BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, berikut ini adalah beberapa simpulan dari penelitian ini.

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, berikut ini adalah beberapa simpulan dari penelitian ini."

Surya Budiaman
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil wawancara dan analisis data yang telah dipaparkan di bab sebelumnya, berikut ini adalah beberapa simpulan dari penelitian ini. 1. Terdapat tiga faktor yang menyebabkan PSIM Yogyakarta melakukan perombakan tim, yaitu faktor finansial, faktor tata kelola organisasi, dan faktor eksternal. 2. Faktor finansial menjadi faktor utama atas permasalahan perombakan tim. Beban finansial yang besar kemudian berdampak pada pemberian kontrak jangka pendek kepada pemain/pelatih dan juga rendahnya daya tawar saat melakukan negosiasi kontrak perihal pemberian hak kepada pelatih/pemain. 3. Media yang digunakan dalam proses transfer pengetahuan di dalam organisasi PSIM Yogyakarta adalah media teknologi, media pertemuan, dan media pelatihan. 4. Jenis pengetahuan yang digunakan dalam proses transfer pengetahuan lebih banyak menggunakan pengetahuan tacit daripada eksplisit. Dari 10 kegiatan dalam transfer pengetahuan di dalam organisasi PSIM Yogyakarta, sembilan kegiatan menggunakan pengetahuan tacit dengan tiga kegiatan tanpa ada kombinasi dengan pengetahuan eksplisit. 5. Media pertemuan, baik formal maupun informal, banyak digunakan sebagai media untuk transfer pengetahuan. Hal ini membuat pengetahuan yang ditransfer, khususnya dengan pertemuan informal, lebih banyak 71

2 menggunakan pengetahuan tacit dan disampaikan secara lisan. Selain itu, sosialisasi dari pihak manajer ke karyawan terkait dengan budaya, nilainilai, dan aturan juga disampaikan secara lisan tanpa adanya dokumen tertulis. Pengetahuan eksplisit yang ditransfer di dalam organisasi adalah dokumen kontrak pelatih/pemain, laporan pertanggungjawaban, percakapan yang tertulis di dalam grup aplikasi Whatsapp dan BBM, catatan pemain, dan rapor pemain. 5.2 Rekomendasi Berikut ini adalah beberapa rekomendasi yang bisa menjadi masukan bagi PSIM Yogyakarta berdasarkan pada identifikasi masalah dan analisis hasil penelitian yang sudah dipaparkan di bab sebelumnya. 1. PSIM Yogyakarta sebagai tim yang bermain di kompetisi kasta kedua mengalami kesulitan untuk menunjukkan produk yang ditawarkan, yaitu pertandingan sepak bola. Tidak adanya pertandingan yang disiarkan di televisi adalah kendalanya. Hal ini menyebabkan sedikitnya investor/pihak ketiga yang mau bekerja sama dalam bentuk sponsor untuk PSIM Yogyakarta sehingga kemudian berdampak pada minimnya finansial PSIM Yogyakarta. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan anggaran jangka panjang. Pengelolaan anggaran, baik pemasukan maupun pengeluaran, direncanakan hingga satu musim kompetisi, yang sebelumnya hanya dilakukan hingga setiap selesai pergantian babak (hingga babak 16 besar). 72

3 2. Dalam merencanakan anggaran, pelatih dapat dilibatkan dalam pengelolaan biaya program yang dijalankan. Yang terpenting dalam hal ini adalah ketika mengurangi biaya program tim dengan mencari alternatif program lainnya, tidak melemahkan dan mengurangi potensi kekuatan tim. 3. Biaya operasional yang besar dalam mengikuti satu musim kompetisi masih belum bisa diimbangi dengan pemasukan dari sponsor, tiket pertandingan, dan bantuan dari PT GTS. Dalam upaya meningkatkan pemasukan dari sponsor, dapat dilakukan dengan menjalin komunikasi secara intensif, baik kepada pemerintah daerah maupun kepada para investor yang sebelumnya pernah berinvestasi ke PSIM Yogyakarta. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyampaikan dokumen tertulis tentang hasil kompetisi, potensi yang dimiliki (seperti loyalitas suporter yang sangat tinggi), dan perencanaan anggaran dalam satu musim secara rutin. Cara tersebut perlu adanya divisi khusus seperti divisi pemasaran yang bertugas mencari relasi dengan pihak ketiga sebagai sponsor dan meningkatkan penjualan seperti merchandise bagi PSIM Yogyakarta. 4. Konsep yang sudah dicanangkan di awal yaitu pembinaan pemain-pemain muda sudah sangat bagus untuk diterapkan di PSIM Yogyakarta. Selain itu, scouting atau pengintaian pemain muda bertalenta juga harus menjadi perhatian utama. Hal ini secara tidak langsung bisa membantu mengatasi masalah finansial karena tidak perlu merekrut pemain profesional lain dengan harga yang tinggi. 73

4 5. Kontrak yang diberikan untuk pelatih PSIM Yogyakarta hanya kontrak jangka pendek (satu musim). Mempercayakan pelatih dengan memperpanjang kontraknya, talenta lokal, dan hasil scouting dengan adanya pembinaan dari pelatih akan berproses membawa PSIM Yogyakarta promosi ke kompetisi tertinggi. Scouting pemain tidak hanya dilakukan di kompetisi yang diadakan di Yogyakarta saja, tetapi bisa diperluas dengan mencari pemain yang mengikuti kompetisi di provinsi terdekat seperti Jawa Tengah. 6. Pengetahuan yang disampaikan di dalam organisasi PSIM Yogyakarta lebih banyak secara lisan dan menggunakan pengetahuan tacit. Informasi dan pengetahuan yang disampaikan dari petinggi manajemen PSIM Yogyakarta kepada karyawan bisa diperbanyak dalam bentuk tertulis. Hal ini penting agar informasi dan pengetahuan yang disampaikan dapat diterima sepenuhnya oleh penerima informasi yang dituju dan bisa diinternalisasikan dengan baik. 7. Proses rekrutmen karyawan di PSIM Yogyakarta masih dilakukan dengan cara informal tanpa adanya rekrutmen terbuka. Proses rekrutmen selanjutnya bisa dilakukan dengan mempertimbangkan keterampilan yang dimiliki calon karyawan dan dibutuhkan untuk organisasi PSIM Yogyakarta. Karyawan yang terampil di bidangnya sangat penting bagi organisasi, khususnya PSIM Yogyakarta, yang diharapkan bisa disebarkan kepada karyawan lainnya. Rekrutmen ini bisa dilakukan khususnya ketika membutuhkan karyawan untuk divisi pemasaran. 74

5 8. PSIM Yogyakarta sudah sangat baik dengan sesekali waktu mengundang perwakilan suporter untuk mengikuti rapat internal organisasi. Sebagai pihak luar yang telah berkontribusi besar dalam memberikan dukungan dan pemasukan tim, suporter harus banyak dilibatkan dengan diberikan wadah untuk penyampaian saran, masukan, dan kritik membangun untuk kebaikan organisasi PSIM Yogyakarta. Selain itu, suporter juga terus dibina dan tidak henti-hentinya diberikan edukasi tentang dukungan yang diberikan agar dukungan sepenuhnya positif untuk tim dan tidak merugikan organisasi PSIM Yogyakarta secara keseluruhan. 5.3 Keterbatasan Penelitian dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah klub sepak bola yang bermain di kompetisi kasta kedua kompetisi di Indonesia. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memilih subjek penelitian dari klub sepak bola yang bermain di kasta tertinggi kompetisi di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan karena dari penelitian yang sudah dilakukan, terdapat kemungkinan adanya perbedaan karakteristik antara tim sepak bola yang bermain di kompetisi kasta kedua dan tim yang bermain di kompetisi tertinggi. Karakteristik tersebut dapat dilihat dari kondisi finansial, tata kelola organisasi, dan juga tujuan organisasi. Jika terdapat perbedaan karakteristik organisasi klub sepak bola, maka dapat diindikasikan adanya perbedaan penerapan manajemen pengetahuan di dalamnya. Dari perbedaan tersebut kemudian dapat dilakukan komparasi adanya perbedaan antara penerapan manajemen pengetahuan di dalam 75

6 klub yang tidak bermain di kompetisi tertinggi dan klub yang bermain di kompetisi tertinggi di Indonesia. Contoh klub sepak bola yang bisa diteliti selanjutnya adalah Persib Bandung, Arema Malang, Sriwijaya FC, Bali United, dan klub sepak bola lainnya yang bermain di kompetisi tertinggi di Indonesia. Selain itu, penelitian ini hanya berfokus pada permasalahan yang ada pada salah satu klub sepak bola, dalam hal ini adalah PSIM Yogyakarta. Penelitian selanjutnya yang bisa dilakukan adalah penelitian tentang penerapan manajemen pengetahuan dalam industri sepak bola dengan responden yang lebih banyak dari berbagai organisasi sepak bola di Indonesia. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan mengambil data responden di semua klub sepak bola yang bermain di kasta tertinggi kompetisi di Indonesia, operator penyelenggara kompetisi/liga, dan bisa juga di induk organisasi sepak bola Indonesia. 76

dokumen-dokumen yang mirip

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat nasional di Indonesia yang diselenggarakan PSSI. Galatama juga menjadi pioner berdirinya kompetisi semi-profesional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat nasional di Indonesia yang diselenggarakan PSSI. Galatama juga menjadi pioner berdirinya kompetisi semi-profesional dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 PENDAHULUAN PSSI mulai menggulirkan liga sepakbola Indonesia pertama kali pada tahun 1931 setelah terbentuk satu tahun sebelumnya, liga sepakbola nasional tersebut diberi nama Perserikatan.