BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH"

Transkripsi

1 3.1. Konsep Kemiskinan BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH Konsep atau definisi kemiskinan yang digunakan di Indonesia sesuai dengan konsep Badan Pusat Statistik adalah Kemiskinan Absolut yaitu kemiskinan yang ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti Pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan Pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum/ kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya dibawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin. Garis kemiskinan absolut, mampu membandingkan kemiskinan secara umum. Garis kemiskinan absolut sangat penting untuk menilai efek dari kebijakan penanggulangan kemiskinan antar waktu, atau memperkirakan dampak dari suatu program terhadap kemiskinan (misalnya, pemberian kredit usaha kecil). Angka kemiskinan akan dapat dibandingkan antara satu Negara dengan Negara lain, jika garis kemiskinan absolut yang digunakan sama di Negara yang dibandingkan. Bank dunia memerlukan garis kemiskinan absolut agar dapat membandingkan angka kemiskinan antar Negara. Hal ini bermanfaat dalam menentukan kemana menyalurkan sumber daya sosial atau dana yang ada, juga dalam menganalisis kemajuan dalam memerangi kemiskinan. Pemerintah Indonesia menggunakan ukuran pendapatan US $1 perkapita per hari sebagai garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya dibawah US$1 perkapita per hari dikatagorikan sebagai penduduk miskin. Tidak tercapainya standar hidup layak oleh seseorang dipengaruhi oleh faktorfaktor yang sifatnya multidimensi seperti tidak mencukupinya kualitas SDM, kurangnya kesempatan produktif dan tidak mencukupinya perlindungan social. Rendahnya kualitas SDM dipengaruhi oleh akses terhadap pendidikan, kesehatan dan pelayanan lainnya yang diselenggarakan pemerintah. Sementara kurangnya kesempatan produktif dipengaruhi oleh rendahnya kemampuan dan iklim wirausaha khususnya bagi Usaha Kecil dan Menengah (UMKM). Sementera perlindungan sosial yang cukup akan melindungi masyarakat dari guncangan sosial yang dapat menyebabkan seseorang jatuh kedalam kemiskinan ketika terjadi bencana, sakit ataupun krisis ekonomi. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan menyatakan bahwa program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi SPKD Prov. Kaltara,

2 mikro, kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi. Dengan demikian percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan strategi : 1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin; 2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin; 3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil; 4. Mensinergikan kebijakan program penanggulangan kemiskinan. Dalam operasionalnya strategi tersebut dilakukan dengan istrumen pendekatan kluster terdiri dari 4 klaster yaitu : 1. Program Penanggulangan Kemiskinan bersasaran Rumah Tangga atau Keluarga 2. Program Penanggulangan Kemiskinan bersasaran komunitas 3. Program Penanggulangan Kemiskinan bersasaran Usaha Mikro dan Kecil 4. Peningkatan dan Perluasan program Pro Rakyat Kondisi Umum Kemiskinan Daerah Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara (TKPK Prov. Kaltara) mendiskripsikan kondisi umum kemiskinan di Provinsi Kaltara mempedomani Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan yang dikembangkan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) sebagai berikut : 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin, Tingkat Kemiskinan dan Garis Kemiskinan Daerah Tabel 3.1. menunjukkan trend perkembangan jumlah penduduk miskin (jiwa) di Provinsi Kaltara tahun 2010 s/d 2015 fluktuatif. Sejak tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Kaltara berjumlah jiwa mengalami penurunan sebanyak jiwa pada tahun 2013 sehingga menjadi jiwa. Sedangkan di tahun 2014 jumlah penduduk miskin kembali meningkat jiwa sehingga menjadi jiwa dan di tahun 2015 mengalami penurunan sebesar jiwa sehingga menjadi jiwa. Pada tahun 2015 kontribusi jumlah penduduk miskin Kaltara terhadap jumlah penduduk miskin nasional sebesar 0,14% dari total jumlah penduduk miskin nasional sebanyak jiwa. SPKD Prov. Kaltara,

3 Tabel 3.2 dan grafik 3.1 menunjukkan trend positif turunnya perkembangan persentase jumlah penduduk miskin (%) di Provinsi Kaltara sejak tahun 2010 s/d 2015, sementara tren negatif untuk perkembangan persentase penduduk miskin nasional ditahun 2010 s/d 2015 fluktuatif. Capaian persentase penduduk miskin di Kaltara masih berada di bawah nasional yang berarti tidak bermasalah (telah ada upaya perbaikan) dari Pemerintah Provinsi Kaltara. Tabel 3.3 dan grafik 3.2. menunjukkan tren positif naik terhadap perkembangan garis kemiskinan di Provinsi Kaltara tahun 2010 s/d 2015 bahkan melampaui capaian nasional berarti tidak bermasalah. Akan tetapi jika disandingkan dengan harga sembako di Kaltara garis kemiskinan di Kaltara tersebut belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Hal ini disebabkan biaya distribusi sembako masih sangat mahal. Disinyalir diakibatkan oleh belum meratanya pembangunan infrastrukur jalan, jembatan dan moda transfortasi yang mumpuni. Terutama bagi penduduk di perbatasan negara, pedalaman, terpencil distribusi hanya mampu menggunakan longboat dan pesawat perintis yang kapasitas muatannya terbatas, sedangkan bagi penduduk di kepulauan juga hanya bisa menggunakan kapal motor terbatas daya angkutnya bahkan cenderung tidak memiliki pelabuhan. Untuk memenuhi kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako) bagi masyarakat di Kaltara sangat SPKD Prov. Kaltara,

4 tergantung distribusi barang dari Tawau Malaysia, karena lebih cepat, lebih murah dan kegiatan ini dari dahulu telah dilakukan oleh masyarakat lokal di Kaltara dibanding distribusi dari Surabaya dan Jakarta mobilisasinya masih sangat rendah dan ada kecenderungan harganya lebih mahal (inefisiensi). Disisi lain, kemampuan masyarakat Kaltara untuk memproduksi barang olahan sangat rendah, mereka hanya mampu memproduksi barang mentah saja yang dijual langsung melalui jalur laut ke Tawau, kemudian hasil olahan dari barang mentah dimaksud kembali diperdagangkan ke Kaltara menjadi bahan siap konsumsi. 2. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Tabel 3.4 menunjukkan perkembangan indeks kedalaman kemiskinan (P1) Kabupaten/Kota di Provinsi Kaltara tahun 2010 s/d 2014 trend fluktuatif, begitu juga trend rata-rata perkembangan P1 Provinsi Kaltara tahun 2010 s/d 2014 juga fluktuatif. Dibanding P1 nasional P1 Kaltara tahun masih lebih baik (telah ada upaya perbaikan terhadap P1 di Kaltara). 3. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Tabel 3.5 menunjukkan trend perkembangan indeks keparahan kemiskinan (P2) Kabupaten Kota di Provinsi Kaltara tahun 2010 s/d 2014 fluktuatif, begitu juga trend rata-rata perkembangan P2 Provinsi Kaltara tahun 2010 s/d 2014 fluktuatif. Dibanding P2 nasional, P2 Kaltara tahun masih lebih baik (telah ada upaya perbaikan terhadap P2 di Kaltara). 4. Jumlah Rumah Tangga (KK) dan Jumlah Individu (Jiwa) Menurut Status Kesejahteraan 40% Terendah Seluruh Indonesia (Fakir Miskin) Jumlah rumah tangga (KK) dan individu (jiwa) menurut status kesejahteraan di Provinsi Kaltara tahun 2015, total jumlah rumah tangga desil 1 s/d desil 4 sebanyak KK, sedangkan total jumlah individu SPKD Prov. Kaltara,

5 desil 1 s/d desil 4 sebanyak jiwa. Dari 5 kabupaten kota total jumlah rumah tangga desil 1 s/d desil 4 tertinggi terdapat di Kota Tarakan sebanyak KK begitu juga total jumlah individu desil 1 s/d desil 4 terdapatdi Kota Tarakan sebanyak jiwa, sedangkan Kabupaten Tana Tidung paling sedikit terdapat total jumlah rumah tangga desil 1 s/d desil 4 yaitu sebesar 692 KK dan total jumlah individu sebesar jiwa (Tabel 3.6). Untuk itu, diperlukan kebijakan untuk mengatasinya, diantaranya adalah prioritas pembangunan difokuskan untuk program kerja nyata yang bersentuhan langsung terhadap akselerasi kesejahteraan mereka terutama pada desil 1. Pada umumnya mereka tinggal di perdesaan yang belum terpenuhi kebutuhan dasarnya, dan sebagaian tinggal di perkotaan. 5. Jumlah Rumah Tangga (KK) dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan Tabel 3.7 menginformasikan grand total jumlah rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan menurut kelompok umur kepala rumah tangga dengan status kesejahteraan 40% terendah (Fakir Miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak KK terdiri dari usia dibawah 45 tahun 442 KK, usia tahun 724 KK, usia 60 tahun ke atas 345 KK. Sementara berdasarkan Kabupaten Kota di Kaltara jumlah rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan terbanyak terdapat di Kota Tarakan KK, dan yang terendah terdapat di Kabupaten Tana Tidung 101 KK. Fakir miskin ini perlu mendapatkan perhatian intens dan serius dari pemerintah terutama pemerintah daerah (provinsi termasuk kabupaten kota). Mereka ini sangat rentan terhadap kemiskinan, disisi lain, generasi (keturunan) mereka perlu juga mendapatkan perhatian lebih besar, agar bisa mampu menjadi generasi berdaya saing bahkan bisa menjadi pelopor pengerak kebangkitan fakir miskin di Kaltara. Salah satu upaya yang harus dilakukan pemerintah adalah memberikan porsi yang lebih besar melalui politik anggaran. Politik anggaran terlihat dari seberapa besar porsi APBD untuk mereka. Sedangkan bagi perusahaan yang berinvestasi di Kaltara, melalui CSRnya juga wajib untuk meringankan beban mereka. Keterlibatan langsung mereka secara masif, terencana, terukur dan bekelanjutan wajib diupayakan agar kesejahteraan mereka terwujud. Grand total jumlah individu menurut kelompok usia dan jenis kelamin dengan status kesejahteraan 40% terendah (Fakir Miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 berjumlah SPKD Prov. Kaltara,

6 jiwa (Tabel 3.8). Kota Tarakan terbanyak jumlah individu menurut kelompok usia dan jenis kelamin yaitu jiwa, sementara yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Tana Tidung jiwa. Jika dilihat berdasarkan klasifikasi usia ternyata jumlah individu usia tahun jumlahnya yang paling banyak yaitu jiwa yang merupakan usia produktif sedangkan yang paling sedikit pada usia dibawah 6 tahun jiwa yang merupakan generasi penerus bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah belum mampu menciptakan lapangan kerja dan kesempatan kerja produktif bagi penduduknya, sementara sumberdaya alam di Kaltara masih sangat melimpah. Untuk itu perlu kebijakan yang bisa mengakomodasi dan memfasilitasi terwujudnya percepatan pekerjaan yang berbasis sumber daya lokal. Diantaranya percepatan terwujudnya sektor pertanian dalam arti luas. Lahan tidur, baik milik masyarakat, milik pemerintah, milik investor melalui hak guna usaha (HGU) perlu segera dikembangkan menjadi lahan produktif berbasis kearifan lokal. Penduduk lokal perlu terus diupayakan agar bisa sinergi terhadap penduduk non lokal terutama untuk peningkatan etos kerja dalam memanfaatkan peluang kerja yang tersedia di Kaltara. Umumnya lapangan pekerjaan yang tersedia memerlukan skill, tenaga ekstra dan penuh tantangan, serta lapangan kerja yang tersedia sangat jauh dari fasilitas yang diharapkan oleh pekerja, karena terletak jauh dari pemukiman dan keramaian penduduk. Kemelimpahan sumberdaya perairan (umum dan laut) yang saat ini dieksploitasi sumberdaya hayati aquatiknya cenderung menurun bahkan ada sebagian menjadi langkah. Perairan di Kaltara hanya dimanfaatkan sebagai sarana transfortasi air dan air bersih saja, maka untuk itu, perlu lebih ditingkatkan lagi kemanfaatannya, misalnya sebagai sumber energi baru terbarukan yaitu memanfaatkan daerah aliran sungai dan arus gelombang laut. Di sepanjang kawasan pesisir Kaltara terbentang ratusan ribu hektar lahan pertambakan non produktif yang sebelumnya terkenal sebagai kawasan yang kaya sumberdaya hayati dan menjadi sumber utama pencaharian penduduk di Kaltara. Terkait hal tersebut, maka perlu ditata ulang kembali oleh agar bisa kembali SPKD Prov. Kaltara,

7 pulih sehingga produktivitasnya bisa meningkat dan kesejahteraan penduduk yang memanfaatkan sumberdaya dimaksud bisa hidup lebih sejahtera kembali. Tabel 3.8 menginformasikan grand total jumlah anak yang bersekolah dan tidak bersekolah menurut kelompok usia dengan status kesejahteraan 40% terendah (fakir miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 berjumlah jiwa terdiri dari jumlah anak yang bersekolah jiwa dan jumlah anak yang tidak bersekolah jiwa. Usia anak yang tidak bersekolah terbanyak terdapat pada usia tahun jiwa yang dikenal sebagai generasi emas penerus bangsa kelak. Mereka terpaksa berhenti sekolah atau tidak bersekolah karena turut serta menanggung penderitaan orang tuanya untuk mencari nafkah. Tindakan ini tentunya sangat tidak diinginkan oleh semua pihak. Keputusan yang mereka ambil hanyalah keputusan sepihak saja, karena sifatnya hanya sementara saja untuk dapat lepas dari kemiskinan yang terjadi didalam keluarganya. Minimal mereka tetap bekerja untuk mengurangi beban keluarga tanpa meninggalkan pendidikan formal (berhenti sekolah). Peningkatan pendidikan formal perlu dikaloborasi dengan pendidikan informal agar kemiskinan yang mereka alami segera terentaskan. Menerapkan sistem pendidikan bermutu yang mengakomodir budaya dan kearifan lokal perlu ditumbuhkembangkan dilingkungan dan kehidupan mereka. Proses kegiatan belajar mengajar yang menyesuaikan dengan aktifitas anak mereka yang bersekolah perlu didorong tanpa mengabaikan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Penerapan pendidikan sekolah yang sesuai dengan potensi kekayaan sumberdaya yang dimiliki daerah juga perlu didorong terwujud oleh pemerintah. Selain itu juga, pemerintah wajib mampu mengubah budaya dan pola kehidupan yang tidak produktif ke arah yang lebih baik lagi agar mereka lepas dari masalah yang mereka hadapi. Perubahan akan terjadi sesuai harapan apabila semua pihak melakukan peran sesuai tugas dan fungsinya masing-masing. Tabel 3.9 menginformasikan grand total jumlah anak yang bersekolah menurut tingkat pendidikan (Sekolah Dasar s/d Perguruan Tinggi) dan jenis kelamin dengan status kesejahteraan 40% terendah (Fakir Miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 berjumlah jiwa, terdiri dari pendidikan SD/SDLB/Paket A/MI sebanyak jiwa, SMP/SMPLB/Paket B/MTs jiwa, dan SMA/SMK/SMALB/Paket C/MA jiwa. Jumlah anak bersekolah jenjang pendidikan SPKD Prov. Kaltara,

8 SD/SDLB/Paket A/MI dan SMP/SMPLB/Paket B/M.Ts, jenis kelamin laki-laki lebih besar jumlahnya bersekolah dibanding jenis kelamin perempuan. Hal ini mengindikasikan bahwa anak perempuan usia 7-15 tidak bersekolah hanya untuk meringankan beban ekonomi keluarganya yaitu bekerja membantu ibunya dirumah. Bisa juga diindikasikan bahwa anak perempuan usia 7-15 tahun fakir miskin di Kaltara rentan terhadap pernikahan dini dan pengeksploitasian anak remaja putri. Sebagian besar mereka berpendapat bahwa pernikahan dini dianggap salah satu solusi untuk meringankan beban keluarga penduduk. Juga ada stigma yang mereka yakini, bahwa apabila remaja putri mereka lambat menikah berarti mereka gagal dalam mendidik anak-anaknya. Stigma ini harus bisa dicarikan solusi oleh pemerintah. Misalnya melibatkan secara langsung dan aktif remaja putri fakir miskin dalam program kegiatan produktif yang bisa meningkatkan kualitas dan skill mereka, diantaranya melalui kegiatan sosial kemasyarakatan dan pendekatan pengamalan nilai-nilai keagamaan ditempat-tempat rumah ibadah. Akan tetapi untuk jenjang pendidikan SMA/SMK/SMALB/Paket C/MA, jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan yang berjenis kelamin lakilaki yaitu anak sedangkan untuk siswa SMA/SMK/SMALB/Paket C/MA yang berjenis laki-laki hanya anak. Hal ini disebabkan karena rata-rata anak laki-laki yang telah lulus pada jenjang sekolah SMP/SLTP sederajat tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA/SMK sederajat karena tuntutan ekonomi, mereka sudah harus bekerja. Tabel 3.10 menginformasikan grand total jumlah individu penderita cacat menurut kelompok usia dan jenis kelamin dengan status kesejahteraan 40% terendah di Provinsi Kaltara tahun 2015, sebanyak jiwa, terdiri dari individu penderita cacat yang berusia di bawah 15 tahun berjenis kelamin perempuan 144 jiwa, individu penderita cacat yang berusia di bawah 15 tahun berjenis kelamin laki-laki 161 jiwa, individu penderita cacat yang berusia tahun berjenis kelamin perempuan 366 jiwa, individu penderita cacat yang berusia tahun berjenis kelamin laki-laki 567 jiwa, individu penderita cacat yang berusia tahun berjenis kelamin perempuan 164 jiwa, individu penderita cacat yang berusia tahun berjenis kelamin laki-laki 215 jiwa, individu penderita cacat yang berusia 60 tahun keatas berjenis kelamin perempuan 166 jiwa, SPKD Prov. Kaltara,

9 sedangkan individu penderita cacat yang berusia 60 tahun keatas berjenis kelamin lakilaki 31 jiwa. Tabel 3.11 menginformasikan grand total jumlah individu yang memiliki penyakit kronis menurut kelompok usia dengan status kesejahteraan 40% terendah Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak jiwa, terdiri dari individu yang memiliki penyakit kronis pada usia dibawah 15 tahun 344 jiwa, jumlah individu yang memiliki penyakit kronis diusia tahun 1943 jiwa, jumlah individu yang memiliki penyakit kronis diusia tahun 3218 jiwa, sedangkan jumlah individu yang memiliki penyakit kronis diusia 60 tahun ke atas 3074 jiwa. Jumlah individu yang memiliki penyakit kronis di tingkat Kabupaten/Kota jumlah terbanyak di Kota Tarakan jiwa, disusul Kabupaten Nunukan jiwa, Kabupaten Bulungan jiwa, Kabupaten Malinau jiwa dan Kabupaten Tana Tidung 305 jiwa. Fakir miskin penderita cacat dan penyakit kronis di Kaltara, wajib pemerintah asuransikan melalui Program Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dibayar langsung oleh pemerintah baik melalui APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota dan CSR atau LSM yang peduli terhadap mereka. Agar kesinambungan kesehatan mereka tetap terjaga sehingga mampu lepas dari kemiskinan. Tabel 3.12 menginformasikan jumlah individu yang bekerja menurut kelompok usia dengan status kesejahteraan 40% terendah (fakir miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak jiwa, terdiri dari jumlah individu yang bekerja usia 5 14 tahun 554 jiwa, jumlah individu yang bekerja usia tahun jiwa dan jumlah individu yang bekerja usia diatas 60 tahun jiwa. Sedangkan jumlah individu yang tidak bekerja menurut kelompok usia dengan status kesejahteraan 40% terendah Provinsi Kaltara Tahun 2015 sebanyak jiwa, terdiri dari jumlah individu yang tidak bekerja usia 5 14 tahun jiwa, jumlah individu yang bekerja usia tahun jiwa dan jumlah individu yang bekerja usia diatas 60 tahun jiwa. SPKD Prov. Kaltara,

10 Tabel 3.13 menginformasikan jumlah individu usia tahun yang bekerja menurut lapangan pekerjaan dengan status kesejahteraan 40% terendah (fakir miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak jiwa, terdiri dari pertanian tanaman padi dan palawija jiwa, hortikultura jiwa, perkebunan jiwa, perikanan tangkap jiwa, perikanan budidaya jiwa, peternakan 283 jiwa, kehutanan/pertanian lainnya jiwa, pertambangan/penggalian 893 jiwa, industri pengolahan jiwa, listrik dan gas 98 jiwa, bangunan/konstruksi jiwa, perdagangan jiwa, hotel dan rumah makan 640 jiwa, transfortasi dan pergudangan jiwa, informasi dan komunikasi 87 jiwa, keuangan dan asuransi 108 jiwa, jasa pendidikan, kesehatan, kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan jiwa, pemulung 76 jiwa dan lainnya jiwa. Dari lima kabupaten kota di Provinsi Kaltara, Kabupaten Nunukan terbesar jumlah individu usia tahun yang bekerja menurut lapangan pekerjaan dengan status kesejahteraan 40% yaitu jiwa, sedangkan terkecil terdapat di Kabupaten Tana Tidung 964 jiwa. Dari 19 item lapangan pekerjaan tersebut, pekerjaan pertanian tanaman padi dan palawija yang terbesar menyerap jumlah fakir miskin di Kaltara, yaitu terdapat di Kabupaten Malinau jiwa, sedangkan terkecil terdapat di Kabupaten Tana Tidung 151 jiwa. Sementara lapangan pekerjaan informasi dan komunikasi, serta keuangan dan asuransi di Kabupaten Tana Tidung tidak terdapat fakir miskin yang melakukan pekerjaan ini. Hal ini mengindikasikan bahwa fakir miskin di Kabupaten Tana Tidung belum tersentuh terkait pekerjaan tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan upaya strategis untuk mewujudkannya. Kedua pekerjaaan ini merupakan pekerjaan yang memerlukan perhatian khusus dan akan berdampak ke arah positif jika bisa segera diadobsi bagi fakir miskin khususnya di Kabupaten Tana Tidung. Melalui program kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota se- Kaltara wajib melibatkan mereka, agar mereka bisa memiliki daya saing, maju dan mandiri serta generasi mereka kelak akan tumbuh menjadi generasi penerus yang bisa berkontribusi nyata untuk kemajuan Kaltara kelak. Keberpihakan pemerintah akan terlihat nyata jika mereka mendapatkan porsi yang lebih besar untuk mendapatkan bantuan pendukung utama untuk kemajuan profesi pekerjaan yang mereka tekuni. Upaya signifikan dari pemerintah untuk mendorong mereka bisa lepas dari segala kekurangannya terus diperbaiki dan ditingkatkan lagi. Mereka juga perlu diberi SPKD Prov. Kaltara,

11 kesempatan dan peluang untuk berkarya di segala profesi pekerjaan yang ada di Kaltara sesuai dengan minat dan bakatnya. Tabel 3.14 menginformasikan jumlah kepala rumah tangga yang bekerja menurut lapangan pekerjaan dengan status kesejahteraan 40% terendah (fakir miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak KK, terdiri dari pertanian tanaman padi dan palawija KK, hortikultura KK, perkebunan KK, perikanan tangkap KK, perikanan budidaya KK, peternakan 165 KK, kehutanan/pertanian lainnya 719 KK, pertambangan/penggalian 438 KK, industri pengolahan 676 KK, listrik dan gas 47 KK, bangunan/konstruksi KK, perdagangan KK, hotel dan rumah makan 171 KK, transfortasi dan pergudangan KK, informasi dan komunikasi 28 KK, keuangan dan asuransi 28 KK, jasa pendidikan, kesehatan, kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan KK, pemulung 53 KK dan lainnya 844 KK. Dari lima Kabupaten Kota di Provinsi Kaltara, Kabupaten Nunukan terbesar jumlah kepala rumah tangga yang bekerja menurut lapangan pekerjaan dengan status kesejahteraan 40% yaitu KK, sedangkan terkecil terdapat Kabupaten Tana Tidung 525 KK. Dari 19 item lapangan pekerjaan tersebut, pekerjaan pertanian tanaman padi dan palawija yang terbesar menyerap jumlah kepala keluarga yang bekerja (fakir miskin) di Kaltara terdapat di Kabupaten Nunukan KK, sedangkan terkecil terdapat di Kabupaten Tana Tidung 84 KK. Sementara lapangan pekerjaan perikanan budidaya,hotel dan rumah makan, informasi dan komunikasi, serta keuangan dan asuransi di Kabupaten Tana Tidung tidak terdapat fakir miskin yang melakukan pekerjaan ini. Di Kabupaten Bulungan juga tidak terdapat kepala keluarga fakir miskin yang bekerja dilapangan pekerjaan informasi dan komunikasi, termasuk di Kabupaten Malinau tidak terdapat kepala keluarga fakir miskin yang bekerja sebagai pemulung. Salah satu indikator terjadinya ketimpangan pembangunan di Kaltara adalah kekayaan potensi sumberdaya daerah belum berkontribusi signifikan terhadap fakir miskin. Misalnya di Kabupaten Tana Tidung, seharusnya kepala keluarga fakir miskin didaerah SPKD Prov. Kaltara,

12 tersebut bisa hidup lebih sejahtera bahkan jumlah fakir miskin yang menekuni profesi ini juga meningkat, akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Bukankah hamparan pertambakan banyak terdapat di kawasan perairan Kabupaten Tana Tidung, bahkan luasan perairan umumnya juga sangat potensial untuk dikembangkan. Di sisi lain, Kabupaten Malinau terjadi perubahan paradigma untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan bagi penduduk fakir miskinnya, terlihat dari 19 item pekerjaan yang ada, pekerjaan yang lebih bermartabat dan memerlukan skill dan kemampuan lebih, bisa diadopsi dan menjadi pilar utama menopang pendapatan bagi penduduk fakir miskin di Malinau. Hal ini menunjukkan telah terjadi upaya percepatan perbaikan peningkatan kualitas dan kuantitas penduduk fakir miskin di daerah Kabupaten Malinau, dengan mengalokasikan anggaran belanja daerah lebih besar melalui program gerakan desa membangun (GERDEMA) yang dirasakan langsung oleh masyarakatnya. Untuk itu, ke depan arah kebijakan pembangunan daerah Provinsi Kaltara harus bisa mempercepat mengurangi jumlah kepala rumah tangga fakir miskin tersebut menjadi kenyataan dengan memprogramkan kegiatan yang langsung bersentuh terhadap fakir miskin dengan mempertimbangkan kemelimpahan potensi yang dimiliki Kaltara. Begitu juga di Kabupaten Nunukan, potensi daerah telah diupayakan untuk percepatan pengentasan kemiskinan. Hal ini terlihat profesi pertanian dalam arti luas sangat banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Kerja keras, ulet, dan cara pandang menjadi kunci utama keberhasilan pembangunan. Sedangkan di Kabupaten Bulungan, potensi daerah belum optimal dimanfaatkan terutama untuk kelurga miskin. Untuk itu, perlu didorong agar mereka bisa lebih optimal memanfaatkannya, agar dikemudian hari terjadi percepatan pengentasan kemiskinan di Kabupaten Bulungan. Tabel 3.15 menginformasikan jumlah total rumah tangga menurut status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati dengan status kesejahteraan 40% terendah (fakir miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak rumah tangga, terdiri dari jumlah rumah tangga yang tinggal di rumah milik sendiri rumah tangga, jumlah rumah tangga yang tinggal di rumah kontrak/sewa SPKD Prov. Kaltara,

13 rumah tangga, jumlah rumah tangga yang tinggal di perumahan bebas sewa rumah tangga dan jumlah yang tinggal di tempat lainnya 328 rumah tangga. Tabel 3.16 menginformasikan jumlah total rumah tangga menurut status penguasaan lahan tempat tinggal yang ditempati dengan status kesejahteraan 40% terendah (fakir miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak rumah tangga, terdiri dari milik sendiri rumah tangga, milik orang lain rumah tangga, tanah negara 736 dan 348 rumah tangga. Di Kota Tarakan paling banyak terdapat jumlah rumah tangga menurut status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati rumah tangga, sedangkan paling sedikit terdapat di Kabupaten Tana Tidung hanya 89 rumah tangga. Sedangkan jumlah total rumah tangga fakir miskin yang kontrak/sewa rumah tangga, paling banyak terdapat di Kota Tarakan rumah tangga, dan terkecil terdapat di Kabupaten Tana Tidung 5 rumah tangga. Fakir miskin di Provinsi Kaltara paling banyak menguasai lahan tempat tinggal milik orang lain sebanyak rumah tangga, disusul tanah negara 736 rumah tangga dan lainnya 348 rumah tangga. Di Kabupaten Nunukan paling banyak terdapat fakir miskin yang tidak memiliki pengusahaan lahan sendiri rumah tangga, sedangkan terkecil terdapat di Kabupaten Tana Tidung 12 rumah tangga. Bagi fakir miskin yang menguasai tanah negara dan lainnya sudah sepantasnya negera atau pemerintah memberikan sebidang tanah untuk pemukiman mereka, bagaimanapun juga mereka itu warga negara yang wajib diberikan kesejahteraan agar kelak tidak lagi menjadi beban negara/pemerintah. Pada prinsip mereka juga ingin berkontribusi lebih besar lagi untuk kemajuan daerah dan bangsa ini. Tabel 3.17 menginformasikan total jumlah rumah tangga menurut jenis lantai terluas dari tempat tinggal yang ditempati dengan status kesejahteraan 40% terendah (fakir miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak rumah tangga mencakup marmer/keramik/ubin rumah tangga, kayu/papan kualitas tinggi rumah tangga, semen/bata/tanah rumah tangga, bambu/kayu/papan kualitas rendah rumah tangga dan lainnya 27 rumah tangga. SPKD Prov. Kaltara,

14 Tabel 3.18 menginformasikan total jumlah rumah tangga menurut jenis dinding dari tempat tinggal yang ditempati dengan status kesejahteraan 40% terendah (fakir miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak rumah tangga mencakup tembok rumah tangga, plasteran anyaman 188 rumah tangga, kayu/bambu rumah dan lainnya 337 rumah tangga. Tabel 3.19 menginformasikan total jumlah rumah tangga menurut jenis atap dari tempat tinggal yang ditempati dengan status kesejahteraan 40% terendah (fakir miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak rumah tangga mencakup beton/genteng beton 37 rumah tangga, genteng 90 rumah tangga, asbes/seng rumah tangga, sirap/bambu/jerami 419 rumah tangga dan lainnya 64 rumah tangga. Tabel 3.20 menginformasikan total jumlah rumah tangga menurut sumber air minum dengan status kesejahteraan 40% terendah (fakir miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak rumah tangga mencakup air kemasan rumah tangga, air ledeng rumah tangga, sumber terlindung rumah tangga, dan sumber tidak terlindung rumah tangga. Khusus sumber air tidak terlindung perlu diupayakan terjadi perbaikan di kemudian hari. Sehingga jumlah rumah tangga fakir miskin di Kaltara dapat dieleminir. Tabel 3.21 menginformasikan total jumlah rumah tangga menurut sumber penerangan dengan status kesejahteraan 40% terendah (fakir miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak rumah tangga mencakup listrik PLN rumah tangga, listrik non PLN rumah tangga, dan tidak ada listrik rumah tangga. Khusus jumlah rumah tangga listrik non PLN dan tidak ada listrik perlu segera diupayakan agar mereka bisa menggunakan listrik PLN sehingga pengeluaran rumah tangga fakir miskin bisa ditekan. SPKD Prov. Kaltara,

15 Tabel 3.22 menginformasikan total jumlah rumah tangga menurut bahan bakar/energi utama untuk memasak dengan status kesejahteraan 40% terendah (fakir miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak rumah tangga mencakup listrik/gas rumah tangga, minyak tanah rumah tangga, briket/arang/kayu dan tidak memasak dirumah 92 rumah tangga. Khusus jumlah rumah tangga dengan menggunakan minyak tanah, perlu didorong segera diupayakan agar mereka bisa menggunakan listrik PLN sehingga pengeluaran rumah tangga fakir miskin bisa ditekan dan pengeluaran pembiayaan listriknya bisa dialokasikan ke arah yang lebih baik lagi terutama untuk pembiayaan pendidikan anak mereka. Tabel 3.23 menginformasikan total jumlah rumah tangga menurut fasilitas tempat buang air besar dengan status kesejahteraan 40% terendah (fakir miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak rumah tangga mencakup jamban sendiri rumah tangga, jamban bersama/umun rumah tangga, tidak ada (tidak memiliki jamban) rumah tangga. Untuk rumah tangga fakir miskin yang tidak memiliki jamban perlu segera diupayakan direalisasikan oleh Pemerintah khususnya. Tabel 3.24 menginformasikan total jumlah rumah tangga menurut tempat pembuangan akhir tinja dengan status kesejahteraan 40% terendah (fakir miskin) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak rumah tangga mencakup tangki/spal rumah tangga, lubang tanag rumah tangga, lainnya rumah tangga. Untuk rumah tangga fakir miskin yang menggunakan tempat pembuangan akhir tinja dengan menggunakan lubang tanah dan lainnya perlu segera diupayakan untuk segera direalisasikan oleh Pemerintah khususnya melalui program aksi kerja nyata pembuatan tangki/spal sebanyak unit di tahun mendatang, dengan melibat seluruh stakeholder yang peduli terhadap program pengentasan kemiskinan di Kaltara. Permasalahan yang dihadapi fakir miskin di Kaltara dimaksud tersebut, wajib dicarikan solusi oleh pemerintah, terlebih bagi. Diharapkan SPKD Prov. Kaltara,

16 pendanaan bisa melalui APBN, APBD dan CSR agar terjadi perubahan ke arah yang lebih baik lagi bagi penduduk miskin di Kaltara. Pemerintah harus memiliki komitmen kuat dan kepedulian tinggi terlihat dari perencanaan dan politik anggaran bisa mengintervensi masalah dimaksud. Program transmigrasi lokal wajib didorong dan diterapkan di Kaltara untuk mengatasinya, agar fakir miskin di Kaltara bisa memiliki lahan pertanian dalam arti luas, rumah layak huni dan sehat Analisis Kondisi Umum Kemiskinan Daerah 1. Analisis Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan Daerah a. Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Grafik 3.3. menunjukkan capaian posisi relatif jumlah penduduk miskin di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebanyak jiwa, sedangkan jumlah penduduk miskin nasional sebanyak jiwa. Berarti Provinsi Kaltara berkontribusi terhadap penduduk miskin nasional sebesar 0,14% saja. Umumnya kemiskinan di Kaltara disebabkan belum terbangunnya infrastruktur yang bersentuhan langsung terhadap penduduk miskin. Sangat memprihatikan, sementara pengeksploitasian sumberdaya alam di Kaltara sebagai modal dasar pembangunan nasional sangat besar tetapi belum simultan dan sinergis terhadap terbangunnya pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar terutama bagi penduduk yang bermukim di daerah perbatasan, pedalamanan, dan pulau terluar di Kaltara. b. Tingkat Kemiskinan (%) Grafik 3.4. menunjukan capaian posisi relatif persentase penduduk miskin (%) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebesar 10,78% berada dibawah capaian nasional sebesar 11,73%. Hal ini menunjukkan bahwa telah ada upaya perbaikan terhadap tingkat kemiskinan akan tetapi belum signifikan. c. Garis Kemiskinan (Rp) Grafik 3.5. menunjukkan capaian posisi relatif garis kemiskinan (Rp) di Provinsi Kaltara tahun 2015 sebesar Rp per kapita per bulan,- berada diatas capaian nasional sebesar Rp per kapita per bulan,- berarti telah berhasil untuk meningkatkan / memperbaiki garis kemiskinan di Kaltara. SPKD Prov. Kaltara,

17 d. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Dari grafik 3.6, grafik 3.7 dan grafik 3.8 masing-masing menunjukkan pencapaian posisi relatif indeks kedalaman kemiskinan (P1) Provinsi Kaltara tahun 2015 sebesar 0,70%, P1 kota sebesar 0,41% dan P1 desa sebesar 1,08% berada dibawah capaian P1 nasional 1,75%, P1 kota nasional1,29% dan P1 desa nasional 2,40%. Hal ini menunjukkan bahwa telah berhasil melakukan upaya perbaikan/pengurangan terhadap P1 di Kaltara. e. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P2) Dari grafik 3.9, grafik 3.10 dan grafik 3.11 masing-masing menunjukkan pencapaian posisi relatif indeks kedalaman kemiskinan (P2) Provinsi Kaltara tahun 2015 sebesar 0,17%, P2 kota sebesar 0,09% dan P2 desa sebesar 0,27% berada dibawah capaian P2 nasional 0,51%, P2 kota nasional 0,35% dan P2 desa nasional 0,67%. Hal ini menunjukkan bahwa telah berhasil melakukan upaya perbaikan/melakukan pengurangan terhadap P2 di Kaltara. 2. Analisis Perkembangan Antar Waktu a. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Tren capaian perkembangan jumlah penduduk miskin (jiwa) di Provinsi Kaltara fluktuatif. Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin selama 3 tahun mulai sebanyak jiwa akan tetapi naik kembali di tahun 2014 sebanyak jiwa sehingga menjadi jiwa, kemudian di tahun 2015 kembali turun sebanyak jiwa. Selama periode jumlah penduduk miskin Kaltara turun sebanyak jiwa. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagai DOB Provinsi Kaltara telah cukup mampu mengurangi jumlah penduduk miskin. Penduduk miskin wajib diberikan keterampilan dan dikembangkan kemampuannya dan program transmigrasi lokal akan terus digalakkan yang diarahkan SPKD Prov. Kaltara,

18 untuk memperkuat kedaulatan pangan di lahan pertanian produktif. Di Kaltara masih banyak lahan tidur (non produktif) yang belum terkelola dengan baik oleh pemerintah termasuk lahan yang dikuasai oleh investor, selain itu juga, masih terdapat sumberdaya perairan (umum dan laut) yang dikenal kaya dan melimpah yang saat ini produktivitas rendah yang dikelola oleh masyarakat melalui teknik perikanan budidaya perairan (tambak udang dan ikan bandeng) belum bisa meningkatkan kesejahteraan bagi pelakunya. Seiring dengan itu, pembudidaya rumput laut di perairan Bulungan, Tarakan dan Nunukan, produktivitas cenderung naik akan tetapi harga jual rumput laut belum menggembirakan (sangat rendah). Sumberdaya air di Kaltara selama ini paling dominan dimanfaatkan untuk sarana penghubung komunitas antar desa dan antar pulau, disebabkan akses jalan layak masih banyak belum terbangun, disisi lain hasil bumi (pertanian dalam arti luas) yang dihasilkan oleh rakyat miskin Kaltara tidak terdistribusi dengan baik ke konsumen akhir, sementara ongkos angkut hasil bumi jauh lebih mahal dibanding produktifitas yang mereka hasilkan. Kaltara saat ini sedang merencanakan pembangunan PLTA di Sungai Kayan Kecamatan Peso Kabupaten Bulungan, di Sungai Sembakung Kecamatan Sembakung Kabupaten Nunukan, dan di Sungai Mentarang Kecamatan Mentarang Kabupaten Malinau. Diharapkan dengan terbangunnya PLTA berkapasitas megawatt ini kelak, energi listrik murah bagi rakyat bisa segera terpenuhi, bahkan energi listrik tersebut bisa mengaliri seluruh Pulau Kalimantan termasuk bisa diekspor ke negeri tetangga (Malaysia dan Brunai Darussalam). Kemudian, rencana strategis untuk kegiatan pembangunan kedaulatan pangan bisa dipastikan lebih cepat terwujud, dimana saat ini Kaltara sedang menggeliat membangun perkebunan skala industri termasuk menetapkan kawasan food estate seluas ha untuk tanaman pangan yang terletak di Kecamatan Tanjung Palas Tengah dan Kecamatan Tanjung Palas, yang didukung oleh petani transmigran yang berasal dari Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Provinsi Jogjakarta. Dalam waktu yang bersamaan Pemerintah Provinsi Kaltara telah merencanakan pembangunan kawasan industri dan pelabuhan internasional (KIPI) di Kecamatan Tanah Kuning Kabupaten Bulungan sebagai konsekuensi ekselerasi tol laut di Kaltara. Jika ketiga hal ini segera terwujud, dapat dipastikan bisa Kaltara jauh lebih maju, bermartabat. Kemudahan yang diberikan untuk mendukung suksenya ketiga rencana dimaksud melalui penerapan pelayanan perijinan terpadu yang cepat, mudah, murah dan bermartabat. SPKD Prov. Kaltara,

19 Grafik 3.13 dan grafik 3.14 menunjukkan perbanding jumlah penduduk miskin kota terhadap desa di Provinsi Kaltara, ditahun 2015 penduduk miskin desa sebanyak jiwa lebih banyak dibanding desa yang hanya jiwa. Untuk mengantisipasi kesenjangan jumlah penduduk di Kaltara, telah melakukan peningkatan akses dan konektifitas serta telah merencanakan pembangunan jembatan bulan (Bulungan-Tarakan). Diharapkan melalui kegiatan ini distribusi barang dan jasa termasuk pemerataan penduduk di Kaltara bisa segera teratasi. b. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Daerah Tren capaian perkembangan tingkat kemiskinan (%) Provinsi Kaltara tahun termasuk Provinsi Kaltara 2015 fluktuatif dan ada kecenderungan menurun (telah ada upaya perbaikan terhadap tingkat kemiskinan) walaupun ditahun 2014 naik kembali (grafik 3.15). Pada tahun 2015 tingkat kemiskinan di Kaltara turun 0,10% dibanding capaian Provinsi Kaltara tahun 2014 sehingga menjadi 6.32%. Tren turunnya tingkat kemiskinan ini tidak terlepas dari kemampuan pemerintah daerah mengelola kemampuan fiskal daerah walaupun program kegiatan yang dilaksanakan belum menyentuh langsung terhadap penduduk miskin di Kaltara. Program kegiatan tersebut hanya baru difokuskan pada penambahan dan peningkatan infrastruktur dasar terutama jalan, jembatan, pembangunan tower untuk telekomunikasi dan subsidi ongkos angkut orang dan barang khususnya bagi penduduk yang berada di perbatasan negara yang sangat sulit diakses melalui transfortasi darat dan sungai. Grafik 3.16 menginformasikan tren capaian perkembangan tingkat kemiskinan kota (%) Provinsi Kaltim/Kaltara tahun fluktuatif walaupun masihada kecenderungan turun akan tetapi hal ini dapat dikatakan masih buruk (bermasalah). Capaian pada tahun 2011sebesar3,80% menjadi 3,82% di tahun 2011, akan tetapi di tahun 2012 menurun sebesar 0,11% sehingga menjadi 3,71%, kemudian naik lagi sebesar 0,27% pada tahun Capaian perkembangan tingkat kemiskinan kota Provinsi Kaltara di tahun 2015 menurun sebesar 0,31% dibanding capaian Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2014 sehingga menjadi 3,67%. SPKD Prov. Kaltara,

20 Capian ini tidak terlepas khususnya di Ibukota Provinsi Kaltara terlihat pembangunan infrastruktur jalan, jembatan dangedung perkantoran Pemerintahan Provinsi Kaltara di Tanjung Selor, termasuk pembangunan akomodasi dan fasilitas umum baik yang dibangun pemerintah provinsi maupun pengusaha (investor). Mengeliatnya pembangunan di sekitar kota Tanjung Selor mengindikasikan bahwa perekenomian Kaltara berpeluang besar menjadi pilar utama perekonomian di kabupaten kota di Kaltara kelak. Bahkan dengan mempercepat terwujudnya rencana pembangunan kota baru mandiri (KBM) di ibukota provinsi akan berdampak positif khususnya terhadap percepatan penurunan tingkat kemiskinan di Kaltara. Seiring terwujudnya KTM, Pemerintah Kabupaten Bulungan telah membentuk dewan presedium pemekaran DOB Kota Tanjung Selor, sehingga percepatan ibukota provinsi yang sebelumnya berada di kecamatan Tanjung Selor bisa segera terwujud menjadi Kota Tanjung Selor. Tren perkembangan tingkat kemiskinan desa (%) Provinsi Kaltim/Kaltara tahun berfluktuatif. Untuk capaian di tahun 2011 sebesar 11.26% turun sebesar 0,70% di tahun 2012 sehingga menjadi 9,90% akan tetapi di tahun 2014 meningkat sebesar 0.16% sehingga menjadi 10.06% (grafik 3.17). Sedangkan capaian tingkat kemiskinan desa untuk Provinsi Kaltara di tahun 2015 menurun sebesar 0,57% dibanding capaian Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2014 sehingga menjadi 9,49%. Capaian tersebut, mengindikasikan bahwa percepatan pembangunan yang digalakkan oleh mengintervensi pembangunan perdesaan menghasilkan pertumbuhan perekonomian sesuai harapan bersama. Akan tetapi capaian ini belum optimal, karena besarnya potensi alam di Kaltara belum termanfaatkan dan terdistribusi untuk kesejahteraan rakyat Kaltara. Sumberdaya yang ada harus tetap diarahkan untuk mempercepat gerakan membangun desa di Kaltara. Rakyat Kaltara harus bangkit membangun desa untuk Kaltara menjadi terdepan menuju pembangunan berkelanjutan yang pro terhadap pertumbuhan berkualitas terdapa penduduk miskin di perdesaan khususnya di perbatasan negara, pedalaman, terpencil dan pulau terluar, karena saat ini mereka sangat membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak terutama pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi Kaltara. c. Perkembangan Garis Kemiskinan Tren capain perkembangan garis kemiskinan (%) Provinsi Kaltim/Kaltara tahun ada kecenderungan membaik (tidak bermasalah). Begitu juga bagi Pemerintah Provinsi SPKD Prov. Kaltara,

21 Kaltara ada kecenderung naik garis kemiskinannya, dari sebelumnya tahun 2014 sebesar Rp di tahun 2015 meningkat sebesar Rp sehingga menjadi Rp (grafik 3.18). Hal ini menunjukkan telah cukup berhasil mengatasi garis kemiskinan di Kaltara. Akan tetapi peningkatan garis kemiskinan tersebut, belum seimbang dengan kenaikan harga sembako di Kaltara. Ada kecenderungan harga sembako di Kaltara jauh lebih mahal dibanding kenaikan garis kemiskinan. Kenaikan harga sembako disebabkan pendistribusian BBM yang belum merata yang mengakibatkan tingginya harga subsidi untuk mendistribusikan sembako hingga sampai ke masyarakat, selain itu juga harga BBM cenderung meningkat disebabkan belum meratanya pembangunan infrastruktur di Kaltara, terutama di kawasan perbatasan negara, pedalaman, terpencil dan pulau-pulau kecil. Grafik 3.19 dan grafik 3.20 menunjukkan kenaikan garis kemiskinan kota jauh lebih besar dibanding kenaikan garis kemiskinan desa di Provinsi Kaltara baik masih bergabung dengan Provinsi Kaltim ditahun maupun ditahun d. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Tren capaian perkembangan indeks kedalaman kemiskinan (P1) kota Provinsi Kaltim/Kaltara tahun telah ada upaya perbaikan (fluktuatif), namun masih buruk (bermasalah) karena di tahun 2013 mengalami kenaikan kembali sehingga menjadi 1,25%. Capaian P1 tahun 2015 sebesar 0,79% mengalami stagnan dibanding capaian di tahun 2014 yaitu sebesar 0,79%. Tren capaian perkembangan indeks kedalaman kemiskinan (P1) kota Provinsi Kaltara tahun telah ada upaya perbaikan (fluktuatif), namun masih buruk (bermasalah) karena di tahun 2013 meningkat sebesar 0,07% sehingga menjadi 0,80% dari sebelumnya ditahun 2013 hanya sebesar 0,73%. Akan tetapi capaian P1 kota di Kaltim/Kaltara kembali menurun sebesar 0,25% di tahun Capian P1 kota Provinsi Kaltara ditahun 2015 juga menurun kembali sebesar 0,14% dibanding capaian Kaltara ditahun 2014 sehingga menjadi 0,41%. Untuk di Kaltara diduga turunnya P1 kota disebabkan meningkatnya pembangunan infrastruktur perkotaan khususnya di ibukota Provinsi Kaltara khususnya Tanjung Selor sehingga dapat menyerap tenaga kerja di SPKD Prov. Kaltara,

22 sektor bangunan gedung perkantoran, jalan, jembatan dan pengembangan bandara Tanjung Harapan termasuk tenaga honorer di lingkung Pemerintahan Daerah Provinsi Kaltara dan terbukanya akses lapangan kerja jasa lainnya (akomodasi, rumah makan, transfortasi). Sementara di ibukota kabupaten kota se-kaltara juga telah mengeliat pembangunan infrastruktur dasar bagi masyarakat perkotaan termasuk di ibukota kecamatan kabupaten kotanya. Tren capaian perkembangan indeks kedalaman kemiskinan P1 desa Provinsi Kaltim/Kaltara tahun berfluktuatif karena di tahun 2013 meningkat dari 0,30% menjadi 0,59% di tahun 2013 tetapi ditahun 2014 turun sebesar 0,29% sehingga P1 desa menjadi 1,19% (telah ada upaya perbaikan). Untuk P1 desa Provinsi Kaltara ditahun 2015 naik cukup signifikan sebesar 0,85% dari 0,25% ditahun 2014 menjadi 1,08%. Hal ini mengindikasikan bahwa belum mampu memprogramkan kegiatan untuk menanggulangi kemiskinan desa walaupun percepatan pembangunan infrastruktur hingga sampai ke desa pedalaman, terpencil dan perbatasanuntuk membangkitkan kembali kedaulatan pangan perdesaan belum signifikan dirasakan oleh masyarakat desa terlebih lagi masyakat desa yang sangat sulit terjangkau moda transfortasi darat, yang saat ini hanya bisa dijangkau oleh pesawat perintis reguler bisnisyang saat ini telah disubsidi oleh baik barang maupun jasa orang perbatasan negara (grafik 3.23). Selain itu, keberlanjutan PNPM Mandiri Perdesaan yang notabene telah berubah menjadi program dana desa di Kaltara yang disalurkan melalui APBN ke kas kepala desa / kas daerah terlambat bahkan sebagian besar desa di Kaltara tidak bisa memanfaatkannya untuk kegiatan pembangunan desa, disebabkan kemampuan perangkat desa sangat minim, akibatnya perekonomian desa juga terhambat.untuk itu, politik anggaran lebih besar sangat dibutuhkan untuk meningkatkan dan mengembangkan infrastruktur desa di Kaltara agar kesenjangan dan ketimpangan pembangunan antar kota dan desa di Kaltara terselesaikan dengan tuntas serta menjadi daya ungkit perekonomian daerah. e. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Grafik 3.24 menginformasikan tren capaian perkembangan indeks keparahan kemiskinan P2(%) Provinsi Kaltim/Kaltara tahun berfluktuatif karena di tahun 2013 terjadi kenaikan dari 0,30% ditahun 2012 menjadi 0,59% pada tahun 2013, namun ditahun 2014 kembali menurun sebesar 0,29% sehingga menjadi 0,25. Tren capaian P2 Provinsi Kaltara juga menurun sebesar 0,08% SPKD Prov. Kaltara,

23 untuk tahun 2015 dibanding capaian Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2014 yang hanya sebesar 0,25% sehingga capaian P2 Provinsi Kaltara menjadi 0,18%. Tren capaian perkembangan indeks keparahan kemiskinan P2 kota (%) Provinsi Kaltara/Kaltim tahun berfluktuatif karena terjadi kenaikan kembali di tahun 2013 dari 0,22% menjadi 0,27% atau mengalami kenaikan sebesar 0,05% dibanding tahun 2013 yang hanya 0,22%, akan tetapi ditahun 2014 mengalami penurunan sebesar 0,08%dari 0,27% pada tahun 2013 sehingga menjadi 0,19%. Tren capaian P2 kotaprovinsi Kaltara juga mengalami penurunan sebesar 0,10% dibanding capaian P2 kota Provinsi Kaltim/Kaltara pada tahun 2014 sebesar 0,19% sehingga P2 kota Provinsi Kaltara menjadi 0,09% (grafik 3.25). Tren capaian perkembangan indeks keparahan kemiskinan P2 desa (%) Provinsi Kaltim/Kaltara berfluktuatif karena ditahun 2013 terjadi kenaikan sebesar 0,29% dari 0,30% untuk tahun 2012 sehingga menjadi 0,59%, namun ditahun 2014 turun kembali sebesar 0,29% sehingga menjadi 0,25%. Tren capaian P2 desa Provinsi Kaltara justru naik sebesar 0,02% dibanding capaian Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2014 sehingga P2 desa Provinsi Kaltara menjadi 0,27% (Grafik 3.26). Kenaikan P2 desa ini diduga pembangunan infrastruktur yang dipelopori di kawasan perdesaan hingga ke wilayah perbatasan negara tidak serta merta bisa mengakomodir penduduk miskin untuk turut serta aktif bekerja untuk membangun dan meningkatkan infrastruktur yang melewati permukiman mereka. Oleh sebab itu, kedepan kegiatan peningkatan infrastruktur tersebut harus bisa menyerap tenaga lokal perdesaan yang dikerjakan padat modal berkaloborasi terhadap padat karya, dengan terlebih dahulu pemerintah melatih dan mendidik penduduk miskin di perdesaan untuk bisa bekerja di sektor ini, sehingga mereka mempunyai penghasilan lebih selain bekerja sebagai petani, ladang, buruh, pekebun, nelayan atau profesi lainnya. 3. Analisis Efektifitas a. Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Grafik 3.27, 3.28 dan 3.29 menginformasikan tren efektifitas jumlah penduduk miskin (jiwa) Provinsi Kaltara menunjukkan cukup efektif dan SPKD Prov. Kaltara,

24 agak melambat walaupun di tahun 2013 mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan telah ada upaya perbaikan dan percepatan jumlah penduduk miskin. Tantangan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin menjadi perhatian khusus dilakukan Pemerintah Provinsi Kaltara. Melalui Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Provinsi Kaltara inilah kunci utama untuk mewujudkannya. Penguatan TKPKD perlu ditingkatkan untuk mengarahkan stakeholder mengurangi kemiskinan terutama SKPD di lingkungan dengan mewujudkan program kegiatan berbasis data terpadu yang telah di update oleh TNP2K bekerjasama dengan BPS Pusat. b. Tingkat Kemiskinan Tren pencapaian efektifitas tingkat kemiskinan (%) Provinsi Katim/Kaltara tahun menunjukkan ada percepatan perbaikan (cukup efektif) akan tetapi ditahun 2013 naik kembali dibanding tahun sebelumnya namun di tahun 2014 kembali menurun. Laju rata-rata penurunan tingkat kemiskinan dalam waktu periode 4 tahun 0,05% per tahun. Tingkat kemiskinan Provinsi Kaltara ditahun 2015 sebesar 6,32% lebih rendah sebesar 0,01% dibanding tingkat kemiskinan Provinsi Kaltim/Kaltara ditahun 2014 sebesar 6,42%. Laju rata-rata penurunan tingkat kemiskinan dalam lima tahun terakhir yang terjadi hanya 0,08% per tahun (grafik 3.30). Grafik 3.31 menginformasikan tren capaian efektifitas tingkat kemiskinan kota (%) Provinsi Kaltim/Kaltara mengalami kenaikan dari 3,80% ditahun 2011 menjadi 3,98% ditahun 2014 (tidak efektif), walaupun pada tahun 2013 terjadi penurunan sehingga menjadi 3,17. Laju rata-rata kenaikan tingkat kemiskinan kota dalam waktu 4 tahun sebesar 0,05%. Tingkat kemiskinan kota Provinsi Kaltara di bulan maret 2015 turun sebesar 0,31% sehingga menjadi 3,67%. Sehingga selama periode 5 tahun laju rata-rata penurunan tingkat kemiskinan kota Provinsi Kaltara hanya 0,03% per tahun. Grafik 3.32 menginformasikan tren efektifitas tingkat kemiskinan desa (%) Provinsi Kaltim/Kaltara menunjukkan penurunan yang cukup signifikan (cukup efektif). Penurunan terjadi paling baik di tahun 2013 dari 11,26% ditahun 2011 menjadi 9,9%, akan tetapi untuk tahun 2014 kembali naik sebesar 0,16% sehingga menjadi 10,06%. Laju rata-rata penurunan tingkat kemiskinan selama 4 tahun terakhir sebesar 0,30% per tahun. Untuk Provinsi Kaltara di bulan Maret 2015 tingkat kemiskinan desa SPKD Prov. Kaltara,

25 terjadi penurunan sebesar 0,57% dibanding tahun Sehingga laju rata-rata penurunan tingkat kemiskinan desa di Provinsi Kaltara selama 5 tahun terakhir hanya mencapai sebesar 0,24% per tahun. b. Garis Kemiskinan Grafik 3.33 menginformasikan tren efektifitas garis kemiskinan (Rp) Provinsi Kaltim/Kaltara menunjukkan perbaikan peningkatan garis kemiskinan yang melambat dan cukup efektif. Laju rata-rata kenaikan garis kemiskinan selama 4 tahun terakhir Provinsi Kaltim/Kaltara hanya sebesar Rp ,75 per kapita per bulan. Untuk Provinsi Kaltara ditahun 2015 garis kemiskinan naik sebesar Rp dari tahun 2014 yang hanya Rp per kapita per bulan sehingga menjadi Rp Adapun laju rata-rata kenaikangaris kemiskinan Provinsi Kaltara selama 5 tahun terakhir sebesar Rp ,8 per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan garis kemiskinan belum sesuai ekspektasi masyarakat umum. Dari grafik 3.34 dan grafik 3.45 menginformasikan bahwa kenaikan garis kemiskinan kota dan desa Provinsi Kaltara ditahun cenderung naik, akan tetapi perlu tetap dijaga kestabilan harga kebutuhan pokok serta tetap membantu secara langsung mereka, misalnya melalui sembako murah, sekolah gratis (pakaian, sepatu, buku tulis, buku cetak, dan transfortasi) agar generasi mereka bisa bangkit dan menjadi generasi gemilang kelak. Dengan kehadiran garis kemiskinan bisa lebih baik lagi untuk akselerasi peningkatan kesejahteraan penduduk miskin di Kaltara, karena pelayanan lebih dekat dibanding masih bergabung dengan Pemerintah Provinsi Kaltim. Dilain sisi, dengan harga kebutuhan pokok masyarakat juga cukup signifikan naik (mahal). Untuk itu, perlu terobosan yang bisa menekan pengeluaran bagi keluarga miskin di Kaltara, dan tetap berupaya maksimal untuk meningkatkan pendapatan mereka, agar mereka bisa lepas dari ancaman hidup miskin dan hidup derita sebagai akibat implikasi terus berkembang DOB Kaltara menuju terdepan sebagai provinsi perbatasan antar negara. SPKD Prov. Kaltara,

26 c. Indeks Kedalaman Kemiskinan P1 Grafik 3.36 menginformasikan tren efektifitas indeks kedalaman kemiskinan P1 (%) Provinsi Kaltim/Kaltara menunjukkan telah ada upaya perbaikan P1 akan tetapi juga terjadi kenaikan P1 ditahun 2013, dengan kata lain penurunan P1 agak lambat dan cukup efektif. Laju rata-rata penurunan P1 selama 4 tahun terakhir untuk Provinsi Kaltim/Kaltara hanya sebesar 0,28% per tahun. Untuk P1 Provinsi Kaltara ditahun 2015 terjadi penurunan sebesar 0,09% dibanding P1 Provinsi Kaltim/Kaltara untuk tahun 2014 sebesar 0,79%, sehingga P1 Provinsi Kaltara menjadi 0,70%. Adapun laju rata-rata turunnya P1 selama 5 tahun terakhir hanya sebesar 0,07% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Kaltara belum efektif/optimal untuk mengurangi indeks P1, sementara kemampuan untuk menurunkan P1 dengan melihat ketersediaan anggaran cukup mampu dilakukan oleh apabila program kegiatan yang telah disusun sesuai dengan database yang dikeluarkan oleh BPS Pusat dan TNP2K untuk mengintervensi kebijakan yang pro terhadap penurunan P1 di Kaltara. Grafik 3.37 menginformasikan tren efektifitas indeks kedalaman kemiskinan P1 kota (%) di Provinsi Kaltara/Kaltim 2011/2014 menunjukan telah ada upaya perbaikan. P1 kota yang agak lambat dan belum efektif (fluktuatif). Dalam kurun waktu P1 kota naik rata-rata sebesar 0,14% per tahun. Akan tetapi P1 kota turun kembali ditahun 2014 sehingga menjadi 0,55%. Untuk itu dalam kurun waktu 4 tahun laju rata-rata turun P1 desa hanya mencapai 0,03% per tahun. Untuk P1 kota Provinsi Kaltara ditahun 2015 hanya mampu mencapai 0,52% sehingga terjadi penurunan P1 kota sebesar 0,14% dibanding capaian P1 kota Provinsi Kaltim/Kaltara ditahun Adapun laju rata-rata turun P1 kota selama 5 tahun terakhir sebesar 0,05% per tahun. Lambatnya penurunan P1 kota diduga disebabkan oleh migrasinya penduduk dari luar Kaltara ke Kaltara termasuk penduduk desa yang ada di Kaltara. Namun sangat disayangkan, mereka kurang atau bahkan tidak memiliki skill dan diperparah lagi tingkat pendidikan mereka juga minim. Selain bermigrasi ke ibukota provinsi, mereka juga bermigrasi ke ibukota kabupaten kota di Kaltara terutama ke Tarakan dan Nunukan. Juga sering terjadi penduduk bermigrasi ke negara tetangga (Malaysia) baik legal maupun ilegal yang pada umumnya bukan penduduk Kaltara, melalui Kota Tarakan dan Nunukan bekerja sebagai TKI/TKW (buruh bangunan, buruh kebun, buruh kapal penangkapan ikan/abk, pembantu rumah tangga, dan lain-lain). Sementara di lokasi areal perkebunan dan SPKD Prov. Kaltara,

27 daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang ada di Kaltara menjadi primadona investor Malaysia berinvestasi di Kaltara. Hal ini perlu, disikapi bersama agar kedepannya kedaulatan pangan yang digarap negeri tetangga di Kaltara, bisa kita kembalikan ke Kaltara, agar rakyat Kaltara segera bisa hidup layak dan bermartabat. Kebijakan untuk percepatan kedaulatan energi terbarukan paralel terhadap kebijakan percepatan kedaulatan pangan dan pemanfaatan migas untuk ketersediaan pupuk anorganik di Kaltara, sehingga Kaltara jadi pusat agrobisnis dan industri berkelanjutan bisa segera terwujud. Grafik 3.38 menginformasikan tren efektifitas indeks kedalaman kemiskinan P1 desa (%) di Provinsi Kaltim/Kaltara menunjukkan telah ada upaya perbaikan P1 desa yang melambat dan belum efektif (fluktuatif). Telah terjadi kenaikan P1 desa selama 3 tahun dari tahun dengan laju kenaikan ratarata P1 desa sebesar 0,21% per tahun. Akantetapi ditahun 2014 P1 desa turun sebesar 0,79% dari 1,98 untuk tahun 2013 menjadi 1,19%. Laju rata-rata penurunan P1 desa selama 4 tahun terakhir untuk Provinsi Kaltim/Kaltara hanya sebesar 0,04% per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan di kawasan perdesaan belum tersentuh dengan baik terutama peningkatan pembangunan infrastruktur dasar apalagi peningkatan kualitas sumberdaya masyarakat desa di Kaltim/Kaltara. Untuk P1 desa Provinsi Kaltara hanya mampu turun sebesar 0,05% saja dibanding capaian P1 desa Provinsi Kaltim/Kaltara untuk tahun 2014 sebesar 1,19%, sehingga P1 desa Provinsi Kaltara menjadi 1,14%. Adapun laju rata-rata penurunan P1 selama 5 tahun terakhir hanya sebesar 0,04% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Kaltara belum efektif/optimal untuk mengurangi indeks P1 desa. Pengembangan dan peningkatan kawasan perdesaan di Kaltara sangat potensial lagi menguntungkan untuk Kaltara kedepan. Diharapkan melalui pengelolaan perdesaan yang produktif berkelanjutan akan memberikan kontribusi terhadap devisa negara terutama dalam hal ekspansi PAD Kaltara. Saat ini, pengelolaan kawasan perdesaan Kaltara belum dikelola dengan baik dan benar, sehingga kawasan perdesaan menjadi tantangan tersendiri bagi Provinsi Kaltara berkaloborasi dengan4 Kabupaten (Bulungan, Nunukan, Malinau dan Tana Tidung) di Kaltara untuk merubahnya. Pengelolaan pengembangan dan peningkatan kawasan perdesaan terutama diperbatasan negara wajib diarahkan untuk percepatan terwujudnya kedaulatan negara Indonesia. Karena di kawasan ini, belum pantas dikatakan layak berkembang, maju, modern dan bermartabat jika paradigma untuk membangun Kaltara belum berubah kearah yang lebih baik. Untuk itu, kemampuan fiskal wajid diarahkan untuk terciptanya peradaban berkemajuan sebagai implementasi SPKD Prov. Kaltara,

28 tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia di Kaltara melalui intervensi gerakan desa membangun yang berarti membangun kedaulatan dan martabat Indonesia di Kaltara segera terwujud. d. Indeks Keparahan Kemiskinan P2 Grafik 3.39 menginformasikan tren efektifitas indeks keparahan kemiskinan P2 (%) Provinsi Kaltim/Kaltara menunjukkan berfluktuatif. Upaya penurunan P2 cenderung lambat, dan belum efektifserta belum tepat sasaran. Hal ini terlihatditahun terjadi kenaikan P2 rata-rata 0,10% per tahun.akan tetapi ditahun 2014 turun sebesar 0,29% dari 0,59% untuk tahun 2013 menjadi 0,25%. Turunnya P2 Provinsi Kaltim/Kaltara yang terjadi cenderung melambat, bahkan cenderung stagnan (belum efektif). Laju ratarata penurunan P2 selama 4 tahun terakhir untuk Provinsi Kaltim/Kaltara hanya mampu sebesar 0,01% per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa geliatnya pembangunan yang telah dilaksanakan Pemerintah ProvinsiKaltim/Kaltara belum menyentuhmampu mengurangu P2 di Kaltim/Kaltara. Diduga program kegiatan untuk pengurangan P2 Kaltim/Kaltara belum tersusun dengan baik serta intervensi yang dilakukan hanya mampu menyerap sebagian kecil saja P2 (program kegiatan yang dilaksanakan hanya berupa keinginan belum kebutuhan). Untuk capaian P2 di Provinsi Kaltara ditahun 2015 hanya mampu turun sebesar 0,08% saja dibanding capaian P2 Provinsi Kaltim/Kaltara untuk tahun 2014 yang mencapai sebesar 0,25%, sehingga P2 Provinsi Kaltara menjadi 0,17%. Adapun laju rata-rata penurunan P2 Provinsi Kaltim/Kaltara selama 5 tahun terakhir hanya sebesar 0,024% per tahun. Grafik 3.40 menginformasikan tren efektifitas indeks keparahan kemiskinan P2 kota (%) Provinsi Kaltim/Kaltara belum efektif. Karena terjadi kenaikan P2 selama 3 tahun dari tahun dengan laju kenaikan rata-rata 0,03% per tahun walaupun ditahun 2014 turun sebesar 0,08% dari 0,27% untuk tahun 2013 menjadi 0,19% (belum efektif). Penurunan P2 yang terjadi cenderung melambat, bahkan ada kecenderungan stagnan. Laju rata-rata penurunan P2 selama 4 tahun terakhir untuk Provinsi Kaltim/Kaltara 0% per tahun (stagnan). Hal ini mengindikasikan tidak terjadi perubahan P2 kota di Kaltim/Kaltara, yang ada kecenderungan P2 kota semakin meningkat berarti program kegiatan yang dilaksanakan pemerintah provinsi tidak tepat sasaran dan tepat manfaat. Walaupun terjadi penurunan rasio gini Provinsi Kaltim/Kaltara ditahun 2014 sebesar 0,02% dibanding capaian ditahun 2013 dari 0,37% menjadi 0,35%, diduga program kegiatan yang SPKD Prov. Kaltara,

29 dilakukan oleh pemerintah ada kecenderungan ditahun yang sama hanya akan menambah naiknya P2 di Kaltim/Kaltara diakibatkan sulitnya mendapatkan penghasilan yang layak dan semakin tingginya pengeluaran P2. Disisi lain, jumlah orang kaya di Provinsi Kaltim/Kaltara cenderung naik. Hal ini perlu diantisipasi, agar tidak terus terjadi, melalui intervensi yang pro terhadap perlindungan dan peningkatan kualitas P2 kota di Kaltim/Kaltara. Kemampuan fiskal daerah wajib diarahkan untuk peningkatan dan perluasan kesejahteraan P2 kota. Jika tidak, maka P2 kota akan menjadi beban pemerintah kelak. Yang bisa dilakukan dalam jangka pendek adalah intervensi anggaran berkecukupan untuk mengurangi P2, misalnya memberikan anggaran sesuai kebutuhan dan terwujudnya tenaga kerja terampil yang berkualitas, serta peningkatan dan perluasan infrastruktur ke kawasan perdesaan yang notabene kampung halaman bagi P2 kota. Keterbatasan infrastruktur dasar menyebabkan jumlah P2 kota terpaksa meninggalkan kampung halaman menuju ke kota untuk mengubah penghidupannya, sementara lahan pertanian mereka terbengkalai (terabaikan). Pemerintah Provinsi Kaltara wajib segera mempercepat terwujudnya pemenuhanan kebutuhan infrastruktur dasar P2 kota dan mempercepat terjadi penguatan kedaulatan pangan di kawasan perdesaan di Kaltara agar mereka sadar untuk kembali ke kampung halaman untuk menjadi pionir pembangunan di kawasan perdesaan Kaltara yang sejahtera, maju dan bermartabat. Grafik 3.41 menginformasikan tren efektifitas indeks keparahan kemiskinan P2 desa (%) Provinsi Kaltim/Kaltara menunjukkan belum ada upaya perbaikan P2 karena terjadi kenaikan P2 selama 3 tahun dari tahun dengan laju kenaikan rata-rata 0,10% per tahun walaupun ditahun 2014 turun sebesar 0,34% dari 0,59% untuk tahun 2013 menjadi 0,25% (belum efektif). Penurunan P2 yang terjadi cenderung sangat melambat, bahkan ada kecenderungan stagnan. Dalam kurun waktu 4 tahun laju rata-rata penurunan P2 desa hanya 0,01% per tahun. Hal ini mengindikasikan P2 desa belum tersentuh alokasi anggaran yang mereka butuhkan, bahkan ada kecenderungan program kegiatan yang dilaksanakan Provinsi Kaltim/Kaltara tidak mereka nikmati. Selain itu, di kawasan permukiman penduduk perdesaan belum tersentuh kegiatan pembangunan infstruktur dasar, walaupun ada kecenderingan terjadinya peningkatan kualitas sumberdaya manusia di desa, tanpa intervensi anggaran berkecukupan P2 desa sangat sulit terjadi peningkatan. P2 desa di Provinsi Kaltara ditahun 2015 naik sebesar 0,02% dibanding P2 desa di Provinsi Kaltim/Kaltara di tahun 2014 dari 0,25% menjadi 0,27%. Laju rata-rata penurunan P2 selama 5 tahun terakhir sebesar 0,004% per tahun. Hal ini SPKD Prov. Kaltara,

30 mengindikasikan belum terjadi perbaikan P2 desa yang dilakukan oleh Provinsi Kaltara. Intervensi kebijakan yang lebih pro terhadap penurunan P2 desa wajib dilakukan oleh, diantaranya peningkatan perekonomian di kawasan perdesaan dan pelayanan publik yang mudah, cepat dan berkarakter, sehingga penduduk desa yang akan bermigrasi ke ibukota provinsi dan ibukota kabupaten dan kota temasuk bermigrasi ke luar Kaltara bisa dieleminir. 4. Analisis Relevansi Analisis relevansi deskripsikan kesesuaian perkembangan kondisi kemiskinan daerah terhadap Nasional. a. Jumlah Kemiskinan Grafik 3.42 menginformasikan tren relevansi jumlah kemiskinan (jiwa) Provinsi Kaltara terhadap nasional tahun ada kecenderungan cukup relevan, namun ditahun 2015 capaian nasional cenderung naik jumlah penduduk miskin sebesar jiwa dari sebelumnya ditahun 2014 hanya jiwa sehingga menjadi jiwa. Sedangkan capaian Provinsi Kaltara ditahun 2015 turun sebesar jiwa dari jiwa ditahun 2014 menjadi jiwa. Kenaikan jumlah penduduk miskin kota nasional tahun lebih rendah dibanding kenaikan jumlah penduduk nasional desa termasuk yang terjadi di Provinsi Kaltara (grafik 3.43 dan grafik 3.44). b. Tingkat Kemiskinan Grafik 3.45 menginformasikan tren pencapaian relevansi tingkat kemiskinan (%) di Provinsi Kaltara terhadap nasioanl tahun cenderung cukup relevan, dan berada dibawah tren capaian nasional. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan Provinsi Kaltara masih lebih baik dibanding nasional. Tren capaian penurunan tingkat kemiskinan Provinsi Kaltara sangat lambat akan tetapi masih jauh lebih baik dibanding capaian nasional.terlihat laju rata-rata penurunan tingkat kemiskinan Provinsi Kaltara selama 5 tahun terakhir hanya mampu 0,008% per tahun sedangkan laju rata-rata penurunan tingkat kemiskinan nasional sebesar 0,246% per tahun. SPKD Prov. Kaltara,

31 Grafik 3.46 menunjukkan tren penurunan tingkat kemiskinan kota di Provinsi Kaltara dari tahun berfluktuatif, ditahun 2012 dan 2014 naik, sedangkan ditahun 2013 dan 2015 turun kembali, dengan laju rata-rata penurunan tingkat kemiskinan kota Provinsi Kaltara sebesar 0,026% per tahun,sedangkan di tingkat nasional dengan laju rata-rata turun sebesar 0,174% per tahun.relevansi pencapaian penurunan tingkat kemiskinan kota Provinsi Kaltara terhadap nasional cukup relevan dan masih berada dibawah capaian nasional, yang berarti telah ada upaya perbaikan terhadap tingkat kemiskinan kota di Kaltara. Grafik 3.47 menunjukkan tren penurunan tingkat kemiskinan desa di Provinsi Kaltara dari tahun berfluktuatif, ditahun 2014 naik, sedangkan untuk tahun dan 2015 turun kembali, dengan laju rata-rata penurunan tingkat kemiskinan desa Provinsi Kaltara sebesar 0,354% per tahun, sedangkan di tingkat nasional dengan laju rata-rata turun sebesar 0,300% per tahun. Relevansi pencapaian penurunan tingkat kemiskinan kota Provinsi Kaltara terhadap nasional cukup relevan dan masih berada dibawah capaian nasional, yang berarti telah ada upaya perbaikan terhadap tingkat kemiskinan desa di Kaltara. c. Garis Kemiskinan Grafik 3.48 menginformasikan tren pencapaian relevansi garis kemiskinan (Rp) Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasioanl tahun dan Provinsi Kaltara terhadap nasional tahun 2015 relevan, dan berada diatas tren capaian nasional berarti tidak bermasalah, akan tetapi perlu ditingkatkan lagi, karena harga sembako di Kaltara terpengaruh inflasi dan cenderung sangat mahal. Bahkan stocknya cenderung terbatas, karena dipengaruhi oleh belum lancarnya distribusi barang/jasa. Oleh sebab itu, penduduk miskin di Kaltara dengan garis kemiskinan Rp per bulan tersebut, berupaya keras untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Apalagi penduduk miskin yang bermukim jauh dari ibukota kabupaten dan ibu kota kecamatan, tentulah lebih kesulitan lagi memenuhi kebutuhan hidupnya. SPKD Prov. Kaltara,

32 Tren capaian kenaikangaris kemiskinan Provinsi Kaltara sangat lambat akan tetapi masih jauh lebih baik dibanding capaian nasional, dengan laju rata-rata capaian kenaikan garis kemiskinan Provinsi Kaltara selama 5 tahun terakhir sebesar Rp ,8 per kapita per bulanlebih besar dibanding laju rata-rata capaian kenaikan garis kemiskinan nasional yang hanyarp ,028 per kapita per bulan. Terlihat relevansi kenaikan garis kemiskinan kota Provinsi Kaltara terhadap nasional tahun cukup relevan, dengan laju rata-rata kenaikan sebesar Rp ,33 per kapita per bulan untuk Provinsi Kaltara lebih kecil dibanding laju rata-rata nasional Rp ,33 per kapita per bulan (grafik 3.49). Terlihat relevansi kenaikan garis kemiskinan desa Provinsi Kaltara terhadap nasional tahun relevan, dengan laju rata-rata kenaikan sebesar Rp ,67 per kapita per bulan lebih besar dibanding laju rata-rata kenaikan nasional yang hanya sebesar Rp per kapita per bulan (grafik 3.50). d. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Grafik 3.51 menginformasikan tren pencapaian relevansi indeks kedalaman kemiskinan (P1) Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasional tahun dan tren pencapaian P1 Provinsi Kaltara terhadap nasional tahun 2015 cenderung relevan dan masih berada dibawah tren capaian nasional berarti telah ada perubahan/perbaikan terhadap P1 tetapi turunnya agak melambat dan cenderung stagnan. Hal ini menunjukkan intervensi anggaran Provinsi Kaltim/Kaltara ditahun dan intervensi anggaran Provinsi Kaltara ditahun 2015 ada kecenderungan terpengaruh oleh anggaran nasional. Akan tetapi ditahun 2015 telah cukup berhasil menurunkan 0,09% P1 dibanding nasional P1 naik sebesar 0,09%, dimana ditahun 2014 P1 nasional 1,75% naik menjadi 1,84%. Ini membuktikan bahwa dalam kegiatan pembangunan se-kaltara telah mampu melakukan gerakan perubahanuntuk akselerasi peningkatan kesejahteraan rakyat walaupun pembangunan yang dilaksanakan belum menyentuh secara langsung penduduk miskin (fakir miskin) di Kaltara. Pencapaian relevansi P1 Provinsi Kaltara dalam 5 tahun terakhir laju rata-rata penurunan P1sebesar 0,20% lebih tinggi sebesar 0,152% dibanding capaian nasional 0,048%. SPKD Prov. Kaltara,

33 Grafik 3.52 menginformasikan tren pencapaian relevansi indeks kedalaman kemiskinan (P1) kota Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasional tahun cukup relevan dantren pencapaian P1 kota Provinsi Kaltara tahun 2015 juga demikian tetapi pencapaian tren ini sangat lambat. Kedua tren ini juga masih berada dibawah tren capaian nasional berarti telah ada upaya perbaikan P1 kota di Kaltara. Ternyata pencapaian relevansi P1 kota di Provinsi Kaltara dalam 5 tahun terakhir laju rata-rata turunnnya hanya mampu 0,05% per tahunsaja masih lebih baik dibanding nasional dengan laju rata-rata P1 kota hanya sebesar 0,046% per tahun, atau P1 kota Provinsi Kaltara unggul 0,04% per tahun. Grafik 3.53 menginformasikan tren pencapaian relevansi indeks kedalaman kemiskinan (P1)desa Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasional tahun cukup relevan termasuk relevansi capaian Provinsi Kaltara tahun 2015 terhadap nasionaljuga agak relevan dan masih berada dibawah tren capaian nasional berarti lebih baik (telah ada perubahan). Laju rata-rata pencapaian relevansi P1 desa Provinsi Kaltara dalam 5 tahun terakhir naiknya lebih lambat dibanding laju rata-rata pencapaian nasional yaitu hanya 0,158% per tahun berbanding 0,340% per tahun. Hal ini disebabkan karena perubahan nomenklatur kementerian dan lembaga ditahun 2014, sehingga harmonisasi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk eksekusi anggaran yang telah tersedia. Bahkan dapat dikatakan kegiatan pembangunan di kawasan perdesaan cenderung tidak berjalan sebagaimana mestinya, ditambah lagi kemampuan perangkat desa di Kaltara masih sangat minim. e. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Grafik 3.54 menginformasikan tren pencapaian relevansi indeks keparahan kemiskinan P2 (%)Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasional tahun tidak relevan termasuk pencapaian relevansi indeks keparahan kemiskinan P2 (%) Provinsi Kaltara tahun 2015 terhadap nasionaljuga belum relevan terlihat ditahun 2013 P2 Provinsi Kaltim/Kaltara naik sebesar 0,29% dari 0,30% ditahun 2012 menjadi 0,59%, sedangkan P2 nasional justru turun sebesar 0,01% dari 0,49% ditahun 2012 menjadi 0,48% untuk tahun 2013.Begitu juga pencapaian P2 nasional naik sebesar 0,07% dari 0,44% ditahun 2014 menjadi 0,51% ditahun 2015 berarti bermasalah (upaya perbaikan belum berhasil), sementara di periode yang sama P2 Provinsi Kaltara turun sebesar 0,08% dari 0,25% ditahun 2014 menjadi 0,17% ditahun SPKD Prov. Kaltara,

34 2015 berarti upaya perbaikan P2 berhasil dilaksanakan. Pencapaian P2 Provinsi Kaltara ditahun 2015 berada dibawah capaian nasional dengan tingkat selisih capaian sebesar 0,34%, juga dapat terlihat dari tingkat pencapaian relevansi P2 Provinsi Kaltara dalam 5 tahun terakhir dengan laju rata-rata penurunan P2 sebesar 0,024% per tahun, sedangkan laju rata-rata penurunan P2 capaian nasional hanya sebesar 0,008% per tahun. Hal ini menunjukkan pencapaian P2 Provinsi Kaltara jauh lebih baik dibanding pencapaian P2 nasional untuk tahun Grafik 3.55 menginformasikan tren pencapaian relevansi indeks keparahan kemiskinan P2 Kota (%) Provinsi Kaltara terhadap nasional tahun cukup relevan dan tren pencapaian relevansi indeks keparahan kemiskinan P2 Kota (%) Provinsi Kaltara juga demikian. Dari grafik dapat terlihat pencapaian dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan secara signifikan dimana dari tahun 2011 tingkat keparahan kemiskinan sebesar 0.19 % turun sebesar 0.1 % di tahun 2015 dengan capaian 0.09 %. Jika dibandingkan dengan capaian nasional, Provinsi Kaltara masih jauh lebih baik 0.6 % dimana capaian nasional selama lima tahun terakhir hanya mampu menurunkan 0.04 % indeks keparahan kemiskinan P2 kota. Grafik 3.56 menginformasikan tren pencapaian relevansi indeks keparahan kemiskinan P2 desa (%) Provinsi Kaltara terhadap nasional tidak relevan, sedangkan relevansi capaian Provinsi Kaltara tahun 2015 terhadap nasional agak relevan dan masih berada dibawah tren capaian nasional berarti agak lebih baik (telah ada perubahan). Laju rata-rata pencapaian relevansi P2 desa Provinsi Kaltara dalam 5 tahun terakhir naiknya lebih lambat yaitu 0,004% pertahun sedangkan laju rata-rata pencapaian nasional 0,006% per tahun. SPKD Prov. Kaltara,

35 5. Analisis Keterkaitan Tingkat Kemiskinan Daerah Tabel 3.25 menginformasikan analisis keterkaitan dilakukan untuk mengetahui apakah 4 (empat) indikator utama kemiskinan ada keterkaitan dengan 4 (empat) perspektif, sehingga dapat diketahui penyebab masalah kemiskinan di Provinsi Kaltara. Tabel Analisis Keterkaitan Indikator Kemiskinan Terhadap Empat Perspektif di Provinsi Kaltara, tahun SPKD Prov. Kaltara,

BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH

BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH 3.1. Kondisi Umum Kemiskinan Daerah BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH Berhubung data pilih antara Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) dan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) belum dilakukan secara nasional

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN Prioritas intervensi kebijakan ditentukan dengan menganalisis determinan kemiskinan atau masalah pokok kemiskinan dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB VIII MONITORING DAN EVALUASI

BAB VIII MONITORING DAN EVALUASI BAB VIII MONITORING DAN EVALUASI Sejak terbentuknya Pemerintah Provinsi Kaltara di tahun 2013 sampai di akhir tahun, TKPKD Provinsi Kaltara belum pernah melakukan monitoring apalagi mengevaluasi terhadap

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

P r o f i l K e m i s k i n a n P B D T i

P r o f i l K e m i s k i n a n P B D T i P r o f i l K e m i s k i n a n P B D T 2 0 1 5 i ii P r o f i l K e m i s k i n a n P B D T 2 0 1 5 PROFIL KEMISKINAN (PBDT 2015) PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 2016

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014 PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Tingkat Pengangguran 1.3 Tingkat Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Isu kemiskinan masih menjadi isu strategik dan utama dalam pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, maupun di provinsi dan kabupaten/kota. Di era pemerintahan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Rapat Koordinasi TKPK Tahun 2015 dengan Tema : Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Soreang, 27 November 2015 KEBIJAKAN PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Peraturan Presiden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan Kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

1. Pelaksanaan Kegiatan Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Se Kalimantan Utara Tahun 2017 tanggal 08 Mei 2017 di Kota Tarakan

1. Pelaksanaan Kegiatan Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Se Kalimantan Utara Tahun 2017 tanggal 08 Mei 2017 di Kota Tarakan 1. Pelaksanaan Kegiatan Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Se Kalimantan Utara Tahun 2017 tanggal 08 Mei 2017 di Kota Tarakan a. Latar Belakang Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR INSTRUKSI BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI POLEWALI MANDAR, Dalam rangka percepatan penurunan persentase

Lebih terperinci

BAB VI KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN SPKD

BAB VI KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN SPKD BAB VI KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN SPKD 6.1. Pemetaan Program Masalah kemiskinan tidak dapat dipecahkan melalui kebijakan yang bersifat sektoral, parsial dan berjangka pendek, tetapi kebijakan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang II. Dasar Hukum III. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Gambaran Umum Demografis 3. Kondisi Ekonomi BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) dalam mengukur kemiskinan menggunakan konsep kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN SALINAN NOMOR 28, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2016 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro tahun 2016 sebagaimana yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Kaltim, sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

f f f i I. PENDAHULUAN

f f f i I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang kaya akan simiber daya alam di Indonesia. Produksi minyak bumi Provinsi Riau sekitar 50 persen dari total produksi minyak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB IV KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BAB IV KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 4.1 Kelembagaan TKPK Kelembagaan TKPK Provinsi Kalimantan Utara dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Kalimantan Utara Nomor 188.44/K.208/ tentang Tim Koordinasi

Lebih terperinci

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan, CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

Lampiran PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Lampiran PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA Lampiran PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA Copyright @ 2014 Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat - FEUI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS APBD. LP2KD Prov. Kaltara

BAB V ANALISIS APBD. LP2KD Prov. Kaltara BAB V ANALISIS APBD Evaluasi APBD secara keseluruhan dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis yang menunjukkan relevansi dan efektivitas APBD dalam penanggulangan kemiskinan. Analisis dilakukan dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPUTI BIDANG KEMISKINAN, KETENAGAKERJAAN, DAN UKM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BAPPENAS Rapat Koordinasi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN Direktorat Penanggulangan Kemiskinan 29 Januari 2014 TINGKAT KEMISKINAN 2004-2014 45 40 35 30 36.15 35.10 39.30 37.17

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: SEKTOR PERTANIAN-PERDESAAN

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: SEKTOR PERTANIAN-PERDESAAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: SEKTOR PERTANIAN-PERDESAAN Universitas Airlangga 20 Juni, 2013 Hermanto Siregar Komite Ekonomi Nasional Guru Besar dan Wakil Rektor IPB Outline 2 1. ISU DAN MASALAH

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA 1 GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masih belum berkembang secara mantap, kritis dan rawan dalam ketertiban

BAB I PENDAHULUAN. dan masih belum berkembang secara mantap, kritis dan rawan dalam ketertiban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah perbatasan adalah kawasan khusus yang berbatasan dengan wilayah negara lain, sehingga penanganan pembangunannya memerlukan kekhususan pula. Pada umumnya daerah

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh : KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SEMILOKA DALAM RANGKA ANNUAL SCIENTIFIC MEETING 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UGM

Disampaikan Oleh : KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SEMILOKA DALAM RANGKA ANNUAL SCIENTIFIC MEETING 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UGM DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH (INSENTIF FINANCIAL DAN NON FINANCIAL) DALAM RANGKA PEMERATAAN DAN RETENSI DOKTER DAN DOKTER SPESIALIS DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Disampaikan Oleh : KEPALA DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

HASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI

HASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI HASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI Oleh: TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH (TKPKD) PROV. BALI Disampaikan Pada Acara: Verifikasi dan Validasi Basis Data Terpadu (BDT) 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN Ir. Sunarsih, MSi Pendahuluan 1. Kawasan perbatasan negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BINTAN BERTUAH, NEGERI BERMARWAH

BINTAN BERTUAH, NEGERI BERMARWAH BINTAN BERTUAH, NEGERI BERMARWAH Menuju BINTAN SEJAHTERA Visi Dan Misi Oleh Drs. H. KHAZALIK INDRA SETIAWAN,SST BINTAN, JUNI 2015 0 DAFTAR ISI I. LATAR BELAKANG 1 II. PERMALAHAN DAN TANTANGAN 2 A. PERMASALAHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

REFLEKSI TERHADAP DESAIN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KESEJAHTERAAN SATU DASAWARSA TERAKHIR

REFLEKSI TERHADAP DESAIN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KESEJAHTERAAN SATU DASAWARSA TERAKHIR REFLEKSI TERHADAP DESAIN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KESEJAHTERAAN SATU DASAWARSA TERAKHIR SISTEMATIKA PAPARAN Kebijakan Pembangunan Indonesia Arah Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Target dan Realisasi

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINANDI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN MALINAU

BPS KABUPATEN MALINAU BPS KABUPATEN MALINAU Profil Kemiskinan Kabupaten Malinau Tahun 2011-2016 No.02/06/Th.I, 20 Juni 2017 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN MALINAU TAHUN 2011-2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 2016 SEBESAR 7,15 PERSEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci