BAB I PENDAHULUAN. sketsa kehidupan tetapi agak sedikit berbeda dengan kenyataan karena terdapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sketsa kehidupan tetapi agak sedikit berbeda dengan kenyataan karena terdapat"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah media untuk penyampaikan pemahaman tentang kehidupan dengan caranya sendiri. Karya sastra dapat diibaratkan potret atau sketsa kehidupan tetapi agak sedikit berbeda dengan kenyataan karena terdapat pendapat dan pandangan penulis dari mana dan bagaimana ia melihat kehidupan tersebut. 1 Selain itu, dalam pembuatan sebuah karya sastra pun, para sastrawan biasanya lebih mengembangkan imajinasinya. Dalam kehidupan sehari-hari, karya sastra merupakan media komunikasi yang melibatkan 3 komponen, yakni pengarang sebagai pengirim pesan, karya sastra sebagai pesan dan pembaca sebagai penerima pesan. 2 Pesan yang disampaikan 1 Melani Budianta, dkk. Membaca Sastra. (Magelang: IndonesiaTera), 2003, 20 2 Ibid.

2 2 biasanya mengenai pendidikan moral yang memperlihatkan sikap dan perilaku para tokoh yang menggambarkan nuansa-nuansa perasaan dan pikiran pengarang berdasarkan pengalaman pribadi ataupun keadaan sosial yang berlaku dalam masyarakat. Manga marupakan salah satu bentuk karya sastra yang ada di Jepang. Manga ditulis dengan menggunakan 2 karakter kanji, yaitu man ( 漫 ) yang berarti tanpa sengaja dan kanji ga ( 画 ) yang artinya gambar, foto, lukisan atau sketsa. 3 Manga dapat didefinisikan sebagai gambar-gambar lucu dan karikatur, serta lebih spesifik lagi dikatakan sebagai komik strip 4 atau komik. 5 Manga merupakan suatu bentuk karya sastra populer yang menggabungkan gambar dan teks sehingga membentuk cerita. Orang yang menggambar manga disebut mangaka. Selain itu, ada juga yang disebut doujinshi. Doujinshi adalah sebutan bagi manga yang dibuat oleh fans manga yang memiliki alur cerita atau akhir yang berbeda dari manga aslinya. Doujinshi sendiri terkadang menjadi batu loncatan seseorang atau kelompok untuk menjadi mangaka. 6 Sastrawan Amerika Edgar Allan Poe mengatakan bahwa fungsi sastra selain sebagai media penghibur juga di dalamnya terdapat pesan yang ingin disampaikan 3 Andrew N. Nelson. Kamus Kanji Modern: Jepang Indonesia. (Jakarta: Kesaint Blanc), 2005, 2683 dan Komik strip adalah komik yang diterbitkan di majalah atau koran yang terdiri dari 4 sampai 8 panel. Terkadang di dalam komik strip ada gambar yang tidak ada dialognya, sehingga dialog antar tokoh tidak mutlak harus selalu ada 5 Louis Frederic, diterjemahkan oleh Kathe Roth. Japan Encyclopedia. (London, England: The Belknap Press of Harvard University), 2002, Komik tgl 1 April 2008 pkl 21:27

3 3 penulis tentang suatu hal yang mengajarkan sesuatu. Begitu pula dengan manga Jepang yang bukan hanya sebagai media hiburan tetapi telah menjadi bagian integral dalam masyarakat sehingga dengan membaca manga, baik yang dibukukan, berbentuk majalah ataupun manga berupa komik strip, seseorang dapat melihat perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau kebudayaan Jepang secara bertahap. Manga dapat dijadikan sebagai cerminan kehidupan masyarakat Jepang. Seni manga di Jepang dimulai sejak abad 7 dan abad 8. Hal ini terbukti dari ditemukannya gambar karikatur di langit-langit ruang utama kuil Buddha Hōryūji pada abad 7 dan di kuil Toshōdaiji pada abad 8. 7 Salah satu manga kuno yang sangat terkenal adalah manga dalam bentuk lukisan gulung berupa gambar binatang yang diperkirakan merupakan cikal bakal manga, yaitu lukisan Choujūgiga, karya pendeta Toba pada abad ke Manga muncul sejak abad 17 dalam bentuk ukiyo-e (cetakan ukiran kayu) 9 sebagai salah satu bentuk kebudayaan populer. Pada abad 18 dan 19 buku-buku bergambar yang dapat memikat perhatian orang Jepang adalah Tobae (Toba artinya Toba, diambil dari nama pendeta Buddha Toba yang menciptakan Choujūgiga, E artinya gambar, lukisan) dan Kibyoushi (buku bersampul kuning). Kedua karya sastra ini sangat disukai oleh masyarakat kota 7 Richard Bowring dan Peter Kornicki,ed. The Cambrige Encyclopedia of Japan. (New York: Cambrige University Press), 1993, Frederik L. Schodt. Dreamland Japang: Writings on Modern Manga. (Berkeley: Stone Bridge Press), 1996, 22 9 Richard Gid Powers, dalam pendahuluan dari Handbook of Japanese Popular Culture oleh Richard Gid Powers dan Hidetoshi Kato,ed. London: Greenwood Press, 1989, xiv

4 4 seperti Osaka dan Edo (sekarang Tokyo) serta merupakan buku komik pertama di dunia. 10 Pada saat Restorasi M eiji dan dibukanya Jepang bagi Negara Barat, hal ini menyebabkan terjadinya akulturasi kebudayaan Jepang dan Barat yang secara tidak langsung mempengaruhi seni grafis di Jepang. Charles Wirgman ( ) seniman yang berasal dari Inggris dan Geoege Bigot ( ) seniman dari Prancis, keduanya memperkenalkan gaya lukis Eropa ke Jepang. M ereka memperkenalkan manga dengan balon-balon kata. 11 Sehingga bentuk fisik manga modern yaitu berupa rangkaian panel dengan balon-balon kata yang disusun untuk melukiskan sebuah cerita. 12 Pada tahun 1902, atas pengaruh maraknya komik strip di Amerika, Kitazawa Rakuten ( ) dan Okamoto Ippei ( ) memperkenalkan komik strip ke Jepang. Pada tahun 1920-an salah satu komik strip untuk anak-anak Jepang dipublikasikan di koran-koran dan jurnal serta mendapat pengaruh yang kuat dari komik strip yang sama diterbitkan di koran Amerika. Selain itu, pada tahun yang sama ada beberapa komik strip Amerika yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dan dimuat di koran Hōchi dan Asahi, diantaranya Bringing up Father karya George McManus, Mutt and Jeff karya Bud Fisher, dan Felix the Cat karya Pat Sullivan Frederik L., op.,cit. 11 Frederik L. Schodt. Manga! Manga! The World of Japanese Comics (Tokyo:1983), Ibid., Sharon Kinsella. Adult Manga: Culture and Power in Contemporary Japanese Society. (Honolulu: University of Hawaii Press), 2000, 20

5 5 M enurut Havens dalam Kinsella (2000), pada tahun 1930-an menjadi masa berkembangnya kontrol pemerintah Jepang terhadap media dan sosial. Para intelektual, komikus, artis, penerbit, dan kartunis harus menyesuaikan karyanya dengan tujuan politik nasional. Dengan adanya kebijakan yang seperti itu, para komikus merasa tersiksa, terpenjara dan terbunuh semua ide-idenya (Lent, 1989:227). 14 Selain itu, pemerintah Jepang membubarkan perkumpulan mangaka dan kartunis (Shin Manga Shudan) yang telah berdiri sejak tahun 1932 dan diganti namanya menjadi Shin Nippon Manga Kyoukai dibawah kontrol pemerintah. Lalu setelah Perang Dunia II namanya diganti lagi menjadi Nippon Mangaka Kyoukai. 15 Dengan masuknya ideologi M arxis ke Jepang pada tahun 1920-an, manga dijadikan media kritik sosial terhadap ketidakadilan politik dan kesenjangan ekonomi. Namun karena pada tahun 1930-an pemerintah Jepang sangat mengontrol dan mensensor ketat semua hasil karya, maka banyak komikus yang bergerak di genre non politis seperti manga anak-anak. 16 Manga memiliki variasi tema sehingga anak-anak dan orang dewasa dapat membacanya sesuai dengan kebutuhan dan selera masing-masing. Manga berdasarkan jenis pembacanya dibagi menjadi 5, yaitu: kodomo 子供 (anak-anak), Josei 女性 (wanita), seinen 青年 (pria), shōjo 少女 (remaja perempuan), dan shōnen 少年 (remaja laki-laki). Selain memiliki variasi tema, manga pun mempunyai 14 Ibid., Ibid., Ibid., 21-23

6 6 bermacam bentuk, seperti berbentuk komik strip, berbentuk majalah dan tankōbon (manga berbentuk buku biasa yang ceritanya diambil dari majalah yang telah dikumpulkan. Biasanya dalam bentuk tankōbon inilah manga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa di berbagai Negara). Sebelum menjadi tankōbon, awalnya manga berbentuk majalah. Di dalam satu majalah terdapat beberapa tema dengan berbagai macam cerita. M ajalah manga mingguan pertama berjudul Magazine diterbitkan pada bulan M aret tahun 1959 oleh Kōdansha. Lalu disusul oleh Sunday yang diterbitkan oleh penerbit Shōgakukan pada bulan November di tahun yang sama. Tahun 1963 King, majalah manga mingguan ketiga diterbitkan oleh penerbit Shōnen Gahōsha. M ajalah berwarna untuk anak-anak pertama kali diterbitkan tahun 1947 oleh Kōdansha. M ajalah manga untuk anak laki-laki (Manga Shōnen) adalah majalah manga bulanan yang berisi cerita berseri dan dibuat oleh komikus muda, diantaranya Fujio Fujiko, Ishinomori Shōtarō dan M atsumoto Reiji. M ajalah ini mendapat kepopuleran dengan cepat. Serial yang paling populer di dalam majalah itu ialah Jungle Taitei ( Penguasa Hutan ) yang digambar oleh Tezuka Osamu, seorang komikus yang sukses dengan media akabon 17. Osamu Tezuka dijuluki sebagai dewa komik karena dia menjadi pelopor komik modern dengan memperkenalkan gaya emonogatari (cerita bergambar) yang berisi jalinan cerita yang utuh dan panjang. Gaya seperti ini dianggap cikal bakal 17 Akabon adalah manga dalam bentuk tankōbon yang dicetak di kertas yang berkualitas buruk dengan tinta berwarna merah dan hitam. Akabon memiliki sampul warna merah.

7 7 manga modern. Osamu Tezuka dilahirkan di Toyonaka, Osaka tanggal 3 November 1928 dan memulai debutnya ketika ia berumur 17 tahun sebagai kartunis di koran Mainichi Jepang dengan serial komik strip yang berjudul Mā-chan no Nikki (Buku harian Mā). Setahun kemudian, tahun 1947 Tezuka mambuat Shintakarajima ( Pulau Harta Karun ). Shintakarajima menjadi sangat sensasional karena para pembacanya mengatakan dengan membaca cerita shintakarajima hampir sama seperti menonton film. 18 Manga ini dibuat hampir 200 halaman. Karya lain Tezuka yang terkenal adalah Tetsuwan Atom (Astro Boy). Tetsuwan Atom adalah robot baik hati berbentuk manusia (anak kecil). Tema sentral manga ini ialah bahwa robot sebagai simbol teknologi dapat menjadi sahabat manusia. 19 Tetsuwan Atom dirilis menjadi serial animasi televisi Jepang pada tahun Salah satu mangaka yang terinspirasi oleh Tezuka adalah Fujimoto Hiroshi (lebih dikenal dengan sebutan Fujiko F. Fujio). Fujimoto Hiroshi lahir di Takaoka, Toyama, Jepang pada tanggal 1 Desember 1933 dan meninggal pada tanggal 23 September 1996 karena penyakit hati. Dia adalah salah satu mangaka anak-anak yang sangat terkenal dan sukses. Rekan kerja samanya bernama Abiko M otoo (dikenal dengan sebutan Fujiko Fujio (A)). Fujimoto bertemu Abiko pada saat kelas 5 SD yang baru saja pindah ke sekolahnya. M ereka berdua menyukai kartun, sehingga mereka berkolaborasi dalam pembuatan manga. Nama pena mereka yaitu Fujiko 18 Frederik.,op.cit., Timothy J. Craig,ed. Japan Pop!Inside the World of Japanese Popular Culture. (New York: M.E Sharpe), 2000, 171

8 8 Fujio. 20 Tahun 1952 manga awal yang mereka buat berjudul Tenshi no Tama-chan (Bidadari Kecil Tama). Di samping itu, manga hasil kolaborasi mereka berdua yang paling terkenal adalah Obake no Q-taro (hantu Q-Taro) yang menjadi pelopor program TV Jepang pada tahun 1960-an. 21 Walaupun mereka berkolaborasi, tetapi ternyata mereka lebih suka bekerja masing-masing. Akhirnya pada tahun 1988 mereka tidak lagi bersama sebagai partner. Adapun karya-karya utama Fujiko F. Fujio, diantaranya: P-man ( , ), 21-emon ( , 1981), Moja-ko ( ), Ume-boshi Denka (1969), Doraemon ( ), Kiteretsu Daihyakka ( ), Esper Mami ( ). Karya Fujimoto yang sangat terkenal sampai sekarang adalah Doraemon. Manga Doraemon pertama kali terbit pada tahun Manga ini terbit berkesinambungan dalam 6 judul majalah bulanan anak-anak. M ajalah-majalah tersebut yaitu: majalah Yoiko (anak baik), Yōchien (taman kanak-kanak), Shogaku Ichinensei (kelas 1 SD), Shogaku Yonnensei (kelas 4 SD), dan sejak tahun 1973 di majalah Shogaku Gonensei (kelas 5 SD), dan Shogaku Rokunensei (kelas 6 SD). Cerita yang terkandung dalam majalah-majalah itu berbeda-beda. Pada tahun 1979 CoroCoro Comic diluncurkan sebagai majalah Doraemon Bibliografi Fujiko F. Fujio, tgl 1 April 2008 pkl 21:44 21 Mark Schilling. The Encyclopedia of Japanese Pop Culture. (New York: Weatherhill), 1997, Doraemon tgl 1April 2008 pkl. 21:50

9 9 Manga Doraemon berkisah mengenai kehidupan seorang anak laki-laki pemalas kelas 4 SD yang bernama Nobi Nobita yang tinggal di kota Tokyo. Ayah Nobita seorang pegawai kantor dan ibunya seorang Ibu Rumah Tangga. Nobita digambarkan sebagai seorang anak yang selalu mendapatkan nilai terendah di kelasnya, selalu dimarahi ibunya karena tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru, tidak pernah membersihkan kamar tidur dan tidak pernah bangun tepat waktu pada pagi hari. Selain itu, dia pun tidak bisa bermain baseball dan mengendarai sepeda. Nobita menginginkan supaya orang tua dan gurunya bisa bangga terhadapnya tetapi dia tidak pernah melakukan sesuatu untuk dapat merubah kebiasaan buruknya itu. Dia selalu mengandalkan Doraemon dan meminta bantuannya. Doraemon adalah seorang robot kucing yang datang dari abad ke Doraemon berasal dari kata dora-neko yang berarti kucing tersesat, dikirim dari masa yang akan datang oleh cucu dari cucu Nobita yang bernama Sewashi untuk menolong Nobita agar keturunannya merasakan hidup yang lebih baik. Sebab, dalam kehidupan aslinya (tanpa dibantu Doraemon), Nobita selalu gagal dalam pelajaran sekolah, gagal dalam karier, dan meninggalkan keluarganya dengan masalah keuangan. Selain Nobita dan Doraemon, tokoh-tokoh lain dalam manga Doraemon, diantaranya Shizuka M inamoto, Takeshi Goda (Giant), Suneo Honekawa, Ayah Nobita (Nobisuke Nobi), Ibu Nobita (Tamako Kataoka), Nenek (dari pihak ayah), Kakek (dari pihak ayah), Nobisuke (anak Nobita di masa yang akan datang), Sewashi 23 Ibid

10 10 (cucu dari cucu Nobita), Dorami (adik perempuan doraemon), Hidetoshi Dekisugi, Jaiko (Adik perempuan Giant), Sunetsugu (Adik laki-laki Suneo), Sunekichi (Sepupu laki-laki Suneo), Pak guru, Sunetaro (Anak laki-laki Suneo), Hideyo (Anak laki-laki Dekisugi). Manga Doraemon tidak hanya digemari oleh orang Jepang saja, tetapi kepopuleran manga ini sudah meluas ke berbagai dunia, terbukti dengan diterjemahkannya manga ini ke berbagai bahasa, seperti Indonesia (penerbit Elex M edia Komputindo), Vietnam (penerbit NXB Kim Dống), M alaysia (Tora Aman), dan Thailand (penerbit Nation Edutainment). Selain dalam bentuk manga, pada tahun 1979 Doraemon diadopsi menjadi sebuah serial TV dalam bentuk anime 24. Serial TV Doraemon disutradai oleh Tsutomu Shibayama, dibuat oleh Shin-ei Animation dan ditayangkan pertama kali di stasiun TV Asahi pada tanggal 2 April Penayangan Doraemon di stasiun TV Asahi berlangsung sampai sekarang. Di samping manga, anime Doraemon pun masuk ke Indonesia yang pertama kali disiarkan oleh stasiun TV RCTI setiap hari minggu pukul 8.00 dari tahun 1991 hingga saat ini. 24 Anime adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan film animasi atau kartu Jepang. Kata tersebut berasal dari kata animation yang dalam pelafalan bahas a Jepang menjadi animeshon. Kata tersebut kemudia disingkat menjadi anime. Meskipun pada dasarnya anime tidak dimaksudkan khusus untuk komik Jepang, tetapi kebanyakan orang menggunakan kata tersebut untuk membedakan antara film animasi Jepang dan non-jepang. ( tgl 13 Mei 2008 pkl. 19:21) 25 Doraemon wikipedia.,loc.,cit

11 11 Eksistensi manga maupun anime Doraemon sangat mengagumkan. Manga Doraemon meskipun bertema robot dan awalnya merupakan manga untuk anak-anak tetapi pada akhirnya banyak para remaja bahkan sampai orang dewasa yang membaca manga ini. Berdasarkan paparan di atas, penulis menjadi tertarik untuk menjadikan manga Doraemon sebagai objek penelitian. Adapun alasan penulis memilih manga Doraemon sebagai objek penelitian, yaitu: (1) manga Doraemon banyak disukai orang, baik di negeri Jepang sendiri ataupun di berbagai negara di luar Jepang, (2) eksistensi anime Doraemon yang bisa bertahan berpuluh tahun bahkan sampai di Indonesia, (3) kepopuleran manga Doraemon dalam bentuk tankōbon di semua kalangan masyarakat dan berbagai usia, (4) Doraemon dijadikan Duta Besar untuk mempromosikan kebudayaan Jepang kepada orang luar negeri, (5) Doraemon menjadi ikon budaya pop di Jepang, serta (6) Keberhasilan Fujimoto menggabungkan tokoh-tokoh faktual (tokoh yang benar-benar nyata ada dalam kehidupan manusia, seperti ayah, ibu, anak) dengan tokoh-tokoh fiktif (tokoh yang sebenarnya hanya ada dalam hayalan pengarang dan tidak mungkin ada dalam kehidupan manusia, tetapi tokoh ini seolah-olah nyata dalam manga, contohnya Doraemon dan Dorami) serta menampilkannya dalam kesatuan cerita yang utuh. Kesemua hal ini yang membuat Doraemon lebih menarik.

12 12 M aia Tsurumi (2000) mengatakan bahwa manga merupakan salah satu indikator mengekspresikan nilai dan norma kehidupan masyarakat Jepang. 26 Hal ini dapat diartikan bahwa secara tidak langsung dalam sebuah manga terdapat nilai-nilai yang tersirat di dalamnya yang dapat mengajarkan sesuatu kepada para pembacanya. Hal itulah yang memicu penulis untuk mengetahui nilai apa saja yang terdapat di dalam manga Doraemon sehingga manga ini manjadi manga yang bisa diterima di semua kalangan masyarakat 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas terutama yang berkenaan dengan pernyataan Tsurumi bahwa manga merupakan salah satu indikator mengekspresikan nilai dan norma kehidupan masyarakat Jepang, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah nilai-nilai moral kehidupan masyarakat Jepang seperti apa yang tercemin dalam manga Doraemon sehingga manga ini masih dapat diterima hingga sekarang baik di kalangan masyarakat Jepang maupun di kalangan masyarakat Indonesia. 26 Maia Tsurumi, Peran Gender dan Komik anak Perempuan di Jepang dalam Japan Pop!Inside the World of Japanese Popular Culture. (New York: M.E Sharpe), 2000

13 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menjelaskan nilai-nilai moral dalam kehidupan anak-anak Jepang yang tercermin dalam tokoh-tokoh manga Doraemon. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Dalam skripsi ini penulis memfokuskan penulisan hanya mencakup nilai-nilai moral dalam manga Doraemon yang tercermin dari tingkah laku para tokohnya. Manga Doraemon karya Fujiko F. Fujio secara keseluruhan terdiri atas 45 seri dan dari setiap seri terdiri dari beberapa cerita dengan judul yang berbeda-beda. Dalam penulisan ini, penulis memilih secara acak cerita-cerita Doraemon dari manga Doraemon seri 1, 2, 4, 45 dan manga Doraemon seri campuran untuk dianalisis. Cerita-cerita yang penulis analisis berjudul: mirai no kuni kara haru baru to (dari negeri masa depan yang jauh), maruhi supai daisakusen (merahasiakan perang besar dengan menggunakan mata-mata), gosenzosama ganbare (nenek moyang, semangat), ichi sei ni ichi do wa hyaku ten wo (sekali lagi seumur hidup mendapat nilai 100), doraemon no daiyogen (ramalan terbesar doraemon), henshin bisuketto (biskuit yang bisa membuat berubah), garapa sei kara kita otoko (laki-laki yang datang dari bintanag garapa), migi koro boushi (topi waktu kanan), kyouryuu hanta (memburu dinosaurus), obaachan no omoide (teringat kepada nenek), kagegari (bayang-bayang), sayounara doraemon (selamat tinggal Doraemon), serta boku wo tasukeron (tolong

14 14 aku). Alasan penulis mengambil cerita-cerita di atas sebagai bahan analisis karena cerita-cerita tersebut paling mencerminkan sikap moral yang akan penulis analisis. 1.5 Kerangka Teori M enurut K. Bertens (2004:141) dalam bukunya yang berjudul Etika, nilai sekurang-kurangnya memiliki 3 ciri, yaitu: 1) nilai berkaitan dengan subyek (peneliti). Dalam hal ini subjek menjadi penilai karena bila tidak ada yang menilai, hal tersebut tidak akan diketahui nilainya, 2) Nilai tampil dalam suatu konteks praktis, di mana subjek ingin membuat sesuatu. Dalam pendekatan yang teoretis, nilai tidak akan ada bila tanpa ada wujud (objek penelitian), 3) Nilai-nilai menyangkut sifat-sifat yang ditambah oleh subyek pada sifat-sifat yang dimiliki oleh obyek. Nilai tidak dimiliki oleh obyek pada dirinya tetapi subyeklah yang menilai sehingga obyek menjadi bernilai dan dari satu obyek yang sama akan menimbulkan pelbagai penilaian yang berbeda-beda dari subyek contonya tokoh Doraemon apabila dipandang sekilas hanyalah robot kucing biasa tetapi karena ada penulis sebagai penilai, Doraemon menjadi sosok yang baik hati sebab dia selalu membantu Nobita bila sedang kesusahan. Namun, karena kebaikannya yang terlalu berlebihan, terkadang orang lain ada yang menilainya negatif yang membuat Nobita menjadi manja padanya dan tidak bisa hidup mandiri serta meminta bantuan pada Doraemon bila terbentur suatu masalah.

15 15 Salah satu cara yang sering digunakan untuk menjelaskan nilai adalah membandingkannya dengan fakta. 27 Fakta yang dimaksudkan adalah semua unsurnya dapat dilukiskan satu demi satu dan uraian itu pada prinsipnya dapat diterima oleh semua orang. Contohnya: ibu Nobita dalam manga Doraemon digambarkan sebagai seorang ibu rumah tanga yang bertugas mengurus anak, pendidikan anak, menjaga rumah, mengurus keuangan keluarga, dan lain-lain (fakta), tetapi ibu Nobita seorang ibu yang galak karena sering memarahi Nobita apabila tidak belajar ataupun tidak mau membereskan kamar tidurnya sendiri. Selain itu, ibu Nobita termasuk orang yang cerewet karena sering mengomeli Nobita (nilai). Dari sini dapat terlihat perbedaan nilai dan fakta. Nilai selalu berkaitan dengan penilaian seseorang, sedangkan fakta menyangkut ciri-ciri obyektif. 28 Terdapat banyak macam nilai, seperti nilai ekonomis, nilai estetis, dan sebagainya. Pada bahasan kali ini penulis akan mengangkat mengenai nilai moral. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai didefinisikan sebagai sifat-sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, sedangkan kata moral berarti ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban. Dari kedua definisi tersebut dapat dikatakan bahwa nilai moral adalah sifat-sifat yang penting bagi kemanusiaan berupa ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban. 27 K. Bertens. Etika. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), 1993, Ibid.

16 16 Nilai-nilai moral dalam manga Doraemon yang akan penulis analisis yaitu nilai amae, nilai giri, nilai ninjou, nilai kejujuran, dan nilai kesetiaan. Oleh karena itu, kerangka teori yang digunakan dalam menganalisis nilai-nilai moral tersebut adalah teori amae yang dikemukakan oleh Takeo Doi, teori giri dan ninjou yang dikemukakan Ruth Benedict serta teori kejujuran dan kesetiaan menurut Izano Nitobe. M enurut Takeo Doi (1981:29) dalam bukunya yang berjudul The Anatomy of Dependence, amae ( 甘え ) bukanlah rasa manis yang dirasakan oleh lidah melainkan watak manja atau suatu ketergantungan seseorang terhadap orang lain dalam masyarakat Jepang. Amae dijadikan landasan bagi orang Jepang dalam berperilaku. Amae dapat terjadi ketika ada orang yang bersikap manja serta ada pula orang yang memanjakannya atau adanya orang yang bergantung (mengandalkan) orang lain dan ada pula orang yang diandalkannya. Ruth Benedict (1982: ) menggambarkan giri sebagai suatu kewajiban yang sudah seharusnya dibayar. Giri merupakan hutang budi seseorang kepada orang lain yang mana hutang budi tersebut baik suka maupun tidak suka mesti dibayar dalam jangka waktu dekat atau lama. Seseorang tidak boleh melupakan girinya karena orang Jepang menganggap rendah orang yang tidak mau membayar giri. Dalam pelaksanaan giri, umumnya seseorang mengalami dilema. Dilema ini muncul karena kewajiban sosial yang harus dilakukannya bertentangan dengan keinginan pribadi. Keinginan pribadi atau perasaan manusiawi inilah yang disebut dengan ninjou.

17 17 Ninjou merupakan perasaan kasih sayang untuk sesamanya yang tercurahkan dari hati yang paling dalam. Perbedaan yang sangat mendasar antara giri dan ninjou adalah bahwa ninjou tidak meminta balasan atas perasaan atau perbuatan yang telah dilakukan untuk orang lain sebab semuanya adalah tulus dari hati (Benedict : 142). Nilai moral yang lainnya yaitu nilai kejujuran dan kesetiaan. M enurut Izano Nitobe (1969 : 23) kejujuran adalah sifat penting yang harus dimiliki oleh seluruh manusia di dunia ini. Dengan adanya sifat jujur, semua orang akan dapat menjalankan hidup ini dengan lurus. Sifat jujur ini harus sudah diterapkan dari dini dan biasanya terbentuk dari sebuah keluarga. Sehingga keluarga menjadi faktor utama dalam pembentukan nilai moral dalam diri seseorang. Nilai kesetiaan dalam masyarakat Jepang terbentuk kokoh di dalam individu setiap samurai. Sifat ini dimilki oleh seluruh samurai pada jaman feodal akhir dimana pemerintahan berpusat pada keluarga militer Tokugawa ( ), antara lain berupa kesetiaan kepada atasan. Karena kesetiaan yang sangat tinggi kepada atasan, maka seorang samurai rela mengorbankan nyawanya demi atasan. Kesetiaan terhadap atasan dalam masyarakat Jepang menduduki posisi tertinggi (Nitobe, 1969: 82&93). 1.6 Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian pustaka. Sumber data penulis dapatkan dari buku-buku perpustakaan FIB (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya), PSJ (Pusat Studi Jepang), JF (Japan Foundation), KWJ

18 18 (Kajian Wilayah Jepang), dan Perpustakaan Pusat UI. Selain itu, penulis pun mencari data melalui internet. Bahan-bahan yang telah penulis dapatkan lalu dikumpulkan, serta dicari data-data yang relevan dengan penelitian. Setelah itu, penulis membaca dan memahami bahan tersebut. Selelah dipahami, penulis menginterpretasikan sendiri dan kemudian bahan-bahan itu penulis analisis. Data yang telah dianalisis, penulis deskripsikan kembali dalam skripsi ini. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini dibagi dalam empat bab. Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan dalam penelitian ini. Dari latar belakang tersebut ditariklah rumusan masalah dan juga tujuan dari penelitian ini. Selain itu, juga dibahas tentang ruang lingkup penelitian, metode penelitian yang digunakan, serta sistematika penulisan skripsi ini. Bab kedua merupakan bab yang membahas tentang gambaran umum manga Doraemon, faktor-faktor yang menyebabkan manga Doraemon masih bisa bertahan dan disukai banyak orang, serta beberapa tokoh-tokoh penting yang ada dalam manga Doraemon. Bab ketiga adalah bab yang membahas tentang kerangka teori. Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai kelima konsep yang menjadi dasar dari penulisan skripsi, yaitu nilai amae, nilai giri, nilai ninjou, nilai kejujuran dan nilai kesetiaan yang melandasi perilaku orang Jepang yang tercermin dalam perilaku tokoh-tokoh dalam manga Doraemon.

19 19 Bab keempat merupakan bab analisis data penelitian. Dalam bab ini penulis akan akan mencoba untuk menganalisis nilai moral yaitu amae, giri, ninjou, kejujuran dan kesetiaan yang tercermin dari perilaku orang Jepang melalui manga Doraemon yang penulis ambil dari beberapa judul cerita di dalamnya Bab kelima adalah bab kesimpulan dari penelitian ini. Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan dalam bab II, bab III dan bab IV. Kesimpulan ini diharapkan dapat memberikan wawasan untuk lebih memahami nilai moral yang ada dalam sebuah manga.

Bab 1. Pendahuluan. suka bekerja keras, dan suka berkelompok. Mereka cenderung kuat dalam rasa

Bab 1. Pendahuluan. suka bekerja keras, dan suka berkelompok. Mereka cenderung kuat dalam rasa Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-harinya orang Jepang umumnya dikenal sebagai orang yang suka bekerja keras, dan suka berkelompok. Mereka cenderung kuat dalam rasa keterikatannya

Lebih terperinci

NILAI-NILAI MORAL YANG TERCERMI N DALAM MANGA DORAEMON

NILAI-NILAI MORAL YANG TERCERMI N DALAM MANGA DORAEMON NILAI-NILAI MORAL YANG TERCERMI N DALAM MANGA DORAEMON NONENG FATONAH FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERS ITAS INDONES IA 2008 Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 NILAI-NILAI MORAL

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang adalah negara yang telah dikenal secara luas oleh seluruh dunia

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang adalah negara yang telah dikenal secara luas oleh seluruh dunia Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah negara yang telah dikenal secara luas oleh seluruh dunia sebagai satu negara yang mengalami perkembangan yang maju pesat dalam bidang ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MANGA DORAEMON. inilah banyak orang menyukai dan tertarik terhadap manga. Awalnya manga hanya

BAB II GAMBARAN UMUM MANGA DORAEMON. inilah banyak orang menyukai dan tertarik terhadap manga. Awalnya manga hanya 20 BAB II GAMBARAN UMUM MANGA DORAEMON 2.1 Manga Doraemon Manga merupakan suatu bentuk karya sastra populer yang menggabungkan gambar dan teks sehingga membentuk sebuah cerita. Dalam bentuk cerita seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SISWA/I KELAS VII SMP SWASTA UMUM SENTOSA BP.MANDOGE KISARAN DAN ANIMASI DORAEMON

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SISWA/I KELAS VII SMP SWASTA UMUM SENTOSA BP.MANDOGE KISARAN DAN ANIMASI DORAEMON BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SISWA/I KELAS VII SMP SWASTA UMUM SENTOSA BP.MANDOGE KISARAN DAN ANIMASI DORAEMON 2.1 Siswa/i SMP Swasta Umum Sentosa Bp.Mandoge Kisaran Yayasan Perguruan Umum Sentosa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan manga (baca: maηga) atau komik Jepang seolah telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan manga (baca: maηga) atau komik Jepang seolah telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan manga (baca: maηga) atau komik Jepang seolah telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Bukan hal yang aneh apabila kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga 漫画 adalah sebutan untuk komik Jepang. Berbeda dengan komik Amerika, manga biasanya dibaca dari kanan ke kiri, sesuai dengan arah tulisan kanji di Jepang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contohnya ada pakaian tradisional kimono, pertunjukan boneka bunraku, samurai,

BAB I PENDAHULUAN. contohnya ada pakaian tradisional kimono, pertunjukan boneka bunraku, samurai, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang memiliki beragam kebudayaan yang unik dan menarik. Kebudayaan kebudayaan tersebut sebagai contohnya ada

Lebih terperinci

PENGGAMBARAN KARAKTER TOKOH UTAMA PADA KOMIK DORAEMON KARYA FUJIKO F FUJIO

PENGGAMBARAN KARAKTER TOKOH UTAMA PADA KOMIK DORAEMON KARYA FUJIKO F FUJIO JURNAL JAPANESE LITERATURE Volume 2, Nomor 2, Tahun 2016, Hal. 1-9 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/japliterature PENGGAMBARAN KARAKTER TOKOH UTAMA PADA KOMIK DORAEMON KARYA FUJIKO F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film animasi di dunia telah menciptakan berbagai karakteristik animasi dari hasil yang telah dibuat. Hasil yang telah dibuat tersebut adalah dari

Lebih terperinci

BAB I. dalam dialog komik membuat pembaca secara langsung mampu. mengintepretasikan gambaran perasaan yang sedang di alami tokoh.

BAB I. dalam dialog komik membuat pembaca secara langsung mampu. mengintepretasikan gambaran perasaan yang sedang di alami tokoh. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran komik dalam ranah komunikasi dan seni visual sudah bukan menjadi hal yang asing. Komik merupakan bentuk komunikasi visual yang memiliki kekuatan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Latar belakang..., Ardhanariswari, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Latar belakang..., Ardhanariswari, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Shitsurakuen karya Watanabe Jun ichi adalah sebuah karya yang relatif baru dalam dunia kesusastraan Jepang. Meskipun dianggap sebagai novel yang kontroversial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam bukunya yang berjudul Understanding Comics, komik adalah bentuk seni; seni berturutan, terjukstaposisi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 latar belakang Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi kedisiplinan dalam tatanan hidup umat manusia sebagai makhluk sosial secara menyeluruh.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dilihat dari bagaimana masyarakatnya dapat berubah sangat cepat mengikuti. proses perkembangan negara dan manusia, bahwa:

Bab 1. Pendahuluan. dilihat dari bagaimana masyarakatnya dapat berubah sangat cepat mengikuti. proses perkembangan negara dan manusia, bahwa: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang berbeda dengan negara maju lainnya di dunia, hal ini dapat dilihat dari bagaimana masyarakatnya dapat berubah sangat cepat mengikuti derasnya pengaruh

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. digemari bukan saja oleh pembaca anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Di toko-toko

Bab 1. Pendahuluan. digemari bukan saja oleh pembaca anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Di toko-toko Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini komik tampaknya merupakan salah satu bacaan yang paling digemari bukan saja oleh pembaca anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Di toko-toko buku, di tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media Sosial sekarang ini tengah populer di kalangan masyarakat dunia, selain memberikan hiburan, media sosial juga memiliki peranan dalam memberikan informasi. Menurut

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat

BAB I. Pendahuluan. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan (Sutedi, 2003: 2). Dengan bahasa manusia melakukan komunikasi guna menjalani

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui adalah negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan. Media hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya teknologi yang telah diciptakan. Berbagai macam alat-alat teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya teknologi yang telah diciptakan. Berbagai macam alat-alat teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu negara maju di kawasan Asia adalah Jepang. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya teknologi yang telah diciptakan. Berbagai macam alat-alat teknologi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Ada begitu banyak kebudayaan dalam dunia tempat kita tinggal. Mulai dari budaya tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu media bagi pembelajar bahasa Jepang di Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan memperdalam bahasa Jepang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, tugas sekolah, tugas kuliah, ataupun masalah-masalah pribadi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, tugas sekolah, tugas kuliah, ataupun masalah-masalah pribadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiburan bagi manusia berguna untuk menyegarkan kembali otak dari tekanantekanan pekerjaan, tugas sekolah, tugas kuliah, ataupun masalah-masalah pribadi. Dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik

BAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap hari khalayak mengakses televisi. Menurut data BPS tahun 2006 yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menunjukkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bahasa Jepang di Indonesia cukup pesat dari tahun ke tahun, hal ini bisa dilihat dari survei yang dilakukan oleh The Japan Foundation yang berpusat

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh gambaran dan realitas sosial. Media bukan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh gambaran dan realitas sosial. Media bukan hanya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media menyalurkan nilai-nilai yang normatif yang berbaur dengan berita dan hiburan. Ini karena media telah menjadi sumber dominan untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusasteraan

Lebih terperinci

Ilustrasi komik the dragon s mark Dengan tema aksi misteri

Ilustrasi komik the dragon s mark Dengan tema aksi misteri Ilustrasi komik the dragon s mark Dengan tema aksi misteri Retno Kusumawati C 9503025 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir tahun 60-70an ada beberapa komik lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari permainan. Permainan dapat dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Permainan dapat

Lebih terperinci

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jauh sebelum kita mengenal tulisan berupa huruf dan abjad yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari ini, manusia zaman Pra-Sejarah telah mengembangkan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. di negara Jepang. Menurut Sapardi Joko Damono dalam Prasetyo (2012), sastra adalah

Bab 1. Pendahuluan. di negara Jepang. Menurut Sapardi Joko Damono dalam Prasetyo (2012), sastra adalah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kesusastraan, atau sastra, dapat ditemukan di berbagai negara, salah satunya adalah di negara Jepang. Menurut Sapardi Joko Damono dalam Prasetyo (2012), sastra adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

KEBERHASILAN SOFT POWER JEPANG DALAM PENGARUH DAN PERKEMBANGAN KOMIK JEPANG

KEBERHASILAN SOFT POWER JEPANG DALAM PENGARUH DAN PERKEMBANGAN KOMIK JEPANG KEBERHASILAN SOFT POWER JEPANG DALAM PENGARUH DAN PERKEMBANGAN KOMIK JEPANG Disusun Oleh : Ajeng Priendarningtyas 0906642153 Sastra Jepang UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA 2012 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ijime atau penganiayaan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara maju juga

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI KAJIAN. Bab ini adalah membincangkan tentang metodologi yang digunakan dalam kajian ini.

BAB 3 METODOLOGI KAJIAN. Bab ini adalah membincangkan tentang metodologi yang digunakan dalam kajian ini. BAB 3 METODOLOGI KAJIAN 3.0 Pengenalan Bab ini adalah membincangkan tentang metodologi yang digunakan dalam kajian ini. Metodologi kajian dalam buku komik Doraemon adalah berdasarkan kaedah kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen yang berjudul Saigo No Ikku ( 最後の一句 ) karya Mori Oogai,

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen yang berjudul Saigo No Ikku ( 最後の一句 ) karya Mori Oogai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerpen yang berjudul Saigo No Ikku ( 最後の一句 ) karya Mori Oogai, dibuat pada tahun 1915 ( 大正四年 ), pada waktu ia berusia 53 tahun. Cerpen ini dimuat dalam buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan sebuah negara yang dianggap telah maju oleh negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan sebuah negara yang dianggap telah maju oleh negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang dianggap telah maju oleh negaranegara di dunia. Tidak heran jika dikatakan demikian, dalam bidang ekonomi Jepang terkenal memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara yang terkenal karena banyak hal, salah satunya adalah bidang hiburan. Baik budaya tradisional maupun modern yang dihasilkannya sering kali berhasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Analisa Kecukupan Data Berdasarkan data yang penulis peroleh mengenai Topik Penulisan seminar ini yaitu Perancangan Komik Digital data-data tersebut telah mencakup seluruh unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang maupun luar negeri, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang maupun luar negeri, mulai dari anak-anak hingga orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara maju yang kaya akan budaya dan sumber daya manusia yang memiliki kreativitas tinggi. Jepang selalu melahirkan karya-karya unik yang dapat diterima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah 14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain, serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain, serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan. Juga dalam kehidupan sehari- hari orang tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan film terhadap masyarakat, hubungan antara televisi, film dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan film terhadap masyarakat, hubungan antara televisi, film dan masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa seperti halnya televisi dan film mempunyai dampak tertentu bagi para penontonnya. Dalam banyak penelitian tentang dampak serial televisi dan film

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup disertai dengan beragam masalah di dalamnya. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup disertai dengan beragam masalah di dalamnya. Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia hidup disertai dengan beragam masalah di dalamnya. Masalah untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, bahkan permasalahan sosial lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tokoh Penokohan merupakan suatu bagian terpenting dalam membangun sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan tokoh dalam cerita, dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL FILSAFAT DASAR CINA FENG SHUI KAMAR NOBITA. Oleh :

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL FILSAFAT DASAR CINA FENG SHUI KAMAR NOBITA. Oleh : TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL FILSAFAT DASAR CINA FENG SHUI KAMAR NOBITA Oleh : Sisca Handayani Simamora 135110401111007 siscahandayanis@yahoo.com SASTRA CINA 2013 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Bab 5 Ringkasan Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Jepang. Wanita kelahiran 26 Februari 1961 mengawali karir sebagai penulis komik sejak umur tujuh belas tahun. Setelah mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak

BAB I PENDAHULUAN. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara maju di dunia yang memiliki banyak karya di berbagai bidang. Dalam bidang teknologi, Jepang adalah negara maju di bidang telekomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Pesatnya perkembangan media massa juga ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Pesatnya perkembangan media massa juga ditandai oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan informasi bagi masyarakat. Pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berkembang secara pesat, selain media hiburan dan media

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berkembang secara pesat, selain media hiburan dan media BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini industri pertelevisian khususnya di Indonesia berkembang secara pesat, selain media hiburan dan media informasi, televisi juga bisa menjadi media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi

BAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi 1 BAB I PENDAHULUAN B. LATAR BELAKANG Jepang telah menyebarkan pengaruh budayanya ke seluruh dunia terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi Jepang) dan Manga (Komik Jepang)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence mendefinisikan terjemahan sebagai suatu perubahan bentuk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena modern yang terjadi di awal millennium ketiga ini yang lebih popular dengan sebutan globalisasi memberikan perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sansekerta yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan. pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan. pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memahami pengertian manajemen komunikasi, terlebih dahulu dijelaskan pengertian komunikasi secara umum. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan rumpun. Koentjaraningrat (1976 : 28) menjelaskan budaya adalah daya

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan rumpun. Koentjaraningrat (1976 : 28) menjelaskan budaya adalah daya 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan dimiliki oleh setiap bangsa,oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbeda, walaupun terkadang ada kesamaan seperti halnya kesamaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manga ( 漫画 ), atau lebih dikenal sebagai komik di Indonesia, berkembang di Jepang pada akhir abad ke-19 (Gravett, 2004:8). Manga merupakan salah satu media paling populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kesadaran akan nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia sangat memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri bangsa semakin terkikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat

BAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat mitos tersebut berasal. Tokoh-tokoh dalam mitos umumnya adalah para dewa atau makhluk setengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata aturan dan norma sosial yang berlaku,hal seperti ini disebut perilaku

BAB I PENDAHULUAN. tata aturan dan norma sosial yang berlaku,hal seperti ini disebut perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam setiap dinamika kehidupan pada setiap negara pasti akan selalu ada perilaku dari warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan dan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

DAFTAR PUSTAKA. Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ching, F. (2002). Menggambar Suatu Proses Kreatif. Jakarta: Penerbit Erlangga. Darmaprawira, S. (2002).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini keberadaan teko keramik telah mengalami banyak pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini keberadaan teko keramik telah mengalami banyak pergeseran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini keberadaan teko keramik telah mengalami banyak pergeseran dari segi fungsi dan nilai terutama pada teko-teko yang ada dalam rumah masyarakat modern. Teko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III GAGASAN BERKARYA BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. satu faktor penting dalam proses komunikasi, yaitu sebagai media komunikasi yang

Bab 1. Pendahuluan. satu faktor penting dalam proses komunikasi, yaitu sebagai media komunikasi yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Bahasa merupakan salah satu faktor penting dalam proses komunikasi, yaitu sebagai media komunikasi yang utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebenarnya novel grafis dan komik tidak ada bedanya hanya saja bobot maupun panjang cerita dari novel grafis merunut ke novel. Namun belakangan banyak penerbit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam jenis kesenian seperti tarian adat, alat musik, lagu, pakaian daerah dan sebagainya, yang menampilan ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komik adalah media bercerita melalui gambar-gambar yang disusun sedemikian rupa membentuk narasi. Dalam perkembangannya, komik sempat reaksi keras dari pemerintah

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Objek Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet Survei lapangan: melalui wawancara dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari setiap orang pada umumnya, sehingga mereka sulit membayangkan hidup tanpa media, tanpa koran pagi, tanpa majalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Haruki Murakami adalah seorang penulis, novelis, sastrawan, dan penerjemah yang berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik

Bab 1. Pendahuluan. Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik (zaman Heian), sastra pertengahan (zaman Kamakura, zaman Namboku-cho dan zaman Muromachi),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, industri serta ekonomi, menjadikan Jepang merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, industri serta ekonomi, menjadikan Jepang merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan negara Jepang dalam segala bidang seperti dalam bidang teknologi, industri serta ekonomi, menjadikan Jepang merupakan salah satu negara maju di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karikatur adalah sebuah gambar atau penggambaran suatu objek konkret yang dengan cara melebih-lebihkan ciri khas objek tersebut. Karikatur sendiri berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan sastra adalah cermin kebudayaan dan sebagai rekaman budaya yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran penting bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai nasionalisme dan kecintaan terhadap bangsa sendiri merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh warga negara. Hal ini tidak terlepas dari kepedulian kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Media massa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia Ilmu komunikasi, komunikasi merupakan suatu proses

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia Ilmu komunikasi, komunikasi merupakan suatu proses 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia Ilmu komunikasi, komunikasi merupakan suatu proses kegiatan dalam penyampain pesan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan

Lebih terperinci