Bab 1. Pendahuluan. suka bekerja keras, dan suka berkelompok. Mereka cenderung kuat dalam rasa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 1. Pendahuluan. suka bekerja keras, dan suka berkelompok. Mereka cenderung kuat dalam rasa"

Transkripsi

1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-harinya orang Jepang umumnya dikenal sebagai orang yang suka bekerja keras, dan suka berkelompok. Mereka cenderung kuat dalam rasa keterikatannya terhadap kelompok, dimana orang tersebut berada, seperti di dalam perusahaannya, bilamana ada perusahaannya menghadapi masalah atau ada tugas mendesak yang harus dikerjakan, maka para karyawan akan merasa terpanggil dan mengesampingkan kepentingan dan kesenangan pribadinya untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan di dalam kantor tersebut. Kesetiaan kelompok tidak hanya terbatas di perusahaan atau di kantor saja, kesetiaan kelompok juga bisa didapati di kelompok klub olahraga, klub kesenian, kelompok ketetanggaan, kelompok kelas di sekolah, kelompok seangkatan di universitas, dan lain-lain (Davies, 2002:13). Pada dasarnya, sikap remaja yang terlihat menonjol pada awalnya adalah sikap sosialnya, terutama terhadap teman-teman sebayanya yang memiliki minat dan perilaku yang serupa sehingga mereka membentuk suatu kelompok sahabat. Bagi remaja, sikap setia kawan terhadap sesama teman di kelompoknya merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak boleh dilanggar kecuali jika terpaksa. Seorang remaja selalu berusaha bersikap sesuai dengan norma-norma kelompoknya (Mighwar, 2006:111). Sikap setia kawan itu selalu berusaha dipertahankan meskipun seorang remaja dapat menghadapi konflik dengan orangtua maupun dengan guru. 1

2 Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama tempat remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan keluarganya. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang memiliki ciri, norma maupun kebiasaan yang berbeda jauh dengan apa yang biasa dilakukan di dalam lingkungan keluarganya. Di tengah teman sebaya, remaja dituntut untuk memiliki kemampuan pertama dan baru dalam menyesuaikan diri dan bisa menjadi landasan untuk menjalin interaksi sosial yang lebih luas pada masa selanjutnya. Luasnya pergaulan antar teman sebaya menjadi suatu wadah penyesuaian diri dan kemudian berkembang menjadi kelompok yang lebih besar yang biasanya memiliki seorang pemimpin dan unsur kepemimpinan merupakan suatu proses pembentukkan, pemilihan, dan penyesuaian pribadi dan sosial. Pengaruh teman-teman sebaya terhadap sikap, perilaku, penampilan, gaya bicara dan kebiasaan seorang remaja lebih besar dari pada pengaruh keluarganya. Karena remaja lebih banyak waktu bersama teman-teman kelompoknya dibandingkan dengan keluarganya, oleh karena itu agar tidak dijauhi teman-temannya maka mau tidak mau seorang remaja akan mengikuti gaya penampilan, tingkah laku maupun minat teman-teman sekelompoknya. Dalam kelompok teman sebaya, seorang remaja merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya, karena dia dinilai oleh orang yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat memaksakan sanksi-sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindarinya. Dengan demikian, dalam masyarakat sebaya, remaja memperoleh dukungan untuk memperjuangkan emansipasi dan menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak sebagai pemimpin bila mampu melakukannya. Di kalangan teman-teman sekelompoknya, terbentuklah jalinan norma, nilai dan simbol tersendiri yang kuat yang berbeda dengan apa yang dihadapinya di rumah mereka. Tak jarang suatu kelompok 2

3 sahabat menyepakati serangkaian peraturan, dan norma-norma kelompoknya serta menciptakan kode bahasa rahasia yang tidak dimengerti oleh siapapun selain anggota kelompok tersebut. Karena pengaruh suatu kelompok terhadap segala tindak tanduk seorang remaja sangatlah besar, oleh karena itu beruntunglah jika mereka masuk ke dalam kelompok yang positif dan budi pekerti baik, dan tentunya akan membuat orangtua lebih tenang. Menurut Mighwar dalam Valentina (2006:108) mengenai pandangan kaum remaja terhadap tinggi rendahnya status mereka yakni sebagai berikut: Tinggi rendahnya status seseorang, yang menjadi ukuran prestisnya, biasanya digambarkan dengan hal-hal yang bersifat simbolik dan bagi remaja, hal-hal yang bersifat simbolik itu menunjukkan status sosial ekonomi yang lebih tinggi daripada teman-teman lain dari dalam kelompok, dan bahwa dia bergabung dengan kelompok dan merupakan anggota yang diterima kelompok karena penampilan atau perbuatan yang sama dengan anggota kelompok lainnya. Remaja merasa dirinya harus lebih banyak menyesuaikan diri dengan normanorma kelompok sebaya ketimbang norma-norma orang dewasa atau lembaga, karena mereka ingin dianggap dewasa, bukan anak-anak lagi. I.1.1 Sekilas Mengenai Manga di Jepang Manga merupakan salah satu bentuk karya sastra yang ada di Jepang. manga ditulis dengan menggunakan dua karakter kanji, yaitu man 漫 yang berarti "tanpa sengaja" dan kanji ga 画 yang artinya "gambar, foto, lukisan atau sketsa" (Nelson, 2005:50). Manga dapat didefinisikan sebagai gambar-gambar lucu dan karikatur, serta lebih spesifik lagi dikatakan sebagai komik strip atau komik (Frederic, 2002:697). Manga merupakan 3

4 suatu bentuk karya sastra populer yang menggabungkan gambar dan teks sehingga membentuk cerita. Orang yang menggambar manga disebut mangaka. Selain itu, ada juga yang disebut doujinshi. Doujinshi adalah sebutan bagi manga yang dibuat oleh fans manga yang memiliki alur cerita atau akhir yang berbeda dari manga aslinya. Doujinshi sendiri terkadang menjadi batu loncatan seseorang atau kelompok untuk menjadi mangaka. Seni manga di Jepang dimulai sejak abad ke-7 dan abad ke-8. Hal ini terbukti dari ditemukannya gambar karikatur di langit-langit ruang utama kuil Buddha Horyuji pada abad ke-7 dan di kuil Toshodaiji pada abad ke-8 (Bowring, 1993:101). Salah satu Manga kuno yang sangat terkenal adalah manga dalam bentuk lukisan gulung berupa gambar binatang yang diperkirakan merupakan cikal bakal manga, yaitu lukisan Choujugiga, karya pendeta Toba pada abad ke-12 (Schodt,1996:22). Manga muncul sejak abad ke-17 dalam bentuk ukiyo-e (cetakan ukiran kayu) sebagai salah satu bentuk kebudayaan populer (Powers,1989:XIV). Pada abad ke-18 dan 19 buku-buku bergambar yang dapat memikat perhatian orang Jepang adalah Tobae (Toba diambil dari nama pendeta Buddha Toba yang menciptakan Choujougiga, E artinya gambar, lukisan) dan kibyoushi (buku bersampul kuning). Kedua karya sastra ini sangat disukai masyarakat kota seperti Osaka dan Edo (sekarang Tokyo) serta merupakan buku komik pertama di dunia. Pada saat Restorasi Meiji dan dibukanya Jepang bagi negara barat, hal ini menyebabkan terjadinya alkulturasi kebudayaan Jepang dan Barat yang secara tidak langsung mempengaruhi seni grafis di Jepang. Wirgman ( ) seniman yang berasal dari Inggris dan George Bigot ( ) seniman dari Prancis, keduanya memperkenalkan gaya lukis Eropa ke 4

5 Jepang. Mereka memperkenalkan manga dengan balon-balon kata yang disusun untuk melukiskan sebuah cerita (Schodt, 1983:30). Pada tahun 1902, atas pengaruh maraknya komik strip Amerika, Kitazawa Rakuten ( ) dan Okamoto Ippei ( ) memperkenalkan komik strip ke Jepang. Pada tahun 1920-an salah satu komik strip untuk anak-anak Jepang dipublikasikan di koran-koran dan jurnal serta mendapat pengaruh yang kuat dari komik strip yang sama diterbitkan di koran Amerika. Selain itu, pada tahun yang sama ada beberapa komik strip Amerika yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dan dimuat di koran Hochi dan Asahi, diantaranya Bringing up Father karya George McManus, Mutt and Jeff karya Bud Fisher, dan Felix the Cat karya Pat Sullivan (Kinsella, 2000:20). Menurut Havens dalam Kinsella (2000:23), pada tahun 1930-an menjadi masa berkembangnya kontrol pemerintah Jepang terhadap media dan sosial. Para intelektual, komikus, artis, penerbit, dan kartunis harus menyesuaikan karyanya dengan tujuan politik nasional. Dengan adanya kebijakan yang seperti itu, para komikus merasa tersiksa, terpenjara dan terbunuh semua ide-idenya (Lent, 1989:227). Selain itu, pemerintah Jepang membubarkan perkumpulan mangaka dan kartunis (Shin manga shudan) yang telah berdiri sejak tahun 1932 dan diganti namanya menjadi Shin Nippon Manga Kyoukai dibawah kontrol pemerintah. Lalu setelah Perang Dunia II namanya diganti lagi menjadi Nippon Mangaka Kyouka. Dengan masuknya ideologi Marxis ke Jepang pada tahun 1920-an, manga dijadikan media kritik sosial terhadap ketidakadilan politik dan kesenjangan ekonomi, namun karena pada tahun 1930-an pemerintah Jepang sangat mengontrol dan mensensor ketat semua hasil karya, maka banyak komikus yang bergerak di genre non politis seperti manga anak-anak. 5

6 Manga memliki variasi tema sehingga anak-anak dan orang dewasa dapat membacanya sesuai dengan kebutuhan dan selera masing-masing. Manga berdasarkan jenis pembacanya dibagi menjadi lima, yaitu: kodomo (anak-anak), josei (Wanita), seien (pria), shojo (remaja perempuan), dan shonen (remaja laki-laki). Selain variasi tema, manga pun mempunyai bermacam bentuk, seperti berbentuk komik strip, berbentuk majalah tankobon. Tankobon adalah manga berbentuk buku biasa yang ceritanya diambil dari majalah yang telah dikumpulkan. Biasanya dalam bentuk tankobon inilah manga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa di berbagai Negara. Sebelum menjadi tankobon, awalnya manga berbentuk majalah. Di dalam satu majalah terdapat beberapa tema dengan berbagai macam cerita. Majalah manga mingguan pertama berjudul Magazine diterbitkan bulan pada bulan Maret tahun 1959 oleh Kodhansha. Lalu disusul oleh Sunday yang diterbitkan oleh penerbit Shogakukan pada bulan November di tahun yang sama. Tahun 1963 King, majalah manga mingguan ketiga diterbitkan oleh penerbit Shonen Gahosha. Majalah berwarna untuk anak-anak pertama kali diterbitkan tahun 1974 oleh Kodhansha. Majalah manga untuk anak laki-laki (Manga Shonen) adalah majalah manga bulanan yang berisi cerita berseri dan dibuat oleh komikus muda, di antaranya Fuji Fujiko, Ishinomori Shotaro dan Matsumoto Reiji. Majalah ini mendapat kepopuleran dengan cepat. Serial yang paling populer di dalam majalah itu ialah Jungle Taitei Penguasa Hutan yang digambar oleh Tezuka Osamu, seseorang komikus yang sukses dengan media akabon. Akobon adalah manga dalam bentuk tankoubon yang dicetak di kertas yang berkualitas buruk dengan tinta berwarna merah dan hitam. Akobon memiliki sampul warna merah. 6

7 Osamu Tezuka dijuluki sebagai dewa komik karena dia menjadi pelopor komik modern dengan memperkenalkan gaya emonogatari (Cerita bergambar) yang berisi jalinan cerita yang utuh dan panjang. Gaya ini dianggap cikal bakal manga modern. Salah satu mangaka yang terinspirasi oleh Tezuka adalah Fujimoto Hiroshi (lebih dikenal dengan sebutan Fujiko F. Fujio). Fujimoto Hiroshi lahir di Takaoka, Toyama, Jepang pada tanggal 1 Desember 1933 dan meninggal pada 23 September 1996 karena penyakit hati. Dia adalah salah satu Mangaka anak-anak yang sangat terkenal dan sukses. Rekan kerja samanya bernama Abiko Motoo (dikenal Jengan sebutan Fujiko Fujio). Fujimoto bertemu Abiko pada saat kelas lima SD yang baru saja pindah ke sekolahnya. Mereka berdua menyukai kartun, sehingga mereka berkolaborasi dalam pembuatan Manga. Nama pena mereka yaitu Fujiko Fujio. Tahun 1952 Manga awal yang mereka buat berjudul Tenshi no Tama-chan (Bidadari Kecil Tama). Di samping itu, Manga hasil kolaborasi mereka berdua yang paling terkenal adalah Obake no Q-taro (hantu Q-Taro) yang menjadi pelopor program TV Jepang pada tahun 1960-an (Schiling, 1997: 39) Walaupun mereka berkolaborasi, tetapi ternyata mereka lebih suka bekerja masing-masing. Akhirnya pada tahun 1988 mereka tidak lagi bersama sebagai partner Adapun karya-karya utama Fujiko F. Fujio, diantaranya: P-man ( , ), 21-emon ( , 1981), Moja-ko ( ), Urne-boshi Denka (I 969), Doraemon ( ), Kiteretsu Daihyakka ( ), Esper A1ami ( ). Karya Fujimoto yang sangat terkenal sampai sekarang adalah Doraemon. Manga Doraemon pertama kali terbit pada tahun Manga ini terbit berkesinambungan dalam 6 judul majalah bulanan anak-anak. Majalah-majalah tersebut yaitu: majalah Yoiko (anak baik), Yochien (taman kanak-kanak), Shogaku lchinensei (kelas 1 SD),Shogaku Yonnensei (kelas 4 SD), dan sejak tahun 1973 di majalah Shogaku 7

8 Gonensei (kelas 5 SD), dan Shogaku Rokunensei (kelas 6 SD). Cerita yang terkandung dalam majalah-majalah itu berbeda-beda. Pada tahun 1979 CoroCoro Comic diluncurkan sebagai majalah Doraemon. Salah satu manga yang dikenal di kalangan anak muda adalah SlamDunk ( スラムダンク Suramu Danku), terdiri dari 31 judul yang sudah diterjemahkan dalam bahasa lain, ditulis oleh Takehiko Inoue, manga ini berceritakan tentang sebuah kelompok basket SMA dari Shohoku. Pertama kali dipublikasikan di Sueisha s weekly Shonen Jump di Jepang dan sudah terjual lebih dari seratus juta kopi di Jepang sendiri pada tahun 1995, dan mendapatkan penghargaan Shogaku Manga Award. Manga ini sedemikian populer yang membangkitkan semangat anak-anak muda Jepang untuk mulai bermain basket. Seri anime nya diproduksi dalam 101 episode, diproduksi oleh TV Asahi terrestrial televison network dan Toei Animation disutradai oleh Nobutaka Nishiziwa. Tokoh utama dalam manga ini adalah Sakuragi Hanamichi, yang memulai sebagai seorang pendatang yang menggunakan kekerasan sebagai metode untuk menggalang kekuatan dan kepopuleran, yang menjadikan dia sebagai pemimpin suatu kelompok gang. Hanamichi merupakan seorang yang tidak popular di kalangan wanita, dan telah ditolak hingga lima puluh kali oleh para wanita. Suatu saat dia menemukan bahwa ada satu wanita yang disukainya dalam satu kelompok basket sebagai manajer. Sejak itu Hanamichi berusaha untuk masuk dan bergabung dalam kelompok basket tersebut dan berhasil mengembangkan dirinya di dalam kelompok tersebut. Maia Tsurumi (2000) mengatakan bahwa manga merupakan salah satu indikator mengekspresikan nilai dan norma kehidupan masyarakat Jepang. 8

9 Manga sebagai sebuah karya sastra juga terikat dengan kaidah-kaidah kesusastraan seperti layaknya karya sastra lainnya. Salah satu kaidah yang mengikat sebuah karya sastra adalah sosiologi sastra. Rene Wellek dan Austin Warren dalam Valentina (2006 : 28) membagi telaah sosiologi sastra menjadi tiga klasifikasi. Pertama, sosiologi pengarang, yakni mempermasalahakan tentang status sosial, ideologi politik, dan hal-hal lain yang menyangkut diri pengarang. Kedua, sosiologi karya sastra yakni mempermasalahkan tentang suatu karya sastra. Pokok telaahnya adalah apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang hendak disampaikannya. Ketiga sosiologi sastra mempermasalahakan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat. Klasifikasi tersebut tidak jauh berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Ian Watt yang mengkaitkan antara karya sastra, pengarang, dan masyarakat. Menurut Ian Watt, telaah karya sastra akan mencakup tiga hal yaitu: 1. Konteks sosial adalah hal-hal yang menyangkut posisi sosial pengarang dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi diri pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya 2. sastra sebagai cermin masyarakat menelaah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat 3. Fungsi sosial sastra menelaah sampai sejauh berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai sejauh mana pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan bagi masyarakat pembaca 9

10 Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti komik Slam dunk yang di dalamnya terdapat sosialisasi masyarakat Jepang khususnya Shuudan shugi. 1.2 Rumusan Permasalahan Sehubungan dengan uraian di atas, rumusan permasalahan dalam skripsi ini adalah analisis Shuudan shugi dalam manga Slamdunk karya Takehiko Inoue. 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Untuk membatasi permasalahan, maka ruang lingkup dalam permasalahan skripsi ini adalah analisis Shuudan shugi dalam manga Slam dunk volume dua, tiga, lima, enam, tujuh karya Takehiko Inoue, khususnya pada tokoh Sakuragi Hanamichi. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menganalisis konsep Suudan shugi dalam komik Slam dunk dalam volume satu, lima, tujuh, sepuluh, dan tiga belas. Manfaatnya agar pembaca dapat memahami lebih dalam tentang Shuudan shugi sebagai pola hidup berkelompok, yang merupakan cara sosialisasi Jepang, dalam komik tersebut. 1.5 Metode Penelitian Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode kepustakaan, dan metode deskriptif analitis. Dalam metode kepustakaan saya menggunakan buku dari The Japan 10

11 Foundation, perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia, koleksi pribadi, dosen dan juga teman-teman. Selain itu saya mengambil bahan dari internet untuk menambah informasi dalam penulisan. 1.6 Sistematika Penulisan Sistem penulisan yang ada dalam penulisan ini secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut: Bab 1 Pendahulan, bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan permasalahan, serta sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan ini. Bab 2 Landasan teori, bab ini menguraikan tentang makna dari Shuudan shugi dan prinsipprinsip dalam Shuudan shugi tersebut. Bab 3 Analisis data, pada bab ini, penulis menjelaskan analisis Shuudan shugi dalam komik Slam dunk pada tokoh Sakuragi Hanamichi. Bab 4 Simpulan dan Saran, bab ini berisi simpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan, serta saran yang ditujukan kepada peneliti selanjutnya. Menjelaskan adanya penggambaran shuudan shugi dalam manga Slam dunk. Bab 5 Ringkasan, bab ini menjelaskan secara singkat isi dari penulisan skripsi ini mulai dari pendahuluan hingga simpulan. 11

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang adalah negara yang telah dikenal secara luas oleh seluruh dunia

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang adalah negara yang telah dikenal secara luas oleh seluruh dunia Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah negara yang telah dikenal secara luas oleh seluruh dunia sebagai satu negara yang mengalami perkembangan yang maju pesat dalam bidang ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sketsa kehidupan tetapi agak sedikit berbeda dengan kenyataan karena terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sketsa kehidupan tetapi agak sedikit berbeda dengan kenyataan karena terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah media untuk penyampaikan pemahaman tentang kehidupan dengan caranya sendiri. Karya sastra dapat diibaratkan potret atau sketsa kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan manga (baca: maηga) atau komik Jepang seolah telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan manga (baca: maηga) atau komik Jepang seolah telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan manga (baca: maηga) atau komik Jepang seolah telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Bukan hal yang aneh apabila kita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Ada begitu banyak kebudayaan dalam dunia tempat kita tinggal. Mulai dari budaya tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga 漫画 adalah sebutan untuk komik Jepang. Berbeda dengan komik Amerika, manga biasanya dibaca dari kanan ke kiri, sesuai dengan arah tulisan kanji di Jepang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

NILAI-NILAI MORAL YANG TERCERMI N DALAM MANGA DORAEMON

NILAI-NILAI MORAL YANG TERCERMI N DALAM MANGA DORAEMON NILAI-NILAI MORAL YANG TERCERMI N DALAM MANGA DORAEMON NONENG FATONAH FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERS ITAS INDONES IA 2008 Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 NILAI-NILAI MORAL

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. digemari bukan saja oleh pembaca anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Di toko-toko

Bab 1. Pendahuluan. digemari bukan saja oleh pembaca anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Di toko-toko Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini komik tampaknya merupakan salah satu bacaan yang paling digemari bukan saja oleh pembaca anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Di toko-toko buku, di tempat

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat

BAB I. Pendahuluan. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan (Sutedi, 2003: 2). Dengan bahasa manusia melakukan komunikasi guna menjalani

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusasteraan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dilihat dari bagaimana masyarakatnya dapat berubah sangat cepat mengikuti. proses perkembangan negara dan manusia, bahwa:

Bab 1. Pendahuluan. dilihat dari bagaimana masyarakatnya dapat berubah sangat cepat mengikuti. proses perkembangan negara dan manusia, bahwa: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang berbeda dengan negara maju lainnya di dunia, hal ini dapat dilihat dari bagaimana masyarakatnya dapat berubah sangat cepat mengikuti derasnya pengaruh

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MANGA DORAEMON. inilah banyak orang menyukai dan tertarik terhadap manga. Awalnya manga hanya

BAB II GAMBARAN UMUM MANGA DORAEMON. inilah banyak orang menyukai dan tertarik terhadap manga. Awalnya manga hanya 20 BAB II GAMBARAN UMUM MANGA DORAEMON 2.1 Manga Doraemon Manga merupakan suatu bentuk karya sastra populer yang menggabungkan gambar dan teks sehingga membentuk sebuah cerita. Dalam bentuk cerita seperti

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Bab 5 Ringkasan Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Jepang. Wanita kelahiran 26 Februari 1961 mengawali karir sebagai penulis komik sejak umur tujuh belas tahun. Setelah mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat

BAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat mitos tersebut berasal. Tokoh-tokoh dalam mitos umumnya adalah para dewa atau makhluk setengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam bukunya yang berjudul Understanding Comics, komik adalah bentuk seni; seni berturutan, terjukstaposisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SISWA/I KELAS VII SMP SWASTA UMUM SENTOSA BP.MANDOGE KISARAN DAN ANIMASI DORAEMON

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SISWA/I KELAS VII SMP SWASTA UMUM SENTOSA BP.MANDOGE KISARAN DAN ANIMASI DORAEMON BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SISWA/I KELAS VII SMP SWASTA UMUM SENTOSA BP.MANDOGE KISARAN DAN ANIMASI DORAEMON 2.1 Siswa/i SMP Swasta Umum Sentosa Bp.Mandoge Kisaran Yayasan Perguruan Umum Sentosa adalah

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik

Bab 1. Pendahuluan. Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik (zaman Heian), sastra pertengahan (zaman Kamakura, zaman Namboku-cho dan zaman Muromachi),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan Latar Belakang Untuk dapat memahami makna dari suatu ukiyo-e (seni lukisan kuno Jepang) tidak

Bab 1. Pendahuluan Latar Belakang Untuk dapat memahami makna dari suatu ukiyo-e (seni lukisan kuno Jepang) tidak Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Untuk dapat memahami makna dari suatu ukiyo-e (seni lukisan kuno Jepang) tidak akan cukup dengan melihat gambar atau lukisannya saja, tetapi harus mengetahui pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Haruki Murakami adalah seorang penulis, novelis, sastrawan, dan penerjemah yang berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui adalah negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan. Media hiburan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang

Bab 5. Ringkasan. suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang Bab 5 Ringkasan Pada umumnya orang sering menyebutkan bahwa orang Jepang suka bekerja keras, suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang disebut juga dengan shuudan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah 14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan

Lebih terperinci

Ilustrasi komik the dragon s mark Dengan tema aksi misteri

Ilustrasi komik the dragon s mark Dengan tema aksi misteri Ilustrasi komik the dragon s mark Dengan tema aksi misteri Retno Kusumawati C 9503025 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir tahun 60-70an ada beberapa komik lokal

Lebih terperinci

BAB I. dalam dialog komik membuat pembaca secara langsung mampu. mengintepretasikan gambaran perasaan yang sedang di alami tokoh.

BAB I. dalam dialog komik membuat pembaca secara langsung mampu. mengintepretasikan gambaran perasaan yang sedang di alami tokoh. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran komik dalam ranah komunikasi dan seni visual sudah bukan menjadi hal yang asing. Komik merupakan bentuk komunikasi visual yang memiliki kekuatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media Sosial sekarang ini tengah populer di kalangan masyarakat dunia, selain memberikan hiburan, media sosial juga memiliki peranan dalam memberikan informasi. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membicarakan masalah perempuan tidak ada habisnya, sejak dulu wacana tentang perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99).

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Pesatnya perkembangan media massa juga ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Pesatnya perkembangan media massa juga ditandai oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan informasi bagi masyarakat. Pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komik adalah media bercerita melalui gambar-gambar yang disusun sedemikian rupa membentuk narasi. Dalam perkembangannya, komik sempat reaksi keras dari pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ijime atau penganiayaan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara maju juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada hakekatnya

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada hakekatnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada hakekatnya merupakan proses interaksi verbal antara penutur dan pendengarnya. Setiap proses interaksi yang terjadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang sebagai negara yang maju dan besar tidak hanya memiliki teknologi yang tinggi

Bab 1. Pendahuluan. Jepang sebagai negara yang maju dan besar tidak hanya memiliki teknologi yang tinggi Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Jepang sebagai negara yang maju dan besar tidak hanya memiliki teknologi yang tinggi saja, namun juga memiliki beragam kebudayaan-kebudayaan yang mampu membuat orangorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air berasal dari Negeri Sakura alias Jepang. Jenis-jenisnya pun beragam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. air berasal dari Negeri Sakura alias Jepang. Jenis-jenisnya pun beragam, mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Istilah Pop Culture atau Budaya Populer sudah bukan merupakan kata-kata yang asing lagi di telinga kita. Secara umum, istilah tersebut dapat dimaknai sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu media bagi pembelajar bahasa Jepang di Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan memperdalam bahasa Jepang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, tugas sekolah, tugas kuliah, ataupun masalah-masalah pribadi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, tugas sekolah, tugas kuliah, ataupun masalah-masalah pribadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiburan bagi manusia berguna untuk menyegarkan kembali otak dari tekanantekanan pekerjaan, tugas sekolah, tugas kuliah, ataupun masalah-masalah pribadi. Dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. modern di Jepang adalah Akutagawa Ryuunosuke. Ryuunosuke sebagai pelopor

BAB 1 PENDAHULUAN. modern di Jepang adalah Akutagawa Ryuunosuke. Ryuunosuke sebagai pelopor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu pengarang yang mempunyai kedudukan penting dalam kesusastraan modern di Jepang adalah Akutagawa Ryuunosuke. Ryuunosuke sebagai pelopor Kesusastraan Estetisme,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya novel adalah sebuah karya sastra yang membangun sebuah dunia yang utuh sesuai dengan keinginan pengarangnya. Dunia tersebut dapat dikatakan sebagai luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata aturan dan norma sosial yang berlaku,hal seperti ini disebut perilaku

BAB I PENDAHULUAN. tata aturan dan norma sosial yang berlaku,hal seperti ini disebut perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam setiap dinamika kehidupan pada setiap negara pasti akan selalu ada perilaku dari warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan dan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah cikal bakal dari suatu kebudayaan, setiap interaksi yang terjadi

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah cikal bakal dari suatu kebudayaan, setiap interaksi yang terjadi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah cikal bakal dari suatu kebudayaan, setiap interaksi yang terjadi akan menghasilkan kebudayaan tersendiri di mana kebudayaan tersebut akan berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan menurunnya angka kelahiran adalah permasalahan yang banyak dialami negara maju, salah satu negara yang mengalaminya adalah Jepang. Jepang telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh orang Jepang, dengan bahasa Jepang, sesuai dengan gaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh orang Jepang, dengan bahasa Jepang, sesuai dengan gaya yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Kata komik diterima secara umum untuk menyebut sastra gambar (Bonneff, 1998:9). Menurut Gravett (2004:8), manga adalah komik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia memerlukan bantuan dan kerja sama dengan manusia lain, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia memerlukan bantuan dan kerja sama dengan manusia lain, baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah mampu hidup seorang diri. Sejak lahir hingga dewasa manusia memerlukan bantuan dan kerja sama dengan manusia lain, baik

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. ketat serta pendidikan yang cukup baik. Bagi orang Jepang, dapat masuk ke sekolah

Bab 1. Pendahuluan. ketat serta pendidikan yang cukup baik. Bagi orang Jepang, dapat masuk ke sekolah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara yang sangat maju, memiliki hukum yang sangat ketat serta pendidikan yang cukup baik. Bagi orang Jepang, dapat masuk ke sekolah yang bagus merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai tradisional, terutama dalam hal perkawinan. Perkawinan Jepang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, industri serta ekonomi, menjadikan Jepang merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, industri serta ekonomi, menjadikan Jepang merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan negara Jepang dalam segala bidang seperti dalam bidang teknologi, industri serta ekonomi, menjadikan Jepang merupakan salah satu negara maju di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karikatur adalah sebuah gambar atau penggambaran suatu objek konkret yang dengan cara melebih-lebihkan ciri khas objek tersebut. Karikatur sendiri berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia itu sendiri. Dalam (9 Januari 2006), definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia itu sendiri. Dalam  (9 Januari 2006), definisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu hasil kebudayaan manusia yang sangat berarti dalam kehidupan manusia itu sendiri. Dalam www.wikipedia.com (9 Januari 2006), definisi bahasa

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang diidealkan

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang diidealkan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang diidealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh, juga dapat dijadikan tempat untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Analisa Kecukupan Data Berdasarkan data yang penulis peroleh mengenai Topik Penulisan seminar ini yaitu Perancangan Komik Digital data-data tersebut telah mencakup seluruh unsur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence mendefinisikan terjemahan sebagai suatu perubahan bentuk dari

Lebih terperinci

Bab 1. dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam. Novel berasal dari bahasa Itali novella (yang dalam bahasa Jerman novelle)

Bab 1. dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam. Novel berasal dari bahasa Itali novella (yang dalam bahasa Jerman novelle) Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu karya sastra yang didalamnya terdapat unsurunsur pembangun seperti, plot, tema, penokohan, dan latar belakang. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dimanapun tempat selalu ditemukan orang merokok baik laki-laki, perempuan,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja adalah suatu masa yang pasti dialami oleh semua orang. Pada tahapan ini seorang remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. suka berkelompok, dan sebagainya. Orang Jepang pada umumnya cenderung kuat rasa

Bab 4. Simpulan dan Saran. suka berkelompok, dan sebagainya. Orang Jepang pada umumnya cenderung kuat rasa Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Pada umumnya orang sering menyebutkan bahwa orang Jepang suka bekerja keras, suka berkelompok, dan sebagainya. Orang Jepang pada umumnya cenderung kuat rasa keterikatannya

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 latar belakang Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi kedisiplinan dalam tatanan hidup umat manusia sebagai makhluk sosial secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan sebuah negara yang dianggap telah maju oleh negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan sebuah negara yang dianggap telah maju oleh negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang dianggap telah maju oleh negaranegara di dunia. Tidak heran jika dikatakan demikian, dalam bidang ekonomi Jepang terkenal memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, buku telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Indonesia, baik dalam bentuk komik, novel, maupun majalah. Akan tetapi, sungguh disayangkan hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari permainan. Permainan dapat dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Permainan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini keberadaan teko keramik telah mengalami banyak pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini keberadaan teko keramik telah mengalami banyak pergeseran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini keberadaan teko keramik telah mengalami banyak pergeseran dari segi fungsi dan nilai terutama pada teko-teko yang ada dalam rumah masyarakat modern. Teko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara yang terkenal karena banyak hal, salah satunya adalah bidang hiburan. Baik budaya tradisional maupun modern yang dihasilkannya sering kali berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia, yang berupa pengalaman, perasaan, pemikiran, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan sebuah karya seni yang dapat memikat hati dan bersifat mendidik. Berbagai jenis karya sastra yang telah hadir dalam lingkungan masyarakat dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah wadah bagi pengarang untuk menyampaikan gagasan, ide, pemikiran yang berdasarkan pengalaman dan kenyataan sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga ( 漫画 ) merupakan komik yang dibuat di Jepang. Kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata serta suara yang tertulis (Koendoro,2007:25). Komik terbentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata serta suara yang tertulis (Koendoro,2007:25). Komik terbentuk dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komik adalah suatu pesona penggabungan dari gambar-gambar diam dan kata-kata serta suara yang tertulis (Koendoro,2007:25). Komik terbentuk dari gabungan gambar

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Analisis SWOT Strength : Minimnya Komik Edukatif yang bersifat Nasionalis untuk kalangan Remaja Weakness : Rendahnya minat belajar para Remaja Oportunities : Komik berfungsi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa

Bab 1. Pendahuluan. Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia (2008), kesusastraan adalah sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. di negara Jepang. Menurut Sapardi Joko Damono dalam Prasetyo (2012), sastra adalah

Bab 1. Pendahuluan. di negara Jepang. Menurut Sapardi Joko Damono dalam Prasetyo (2012), sastra adalah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kesusastraan, atau sastra, dapat ditemukan di berbagai negara, salah satunya adalah di negara Jepang. Menurut Sapardi Joko Damono dalam Prasetyo (2012), sastra adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi, menyampaikan pendapat, mengapresiasikan pikiran sehingga tercipta pengertian antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,

Lebih terperinci

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jauh sebelum kita mengenal tulisan berupa huruf dan abjad yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari ini, manusia zaman Pra-Sejarah telah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contohnya ada pakaian tradisional kimono, pertunjukan boneka bunraku, samurai,

BAB I PENDAHULUAN. contohnya ada pakaian tradisional kimono, pertunjukan boneka bunraku, samurai, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang memiliki beragam kebudayaan yang unik dan menarik. Kebudayaan kebudayaan tersebut sebagai contohnya ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang yang berangkat dari keterbelakangan, adalah salah satu negara yang menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan Jepang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas dan budaya masing-masing. Ciri khas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas dan budaya masing-masing. Ciri khas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa memiliki ciri khas dan budaya masing-masing. Ciri khas dan budaya inilah yang menentukan maju atau tidaknya suatu bangsa. Jepang sebagai sebuah

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Manusia adalah makhluk yang memiliki akal budi dan juga makhluk sosial. Dalam bersosialisasi dan berinteraksi antar sesamanya, manusia diperlukan alat yang bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman sosialnya dalam karya yang akan dibuat. Secara umum dapat digambarkan bahwa seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN BUDAYA POPULER DI JEPANG DAN INDONESIA

BAB II PERKEMBANGAN BUDAYA POPULER DI JEPANG DAN INDONESIA 9 BAB II PERKEMBANGAN BUDAYA POPULER DI JEPANG DAN INDONESIA 2.1. Pengertian Budaya Populer Jepang Budaya populer dalam bahasa Jepang lebih tepat disebut sebagai budaya massa atau Taishuu Bunka ( 大衆文化

Lebih terperinci

Perancangan Media Komik Dari Buku Gajahmada Karangan Langit K.Hariadi. Gilbert Jansen

Perancangan Media Komik Dari Buku Gajahmada Karangan Langit K.Hariadi. Gilbert Jansen Perancangan Media Komik Dari Buku Gajahmada Karangan Langit K.Hariadi Gilbert Jansen 3405100071 Siapakah Gajah Mada? Gajah Mada dikenal sebagai sosok yang berperan besar dalam kejayaan Majapahit dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci