V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Data Pengujian stasioneritas data merupakan salah satu tahap yang penting dalam menganalisis data panel. Hal ini karena proses munculnya suatu fenomena misalnya PDB, inflasi, suku bunga setiap bulanan, kuartalan, atau tahunan merupakan proses stokastik (random). Oleh karena itu, bila kita akan melihat hubungan antara variabel ekonomi maka perlu dilihat stasioneritas data tersebut. Apabila variabel yang digunakan tidak stasioner maka dapat menyebabkan hasil estimasi yang meragukan atau terjadi hubungan yang spurius (semu). Untuk melakukan uji stasioneritas pada data panel dapat digunakan uji akar unit untuk data panel (panel unit root test). Pengunaan panel data unit root test dimaksudkan untuk meningkatkan power of the test dengan meningkatkan jumlah data. Peningkatan jumlah data yang besar dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah crosssection data maupun jumlah time-series data. Panel unit root test yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan pada tingkat level dan first differencing dan didasarkan pada beberapa statistik uji seperti Levin, Lin & Chu (LLC), Breitung t-stat, Im, Pesaran & Shin W-stat (IPS), ADF-Fisher Chi-square, dan PP-Fisher Chi-square. Pengujian panel unit root dilakukan pada semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang masing-masing dinyatakan dalam bentuk logaritma natural antara lain: indeks harga minyak (opi), indeks harga konsumen (cpi), output (gdp). Sedangkan variabel-variabel lainnya dinyatakan dalam persentase antara lain: suku bunga riil (rir), keterbukaan perdagangan (t), dan tingkat pendidikan (edu). Hasil pengujian panel unit root dapat dilihat pada Tabel 15. Data pada tingkat level menunjukkan data masih tidak stasioner dengan masih adanya common unit root dan beberapa variabel menunjukkan masih adanya individual unit root. Sedangkan data pada tingkat first differencing, hampir semua variabel sudah tidak mengandung akar unit (unit root) lagi berdasarkan beberapa statistik uji.

2 68 Tabel 15. Hasil Uji Panel Unit Root untuk Masing-Masing Variabel Variabel Differencing 1) Metode 2) Levin, Lin Im, Pesaran & Breitung ADF-Fisher PP-Fisher & Chu (LLC) 3) t-stat 3) Shin W- test (IPS) 4) Chi-squar 4) Chi-square 4) P-Value ln_opi D D ln_cpi D D ln_gdp D D rir D1 1 0,0000-0,0000 0,0000 0,0000 D1 2 0, ,0000 0,0000 t D1 1 0,0000-0,0075 0,0041 0,0274 D1 2 0, edu D D Keterangan: 1) Differencing: D1 = Data pembeda pertama (first differencing) 2) Metode 1 = Dengan intersep, tanpa tren 2 = Dengan intersep, dengan tren 3) Common unit root 4) Individual unit root Hasil uji panel unit root menyatakan semua variabel yang diteliti harus distasionerkan terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya spurious regression dan untuk menjaga robustness hasil penelitian. Data yang akan diestimasi pada penelitian ini menggunakan data dalam bentuk pembeda pertama (first differencing). Dalam penelitian ini, variabel yang dilakukan first differencing tersebut akan ditambahkan awalan D atau dinyatakan dengan delta ( ). Salah satu masalah dalam mengestimasi model dinamis menggunakan OLS adalah bahwa variabel lag dependen (Y i,t-1 ) adalah endogen dengan efek tetap (ν i ) yang menimbulkan bias panel dinamis. Oleh karena itu estimasi OLS pada model dasar ini akan menjadi tidak konsisten, bahkan pada penggunaan fixed atau random efek, karena Y i,t-1 akan berkorelasi dengan error (ε it ), bahkan hal itu terjadi bila tidak terjadi korelasi serial. Jika jumlah perioe (T) besar, bias menjadi lebih kecil dan masalah hilang. Tetapi jika sampel kita hanya sedikit maka bias masih menjadi maslah penting. Persamaan first differencing menghilangkan efek idividu (ν i ) dan kemudian mengurangi sumber potensial dari bias.

3 Hasil Analisis Hasil estimasi koefisien regresi merupakan hasil dari model data panel dinamis (FD-GMM). Validitas dan konsistensi estimasi ditunjukkan oleh hasil estimasi FD-GMM pada model data panel dinamis. Konsistensi penduga FD-GMM ditunjukkan oleh hasil nilai statistik uji Arellano-Bond (m 1 dan m 2 ). Model konsisten jika m 1 signifikan pada taraf nyata 5 persen dan m 2 tidak signifikan. Validitas dari instrumen yang digunakan untuk estimasi model ditunjukkan oleh hasil nilai statistik uji sargan. Instrumen dikatakan valid jika tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. Hasil estimasi koefisien regresi dari model data panel dinamis digunakan untuk mengatasi masalah yang timbul bila menggunakan metode analisis statis (FEM dan REM) atau Ordinary Least Square (OLS). Perbandingan hasil dari model analisis dinamis (FD-GMM) dan model analisis statis (FEM dan REM) bisa dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Pada model data panel statis, koefisien estimasi yang disajikan merupakan hasil dari metode estimasi Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM). Signifikansi model ditunjukkan oleh uji F dan uji Wald yang merupakan hasil uji kebaikan suai (goodness of fit) Dampak Harga Minyak dan Inflasi Tahun Sebelumnya terhadap Inflasi Hasil analisis pengaruh harga minyak terhadap inflasi ditunjukkan pada Tabel 16. Model dinamis FD-GMM dengan twostep-robust lebih dipilih karena menggunakan robust standard error yang terkoreksi. Validitas dan konsistensi estimasi juga ditunjukkan oleh hasil estimasi FD-GMM pada model data panel dinamis. Hasil estimasi metode FD-GMM menunjukkan hasil yang cukup baik karena telah memenuhi syarat perlu yang harus dipenuhi metode data panel dinamis. Syarat perlu tersebut adalah konsistensi penduga FD-GMM dan validitas dari instrumen yang digunakan. Konsistensi penduga FD-GMM ditunjukkan oleh hasil nilai statistik uji Arellano-Bond (m 1 dan m 2 ) yaitu m 1 signifikan pada taraf nyata 5 persen dan m 2 tidak signifikan. Sedangkan validitas dari instrumen yang digunakan untuk estimasi model ditunjukkan oleh hasil nilai statistik uji sargan yang tidak signifikan (P-value = 1,0000).

4 70 Tabel 16. Hasil Estimasi Koefisien Model Inflasi Variabel 1) Model Dinamis FD-GMM Twostep Twostep-robust 2) (1) (2) (3) ln_cpi L1 0,6252 0,6252 (0,4203) (0,3847) ln_gdp -1,3241 *** -1,3241 *** (0,5140) (0,5067) ln_opi 0,0553 *** 0,0553 *** (0,0134) (0,0148) rir -0,0032 * -0,0032 (0,0019) (0,0020) openness -0,0002 ** -0,0002 (0,0001) (0,0004) Uji Wald 31,45 [0,0000] 40,16 [0,0000] Arelano-Bond m 1-2,4853 [0,0129] -2,6582 [0,0079] Arelano-Bond m 2-1,4107 [0,1583] -1,3815 [0,1671] Uji Sargan 1,4940 [1,0000] Catatan: 1) Variabel dependen : ln_cpi 2) Hasil twostep-robust menggunakan robust standard error yang terkoreksi untuk sampel terbatas (Windmeijer, 2000) Keterangan: *** : Signifikan pada taraf nyata 1 persen ** : Signifikan pada taraf nyata 5 persen * : Signifikan pada taraf nyata 10 persen ( ) : Simpangan baku (standard error) [ ] : P-value Berdasarkan hasil estimasi panel dinamis dengan FD-GMM, lag pertama dari variabel dependen (inflasi tahun sebelumnya) mempunyai koefisien yang bertanda positif namun secara statistik tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi inflasi yang persisten. Lag dependen yang tidak signifikan juga berarti bahwa inflasi saat ini tidak dipengaruhi oleh inflasi sebelumnya (backward looking) namun dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi (forward looking). Hal ini juga menunjukkan keberhasilan otoritas moneter di wilayah ASEAN+3 dalam mengatasi masalah inflasi. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi mempunyai koefisien yang bertanda negatif dan signifikan terhadap inflasi. Setiap peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan inflasi sebesar 1,32 persen, ceteris paribus. Hal ini sejalan dengan penelitian Fisher et al. (2002) bahwa inflasi yang tinggi sering ditandai dengan kontraksi tingkat PDB dimana inflasi tinggi terkait dengan kinerja makroekonomi yang buruk.

5 71 Perubahan indeks harga minyak mentah dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi. Setiap peningkatan laju perubahan harga minyak sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan inflasi sebesar 0,0553 persen, ceteris paribus. Hal ini karena kenaikan harga minyak menyebabkan kenaikan biaya produksi dan harga (cost push inflation). Kenaikan harga minyak dapat mengakibatkan kenaikan harga-harga barang lain. Apabila terjadi kenaikan harga minyak maka bukan saja harga BBM yang naik, harga barang dan jasa yang terkait dengan BBM juga akan ikut naik. Akibatnya, dapat memperberat tekanan inflasi jika kenaikan harga BBM ini meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya seperti harga bahan makanan dan papan. Kenaikan harga minyak juga terkait dengan kenaikan harga komoditas lain. Kenaikan harga minyak bumi seringkali diikuti oleh kenaikan harga komoditas lain seperti beras, karet, kelapa sawit, kopi, serta komoditas primer seperti emas, perak, batubara, gas alam, dan bahan tambang lainnya (Gambar 27). Selama periode 1999 sampai 2000, rata-rata kenaikan harga minyak dunia adalah 22,34 persen per tahun. Rata-rata kenaikan harga per tahun komoditas lain yaitu batubara sebesar 26,08 persen, gas alam sebesar 21,65 persen, karet 18,27 persen, beras 16,40 persen, emas 14,04 persen, perak 13,99 persen, minyak kelapa sawit 13,51 persen, dan kopi 5,30 persen. US $ US cents Soybean Oil (US $/MT) Gold (US $/troy ounce) Palm Oil (US $/MT) Rice (US $/MT) Natural Gas (US $/000 M³) Coal (US $/MT) Petroleum,spot (US$/barrel) Silver (US cents/troy ounce) Coffee (US cents/pound) Rubber (US cents/pound) Sumber: IFS, 2009 Gambar 27. Perkembangan Harga Komoditas Dunia Tahun

6 72 Tingginya harga minyak dalam beberapa tahun terakhir juga telah mendorong berkembangnya produksi biofuel sebagai energi alternatif. Hal ini menyebabkan beralihnya penggunaan sejumlah besar komoditas yang semula hanya sebagai bahan pangan menjadi bahan baku industri biofuel (seperti minyak sawit, jagung, gandum, kedelai) yang pada akhirnya memicu kenaikan harga. Kondisi ini terjadi seiring dengan dikeluarkannya kebijakan dan target konversi energi ke biofuel secara agresif oleh berbagai negara. Kenaikan harga minyak juga menyebabkan kenaikan defisit fiskal. Salah satu asal inflasi adalah hasil dari ketidakseimbangan fiskal dimana defisit fiskal merupakan penjumlahan dari seigniorage dan pinjaman. Jadi hubungan antara defisit dan inflasi muncul dari hubungan seigniorage dengan inflasi. Menurut Fischer et al. (2004) di negara-negara dengan inflasi tinggi, terdapat hubungan yang kuat antara keseimbangan fiskal dan seigniorage baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Catão and Terrones (2003) menemukan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat antara defisit fiskal dengan inflasi di antara kelompok negara berkembang dengan inflasi tinggi tapi tidak di negara maju dengan inflasi rendah. Perubahan suku bunga riil berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap inflasi. Setiap peningkatan laju perubahan suku bunga riil sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan inflasi sebesar 0,0032 persen, ceteris paribus. Suku bunga yang lebih tinggi akan menurunkan investasi sehingga menggeser kurva permintaan agregat ke kiri dan selanjutnya dapat menurunkan inflasi, dan sebaliknya. Perubahan keterbukaan perdagangan berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap inflasi. Setiap peningkatan laju perubahan keterbukaan perdagangan sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan inflasi sebesar 0,0002 persen, ceteris paribus. Negara-negara yang terbuka dengan perdagangan luar negeri lebih mungkin untuk meningkatkan dana melalui bea impor sehingga kurang tergantung pada pendapatan seigniorage sehingga dapat menurunkan inflasi.

7 Pengaruh Harga Minyak dan Pertumbuhan Ekonomi Tahun Sebelumnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Hasil estimasi pengaruh indeks harga minyak dunia terhadap output ditunjukkan pada Tabel 17. Model dinamis FD-GMM dengan twostep lebih dipilih karena lebih konsisten dan tidak bias. Validitas dan konsistensi estimasi juga ditunjukkan oleh hasil estimasi FD-GMM pada model data panel dinamis. Hasil estimasi metode FD-GMM menunjukkan hasil yang cukup baik karena telah memenuhi syarat perlu yang harus dipenuhi metode data panel dinamis. Konsistensi penduga FD-GMM ditunjukkan oleh hasil nilai statistik uji Arellano- Bond (m 1 dan m 2 ) yaitu m 1 signifikan pada taraf nyata 5 persen dan m 2 tidak signifikan. Sedangkan validitas dari instrumen yang digunakan untuk estimasi model ditunjukkan oleh hasil nilai statistik uji sargan yang tidak signifikan (Pvalue = 1,0000). Tabel 17. Hasil Estimasi Koefisien Model Pertumbuhan Ekonomi Variabel 1) Model Dinamis FD-GMM (1) (2) ln_gdp L (0.1781) ln_cpi *** (0.1787) ln_opi *** (0.0104) edu (0.0009) Uji Wald [0.0000] Arelano-Bond m [0.0484] Arelano-Bond m [0.6845] Uji Sargan [1,0000] Catatan: 1) Variabel dependen : ln_gdp Keterangan: *** : Signifikan pada taraf nyata 1 persen ** : Signifikan pada taraf nyata 5 persen * : Signifikan pada taraf nyata 10 persen ( ) : Simpangan baku (standard error) [ ] : P-value Berdasarkan hasil estimasi panel dinamis dengan FD-GMM, lag pertama dari variabel dependen (pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya) mempunyai koefisien yang bertanda positif namun tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN+3 tidak dipegaruhi oleh pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya.

8 74 Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Setiap peningkatan inflasi sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,7027 persen, ceteris paribus. Inflasi yang tinggi, seperti yang telah diakui oleh para ekonom, berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Inflasi yang tinggi menyebabkan biaya sosial tinggi yang harus ditanggung oleh pemerintah, pengusaha, dan masyarakat. Biaya sosial ini terdiri dari shoeleather cost, menu cost, variabilitas harga relatif, besaran pajak yang terdistorsi, dan ketidaknyamanan hidup dengan harga-harga yang terus berubah (Mankiw 2006). Kenaikan tingkat harga akan menurunkan stok uang riil yang pada akhirnya menyebabkan penurunan permintaan dan output. Secara umum, inflasi meningkatkan biaya produksi dan transportasi serta menurunkan daya beli masyarakat sehingga berpengaruh negatif bagi perekonomian. Hal ini sejalan dengan penelitian Elder (2004) yang menyimpulkan bahwa ketidakpastian inflasi menyebabkan penurunan pertumbuhan output selama tiga bulan. Inflasi juga dapat berdampak baik bagi pertumbuhan output. Hal ini terjadi jika inflasi cenderung kecil berkisar dua atau tiga persen per tahun. Hal ini karena inflasi dapat membuat pasar tenaga kerja berjalan lebih baik. Tanpa inflasi, upah riil akan terpaku di atas tingkat equilibrium yang berdapak pada makin tingginya pengangguran (Mankiw 2007). Laju perubahan indeks harga minyak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Setiap peningkatan laju perubahan harga minyak sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,0686 persen, ceteris paribus. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Limin et al. (2010) dan Apriani (2007) yang menyimpulkan bahwa kenaikan harga minyak berhubungan positif dengan output dan inflasi di China dan Indonesia. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan pendapatan yang diperoleh dari ekspor minyak mentah dan produk-produk olahannya, peningkatan pendapatan negara pengekspor komoditi lain yang harganya mengikuti kenaikan harga minyak, dan penurunan intensitas minyak, peningkatan permintaan agregat, dan pemberian subsidi bahan bakar di beberapa negara. Pengaruh positif harga minyak terhadap pertumbuhan ekonomi ini disebabkan karena adanya peningkatan pendapatan

9 75 yang diperoleh dari ekspor minyak mentah dan produk-produk olahannya (Tabel 18). Tabel 18. Ekspor Minyak Mentah dan Produk-Produk Olahan Minyak Bumi Negara-negara ASEAN+3 Tahun 1999 dan 2007 Negara Ekspor Minyak Mentah Ekspor Produk-produk Olahan Minyak Bumi Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand China Jepang Korea Selatan Sumber: EIA, 2011 Kenaikan harga minyak juga berakibat pada peningkatan pendapatan negara pengekspor komoditi lain yang harganya mengikuti kenaikan harga minyak. Peningkatan ekspor ini selanjutnya berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan. Kawasan ASEAN sendiri merupakan produsen utama sejumlah bahan pangan penting dunia antara lain beras dan minyak kelapa sawit. Sekitar 90 persen beras diproduksi di kawasan Asia dan sebagian besar di negara-negara ASEAN. Ekspor beras giling (rice milled) di Thailand meningkat dari US$ juta pada tahun 1999 menjadi US$ juta pada tahun 2008 sedangkan di China meningkat dari US$ 619,58 juta pada tahun 1999 menjadi US$ 375,768 juta pada tahun Berdasarkan ASEAN Trade Database, pada tahun 2009, karet dan barangbarang dari karet merupakan sepuluh besar kelompok komoditas yang diperdagangkan ASEAN dengan nilai ekspor US$ juta sedangkan nilai impornya hanya US$ juta. Indonesia dan Malaysia merupakan produsen terbesar kelapa sawit di dunia sehingga kenaikan harga minyak dunia berdampak pada kenaikan nilai ekspor di negara-negara tersebut. Tabel 18 menunjukkan bahwa ekspor minyak kelapa sawit Malaysia meningkat dari US$ 3,738 juta pada tahun 1999 menjadi US$ 12,768 juta pada tahun 2008 atau meningkat hampir 2,5 kali lipat. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia meningkat dari US$ juta pada tahun 1999 menjadi US$ 12,376 juta pada tahun 2008 atau meningkat 10

10 76 kali lipat. Sementara Ekspor minyak kelapa sawit Singapura meningkat 100 persen dari US$ 126 juta pada tahun 1999 menjadi US$ 261 juta pada tahun Ekspor karet (Rubber Nat Dry) terbesar dimiliki Indonesia dan Thailand (Tabel 19). Tabel 19. Nilai Ekspor Beberapa Komoditi Negara-negara ASEAN+3 Tahun 1999 dan 2008 (Ribu US$) Negara Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil) Karet (Rubber Nat Dry) Karet Alam (Natural Rubber) Indonesia Malaysia Filipina n.a. n.a n.a. n.a. Singapura n.a. n.a. n.a. n.a. Thailand n.a Sumber: FAO, 2011 Keterangan: n.a. = data not available Sementara itu, menurut International Trade Centre UNCTAD/WTO, beberapa negara ASEAN+3 merupakan negara pengekspor emas antara lain Jepang (US$ juta), Singapura (US$ 602 juta), Thailand (US$ 431 juta), Indonesia (US$ 280 juta), Malaysia (US$ 258 juta), Filipina (US$ 127 juta), dan China (US$ 994 ribu). Perkembangan intensitas energi yang merupakan rasio antara konsumsi energi dengan PDB di China sekarang jauh lebih rendah dibanding beberapa dekade sebelumnya. Dari tahun 1980 sampai 2008, intensitas energi China turun cukup tajam sebesar 65,4 persen dari ,41 btu per dolar PDB menjadi ,42 btu per dolar PDB. Perubahan intensitas energi ini disebabkan oleh konservasi energi sebagai dampak dari kenaikan harga energi pada tahun 1970-an dan 1980-an. Namun demikian, intensitas energi China masih lebih besar dari negara-negara ASEAN+3 lainnya. Hal ini disebabkan China merupakan negara industri yang masih memerlukan banyak energi. Selama periode , hampir semua negara-negara ASEAN+3 mengalami penurunan intensitas energi kecuali Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Sementara itu, intensitas minyak yang merupakan rasio konsumsi minyak per dolar PDB (btu per PDB konstan 2005 internasional $ PPP) mengalami penurunan hampir di seluruh negara-negara ASEAN+3 selama sepuluh tahun

11 77 terakhir. Hal ini mengindikasikan adanya kesadaran masyarakat dari konsumsi minyak bumi per unit output. Intensitas minyak tertinggi dimiliki oleh Singapura jauh di atas negara-negara ASEAN+3 lainnya (Gambar 28). Btu per unit PDB China Indonesia Jepang Korea Selatan Malaysia Filipina Singapura Thailand Sumber: EIA, 2011 Gambar 28. Perkembangan Intensitas Minyak Mentah Negara-negara ASEAN+3 Tahun Menurunnya intensitas minyak ini terkait dengan usaha penghematan konsumsi minyak dan perubahan teknologi yang berperan dalam perekonomian sehingga tidak lagi terlalu terganggu oleh kenaikan harga minyak. Perekonomian saat ini lebih berbasis jasa dan bukan berbasis manufaktur maupun pertanian. Sektor jasa biasanya menggunakan energi lebih sedikit untuk memproduksi daripada sektor industri. Jadi meskipun harga minyak naik, namun dampaknya terhadap makroekonomi saat ini akan lebih kecil (Gambar 29). Miliar US$ Jasa Industri Pertanian Sumber: WDI, 2011 Gambar 29. Perkembangan Nilai Tambah Sektor Pertanian, Industri dan Jasa Negara-negara ASEAN+3 Tahun (constant 2000 US$)

12 78 Penggunaan bahan bakar minyak yang makin luas di negara-negara berkembang disebabkan karena menguatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya penggunaan transportasi, dan berkembangnya kegiatan industri. Peningkatan kegiatan industri pada akhirnya menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kontribusi sektor industri negara-negara ASEAN+3 terhadap PDB selama tahun 1999 sampai 2008 mengalami rata-rata pertumbuhan tahunan positif. Jepang mengalami rata-rata pertumbuhan tahunan 0,9 persen per tahun disusul Filipina dan Indonesia sebesar 4 persen. Malaysia, Singapura, Thailand, dan Korea Selatan mempunyai rata-rata pertumbuhan tahunan masingmasing sebesar 5,1 persen, 5,2 persen, 6,1 persen, dan 6,8 persen. China merupakan negara ASEAN+3 dengan rata-rata pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu 11 persen. Peningkatan permintaan agregat juga berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga peningkatan harga minyak yang berdampak pada inflasi tidak diiringi penurunan pertumbuhan ekonomi seperti pada tahun 1970-an. Struktur perekonomian negara-negara ASEAN+3 yang didominasi oleh konsumsi meningkatkan permintaan agregat yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hampir seluruh negara-negara ASEAN+3 mempunyai struktur perekonomian yang didominasi oleh konsumsi. Kenaikan harga minyak dunia juga akan menyebabkan peningkatan pada harga barang-barang domestik karena sebagian besar perusahaan di dalam negeri masih menggunakan minyak sebagai bahan baku untuk produksi. Peningkatan harga barang domestik ini akan menyebabkan nilai tukar riil domestik terhadap dolar Amerika mengalami depresiasi (melemah). Nilai tukar domestik yang terdepresiasi menyebabkan barang domestik lebih berdaya saing dibanding dengan barang luar negeri sehingga meningkatkan ekspor neto. Kenaikan ekspor neto ini selanjutnya dapat meningkatkan output domestik. Pada rezim kurs mengambang bebas, kurs dibiarkan mengambang sesuai mekanisme pasar. Kurs nominal di suatu negara akan sangat ditentukan oleh permintaan dan penawaran kurs domestik di pasar valuta asing (foreign exchange market). Kekuatan kurs di pasar valas ini pada akhirnya juga ditentukan oleh

13 79 besar kecilnya perekonomian suatu negara. Jika perekonomian cenderung perekonomian terbuka kecil maka fluktuasi kurs cenderung lebih volatile. Apalagi jika tidak didukung oleh struktur pasar domestik yang baik maka volatilitas kurs yang tinggi akan cenderung menyebabkan depresiasi. Pemberian subsidi bahan bakar di beberapa negara juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut penelitian Nugroho (2010) kebijakan pemberian subsidi harga BBM dan elpiji (kenaikan subsidi dan subsidi aktual) menyebabkan PDB riil Indonesia meningkat sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi juga meningkat. Hal ini disebabkan oleh nilai pengeluaran pemerintah yang meningkat tajam jika dibandingkan dengan nilai konsumsi, investasi, dan ekspor bersih. Kebijakan tersebut mendorong masyarakat mengkonsumsi BBM dan elpiji lebih banyak karena harga jual eceran BBM dan elpiji turun. Namun menurut Nugroho (2005), subsidi BBM merupakan suatu hal yang tak sehat karena Indonesia memiliki berbagai macam sumber energi yang lain. Menurutnya, masalah subsidi BBM sangat erat kaitannya dengan ketergantungan suatu negara yang sangat besar terhadap BBM dalam konsumsi energi nasionalnya sehingga diperlukan langkah keluar dari perangkap subsidi BBM. Sebagian masalah subsidi BBM dapat diatasi melalui pengembangan manajemen energi nasional, yang menekankan efisiensi konsumsi BBM dan pengembangan diversifikasi sumber energi yang dipertegas melalui rencana pembangunan infrastruktur energi. Pemberlakuan kebijakan subsidi bahan bakar kerap menimbulkan kontroversi. Di satu sisi subsidi dapat menolong daya beli masyarakat yang rendah dan di sisi lain kebijakan subsidi menjadi beban anggaran pemerintah. Pemberian subsidi hendaknya mempertimbangkan dengan tepat pihak yang paling membutuhkan bantuan dan dampak ekonomisnya bagi masyarakat secara keseluruhan. Pemberian subsidi juga dapat menyebabkan degradasi lingkungan dan jika sudah diberlakukan akan sulit dihapuskan karena rentan menimbulkan vested interes dan perilaku rent seeking yang dominan. Subsidi harga bahan bakar dirasakan kurang sesuai dalam mengatasi dampak kenaikan harga minyak mengingat harga minyak dunia yang selalu mengalami kenaikan. Untuk itu, pengalihan subsidi harga menjadi subsidi langsung merupakan salah satu target energi mix di Indonesia.

14 80 Laju perubahan tingkat pendidikan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Setiap peningkatan laju perubahan harga minyak sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,0006 persen, ceteris paribus. Tingkat pendidikan yang semakin meningkat menunjukkan peningkatan sumberdaya manusia yang selanjutnya meningkatkan kualitas tenaga kerja dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengujian Stasioneritas Data Pengujian kestasioneran data merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data panel untuk melihat ada tidaknya panel unit root yang terkandung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengujian Stasioneritas Data Panel Pengujian kestasioneran data merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data panel untuk melihat ada tidaknya panel unit root

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (pooled data) yang merupakan gabungan data silang (cross section)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN ANALISIS

V. HASIL DAN ANALISIS 53 V. HASIL DAN ANALISIS 5.1. Analisis Regresi Data Panel Statis Tabel 8 menyajikan hasil estimasi koefisien regresi dari model data panel statis pada persamaan (1). Koefisien estimasi yang disajikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan perdagangan internasional. Salah satu kegiatan perdagangan internasional yang sangat penting bagi keberlangsungan

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

Bab IV. Metode dan Model Penelitian Bab IV Metode dan Model Penelitian 4.1 Spesifikasi Model Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan diteliti adalah pengaruh real exchange rate, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Jepang,

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbedaan nilai tukar suatu mata uang negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang (Tajul, 2000:129). Kurs merupakan salah

Lebih terperinci

VI. DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN FAKTOR EKSTERNAL. Kebijakan makroekonomi yang dianalisis adalah kebijakan moneter, yaitu

VI. DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN FAKTOR EKSTERNAL. Kebijakan makroekonomi yang dianalisis adalah kebijakan moneter, yaitu VI. DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN FAKTOR EKSTERNAL 6.1. Dampak Kebijakan Makroekonomi Kebijakan makroekonomi yang dianalisis adalah kebijakan moneter, yaitu penawaran uang, dan kebijakan fiskal, yaitu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Berdasarkan pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM) dan random effect model (REM) diperoleh hasil

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum yang disajikan secara

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini 43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik Estimasi model pertumbuhan ekonomi negara ASEAN untuk mengetahui pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN yang menggunakan

Lebih terperinci

V. PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN MAKROEKONOMI INDONESIA. Asia Tenggara, yang pemicunya adalah krisis ekonomi di Thailand.

V. PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN MAKROEKONOMI INDONESIA. Asia Tenggara, yang pemicunya adalah krisis ekonomi di Thailand. 74 V. PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Awal Krisis Asia Krisis yang terjadi di Indonesia tidak terlepas dari krisis yang terjadi di Asia Tenggara, yang pemicunya adalah krisis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor. digilib.uns.ac.id 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan suatu kajian masalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat memajukan perekonomian suatu negara, seperti di Indonesia. Sebagai salah satu negara yang berkeinginan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar bebas. Salah satu karakteristik dari nilai tukar paska era Bretton-Woods adalah

BAB I PENDAHULUAN. tukar bebas. Salah satu karakteristik dari nilai tukar paska era Bretton-Woods adalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejak runtuhnya sistem Bretton Woods di awal tahun 1970an, berbagai negara industri telah melakukan reformasi rezim nilai tukar nominal tetap mereka menjadi nilai tukar

Lebih terperinci

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), World Bank, International Monetary Fund (IMF),

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar tidak diragukan lagi adalah merupakan salah satu variabel ekonomi yang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Perbedaan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 85 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi serta menelaah perbedaan pengaruh faktor-faktor tersebut pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data sekunder baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data sekunder kuantitatif terdiri dari data time series dan cross section

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner)

BAB 4 PEMBAHASAN. H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner) BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil estimasi berdasarkan metode penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dan pembahasan analisis hasil estimasi tersebut. Pembahasan dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan perdagangan internasional yang dilakukan oleh suatu negara seringkali menggunakan perhitungan mengenai keuntungan dan kerugian yang dilihat dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH Krisis finansial global yang dipicu oleh krisis perumahan di AS (sub prime mortgage) sejak pertengahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 28 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Jenis data yang digunakan adalah data panel,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP, V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP, selisih tingkat suku bunga, selisih inflasi dan selisih neraca pembayaran terhadap kurs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia dewasa ini makin berkembang. Peran Indonesia dalam perekonomian global makin besar dimana Indonesia mampu mencapai 17 besar perekonomian dunia

Lebih terperinci

VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA

VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 69 VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 6.1 Dinamika Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan Eksternal Impulse Response Function (IRF) digunakan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun waktu (timeseries) yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci