BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deindividuasi Definisi Deindividuasi Deindividuasi oleh Myers(2008) didefinisikan sebagai hilangnya kesadaran diri dan pengertian evaluatif diri sendiri yang terjadi didalam situasi kelompok dimana hal tersebut membantu perkembangan baik atau buruknya norma kelompok. Kemudian, dalam jurnal yang berjudul The Theories of Deindividuation Li(2010) mengatakan deindividuasi adalah saat dimana ketika berada dalam kelompok reaksi individu meningkat. Singer, Brush & Lublin (dalam Li,2010) mengungkapkan deindividuasi terjadi ketika seseorang melakukan tindakan anti sosial yang tidak di inginkan karena ketertarikan individu dalam kelompok. Deindividuasi merupakan tahap psikologis yang ditandai oleh hilangnya selfawareness dan berkurangnya ketakutan individu karena berada dalam kelompok (Hughes, 2013). Selain itu, Diener (dalam Li, 2010) mendefinisikan deindividuasi sebagai proses psikologis dimana kesadaran diri (self-awareness) berkurang. Diener menjelaskan Individu merasa terlindungi oleh faktor situasional dalam kelompok yang membuat perilaku individu tidak dapat di identifikasi. Diener (dalam Li, 2010) memiliki 3 tahapan dimana seseorang mengalamai deindividuasi, yaitu: 1. Self-awareness hilang dari individu, kelompok menjadi fokus perhatian dan di identifikasi sebagai satu kesatuan. 2. Untuk menjadi sepenuhnya deindividuasi harus ada perubahan perhatian antara individu. Individu tidak melihat diri mereka secara terpisah tetapi sebagai bagian dari kelompok. 3. individu mengalami ketiadaan self-regulation 7

2 8 Weakened restraints against impulsive behaviour Enviromental Condition: - Anonymity - High level of arousal - Focus on external events - Close group unity Reducef Selfawareness Deindividuation Increased sensitivity to immediate cues or current emotional cues Inability to monitor or regulate own behaviour Lessened concern about evaluations by others Lowered ability to engage in rational planning Gambar 2.1 Self-awareness dan deindividuasi menurut Ed diener Dari definisi-definisi yang sudah dijelaskan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa deindividuasi adalah suatu proses dimana terjadi peleburan identitas individu menjadi identitas sosial, yang mengakibatkan hilangnya kesadaran diri dan kontrol diri dari individu atkibat tidak ter-identifikasinya perilaku individu dalam suatu kelompok Teori Deindividuasi Teori deindividuasi menurut Chang(2008) membahas mengenai bagaimana kelompok mempengaruhi perilaku individu. Festinger (dalam Chang, 2008) mengatakan deindividuasi sebagai hasil pengekangan dari perilaku yang diinginkan individu tetapi bertolak belakang dengan norma sosial. Deindividuasi teori juga menegaskan peleburan individu terhadap kelompok membuat individu kehilangan identitas diri yang berakibat seseorang berprilaku agresif atau menyimpang dari perilaku sosial. Diener (dalam Chang, 2008) mengatakan kondisi anonim didalam grup mengurangi kesadaran seseorang. Semakin besar kelompok semakin besar pula kemungkinan anonimnya. Anonim melindungi individu dari perilaku ketidaktaatan pada norma. Teori deindividuasi fokus pada bagaimana anonim berpengaruh negatif pada perilaku sosial. Dalam computer mediated communication douglas & Mcgarty (dalam Chang, 2008) melakukan penelitian mengenai cara individu yang menggunakan identitas anonim

3 9 berkomunikasi. Penelitian tersebut menunjukan perubahan perilaku individu menjadi lebih agresif yang mendukung teori bahwa anonim berpengaruh pada perilaku yang tidak di inginkan SIDE Social Indetity Model of Deindividuation Effect SIDE menurut Chang (2008) dijelaskan sebagai teori yang fokus pada efek positif daripada efek negatif dari deindividuasi. Pendekatan ini menjelaskan mengenai konformitas pada norma grup yang menonjol. Tidak seperti teori deindividuasi, SIDE menegaskan bahwa perilaku kelompok lebih dapat diatur, jika individu melihat kelompok sama pentingnya dengan identitas individu, individu akan berprilaku sesuai dengan norma yang telah diatur kelompok. Tidak seperti teori deindividuasi penelitian SIDE fokus pada bagaimana anonim dapat meningkatkan pengaruh sosial. SIDE sering digunakan dalam penelitian computer mediated communication untuk mengetahui sosial efek dari grup online Aspek-aspek deindividuasi berdasarkan SIDE Menurut Reicher (dalam Li, 2010) mengenai the social indetity model s of deindividuation effect (SIDE), ada 3 faktor utama yang membuat seseorang mengalami deindividuasi, yaitu: 1. Group immersion Meleburnya individu didalam kelompok. Dimana individu tidak lagi melihat dirinya sebagai self-identity tetapi social identity. 2. anonymity Anonim adalah saat dimana identitas pribadi seseorang tidak dapat teridentifikasi. 3. hilangnya identitas (self- awareness dan self regulation) Hilangnya kesadaran diri dan kontrol diri menjadi salah satu faktor yang membuat seseorang mengalami deindividuasi Faktor-faktor yang mempengaruhi deindividuasi Menurut Myers(2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang mengalami deindividuasi. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Ukuran kelompok Kelompok tidak hanya dapat membuat anggotanya bangkit tetapi juga dapat membuat anggotanya tidak ter-identifikasi. Leon Mann (dalam Myers, 2008) mengungkapkan bahwa ketika seorang individu dalam kelompok kecil yang membuat dirinya dapat di identifikasi individu akan lebih tekontrol perilakunya. Sedangkan, pada saat individu dalam kelompok

4 10 besar dan tidak dapat teridentifikasi individu akan lebih berani untuk melakukan hal yang tidak sesuai aturan. 2. Physical Anonymity Ed Diener (dalam Myers, 2008) melakukan penelitian mengenai efek dari individu berada dalam kelompok dan dalam kondisi anonim. Penelitian tersebut menunjukan bahwa individu yang berada dalam kelompok dan kondisi anonim akan berprilaku seperti yang mereka inginkan. Selain itu, menurut Tom Postmes & Russel Spears (dalam Myers, 2008) kondisi anonim membuat kesadaran diri individu berkurang menjadi kesadaran dalam kelompok dan bereaksi sesuai situasi negatif maupun positif. 3. Arousing and Distracting Activities Perilaku agresi yang dilakukan oleh kelompok besar biasanya dipicu oleh aksi seseodrang yang mengalihkan perhatian kelompok. Menurut Oliver (1984) aksi impulsif kelompok menyerap perhatian kita. Ketika kita melakukan tindakan agresi kepada seseorang sebenarnya bukan karena untuk membela dirinya tetapi karena pengaruh situasi dan kelompok Hilangnya Self-awareness Pengalaman kelompok mengurangi kesadaran diri (self-awarenes) dan mengurangi self-conciousness yang berdampak pada perilaku yang tidak sesuai dengan norma (Myers, 2008). Ed diener, Prentice-Dunn & Ronald Rogers (dalam Myers, 2008) mengatakan deindividuasi dapat membuat seseorang tidak dapat mengendalikan diri sendiri. Mereka berperilaku tidak sesuai dengan diri mereka. Menurut Myers(2008) seseorang dapat melakukan self-aware pada saat mereka berada didepan umum atau didepan kamera dan mengendalikan diri mereka. Self-awareness merupakan kebalikan dari deindividuasi. Meningkatnya Self-awareness dapat mengurangi deindividuasi Teknologi deindividuasi Menurut Khabay (1998) anonim telah menjadi salah satu alasan besar mengapa seseorang menjadi lebih agresif pada saat mengandarai mobil. Kaca mobil yang tebal membuat seseorang tertutup dan terisolasi dari luar sehingga memberikan kekuatan karena mereka merasa identitas mereka tidak diketahui (anonim). Sama seperti pengguna internet yang tidak dapat terlihat langsung oleh orang lain dan tidak diketahui nya identitas pribadi dari pengguna internet dapat meningkatkan perilaku agresif pada pengguna internet.

5 Agresi Definisi Agresi Agresi adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti fisik maupun psikologis orang lain (Aronson, Wilson, & Akert, 2007). Menurut Hogg & Vaughan (2008) agresi adalah perilaku yang bersifat menyerang, dapat berupa serangan fisik, serangan terhadap objek, serangan verbal, dan melakukan pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain. Selain itu, agresi juga didefinisikan sebagai perilaku fisik maupun lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti dan merugikan orang lain (Myers, 2008). Agresi adalah perilaku yang bertujuan untuk membuat cedera seseorang secara fisik maupun psikologis (Breckler, Olson, & Wiggins, Social Psychology Alive, 2006). Menurut KBBI Agresi adalah cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat. Dari definisi-definisi yang sudah dijelaskan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa agresi adalah tindakan seorang individu yang dilakukan dengan tujuan menyakiti orang lain secara disengaja baik secara fisik maupun verbal Macam-macam agresi Perilaku agresi memiliki beberapa jenis, menurut Buss dan Perry (1992) (dalam Baron, Branscombe, & Byrne, 2008) Agresi terbagi menjadi empat jenis, yaitu: 1. Physical Agression Agresi fisik merupakan perilaku agresi yang dilakukan dengan menggunakan dan menyerang fisik dalam menyalurkan agresi nya. Bentuk agresi fisik adalah seperti menendang, menampar, memukul dan lain-lain. 2. Verbal Agression Agresi verbal merupakan perilaku agresi yang dilakukan untuk melukai atau menyakiti orang lain secara verbal atau menggunakan kata-kata. Bentuk agresi verbal adalah seperti ancaman, makian, penolakan dan lain-lain. 3. Anger Anger merupakan perasaan marah, kesal, dan sebal terhadap orang lain maupun diri sendiri. Hal tersebut mencakup kesulitan mengendalikan amarah, cepat marah dan tempramental yang disebut dengan Irritability. 4. Hostility

6 12 Hostility merupakan perilaku agresi yang tidak terlihat. Hostility terbagi dalam dua kategori yaitu resentment yang merupakan bentuk rasa iri dan cemburu, dan suspicion yang merupakan rasa tidak percaya dan permusuhan terhadap orang lain Teori-teori agresi Menurut Myers(2008) ada beberapa pendekatan yang membahas mengenai terjadinya agresivitas yang terjadi pada individu, yaitu : 1. Agresi akibat faktor biologis Freud (dalam Myers, 2008) menjelaskan bahwa perilaku agresi tidak dipelajari tetapi merupakan insting individu. Kemudian Buss & Shackleford (1997) mengatakan agresi merupakan insting seseorang untuk mendapatkan sumber daya, bertahan dari serangan, dan digunakan untuk mengintimidasi orang lain pada saat dalam bahaya. Selain itu, david, Lewis & Pincus (dalam Myres,2008) mengungkapkan bahwa kelainan saraf otak dapat mempengaruhi perilaku agresi. Teori ini dalam Myers(2008) juga menjelaskan bahwa perilaku agresi merupakan faktor keturunan. Pengaruh bahan kimia seperti alkohol dan obatobatan terlarang juga dapat mempengaruhi perilaku agresi individu (Myers, 2008). 2. Frustasi - agresi teori Teori frustasi agresi (dalam Myers,2008) menjelaskan bahwa perilaku agresi yang terjadi merupakan reaksi dari frustasi yang dialami individu. Leonard Berkowitz (dalam Myers,2008) menemukan hubungan antara frustasi dengan agresi, dimana frustasi menghasilkan amarah yang merupakan emosi yang mengarah pada agresi. Solberg & others (2002) mengatakan frustasi berasal dari kesenjangan antara harapan dan hasil yang dicapai (Myers, 2008). Selain itu, frustasi yang mengakibatkan agresi sering terjadi akibat perbandingan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain. Hal tersebut dapat meningkatkan frustasi seseorang untuk menjadi lebih baik dibandingkan orang lain sehingga memicu tindakan agresi (Myers, 2008). 3. Social Learning Theory Teori pembelajaran sosial merupakan teori yang menjelaskan bahwa perilaku agresi merupakan pembelajaran dari observasi, meniru dan dengan pemberian penghargaan atau hukuman (Myers, 2008). Menurut Patterson & others (dalam Myers,2008) seseorang yang berhasil melakukan perilaku agresi kepada orang lain akan meningkatkan perilaku agresi nya.

7 13 Selain itu, Bandura (1997) mengemukakan bahwa kita belajar melakukan agresi tidak hanya dari merasakan tetapi dengan melakukan observasi (Myers, 2008) Faktor Penyebab Agresi Menurut Feldman (1985) ada beberapa faktor yang mempengaruhi agresi, antara lain: 1. Arousal as a cause of aggresion Dalam beberapa penelitian Rule &Nesdale (1976) gairah fisik berhubungan dengan meningkatnya tingkat agresi seseorang. Gairah fisik bukan hanya satu satunya yang dapat memicu agresi, gairah yang dihasilkan dari sex, alcohol, dan obat obatan terlarang juga dapat memicu perilaku agresi. 2.Deindividuation : anonymity facilitates aggresion Dunn and Rogers (dalam Feldman, 1985) menjelaskan hasil penelitian menyatakan bahwa deindividuasi efektif dalam meningkatkan perilaku agresi. Subjek yang diteliti mengatakan bahwa mereka merasakan emosi konsisten pada saat deindividuasi. Mereka mengindikasi ada perasaan dan pemikiran yang berbeda dengan pada saat normal, tidak merasa bertanggung jawab pada saat melakukan agresi, tidak merasakan self-concious, dan tidak memikirkan apa yang akan difikirkan oleh experimenter ataupun korban. 3. Direct provocation as a source of aggresion Provokasi dari sumber agresi lain memicu tindakan agresi lainnya. Feldman menjelaskan ketika seseorang merasa terluka oleh sesuatu, mereka akan merespon dengan pehrilku agresi kepada sumber yang menyebabkan luka. Oleh karena itu, dapat disimpulkan agresi memfasilitasi atau memicu perilaku agresi lainnya. 2.3 Teori Yang Terkait Dengan Subjek Cyberbullying Definisi Cyberbullying Menurut Bhat(2008), cyberbullying adalah penggunaan teknologi untuk mengintimidasi, membuat korban, atau menganggu sekelompok orang. Selain itu, Heirman(2015) mendefinisikan cyberbullying sebagai perilaku agresi termasuk didalamnya penyerangan yang berulang, mempermalukan orang lain atau mengucilkan orang lain demi kepentingan seseorang yang lebih berkuasa. Cyberbullying didefinisikan oleh Valentino(2013) sebagai proses mengirim teks atau gambar yang dimaksudkan untuk menyakiti atau mempermalukan orang lain. Cyberbullying juga didefinisikan sebagai perlakuan kasar yang dilakukan seseorang atau kelompok orang,

8 14 menggunakan bantuan alat elektronik yang dilakukan berulang dan terus menerus pada seorang target yang membela diri (Smith, Mahdavi, Carvalho, Russel, & Tipett, 2008). Dari definisi-definisi yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa cyberbullying adalah perilaku agresi melalui media elektronik yang dimaksudkan untuk mengintimidasi, menyakiti, mempermalukan orang lain secara sengaja Jenis-jenis Cyberbullying Ada beberapa jenis cyberbullying menurut Willard(2007), dalam jurnal nya yang berjudul Educator s guide to cyberbullying and cyberthreats. yaitu, sebagai berikut : 1. Flaming, yaitu mengirimkan pesan berupa kata-kata penuh amarah dan frontal. 2. Harassment, yaitu mengirimkan pesan berupa gangguan ke , atau jejaring sosial secara terus menerus. 3. Denigration, yaitu proses untuk merusak nama baik orang lain dengan cara mengumbar keburukan seseorang di media sosial. 4. Impersonation, yaitu berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan-pesan atau status yang tidak baik ke orang lain. 5. Outing, yaitu menyebarkan data-data, foto dan rahasia orang lain di internet. 6. Trickery, yaitu membujuk seseorang dengan menipu orang tersbut agar mendapatkan informasi atau foto pribadi orang tersebut. 7. Exclusion, yaitu secara sengaja mengeluarkan seseorang dari grup online. 8. Cybejrstalking, yaitu mengganggu seseorang secara terus menerus sehingga menyebabkan ketakutan pada orang tersebut Remaja Definisi Remaja Remaja menurut Hurlock(2011), berasal dari bahasa latin yaitu adolesence yang artinya tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Kemudian, Hurlock memperluas definisi nya menjadi kematangan mental, emosional dan fisik. Selain itu, Santrock(2011) mendefinisikan remaja sebagai tahap pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa remaja adalah masa transisi seseorang dari masa kanak-kanak dan masa dewasa yang melibatkan perubahan yang cukup besar. Perubahan tersebut mencakup perubahan fisik, kognitif maupun psikosial (Papalia, Ols, & Feldman, 2008).

9 15 Masa remaja menurut Hurlock(2011), merupakan masa dimana ketegangan emosi meninggi akibat perubahan fisik dan kelenjar. Dalam masa remaja seseorang mengalami ketidakstabilan emosi sebagai akibat dari usaha penyesuaian diri pada perilaku dan harapan sosial yang baru. Menurut Hal (dalam Santrock, 2011) mengatakan bahwa sudah sejak dulu remaja dikatakan sulit mengatur emosi, pergerakan emosi dari tinggi ke rendah meningkat pada masa remaja. Selain itu, Maryse Richards(1994) berpendapat bahwa remaja memiliki emosi yang ekstrem dan sering berubah-ubah. Masa remaja menurut Monks(2003) terbagi menjadi empat bagian, yaitu pra remaja tahun, remaja awal dengan rentang usia tahun, remaja pertengahan dengan rentang usia tahun, dan remaja akhir dengan rentang usia tahun. Dari definisi-definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah tahapan perkembangan manusia dimana tahapan tersebut merupakan masa transisi dari masa kanakkanak ke masa dewasa dengan rentang usia tahun. Banyak perubahan yang terjadi pada masa remaja baik secara fisik maupun psikologis yang mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan emosi Perkembangan Remaja Perkembangan remaja dibagi menjadi beberapa kategori menurut Santrock(2003), antara lain: 1. Perkembangan Biologis Perkembangan biologis pada masa remaja memiliki banyak perubahan seperti tinggi, berat badan, perubahan hormonal dan lain-lain. Pada masa remaja individu mengalami pubertas yaitu perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi pada masa remaja awal. 2. Perkembangan Kognitif Piaget (dalam Santrock,2003) menjelaskan bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakannya itu merupakan penyesuaian diri biologis. Remaja membangun dunia kognitifnya sendiri, mengorganisasikan pengalaman mereka, dan menghubungkan satu gagasan dengan gagasan lainnya menggabungkan hasil observasi dan pengalaman untuk membuat gagasan baru. Menurut Piaget ada dua cara remaja mengembangkan kemampuan kognitifnya yaitu asimilasi terjadi ketika seseorang menggabungkan informasi baru kedalam pengetahuan yg dimilikinya dan akomodasi terjadi ketika seseorang menyesuaikan dirinya terhadap informasi baru.

10 16 3. Perkembangan Sosio-Emosional Perkembangan sosio-emosional remaja meliputi perubahan dalam hub individu dengan manusia lain dalam emosi, kepribadian dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orangtua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif dalam peristiwa tertentu dan perang gender dalam masyarakat Ask.fm Ask.fm merupakan sosial media yang dibuat oleh Mark Terebin di Latvia pada 16 Juni 2010, dan memiliki 150 Juta pengguna di seluruh dunia hingga Februari Ask.fm adalah media sosial online dimana pengguna dapat membuat akun/profil dan dapat memberikan pertanyaan ke pengguna lain, dengan pilihan anonimously. Pada saat ini ask.fm memiliki urutan ke 173 kedalam website yang sering dibuka diseluruh dunia. Menurut NoBullying(2015) Ask.fm memiliki berbagai macam fitur, antara lain: - Pengguna ask.fm dapat menanyakan dan mendapat pertanyaan dari pengguna anonim - Pengguna ask.fm dapat menjawab pertanyaan menggunakan kata-kata, gambar, dan video - Ask.fm memiliki fitur dimana pengguna dapat mencantumkan pengguna lain dengan menggunakan pada pengguna lain yang ingin dicantumkan - Berdasarkan kritik yang didapat oleh ask.fm, pihak ask.fm membuat privacy setting dimana pengguna dapat menon-aktifkan pertanyaan anonim - Ask.fm baru-baru ini memperkenalkan fitur popular dimana kita dapat melihat pengguna lain yang menarik untuk di follow - Dimulai dari Juni 2013, ask.fm dapat di akses melalui smartphone Pada tahun 2013, ask.fm menjadi salah satu media kontroversial dimana banyak kasus cyberbullying yang terjadi melalui media tersebut hingga menyebabkan kematian, sedikitnya 7 kasus bunuh diri yang terjadi akibat dari kasus cyberbullying yang terjadi di ask.fm. Kasuskasus tersebut dalam (NoBullying,2015) antara lain: 1. Seorang anak perempuan berumur 14 tahun ditemukan tergantung di dalam kamarnya setelah menerima pertanyaan/pernyataan yang tidak pantas di akun ask.fm miliknya. Dimana pernyataan tersebut antara lain menyuruh anak perempuan tersebut untuk melakukan bunuh dirinya sendiri, dan meminum racun. Pernyataan yang didapat menggunakan pertanyaan anonim.

11 17 2. Seorang anak perempuan berumur 12 tahun memutuskan untuk lompat dari atap pabrik, dan di temukan tewas keesokan harinya. Berdasarkan investigasi yang dilakukan anak perempuan tersebut telah di bully secara online selama satu tahun dan mengganti laman ask.fm dirinya sendiri dengan that dead girl 3. Seorang anak laki-laki berusia 15 tahun menggantung dirinya sendiri karena ask.fm. Ia ditemukan meninggal dirumahnya karena beberapa pertanyaan yang menyakitkan di laman ask.fm nya. Ia dipanggil aneh dan dikatakan berkali-kali bahwa tidak ada yang suka pada dirinya, dan mengatakan bahwa ia pantas mendapatkan hal-hal buruk pada dirinya. 4. Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun juga menggantung dirinya pada bulan juli. Ia memiliki hubungan online dengan seseorang yang ia kira adalah perempuan. Selain mendapat penipuan, ia juga mendapat pernyataan untuk membunuh dirinya sendiri, bahkan salah satu dari pesan yang ia terima menyuruh dirinya untuk menusukan pisau ke tenggorokannya. 5. Remaja lainnya berusia 16 tahun yang berasal dari Florida ditemukan menggantung dirinya pada hari thanksgiving setelah menerima pertanyaan dari anonim yang menyuruhnya untuk melakukan bunuh diri. Walaupun ia meresponnya dengan tenang dengan mencantumkan video. Ia kemudian tetap mendapatkan pesan yang mengatakan betapa jelek dirinya dan pesan yang menyakitkan. 6. Seorang remaja berusia 15 tahun dari Ireland memutuskan untuk bunuh diri karena pengguna ask.fm yang kasar. Ia ditemukan tergantung di pohon dekat tempat tinggalnya pada tahun Sebelum melakukan tindakannya. Ia sempat mengatakan pada temannya bahwa ia akan melakukan bunuh diri karena di bully di ask.fm. 7. Seorang remaja berusia 13 tahun melakukan bunuh diri dan meninggalkan pesan bahwa dirinya telah di bully secara online di ask.fm. Dan tak lama setelah itu saudara perempuannya yang berusia 15 tahun melakukan hal yang sama dengan meninggalkan pesan bahwa ia tidak dapat hidup tanpa adik perempuannya yang bunuh diri tersebut.

12 Kerangka Berfikir Deindividuasi Perilaku Agresi Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Cyberbullying adalah salah satu bentuk kekerasan yang dialami oleh seorang individu yang didapatkan melalui dunia maya (internet). Cyberbullying dapat dilakukan melalui sosial media. Dalam penggunaanya seseorang yang menggunakan sosial media harus mengisi data mengenai dirinya terlebih dahulu, tetapi tidak sedikit dari pengguna sosial media yang menyembunyikan identitas mereka dengan cara mengisi identitas palsu. Hal tersebut dapat membuat seorang individu bersembunyi dibalik identitas palsunya sehingga terjadilah deindividuasi yaitu proses hilangnya kesadaran individu karena pengaruh kelompok sehingga membentuk suatu pikiran kolektif. Dengan terjadinya deindividuasi muncul lah perilaku agresi dari individu tersebut yaitu perilaku yang menyakiti orang lain secara fisik ataupun psikis. Dengan kata lain, perilaku agresi di dunia maya disebut dengan cyberbullying 2.5 Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan yang dianggap tepat atau benar dalam suatu pendapat meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan. Dari kasus dan fenomena yang telah dijabarkan diatas terdapat hipotesa dimana deindividuasi berperan dalam tingkat perilaku agresi oleh remaja. Oleh karena itu, hipotesa penelitian ini adalah terdapat hubungan antara deindividuasi dan perilaku agresi pelaku cyberbullying pada remaja pengguna ask.fm di Jakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di dunia membuat internet menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia. Pasalnya internet menjadi sarana bertukar informasi favorit yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan mengenai kesimpulan, dan diskusi mengenai penelitian yang telah dilakukan, dan saran-saran yang akan berguna bagi penelitian selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DEINDIVIDUASI DAN PERILAKU AGRESI PELAKU CYBERBULLYING PADA REMAJA PENGGUNA ASK.FM DI DKI JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA DEINDIVIDUASI DAN PERILAKU AGRESI PELAKU CYBERBULLYING PADA REMAJA PENGGUNA ASK.FM DI DKI JAKARTA HUBUNGAN ANTARA DEINDIVIDUASI DAN PERILAKU AGRESI PELAKU CYBERBULLYING PADA REMAJA PENGGUNA ASK.FM DI DKI JAKARTA Ully Winiarty Amaniar Sitorus ullywas@yahoo.com Dosen Pembibing : Dr.Istiani Binus University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak kriminalitas dilakukan oleh remaja (Republika, 2 0 0 5 ). Tindak kriminal yang dilakukan oleh remaja sangat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Cyberbullying. perlakuan kejam yang dilakukan dengan sengaja kepada orang lain dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Cyberbullying. perlakuan kejam yang dilakukan dengan sengaja kepada orang lain dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Cyberbullying A. Cyberbullying Willard (2005), menjelaskan bahwa cyberbullying merupakan perlakuan kejam yang dilakukan dengan sengaja kepada orang lain dengan mengirimkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresivitas 2.1.1 Definisi Agresivitas Agresi adalah pengiriman stimulus tidak menyenangkan dari satu orang ke orang lain, dengan maksud untuk menyakiti dan dengan harapan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1. Self-Control 2. 1. 1. Definisi Self-control Self-control adalah tenaga kontrol atas diri, oleh dirinya sendiri. Selfcontrol terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang

Lebih terperinci

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA MADYA DI SMA X BOGOR LATAR BELAKANG MASALAH Agresivitas Persahabatan Kesepian Penolakan AGRESIVITAS Perilaku merugikan atau menimbulkan korban pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini sering terjadi dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini sering terjadi dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat, baik itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Tidak jarang dalam bersosialisasi tersebut banyak menimbulkn perbedaan yang sering kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mendapat perhatian dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini disebabkan banyak permasalahan yang terjadi dalam masa remaja.

Lebih terperinci

SOSIALISASI KONSELING ONLINE GEBER SEPTI (GERAKAN BERSAMA SEKOLAH SEMARANG PEDULI DAN TANGGAP BULLYING)

SOSIALISASI KONSELING ONLINE GEBER SEPTI (GERAKAN BERSAMA SEKOLAH SEMARANG PEDULI DAN TANGGAP BULLYING) SOSIALISASI KONSELING ONLINE GEBER SEPTI (GERAKAN BERSAMA SEKOLAH SEMARANG PEDULI DAN TANGGAP BULLYING) RUMAH DUTA REVOLUSI MENTAL DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KOTA SEMARANG Copyright@2017

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas BAB II LANDASAN TEORI A. Agresivitas Semua orang seperti memahami apa itu agresi, namun pada kenyatannya terdapat perbedaan pendapat tentang definisi agresivitas. agresi identik dengan hal yang buruk.

Lebih terperinci

BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG)

BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG) 33 BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG) Oleh : Detria Nurmalinda Chanra 1 Prof. Dr. Dr. dr. Th. I. Setiawan 2 Herdi, M.Pd 3 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI AGRESI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YAYASAN KEJURUAN TEKNOLOGI BARU (SMK YKTB) 2 KOTA BOGOR Oleh: Amalina Ghasani 15010113130113 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media komunikasi sudah makin berkembang, khususnya di bidang cybermedia. Sudah banyak situs, aplikasi dan media sosial yang telah diciptakan dengan harapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungannya. Berbicara

Lebih terperinci

Berani Konseling, Lawan Bullying

Berani Konseling, Lawan Bullying Berani Konseling, Lawan Bullying Nonton dulu yuks S U R V E Y Bullying? Bullying (perundungan) adalah suatu perilaku negatif (kekerasan fisik, psikis, dan sosial) yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja yang merupakan masa-masa dimana banyak terjadi perubahan dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan fenomena yang diberitakan melalui berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN STRATEGI REGULASI EMOSI PADA REMAJA

2016 HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN STRATEGI REGULASI EMOSI PADA REMAJA BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari skripsi yang akan membahas beberapa hal terkait penelitian, seperti latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan. ketidakseimbangan, yang tercakup dalam storm dan stres, sehingga remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan. ketidakseimbangan, yang tercakup dalam storm dan stres, sehingga remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan, yang tercakup dalam storm dan stres, sehingga remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebutuhan, menempatkan kebutuhan individu akan harga diri sebagai kebutuhan pada level

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebutuhan, menempatkan kebutuhan individu akan harga diri sebagai kebutuhan pada level BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maslow berpendapat bahwa manusia yang sehat jiwanya adalah manusia yang mengembangkan diri sendiri berdasarkan kekuatan-kekuatan dalam diri, maka teori hierarki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Waktu, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian berlokasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Bandung di Jalan Sumatera No. 40 Bandung.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers Ragnarok Online. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku agresif seringkali diperbincangkan oleh masyarakat karena hal tersebut memicu kekhawatiran masyarakat sekitar, terutama di kalangan pelajar SMK. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini bagi masyarakat, aksi-aksi kekerasan baik yang dilakukan secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi kekerasan dapat

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. 7 Universitas Indonesia. Gambaran Motivasi, Andy Herlambang, F.Psi UI, 2008

2. TINJAUAN PUSTAKA. 7 Universitas Indonesia. Gambaran Motivasi, Andy Herlambang, F.Psi UI, 2008 2. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas beberapa teori yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya teori remaja beserta karakteristiknya, teori mengenai motivasi dan teori mengenai agresi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I AGRESI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 13 61016 Abstract Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dikenal sebagai pelaku utama dan agent of exchange dalam gerakan-gerakan pembaharuan. Mahasiswa memiliki makna yaitu sekumpulan manusia intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memiliki pengetahuan umum yang lebih luas sebelum atau sesudah guru

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memiliki pengetahuan umum yang lebih luas sebelum atau sesudah guru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman yang serba modern dan canggih ini, kurikulum menuntut para remaja yang masih duduk di bangku sekolah untuk lebih aktif dalam pelajaran, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk komunikasi yang dilakukan manusia terdiri dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk komunikasi yang dilakukan manusia terdiri dari berbagai macam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bentuk komunikasi yang dilakukan manusia terdiri dari berbagai macam bentuk, mulai dari komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi MODUL PERKULIAHAN AGRESI Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 61119

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agresivitas bukan merupakan hal yang sulit ditemukan di dalam kehidupan masyarakat. Setiap hari masyarakat disuguhkan tontonan kekerasan, baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian Perilaku Agresi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agresi adalah perbuatan bermusuhan yang bersifat menyerang secara fisik maupun psikis kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja identik dengan masa pubertas, di masa ini terjadi perubahan fisik di semua bagian tubuh baik ekternal maupun internal yang juga mempengaruhi psikologis remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun. Pada usia ini anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, dan mengabungkan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk

Lebih terperinci

BAB ll KAJIAN TEORI. bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini berlaku bagi semua makhluk vertebrata,

BAB ll KAJIAN TEORI. bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini berlaku bagi semua makhluk vertebrata, BAB ll KAJIAN TEORI 2.1 Perilaku Agresif 2.1.1 Pengertian perilaku agresif Pengertian secara umum agresi dapat diartikan sebagai suatu serangan yang di lakukan oleh suatu organisme terhadap oranisme lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan akan membawa Indonesia menjadi lebih maju. Namun sayangnya, akhir-akhir ini justru banyak pemberitaan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Masing-masing individu yang berinteraksi akan memberikan respon yang berbeda atas peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

PENGATURAN CYBER BULLYING

PENGATURAN CYBER BULLYING PENGATURAN CYBER BULLYING DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK I G A Ayu Dewi Satyawati Sagung Putri M. E Purwani Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh

Lebih terperinci

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING BAB I PENDAHULUAN Pokok bahasan yang dipaparkan pada Bab I meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penelitian. A.

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian

Bab 3. Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian 3. 1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3. 1. 1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel 1 : Persepsi Stres Definisi Operasional : Tinggi rendahnya persepsi terhadap stres

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Buss dan Perry (1992) menyebutkan perilaku agresi adalah keinginan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Buss dan Perry (1992) menyebutkan perilaku agresi adalah keinginan untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresi Buss dan Perry (1992) menyebutkan perilaku agresi adalah keinginan untuk menyakiti orang lain, mengekspresikan perasaan sifat negatifnya seperti

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom.

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. AGRESI Modul ke: Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Fakultas Psikologi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, kasus tindak kekerasan semakin marak terjadi. Hal tersebut tidak hanya terjadi di tempat yang rawan kriminalitas saja tetapi juga banyak terjadi di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita serta mencapai peran sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang ditandai dengan perubahan-perubahan didalam diri individu baik perubahan secara fisik, kognitif,

Lebih terperinci

BULLYING. I. Pendahuluan

BULLYING. I. Pendahuluan BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode perkembangan yang penting dalam kaitannya dengan keadaan sehat dan keadaan tidak sehat. Banyak perilaku sehat (misalnya; diet, dan olahraga)

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini merupakan siswa kelas XI SMK Saraswati Salatiga yang populasinya berjumlah 478 siswa. Kelas XI SMK Saraswati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Hampir setiap hari banyak ditemukan pemberitaan-pemberitaan mengenai perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

Lebih terperinci

QuizNona: Apakah Nona Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran?

QuizNona: Apakah Nona Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran? QuizNona: Apakah Nona Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran? Dear Nona, masihkah Nona ragu tentang kekerasan dalam pacaran yang mungkin tengah Nona alami? Jika iya, Nona bisa mengisi kolom di bawah ini untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. adalah bercintaan atau berkasih-kasihan sehingga dapat disimpulkan. perempuan, adanya komitmen dari kedua belah pihak biasanya

BAB II KAJIAN TEORI. adalah bercintaan atau berkasih-kasihan sehingga dapat disimpulkan. perempuan, adanya komitmen dari kedua belah pihak biasanya 2.1 Kekerasan dalam pacaran 2.1.1 Konsep Pacaran BAB II KAJIAN TEORI Menurut KBBI (1986) pacar adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Sedangkan berpacaran adalah

Lebih terperinci

Hubungan Kecenderungan Konformitas dengan Potensi Perilaku Bully. Perilaku bully adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti seseorang dan kemudian

Hubungan Kecenderungan Konformitas dengan Potensi Perilaku Bully. Perilaku bully adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti seseorang dan kemudian Hubungan Kecenderungan Konformitas dengan Potensi Perilaku Bully Perilaku bully adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti seseorang dan kemudian tujuan tersebut dilaksanakan, adanya pihak yang tersakiti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling indah dan masa yang penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004) masa remaja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Normative Social Influence 2.1.1 Definisi Normative Social Influence Pada awalnya, Solomon Asch (1952, dalam Hogg & Vaughan, 2005) meyakini bahwa konformitas merefleksikan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari,

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah dua orang atau lebih yang terhubung karena ikatan perkawinan yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dan satu sama lain saling bergantung. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Agresivitas. menginginkan adanya perilaku tersebut. Buss dan Perry (dalam Bryant & Smith 2001)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Agresivitas. menginginkan adanya perilaku tersebut. Buss dan Perry (dalam Bryant & Smith 2001) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Agresivitas 1. Definisi Agresivitas Baron (2004) mengatakan yang dimaksud dengan agresif adalah tingkah laku individu yang maksudkan untuk melukai atau menyakiti individu lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. beberapa tokoh. Olweus (2003) mendefinisikan bullying sebagai tindakan negatif dalam

BAB II LANDASAN TEORI. beberapa tokoh. Olweus (2003) mendefinisikan bullying sebagai tindakan negatif dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Bullying Bullying memiliki berbagai definisi yang beragam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh. Olweus (2003) mendefinisikan bullying sebagai tindakan negatif dalam

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018 PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Ardhitya Dwi Yulianto 1 ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena di masyarakat khususnya bagi warga yang tinggal di perkotaan, aksiaksi kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kekerasan pada anak telah menjadi perhatian dunia, begitu banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s Fund (UNICEF) (2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika menggunakan teknologi informasi ini (Flourensia, 2012: 22). Pada

BAB I PENDAHULUAN. ketika menggunakan teknologi informasi ini (Flourensia, 2012: 22). Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan komunikasi massa kian pesat dan kompleks, serta menjadi bagian penting dalam sejarah perkembangan manusia. Pemanfaatan teknologi informasi memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak penelitian yang mencoba memahami fenomena ini (Milletich et. al, 2010; O Keefe, 2005; Capaldi et. al,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda dengan unsur

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda dengan unsur BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Agresi 2.1.1. DefinisiPerilaku Agresi Menurut Scheneiders (1955) perilaku agresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tahap perkembangan remaja, kebanyakan mereka tidak lagi mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan yang akan dilakukan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

KERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan

KERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan I. DESKRIPSI MASALAH Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang

Lebih terperinci