BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Konstruksi Ban Secara umum ban ada 3 jenis, yaitu : ban diagonal bias, belted bias dan radial (tubeless). Ban diagonal bias adalah ban dengan konstruksi ply 3 dengan sudut potongan kurang dari 90 O terhadap garis tengah tread, ban belted bias adalah ban diagonal bias yang diberi penguat berupa steel belt antara tread dan ply, sedangkan ban radial adalah ban dengan konstruksi ply bersudut potongan 90 O terhadap garis tengah tread. Dalam tugas akhir ini penulis menitik beratkan pembahasan hanya kepada konstruksi ban dengan jenis ban radial. Gambar 2.1. Perbedaan Konstruksi Ply atau Carcass Pada Ban radial dan Ban bias 3 Ply : kain ban yang terbuat dari anyaman benang polyester yang dilapisi karet pada bagian atas dan bawahnya. 8

2 Gambar 2.2. Konstruksi Ban radial Detail konstruksi penampang ban radial dapat dilihat pada gambar 2.2 diatas Ban radial dibagi dalam 7 komponen penting, yaitu : 1 Tread a. Cap tread b. Under tread c. Wing tip Gambar Konstruksi Tread 2 Sidewall a. Sidewall b. Belt edge cushion (BEC) c. Rim cushion (RC Gambar Konstruksi Sidewall 3 Steel belt a. Steel belt 1 (first belt/1b) b. Steel belt 2 (second belt/2b) c. Edge tape (belt edge gum sheet) 9 Edge tape Gambar Konstruksi Steel belt

3 4 Nylon Cover / Jointless a. Nylon full cover b. Nylon edge cover c. Jointless Gambar Konstruksi nylon cover 5 Bead a. Bead filler b. Bead wire Gambar Konstruksi bead 6 Tubeless a. Squegee b. Inner liner 7 Ply atau Carcass a. Ply 1 (first ply (1P)) b. Ply 2 (second ply (2P)) Gambar Konstruksi ply dan tubeless Dalam tugas akhir ini pembahasan komponen penyusun ban hanya difokuskan kepada ply atau carcass, karena hanya komponen ban ini yang dilakukan proses radiasi. 10

4 2.1.1 Ply atau Carcass Ply merupakan lapisan ban yang terbuat dari lembaran kain polyester yang dilapisi lembaran compound pada bagian atas dan bawahnya. Bagian ini yang akan dilakukan proses radiasi elektron. Benang ply Compound Ply Gambar Detail konstruksi ply Fungsi ply : 1. Meredam benturan pada ban oleh benda lain 2. Menjaga bentuk ban (rangka ban) saat diisi angin dan diberi beban 11

5 2.2 Proses Pembuatan Ban Radial Berikut ini flow chart pembuatan ban radial : Gambar Flow Chart Proses Produksi Ban Radial 12

6 2.2.1 Proses Produksi Ban Radial Proses produksi ban radial terdiri dari beberapa urutan langkah produksi berikut ini: 1. Incoming (kedatangan) dan receiving (penerimaan) material, meliputi : a. Kain ban / fabric / yarn b. Karet / elastomer / polimer / rubber c. Bahan kimia dan karbon aktif / reinforcing filler d. Oli proses e. Kawat bead / bead wire f. Benang steel / steel cord 2. Proses mixing 3. Proses pembuatan ply/carcas, NE, NF dan Jointless, meliputi : a. Proses topping calendering b. Proses EPS c. Proses ply cutting d. Proses slitting 4. Proses pembuatan steel belt, meliputi : a. Proses steel calendering b. Proses steel cutting 5. Proses pembuatan bead finish, meliputi : a. Proses bead forming b. Proses bead finishing 6. Proses pembuatan tubeless, innerliner / squeegee dan chafer, meliputi : a. Proses tubeless calendering b. Proses tubeless assemblying 7. Proses pembuatan sidewall dan sidewall assembly, meliputi : 13

7 a. Proses sidewall extruding b. Proses sidewall assemblying 8. Proses pembuatan tread a. Proses tread extruding 9. Proses assembly komponen ban a. Proses building 10. Proses vulkanisasi ban a. Proses curing ban 11. Proses finishing ban a. Proses trimming 12. Proses inspeksi kualitas compound, proses dan produk ban, meliputi : a. Compound green strength test b. Compound green elongation test c. Tackiness test d. Adhesion test e. Uji dosimetri f. Visual inspection g. Static balance test h. Dynamic balance test i. Uniformity test j. Indoor test k. Outdoor test 14

8 2.2.2 Proses Mixing Proses mixing adalah proses pembuatan compound karet. Caranya adalah dengan mencampur polimer (karet), reinforcing filler (carbon), oli proses (softener/pelunak) dan bahan kimia dalam sebuah mesin pencampur tertutup yang disebut mesin banbury menjadi lembaran compoound (Lihat Gbr Banbury mixer machine). Gambar Proses Mixing Ram turun naik Raw material masuk melalui hopper door Rotor berputar untuk mencampur raw material menjadi compound Compound keluar melalui drop door Gambar Banbury Mixer Machine 15

9 2.2.3 Proses Topping Calendering Langkah berikutnya adalah membawa compound ke proses topping calendaring. Proses Topping calendering adalah proses pembuatan treatment ply, treatment nylon dan treatment chafer. Caranya adalah dengan melapisi lembaran kain nylon/polyester/monofilament dengan compound tipis pada bagian bawah dan atasnya kemudian melewatkannya melalui suatu celah tipis antara 2 roll untuk menyatukannya. Gambar Proses Topping Calender Proses EPS Proses setelah proses topping calendering adalah proses EPS. Proses EPS (Electronbeam Processing System) adalah rangkaian proses radiasi treatment ply. Tahapannya adalah sebagai berikut : 1. Proses mempercepat elektron dengan cara menginduksi filament (sumber elektron) dengan arus bertegangan tinggi sehingga filament tersebut melepaskan elektron. 2. Elektron bebas yang terlepas dipercepat dan difokuskan dalam tabung vakum kemudian disebarkan dengan scanner dengan dimensi dan kerapatan yang bisa diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. 3. Elektron yang dipercepat ini akan ditembakkan melewati suatu bahan tipis yang di sebut window foil ke treatment ply sebagai target iradiasi. 16

10 4. Elektron yang mengenai treatment ply akan memberikan efek ikatan silang dan menimbulkan efek prevulkanisasi yang akan merubah sifat fisik, kimia maupun biologi target secara permanen. Mesin EPS yang ada di Gajah Tunggal Tbk adalah Mesin EPS NHV-500 KV 150 ma 180 cm Gambar Proses EPS Proses Ply Cutting Proses produksi setelah proses EPS adalah proses potong ply yang disebut sebagai proses ply cutting. Proses ply cutting adalah proses pembuatan ply. Caranya adalah dengan memotong treatment ply menjadi potongan-potongan ply dengan sudut potongan 90 O. Gambar Proses Ply Cutting 90 O 17

11 2.2.6 Proses Slitting Selain ke proses ply cutting, hasil proses EPS juga ada yang dibawa ke proses slitting yaitu treatment nylon. Proses slitting sendiri adalah proses pembuatan NE (Nylon edge cover), NF (Nylon full cover) dan Jointless. Caranya adalah dengan membelah treatment nylon searah dengan arah benang nylon. Gambar Proses Slitting Proses Steel Calendering Compound hasil proses mixing selain dibawa ke proses topping calendaring juga didistribusikan ke beberapa proses lain, diantaranya adalah proses steel calendaring. Proses steel calendering adalah proses pembuatan treatment steel. Caranya adalah dengan menyusun benang steel menjadi semacam kain steel dan melapisinya dengan compound tipis kemudian melewatkannya melalui celah tipis 2 roll calendar yang lain untuk menyatukannya. Gambar Proses Steel Calendering 18

12 2.2.8 Proses Steel Cutting Treatment steel hasil proses steel calendaring kemudian dibawa ke steel cutting. Proses steel cutting adalah proses pembuatan steel belt. Caranya adalah dengan memotong treatment steel dengan sudut potongan sebesar 60 O. Gambar Proses Steel Cutting Proses Bead Forming Compound dari mixing juga ada yang dibawa ke proses bead forming. Proses bead forming adalah proses pembuatan lingkaran bead umtuk dudukan rim. Caranya adalah dengan menyusun beberapa kawat bead sejajar kemudian melapisinya dengan compound tipis dan menggulungnya menjadi beberapa lapisan kawat dengan diameter sesuai spesifikasi yang diperlukan. Gambar 2.19a. Proses Bead Forming 19

13 Proses Bead Finishing Gambar 2.19b. Proses Bead Forming Proses berikutnya setelah proses bead forming adalah proses bead finishing. Proses bead finishing adalah proses pembuatan bead finish. Caranya adalah dengan menggabungkan bead forming dengan apex bead menjadi satu. Gambar Proses Bead Finishing Proses Tubeless Calendering Compound dari mixing dibawa ke proses tubeless calendering Proses tubeless calendering adalah proses pembuatan inner liner dan squeegee yang kemudian langsung diassembly menjadi tubeless. Gambar Proses Tubeless Calendering 20

14 Proses Tubeless Assemblying Proses setelah tubeless calendar adalah proses tubeless assemblying. Proses tubeless assemblying adalah proses assembly tubeless dengan rubber chafer Proses Sidewall Extruding Gambar Proses Tubeless Asemblying Proses sidewall extruding adalah proses extrusi compound menjadi sidewall. Gambar Proses Sidewall Extruder Proses Sidewall Assemblying Sidewall hasil proses sidewall extruding dibawa ke proses sidewall assemblying. Proses sidewall assemblying adalah proses assembly sidewall dengan tubeless. Gambar Proses Sidewall Assemblying 21

15 Proses Tread Extruding Proses tread extruding adalah proses extrusi compound menjadi tread. Gambar Proses Cap Tread Extruding Proses Building Proses building adalah proses perakitan seluruh komponen ban berupa produk setengah jadi menjadi sebuah ban mentah (green tyre). Gambar Proses Building (Assemblying) 22

16 Proses Curing Ban Green tyre kemudian dibawa ke proses curing. Proses curing adalah proses pemasakan ban dengan cara memasukkan green tyre 4 ke dalam sebuah cetakan dengan diberi tekanan dan suhu tertentu. Gambar Proses Curing (Vulkanisasi) Proses Trimming Proses trimming adalah proses pemotongan sisa-sisa rambut ban dan overflow Proses Inspeksi Proses inspeksi atau proses pemeriksaan meliputi : a. Compound testing 1. Compound green strength test Compound green strength test adalah pengujian kekuatan pembebanan maksimum pada bagian penampang takik compound dengan cara ditarik sampai ultimate strength. 23

17 Gambar Grafik Tensile Strength Gambar Dumble sample test tensile strength Rumus : σs A = F / A = Thickness x Width Keterangan : σs = Tensile strength (N/mm 2 ) F = Nilai pembebanan (N) A = Luas penampang takik dumble sample (mm 2 ) 4 Green tyre : ban mentah 24

18 2. Compound green elongation test Compound green elongation test adalah pengujian besarnya persentase perubahan panjang maksimum compound saat retak atau putus. Gambar 2.30 Dumble sample test green elongation Rumus : % Elongation = 100 x (EB / EO) Keterangan : % Elongation = % perpanjangan EB EO = Panjang sample saat putus (mm) = Panjang sample awal = Length (mm) 3. Tackiness test Tackiness test adalah pengujian nilai kerekatan compound saat Roda naik turun dengan pembebanan ditempelkan dengan tekanan dan lama waktu tertentu. Besar nilai tackiness ditunjukkan langsung oleh display indicator tackimeter. 5 Sampel compound Sampel compound Gambar Sample test tackiness. 25

19 b. In process testing 1. Uji keseragaman dosis radiasi (lihat point ) 2. Uji kedalaman dosis radiasi (lihat point ) 3. Uji dosis radiasi terserap (lihat point ) 4. Adhesion test Adhesion test adalah pengujian ketahanan kerekatan sample setelah divulkanisasi. Cara pembuatan samplenya adalah dengan menempelkan 2 lapis sample kemudian dimasak (divulkanisasi), ujung masing-masing sample dibuka. Cara pengujiannya adalah dengan menjepit ujung masingmasing sample dan menariknya dengan mesin pengujian berlawanan arah. Nilai kekuatan tarik dari awal sampai dengan kekuatan puncak (sltimate strength) akan ditampilkan langsung dilayar mesin. Gambar Adhesion test c. Visual inspection Visual inspection adalah pemeriksaan kualitas permukaan ban secara visual. d. Static balance Static balance adalah proses pemeriksaan keseimbangan ban pada saat diam. Ban ditimbang pada posisi diam. Berdasar perbedaan berat ban pada masing- 26

20 masing sisinya akan diketahui titik tengah sumbu ban sebenarnya. Nilai static balance dihitung berdasar besar penyimpangan titik pusat sumbu ban hasil pengukuran terhadap titik tengah diameter ban. Hasil pengukuran langsung bisa dilihat pada jenis dan posisi marking pada ban. e. Dynamic balance Dynamic balance adalah proses pemeriksaan keseimbangan ban pada saat diputar. Ban ditimbang pada posisi diputar. Berdasar perbedaan berat ban pada masing-masing sisinya akan diketahui titik tengah sumbu ban bagian atas dan bagian bawah yang sebenarnya. Nilai dynamic balance dihitung berdasar besar penyimpangan titik pusat sumbu ban hasil pengukuran terhadap titik tengah diameter ban. Hasil pengukuran langsung bisa dilihat pada display monitor mesin. Gambar Perbedaan Static Balance dan Dynamic balance f. Uniformity Uniformity adalah proses pemeriksaan keseragaman gaya-gaya yang timbul pada saat ban diputar akibat perbedaan massa ban pada setiap areanya. Pengukuran ini meliputi pengukuran radial force variation (RFV), lateral force variation (LFV), conicity, radial runout (RRO), dan lateral runout (LRO). 27

21 Ban bisa dianalogikan sebagai per (spring), dimana jika diberi pembebanan maka timbul gaya-gaya radial, lateral dan tangential (fore-aft). Gaya radial adalah gaya yang timbul searah dengan arah titik pusat diameter ban ke arah diameter luar ban. Gaya lateral adalah gaya yang timbul searah dengan arah sumbu mendatar ban. Sedangkan gaya tangential adalah gaya yang timbul searah dengan arah perputaran ban. Untuk mendapat ban yang bagus diperlukan pengontrolan batas-batas maksimal gaya-gaya yang timbul. Gambar Arah gaya uniformity 1. RFV (Radial Force Variation) RFV adalah perubahan gaya yang diberikan oleh ban saat diberi pembebanan, arah gaya adalah searah diameter ban. Gaya ini berfungsi sebagai penahan ke atas berat kendaraan. Gaya ini sangat dipengaruhi oleh besarnya permukaan kontak ban terhadap jalan. Semakin besar perbedaan permukaan kontak antar area ban maka semakin besar RFV yang timbul. Selisih gaya minimum terhadap gaya maksimum dihitung sebagai nilai RFV. Gambar RFV 28

22 2. LFV (Lateral Force Variation) LFV adalah perubahan gaya yang diberikan oleh ban saat diberi pembebanan, arah gaya adalah searah sumbu diameter ban. Gaya ini berfungsi sebagai penahan ke samping berat kendaraan. Gaya ini juga sangat dipengaruhi oleh besarnya permukaan kontak ban terhadap jalan. Semakin besar perbedaan permukaan kontak antar area ban maka semakin besar LFV yang timbul. Selisih gaya minimum terhadap gaya maksimum dihitung sebagai nilai LFV. LFV mempunyai pengaruh terhadap kecenderungan arah steer. LFV minus (-) mengakibatkan steer cenderung serong ke kanan. Sebaliknya LFV plus (+) membuat steer kendaraan cenderung serong ke kiri. 3. Conicity Conicity adalah efek adanya gaya lateral yang timbul saat ban diputar, dimana gaya ini cenderung membuat ban saat dipakai di jalan memiliki lintasan seperti kerucut. Gambar Conicity 29

23 Cara menentukan besarnya conicity adalah dengan cara mengkalikan 1.5 selisih nilai lateral force saat ban diputar searah jarum jam dan saat ban diputar berlawanan arah jarum jam. Untuk menghilangkan efek conicity dapat dilakukan dengan cara memasang ban dengan nilai conicity sama pada sisi kanan dan kiri mobil. Maksud pemasangan ini adalah agar pada saat ban dipakai berkendara conicity yang timbul dari ban sisi satu akan diredam oleh conicity yang timbul pada ban yang dipasang pada sisi yang berlawanan. 4. RRO (Radial RunOut) Radial Runout (RRO) adalah nilai perbedaan diameter ban sebenarnya dibanding dengan diameter idealnya. RRO adalah bagian dari RFV. RRO dihitung berdasar perbedaan nilai maksimum terhadap nilai minimumnya. Biasanya RRO diukur pada garis tengah telapak ban. 5. LRO (Lateral RunOut) Lateral Runout (LRO) adalah nilai perbedaan kerataan permukaan sidewall dibanding dengan kerataan idealnya. LRO adalah bagian dari LFV. LRO dihitung berdasar perbedaan nilai maksimum terhadap nilai minimumnya. Biasanya LRO diukur pada sidewall atas dekat telapak ban. g. Indoor test (Drum test) Indoor test atau drum test adalah test kekuatan ban yang dilakukan di dalam ruangan. Caranya adalah dengan menekan ban dengan beban tertentu ke drum yang berputar. 1. High speed test : Kondisi drum test, dimana kecepatan drum tetap, sedangkan beban naik secara berkala. 30

24 2. Endurance test : Kondisi drum test, dimana kecepatan drum naik secara berkala, sedangkan beban tetap. Load Drum test Gambar Drum test h. Outdoor test (Feeling test, Road test) Outdoor test adalah test batas kekuatan ban pada saat dipakai dijalan, keamanan, kenyamanan dan kebisingan ban diukur sesuai standard yang dipersyaratkan. Gambar Outdoor test 31

25 2.3 Prinsip Dasar Operasi Mesin EPS NHV-500 KV 150 ma 180 cm Pengertian EPS Mesin EPS (Elecron-beam Processing System) atau MBE (Mesin Berkas Electron) atau mesin akselerator adalah alat yang pemercepat partikel bermuatan (ion atau electron) hingga mencapai suatu energi tertentu. Ion atau electron yang dihasilkan kemudian ditembakkan pada suatu target, tujuannya adalah memperbaiki struktur jaringan atom target. Interaksi antara partikel bermuatan dan material target yang ditumbuknya adalah interaksi atomic yang di sebut sebagai proses iradiasi Komponen Utama Mesin EPS Komponen utama mesin EPS adalah : 1. Pembangkit listrik tegangan tinggi (untuk catu daya filamen dan catu daya ekstraktor) 2. Filament sebagai sumber electron 3. Sistem vakum 4. Pemfokus berkas elektron 5. Pengarah berkas elektron 6. Tabung akselerator 7. Sistem pemayar berkas electron (coil, tabung pemayar dan window foil) 8. Sistem konveyor 9. Sistem kendali 10. Sistem keselamatan 32

26 Gambar Layout cara kerja mesin EPS 33

27 catudaya filamen 1 Katoda ekstraktor Filamen 2 Anoda ekstraktor catudaya ekstraktor 3-4 kv Berkas elektron Pemfokus I 4 Elektroda tegangan tinggi 6 4 Pemfokus II Pengarah berkas elektron 5 Coil Pemayar Tabung Pemayar 7 Window Foil Material target radiasi Gambar Komponen mesin EPS 34

28 Pembangkit Listrik Tegangan Tinggi Ada beberapa jenis pembangkit listrik (generator) tegangan tinggi yang dipakai dalam MBE, antara lain yaitu : 1. Transformator 2. Cockcroft-Walton 3. Dynamitron 4. Generator Van de Graaff Jenis tegangan tinggi yang dipakai dalam mesin EPS ini adalah transformator dari jenis Transformator Inti Terinsulasi (Insulated Core Transformer). Tegangan listrik yang dihasilkan bisa diatur untuk diturunkan atau dinaikkan Sumber Elektron Sumber elektron yang digunakan adalah dari bahan padat berupa filament yang terhubung dengan catu daya yang berasal dari pembangkit listrik tegangan tinggi. Bahan dasar filament yang bisa digunakan adalah : Tungsten. Tantalum, serta LaB 6. Sedangkan mesin EPS ini menggunakan filamen berbahan dasar tungsten. Jika filament diberi tegangan tinggi maka filament melepaskan electron. Karena electron yang dilepas jumlahnya banyak sehingga electron membentuk berkas electron yang kemudian melewati ekstraktor. Saat berkas electron melewati ekstraktor secara simultan electron disebar atau diekstraksi masuk kedalam tabung accelerator. Katoda ekstraktor catu daya filamen Filamen Anoda ekstraktor catudaya ekstraktor 3-4 kv Berkas elektron Gambar 2.41 Prinsip Kerja Sumber Elektron 35

29 Sistem Vakum Untuk menghindari factor pengereman kecepatan electron maka interaksi electron dengan partikel lain dalam tabung accelerator diusahakan tidak ada. Untuk meniadakan interaksi ini maka semua partikel dalam tabung ini harus dikeluarkan atau dengan kata lain tabung akselerator harus dibuat vakum. Sistem vakum terdiri dari ruang vakum, pompa vakum, katup (Valve), dan alat ukur vakum. Sistem ini berfungsi untuk mencapai, mengukur dan menjaga tingkat kevakuman yang diperlukan untuk beroperasinya MBE yaitu kurang dari 2 x 10-6 torr ( = 2.72 x 10-9 kgf/cm 2 = 2.63 x 10-9 atm = x 10-6 mbar = x 10-4 Pa). Semakin tinggi tingkat kevakuman yang dapat dicapai berarti semakin baik pengaruhnya terhadap kestabilan parameter operasi mesin. Pompa vakum untuk MBE pada umumnya terdiri dari 2 jenis, yaitu : 1. Pompa Kasar : jangkauan kevakuman dari 750 torr sampai dengan 1 x 10-4 torr. Contohnya : Pompa Rotary Alat ukur tekanan yang dipakai adalah : Tipe Piranimeter 2. Pompa Utama : jangkauan kevakuman dari 2 x 10-4 s/d 1 x torr Contohnya : Pompa Difusi, Pompa Turbomolekul, Pompa Ion, Pompa Kriogenik. Alat ukur tekanan yang dipakai : Tipe Ionisasi. Mesin EPS menggunakan pompa rotary dan pompa ion Tabung Pemercepat Valve 1 Tabung Pemayar Pompa Ion Gambar 2.42 Skema sistem Vakum Valve 3 Valve 2 Pompa Rotary 36

30 Pemfokus Berkas Elektron. Pemfokus berkas elektron berfungsi untuk menjaga agar elektron tetap berada pada sumbu lintasan pemercepatnya. Apabila sistem pemfokus tidak berfungsi dengan baik maka lintasan berkas elektron menyebar (tidak fokus) sehingga mengenai dinding tabung pemercepat. Dalam waktu tertentu maka energi yang terakumulasi pada dinding mengakibatkan kerusakan/kebocoran pada dinding. Dalam kegiatan pengoperasian diperlukan pengaturan suplai arus/tegangan pemfokus yang sesuai terhadap energi berkas elektron, besar arus yang diperlukan biasanya sudah ditentukan dan tercantum dalam manual instruction. Suplai arus/tegangan untuk sistem pemfokus terkait erat dengan keselamatan operasi MBE, maka terhubung secara interlok terhadap sistem tegangan tinggi Tabung akselerator Tabung akselerator MBE merupakan tabung untuk mempercepat elektron dengan cara memberi beda potensial pada elektroda-elektroda yang dipisahkan oleh isolator dan ditempatkan di antara kedua ujung tabung tersebut. Tabung akselerator terdiri dari : Isolator, terbuat dari bahan glas, keramik, porselen Elektroda, terbuat dari bahan Stainless-stell,Titanium, Aluminium alloy. Resistor pembagi tegangan, terbuat dari bahan Nikel. Setelah electron mencapai kecepatan yang sesuai electron difokuskan kembali di pemfokus kedua. Langkah berikutnya electron diarahkan menuju coil pemayar Sistem pemayaran Prinsip operasi : 1. Dalam coil pemayar electron diatur menjadi suatu berkas electron segaris horizontal melebar dengan bantuan dua medan magnet yang saling tegak lurus. 2. Electron kecepatan tinggi ini kemudian diteruskan ke dalam tabung pemayar. 37

31 3. Setelah melewati tabung pemayar electron menuju kepada target melalui window foil. 4. Setelah electron melewati window foil electron berinteraksi dengan target yang dijalankan dengan system konveyor. 5. Karena jumlah electron sangat banyak dengan frekuensi yang tinggi serta posisi target yang tegak lurus terhadap arah berkas electron maka efek radiasi yang diterima target adalah berupa radiasi yang kontinyu dan seragam walaupun target dalam kondisi bergerak kontinyu. Bagian-bagian sistem pemayaran : 1. Scanning coil, berupa sepasang coil yang dipasang parallel di bagian awal tabung pemayar. 2. Tabung pemayar, terbuat dari bahan stainless-steell, berfungsi menyediakan ruang vakum bagi lintasan berkas elektron yang melebar setelah melewati medan magnet pemayar. 3. Window foil, terbuat dari bahan Titanium, berfungsi sebagai penyekat ruang vakum didalam tabung pemayar terhadap tekanan udara luar. Window foil terletak pada sisi yang berhadapan langsung dengan ruang bahan yang diradiasi, berupa lembaran sangat tipis dengan ketebalan 30 µm 50 µm, sehingga fraksi kehilangan energi berkas elektron yang melewatinya sangat kecil sehingga penurunan intensitas dan kecepatannya dapat diabaikan. 4. Pendingin Window Foil, berupa pendinginan dengan udara, air, maupun dengan gas Nitrogen, berfungsi untuk menjaga temperatur window foil dari pengaruh akumulasi energi berkas elektron yang melewatinya kondisi vakum dapat dipertahankan. 38

32 Sistem Konveyor Konveyor merupakan peralatan penting bagi instalasi mesin EPS, berfungsi untuk membawa sample masuk ke ruang iradiasi, menjalankan sample saat diradiasi kemudian membawa keluar sample setelah selesai diradiasi. Untuk mencegah terjadinya kerusakan bahan yang diradiasi dari resiko over dosis maupun menghindari terputusnya proses radiasi, maka diperlukan sistem interlok antara konveyor dengan sistem tegangan tinggi Sistem Pengendali Pada dasarnya terdiri dari Panel daya dan ditribusi listrik, merupakan suplai daya listrik dilengkapi dengan indikator tegangan, dan arus listrik serta pengaman beban. Panel pengoperasian berupa banyak tombol atau switch yang digunakan untuk mengoperasikan dan mengatur parameter operasi dan interlok. Panel monitor terdiri dari tampilan berbagai indikator/parameter operasi yang menginformasikan secara langsung kondisi operasi setiap sistem yang sedang bekerja. Dari panel kendali ini operator selalu dapat mengetahui secara cepat dan tepat unjuk kerja masing masing komponen beserta perubahan-perubahan parameter operasi yang dihasilkannya sehingga dapat memutuskan tindakan pengoperasian mesin secara benar Sistem Keselamatan Keselamatan manusia, alat dan barang yang diradiasi serta lingkungannya adalah merupakan pertimbangan utama dari setiap instalasi iradiasi termasuk MBE. Beberapa faktor keselamatan pada mesin EPS adalah : Konstruksi gedung Penahan radiasi 39

33 Sistem ventilasi Sistem interlock Monitor radiasi Kamera monitor Tanda bahaya radiasi Mesin EPS memancarkan berkas elektron hanya pada saat filament diberi tegangan tinggi. Jika filament tidak diberi tegangan maka filament tidak melepaskan electron. Prinsip kerja secara sederhana dari interlock mesin EPS adalah setiap penyimpangan terhadap batas parameter operasi selalu menghidupkan relay kemudian relay ini menyalakan lampu indicator interlock yang terkait dan mematikan sistem tegangan tinggi Material Target Radiasi Ply merupakan lapisan ban yang terbuat dari lembaran kain polyester yang dilapisi lembaran compound pada bagian atas dan bawahnya. Bagian ini yang akan dilakukan proses radiasi elektron. Compound terbuat dari karet (polimer) yang merupakan senyawa organik. Radiolisis senyawa organik akan menyebabkan pembentukan ikatan silang (cross linking), pemutusan ikatan (degradasi), pembentukan ikatan jenuh baru. Berdasarkan sifat reaksi pada saat diiradiasi, polimer dikelompokkan atas polimer yang mudah mengalami degradasi dan pengikatan silang tergantung kepada jenis struktur dan dosis radiasi yang dipakai. Polimer tidak bercabang termasuk kepada polimer yang jika diradiasi akan berikatan silang, sedangkan polimer bercabang termasuk polimer yang terdegradasi jika terkena radiasi. 40

34 H R -CH2 C - -CH2 C - R n R n Polimer tidak bercabang Polimer bercabang Gambar Struktur kimia polimer Benang ply Compound Ply Gambar Detail konstruksi ply 41

35 Berikut ini adalah tabel klasifikasi polimer yang termasuk ke dalam kelompok yang membentuk ikatan silang dan kelompok yang mengalami degradasi. Kelompok I Polimer ikatan silang Polietilen Polipropilen Polistiren Poliakrilat Poliakrilamid Poli (vinil klorida) Poliakrolein Poli (vinil alkohol) Kelompok II Polimer terdegradasi Poliisobutilen Poli (metil-stiren) Polimetilmetakrilat Polimetilakrilamid Poli (vinelede klorida) Selulosa dan turunannya Politetrafluoroetilen Politrifluorokloroetilen Polisiloksan Poliamid Poliester Poliisoprene (C5H8) Tabel 2.1 Daftar polimer ikatan silang dan polimer terdegradasi Berdasar tabel tersebut maka ply termasuk material yang jika di radiasi akan mengalami ikatan silang karena ply terbuat dari benang polyester dan compound dari natural rubber (poliisopren) Pembentukan ikatan silang terjadi antara dua molekul yang bergabung secara kimia menjadi molekul yang lebih besar. Pengikatan silang pada rantai polimer menghasilkan struktur tiga dimensi, sehingga akan meningkatkan kekuatan mekanik, titik leleh, berat molekul serta penurunan derajat pengembangannya sebanding dengan meningkatnya dosis radiasi. 42

36 Berikut ini adalah penggambaran skema reaksi pembentukan ikatan silang pada polimer: -e -e -e Gambar Skema ikatan silang Sedangkan penggambaran skema reaksi degradasi pada polimer dimana polimer mengalami pemutusan rantai kimia secara acak yang mengakibatkan penurunan berat molekul, sifat mekanis dan elastisnya. Skema reaksi degradasi digambarkan sebagai berikut : -e -e -e Gambar Skema degradasi Dalam prakteknya proses pengikatan silang dan degradasi terjadi bersama-sama, namun walaupun demikian proses mana yang lebih dominan tergantung pada suhu, dosis iradiasi dan karakteristik polimer. Jika proses degradasi polimer lebih dominan daripada pengikatan silang, maka kekuatan struktur dan plastisitasnya akan hilang dengan cepat. Tetapi jika ikatan silang polimer lebih dominan maka kekuatan struktur dan plastisitasnya akan naik. Oleh karena itu radiasi sangat berperan untuk mendapatkan modifikasi bahan agar sesuai dengan yang diinginkan Parameter Proses Produksi Dalam pengoperasian mesin EPS diperlukan tenaga-tenaga trampil, terdidik dan bersertifikasi karena mesin ini memiliki efek bahaya radiasi. Dengan demikian kualitas tenaga-tenaga yang mengoperasikan mesin ini memiliki pengaruh yang besar terhadap 43

37 hasil produk dan keselamatan lingkungan sekitarnya. Sebelum melakukan proses produksi ada alat dan bahan yang harus disiapkan, yaitu : Langkah kerja : 1. Siapkan peralatan dan bahan yang akan dipergunakan untuk iradiasi, meliputi : a. Mesin berkas elektron NHV 500 kv 150 ma 180 cm scan width beserta kelengkapannya. b. Prosedur pengoperasian mesin berkas elektron yang berlaku. c. Perlengkapan proteksi radiasi (survey meter 6 dan film badge 7 ) d. Check sheet. e. Material yang akan diiradiasi, yaitu treatment ply. 2. Siapkan survey meter dan film badge. 3. Catat semua parameter proses sebelum mesin di operasikan dalam check sheet. a. Jam operasi (jam : menit) b. Status mesin (sebelum iradiasi, awal) c. Pressure of DCPS (DC Power Supply) (kgf/cm 2 ) d. Pressure of high voltage cable (kgf/cm 2 ) e. Pressure of cooling air (kgf/cm 2 ) f. Presure of cooling water (Beam Catcher) (kgf/cm 2 ) g. Cooling blower current (A) h. Exhaust blower current (A) i. Pressure accelerator tube (kgf/cm 2 ) j. Irradiation hours (hours) k. HV generators hours (hours) 6 Survey meter adalah alat untuk memonitor paparan radiasi electron di area mesin tepatnya area diluar ruang radiasi. 7 Film badge adalah untuk memonitor paparan iradiasi masing-masing individu pekerja EPS 44

38 l. Accelerator voltage (tegangan akselerator) (kv) m. Beam current (arus berkas) (ma) n. Vacuum pressure (Pa) o. Filament power (%) p. Input voltage (V) q. Input current (A) r. Column current (μa) s. Scan width (lebar area radiasi) (cm) t. Line speed (kecepatan konveyor) (mpm) u. Area surveymeter monitor (μsv/h) v. Surveymeter (mrem/h) 4. Pastikan sistem interlock aman dan tidak sedang bekerja. 5. Naikkan tegangan akselerator (accelerator voltage) sampai dengan 400 kv. 6. Catat semua parameter operasi pada saat tegangan acccelerator sudah 400 kv. a. Jam operasi (jam:menit) b. Status mesin (kondisioning) c. Accelerator voltage (tegangan akselerator) (kv) d. Beam current (arus berkas) (ma) e. Vacuum pressure (Pa) f. Filament power (%) g. Input voltage (V) h. Input current (A) i. Column current (μa) j. Scan width (lebar area radiasi) (cm) k. Line speed (kecepatan konveyor) (mpm) 45

39 l. Area surveymeter monitor (μsv/h) m. Surveymeter (mrem/h) 7. Lakukan kondisioning tegangan selama beberapa menit, dan catat parameter operasi selama kondisioning berkala setiap selang waktu 10 menit. 8. Tentukan batas kecepatan konveyor (speed line) dan arus berkas (beam current) untuk mendapatkan dosis yang tepat (lihat spesifikasi operasi) 9. Jika beam current sudah siap ditembakkan maka lakukan proses iradiasi. 10. Catat parameter proses selama proses iradiasi berkala setiap selang waktu 2 menit. a. Jam operasi (jam:menit) b. Status mesin (running) c. Accelerator voltage (tegangan akselerator) (kv) d. Beam current (arus berkas) (ma) e. Vacuum pressure (Pa) f. Filament power (%) g. Input voltage (V) h. Input current (A) i. Column current (μa) j. Scan width (lebar area radiasi) (cm) k. Line speed (kecepatan konveyor) (mpm) l. Area surveymeter monitor (μsv/h) m. Surveymeter (mrem/h) 11. Setelah proses iradiasi selesai lakukan proses shut down (menurunkan) tegangan accelerator sesuai prosedur. 12. Catat semua parameter proses operasi setelah selesai proses iradiasi. a. Jam operasi (jam : menit) 46

40 b. Status mesin (shutdown) c. Accelerator voltage (tegangan akselerator) (kv) d. Beam current (arus berkas) (ma) e. Vacuum pressure (Pa) f. Filament power (%) g. Input voltage (V) h. Input current (A) i. Column current (μa) j. Scan width (lebar area radiasi) (cm) k. Line speed (kecepatan konveyor) (mpm) l. Area surveymeter monitor (μsv/h) m. Surveymeter (mrem/h) 13. Lihat nilai monitor surveymeter 14. Pastikan mesin dalam kondisi off, mesin dan lingkungan aman untuk ditinggalkan, catat parameter proses berikut ini. a. Jam operasi b. Status mesin (stop) c. Vacuum pressure (Pa) d. Pressure of DCPS (DC Power Supply) (kgf/cm2) e. Pressure of high voltage cable (kgf/cm2) f. Pressure of cooling air (kgf/cm2) g. Presure of cooling water (Beam Catcher) (kgf/cm2) h. Cooling blower current (A) i. Exhaust blower current (A) j. Pressure accelerator tube (kgf/cm2) 47

41 k. Irradiation hours (hours) l. HV generators hours (hours) Dari sekian banyak parameter proses yang dicatat oleh operator produksi, ada beberapa parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat dosis radiasi yang sesuai, yaitu : 1. Accelerator voltage (tegangan accelerator) (kv) 2. Beam current (arus berkas) (ma) 3. Vacuum pressure (Tingkat kevakuman tabung accelerator) (Pa) 4. Line speed (kecepatan konveyor) (mpm) 5. Kebersihan window foil 6. Jarak window foil ke target, untuk mesin EPS ini jarak window foil ditentukan tetap yaitu sebesar 10 cm. Berdasar variasi 6 parameter ini dapat dilakukan percobaan untuk menentukan hasil radiasi yang sesuai. Sedangkan parameter yang lain berfungsi untuk kontrol variasi proses produksi Metode Inspeksi dan Evaluasi Inspeksi yang dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja mesin EPS adalah dengan cara membandingkan hasil inspeksi target setelah radiasi terhadap hasil inspeksi sebelum radiasi. Untuk mengetahui seberapa efektif proses radiasi tidak bisa langsung diukur efek radiasi tersebut pada material target. Efek radiasi bisa diukur melalui suatu material perantara yang diberi nama CTA Film (Cellulose Tri Acetate Film). Penentuan seberapa besar tingkat radiasi yang diterima material dapat diukur dengan cara menghitung perubahan nilai rapat optic CTA film (ΔOD) setelah diradiasi (OD) dibanding sebelum diradiasi (ODo). Rapat optic diukur dengan menggunakan alat yang disebut CTA reader atau UV-Vis Spectrophotometer pada λ 280 nm. Berdasar kombinasi susunan CTA film 48

42 saat diradiasi dapat ditentukan nilai keseragaman dosis radiasi selebar material target, kedalaman dosis radiasi terhadap tebal material dan besarnya dosis terserap yang diterima material pada titik sepanjang material. Dalam radiasi electron segala kegiatan yang menyangkut pengukuran hasil radiasi disebut dengan dosimetri. Langkah kerja untuk melakukan dosimetri adalah sebagai berikut: 1. Memeriksa kebersihan kondisi window foil. 2. Menentukan parameter proses yang akan di uji coba. Parameter proses ditentukan menggunakan tabel berikut ini : Tabel 2.2. Area pemanfaatan tegangan akselerator dan dosisnya a. Accelerator voltage (tegangan accelerator) = 400 kv b. Beam current (arus berkas) 1. Variasi 1 = 24.5 ma 2. Variasi 2 = 50.4 ma 3. Variasi 3 = 59.9 ma 49

43 Gambar Perbandingan besar arus berkas terhadap besar dosis c. Vacuum pressure (tingkat kevakuman tabung accelerator) 1. Variasi 1 = 9.4 x 10-6 Pa 2. Variasi 2 = 5.8 x 10-6 Pa 3. Variasi 3 = 4.7 x 10-6 Pa d. Line speed (kecepatan konveyor) = 5 mpm sampai dengan 15 mpm e. Jarak window foil ke target = 10 cm 3. Menyiapkan alat dan bahan : a. Dosimeter CTA Film (Fuji FTR 125) b. CTA film c. CTA reader atau UV-Vis Spectrophotometer d. Thickness gauge 50

44 e. Mistar f. Gunting dan cutter g. Amplop h. Spidol i. Sarung tangan j. Isolasi perekat k. Dosimeter penanda Go No Go 4. Potong-potong dosimeter CTA dengan panjang berikut : No Jenis Test Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Tegangan akselerator 400 kv 400 kv 400 kv Arus berkas 24.5 ma 50.4 ma 59.9 ma Kecepatan konveyor (Low) 5 mpm 5 mpm 5 mpm Kecepatan konveyor (High) 15 mpm 15 mpm 15 mpm Uji keseragaman dosis radiasi 1 Panjang 1 sample 160 cm 160 cm 160 cm 2 Jumlah sample Penandaan A1 A2 A3 Uji kedalaman dosis radiasi 1 Panjang 1 sample 7 cm 7 cm 7 cm 2 Jumlah sample Penandaan B1-01 ~ B1-15 B2-01 ~ B2-15 B3-01 ~ B3-15 Uji dosis serap 1 Panjang 1 sample 7 cm 7 cm 7 cm 2 Jumlah sample Penandaan C1-01 ~ C1-09 C2-01 ~ C2-09 C3-01 ~ C3-09 Tabel 2.3. Dimensi sampel CTA film 51

45 5. Mencatat tebal dosimeter nominal (to) = mm 6. Mencatat faktor perubahan rapat optic per 1kGy dosis radiasi pada λ 280 nm K = ) 7. Mencatat faktor penyimpanan (f) Masa simpan 30 menit, f = 1 8. Mengukur rapat optic sebelum iradiasi (ODo) dengan CTA reader 9. Mengukur tebal aktual CTA film (t) 10. Melakukan iradiasi masing-masing sample terpisah sesuai dengan jenis uji dan jenis variasi spesifikasi. a. Variasi 1 (400 kv, 24.5 ma, 5~15 m/min) b. Variasi 2 (400 kv, 50.4 ma, 5~15 m/min) c. Variasi 3 (400 kv, 59.9 ma, 5~15 m/min) 11. Sample untuk uji keseragaman dosis diletakkan memanjang selebar target 12. Sample untuk uji kedalaman dosis diletakkan bertingkat dengan susunan nomor urut terdepan berada dekat dengan window foil. 13. Mengkondisikan (menyimpan dalam suhu ruangan) CTA yang telah diradiasi dalam amplop masing-masing minimal selama 30 menit. 14. Mengukur rapat optic CTA setelah diradiasi (OD) dengan UV-Vis Spectrophotometer. 15. Menghitung beda rapat optic (ΔOD = OD - ODo) 16. Menghitung dosis terserap (D) dengan persamaan berikut : ΛOD to D = K t f Keterangan : D ΔOD to = dosis serap (kgy) = beda rapat optic = tebal dosimeter (CTA) nominal (0.125 mm) 52

46 t = tebal dosimeter terukur (mm) K = faktor perubahan rapat optic per kgy (0.0063) f = faktor penyimpanan (untuk 30 menit penyimpanan, f = 1) 17. Menghitung % dosis relatif = (Dn / Max D) x 100% 18. Melakukan plotting data ke dalam grafik. 1. Uji keseragaman dosis radiasi Uji keseragaman dosis radiasi adalah pengujian keseragaman dosis yang diterima permukaan material sepanjang lebar target. Drive side Scanner CTA film Material target radiasi Arah konveyor Operator side Gambar Penempatan CTA film untuk uji keseragaman dosis Metode pengambilan data : a. Pakai sarung tangan bersih, siapkan CTA sepanjang lebar treatment yang akan diiradiasi (160cm) sebanyak 3 buah (masing-masing 1 buah untuk variasi dosis 1, 1 buah untuk variasi dosis 2 dan 1 buah untuk variasi dosis 3). b. Beri identitas : 1. Variasi dosis 1 : A1 2. Variasi dosis 2 : A2 3. Variasi dosis 3 : A3 c. Beri isolasi pada kedua ujung CTA dan tempelkan diatas permukaan treatment. 53

47 d. Beri tanda pada setiap ujungnya sehingga tidak tertukar posisinya jika dicabut setelah di iradiasi. Ujung satu beri tulisan DS (drive side) ujung yang lain diberi tulisan OS (operator side) e. Lakukan proses iradiasi dengan parameter sesuai dengan parameter yang ditentukan. f. Ambil sample (pakailah sarung tangan bersih, CTA tidak boleh terkontaminasi dengan keringat dan debu) g. Masukkan kedalam amplop tertutup h. Ulangi langkah a sampai langkah g untuk variasi dosis berikutnya. i. Simpan CTA selama 30 menit. j. Potong-potong panjang CTA menjadi 20 potongan kecil, beri nomor urut. k. Lakukan pengujian rapat optic dengan UV-Vis Spectrophotometer l. Catat hasilnya. m. Buat tabelnya urut sesuai dengan nomor urut potongan CTA. n. Lakukan plotting nilai rapat optic pada grafik. 2. Uji kedalaman dosis radiasi (depth dose) Uji kedalaman dosis radiasi adalah pengujian kedalaman penetrasi radiasi sepanjang tebal target. Window foil CTA film diurutkan dengan disusun dengan no terkecil berada dekat dengan window foil Arah konveyor Gambar Penempatan CTA film untuk pengujian kedalaman dosis 54

48 Metode pengambilan data : a. Pakailah sarung tangan bersih, siapkan potongan CTA sepanjang 7cm sebanyak 45 potongan (masing-masing 15 potongan untuk variasi dosis 1, 15 potongan untuk variasi dosis 2 dan 15 potongan untuk variasi dosis 3). b. Beri identitas masing-masing potongan CTA. 1. Variasi dosis 1 : B1-01, B1-02,, B Variasi dosis 2 : B2-01, B2-02,, B Variasi dosis 2 : B3-01, B3-02,, B3-15 c. Tumpuklah sample masing-masing variasi dosis, urutkan sample menurut urutan identitas sample, ikat dengan isolasi masing-masing ujungnya. d. Beri isolasi pada kedua ujung CTA dan tempelkan di atas permukaan treatment bagian tengah, nomor urut terkecil berada dekat dengan window foil e. Lakukan proses iradiasi dengan parameter sesuai dengan parameter yang ditentukan. f. Ambil sample (pakailah sarung tangan bersih, CTA tidak boleh terkontaminasi dengan keringat dan debu) g. Masukkan kedalam amplop tertutup h. Ulangi langkah a sampai langkah g untuk variasi dosis berikutnya. i. Simpan CTA selama 30 menit. j. Lakukan pengujian rapat optic dengan UV-Vis Spectrophotometer k. Catat hasilnya. l. Buat tabelnya urut sesuai dengan nomor urut potongan CTA. m. Lakukan plotting nilai rapat optic pada grafik. 55

49 3. Uji dosis radiasi terserap. Dosis radiasi terserap adalah energi yang terserap persatuan massa dari bahan pada masing-masing area radiasi sepanjang treatment. Drive side Scanner CTA film Material target radiasi Arah konveyor Operator side 25 cm Gambar Penempatan CTA film untuk pengujian dosis serap Metode pengambilan data : a. Pakailah sarung tangan bersih, siapkan potongan CTA sepanjang 7cm sebanyak 27 potongan (masing-masing 9 potongan untuk variasi dosis 1, 9 potongan untuk variasi dosis 2 dan 9 potongan untuk variasi dosis 3). b. Beri identitas masing-masing potongan CTA. 1. Variasi dosis 1 : C1-1, C1-2,, C Variasi dosis 2 : C2-1, C2-2,, C Variasi dosis 2 : C3-1, C3-2,, C3-9 c. Beri isolasi pada kedua ujung CTA dan tempelkan di atas permukaan treatment (lihat gambar Penempatan CTA film untuk pengujian dosis serap) d. Lakukan proses iradiasi dengan parameter sesuai dengan parameter yang ditentukan. e. Ambil sample (pakailah sarung tangan bersih, CTA tidak boleh terkontaminasi dengan keringat dan debu) 56

50 f. Masukkan kedalam amplop tertutup g. Ulangi langkah a sampai langkah f untuk variasi dosis berikutnya. h. Simpan CTA selama 30 menit. i. Lakukan pengujian rapat optic dengan UV-Vis Spectrophotometer j. Catat hasilnya. k. Buat tabelnya urut sesuai dengan nomor urut potongan CTA. l. Lakukan plotting nilai rapat optic pada grafik. Metode unttuk melakukan evaluasi keberhasilan proses radiasi adalah dengan parameter berikut : 1. Nilai keseragaman dosis sepanjang lebar material target harus seragam. 2. Kedalaman dosis mencapai tebal material target 3. Dosis terserap pada semua area seragam 2.4 Rumus Perhitungan Cycle Time Proses Curing Keterangan Tyre loading Bladder expand Mold close Steam in Curing time Steam out Extended time N2 purge Mold open Bladder collaps Tyre unloading Total cycle time Rumus a b c d e f g h i j k Sum (a:k) 57

51 2.5 Rumus Perhitungan Total Produksi Curing Selama 1 Hari Kerja Keterangan Sebelum Iradiasi Total waktu 1 hari (sec) A = 24 x 60 x 60 Total jam kerja (- istirahat) (sec) B = (24 - (1 x 3)) x 60 x 60 Total jam kerja efektif (85% x total jam kerja) (sec) C = 0.85 x B Cycle time proses curing 1 buah ban (sec) D Total produksi 1 mold / 1 hari (pcs) E = C / D Total produksi 1 mesin (2 mold) / 1 hari (pcs) F = 2 x E Defect (Blown ply) (%) G Defect (Blown ply) (pcs) H = (G /F ) x 100 Defect (Exposed Cord) (%) I Defect (Exposed Cord) (pcs) J = (I /F ) x 100 Total Produksi 1 mesin (2 mold) / 1 hari (OK) K = F (H + J) Peningkatan / hari (pcs) L = Ksesudah Ksebelum 58

52

PROSES KERJA MESIN 2ND STAGE PADA PEMBUATAN GREEN TYRE DI PT. ELANGPERDANA TYRE INDUSTRY

PROSES KERJA MESIN 2ND STAGE PADA PEMBUATAN GREEN TYRE DI PT. ELANGPERDANA TYRE INDUSTRY PENULISAN ILMIAH Arief Wibowo 21411117 Teknik Mesin Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST,. MT. PROSES KERJA MESIN 2ND STAGE PADA PEMBUATAN GREEN TYRE DI PT. ELANGPERDANA TYRE INDUSTRY Latar Belakang Latar Belakang

Lebih terperinci

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma A. PENDAHULUAN Pada umumnya suatu instrumen atau alat (instalasi nuklir) yang dibuat dengan didesain atau direncanakan untuk dapat

Lebih terperinci

Pembuatan Ban & Produk Karet Lain :

Pembuatan Ban & Produk Karet Lain : Pembuatan Ban & Produk Karet Lain : Ban adalah produk utama dari industri karet (75% produk karet), produk lainnya : sepatu, selang, belt conveyor, seal, komponen shock absorber, peralatan olah raga. Konstruksi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS

IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS Sukaryono, Rany Saptaaji, Suhartono, Heri Sudarmanto -BATAN, Yogyakarta Email : ptapb@batan.go.id ABSTRAK IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Atas Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Bridgestone Tire Indonesia merupakan perusahaan patungan antara swasta nasional Indonesia dengan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BAN LUAR ( TIRE) TIPECOMMERCIAL TRUCK BIAS PADA MESIN CURING NPM : Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST.MT.

PROSES PEMBUATAN BAN LUAR ( TIRE) TIPECOMMERCIAL TRUCK BIAS PADA MESIN CURING NPM : Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST.MT. PROSES PEMBUATAN BAN LUAR ( TIRE) TIPECOMMERCIAL TRUCK BIAS PADA MESIN CURING DI PT. BRIDGESTONE TIRE INDONESIA Nama : Rifana NPM : 21407013 Jurusan : Teknik Mesin Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. a. Pompa Vakum Rotary (The Rotary Vacuum Pump) Gambar 1.10 Skema susunan pompa vakum rotary

PEMBAHASAN. a. Pompa Vakum Rotary (The Rotary Vacuum Pump) Gambar 1.10 Skema susunan pompa vakum rotary PENDAHULUAN Salah satu metode yang digunakan untuk memperoleh lapisan tipis adalah Evaporasi. Proses penumbuhan lapisan pada metode ini dilakukan dalam ruang vakum. Lapisan tipis pada substrat diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dikemukakan maka dilakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam perancangan tata

Lebih terperinci

BAB IV. SISTEM KONTROL SENSOR PROXIMITI PADA MESIN BUILDING BTU DENGAN MENGGUNAKAN PLC DI PT GAJAH TUNGGAL Tbk.

BAB IV. SISTEM KONTROL SENSOR PROXIMITI PADA MESIN BUILDING BTU DENGAN MENGGUNAKAN PLC DI PT GAJAH TUNGGAL Tbk. BAB IV SISTEM KONTROL SENSOR PROXIMITI PADA MESIN BUILDING BTU DENGAN MENGGUNAKAN PLC DI PT GAJAH TUNGGAL Tbk. 4.1 Sensor Proximiti Sensor Proximiti adalah alat pendeteksi yang bekerja berdasarkan jarak

Lebih terperinci

Prodi Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Prodi Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. ANALISIS PENGARUH TEGANGAN EKSTRAKSI PADA SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev / 20 ma DI PSTA-BATAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMION 8.1 Andy Saktia Warseno 1, Fuad Anwar 1,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. SRI adalah perusahaan joint venture dengan PMA (Pemilik Modal Asing) didirikan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANCE BAN DENGAN ALAT DRUM TEST

ANALISIS PERFORMANCE BAN DENGAN ALAT DRUM TEST ANALISIS PERFORMANCE BAN DENGAN ALAT DRUM TEST Yopi Handoyo 1) 1) Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam 45 Bekasi Email : handoyoyopi@yahoo.com ABSTRAK Ban merupakan salah satu bagian penting dari

Lebih terperinci

DASAR DASAR KELISTRIKAN DAIHATSU TRAINING CENTER

DASAR DASAR KELISTRIKAN DAIHATSU TRAINING CENTER DASAR DASAR KELISTRIKAN Dasar dasar kelistrikan Komposisi benda Substance Suatu benda bila kita bagi, kita akan mendapatkan suatu partikel yang disebut Molekul, Molekul bila kita bagi lagi kita kan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat. dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat. dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR Analisa Perbaikan Metode Kerja serta Penetapan Waktu Baku Kerja Hasil Perbaikan dengan Time Study untuk Pemeriksaan Ulang Acak Ban Radial pada PT. XYZ Tbk Diajukan guna melengkapi sebagian

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PABRIKASI

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PABRIKASI BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PABRIKASI 4.1. Hasil Pembuatan Mesin DC Magnetron Sputtering Mesin DC Magnetron Sputtering yang sudah selesai dibuat dan siap dilakukan pengujian untuk pelapisan pada bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bagian ini menjelaskan mengenai landasan teori yang akan dijadikan panduan dalam pembuatan compound rubber. 2.2 PROSES VULKANISASI Proses vulkanisasi kompon

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER 4.1 TUJUAN PENGUJIAN Tujuan dari pengujian Cigarette Smoke Filter ialah untuk mengetahui seberapa besar kinerja penyaringan yang dihasilkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA PEMBUATAN FILM POLIVINILYDENE FLUORIDE SEBAGAI SENSOR PIEZOELEKTRIK

BAB III ANALISIS DATA PEMBUATAN FILM POLIVINILYDENE FLUORIDE SEBAGAI SENSOR PIEZOELEKTRIK BAB III ANALISIS DATA PEMBUATAN FILM POLIVINILYDENE FLUORIDE SEBAGAI SENSOR PIEZOELEKTRIK 3.1 Prinsip Dasar Eksperimen Seperti telah dijelaskan pada Bab satu, eksperimen pada tugas akhir ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Desain penelitian ini adalah observasional, dengan pendekatan cross sectional dan penelitian ini bersifat kualitatif. Variabel yang diamati adalah kondisi

Lebih terperinci

RANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS

RANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS Volume 13, Januari 2012 ISSN 1411-1349 RANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS Sutadi, Saefurrochman, Suprapto Pusat Teknologi

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA

UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA Rany Saptaaji, Sukaryono, Suhartono dan Sumaryadi, BATAN Jl. Babarsari POB 6101 Ykbb, Telp. (0274) 488435, Yogyakarta 55281 ABSTRAK UJI FUNGSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051

SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051 SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051 SUKARMAN, MUHTADAN Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta

Lebih terperinci

BIDANG STUDI : FISIKA

BIDANG STUDI : FISIKA BERKAS SOAL BIDANG STUDI : MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 013 Petunjuk Umum 1. Silakan berdoa sebelum mengerjakan soal, semua alat komunikasi dimatikan.. Tuliskan

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin, Laboratorium Mekanik Politeknik Negeri Sriwijaya. B. Bahan yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ

DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ Oleh : Agus Purwanto Sumarna JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI Dalam bab ini membahas tentang segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan penelitian seperti: tempat serta waktu dilakukannya penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

PEMBUATAN TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER TIPE JENDELA SAMPING

PEMBUATAN TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER TIPE JENDELA SAMPING PEMBUATAN TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER TIPE JENDELA SAMPING Tony Rahardjo, Sumber W, Bambang L. -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 Email:ptapb@batan.go.id ABSTRAK PEMBUATAN TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER

Lebih terperinci

Pertanyaan Final (rebutan)

Pertanyaan Final (rebutan) Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P44 Doc. Name: UNSMAIPA008FISP44 Doc. Version : 011-06 halaman 1 01. Berikut ini disajikan diagram vektor F 1 dan F! Persamaan yang tepat untuk resultan R = adalah... (A)

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE

ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMION 8.1 Arum Sekar 1, Suprapto 2, Fuad Anwar 3 1 Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, selain menggunakan metodologi studi pustaka dan eksperimen, metodologi penelitian yang dominan digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan:

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan: BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan: Perusahaan XYZ adalah inisial perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi Ban Mobil ( Ligth Ttruck, Off The Road, Truck and Bus,

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Version : 0-06 halaman 0. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,8 mm (B) 4,90 mm (C) 4,96 mm (D) 4,98

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Dasar-dasar Pompa Sentrifugal Pada industri minyak bumi, sebagian besar pompa yang digunakan ialah pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA

BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA 2.1 Fungsi Pemutus Tenaga Pemutus tenaga (PMT) adalah saklar yang dapat digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan arus atau daya listrik sesuai dengan ratingnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Proses penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisika FMIPA USU, Medan untuk pengolahan Bentonit alam dan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci

PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL

PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL Suhartono, Sukidi -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK PENGUJIAN SISTEM VAKUM MESIN BERKAS ELEKTRON

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 9 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini dan perkembangan itu meliputi para pelaku usaha didunia industri untuk membuat produk yang lebih modern dan ramah lingkungan.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

ANALISIS NON PRODUCT OUTPUT DALAM RANGKA PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI BERBAGAI INDUSTRI

ANALISIS NON PRODUCT OUTPUT DALAM RANGKA PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI BERBAGAI INDUSTRI ANALISIS NON PRODUCT OUTPUT DALAM RANGKA PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI BERBAGAI INDUSTRI Lieke Riadi PUSAT STUDI LINGKUNGAN, JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA Jl. RAYA KALIRUNGKUT,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Proses pelapisan plastik ABS dengan menggunakan metode elektroplating dilaksanakan di PT. Rekayasa Plating Cimahi, sedangkan pengukuran kekasaran, ketebalan

Lebih terperinci

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) Page : 1 LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) 1. PENDAHULUAN. Las busur listrik elektrode terbungkus ialah salah satu jenis prose las busur listrik elektrode terumpan,

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Air terjun setinggi 8 m dengan debit 10 m³/s dimanfaatkan untuk memutarkan generator listrik mikro. Jika 10% energi air berubah menjadi energi listrik dan g = 10m/s², daya keluaran generator listrik

Lebih terperinci

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet

Lebih terperinci

BAB III MAGNETISME. Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya.

BAB III MAGNETISME. Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya. BAB III MAGNETISME Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya. Magnetisme (kemagnetan) tercakup dalam sejumlah besar operasi alat listrik, seperti

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 2008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Name: UNSMAIPA2008FISP67 Doc. Version : 2011-06 halaman 1 01. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,85

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT

Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT KAJIAN VARIASI KUAT MEDAN MAGNET PADA ALIRAN BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA DAN EMISI MESIN SINJAI 2 SILINDER 650 CC Syarifudin (2105 100 152) Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT Latar belakang

Lebih terperinci

Pembimbing: Prof.Dr.Ir Abdullah Shahab, MSc (Nip: )

Pembimbing: Prof.Dr.Ir Abdullah Shahab, MSc (Nip: ) Pembimbing: Prof.Dr.Ir Abdullah Shahab, MSc (Nip:195204171979031002) pengaruh GTAW kecepatan Baja Plat perbedaan Tahan tipis, komposisi morfologi pengelasan, material karat, kualitas dan benda Paduan rasio

Lebih terperinci

drimbajoe.wordpress.com

drimbajoe.wordpress.com 1. Suatu bidang berbentuk segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat ukur yang berbeda, diperoleh panjang 5,45 cm, lebar 6,2 cm, maka luas pelat tersebut menurut aturan penulisan angka penting adalah...

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN BAKU 1. Karakteristik SIR 20 Karet spesifikasi teknis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SIR 20 (Standard Indonesian Rubber 20). Penggunaan SIR 20

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

EKSPERIMEN UJI PADA DAYA TINGGI DARI HEAD SUMBER ION UNTUK SIKLOTRON

EKSPERIMEN UJI PADA DAYA TINGGI DARI HEAD SUMBER ION UNTUK SIKLOTRON EKSPERIMEN UJI PADA DAYA TINGGI DARI HEAD SUMBER ION UNTUK SIKLOTRON Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, BATAN Jln. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb Yogyakarta 55281 Email: ptapb@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Airlangga, Laboratorium Dasar Bersama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sistem Pengisian Konvensional Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu perpotongan antara penghantar dengan garis-garis gaya magnet.

Lebih terperinci

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan Bab ini berisi sistem kelistrikan bodi yang berhubungan dengan suatu pengukur bagi pengemudi yang sebagian atau keseluruhannya berada pada panel

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.

Lebih terperinci

4.3 Sistem Pengendalian Motor

4.3 Sistem Pengendalian Motor 4.3 Sistem Pengendalian Motor Tahapan mengoperasikan motor pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : - Mulai Jalan (starting) Untuk motor yang dayanya kurang dari 4 KW, pengoperasian motor dapat disambung

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatakan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA, CARA KERJA DAN PENERAPAN APLIKASI TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL TUGAS PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK IV

PRINSIP KERJA, CARA KERJA DAN PENERAPAN APLIKASI TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL TUGAS PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK IV PRINSIP KERJA, CARA KERJA DAN PENERAPAN APLIKASI TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL TUGAS PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK IV 1. Torang Ridho S 0806368906 2. Deni Mulia Noventianus 0906604722 3. Mohammad Adiwirabrata

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci