensi kalimat pasif dalam bahasa Belanda dan juga bahasa Inggris dikuasai anak Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan perspektif sejarah, ide dibentuknya Peradilan Tata Usaha Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan perspektif sejarah, ide dibentuknya Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan perspektif sejarah, ide dibentuknya Peradilan Tata Usaha Negara adalah untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi antara pemerintah dengan warga negaranya

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI 30 BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI 1. Pembangunan Unit Pengolahan dan Pemurnian Guna Melaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PERMASALAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA ATAS KEPUTUSAN MAJELIS PENGAWAS NOTARIS SEBAGAI OBJEK GUGATAN DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

TINJAUAN YURIDIS PERMASALAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA ATAS KEPUTUSAN MAJELIS PENGAWAS NOTARIS SEBAGAI OBJEK GUGATAN DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA Tinjauan Yuridis Permasalahan Dan Akibat Hukumnya... (Andri Swasono) * TINJAUAN YURIDIS PERMASALAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA ATAS KEPUTUSAN MAJELIS PENGAWAS NOTARIS SEBAGAI OBJEK GUGATAN DI PENGADILAN TATA

Lebih terperinci

KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA H. Ujang Abdullah, SH., M.Si *

KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA H. Ujang Abdullah, SH., M.Si * KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA H. Ujang Abdullah, SH., M.Si * I. PENDAHULUAN Keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia dimulai dengan lahirnya Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1985 TENT ANG KEWENANGAN PENYIDIK TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1985 TENT ANG KEWENANGAN PENYIDIK TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1985 TENT ANG KEWENANGAN PENYIDIK TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

2016, No objek materiil yang jumlahnya besar dan kecil, sehingga penyelesaian perkaranya memerlukan waktu yang lama; e. bahwa Mahkamah Agung d

2016, No objek materiil yang jumlahnya besar dan kecil, sehingga penyelesaian perkaranya memerlukan waktu yang lama; e. bahwa Mahkamah Agung d No.2059, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Ekonomi Syariah. Penyelesaian Perkara. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN PERKARA EKONOMI

Lebih terperinci

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peradilan Agama merupakan salah satu badan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan kehakiman dalam lingkup khusus. 1 Kekhususan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Hukum tertulis yang berlaku di Indonesia mendapat pengaruh dari hukum Barat, khususnya hukum Belanda. 1 Pada tanggal 1 Mei 1848 di negeri Belanda berlaku perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR 3.1. Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan hubungan kerja oleh majikan adalah jenis PHK yang sering terjadi,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGAWASAN YANG DIMILIKI OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS UNDANG-UNDANG DI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KARAKTERISTIK PENGAWASAN YANG DIMILIKI OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS UNDANG-UNDANG DI NEGARA REPUBLIK INDONESIA KARAKTERISTIK PENGAWASAN YANG DIMILIKI OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS UNDANG-UNDANG DI NEGARA REPUBLIK INDONESIA Oleh : Arfa i, S.H., M.H. [ ABSTRAK Undang-undang yang dibuat oleh Lembaga

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG RANCANGAN UNDANG UNDANG

RANCANGAN UNDANG UNDANG RANCANGAN UNDANG UNDANG RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT RANCANGAN UNDANG UNDANG NOMOR TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. ASN. Revolusi Mental. Kode Etik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. ASN. Revolusi Mental. Kode Etik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA No.1065, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. ASN. Revolusi Mental. Kode Etik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.64/MenLHK/Setjen/Kum.1/7/2016

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM, CEK KOSONG, DAN JAMINAN. Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah zoon politicon,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM, CEK KOSONG, DAN JAMINAN. Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah zoon politicon, BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM, CEK KOSONG, DAN JAMINAN 2.1 Perlindungan Hukum 2.1.1 Pengertian Perlindungan Hukum Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah zoon politicon, makhluk sosial

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH: FARIDA RIANINGRUM Rombel 05

DISUSUN OLEH: FARIDA RIANINGRUM Rombel 05 MAKALAH ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK Menganalisis pelanggaran AAUPB terhadap Surat Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2238 Tahun 2014 tentang Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi

Lebih terperinci

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDANGANGAN DI KOTA PALU WIJAYA / D

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDANGANGAN DI KOTA PALU WIJAYA / D KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDANGANGAN DI KOTA PALU WIJAYA / D 101 09 729 ABSTRAK Topik ini menjadi menarik dilakukan pengkajian setidak-tidaknya karena Beberapa perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP.05.02 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

Kepada Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Kepada Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Kepada Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Yang Mulia Hakim Majelis, atas permintaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dalam perkara sengketa wewenang antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH, KEWENANGAN, PERJANJIAN DAN ASET DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH, KEWENANGAN, PERJANJIAN DAN ASET DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH, KEWENANGAN, PERJANJIAN DAN ASET DAERAH 2.1 Pemerintahan Daerah Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari beberapa daerah,

Lebih terperinci

PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN. Oleh : Nopyandri 1. Abstrak

PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN. Oleh : Nopyandri 1. Abstrak PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN Oleh : Nopyandri 1 Abstrak Dalam hukum administrasi negara, penggunaan sanksi administrasi merupakan penerapan kewenangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH DAN LEMBAGA LAIN LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Dapatkah Surat Keputusan Bersama MA-KY tentang Kode Etik & Pedoman Perilaku Hakim diuji materiil? Oleh :Abdul Fickar Hadjar

Dapatkah Surat Keputusan Bersama MA-KY tentang Kode Etik & Pedoman Perilaku Hakim diuji materiil? Oleh :Abdul Fickar Hadjar Dapatkah Surat Keputusan Bersama MA-KY tentang Kode Etik & Pedoman Perilaku Hakim diuji materiil? Pengantar Oleh :Abdul Fickar Hadjar SKB Ketua MA dan Ketua Komisi Yudisial No.047/KMA/SKB/IV/2009 Nomor

Lebih terperinci

Abrori, S.H.I., S.H., M.H. Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Cimahi Jl. Raya Cibeber No. 148, Cimahi Selatan

Abrori, S.H.I., S.H., M.H. Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Cimahi Jl. Raya Cibeber No. 148, Cimahi Selatan 1 KEABSAHAN PENGGUNAAN KEWENANGAN KEBEBASAN BERTINDAK BAGI PEMERINTAH (DISKRESI) : STUDI TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN Abrori, S.H.I., S.H., M.H. Sekolah

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN UMUM TENTANG PENERAPAN HUKUM DAN PENATAAN RUANG. Pengertian ruang menurut D.A. Tisnaatmadjaja adalah wujud fisik wilayah

BAB II TUJUAN UMUM TENTANG PENERAPAN HUKUM DAN PENATAAN RUANG. Pengertian ruang menurut D.A. Tisnaatmadjaja adalah wujud fisik wilayah BAB II TUJUAN UMUM TENTANG PENERAPAN HUKUM DAN PENATAAN RUANG Dalam bab ini akan dijabarkan pokok-pokok bahasan yang meliputi: Pengertian penataan ruang, Pengaturan dan penegakan hukum dalam penataan ruang,

Lebih terperinci

HUBUNGAN HUKUM PERJANJANJIAN KERJA BERSAM (PKB) Oleh H. MOESTOPO, SE, SH, MH

HUBUNGAN HUKUM PERJANJANJIAN KERJA BERSAM (PKB) Oleh H. MOESTOPO, SE, SH, MH HUBUNGAN HUKUM PERJANJANJIAN KERJA BERSAM (PKB) Oleh H. MOESTOPO, SE, SH, MH Sifat Ketentuan-Ketentuan dalam PKB. Ketentuan-ketentuan dalam PKB, ditinjau dari sifatnya dapat diklarifikasi sebagai ketentuan

Lebih terperinci

EKSISTENSI MENGGUGAT PROSEDUR DISMISSAL PADA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

EKSISTENSI MENGGUGAT PROSEDUR DISMISSAL PADA PERADILAN TATA USAHA NEGARA EKSISTENSI MENGGUGAT PROSEDUR DISMISSAL PADA PERADILAN TATA USAHA NEGARA Oleh I Gede Kuntara Sidi Anak Agung Ngurah Yusa Darmadhi Bagian Hukum Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Pengadilan

Lebih terperinci

BAB IV KEWENANGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENERTIBAN TANAH TERLANTAR. pemerintah dalam melaksanakan tindakan hukum publik. Suwoto Mulyosudarmo

BAB IV KEWENANGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENERTIBAN TANAH TERLANTAR. pemerintah dalam melaksanakan tindakan hukum publik. Suwoto Mulyosudarmo BAB IV KEWENANGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENERTIBAN TANAH TERLANTAR 4.1. Kewenangan Badan Pertanahan Nasional 4.1.1. Sumber-sumber Kewenangan Pemerintah Kewenangan merupakan suatu kekuasaan hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanahkan pembentukan sebuah lembaga negara dibidang yudikatif selain Mahkamah Agung yakninya

Lebih terperinci

EKSEKUSI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP

EKSEKUSI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP EKSEKUSI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Jalan Semolowaru Nomor 45, Surabaya 60118, Indonesia Abstrak Peranan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerimaan Pajak Diperkirakan Rp 604 Triliun, diunduh tanggal 30 Mei 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerimaan Pajak Diperkirakan Rp 604 Triliun,  diunduh tanggal 30 Mei 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Meningkatnya kebutuhan pembangunan untuk mencapai tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Lebih terperinci

BAB IV. memutuskan dan mengadili perkara Nomor: 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. tentang

BAB IV. memutuskan dan mengadili perkara Nomor: 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. tentang BAB IV ANALISIS YURIDIS PEMBATALAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KEDIRI NOMOR : 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. OLEH PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA NOMOR : 375/Pdt. G/2011/PTA. Sby. TENTANG GUGATAN WARIS A. Analisis

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO.13 TAHUN 1992 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO.13 TAHUN 1992 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO.13 TAHUN 1992 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 113/PUU-XII/2014 Keputusan Tata Usaha Negara yang Dikeluarkan atas Dasar Hasil Pemeriksaan Badan Peradilan Tidak Termasuk Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Sri Soemantri tidak ada satu negara pun yang tidak mempunyai konstitusi atau Undang-Undang

Lebih terperinci