BAB 3 LANDASAN TEORI. Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai keputusan dalam penugasan dan waktu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 LANDASAN TEORI. Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai keputusan dalam penugasan dan waktu"

Transkripsi

1 BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai keputusan dalam penugasan dan waktu untuk memulai pekerjaan yang menggunakan sumber daya seperti manusia, peralatan, dan fasilitas yang digunakan untuk kegiatan proses produksi untuk pekerjaan [Martinich, 1997]. Penjadwalan dapat juga diartikan sebagai suatu petunjuk atau indikasi apa saja yang harus dilakukan, dengan siapa, dan dengan peralatan apa yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan pada waktu tertentu [Scroeder, 2000]. Keputusan dalam suatu penjadwalan yang diartikan pada penugasan adalah berupa mengurutkan pekerjaan (sequencing) dan waktu (timing) untuk memulai pekerjaan, dimana untuk menentukan semuanya itu harus diketahui urutan operasinya terlebih dahulu. Penjadwalan selalu berhubungan dengan pengalokasian sumber daya yang ada pada jangka waktu tertentu, hal tersebut adalah proses pengambilan keputusan yang tujuannya adalah untuk optimalitas [Pinedo, 2002]. Penjadwalan berperan penting dalam industri manufaktur dan industri servis. Penjadwalan tidak bisa lepas dari sequencing yaitu pekerjaaan/job mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dalam suatu pesanan. Penjadwalan bisa menjadi suatu masalah apabila terdapat suatu sekumulan tugas yang datang secara bersamaan pada waktu tertentu, seperti per bulan, per minggu, per hari, atau skala waktu lainnya, sedangkan fasilitas yang dimiliki perusahaan terbatas. Biasanya jika hal ini terjadi, maka akan diberlakukan aturan prioritas.

2 12 Untuk membuat suatu penjadwalan maka masukan yang dibutuhkan untuk membuatnya adalah mencakup jenis dan banyaknya job yang akan diproses, urutan ketergantungan antar operasi/proses produksinya, waktu proses untuk masing-masing operasi, serta fasilitas yang dibutuhkan oleh setiap operasi. Dari masukan tersebut, penjadwalan yang dihasilkan adalah berupa urutan pekerjaan yang akan dijadwalkan. Dalam membuat penjadwalan yang baik, perusahaan membutuhkan suatu perencanaan produksi dan pengendalian produksi agar fasilitas yang digunakan untuk memproduksi dapat digunakan secara efisien, dengan demikian perencanaan dan pengendalian produksi yang dibutuhkan tersebut antara lain adalah sebagai berikut : 1. Membuat suatu daftar pesanan yang datang dengan memperhitungkan kapasitas produksinya. 2. Sebelum pesanan tersebut diproduksi, periksa terlebih dahulu mengenai ketersediaan bahan bakunya. 3. Menentukan batas waktunya untuk pekerjaan yang ada, dan melakukan pengawasan saat produksi berlangsung. 4. Dari aktifitas produksi yang berjalan dibuat laporannya sebagai feedback. 5. Dilakukan pengwasan terhadap efisiensi peroduksi yang berjalan. 3.2 Tujuan Penjadwalan Diadakannya penjadwalan tentu terdapat tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan yang pastinya akan lebih menguntungkan bagi perusahaan. Tujuan adanya penjadwalan adalah untuk mengurangi waktu keterlambatan dari batas waktu yang ditentukan agar dapat memenuhi batas waktu yang disetujui dengan konsumen,

3 13 dengan penjadwalan perusahaan juga dapat meningkatkan produktifitas mesin dan mengurangi waktu menganggur. Dengan produktifitas mesin meningkat dan waktu menganggur berkurang, maka secara tidak langsung perusahaan dapat mengurangi ongkos produksi, dan dengan mengurangi waktu keterlambatan dan jika tepat waktu dalam pemenuhan produksi, dan dengan mengurangi waktu keterlambatan dan jika tepat waktu dalam pemenuhan produk perusahaan, maka hal ini dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan dalam hal pelayanan. Jika tujuan penjadwalan ini dapat tercapai maka hal ini dapat juga dijadikan suatu keuntungan dan strategi bagi perusahaan dalam pemuasan pelanggan. 3.3 Permasalahan Penjadwalan Produksi Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya bahwa suatu penjadwalan produksi dapat menjadi suatu masalah yang rumit jika terdapat sekumpulan tugas yang datang secara bersama-sama, jika demikian solusi yang dapat diambil adalah dengan membuat suatu pengurutan pekerjaan/job dengan memperhitungkan batasan waktu, dan fasilitas yang ada. Penjadwalan akan semakin sulit ditangani jika terdapat sekumpulan job yang diproses dengan banyak mesin. Dengan adanya pengurutan job maka diharapkan dapat memenuhi tujuan dari diadakannya penjadwalan, yaitu mengurangi waktu keterlambatan dari batas waktu yang ditentukan agar dapat diusahakan memenuhi batas waktu yang ditetapkan dengan konsumen, dengan demikian perusahaan dapat lebih meningkatkan kegunaan sumber daya yang terdapat dalam perusahaan sehingga dapat meningkatkan produktifitas mesin dan mengurangi waktu menganggur.

4 Fungsi Penjadwalan Fungsi penjadwalan di dalam sebuah sistem produksi harus berinterksi dengan fungsi-fungsi lainnya. Interaksi ini begantung pada sistem yang ada dalam perusahaan, bisa melalui jaringan komputer, dapat juga melalui rapat. Lantai produksi bukanlah satu-satunya bagian dari organisasi yang menetukan jalannya proses penjadwalan. Proses penjadwalan juga dipengaruhi oleh proses perencanaan produksi yang menangani jangka waktu menengah dan jangka waktu panjang keseluruhan perusahaan. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan komposisi produk yang dihasilkan oleh perusahaan dan alokasi sumber daya jangka panjang berdasarkan inventori, peramalan permintaan, dan kebutuhan sumber daya. Keputusankeputusan yang diambil pada level perencanaan yang lebih tinggi dapat memberikan dampak langsung pada proses penjadwalan. Dalam lingkungan manufaktur, fungsi penjadwalan harus berinterkasi dengan prosedur pengambilan keputusan lain yang digunakan dalam perusahaan/pabrik. Salah satu sistem yang cukup banyak digunakan adalah MRP (Material Requirement Planning). Setelah semua jadwal disusun, semua sumber bahan baku dan sumber daya yang diperlukan harus tersedia pada waktu yang telah ditentukan bersama-sama oleh perencanaan produksi. 3.5 Klasifikasi Penjadwalan Penjadwalana produksi dapat diklasifikasikan dilihat dari perbedaan kondisi yang mendasarinya, klasifikasi penjadwalan yang sering terjadi dalam proses produksi adalah sebagai berikut :

5 15 1. Berdasarkan mesin yang digunakan : a. Penjadwalan pada mesin tungal (Single machine shop) b. Penjadwalan pada mesin jamak/paralel (m machine) 2. Berdasarkan strategi desain proses : a. Flow Shop Proses produksi yang berdesain flow shop bergerak dalam satu arah, identik dengan pola aliran dari satu mesin ke mesin lain walaupun penggunaan mesinnya tidak selalu berurutan. P1 P2 P3 M1 M2 M3 M4 dimana P adalah pekerjaan / job dan M adalah mesin. Gambar 3.1 Aliran Flow Shop Flow Shop ada banyak jenisnya, antara lain adalah : - Continuous Flow, ditujukan untuk produksi secara masal, dimana produk yang dibuat hanya untuk satu macam produk saja. - Dedicated Repetitive, ditujukan untuk produksi yang jumlahnya masih dapat terhitung (part diskrit) dan produk yang dibuat terdiri dari satu macam produk tetapi banyak variasi, namun tidak memerlukan waktu setup. - Batch Flow, ditujukan untuk produksi masal atau part diskrit untuk satu macam produk dengan banyak variasi (lebih banyak dari

6 16 dedicated repetitive) namun untuk setiap pergantian variasi memerlukan waktu setup. - Mixed Model Repetitive Batch Flow, ditujukan untuk produksi yang bisa dihitung, dengan ciri satu fasilitas namun dapat digunakan untuk banyak jenis produk, dimana waktu setup adalah hanpir nol. b. Job Shop Proses produksi dengan aliran job shop tidak selalu sama untuk setiap jobnya. Setiap job dikerjakan dengan urutan mesin tertentu sesuai dengan kebutuhan prosesnya. Dengan demikian pola alirannya berbedabeda, tidak selalu dalam satu arah. Keluaran dari setiap mesin untuk jenis job shop bisa berarti langsung sebagai produk jadi, dapat juga berarti produk setengah jadi. P1 P2 P3 M1 M2 M3 M4 dimana P adalah pekerjaan / job dan M adalah mesin. Gambar 3.2 Aliran Job Shop 3. Berdasarkan product positioning : a. Make to order Jumlah dan jenis produk yang dibuat berdasarkan permintaan dari konsumen, biasanya salah satu tujuan kebijakan ini adalah mengurangi biaya simpan.

7 17 b. Make to stock Jumlah dan jenis produk terus menerus dibuat untuk disimpan dalam inventory. 4. Berdasarkan pola kedatangan job : a. Statik, pengurutan job terbatas pada pesan yang ada. Job yang baru tidak mempengaruhi pengurutan job yang sudah dibuat. b. Dinamik, pengurutan job selalu diperbaharui jika ada job baru yang datang. 5. Berdasarkan waktu proses : a. Deterministik, waktu proses yang diterima sudah diketahui dengan pasti. b. Stokastik, waktu proses yang diterima belum pasti, oleh karena itu perlu diperkirakan dengan menggunakan distribusi probabilitas. 3.6 Kriteria Optimalitas Ada kriteria-kriteria optimalitas dalam menyusun penjadwalan, antara lain adalah : 1. Berkaitan dengan waktu [Jay Heizer and Barry Render, 2001] : a. Meminimalkan waktu penyelesaian (makespan). b. Meminimalkan tardiness. c. Memaksimalkan utilitas mesin d. Meminimalkan persediaan dalam proses. e. Meminimalkan waktu tunggu pelanggan.

8 18 2. Berkaitan dengan ongkos Kriteria ini berkaitan dengan biaya produksi, seperti mengurangi denda akibat terlambatnya pengiriman barang/produk. 3.7 Aturan Prioritas Aturan prioritas (priority rule) adalah aturan dalam penjadwalan produksi untuk menentukan pekerjaan/job mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Aturan prioritas ini digunakan untuk membantu menyusun penjadwalan dalam usaha mencapai tujuan penjadwalan, yaitu meminimasi keterlambatan, dan meningkatkan utilitas mesin. Beberapa aturan prioritas yang sering digunakan antara lain adalah : 1. Acak (Random) Mengerjakan job secara urutan yang acak, job yang mana saja dapat diproses terlebih dahulu 2. FCFS (First Come First Serve) Mengerjakan job sesuai dengan urutan waktu kedatangannya, yang datang lebih awal akan diproses terlebih dahulu. 3. SPT (Shortest Processing Time) Proses pengerjaan job dilakukan sesuai dengan waktu proses dari yang paling kecil. 4. EDD (Earliest Due Date) Urutan pengerjaan job dilakukan berdasarkan dari batas waktu penyelesaian yang lebih kecil.

9 19 5. LPT (Longest Processing Time) Aturan ini bertolak belakang dengan SPT, yaitu mengerjakan job berdasarkan urutan waktu proses dari yang paling besar/lama. 6. Critical Ratio Aturan ini mengurutkan job-job dengan menghitung waktu sisa sampai dengan batas waktu kerjanya. 3.8 Tardiness Tertimbang Total Wighted tardiness (tardiness tertimbang) merupakan salah satu fungsi tujuan yang umum dalam masalah penjadwalan. Beberapa fungsi tujuan yang lain adalah makespan, weighted flowtime, maximum flowtime, maximum tardiness, weighted number of tardy jobs dan weighted earliness plus weighted tardiness. Dalam masalah penjadwalan dengan fungsi tujuan tardiness tertimbang, tiap job memiliki bobot (kepentingan) dan due date. Bobot merepresentasikan tingkat kepentingan dari suatu job. Bobot yang lebih tinggi menunjukkan tingkat kepentingan yang lebih besar. Jika waktu akhir penyelesaian job melebihi due date atau batas waktu penyelesainnya maka job tersebut dikenakan suatu penalti yang direpresentasikan oleh bobotnya. Tardiness didefinisikan sebagai selisih waktu antara waktu akhir penyelesaian suatu job dengan due date jika waktu akhir pnyelesaian job lebih besar dari due date. Secara matematis, fungsi tujuan tardiness tertimbang total dirumuskan sebagai berikut. Misalkan D i dan w i masing-masing menyatakan due date dan bobot untuk tiap job i, C i menyatakan waktu akhir penyelesaian job i. Jika T i didefinisikan sebagai tardiness untuk job i, maka :

10 20 T i = C i D i jika C i > D i = 0 jika C i D i Dengan demikian dapat dikatakan nilai T i adalah : T i = max {0, C i -D i } Fungsi tujuan meminimumkan tardiness tertimbang total selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut : Min i w t T i Dengan T i = max {0, C i -D i }, i 3.9 Algoritma Relaksasi Lagrange Relaksasi Lagrange merupakan suatu algoritma yang semakin banyak digunakan dalam berbagai penerapan pemrograman matematika berskala besar. Penerapan relaksasi lagrange dimotivasi oleh adanya pengamatan bahwa banyak masalah pemrograman bilangan bulat dapat dimodelkan dengan mudah dengan menghilangkan nasty side constraints [Fisher, 1995]. Nasty side constraints dihilangkan dari himpunan pembatas dan ditempatkan pada fungsi tujuan. Ini dikenal dengan istilah dualisasi (dualizing) nasty side constraints. Proses dualisasi ini menghasilkan suatu masalah yang relatif mudah untuk dipecahkan dan solusinya memberikan suatu batas bawah bagi solusi optimal dari masalah awal. Bagi masalah penjadwalan dengan kriteria meminimumkan tardiness tertimbang total untuk pendekatan relaksasi lagrange adalah sebagai berikut (disebut masalah P) : Minimasi J = i dengan memperhatikan pembatas-pembatas : w t T i

11 21 precedence : c ij c il + t ij ; i, j ; j, l є J δ ketersediaan sumber : ijhk hk i j M kebutuhan waktu proses : b ij = c ij t ij + 1 ; i, j ; j є J dengan : c ij adalah slot waktu akhir (penyelesaian) pengerjaan operasi j untuk job i. b ij adalah slot waktu awal pengerjaan operasi j untuk job i. t ij adalah waktu pemrosesan/pengerjaan operasi j untuk job i. δ ijhk adalah variabel biner 0 atau 1; δ ijhk = 1 jika operasi j untuk job i menggunakan sumber h pada slot waktu k, δ ijhk = 0 jika sebaliknya. M hk adalah konstanta yang menunjukkan ketersediaan sumber h pada slot waktu k. Misalkan J adalah nilai tujuan optimal untuk masalah P dan diberikan suatu vektor pengali Lagrange tak negatif π hk untuk merelaksasi pembatas ketersediaan sumber M δ ijhk hk maka akan diperoleh masalah Lagrange R, dimana : i j R : min { i w T t i + π hk δ ijhk M hk } h, k i, j dengan memperhatikan pembatas precedence dan pembatas kebutuhan waktu proses. Karena nilai L(π) merupakan batas bawah untuk sembarang π 0, maka masalahnya sekarang adalah bagaimana menentukan pengali Lagrange π* yang memberikan batas bawah terbaik. Masalah ini disebut dengan masalah Dual Lagrange, dan dinyatakan dengan masalah D, yaitu :

12 22 i D : maks L, dengan L { π M + min wt + π δ } h, k hk hk i i i N j= 1 h, k hk ijhk dengan memperhatikan pembatas π hk 0, pembatas precedence dan pembatas kebutuhan waktu proses. Jika suatu operasi job dikerjakan pada slot waktu tertentu dan sumber tertentu, maka δ ijhk = 1. Jadi, jika π hk dikalikan dengan δ ijhk untuk slot waktu k dan sumber h yang digunakan, hasilnya akan tetap bernilai π hk. Maka nilai N i j= l h, k π hk δ ijhk akan sama dengan nilai π pada sumber h yang digunakan dan slot waktu k yang terpakai (dari slot waktu awal operasi (b ij ) sampai slot waktu akhir operasi (c ij )), yaitu N c i ij j= l k= b Sehingga dapat dilakukan penyederhanaan sebagai berikut : ij π ijhk i ij D : maks L, dengan L { π + hkmhk min wt i i + πijhk } h, k i N c j= 1 k= b dan jika job-job adalah independen maka minimum dari penjumlahan adalah jumlah dari minima sehingga bentuk rumusan D dapat dinyatakan sebagai berikut : i ij D : maks L, dengan L { π + hkmhk min wt i i + πijhk } h, k i N ij c j= 1 k= b ij dengan memperhatikan pembatas π hk 0, pembatas precedence dan pembatas kebutuhan waktu proses.

13 23 Berdasarkan rumusan Dual Lagrange di atas, maka model permasalahan tersebut dapat disederhanakan menjadi dekomposisi dari submasalah untuk tiap job i (untuk { π hk } yang diberikan) sebagai berikut : R i : min L i dengan L i N c wt i i j= 1 k= b + i ij ij π ijhk dengan memperhatikan pembatas c ij c il + t ij ; i, j ; j, l є J b ij = c ij t ij + 1 ; i, j ; j є J 3.10 Metode Subgradien Masalah yang muncul pada algoritma Relaksasi Lagrange adalah bagaimana mendapatkan pengali Lagrange π hk * yang memberikan batas bawah terbaik. Untuk mendapatkan solusi dual Lagrange yang optimal π hk *, terdapat berbagai teknik yang tersedia, diantaranya adalah metode elipsoid, metode ascent direction dan metode subgradien. Di antara metode-metode tersebut, metode subgradien merupakan metode yang paling banyak diterapkan karena kemudahannya dalam implementasinya. Misalkan π hk menyatakan vektor dari pengali Lagrange maka : π hk = π hk + π hk ΔL dimana π hk = λ i H dengan : H merupakan horizon waktu dari job

14 24 λ merupakan suatu skalar yang nilainya dipilih antara 0 dan 2. Selanjutnya untuk meningkatkan konvergensi geometrik menuju keoptimalan, Fisher (1995) menentukan nilai λ terbaik adalah 2. n Li = Li Li n Δ dimana Li = 1, 3Li sehingga Δ Li = 0, 3Li Prosedur pencarian nilai tersebut diusulkan oleh Caramis & Kaskavelis (1998), didapat dari percobaan numerik yang berulang-ulang Pemrograman Dinamis Pemrograman dinamis (Dynamic Programming) adalah prosedur matematis yang terutama dirancang untuk memperbaiki efisiensi perhitungan masalah pemrograman matematis tertentu dengan menguraikannya menjadi bagian-bagian masalah yang lebih kecil, dan karena itu lebih sederhana dalam perhitungan. Pemrograman dinamis pada umunya menjawab masalah dalam tahap-tahap, dengan setiap tahap meliputi tepat satu variabel optimasi. Perhitungan di tahap yang berbedabeda dihubungkan melalui perhitungan rekursif dengan cara menghasilkan pemecahan optimal yang mungkin bagi seluruh masalah. Nama pemrograman dinamis muncul karena penggunaan metode ini yang melibatkan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan waktu (seperti masalah sediaan). Tetapi, situasi lain saat waktu bukan merupakan faktor juga dipecahkan oleh pemrograman dinamis, untuk alasan ini, nama lain dari pemrograman dinamis adalah pemrograman multitahap (multistage programming), karena prosedur ini pada umumnya menentukan pemecahan dalam tahap-tahap.

15 25 Sebagai suatu konsep, pemrograman dinamis lebih luwes dibanding kebanyakan model dan metode matematika dalam riset operasi. Penerapan pendekatan pemrograman dinamis telah mampu menyelesaikan aneka masalah, seperti : alokasi, muatan, capital budgeting, pengawasan persediaan, penjadwalan, dan lain lain. Tidak seperti linear programming, dalam masalah pemrograman dinamis tak ada formulasi matematika yang baku, sehingga merupakan kesulitan bagi seorang pemula untuk mempelajari pemrograman dinamis ini. Pemrograman dinamis sebagai suatu teknik optimasi memiliki beberapa kelebihan diantaranya : Proses pemecahan suatu masalah yang kompleks menjadi sub-sub masalah yang lebih kecil membuat sumber permasalahan dalam rangkaian proses masalah tersebut menjadi lebih jelas untuk diketahui. Pendekatan pemrograman dinamis dapat diaplikasikan untuk berbagai macam masalah pemrograman matematika, karena pemrograman dinamis cenderung lebih fleksbel daripada teknik optimasi lain. Prosedur perhitungan pemrograman dinamis juga memperkenankan bentuk analisis sensitivitas terdapat pada setiap variabel status (state) maupun pada variabel yang ada di masing-masing tahap keputusan (stage). Pemrograman dinamis dapat menyesuaikan sistematika perhitungannya menurut ukuran masalah yang tidak selalu dengan tetap dengan tetap melakukan perhitungan satu per satu secara lengkap dan menyeluruh Disamping memiliki kelebihan, pemrograman dinamis juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya :

16 26 Penggunaan pemrograman dinamis jika tidak dilakukan secara tepat, akan mengakibatkan ketidakefisienan biaya maupun waktu. Karena dalam menggunakan pemrograman dinamis dibutuhkan keahlian, pengetahuan, dan seni untuk merumuskan suatu masalah yang kompleks, terutama yang berkaitan dengan penetapan fungsi transformasi dari permasalahan tersebut. Pemrograman dinamis tidak memiliki suatu bentuk formulasi matematika yang baku untuk digunakan secara konsekuen, sehingga perhitungan untuk menghasilkan keputusan optimal yang dilakukan terbatas pada kondisi tertentu. Hambatan terbesar pada pemrograman dinamis adalah masalah dimensionalitas, yaitu masalah dimana peningkatan variabel keadaan yang digunakan dalam perhitungan pemrograman dinamis akan menambah beban memori komputer serta menambah lama waktu perhitungan. Tahap keputusan (stage) sebagai salah satu unsur penting dalam model pemrograman dinamis merupakan bagian-bagian masalah yang lebih sederhana. Serangkaian tahap keputusan yang berurutan dan terkait satu sama lain akan membentuk keseluruhan masalah. Keadaan sistem merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam suatu model pemrograman dinamis, karena keadaan sistem mewakili hubungan antara tahaptahap keputusan yang berurutan. Dimana ketika setiap tahap dioptimalkan secara terpisah, maka keputusan yang dihasilkan tersebut layak dan optimal untuk keseluruhan masalah. Lebih lanjut, hal tersebut memungkinkan pengambilan keputusan adalah

17 27 optimum untuk tahap-tahap selanjutnya tanpa harus melakukan pemeriksaan terhadap pengaruh keputusan yang telah diambil sebelumnya. Definisi keadaan biasanya adalah konsep yang paling tidak jelas dalam perumusan pemrograman dinamis. Tidak ada jalan yang mudah untuk mendefinisikan keadaan, tetapi petunjuk untuk itu dapat ditemukan dengan mengajukan dua pertanyaan berikut : Hubungan apa yang mempersatukan tahap-tahap itu? Informasi apa yang diperlukan untuk mengambil keputusan yang layak pada tahap sekarang tanpa memeriksa kelayakan dari keputusan yang diambil pada tahap-tahap sebelumnya? Alternatif keputusan merupakan pilihan keputusan yang harus ditentukan agar keputusan pada tiap-tiap tahap optimal, sehingga keputusan akhir untuk keseluruhan masalah juga optimal. Alternatif dalam model pemrograman dinamis dinyatakan dalam bentuk variabel keputusan yang memiliki batasan-batasan tertentu. Penyelesaian masalah dalam pendekatan pemrograman dinamis dapat dilakukan secara maju (forward recursive equation) ataupun secara mundur (backward recursive equation). Perbedaan utama antara forward recursive equation dan backward recursive equation terletak dalam cara mendefinisikan status (state) atau yang sering disebut dengan definisi keadaan. Secara umum dirumuskan sebagai berikut : forward recursive equation (perhitungan dari depan ke belakang) f 0 (X 0 ) = 0 f i *(X i ) = opt {R j (k j )@f j-1 *(X j )}, j = 1,2,,n

18 28 backward recursive equation (perhitungan dari belakang ke depan) f n (Y n ) = 0 f j *(Y j ) = opt {R j (k j )@f j+1 *(Y j )}, j = 1,2,,n Keterangan : f*(x) atau f*(y) X atau Y k atau k j = optimum return function = status (state) = fungsi transisi = tahap ke- = variabel keputusan = simbol atau lambang operasi matematik Pada umumnya, penyelesaian masalah dengan forward recursive equation dan backward recursive equation akan mengarah kepada efisiensi perhitungan yang berbeda jika tahap-tahap keputusan dalam model pemrograman dinamisnya dikondisikan dalam urut-urutan yang spesifik. Secara umum, masalah optimasi dapat diselesaikan dengan prosedur forward recursive equation maupun backward recursive equation. Tetapi untuk masalah tertentu, khususnya masalah yang tahap-tahap keputusannya berhubungan dengan periode waktu, penyelesaian masalah tidak dapat menggunakan prosedur forward recursive equation namun harus menggunakan prosedur backward recursive equation. Formulasi pemrograman dinamis untuk pemecahan masalah R i : min L i dengan L i N c wt i i j= 1 k= b + i ij ij π ijhk adalah sebagai berikut :

19 29 V i, j i, j ( bi j) min{ Δ w T + π + V ( b )}, = i, j i i ijhk i, j 1 i, j 1 k = b c i, j ( b ) ci, j = Δ i, jwiti + π ijhk + min Vi, j 1 i, j 1 k = b i, j dimana ( bi j) V i j,, adalah nilai/biaya minimum subproblem Li Δ i, j = 1 jika operasi (i,j) adalah operasi tahap terakhir dan 0 untuk yang lainnya Algoritma List Scheduling Menurut Hurink dan Knust (2001), list scheduling adalah konsep yang telah digunakan secara luas dalam masalah penjadwalan. Pada dasarnya algoritma list scheduling adalah sebuah prosedur yang menempatkan sejumlah urutan pekerjaan (dibuat dalam bentuk list sesuai kriteria keputusan penjadwalan) pada posisi jadwal yang sesuai dengan jumlah pekerjaan tersebut. Prosedur tersebut menempatkan pekerjaan-pekerjaan tersebut pada jadwal berdasarkan list pekerjaan yang telah dibuat. Menurut Ladsaria (2002) algoritma ini pada dasarnya adalah melakukan langkah-langkah sebagai berikut : Menentukan prioritas atau aturan tertentu terhadap semua operasi/aktivitas. Mengurutkan operasi/aktivitas berdasarkan prioritas tersebut. Mengisi tempat/sumber yang tersedia pertama dengan operasi/aktivitas sesuai urutan yang telah dibuat dengan memperhatikan operasi/aktivitas yang telah mengisi tempat/sumber yang telah tersedia (hubungan ketergantungan antar operasi).

20 30 Prioritas atau pengurutan operasi amat menentukan kualitas dari jadwal dan terpenuhinya tujuan dari penjadwalan yang dilakukan. Suprayogi dan Mardiono (1997) memodifikasi algoritma list scheduling dari Luh et al.(1990) dalam masalah penjadwalan job majemuk operasi tunggal sumber majemuk paralel simultan. Konsep dasar algoritma yang dikembangkan tersebut adalah sebagai berikut : Setiap waktu awal aktivitas yang didapatkan dari suatu solusi matematis yang belum layak diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar. Jika terdapat waktu awal aktivitas yang sama, digunakan kriteria biaya (berdasarkan besarnya bobot job dan keterlambatan terhadap due date aktivitas tersebut) untuk pemilihan aktivitas yang akan didahulukan. Maksudnya, jika aktivitas tersebut terlambat untuk satu satuan waktu berapakah biaya tambahan yang terjadi. Semakin kecil biaya yang terjadi maka aktivitas tersebut akan didahulukan. Kemudian berdasarkan urutan aktivitas tersebut, tiap aktivitas dimasukkan ke dalam slot waktu penjadwalan dengan memperhatikan kendala ketersediaan tiap sumber yang digunakan untuk mengerjakan aktivitas-aktivitas. Ketika sumber yang dibutuhkan sudah digunakan (kapasitas tidak memenuhi lagi untuk slot waktu k), aktivitas-aktivitas yang tersisa (membutuhkan sumber tersebut pada slot waktu k) akan ditunda selama satu unit slot waktu. Dengan algoritma ini, setiap solusi awal yang akan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan list scheduling akan menentukan apakah hasil list scheduling yang dilakukan baik atau buruk. Solusi yang baik akan menghasilkan jadwal layak yang baik, sementara solusi yang buruk akan menghasilkan jadwal layak yang buruk.

21 31 Pseudocode dari algoritma list scheduling menurut Suprayogi dan Mardiono (1997) dalam masalah penjadwalan banyak job operasi tunggal dengan sumber majemuk paralel simultan adalah sebagai berikut : Setelah mendapatkan waktu awal untuk tiap operasi pada tiap job melalui penjadwalan job individu dan iterasi subgradien pada Relaksasi Lagrange, maka dilakukanlah prosedur list scheduling. Misal didefinisikan S i adalah urutan dari N i + 1 job, yaitu 1, 2,, N i + 1 yang berkaitan dengan satu himpunan N = I +1 slot waktu awal {B j }, yang diurutkan dari paling kecil ke terbesar sedemikian sehingga B 1 B 2 B N-i+1 dan jika B l = B l+1 maka w l (T l + 1 ) w l+1 (T l+1 +1 ). Diberikan S i dan {M hk } Langkah 0 : Tetapkan i =1 Langkah 1 : Tetapkan k = 1 Langkah 2 : Jika M hk 0 (h = 1,...,H i, H i є H) maka jadwalkan job i mulai dari waktu k, B i = k, tetapkan M hl = M hl 1 untuk l =k, k+l,,k+t i -1 dan lanjutkan ke langkah 5. Jika tidak, lanjutkan ke langkah 3. Langkah 3 : Tetapkan k = k+1, jika B i k, lanjutkan ke langkah 2. Jika tidak, lanjutkan ke langkah 4. Langkah 4 : Untuk semua job yang belum terjadwal sedemikian sehingga B i < k, tetapkan B i = k dan urutkan S i, dan lanjutkan ke langkah 2. Langkah 5 : Tetapkan i = i + 1. Jika i N kembali ke langkah 1. Jika tidak behenti.

22 Rekayasa Piranti Lunak Pengertian Rekayasa Piranti Lunak Menurut Sommerville (1995) rekayasa piranti lunak mencakup tiga elemen utama yang mengkontrol keseluruhan dari proses pengembangan piranti lunak, yaitu : 1. Metode-metode (Methods) Menyediakan cara teknis membangun piranti lunak, terdiri dari : Perencanaan proyek estimasi Analisis kebutuhan sistem dan piranti lunak Rancangan struktur data Arsitektur program Algoritma prosedur Pengkodean Testing Pemeliharaan 2. Alat-alat (tools) Memberi dukungan otomatis terhadap metode Computer Aided Software Engineering (CASE) yang mengkombinasikan piranti lunak dan piranti keras. 3. Prosedur-prosedur (procedures/theories) Merupakan penggabungan antara metode dengan alat bantu.

23 Model Rekayasa Piranti Lunak Model rekayasa piranti lunak yang digunakan adalah Classic Cycle (Waterfall Model). Model ini dipilih karena sistem yang dirancang akan mudah dievaluasi walaupun belum mendapatkan hasil akhir. Terdiri dari lima tahap : 1. Requirements definition Dalam tahapan ini, difokuskan pada perancangan piranti lunak yang akan dibangun, pembatasan kegunaan dan tujuan yang akan dicapai oleh sistem. Dikumpulkan pula informasi yang dibutuhkan dan dipahami fungsi apa saja yang diinginkan sesuai dengan kesepakatan dalam konsultasi antara pengguna dan perancang piranti lunak. 2. System and software design Dalam tahapan ini, didesain penggambaran modul dari piranti lunak secara terperinci dan dilakukan pengkajian kualitas. Tahapan ini berfokus pada struktur data, arsitektur piranti lunak dan prosedur secara detil. Selain itu dilakukan juga langkah pengkodean dengan mengubah desain yang telah dirancang ke dalam bentuk yang dapat dibaca oleh mesin. 3. Implementation and unit testing Sebuah piranti lunak terdiri dari sekumpulan unit program (program units) yang memiliki tugas dan deskripsi masing-masing yang lebih spesifik. Pada tahapan ini dilakukan pengujian setiap unit program secara terpisah dengan melihat kesesuaian unit dengan spesifikasi yang diinginkan.

24 34 4. Integration and system testing Setelah pengujian setiap unit program, maka semua unit program yang ada akan diintegrasikan menjadi sebuah piranti lunak yang lengkap dan dilakukan pengujian pada semua fungsi dalam piranti lunak yang sudah dibangun. Pengujian ini dimaksudkan untuk menemukan kemungkinan adanya kesalahan serta memastikan keluaran yang dihasilkan telah sesuai dengan yang diinginkan. 5. Operation and maintenance Piranti lunak yang baik harus mampu melakukan penyesuaian terhadap perubahan/peningkatan yang mungkin terjadi di masa mendatang, baik dikarenakan peningkatan kebutuhan pengguna ataupun pengembangan dari lingkungan di luar sistem piranti lunak tersebut sehingga tidak perlu dibuat program baru hanya untuk memenuhi kebutuhan yang mungkin menjadi lebih kompleks. Kelebihan model ini adalah : Hasil akhir sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Bila terjadi kesalahan atau kekurangan dalam proses perancangan dapat langsung dievaluasi dan dilengkapi. Penghematan biaya karena hasil akhir dari perancangan piranti lunak tidak akan mengalami perubahan atau penambahan dalam skala besar karena telah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.

25 35 Kekurangan model ini adalah : Dibutuhkan pemakai yang mampu memprediksikan kebutuhan secara terperinci dan lengkap, agar tidak mengalami penambahan berkali-kali yang akan menghambat perancangan. Bila ada penambahan kebutuhan, maka akan mengulang proses pembuatan dari awal yang akan memboroskan waktu. Tidak ada gambaran hasil akhir dari perancangan. Penjelasan dalam perancangan harus jelas, karena hal ini akan menjadi acuan dalam proses desain pengkodean. Berikut ini merupakan tahapan dalam Classic Cycle atau Waterfall Model menurut Sommerville (1995) : Requirements definition System and Software Design Implementation and Unit Testing Integration and System Testing Operation and Maintenance Gambar 3.3 Waterfall Model

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Peranan Penjadwalan dan Pengaruhnya Penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang memainkan peranan penting dalam industri manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi penjadwalan Secara umum, penjadwalan merupakan proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang digunakan untuk merencanakan produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dasar Penjadwalan Produksi Secara umum, penjadwalan merupakan suatu proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang merencanakan produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan. 2.1 Sistem Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Menurut Sumayang (2003), penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui aktivitas tugas. Perencanaan fasilitas dan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Penjadwalan Penjadwalan adalah aktivitas perencanaan untuk menentukan kapan dan di mana setiap operasi sebagai bagian dari pekerjaan secara keseluruhan harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Edward (1998) menjelaskan bahwa sebuah work center terdiri dari banyak jenis mesin, dan pada kenyataannya work center lebih sering diindikasikan sebagai mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya dunia teknologi khususnya komputer yang semakin baik halam hal perangkat lunak maupun perangkat keras dan pentingnya informasi yang dikelolah,

Lebih terperinci

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT PANDUAN BIG PROJECT SIMULASI KOMPUTER - 2014 DAFTAR ISI 1. Pengertian... 1 2. Tujuan Penjadwalan Workcenter... 2 3. Pengurutan Tugas (Sequencing)... 2 4. Definisi dalam Penjadwalan... 3 5. Karakteristik

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Pertemuan 13 & 14 Outline: Scheduling Referensi: Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, Prentice-Hall, 1994. Wiratno, S. E.,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian, Struktur, Kelebihan dan Kekurangan, serta Potensi Dynamic Programming Dynamic Programming adalah suatu teknik kuantitatif yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan penjadwalan produksi telah dilakukan, antara lain oleh Wigaswara (2013) di PT Bejana Mas Perkasa.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 26 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai penugasan dan penentuan waktu dari kegunaan sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan fasilitas

Lebih terperinci

2.1.1 PERANAN PENJAD WALAN DAN PENGARUHNYA

2.1.1 PERANAN PENJAD WALAN DAN PENGARUHNYA BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan tentang peranan penjadwalan dan pengaruhnya, definisi penjadwalan, tujuan penjadwalan, klasifikasi penjadwalan, istilah dan kriteria dalam penjadwalan, pendekatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi 2.1.1 Definisi Sistem Produksi Menurut para ahli ada beberapa definisi mengenai sistem produksi, antara lain : 1. Asruri (1993) mendefinisikan sistem produksi

Lebih terperinci

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM 1 PENJADWALAN (SCHEDULING) Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien agar tujuan tercapai. Oleh karena itu pemahaman mengenai konsep penjadwalan sangat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Produksi Perusahaan selalu melakukan penjadwalan produksi dalam pemenuhan kapasitas permintaan konsumen atau order dari konsumen untuk jangka pendek dalam rentang periode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Umum Penjadwalan Produksi Untuk mengatur suatu sistem produksi agar dapat berjalan dengan baik, diperlukan adanya pengambilan keputusan yang tepat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Menurut Kadir (2008:3) program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) MRP dibagikan dan didefinisikan dalam 3 kategori, yaitu MRP tipe 1 berhubungan dengan sistem kontrol persediaan, MRP tipe 2 berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Program Dinamik

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Program Dinamik 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Dinamik Pemrograman dinamik adalah suatu teknik matematis yang biasanya digunakan untuk membuat suatu keputusan dari serangkaian keputusan yang saling berkaitan. Pemrograman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan bagian yang penting dari proses produksi sebelum pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat memperpanjang

Lebih terperinci

Design and Analysis Algorithm. Ahmad Afif Supianto, S.Si., M.Kom. Pertemuan 09

Design and Analysis Algorithm. Ahmad Afif Supianto, S.Si., M.Kom. Pertemuan 09 Design and Analysis Algorithm Ahmad Afif Supianto, S.Si., M.Kom Pertemuan 09 Contents 1 2 5 Algoritma Program Dinamis Lintasan Terpendek (Shortest Path) Penganggaran Modal (Capital Budgeting) 1/0 Knapsack

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE)

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara 1. Latar Belakang Kecenderungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga

Lebih terperinci

Program Dinamis (Dynamic Programming)

Program Dinamis (Dynamic Programming) Program Dinamis (Dynamic Programming) Bahan Kuliah IF2211 Strategi Algoritma Oleh: Rinaldi Munir Program Studi Teknik Informatika STEI-ITB 1 2 Program Dinamis Program Dinamis (dynamic programming): - metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Rudyanto (2011) melakukan penelitian tentang rancang bangun sistem informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem infomasi

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Penjadwalan Produksi Injection Moulding Pada PT. Duta Flow Plastic Machinery PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Roesfiansjah Rasjidin, Iman hidayat Dosen

Lebih terperinci

Program Dinamis (Dynamic Programming)

Program Dinamis (Dynamic Programming) Program Dinamis (Dynamic Programming) Program Dinamis Program Dinamis (dynamic programming): metode pemecahan masalah dengan cara menguraikan solusi menjadi sekumpulan langkah (step) atau tahapan (stage)

Lebih terperinci

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia industri yang semakin pesat, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan para kompetitor dengan menciptakan kredibilitas yang

Lebih terperinci

MODUL I PROGRAM DINAMIS

MODUL I PROGRAM DINAMIS MODUL I PROGRAM DINAMIS 1.1 Tujuan Praktikum Program dinamis merupakan modul pertama yang dipelajari dalam Praktikum Stokastik. Adapun yang menjadi tujuan praktikum dalam modul program dinamis adalah sebagai

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Yogyakarta,19Juni2010 PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Agus Rudyanto 1, Moch. Arifin 2 1 Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Majemen Informatika

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL

SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL (Studi Kasus: Bengkel Umum Unit III, PT. Gudang Garam,Tbk.) Dosen Pembimbing: Prof.

Lebih terperinci

PENJADWALAN JOB SHOP STATIK DENGAN METODE SIMULATED ANNEALING UNTUK MEMINIMASI WAKTU MAKESPAN

PENJADWALAN JOB SHOP STATIK DENGAN METODE SIMULATED ANNEALING UNTUK MEMINIMASI WAKTU MAKESPAN PENJADWALAN JOB SHOP STATIK DENGAN METODE SIMULATED ANNEALING UNTUK MEMINIMASI WAKTU MAKESPAN Moh.Husen, Ilyas Masudin, Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri - Universitas Muhammadiyah Malang Muhammad.husen12@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Aplikasi adalah penggunaan atau penerapan suatu konsep yang menjadi suatu pokok pembahasan. Aplikasi dapat diartikan juga sebagai program komputer yang dibuat

Lebih terperinci

Pemodelan Simulasi untuk Analisis Performansi Penjadwalan pada Sistem Manufaktur Make to Order dengan Mesin Paralel

Pemodelan Simulasi untuk Analisis Performansi Penjadwalan pada Sistem Manufaktur Make to Order dengan Mesin Paralel Petunjuk Sitasi: Zagloel, T. Y., Ardi, R., & Adriana, L. (2017). Pemodelan Simulasi untuk Analisis Performansi Penjadwalan pada Sistem Manufaktur. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. E66-71). Malang:

Lebih terperinci

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015 Penugasan & Pengurutan MANAJEMEN OPERASI: Manajemen Keberlangsungan & Rantai Pasokan Operations Management: Sustainability & Supply Chain Management Supl 15 Metode Penugasan Kelas khusus dari model pemrograman

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #10 Ganjil 2015/2016 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #10 Ganjil 2015/2016 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #10 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Pendahuluan 2 Permasalahan pemrograman dinamis secara umum memiliki proses keputusan yang bersifat multi tahapan (multi-stage). I1 D1 I2 D2 In Dn R1 R2 Rn 6623

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Agronesia INKABA merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang mempoduksi produk terknik berbahan baku karet. Sistem produksi di perusahaan ini adalah mass production dan job

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan industri saat ini. Setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. persaingan industri saat ini. Setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi yang pesat mengakibatkan persaingan dalam dunia industri semakin ketat. Teknologi menjadi elemen penting dalam persaingan industri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka akan memberitahukan bahwa terdapat sejumlah penelitian dengan topik permasalahan yang sama, namun memiliki obyek, metode, dan lokasi penelitian yang berbeda. Melalui

Lebih terperinci

Program Dinamis (dynamic programming):

Program Dinamis (dynamic programming): Materi #0 Ganjil 0/05 (Materi Tambahan) Program Dinamis (Dynamic Programming) Program Dinamis Program Dinamis (dynamic programming): metode pemecahan masalah dengan cara menguraikan solusi menjadi sekumpulan

Lebih terperinci

Program Dinamis. Oleh: Fitri Yulianti

Program Dinamis. Oleh: Fitri Yulianti Program Dinamis Oleh: Fitri Yulianti 1 Program Dinamis Program Dinamis (dynamic programming): - metode pemecahan masalah dengan cara menguraikan solusi menjadi sekumpulan tahapan (stage) - sedemikian sehingga

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Teknik informatika - Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Teknik informatika - Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik informatika - Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jeffry Susanto 0600669642

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CV. Greeng Inspiration merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konveksi, yang menawarkan jasa pembuatan pakaian seperti, kaos oblong, kaos berkerah, polo,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek.

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek. BAB III LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori digunakan untuk menyelesaikan masalah secara sistematis. Pada bab ini akan membahas landasan teori yang menjelaskan tentang ilmu yang terkait dalam

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Kontak

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Sistem Produksi Secara umum, sistem produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengubah masukan (input) sumber daya menjadi barang jadi atau barang setengah

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Di setiap perusahaan yang didirikan tentunya disertai dengan harapan akan mengalami suatu perkembangan dan juga memperoleh keuntungan dikemudian hari. Harapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesanan yang dijanjikan baik dari segi waktu maupun dari segi jumlah yang dijanjikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. pesanan yang dijanjikan baik dari segi waktu maupun dari segi jumlah yang dijanjikan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri, selain tergantung dari kualitas produk yang dihasilkan performansi perusahaan juga tergantung dari kemampuan perusahaan memenuhi pesanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan salah satu tahap penting sebelum memulai suatu kegiatan produksi. Penjadwalan produksi ini sangat penting dilakukan pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan (scheduling) dan sequencing merupakan suatu bentuk dari penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri manufaktur dan jasa. Penjadwalan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) 11 Dinamika Teknik Juli PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) Antoni Yohanes Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol. VII, No. 2

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari hal data, permasalahan, pekerjaan itu sendiri (Jogiyanto, 2005).

BAB II LANDASAN TEORI. dari hal data, permasalahan, pekerjaan itu sendiri (Jogiyanto, 2005). 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Aplikasi adalah penerapan, menyimpan sesuatu data, permasalahan, pekerjaan kedalam suatu sarana atau media yang dapat digunakan untuk menerapkan atau mengimplementasikan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH DAN PERANCANGAN. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH DAN PERANCANGAN. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH DAN PERANCANGAN 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan PT Nilaco Permai yang memproduksi berbagai macam produk yang berasal dari bahan baku biji plastik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari industri atau perusahaan adalah menciptakan laba yang maksimal. Salah satu bentuk usahanya adalah dengan memaksimumkan hasil produksi atau meminimumkan

Lebih terperinci

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta 1 2 USULAN PENJADWALAN JOB DENGAN METODE CAMPBELL, DUDEK AND SMITH (CDS) DAN METODE NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN PROSES STAMPING PART ISUZU DI LINE B PT. XYZ Lina Gozali, Lamto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan diperlukan ketika beberapa pekerjaan harus diproses pada suatu mesin tertentu yang tidak bisa memproses lebih dari satu pekerjaan pada saat yang sama. Penjadwalan

Lebih terperinci

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ.

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ. BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Perb bandingan Penjadwalan FCFS, EDD, SPT dan LPT Jika di ilakukan perbandingan antara ke 4 metode yang digunakan, maka akan did dapatkan hasil sebagai berikut : Dari tabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian ini dilakukan dengan analisa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan banyak pihak dan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Ervianto, 2005). Proses ini

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan untuk selanjutnya dianalisa dalam penjadwalan menggunakan pola kedatangan job secara statis dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam mengasilkan produk yang telah disepakati sesuai dengan kesepakatan. Penjadwalan produksi sangat erat

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK P.T. Indo Extrusions adalah perusahaan yang berskala internasional dan bergerak di bidang pengolahan logam nonferos terutama alumunium. Terletak di jalan Leuwi Gajah No. 134, Cimindi, Cimahi menerapkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Putro Dasa Kusumo adalah perusahaan yang bergerak dalam industri yang memproduksi sabun kebutuhan rumah tangga. Jenis produk yang dimiliki perusahaan saat ini terdapat 5 jenis, yaitu sabun cuci

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah 7 BAB PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah dikembangkan dilakukan pengumpulan data sebagai berikut : 1. Pengujian model dalam masalah job shop dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Tahapan-tahapan yang dilalui pada kegiatan penelitian digambarkan pada Gambar 3.1. Untuk mencapai tujuan penelitian maka dilakukan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO Oky Dwi Nurhayati, ST, MT email: okydn@undip.ac.id 1 Program Dinamis (dynamic programming): - metode pemecahan masalah dengan cara menguraikan solusi

Lebih terperinci

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara. Konsep Penadwalan Penadwalan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana

BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan merupakan bagian yang strategis dari proses perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana pengaturan urutan kerja serta pengalokasian

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ Saiful Mangngenre 1, Amrin Rapi 2, Wendy Flannery 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245

Lebih terperinci

TEKNIK Vol. V, No. 1 Januari 2011 Hal 1-12

TEKNIK Vol. V, No. 1 Januari 2011 Hal 1-12 1 Dinamika Teknik Januari PERANCANGAN SISTEM PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC Abstract Scheduling of production basically resource allocation to finish a group of work to be

Lebih terperinci

BAB III ALGORITMA GREEDY DAN PROGRAM DINAMIS

BAB III ALGORITMA GREEDY DAN PROGRAM DINAMIS BAB III ALGORITMA GREEDY DAN PROGRAM DINAMIS 3.1 Algoritma Greedy Algoritma Greedy merupakan metode yang paling populer dalam memecahkan persoalan optimasi. Hanya ada dua macam persoalan optimasi, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan human resource, yang mempunyai fungsi untuk melakukan satu atau beberapa proses operasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dimulai sejak tanggal 31 Agustus 2004 hingga tanggal 3 November 2004 dilakukan secara cermat dan menyeluruh, baik langsung maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terdapat dalam transportasi dan distribusi serta dalam industri. Sasaran utama proses penjadwalan:

BAB II LANDASAN TEORI. terdapat dalam transportasi dan distribusi serta dalam industri. Sasaran utama proses penjadwalan: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penjadwalan Menurut Pinedo (2002), penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang mempunyai peran penting dala proses manufaktur dan sistem produksi begitu juga dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN HASIL BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa Jumlah Pekerjaan dalam Sistem Jika dilakukan perbandingan jumlah pekerjaan dalam sistem dari penjadwalan produksi Thermowell di PT. Rangga Olah Cipta Systems yang ditelah

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC (Planning Production Schedule of PVC Pipe Product in PT Harapan Widyatama Pertiwi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan manufaktur tidak hanya memperhatikan kualitas produk, tetapi juga ketepatan waktu produk sampai ke tangan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Masalah 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan suatu proses pengurutan pembuatan produk secara menyeluruh pada sejumlah mesin dalam jangka waktu tertentu. Persoalan penjadwalan pada

Lebih terperinci

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Rudini Mulya Daulay Program, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana 2010 email: rudinimenteri@gmail.com Abstrak 1. SHORT-TERM SCHEDULING

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA HORISON WAKTU DISKRET HEURISTIK UNTUK PENJADWALAN PRODUKSI OPERASI TUNGGAL PADA MESIN ALTERNATIF

MODEL MATEMATIKA HORISON WAKTU DISKRET HEURISTIK UNTUK PENJADWALAN PRODUKSI OPERASI TUNGGAL PADA MESIN ALTERNATIF MODEL MATEMATIKA HORISON WAKTU DISKRET HEURISTIK UNTUK PENJADWALAN PRODUKSI OPERASI TUNGGAL PADA MESIN ALTERNATIF Irwan Sukendar, ST, MT Jurusan Teknik Industri FTI Universitas Islam Sultan Agung Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu bersaing dalam memenuhi keinginan customer. Salah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu bersaing dalam memenuhi keinginan customer. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan industri yang sangat ketat pada saat ini menyebabkan perusahaan harus mampu bersaing dalam memenuhi keinginan customer. Salah satu keinginan customer mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penjadwalan Penjadwalan merupakan alat ukur yang baik bagi perencanaan agregat. Pesanan-pesanan aktual pada tahap ini akan ditugaskan pertama kalinya pada sumberdaya tertentu

Lebih terperinci

Penjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming

Penjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no2.127-137 Penjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming Clara Yessica Livia *, Teguh Oktiarso Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyelesaian permasalahan dalam penjadwalan dapat dilakukan dengan mengkaji kompleksitas penjadwalan. Menurut Pinedo (2002), kompleksitas dalam penjadwalan terbagi menjadi mesin

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1 PERANCANGAN SISTEM SCHEDULING JOB MENGGUNAKAN DRUM BUFFER ROPE UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN ORDER DAN MANUFACTURING LEAD TIME PADA BAGIAN MACHINING MPM DI PT. DIRGANTARA INDONESIA 1 Rinda Rieswien, 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan hal yang penting dalam sistem produksi. Sistem produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam industri yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Pembatasan

Lebih terperinci

Lecture 5 : Dynamic Programming (Programa Dinamis) Hanna Lestari, ST, M.Eng

Lecture 5 : Dynamic Programming (Programa Dinamis) Hanna Lestari, ST, M.Eng Lecture 5 : Dynamic Programming (Programa Dinamis) Hanna Lestari, ST, M.Eng Definisi Suatu teknik kuantitatif yang digunakan untuk membuat suatu rangkaian keputusan yang saling berkaitan. (Hillier & Lieberman,

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL Setyo Harto, Annisa Kesy Garside, dan Dana Marsetya Utama Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Bab 2 Landasan Teori Perencanaan dan Pengendalian Produksi Bab 2 Landasan Teori 2.1. Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi adalah suatu proses perencanaan dan pengorganisasian mengenai pekerjaan, bahan baku, mesin dan peralatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk membandingkan metode, dasar penelitian dan sasaran tujuan penelitian baik yang terdahulu maupun yang akan peneliti

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Menurut Nash dan Sofer (1996), optimasi adalah sarana untuk mengekspresikan model matematika yang bertujuan memecahkan masalah dengan cara terbaik. Untuk tujuan bisnis,

Lebih terperinci

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10 P E N J A D W A L A N Pertemuan 10 Definisi Penjadwalan Pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi, yang mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan maupun tenaga kerja, dan menentukan urutan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Cutting Stock Problem 2.1.1 Integer Knapsack Cutting-stock problem merupakan salah satu satu contoh persoalan dalam Integer Knapsack. Dalam persoalan integer knapsack,

Lebih terperinci