PETUNJUK PELAKSANAAN TELAAH KOHORT DALAM MANAJEMEN TERPADU TUBERKULOSIS RESISTAN OBAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK PELAKSANAAN TELAAH KOHORT DALAM MANAJEMEN TERPADU TUBERKULOSIS RESISTAN OBAT"

Transkripsi

1

2 PETUNJUK PELAKSANAAN TELAAH KOHORT DALAM MANAJEMEN TERPADU TUBERKULOSIS RESISTAN OBAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2016

3 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku Petunjuk Pelaksanaan Telaah Kohort dalam Manajemen Terpadu Tuberkulosis Resistan Obat ini. Buku ini merupakan adopsi dari Handbook Enhanced Cohort Review yang disusun oleh American Thoracic Society, yang kemudian diterjemahkan dan disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan Program Pengendalian TB nasional. Buku ini diharapkan dapat menjadi pedoman pelaksanaan telaah kohort bagi seluruh petugas kesehatan yang terlibat seperti tim MTPTRO di RS rujukan dan sub rujukan TB resistan obat (TB RO), yaitu tim ahli klinis, dokter, perawat, petugas laboratorium, petugas farmasi, dan petugas pencatatan pelaporan, pendamping pasien (misalnya kader, kelompok pasien), Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan petugas terkait lainnya. Kami menyadari bahwa buku ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu, masukan dari berbagai pihak kami butuhkan demi kesempurnaan buku ini. Kami harapkan buku ini dapat bermanfaat dan mempermudah seluruh tim MTPTRO dalam melaksanakan kegiatan telaah kohort dalam rangka peningkatan kualitas tata laksana pengobatan pasien TB RO. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan buku ini. Jakarta, September 2016 Direktur PPPML ii Telaah Kohort dalam MTPTRO

4 KATA SAMBUTAN DIRJEN Upaya pengendalian TB Resistan Obat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal ini terlihat pada penambahan layanan untuk pasien TB Resistan Obat yang cukup signifikan, baik berupa RS Rujukan maupun RS Sub Rujukan. Saat ini, hampir seluruh provinsi di Indonesia telah memiliki minimal satu RS Rujukan TB Resistan Obat. Bertambahnya layanan rujukan tersebut adalah konsekuensi dari bertambahnya jumlah pasien TB Resistan Obat di setap provinsi. Hal tersebut menuntut Program Pengendalian TB untuk memastikan layanan yang tersedia memberikan kualitas yang baik. Kualitas pengobatan pasien TB Resistan Obat memerlukan pemantauan terusmenerus serta evaluasi terhadap tata laksananya. Pada tahun 2014, American Thoracic Society (ATS) mengenalkan proses pemantauan tersebut sebagai Enhanced Cohort Review (ECR). Proses tersebut tidak hanya digunakan untuk menilai pengobatan setiap pasien setelah selesai berobat, tetapi juga mampu memberikan gambaran mengenai hasil sementara pengobatan pasien, sehingga kemungkinan kegagalan pengobatan dapat diminimalisir. ECR merupakan proses baru dalam Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat (MTPTRO), sehingga diperlukan suatu acuan dalam pelaksanaannya. Buku saku ini direkomendasikan untuk menjadi pegangan seluruh pengelola program TB Resistan Obat yang terlibat dalam kegiatan ECR, yaitu staf klinis, laboratorium rujukan, instalasi farmasi, Dinas Kesehatan Kab/kota, Dinas Kesehatan Provinsi, maupun Kementrian Kesehatan, LSM, dan unsur terkait lainnya. Akhir kata, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada tim penyusun, narasumber, dan semua pihak yang ikut serta berkontribusi dalam penyusunan buku panduan ini. Semoga buku ini bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pengobatan pasien TB Resistan Obat di Indonesia. Jakarta, Oktober 2016 Direktur Jenderal P2P iii Telaah Kohort dalam MTPTRO

5 KATA PENGANTAR PERHIMPUNAN DOKTER PARU INDONESIA Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Buku Petunjuk Pelaksanaan Telaah Kohort dalam Manajemen Terpadu Tuberkulosis Resistan Obat ini dapat diselesaikan dengan baik. Buku ini memang harus diterbitkan mengingat proses ekspansi program MTPTRO yang sedang di galakkan dan juga pentingnya pelaksanaan telaah kohort di RS rujukan dan sub rujukan TB RO. Dengan penyelenggaraan telaah kohort, dapat membantu identifikasi dan evaluasi permasalahan yang ada di lapangan sehingga kinerja layanan MTPTRO dapat ditingkatkan. Keseriusan tim terkait diharapkan dapat meningkatkan kualitas tata laksana pengobatan pasien TB RO secara khusus dan derajat kesehatan masyarakat secara umum. Dengan demikian, keberadaan buku petunjuk ini menjadi sangat penting dalam rangka memfasilitasi seluruh tim MTPTRO di RS rujukan maupun sub rujukan Indonesia agar tidak mendapatkan masalah di kemudian hari terkait dengan proses telaah kohort di institusinya. Saya ucapkan terima kasih yang mendalam kepada tim penyusun yang telah memberikan peran serta sehingga buku ini bisa diadaptasi dan disesuaikan dengan kebutuhan Program Pengendalian TB nasional. Hal ini dapat terjadi karena dedikasi dan komitmen yang kuat dari kita semua. Penghargaan yang setinggi-tingginya pula kepada American Thoracic Society khususnya kepada Philip Hopewell, Fran dumelle, Pennan Barry, Lisa True, Lisa Chen, dan Baby M. Djojonegoro atas sumbangsih yang besar dalam membuat model panduan telaah kohort yang sangat bermanfaat dalam menyokong program penanggulangan TB RO di Indonesia. Akhirnya, marilah bersama sama meningkatkan kinerja kita sehingga buku pedoman ini menjadi salah satu instrumen untuk menjadikan MTPTRO di Indonesia semakin meningkat dalam rangka memenuhi harapan kemanusiaan, masyarakat dan bangsa. Jakarta, Oktober 2016 Ketua Umum PDPI dr. M. Arifin Nawas, Sp.P(K), FIRS, MARS iv Telaah Kohort dalam MTPTRO

6 TIM PENYUSUN Pengarah Penanggung jawab Editor : dr. H. Mohammad Subuh, MPPM dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes : dr. Asik, MPPM : dr. Endang Budi Hastuti dr. Endang Lukitosari, MPH Kontributor : dr. Arifin Nawas, SpP(K) dr. Ayu Pramadiyani dr. Bey Sonata Dina Frasasti, SKM Dr. dr. Erlina Burhan, MSc, SpP(K) dr. Fathiyah Isbaniah, SpP Mikyal Faralina, SKM dr. Ratna Ekasari dr. Setiawan Jati Laksono Sulistyo, M.Epid dr. Yusie Permata, MIH American Thoracic Society University of Caliifornia, San Francisco/Curry International Tuberculosis Center Baby Djojonegoro, MS, MPH Fran DuMelle, MS Lisa Chen, M.D. Lisa True, RN, MS Pennan Barry, M.D, MPH Philip Hopewell, M.D. v Telaah Kohort dalam MTPTRO

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii KATA SAMBUTAN DIRJEN... iii KATA PENGANTAR... iv PERHIMPUNAN DOKTER PARU INDONESIA... iv TIM PENYUSUN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR SINGKATAN... vii BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 A. Apa Itu Telaah Kohort?... 1 B. Managemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat (MTPTRO) dan Pengembangan Telaah Kohort... 3 C. Komponen Utama Telaah Kohort untuk TB Resistan Obat... 4 D. Penggunaan Buku Petunjuk Pelaksanaan Telaah Kohort... 5 BAB II... 6 PERSIAPAN KEGIATAN TELAAH KOHORT... 6 A. Tujuan Telaah Kohort dari Sisi Program... 6 B. Peran dan Tanggung Jawab... 7 C. Jadwal Kegiatan dan Pelaksanaan Telaah Kohort BAB III PELAKSANAAN DISKUSI KASUS SULIT BAB IV PELAKSANAAN TELAAH KOHORT PER KASUS A. Presentasi Kasus Individual B. Pembahasan Sistematis Hasil Akhir Pengobatan BAB V CQI: IDENTIFIKASI MASALAH DAN RENCANA TINDAK LANJUT BAB VI POIN PEMBELAJARAN BAB VII CARA MENYUSUN KEGIATAN Daftar Pustaka Lampiran vi Telaah Kohort dalam MTPTRO

8 DAFTAR SINGKATAN CQI LFU LSM MDR MTPTRO OAT P2TB RS SPO TAK TB TB RO TB RR XDR WHO Continuous quality improvement Lost to follow up Lembaga Swadaya Masyarakat Multidrug resistance Managemen terpadu pengendalian TB resistan obat Obat Anti Tuberkulosis Program Pengendalian TB Rumah sakit Standar Prosedur Operasional Tim ahli klinis Tuberkulosis Tuberkulosis resistan obat Tuberkulosis resistan rifampisin Extensive drug resistance World Health Organization vii Telaah Kohort dalam MTPTRO

9 BAB I PENDAHULUAN A. Apa Itu Telaah Kohort? Telaah kohort atau enhanced cohort review (ECR) adalah proses untuk menentukan hasil pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat dan mekanisme untuk meningkatkan kualitas berkelanjutan untuk program. Selain itu, telaah kohort juga merupakan proses untuk meningkatkan kapasitas bagi petugas. Proses telaah kohort didasarkan pada tinjauan sistematis dari data individu pasien dalam periode kohort tertentu dan merupakan integrasi dari komponen: 1. Diskusi kasus sulit oleh tim ahli klinis 2. Penilaian capaian klinis dan hasil pengobatan sementara/akhir 3. Identifikasi masalah dan rencana tindak lanjut Sistem ini mendorong akuntabilitas pada semua level layanan. Pembahasan kasus pasien TB secara kohort sudah dilakukan selama bertahun-tahun untuk menilai hasil pengobatan, dan dari pembahasan tersebut dapat menilai keseluruhan kualitas layanan yang disediakan oleh Program Pengendalian TB (P2TB). Definisi standar hasil pengobatan telah dibuat oleh World Health Organization (WHO) untuk kasus TB sensitif maupun TB resistan obat dan digunakan untuk laporan global. Meskipun penilaian efektifitas secara keseluruhan program pengobatan memberikan informasi yang penting, tetapi evaluasi tersebut diketahui setelah pasien menyelesaikan pengobatan (setelah 24 bulan) sehingga tidak dapat memberikan informasi secara tepat waktu untuk meningkatkan hasil pengobatan pasien secara perorangan. Proses telaah kohort bertujuan untuk menilai status masing-masing pasien selama pengobatan maupun setelah selesai pengobatan, sehingga intervensi dapat segera dilakukan dan bermanfaat bagi pasien maupun program. Telaah kohort sangat penting untuk pasien TB terutama pada kasus yang dinilai rumit secara klinis, seperti kasus TB MDR, dan dapat memberi masukan untuk kemajuan pengembangan program. Tujuan utama dari kegiatan telaah kohort 1. Memastikan pasien mendapatkan kualitas layanan terbaik 2. Meningkatkan kualitas data pasien dan memperbaiki hasil pengobatan dengan menjamin akuntabilitas pada semua pihak yang terlibat dalam tata laksana pengobatan 3. Meningkatkan kemampuan klinis dan program dalam menangani pasien-pasien dengan masalah yang kompleks 4. Menjawab berbagai kesulitan dari sisi klinis maupun program 5. Mendeteksi permasalahan pada sistem ataupun kesenjangan pada jejaring layanan 1 Telaah Kohort dalam MTPTRO

10 6. Memberikan umpan balik kepada klinisi dan pengelola program mengenai berbagai kendala yang dihadapi, baik yang bersifat spesifik pada pasien maupun hambatan pada sistem 7. Membantu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan bagi petugas, kekurangan sumber daya dan operasional, serta hal-hal yang perlu ditingkatkan dalam program 8. Membantu evaluasi regimen pengobatan dan mengidentifikasi jika buku panduan dan rekomendasi perlu diperbaharui serta bermanfaat ketika terdapat obat atau regimen baru akan digunakan 9. Membantu program untuk meningkatkan akurasi dan kelengkapan formulir pelaporan yang diperlukan {(laporan triwulan penemuan kasus, laporan triwulan hasil interim kasus TB rifampisin resistan (TB RR) dan multidrug resistance (MDR) yang diobati dengan OAT lini kedua)} dan Laporan hasil akhir pengobatan kasus TB RR, TB MDR, dan TB extensive drug resistance (XDR) Keberhasilan pengobatan TB resistan obat membutuhkan dukungan baik dari berbagai komponen. Komponen tersebut antara lain tim klinis (dokter dan perawat), pendamping pasien (misalnya kader, kelompok pasien), dukungan sosial dari komunitas, dukungan laboratorium yang berkualitas, suplai obat yang berkelanjutan, dan pencatatan yang akurat. Telaah kohort untuk TB resistan obat sangat efektif bila dilaksanakan melalui pertemuan multi-disiplin yang melibatkan staf klinis, Dinas Kesehatan, Subdit Tuberkulosis Kemenkes RI, dan unsur terkait lainnya. Model telaah kohort dalam buku ini tidak hanya menjelaskan proses penilaian singkat terhadap hasil pengobatan pasien seperti yang dilakukan pada kegiatan kohort yang standar, melainkan juga menyediakan kesempatan untuk pemberian umpan balik kepada klinisi dan juga pengelola program mengenai tantangan dari pengobatan, alasan putus berobat, dan hasil akhir pengobatan untuk mengidentifiaksi kebutuhan pelatihan. Keberhasilan pelaksanaan telaah kohort memerlukan komitmen yang berkelanjutan dalam setiap tahapan, termasuk dalam dukungan dana dan keterlibatan dari semua unsur yang terkait. Pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi setempat. Gambar 1. Kombinasi tiga komponen dalam telaah kohort dasar yang kuat untuk peningkatan kualitas klinis dan program serta peningkatan kapasitas. Telaah Kohort Presentasi / diskusi kasus sulit oleh tim ahli klinis Tinjauan Kohort Pembahasan per pasien untuk mengetahui hasil pengobatan (sementara/akhir) Identifikasi masalah & tindak lanjut Kombinasi 3 komponen = Peningkatan kualitas berkelanjutan + peningkatan 2 Telaah Kohort dalam MTPTRO

11 B. Managemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat (MTPTRO) dan Pengembangan Telaah Kohort Implementasi telaah kohort untuk MTPTRO dimulai pada tahun 2013 di Rumah Sakit (RS) Persahabatan. Telaah kohort sudah terbukti menjadi suatu cara yang penting untuk peningkatan kualitas berkelanjutan (continous quality improvement/cqi) dan pembangunan kapasitas. Program TB nasional sudah memiliki rencana untuk menerapkan metode ini di semua RS rujukan / sub rujukan TB resistan obat di tingkat provinsi. Hingga awal tahun 2016, RS rujukan TB RO sudah tersedia di hampir seluruh provinsi di Indonesia (32 dari 34 provinsi). Pengembangan telaah kohort akan dilakukan berdasarkan prioritas jumlah kasus TB RO di RS rujukan TB RO. Peta di bawah ini menunjukkan lokasi RS rujukan TB RO dan jumlah kasus TB RO dari setiap RS Rujukan (total kasus dari Januari 2013 Oktober 2015): Gambar 2. Sebaran pasien berdasarkan RS Rujukan TB RO Perkembangan Jumlah RS rujukan TB RO dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 (14 RS di tahun 2013, 33 RS di tahun 2014, dan 44 RS di 33 propinsi pada tahun Jumlah kasus TB RO yang diobati sebanyak 3346 pasien. 3 Telaah Kohort dalam MTPTRO

12 C. Komponen Utama Telaah Kohort untuk TB Resistan Obat 1. Perencanaan Kegiatan Perencanaan telaah kohort yang baik memerlukan adanya tujuan yang telah disepakati, identifikasi peran dan tanggung jawab anggota tim, dan jadwal rencana kegiatan. Selain itu, standar prosedur operasional juga perlu disiapkan. 2. Pelaksanaan Diskusi Kasus Sulit oleh Tim Ahli Klinis Klinisi layanan rujukan / sub rujukan TB RO meyiapkan dan mempresentasikan kasus sulit kepada tim ahli klinis (klinisi berpengalaman, ahli radiologi, dan dokter spesialis lain yang diperlukan). Tujuan kegiatan ini ialah untuk melakukan diskusi dan konsultasi mengenai tata laksana setiap pasien, sehingga tersedia dukungan tim, bimbingan klinis, dan dapat mengembangkan kemampuan klinis pada petugas kesehatan di layanan. 3. Pelaksanaan Tinjauan Kohort Per Kasus Setiap kasus dalam periode kohort pengobatan tertentu dibahas satu demi satu. Definisi kohort pengobatan adalah kelompok pasien yang memulai pengobatan OAT lini kedua pada periode waktu yang sama, biasanya dalam satu triwulan (3 bulan). Ringkasan dari setiap kasus akan dipresentasikan secara singkat oleh dokter atau perawat yang menangani pasien dengan menggunakan formulir presentasi kohort (lampiran 2). Tujuannya untuk mengetahui hasil pengobatan sementara pasien pada bulan ke-6 dan ke-12, dan hasil akhir pengobatan pada bulan ke-24 atau bulan ke-36. Berbagai masalah yang ditemukan akan didiskusikan dan rencana tindak lanjutnya akan disusun. Peserta inti telaah kohort yaitu manajer data, yang bertugas untuk memasukkan informasi pada catatan perjalanan (tracking tool) elektronik pasien, dan pemimpin CQI (continuous quality improvement atau peningkatan kualitas berkelanjutan) yang bertugas mencatat masalah dari sisi program maupun klinis yang perlu didiskusikan lebih lanjut di akhir kegiatan. Pada akhir kegiatan, fasilitator akan menyampaikan kesimpulan dari hasil pengobatan masing-masing kelompok kohort pasien (hasil sementara bulan ke-6, ke-12 dan hasil akhir pengobatan). Pada sesi umpan balik dapat memberikan masukan langsung mengenai kinerja petugas yang terlibat dalam kegiatan. 4. Peningkatan Kualitas Berkelanjutan (CQI): Identifikasi Masalah Klinis dan Program serta Rencana Tindak Lanjut Melakukan tindak lanjut merupakan bagian yang penting dari telaah kohort. Saat pelaksanaan telaah kohort, masalah yang ditemukan akan didiskusikan, serta menentukan strategi pemecahan masalah dan petugas yang bertanggung jawab melakukan tindak lanjut (melaporkan hasil tindak lanjut pada pertemuan kohort berikutnya). Pada pelaksanaan telaah kohort di triwulan berikutnya, tim kohort akan mendiskusikan status dari masalah yang ditemukan dan apa hasil dari tindak lanjut yang sudah dilakukan, dan bila masalah belum selesai maka ditentukan strategi lain untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. 5. Komponen Pembelajaran 4 Telaah Kohort dalam MTPTRO

13 Telaah kohort dapat menjadi kegiatan pembelajaran berbasis kasus dan membantu penerapan pelayanan dari praktik terbaik. P2TB dapat memilih topik pembelajaran spesifik yang akan disampaikan, misalnya bila terdapat perubahan pada pedoman nasional MTPTRO. 6. Cara Melaksanakan Telaah Kohort Proses telaah kohort dapat diadaptasi sesuai kondisi dari masing-masing daerah. D. Penggunaan Buku Petunjuk Pelaksanaan Telaah Kohort Buku ini adalah panduan untuk petugas yang terlibat dalam kegiatan telaah kohort. Buku ini diadaptasi dari US Centers for Disease Control and Prevention Understanding the TB Cohort Review Process: Instruction Guide (2006) dan gabungan berbagai pengalaman pelaksanaan telaah kohort di berbagai tempat. Buku ini dapat digunakan untuk dipelajari sendiri ataupun sebagai materi pelatihan bagi petugas yang terlibat dalam kegiatan telaah kohort. Setelah membaca buku ini, pembaca diharapkan dapat: Menjelaskan kegiatan telaah kohort Mengetahui tiga komponen utama telaah kohort Mendiskusikan peran masing-masing anggota tim dalam kegiatan telaah kohort Memahami tentang perencanaan dan persiapan pelaksanaan telaah kohort 5 Telaah Kohort dalam MTPTRO

14 BAB II PERSIAPAN KEGIATAN TELAAH KOHORT Perencanaan kegiatan kohort yang baik membutuhkan dukungan dari tim kohort nasional yang dipimpin oleh P2TB, bekerja sama dengan petugas Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten dan tim MTPTRO di masing-masing pusat rujukan TB resistan obat. Proses perencanaan meliputi: Menentukan tujuan kegiatan yang disepakati bersama Mengidentifikasi peran masing-masing anggota tim Membuat jadwal kegiatan Standar prosedur operasional (SPO) harus disusun di masing-masing tempat pelaksanaan kegiatan (dalam hal ini rumah sakit TB resistan obat), untuk memberikan panduan yang sesuai dengan situasi masing-masing. Terlampir contoh SPO pelaksanaan telaah kohort di RS Persahabatan Jakarta yang dapat digunakan sebagai panduan untuk menyusun SPO di tempat lain (Lampiran 1). A. Tujuan Telaah Kohort dari Sisi Program Target pengobatan pasien TB resistan obat pada umumnya sudah ditentukan di tingkat nasional oleh P2TB yang bekerja sama dengan pemangku kebijakan lain. Pusat rujukan TB RO juga dapat menyusun targetnya sendiri. Disarankan untuk membuat tujuan yang spesifik sehingga petugas dapat memahami dan mencapai target tersebut. Target kegiatan telaah kohort dapat menjadi standar perbandingan hasil pengobatan dari kohort pasien yang pernah dilakukan. Target kohort tersebut dapat menentukan data apa saja yang perlu dikumpulkan dan dipresentasikan pada sesi pembahasan setiap kasus. Setelah kegiatan telaah kohort, bila ada suatu aspek dari program yang perlu ditingkatkan, target kegiatan dapat direvisi atau ditambahkan pada kegiatan kohort berikutnya. Contoh target program secara spesifik adalah sebagai berikut: Target hasil pengobatan sementara 6 bulan: Persentase pasien yang putus berobat dalam 6 bulan pertama pengobatan <10% Persentase pasien dengan hasil pemeriksaan kultur dan apusan dahak tidak diketahui <15% Persentase pasien dengan konversi kultur dalam 6 bulan pertama pengobatan >80% Target ini dapat menilai hasil pengobatan sementara, hasil pengobatan dan kegiatan program, seperti skrining HIV. Untuk kesuksesan kegiatan kohort, semua peserta harus mengetahui target dari kegiatan. 6 Telaah Kohort dalam MTPTRO

15 B. Peran dan Tanggung Jawab Kegiatan telaah kohort yang baik memerlukan peran aktif petugas kesehatan dalam menyiapkan dan melaksanakan kegiatan. Kegiatan tersebut meliputi telaah kohort setiap 3 bulan yang dilaksanakan di rumah sakit TB RO dan pelaksanaan rutin telaah kohort singkat (mini-cohort review) setiap bulan oleh tim MTPTRO di rumah sakit TB RO. Kegiatan telaah kohort singkat berfungsi untuk menvalidasi data semua kasus yang tercatat secara elektronik (di TB 03 etb manager) dan validasi setiap tahapan pengambilan keputusan klinis. Pada telaah kohort singkat juga dapat dimulai pengisian catatan perjalanan pasien untuk kegiatan kohort. 1. Koordinator Nasional Telaah Kohort Koordinator Nasional bertanggung jawab terhadap implementasi telaah kohort di Indonesia secara menyeluruh. Tanggung jawab Koordinator Nasional ialah: Bertindak sebagai ketua tim nasional telaah kohort Memastikan bahwa setiap pusat rujukan TB RO memiliki staf terlatih dan sumber daya untuk melaksanakan telaah kohort per triwulan Memberikan arahan kepada koordinator telaah kohort di daerah Menghadiri kegiatan telaah kohort di tempat-tempat berbeda secara berkala untuk menilai implementasi telaah kohort dan mengetahui isu lokal yang terjadi (sesuai kebutuhan) Membantu rumah sakit TB RO untuk merencanakan dan mengatasi masalah pada pelaksanaan telaah kohort Memberikan rekomendasi penggabungan kegiatan telaah kohort pada rumah sakit TB RO yang memiliki sedikit kasus TB RO Mendukung pelaksanaan telaah kohort singkat bulanan di semua fasilitas yang menangani pasien TB resistan obat Mendapatkan laporan kesimpulan telaah kohort dari manajer data semua fasilitas MTPTRO dan mengkoordinasikan analisis hasil telaah kohort secara nasional dengan tim monitoring dan evaluasi P2TB Mendapatkan daftar masalah dari pemimpin CQI dan mengidentifikasi masalah yang mempengaruhi pengobatan pasien Untuk memenuhi semua tanggung jawab ini, koordinator nasional harus memiliki pengetahuan dan tanggung jawab mengenai manajemen TB RO, memahami sistem data dan pelaporan, serta mengerti tentang program dan jejaring dengan layanan lain yang diperlukan untuk keberhasilan layanan MTPTRO. 2. Tim Telaah Kohort Nasional Tim telaah kohort nasional, yang dipimpin oleh koordinator nasional, akan bertindak sebagai mentor ahli dan pengajar pelatihan untuk tempat yang baru akan melaksanakan telaah kohort. Tim ini berbeda dengan Pokja Nasional MTPTRO yang bertugas memberikan saran kepada P2TB dan Kementerian Kesehatan terkait isu ataupun 7 Telaah Kohort dalam MTPTRO

16 kebijakan MTPTRO. Tim Nasional bertanggung jawab dalam membangun kemampuan teknis dan membantu ekspansi telaah kohort. Tim nasional ini akan ditentukan oleh P2TB dan termasuk di dalamnya: Supervisor: Koordinator MTPTRO P2TB dan tim ahli klinis (TAK) TB resistan obat dari RSUP Persahabatan Jakarta Ketua: Koordinator telaah kohort nasional Anggota: Orang yang terlatih dalam melaksanakan telaah kohort dan memiliki pengetahuan dan keahlian untuk melatih petugas lain mengenai telaah kohort. Tim pelatihan terdiri dari 3 orang, diperlukan untuk mengajar dan melakukan supervisi di tempat yang baru melaksanakan telaah kohort, terdiri dari: Fasilitator (TAK TB resistan obat) Manajer data Pemimpin CQI Tim nasional juga bertugas menyusun rencana pelatihan telaah kohort nasional, materi dan kurikulum pelatihan. Rencana pelatihan akan memiliki 3 target umum: 1. Menyusun paket pelatihan untuk tim telaah kohort di rumah sakit TB RO. Tahapan yang termasuk dalam proses ini ialah: Observasi di fasilitas yang berpengalaman melakukan telaah kohort untuk memahami proses dan manfaat kegiatan. Dua orang dari tempat yang akan melaksanakan kohort akan melakukan observasi (satu orang dari Dinas Kesehatan Propinsi dan satu orang TAK). Pelatihan 1 hari untuk anggota tim telaah kohort yang baru di RS rujukan TB RO untuk mempelajari bagaimana melakukan kegiatan kohort. Sesi-sesi pada telaah kohort akan diperkenalkan (dengan pemutaran video) dan dilakukan simulasi kegiatan sebagai latihan untuk membangun kemampuan melakukan telaah kohort. Bimbingan pada saat melaksanakan telaah kohort yang pertama (dalam waktu yang berdekatan dengan pelatihan) oleh tim pelatih. Kunjungan pembimbingan yang kedua untuk melihat perkembangan harus dilakukan setelah fasilitas melakukan telaah kohort secara mandiri minimal 1 kali. 2. Sosialisasi mengenai pelatihan telaah kohort kepada seluruh penyedia layanan dan pemangku kebijakan dan manfaat telaah kohort pada kualitas layanan MTPTRO. Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan topik telaah kohort ke dalam pelatihan nasional untuk MTPTRO yang sudah ada. 3. Melatih fasilitas yang menangani pasien TB RO untuk melakukan kohort singkat secara rutin setidaknya setiap bulan untuk memvalidasi data dan membahas pengambilan keputusan klinis yang pernah dilakukan pada pasien. Kegiatan ini juga dapat dimasukkan dalam pelatihan nasional MTPTRO atau dijadikan bagian dari supervisi rutin oleh tim monitoring dan evaluasi P2TB. 3. Koordinator Telaah Kohort Daerah Koordinator daerah bertanggung jawab terhadap seluruh koordinasi dan komunikasi dengan anggota tim (termasuk petugas di kabupaten/kecamatan/fasilitas kesehatan 8 Telaah Kohort dalam MTPTRO

17 satelit). Berikut merupakan yang termasuk tanggung jawab spesifik koordinator kohort daerah: Pada tahap persiapan kegiatan: Menentukan kelompok kohort pasien yang akan dipresentasikan dan memberitahukan kepada petugas (perawat pengelola pasien dan manajer data kohort) Mengidentifikasi fasilitas kesehatan satelit yang memiliki pasien dalam kelompok kohort Melakukan koordinasi internal (rumah sakit) dan eksternal (P2TB, Dinas Kesehatan, mitra, dll) untuk memastikan semua yang terlibat diundang, termasuk TAK untuk diskusi kasus sulit (mendistribusikan surat undangan resmi) Menentukan dan memastikan petugas terkait memiliki peran dalam kohort (sebagai manajer data, pemimpin CQI) Memastikan petugas memiliki formulir presentasi kohort dan siap mempresentasikan kasus sesuai format Memberitahukan rumah sakit mengenai jadwal kegiatan telaah kohort Memastikan kesiapan logistik untuk pertemuan Pada tahap diskusi kasus sulit dan telaah kohort per kasus: Menyimak presentasi kasus dan memberikan solusi pada saat tanya jawab Memastikan bahwa manajer data dan pemimpin CQI mencatat informasi Membantu fasilitator dalam manajemen waktu Pada tahap tindak lanjut setelah kegiatan: Mendapatkan daftar tindak lanjut yang teridentifikasi saat kegiatan kohort dan mendistribusikannya kepada petugas terkait Membahas daftar masalah dan rencana tindak lanjut serta mendistribusikannya kepada petugas terkait Berdiskusi dengan petugas yang terlibat dalam kegiatan kohort mengenai hal-hal yang sudah berjalan baik dan apa yang masih perlu ditingkatkan Untuk memenuhi tanggung jawab ini, koordinator kohort daerah harus memahami proses telaah kohort dan memiliki pengetahuan tentang manajemen TB RO dari sisi klinis maupun program, arus informasi, dan sumber data. 4. Fasilitator Fasilitator biasanya adalah seorang ahli klinis dan bertanggung jawab memfasilitasi diskusi kasus sulit dan pembahasan kohort setiap pasien untuk mengetahui hasil pengobatan sementara dan hasil akhir pengobatan. Pada tahap persiapan kegiatan: Memeriksa kelengkapan materi, tujuan, dan agenda kegiatan Menentukan kasus yang akan dibahas pada diskusi kasus sulit Memastikan bahwa petugas terkait diundang dalam kegiatan 9 Telaah Kohort dalam MTPTRO

18 Pada tahap diskusi kasus sulit dan tinjauan kohort per kasus: Menyimak semua presentasi kasus Mempersiapkan pertanyaan tentang manajemen klinis Mengidentifikasi hal-hal tindak lanjut yang penting dan menangguhkan diskusi hal tersebut pada diskusi kasus tingkat nasional Memanfaatkan waktu umpan balik untuk menyampaikan hal-hal penting mengenai pengendalian TB yang efektif, menekankan pada upaya-upaya yang positif dan keputusan klinis yang tepat untuk pasien Menjaga agar diskusi sesuai tujuan dan tepat waktu Melaksanakan kegiatan sesuai agenda atau menyesuaikan seperlunya untuk diskusi-diskusi yang penting Pada tahap rangkuman data kohort: Mempresentasikan rangkuman hasil setelah presentasi kelompok kohort pasien selesai Membandingkan hasil pengobatan dengan target Merangkum poin-poin pembelajaran klinis yang teridentifikasi selama kegiatan Pada tahap tindak lanjut setelah kegiatan: Memastikan bahwa isu-isu manajemen klinis sudah terjawab Menindaklanjuti kebutuhan edukasi untuk petugas Fasilitator harus memiliki keahlian klinis dalam tata laksana TB RO, memahami komponen-komponen penting dari program, kemampuan fasilitasi yang baik, kemampuan memberikan umpan balik yang komprehensif, dan memahami proses kohort, perangkat dan tujuannya agar proses pelaksanaan telaah kohort berjalan efisien. 5. Manajer Data Kohort Manajer data kohort bertanggung jawab memperbarui dan memvalidasi data pasien yang diperlukan dalam telaah kohort, bekerja sama dengan petugas terkait (seperti perawat, petugas laboratorium dan koordinator kohort daerah), dan memasukkan informasi ke catatan perjalanan pasien saat kegiatan kohort. Data yang dibahas dapat berupa kombinasi dari data elektronik (dari etb manager) dan informasi dari rekam medis pasien. Pada tahap persiapan kegiatan: Mendapatkan daftar kasus yang akan dibahas Bekerja sama dengan perawat TB RO untuk memastikan kelengkapan dan ketepatan data yang dimasukkan dan menjamin bahwa dokumen pendukung (TB 01, TB 05, dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya) tersedia pada rekam medis pasien Memasukkan informasi yang sesuai pada catatan perjalanan pasien Menyusun rangkuman tindak lanjut kasus individual dari kegiatan kohort sebelumnya 10 Telaah Kohort dalam MTPTRO

19 Pada tahap telaah kohort setiap kasus: Memasukkan informasi pasien pada catatan perjalanan pasien (tracking tools) selama presenter membahas kasus. Catat berbagai isu untuk tindak lanjut, termasuk data yang tidak lengkap. Melakukan kalkulasi hasil pengobatan di akhir kegiatan Pada tahap tindak lanjut setelah kegiatan: Bekerja dengan penanggung jawab/koordinator kohort daerah untuk menjamin masalah setiap pasien terselesaikan Pengalaman dalam pengelolaan data dan pencatatan, kemampuan mengikuti diskusi TB RO secara rinci, dan kemampuan memasukkan data ke dalam catatan pasien merupakan hal yang diperlukan pada posisi ini. 6. Pemimpin CQI Pemimpin CQI bertanggung jawab untuk mencatat masalah dari sisi program dan klinis selama kegiatan telaah kohort. Tanggung jawab spesifiknya ialah sebagai berikut: Pada tahap persiapan kegiatan: Bekerja sama dengan tim untuk menentukan status rekomendasi dan tindak lanjut dari daftar masalah kohort sebelumnya Bekerja sama dengan koordinator kohort daerah untuk memastikan dokumen terkait dari pertemuan kohort sebelumnya sudah didistribusikan Mendorong petugas terkait agar dapat melakukan tindak lanjut Pada tahap diskusi kasus sulit dan telaah kohort setiap kasus: Melakukan klarifikasi masalah klinis maupun program yang potensial selama kegiatan Mencatat permasalahan klinis maupun program secara ringkas Memanfaatkan sesi pembelajaran untuk memberikan contoh penyelesaian masalah program yang efektif Pada tahap tindak lanjut setelah kegiatan: Meninjau ulang daftar masalah dan tindak lanjut Mendistribusikan daftar masalah kepada petugas yang terlibat untuk melakukan tindak lanjut, serta mengidentifikasi intervensi tambahan yang diperlukan dan menyampaikannya kepada tim kohort pada pertemuan berikutnya Mengelola arsip daftar masalah dan rencana tindak lanjut yang sudah terselesaikan dan melaporkannya kepada tim kohort Pemimpin CQI harus memiliki pengetahuan tentang manajemen klinis TB resistan obat, aspek program dan jejaring DOTS rumah sakit, pembiayaan, dan manajemen data serta kemampuan untuk merangkum masalah-masalah yang rumit. 11 Telaah Kohort dalam MTPTRO

20 7. Penyaji Kasus Penyaji kasus atau presenter untuk telaah kohort adalah klinisi yang mengobati atau petugas lain yang mengetahui riwayat pengobatan pasien, seperti perawat TB RO. Pada tahap persiapan kegiatan: Untuk diskusi kasus sulit: menyiapkan ringkasan dari kasus sulit, menampilkan masalah utama untuk meminta masukan TAK, identifikasi bila dibutuhkan masukan dari dokter spesialis selain TAK, dan membawa hasil penunjang lain yang diperlukan Untuk telaah kohort setiap kasus: menyiapkan presentasi singkat menggunakan format presentasi kohort (Lampiran 2) Pada tahap diskusi kasus sulit: Presentasikan kasus secara singkat dan jelas Menyiapkan pertanyaan bagi panelis Pada tahap telaah kohort untuk kasus individual: Presentasikan kasus secara singkat dan jelas (perhatikan alokasi waktu per kasus ± 3 menit) Bila ada masalah klinis yang perlu diskusi mendalam, buat catatan untuk diskusi tingkat nasional Melakukan konfirmasi kepada perawat klinis dan petugas pendukung pengobatan mengenai status pasien dan memastikan bahwa proses pengobatan berlangsung tanpa masalah Pada tahap tindak lanjut setelah kegiatan: Menindaklanjuti data yang tidak lengkap atau rekomendasi yang disusun pada saat kegiatan Memperbarui catatan pengobatan sesuai kebutuhan (TB01 dan etb manager) Mencatat hasil rekomendasi di formulir presentasi kohort pasien C. Jadwal Kegiatan dan Pelaksanaan Telaah Kohort Mempersiapkan telaah kohort akan memerlukan waktu. P2TB dapat menyusun jadwal untuk kegiatan utama dan kerangka waktu dapat disesuaikan dengan isu spesifik di daerah. 1. Persiapan Pertemuan Organisasi kegiatan secara keseluruhan merupakan tanggung jawab koordinator kohort daerah bersama anggota tim MTPTRO daerah, data manajer, dan pemimpin CQI. Perlengkapan yang diperlukan antara lain laptop, proyektor, sambungan internet (untuk menampilkan TB03 etb manager), papan tulis/lembar balik dan spidol untuk diskusi, serta jadwal kegiatan yang sudah dicetak untuk peserta. Satu bulan sebelum pertemuan: 12 Telaah Kohort dalam MTPTRO

21 Peran koordinator kohort daerah o Menyusun agenda kegiatan: mengkonfirmasi kelompok kohort pasien dan merencanakan agenda berdasarkan jumlah kasus. Sebagai contoh, untuk 3 kelompok kohort (hasil pengobatan 6 bulan, 12 bulan, dan 24/36 bulan) dengan masing-masing 30 pasien, perlu dilakukan kalkulasi sebagai berikut: Beri waktu 5 menit untuk setiap kasus (3 menit presentasi + 2 menit diskusi) 5 menit per kasus x 90 kasus = 400 menit, atau sekitar 6 jam 40 menit diperlukan untuk membahas semua kasus dari 3 kelompok kohort. Biasanya, waktu setengah hari cukup untuk diskusi kasus sulit dan sesi peningkatan kualitas berkelanjutan untuk mengidentifikasi masalah dan menyusun rencana tindak lanjut o Memberitahukan kepada klinisi mengenai pasien-pasien yang perlu disiapkan untuk telaah kohort o Mengundang peserta yang ditentukan daerah, termasuk petugas terkait dari kabupaten, kecamatan, dan faskes satelit, Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten, layanan yang terkait TB RO (laboratorium, farmasi/manajemen logistik, Dinas Sosial), organisasi dukungan masyarakat (LSM), dan mitra o Mempersiapkan ruang pertemuan (bila perlu menyewa ruang rapat) dan konsumsi Peran manajer data o Memeriksa kelengkapan data yang akan dibahas dari TB03 etb manager Peran fasilitator o Menginformasikan kepada RS rujukan/sub rujukan untuk menentukan dan menyiapkan kasus pasien sulit untuk diskusi Peran koordinator kohort daerah o Menentukan dan mengundang TAK dan dokter spesialis untuk menghadiri diskusi kasus sulit Dua minggu sebelum pertemuan: Peran manajer data o Memperbarui data klinis (termasuk hasil kultur sputum) di TB03 etb manager untuk semua pasien kohort. Pertimbangkan untuk mengisi data yang sudah tersedia ke dalam catatan perjalanan pasien Pemimpin CQI o Meninjau daftar masalah dan rencana tindak lanjut dari pertemuan kohort sebelumnya dan memperbarui tindakan yang sudah dilakukan Satu minggu sebelum pertemuan: Peran koordinator kohort daerah o Melakukan konfirmasi siapa saja yang akan hadir dalam pertemuan o Memfinalisasi agenda pertemuan kohort dan mendistribusikannya kepada peserta (melalui ) o Memastikan semua perlengkapan yang diperlukan tersedia Peran fasilitator dan koordinator kohort daerah o Mengidentifikasi pasien kasus sulit yang memerlukan waktu lebih untuk diskusi dan dijadwalkan dengan tepat (bila pasien ini tidak didiskusikan pada sesi diskusi kasus sulit) 13 Telaah Kohort dalam MTPTRO

22 Satu hari sebelum pertemuan: Peran Koordinator kohort daerah o Mengatur ruang pertemuan (menyiapkan proyektor, tempat duduk, lembar balik, dll) 2. Pelaksanaan Pertemuan Hari Pertama Kedua Agenda - Pembukaan - Diskusi dan melihat perkembangan rencana tindak lanjut (RTL) dari pertemuan kohort sebelumnya - Diskusi kasus sulit (3 5 kasus) - Telaah kohort per kelompok pasien (bulan ke-6) - Telaah kohort per kelompok pasien (bulan ke-12) - Telaah kohort per kelompok pasien (bulan ke-24 atau 36) - Diskusi daftar masalah, penentuan RTL, dan penanggung jawab - Membandingkan RTL kohort saat ini dengan kohort sebelumnya - Kesimpulan (ringkasan hasil pengobatan dibandingkan dengan target) - Penutupan Diskusi kasus sulit (biasanya setengah hari): Fasilitator memperkenalkan presenter dan membantu jalannya diskusi kasus. Waktu presentasi akan bervariasi tergantung kompleksitas kasus Telaah kohort per kasus (tergantung jumlah pasien yang akan dibahas, rencanakan 1-2 hari): Fasilitator mengatur waktu dan memperkenalkan presenter kasus yang akan menyampaikan setiap kasus. Presentasi kasus harus singkat (sekitar 3 menit atau kurang) dan didasarkan pada data di TB03 dan formulir presentasi kohort. Setelah pembahasan dan diskusi, presenter akan melengkapi dan menuliskan rekomendasi pada bagian bawah formulir presentasi kohort sehingga dapat disampaikan kepada seluruh tim MTPTRO yang menangani pasien. Pada telaah pengobatan 12 bulan, perkiraan tanggal selesai pengobatan akan ditentukan berdasarkan respons pasien terhadap pengobatan Catatan perjalanan pasien ditampilkan bersebelahan dengan register elektronik (TB03 etb manager) selama pertemuan, manajer data dibantu oleh seseorang yang memverifikasi data di etb manager dari laptop (tidak ditampilkan di layar). Di akhir pertemuan, manajer data akan melakukan perhitungan hasil pengobatan pada analisis hasil yang terdapat pada catatan perjalanan pasien Fasilitator dan manajer data akan menyimpulkan data kohort dan menghitung apakah target tercapai Untuk laporan tahunan kohort: Fasilitator akan mempresentasikan hasil agregat/keseluruhan pada tahun yang dibahas. Data harus dianalisis untuk menentukan apakah hasil pengobatan mencapai target CQI: Identifikasi masalah program dan rencana tindak lanjut (umumnya setengah hari): 14 Telaah Kohort dalam MTPTRO

23 o Pemimpin CQI akan mencatat daftar masalah program yang muncul saat kegiatan sebagai bahan diskusi pada akhir kegiatan. Masalah yang ditemui harus dipisahkan menurut kategori (mis. kendala untuk P2TB, fasilitas TB RO, laboratorium, atau sistem manajemen obat) o Fasilitator dan pemimpin CQI akan memfasilitasi sesi diskusi akhir untuk menjawab permasalahan dengan peserta dari berbagai disiplin, termasuk menyusun RTL dan tim/orang yang bertanggung jawab menindaklanjuti RTL o Semua masalah/rencana tindak lanjut akan diperbarui dan kembali disampaikan pada pertemuan kohort selanjutnya. Satu minggu setelah pertemuan: Koordinator kohort daerah atau petugas MTPTRO yang ditentukan membagikan daftar tindak lanjut kepada anggota tim terkait Petugas klinis layanan rujukan TB RO yang mempresentasikan kasus harus memperbarui kartu pengobatan / rekam medis pasien sesuai rekomendasi kegitan kohort. Tim MTPTRO memberitahukan petugas di faskes satelit untuk memperbarui informasi pada salinan kartu pengobatan pasien yang ada di faskes satelit Pemimpin CQI melakukan analisa daftar masalah dan memastikan tindak lanjut dilakukan oleh penanggung jawab Koordinator kohort atau tim MTPTRO dapat mengadakan pertemuan tindak lanjut sesuai kebutuhan untuk menyusun intervensi dan menjawab masalah yang ditemukan. 15 Telaah Kohort dalam MTPTRO

24 D. Kalender Perencanaan P2TB dan tim provinsi perlu menyusun kalender perencanaan untuk memudahkan dalam mengidentifikasi kelompok kohort dan jadwal kegiatan. Tabel jadwal kegiatan telaah kohort Kelompok kohort 1 Telaah 6 bulan 2 Telaah 12 bulan 3 Q N = Q N = Q N = Q N = Q N = Telaah akhir pengobatan 4 Telaah pengobatan tahunan 5 24 bulan 36 bulan 6 24 bln 36 bln Jan 2014 Jul 2014 Jul 2015 Jul 2016 April 2016 Apr 2014 Okt 2014 Okt 2015 Okt 2016 Jul 2014 Jan 2015 Jan 2016 Jan 2017 Okt 2014 Apr 2015 Apr 2016 Apr 2017 Jan 2015 Jul 2015 Jul 2016 Jul 2017 April 2017 April 2017 April 2018 Q N = Q N = Apr 2015 Okt 2015/ Okt 2016 Okt 2017 Jul 2015 Jan 2016 Jan 2017 Jan 2018 Q N = Q N = Okt 2015 Apr 2016 Apr 2017 Apr 2018 Jan 2016 Jul 2016 Jul 2017 Jul 2018 April 2018 Q Apr 2016 Okt 2016 Okt 2017 Jul 2018 April 2019 *Keterangan: masukkan jumlah pasien per kohort pada kolom paling kiri (N) 1 Kelompok kohort: Pasien yang memulai pengobatan TB RO pada masing-masing triwulan. 2 Telaah 6 bulan: Dijadwalkan 9 bulan setelah hari terakhir kohort. 3 Telaah 12 bulan: Dijadwalkan 15 bulan setelah hari terakhir kohort. 4 Telaah akhir pengobatan: Dijadwalkan 24 dan 36 bulan setelah hari terakhir kohort (dilihat per kasus). 5 Telaah pengobatan tahunan: Gabungan hasil pengobatan untuk keseluruhan 4 triwulan dalam satu tahun, pada telaah 24 dan 36 bulan. 6 Telaah 36 bulan: Pembahasan kasus-kasus yang tidak memiliki hasil akhir pengobatan pada telaah 24 bulan. 16 Telaah Kohort dalam MTPTRO

25 BAB III PELAKSANAAN DISKUSI KASUS SULIT Pelaksanaan diskusi kasus sulit merupakan bagian dari pengembangan kapasitas pada telaah kasus. Kegiatan ini biasanya dilakukan setengah hari di awal kegiatan. Tujuannya ialah untuk mendiskusikan kasus-kasus sulit dengan para ahli klinis yang berpengalaman dalam pengobatan TB RO seperti spesialis pulmonologi, radiologi, dan anak untuk memberikan rekomendasi klinis dan mengembangkan kemampuan klinisi dalam pengobatan TB RO. Dokter spesialis yang diundang akan bergantung pada kasus yang dipresentasikan dan keahlian yang diperlukan. Koordinator kohort daerah harus berkoordinasi dengan tim klinis layanan rujukan TB RO untuk menentukan 3-5 kasus yang dipresentasikan dalam sesi ini. Klinisi yang mempresentasikan harus membawa hasil pemeriksaan penunjang dan rekam medis. Kasus yang dipresentasikan harus lebih rinci (daripada kasus yang dibahas pada telaah kohort per pasien) untuk mendapatkan evaluasi yang tepat dari masalah yang didiskusikan. Sesi ini akan dipimpin oleh fasilitator. Rekomendasi pengobatan harus dicatat di dalam rekam medis pasien dan kartu pengobatan TB RO. Contoh kasus sulit antara lain: Gagal pengobatan TB XDR atau pre XDR Reaksi efek samping berat yang membutuhkan perubahan paduan pengobatan Pengobatan dalam kehamilan Gangguan jiwa berat selama pengobatan TB RO / XDR pada anak 17 Telaah Kohort dalam MTPTRO

26 BAB IV PELAKSANAAN TELAAH KOHORT PER KASUS Pelaksanaan telaah kohort per pasien merupakan bagian yang memakan waktu paling banyak pada kegiatan kohort dan juga yang terpenting untuk menjamin bahwa kualitas pelayanan yang baik tercapai secara konsisten. Saat memulai kegiatan telaah kasus, penting untuk melatih petugas di semua tingkatan mengenai proses dan manfaat kegiatan. Format presentasi kasus dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. Penting untuk diingat bahwa proses ini tidak hanya berfungsi untuk validasi data pasien pada register elektronik, tetapi juga untuk memastikan ulang tahapan pencapaian klinis dan riwayat pengobatan masing-masing pasien (misalnya penentuan konversi kultur, hasil sementara, hasil akhir pengobatan, dst). Terdapat dua komponen pada telaah kohort per kasus: 1. Presentasi kasus individual Materi yang diperlukan: Formulir presentasi kohort (Lampiran 2) 2. Pembahasan hasil pengobatan Catatan perjalanan pasien (Lampiran 3) A. Presentasi Kasus Individual Kasus individual pasien dipresentasikan oleh klinisi yang mengobati (dokter atau perawat) atau staf klinis lain yang mengetahui riwayat pasien. Presentasi harus singkat dan berisi informasi yang cukup untuk menilai hasil pengobatan sementara dan hasil akhir pengobatan, manajemen klinis efek samping, dan kendala lain yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan. Gunakan formulir presentasi kohort agar informasi dapat direkam dan disimpulkan dengan cara yang sama (Lampiran 2), dan sesuai dengan catatan perjalanan pasien dan TB03 etb manager. Perlu diingat, koordinator kohort harus memberitahukan presenter berapa alokasi waktu yang disediakan untuk presentasi per kasus (misalnya 3 menit per kasus, tergantung jumlah pasien kohort). Selama telaah kohort, fasilitator harus memastikan ketepatan waktu sehingga semua pasien dapat dibahas sesuai waktu yang dialokasikan. Peserta yang hadir dalam kegiatan kohort sebaiknya adalah TAK, perawat, manajemen dan supervisor dari RS rujukan/sub rujukan TB RO, petugas fasyankes satelit, petugas laboratorium, farmasi, LSM, P2TB, dan mitra. Petugas dapat memberikan informasi tambahan mengenai pasien bila diperlukan. Kehadiran petugas laboratorium sangat membantu untuk menjelaskan hasil, terutama bila terdapat ketidaksesuaian pada hasil resistansi obat. 18 Telaah Kohort dalam MTPTRO

27 B. Pembahasan Sistematis Hasil Akhir Pengobatan Selama presentasi per kasus, peserta kohort internsif akan membahas informasi klinis dan menentukan hasil pengobatan sementara pasien (bulan ke-6 dan ke-12) atau hasil akhir pengobatan (bulan ke-24 dan atau ke-36). Target kegiatan menentukan apa saja data yang akan dicatat dalam catatan perjalanan pasien. Sebagai contoh, bila ingin mengetahui persentase pasien yang mendapatkan pemeriksaan uji kepekaan obat setelah tes cepat molekuler, maka hal tersebut perlu dicatat. Pada akhir kegiatan, manajer data akan: Menghitung jumlah total per kategori (contohnya jumlah pasien dengan kultur negatif pada bulan ke-6, jumlah pasien dengan HIV positif, dll) Menghitung persentase untuk masing-masing target kegiatan (dapat dihitung otomatis di lembar analisis data pada catatan perjalanan pasien) Fasilitator mempresentasikan rangkuman data kepada peserta untuk mengetahui kemajuan capaian dari kegiatan telaah kohort. 19 Telaah Kohort dalam MTPTRO

28 BAB V CQI: IDENTIFIKASI MASALAH DAN RENCANA TINDAK LANJUT Selama diskusi kasus sulit dan telaah kohort per kasus, masalah klinis maupun program bisa ditemukan. Pemimpin CQI bertugas mencatat masalah dan harus memahami isu-isu klinis, program, jejaring layanan, dan pendanaan agar dapat merangkum masalah secara efektif dan memimpin diskusi untuk menentukan pemecahan masalah (Lampiran 4). Contoh masalah program yang dapat mempengaruhi layanan dan hasil pengobatan pasien ialah: Angka lost to follow up (LFU) yang tinggi Keterbatasan obat lini kedua dan obat-obat pendukung Keterbatasan uji diagnosis dan keterlambatan hasil tes Kegagalan mengidentifikasi dan mengatasi efek samping Ketiadaan insentif seperti makanan tambahan Waktu tunggu yang lama di layanan Lama pelaporan hasil laboratorium Identifikasi dan analisis masalah program per triwulan akan membantu dalam pengembangan MTPTRO dan dapat mengetahui masalah yang tidak diharapkan. Selain itu, dapat juga memberikan peringatan dini kepada pengelola program di tingkat nasional, propinsi, dan kabupaten/kota. Untuk sesi penutupan, umumnya diperlukan setengah hari, tim harus membahas masalahmasalah yang teridentifikasi. Diskusi ini perlu dijadwalkan ketika supervisor dan manajemen dari P2TB hadir sehingga masalah tersebut dapat dipahami hingga tingkat kabupaten / kota. Saat diskusi, tim akan menentukan rencana tindak lanjut (RTL) dan penanggung jawab dari RTL. Daftar masalah dan rencana tindak lanjut akan kembali dibahas pada pertemuan kohort berikutnya untuk memberikan masukan dan menyampaikan perkembangan terkini. Beberapa masalah sulit kemungkinan tidak dapat diselesaikan selama beberapa triwulan; namun, tim kohort harus tetap mendokumentasikannya sebagai dasar untuk perubahan kebijakan ataupun penambahan sumber daya. Masalah yang sudah diselesaikan dapat diarsipkan. A. Tugas Lanjutan Setelah Telaah Kohort Proses telaah kohort tidak berakhir sampai pada presentasi kasus dan rangkuman hasil pengobatan saja. Setiap peserta kohort wajib mengambil inti pelajaran dari kegiatan dan mengaplikasikannya untuk meningkatkan kualitas layanan MTPTRO. Centers for Disease Control and Prevention. Understanding the TB Cohort Review Process: Instruction Guide Telaah Kohort dalam MTPTRO

29 Masing-masing anggota tim kohort dan peserta pertemuan perlu melakukan tugas lanjutan: Staf klinis akan menindaklanjuti rekomendasi dan saran dari kegiatan kohort Fasilitator akan menjawab masalah klinis yang dicatat dan kebutuhan peningkatan kapasitas petugas terkait Manajer data akan memberikan data hasil pengobatan pada pengelola program dan memberikan daftar tindak lanjut kepada staf klinis terkait Pemimpin CQI akan meninjau daftar masalah dan mendistribusikannya Koordinator kohort daerah akan bertemu secepatnya dengan petugas untuk mendiskusikan apa yang sudah berjalan baik dan apa yang perlu diperbaiki pada pertemuan berikutnya Koordinator kohort nasional akan mengumpulkan laporan rangkuman kegiatan dan menyelesaikan masalah-masalah di tingkat nasional 21 Telaah Kohort dalam MTPTRO

30 BAB VI POIN PEMBELAJARAN Komponen pokok setiap telaah kohort adalah untuk mengedukasi petugas melalui pembelajaran berbasis kasus dan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan serta contoh dari penerapan praktik terbaik di layanan MTPTRO. TAK memberikan kontribusi penting pada proses pembelajaran, akan tetapi pelajaran akan lebih dipahami melalui diskusi kasus antar peserta kohort. Sesi pembelajaran dapat dilakukan saat pembahasan kasus atau pada sesi khusus dimana para TAK ataupun ahli eksternal (misalnya konsultan, TAK dari layanan lain) diundang untuk memberikan presentasi singkat atau pelatihan singkat. Untuk mendorong partisipasi peserta, 1-2 peserta dapat diminta untuk menyimpulkan poin pembelajaran penting pada akhir telaah kohort. Berikut adalah contoh topik pembelajaran yang berhubungan dengan pengobatan TB RO: Memahami hasil uji molekular dan mengapa bisa terjadi ketidaksesuaian dengan hasil uji kepekaan obat fenotipik Masalah tata kelola tambahan pada pasien TB RO dengan diabetes Obat-obatan baru untuk pengobatan TB RO Strategi untuk mengatasi ketidakpatuhan minum obat 22 Telaah Kohort dalam MTPTRO

31 BAB VII CARA MENYUSUN KEGIATAN Pengobatan TB resistan obat yang tepat merupakan hal penting yang menentukan kesembuhan pasien, mencegah terjadinya resistansi obat tambahan, dan mencegah penularan infeksi TB RO di masyarakat. Layanan yang berkualitas membutuhkan sumber daya yang memadai dan perlu dilakukan evaluasi untuk menjamin sumber daya yang tersedia digunakan secara efektif. Implementasi kohort merupakan suatu cara untuk menentukan secara sistematis apakah sumber daya yang tersedia digunakan secara efektif dan pasien mendapatkan manfaat dari pengobatan yang diberikan. Sebagaimana program mengembangkan pengobatan TB RO, telaah kohort penting dilaksanakan untuk mendukung pengembangan pengobatan tersebut. Kolom catatan perjalanan pasien dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. Hal ini bermanfaat apabila terdapat perbedaan kebutuhan dari sisi klinis dan program. Perhitungan otomatis dan analisis data tambahan yang tercatat pada catatan perjalanan pasien dapat dimasukkan pada lembar kerja Excel. Ketika layanan MTPTRO sudah baik dan kualitas pelayanan di RS rujukan / sub rujukan meningkat, kebutuhan akan proses kohort dapat disingkat. Walaupun model kohort per triwulan sangat baik untuk digunakan sebagai alat peningkatan kualitas berkelanjutan (CQI) dan kapasitas selama tahap pengembangan program MTPTRO, namun membutuhkan banyak sumber daya. Manajemen kasus dan diskusi klinis yang baik dapat menjawab kebutuhan peningkatan kapasitas. Dalam perkembangannya, fasilitas pengobatan TB RO dapat meningkatkan kemampuan pengumpulan dan pembahasan data kohort sebagai latihan rutin CQI (setidaknya setiap bulan). Secara bertahap, telaah kohort lokal akan mencukupi sebagai cara evaluasi untuk peningkatan kualitas berkelanjutan, ditambahkan dengan sistem elektronik yang saat ini tersedia (etb manager). 23 Telaah Kohort dalam MTPTRO

32 Daftar Pustaka Centers for Disease Control and Prevention Understanding the TB Cohort Review Process: Instruction Guide Juli, Permenkes No. 13 Tahun 2013 tentang Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat. World Health Organization Companion handbook to the WHO guidelines for the programmatic management of drug-resistant tuberculosis _eng.pdf. 19 Juli, Munsiff SS, et al. Ensuring accountability: The contribution of the cohort review method to TB control in New York City. Int Journal of TB and Lung Diseases. Oct.2006; 10(10): WHO. Monitor and evaluate MDR TB case detection and treatment. Module G. Management of Drug Resistant Tuberculosis Training for Health facility staff. Draft training module. Geneva Telaah Kohort dalam MTPTRO

33 Lampiran 1. Contoh SPO pelaksanaan telaah kohort di RS Persahabatan Jakarta 2. Formulir presentasi kohort 3. Catatan perjalanan pasien 4. Formulir daftar masalah dan rencana tindak lanjut 25 Telaah Kohort dalam MTPTRO

34 Lampiran 1: Contoh Standar Prosedur Operasional Telaah Kohort TB Resistan Obat: Standar Prosedur Operasional Rumah Sakit (RS) Persahabatan Gambaran Umum Pembahasan kohort berbasis waktu pasien TB telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengukur hasil dari pengobatan dan menilai kualitas keseluruhan perawatan, seperti yang telah ditetapkan oleh program pengendalian TB. Definisi standar dari hasil akhir pengobatan TB telah ditetapkan oleh WHO untuk kasus-kasus TB resisten obat (TB RO) dan TB sensitif obat yang digunakan secara global untuk pelaporan hasil akhir pengobatan. Namun, ketika penilaian hasil akhir menjadi ukuran penting dari efektivitas program pengobatan secara keseluruhan, penilaian tersebut tidak tersedia tepat untuk meningkatkan hasil akhir pengobatan pasien. Dengan demikian, proses telaah kohort yang menilai status pengobatan pasien secara individu selama durasi pengobatan serta hasil akhir pengobatan, berpotensi memberi data yang bermanfaat untuk pasien secara individu pada waktu yang tepat. Kegiatan ini sangat penting bagi pasien-pasien TB yang secara klinis dan program cukup rumit, yaitu seperti kasus TB resistan obat. Di banyak negara, program pengobatan untuk TB RO dimulai dengan penekanan utama pada peningkatan untuk mengakomodasi sejumlah besar pasien yang diperkirakan ada tetapi tidak mendapatkan pengobatan. Namun, seringkali program tidak siap untuk menghadapi tantangan klinis dan program pada pengobatan TB RO. Pembahasan kohort dimana pasien dinilai selama dan pada akhir pengobatan memungkinkan identifikasi masalah pasien dan hambatan program yang dapat menurunkan kualitas perawatan dan menyebabkan hasil yang kurang optimal. Harus diingat bahwa untuk pasien dengan TB RO, pengobatan yang tepat dan efektif adalah harapan terakhir yang terbaik bagi mereka. Kegagalan pengobatan atau default dapat juga menyebabkan peningkatan transmisi dan timbulnya TB XDR, suatu situasi yang jauh lebih sulit. Deskripsi dan Tujuan Telaah kohort dalam manajemen terpadu TB resistan obat merupakan proses sistematis untuk memonitor dan mengevaluasi kondisi pasien TB resistan obat selama masa pengobatan dan hasil akhir pengobatan. Kelompok kohort pengobatan didefinisikan sebagai kelompok pasien yang memulai pengobatan pada satu periode tertentu, umumnya dalam periode 3 bulan. Pasien memulai pengobatan dan kemudian terbukti bukan TB RO dapat keluarkan dari kelompok kohort. Tujuan utama dari telaah kohort adalah untuk memastikan bahwa pelayanan yang diberikan berkualitas baik. Pembahasan sistematis setiap kasus TB RO diketahui dapat meningkatkan kualitas informasi mengenai pasien, dan memperbaiki sebagian hasil pengobatan dengan memastikan akuntabilitas di semua level program pengobatan. 1 Telaah kohort sudah dianjurkan dan didukung oleh WHO. 26 Telaah Kohort dalam MTPTRO

35 Telaah kohort dilakukan pada pertemuan yang melibatkan staf multidisiplin dari rumah sakit, Dinas Kesehatan, dan Subdit. Kegiatan telaah kohort yang dijelaskan di sini lebih dari sekedar pembahasan sederhana dari data yang dibahas dan akan memberikan hasil umpan balik untuk dokter yang mengobati (tim klinis) dan staf program mengenai tantangan pengobatan, alasan pasien mangkir dari pengobatan, dan hasil pengobatan untuk mengidentifikasi kondisi klinis pasien dan intervensi untuk program. Kajian ini juga akan mengidentifikasi kebutuhan untuk pelatihan staf, kebutuhan operasional dan pendidikan, kekuatan program dan area yang perlu ditingkatkan. Meninjau dan menganalisis data hasil akhir pengobatan juga dapat membantu dalam evaluasi regimen pengobatan dan mengidentifikasi perlunya pembaharuan pada pedoman yang ada dan rekomendasi lainnya. Hasil pengobatan sementara di enam dan dua belas bulan pengobatan adalah prediktor awal yang baik dari keberhasilan pengobatan. 2 Karena pengobatan TB RO memerlukan waktu yang lama, tidak mudah menunggu sampai akhir masa pengobatan untuk menilai hasil pengobatan. Data sementara dapat membantu mendeteksi penyebab pasien mangkir pada fase awal atau mengidentifikasi waktu yang tepat untuk proses desentralisasi pasien. Melengkapi formulir pembahasan hasil enam dan dua belas bulan akan membantu Program TB Nasional mengkompilasi data yang diperlukan untuk mengukur apakah target program telah dipenuhi. Objektif Untuk telaah kohort, tujuan kegiatan menjadi standar perbandingan hasil pengobatan dari berbagai kohort pasien. Tujuan-tujuan tersebut juga menentukan data apa yang perlu dikumpulkan dan dipresentasikan pada sesi ulasan kasus individual. Setelah kegiatan telaah kohort, bila ada suatu aspek dari program yang perlu ditingkatkan, tujuan-tujuan kegiatan dapat direvisi atau ditambahkan pada kegiatan telaah kohort berikutnya. Pembahasan 6 bulan pengobatan: Persentase pasien default pada 6 bulan pertama pengobatan:< 10% Persentase pasien yang tidak ada hasil pemeriksaan biakan dan BTA: <15% Persentase pasien dengan hasil konversi biakan pada 6 bulan pertama pengobatan : >80% Pembahasan 12 bulan pengobatan: Persentase pasien default pada bulan pengobatan ke-7 hingga 12:< 10% Persentase pasien yang tidak ada hasil pemeriksaan biakan dan BTA (pada bulan ke- 12): <15% (berdasarkan subtotal dari pasien yang masih hidup pada bulan ke-7) Pembahasan akhir pengobatan: Persentase pasien dengan hasil akhir pengobatan sembuh atau pengobatan lengkap: >70% Presentase pasien sembuh dari jumlah angka keberhasilan pengobatan: >80% Persentase pasien default pada akhir pengobatan: <10% 27 Telaah Kohort dalam MTPTRO

36 Proses: Peserta Tim Ahli Klinis TB RO (TAK) Penanggung jawab TB RO dari Subdit TB Manajer data Pekerja sosial RS Rujukan MTPTRO Staf laboratorium Dinas Kesehatan Kota / Kabupaten Staf teknis (technical officer) TB dan MTPTRO Perawat MTPTRO Petugas farmasi (jika diperlukan) Staf klinis dari satelit MTPTRO (jika diperlukan) Peran Koordinator kohort lokal bertanggung jawab untuk berkoordinasi dan berkomunikasi dengan semua anggota tim. Fasilitator bertanggung jawab untuk memfasilitasi diskusi panel tim ahli untuk membahas permasalahan kasus dan tinjauan kohort per pasien untuk memastikan status pengobatan dan hasil pengobatan. Manajer data bertanggung jawab untuk memperbaharui dan memvalidasi data yang akan dibahas pada telaah kohort dan berkoordinasi dengan staf terkait dan memasukan data pasien ke catatan perjalanan pasien saat pelaksanaan telaah kohort. Pemimpin CQI bertanggung jawab untuk mendokumentasikan permasalahan, baik dari segi program dan klinis pasien, saat kegiatan kohort. Presenter kasus bertanggung jawab untuk mempersiapkan presentasi kasus dengan menggunakan formulir standar presentasi kohort. Frekuensi Pertemuan Pertemuan kohort dilakukan per triwulan (Januari, April, Juli and Oktober). Setiap pertemuan akan dibahas sesuai interval pengobatan: Pembahasan 6 bulan pengobatan: dijadwalkan 9 bulan sesudah hari terakhir kohort Pembahasan 12 bulan pengobatan: dijadwalkan 15 bulan sesudah hari terakhir kohort Pembahasan hasil akhir pengobatan: dijadwalkan 24 dan 36 bulan sesudah hari terakhir kohort (per kasus). Untuk pembasahan 36 bulan, hanya dibahas untuk kasus yang belum ada hasil akhir pengobatan di bulan ke-24. Manfaat Proses telaah kohort hendaknya dipandang sebagai kegiatan yang fleksibel, memungkinkan untuk dimodifikasi sesuai kebutuhan program. Manfaat potensial dari kegiataan telaah kohort meliputi: 1. Umpan balik untuk penyedia layanan mengenai data individu pasien, dapat merubah keputusan klinis dan mengoptimalkan pengobatan. 28 Telaah Kohort dalam MTPTRO

37 2. Program TB RO sekarang memiliki tantangan yang sangat signifikan dengan angka default yang tinggi. Proses kohort akan memungkinkan pemahaman yang lebih baik mengenai penyebab tingginya angka default dan memungkinkan identifikasi untuk intervensi secara cepat. 3. Validasi data kohort pada etb Manager. 4. Peningkatan komunikasi dan pengembangan berkelanjutan jejaring penyedia layanan TB RO (klinisi, Dinas Kesehatan Kota / Kabupaten, staf teknis berbasis masyarakat). 5. Memperkuat dan meningkatkan hubungan antar layanan klinis, laboratorium, manajemen rantai pasokan (obat), kelompok penyedia, dan Subdit. Persiapan Pertemuan Satu bulan sebelum pertemuan Koordinator kohort mengkonfirmasi data kohort dan pasien-pasien yang akan dibahas Koordinator kohort memberitahukan kepada klinisi mengenai pasien yang akan dipresentasikan dan mengidentifikasi satelit yang memiliki pasien yang akan dibahas pada kegiatan telaah kohort. Lihat juga SOP Tim Ahli Klinis untuk daftar undangan. Setiap ahli klinis harus meninjau dan mempersiapkan satu set lengkap data untuk semua pasien yang akan dibahas dalam kohort termasuk informasi dari satelit. Dua minggu sebelum pertemuan Manajer data kohort memperbarui data klinis (termasuk hasil kultur sputum) pada etb manager (TB 03) untuk semua pasien yang akan dibahas Satu minggu sebelum pertemuan Koordinator kohort memastikan peserta yang akan hadir pada pertemuan, jika penyedia layanan / TAK tidak dapat hadir, technical officer mencari informasi terkini mengenai status pasien (seperti status pengobatan, masalah). Koordinator kohort menentukan apakah ada pasien kasus sulit yang akan membutuhkan waktu tambahan untuk didiskusikan dan dijadwalkan sesuai waktu yang dibutuhkan. Menentukan perkiraan jumlah waktu yang tersedia untuk setiap presentasi kasus. Satu hari sebelum pertemuan Koordinator kohort mengatur ruang untuk pertemuan (mempersiapkan proyektor, logistik) Pelaksanaan Pertemuan Setiap kasus akan dipresentasikan oleh penyedia layanan TB RO / TAK. (Catatan: untuk kohort dengan jumlah pasien yang banyak, pertimbangkan untuk menyajikan setengah jumlah kasus dan kasus sulit, untuk menyingkat waktu) Presentasi kasus harus singkat (<3 menit) dan berdasarkan informasi di TB03. Setelah membahas pasien-pasien pada fase lanjutan, TAK akan melengkapi bagian penilaian di bagian bawah formulir presentasi kasus. Pada pembahasan 12 bulan, perkiraan 29 Telaah Kohort dalam MTPTRO

38 tanggal habis pengobatan akan ditentukan berdasarkan respons pasien terhadap pengobatan Formulir TB 03 dapat ditampilkan selama pertemuan. Pada akhir pertemuan, fasilitator akan menyajikan tabel ringkasan kohort: hasil pengobatan sementara 6 bulan dan 12 bulan pasien TB RO terkonfirmasi, merangkum data kohort dan menghitung apakah tujuan kohort tercapai. Untuk laporan tahunan program: fasilitator mempresentasikan hasil agregat untuk tahun yang sedang dibahas. Data harus ditinjau untuk menentukan apakah objektif tercapai. Kendali mutu program Pembahasan tantangan program / tindak lanjut: - Pemimpin CQI akan mencatat masalah-masalah program yang muncul selama diskusi untuk memandu sesi diskusi akhir. Tantangan-tantangan ini dapat dikelompokkan berdasarkan kategori (mis. masalah terkait program, fasilitas, laboratorium, atau sistem manajemen rantai pasokan obat). - Pemimpin CQI akan memfasilitasi sesi diskusi akhir untuk membahas tantangan bersama peserta multidisiplin, menyimpulkan rencana tindak lanjut dan menentukan penanggung jawab masing-masing. - Semua tantangan / rencana tindak lanjut akan diperbarui dan kembali dibahas pada pertemuan per triwulan. Masalah yang sudah selesai harus dihapus dari daftar aktif dan diarsipkan. Setelah Pertemuan 1. TAK harus memperbarui formulir pengobatan pasien sesuai rekomendasi dari saat telaah kohort. Koordinator kohort dan/atau petugas Dinas Kesehatan memberitahukan petugas kesehatan satelit untuk memperbarui salinan kartu pengobatan pasien di satelit. 2. Rencana tindak lanjut untuk setiap pasien dan tantangan program harus dilaksanakan oleh penanggung jawab dan akan kembali dibahas pada pertemuan telaah kohort berikutnya, dalam diskusi yang dipimpin oleh pemimpin CQI. 30 Telaah Kohort dalam MTPTRO

39 Lampiran 2: Formulir Presentasi kohort Nama: Kelamin: L/P Tipe Pasien: P/EP (Organ yang terkena...) Ko-morbid:... Nama Satelit MDR: HIV Status:... ARV:... Tanggal desentralisasi: Kriteria Suspek:... No. Reg. Suspek:... Riwayat pengobatan TB : Bakteriologis / Sensitivitas Terapi Tanggal pemeriksaan :... Tanggal Mulai Terapi: Mikroskopis:... GeneXpert: MTB Neg / Pos Rif: Res / Sensitif Rejimen:... Tes Cepat yang lain: Hasil:......Tanggal:... Perubahan Rejimen Hasil Uji kepekaan Tanggal:... Rejimen saat ini:... Tanggal Pemeriksaan Uji Tanggal Hasil Pemeriksaan Uji Kepekaan: Alasan perubahan rejimen: Kepekaan: > Resisten: -> Sensitif: Perubahan Rejimen Tanggal pemeriksaan Uji Tanggal Hasil Pemeriksaan Uji Kepekaan: Tanggal:... Rejimen saat ini:... -> Resisten: Alasan perubahan rejimen: -> Sensitif: Baseline kultur/bta Hasil Follow up BTA dan Kultur Bulan Kesimpulan Tanggal BTA Kultur Bulan konversi... Durasi Fase intensif:... Kontak Investigasi DIlakukan: Ya/Tidak Tanggal:... Jumlah yang dievaluasi:... Penjelasan... Catatan Klinis Foto thorax awal: Kemajuan Klinis / Respon Pengobatan (Statis / Peningkatan / Penurunan) Bulan BB Tanggal foto thorax: Efek samping Tanggal Lampiran 2: Formulir Presentasi Kohort Telaah Kohort Dalam MTPTRO Triwulan: Tahun:... DATA PASIEN TB 03 MDR Reg. No.:... Pembahasan Bulan ke-6 Tanggal dilakukan review :... Perubahan foto thorax (bila ada): Tanggal: Interupsi terapi (lebih dari 1 minggu): YA/Tidak Durasi:... Alasan:... Kesimpulan pada bulan ke-6 (lingkari dan isi): 1. Dalam pengobatan 2. Meninggal (Tanggal... Penyebab kematian:...) 3. Loss to follow up (Tanggal..., Alasan:...) 4. Pindah / desentralisasi (Tanggal... Ke...) Catatan permasalahan (sosioekonomi, kepatuhan, pemeriksaan lab rutin): BTA Kultur Rencana: Rekomendasi TAK: 31 Telaah Kohort dalam MTPTRO

40 32 Telaah Kohort dalam MTPTRO

41 Hasil Akhir Pengobatan Durasi fase intensif: bulan; Durasi fase lanjutan :... bulan Total durasi terapi: bulan > 3 kultur negatif pada fase lanjutan: Ya / Tidak Hasil akhir pengobatan pada 24 / 36 bulan (lingkari): 1. Sembuh 2. Pengobatan lengkap 3. Gagal 4. Meninggal ( Tangal.. Penyebab kematian :....) 5. Loss to follow up ( Tanggal....) 6. Tidak dievaluasi Rekomendasi TAK: Tanggal review:... Rencana: Evaluasi Lanjutan Setelah Pasien Sembuh atau Pengobatan Lengkap Tanggal review:... Hasil Follow up BTA dan Kultur Bulan Ke-6 Ke-12 Ke-18 Ke-24 Tanggal BTA Kultur Gejala klinis: ada / tidak ada gejala Jika ada, jelaskan:... Rencana: Jika kultur (+), hasil uji kepekaan Lini-1 dan 2 : Rekomendasi TAK: 33 Telaah Kohort dalam MTPTRO

42 Lampiran 3: Catatan Perjalanan Pasien Patient Tracking Tool (Expanded) Informasi Umum Pasien Hasil semen No. Px TB MDR Jenis Kelamin Kriteria Suspek Tgl Mulai Pengobatan Pola Resistansi Pemberian Regimen XDR Komorbid Lain2 Konversi Kultur Bulan ke- Hasil pengobatan (bln ke-6) Nama Umur HIV ART 01 aa 33 M Neg 1 MDR CX neg 02 bb 64 M Neg MDR CX neg 03 cc 36 M Neg 3 MDR CX neg 04 dd 45 M Neg Xpert RR only CX unknown Resistansi didapat Efek samping 05 ee 06 ff 28 M Neg Pre-XDR Y: not XDR CX neg 49 M Pos Y Pre-XDR Y: XDR CX neg 07 gg 08 hh 34 F Pos Y 27 F Neg Presumpt ive MDR Rif poly/ mono resistant CX neg Not evaluated 09 ii 66 F UNK 5 MDR Lost to F/U 10 jj 51 F Neg MDR Died 11 kk 40 F Neg Not RR 12 ll 32 F Neg Not RR Headache, Vomiting 13 mm 44 M MDR CX neg 14 nn 48 M MDR 34 Telaah Kohort dalam MTPTRO

43 ntara (6 bulan) Hasil pengobatan 12 bulan Hasil akhir pengobatan (24/36 bulan) Tanggal dirujuk Tempat Rujukan Ket Tindak lanjut yang diperlukan Hasil pengobatan (bln ke-12) CX neg CX neg CX neg CX neg Resistansi didapat Efek samping Dizziness, Dizziness Tanggal dirujuk Tempat Rujukan Ket Tindak lanjut yang diperlukan Hasil pengobata n (bln ke- 24) Ket Cured Cured Cured Cured Tindak lanjut yang diperlukan Lain-lain CX neg Rx Complete CX neg Rx Complete CX neg Rx Complete CX unknown Lost to F/U Died Lost to F/U Lost to F/U Died CX neg Rx Complete 35 Telaah Kohort dalam MTPTRO

44 Definisi dan tata cara pengisian catatan perjalanan pasien (tracking tools) 36 Telaah Kohort dalam MTPTRO

45 1 Telaah Kohort dalam MTPTRO

46 Komorbid: Drop-down menu: jika pasien memiliki penyakit komorbid - Diabetes - Peny Liver - Peny Ginjal - IMT 20 - Peny Kejiwaan - Lainnya Lain-lain: Tambahkan faktor pasien lainnya, misal petugas kesehatan ingin melacak dan yang dapat mempengaruhi hasil pengobatan ( ex. Lokasi pengobatan khusus, dll ). --> dalam etb kosongkan saja Hasil pengobatan sementara bulan ke-6 : hasil pengobatan pada 6 bulan sementara pada triwulan yang ditinjau kohortnya Hasil pengobatan sementara ke-6: Drop-down menu: misal data yang akan di review tw , maka hasil pemeriksaan data pasien tw tersebut diisi sesuai dengan kultur yang keluar setelah pasien 6 bulan pengobatan (1 bulan=30 hari atau lebih) - Kulur Neg: jika kultur bulan ke-6 negatif - Kultur Pos: jika kultur bulan ke-6 pos - Kultur Tdk diketahui: jika tidak ada hasil kultur pada bulan ke-6 - Meninggal: Jika diketahui pasien meninggal sebelum atau saat 6 bulan pengobatan - Lost to F/U: jika diketahui pasien mangkir sebelum atau saat 6 bulan pengobatan - Tdk dievaluasi: jika tidak ada hasil yang dapat ditentukan, dalam hal ini termasuk jika pasien dipindah Resistan didapat: - Ya: jika di tengah pengobatan ada perubahan hasil resistansi dari DST (hasil DST selain diagnosis dan riwayat pengobatan) - Tdk: jika tidak ada perubahan resistansi dari hasil DST selama durasi pengobatan Efek samping: diisi sesuai dengan data efek samping obat dalam informasi tambahan pasien, dengan drop down menu nya: - Mual - Muntah - Radang Perut - Diare - Hepatitis - Anthralgia - Sakit Kepala - Elektrolit Abnormal - Dizziness - nefrotoksisitas - Ototoxici - Peripheral neurop - Depresi - Peny Kejiwaan - Optik neuritis - Hipotiroid Tanggal dirujuk: tanggal pasien dirujuk ke puskesmas atau dipindahkan ke faskes lainnya 37 Telaah Kohort dalam MTPTRO

47 38 Telaah Kohort dalam MTPTRO

48 Tempat rujukan: tempat pasien dirujuk atau dipindahkan, dengan drop down menu: A37- Puskesmas - RS Sub Rujukan - RS Rujukan Lain - Lainnya Komentar: diisi dengan komentar yang akan diisi saat kohort oleh data manager atau yang melakukan kohort (dikosongkan saja) Tindak lanjut yang dibutuhkan: diisi dengan drop down pilihan (dan diisi saat kohort oleh yang melakukan kohort review) - Untuk dilakukan - sudah dilakukan Hasil akhir pengobatan bulan ke-24/36: hasil akhir pengobatan pasien bulan ke-24/36 pada tw yang ditinjau kohortnya Sembuh: status pengobatan bulan ke-24/36 yaitu dinyatakan sembuh (3 kali berturut-turut kultur negatif di fase lanjutan) Lama pngobatan pasien dinyatakan sembuh yaitu: tahap awal ditambah tahap lanjutan - Tahap awal, lama pengobatannya adalah: a + 4 bulan --> a = bulan pertama tercapai konversi biakan (hasil kultur diketahui negatif selama dua kali berturut-turut). Lama tahap awal minimal 6 bulan. Bila hasil biakan bulan ke-8 pasien tidak konversi maka pengobatan dinyatakan gagal. - Tahap lanjutan, lama pengobatan tahap lanjutan adalah total lama pengobatan dikurangi dengan lama pengobatan tahap awal, dimana total lama pengobatan adalah: a + 18 bulan, a = bulan pertama Pengobatan Lengkap: status pengobatan bulan ke-24/36 yaitu dinyatakan pengobatan lengkap (tetapi tidak memenuhi kriteria sembuh atau gagal) Gagal: jika pasien memenuhi salah satu dari hal-hal berikut: - status pengobatan bulan ke-24/36 pasien dinyartakan gagal - Jika hasil kultur tetap positif s.d bulan ke-8 - Jika hasil kultur pada tahap lanjutan terdapat 2 kali hasil kultur positif - Jika ada hasil DST lagi selama pengobatan dengan hasil resistansi tambahan pada obat golongan FQN atau obat suntik lini kedua Meninggal: pasien meninggal selama pengobatan karena alasan apapun Lost to follow-up: jika pasien diketahui statusnya lost to F/U atau pasien tidak minum obat selama 2 bulan atau lebih sebelum pengobatan selesai Tidak dievaluasi: jika tidak ada hasil yang dapat ditentukan, dalam hal ini termasuk jika pasien dipindah pada bulan ke-12 pengobatan Masih pengobatan: pasien pada saat dikohort bulan ke-24nya masih menjalani pengobatan Keterangan: catatan mengenai permasalahan selama pasien menjalani pengobatan (misal: efek samping serius, penyebab kematian, tindak lanjut yang diperlukan setelah 24/36 pengobatan Tindak lanjut yang dibutuhkan: diisi dengan drop down pilihan (dan diisi saat kohort oleh yang melakukan kohort review) - Untuk dilakukan - sudah dilakukan 39 Telaah Kohort dalam MTPTRO

49 40 Telaah Kohort dalam MTPTRO

50 41 Telaah Kohort dalam MTPTRO

51 42 Telaah Kohort dalam MTPTRO

52 43 Telaah Kohort dalam MTPTRO

53 Lampiran 4: Formulir Daftar Masalah dan Rencana Tindak Lanjut Masalah Manajemen Klinis Tanggal Masalah Intervensi / Tindak Lanjut Penanggung Jawab Status Followup Laboratorium Tanggal Masalah Intervensi / Tindak Lanjut Penanggung Jawab Status Followup Manajemen Data Tanggal Masalah Intervensi / Tindak Lanjut Penanggung Jawab Status Followup Farmasi Tanggal Masalah Intervensi / Tindak Lanjut Penanggung Jawab Status Followup Puskesmas Satelit Tanggal Masalah Intervensi / Tindak Lanjut Penanggung Jawab Status Followup Dinas Kesehatan (Propinsi / Kota / Kabupaten) Tanggal Masalah Intervensi / Tindak Lanjut Penanggung Jawab Status Followup RS Subrujukan atau Fasilitas Lain 44 Telaah Kohort dalam MTPTRO

54 Tanggal Masalah Intervensi / Tindak Lanjut Penanggung Jawab Status Followup Pemangku Kebijakan, Kelompok Pasien, Lain-lain Tanggal Masalah Intervensi / Tindak Lanjut Penanggung Jawab Status Followup 45 Telaah Kohort dalam MTPTRO

55

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 RUMAH SAKIT UMUM DADI KELUARGA Jl. Sultan Agung No.8A Purwokerto Tahun 2016 BAB I DEFINISI Sampai saat ini, Rumah Sakit di luar negeri termasuk di

Lebih terperinci

Peningkatan Kinerja UPT RS Paru Batu Dalam Pelaksanaan Program P2TB (Pengendalian Penyakit Tuberkulosa)

Peningkatan Kinerja UPT RS Paru Batu Dalam Pelaksanaan Program P2TB (Pengendalian Penyakit Tuberkulosa) Peningkatan Kinerja UPT RS Paru Batu Dalam Pelaksanaan Program P2TB (Pengendalian Penyakit Tuberkulosa) Nama Inovasi Peningkatan Kinerja UPT RS Paru Batu Dalam Pelaksanaan Program P2TB (Pengendalian Penyakit

Lebih terperinci

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar Pedoman Fasilitator Tentang pedoman ini Pedoman ini memuat informasi untuk membantu fasilitator mempersiapkan dan menyampaikan pelatihan mengenai Epidemiologi Lapangan

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN KOMUNIKASI MOTIVASI DALAM PROGRAM PENGENDALIAN TB BAGI PETUGAS KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

KURIKULUM PELATIHAN KOMUNIKASI MOTIVASI DALAM PROGRAM PENGENDALIAN TB BAGI PETUGAS KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN KURIKULUM PELATIHAN KOMUNIKASI MOTIVASI DALAM PROGRAM PENGENDALIAN TB BAGI PETUGAS KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN R.I DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

Lebih terperinci

JEJARING PROGRAM NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA

JEJARING PROGRAM NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA JEJARING PROGRAM NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA WIHARDI TRIMAN, dr.,mqih MT-TB Jakarta HP : 0812 660 9475 Email : wihardi_t@yahoo.com LATAR BELAKANG Thn.1995, P2TB mengadopsi Strategi

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1

PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1 PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1 RUMAH SAKIT PERLU DOTS? Selama ini strategi DOTS hanya ada di semua puskesmas. Kasus TBC DI RS Banyak, SETIDAKNYA 10 BESAR penyakit, TETAPI tidak

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA PENERAPAN STRATEGI DOTS

PROGRAM KERJA PENERAPAN STRATEGI DOTS PROGRAM KERJA PENERAPAN STRATEGI DOTS TB DOTS 2016 KEMENTRIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN RSUD Palabuhanratu Jln.Ahmad Yani No. 2 Palabuhanratu Sukabumi Email rsud_plr@hotmail.com PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan manusia tiap tahunnya dan menjadi penyebab kematian kedua dari

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N No.308, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Keselamatan Pasien. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi

Lebih terperinci

Peran ISTC dalam Pencegahan MDR. Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan

Peran ISTC dalam Pencegahan MDR. Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan Peran ISTC dalam Pencegahan MDR Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan TB MDR Man-made phenomenon Akibat pengobatan TB tidak adekuat: Penyedia pelayanan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian 102 PEDOMAN WAWANCARA EVALUASI PELAKSANAAN STRATEGI DOTS (DIRECT OBSERVED SHORT-COURSE TREATMENT) DALAM MENURUNKAN ANGKA PENDERITA TB PARU DI RSUD DR. TENGKU MANSYUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar tuberkulosis menyerang organ paru-paru, namun bisa juga

Lebih terperinci

Strategi Penanganan TB di dunia kerja

Strategi Penanganan TB di dunia kerja Strategi Penanganan TB di dunia kerja Dr. Asik Surya, MPPM Pendidikan Dokter FK Unair Surabaya, 1990 Master Public Policy and Management, University of Southern California, LA, USA, 1999 Pekerjaan : Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di berbagai negara di

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL KOLABORASI TB HIV

KEBIJAKAN NASIONAL KOLABORASI TB HIV KEBIJAKAN NASIONAL KOLABORASI TB HIV disampaikan oleh : Kasi Resisten obat Nurjannah, SKM M Kes Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan RI Epidemilogi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama dunia. Tahun 2012, diperkirakan 8,6 juta penderita mengalami TB dan 1,3 juta meninggal dibesabakan oleh TB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mencapai tujuan Nasional di bidang kesehatan diperlukan suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP)

CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP) CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP) NO MATERI DOKUMEN NILAI KETERANGAN Elemen Penilaian AP.1 1 Pelaksanaan asesmen informasi dan informasi yang harus tersedia untuk pasien

Lebih terperinci

Surveilans Respons dalam Program KIA Penyusun: dr. Sitti Noor Zaenab, M.Kes

Surveilans Respons dalam Program KIA Penyusun: dr. Sitti Noor Zaenab, M.Kes Surveilans Respons dalam Program KIA Penyusun: dr. Sitti Noor Zaenab, M.Kes Pengertian Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus

Lebih terperinci

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah: SOP PENATALAKSANAAN TB PARU 1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. 2. Tujuan Untuk menyembuhkan pasien, mencegah

Lebih terperinci

BAB I. Treatment, Short-course chemotherapy)

BAB I. Treatment, Short-course chemotherapy) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB), penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, sejak ditemukan di abad 20 telah menjadi masalah kegawatdaruratan

Lebih terperinci

Setelah keputusan dibuat untuk pengenalan EHR, dan semua masalah dan tantangan diidentifikasi, langkah berikutnya adalah membentuk Komite Pengarah

Setelah keputusan dibuat untuk pengenalan EHR, dan semua masalah dan tantangan diidentifikasi, langkah berikutnya adalah membentuk Komite Pengarah CAPTER 4 Setelah keputusan dibuat untuk pengenalan EHR, dan semua masalah dan tantangan diidentifikasi, langkah berikutnya adalah membentuk Komite Pengarah untuk melakukan perencanaan dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis paru masih merupakan masalah utama kesehatan yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) (FK-UI, 2002).

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2.1. Supervisi ke unit pelayanan penanggulangan TBC termasuk Laboratorium Membuat Lembar Kerja Proyek, termasuk biaya operasional X X X

2.1. Supervisi ke unit pelayanan penanggulangan TBC termasuk Laboratorium Membuat Lembar Kerja Proyek, termasuk biaya operasional X X X 26/03/08 No. 1 2 3 4 5 6 URAIAN TUGAS PROGRAM TBC UNTUK PETUGAS KABUPATEN/KOTA URAIAN TUGAS Ka Din Kes Ka Sie P2M Wasor TBC GFK Lab Kes Da Ka Sie PKM MEMBUAT RENCANA KEGIATAN: 1.1. Pengembangan unit pelayanan

Lebih terperinci

Implementasi Strategi Layanan Komprehensif (LKB) pada Prosedur Pengobatan HIV IMS di Kota Yogyakarta dan Semarang

Implementasi Strategi Layanan Komprehensif (LKB) pada Prosedur Pengobatan HIV IMS di Kota Yogyakarta dan Semarang Hasil Riset Operasional Implementasi Strategi Layanan Komprehensif (LKB) pada Prosedur Pengobatan HIV IMS di Kota Yogyakarta dan Semarang Kerjasama PKMK FK UGM dengan Kemenkes RI Forum Jaringan Kebijakan

Lebih terperinci

Standar Prosedur Operasional etb12 Untuk Evaluasi, Pencatatan & Pelaporan Uji Silang Mikroskopis TB ALUR UJI SILANG MIKROSKOPIS TB LRN-M

Standar Prosedur Operasional etb12 Untuk Evaluasi, Pencatatan & Pelaporan Uji Silang Mikroskopis TB ALUR UJI SILANG MIKROSKOPIS TB LRN-M Standar Prosedur Operasional etb12 Untuk Evaluasi, Pencatatan & Pelaporan Uji Silang Mikroskopis TB ALUR UJI SILANG MIKROSKOPIS TB Subdit Mutu & Akreditasi LRN-M 6 6 5 Lab Rujukan Provinsi 4 Subdit P2TB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di Indonesia telah dimulai sejak diadakan Simposium Pemberantasan TB Paru di Ciloto pada tahun 1969. Namun

Lebih terperinci

BIMBINGAN TEKNIS PENCATATAN DAN PELAPORAN TB-HIV

BIMBINGAN TEKNIS PENCATATAN DAN PELAPORAN TB-HIV BIMBINGAN TEKNIS PENCATATAN DAN PELAPORAN TB-HIV Bimtek pencatatan dan pelaporan TB-HIV Material: TB: TB 06 (termasuk pemeriksaan untuk Xpert), TB 01, TB 03, 4 (empat) triwulan terakhir, dan (untuk akses

Lebih terperinci

Latar belakang, Skema & Implementasi SUFA (Strategic Use of Antiretroviral) di Indonesia

Latar belakang, Skema & Implementasi SUFA (Strategic Use of Antiretroviral) di Indonesia Lecture Series Inisiasi Dini Terapi Antiretroviral untuk Pencegahan dan Pengobatan Oleh Pusat Penelitian HIV & AIDS Atma Jaya Jakarta, 25 Februari 2014 Pembicara: 1) Yudi (Kotex, perwakilan komunitas)

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI PUSKESMAS

PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI PUSKESMAS PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI PUSKESMAS AKREDITASI PUSKESMAS DAN KLINIK Akreditasi puskesmas adalah proses penilaian eksternal oleh Komisioner Akreditasi terhadap puskesmas apakah sesuai dengan standar

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER)

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER) PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER) RUMAH SAKIT MH THAMRIN CILEUNGSI JL. Raya Narogong KM 16 Limus Nunggal Cileungsi Bogor Telp. (021) 8235052 Fax. (021) 82491331 SURAT KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.285, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Pengendalian. Tuberkulosis. Resistan Obat. Manajemen Terpadu. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi fokus dunia internasional. Dengan masuknya TB sebagai salah satu indikator MDGs (Millenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB), merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dan tetap menjadi salah satu penyakit menular mematikan

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL POLITEKNIK LP3I JAKARTA TAHUN 2016 ii iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv Bab I Penjelasan Umum... 2 A. Definisi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari

Lebih terperinci

HASIL DISKUSI KELOMPOK RKD TBC PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

HASIL DISKUSI KELOMPOK RKD TBC PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA HASIL DISKUSI KELOMPOK RKD TBC PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA Isu TBC &Target Pencapaian Tahun 2018-2019 Angka Penemuan Kasus (Missing Case) Angka Kepatuhan Minum Obat Case Detection Rate (CDR) >70% Success

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. (Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis perubahannya (Permenkes RI,

Lebih terperinci

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL POLICY BRIEF 03 PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL Layanan HIV dan AIDS yang Komprehensif dan Berkesinambungan (LKB)

Lebih terperinci

Peluang Pemanfaatan Teknologi. Rukmono Siswishanto Unit Diklat RSUP Dr. Sardjito

Peluang Pemanfaatan Teknologi. Rukmono Siswishanto Unit Diklat RSUP Dr. Sardjito Peluang Pemanfaatan Teknologi Rukmono Siswishanto Unit Diklat RSUP Dr. Sardjito rukmonos@yahoo.com siswishanto@gmail.com Tujuan 1. Menjelaskan Review Maternal Perinatal (RMP) 2. Menjelaskan peluang pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Satu diantara pelayanan rumah sakit yang baik dapat dilihat dari cara pengelolaan berkas rekam medis pasien yang ada di rumah sakit tersebut. Rekam medis merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu melalui inhalasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tuberkulosis 2.1.1.1 Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interprofessional Education (IPE) 1. Definisi IPE Menurut WHO (2010), IPE merupakan suatu proses yang dilakukan dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan yang penting saat ini. WHO menyatakan bahwa sekitar sepertiga penduduk dunia tlah terinfeksi kuman Tuberkulosis.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

Diklat Pendamping Akreditasi FKTP MATERI INTI 6 TEKNIK AUDIT INTERNAL

Diklat Pendamping Akreditasi FKTP MATERI INTI 6 TEKNIK AUDIT INTERNAL MATERI INTI 6 TEKNIK AUDIT INTERNAL I. Deskripsi Singkat Seiring dengan kemajuan iptek dan tuntutan pelayanan masyarakat, dari waktu waktu ke waktu dituntut upaya peningkatan mutu pelayanan yang berkesinambungan

Lebih terperinci

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas Pelatihan Data Prioritas dan SP2TP/SIKDA Prov Jawa Timur Pusat Data dan Informasi 2016 Pokok Bahasan Gambaran Masalah SIK Kebijakan Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi masalah di Dunia. Hal ini terbukti dengan masuknya perhatian terhadap penanganan TB dalam MDGs.

Lebih terperinci

POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS)

POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS) POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS) Elemen Penilaian KPS 1 1. Perencanaan harus mempertimbangkan misi rumah sakit, keragaman pasien, jenis pelayanan dan teknologi yang digunakan dalam asuhan pasien

Lebih terperinci

Tehnik audit internal

Tehnik audit internal Tehnik audit internal Pengertian audit Kegiatan mengumpulkan informasi faktual dan signifikan (dapat dipertanggung jawabkan) melalui interaksi (pemeriksaan, pengukuran dan penilaian yang berujung pada

Lebih terperinci

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek 2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek Cilacap. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Focus Group Discusion

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

Dalam upaya memperoleh data, penelitian ini menggunakan wawancara. sebagai salah satu metode untuk melakukan pengkajian data secara mendalam.

Dalam upaya memperoleh data, penelitian ini menggunakan wawancara. sebagai salah satu metode untuk melakukan pengkajian data secara mendalam. Lampiran PEDOMAN WAWANCARA Dalam upaya memperoleh data, penelitian ini menggunakan wawancara sebagai salah satu metode untuk melakukan pengkajian data secara mendalam. Berikut ini merupakan pedoman wawancara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Revisi Pedoman Pelaporan dan Pencatatan. Pemutakhiran pedoman pencatatan Monev

Revisi Pedoman Pelaporan dan Pencatatan. Pemutakhiran pedoman pencatatan Monev www.aidsindonesia.or.id MARET 2014 L ayanan komprehensif Berkesinambungan (LKB) merupakan strategi penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 21 tahun

Lebih terperinci

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT KOMITE FARMASI DAN TERAPI DRA. NURMINDA S MSi, APT STANDARD PELAYANAN FARMASI Keputusan MenKes no. 1197/MenKes/SK/X/2004 Tanggal 19 Oktober 2004 Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018 INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018 REFERENSI UU no 44 tahun 2009 ttg rumah sakit pasal 21-22

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berada di Universitas Bina Nusantara yang memiliki tanggung jawab untuk

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berada di Universitas Bina Nusantara yang memiliki tanggung jawab untuk BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Organisasi Quality Management Center (QMC) merupakan salah satu organisasi internal yang berada di Universitas Bina Nusantara yang memiliki tanggung jawab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan langsung terjadi melalui aerosol yang mengandung

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: Ditetapkan Kepala UPT Puskesmas Cibaliung M. AMSOR, SKM NIP.11987031 1008 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BUKU PENILAIAN

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BUKU PENILAIAN MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PAM.MM01.001.01 BUKU PENILAIAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN

Lebih terperinci

Panduan Penetapan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan ( DPJP )

Panduan Penetapan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan ( DPJP ) SK Direktur Nomor 036.1/DIR/RSIA-PPA/I/2015 Panduan Penetapan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan ( DPJP ) BAB I Pendahuluan 1. Latar belakang Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah seorang dokter

Lebih terperinci

PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF )

PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF ) PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF ) No Elemen Penilaian 1 Standar KKS 1 1 Ada penetapan perencanaan kebutuhan staf rumah sakit yang berdasar atas perencanaan strategis dan perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun

Lebih terperinci

WORKSHOP PEMBUATAN MODUL KETERAMPILAN MEDIS GELOMBANG IV TAHUN

WORKSHOP PEMBUATAN MODUL KETERAMPILAN MEDIS GELOMBANG IV TAHUN CATATAN MONEV WORKSHOP PEMBUATAN MODUL KETERAMPILAN MEDIS GELOMBANG IV TAHUN 2012 Tangerang, 19-20 September 2012 Catatan Umum Kegiatan : 1. Latar belakang diadakan kegiatan ini adalah sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Depertemen Kesehatan RI (2008) Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Sampai saat

Lebih terperinci

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK RSUD KOTA DEPOK 1 BAB I PENDAHULUAN Meningkatkan derajat kesehatan bagi semua lapisan masyarakat Kota Depok melalui pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum RSUD Pasaman Barat merupakan Rumah sakit Kelas C yang berdiri berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2005 pada tanggal 1 April 2005 dalam bentuk Lembaga Teknis Daerah

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN DEKONSENTRASI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (PKP) TAHUN 2012

STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN DEKONSENTRASI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (PKP) TAHUN 2012 2012, No.766 8 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN TAHUN 2012 STRUKTUR

Lebih terperinci

SPO ASUHAN GIZI TERSTANDAR AKREDITASI VERSI HERNI ASTUTI INSTALASI GIZI RSUP DR SARDJITO Workshop Gizi, Yogyakarta April 2013

SPO ASUHAN GIZI TERSTANDAR AKREDITASI VERSI HERNI ASTUTI INSTALASI GIZI RSUP DR SARDJITO Workshop Gizi, Yogyakarta April 2013 SPO ASUHAN GIZI TERSTANDAR AKREDITASI VERSI 2012 HERNI ASTUTI INSTALASI GIZI RSUP DR SARDJITO Workshop Gizi, Yogyakarta 24-25 April 2013 DASAR HUKUM Keputusan Direktur Jenderal Bina upaya Kesehatan nomor

Lebih terperinci

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

INDIKATOR KETERANGA ELEMEN PENCAPAIAN

INDIKATOR KETERANGA ELEMEN PENCAPAIAN PERENCANAAN PERBAIKAN STRATEGIS RUMAH SAKIT Tk. II Dr. R. HARDJANTO BALIKPAPAN NO STANDAR/ LANGKAH METODE INDIKATOR WAKTU PENANGGUN KETERANGA ELEMEN PEMENUHAN EP PERBAIKAN PENCAPAIAN G N. PP. EP.. PP.

Lebih terperinci

KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF (KKS)

KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF (KKS) KOMPETENSI AN KEENANGAN STAF (KKS) PEENCANAAN Standar KKS 1 Pimpinan rumah sakit menetapkan perencanaan kebutuhan staf rumah sakit. Maksud dan Tujuan KKS 1 : Lihat SNAS 1 Elemen Penilaian KKS 1 Telusur

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Instrumen 1: Pelayanan Jejaring Sistem Rujukan Vanguard Kegawat daruratan Ibu dan BBL (neonatal)

Instrumen 1: Pelayanan Jejaring Sistem Rujukan Vanguard Kegawat daruratan Ibu dan BBL (neonatal) Lampiran A: Instrumen bagi Rumah Sakit Instrumen 1: Pelayanan Jejaring Sistem Rujukan Vanguard Kegawat daruratan Ibu dan BBL (neonatal) Nama Fasililtas: Kabupaten: Kecamatan: Tanggal: Penilai: Pertunjukpengisian:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993 memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih

Lebih terperinci

1. Melakukan pendekatan terhadap peluang pendanaan dari donatur potensial. 2. Menyerahkan proposal pendanaan. 3. Memenuhi persyaratan kontrak

1. Melakukan pendekatan terhadap peluang pendanaan dari donatur potensial. 2. Menyerahkan proposal pendanaan. 3. Memenuhi persyaratan kontrak KODE UNIT : O.842340.006.01 JUDUL UNIT : MemastikanPendanaan PenanggulanganBencana DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini menjelaskan keterampilan pengetahuan, dan sikap yang dipersyaratkan untukmengidentifikasi

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN PENDEKATAN PRAKTIS KESEHATAN PARU (PRACTICAL APPROACH TO LUNG HEALTH / PAL) UNTUK TENAGA PUSKESMAS

KURIKULUM PELATIHAN PENDEKATAN PRAKTIS KESEHATAN PARU (PRACTICAL APPROACH TO LUNG HEALTH / PAL) UNTUK TENAGA PUSKESMAS KURIKULUM PELATIHAN PENDEKATAN PRAKTIS KESEHATAN PARU (PRACTICAL APPROACH TO LUNG HEALTH / PAL) UNTUK TENAGA PUSKESMAS I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pendekatan Praktis Kesehatan Paru (Practical Approach

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM JL. BUDI KEMULIAAN NO. 1 SERAYA - BATAM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai satu sarana kesehatan yang

Lebih terperinci

PROSEDUR TUGAS POKOK DAN FUNGSI PPID RUMAH SAKIT JIWA MENUR

PROSEDUR TUGAS POKOK DAN FUNGSI PPID RUMAH SAKIT JIWA MENUR PROSEDUR TUGAS POKOK DAN FUNGSI PPID RUMAH SAKIT JIWA MENUR No. Dokumen No. Revisi Halaman RS JIWA MENUR JL. MENUR 120 Surabaya 10.11.005 3 1/5 SOP Tanggal Terbit 06 Januari 2015 Unit Kerja PPID RS JIWA

Lebih terperinci

Dikembangkan dari publikasi di JMPK yang ditulis oleh Alex Prasudi 1 dan Adi Utarini 2

Dikembangkan dari publikasi di JMPK yang ditulis oleh Alex Prasudi 1 dan Adi Utarini 2 INOVASI INFORMASI KESEHATAN DARI FASILITAS PEMERINTAH DAN SWASTA: MODEL DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU DI KECAMATAN KALASAN, KABUPATEN SLEMAN, PROPINSI DIY Dikembangkan dari publikasi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis pada tahun 2007 dan ada 9,2 juta penderita

Lebih terperinci

BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE)

BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE) BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE) GAMBARAN UMUM Memberikan asuhan pasien merupakan upaya yang kompleks dan sangat bergantung pada komunikasi dari informasi. Komunikasi tersebut adalah kepada

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE NAKES RS. JANTUNG BINAWALUYA 2016

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE NAKES RS. JANTUNG BINAWALUYA 2016 PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE NAKES RS. JANTUNG BINAWALUYA 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah Sakit sebagai satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

Lebih terperinci