PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PESAWAT TERBANG TANPA AWAK YANG DAPAT DIOPERASIKAN SECARA OTOMATIS UNTUK MONITORING NASKAH PUBLIKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PESAWAT TERBANG TANPA AWAK YANG DAPAT DIOPERASIKAN SECARA OTOMATIS UNTUK MONITORING NASKAH PUBLIKASI"

Transkripsi

1 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PESAWAT TERBANG TANPA AWAK YANG DAPAT DIOPERASIKAN SECARA OTOMATIS UNTUK MONITORING NASKAH PUBLIKASI diajukan oleh Ivan Adhi Nugroho kepada FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2017

2

3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PESAWAT TERBANG TANPA AWAK YANG DAPAT DIOPERASIKAN SECARA OTOMATIS UNTUK MONITORING Ivan Adhi Nugroho 1), Asro Nasiri 2), 1) Informatika Universitas AMIKOM Yogyakarta 2) Sistem Informasi Universitas AMIKOM Yogyakarta Jl Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia ivan.nu@students.amikom.ac.id 1), asro@amikom.ac.id 2) Abstract - Unmanned Aerial Vehicle (UAV) is an aircraft that can be controlled remotely by a grounded pilot and can be used in the future. Fixed wing UAVs are generally used for taking pictures on a large area such as monitoring the region, plantations and highways that require an aircraft having to fly long duration. The aircraft has a wingspan 1400mm, 1030mm fuselage and empennage configuration using twin inverted V-Tail boom making it more resistant to cross wind. Autopilot with flight controllers APM 2.6 is used on this aircraft to be able to fly autonomous. Based on test data obtained, this UAV can fly for 50 minutes 57 seconds by using 100% battery capacity. Stall speed is 28.8 km / h and a maximum speed of 72 km / h. This aircraft has good stability in cross wind conditions and can maneuver well therefore this plane is suitable for aerial mapping Keywords - Unmanned Aerial Vehicle (UAV), autopilot, flight controllers APM 2.6, fixed wing, aerial mapping. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) adalah sebuah mesin terbang tak berawak yang dapat dikendalikan dari jarak jauh oleh pilot yang berada di darat (Ground Control Station) atau mampu terbang secara mandiri berdasarkan parameter yang sudah ditentukan, bisa digunakan lagi pada waktu mendatang serta mampu membawa muatan sesuai dengan misinya. PTTA dibagi menjadi dua macam yaitu fixed wing dan rotary wing. PTTA jenis rotary wing lebih dikhususkan untuk penggunaan pengambilan foto dan video udara dalam cakupan area kecil dengan durasi terbang menit. PTTA fixed wing yang sudah ada didominasi oleh produk impor dan harus menunggu waktu minimal 1 bulan untuk pengiriman. Kebutuhan survey lokasi menggunakan PTTA fixed wing untuk pemantauan wilayah, perkebunan, lahan perumahan, jalan raya atau yang lainnya pada saat sekarang ini mulai banyak diminati karena lebih efisien dan efektif. Atas dasar hal tersebut maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian Perancangan dan Pembuatan Pesawat Terbang Tanpa Awak yang Dapat Dioperasikan Secara Otomatis untuk Monitoring. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah di uraikan diatas maka permasalahan dalam rumusan ini adalah bagaimana membuat pesawat terbang tanpa awak dengan menggunakan bahan yang mudah di dapat, murah serta memiliki durasi terbang (endurance) yang lama. 1.3 Tujuan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan negara, sehingga PTTA ini dapat memenuhi permintaan kebutuhan pesawat untuk monitoring serta mempercepat kemandirian pengadaan PTTA dalam negeri. 1.4 Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Studi Literatur Mencari dan mempelajari referensi tentang perancangan pesawat terbang tanpa awak melalui karya ilmiah orang lain, pengetahuan selama kuliah serta artikel-artikel dari internet yang kemudian dianalisis dan ditulis secara sistematis menjadi sebuah bahan penelitian kemudian diimplementasikan kedalam produk yang dibuat Konsultasi dan Diskusi Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing serta berdiskusi melalui forum komunitas aeromodeling baik offline maupun online untuk mendapatkan saran serta masukkan yang bermanfaat dalam penulisan proposal skripsi ini Pengumpulan Bahan Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan produk PTTA diantaranya adalah alumunium, polyfoam, Ardupilot APM 2.6, GPS, power module, motor brushless, ESC, UBEC, telemetry, radio control, servo dan propeller Perancangan Melakukan perancangan berdasarkan kebutuhan yang akan dikehendaki baik dari segi perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) dengan cara mempelajari hasil pengujian sebelumnya oleh penulis atau orang lain Pengujian Pengujian PTTA dibagi menjadi 3 macam tahap pengujian yaitu pengujian struktur, komponen elektronik pesawat,dan fungsi dan kemampuan. Pengujian struktur pesawat yaitu memastikan kekuatan 1

4 dari badan pesawat mampu menahan beban kejut ketika takeoff, cruise, dan landing. Kemudian pengujian komponen elektronik yaitu dengan cara memastikan semua komponen terpasang dan berfungsi dengan benar setelah itu baru PTTA dapat dinyalakan untuk dilakukan kalibrasi sensor dan pemrograman parameter sampai pesawat dapat terbang sesuai dengan kondisi yang diharapkan. 1.5 Tinjauan Pustaka Niendyawanti dan Eko Artanto (2014), PEMANFAATAN PESAWAT UDARA NIR-AWAK (PUNA) SEBAGAI METODE ALTERNATIF PENGUMPULAN DATA GEOSPASIAL PULAU- PULAU KECIL TERLUAR. Penelitian ini menjelaskan tentang metode fotogrametri small format, yaitu sebuah foto udara yang diperoleh dari kamera yang dipasang pada pesawat. Pada saat proses pengumpulan data, pesawat akan diprogram untuk melakukan pengambilan gambar secara berurutan yang nantinya hasil gambar tersebut dijadikan satu (stitching) sehingga didapatkan suatu hasil foto dengan sudut pandang yang luas dan memiliki koordinat pada setiap titiknya. Pesawat terbang tanpa awak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skywalker 1880 [1]. Ermawan Supramianto dan Hendro Nurhadi (2012), RANCANG BANGUN DAN ANALISA AERODINAMIS SAYAP AUTONOMOUS FLYING WING UAV, penelitian tersebut menjelaskan tentang pentingnya posisi Angle of Attack (AoA), Center of Gravity (CG),Center of Lift (CL), dan Center of Pressure (CP) untuk kestabilan pesawat ketika diudara. Jika sudut AoA ditambah maka CP bergerak maju dan jika dikurangi maka CP akan bergerak mundur. Karena CG adalah titik pusat beban pesawat maka ketika AoA bertambah maka CL akan bergerak maju di depan CG menyebabkan gaya yang cendrung menaikkan hidung pesawat, sedangkan jika AoA berkurang maka CL akan bergerak mundur dibelakang CG. Hal ini yang menyebabkan perlunya sebuah alat tambahan berupa stabilizer horizontal yang diletakkan pada ekor supaya pesawat dapat terbang [2]. Muhammad Arifudin Lukmana dan Hendro Nurhadi (2012), RANCANG BANGUN UNMANNED AERIAL VEHICLE (UAV) EMPAT BALING BALING(QUADROTOR-ARDUCOPTER ). Penelitian ini menjelaskan tentang flight controller APM yang digunakan sebagai pusat pengendali quadrotor. Beban yang mampu diangkat oleh alat ini sebesar 500 gram dan belum bisa menjalankan misi secara otomatis dikarenakan belum menggunkan GPS [3]. 1.6 Bagian Utama PTTA Komponen utama dari pesawat terbang baik yang berawak ataupun tanpa awak dapat dibedakan menjadi 4 bagian yaitu : Fuselage Secara umum Fuselage adalah bagian badan pesawat yang membentang dari depan sampai belakang yang didalamnya terdapat ruang pilot, kendali dan penumpang. Bagian ini merupakan penghubung antar komponen utama dengan yang lainnya Sayap Sayap pesawat adalah bagian pesawat yang dirancang untuk mengangkat pesawat. Secara umum, bentuk penampang atas sayap sengaja dibuat lebih melengkung dari bagian bawah. Hal ini menyebabkan kecepatan udara bagian atas lebih cepat dibandingkan bagian bawah, sehingga tekanan udara bagian bawah akan lebih besar daripada bagian atas yang menyebabkan adanya gaya angkat sayap ke atas. Kemampuan sayap dalam menghasilkan gaya angkat tergantung dengan airfoil yang digunakan. Bentuk sayap pesawat terdapat beberapa macam yaitu elliptical wing, rectangular wing, moderate taper wing, high taper wing, pointed tip wing, sweepback wing. Gambar 1. Tekanan Udara Pada Sayap Empennage Empennage sering disebut dengan bagian ekor pesawat. Empennage memiliki fungsi sebagai stabilizer horizontal pesawat ketika berada diudara. Pemilihan desain empennage disesuaikan dengan tujuan penggunaan pesawat. berikut ini adalah beberapa tipe empennage yaitu Conventional, T-tail, Cruciform, H- Tail, Triple-Tail, V-tail, Inverted V, Y-tail, Twin-tail, Boom-mount, boom mounted inverted V, Ring-tail Landing Gear Landing Gear atau roda pendaratan akan digunakan pada saat pesawat ketika berada di darat atau pada saat landing. Pesawat yang memiliki kecepatan yang tinggi, landing gear akan ditarik kedalam badan pesawat untuk mengurangi hambatan selama diudara sedangkan pesawat berkecepatan rendah posisi landing gear adalah tetap (fixed gear) [4] Power Plant Bagian dari power plant pesawat yaitu mesin dan propeller. Mesin pesawat digunakan untuk memutar propeller, sehingga dengan kecepatan rotasi propeller yang tinggi akan menyebabkan gaya dorong kedepan dan membantu menggerakkan pesawat melewati udara. Berdasarkan letak power plant terhadap fuselage dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pusher dan tractor 1.7 Kategori Airfoil Desain airfoil dalam sayap pesawat sangat menentukan kemampuan sayap dalam menghasilkan gaya angkat. Jika saat pembuatan sayap menggunakan airfoil yang tepat maka sayap akan menghasilkan gaya angkat yang besar dengan konsumsi energi yang rendah. 2

5 angkat (stall). Posisi CG yang baik yaitu pesawat dapat terbang stabil tanpa perlu menambahkan trim control surface [8]. Gambar 2. Karakteristik Airfoil Symetrical Airfoil symetrical memiliki nilai chamber yang selalu 0, yaitu penampang atas dan bawah airfoil akan memiliki bentuk dan ukuran yang sama (simetris). Airfoil jenis ini sering digunakan untuk bagian ekor pesawat atau untuk pesawat aerobatic dengan manuver extreme Semi Symetrical Airfoil kategori ini memiliki bentuk dimana penampang bagian atas lebih melengkung daripada bagian bawah. Airfoil ini sering digunakan untuk desain sayap pesawat konvensional seperti pesawat model trainer, sailplanes dan aerobatic [5] Flat Bottom Airfoil kategori ini memiliki bentuk penampang bagian atas melengkung sedangkan bagian bawah rata. Karakteristik dari airfoil ini memiliki drag yang besar sehingga cocok digunakan untuk pesawat dengan kecepatan yang sangat rendah. Airfoil ini sering dipilih untuk pembuatan sayap pesawat aeromodelling dikarenakan proses pembuatannya yang mudah Under Chambered Airfoil ini memiliki nilai chamber yang relatif tinggi dimana penampang bagian bawah airfoil melengkung ke atas. Pesawat scale model, sailplane, free flight sering menggunakan airfoil ini dikarena membutuhkan gaya angkat sayap yang tinggi Reflexed Airfoil Airfoil ini memiliki bagian trailing edge yang melengkung keatas, sehingga jika dilihat dari samping akan membentuk menyerupai huruf S. Pesawat jenis flying wing (tail less) menggunakan airfoil ini dikarenakan mempunyai airfoil reflex sehingga menghasilkan efek momen positif yaitu nose-up pada pesawat untuk menggantikan fungsi horizontal stabilizer. 1.8 Center of Gravity (CG) Center of gravity adalah lokasi rata-rata berat dari suatu benda, sehingga ketika mengangkat benda tepat pada titik tersebut maka benda tersebut akan seimbang. CG pada pesawat merupakan bagian yang sangat penting dikarenakan kesalahan dalam perhitungan posisi CG mengakibatkan pesawat tidak dapat dikendalikan. Secara umum lokasi CG dari sebuah pesawat terbang tanpa awak yaitu 25% - 30% dari lebar sayap (chord). Posisi CG yang terlalu kedepan menyebabkan hidung pesawat cendrung kebawah (nose-down) sehingga perlu menambahkan trim-up pada elevator supaya seimbang, kondisi tersebut lebih memberikan keseimbangan yang baik dari pada posisi CG yang terlalu kebelakang, dikarenakan jika posisi CG terlalu kebelakang akan menyebabkan hidung pesawat keatas dan jika melewati batas toleransi maka pesawat akan kehilangan kendali dan kehilangan gaya Gambar 3. Posisi Center of Gravity 1.9 Ardu Pilot Mega 2.6 Salah satu generasi dari Ardupilot yaitu Ardu Pilot Mega 2.6 (APM 2.6), papan kendali ini menggunakan arsitektur 8 bit dan menggunakan microcontroller ATMega Pada papan kendali ini terintegrasi dengan sensor accelerometer, gyroscope, magnetometer, dan barometer sehingga dapat meminimalisir gangguan sinyal dari pembacaan masing-masing sensor tersebut yang diakibatkan penggunaan sambungan kabel yang panjang. APM 2.6 mempunyai tegangan kerja sebesar 5 volt sehingga membutuhkan power modul untuk menurunkan tegangan dari baterai. Tabel 1. Spesifikasi Ardu Pilot Mega 2.6 Microcontroller ATMega 2560 Operating Voltage 5 Volt Internal Memory 4 MB Clock Speed Sensor 16 MHz - Accelerometer and Gyroscope : MPU Magnetometer : Optional - Barometer : MS BA03 Output Motor 8 Input Channel 8 Analog Input 8 Telemetry Pin GPS Pin I2C Pin Length Width Weight Available Available Available 66.5 mm 40.5 mm 38 gram 2. Pembahasan 2.1 Analisis Kebutuhan Fungsional Berikut ini adalah kebutuhan fungsional dari sistem atau alat yang akan dibuat. 1. Pesawat dapat terbang secara otomatis berdasarkan jalur yang telah ditentukan. 2. Pesawat mampu merekam gambar secara otomatis 3. Pesawat mampu terbang lebih lama dibandingkan produk impor sekelasnya. 3

6 2.1.2 Non Fungsional Perangkat keras yang digunakan untuk membangun pesawat terbang tanpa awak agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan adalah sebagi berikut. 1. Komputer Desktop 2. Laptop 3. Flight controller APM Modul GPS Ublox neo-6m 5. Power module 6. Telemetry 433 mhz 7. Radio control 2.4 GHz 8. Motor brushless outrunner kv 9. ESC 30A 10. UBEC 3A 11. Servo 9 gram 12. Baterai LIPO 3S 5200 mah 20C 2.2 Perancangan Struktur dan Elektronik Perancangan Struktur Pesawat Rancangan pesawat terbang tanpa awak yang akan dibangun adalah pesawat dengan jenis fixed wing. Desain sayap atas (high wing) dapat memberikan kesetabilan yang lebih baik dibandingkan dengan tipe mid wing atau low wing dikarenakan pusat gaya angkat berada diatas pusat gravitasi (CG). Kemudian untuk menambahkan kestabilan dan kelincahan ketika berbelok, pesawat ini menggunakan desain ekor tipe inverted V-Tail. Dengan desain power plant jenis pusher maka memberikan pengaman terhadap motor dan propeller. Pesawat ini dirancang agar dapat terbang pada kecepatan rendah dan menengah maka desain airfoil menggunakan gabungan antara model flat bottom dan symetrical. (flap dan aileron) juga menggunakan dua servo untuk menggerakkan bidang kendali yaitu servo aileron-l dan aileron-r Gambar 5. Struktur Pesawat 2.3 Flowchart Sistem Flowchart sistem merupakan gambaran umum cara kerja sistem dari awal sampai akhir sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara baik dan benar. Gambar 4. Struktur Pesawat Perancangan Rangkaian Elektronik Rangkaian pada gambar 5 merupakan rangkaian keseluruhan dari sistem autopilot pesawat terbang tanpa awak yang terdiri dari flight controller, gps, telemetry radio, power module, UBEC, radio control, ESC, motor brushless, servo, dan baterai. Pesawat yang akan dibangun menggunakan konfigurasi ekor inverted V-Tail sehingga bidang kendali (control surface) pada bagian ekor membutuhkan dua servo sebagai penggerak yaitu servo Tail-L dan Tail-R. Kemudian untuk bagian flaperon Gambar 6. Flowchart Sistem 2.4 Implementasi dan Pengujian Unit Firmware Firmware adalah kumpulan perintah-perintah dalam bahasa mesin yang dimasukkan pada sebuah perangkat keras sehingga alat tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Firmware yang digunakan untuk pesawat adalah ArduPlane. Pada saat sekarang ini firmware ArduPlane sudah sampai versi namun untuk papan flight controller APM 2.6 maksimal versi

7 2.4.2 Inisialisasi Hardware Autopilot Setelah semua komponen hardware sistem autopilot terpasang dengan benar maka tahap selanjutnya adalah inisialisasi hardware. Proses inisialisasi hardware dengan cara memanfaatkan fitur Initial Setup yang telah disediakan oleh Mission Planner Pengaturan Parameter Pengaturan parameter diperlukan agar sistem autopilot dapat bekerja dengan benar dan aman Failsafe Failsafe adalah langkah antisipasi yang dilakukan oleh Sistem Autopilot ketika terjadi kegagalan fungsi seperti lost signal atau sumber daya baterai bermasalah. Tabel 2. Parameter Failsafe Parameter Value:Unit ARMING_CHECK 1:All FS_BATT_MAH 1040 :Mah FS_BATT_VOLTAGE 10: Volt FS_GCS_ENABL 1:Heartbeat FS_LONG_ACTN 1: Return To Launch FS_LONG_TIMEOUT 10: Seconds FS_SHORT_ACTN 1: Circle FS_SHORT_TIMEOUT 1.5:Seconds THR_FAILSAFE 1:Enabled THR_FS_VALUE 950:PWM Bidang Kendali Bidang kendali seperti flaperon, elevator, rudder, dan ground steering agar dapat dikendalikan oleh flight controller maka perlu beberapa pengaturan parameter sebagai berikut: Tabel 3. Parameter Bidang Kendali Parameter Value:Unit VTAIL_OUTPUT 3: DownUP MIXING_GAIN 0.7 RC5_FUNCTION 24: Flaperon1 RC6_FUNCTION 25: Flaperon2 RC7_FUNCTION 26: GroundSteering FLAP_IN_CHANNEL 5:CH FLAP_SLEWRATE 50:Percent FLAPERON_OUTPUT 4:DownDown Mode Penerbangan Mode penerbangan dapat digunakan untuk menyesuaikan karakteristik penerbangan pesawat berdasarkan dengan kondisi yang dihadapi. Mode penerbangan dapat diaktifkan dengan cara melakukan pengaturan beberapa parameter sebagai berikut Tabel 4. Parameter Mode Penerbangan Parameter Value:Unit FLTMODE_CH 6:CH FLTMODE1 11:RTL FLTMODE2 5:FBWA FLTMODE3 6:FBWB FLTMODE4 7:Cruise FLTMODE5 10:Auto FLTMODE6 0:Manual Pengujian Accelerometer dan Gyroscope Sensor accelerometer dan gyroscope digunakan untuk mengetahui kondisi pesawat terhadap sumbu X,Y dan Z. Dari hasil pembacaan sensor tersebut maka akan diperoleh berupa informasi sudut pitch dan roll pesawat. Ketika posisi pesawat menukik kedepan maka nilai sudut pitch bernilai negatif dan sebaliknya sedangkan pada saat miring kanan sudut roll akan bernilai positif dan sebaliknya Pengujian Barometer Sensor barometer digunakan untuk mengetahui posisi ketinggian pesawat. Pengujian sensor ini dengan cara mengkalibrasi sensor kemudian mengangkat pesawat pada ketinggian 1 meter. Jika hasil pembacaan sensor barometer sesuai maka sensor ini normal Pengujian Sinyal PWM Radio Sinyal PWM radio memiliki rentang nilai antara pada tiap channel nya, Parameter nilai inilah yang dipergunakan oleh flight controller untuk mengenali perintah yang diberikan oleh radio transmiter. Sinyal PWM yang digunakan antara channel 1 sampai 6. Nilai dari channel 1,2 dan 4 harus bernilai 1500 ketika posisi stick transmiter netral Pengujian Pesawat Untuk Monitoring Pengujian dilakukan dengan cara melakukan pengambilan gambar secara berurutan di atas lokasi yang akan di monitoring. Proses pengujian ini menggunakan kamera digital yang telah terpasang pada pesawat kemudian pesawat akan masuk pada mode penerbangan auto untuk memulai misi. Setelah selesai melakukan pengambilan gambar dengan mode penerbangan auto pada tahap selanjutnya adalah mengolah hasil pemotretan dengan teknik overlaping foto sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai data pembuatan peta udara. Aplikasi yang digunakan untuk penggabungan foto yaitu Agisoft Photo Scan. Gambar 8. Hasil Penggabungan Foto Udara Pengujian Durasi Terbang Pesawat Pengujian durasi terbang PTTA menggunakan baterai lithium polymer 3S 5200mah. Lokasi pengujian adalah di lapangan Madurejo, Prambanan, Sleman pada jam Pada saat pengujian, mode penerbangan yang digunakan yaitu mode FBWA. Mode FBWA yaitu mode penerbangan dengan sistem keseimbangan 5

8 yang dikendalikan oleh autopilot namun untuk kendalinya (manuver) dilakukan secara manual oleh pilot. Pada saat pengujian PTTA ini mampu terbang selama 41 menit 18 detik dengan sisa baterai 18% atau menghabiskan 4214 mah. Tabel 5. Hasil Pengujian Produk PARAMETER V-Tail 1400 Wing Span 1400 mm Wing Cord 200 mm Wing Area 28 dm 2 AUW 1455 gram Wing Loading 51,96 gram/dm 2 Battery 3s 5200 mah Battery Power 65,52 watt Flight Current 6,03 A Flight Power 75,97 watt Max Flight Time 50 menit 57 detik Cruise Speed 12 m/s (43,2 km/h) Stall Speed 8 m/s (28,8 km/h Autopilot YES Camera Optional Frequency Radio 2.4 GHz dan 433 MHz Max Range 1-2 KM Operator 1 Takeoff/landing Runway or Hand Launch Manuver Responsif Handling Baik Stall Stall Stall Recovery Easy Power Cukup Crosswind Baik 3. Kesimpulan dan Saran 3.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan Perancangan dan Pembuatan Pesawat Terbang Tanpa Awak yang Dapat di Operasikan Secara Otomatis untuk Monitoring dapat disimpulkan bahwa : 1. Pada bagian fuselage PTTA menggunakan konfigurasi twin boom inverted V-Tail sehingga lebih tahan terhadap angin dari samping (cross wind). 2. Karena airfoil menggunakan desain gabungan antara symetrical dan flat bottom maka pesawat ini dapat terbang pada kecepatan rendah dan sedang. Stall speed PTTA ini adalah 8 m/s ( 28,8 km/h) dan 20m/s ( 72 km/h ) untuk kecepatan maksimal. 3. Untuk meredam gaya kejut ketika proses touch down landing maka pada landing gear depan menggunakan suspension. 4. Proses pembuatan Flight Management System harus memperhatikan kondisi lingkungan sekitar penerbangan seperti arah angin, obstacle, runway, dan radio interference agar misi dapat berjalan seperti yang diharapkan. 5. Pada saat proses pengujian menggunakan mode penerbangan manual FBWA, PTTA ini dapat terbang selama 41 menit 18 detik dengan menghabiskan 82% kapasitas baterai atau 4214 mah. Berdasarkan data pengujian yang telah dilakukan maka ketika PTTA menggunakan 100% daya baterai maka pesawat ini dapat terbang selama 50 menit 57 detik. 3.2 Saran Dari proses peracangan dan pembuatan PTTA yang telah dilakukan pada skripsi ini maka penulis memberikan saran, diantaranya sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan kemudahkan dalam mobilitas, maka pada bagian sayap pesawat dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu sayap kiri, tengah, dan kanan. Kemudian bagian fuselage juga perlu dipisahkan dari sayap 2. PTTA ini menggunakan sistem autopilot dengan flight controller APM 2.6, flight controller ini hanya mempunyai satu sensor IMU(Inertial Measurement Unit) sehingga ketika terjadi kerusakan maka sistem akan bermasalah oleh sebab itu perlu adanya sebuah flight controller yang menggunakan dua sensor IMU seperti flight controller Pixhawk. Daftar Pustaka [1] Niendyawati, Artanto Pemanfaatan Pesawat Udara Nir-Awak (PUNA) sebagai Metode Alternatif Pengumpulan Data Geospasial Pulau- Pulau Kecil Terluar. Jurnal Badan Informasi Geospasial. Bogor [2] Ermawan, Hendro Rancang Bangun dan Analisa Aerodinamis Sayap Autonomous Flying Wing UAV. Jurnal Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya [3] Arifudin, Hendro Rancang Bangun Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Empat Baling- Baling (Quadrotor-Arducopter). Jurnal Institut Teknologi Sepuluh September. Surabaya [4] Aircraft Structures ( ks_manuals/aircraft/amt_airframe_handbook/medi a/ama_ch01.pdf ) diakses pada 19 januari [5] About Airfoils for Flying Model Aircraft ( e/math_and_science_of_model_aircraft/rc_aircraft _design/plotting_airfoils/about_airfoils.htm ) diakses pada 20 januari Biodata Penulis Ivan Adhi Nugroho, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Program Studi Informatika Universitas AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2017 Asro Nasiri, memperoleh gelar Sarjana Elektro (Drs), Jurusan Elektronika dan Instrumentasi UGM, lulus tahun Memperoleh gelar Magister Komputer (M.Kom), Program Pasca Sarjana Universitas AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun Saat ini menjadi Dosen dan Direktur Innovation Center di Universitas AMIKOM Yogyakarta. 6

I. PENDAHULUAN. Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak

I. PENDAHULUAN. Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak untuk banyak keperluan penerbangan baik dibidang militer maupun sipil. Dibandingkan dengan wahana

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONTROLER FUZZY PREDIKTIF UNTUK TRACKING KETINGGIAN AKTUAL PADA UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE)

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONTROLER FUZZY PREDIKTIF UNTUK TRACKING KETINGGIAN AKTUAL PADA UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONTROLER FUZZY PREDIKTIF UNTUK TRACKING KETINGGIAN AKTUAL PADA UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) THORIKUL HUDA 2209106030 Dosen Pembimbing Ir. Rusdhianto Effendie A.K, M.T. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat udara tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) adalah sebuah pesawat terbang yang dapat dikendalikan secara jarak jauh oleh pilot atau dengan mengendalikan

Lebih terperinci

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP Gunawan Wijiatmoko 1) 1) TRIE, BBTA3, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kawasan PUSPIPTEK Gedung 240, Tangerang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vi vii

DAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vi vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN. PERNYATAAN. MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMBANG

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR - TE

TUGAS AKHIR - TE TUGAS AKHIR - TE 091399 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONTROLER PID UNTUK PENGATURAN ARAH DAN PENGATURAN HEADING PADA FIXED-WING UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) Hery Setyo Widodo NRP. 2208100176 Laboratorium

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. c. Perangkat lunak Mission Planner. f. First Person View (FPV) Camera BOSCAMM

3 METODE PENELITIAN. c. Perangkat lunak Mission Planner. f. First Person View (FPV) Camera BOSCAMM 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilaksanakan mulai Januari 2015 sampai Juni 2015, bertempat di Laboratorium Teknik Elektronika, Laboratorium Terpadu Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara

I. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara jenis fixed-wing, rotary-wing, ataupun pesawat yang mampu mengudara pada jalur yang ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) merupakan pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh atau diterbangkan secara mandiri yang dilakukan pemrograman terlebih

Lebih terperinci

PT.LINTAS ANANTARA NUSA DRONE MULTI PURPOSES.

PT.LINTAS ANANTARA NUSA DRONE MULTI PURPOSES. DRONE MULTI PURPOSES Multirotor merupakan salah satu jenis wahana terbang tanpa awak yang memiliki rotor lebih dari satu. Wahana ini memiliki kemampuan take-off dan landing secara vertical. Dibandingkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir dilaksanakan mulai Agustus 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir dilaksanakan mulai Agustus 2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilaksanakan mulai Agustus 2015 sampai Desember 2015 (jadwal dan aktifitas penelitian terlampir), bertempat di Laboratorium

Lebih terperinci

SYAHIDAL WAHID

SYAHIDAL WAHID PEMANFAATAN GPS TERHADAP KENDALI OTOMATIS PADA DRONE PEMANTAU KEADAAN LALU LINTAS LAPORAN AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang robotika pada saat ini berkembang dengan sangat cepat. Teknologi robotika pada dasarnya dikembangkan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penempatan perangkat elektonik autopilot pada wahana Proto-03 dapat dilihat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penempatan perangkat elektonik autopilot pada wahana Proto-03 dapat dilihat IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Instalasi Hardware Penempatan perangkat elektonik autopilot pada wahana Proto-03 dapat dilihat pada gambar 4.1. berikut ini. Gambar 1.1. Tata letak perangkat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT BAB IV PENGUJIAN ALAT 4.1. Menyalakan Modul APM Gambar 4.1 Modul APM Modul APM yang dipakai pada tugas akhir ini adalah modul Arduflyer versi 2.5, dengan merk RCTimer. Modul APM yang baru datang dalam

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI ALAT

BAB III IMPLEMENTASI ALAT BAB III IMPLEMENTASI ALAT Hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu pengetahuan mengenai sistem yang direncanakan dan peralatan pendukung sistem yang akan digunakan. Perancangan sistem meliputi perancangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI FIXED WING UAV MENGGUNAKAN PANEL SURYA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK SISTEM PENGISIAN DAYA

PERANCANGAN DAN REALISASI FIXED WING UAV MENGGUNAKAN PANEL SURYA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK SISTEM PENGISIAN DAYA PERANCANGAN DAN REALISASI FIXED WING UAV MENGGUNAKAN PANEL SURYA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK SISTEM PENGISIAN DAYA Zenitawati NRP : 1122056 email : nit.not0303@gmail.com ABSTRAK Panel surya merupakan

Lebih terperinci

KENDALI QUADCOPTER MENGGUNAKAN REMOTE CONTROL DENGAN FREKUENSI RADIO 2,4 GHZ

KENDALI QUADCOPTER MENGGUNAKAN REMOTE CONTROL DENGAN FREKUENSI RADIO 2,4 GHZ KENDALI QUADCOPTER MENGGUNAKAN REMOTE CONTROL DENGAN FREKUENSI RADIO 2,4 GHZ LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV) 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unmanned Surface Vehicle (USV) Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV) merupakan sebuah wahana tanpa awak yang dapat dioperasikan pada permukaan air.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UAV (Unmanned Aerial Vehicle) adalah sebuah sistem pesawat udara yang tidak memiliki awak yang berada di dalam pesawat (onboard). Keberadaan awak pesawat digantikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau UAS (Unmanned Aircraft System) merupakan salah satu teknologi kedirgantaraan yang saat ini sedang berkembang dengan pesat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan pengambilan gambar di udara, banyak media yang bisa digunakan dan dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini terutama dalam ilmu pengetahuan, membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Internasional Batam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Internasional Batam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat terbang model UAV (Unmanned Aerial Vehicle) telah berkembang dengan sangat pesat dan menjadi salah satu area penelitian yang diprioritaskan. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini teknologi di bidang penerbangan sudah sangat maju. Pesawat terbang sudah dapat dikendalikan secara jarak jauh sehingga memungkinkan adanya suatu pesawat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau biasa disebut pesawat tanpa awak saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat di dunia. Penggunaan UAV dikategorikan

Lebih terperinci

KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT

KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2018 ISSN 2085-4218 KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT Gunawan Wijiatmoko 1) Meedy Kooshartoyo 2) 1,2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi telekomunikasi dan dirgantara dapat menghasilkan suatu teknologi yang menggabungkan antara informasi suatu keadaan lokal tertentu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UAS (unmanned aircraft systems) atau UAV (unmanned aerial vehicle) adalah sebuah sistem pesawat udara yang tidak memiliki awak yang berada di dalam pesawat (onboard).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Perancangan sistem dilakukan dari bulan Juli sampai Desember 2012, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Perancangan sistem dilakukan dari bulan Juli sampai Desember 2012, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Perancangan sistem dilakukan dari bulan Juli sampai Desember 2012, bertempat di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cikeas, Januari Penulis

KATA PENGANTAR. Cikeas, Januari Penulis i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya sehingga Buku Panduan UAV ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh

Lebih terperinci

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 I Nyoman Benny Rismawan 1, Cok Gede Indra Partha 2, Yoga Divayana 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SISTEM WAHANA UDARA NIR-AWAK

KARAKTERISTIK SISTEM WAHANA UDARA NIR-AWAK KARAKTERISTIK SISTEM WAHANA UDARA NIR-AWAK Sistem berbentuk modular yang memusahkan replacement apabila terjadi kerusakan Parachute Landing Tipe Airborne Platform Spesifikasi Teknis : - Type High-Wing

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP 2 KRTI 2015

PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP 2 KRTI 2015 PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP 2 KRTI 2015 Evaluasi tahap 2 KRTI 2015 ini meliputi Laporan Tertulis dan Video Terbang. 1. Ketentuan Laporan Tertulis Laporan tertulis diketik dengan font

Lebih terperinci

Uji Terbang Autonomous Low Cost Fixed Wing UAV Menggunakan PID Compensator

Uji Terbang Autonomous Low Cost Fixed Wing UAV Menggunakan PID Compensator Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Uji Terbang Autonomous Low Cost Fixed Wing UAV Menggunakan PID Compensator *Mochammad Ariyanto, Joga D. Setiawan, Munadi, Teguh

Lebih terperinci

APLIKASI DRONE UAV & MULTIROTOR UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT. Disusun Oleh: Agus Widanarko

APLIKASI DRONE UAV & MULTIROTOR UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT. Disusun Oleh: Agus Widanarko APLIKASI DRONE UAV & MULTIROTOR UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Disusun Oleh: Agus Widanarko FEBRUARI 2015 APLIKASI DRONE DI PERKEBUNAN 1. Survei Lapangan Untuk mengetahui kondisi areal dari udara terutama

Lebih terperinci

Oghy Octori 1, Agung Budi Cahyono 1 1 Jurusan Teknik Geomatika FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oghy Octori 1, Agung Budi Cahyono 1 1 Jurusan Teknik Geomatika FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember FOTO UDARA MENGGUNAKAN WAHANA UAV JENIS FIX WING AERIAL PHOTOGRAPHY USING FIXED WING UAV Oghy Octori 1, Agung Budi Cahyono 1 1 Jurusan Teknik Geomatika FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: oghyoctori92@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesawat tanpa awak atau pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle atau disingkat UAV), adalah sebuah mesin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesawat tanpa awak atau pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle atau disingkat UAV), adalah sebuah mesin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesawat tanpa awak atau pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle atau disingkat UAV), adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Automatic Flare Maneuver pada Proses Landing Pesawat Terbang Menggunakan Kontroler PID

Desain dan Implementasi Automatic Flare Maneuver pada Proses Landing Pesawat Terbang Menggunakan Kontroler PID Desain dan Implementasi Automatic Flare Maneuver pada Proses Landing Pesawat Terbang Menggunakan Kontroler PID Mokhamad Khozin-2207100092 Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan, Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian bertempat di kawasan sebagian kawasan PLTA Garung lebih tepatnya mencakup dua Desa yaitu : Desa Tlogo dan Desa Kejajar, Kecamatan garung,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 hingga Juni 2015 di

3 METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 hingga Juni 2015 di 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 hingga Juni 2015 di Laboratorium Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung. 3.2

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP II KRTI 2017

PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP II KRTI 2017 PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP II KRTI 2017 Evaluasi tahap II KRTI 2017 ini meliputi Laporan Tertulis dan Video Terbang. 1. Ketentuan Laporan Tertulis 1. Laporan tertulis diketik dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. wahana terbang tanpa awak, teknologi tersebut disebut Unmanned Aerial Vehicle

BAB 1 PENDAHULUAN. wahana terbang tanpa awak, teknologi tersebut disebut Unmanned Aerial Vehicle 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Seiring perkembangan teknologi telekomunikasi dan dirgantara menghasilkan suatu teknologi yang menggabungkan antara informasi suatu keadaan lokasi tertentu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Parrot AR.Drone

PENDAHULUAN Latar Belakang Parrot AR.Drone PENDAHULUAN Latar Belakang UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau pesawat tanpa awak atau drone adalah sebuah mesin yang mampu terbang dan dikendalikan oleh pilot dari jarak jauh. Pergerakan UAV sendiri dipengaruhi

Lebih terperinci

Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika

Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika PESAWAT TERBANG Dengan mempelajari bagaimana pesawat bisa terbang Anda akan mendapatkan kontrol yang lebih baik atas UAV Anda. Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika Empat gaya aerodinamik yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilaksanakan mulai Agustus 2015 sampai November 2015, bertempat di Laboratorium Teknik Digital, Laboratorium Terpadu Teknik

Lebih terperinci

PENGONTROLAN MOTOR BRUSHLESS PADA QUADCOPTER MENGGUNAKAN ELECTRONIC SPEED CONTROL (ESC) LAPORAN AKHIR

PENGONTROLAN MOTOR BRUSHLESS PADA QUADCOPTER MENGGUNAKAN ELECTRONIC SPEED CONTROL (ESC) LAPORAN AKHIR PENGONTROLAN MOTOR BRUSHLESS PADA QUADCOPTER MENGGUNAKAN ELECTRONIC SPEED CONTROL (ESC) LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) kini menjadi suatu kebutuhan di dalam kehidupan untuk berbagai tujuan dan fungsi. Desain dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Pemetaan merupakan suatu kegiatan pengukuran, penghitungan dan penggambaran permukaan bumi di atas bidang datar dengan menggunakan metode pemetaan tertentu sehingga

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. berasal dari motor. Selain kuat rangka juga harus ringan. Rangka terdiri dari beberapa bagian yaitu:

BAB III PERANCANGAN ALAT. berasal dari motor. Selain kuat rangka juga harus ringan. Rangka terdiri dari beberapa bagian yaitu: BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Rangka Drone Rangka atau frame merupakan struktur yang menjadi tempat dudukan untuk semua komponen. Rangka harus kaku dan dapat meminimalkan getaran yang berasal dari motor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Merancang dan merealisasikan pesawat terbang mandiri tanpa awak dengan empat. baling-baling penggerak.

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Merancang dan merealisasikan pesawat terbang mandiri tanpa awak dengan empat. baling-baling penggerak. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Merancang dan merealisasikan pesawat terbang mandiri tanpa awak dengan empat baling-baling penggerak. 1.2. Latar Belakang Pesawat terbang tanpa awak atau UAV (Unmanned Aerial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umumnya pesawat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu sayap tetap (fix wing) dan sayap putar (rotary wing). Pada sayap putar pesawat tersebut dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parrot AR. Drone

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parrot AR. Drone BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Quadrotor merupakan salah satu jenis Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak yang memiliki empat buah baling-baling (rotor) yang biasa juga disebut quadcopter.

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALUR TERBANG TANPA PILOT PADA PROSES PENGUMPULAN DATA UNTUK PEMETAAN DENGAN PENERBANGAN TANPA AWAK

PERENCANAAN JALUR TERBANG TANPA PILOT PADA PROSES PENGUMPULAN DATA UNTUK PEMETAAN DENGAN PENERBANGAN TANPA AWAK ISSN 1858-4667 JURNAL LINK VOL. 27/No. 1/Februari 2018 PERENCANAAN JALUR TERBANG TANPA PILOT PADA PROSES PENGUMPULAN DATA UNTUK PEMETAAN DENGAN PENERBANGAN TANPA AWAK Maulana Rizqi Fakultas Ilmu Komputer

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PLATFORM UAV RADIO CONTROL KOLIBRI-08v2 DENGAN MESIN THUNDER TIGER 46 PRO

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PLATFORM UAV RADIO CONTROL KOLIBRI-08v2 DENGAN MESIN THUNDER TIGER 46 PRO PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PLATFORM UAV RADIO CONTROL KOLIBRI-08v2 DENGAN MESIN THUNDER TIGER 46 PRO PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PLATFORM UAV RADIO CONTROL KOLIBRI-08v2 DENGAN MESIN THUNDER TIGER 46 PRO Bagus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB 1. 1.1 Latar Belakang Gerak terbang pada pesawat tanpa awak atau yang sering disebut Unmanned Aerial Vehicle (UAV) ada berbagais macam, seperti melayang (hovering), gerak terbang

Lebih terperinci

PLATFORM UNMANNED AERIAL VEHICLE UNTUK AERIAL PHOTOGRAPHY AEROMODELLING AND PAYLOAD TELEMETRY RESEARCH GROUP (APTRG)

PLATFORM UNMANNED AERIAL VEHICLE UNTUK AERIAL PHOTOGRAPHY AEROMODELLING AND PAYLOAD TELEMETRY RESEARCH GROUP (APTRG) PLATFORM UNMANNED AERIAL VEHICLE UNTUK AERIAL PHOTOGRAPHY AEROMODELLING AND PAYLOAD TELEMETRY RESEARCH GROUP (APTRG) Nurmajid Setyasaputra *), Fajar Septian **), Riyadhi Fernanda **), Suharmin Bahri **),

Lebih terperinci

Purwarupa Sistem Kendali Kestabilan Pesawat Tanpa Awak Sayap Tetap Menggunakan Robust PID

Purwarupa Sistem Kendali Kestabilan Pesawat Tanpa Awak Sayap Tetap Menggunakan Robust PID IJEIS, Vol.6, No.2, October 2016, pp. 129~138 ISSN: 2088-3714 129 Purwarupa Sistem Kendali Kestabilan Pesawat Tanpa Awak Sayap Tetap Menggunakan Robust PID Dwitiya Bagus Widyantara* 1, Raden Sumiharto

Lebih terperinci

Pembuatan Model Quadcopter yang Dapat Mempertahankan Ketinggian Tertentu

Pembuatan Model Quadcopter yang Dapat Mempertahankan Ketinggian Tertentu Jurnal Teknik Elektro, Vol. 9, No. 2, September 26, 49-55 ISSN 4-87X Pembuatan Model Quadcopter yang Dapat Mempertahankan Ketinggian Tertentu DOI:.9744/jte.9.2.49-55 Wili Kumara Juang, Lauw Lim Un Tung

Lebih terperinci

Rancang Bangun dan Analisa Aerodinamis Sayap Autonomous Flying Wing UAV

Rancang Bangun dan Analisa Aerodinamis Sayap Autonomous Flying Wing UAV JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Rancang Bangun dan Analisa Aerodinamis Sayap Autonomous Flying Wing UAV Ermawan Supramianto dan Hendro Nurhadi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan. Perusahaan ini mengelolah perkebunan yang berada

Lebih terperinci

metode pengontrolan konvensional yaitu suatu metode yang dapat melakukan penalaan secara mandiri (Pogram, 2014). 1.2 Rumusan Masalah Dari latar

metode pengontrolan konvensional yaitu suatu metode yang dapat melakukan penalaan secara mandiri (Pogram, 2014). 1.2 Rumusan Masalah Dari latar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Quadrotor adalah sebuah pesawat tanpa awak atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle) yang memiliki kemampuan lepas landas secara vertikal atau VTOL (Vertical Take off Landing).

Lebih terperinci

BAB II PROFIL UMUM BALAI KALIBRASI FASILITAS PENERBANGAN (BKFP) 2.1. Latar Belakang Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BFKP)

BAB II PROFIL UMUM BALAI KALIBRASI FASILITAS PENERBANGAN (BKFP) 2.1. Latar Belakang Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BFKP) BAB II PROFIL UMUM BALAI KALIBRASI FASILITAS PENERBANGAN (BKFP) 2.1. Latar Belakang Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BFKP) Sejak diwujudkannya Flingt Inspection Unit atau satuan udara kalibrasi tumbuh

Lebih terperinci

ANALISA AERODINAMIK PENGARUH LANDING GEAR PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP

ANALISA AERODINAMIK PENGARUH LANDING GEAR PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP ANALISA AERODINAMIK PENGARUH LANDING GEAR PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP Gunawan Wijiatmoko 1) 1) TRIE, BBTA3, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kawasan PUSPIPTEK Gedung 240, Tangerang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. minum, sarana olahraga, sebagai jalur trasportasi, dan sebagai tempat PLTA

1 PENDAHULUAN. minum, sarana olahraga, sebagai jalur trasportasi, dan sebagai tempat PLTA 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah perairan, khususnya sungai, memiliki peranan penting untuk kehidupan manusia. Manfaat sungai antara lain untuk irigasi, bahan baku air minum, sarana olahraga, sebagai

Lebih terperinci

Identifikasi Model dari Pesawat Udara Tanpa Awak Sayap Tetap Jenis Bixler

Identifikasi Model dari Pesawat Udara Tanpa Awak Sayap Tetap Jenis Bixler IJEIS, Vol.5, No.1, April 2015, pp. 43~54 ISSN: 2088-3714 43 Identifikasi Model dari Pesawat Udara Tanpa Awak Sayap Tetap Jenis Bixler Abdul Majid *1, Raden Sumiharto 2, Setyawan Bekti Wibisono 3 1 Prodi

Lebih terperinci

BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE

BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE 3.1 Pendahuluan Dalam tugas akhir ini, mengetahui optimalnya suatu penerbangan pesawat Boeing 747-4 yang dikendalikan oleh seorang pilot dengan menganalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

III. METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: III. METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Satu unit model pesawat radio control aeromodelling Fixed Wing Proto-03 RTF (Ready to Fly). 2. Sistem

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Flowchart

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Flowchart BAB IV PERANCANGAN Bab ini membahas tentang perancangan sistem gerak Robo Bin, mulai dari alur kerja sistem gerak robot, perancangan alat dan sistem kendali, proses pengolahan data hingga menghasilkan

Lebih terperinci

RIZKAR FEBRIAN. 1, SUWANDI 2, REZA FAUZI I. 3. Abstrak

RIZKAR FEBRIAN. 1, SUWANDI 2, REZA FAUZI I. 3. Abstrak PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM KENDALI PID PADA AUTONOMOUS MOVING FORWARD QUADCOPTER DESIGN AND IMPLEMENTATION OF PID CONTROL SYSTEM IN AUTONOMOUS MOVING FORWARD QUADCOPTER RIZKAR FEBRIAN. 1, SUWANDI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI DAN MUATAN QUADCOPTER SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG EVAKUASI BENCANA

SISTEM KENDALI DAN MUATAN QUADCOPTER SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG EVAKUASI BENCANA 1022: Ahmad Ashari dkk. TI-59 SISTEM KENDALI DAN MUATAN QUADCOPTER SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG EVAKUASI BENCANA Ahmad Ashari, Danang Lelono, Ilona Usuman, Andi Dharmawan, dan Tri Wahyu Supardi Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Coba Alat Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat yang telah dibuat. Dimulai dengan pengujian setiap bagian-bagian dari hardware dan software yang

Lebih terperinci

EKO TRI WASISTO Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

EKO TRI WASISTO Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2 RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL ATTITUDE PADA UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) QUADROTOR DF- UAV01 DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER 3-AXIS DENGAN METODE FUZZY LOGIC EKO TRI WASISTO 2407.100.065 Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di abad ke- 21 ini, khususnya dalam bidang penerbangan. Pada dekade terakhir dunia penerbangan mengalami

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Uji coba dan Analisa Tujuan dari pengujian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah daratan Indonesia lebih dari 2.012.402 km 2 dan luas perairannya lebih dari 5.877.879 km 2 yang menjadikan

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2014

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2014 IMPLEMENTASI PID KONTROL UNTUK MENGONTROL KESTABILAN POSISI QUADCOPTER GUNA MENGIDENTIFIKASI OBJEK DARI KETINGGIAN MAKSIMAL 6 METER Laporan Akhir Laporan Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Wahana Pesawat Tanpa Awak (Fixed Wing) Berbasis Ardupilot

Rancang Bangun Wahana Pesawat Tanpa Awak (Fixed Wing) Berbasis Ardupilot Jurnal Teknik Elektro dan Komputer vol. 7 no. 1, (2018), ISSN : 2301 8402 73 Rancang Bangun Wahana Pesawat Tanpa Awak (Fixed Wing) Berbasis Ardupilot Hardy Samuel Saroinsong, Vecky C. Poekoel, Pinrolinvic

Lebih terperinci

AEROMODELLING COMPETITION HANDBOOK MECHANICAL & MARINE NATIONAL EXPOSITION 2016

AEROMODELLING COMPETITION HANDBOOK MECHANICAL & MARINE NATIONAL EXPOSITION 2016 AEROMODELLING COMPETITION HANDBOOK MECHANICAL & MARINE NATIONAL EXPOSITION 2016 1. Ketentuan Umum Lomba Aeromodelling ini merupakan perlombaan model pesawat (fixed wing) yang dikontrol secara manual menggunakan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ROBOT PENYEIMBANG BERBASIS ANDROID

RANCANG BANGUN ROBOT PENYEIMBANG BERBASIS ANDROID 1 RANCANG BANGUN ROBOT PENYEIMBANG BERBASIS ANDROID Pardomuan Lumbantoruan 1), Elang Derdian M 2), Aryanto Hartoyo 3) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura e-mail : Pardomuanlumbantoruan@yahoo.com

Lebih terperinci

Pengembangan OSD (On Screen Display) dengan Penambahan Menu untuk Aplikasi pada Semi Autonomous Mobile Robot dengan Lengan untuk Mengambil Objek

Pengembangan OSD (On Screen Display) dengan Penambahan Menu untuk Aplikasi pada Semi Autonomous Mobile Robot dengan Lengan untuk Mengambil Objek JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-929 Pengembangan OSD (On Screen Display) dengan Penambahan Menu untuk Aplikasi pada Semi Autonomous Mobile Robot dengan Lengan

Lebih terperinci

KONTROL KESTABILAN QUADCOPTER DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GYROSCOPE ITG 3205 LAPORAN AKHIR. oleh : NURMANSYAH

KONTROL KESTABILAN QUADCOPTER DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GYROSCOPE ITG 3205 LAPORAN AKHIR. oleh : NURMANSYAH KONTROL KESTABILAN QUADCOPTER DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GYROSCOPE ITG 3205 LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISA DAYA BATERAI PADA PENGGERAK PESAWAT UAV TIPE CESSNA

SKRIPSI ANALISA DAYA BATERAI PADA PENGGERAK PESAWAT UAV TIPE CESSNA SKRIPSI ANALISA DAYA BATERAI PADA PENGGERAK PESAWAT UAV TIPE CESSNA Disusun untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan pada Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro OLEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Austin, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Austin, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, beberapa negara maju sedang mencoba untuk mengembangkan teknologi pesawat tanpa awak atau sering disebut dengan Unmanned Aerial Vehicle (UAV). UAV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar Glider (salah satu pendekatan cara terbang burung)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar Glider (salah satu pendekatan cara terbang burung) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di masa lalu, banyak orang berusaha memahami bagaimana burung dapat mengambang di udara. Mereka ingin tahu bagaimana burung yang lebih berat dari udara dapat mengalahkan

Lebih terperinci

MECHANICAL AND MARINE ENGINEERING NATIONAL EXPOSITION 2017 AEROMODELLING COMPETITION HANDBOOK

MECHANICAL AND MARINE ENGINEERING NATIONAL EXPOSITION 2017 AEROMODELLING COMPETITION HANDBOOK Page 1 of 10 MECHANICAL AND MARINE ENGINEERING NATIONAL EXPOSITION 2017 1. Ketentuan Umum AEROMODELLING COMPETITION HANDBOOK Lomba Aeromodelling ini merupakan Perlombaan Model Pesawat (Fixed Wing) indoor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Power Supply. Microcontroller Wemos. Transistor Driver TIP122. Gambar 3.1 Blok Rangkaian sistem

BAB III PERANCANGAN. Power Supply. Microcontroller Wemos. Transistor Driver TIP122. Gambar 3.1 Blok Rangkaian sistem BAB III PERANCANGAN Bab ini membahas perancangan alat Kompor Listrik Digital IoT dengan menggunakan Microcontroller Open Source Wemos. Microcontroller tersebut digunakan untuk mengolah informasi yang telah

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Kendali PID untuk KestabilanTwin- Tiltrotor dengan Metode DCM

Penerapan Sistem Kendali PID untuk KestabilanTwin- Tiltrotor dengan Metode DCM IJEIS, Vol.5, No.2, October 2015, pp. 145~154 ISSN: 2088-3714 145 Penerapan Sistem Kendali PID untuk KestabilanTwin- Tiltrotor dengan Metode DCM Andi Dharmawan 1, Sani Pramudita* 2 1 Jurusan Ilmu Komputer

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI POSISI DAN KETINGGIAN TERBANG PESAWAT QUADCOPTER A S R U L P

SISTEM KENDALI POSISI DAN KETINGGIAN TERBANG PESAWAT QUADCOPTER A S R U L P SISTEM KENDALI POSISI DAN KETINGGIAN TERBANG PESAWAT QUADCOPTER A S R U L P2700213428 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 ii DRAFT PROPOSAL JUDUL Sistem

Lebih terperinci

Pengujian Aerodinamika Model Uji Pesawat Udara Nir Awak dengan Empennage berjenis V-Tail. Gunawan Wijiatmoko 1), Yanto Daryanto 2)

Pengujian Aerodinamika Model Uji Pesawat Udara Nir Awak dengan Empennage berjenis V-Tail. Gunawan Wijiatmoko 1), Yanto Daryanto 2) Pengujian Aerodinamika Model Uji Pesawat Udara Nir Awak dengan Empennage berjenis V-Tail INTISARI Gunawan Wijiatmoko 1), Yanto Daryanto 2) 1) Sub Bid. TRIE, BBTA3, BPPT 2) Balai Layanan Teknologi Aerodinamika,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem berikut: Secara umum sistem yang dibangun dijelaskan dalam diagram blok sistem 6 1 Baterai Sensor: - GPS 2 Sensor Suhu dan Kelembapan 4 Mikrokontroler

Lebih terperinci

Roket Kendali Otomatis Ketinggian Rendah Menggunakan ATmega 328 dengan Sensor BMP085 dan CMPS10 serta Grafik Antarmuka

Roket Kendali Otomatis Ketinggian Rendah Menggunakan ATmega 328 dengan Sensor BMP085 dan CMPS10 serta Grafik Antarmuka Roket Kendali Otomatis Ketinggian Rendah Menggunakan ATmega 328 dengan Sensor BMP085 dan CMPS10 serta Grafik Antarmuka Agil Setiawan *, M. Fadhil Abdullah, Anggara Wijaya Universitas Telkom, Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016 Hal : ISBN :

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016 Hal : ISBN : Hal : 287 298 ISBN : 978-602-8853-29-3 PEMILIHAN INCIDENCE ANGLE DARI HORIZONTAL TAIL BERBENTUK V-TAIL PADA PESAWAT TERBANG NIR AWAK (Incidence Angle Determination of V-shaped Horizontal Tail of UnManned

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Unmanned Aerial Vehicle (UAV) banyak dikembangkan dan digunakan di bidang sipil maupun militer seperti pemetaan wilayah, pengambilan foto udara, pemantauan pada lahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain: BAB III METODE PENELITIAN Dalam pembuatan kendali robot omni dengan accelerometer dan keypad pada smartphone dilakukan beberapa tahapan awal yaitu pengumpulan data yang diperlukan dengan beberapa cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini merupakan penelitian di bidang pemrosesan citra. Bidang pemrosesan citra sendiri terdapat tiga tingkatan yaitu operasi pemrosesan citra tingkat rendah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

SIMULASI DATA ACQUISITION ALAT UJI FLIGHT CONTROL ACTUATOR PESAWAT MENGGUNAKAN SOFTWARE LABVIEW

SIMULASI DATA ACQUISITION ALAT UJI FLIGHT CONTROL ACTUATOR PESAWAT MENGGUNAKAN SOFTWARE LABVIEW SIMULASI DATA ACQUISITION ALAT UJI FLIGHT CONTROL ACTUATOR PESAWAT DATA ACQUISITION SIMULATION OF TEST EQUIPMENT AIRCRAFT FLIGHT CONTROL ACTUATOR USING LABVIEW SOFTWARE Decy Nataliana 1, Usep Ali Albayumi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini adalah sebuah prototip Tricopter dengan bentuk dasar berupa segitiga sama sisi dengan panjang sisi 20 cm. Pada tiap-tiap sudut segitiga tersebut terdapat perpanjangan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Takeoff Unmanned Aerial Vehicle Quadrotor Berbasis Sensor Jarak Inframerah

Rancang Bangun Sistem Takeoff Unmanned Aerial Vehicle Quadrotor Berbasis Sensor Jarak Inframerah JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 F-50 Rancang Bangun Sistem Takeoff Unmanned Aerial Vehicle Quadrotor Berbasis Sensor Jarak Inframerah Bardo Wenang, Rudy Dikairono, ST., MT.,

Lebih terperinci