KEBERHASILAN SOFT POWER JEPANG DALAM PENGARUH DAN PERKEMBANGAN KOMIK JEPANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBERHASILAN SOFT POWER JEPANG DALAM PENGARUH DAN PERKEMBANGAN KOMIK JEPANG"

Transkripsi

1 KEBERHASILAN SOFT POWER JEPANG DALAM PENGARUH DAN PERKEMBANGAN KOMIK JEPANG Disusun Oleh : Ajeng Priendarningtyas Sastra Jepang UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA 2012

2

3 PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Ajeng Priendarningtyas, menyatakan bahwa penelitian ini dengan judul : KEBERHASILAN SOFT POWER JEPANG DALAM PENGARUH DAN PERKEMBANGAN KOMIK JEPANG, adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain. Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut diatas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik tugas akhir yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Apabila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan oleh Universitas Indonesia. Jakarta, 25 Februari 2013 Ajeng Priendarningtyas ( )

4 KEBERHASILAN SOFT POWER JEPANG DALAM PENGARUH DAN PERKEMBANGAN KOMIK JEPANG Ajeng Priendarningtyas Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia ajeng_1511@yahoo.co.id Abstrak Makalah ini membahas mengenai budaya populer Jepang, yakni manga sebagai bentuk keberhasilan soft power Jepang. Penelitian dalam pembahasan ini menggunakan konsep budaya populer oleh Hidetoshi Kato dan konsep soft power oleh Joseph S. Nye Jr, serta difokuskan pada penggunaan metode kualitatif dengan teknik deskriptif analisis. Perhatian dari masyarakat Jepang terhadap budaya populer dapat dimanfaatkan menjadi sumber soft power, salah satunya keberhasilan komik Doraemon yang berkembang pesat baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan memberikan penjelasan akan keberhasilan soft power Jepang dalam pengaruh perkembangan komik Jepang pada era globalisasi saat ini, serta memberikan gambaran akan peranan penting dalam mendukung dan menyokong perkembangan komik Jepang hingga ke seluruh penjuru dunia. Kata kunci : Budaya Populer, Manga, Soft Power. Abstract This thesis discusses about pop culture in Japan, which is called manga as a form of soft power as an achievement for Japan. This research uses the concept of pop culture by Hidetoshi Kato and the concept of soft power by Joseph S. Nye Jr. in addition; this research focuses on qualitative method with descriptive analysis technique. Concern from Japanese people towards the popular culture can be used as a source for 'soft power', one of the most successful works is Doraemon a comic that expands rapidly in Indonesia and worldwide. This research aims to give explaination of Japan's soft power achievment in comic the expansion in globalization era, in particular to illustrate how important it is to give support and reinforcement in comic expansion through out the wotrld. Keywords: Popular Culture, Manga, Soft Power.

5 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang dikenal sebagai negara maju yang tetap mempertahankan dan memelihara budayanya. Selain memelihara budaya tradisional, Jepang juga mengembangkan budaya populernya. Budaya popular Jepang atau yang sering disebut Japanese Popular Culture telah berhasil menarik perhatian masyarakat, salah satunya adalah manga (komik Jepang) yang sangat laris dipasaran baik di Jepang maupun di negara lain, yakni dengan kehadiran manga di Indonesia yang semakin memperkenalkan Jepang kepada masyarakat dunia. Manga diibaratkan seperti pendukung dari suatu kesebelasan dimana kehadirannya mendukung keberhasilan dan kepentingan nasional Jepang. Manga yang merupakan sub-kultur yang semakin dikenal luas dan diminati oleh masyarakat Indonesia khususnya kalangan remaja. Jepang melalui manga telah berdiri sejajar dengan Amerika Serikat dan film Hollywood-nya dalam segi popularitas dan pengaruh budaya. Di dalam buku Handbook of Japanese Popular Culture, Hidetoshi Kato memberikan penjelasan mengenai budaya populer Jepang. Menurutnya, istilah tersebut dalam bahasa Jepang disebut sebagai taishuu bunka atau budaya massa. Definisi budaya populer sebagai budaya massa memiliki pengertian budaya yang diproduksi secara massa untuk dikonsumsi massa. Definisi ini menjelaskan bahwa budaya populer merupakan budaya yang memang diproduksi secara massa, sehingga dapat dinikmati oleh banyak orang dari kalangan manapun. Saat ini budaya popuer Jepang sangat pesat beserta dengan keunikan, kreativitas, dan inovasi yang semakin berkembang. 1 Budaya populer Jepang berkembang pesat sejak tahun 1990-an. Jepang kembali menunjukkan kemampuannya untuk menarik perhatian dunia, bukan dengan kekuatan ekonomi atau militer melainkan dengan menggunakan kekuatan budaya, khususnya budaya populer. Menurut Tsutomu Sugiura, Direktur Marubeni Research Institute mengatakan : "Japan is finding a new place in the world, and new benefits, through the worldwide obsession with its culture -- especially pop culture. 2 Pengaruh produk kultural populer Jepang yang secara perlahan namun pasti sudah menyebar di seluruh dunia. Tanpa kita sadari, banyak masyarakat saat ini sudah mendengar, melihat, memakai, membaca, dan menggunakan produk-produk pop Jepang. Mulai dari anime, manga, alunan merdu bernuansa R&B Utada Hikaru, makanan berupa isntant ramen, dan Harajuku style yang saat ini sedang in di kalangan anak muda Asia. Joseph S. Nye, seorang dosen ahli politik internasional dari Harvard menemukan istilah soft power di pertengahan tahun 1980-an, ia juga membahas mengenai budaya pop kontemporer Jepang sebagai sumber soft power Jepang yang baru. Ia melihat soft power Jepang bukan hanya berasal dari budaya tradisional Jepang seperti Zen, karate, tetapi juga berasal dari manga, anime, dan lain-lain. 3 Di dunia internasional, Jepang telah lama dikenal sebagai salah satu negara industri maju dengan sistem ekonomi yang kuat. Penguasaan teknologi yang canggih, Jepang mampu mengembangkan industri otomotif dan manufaktur lainnya yang mampu menguasai dunia. Kekuatan ekonomi Jepang telah menjadikan Jepang sebagai negara yang memiliki pengaruh besar dalam perekonomian dunia, pengaruh Jepang dalam bidang budaya popular yang telah banyak menarik perhatian masyarakat merupakan suatu bentuk dari soft power. Budaya popular Jepang yang saat ini telah diterima dengan baik oleh masyarakat di wilayah Asia maupun di dunia saat ini tanpa adanya paksaan dalam penerimaannya, melainkan bersifat lebih lunak. Soft power Jepang telah mempengaruhi Asia selama beberapa dekade melalui budaya populer, seperti kesenian, pakaian, gaya rambut, makanan, film animasi, dan komik 4. Produk-produk budaya ini menonjol dengan dua sifat, yakni bersifat Jepang dan diterima secara universal di antara kaum muda, dimana kementerian luar negeri Jepang bekerja sama dengan sektor swasta melalui jalur diplomasi dan Japan Foundation, bersama-sama mempromosikan produkproduk budaya ini untuk meningkatkan citra dan minat terhadap Jepang. Pada akhirnya ditemukan bahwa Jepang menggunakan diplomasi budaya melalui anime dan manga untuk menekankan bahwa "Jepang sudah berubah", dengan maksud untuk memberikan pandangan yang lebih baik mengenai Jepang, visi dan misinya, cara hidup mereka, serta nilai-nilai budaya demi tercapainya kepentingan nasional. 1 Hidetoshi Kato, Handbook of Japanese Popular Culture, (Westport: Greenwood Press, 1989), xvii 2 (Budaya Pop Jepang Kontemporer/2012/08/05/Noriko) 3 Irsan, Abdul. Budaya dan Perilaku Politik Jepang di Asia. Grafindo ; Jakarta Popular Culture as Soft Power Instrument for Japan's Foreign Policy,

6 Soft power bergantung kepada kemampuan institusi negara untuk mengatur agenda politik dengan cara yang tepat dan dapat menjadi pilihan (preference) bagi negara lainnya. Melalui institusi negara, sebuah negara dapat membuat kemampuan (power)-nya dengan memperlihatkan daya tarik budaya dan ideologinya. Membentuk peraturan yang sesuai dengan ketertarikan dan nilai-nilai, agar sebuah negara akan terlihat dapat dipercaya di mata negara lain. Sumber utama soft power adalah pada budaya, nilai, dan kebijakan. Budaya merupakan the set of values and practices that create meaning for a society (Nye, 2004: 11). Budaya dalam hal ini tidak selalu high culture yang menarik untuk kalangan elit, tetapi juga budaya populer yang lebih berupa hiburan. Budaya populer dapat menghasilkan soft power dalam konteks yang tepat, seperti halnya sumber power yang lain. Misalnya, film Amerika berhasil membawa citra baik bagi negara tersebut di daerah Asia, tetapi tidak di Saudi Arabia atau pun Pakistan (Nye, 2004). Sumber-sumber soft power lainnya adalah kebijakan pemerintah baik untuk masalah dalam negeri atau pun internasional. Kebijakan yang diambil memperlihatkan nilai-nilai yang dianut oleh suatu negara, sehingga jika kebijakan yang dibuat dinilai baik, maka suatu negara dapat dilihat baik di dunia internasional. Sumber-sumber tersebut merupakan nilai yang dianut pemerintah dalam perilaku sehari-hari serta pengambilan kebijakan internasional yang sangat mempengaruhi preferensi pihak lain. Namun, soft power tidak selalu berada di bawah pengaruh pemerintah seperti halnya dengan hard power, beberapa sumber hard power seperti pasukan militer yang dikendalikan pemerintah, meskipun ada juga yang merupakan hak kekayaan nasional seperti sumber daya alam dan berbagai sumber lain yang berada di bawah kontrol kolektif (Nye, 2004) Rumusan Masalah Masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah Pengaruh Soft Power Jepang terhadap Komik Jepang Masa Kini, penelitian ini dapat dirumuskan dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana proses perkembangan komik Jepang masa ini? 2. Bagaimana pengaruh soft power Jepang dalam perkembangan komik Jepang saat ini? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah memberikan penjelasan akan keberhasilan soft power Jepang dalam pengaruh perkembangan komik Jepang pada era globalisasi saat ini, serta memberikan gambaran akan peranan penting dalam mendukung dan menyokong perkembangan komik Jepang hingga ke seluruh penjuru dunia. 1.4 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah metode kualitatif dengan teknik deskriptif analisis (Lexy J Moleong, 2004 : 131). Dalam hal teknik pengumpulan data, penulis menggunakan metode studi kepustakaan. Bahan bacaan yang digunakan adalah berupa buku-buku teks, artikel, dan publikasi elektronik. 1.5 Sistematika Penulisan Makalah ini disusun dalam tiga bab yang disusun secara sistematis, Bab I merupakan pendahuluan yang membahas konsep manga dalam budaya popular Jepang dan konsep soft power yang dikemukakan oleh Joseph S.Nye Jr. Bab II memuat analisis budaya popular manga sebagai salah satu bentuk keberhasilan soft power Jepang. Bab III merupakan kesimpulan dari makalah ini. 5 Jablonsky, David. Chapter 8: National Power)

7 SOFT POWER JEPANG DAN KOMIK JEPANG 2.1 Soft Power Jepang Kekuatan (Power) dihasilkan oleh adanya sumber-sumber power. Akan tetapi, memiliki banyak sumber power atau power resources tidak menjamin mendapatkan hasil yang dinginkan. Sumber-sumber tersebut bukan uang yang bisa langsung ditukar dengan barang yang diinginkan, melainkan sumber yang dapat menghasilkan power yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu masalah, namun tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah lain. Memiliki sumber power yang tepat tidak menjamin mendapatkan hasil yang diinginkan, apabila tidak mengerti bagaimana menggunakannya. Kekuatan dikenal karena adanya perintah dan paksaan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, namun Soft power secara harfiah dapat diartikan sebagai kemampuan suatu negara untuk menjadikan negara-negara lain memiliki keinginan yang sesuai dengan keinginan-keinginan negara tersebut melalui kebudayaan dan ideologi yang dimilikinya. Jika kebudayaan dan ideologi suatu negara baik, maka negara-negara lain akan mengikuti pola kepemimpinannya. Soft power memiliki peran yang sama pentingnya dengan hard power (kebijakan yang bertumpu pada kekuatan ekonomi dan militer). Kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam bidang ekonomi dan militer (hard power) akan membuahkan keyakinan diri terhadap superioritas kebudayaan atas kebudayaan-kebudayaan yang mengandung daya tarik untuk masyarakat lain. 6 Adanya perintah dan paksaan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan disebut dengan hard power. Nye mendefinisikan soft power sebagai the ability to get what you want through attraction rather than through coercion or payments (Nye, 2004). Soft power berdasarkan pada kemampuan membentuk preferensi orang lain (Nye, 2004). Kemampuan untuk membentuk preferensi orang lain ini cenderung dikaitkan dengan kepribadian, budaya, nilai, dan institusi politis serta kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada hukum yang adil dan otoritas moral. Hard power dan soft power saling terkait, karena keduanya merupakan cara untuk mencapai tujuan dengan cara mempengaruhi perilaku orang lain, perbedaannya terletak pada sifat dari perilaku. Command power (power yang didapat dengan memerintah) dihasilkan oleh koersi dan induksi, sedangkan co-optive power (power yang didapat dengan bekerjasama) yang dihasilkan oleh daya tarik terhadap budaya dan nilai suatu bangsa. Rentang tipe perilaku kedua jenis power tersebut berdasarkan koersi (paksaan), induksi ekonomi, pengaturan agenda, daya tarik murni (Nye, 2004). Hal tersebut menjadikan Jepang memiliki pengaruh besar dalam perekonomian dunia dan sebagai salah satu negara industri dengan perekonomian yang kuat. Perekonomian Jepang dapat disejajarkan dengan negara barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman khususnya dalam bidang teknologi. Soft power Jepang dalam penggunaan elemen budaya digunakan sebagai alat diplomasi, yang merupakan gaya baru dalam menciptakan hubungan kerjasama Jepang dengan negara-negara di dunia Komik Jepang Pada tahun , Doraemon karya Fujiko F. Fujio terbit dan menjadi manga favorit yang ber-genre untuk anakanak. Kesuksesan Doraemon yang pada awalnya dari manga, telah berkembang menjadi seri anime, film anime, video games, hingga teater musikal 8. Perkembangan semakin pesat dengan terbitnya majalah manga, berawal dari majalah pertama yaitu Manga Shonen yang pertama kali diterbitkan pada tahun Kemudian dilanjutkan dengan majalah Garo pada tahun 1964 yang merupakan penampung dan pelopor manga bertema dewasa. Kemudian majalah Shonen Magazine dan Shonen Sunday yang pada tahun 1966 meraih rekor satu juta eksemplar dalam penjualannya. Pada tahun 1967 terbit majalah Manga Action dan Young Comic, diikuti dengan Big Comic pada tahun 1968 yang ditujukan untuk pembaca remaja. Lalu, terbit juga majalah Shonen Jump yang bersaing dengan Shonen Magazine dan Shonen Sunday yang sudah populer. Kemudian majalah Golgo 13 terbit pada tahun 1969 dan menjadi salah satu yang paling populer dan paling panjang di Jepang, serta masih banyak lagi majalahmajalah manga Jepang yang membuat manga semakin populer bukan hanya di Jepang melainkan di dunia. Majalahmajalah tersebut rata-rata mempunyai tebal antara 200 hingga 850 halaman yang terdiri atas sekitar banyak judul manga dan terdiri dari beberapa bagian dari setiap judul manga. Judul-judul manga yang sukses dapat diterbitkan hingga bertahun-tahun dalam majalah itu. Manga yang sukses tersebut biasanya dalam waktu tertentu akan dicetak kedalam 6 Joseph S. Nye, The Changing Nature of World Power, Political Science Quarterly of Chicago Press, 1963; Alan Rix, Japan s Economic Aid : Policy Making and Politics, London, Croomhelm, 1980, hal (Sejarah Singkat Komik Doraemon/2012/2/18/ Khalen_Shali)

8 versi tankoubon, yakni buku dengan ukuran biasa yang biasanya disebut dengan volume. Tankoubon biasanya dicetak dengan kertas berkualitas tinggi, dengan tujuan agar berguna bagi orang-orang yang malas untuk membeli majalah manga mingguan yang menampilkan banyak judul dan sedikit chapter. Tankoubon inilah yang diterjemahkan kedalam bahasa-bahasa lain dan kemudian diterbitkan ke masing-masing negara. Manga yang sudah dicetak menjadi tankoubon juga kebanyakan diangkat menjadi anime (animasi Jepang). Manga memiliki perjalanan sejarah yang cukup panjang dan terus berkembang hingga saat ini, sehingga dapat berkembang sangat pesat diseluruh dunia. Salah satu negara dengan produksi komik terbesar adalah Jepang. Komik di Jepang disebut dengan manga, sedangkan orang yang menggambar manga disebut mangaka. Perkembangan komik Jepang (manga) telah menjadi sebuah fenomena dalam perkembangan dunia komik diseluruh dunia. Manga berkembang di dunia komik sebagai sebuah gaya gambar yang mempunyai ciri tersendiri. Karakter yang unik dari komik Jepang, seperti mata besar dan model rambut sudah menjadi ketertarikan tersendiri bagi kalangan penggemar komik. Karakter lain yang lebih hebat dari gaya manga ini adalah masuknya karakter manga yang dominan ke dalam masing-masing wilayah dan manga mampu mewakili budaya dari mana komik itu berasal, yaitu Jepang. Pada awal abad ke-19, tahun 1905, majalah kartun atau manga pertama Jepang didirikan pertama kali oleh Kitazawa Yasuji atau lebih dikenal sebagai Rakuten yang berjudul Tokyo Puck. Hingga tahun 1947, terbit Akabon yang populer di Jepang. Akabon merupakan manga yang dicetak dengan biaya murah, berukuran kecil sebesar buku saku, dan dijual di toko-toko di Jepang. Harganya yang berkisar dari 10 sampai 15 yen membuat akabon laris pada saat itu. Akabon membawa manga melewati masa juangnya, dan membuat perkembangan manga selanjutnya semakin membaik. Manga yang biasa disebutkan man-ga merupakan istilah bahasa Jepang yang artinya adalah komik. Manga sendiri dikenal sebagai komik Jepang. Manga mulai berkembang sudah dimulai sejak zaman Edo, yang pada saat itu bentuk dan rupa manga masih sangat jauh dari manga yang diketahui dunia sekarang. Katsushika Hokusai seorang pelukis serta pemahat kayu, menciptakan istilah Hokusai Manga pada salah satu serial sketsanya yang berjumlah 15 volume pada tahun 1814, saat Katsushika berumur 55 tahun. Hokusai manga atau sebutan lainnya Sketsa Hokusai adalah sekumpulan sketsa yang berdasarkan tema tertentu yang dibuat oleh seniman Jepang. Tema-tema dari sketsasketsa tersebut antara lain berupa pemandangan, hewan dan tumbuhan, gambaran kehidupan sehari-hari, kehidupan supernatural, dan lain-lain. Manga terus berkembang seiring dengan bertambahnya orang Jepang yang membuatnya sampai terbentuk sebagai buku komik yang pada saat itu berupa urutan gambar yang merupakan sebuah cerita dengan narasi sebagai penjelasan cerita di samping gambar Pengaruh Komik Jepang dalam Perkembangan di Indonesia Perkembangan manga yang semakin maju diseluruh dunia, ternyata berdampak pada negara asalnya Jepang. Manga dan Anime sebagai hasil dari industri kreatif menjadi senjata baru bagi Jepang untuk menciptakan image-nya dihadapan negara-negara di dunia. Menurut Lam (2007) Jepang membangun soft power melalui manga dan anime. Istilah soft power sendiri dipopulerkan oleh Joseph S. Nye pada tahun 1990-an, soft power berarti mengajak orang lain menginginkan apa yang kamu inginkan melalui atraksi budaya dan ideologi tanpa harus menggunakan kekuatan militer. (Lam, 2007: 352), What is new is the latest incarnation of Japanese cultural diplomacy: the use of manga and anime as novel instruments of global outreach and appeal 10. Manga telah menjelma menjadi free flow of information, yang berarti komik Jepang digunakan sebagai alat untuk tujuan ekonomi dan politik. Free flow merupakan konsep yang liberal, pasar bebas akan memenangkan hal media untuk memasarkan dimana dan apa yang mereka inginkan. Karena sebagai tujuan ekonomi, usaha mengglobalkan manga akan menghasilkan income yang lebih besar kepada Jepang. Sedangkan untuk tujuan politik, manga yang berasal dari negara maju digunakan untuk mencitrakan dirinya di hadapan negara lain, A globalized culture admits a continuous flow of ideas, information, commitment, values, and tastes mediated through mobile individuals, symbolic tokens, and electronic simulations (Waters, 2005: 126). Namun di sisi lain, manga menjadi counter flow media bagi negara-negara yang telah mengekspor industri kreatifnya, salah satu contohnya adalah Amerika Serikat yang lebih awal booming dengan komik dan film seperti Superman, James Bond, dan lain-lain. Manga sebagai industri kreatif dari Asia telah membuktikan dapat melawan arus kuat industri kreatif dari negara dominan Amerika Serikat. Manga dan urutan industri kreatif Jepang lainnya telah menjadi pemain baru dalam media di dunia. Tidak ada orang yang tidak tahu 9 (Sejarah Manga Jepang /2011/04/10/ Otakublog) 10 Lam 2007, p.353 Waters, Malcolm 1995, Globalization, Routledge, London

9 seperti halnya Dragon Ball, Conan, Doraemon, dan sebagainya yang seolah-olah telah terpisah dari komik negara lain yang sudah terlebih dulu ada 11. Di Indonesia, perkembangan manga (komik Jepang) berawal sekitar tahun 90-an, ketika itu ada banyak komik Jepang yang hadir di pasaran Indonesia salah satunya komik Doraemon yang semakin lama semakin pesat. Hal ini tercatat dari tingginya angka penjualan komik Jepang yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Masyarakat Indonesia mulai semakin mengenal dan tertarik pada Jepang baik di bidang ilmu pengetahuan, budaya, maupun gaya hidup. Jepang seakan-akan terus mengundang rasa kagum masyarakat Indonesia, salah satu aspek yang cukup berperan dalam kesuksesan diplomasi Jepang di Indonesia adalah kehadiran komik Jepang (manga) ke tengah-tengah masyarakat. Manga dengan mudah dapat ditemui di setiap toko buku dan gerai komik di Indonesia, bahkan dapat dengan mudah ditemui di berbagai tempat bacaan dan tempat penyewaan komik. Komik Jepang sangat mempengaruhi aspek fashion dan lifestyle khususnya pada kehidupan remaja, pengaruh ini dapat berupa gaya bicara, model pakaian, aksesoris, baju, sepatu, dan lain-lain. 12 Kesuksesan manga dalam memenangi hati dan pikiran masyarakat Indonesia menjadikannya mitra dalam diplomasi Jepang. Hal ini diungkapkan Taro Aso ketika menjabat sebagai menteri luar negeri dalam rangka untuk menggunakan media dan budaya populer yang sangat efektif dalam mempenetrasi masyarakat dalam diplomasi. Jepang mulai memanfaatkan manga sebagai alat berdiplomasi ke berbagai negara. Manga hadir dan digunakan untuk mendukung multitrack diplomacy pada lapisan masyarakat yang merupakan media pendukung soft power Jepang dalam hubungan antar negara, terutama di Indonesia. Saat ini manga telah menjadi sesuatu yang identik dengan Jepang, masyarakat seketika akan terbayang ketika berpikir tentang Jepang dan sebaliknya. Hal ini dapat dilihat pada sosok ikonik dari Doraemon. Masyarakat Indonesia sangat mengenal Doraemon dan mengetahui sosoknya dari mana ia berasal. Oleh karena itu, tokoh yang berasal dari manga yang sangat laris di Indonesia dijadikan sebagai ikon duta diplomasi budaya Jepang, yakni Doraemon yang berhasil menunjukan manga dapat disebut sebagai unsur diplomasi Jepang masa kini. 2.4 Komik Doraemon di Indonesia Komik telah muncul sejak ratusan tahun yang lalu, yang terdiri dari gambar-gambar atau simbol-simbol dengan tujuan untuk menyampaikan pesan atau informasi (McCloud, 2001: 9). Komik menggambarkan banyak hal tentang apa yang terjadi dalam masyarakat selama periode tertentu. Komik merupakan bagian dari pendidikan dan alat untuk menyebarkan informasi termasuk ilmu pengetahuan kepada masyarakat. Pengetahuan yang dikirim secara tepat dan efektif adalah melalui komik (Masdiono, 1998: 8). Komik Doraemon diciptakan ketika Jepang sedang mengusahakan perbaikan ekonomi antara lain usahanya di bidang industri dan teknologi. Sejak tahun 1960-an mulai muncul kemajuan besar, tercatat dalam hal pemerataan standar hidup dan dikembangkan banyak penemuan serta penggunaan alat-alat listrik modern yang dapat meningkatkan taraf hidup orang Jepang (Tsurumi, 1987: 28). Komik Doraemon sangat sesuai dengan semangat zaman, yakni kemajuan di bidang teknologi dan industri sebagai hasil dari masyarakat Jepang yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Sehingga komik Doraemon dapat dikatakan sebagai simbol masyarakat Jepang yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhasil bangkit dari kehancuran dan tumbuh menjadi masyarakat yang maju. Doraemon merupakan cerita mengenai seekor robot kucing memiliki kantong ajaib yang diciptakan oleh Hiroshi Fujimoto dan Motoo Abiko. Robot kucing yang tanpa telinga menggunakan energi atom, robot tersebut akan berhenti bekerja apabila ditarik ekornya. Didalam komik ini, sang tokoh utama dilahirkan pada tanggal 3 September 2112 di sebuah pabrik robot dengan tinggi 129,3 cm dan berat 129,3 kg, kemampuannya adalah menyediakan alat-alat yang canggih dan dapat mengatasi segala macam masalah, seperti mesin waktu, pintu kemana saja, baling-baling bambu, dan lain-lain. Komik Doraemon memiliki karakter yang berbeda dengan karya-karya barat, seperti Walt Disney dan Waner Bros. Di Indonesia komik Doraemon dapat melekat di kalangan anak-anak dan dapat membuat imajinasi tentang benda-benda yang dikeluarkan dari kantong ajaibnya (Shiraishi, 2000). Didalam komik Doraemon mempunyai dua tokoh sentral, yaitu Doraemon dan Nobi Nobita, seorang pelajar kelas 4 SD. Doraemon memiliki sikap yang sabar dan selalu 11 Condry Ian, 2009, Anime Creativity: Character and Premises in the Quest for Cool Japan, Theory, Culture & Society, vol 26, pp , diakses pada tanggal 25 Januari 2013, diambil dari e-journa luniversitas Airlangga (2011/01/29/Jovan Kiz)

10 mengalah untuk Nobita, sehingga diciptakan khusus untuk mendampingi Nobita. Sedangkan tokoh Nobita digambarkan sebagai anak yang lemah, malas belajar, tidak suka olah raga, dan senang bermain lompat tali dengan anak perempuan. Masyarakat Indonesia menyukai komik Doraemon, karena didalam komik tersebut memiliki pesan moral yang terdapat nilai-nilai didalamnya, yakni pentingnya belajar, budi pekerti, bekerja keras, menggali ilmu pengetahuan dan teknologi, pengetahuan alam, dan pengetahuan sejarah. Komik ini juga telah membawa karya manusia yang penuh dengan simbolisme, yakni sesuai dengan tata pemikiran atau pemahaman yang mengarahkan pola-pola kehidupan sosialnya. Komik tersebut mengandung unsur kehidupan, mimpi, dan tema yang diangkat ke dalam manga tersebut sangat berhubungan dengan kehidupan manusia. Kehidupan tersebut mencakup cinta kasih, kebaikan dan keburukan, hubungan manusia dengan sesama, hingga mimpi untuk masa depan. Selain itu, manga ini juga terdapat idealisme yang kuat dalam peran untuk berjuang meraih tujuan. Komik Doraemon dapat tumbuh dengan pesat di Indonesia dikarenakan Jepang memiliki kreativitas dan kualitas tinggi dalam membentuk budaya populernya, sehingga Jepang menuangkan kreativitasnya yang tinggi dan ditunjang dengan kualitas yang baik. Manga telah memiliki daya magis yang ditinggi, dikarenakan mengandung nilai-nilai moral yang digambarkan oleh masing-masing karakter dan dapat dijalankan sebagai panutan. 13 Nilai-nilai moral yang dapat menjadi panutan yang terkandung dalam komik Doraemon, salah satunya komik yang berjudul Catatan Harian Nobita seri ke-15, diantaranya sebagai berikut: 1. Nilai ketergantungan yang digambarkan dari sikap manja Nobita kepada Doraemon dan ketergantungan Nobita kepada orangtuanya. Namun, hampir didalam keseluruhan cerita manga Doraemon, Nobita selalu manja (meminta bantuan) kepada Doraemon. Sisi negatif yang ditimbulkan dari sikap manja Nobita pada Doraemon, yaitu Nobita menjadi anak yang malas dan tidak mau melakukan sesuatu dengan mandiri dan selalu mengandalkan Doraemon. 2. Rasa utang budi yang tercemin dari perilaku leluhur Suneo yang pergi berperang demi menjaga nama baik keluarga, serta kepatuhan Nobita sebagai anak kepada ibunya. 3. Nilai kemanusiaan yang terlihat pada saat Nobita beranjak menjadi anak-anak, terlihat kasih sayang ibunya kepada Nobita. Nilai tersebut juga tercermin pada perilaku Doraemon yang tidak rela meninggalkan Nobita dan Nobita pun tidak mau ditinggalkan oleh Doraemon. Sikap ini muncul karena Nobita dan Doraemon sudah terjalin perasaan kasih dari dalam hati mereka yang tulus. 4. Nilai kesetiaan yang terlihat pada sikap Doraemon yang selalu menemani Nobita kemanapun ia pergi untuk melindunginya dari kesusahan. Sikap kesetiaan pun terlihat dari perilaku Doraemon yang selalu membela Nobita dan senantiasa menjaga dari bahaya apapun yang menimpanya. 14 Manga Doraemon dapat dijadikan sebagai media yang praktis untuk mempelajari nilai-nilai moral yang terkandung didalamnya serta sebagai sarana yang baik bagi pendidikan moral anak-anak. Komik ini pun dapat dijadikan sebagai sarana pengingat untuk masyarakat secara umum, karena mengajarkan nilai-nilai moral yang dapat diterapkan dan sebagai landasan dalam berperilaku sehari-hari. 13 Putri Andam Dewi, Manga Sebagai Budaya Populer Dalam Masyarakat, Manbu Vol.2 No.1, Juni (komikdoraemonyangmendunia /2012/10/25/Marlistya Citraningrum)

11 KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan Jepang, salah satu sumber soft power potensialnya adalah daya tarik budaya populernya. Beragam bentuk budaya populer Jepang yaitu manga telah menarik banyak perhatian masyarakat di seluruh dunia. Melalui manga, Jepang dapat menyampaikan pesan-pesan yang dimilikinya seperti kebebasan mengekspresikan budaya, kebiasaan hidup, dan pandangan masyarakat. Keseriusan pemerintah Jepang dalam memanfaatkan budaya populer sebagai soft power negaranya adalah dengan memiliki diplomasi khusus dalam memperkenalkan budaya Jepang dan memperdalam pemahaman negara lain terhadap Jepang agar dapat menjalin persahabatan yang baik. Budaya populer yang merupakan budaya massa, manga dapat dinikmati oleh banyak orang yang dapat dilihat dari tingginya angka penjualan komik Jepang di seluruh dunia. Hal ini disebabkan karena manga tidak hanya terdiri dari bermacam jenis dan tema cerita, tetapi juga dapat dinikmati sebagai kesenangan. Manga dengan bermacam jenisnya yang sangat laris dipasaran baik di Jepang maupun di negara lain, salah satu contohnya adalah Doraemon. Komik Doraemon yang direkomendasikan menjadi budaya pop Jepang sebagai tokoh yang layak masuk sebagai duta budaya animasi, karena di dalam manga Doraemon, khususnya masyarakat yang berasal dari luar Jepang dapat melihat berbagai aspek seperti kebudayaan Jepang, cara berpikir, dan keseharian orang Jepang. Pemanfaatan budaya populer Jepang seperti manga sebagai soft power dapat bertujuan agar Jepang dapat membangun citra positifnya dimata dunia internasional dan untuk dapat membangun kerja sama yang baik dengan negara lain. Melalui soft power, Jepang dapat memberikan pemahaman yang baik mengenai masyarakat dan kebudayaan kepada masyarakat internasional. Pengembangan budaya populer Jepang sebagai soft power ini pun juga merupakan pengembangan dari alat diplomasi yang digunakan Jepang dalam mengembangkan tujuannya. Masuknya unsur-unsur budaya Jepang ke dalam masyarakat Indonesia secara tidak langsung dapat mempengaruhi nilainilai dan kearifan budaya lokal yang dapat berakibat kepada lunturnya eksistensi jati diri bangsa. Namun, sedikit demi sedikit dewasa ini anak-anak dan remaja muda Indonesia gemar mengadopsi budaya Jepang, seperti menggunakan pakaian tradisional Jepang dan sebagainya. Kebudayaan Jepang telah memiliki kontruksi yang unik yang dapat memikat perhatian setiap kalangan. Kebudayaan tradisional maupun kebudayaan populernya telah memiliki karakteristik tersendiri yang didalamnya mengandung nilai sosial budaya Jepang dari masa ke masa yang terus berkembang. Berkembangnya komik Doraemon di Indonesia sebagai salah satu bentuk budaya populer Jepang yang membawa arah baru dalam dunia globalisasi saat ini. Komik Doraemon lebih diminati oleh kalangan anak, karena masih memiliki gaya imajinasi dan pesan-pesan yang ingin disampaikan yang mencerminkan perilaku sehari-hari dalam kehidupan. Imajinasi yang kreatif dapat membuat anak-anak yang membaca komik tersebut menjadi gemar untuk terus membacanya, sehingga manga tersebut telah berhasil menarik perhatian masyarakat Asia khususnya Indonesia. Manga Doraemon sudah menjadi bacaan anak-anak yang terkenal di seluruh masyarakat baik di Jepang maupun diluar Jepang. Keberadaan komik Doraemon yang sangat fenomenal ini tidak terlepas dari faktor pendukungnya, yaitu : kecintaan masyarakat terhadap manga Doraemon karena setelah melihat dan membaca komiknya yang menarik, cerita Doraemon tidak sulit untuk dipahami dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak, pengetahuan baru mengenai masyarakat dan budaya Jepang yang didapatkan dengan membaca komik tersebut. Hal ini menambah kecintaan terhadap manga Doraemon, serta ajaran-ajaran moral yang terkandung didalamnya yang mencerminkan perilaku sehari-hari.

12 Daftar Acuan Alan Rix, Japan s Economic Aid : Policy Making and Politics, London, Croomhelm, 1980 Condry Ian, 2009, Anime Creativity: Character and Premises in the Quest for Cool Japan, Theory, Culture & Society, vol 26, pp , diakses pada tanggal 25 Januari 2013, diambil dari e-journa luniversitas Airlangga Hidetoshi Kato, Handbook of Japanese Popular Culture, (Westport: Greenwood Press, 1989), xvii Irsan, Abdul. Budaya dan Perilaku Politik Jepang di Asia. Grafindo ; Jakarta Jablonsky, David. Chapter 8: National Power Joseph S. Nye, The Changing Nature of World Power, Political Science Quarterly of Chicago Press, 1963; 545 Lam 2007, p.353 Waters, Malcolm 1995, Globalization, Routledge, London Putri Andam Dewi, Manga Sebagai Budaya Populer Dalam Masyarakat, Manbu Vol.2 No.1, Juni 2007 Popular Culture as Soft Power Instrument for Japan's Foreign Policy, di akses pada tanggal 2 Februari 2013 pk pm (Sejarah Manga Jepang 1/2011/04/10/ Otakublog) di akses pada tanggal 6 Februari 2013 pk am Singkat Komik Doraemon/2012/2/18/Khalen_Shali) di akses pada tanggal 7 Februari 2013 pk am (2011/01/29/Jovan Kiz) di akses pada tanggal 10 Februari 2013 pk am (komikdoraemonyangmendunia /2012/10/25/Marlistya Citraningrum) di akses pada tanggal 17 Februari 2013 pk. 2.22pm (Budaya Pop Jepang Kontemporer/2012/08/05/Noriko) di akses pada tanggal 19 Februari 2013 pk pm

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga 漫画 adalah sebutan untuk komik Jepang. Berbeda dengan komik Amerika, manga biasanya dibaca dari kanan ke kiri, sesuai dengan arah tulisan kanji di Jepang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contohnya ada pakaian tradisional kimono, pertunjukan boneka bunraku, samurai,

BAB I PENDAHULUAN. contohnya ada pakaian tradisional kimono, pertunjukan boneka bunraku, samurai, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang memiliki beragam kebudayaan yang unik dan menarik. Kebudayaan kebudayaan tersebut sebagai contohnya ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juga budaya. Joseph S. Nye, Jr. (2004) menyatakan bahwa sumber kekuatan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga budaya. Joseph S. Nye, Jr. (2004) menyatakan bahwa sumber kekuatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dalam upaya mengejar kepentingan nasionalnya, negaranegara tidak hanya menekankan pada kekuatan militer atau ekonomi melainkan juga budaya. Joseph S. Nye,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air berasal dari Negeri Sakura alias Jepang. Jenis-jenisnya pun beragam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. air berasal dari Negeri Sakura alias Jepang. Jenis-jenisnya pun beragam, mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Istilah Pop Culture atau Budaya Populer sudah bukan merupakan kata-kata yang asing lagi di telinga kita. Secara umum, istilah tersebut dapat dimaknai sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang India dan Afganistan merupakan dua negara tetangga yang mempunyai keterikatan sejarah yang kuat. Hubungan baik antar kedua negara pun sudah terjalin sejak lama. India

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam bukunya yang berjudul Understanding Comics, komik adalah bentuk seni; seni berturutan, terjukstaposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer yaitu budaya yang terjadi karena adanya budaya massa. Budaya massa lahir karena adanya masyarakat (massa) yang menggeser masyarakat berbasis tradisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mecintai dan menjaga bumi atau alam merupakan ajakan yang tidak pernah bosan disuarakan kepada manusia di seluruh dunia. Earth day merupakan gerakan untuk mencintai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya populer adalah budaya yang bersifat produksi, artistik dan komersial, diciptakan sebagai konsumsi massa dan dapat diproduksi kembali serta dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus terhadap Grup Cover

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara di kawasan Asia Timur yang berhasil menyebarkan kebudayaannya ke berbagai negara. Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap

Lebih terperinci

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal dalam adat istiadat yang menjadi kebiasaan turun temurun yang erat hubungannya dengan masyarakat di setiap negara. Dengan adanya keanekaragaman

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. digemari bukan saja oleh pembaca anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Di toko-toko

Bab 1. Pendahuluan. digemari bukan saja oleh pembaca anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Di toko-toko Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini komik tampaknya merupakan salah satu bacaan yang paling digemari bukan saja oleh pembaca anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Di toko-toko buku, di tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penciptaan Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk browsing internet atau menonton televisi dan film-film yang cenderung menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain, serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain, serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan. Juga dalam kehidupan sehari- hari orang tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah 14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan

Lebih terperinci

BAB I. dalam dialog komik membuat pembaca secara langsung mampu. mengintepretasikan gambaran perasaan yang sedang di alami tokoh.

BAB I. dalam dialog komik membuat pembaca secara langsung mampu. mengintepretasikan gambaran perasaan yang sedang di alami tokoh. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran komik dalam ranah komunikasi dan seni visual sudah bukan menjadi hal yang asing. Komik merupakan bentuk komunikasi visual yang memiliki kekuatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film animasi di dunia telah menciptakan berbagai karakteristik animasi dari hasil yang telah dibuat. Hasil yang telah dibuat tersebut adalah dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditengah era globalisasi dan berkembangnya zaman membuat kebutuhan konsumen menjadi sangat beragam. Mulai dari kebutuhan primer, sekunder hingga tersier. Feist,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dilihat dari bagaimana masyarakatnya dapat berubah sangat cepat mengikuti. proses perkembangan negara dan manusia, bahwa:

Bab 1. Pendahuluan. dilihat dari bagaimana masyarakatnya dapat berubah sangat cepat mengikuti. proses perkembangan negara dan manusia, bahwa: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang berbeda dengan negara maju lainnya di dunia, hal ini dapat dilihat dari bagaimana masyarakatnya dapat berubah sangat cepat mengikuti derasnya pengaruh

Lebih terperinci

2015 PENCIPTAAN KARAKTER SUPERHERO SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS

2015 PENCIPTAAN KARAKTER SUPERHERO SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Tokoh pahlawan atau superhero Indonesia sepertinya sudah lama sekali hilang di dunia perfilman dan media lainnya di tanah air. Tidak bisa dipungkiri, hal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas Siapa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kebudayaan disadari atau tidak merupakan bagian dari identitas yang melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa bangsa itu" dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menunjukkan skala berkembang, tumbuh besar, mempercepat dan memperdalam dampak arus dan pola interaksi sosial antar benua (Held dan McGrew, 2002:12). Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang kaya dengan adat dan istiadat, budaya serta suku memiliki berbagai macam tradisi. Salah satunya adalah Mesatua Bali (Mendongeng), sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang maupun luar negeri, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang maupun luar negeri, mulai dari anak-anak hingga orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara maju yang kaya akan budaya dan sumber daya manusia yang memiliki kreativitas tinggi. Jepang selalu melahirkan karya-karya unik yang dapat diterima

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Manusia adalah makhluk yang memiliki akal budi dan juga makhluk sosial. Dalam bersosialisasi dan berinteraksi antar sesamanya, manusia diperlukan alat yang bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jepang adalah Negara yang kaya dengan keaneka ragaman kebudayaannya. Di era globalisasi sekarang ini negara Jepang termasuk dalam urutan-urutan Negara dengan modernisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini keberadaan teko keramik telah mengalami banyak pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini keberadaan teko keramik telah mengalami banyak pergeseran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini keberadaan teko keramik telah mengalami banyak pergeseran dari segi fungsi dan nilai terutama pada teko-teko yang ada dalam rumah masyarakat modern. Teko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fashion merupakan hal yang memiliki berbagai macam arti. Fashion sendiri sebenarnya tidak hanya mengacu kepada gaya berbusana saja. Dengan kata lain, fashion merujuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam jenis kesenian seperti tarian adat, alat musik, lagu, pakaian daerah dan sebagainya, yang menampilan ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak individu menganggap bahwa tampil menarik di hadapan orang lain merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa dengan masyarakat yang di dalamnya memiliki nilai budaya dan melahirkan keunikan yang membedakan dengan bangsa lain. Adanya keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara yang terkenal karena banyak hal, salah satunya adalah bidang hiburan. Baik budaya tradisional maupun modern yang dihasilkannya sering kali berhasil

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KOMIK ASAL-USUL API

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KOMIK ASAL-USUL API PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KOMIK ASAL-USUL API Kevin Immanuel Jalan Gambir Anom G4/18 021-4517324 immanuelkevin@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ialah untuk membuat visualisasi dalam bentuk komik

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik

BAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap hari khalayak mengakses televisi. Menurut data BPS tahun 2006 yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menunjukkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini media hiburan merupakan hal yang sudah tidak asing lagi untuk diakses, salah satunya adalah permainan (game) baik yang secara tradisional maupun yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan wilayah yang luas, pertumbuhan media dari waktu kewaktu semakin menunjukan peningkatan. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang kita telah memperkaya khazanah kebudayaan nasional sebagai aset

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang kita telah memperkaya khazanah kebudayaan nasional sebagai aset BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dalam perspektif klasik pernah didefinisikan oleh Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bahasa Jepang di Indonesia cukup pesat dari tahun ke tahun, hal ini bisa dilihat dari survei yang dilakukan oleh The Japan Foundation yang berpusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu jenis media massa yang paling diminati oleh masyarakat karena keunggulannya dalam memanjakan masyarakat melalui kemampuan audio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

about:reader?url=https://majalah.tempo.co/konten/ of 5 Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

about:reader?url=https://majalah.tempo.co/konten/ of 5 Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com> about:reader?url=https://majalah.tempo.co/konten/20... 1 of 5 majalah.tempo.co Buku Senin, 28 Desember 2015 Meneguhkan Identitas, Memburu Kenikmatan Identitas dan Kenikmatan: Politik Budaya Layar Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan 1 A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN Pengembangan dan penelitian adalah hal yang terus bergulir di segala aspek terutama pada aspek-aspek yang krusial dalam pembentukan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak menikmati hasil karya sastra dari negara Jepang tersebut. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. banyak menikmati hasil karya sastra dari negara Jepang tersebut. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Jepangterkenal akan animasinyadan juga kemampuannya dalam membuat gambar animasi yang unik dan menarik. Perkembangan animasi Jepang telah meluas di seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film sebagai bagian dari media massa dalam kajian komunikasi masa modern dinilai memiliki pengaruh pada khalayaknya. Munculnya pengaruh itu sesungguhnya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju di Asia Timur yang dikenal memiliki berbagai macam budaya dan keunikan tersendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini dibutuhkan beberapa data yang valid sebagai sumber penelitian untuk konsep pembuatan media CD interaktif dongeng fabel anak. 2.1 Sumber Umum Survey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jepang merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan dan tradisi yang cukup dikenal oleh negara lain. Kebudayaan Jepang berhasil disebarkan ke berbagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan makna, untuk itu manusia disebut sebagai homo signifikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan makna, untuk itu manusia disebut sebagai homo signifikan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi didefinisikan oleh Tubbs dan Moss (Mulyana, 2014:65) adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan ujung tombak bagi kemajuan perekonomian negara. Pariwisata juga bertanggung jawab untuk membawa citra bangsa ke dunia Internasional. Semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian atau peristiwa di masa lalu yang sungguh-sungguh terjadi. Dalam sejarah, terkandung nilai-nilai yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang sebagai negara yang maju dan besar tidak hanya memiliki teknologi yang tinggi

Bab 1. Pendahuluan. Jepang sebagai negara yang maju dan besar tidak hanya memiliki teknologi yang tinggi Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Jepang sebagai negara yang maju dan besar tidak hanya memiliki teknologi yang tinggi saja, namun juga memiliki beragam kebudayaan-kebudayaan yang mampu membuat orangorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena modern yang terjadi di awal millennium ketiga ini yang lebih popular dengan sebutan globalisasi memberikan perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan hasil karya seni yang mengekspresikan ide, dimana ide merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni musik, bunyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ijime atau penganiayaan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara maju juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama pradominan sepanjang Timur Tengah, juga disebagian besar Afrika dan Asia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi umat Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I

HUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I HUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I Disusun Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: MD. ARDIANSYAH F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dari jaman dahulu komunikasi merupakan salah satu aktifitas yang terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya komunikasi dapat memberikan suatu informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerita pahlawan Indonesia melalui sebuah game dengan menggunakan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. cerita pahlawan Indonesia melalui sebuah game dengan menggunakan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah mengangkat kembali cerita pahlawan Indonesia melalui sebuah game dengan menggunakan kemampuan scan QR Code. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data The Japan Foundation tahun 2006 lalu menyebutkan jumlah pelajar bahasa Jepang di Indonesia meningkat tiga kali lipat lebih dari data penelitian tahun 2003 lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komik adalah media bercerita melalui gambar-gambar yang disusun sedemikian rupa membentuk narasi. Dalam perkembangannya, komik sempat reaksi keras dari pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I I.PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I I.PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I I.PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belakangan ini banyak sekali kejadian di masyarakat ramai membicarakan isu - isu yang terjadi, mulai dari isu teknologi, politik, intertainment, social, budaya dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media Sosial sekarang ini tengah populer di kalangan masyarakat dunia, selain memberikan hiburan, media sosial juga memiliki peranan dalam memberikan informasi. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan manga (baca: maηga) atau komik Jepang seolah telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan manga (baca: maηga) atau komik Jepang seolah telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan manga (baca: maηga) atau komik Jepang seolah telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Bukan hal yang aneh apabila kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

SIMULACRA DALAM INDUSTRI HIBURAN VISUAL; STUDI KASUS RAGNAROK ONLINE

SIMULACRA DALAM INDUSTRI HIBURAN VISUAL; STUDI KASUS RAGNAROK ONLINE SIMULACRA DALAM INDUSTRI HIBURAN VISUAL; STUDI KASUS RAGNAROK ONLINE ABSTRACT Wimba, 1. PENDAHULUAN Komik adalah sebuah media yang menyampaikan informasi atau pesan melalui sekuens visual atau urutan gambar

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pula masuk ke negara Indonesia. Globalisasi sistem pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Film adalah salah satu bentuk media komunikasi dengan cakupan massa yang luas. Biasanya, film digunakan sebagai sarana hiburan yang cukup digemari masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa/i sering kali menggunakan media sosial path untuk mengutarakan konsep diri mereka. Cara yang dilakukan beraneka ragam seperti, memposting foto,

Lebih terperinci

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alas kaki atau lebih dikenal dengan sebutan sepatu/sandal adalah bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjang segala kegiatan, bukan hanya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Perkembangan Desain Komunikasi Visual di Dunia Pada awalnya, media desain grafis hanya terbatas pada media cetak dwi matra. Namun, seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci