DAUN BERDASARKAN LETAK POHON DAN POSISI TAJUK (STUDI KASUS JALUR HIJAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAUN BERDASARKAN LETAK POHON DAN POSISI TAJUK (STUDI KASUS JALUR HIJAU"

Transkripsi

1 65 JERAPAN DEBU DAN PARTIKEL TIMBAL (Pb) OLEH DAUN BERDASARKAN LETAK POHON DAN POSISI TAJUK (STUDI KASUS JALUR HIJAU Acacia mangium, JALAN TOL JAGORAWI) [Adsorption of Dust and Pb Particles By Leaves Based on Tree Locations and Canopy Positions (Case Study of Acacia mangium Greenbelt, Jagorawi Highway)] Abstrak Letak pohon dan posisi tajuk diduga mempengaruhi jerapan debu dan partikel Pb oleh daun. Tujuan dari penelitian ini adalah : (a) menentukan pengaruh letak pohon dan posisi tajuk dalam menjerap debu dan partikel timbal oleh daun dari jalur hijau jalan; (c) menentukan hubungan antara konsentrasi debu dengan konsentrasi partikel timbal. Sampel daun diambil dari tajuk bagian depan dan belakang dari tiga pohon pada tiga baris pertama jalur hijau jalan. Sampel tersebut dianalisis konsentrasi debu dan partikel Pb. Hasil penelitian menunjukkan bahwa letak pohon dan posisi tajuk mempengaruhi jerapan debu dan partikel timbal oleh daun. Tidak ada interaksi antara letak pohon dan posisi tajuk, tetapi ada kecenderungan menurun dari tajuk depan 1 sampai dengan tajuk belakang 3. Ada korelasi (r = 0,91) antara konsentrasi debu dengan konsentrasi partikel Pb dengan persamaan: Y = -33,538+ 0,1268X (Y= konsentrasi Pb, X= konsentrasi debu). Kata kunci: jalur hijau jalan, Pb, debu, konsentrasi, jerapan Abstract Tree locations and canopy positions were assumed to have effects on adsorption of dust and Pb particles by leaves. The objectives of the research were: (a) to determine the effects of tree locations and canopy positions on adsorption of dust and Pb particles of leaves in roadside vegetation; (b) to determine the pattern of dust and Pb particle adsorption of leaves in roadside vegetation; (c) to determine correlation between dust and Pb concentration. Leaves samples were taken from the front and back part of the canopy of three trees from each of the first three rows of the roadside vegetation. The samples were used to analyze dust and Pb concentration. The results showed that tree locations and canopy positions affected adsorption of dust and Pb concentration of leaves. There was no interaction between tree locations and canopy positions, but there was a decreasing trend from front part of the canopy of trees 1 until back part of the canopy of tress 3. There was a correlation (r= 0,91) between dust concentrations and Pb concentrations with equation of Y=-33,538+ 0,1268X (Y= Pb concentration ; X= dust concentration). Keywords: roadside vegetation, Pb, dust, concentration, adsorption

2 66 Pendahuluan Peran suatu jalur hijau jalan sebagai penghalang penyebaran polutan udara terutama partikulat dipengaruhi oleh struktur dan karakteristik tanaman penyusunnya serta kondisi lingkungan. Tanaman mempunyai kemampuan dalam menjerap partikulat, sehingga dapat mengurangi konsentrasi partikulat udara ambien. Faktor tanaman yang diduga mempengaruhi besarnya penjerapan partikulat adalah sifat permukaan daun, bentuk percabangan dan kerapatan tajuk tanaman. Faktor lingkungan yang mempengaruhi besarnya jerapan oleh tanaman adalah arah dan kecepatan angin, konsentrasi emisi dari kendaraan bermotor dan jarak dari sumber emisi, serta lamanya pemaparan daun terhadap polutan. Taihuttu (2001) melakukan pengujian berbagai karakteristik daun tanaman dalam menjerap partikulat. Tanaman berdaun jarum mempunyai kemampuan jerapan partikulat yang sangat tinggi, sedangkan tanaman berdaun kecil dan permukaannya licin mempunyai jerapan yang paling rendah. Purnomohadi (1995) menambahkan bahwa bentuk percabangan diduga berpengaruh terhadap besarnya jerapan partikulat oleh tanaman, percabangan yang mendatar atau berbentuk huruf V mempunyai jerapan yang relatif tinggi dibandingkan dengan bentuk percabangan yang ke bawah, karena peluang tertangkapnya partikulat akan lebih besar. Sifat daun dan bentuk percabangan saja tidak cukup mempengaruhi besarnya jerapan oleh suatu komunitas tanaman, tetapi juga dipengaruhi oleh kerimbunan tajuknya. Penelitian ini membatasi pada jerapan debu dan partikel timbal oleh daun. Jerapan debu dan partikel timbal dalam suatu komunitas jalur hijau jalan diduga dipengaruhi oleh letak pohon dan posisi tajuk karena faktor jarak dari sumber emisi dan ada tidaknya agen sebagai penjerap partikulat. Berbagai penelitian kemampuan jerapan partikel timbal oleh daun tanaman telah dilakukan (Dahlan 1989; Sukarsono 1998; Arifudin 2000; Taihuttu 2001; Setiadi 2002; Aydinalp & Marinova 2004; Rachmawati 2005; Gendaresmi 2005; Rini 2005; Munifah 2006; Adiputra 2007; Wawo 2010; Nugrohojati 2011), tetapi penelitian ini belum menguji perbedaan konsentrasi jerapan partikel debu dan timbal oleh daun berdasarkan letak pohon dan posisi tajuk secara sistematis pada suatu komunitas jalur hijau jalan.

3 67 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui pengaruh perbedaan jerapan debu dan partikel timbal oleh daun berdasarkan letak pohon dan posisi tajuk tanaman jalur hijau jalan; (2) mengetahui pola jerapan debu dan partikel timbal berdasarkan letak pohon dan posisi tajuk; (3) mengetahui hubungan antara konsentrasi debu degan konsentrasi timbal. Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Jalur Hijau Acacia mangium di Jalan Tol Jagorawi. Penelitian dilaksanakan dari Bulan Agustus sampai dengan Oktober 2011, mulai dari persiapan sampai dengan analisis di laboratorium. Analisis konsentrasi jerapan Pb pada daun dilaksanakan di Laboratorium Biokimia FMIPA IPB. Pelaksanaan Penelitian Penentuan Plot Penelitian Lokasi pengambilan sampel daun dilakukan pada plot jalur hijau jalan dengan jumlah lebih dari dua baris yang terletak pada km di Jalan Tol Jagorawi arah dari Bogor ke Jakarta. Jalur hijau ini mempunyai azimuth 20o dengan letak seperti terlihat pada Gambar 25.

4 68 Gambar 25 Sketsa lokasi plot penelitian. Plot jalur hijau mempunyai panjang 50 m, dengan jumlah pohon yang digunakan dalam penelitian sebanyak sembilan pohon, terdiri dari 3 pohon di baris pertama, 3 pohon di baris kedua dan 3 pohon di baris ketiga. sampel dipilih secara purposive sampling. Jarak antar pohon yang dipilih pada baris kurang lebih 17 m; sedangkan jarak antar baris pertama dengan baris kedua kurang lebih 3 m, demikian juga halnya antara baris kedua dengan baris ketiga. Jarak antara proyeksi tajuk terluar pohon baris pertama dengan Jalan Tol Jagorawi adalah 3 meter. Untuk lebih jelasnya, letak pohon pada plot penelitian adalah seperti terlihat pada Gambar 26. Jalan Tol Jagorawi 50 m Gambar 26 Sketsa lokasi pohon pada plot penelitian 1 2 3

5 69 Pengambilan Sampel Daun Daun diambil pada tajuk depan dan tajuk belakang pohon sampel. Tajuk depan merupakan bagian tajuk yang menghadap ke jalan. Lokasi pengambilan daun kurang lebih terletak pada bagian tengah tajuk dengan ketinggian berkisar antara 5-8 meter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 27. Lokasi pengambilan sampel daun Jalan Tol Jagorawi Gamba 27 Sketsa lokasi pengambilan daun sampel pada tajuk. Pengambilan daun dilakukan secara serempak dalam hari yang sama. Letak daun yang diambil adalah daun yang telah membuka sempurna, berwarna hijau, menempati posisi kedua atau ketiga dari ujung dan pangkal ranting pohon (Sukarsono 1998) seperti pada Gambar 28, disamping itu daun yang diambil tidak mengalami kerusakan akibat hama dan penyakit. Jumlah daun yang diambil untuk setiap ulangan sebanyak 15 helai daun. Pengambilan daun dilakukan dengan cara memanjat dan digunting dengan menggunakan gunting stek. Selanjutnya daun dimasukkan ke dalam kantong plastik. Daun Muda Daun Dewasa (Daun Sampel) Daun Tua Gambar 28 Bagian daun yang digunakan untuk analisis kandungan debu dan partikel Pb.

6 70 Analisis Jerapan Debu dan Partikel Pb Sebelum melakukan analisis konsentrasi partikel Pb, terlebih dahulu menentukan konsentrasi debu. Daun-daun contoh yang ada di dalam kantong plastik masing-masing dicuci dengan 100 ml aquades sebanyak empat sampai lima kali (sampai air cucian jernih/ tidak mengandung debu). Air cucian ditampung dalam gelas beaker, selanjutnya disentrifuse sampai debu terpisah dari air pelarut. Debu dibilas ke dalam cawan petri yang sudah diketahui beratnya dan diuapkan pada suhu 1050C selama 2 jam, kemudian didinginkan dan ditimbang beratnya. Daun-daun contoh kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1050 selama 2 jam, kemudian didinginkan dan dihitung beratnya. Jumlah jerapan debu dihitung dengan persamaan: Jerapan debu = Berat debu (µg)/berat kering daun (g) Untuk menentukan konsentrasi partikel dilakukan dengan cara melarutkan debu ke dalam cawan Petri dengan 2 ml HCl 25 persen dan 0,5 ml HNO3 pekat, diaduk sampai larut dan diencerkan menjadi 10 ml. Pipet 1 ml larutan dan diencerkan menjadi 10 ml. Dari larutan ini dilakukan pengukuran timbal dengan menggunakan atomic absorbtion spechtrophotometer. Kandungan partikel dihitung terhadap berat kering daun yaitu µg partikel per g berat kering daun.. Analisis Data Jerapan Debu dan Partikel Timbal Data jerapan konsentrasi partikel Pb oleh daun ditampilkan dalam bentuk tabel, histogram, grafik, nilai rata-rata, selisih nilai konsentrasi, persentase penurunan konsentrasi. Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan konsentrasi jerapan partikel Pb berdasarkan letak pohon dan posisi tajuk, maka digunakan pola faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap dan jika berbeda nyata maka dilakukan pengujian dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α = 5%. Pengolahan data dengan menggunakan Program SPSS Versi Untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi debu dengan konsentrasi partikel timbal digunakan regresi linier sederhana.

7 71 Efektivitas Jalur Hijau Jalan Berdasarkan Jerapan Partikel Timbal Suatu jalur hijau jalan disebut efektif dalam mengurangi konsentrasi partikel timbal di udara apabila jumlah partikel timbal yang diemisikan oleh kendaraan bermotor sebagian besar direduksi oleh tanaman, baik melalui proses serapan maupun jerapan. Dalam penelitian ini diasumsikan semua emisi partikel timbal dijerap oleh jalur hijau. Untuk mengetahui keefektifan jalur hijau dalam menjerap partikel timbal, maka tahapan yang dilakukan: (1) menghitung emisi dari kendaraan bermotor per satuan waktu berdasarkan standar Strauss dan Mainwarig (1984) dan Ditjen Migas (2006); (2) menghitung jerapan partikel timbal oleh jalur hijau jalan; (3) membandingkan besarnya emisi partikel timbal dengan besarnya partikel timbal yang dijerap. Hasil dan Pembahasan Pengaruh Letak Terhadap Jerapan Debu dan Partikel Pb Hasil analisis sidik ragam menununjukkan bahwa faktor letak pohon memberikan pengaruh yang berbeda pada taraf nyata 5 %, baik terhadap jerapan konsentrasi debu maupun partikel Pb (Lampiran 11 dan 12). Rata-rata jerapan debu yang paling tinggi adalah pada 1 yaitu sebesar 1102,50 ppm, sedangkan yang paling rendah adalah pada 3 sebesar 747,00 ppm. Pola ini sama dengan nilai konsentrasi jerapan Pb; rata-rata jerapan partikel Pb yang paling tinggi adalah pada 1 yaitu sebesar 110,64 ppm, kemudian diikuti oleh 2 dan 3 dengan konsentrasi jerapan berturut-turut 78,07 ppm dan 60,16 ppm. Selanjutnya untuk mengetahui letak pohon mana yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji BNT dengan hasil seperti tercantum pada Tabel 11. Tabel 11 Nilai rata-rata konsentrasi jerapan debu dan partikel Pb berdasarkan letak pohon Letak Rata-rata Konsentrasi Jerapan (ppm) Debu Pb 1102,50a 110,64a 821,00b 78,81b 747,00c 50.16c Keterangan: angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan Uji BNT pada taraf α=5 %

8 72 Tabel 11 menunujukkan bahwa 1 mempunyai konsentrasi jerapan yang berbeda dengan 2 dan 3. Demikian juga halnya bahwa 2 berbeda dengan 3. Hal ini dapat dipahami bahwa 1 merupakan pohon yang jaraknya paling dekat dengan sumber emisi yaitu hanya 3 m dari pinggir Jalan Tol Jagorawi. Konsentrasi jerapan partikel semakin menurun dengan semakin jauh jaraknya dari sumber emisi. Hal ini karena tajuk 1 mendapatkan pemaparan partikel dalam konsentrasi yang lebih besar karena letaknya lebih dekat dengan sumber emisi. Selanjutnya partikel yang tidak tertangkap oleh 1, akan dijerap oleh 2. Demikian juga halnya, partikel yang tidak tertangkap oleh 2, akan dijerap oleh 3. Pergerakan partikel dari satu tajuk pohon ke tajuk pohon dibawa oleh angin. Diduga bahwa jalur hijau yang digunakan untuk pengambilan sampel daun bersifat permeable artinya angin dapat menembus, sehingga dua aliran angin yang menyebabkan jatuhan partikel ke daun, yaitu angin yang melewati sela-sela tajuk pohon dan angin yang bergerak di atas tajuk. Pengaruh Posisi Tajuk Terhadap Jerapan Debu dan Partikel Pb Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor posisi tajuk pohon memberikan pengaruh yang berbeda pada taraf nyata 5 %. Rata-rata jerapan debu dan partikel Pb yang paling besar adalah pada tajuk bagian depan seperti disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Nilai rata-rata konsentrasi jerapan debu dan partikel Pb berdasarkan posisi tajuk pohon Posisi Tajuk Rata-rata Konsentrasi Jerapan (ppm) Debu Pb Depan Belakang 940,33a 840,00b 98,49a 67,92b Keterangan: angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan Uji BNT pada taraf α=5 % Tabel 12 menunjukkan bahwa tajuk bagian depan mempunyai jerapan debu maupun partikel Pb lebih besar daripada tajuk bagian belakang dan secara statistik berbeda nyata. Hal ini dapat dipahami karena tajuk depan merupakan bagian yang terlebih dahulu terkena tumbukan partikel. Selanjutnya apabila ada partikel yang tidak terjerap, diduga baru akan dijerap oleh tajuk bagian belakang.

9 73 Selain itu, dimungkinkan adanya jatuhan partikel yang dibawa oleh angin yang melewati bagian atas tajuk. Menurut Gidding (1973) bahwa kendaraan bermotor mengemisikan partikel timbal dengan ukuran antara 0,004-1,0 µm. Oleh karena ukuran partikel timbal kecil, maka sebelum proses jatuh ke permukaan vegetasi, terlebih dahulu melayang-melayang di udara bebas. Proses jatuhnya timbal ke permukaan vegetasi melalui dua mekanisme yaitu: (1) sedimentasi akibat gaya gravitasi dan (2) pengendapan yang berhubungan dengan hujan. Hal ini diperkuat oleh beberapa pendapat yang mendasarkan proses jatuhan menurut diameter partikel. Melihat rentang ukuran partikel timbal yang cukup lebar, maka menurut Cavanagh (2006) bahwa jatuhnya partikel timbal dapat melalui beberapa cara yaitu : (1) difusi Brownian; (2) impaksi dan intersepsi dan (3) sedimentasi. Pengaruh Interaksi Antara Letak dan Posisi Tajuk terhadap Jerapan Debu dan Partikel Timbal Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara faktor letak pohon dan posisi tajuk pohon tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada taraf nyata 5 % baik terhadap jerapan debu maupun partikel Pb. Rata-rata jerapan debu yang paling besar adalah pada tajuk bagian depan 1 yaitu sebesar 1173 ppm, sedangkan yang paling rendah adalah tajuk bagian belakang 3 yaitu sebesar 685 ppm. Pola ini sama dengan penurunan konsentrasi jerapan partikel timbal. Secara umum terlihat bahwa ada kecenderungan penurunan dari tajuk depan 1 sampai dengan tajuk belakang 3 seperti yang terlihat pada Gambar 29.

10 Konsentrasi (ppm) Debu Pb 0 P1D P1B P2D P2B P3D P3B Letak dan Posisi Tajuk Keterangan: P1D = daun pada tajuk depan pohon1;p1b= daun pada tajuk belakang pohon1 P2D = daun pada tajuk depan pohon2; P2B= daun pada tajuk belakang pohon2 P3D = daun pada tajuk depan pohon3: P3B= daun pada tajuk belakang pohon3 Gambar 29 Jerapan debu dan partikel timbal oleh daun berdasarkan letak pohon dan posisi tajuk. Hasil penelitian ini sesuai dengan Setiadi (2001) dan Rachmawati (2005) yang melakukan penelitian di Jalan Tol Jagorawi yaitu daun tanaman yang terletak kurang dari 10 meter dari pinggir jalan mempunyai jerapan yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang terletak antara meter dari pinggir jalan. Harahap (2004) yang melakukan penelitian di tanaman teh, menjelaskan bahwa kandungan timbal yang paling tinggi konsentrasinya adalah pada daun tanaman teh dengan jarak 10 m dari sumber emisi, sedangkan yang terendah pada jarak 80 m. Hal ini juga didukung oleh penelitian Freer-Smith et al. (1997) yang menjelaskan bahwa debu banyak terakumulasi pada daun tanaman yang dekat dengan jalan mobil. Penurunan Konsentrasi Jerapan Debu dan Partikel Timbal Penurunan konsentrasi debu dan timbal menurut letak pohon dan posisi tajuk adalah seperti disajikan pada Tabel 13.

11 75 Tabel 13 Penurunan konsentrasi jerapan debu dan partikel timbal pada daun Letak P2-P1 P3-P1 Selisih Konsentrasi Persentase Penurunan Letak dan Posisi (ppm) (%) Debu Pb Debu Pb 282,00 356,00 31,84 50,50 25,60 32,30 28,78 45,64 Posisi Tajuk B-D 100,00 30,00 10,64 30,61 Letak dan Posisi Tajuk P1B-P1D P2D-P1D P2B-P1D P3D-P1D P3B-P1D Keterangan: 141,00 334,00 370,00 364,00 388,00 37,00 38,00 63,00 54,00 61,00 12,02 28,47 31,54 31,03 33,08 28,68 29,46 48,84 41,06 47,29 P1 =1; P2=2; P3=3; D=tajuk bagian depan; B=tajuk bagian belakang;p1d = daun pada tajuk depan pohon1;p1b= daun pada tajuk belakang pohon1; P2D = daun pada tajuk depan pohon2; P2B= daun pada tajuk belakang pohon2;p3d = daun pada tajuk depan pohon3: P3B= daun pada tajuk belakang pohon3 Dari Tabel 13 terlihat bahwa ada kecenderungan penurunan konsentrasi debu dan timbal dari 1, 2 dan 3. Demikian juga halnya dengan posisi tajuk, tajuk belakang mempunyai nilai konsentrasi yang lebih rendah dibndingkan tajuk depan dengan persentase penurunan 10,64% untuk debu dan 30,61% untuk Pb. Secara umum persentase penurunan jerapan Pb lebih besar dibandingkan dengan jerapan debu. Hubungan Konsentrasi Debu dan Partikel Timbal yang Dijerap oleh Daun Debu merupakan kumpulan partikel-partikel yang terjerap oleh daun. Debu yang diakibatkan oleh aktivitas transportasi terdiri dari berbagai komponen logam antara lain Pb, Ca, Zn, Cu, Ni (Taihuttu 2001). Dalam proses analisis konsentrasi partikulat, tahap awal sebelum menentukan konsentrasi partikel Pb, terlebih dahulu menentukan konsentrasi debu. Partikel Pb merupakan bagian dari debu yang dijerap. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi (r =0,91) antara konsentrasi partikel Pb dengan konsentrasi debu. Hubungan linier yang dibentuk dengan persamaan: Y = -33,538+ 0,1268X (Y= konsentrasi timbal; X= konsentrasi debu), adapun grafiknya seperti pada Gambar 30.

12 y = 0,126x - 33,53 R² = 0,836 Konsentrasi Timbal (ppm) Konsentrasi Debu (ppm) Gambar 30 Hubungan antara konsentrasi debu dengan konsentrasi Pb. Efektivitas Berdasarkan Perkiraan Emisi dan Jerapan Partikel Timbal Suatu jalur hijau jalan disebut efektif dalam mengurangi konsentrasi partikel timbal di udara apabila jumlah partikel timbal yang diemisikan oleh kendaraan bermotor banyak direduksi oleh tanaman, baik melalui proses serapan maupun jerapan. Oleh karena dalam penelitian ini terdapat keterbatasan data primer, maka untuk perhitungannya digunakan data sekunder dari berbagai penelitian. Dalam penelitian ada dua tahap perhitungan: (1) perhitungan emisi partikel timbal; (2) perhitungan jerapan partikel timbal oleh daun. (1) Perhitungan Emisi Partikel Timbal Menurut Strauss dan Mainwarig (1984) bahwa emisi partikel timbal yang dihasilkan oleh kendaraan adalah sebesar 0,49 g. km-1. Dalam penelitian ini disimulasikan untuk jalur hijau dengan panjang 50 m. Oleh karena itu emisi partikel timbal yang dihasilkan oleh setiap kendaraan untuk jarak 50 m adalah sebesar 0,0245 g. Pemerintah Indonesia tengah melaksanakan program penggunaan bensin tanpa timbal. Menurut Ditjen Migas (2006) bahwa dalam bensin yang disebut tanpa timbal masih dimungkinkan adanya bahan aditif timbal maksimal 0,013 g/l. Dengan asumsi bahwa 1 liter digunakan oleh

13 77 kendaraan untuk 10 km, maka dengan panjang 50 m jumlah timbal yang diemisikan 6,5 x 10-5 g atau 65 µg. Hasil perhitungan pada Topik Penelitian I bahwa jumlah kendaraan roda empat pada siang hari adalah 37 kendaraan per menit, dengan asumsikan bahwa kendaraan roda empat menggunakan bahan bakar bensin. Jumlah kendaraan roda empat pada malam hari adalah seperempatnya sehingga jumlanya 9 kendaraan per menit. Dengan demikian selama 24 jam ada jumlah kendaraan: (a) siang hari= ; (b) malam hari=6.660; (c) total kendaraan= Emisi partikel timbal yang dihasilkan selama 24 jam menurut standar Strauss dan Mainwarig (1984) sebesar 889,35 g atau perhitungan dengan standar Ditjen Migas (2006) sebesar µg atau 2,3595 g. (2) Perhitungan Jerapan Partikel Timbal oleh Daun Penelitian ini tidak melakukan pengukuran pertambahan konsentrasi partikel timbal, oleh karena itu dalam perhitungannya menggunakan data Taihuttu (2001). Taihuttu (2001) mengukur pertambahan jerapan partikel timbal tanaman mahoni dengan hasil rata-rata 38,08 µg/g berat kering daun/bulan atau 1,27 µg/g berat kering/hari. Daun mahoni mempunyai ciri permukaan kasar. Sifat ini mirip dengan sifat daun mangium. Berdasarkan hasil penentuan metode gravimetrik (Sestak et al. 1971) diperoleh bahwa 1 g daun mangium mempunyai luasan 11,96 cm2, dengan demikian 1 cm2 dapat menjerap pertambahan partikel timbal per hari sebesar 0,11 µg. Dalam penelitian ini ada ketentuan dan asumsi seperti berikut: (1) semua emisi partikel timbal tidak ada yang mengalami deposisi karena jarak antara sumber emisi dengan jalur hijau jalan; (2) semua emisi partikel timbal diasumsikan dijerap semua, tidak ada yang diserap; (3) semua daun tanaman diasumsikan menjerap partikel timbal; (4) jerapan partikel timbal oleh baris pertama sebesar 100%, sedangkan untuk baris kedua dan ketiga berturut-turut sebesar 71% dan 54%; (5) Hasil penelitian Irianti (2010) bahwa diameter tajuk tanaman mangium 5 m mempunyai luas daun ,7 cm2 atau 26,17 m2; kondisi ini mirip dengan rata-rata diameter tajuk tanaman mangium di Jalan Tol Jagorawi; (6) Jalur hijau panjang 50 m; (7)

14 78 Jarak tanam antar pohon 3 m, sehingga untuk baris 50 m, terdapat 17 tanaman mangium. Untuk besarnya jerapan jalur hijau jalan, maka digunakan beberapa skenario: (a) Jalur Hijau Satu Baris Pada jalur satu baris terdapat 17 pohon sehingga pertambahan jerapan partikel timbal per hari adalah: 0,11 µg x 17 pohon x ,7 cm2 = µg. Dengan demikian bahwa jalur hijau jalan belum efektif dalam mereduksi partikel timbal, karena partikel yang diemisikan jauh lebih besar, baik menurut perhitungan standar Strauss dan Mainwarig (1984) maupun Ditjen Migas (2006). (b) Jalur Hijau Dua Baris Pada jalur dua baris tanaman terdapat 17 pohon di baris depan dan 17 pohon di baris kedua. Untuk perhitungan jumlah partikel timbal adalah seperti disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Perhitungan jerapan partikel timbal pada jalur hijau dua baris No. Baris Tanaman Jumlah Pertama Kedua Luas Daun per Pertambahan Jerapan Jumlah Jerapan Timbal per Hari (cm2) Timbal per Hari (µg) (µg) ,7 0, ,7 0, Total Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa jumlah jerapan partikel timbal oleh jalur hijau dua baris sebesar µg. Dengan demikian jalur hijau dua baris belum efektif dalam menurunkan konsentrasi partikel timbal, karena partikel yang diemisikan jauh lebih besar, baik menurut perhitungan standar Strauss dan Mainwarig (1984) maupun Ditjen Migas (2006). (b) Jalur Hijau Tiga Baris

15 79 Pada jalur dua baris tanaman terdapat 17 pohon di baris depan, 17 pohon di baris kedua, dan 17 pohon di baris ketiga. Untuk perhitungan jumlah partikel timbal adalah seperti disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Perhitungan jerapan partikel timbal pada jalur hijau tiga baris No. Baris Tanaman Jumlah Pertama Kedua Ketiga Luas Daun per Pertambahan Jerapan per Jumlah Jerapan per Hari (µg) (cm2) Hari (µg) ,7 0, ,7 0, ,7 0, Total Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa jumlah jerapan partikel timbal oleh jalur hijau tiga baris sebesar µg. Dengan demikian jalur hijau tiga baris belum efektif dalam menurunkan konsentrasi partikel timbal, karena partikel yang diemisikan jauh lebih besar, baik menurut perhitungan standar Strauss dan Mainwarig (1984) maupun Ditjen Migas (2006) Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan seperti berikut ini: 1) Letak pohon dan posisi tajuk pada jalur hijau memberikan pengaruh yang berbeda terhadap konsentrasi jerapan debu dan partikel Pb oleh daun 2) Tidak ada interaksi antara letak pohon dan posisi tajuk, tetapi ada kecenderungan penurunan konsentrasi jerapan debu dan partikel Pb dari tajuk depan 1 (terletak dekat jalan) sampai dengan tajuk belakang 3. 3) Terdapat korelasi (r= 0,91) antara konsentrasi debu dengan konsentrasi Pb dengan persamaan Y = -33,538+ 0,1268X (Y= konsentrasi timbal; X= konsentrasi debu). 4) Menurut hasil simulasi bahwa jalur hijau satu baris, dua baris maupun tiga baris belum efektif untuk mereduksi emisi partikel timbal dari kendaraan bermotor. Daftar Pustaka

16 80 Arifudin Pola penyebaran timbal (pb) pada tanaman di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Aydinalp C, Marinova S Lead in particulate deposits and in leaves of roadside plants. Polish Journal of Environmental Studies 13: Cavanagh JE Potential of Vegetation to Mitigate Road-Generated Air Pollution. [terhubung berkala]. attachments/ co1x0405_p05.pdf [26 Nov 2011] Dahlan EN Studi kemampuan tanaman dalam menjerap dan menyerap timbal emisi dari kendaraan bermotor [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana IPB, Bogor. [Ditjen Migas] Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 3674K/24/DJM/2006 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin yang Dipasarkan Dalam Negeri. Freer-Smith PH, Holloway S, Goodman A The uptake of particulates by an urban woodland: site description and particulate composition. Environ Pollut 95: Gendaresmi S Distribusi jerapan partikel timbal (Pb) pada daun kayu manis (Cinnamomum burmanii) berdasarkan posisi daun pada tajuk (studi kasus di interchange Jalan Tol Jagorawi Bogor) [tugas akhir]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Giddings JC Chemistry, Mans and Environmental Changes: An Integrated Approach. New York: Canfield Harahap H Pengaruh pencemaran timbal dari kendaraan bermotor dan tanah terhadap tanaman dan mutu teh [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Irianti N Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Munifah I Perbedaan konsentrasi jerapan timbal (Pb) pada daun glodokan (Polyalthia longifolia (Sonn.) Thwait) berdasarkan ketinggian posisi tajuk pohon dan lokasi yang berbeda (studi kasus di Jalur Hijau Jalan A.Yani dan Jalan Prof. Moh. Yamin, Slawi, Kabupaten Tegal) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Nugrohojati A Penurunan konsentrasi partikel timbal (Pb) setelah melalui jalur hijau jalan (studi kasus di Jalan Tol Jagorawi) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

17 81 Purnomohadi S Peran ruang terbuka hijau dalam pengendalian kualitas udara di DKI Jakarta [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rachmawati DS Peranan hutan kota dalam menjerap dan menyerap timbal (Pb) di udara ambien (studi kasus di Jalan Tol Jagorawi Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Rini WIS Distribusi jerapan timbal pada daun akasia (Acacia mangium) berdasarkan jarak dan ketinggian tajuk pohon (studi kasus jalan Tol Jagorawi) [tugas akhir]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Sestak Z, Catsky J, Jarvis PG Plant Photosynthetic Production: Manual of Methods. The Hague: Junk N.V. Setiadi SSR Kemampuan berbagai jenis tanaman penghijauan dalam mereduksi pencemaran Pb [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Strauss W, Mainwaring SJ Air Pollution. London: Erdward Arnold. Sukarsono Dampak pencemaran udara terhadap tumbuhan di Kebun Raya Bogor [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Taihuttu, HN Studi kemampuan tanaman jalur hijau sebagai penjerap partikulat hasil emisi kendaraan bermotor [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Wawo MFC Kemampuan tiga jenis tanaman dalam menjerap debu (studi Kasus: Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor). [tugas akhir]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

JERAPAN DEBU DAN PARTIKEL TIMBAL (Pb) OLEH DAUN BERDASARKAN LETAK POHON DAN POSISI TAJUK: STUDI KASUS JALUR HIJAU Acacia mangium, JALAN TOL JAGORAWI

JERAPAN DEBU DAN PARTIKEL TIMBAL (Pb) OLEH DAUN BERDASARKAN LETAK POHON DAN POSISI TAJUK: STUDI KASUS JALUR HIJAU Acacia mangium, JALAN TOL JAGORAWI Media Konservasi Vol. 16, No. 3 Desember 2011 : 101 107 JERAPAN DEBU DAN PARTIKEL TIMBAL (Pb) OLEH DAUN BERDASARKAN LETAK POHON DAN POSISI TAJUK: STUDI KASUS JALUR HIJAU Acacia mangium, JALAN TOL JAGORAWI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di jalur hijau jalan yang terdapat di Jalan Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi). Analisis konsentrasi partikel timbal udara dilaksanakan di

Lebih terperinci

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif PEMBAHASAN UMUM Dalam studi ini salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara konsentrasi partikel Pb yang berasal dari emisi kendaraan bermotor dengan besarnya penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana IPB 2. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB 3

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana IPB 2. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB 3 Media Konservasi Vol. 16, No. 2 Agustus 2011 : 55 64 PENGARUH JUMLAH BARIS TANAMAN JALUR HIJAU JALAN DALAM MEREDUKSI PARTIKEL TIMBAL (PB) DARI EMISI KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS JALUR HIJAU ACACIA MANGIUM

Lebih terperinci

POLA SEBARAN SPASIAL KONSENTRASI PARTIKEL TIMBAL DI SEKITAR JALUR HIJAU JALAN (STUDI KASUS JALUR HIJAU

POLA SEBARAN SPASIAL KONSENTRASI PARTIKEL TIMBAL DI SEKITAR JALUR HIJAU JALAN (STUDI KASUS JALUR HIJAU POLA SEBARAN SPASIAL KONSENTRASI PARTIKEL TIMBAL DI SEKITAR JALUR HIJAU JALAN (STUDI KASUS JALUR HIJAU Acacia mangium, JALAN TOL JAGORAWI) [Spatial Dispersion Pattern of Lead Particle Concentration in

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BARIS TANAMAN JALUR HIJAU JALAN DALAM MEREDUKSI PARTIKEL TIMBAL

PENGARUH JUMLAH BARIS TANAMAN JALUR HIJAU JALAN DALAM MEREDUKSI PARTIKEL TIMBAL 42 PENGARUH JUMLAH BARIS TANAMAN JALUR HIJAU JALAN DALAM MEREDUKSI PARTIKEL TIMBAL (Pb) DARI EMISI KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS JALUR HIJAU Acacia mangium JALAN TOL JAGORAWI) [The Effect of the Plant

Lebih terperinci

Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber: Gambar 3. Lokasi Penelitian

Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber:  Gambar 3. Lokasi Penelitian 25 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, berlangsung dari bulan Maret 2010 sampai bulan Agustus 2010. Penelitian ini mengambil tempat di Kawasan Industri PT Pindo

Lebih terperinci

PENURUNAN POLUSI TIMBAL OLEH JALUR HIJAU TANJUNG (Mimusops elengi Linn) DI TAMAN MONAS JAKARTA PUSAT

PENURUNAN POLUSI TIMBAL OLEH JALUR HIJAU TANJUNG (Mimusops elengi Linn) DI TAMAN MONAS JAKARTA PUSAT PENURUNAN POLUSI TIMBAL OLEH JALUR HIJAU TANJUNG (Mimusops elengi Linn) DI TAMAN MONAS JAKARTA PUSAT [Decreasing Lead Pollution by Tanjung (Mimusops elengi Linn) Green Belt in Taman Monas, Central Jakarta]

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA TANAMAN PENEDUH DI JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU

KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA TANAMAN PENEDUH DI JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA TANAMAN PENEDUH DI JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU CONTENT OF LEAD (Pb) IN SHADE PLANTS OF TUANKU TAMBUSAI STREET IN PEKANBARU Indah Sulistyo Ningrum 1, Defri Yoza 2, Tuti

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah galah bambu, kantong plastik, ice box, kertas ph, gunting, oven, timbangan

Lebih terperinci

[Decreasing Lead Pollution by Tanjung (Mimusops elengi Linn) Green Belt in Taman Monas, Central Jakarta]

[Decreasing Lead Pollution by Tanjung (Mimusops elengi Linn) Green Belt in Taman Monas, Central Jakarta] Penurunan Polusi Timbal PENURUNAN POLUS TMBAL OLEH JALUR HJAU TANJUNG (Mimusops elengi Linn) D TAMAN MONAS JAKARTA PUSAT [Decreasing Lead Pollution by Tanjung (Mimusops elengi Linn) Green Belt in Taman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya kemajuan dan kestabilan pembangunan nasional menempatkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai kota metropolitan dengan kondisi perekonomian yang selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor yang dilakukan di dua lokasi yaitu dilakukan di Rukun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitar. Udara juga adalah

Lebih terperinci

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan 33 karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan polimer yang lebih kuat dan tebal. Canister model

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd.), HNO 3 1

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian jenis penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang menjelaskan/menggambarkan suatu keadaan berdasarkan fakta dilapangan dan tidak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Batam sebagai salah satu daerah industri yang cukup strategis, membuat keberadaan industri berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini di dominasi oleh industri berat

Lebih terperinci

BAB III METODE. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Metode

BAB III METODE. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Metode BAB III METODE A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah metode yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM Izzati Winda Murti 1 ), Joni Hermana 2 dan R. Boedisantoso 3 1,2,3) Environmental Engineering,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di perkebunan rakyat Desa Huta II Tumorang, kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O Bahan-bahan - air destilasi - larutan kalium chloride (KCl) 1N ditimbang 373 g KCl yang sudah dikeringkan di dalam oven pengering 105 o C, dilarutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun di Indonesia terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup besar. Di sisi lain dengan makin meningkatnya jumlah kendaraan dan pemakaian bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan asam terjadi akibat polutan udara khususnya gas sulfur oksida (SOx) dan gas nitrogen oksida (NOx). Polutan ini bersumber dari alam maupun dari aktivitas manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3 30'

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

Impact of Air Pollution on Vegetation at Bogor Botanical Garden ABSTRACT

Impact of Air Pollution on Vegetation at Bogor Botanical Garden ABSTRACT Impact of Air Pollution on Vegetation at Bogor Botanical Garden ABSTRACT The Bogor Botanical Garden is the one of the biggest and most complete botanical garden in the world. But recently, pollution sources

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, karena pada

Lebih terperinci

SUSEPTIBILITAS MAGNETIK DAN KONTAMINASI LOGAM-BERAT DALAM TANAH LAPISAN ATAS DI SEKITAR PABRIK SEMEN DI KOTA PADANG

SUSEPTIBILITAS MAGNETIK DAN KONTAMINASI LOGAM-BERAT DALAM TANAH LAPISAN ATAS DI SEKITAR PABRIK SEMEN DI KOTA PADANG SUSEPTIBILITAS MAGNETIK DAN KONTAMINASI LOGAM-BERAT DALAM TANAH LAPISAN ATAS DI SEKITAR PABRIK SEMEN DI KOTA PADANG Afdal, Ulfa Yulius Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis,

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN IDENTIFIKASI SEBARAN LOGAM BERAT PADA TANAH LAPISAN ATAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK DI BEBERAPA RUAS JALAN DI SEKITAR PELABUHAN TELUK BAYUR PADANG Ulfa Yulius, Afdal Laboratorium Fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kualitas udara merupakan komponen lingkungan yang sangat penting, karena akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat terutama pada pernafasan. Polutan di

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA Putri Ayuningtias Mahdang, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 ayumahdang@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara semakin hari semakin memprihatinkan. Terutama dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut Ismiyati dkk (2014), kendaraan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

KANDUNGAN TIMBAL PADA VEGETASI JALUR HIJAU JALAN DI DKI JAKARTA. H. N. Taihuttu

KANDUNGAN TIMBAL PADA VEGETASI JALUR HIJAU JALAN DI DKI JAKARTA. H. N. Taihuttu KANDUNGAN TIMBAL PADA VEGETASI JALUR HIJAU JALAN DI DKI JAKARTA Lead Contents in the Green Strip Vegetation in DKI Jakarta H. N. Taihuttu Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan sumber daya yang penting dalam kehidupan, dengan demikian kualitasnya harus dijaga. Udara yang kita hirup, sekitar 99% terdiri dari gas nitrogen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, tabung reaksi, higrometer, altimeter, pipet berskala, labu ukur, oven, spektrofotometer, gunting, plastik, alat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, mulai bulan Maret sampai Mei

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS JALUR HIJAU DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA OLEH KENDARAAN BERMOTOR

EFEKTIFITAS JALUR HIJAU DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA OLEH KENDARAAN BERMOTOR Efektifitas Jaluar Hijau dalam Mengurangi Polusi Udara oleh Kendaraan Bermotor (Luqmanul Hakim, Priambudi Trie Putra, Azka Lathifa Zahratu) EFEKTIFITAS JALUR HIJAU DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA OLEH KENDARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota dengan aktivitas masyarakat yang tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung dikunjungi banyak masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: 1. 0 ppm: perbandingan media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama, konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di daerah tersebut banyak terdapat penjual jajanan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Lebih terperinci

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng 124 Bab VI Kesimpulan Lokasi penelitian, berupa lahan pertanian dengan kondisi baru diolah, tanah memiliki struktur tanah yang remah lepas dan jenis tanah lempung berlanau dengan persentase partikel tanah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Per Kecamatan Kota yang terdiri dari enam kecamatan memiliki proporsi jumlah penduduk yang tidak sama karena luas masing-masing kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS ION LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDIMEN, AKAR, KULIT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ANALISIS ION LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDIMEN, AKAR, KULIT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ANALSS ON LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDMEN, AKAR, KULT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM Fitriani, Syarifudding Liong dan Maming Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif karena tidak dilakukan perlakuan terhadap objek yang diuji (Nazir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar udara di banyak kota besar di dunia, termasuk Indonesia. Emisi gas buangan kendaraan bermotor memberikan

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum yakni tentang analisis penyebaran logam berat tembaga pada air tanah dan aliran sungai di sekitar industri kerajinan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pencemaran Udara, Timbal (Pb), Daun Mahoni (Swietenia mahagoni), Daun Mangga (Mangifera indica l)

Kata Kunci : Pencemaran Udara, Timbal (Pb), Daun Mahoni (Swietenia mahagoni), Daun Mangga (Mangifera indica l) PERBEDAAN EFEKTIVITAS DAUN MAHONI (Swietenia mahagoni) DAN DAUN MANGGA (Mangifera indica l) DALAM MENYERAP TIMBAL (Pb) DI UDARA Djubaida, Dian Saraswati, Sri Manovita Pateda 1 djubaidakesmas@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Propinsi Kalimantan Tengah. Areal penelitian merupakan areal hutan yang dikelola dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi sebagai tulang punggung manusia mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pencemaran udara. Pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL (Pb) PADA AREA PARKIR (STUDI KASUS KAMPUS UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG)

STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL (Pb) PADA AREA PARKIR (STUDI KASUS KAMPUS UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG) INFOMATEK Volume 18 Nomor 1 Juni 2016 STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL (Pb) PADA AREA PARKIR (STUDI KASUS KAMPUS UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG) Astri W Hasbiah *), Lili Mulyatna, Fazari Musaddad

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Muara Kamal pada bulan Agustus Oktober 2011. Analisis preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Produktivitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan bejana berjungkit sebagai alat pengukuran memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan pengggunaan alat pengkuran konvensional. Kelebihan alat ini memberikan kemudahan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium pengolahan limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat 25 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Juli 2011. Pengambilan sampel dilakukan di kawasan restorasi resort Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 202 di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 33 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura, Jurusan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN Media Konservasi Vol. 17, No. 3 Desember 2012 : 143 148 HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN (Correlation between Leaf Area Index with Micro Climate and Temperature

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 6 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan meliputi daun pohon sengon sebagai sampel yang terdapat di daerah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun tanaman singkong 1-3 bulan, alkohol 70%, HCl 0,7%, NaOH 1N, ZnSO 4 5%, Ba(OH) 2 0,3%, pereaksi Cu, pereaksi

Lebih terperinci

Biosaintifika 6 (1) (2014) Biosaintifika. Journal of Biology & Biology Education.

Biosaintifika 6 (1) (2014) Biosaintifika. Journal of Biology & Biology Education. Biosaintifika 6 (1) (2014) Biosaintifika Journal of Biology & Biology Education http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika Uji Kandungan Timbal (Pb) dalam Daun Tanaman Peneduh di Jalan Protokol

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 12 METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian pembuatan papan komposit dari limbah kayu dan karton dilaksanakan di Lab Biokomposit Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Laboratorium

Lebih terperinci

KORELASI EMISI KENDARAAN DENGAN BIAYA PENYELENGGARAAN JALAN

KORELASI EMISI KENDARAAN DENGAN BIAYA PENYELENGGARAAN JALAN KORELASI EMISI KENDARAAN DENGAN BIAYA PENYELENGGARAAN JALAN Yudi Sekaryadi Program Doktor Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan Jln. Merdeka No. 30, Bandung 40117 Tlp. 022-4202351 yudi_see@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2015: 7-8), penelitian kuantitatif berlandaskan pada filsafat positivisme

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2015: 7-8), penelitian kuantitatif berlandaskan pada filsafat positivisme BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Menurut Sugiyono (2015: 7-8), penelitian kuantitatif berlandaskan pada filsafat positivisme

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tingkat pencemaran udara di Kota Padang cukup tinggi. Hal

Lebih terperinci

STUD1 KEMAMPUAN TANAMAN JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI PENJERAP PARTIKULAT HASIL EMISI KENDARAAN BERMOTOR. Oleh HERMINA NELTJE TAMUTTU

STUD1 KEMAMPUAN TANAMAN JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI PENJERAP PARTIKULAT HASIL EMISI KENDARAAN BERMOTOR. Oleh HERMINA NELTJE TAMUTTU STUD1 KEMAMPUAN TANAMAN JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI PENJERAP PARTIKULAT HASIL EMISI KENDARAAN BERMOTOR Oleh HERMINA NELTJE TAMUTTU PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2001 HERMINA NELTJE TAIHUTTU.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelompokan tanaman Hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap sampel daun untuk mengetahui ukuran stomata/mulut daun, dapat dilihat pada tabel 3. Pada tabel 3 ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti

Lebih terperinci

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara STANDARDS Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tentang: Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak KepKaBaPedal No 205/1996 tentang: Pengendalian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo. 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1.1 Lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pengambilan sampel dilakukan di TPA Tanjung Kramat, selanjutnya pemeriksaan dan analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca, Laboratorium Produksi Tanaman, dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran logam berat timbal (Pb) pada tiap lokasi di perairan Waduk Sengguruh. Kecamatan

Lebih terperinci

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jabon dan vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi : METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Februari 2009. Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutaan Institut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITAN Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian

Lebih terperinci