BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang
|
|
- Irwan Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agresivitas bukan merupakan hal yang sulit ditemukan di dalam kehidupan masyarakat. Setiap hari masyarakat disuguhkan tontonan kekerasan, baik secara langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang anak sering diperlihatkan bentuk-bentuk agresivitas oleh tetangga atau bahkan orang tuanya sendiri. Anak dapat melihat bagaimana orang lain berinteraksi menggunakan perilaku agresi dan merasa bahwa hal tersebut merupakan hal yang biasa dilakukan. Media cetak memaparkan tingginya perilaku agresi yang dilakukan seseorang ataupun sekelompok orang kepada orang lain dalam kasus-kasus kriminal. Masyarakat juga dipertontonkan adegan-adegan yang mengarah kepada agresivitas oleh media massa, misalnya dalam sinetron atau bahkan pada adegan lawakan. Meskipun sinetron hanyalah sebuah skenario, namun dalam skenario diperlihatkan bahwa tokoh antagonis melakukan hal tersebut benar-benar untuk menyakiti orang lain. Masyarakat sering terbawa perasaan hingga menganggapnya sebagai kejadian sungguhan dan terbiasa dengan hal-hal yang mengarah pada perilaku agresi. Baron dan Byrne (2005 ) dalam kajian Psikologi Sosial menyatakan bahwa agresi merupakan suatu bentuk penyiksaan yang diberikan dengan sengaja untuk tujuan menyakiti orang lain. Agresi didefinisikan oleh Berkowitz (1993) sebagai suatu bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun secara psikologis. Jadi telah disebutkan bahwa agresi merupakan perilaku disengaja yang ditujukan untuk menyakiti orang lain. Agresi dapat berupa agresi yang kelihatan yakni melukai fisik ataupun agresi yang tidak terlihat yakni melukai orang lain secara psikologis, misalnya agresi dalam bentuk kata-kata atau bahasa tubuh. 1
2 2 Salah satu contoh nyata dari perilaku agresi adalah kasus bullying yang terjadi pada gank SMAN 70 Bulungan, Jakarta Selatan. Via, seorang siswi kelas X dikeroyok dan dianiaya kakak kelasnya karena ia tidak memakai kaus dalam saat ke sekolah. Sebelum mengalami penganiayaan Via mendapatkan sms-sms ancaman, misalnya, Awas nanti kamu diadili luh, dan Hati-hati nanti ada pergerakan anti-via. Kalimat-kalimat ancaman seperti ini ialah salah satu bentuk dari perilaku agresi verbal yang berujung pada agresi fisik yakni penganiayaan terhadap Via di kantin sekolah ( Agresi dapat dilakukan oleh siapa saja kepada siapa saja, tidak terkecuali orang yang sangat dekat. Orang-oranng yang sangat dekat akan memiliki interaksi yang lebih intens dibandingkan dengan orang-orang yang jarang bertemu. Tingginya intensitas dapat menimbulkan berbagai hal, baik hal positif maupun negatif. Hubungan anggota keluarga yang bertemu setiap hari di bawah satu atap juga berpotensi untuk kemunculan perilaku agresi. Keluarga dengan anak tunggal dan keluarga dengan jumlah anak lebih dari satu memiliki dinamika psikologis yang berbeda di dalam rumah. Pada usia 2-3 tahun anak akan mulai bertindak agresif setelah orang tua memarahi mereka. Pada usia ini anak biasanya akan mengeluarkan agresivitasnya dengan cara menendang atau memukul. Terkadang anak juga dapat memiliki temper tantrum yang tidak terfokus dan memuncak pada usia sekitar 4 tahun. Pada usia ini anak juga memiliki konflik dengan saudara atau dengan teman sebayanya (Shaffer, 1989). Pada usia 2-6 tahun anak akan cenderung melakukan agresi instrumental yakni dengan cara merebut mainan milik teman dan bukan dengan tujuan melukai orang lain (Djiwandono, 2005).
3 3 Mitos yang ada di masyarakat menyatakan bahwa anak tunggal sering diberi label sebagai anak nakal yang manja. Hal ini terjadi karena anak tunggal dianggap memiliki karakter yang tidak diinginkan seperti adanya ketergantungan yang tinggi terhadap orang tua, kurang dapat mengendalikan diri, serta mementingkan diri sendiri (Santrock, 2002). Berbeda halnya dengan dinamika psikologis anak yang memiliki saudara di dalam rumah. Anak dapat melakukan interaksi positif maupun negatif dengan saudara kandungnya. Interaksi positif yang dilakukan contohnya ialah diskusi, berbagi cerita, bersenda gurau, atau juga percakapan sehari-hari (Putri, 2013). Sedangkan interaksi negatif contohnya ialah saling berebut sesuatu dan berkelahi. Meskipun begitu, konflik terkadang diperlukan dalam interaksi antarsaudara. Disebutkan oleh Katz, Kramer, dan Gottman (1992) bahwa h ubungan persaudaraan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk dapat belajar mengenai suatu konflik. Melalui sebuah konflik anak dapat belajar untuk mengendalikan diri serta memahami cara bergaul dengan orang lain. Salah satu bentuk konflik yang dapat dialami dalam hubungan antar saudara adalah sibling rivalry. Dalam artikel Jarak Kelahiran Berdekatan Bikin Anak Suka Bertengkar dituliskan bahwa adanya perbedaan usia yang terlalu dekat cenderung dapat meningkatkan adanya perselisihan antarsaudara karena intensitas komunikasi yang terbangun lebih besar dibandingkan saudara dengan jarak kelahiran yang jauh ( Bagi sang kakak, kelahiran adik dianggap terlalu menyita waktu dan merebut perhatian orang tua darinya (Putri, 2013). Ia akan cenderung berbuat agresif demi mendapatkan kembali perhatian orang tua yang telah beralih untuk adiknya.
4 4 Perilaku agresif yang dilakukan sang kakak bukan merupakan bentuk kebencian kakak terhadap adik namun dianggap sebagai bentuk protes anak terhadap orang tua karena anak merasa orang tua berbuat tidak adil terhadap dirinya (Erikania dan Soelaeman, 2014). Sedangkan bagi sang adik, perlakuan kakak yang cenderung agresif dianggap sebagai bentuk penolakan terhadap keberadaan dirinya. Sang adik menjadi dendam pada sang kakak dan berusaha mendapatkan harga dirinya dengan melakukan kompetisi dan memperlihatkan bahwa ia sanggup menyaingi sang kakak. Hal inilah yang sering disebut dengan persaingan atarsaudara atau sibling rivalry. Sibling rivalry diartikan sebagai kompetisi antara saudara kandung, seringkali dilakukan untuk mendapatkan perhatian dari orang tua. Ketika individu merasa bahwa saudaranya memiliki sesuatu yang lebih dari dirinya, individu akan berusaha untuk mendapatkan perhatian dari orang tua dengan cara yang berbeda dari saudaranya. Individu akan cenderung mencari keunggulan dirinya dalam bidang lain. Fenomena proses individu berusaha menjadi berbeda dengan saudaranya ini disebut dengan sibling deindentification (Steinberg, 2011). Chanda (2007) mengatakan bahwa sibling rivalry dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya latar belakang kanak-kanak, pola asuh orang tua, hubungan dengan saudara, serta karakteristik individu. Latar belakang kanak-kanak membawa dampak yang besar bagi kehidupan individu. Meskipun dalam hubungan persaudaraan tersebut anak-anak memiliki latar belakang yang sama dan lingkungan yang sama, namun pengalaman yang mereka dapatkan dapat berbeda. Anak dapat saja berada di sekolah yang sama namun apa yang mereka alami tidak sepenuhnya sama. Begitu pula dengan pola asuh orang tua. Orang tua dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya sibling rivalry karena memberi perlakuan yang berbeda terhadap anak. Sibling rivalry juga dapat terjadi karena orang tua menganggap semua
5 5 anaknya sama sehingga anak yang satu harus sama dengan anak lainnya, padahal belum tentu semua anak memiliki keinginan untuk sama dengan saudaranya. Orang tua menginginkan agar semua anaknya menjadi yang terbaik sehingga membandingkan individu dengan adik atau kakaknya dengan tujuan memberikan motivasi. Akan tetapi, proses tersebut justru dapat menjadikan anak merasa bahwa dirinya dibanding-bandingkan dan merasa kurang diterima sebagai pribadi yang unik dan berbeda. Hal ini juga dapat menimbulkan kecemburuan bagi sang anak terhadap saudaranya sendiri. Orang tua adalah kunci bagi lahir atau tidaknya sibling rivalry dalam kehidupan persaudaraan anak-anak (Erikania dan Soelaeman, 2014). Apabila orang tua dapat memberikan kasih sayang kepada semua anaknya dengan adil maka kemungkinan munculnya sibling rivalry dapat semakin mengecil. Karakteristik setiap individu juga memegang peranan penting bagi munculnya sibling rivalry (Santrock, 2002). Individu yang memiliki sifat kompetitif tinggi akan cenderung mengembangkan sibling rivalry karena ia ingin selalu lebih unggul dari siapapun, termasuk juga lebih unggul dari saudaranya. Karakter-karakter tertentu seperti tidak mau mengalah dan cenderung ingin diperhatikan menyebabkan individu mengembangkan sifat kompetitif. Di sini lawan yang terdekat bagi individu adalah saudaranya sendiri. Individu kemudian mengembangkan sibling rivalry agar ia mendapatkan pengakuan serta kasih sayang dari orang tuanya. Woolson, 2004 (dalam Setiawan, 2013) mengatakan bahwa jarak kelahiran yang lazim memicu timbulnya sibling rivalry adalah jarak kelahiran 1-3 tahun dan lebih sering terjadi pada saudara dengan jenis kelamin yang sama. Hal ini terjadi karena adanya kesamaan dapat memunculkan persaingan. Individu tidak ingin merasa sama dengan orang lain. Jarak yang berdekatan biasanya membuat orang lain berpendapat bahwa kedua saudara tersebut harus memiliki kesamaan, apalagi jika
6 6 ditambah dengan jenis kelamin yang sama. Individu yang selalu disamakan dengan individu lain akan memunculkan sikap ingin tampil berbeda. Hal ini menjadi pemicu munculnya sibling rivalry dalam diri individu. Tanda-tanda terbentuknya sibling rivalry biasanya dimulai sejak individu berada di usia anak-anak. Hal ini disebabkan usia anak belum memiliki empati dan belum dapat melihat dunia dari kacamata orang lain. Individu tersebut hanya melihat dirinya sendiri atau adanya egosentris dalam dirinya. Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di lapangan memperlihatkan bahwa anak-anak sering memperdebatkan barang-barang yang dimilikinya, misal dengan mengatakan, Ini mainan Kakak, Adek kan sudah punya mainan sendiri. Lalu sang adik menangis dan mengatakan pada orang tua bahwa kakaknya tidak memperbolehkannya meminjam mainan tersebut. Orang tua ikut menanggapi dengan mengatakan, Adek dipinjami saja mainannya sebentar, Kakak kan harus mengalah. Kasus kecil seperti hal tersebut memiliki pengaruh terhadap perkembangan diri anak-anak. Anak akan merasa bahwa orang tua lebih sayang terhadap adiknya. Sang kakak merasa orang tua lebih mengutamakan segala hal untuk sang adik, berbeda dengan ketika ia masih menjadi anak tunggal yang mendapat curahan kasih sayang orang tua secara penuh. Anak kemudian merasa diperlakukan tidak adil dan mengatakan, Ihh dibela terus. Awas ya lihat besok, kata-kata semacam ini memperlihatkan bahwa telah muncul bibit persaingan pada diri anak terhadap saudaranya. Interaksi antara saudara kandung lebih banyak dilakukan dengan cara-cara yang negatif jika dibandingkan interaksi anak dengan orang tua (Santrock, 2002). Anak sering melakukan agresi fisik seperti saling menjambak, memukul, mencubit, dan sebagainya sebagai bentuk kemarahan terhadap saudaranya. Minnett, Vandell, dan
7 7 Santrock, 1983 (dalam Santrock, 2002) menyatakan bahwa agresi dan dominasi lebih sering ditemukan dalam hubungan antarsaudara kandung dengan jenis kelamin yang sama dibandingkan saudara dengan jenis kelamin yang berbeda. Hal ini semakin menunjukkan bahwa adanya sikap untuk saling berkompetensi dengan orang lain yang merupakan saudara kandungnya sendiri. Sikap tersebut sudah ditunjukkan sejak individu berada dalam masa anak-anak dan dapat berkembang sampai pada tahap remaja hingga dewasa. Ketika individu beranjak menuju dewasa, individu harus melewati masa transisi yakni masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa, yakni berada di kisaran usia tahun. Di masa ini individu menjadi lebih berkembang baik secara fisik maupun mental. Masa remaja memiliki arti bertumbuh menuju arah kematangan, bukan hanya kematangan fisik akan tetapi juga kematangan sosial-psikologis (Sarwono, 2002). Secara fisik, masa remaja adalah masa terjadinya pubertas yang ditandai dengan adanya kematangan organ reproduksi yakni mengalami menstruasi bagi perempuan, dan mengalami mimpi basah pada laki-laki. Kematangan sosial-psikologis ditandai dengan adanya keinginan untuk berusaha melepaskan diri dari ketergantungannya terhadap orang tua serta berusaha membuat keputusan sendiri dalam beberapa hal. Menurut teori dari Piaget, individu juga sudah dapat berpikir secara abstrak dan banyak melihat kejadian dari lingkungan untuk dimaknai sesuai pemikiran rasionalnya (Santrock, 2002). Erikson (Santrock, 2002) menyatakan bahwa masa remaja berada pada tahap kelima teori kehidupan. Tahap kelima ini merupakan masa pencarian jati diri atau juga terjadinya kebingungan identitas (identity versus identity confusion). Individu yang
8 8 berada di tahap ini memiliki karakter ingin diakui dan dianggap keberadaannya oleh orang-orang di sekitarnya. Remaja memiliki emosi yang berbeda dibandingkan ketika individu berada pada masa anak-anak. Remaja memiliki ekspresi yang berbeda dari anak-anak di saat menunjukkan emosinya. Emosi-emosi yang biasa terjadi di kalangan remaja yakni emosi marah, takut, khawatir, cemburu, iri hati, afeksi, bahagia, dan rasa ingin tahu (Hurlock, 1959). Remaja biasanya menjadi marah ketika diperlakukan seperti anak kecil. Individu pada tahap ini sudah ingin dianggap dewasa, meskipun pada kenyataannya individu belum sepenuhnya memenuhi kriteria untuk menjadi seorang dewasa. Remaja awal juga mengalami marah karena merasa frustrasi jika keinginan atau pemikirannya dihalangi oleh orang lain, termasuk juga oleh orang tua. Bentuk kemarahan remaja biasanya mengarah ke agresi secara verbal. Individu tidak lagi melakukan agresi secara fisik seperti pada masa anak-anak, misalnya memukul dan menendang orang lain (Hurlock, 1959). Sibling rivalry dapat terjadi karena remaja mengalami ketakutan apabila saudaranya menjadi lebih unggul dibandingkan dirinya. Ketakutan pada diri remaja mengarah pada hal-hal yang bersifat abstrak. Remaja akan mengalami ketakutan jika tidak diterima oleh anggota kelompok sehingga ia akan berusaha untuk mendapatkan kesan yang baik dari orang di sekitarnya. Individu yang mengalami ketakutan tersebut akan melakukan usaha yang lebih untuk mendapatkan nilai tambah dirinya di mata orang lain (Hurlock, 1959). Selain ketakutan bahwa saudaranya lebih unggul, salah satu penyebab terjadinya sibling rivalry adalah kekhawatiran remaja yang berkaitan dengan status (Hurlock, 1959). Individu pada masa ini akan berlomba untuk mendapatkan status di
9 9 sosial pergaulannya, misalnya merasa bangga jika menjadi ketua gank. Sebaliknya, individu akan merasa khawatir jika dirinya tidak diterima dalam pergaulannya dan mendapatkan status yang tidak menyenangkan, misalnya dianggap sebagai anak kurang pergaulan, aneh, jomblo (tidak memiliki pacar), dan masih banyak lagi status lain yang dapat membuat individu menjadi down. Individu akan berlomba mendapatkan status tertentu, tidak terkecuali berlomba dengan saudara kandungnya sendiri. Hal lain yang dapat menjadi penyebab terjadinya sibling rivalry adalah iri hati (envy). Envy diartikan sebagai melihat dengan adanya rasa permusuhan yang intens (Stein, 1990). Individu menangkap suatu proyeksi dirinya yang sebenarnya tidak sanggup dimiliki di dalam dirinya. Hal ini juga dapat terjadi dalam hubungan saudara. Anak yang satu dapat merasa iri dengan saudaranya karena secara materi saudaranya memiliki barang yang lebih mahal, uang jajan yang lebih banyak, saudaranya memiliki fisik yang lebih ideal, dan berbagai hal lain. Hurlock (1959) dalam buku Early Adolescence mengatakan bahwa remaja sering mengalami kecemburuan ( jealousy). Kecemburuan sangat erat kaitannya dengan proses munculnya sibling rivalry pada usia remaja. Dalam hal ini dijelaskan bahwa cemburu merupakan bentuk dari perasaan tidak aman ( insecurity) dalam hubungan individu dengan individu lain yang dicintainya. Dalam hal ini remaja merasa bahwa adanya saudara menyebabkan hubungannya dengan orang tua menjadi tidak aman. Individu yang dulu menjadi pusat dari perhatian orang tua kini tergeserkan oleh posisi orang lain yakni saudaranya sendiri. Individu menganggap bahwa saudaranya telah lebih sukses menjadi pusat perhatian orang tua. Pada usia remaja individu telah berani melakukan penolakan atas lingkungan yang tidak sesuai dengan ego dirinya. Individu yang merasa posisinya terancam oleh
10 10 saudaranya biasanya akan melakukan berbagai hal negatif terhadap saudaranya. Hal yang sering dilakukan remaja adalah melakukan tindakan agresi, namun agresi yang dilakukan lebih banyak merupakan agresi dalam bentuk serangan komentar sarkasme atau serangan verbal yang lain. Remaja tidak lagi banyak melakukan agresi dalam bentuk fisik namun agresi yang dilakukan remaja adalah agresi secara verbal (Shiebler, 2003). Individu tidak jarang membesar-besarkan suatu hal dengan menceritakan saudaranya secara hiperbola kepada orang tuanya. Hal ini semata untuk mencari simpati dari orang tuanya. Cara lain yang dilakukan individu dalam mencari perhatian orang tua dan orang lain di sekelilingnya adalah menjadi kembali ke masa yang lalu atau melakukan regresi. Regresi yang dimaksud adalah individu kembali ke masa yang pernah dialami pada fase sebelumnya. Contoh dari regresi misalnya individu yang biasanya sudah dapat makan sendiri kini kembali minta disuap oleh ibunya karena ingin bermanjamanja dan merasakan kasih sayang orang tua sama seperti di masa sebelumnya (Setiawan, 2013). Berbagai fakta dan teori yang telah dipaparkan memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara sibling rivalry, agresi verbal, serta adanya jarak kelahiran antarsaudara. Sibling rivalry yang berkembang secara berkelanjutan dalam diri anak dapat memunculkan perilaku negatif, salah satunya diwujudkan dengan perilaku agresi. Bentuk perilaku agresi yang dilakukan remaja cenderung mengarah ke agresi verbal karena individu sudah berada pada tingkat kognitif yang lebih tinggi sehingga individu berusaha menyakiti lawannya dengan cara yang lebih halus. Hal ini dapat menyebabkan suatu kekhawatiran bahwa sibling rivalry antara saudara dapat terus berkembang di usia remaja dan dilakukan dengan tindakan agresi verbal.
11 11 Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin mengangkat tema sibling rivalry dan perilaku agresi verbal pada remaja. Peneliti tertarik untuk melihat apakah terdapat hubungan antara sibling rivalry dengan perkembangan emosi remaja yang ditunjukkan melalui perilaku agresi verbal dengan jarak kelahiran saudara yang terpaut dekat. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan yang positif antara sibling rivalry dengan perilaku agresi verbal yang terjadi pada usia remaja. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini ialah untuk menambah kajian dalam dunia psikologi, khususnya bidang Psikologi Perkembangan dan Psikologi Sosial mengenai hubungan agresi verbal pada remaja dengan sibling rivalry atau persaingan antarsaudara dengan jarak kelahiran yang dekat. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat agar individu di usia remaja dapat lebih mengendalikan diri, baik dalam perkataan maupun tindakannya terhadap saudara kandung agar sibling rivalry yang ada di dalam diri individu tidak semakin berkembang. Remaja diharapkan dapat bertindak dengan tepat karena adanya sibling rivalry tersebut dapat memicu munculnya perilaku agresi verbal pada usia remaja.
BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu
BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sibling Rivalry pada remaja akhir. Persaingan antar saudara kandung oleh Amijoyo dalam Kamus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry pada remaja akhir 1. Pengertian sibling rivalry pada remaja akhir Persaingan antar saudara kandung oleh Amijoyo dalam Kamus Indonesia-Inggris (2009) disebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1), keluarga adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga akan memberikan pengaruh dalam perkembangan sosial dan emosional anak terutama anak prasekolah. Emosi yang rentan pada
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan dalam penelitian ini berisi gambaran sibling rivalry pada anak ADHD dan saudara kandungnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah dua orang atau lebih yang terhubung karena ikatan perkawinan yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dan satu sama lain saling bergantung. Dalam
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik diantara laki-laki maupun perempuan. Masing-masing dari mereka mempunyai tubuh yang berlainan, perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kitamenemukan pendamping yaitu suami atau istri. Hubungan dengan. saudarakandung adalah hubungan paling dasar sebelum kita memasuki
79 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain orang tua, orang terdekat yang dilihat seorang anak yaitusaudara kandung. Saudara kandung ialah teman terdekat kita hingga kitamenemukan pendamping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini atau disebut juga dengan awal masa kanak-kanak adalah masa yang paling penting dalam sepanjang hidupnya. Sebab masa itu adalah masa pembentukan pondasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Selain itu, keluarga juga merupakan sekumpulan orang yang tinggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupakan waktu yang ideal untuk memahami dari mana bayi berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Reiss (dalam Lestari, 2012;4), keluarga adalah suatu kelompok
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak. Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Masa Akhir Kanak-Kanak 2.1.1. Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6 tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri, dan juga anak serta terjadinya proses reproduksi. sebuah keruntuhan yang besar ketika hubungan antara saudara kandung tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah suatu kelompok kecil yang mempunyai hubungan darah atau pertalian antara satu sama lain dan tinggal bersama, yang terdiri dari suami, istri,
Lebih terperinciASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL
ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL I. PENGERTIAN DAN PROSES SOSIALISASI Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1990). Tuntutan sosial pada perilaku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying merupakan fenomena yang marak terjadi dewasa ini terutama di lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya baik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan dengan saudara merupakan jenis hubungan yang berlangsung dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat bertahan hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang
Lebih terperinciDevelopmental and Clinical Psychology
DCP 2 (1) (2013) Developmental and Clinical Psychology http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp DAMPAK SIBLING RIVALRY (PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG) PADA ANAK USIA DINI Ayu Citra Triana Putri, Sri Maryati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan saat yang menggembirakan dan ditunggutunggu oleh setiap pasangan suami istri untuk melengkapi sebuah keluarga. Memiliki anak adalah suatu anugerah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang variabel-variabel dimana didalamanya terdapat definisi, faktor dan teori dari masing-masing variabel dan juga berisi tentang hipotesis penelitian ini. 2.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, remaja menaruh minat dan perhatian yang cukup besar terhadap relasi dengan teman
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Dalam sebuah keluarga, seorang anak akan lebih menyukai untuk mencurahkan pengalaman ataupun perasaan-perasaannya kepada kakak atau adiknya daripada orangtuanya (Papalia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,
Lebih terperinciFENOMENA ANAK KEMBAR (TELAAH SIBLING RIVALRY)
FENOMENA ANAK KEMBAR (TELAAH SIBLING RIVALRY) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persayaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: YOGA WALUYO F. 100 060 177 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena di masyarakat khususnya bagi warga yang tinggal di perkotaan, aksiaksi kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah, semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan salah satu periode perkembangan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan salah satu periode perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia. Masa kanak-kanak dimulai pada akhir masa bayi (sekitar umur 2 tahun) sampai
Lebih terperinciBULLYING. I. Pendahuluan
BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Hampir setiap hari banyak ditemukan pemberitaan-pemberitaan mengenai perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi tersebut merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
12 BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja 1. Pengertian Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu dari kata adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1980). Secara psikologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka mulai memperluas pergaulan sosial dengan teman-teman sebayanya. Menurut Santrock (2003:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai tiga kemampuan yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan perilaku. Kemampuan kognitif merupakan respon perseptual atau kemampuan untuk berpikir,
Lebih terperinciGambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang melibatkan berbagai perubahan, baik dalam hal fisik, kognitif, psikologis, spiritual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (Hurlock, 1988:261).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan pesat dalam setiap aspek kehidupan. Salah satu aspek yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa dalam kehidupan yang ditandai dengan perubahan pesat dalam setiap aspek kehidupan. Salah satu aspek yang mengalami perubahan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA
HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : NITALIA CIPUK SULISTIARI F 100 040
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1. Self-Control 2. 1. 1. Definisi Self-control Self-control adalah tenaga kontrol atas diri, oleh dirinya sendiri. Selfcontrol terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja identik dengan masa pubertas, di masa ini terjadi perubahan fisik di semua bagian tubuh baik ekternal maupun internal yang juga mempengaruhi psikologis remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) menyebutkan bahwa setiap anak merupakan aset
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) menyebutkan bahwa setiap anak merupakan aset penting bagi sebuah keluarga dan bangsa yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dan krisis sehingga memerlukan dukungan serta pengarahan yang positif dari keluarganya yang tampak pada pola asuh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak kekerasan merupakan hal yang sangat meresahkan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan merupakan hal yang sangat meresahkan bagi masyarakat, terutama yang dilakukan oleh remaja dengan persentase kasus kenakalan remaja meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan tingkat pendidikan dasar secara formal setelah melalui tingkat sekolah dasar. Pada umumnya peserta tingkat pendidikan ini berusia
Lebih terperinciBAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan
Lebih terperinciBULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017
BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar terhadap kehidupan remaja baik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orangtua agar anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan keinginan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada masa sekarang banyak sistem pendidikan yang bisa diberikan oleh para orangtua agar anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan keinginan orangtuanya.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin berkumpul untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu keluarga kehadiran anak adalah kebahagiaan tersendiri bagi orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah amanah, titipan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak tumbuh bersama dengan setidaknya satu saudara kandung (Volling dan Blandon, 2003). Keterikatan dengan saudara kandung, baik itu kakak maupun adik merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang yang menikah biasanya mempunyai rencana untuk memiliki keturunan atau anak. Selain dianggap sebagai pelengkap kebahagiaan dari suatu pernikahan, anak dianggap
Lebih terperinciPengembangan Agresi o Sejak usia prasekolah beberapa anak menunjukkan tingkat abnormalitas yang tinggi terhadap permusuhan atau perlawanan. o Anak mel
PERKEMBANGAN AGRESI Pengembangan Agresi o Sejak usia prasekolah beberapa anak menunjukkan tingkat abnormalitas yang tinggi terhadap permusuhan atau perlawanan. o Anak melakukan agresi baik secara verbal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kesuksesan (keberhasilan, keberuntungan) yang berasal dari dasar kata sukses yang berarti berhasil, beruntung (Kamus Bahasa Indonesia,1998), seringkali menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siaran televisi saat ini telah menjadi suatu kekuatan yang sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Persaingan antara dua orang kakak beradik bukan sesuatu yang baru. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika selisih usia saudara kandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI AGRESI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YAYASAN KEJURUAN TEKNOLOGI BARU (SMK YKTB) 2 KOTA BOGOR Oleh: Amalina Ghasani 15010113130113 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa kanak-kanak, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang sangat pesat. Hurlock (1997) mengatakan bahwa masa golden age atau masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dalam masyarakat industri modern adalah peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja berlangsung dari usia 10 atau 11 tahun sampai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psychological well-being (PWB) atau kesejahteraan psikologis merupakan suatu kondisi yang menjadikan individu dapat mengenali, menggali dan memiliki potensi yang khas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinciSibling Rivalry Pada Anak Usia Todler
Sibling Rivalry Pada Anak Usia Todler Indanah 1*, Dewi Hartinah 2 1 Stikes Muhammadiyah Kudus 2 Stikes Muhammadiyah Kudus *Email: indanah@stikesmuhkudus.ac.id) Keywords: Sibling Rivalry, Todler Abstrak
Lebih terperinci