BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi
|
|
- Iwan Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi fungsi dan bentuk fisiknya. Kawasan kota yang mengalami kehidupan dengan kondisi sosial politik, keagamaan, dan budaya yang berbeda beda mempunyai beberapa unsur eksternal maupun internal yang menonjol sehingga mempengaruhi perubahan dan perkembangannya. Melville C.Branch (1995) menjelaskan bahwa kota-kota yang mengalami kehidupan dengan kondisi sosial politik, keagamaan, dan budaya yang berbedabeda mempunyai beberapa unsur eksternal yang menonjol sehingga mempengaruhi perkembangan kota. Perkembangan jaman memberikan dampak terhadap perkembangan kawasan, sehingga sebagian besar tatanan kawasan cenderung mengikuti dimana terdapat banyak hal yang menyebabkan perubahan suatu kawasan. Kawasan kota merupakan objek yang mudah terkena tekanan ekonomi, sosial dan budaya yang membawa dampak pada perubahan fisik. Hal ini sedikit banyak memberikan dampak terhadap perubahan pola pelingkup ruang jalan di Kawasan Kotagede sebagai salah satu kawasan bersejarah. Perubahan yang terjadi pada suatu kawasan bersejarah akibat perubahan tuntutan fungsional di masa kini tidak dapat dipungkiri lagi. Bangunan-bangunan baru cepat atau lambat akan dibangun berdampingan dengan bangunan lama, 1
2 atau bahkan menggantikan bangunan lama. Apabila perubahan yang dilakukan tidak mengacu pada arahan yang tepat, dikhawatirkan identitas yang dimiliki kawasan tersebut akan hilang. Sama halnya yang terjadi pada kawasan Kotagede dimana perubahan kawasan nantinya akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap identitas kawasan secara keseluruhan. Dalam A Theory of Good City Form oleh Kevin Lynch (1969) dijelaskan bahwa keunikan atau kekhasan suatu lokasi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijaga. Keunikan inilah yang akan membedakan antara suatu lokasi dengan lokasi lain yang merupakan identitas lokasi tersebut. Kotagede merupakan suatu kawasan yang memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi. Selain dikenal sebagai kota perak, tahun 1578 Kotagede adalah ibukota Kerajaan Mataram Islam, yang menjadi cikal bakal Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman (Kedaulatan Rakyat, 15 Juni 2007; hal 1). Setelah ibukota Kerajaan Mataram dipindah oleh Sultan Agung, sebagian penduduknya masih tetap tinggal di Kotagede. Pada masa selanjutnya Kotagede tumbuh menjadi pusat perekonomian. Hal ini terkait dengan peran kaum Kalang yang diberi hak monopoli dari pemerintah Hindia Belanda untuk mengembangkan kerajinan emas dan perak, kain mori, kerajinan batik, serta candu dan opium. Mereka juga diwenangkan untuk membuka rumah gadai (Tempo, 16 Juli 2006: Bermula dari Alas Mentaok). Selain dari bertahannya beberapa komponen fisik seperti rumah tradisional, kompleks makam, rumah saudagar, sisa-sisa kejayaan Kerajaan Mataram sampai saat ini masih dapat dikenali dengan nama- nama kampung 2
3 yang ada di Kotagede. Seperti kampung Dalem (bekas lokasi kerajaan), Alunalun, Kemasan (tempat para pengrajin emas), Sayangan (tempat para pengrajin tembaga), dan sebagainya. KOTAGEDE Gambar I.1 Lokasi Kawasan Kotagede Yogyakarta Sumber: Pemerintah Kota Yogyakarta Peran tampilan ruang jalan sangat mempengaruhi tanggapan pengamat terhadap penilaian sebuah kawasan, termasuk di Kawasan Kotagede. Ada beberapa ruas jalan yang terdapat di Kotagede, yaitu Jalan Kemasan, Jalan Karanglo, Jalan Mondorakan, Jalan Mentaok Raya, dan Jalan Watugilang. Jalan Kemasan dan Karanglo mengantarkan pengunjung ke pusat Kotagede, yakni pasar. Pasar Kotagede inilah yang menjadi titik pusat kawasan Kotagede pada saat ini. Street and their sidewalks, the main public spaces of a city, are most 3
4 vital organ. Think of a city and what comes to mind? Its street. If a city's street look interesting, the city look interesting; if they look dull, the city look dull (Jacobs dalam Moughtin, 1992, p:130). Kawasan Kotagede memiliki empat ruas jalan utama menuju pusat kawasan, yaitu Jalan kemasan, Jalan Mondorakan, Jalan Karanglo dan Jalan Masjid Besar. Dari keempat jalan yang ada di Kotagede, Jalan Kemasan merupakan ruang jalan yang mempunyai pelingkup berupa bangunan lama yang mampu mewakili keunikan kawasan Kotagede dengan perpaduan perkembangan sosial ekonomi di Gambar I.2 Jalan Utama di Pusat Kawasan Kotagede (Sumber: RBI Bakosurtanal, 2007) kawasan Kotagede. Sebagai koridor gerbang menuju kawasan Kotagede sekaligus penghubung antara kawasan Kotagede dengan kawasan pusat kota Yogyakarta membawa dampak terhadap perkembangan pelingkup ruang Jalan Kemasan. 4
5 1.2. Rumusan Permasalahan Proses pengembangan kawasan Kotagede terutama penggal Jalan Kemasan dipengaruhi oleh kondisi kawasan Kotagede pada umumnya, sehingga penanganan dalam proses pengembangannya cenderung dipengaruhi oleh beberapa permasalahan yang muncul, baik eksternal maupun internal. Pergeseran kawasan Kotagede sebagai kawasan bersejarah terlihat dari beberapa bangunan dan fungsi baru yang mulai berkembang di Jalan Kemasan. Perubahan yang paling besar adalah perubahan yang terjadi akibat hilangnya bangunan-bangunan bersejarah setelah gempa bumi 27 Mei Kondisi inilah yang menjadi dasar utama Kotagede dinyatakan satu dari 100 peninggalan dunia yang terancam, sehingga diperlukan upaya untuk menyelamatkan keunikan dan kekhasan kawasan tersebut. Banyak bangunan yang berperan sebagai pelingkup ruang jalan dalam kondisi rusak, bahkan telah digantikan bangunan bangunan baru yang mempunyai karakter berbeda sama sekali dengan tipologi pelingkup ruang jalan sebelumnya. Perkembangan fungsi kawasan secara keseluruhan yang mengarah pada peningkatan perekonomian masyarakat memicu perubahan pola pelingkup ruang jalan. Dengan dominasi fungsi komersial maka fasad bangunan di dominasi dengan bukaan yang cukup lebar dan perluasan ruang jalan sebagai area private. Tanpa adanya pengendalian, secara berkala hal ini menyebabkan pergeseran kawasan Kotagede sebagai kawasan cagar budaya. 5
6 Gambar I.3 Kondisi Jalan Kemasan Pasca Gempa Tahun 2006 (Sumber: Berbeda dengan pengembangan di kawasan perkotaan, karakteristik pengembangan kawasan Kotagede berbasis pada formulasi penataan kawasan yang terintegrasi secara sistematis dengan tujuan melestarikan pusaka warisan budaya serta upaya melibatkan partisipasi masyarakat. Hal ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pola pengembangan dan penataan kawasan secara keseluruhan. Pola penataan kawasan yang kurang memperhatikan distinct character kawasan mengakibatkan munculnya karakter-karakter baru yang cenderung menghilangkan identitas pelingkup ruang jalan Kemasan. Setiap kawasan memiliki karakter yang membedakan dengan kawasan yang lain. Demikian halnya dengan karakter kawasan kotagede yang secara umum dipengaruhi oleh setting fisik dan non fisik. Setting fisik adalah ruang yang terbentuk di dalam kawasan dengan batas bawah berupa jalan, pedestrian dan 6
7 halaman, batas samping adalah fasad bangunan bangunan dan batas atas adalah skyline yang dibentuk oleh ketinggian bangunan dan kanopi vegetasi yang ada di kanan dan kiri ruang jalan. Setting non fisik adalah aktifitas, konsep dan image yang ada di dalam kawasan. Elemen pembentuk pelingkup ruang jalan perlu dikendalikan agar karakter ruang Jalan Kemasan sebagai kawasan perdagangan yang berorientasi ekonomi produktif tetap dapat mewakili identitas kawasan Kotagede sebagai kawasan cagar budaya. Beberapa perubahan elemen fisik ruang jalan sebagai salah satu aktualisasi kawasan secara keseluruhan mengakibatkan adanya ketidakteraturan pada tatanan bangunan di sepanjang ruang jalan (alignment, lot size, facade). Oleh karena itu pola tatanan pelingkup ruang jalan memegang peranan penting dalam perkembangan identitas kawasan nantinya Pertanyaan Penelitian Penelitian yang akan mencermati pelingkup ruang Jalan Kemasan ini diawali dengan mencoba mengerti persil di sisi kiri dan kanan jalan. Hal ini sangat penting dilakukan di penggal jalan Kemasan karena Jalan ini merupakan gerbang masuk utama menuju kawasan Kotagede. Setelah melihat pola yang ada, dapat ditemukan pola pelingkup ruang jalan yang relatif masih utuh maupun yang sudah mengalami perubahan. Dari uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian: 1. Bagaimana performa pelingkup ruang jalan di koridor Jalan Kemasan Kotagede? 7
8 2. Variabel apa yang paling dominan dalam membentuk performa pelingkup ruang jalan Kemasan Kotagede? 3. Bagaimana arahan penataan pelingkup ruang jalan agar tetap dapat mempertahankan identitas Jalan Kemasan sebagai bagian dari kawasan cagar budaya Kotagede? 1.4. Tujuan Penelitian Umum: Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pada Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengendalikan perkembangan pelingkup ruang jalan (enclosure) di Jalan Kemasan di luar karakteristik kawasan Kotagede. Khusus: Untuk membatasi lingkup penelitian maka perlu dijabarkan tujuan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui performa pelingkup ruang jalan di koridor Jalan Kemasan. 2. Mengetahui variabel apa yang paling dominan dalam membentuk performa pelingkup ruang jalan Kemasan Kotagede. 3. Menemukan arahan penataan pelingkup ruang jalan agar tetap dapat mempertahankan identitas Jalan Kemasan sebagai bagian dari kawasan cagar budaya Kotagede. 8
9 1.5. Keaslian Penelitian Terkait dengan locus dan focus terhadap penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai tipologi pelingkup ruang Jalan Kemasan dengan focus penelitian pada identifikasi pola pelingkup ruang jalan (enclosure) yang terbentuk dalam kajian visual dan keruangan. Adapun penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan focus maupun locus penelitian ini antara lain: Tabel I.1 Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya No. Peneliti Judul Penelitian Fokus Penelitian Lokus Penelitian Hasil Temuan 1. Januar Arie M /IPS/DKB/04 Karakter Visual Fasade Bangunan di Jalan Kemasan kotagede Karakter visual Fasade Bangunan Jalan Kemasan Kotagede Karakter visual fasade bangunan di Jalan Kemasan dilihat dari elemen elemen fasadenya 2. Wahida Kartika A. 07/261580/PTK 4580 Faktor Pembentuk dan Kualitas Enclosure Ruang Jalan pada Jalan Godean KM. 2 KM.5,5 Faktor Pembentuk dan kualitas Enclosure Ruang jalan Jalan Godean KM.3 s/d KM. 5,5 Factor pembentuk enclosure ruang jalan di Jalan Godean km 2- km 5 terdiri atas bengunan dan pengisi ruang jalan (signage, street furniture dan vegetasi) 3. Panji Kurniawan 07/261586/PTK/4577 Pengembangan Ruang Enclosure Ruang Jalan di Kawasan Komersial, Bandar Jaya, Lampung Tengah Pengembangan Ruang Enclosure Ruang Jalan di Kawasan Komersial Bandar Jaya, Lampung Tengah Kualitas visual enclosure ruang jalan, dimana orientasi arahan desain terwujud dari komunikasi antara elemen dinding jalan dan jarak antara elemen pembentuk dinding. 4. Nicolaus Nino A. 09/292851/PTK/6230 Peningkatan Kualitas Ruang Jalan pada Fungsi Komersial di Kawasan Candi Borobudur Kajian pada Setting Elemen Fisik dan Aktifitas Kasus : Jalan Pramudya Wardani Peningkatan Kualitas Ruang Jalan pada Fungsi Komersial Kajian pada Setting Elemen Fisik dan Aktifitas Jalan Pramudya Wardani Kawasan Candi Borobudur Kualitas elemen setting fisik yang berbeda pada tiap penggal jalan berpengaruh pada intensitas aktivitas. Faktor faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas ruang jalan pada koridor Jalan Pramudya Wardani dapat dilihat dari keterkaitan antara variable setting fisik dan setting aktivitas. 6. Poerwadi 9472/PS/DKB/2002 Karakteristik Ruang Sub Kawasan Kotagede (sumber : Daftar Thesis Program Pasca Sarjana Magister Kawasan Binaan) Karakteristik Ruang Sub Kawasan Sub Kawasan Kotagede Mengetahui empat bagian penting sub kawasan Kotagede, baik dari jenis masyarakat di sekitar koridor jalan maupun kawasan di sekitarnya. 9
10 Dalam penelitian Januar Arie M. pembahasan penelitian difokuskan pada proses identifikasi karakter visual fasad bangunan yang ditemukan di Jalan Kemasan kotagede. Penelitian tersebut hanya terbatas pada kajian bangunan dan ornamental arsitektural bangunan di sepanjang Jalan Kemasan Kotagede. Dalam penelitian Wahida Kartika kajian pembahasan penelitian di fokuskan pada faktor faktor pembentuk enclosure ruang jalan. Hasil temuan dari penelitian tersebut berakhir pada sebuah identifikasi aspek aspek pembentuk dan kualitas enclosure ruang jalan di Jalan Godean KM 2 sampai dengan KM 5,5. Fokus dalam penelitian Panji Kurniawan dan Nicolous Nino A. adalah pengembangan dan peningkatan enclosure ruang jalan pada kawasan komersial. Perbedaan keduanya terletak pada pola pendekatan analisis yang digunakan oleh Nicolous Nino A. yang menggunakan kajian setting elemen fisik dan setting aktifitas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penelitian sebelumnya terletak pada fokus kajian penelitian untuk menentukan pola tipologi penataan pelingkup ruang jalan di Jalan Kemasan Kotagede dengan hasil temuan berupa arahan penataan pelingkup ruang jalan mampu menggambarkan identitas tipologi Jalan Kemasan itu sendiri. 10
BAB I PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan ini merupakan suatu paparan mengenai hal hal yang
BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan ini merupakan suatu paparan mengenai hal hal yang melandasi pentingnya penelitian mengenai upaya memperoleh gambaran karakteristik fasade bangunan disepanjang ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. elemen fisik yang menunjukan rupa kota itu sendiri. Aspek fisik dan sosial ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Karakter Kawasan Perkotaan Kota merupakan ruang bagi berlangsungnya segala bentuk interaksi sosial yang dinamis dan variatif. Sebagai sebuah ruang, kota terbentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia baik untuk aktifitas formal maupun nonformal seperti pendidikan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri, laju pertumbuhan jumlah penduduk di suatu kota menjadi pendorong laju perkembangan ruang terbangun. Ruang terbangun atau lingkungan buatan yang
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI
BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arsitektur kolonial yang ada di Indonesia, tersebar di berbagai wilayah kota-kota besar termasuk di kota Medan. Tidak semua arsitektur kolonial dibangun oleh arsitektur
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan temuan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai karakter visual penggal jalan alun-alun Selatan-Panggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam membangun sumber daya diberbagai bidang pembangunan. Peran remaja pada usia produktif sangat mempengaruhi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK FACADE BANGUNAN DALEM DI SISI UTARA JALAN MONDORAKAN, KOTAGEDE, YOGYAKARTA
KARAKTERISTIK FACADE BANGUNAN DALEM DI SISI UTARA JALAN MONDORAKAN, KOTAGEDE, YOGYAKARTA Augustinus Madyana Putra 1 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta e-mail: thelightofjava@gmail.com
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan
BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pentingnya Peran Pantai Baron sebagai Tujuan Wisata Pantai
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Pentingnya Peran Pantai Baron sebagai Tujuan Wisata Pantai Kabupaten Gunungkidul memiliki beberapa potensi bahari yang sangat menjanjikan antara lain Pantai Baron,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman Jalan merupakan salah satu ruang publik dalam suatu kawasan yang memiliki peran penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi budaya, kota-kota di Indonesia mulai marak dengan munculnya pusat-pusat perbelanjaan modern.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN
BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Unsur-unsur arsitektur kota berpengaruh terhadap (proses) pembentukan ruang sehingga harus dikendalikan perancangannya sesuai dengan skenario pembangunan yang telah digariskan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1.1.1. Jalan sebagai Ruang Terbuka Publik yang Berfungsi sebagai Media Reklame Luar Ruangan Ruang terbuka merupakan elemen solid dan void yang membentuk struktur visual
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi
Lebih terperinciBab 4 ANALISA & PEMBAHASAN
Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN TEKNIK: METODE EVALUASI- KRITERIA SELEKSI TAHAP 1 Menggali atau menemukan identitas kawasan di sepanjang koridor Jalan Mastrip berdasarkan aspek kajian identitas kawasan TAHAP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui tentang : Desain : Kerangka bentuk atau rancangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dan eksistensi kota, bangunan dan kawasan cagar budaya merupakan elemen lingkungan fisik kota yang terdiri dari elemen lama kota dengan nilai historis
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Terkait dengan pertanyaan penelitian akan kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi walkability menjadi acuan dalam proses menganalisa dan pembahasan,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Daftar Isi... i
DAFTAR ISI Halaman Depan Halaman Pengesahan Kata Pengantar Abstrak Daftar Isi... i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan, Sasaran, dan Manfaat Penelitian... 4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arsitektur signage dikenal sebagai alat komunikasi dan telah digunakan sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage digunakan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN
BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa, didapatkan faktor-faktor pembentuk karakter fisik ruang jalan dan kualitas karakter fisik pada Perempatan Ring Road Condong Catur
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTER VISUAL KORIDOR
TESIS KAJIAN KARAKTER VISUAL KORIDOR JALAN KARANG LO KOTAGEDE, YOGYAKARTA Disusun oleh : Aulia Abrar (105401483/PS/MTA) MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan fungsi baru untuk menunjang ragam aktivitas
Lebih terperinciSTUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR
STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR Oleh : SEVINA MAHARDINI L2D 000 456 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN
Lebih terperinciP E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Bangunan dan kawasan kota adalah artefak-artefak yang penting dalam sejarah perkembangan suatu kota. Mereka kadang-kadang dijaga dan dilestarikan dari penghancuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di perkotaan yang sangat cepat seringkali tidak memperhatikan kebutuhan ruang terbuka publik untuk aktivitas bermain bagi anak. Kurangnya ketersediaan
Lebih terperinciPERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D
PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Fenomena Elemen Elemen Kawasan terhadap kawasan Tugu Pal Putih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seolah mengaburkan kota Jogja sebagai kota budaya, keberadan elemen - elemen kawasan secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas visual kota Yogyakarta sebagai
Lebih terperinci8.12.(2) Proyek Percontohan Kawasan Budaya Kotagede: Konservasi Seni pertunjukan Kampung dan Lingkungannya di Yogyakarta.
8.12.(2) Proyek Percontohan Kawasan Budaya Kotagede: Konservasi Seni pertunjukan Kampung dan Lingkungannya di Yogyakarta Yogyakarta Tipe kegiatan: Konservasi kawasan warisan budaya kota Inisiatip dalam
Lebih terperincisekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang
BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota Semarang sebelah utara, berbatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah keberadaan kota Surakarta tidak bisa terlepas adanya keraton Surakarta yang secara proses tidak dapat terlepas pula dari kerajaan pendahulunya yakni
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Metode Penelitian Pada pendekatan penelitian ini merujuk dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh sejumlah peneliti yang memiliki beberapa kesamaan judul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk bermasyarakat. Jadi suatu kota bukanlah hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan produk dari peradaban manusia, yang merupakan hasil ciptaan manusia yang mendemonstrasikan satu taraf perkembangan yang khas di dalam evolusi kehidupan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kota Kota merupakan suatu komponen yang rumit dan heterogen. Menurut Branch (1996: 2) kota diartikan sebagai tempat tinggal dari beberapa ribu atau lebih penduduk, sedangkan
Lebih terperinciPENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D
PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : APIT KURNIAWAN L2D 099 404 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2003 ABSTRAKSI
Lebih terperinciPENATAAN PUSAT KAWASAN SENTRA KERAJINAN KOTAGEDE SEBAGAI KAWASAN PEMASARAN DAN WISATA YANG REKREATIF
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PUSAT KAWASAN SENTRA KERAJINAN KOTAGEDE SEBAGAI KAWASAN PEMASARAN DAN WISATA YANG REKREATIF Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciSTUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D
STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciMUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI Halaman Sampul... i Lembar Pengesahan... ii Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Intisari... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xi BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciIdentifikasi Karakter Kawasan Cagar Budaya Pakualaman Yogyakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 PENELITIAN Identifikasi Karakter Kawasan Cagar Budaya Pakualaman Yogyakarta Angela Upitya Paramitasari angelaupito@gmail.com Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perancangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil pembahasan kualitas ruang terbuka pubik yang telah dilakukan, antara lain : 1. Hasil pambahasan kualitas fisik dan kualitas non fisik
Lebih terperinciKajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota (Studi Kasus : Kawasan Pasar Buah Kota Kendari) Weko Indira Romanti Aulia weko.indira@gmail.com Perencanaan dan Perancangan
Lebih terperinciThreshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta Steven Nio (1), Julia Dewi (1) stevennio93@gmail.com, julia.dewi@uph.edu (1) Arsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kotagede adalah kawasan yang terletak sekitar 10 kilometer tenggara dari Kota Yogyakarta adalah sentra kerajinan perak yang pernah mengalami masa kejayaannya pada era
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada abad ke 14, bangsa Tionghoa mulai bermigrasi ke Pulau Jawa, terutama di sepanjang pantai utara Jawa. Perpindahan ini merupakan akibat dari aktivitas perdagangan
Lebih terperinciLampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism)
LAMPIRAN 115 116 Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism) 1. Mesjid Laweyan Cikal bakal budaya dan sejarah laweyan dan Surakarta Sejarah Kerajaan Pajang yang penting bagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencana kota harus memperhatikan upaya-upaya untuk membentuk citra kota dalam melakukan perencanaan dan penataan kota. Dalam hal ini, Shirvani (1985) mengungkapkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang juga dikenal sebagai Undang-Undang Otonomi Daerah mendorong setiap daerah untuk menggali
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saat Keraton Yogyakarta mulai dibuka sebagai salah satu obyek kunjungan pariwisata
Lebih terperinciKARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA
KARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA Hatta Musthafa Adham Putra. Staf Pengajar Program Studi Arsitektur, Jurusan Desain Politeknik Negeri Samarinda E-mail: hattamusthafa@gmail.com ABSTRACT Old
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Penelitian terhadap hubungan desain lingkungan fisik dan aktivitas kriminal pada malam hari di Kawasan Kota Lama Semarang menghasilkan beberapa kesimpulan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,
Lebih terperinciPASAR KOTAGEDE. Oleh : Theresiana Ani Larasati
PASAR KOTAGEDE Oleh : Theresiana Ani Larasati Pasar Kotagede yang masih eksis hingga saat ini menurut beberapa sumber sejarah diketahui telah ada sejak zaman Ki Gede Pemanahan. Pasar yang dikenal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1.1.1 Judul Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual 1.1.2 Pemahaman Esensi Judul Ruang komunal
Lebih terperinciPENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR
PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Indah Pujiyanti Prodi Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. VI. 1 Kesimpulan. VI.1.1 Karakter Pelingkup Ruang Jalan Seturan VI-1
BAB VI KESIMPULAN VI. 1 Kesimpulan VI.1.1 Karakter Pelingkup Ruang Jalan Seturan VI-1 Penggal Jalan 1 Pada penggal 1 didominasi oleh bangunan dengan massa sedang. berikut jumlah dan prosentasenya, massa
Lebih terperinciBab VI. KESIMPULAN dan SARAN
Bab VI KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan Karakter suatu tempat berkaitan dengan adanya identitas, dimana didalamnya terdapat tiga aspek yang meliputi : aspek fisik, aspek fungsi dan aspek makna tempat.
Lebih terperinciPenerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Atika Almira (1), Agus S. Ekomadyo (2) (1) Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Kraton Yogyakarta merupakan salah satu kawasan cagar budaya yang ada di Kota Yogyakarta. Keberadaan Kraton Yogyakarta itu sendiri menjadi salah satu unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang perekonomian negara dan masyarakatnya. Saat ini pariwisata dipercaya sebagai salah satu solusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bahkan
Lebih terperinciPENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL
LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : BOGI DWI CAHYANTO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI
BAB I PENDAHULUAN Masyarakat kota Yogyakarta pasti mengenal Kawasan JL. KHA. Dahlan. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI yang terkenal dengan tokohnya KHA. Dahlan
Lebih terperinciAlkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Fenyta Rizky Rahmadhani fenyta25@gmail.com Jurusan Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perancangan dan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu
Lebih terperinciPOLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244
POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 Oleh : INDRA KUMALA SULISTIYANI L2D 303 292 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciV. KONSEP PENGEMBANGAN
84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan Pembangunan perkotaan membawa perubahan pada lingkungan fisikdan atmosfer kota. Pada lingukungan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kabupaten Ngawi mempunyai sumber daya budaya berupa objek/situs cagar budaya yang cukup banyak dan beragam jenisnya. Dari semua objek/situs cagar budaya yang berada
Lebih terperinciTengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERENCANAAN
BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai Kabanaran, dibagian timur sungai Premulung, terdapat sebuah pasar yang besar yang termasuk
Lebih terperinciKAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati
KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama
Lebih terperinciPerkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta Augustinus Madyana Putra (1), Andi Prasetiyo Wibowo
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini
BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel, kawasan ini menjadi penting
Lebih terperinciBAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya
BAB V A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya ilmiah ini, diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, akan diuraikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar belakang
PENDAHULUAN Latar belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di ibukota berdampak pada peningkatan jumlah penduduk dan dinamika penggunaan lahan. Pertumbuhan sektor perdagangan, jasa dan industri mendominasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN PANDUAN RANCANG BANGUN
BAB V KESIMPULAN DAN PANDUAN RANCANG BANGUN 5.1 Kesimpulan Proses identifikasi dan analisis aspek fisik dan non fisik dimaksudkan untuk mendapatkan kesimpulan penelitian yang berkaitan tiga inti penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut penelitian Citra Pariwisata Indonesia pada tahun 2003, budaya menjadi elemen yang paling menarik minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN RUANG ENCLOSURE JALAN DI KAWASAN KOMERSIAL, BANDAR JAYA, LAMPUNG TENGAH
PENGEMBANGAN RUANG ENCLOSURE JALAN DI KAWASAN KOMERSIAL, BANDAR JAYA, LAMPUNG TENGAH Panji Kurniawan 1* Abstract When thinking of a city, the easiest thing that can be recorded from that city is the activity
Lebih terperinciLebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,
Lebih terperinciUpaya Memahami Sejarah Perkembangan Kota dalam Peradaban Masa Lampau untuk Penerapan Masa Kini di Kota Pusaka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Upaya Memahami Sejarah Perkembangan Kota dalam Peradaban Masa Lampau untuk Penerapan Masa Kini di Kota Pusaka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Oleh: Catrini Pratihari Kubontubuh Direktur Eksekutif BPPI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan
BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berbicara mengenai Kampung Kauman, tidak akan lepas dari identitasnya sebagai kampung santri. Dan dalam perkembangan permukimannya, kampung Kauman Surakarta membangkitkan
Lebih terperinciSTUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR
STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR Oleh: LAELABILKIS L2D 001 439 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinci