2.1.1 PERANAN PENJAD WALAN DAN PENGARUHNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2.1.1 PERANAN PENJAD WALAN DAN PENGARUHNYA"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan tentang peranan penjadwalan dan pengaruhnya, definisi penjadwalan, tujuan penjadwalan, klasifikasi penjadwalan, istilah dan kriteria dalam penjadwalan, pendekatan penjadwalan, Algoritma Smith, dan Rekayasa piranti Lunak PERANAN PENJADWALAN DAN PENGARUHNYA Penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang memainkan peranan penting dalam industri manufaktur maupun jasa. Penjadwalan digunakan dalam pengadaan (procurement) dan produksi (production), dalam transportasi dan distribusi, dan dalam pemrosesan informasi dan komunikasi. Fungsi penjadwalan dalam perusahaan menggunakan teknik matematika atau metode heuristik untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas kepada tugas-tugas yang ada. Alokasi sumber daya yang tepat memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan dan mencapai tujuannya. Sumber daya dapat berupa mesin-mesin yang di produksi, landasan di airport, atau petugas di bidang konstruksi. Tugas dapat berupa operasi di produksi, tinggal landas dan pendaratan di aiport, atau tahap-tahap dalam proyek pembuatan alat perkantoran. Setiap tugas mempunyai suatu level prioritas, waktu memulai pekerjaan yang tercepat dan memungkinkan, dan due date. Tujuan yang ingin dicapai bermacam-macam, seperti meminimumkan waktu penyelesaian semua pekerjaan atau meminimumkan jumlah tugas yang terlambat, dan lain sebagainya DEFINISI PENJADWALAN Menurut Baker[1, hal.2], penjadwalan didefinisikan sebagai proses pengalokasian sumber untuk memilih sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu. Definisi ini dapat dijabarkan dalam dua arti yang berbeda, yaitu : 6

2 1. Penjadwalan merupakan fungsi pengambilan keputusan dalam menentukan jadwal yang paling tepat 2. Penjadwalan merupakan sebuah teori yang berisi kumpulan prinsip, model, teknik, dan konklusi logis dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Morton[4, hal 36], penjadwalan didefinisikan sebagai penyesuaian aktivitas dengan sumber daya yang terbatas untuk memaksimumkan kepuasan pelanggan, utilisasi produksi, dan meminimumkan biaya operasi. Keputusan yang dibuat dalam penjadwalan meliputi pengurutan pekerjaan (sequencing), waktu mulai dan waktu selesai pekerjaan (release and timing), dan urutan operasi suatu pekerjaan (routing). Masalah penjadwalan selalu berkaitan dengan pengurutan produksi (sequencing), yang dengan demikian didefinisikan sebagai penentuan urutan-urutan kedatangan dari bermacam-macam pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Persoalan penjadwalan timbul jika beberapa pekerjaan dikerjakan secara bersamaan, sedangkan peralatan yang dimiliki terbatas. Input dari suatu penjadwalan biasanya mencakup jenis dan banyaknya produk yang akan dioperasi, urutan ketergantungan antar operasi, waktu proses untuk masingmasing operasi, serta fasilitas yang dibutuhkan untuk tiap operasi. Sedangkan output dari penjadwalan adalah dispatch list, yaitu daftar yang menyatakan urutan-urutan pemrosesan produk serta waktu mulai dan selesai dari pemrosesan produk (starting and completion time) TUJUAN PENJADWALAN Tujuan penjadwalan secara umum adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan produktivitas mesin, yaitu dengan mengurangi waktu mesin menganggur (memaksimumkan utilisasi sumber daya). 7

3 2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi (work in process inventory) dengan mengurangi jumlah rata-rata pekerjaan yang menungu dalam antrian suatu mesin karena mesin tersebut sibuk. 3. Pemenuhan due date dan mengurangi keterlambatan karena batas waktu (due date) telah terlampaui dengan cara mengurangi maksimum waktu keterlambatan maupun dengan mengurangi jumlah pekerjaan yang terlambat. 4. Meminimasi ongkos produksi KLASIFIKASI PENJADWALAN Model penjadwalan berbeda-beda, tergantung dari kondisinya di dalam produksi. Beberapa model penjadwalan yang sering ditemui di dalam produksi antara lain : 1. Berdasarkan mesin yang digunakan dalam proses a. Penjadwalan pada mesin tunggal Suatu sistem produksi dapat diklasifikasikan sebagai model penjadwalan mesin tunggal. Contohnya, jika bottleneck muncul pada suatu stasiun kerja di lingkungan multi-mesin, maka urutan pekerjaan pada stasiun bottleneck tersebut menentukan performansi dari keseluruhan sistem. b. Penjadwalan pada mesin paralel Sekelompok mesin paralel merupakan generalisasi dari model mesin tunggal. Banyak lingkungan produksi yang terdiri dari beberapa stasiun kerja dimana setiap stasiun kerjanya mempunyai konfigurasi mesin paralel. Mesin pada stasiun kerja dapat indentik sehingga kapanpun pekerjaan tiba, pekerjaan tersebut dapat diproses di mesin paralel manapun yang tersedia. Model mesin paralel juga penting untuk alasan yang sama dengan mesin tunggal. Ketika mesin paralel tidak identik, akibatnya terdapat beberapa mesin yang beroperasi pada kecepatan yang rendah dibanding mesin lainnya. 8

4 Dalam kasus ini beberapa pekerjaan dapat diproses di m mesin tertentu di mesin paralel, sedangkan pekerjaan yang lainnya diproses di mesin khusus tertentu. 2. Berdasarkan pola aliran proses a. Penjadwalan flow shop Sistem produksi terdiri dari banyak operasi pada sejumlah mesin yang berbeda, dimana rute/aliran dari seluruh proses indentik, artinya semua tipe produk melalui stasiun kerja/mesin yang sama menurut urutan yang sama pula. Mesin-mesin disusun secara seri, dimana bila proses pada stasiun kerja telah selesai, maka order akan masuk ataupun mengantri pada stasiun berikutnya. Dalam beberapa model flow shop, jika suatu pekerjaan tidak memerlukan proses di suatu mesin tertentu, pekerjaan tersebut dapat melewati mesin tersebut dan melanjutkan proses di mesin berikutnya. Namun ada beberapa model flow shop tidak mengizinkan hal tersebut. Jika setiap stasiun kerja yang disusun secara seri tersebut terdiri dari mesin-mesin paralel yang identik dan pekerjaan dapat diproses di mesin paralel manapun dalam setiap tahap, maka model ini disebut model flow shop yang fleksibel. b. Penjadwalan job shop Berbeda dari model sebelumnya, penjadwalan job shop memungkinkan rute yang berbeda untuk masing-masing tipe produknya. Dalam model ini ada kalanya suatu pekerjaan harus melalui stasiun kerja tertentu beberapa kali ataupun secara bolak balik. Sedangkan model job shop yang fleksibel merupakan model job shop yang terdiri dari beberapa mesin paralel pada stasiun kerjanya. 9

5 3. Berdasarkan pola kedatangan pekerjaan a. Penjadwalan statis, dimana pekerjaan datang bersamaan dan siap dikerjakan pada mesin yang tidak bekerja b. Penjadwalan dinamis, dimana kedatangan pekerjaan tidak menentu 4. Berdasarkan sifat informasi yang diterima penjadwalan produksi a. Penjadwalan deterministik, dimana informasi yang diterima pasti b. Penjadwalan stokastik, dimana informasi yang diperoleh tidak pasti, tetapi memiliki kecenderungan yang jelas atau menyangkut adanya distribusi probabilitas tertentu ISTILAH DAN KRITERIA DALAM PENJADWALAN Dalam penjadwalan terdapat beberapa informasi yang bersifat statis atau tidak tergantung pada jadwal, antara lain : Processing Time (p ij ) / Waktu Proses Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan order i pada mesin j Ready Time(r i ) / Saat Siap Yaitu saat order i tiba di dalam sistem atau saat paling awal order i siap dijadwalkan Due Date (d i ) / Saat Jatuh Tempo Yaitu batas akhir order i harus diselesaikan 10

6 Weight (W i ) / Bobot Yaitu bobot order i, menunjukkan pentingnya order i relatif terhadap order lainnya dalam sistem. Bobot dapat mewakili biaya menahan pekerjaan dalam sistem, biaya inventory, dan biaya lainnya yang dapat mewakili kepentingan suatu order terhadap order lainnya. Permasalahan penjadwalan intinya adalah menentukan urutan produksi yang memberikan solusi terbaik dengan kriteria sebagai berikut : a. Memenuhi kendala teknologi yang ada (technology constraint), dengan kata lain merupakan penjadwalan yang layak (feasible) b. Memenuhi satu atau beberapa kriteria performansi yang didefinisikan sebelumnya. Variabel ukur performansi yang telah dikembangkan dalam lingkungan penjadwalan diantaranya adalah sebagai berikut : Completion Time (C i ) / Saat Selesai Yaitu waktu penyelesaian operasi paling akhir suatu order i Release Time (R ij ) / Saat mulai diproses Yaitu waktu order i mulai diproses pada mesin j Flow Time (F i ) / waktu tinggal Yaitu waktu yang dibutuhkan suatu order berada di lantai produksi. Flow time disebut juga shop time atau manufacturing interval. F i = C i -R i Waiting Time (W i ) / waktu tungguyaitu waktu yang menunggu antara waktu suatu proses selesai hingga dimulai operasi berikutnya dari pengerjaan tiap operasi pada order i. W i = F i - p ij Lateness ( L i ) 11

7 Yaitu selisih waktu selesai order i terhadap due date order tersebut. L i = C i - d i. L i <0, jika penyelesaian memenuhi batas akhir L i >0, jika penyelesaian melewati batas akhir. Tardiness (T i ) / waktu terlambat Yaitu jangka waktu keterlambatan pemenuhan due date order i. T i = max(0,l i ) Makespan Yaitu jangka waktu seluruh order yang dijadwalkan dapat diselesaikan dalam produksi PENDEKATAN PENJADWALAN Berikut ini disajikan beberapa pendekatan penjadwalan secara umum. Interval Schedule Penjadwalan formal diberikan terlebih dahulu. Proses yang paling aktual diharapkan sesuai dengan jadwal, bahkan jika kejadian yang darurat dan tidak diperkirakan serta kejadian lainnya mengakibatkan beberapa perubahan. Interval Scheduling berguna ketika penggunaan beberapa sumber daya yang kritis harus dikoordinasikan. Dispatch Schedule Penjadwalan formal dapat diberikan atau juga tidak diberikan terlebih dahulu, tetapi perubahan yang sederhana dapat ditangani hanya dengan menyesuaikan seluruh jadwal dengan cara yang fleksibel. Perluasannya adalah dengan menjadwalkan sumber daya demi sumber daya, dengan tetap menjaga masing-masing sumber daya sibuk dengan aktivitas terpenting yang tersedia. Ketika sumber daya menjadi kosong, maka aktivitas dengan prioritas tertinggi yang diproses selanjutnya. 12

8 Simple Dispatch Schedule Pendekatan ini disebut juga nondelay dispatch schedule, yaitu sumber daya tidak pernah dibiarkan mengganggur untuk antisipasi kedatangan hot jobs. Critical Job Schedule (lot for lot) Pendekatan ini menjadwalkan pekerjaan yang paling kritis terlebih dahulu ke seluruh lantai produksi, baru dilanjutkan dengan pekerjaan paling kiritis kedua, dan selanjutnya. Critical Resource Schedule (bottleneck schedule) Sumber daya yang bottleneck atau overused dijadwalkan terlebih dahulu, kemudian sumber daya yang lain dijadwalkan mengikutinya. Dengan pendekatan ini maka diharapkan penggunaan yang efisien dari sumber daya yang kritis ini dapat menolong banyak pekerjaan-pekerjaan yang kritis. Critical Operation Schedule Dengan melihat pekerjaannya, aktivitas/sumber daya yang berpasangan dengan prioritas tertinggi, dijadwalkan terlebih dahulu. Forward Scheduling Pendekatan ini menjadwalkan secara maju, dimana order berusaha diselesaikan sesegera mungkin. Forward scheduling biasanya menghasilkan jadwal yang selesai sebelum due date-nya. Backward Scheduling Pendekatan ini menjadwalkan secara mundur dari due date. Prosedur secara mundur ini menugaskan pekerjaan pada waktu terlama suatu pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada due date-nya dan bukan sebelumnya. Heuristic Dispatch Scheduling Suatu metode dispatch secara forward dimana setiap prioritas titik pengambilan keputusan (sequencing, timing, routing, dan lain sebagainya) 13

9 ditentukan dengan suatu aturan tertentu (static, dynamic, iterative) dan pilihan prioritas tertinggi dipilih di dalam simulasi. Advanced Dispatch Scheduling Penjadwalan dispatch secara heuristik yang meramalkan masalah due date dan sumber daya secara dinamis. Combinatorial Scheduling Beberapa jadwal yang mungkin dievaluasi melalui pohon pencarian. Pendekatan ini dapat dilakukan secara forward maupun backward. Metode spesifik untuk pendekatan ini antara lain integer programming, approximate integer programming, beam search, dan dynamic programming. Tujuan penjadwalan dengan kriteria optimalitas yang dibutuhkan dapat dicapai dengan mengembangkan berbagai metode penjadwalan. Metode penjadwalan yang telah dikembangkan, secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok berdasarkan metode komputasi penjadwalan yaitu : 1. Metode optimum yang efisien Metode ini menghasilkan jadwal optimum dalam waktu yang relatif singkat. Algoritma yang dikembangkan biasanya untuk permasalahan yang tidak besar. Termasuk dalam metode ini misalnya adalah algoritma Johnson. 2. Metode optimal enumeratif Metode ini menghasilkan jadwal optimal berdasarkan formulasi matematis, diikuti oleh metode Branch & Bound, Smith, Mixed Integer Linear Programming, dan Dynamic Programming. 3. Metode Heuristik 14

10 Metode heuristik melakukan pendekatan suatu solusi optimal. Dasar pengembangan metode heuristik dikategorikan menjadi 3, yaitu : Penjadwalan dilakukan setiap mesin selesai melakukan proses atau setiap pekerjaan datang mengantri. Contoh pendekatan ini adalah priority rule. Mendefinisikan struktur neighboorhood dan solusi diperoleh berdasarkan struktur tersebut. Contoh pendekatan ini adalah tabu search, simulated annealing dan genetic algorithm. Penjadwalan dilakukan pada setiap mesin. Contoh pendekatan ini adalah shifting bottleneck procedure. 2.2 PENGENDALIAN PRIORITAS ALIRAN PRODUK PADA PRODUKSI Pengendalian produksi sangat diperlukan untuk memastikan order-order yang dijadwalkan dapat diproses sesuai jadwalnya. Pengendalian ini dilakukan antara lain dengan mengendalikan prioritas release order, manajemen panjang antrian dan pengendalian keluar masuk order. Penelitian sebelumnya telah menentukan cara-cara untuk menentukan prioritas order yang akan di-release. Beberapa aturan penentuan prioritas antara lain : First Come First Serve (FCFS) Shortest Processing Time (SPT) Earliest Due Date (EDD) Fewest Operation (FO) Slack Time (ST) Critical Ratio (CR) Penentuan prioritas yang paling adil adalah dengan metode FCFS karena order akan di-release sesuai dengan urutan kedatangan order tersebut. Oleh karena itu, sistem 15

11 penentuan prioritas ini sering digunakan oleh sistem manufaktur Make To Order yang selalu berusaha untuk menjaga keadilan dalam menentukan order yang akan diproses. Evaluasi terhadap metode penentuan prioritas perlu dilakukan untuk menentukan efektivitas dari metode tersebut. Evaluasi ini dapat dilakukan berdasarkan kriteriakriteria berikut : a. Persentase ketepatan waktu pemenuhan pesanan kepada pelanggan b. Rata-rata jumlah order yang terlambat c. Rata-rata persediaan produk setengah jadi d. Waktu menganggur e. Minimasi waktu setup f. Efisiensi pemanfaatan energi. 2.3 JENIS-JENIS SISTEM MANUFAKTUR Sistem manufaktur menurut cara respon terhadap permintaan pelanggan, diklasifikasikan menjadi : - Membuat untuk simpanan ( Make-to-stock, MTS ) - Merakit untuk pesanan ( Assembly-to-order, ATO ) - Membuat untuk pesanan ( Make-to-order, MTO ) - Merancang untuk pesanan ( Engineering-to-order, ETO ) Karakteristik-karakteristik dari setiap sistem manufaktur tersebut dapat dilihat pada Tabel

12 Tabel 2-1 Karakteristik Berbagai Sistem Manufaktur Karakteristik MTS ATO MTO ETO Produk Standar Famili Produk Costumized Costumized total Kebutuhan produk Dapat diramalkan Tidak dapat diramalkan Kapasitas Dapat Tidak dapat direncanakan direncanakan Waktu produksi Tidak penting Penting Penting Sangat penting bagi pelanggan Kunci Persaingan Logistik Perakitan akhir Kompleksitas operasi Distribusi Perakitan Ketidakjelasan operasi Fokus manajemen puncak Fokus manajemen penengah Terendah Marketing / Distribusi Kontrol stock MPS dan order pelanggan 2.4 DEFINISI SUMBER DAYA CONSTRAINT Fabrikasi, perakitan akhir Manufaktur komponen Kapasitas Shop floor control, pelanggan Seluruh proses manufaktur Engineering Tertinggi Kontrak order pelanggan Manajemen Proyek Pendekatan Theory of Constraints yang diperkenalkan oleh E.M. Goldratt dalam bukunya The Goal : A Process of Ongoing Improvement menekankan pada optimasi pemanfaat stasiun constraint pada lini produksi yang tidak seimbang dalam hal kapasitas stasiun kerja maupun perbedaan waktu operasi setiap stasiun kerja. Metode yang dikembangkan ini masih bersifat umum dan logika berpikir dari metode ini dapat diterapkan untuk memecahkan permasalahan dalam berbagai sistem, selain sistem produksi, Metode ini menenkankan untuk memaksimumkan throughput dengan persediaan dan biaya operasional yang minimum. Throughput didefinisikan sebagai aliran uang yang masuk ke perusahaan. Constraint adalah elemen tertentu yang mencegah/menghalangi sistem dalam pencapaian tujuan peningkatan throughput. Jenis jenis constraint, terdiri dari : 17

13 1. Market Constraints Contohnya adalah permintaan pasar, harga saing, dan standar kualitas. 2. Material Constraints Contohnya adalah keterbatasan bahan baku 3. Capacity Constraints Contohnya adalah perbedaan kapasitas masing-masing stasiun kerja 4. Logistical Constraints Contohnya adalah ketidaksesuaian perencanaan produksi dengan sistem kontrol 5. Managerial Constraints Contohnya adalah strategi kebijakan manajerial yang tidak sesuai dengan kondisi lantai produksi 6. Behavioural Constraints Contohnya adalah ketidakdisiplinan pekerja. Capacity Constraints didefinisikan sebagai sumber daya tertentu yang bilamana tidak dijadwalkan secara optimal akan menyebabkan peningkatan waktu tinggal produk. Dari definisi tersebut diatas peningkatan waktu tinggal produk dapat terjadi karena peningkatan waktu penyelesaian produk pada lantai produksi. 2.5 PERHITUNGAN Perhitungan dan distribusi order ke seluruh stasiun kerja terdiri dari 2 tahap. Algoritma tahap pertama merupakan algoritma untuk menentukan due date di stasiun constraint, kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua untuk menjadwalkan order pada stasiun constraint, sehingga didapat urutan order optimum. 18

14 2.5.1 Simbol-Simbol yang Digunakan Simbol-simbol yang digunakan pada Algoritma Smith tahap Pertama: h : Order h ( h = 1, 2, 3,..., n ) (h) λ ik : Laju kedatangan operasi k di stasiun i order h D (h) : Laju permintaan Q (h) : Ukuran lot produksi (h) δ ik : 1 jika order h operasi k dilakukan di stasiun i 0 jika di stasiun lainnya (h) P ik : Waktu proses order h operasi k dilakukan di stasiun i (h) τ : Waktu setup ik (h) α ik : Waktu proses per unit w i λ i ρ i d (h) r (h) : Rata-rata waktu proses di stasiun i : Rata-rata kedatangan order di stasiun i dalam horizon perencanaan : Rata-rata beban kerja di stasiun i : Due date order h : Saat siap order h Simbol-simbol yang digunakan pada Algoritma Smith tahap kedua : h n σ r : 1, 2,, n : Banyaknya order : Himpunan urutan parsial yang terdri dari r order yang sudah dijadwalkan (r dpaat bernilai 0 ) ' σ r p h d h : Himpunan order yang belum dijadwalkan : waktu proses order h : Due date order h di mesin yang dijadwalkan 19

15 a h c h : bobot order h : waktu penyelesaian order h c( σ r ) : waktu penyelesaian order terakhir pada σ r W( σ r ) : Total bobot waktu penyelesaian n order dalam urutan yang dimulai dengan urutan parsial σ r w o : total bobot waktu penyelesaian yang optimal dari n order Algoritma Smith Tahap pertama Algoritma ini merupakan algoritma untuk memperkirakan lead time dengan me nggunakan pendekatan antrian. Setiap order yang masuk ke lantai produksi mungkin tidak akan langsung diproses, melainkan terlebih dahulu menunggu order lain yang sedang diproses. Besarnya kemungkinan sebuah order harus menunggu sebelum diproses, tergantung kepada beban produksi stasiun-stasiun produksi. Semakin besar beban di sebuah stasiun produksi, semakin panjang antrian yang terjadi pada stasiun tersebut dan waktu tunggu pun semakin lama. Hasil perkiraan panjang antrian merupakan perkiraan kemungkinan proses produksi di sebuah stasiun kerja akan terlambat, karena adanya order lain yang sedang diproses. Langkah langkah perhitungan tahap awal ini adalah sebagai berikut: Langkah 1 : Hitung laju kedatangan order di stasiun non constraint D ik δ ik λ = (2-1) Q Karena setiap order yang datang diasumsikan unik, maka laju permintaan order merupakan kebalikan dari jumlah jam mesin atau jam orang sistem produksi selama manufacturing lead time ( MLT ) order tersebut. MLT order merupakan hasil pengurangan due date order dengan saat setiap order di lantai produksi. Laju permintaan 20

16 dinyatakan dalam satuan yang sesuai dengan satuan penjadwalan yang dilakukan, misalnya jika penjadwalan yang dilakukan dalam satuan jam, maka laju kedatangan dihitung dengan satuan jam. Persamaan ( 2.2 ) merupakan persamaan untuk menghitung laju permintaan pada algoritma yang diusulkan. Sedangkan ukuran lot produksi sama dengan satu karena penjadwalan yang dilakukan mempunyai satuan order, bukan satuan unit yang diproduksi. D 1 1 = = (2-2) MLT ( d r ) m Langkah 2 : Hitung waktu proses yang dibutuhkan oleh sebuah order ik ik aik P =τ + Q (2-3) Langkah 3 : Hitung rata-rata beban kerja di stasiun non constraint tersebut yang merupakan jumlah dari hasil kali laju kedatangan dan waktu proses setiap order. ρ i = λi. [ ρi ] = λik λ i Pik (2-4) λ h, k Langkah 4 : Hitung ekspektasi rata-rata waktu untuk setiap order menunggu dan mengantri di stasiun non-constraint [ w ] = i i, k λ ik [ P ik 2[1 ρ ] i ] 2 i (2-5) Langkah 5 : Hitung ekspektasi rata-rata lead time produksi operasi k order h di stasiun i [ ik ] [ wi ] + = Pik T (2-6) Langkah 6 : Hitung ekspetasi rata-rata lead time order h h T = ik ( ) ] i, k ik [ δ [ T ] (2-7) 21

17 Algoritma Smith tahap awal ini berfungsi untuk memperkirakan lead time stasiun non constraint. Oleh karena itu, ekspektasi rata-rata lead time order h yang dihitung merupakan ekspektasi rata-rata lead time stasiun non constraint Algoritma Smith tahap Kedua Langkah 7 : Ambil data jumlah order, due date order pada stasiun constraint, waktu proses order pada stasiun constraint, jumlah pesanan tiap-tiap order, harga penjualan / unit, dan tingkat laju bunga (8 % per tahun). Langkah 8 : Hitung bobot untuk masing-masing order. Bobot order dihitung dengan memberikan suatu nilai pada hasil kali jumlah pesanan tiap order, harga penjualan /unit, dan tingkat laju bunga per hari (1 tahun =365 hari). Nilai diberikan antara 1 sampai dengan jumlah order. Order yang mempunyai hasil kali jumlah pesanan tiap order, harga penjualan /unit, dan tingkat laju bunga per hari, yang lebih besar akan mendpatkan nilai yang lebih besar pula. Langkah 9 : Periksa apakah total waktu proses order lebih kecil atau sama dengan due date. urutkan order berdasarkan due date secara scending, jika urutan order masih belum optimal maka order diurutkan berdasarkan kenaikan ph/ ah. 2.6 Rekayasa Piranti Lunak Rekayasa Piranti Lunak menurut Fritz Bauer (Pressman,1992,p23) adalah penetapan dan pemaiakan prinsip-prinsip rekayasa dalam rangka mendapatkan piranti Lunak yang ekonomis yaitu terpercaya dan bekerja efisien pada mesin (computer). 22

18 Menurut Pressman (1992,p34) rekayasa piranti lunak mencakup 3 elemen yang mampu mengontrol proses pengembangan piranti lunak, yaitu: a. Metode-metode(methods) Menyediakan cara-cara teknis untuk membangun piranti Lunak b. Alat-alat Bantu (tools) Mengadakan dukungan otomatis / semi otomatis untuk metode-metode seperti CASE ( Computer Aided Software Engineering) yang dikombinasikan software, hardware dan software engineering database. c. Prosedur-Prosedur(procedures) Merupakan pengembangan metode dan alat Bantu. Dalam perancangan software dikenal istilah Classic Life Cycle, serangkaian kegiatan yang dilakukan selama masa perancangan software, diantaranya: a. Rekayasa sistem Tahap awal perancangan piranti Lunak adalah rekayasa sistem yang akan dibangun dengan menetapkan kebutuhan-kebutuhan elemen sistem. b. Analisa Kebutuhan Piranti Lunak Sebelum merancang sistem harus terlebih dahulu diketahui kebutuhan informasi beserta spesifikasi piranti Lunak. c. Perancangan Tahap perancangan ini menitikberatkan pada 3 komponen program yaitu struktur data, arsitektur piranti lunak dan prosedure detail. d. Pengkodean. Merupakan penerjemahan hasil rancang ke bahasa yang dimengerti oleh mesin dalam bentuk program-program. e. Pengujian. 23

19 Sebelum diaplikasikan suatu piranti lunak harus diuji dahulu agar keluaran yang dihasilkan oleh sistem sesuai dengan yang diharapkan f. Pemeliharaan Pemeliharaan piranti lunak dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan pengguna akan fungsi-fungsi baru. System Engineering Analysis Design Coding Testing Maintenance Gambar 2.6 Classic Life cycle Penjelasan yang telah dijabarkan diatas adalah teori-teori dasar yang akan digunakan dalam penusuan skripsi ini, sekaligus menjadi acuan dalam menganalisis, membahas, mengevaluasi, serta mengambil simpulan pada bab-bab berikutnya. 24

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Peranan Penjadwalan dan Pengaruhnya Penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang memainkan peranan penting dalam industri manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dasar Penjadwalan Produksi Secara umum, penjadwalan merupakan suatu proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang merencanakan produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan. 2.1 Sistem Menurut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi penjadwalan Secara umum, penjadwalan merupakan proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang digunakan untuk merencanakan produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Umum Penjadwalan Produksi Untuk mengatur suatu sistem produksi agar dapat berjalan dengan baik, diperlukan adanya pengambilan keputusan yang tepat

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Penjadwalan Penjadwalan adalah aktivitas perencanaan untuk menentukan kapan dan di mana setiap operasi sebagai bagian dari pekerjaan secara keseluruhan harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 26 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai penugasan dan penentuan waktu dari kegunaan sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan fasilitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari industri atau perusahaan adalah menciptakan laba yang maksimal. Salah satu bentuk usahanya adalah dengan memaksimumkan hasil produksi atau meminimumkan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Sistem Produksi Secara umum, sistem produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengubah masukan (input) sumber daya menjadi barang jadi atau barang setengah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi 2.1.1 Definisi Sistem Produksi Menurut para ahli ada beberapa definisi mengenai sistem produksi, antara lain : 1. Asruri (1993) mendefinisikan sistem produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Menurut Sumayang (2003), penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui aktivitas tugas. Perencanaan fasilitas dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Menurut Kadir (2008:3) program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana

BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan merupakan bagian yang strategis dari proses perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana pengaturan urutan kerja serta pengalokasian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Edward (1998) menjelaskan bahwa sebuah work center terdiri dari banyak jenis mesin, dan pada kenyataannya work center lebih sering diindikasikan sebagai mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan diperlukan ketika beberapa pekerjaan harus diproses pada suatu mesin tertentu yang tidak bisa memproses lebih dari satu pekerjaan pada saat yang sama. Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Produksi Perusahaan selalu melakukan penjadwalan produksi dalam pemenuhan kapasitas permintaan konsumen atau order dari konsumen untuk jangka pendek dalam rentang periode

Lebih terperinci

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT PANDUAN BIG PROJECT SIMULASI KOMPUTER - 2014 DAFTAR ISI 1. Pengertian... 1 2. Tujuan Penjadwalan Workcenter... 2 3. Pengurutan Tugas (Sequencing)... 2 4. Definisi dalam Penjadwalan... 3 5. Karakteristik

Lebih terperinci

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Rudini Mulya Daulay Program, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana 2010 email: rudinimenteri@gmail.com Abstrak 1. SHORT-TERM SCHEDULING

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Rudyanto (2011) melakukan penelitian tentang rancang bangun sistem informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem infomasi

Lebih terperinci

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta 1 2 USULAN PENJADWALAN JOB DENGAN METODE CAMPBELL, DUDEK AND SMITH (CDS) DAN METODE NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN PROSES STAMPING PART ISUZU DI LINE B PT. XYZ Lina Gozali, Lamto

Lebih terperinci

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara. Konsep Penadwalan Penadwalan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek.

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek. BAB III LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori digunakan untuk menyelesaikan masalah secara sistematis. Pada bab ini akan membahas landasan teori yang menjelaskan tentang ilmu yang terkait dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING

ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING 1 Elika Patricia 2 Hadi Suryono alb_hd@yahoo.com Penulis Elika Patricia adalah alumni

Lebih terperinci

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM 1 PENJADWALAN (SCHEDULING) Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien agar tujuan tercapai. Oleh karena itu pemahaman mengenai konsep penjadwalan sangat

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL

SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL (Studi Kasus: Bengkel Umum Unit III, PT. Gudang Garam,Tbk.) Dosen Pembimbing: Prof.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penadwalan Penadwalan adalah aspek yang penting dalam pengendalian operasi baik dalam industri manufaktur maupun asa. Dengan meningkatkan titik berat kepada pasar dan

Lebih terperinci

Ratih Wulandari, ST., MT

Ratih Wulandari, ST., MT 10/7/2015 Teknik IndustriIndustri-UG Ratih Wulandari, ST., MT Perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Pertemuan 13 & 14 Outline: Scheduling Referensi: Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, Prentice-Hall, 1994. Wiratno, S. E.,

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1 PERANCANGAN SISTEM SCHEDULING JOB MENGGUNAKAN DRUM BUFFER ROPE UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN ORDER DAN MANUFACTURING LEAD TIME PADA BAGIAN MACHINING MPM DI PT. DIRGANTARA INDONESIA 1 Rinda Rieswien, 2

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyelesaian permasalahan dalam penjadwalan dapat dilakukan dengan mengkaji kompleksitas penjadwalan. Menurut Pinedo (2002), kompleksitas dalam penjadwalan terbagi menjadi mesin

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu: Memahami pengembangan sistem pengendalian produksi dan umpan balik informasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan penjadwalan produksi telah dilakukan, antara lain oleh Wigaswara (2013) di PT Bejana Mas Perkasa.

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) 11 Dinamika Teknik Juli PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) Antoni Yohanes Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol. VII, No. 2

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Aplikasi adalah penggunaan atau penerapan suatu konsep yang menjadi suatu pokok pembahasan. Aplikasi dapat diartikan juga sebagai program komputer yang dibuat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang atau jasa)

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Di setiap perusahaan yang didirikan tentunya disertai dengan harapan akan mengalami suatu perkembangan dan juga memperoleh keuntungan dikemudian hari. Harapan

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Bab 2 Landasan Teori Perencanaan dan Pengendalian Produksi Bab 2 Landasan Teori 2.1. Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi adalah suatu proses perencanaan dan pengorganisasian mengenai pekerjaan, bahan baku, mesin dan peralatan

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop Fleksibel dengan Mempertimbangkan Saat Siap dan Saat Tenggat

Penjadwalan Job Shop Fleksibel dengan Mempertimbangkan Saat Siap dan Saat Tenggat Petunjuk Sitasi: Putawara, R., Aribowo, W., & Ma'ruf, A. (2017). Penjadwalan Job Shop Fleksibel dengan Mempertimbangkan Saat Siap dan Saat Tenggat. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. E41-47). Malang:

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Penjadwalan Produksi Injection Moulding Pada PT. Duta Flow Plastic Machinery PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Roesfiansjah Rasjidin, Iman hidayat Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan human resource, yang mempunyai fungsi untuk melakukan satu atau beberapa proses operasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE)

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara 1. Latar Belakang Kecenderungan

Lebih terperinci

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015 Penugasan & Pengurutan MANAJEMEN OPERASI: Manajemen Keberlangsungan & Rantai Pasokan Operations Management: Sustainability & Supply Chain Management Supl 15 Metode Penugasan Kelas khusus dari model pemrograman

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi SAP ERP

Perencanaan Produksi SAP ERP Materi #8 Perencanaan Produksi SAP ERP 2 6623 - Taufiqur Rachman 1 Sales Forecasting 3 Peramalan Penjualan dapat menggunakan data tahun lalu dikombinasikan dengan target keuangan dan inisiatif marketing

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah 7 BAB PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah dikembangkan dilakukan pengumpulan data sebagai berikut : 1. Pengujian model dalam masalah job shop dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Dalam suatu kegiatan produksi dan operasi, seorang manajer produksi dan operasi harus mampu membina dan mengendalikan arus masukan (input) dan keluaran (output),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) MRP dibagikan dan didefinisikan dalam 3 kategori, yaitu MRP tipe 1 berhubungan dengan sistem kontrol persediaan, MRP tipe 2 berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penjadwalan Penjadwalan merupakan alat ukur yang baik bagi perencanaan agregat. Pesanan-pesanan aktual pada tahap ini akan ditugaskan pertama kalinya pada sumberdaya tertentu

Lebih terperinci

bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya sep

bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya sep BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Produksi Produksi adalah kegiatan mentranspormasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktifitas atau kegiatan menghasilkan barang dan jasa, serta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian ini dilakukan dengan analisa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Pengertian Penjadwalan Penjadwalan dalam proses produksi merupakan sesuatu yang cukup penting, dalam proses penjadwalan dapat menentukan waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan bagian yang penting dari proses produksi sebelum pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat memperpanjang

Lebih terperinci

TEKNIK Vol. V, No. 1 Januari 2011 Hal 1-12

TEKNIK Vol. V, No. 1 Januari 2011 Hal 1-12 1 Dinamika Teknik Januari PERANCANGAN SISTEM PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC Abstract Scheduling of production basically resource allocation to finish a group of work to be

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai keputusan dalam penugasan dan waktu

BAB 3 LANDASAN TEORI. Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai keputusan dalam penugasan dan waktu BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai keputusan dalam penugasan dan waktu untuk memulai pekerjaan yang menggunakan sumber daya seperti manusia, peralatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan manufaktur tidak hanya memperhatikan kualitas produk, tetapi juga ketepatan waktu produk sampai ke tangan

Lebih terperinci

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ Sistem di PT. XYZ Fernaldi Darmasaputra Leksono 1, I Gede Agus Widyadana 2 Abstract: Production scheduling in a manufacturing company is an important point to control the production process movements.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan untuk selanjutnya dianalisa dalam penjadwalan menggunakan pola kedatangan job secara statis dengan menggunakan

Lebih terperinci

Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (1) Job Shop Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (2) 13/05/2014

Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (1) Job Shop Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (2) 13/05/2014 /0/0 Scheduling Problems Job Shop Scheduling Problems Mata Kuliah: Penjadwalan Produksi Teknik Industri Universitas Brawijaya Job Shop Scheduling () Job Shop Scheduling () Flow shop: aliran kerja unidirectional

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Perang Dunia II, dunia mengalami ledakan populasi, yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Perang Dunia II, dunia mengalami ledakan populasi, yang dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah Perang Dunia II, dunia mengalami ledakan populasi, yang dikenal dengan istilah Baby Boomers, dan berlanjut terus selama 18 (delapan belas) tahun, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam mengasilkan produk yang telah disepakati sesuai dengan kesepakatan. Penjadwalan produksi sangat erat

Lebih terperinci

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10 P E N J A D W A L A N Pertemuan 10 Definisi Penjadwalan Pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi, yang mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan maupun tenaga kerja, dan menentukan urutan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 4 No. 2 Februari 2012

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 4 No. 2 Februari 2012 PENJADWALAN PRODUKSI PADA SISTEM MANUFAKTUR REPETITIVE MAKE TO ORDER FLOW SHOP MELALUI PENDEKATAN THEORY OF CONSTRAINTS Imam Sodikin 1, Aang Mashuri 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Kontak

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ Saiful Mangngenre 1, Amrin Rapi 2, Wendy Flannery 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245

Lebih terperinci

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy. Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta. Abstrak

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy. Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta. Abstrak Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer USULAN PENJADWALAN JOB DENGAN METODE CAMPBELL, DUDEK AND SMITH (CDS) DAN METODE NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN PROSES STAMPING PART ISUZU DI LINE

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Definisi dari Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dapat dirumuskan dengan melihat beberapa pengertian SPK menurut beberapa ahli, misalnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CV. Greeng Inspiration merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konveksi, yang menawarkan jasa pembuatan pakaian seperti, kaos oblong, kaos berkerah, polo,

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL DUDEK SMITH (CDS) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

OPTIMASI PENJADWALAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL DUDEK SMITH (CDS) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR OPTIMASI PENJADWALAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL DUDEK SMITH (CDS) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan salah satu tahap penting sebelum memulai suatu kegiatan produksi. Penjadwalan produksi ini sangat penting dilakukan pada proses produksi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC (Planning Production Schedule of PVC Pipe Product in PT Harapan Widyatama Pertiwi)

Lebih terperinci

Pemodelan Simulasi untuk Analisis Performansi Penjadwalan pada Sistem Manufaktur Make to Order dengan Mesin Paralel

Pemodelan Simulasi untuk Analisis Performansi Penjadwalan pada Sistem Manufaktur Make to Order dengan Mesin Paralel Petunjuk Sitasi: Zagloel, T. Y., Ardi, R., & Adriana, L. (2017). Pemodelan Simulasi untuk Analisis Performansi Penjadwalan pada Sistem Manufaktur. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. E66-71). Malang:

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan/atau

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan/atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan/atau

Lebih terperinci

sistem produksi yang tepat dan efisien.. TOC adalah cara untuk mengatasi

sistem produksi yang tepat dan efisien.. TOC adalah cara untuk mengatasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Dewasa ini banyak filosofi pemanufakturan yang dapat diterapkan untuk mendukung sistem produksi yang tepat dan efisien.. TOC adalah cara untuk mengatasi constraints,

Lebih terperinci

USULAN PENJADWALAN KENDARAANSHUTTLE PT. X DENGAN MODIFIKASI ALGORITMA N-JOBS M-MESIN PARALEL UNTUK MENGURANGI JUMLAH KENDARAAN *

USULAN PENJADWALAN KENDARAANSHUTTLE PT. X DENGAN MODIFIKASI ALGORITMA N-JOBS M-MESIN PARALEL UNTUK MENGURANGI JUMLAH KENDARAAN * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2014 USULAN PENJADWALAN KENDARAANSHUTTLE PT. X DENGAN MODIFIKASI ALGORITMA N-JOBS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keseimbangan Lini Keseimbangan lini merupakan suatu metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini produksi sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka akan memberitahukan bahwa terdapat sejumlah penelitian dengan topik permasalahan yang sama, namun memiliki obyek, metode, dan lokasi penelitian yang berbeda. Melalui

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Pembatasan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Yogyakarta,19Juni2010 PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Agus Rudyanto 1, Moch. Arifin 2 1 Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Majemen Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian yang sangat berpengaruh dalam perkembangan suatu perusahaan, dimana

Lebih terperinci

Indeks Produksi Industri Sedang Besar

Indeks Produksi Industri Sedang Besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin banyak mengakibatkan semakin banyaknya peluang usaha. Semakin banyaknya penduduk semakin banyak pula kebutuhan yang perlu dipenuhi. Industri-industri

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA TABU SEARCH DALAM PENJADWALAN JOB SHOP

PENERAPAN ALGORITMA TABU SEARCH DALAM PENJADWALAN JOB SHOP MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 7, NO. 3, DESEMBER 2003 PENERAPAN ALGORITMA TABU SEARCH DALAM PENJADWALAN JOB SHOP Betrianis dan Putu Teguh Aryawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang atau jasa).

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL Setyo Harto, Annisa Kesy Garside, dan Dana Marsetya Utama Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli Dzakiy Sulaiman, Emsosfi Zaini, Arnindya Driyar M.

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli Dzakiy Sulaiman, Emsosfi Zaini, Arnindya Driyar M. Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2015 JADWAL PRODUKSI PRODUKCOMBINATION DOUBLE WINDLASS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SHIFTING

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK P.T. Indo Extrusions adalah perusahaan yang berskala internasional dan bergerak di bidang pengolahan logam nonferos terutama alumunium. Terletak di jalan Leuwi Gajah No. 134, Cimindi, Cimahi menerapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari hal data, permasalahan, pekerjaan itu sendiri (Jogiyanto, 2005).

BAB II LANDASAN TEORI. dari hal data, permasalahan, pekerjaan itu sendiri (Jogiyanto, 2005). 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Aplikasi adalah penerapan, menyimpan sesuatu data, permasalahan, pekerjaan kedalam suatu sarana atau media yang dapat digunakan untuk menerapkan atau mengimplementasikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan jasa).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerjakan pada beberapa buah mesin (Rosnani Ginting, 2009). Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerjakan pada beberapa buah mesin (Rosnani Ginting, 2009). Pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penjadwalan adalah pengurutan pengerjaan produk secara menyeluruh yang dikerjakan pada beberapa buah mesin (Rosnani Ginting, 2009). Pekerjaan yang akan diselesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang sangat cepat dalam bidang industri seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan munculnya persaingan antara perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Manajemen operasi merupakan salah satu dari fungsi utama perusahaan di samping

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Manajemen operasi merupakan salah satu dari fungsi utama perusahaan di samping BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Operasi (Produksi) Perusahaan merupakan organisasi yang terdiri dari beberapa fungsi yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan mempunyai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG Suriadi AS, Ulil Hamida, N. Anna Irvani STMI Jakarta, Kementerian Perindustrian RI ABSTRAK Permasalahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan (scheduling) dan sequencing merupakan suatu bentuk dari penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri manufaktur dan jasa. Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

2.2 Konsep Dasar Penjadwalan ( Scheduling) Pengertian Penjadwalan ( Scheduling) 13

2.2 Konsep Dasar Penjadwalan ( Scheduling) Pengertian Penjadwalan ( Scheduling) 13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATAPENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAK i ii iii iv v vi

Lebih terperinci

USULAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (STUDI KASUS PADA PT PAN PANEL PALEMBANG)

USULAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (STUDI KASUS PADA PT PAN PANEL PALEMBANG) USULAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (STUDI KASUS PADA PT PAN PANEL PALEMBANG) Yudit Christianta 1, Theresia Sunarni 2 12 Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Musi, Palembang

Lebih terperinci