JARING ARAD JAWA BARAT ENUR JANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JARING ARAD JAWA BARAT ENUR JANAH"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK USAHA UNIT PERIKANANN JARING ARAD DI PPI BLANAKAN, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT ENUR JANAH MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Karakteristik Usaha Unit Perikanan Jaring Arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, 15 Juni 2010 Enur Janah

3 ABSTRAK ENUR JANAH, C Karakteristik Usaha Unit Perikanan Jaring Arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Dibimbing oleh EKO SRI WIYONO dan JULIA EKA ASTARINI. Jaring arad (mini trawl) merupakan alat tangkap yang dominan berada di PPI Blanakan. Alat tangkap ini sejenis jaring berkantong yang bersifat menjaring apa saja yang ada di dasar perairan. Usaha penangkapan jaring arad di daerah Blanakan masih berkembang dan menguntungkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi unit penangkapan, menghitung komposisi hasil tangkapan, dan menghitung usaha penangkapan jaring arad. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif untuk menggabungkan hasil observasi unit penangkapan jaring arad yang beroperasi dengan hasil wawancara dengan nelayan jaring arad, dan analisis finansial untuk mengetahui kelayakan usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Hasil analisis diperoleh bahwa unit penangkapan jaring arad meliputi perahu yang terbuat dari kayu, nelayan jaring arad dioperasikan oleh 3-4 orang, dan alat tangkap jaring arad terdiri atas sayap, badan, kantong, pelampung, pemberat, papan rentang, tali ris, tali selambar, dan danleno. Hasil tangkapan jaring arad terdiri dari hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan lainnya. Hasil tangkapan utama yaitu udang sebanyak 9,44% dari hasil tangkapan total. Hasil tangkapan lainnya yaitu ikan, cumi-cumi, rajungan, dan lainnya sebanyak 17,50% dari hasil tangkapan total. Analisis finansial yang terdiri dari analisis usaha dan analisis kriteria investasi didapatkan nilai investasi, total biaya, penerimaan usaha, keuntungan, Revenue-Cost Ratio > 1, Payback Period 1,14 tahun, Net Present Value > 0, Net Benefit Cost Ratio > 1, dan Internal Rate of Return > tingkat suku bunga bank yang berlaku, sehingga dapat diketahui usaha unit penangkapan jaring arad di Blanakan masih menguntungkan dan masih layak untuk dilanjutkan. Kata kunci: karakteristik, usaha perikanan, jaring arad, PPI Blanakan

4 Hak cipta IPB, Tahun 2010 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penyusunan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

5 KARAKTERISTIK USAHA UNIT PERIKANAN JARING ARAD DI PPI BLANAKAN, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT ENUR JANAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul Skripsi Nama NRP Mayor : Karakteristik Usaha Unit Perikanan Jaring Arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat : Enur Janah : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Pembimbing I, Disetujui: Pembimbing II, Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si Julia Eka Astarini, S.Pi, M.Si NIP NIP Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP: Tanggal lulus: 15 Juni 2010

7 KATA PENGANTAR Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari 2010 ini adalah usaha perikanan jaring arad, dengan judul Karakteristik Usaha Unit Perikanan Jaring Arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si dan Julia Eka Astarini, S.Pi, M.Si selaku pembimbing yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan dan kelemahan sehingga penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran dari para pembaca. Semoga hasil penelitian dalam bentuk skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya dikemudian hari. Bogor, 15 Juni 2010 Enur Janah

8 UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si dan Julia Eka Astarini, S.Pi, M.Si sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama penelitian sampai penyelesaian skripsi; 2. Dr. Muhammad Imron, M.Si sebagai Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan; 3. Dr. Ir Sugeng Hari Wisudo, M.Si sebagai penguji tamu pada sidang ujian skripsi yang telah memberikan saran kepada penulis; 4. Dosen Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan selama ini; 5. Kepala dan staff KUD Mandiri Mina Fajar Sidik di PPI Blanakan, Kabupaten Subang yang telah membantu kelancaran penelitian ini; 6. Ayahanda (Said), Ibunda (Nengsih), kakak-kakak tersayang (Ai dan Heri) dan adik-adik tercinta (Asep dan Desi), serta orang tua angkat (Sri Banondari dan Fadjri) atas doa, kasih sayang, dukungan, dan berbagai hal lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu; 7. Ahmad Patah yang telah membantu dan memberikan doa, kasih sayang, dukungan serta menemani hidup penulis saat suka dan duka; 8. Intan, Septa, Esther, Mukhlis, Septi dan seluruh rekan PSP 43 yang telah membantu dan memberikan dukungan serta doanya kepada penulis selama menempuh pendidikan di PSP, FPIK, IPB; dan 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Bogor, 15 Juni 2010 Enur Janah

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 02 Agustus 1988 dari pasangan Bapak Said dan Ibu Nengsih. Penulis merupakan putri ketiga dari lima bersaudara. Penulis lulus dari SD Negeri 1 Pasirhuni Ciawi Tasikmalaya pada tahun 2000, pada tahun 2003 lulus dari SLTP Negeri 4 Purwakarta, tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Purwakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan kemahasiswaan diantaranya yaitu menjadi anggota Departemen kesekretariatan pada Himpunan Profesi Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode Penulis juga menjadi pengurus Purwakarta Student Community (PUSCOM) sebagai Ketua Divisi Kewirausahaan periode Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Karakteristik Usaha Unit Perikanan Jaring Arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian skripsi yang diselenggarakan oleh Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 15 Juni 2010.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap jaring arad Kapal dan nelayan jaring arad Metode pengoperasian Daerah dan musim penangkapan ikan Hasil tangkapan Analisis Finansial Analisis usaha Analisis kriteria investasi usaha Analisis sensitivitas METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Tempat dan Waktu Metode Penelitian Analisis Data Analisis unit penangkapan ikan Analisis komposisi hasil tangkapan Analisis finansial usaha perikanan jaring arad KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis, Letak Topografi dan Luas Wilayah Penduduk Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Desa Blanakan Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan Unit penangkapan ikan Daerah penangkapan ikan Musim penangkapan ikan Sarana dan prasarana penangkapan Pengolahan dan pemasaran produksi perikanan ix

11 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Deskripsi unit penangkapan jaring arad Komposisi hasil tangkapan jaring arad Analisis usaha perikanan jaring arad Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

12 DAFTAR TABEL Halaman 1 Data jumlah penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun Data jumlah penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat kesejahteraan pada tahun Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan tahun Jumlah nelayan di Kabupaten Subang pada tahun Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Subang tahun Perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan tahun Perkembangan alat tangkap dan trip penangkapan di Kabupaten Subang tahun Persentase potongan pelelangan bagi kapal yang melelangkan ikan di TPI Blanakan Spesifikasi alat tangkap jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang Hasil tangkapan jaring arad selama penelitian Pengelompokan total hasil tangkapan jaring arad selama penelitian Komponen investasi usaha penangkapan jaring arad di perairan Blanakan, Kabupaten Subang Biaya usaha unit penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang Penerimaan usaha unit penangkapan jaring arad tahun xi

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Perkembangan produksi ikan di TPI Blanakan Fender dan bollard yang digunakan di PPI Blanakan Gedung Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Mina Fajar Sidik di PPI Blanakan, Kabupaten Subang Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Blanakan Pabrik es di PPI Blanakan Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) di PPI Blanakan Perahu arad yang digunakan di Perairan Subang Konstruksi perahu arad yang digunakan di Perairan Subang Sketsa jaring arad yang digunakan di Perairan Subang Komposisi hasil tangkapan jaring arad selama penelitian Komposisi hasil tangkapan utama selama penelitian Komposisi hasil tangkapan lainnya yang dimanfaatkan Komposisi hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut Skema pemasaran hasil tangkapan nelayan jaring arad di daerah Blanakan, Kabupaten Subang tahun xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta Blanakan, Kabupaten Subang Disain jaring arad Unit penangkapan jaring arad di PPI Blanakan Hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan lainnya jaring arad Analisis usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang tahun Analisis sensitivitas usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang tahun 2010 (kenaikan harga solar) xiii

15 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah penghasil ikan laut yang relatif besar di pantai utara Jawa Barat. Dengan potensi ± ton/tahun, produksi perikanan laut di Blanakan (sebesar ± ton/tahun) memberikan produksi sebesar 29,41% per tahun dari produksi perikanan laut di Jawa Barat. Konsentrasi nelayannya berada di empat kecamatan wilayah pesisir, yaitu Kecamatan Blanakan, Pamanukan, Legonkulon dan Kecamatan Pusakanagara. Berdasarkan informasi DKP Kabupaten Subang (2005), dari empat wilayah tersebut konsentrasi nelayan terbesar terdapat di Kecamatan Blanakan (Desa Blanakan dan Desa Muara Ciasem) dan Kecamatan Legonkulon (Desa Mayangan). Kedua kecamatan ini merupakan penghasil udang terbesar di Kabupaten Subang. Perairan laut sekitar Subang yang merupakan bagian dari Laut Jawa mempunyai potensi sumber daya ikan yang baik. Untuk memenuhi permintaan ikan yang semakin meningkat baik untuk tujuan ekspor maupun pasar lokal maka pembangunan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Subang diarahkan pada upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan. Jenis-jenis ikan yang ada di Kabupaten Subang diantaranya adalah selar, layang, bawal, tembang, pepetek, tiga waja, belanak, kembung, tenggiri, tongkol, layur, cucut, pari, udang, kerang darah, cumi-cumi, teri, lemuru, kakap, kerapu, ekor kuning, kuwe, dan beberapa jenis ikan lainnya (DKP Kab. Subang, 2005). Salah satu alat tangkap yang digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan di perairan Subang adalah jaring arad. Arad merupakan alat tangkap yang dominan berada di PPI Blanakan, Kabupaten Subang. Alat tangkap arad merupakan jenis jaring berkantong yang bersifat menjaring apa saja yang ada disekitarnya, mirip seperti trawl yang sudah mulai dilarang pengoperasiannya di bagian Barat Indonesia. Hasil tangkapan jaring arad dapat dikategorikan menjadi dua yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan bukan utama. Hasil tangkapan utama dari jaring arad adalah udang, sedangkan hasil tangkapan bukan utama dari jaring arad antara lain adalah moluska, krustasea, dan ikan-ikan

16 2 demersal seperti ikan petek, ikan kerapu, ikan kerong-kerong, ikan sebelah, ikan pari, ikan cucut, dan ikan gurita (Subani dan Barus, 1989). Kegiatan usaha perikanan jaring arad merupakan suatu usaha yang penting untuk mendukung pendapatan masyarakat di daerah Blanakan, Kabupaten Subang. Hal ini dapat dilihat dari dominasi alat tangkap yang mendaratkan ikan, dimana sebagian besar masyarakat bergantung pada hasil tangkapan yang didaratkan jaring arad. Usaha penangkapan jaring arad di daerah Blanakan masih berkembang, ini membuktikan bahwa usaha arad masih menguntungkan bagi pengusaha atau pemilik jaring. Permasalahan utama pada perikanan jaring arad adalah ketidakselektifan alat tangkap ini terhadap hasil tangkapan yang dapat menangkap semua jenis spesies yang ada sehingga dapat mengganggu proses ekologi di dasar perairan. Jaring arad juga berdampak terhadap kerusakan terumbu karang, disamping itu juga merusak alat tangkap lainnya yang dioperasikan di perairan sehingga dapat menimbulkan masalah sosial antar nelayan. Menyadari dampak yang buruk dari jaring arad, Pemerintah Kabupaten Subang mengeluarkan keputusan pelarangan penggunaan jaring arad. Sebagai bentuk konsekuensinya, Pemerintah Kabupaten Subang membuat kebijakan dengan memberikan subsidi dana untuk menggantikan alat tangkap jaring arad dengan alat tangkap lainnya yang lebih ramah lingkungan (seperti jaring millenium). Akan tetapi kebijakan tersebut mengalami hambatan karena birokrasi, keterbatasan dana, dan tidak ada pendataan secara akurat adanya populasi jaring arad yang ada di Kabupaten Subang. Akibatnya subsidi penggantian alat tangkap jaring arad tidak diberikan secara sepenuhnya dan tidak merata diberikan kepada seluruh nelayan yang memiliki jaring arad di Kabupaten Subang. Penelitian mengenai jaring arad telah banyak dilakukan oleh beberapa orang peneliti, diantaranya adalah penelitian tentang penggunaan rantai pengejut (tickler chain) pada jaring arad dalam upaya meningkatkan hasil tangkapan udang (Rakhman, 2002), pengaruh penggunaan gearbox pada in-board engine terhadap hasil tangkapan jaring arad di perairan Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah (Fauzi, 2004), pengaruh pemasangan by-catch reduction device pada jaring arad (mini trawl) terhadap hasil tangkapan dan selektivitas hasil tangkapan sampingan

17 3 dominan (Chalimi, 2005), kaitan ketajaman penglihatan ikan gulamah (Argyrosomus amoyensis) dengan respon terhadap obyek jaring arad (Agustini, 2005), proporsi hasil tangkapan jaring arad (mini trawl) yang berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon (Khaerudin, 2006), dan analisis hasil tangkapan jaring arad di Blanakan Kabupaten Subang Jawa Barat (Windarti, 2008). Namun mereka tidak meneliti secara keseluruhan usaha unit perikanan jaring arad yang meliputi aspek teknik, menghitung komposisi hasil tangkapan, dan analisis usaha. Untuk itu maka penelitian tentang karakteristik usaha unit perikanan jaring arad yang berbasis di Blanakan, Kabupaten Subang penting untuk dilakukan. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi unit penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. 2) Menghitung komposisi hasil tangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. 3) Menghitung analisis usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. 1.3 Manfaat Hasil penelitian ini merupakan informasi penting yang dapat digunakan oleh semua pihak yang membutuhkan informasi tentang perikanan jaring arad dan diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan perikanan jaring arad di Subang khususnya Blanakan dan menjadi sumbangan pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan.

18 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap Karakteristik merupakan satu hal yang sangat vital perannya bagi manusia, karena hanya dengan karakteristik kita dapat mengenali serta membedakan salah satu dengan lainnya. Karakteristik juga menunjukkan kekhasan yang dimiliki suatu hal dengan yang lainnya (Chalimi, 2005). Karakteristik khusus yang terdapat pada kegiatan perikanan tangkap diantaranya: 1. Sumberdaya ikan yang selalu bermigrasi pada ruang yang tidak terbatas. 2. Common property resource, yaitu merupakan milik bersama atau tidak mengenal hak kepemilikan yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open access). 3. Adanya pengaruh dalam kondisi alami dalam melakukan eksploitasinya, seperti: musim, arus, dan gelombang. 4. Jenis sumberdaya ikan yang dieksploitasi sangat beragam dengan jumlah yang tidak terlalu besar. 5. Lahan tangkap ikan (fishing ground) semakin menurun bagi kegiatan penangkapan karena kegiatan pemukiman dan industri limbahnya secara langsung maupun tidak langsung mencemari perairan pantai. 6. Sering terjadi konflik kepentingan antara nelayan skala kecil dengan industri perikanan skala besar. 7. Dynamic resource, yaitu stok ikan bisa berubah. 8. Vulnerable resource, yaitu rentan terhadap perubahan ekosistem pesisir dan lautan. 9. Usaha perikanan masih didominasi perikanan rakyat kecil yang masih tradisional. 10. Kemampuan usaha permodalan lemah. Beragam unit penangkapan yang ada di suatu wilayah perairan merupakan suatu alternatif untuk memanfaatkan tinggi dan beragamnya sumberdaya perikanan yang terkandung, namun tentunya tidak semua unit penangkapan dapat dikategorikan sebagai unit penangkapan tepat guna (Ritonga, 2004).

19 5 Berdasarkan Undang-Undang (UU) No.31 Tahun 2004 tentang perikanan, perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Menurut Ditjen Perikanan (1990) vide Windarti (2008) usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan tujuan komersial atau mendapatkan laba dari kegiatan yang dilakukan. Pengklasifikasian usaha penangkapan ikan dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan misalnya usaha penangkapan skala kecil dan skala besar. Disisi yang lain, usaha perikanan diklasifikasikan sebagai perikanan pantai atau lepas pantai, artisanal atau komersial (Haluan, 1987). Menurut Charles (2001) pengklasifikasian skala usaha perikanan tangkap dapat ditinjau dari berbagai aspek diantaranya ukuran kapal yang dioperasikan, lokasi fishing ground dan tujuan produksinya. Pengelompokan tersebut dilakukan melalui perbandingan perikanan skala kecil (small scale fisheries) dengan perikanan skala besar (large scale fisheries). Selanjutnya Smith (1983) mengemukakan bahwa skala usaha perikanan dapat dilihat dengan cara membandingkan perikanan berdasarkan situasi technico-sosio-economic nelayan. Berdasarkan situasi tersebut kegiatan perikanan dapat digolongkan ke dalam skala industri dan skala tradisional. Pengembangan usaha perikanan dapat ditinjau melalui pendekatan bio - technico - sosio - economic. Untuk tujuan pengembangan perikanan tangkap, sebaiknya keempat syarat dipenuhi oleh suatu jenis alat penangkapan ikan. Suatu alat tangkap dapat dikembangkan jika memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. Bila ditinjau dari aspek biologi, pengoperasian alat tangkap tersebut tidak mengganggu atau merusak kelestarian sumberdaya perikanan. 2. Secara teknis, efektif untuk dioperasikan 3. Ditinjau dari aspek sosial, dapat diterima masyarakat nelayan, 4. Secara ekonomi, usaha tersebut bersifat menguntungkan.

20 6 Keempat syarat tersebut tidak mutlak dipenuhi melainkan dapat ditimbangkan sesuai dengan kepentingan. Satu syarat lagi yang diperhatikan yaitu perizinan dari pemerintah (Kesteven, 1973). 2.2 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap jaring arad Jaring arad adalah alat tangkap yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu bermesin. Alat tangkap ini biasa dioperasikan untuk perairan demersal dengan hasil tangkapan yang utama adalah udang. Menurut Ditjen Perikanan (1995), secara garis besar konstruksi jaring arad terdiri dari bagian sayap, badan, dan kantong. Bahan jaring seluruhnya terbuat dari polyethylene (PE). Konstruksi jaring arad secara umum terdiri atas tali ris, jaring, pelampung, pemberat, danleno, palang (beam), tali segitiga, papan otter, dan tali penarik (towing warp). Rinciannya adalah sebagai berikut: a. Sayap (wing) Sayap disebut juga jaring pengarah yang merupakan perpanjangan badan jaring ke otter board. Sayap terdiri dari sayap kanan dan sayap kiri, masingmasing terdiri atas sayap atas (upper wing) dan sayap bawah (lower wing). Kedua sayap membentuk mulut jaring yang terdiri atas mulut atas (head line) yang diikatkan tali ris atas (head rope) sebagai tempat pelampung dan mulut bawah (ground line) yang diikatkan tali ris bawah (ground rope) yang diberi pemberat. b. Badan (belly) Badan jaring adalah bagian tengah jaring arad yang terbesar dari keseluruhan alat tangkap yang berfungsi untuk mengurung obyek yang telah digiring oleh sayap. Pada sudut depan kiri dan kanan berhubungan dengan sayap kanan dan sayap kiri, sedang bagian belakang badan berhubungan langsung dengan bagian kantong.

21 7 c. Kantong Kantong berfungsi sebagai tempat berkumpulnya hasil tangkapan sehingga setelah kantong diikat maka obyek tangkapan yang berada dalam kantong tidak dapat melarikan diri. Bahan jaring seluruhnya terbuat dari polyethylene (PE). d. Danleno Danleno digunakan untuk mengupayakan agar kedudukan sayap selalu tegak (vertikal) sehingga udang dan ikan yang berada diantara sayap dapat tergiring masuk ke dalam jaring. e. Palang Palang berfungsi sebagai perentang sayap agar selalu terbuka selebar rentang panjang palang. Panjang palang tidak lebih dari 6 meter. f. Tali segitiga Tali segitiga digunakan untuk mempertahankan kedudukan beam agar tetap pada posisi merentang mendatar. g. Papan otter Papan otter merupakan pengganti peranan danleno dan beam sehingga kedua sayap jaring terbuka ke kanan dan ke kiri. Ukuran papan otter ini tidak lebih dari 40 cm x 80 cm dan diberi pemberat besi 6 kg. Dengan penggunaan papan otter ini tali segitiga tidak diperlukan lagi Kapal dan nelayan jaring arad Kapal yang digunakan dalam pengoperasian alat tangkap jaring arad di Perairan Cirebon terbuat dari kayu yang dilengkapi dengan motor tempel (outboard engine) dengan kecepatan 3-4 knot. Ukuran panjang kapal berkisar antara 6-8 meter, lebar 1,5-3 meter, dalam 1-2 meter dan bertonase 5-8 GT. Jaring arad dioperasikan oleh 2-5 orang nelayan (Khaerudin, 2006).

22 Metode pengoperasian Menurut Ditjen Perikanan (1995), mengatakan bahwa pengoperasian jaring arad terdiri atas tahap-tahap berikut: 1. Setelah sampai di daerah penangkapan ikan, kecepatan perahu dikurangi sehingga gerakan menjadi perlahan. Melalui bagian samping kiri buritan kapal penawuran dimulai dengan penurunan kantong, badan sayap, danlone, dan palang. Untuk jaring yang pengoperasiannya menggunakan otter, setelah semua bagian jaring berada di permukaan air, jaring tersebut ditarik supaya kedudukan kedua sayap sejajar. Selanjutnya kedua papan diturunkan secara bersama-sama dan dibiarkan melayang di permukaan air sambil ditarik sampai posisi kedua papan itu sempurna. 2. Pada saat penurunan tali penarik, gerakan perahu agak dipercepat. Panjang tali penarik disesuaikan dengan kedalaman perairan. 3. Ujung tali penarik diikat pada bagian depan perahu sedangkan pada bagian buritan kanan tali penarik tersebut ditarik sejajar perahu diharapkan posisi jaring berada di belakang perahu. 4. Perahu bergerak ke depan dengan kecepatan tertentu (3-4 knot) dan jaring ditarik selama 3 jam. 5. Setelah penarikan jaring selesai, mesin dimatikan dan penarikan tali penarik dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia sehingga seluruh jaring terangkat. 6. Hasil tangkapan dikeluarkan dari bagian kantong dengan membuka tali pengikat kantong. 7. Jaring dan tali-temali disusun kembali untuk penawuran berikutnya Daerah dan musim penangkapan ikan Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu wilayah perairan yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan atau daerah yang diduga terdapat gerembolan ikan. Sulit untuk meramalkan arah dan letak dari perpindahan dari suatu daerah penangkapan ikan, karena ikan yang menjadi tujuan usaha berada di dalam air, dan tidak terlihat dari permukaan air, sedangkan kemampuan mata manusia untuk melihat ke dalam air terbatas. Jenis-

23 9 jenis ikan yang hidup di perairan sangat beragam serta menempati fishing ground yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dalam usaha penangkapannya mempunyai banyak variasi baik dalam bentuk alat tangkap, metode penangkapan, maupun skala usahanya (Ayodhyoa, 1981). Menurut Hartati (1996), musim penangkapan ikan di perairan Muara Ciasem dibagi menjadi tiga musim, yaitu musim timur (Juli-Oktober), musim barat (Desember-Maret) dan musim peralihan (peralihan barat ke timur: pertengahan Maret-Juni dan peralihan timur ke barat: pertengahan Oktoberpertengahan Desember). Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan Desa Muara Ciasem pada umumnya berjalan sepanjang tahun. Hal ini berkaitan dengan keberadaan sumberdaya beberapa jenis ikan yang terdapat sepanjang tahun di perairan, seperti kembung, selar, tembang, tongkol, teri, lemuru, tenggiri, layur, manyung, petek, pari, cucut, bawal, udang dan lain sebagainya yang menjadi tujuan penangkapan beberapa unit penangkapan di daerah tersebut. Daerah penangkapan ikan pada umumnya berada di sekitar perairan pantai Utara Jawa Barat seperti perairan Subang, Karawang, Bekasi dan Indramayu Hasil tangkapan Menurut Subani dan Barus (1989), hasil tangkapan utama jaring arad adalah udang. Beberapa jenis udang yang tertangkap pada jaring arad adalah udang jerbung (Penaeus merguensis), krosok (Parapenaeopsisensis) dan udang windu (Penaeus monodon). Jenis ikan demersal yang tertangkap adalah pepetek (Leiognathus sp), gulamah (Arygorosomus amoyensis), beloso (Saurida tumbil), cumi-cumi (Loligo sp), kerapu (Epinephelus sp), kerong-kerong (Therapon theraps), sebelah (Psettodes erumei), pari (Trygon sephen), cucut (Squalus sp) dan gurita (Octopus sp). 2.3 Analisis Finansial Analisis finansial utamanya menyangkut perbandingan antara pengeluaran uang dengan pendapatan yang yang dihasilkan suatu kegiatan (revenue earning proyek). Analisis finansial merupakan suatu alat untuk mengambil keputusan dalam suatu perencanaan dalam memulai suatu usaha. Analisis finansial

24 10 digunakan untuk memperhitungkan umur investasi yang ditanamkan, sehingga perlu diperhatikan waktu didapatkannya keuntungan (Kadariah et al, 1999). Analisis finansial dapat dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Analisis usaha pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha dalam suatu periode tertentu, biasanya menggunakan pendekatan jangka waktu satu tahun. Analisis usaha yang dilakukan meliputi analisis pendapatan usaha, R/C Ratio, dan Payback Period (PP). Alat ukur untuk perhitungan analisis kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR), serta analisis sensitivitas Analisis usaha Analisis usaha adalah suatu perhitungan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha dan untuk mengetahui keadaan yang akan datang dari suatu perencanaan. Setiap kegiatan usaha bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Hasil analisis usaha dapat digunakan sebagai ukuran apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Dalam bidang perikanan, analisis usaha dapat dipakai sebagai alat bantu perbaikan pengelolaan usaha dengan maksud untuk mengetahui perkembangan usaha yang sedang atau sudah berjalan. Analisis usaha merupakan realita dari analisis finansial dan pada implementasinya analisis usaha lebih dapat menyatakan realita keuntungan karena memperlihatkan keadaan khas pada pelaku usaha setiap saat (Gittinger, 1986). a. Investasi Nilai aset (inventaris) dalam satu unit penangkapan disebut sebagai modal. Pada umumnya, untuk satu unit penangkapan modal terdiri dari alat tangkap, kapal penangkap, mesin-mesin, alat pengolahan atau pengawet di dalam kapal, dan alat-alat pengangkutan di laut. Dengan adanya bermacam-macam alat penangkapan dan tingkatan kemajuan nelayan, banyaknya alat tersebut pada tiap unit penangkapan tidak sama.

25 11 b. Biaya Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2005). Berdasarkan pola perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat dikelompokkan menjadi: 1. Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang secara total berubah proporsional mengikuti perubahan tingkat aktivitas atau volume yang terkait (Horngren et al, 2005). 2. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap (Fixed cost) adalah biaya yang tidak akan berubah secara total dalam jangka waktu tertentu, sekalipun terjadi perubahan yang besar atas tingkat aktivitas atau volume yang terkait. Biaya dikatakan tetap atau variabel jika dikaitkan dengan suatu objek biaya atau jangka waktu tertentu (Horngren et al, 2005). c. Analisis pendapatan usaha Analisis pendapatan usaha dilakukan untuk mengukur seberapa besar keberhasilan suatu kegiatan usaha. Besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan merupakan tujuan dari analisis pendapatan usaha (Dzamin, 1984). d. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio) Analisis Revenue-Cost Ratio dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh nilai rupiah biaya yang digunakan dalam usaha dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya (Dzamin, 1984). e. Payback Period (PP) Payback period menurut Umar (2007) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Payback period dapat diartikan sebagai rasio antara initial cash investement dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu, kemudian nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima.

26 Analisis kriteria investasi usaha a. Net Present Value (NPV) Net Present Value merupakan selisih antara total present value dari benefit dan present value dari biaya. NPV digunakan untuk melihat manfaat bersih sekarang dari suatu kegiatan usaha (Kadariah et al, 1999). b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih dengan total dari biaya bersih (Kadariah et al, 1999). c. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat suku bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah ongkos investasi proyek atau discount rate yang membuat NPV sama dengan nol (Kadariah et al, 1999). 2.4 Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas adalah suatu teknik analisis untuk menguji secara sistematis apa yang terjadi pada penerimaan total apabila terjadi perubahanperubahan yang tidak terduga yang berbeda dengan perkiraan dalam perencanaan. Suatu analisis sensitivitas dikerjakan dengan mengubah suatu unsur atau dengan mengkombinasikan unsur lain, kemudian menentukan pengaruh pada hasil analisis. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit (Kadariah et al, 1999).

27 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit penangkapan jaring arad (perahu, alat tangkap, dan nelayan), dan data hasil wawancara dari berbagai pihak yang terkait. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kuesioner 2. Kamera untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian. 3. Papan jalan (measuring board) 4. Timbangan untuk mengukur berat hasil tangkapan. 5. Penggaris 6. Alat tulis 7. Datasheet, dan 8. Buku identifikasi ikan untuk mengetahui jenis hasil tangkapan. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2009 (pra penelitian) dan dilanjutkan bulan Februari Kegiatan penelitian dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan Blanakan Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat (Lampiran 1). 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei dengan obyek penelitian yang digunakan adalah unit penangkapan jaring arad yang berbasis di PPI Blanakan, Subang, Jawa Barat. Pengkajian obyek penelitian meliputi unit penangkapan ikan itu sendiri, komposisi hasil tangkapan, serta analisis finansial usaha. Sampel diambil dengan menggunakan pendekatan purposive sampling, yaitu berupa pengambilan sampel yang bersifat tidak acak, sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah berdasarkan tujuan penelitian (Pane, 2008). Pertimbanganpertimbangan, responden pemilik atau nakhoda unit penangkapan jaring arad yang dapat berkomunikasi dengan baik, responden berada di tempat penelitian saat

28 14 wawancara dilakukan, responden tersebut menggunakan unit penangkapan jaring arad sepanjang tahun, dan jaring arad merupakan alat tangkap utama. Karena unit penangkapan jaring arad yang digunakan di PPI Blanakan relatif homogen, maka diambil 10% dari populasi unit penangkapan jaring arad untuk mewakili keseluruhan keadaan usaha penangkapan jaring arad. Pengambilan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Data fisik Data fisik diambil dari unit penangkapan jaring arad yang diamati secara langsung. Disamping itu, informasi juga diperoleh dari nelayan melalui pengisian kuesioner dengan melakukan wawancara. 2) Hasil tangkapan Hasil tangkapan jaring arad diidentifikasi dengan menggunakan bantuan buku identifikasi ikan (Saanin, 1968). Hasil tangkapan diambil untuk analisis komposisi hasil tangkapan. Sampel diambil dari setiap perahu arad yang mendaratkan hasil tangkapannya. Sampel diambil dari 12 sampel perahu arad yang mendaratkan hasil tangkapannya. Hasil tangkapan kemudian disortir berdasarkan jenisnya dan dilakukan penimbangan setiap kelompok hasil tangkapan. Hasil tangkapan utama (udang) dipisahkan dengan hasil tangkapan lainnya seperti ikan (besar dan kecil), rajungan, serta pengelompokkan sotong dan cumi-cumi. Data berat ikan kemudian dibandingkan dengan trip (kg/trip) untuk setiap jenis hasil tangkapan. 3) Biaya Data mengenai biaya dibagi atas biaya operasional dan investasi usaha penangkapan jaring arad. Data diperoleh dari wawancara dengan nelayan pemilik usaha penangkapan jaring arad melalui kuesioner berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan, banyaknya responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 responden. 4) Keadaan umum lokasi penelitian Keadaan umum diperoleh dari informasi instansi dan lembaga terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang. Data keadaan umum yang diambil meliputi data geografi dan topografi Subang, jumlah unit penangkapan ikan di Subang, volume dan jumlah produksi perikanan laut Subang,

29 15 data statistik perikanan tangkap per jenis ikan, dan fasilitas pelabuhan perikanan/pangkalan pendaratan ikan di Blanakan, Kabupaten Subang. 3.4 Analisis Data Analisis unit penangkapan ikan Hasil pengumpulan data unit penangkapan jaring arad dianalisis secara deskriptif. Analisis secara deskriptif yaitu dengan menguraikan konstruksi alat tangkap arad, perahu yang digunakan dalam pengoperasian jaring arad, dan jumlah nelayan yang mengoperasikan jaring arad secara rinci. Konstruksi unit penangkapan jaring arad yang dijelaskan meliputi dimensi utama arad, perahu yang digunakan dalam pengoperasian penangkapan ikan dan jumlah nelayan yang mengoperasikan. Spesifikasi jaring arad yang dijelaskan meliputi ukuran panjang bagian-bagian arad, jumlah mata jaring (mesh size) yang digunakan dan ukuran mata jaring. Data tentang dimensi perahu yang dijelaskan meliputi ukuran perahu (Panjang (LOA) x Lebar (B) x Tinggi (D)), bahan pembuat perahu dan alat penggeraknya. Sedangkan informasi tentang nelayan yang dijelaskan meliputi jumlah nelayan yang mengoperasikan, serta pembagian tugas masing-masing nelayan Analisis komposisi hasil tangkapan Analisis hasil tangkapan dilakukan secara deskriptif, dengan cara mengklasifikasi, mentabulasi dan menginterpretasi data. Komposisi hasil tangkapan yang meliputi total jumlah (spesies) dan bobot (kg/trip) masing-masing jenis ikan/udang pada seluruh penangkapan selama penelitian, disajikan dalam bentuk tabel dan gambar Analisis finansial usaha perikanan arad Analisis finansial dilakukan melalui analisis usaha, analisis kriteria investasi, dan analisis sensitivitas. Analisis usaha pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha dalam suatu periode tertentu, biasanya menggunakan pendekatan jangka waktu satu tahun. Analisis usaha perikanan jaring arad yang ingin diketahui, dianalisis dengan beberapa jenis analisis yaitu:

30 16 pendapatan usaha, R/C Ratio, dan Payback Period (PP). Analisis kriteria investasi mencakup Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR), serta analisis sensitivitas usaha penangkapan jaring arad. a. Investasi Investasi merupakan biaya yang dikeluarkan satu kali dalam proses produksi untuk memperoleh manfaat sampai secara ekonomi tidak menguntungkan lagi. Modal merupakan salah satu faktor penentu dalam menjalankan suatu usaha. Sumber modal yang digunakan dalam usaha penangkapan jaring arad berasal dari modal sendiri atau dari pemilik perahu. Investasi dalam usaha penangkapan jaring arad meliputi pembelian untuk satu unit penangkapan yaitu pembelian alat tangkap, perahu, dan mesin. b. Biaya Biaya usaha merupakan komponen pengeluaran dari usaha penangkapan yang harus dikeluarkan, umumnya dihitung dalam satu tahun. Berdasarkan pola perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat dikelompokkan menjadi: 1. Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya variabel dalam usaha perikanan arad meliputi bahan bakar, pelumas, minyak tanah, es balok, ransum, retribusi dan bagi hasil. 2. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap dalam usaha perikanan arad meliputi perawatan (perahu, mesin dan alat tangkap), Surat Izin Usaha Penangkapan (SIUP), dan penyusutan (perahu, mesin dan alat tangkap). c. Analisis pendapatan usaha Rumus yang digunakan dalam menghitung pendapatan usaha adalah: Keterangan : Π TR TC Π = TR - TC = Keuntungan; = Total penerimaan; = Total biaya.

31 17 Kriteria keuntungan sebagai berikut: - Jika TR > TC, maka kegiatan usaha memperoleh keuntungan sehingga usaha tersebut layak untuk dilanjutkan; - Jika TR < TC, maka kegiatan usaha memperoleh kerugian sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan; - Jika TR = TC, maka usaha berada dalam titik impas atau tidak memperoleh keuntungan atau tidak mengalami kerugian. Pendapatan bersih (Π) merupakan selisih dari total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC). Total penerimaan diperoleh dari semua penjualan hasil tangkapan, sedangkan total biaya didapatkan dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya perawatan (perahu, mesin dan alat tangkap), biaya Surat Izin Usaha Penangkapan (SIUP), dan biaya penyusutan (perahu, mesin dan alat tangkap). Biaya variabel meliputi biaya bahan bakar, pelumas, minyak tanah, es balok, ransum, retribusi dan bagi hasil. d. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio) Rumus yang digunakan sebagai berikut: R/C = TR/TC Dengan kriteria sebagai berikut: - jika R/C > 1, maka kegiatan usaha memperoleh keuntungan sehingga usaha tersebut layak untuk dilanjutkan; - jika R/C < 1, maka kegiatan usaha memperoleh kerugian sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan; - jika R/C = 1, maka usaha berada dalam titik impas atau tidak memperoleh keuntungan atau tidak mengalami kerugian. e. Payback Period (PP) Rumus payback period yang digunakan sebagai berikut: Payback Period = Nilai investasi x 1 tahun Keuntungan f. Net Present Value (NPV) Rumus yang digunakan sebagai berikut (Kadariah et al, 1999): NPV = B C i) n t t= 1 (1 = t t Keterangan : NPV Bt = Net Present Value = Benefit kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t

32 18 Ct i n = Biaya kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t = tingkat suku bunga yang berlaku; dan = umur ekonomis proyek Dengan kriteria sebagai berikut: - jika NPV > 0, maka kegiatan usaha layak untuk dijalankan dan dikembangkan; - jika NPV < 0, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dijalankan dan dikembangkan. g. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Rumus yang digunakan sebagai berikut (Kadariah et al, 1999): Net B/C = B C n t t t t= 1 (1 = t) n C t Bt t t = 1 (1 = t ) Dengan kriteria sebagai berikut: - jika Net B/C > 0, maka kegiatan usaha layak untuk dijalankan dan dikembangkan; - jika Net B/C < 0, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dijalankan dan dikembangkan. h. Internal Rate of Return (IRR) Rumus yang digunakan sebagai berikut (Kadariah et al, 1999): IRR = i + NPV x (i i ) NPV NPV Keterangan : IRR = Internal Rate of Return i = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif; i = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif; NPV = NPV pada suku bunga i ; dan NPV = NPV pada suku bunga i. Dengan kriteria sebagai berikut: - jika IRR > 0, maka kegiatan usaha layak untuk dijalankan dan dikembangkan; - jika IRR < 0, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dijalankan dan dikembangkan.

33 19 i. Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas bertujuan melihat apa yang akan terjadi terhadap usaha perikanan jaring arad jika ada suatu perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya. Analisis kepekaan perlu dilakukan bila diketahui ada faktor internal dan atau eksternal yang besar pengaruhnya terhadap kemampuan proyek mencapai produksi atau keuntungan yang ditargetkan. Contoh faktor internal yaitu biaya pokok produksi, sedangkan contoh faktor eksternal yaitu perubahan harga input produksi (bahan baku, BBM) dan perubahan harga output.

34 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis, Letak Topografis dan Luas Wilayah Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Propinsi Jawa Barat dan terletak pada Bujur Timur dan Lintang Selatan. Secara administrasi batas wilayah Kabupaten Subang adalah sebelah utara adalah Laut Jawa, sebelah selatan adalah Kabupaten Bandung, sebelah timur adalah Kabupaten Indramayu dan Kapubaten Sumedang, dan sebelah barat Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang. Luas wilayah Kabupaten Subang adalah sebesar ,95 ha (5,39% dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat) dengan ketinggian meter di atas permukaan laut. Berdasarkan PP No 48 Tahun 1999 wilayah administratif Kabupaten Subang terbagi atas 30 kecamatan dengan jumlah desa 243 dan 8 kelurahan. Hanya 4 kecamatan dari 30 kecamatan yang ada merupakan kecamatan di wilayah pesisir, yaitu Kecamatan Blanakan, Kecamatan Pamanukan, Kecamatan Legonkulon, dan Kecamatan Pusakanegara, sedangkan kecamatan lainnya berada di daerah pegunungan atau daratan tinggi (Lampiran 1). Secara umum daerah Kabupaten Subang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahun mm dan rata-rata hari hujannya sebanyak 87 hari. Disamping itu, rata-rata curah hujan umumnya terjadi pada awal tahun yaitu bulan Januari hingga April dengan jumlah 365 mm dan 426 mm. Iklim yang demikian sangat mendukung kondisi lahan yang subur dan banyaknya sungai-sungai yang pada gilirannya mempengaruhi secara signifikan besaran luas penggunaan lahan Kabupaten Subang yang sebagian besar digunakan untuk melakukan kegiatan di sektor pertanian. Wilayah Kabupaten Subang memiliki wilayah pesisir dan laut yang terletak di sepanjang pantai utara yang meliputi 4 (empat) wilayah kecamatan pesisir: 1. Kecamatan Blanakan Luas wilayah Kecamatan Blanakan adalah 85,81 km 2 yang terdiri atas 9 desa. Diantaranya 7 desa berada di wilayah pesisir yaitu Desa Cilamaya Hilir, Rawameneng, Jayamukti, Blanakan, Langensari, Muara Ciasem dan Tanjung Tiga.

35 21 2. Kecamatan Pamanukan Luas wilayah Kecamatan Pamanukan adalah 80,89 km 2 yang terdiri atas 14 desa. Diantaranya hanya 1 desa yang berada di wilayah pesisir yaitu Desa Sukamaju. 3. Kecamatan Legonkulon Luas wilayah Kecamatan Legonkulon adalah 98,47 km 2 yang terdiri atas 10 desa. Pada wilayah kecamatan ini terdapat 5 desa yang berada di wilayah pesisir. Desa-desa di wilayah pesisir tersebut adalah Desa Anggasari, Tegalurung, Mayangan, Legon Wetan, dan Pengarengan. 4. Kecamatan Pusakanegara Luas wilayah Kecamatan Pusakanegara adalah 68,40 km 2 yang terdiri atas 11 desa. Diantaranya hanya terdapat 1 desa yang berada di wilayah pesisir yaitu Desa Patimban. Diantara keempat kecamatan tersebut, Kecamatan Blanakan merupakan daerah yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Secara geografis Desa Blanakan terletak pada Bujur Timur dan Lintang Selatan dengan luas wilayah ha. Secara administrasi batas wilayah Desa Blanakan diantaranya sebelah utara adalah Laut Jawa dan Kecamatan Blanakan, sebelah selatan adalah Desa Ciasem Baru dan Kecamatan Ciasem, sebelah timur adalah Desa Langensari dan Kecamatan Blanakan, dan sebelah barat adalah Desa Jayamukti dan Kecamatan Blanakan. Secara umum Blanakan beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahun sekitar mm dan rata-rata jumlah bulan hujan adalah 4 bulan, dengan suhu rata-rata harian sebesar 29 0 C. Sebagai daerah pesisir, bentang wilayah untuk Desa Blanakan digolongkan ke dalam zona 3 (tiga) dengan ketinggian 2,5 m. Letak Blanakan yang berada pada posisi strategis memberikan keuntungan terhadap kehidupan ekonomi di Desa Blanakan. Lengkapnya sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi akan memudahkan pelaku-pelaku ekonomi untuk melakukan aktivitas ekonomi seperti produksi dan pemasaran. Keuntungan tersebut tentunya memberikan pengaruh positif terhadap sektor perikanan khususnya sub sektor perikanan tangkap. Salah satu contoh keuntungan dari letak

36 22 strategis Desa Blanakan untuk perikanan tangkap adalah memudahkan dalam memasarkan hasil tangkapan, baik untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat maupun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas kota bahkan luar propinsi. 4.2 Penduduk Secara demografis Desa Blanakan merupakan desa yang cukup heterogen. Hal tersebut dapat diketahui dengan struktur kependudukannya yang cukup beragam. Penduduk Desa Blanakan menurut pendataan tahun 2009 berjumlah orang, dimana penduduk laki-laki berjumlah orang dan penduduk perempuan berjumlah orang. Jumlah penduduk Desa Blanakan mengalami kenaikan sebanyak 91 jiwa, dengan kata lain laju pertumbuhan Desa Blanakan dari tahun sebesar 0,80%. Etnis penduduk di Desa Blanakan didominasi oleh penduduk Jawa sebesar 74,7%, etnis Sunda sebesar 25% dan sisanya merupakan pendatang dari luar Pulau Jawa yaitu etnis Padang sebesar 0,2% dan etnis Madura sebesar 0,1%. Tingkat pendidikan penduduk Desa Blanakan tergolong sangat rendah, hal ini tentunya berkaitan erat dengan kemampuan alih teknologi baru dan daya analisis dari masyarakat setempat. Data mengenai jumlah penduduk desa Blanakan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Data jumlah penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2009 Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Belum sekolah Tidak pernah sekolah Sekolah SD (tidak tamat) ,2 SD/Sederajat SLTP/Sederajat ,1 SLTA/Sederajat D ,3 D D ,1 S ,1 Jumlah Sumber: Desa Blanakan, 2009 (diolah kembali)

37 23 Menurut pendataan penduduk tahun 2009, mayoritas penduduk hanya sampai sekolah dasar atau sederajat, bahkan persentase penduduk yang tidak tamat sekolah cukup tinggi yaitu 29,2% dari jumlah penduduk. Penduduk yang tamat sekolah dasar/sederajat sebanyak orang atau 20% dari jumlah penduduk, sedangkan jumlah penduduk yang mencapai tingkat perguruan tinggi hanya sebesar 0,7% dari jumlah penduduk. Penduduk Desa Blanakan berjumlah orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak pada tahun Berdasarkan tingkat kesejahteraan keluarga, sebagian besar penduduk Desa Blanakan tergolong keluarga prasejahtera. Data mengenai penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat kesejahteraan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Data jumlah penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat kesejahteraan pada tahun 2009 Tingkat Kesejahteraan Jumlah (orang) Persentase (%) Keluarga prasejahtera ,5 Keluarga sejahtera ,9 Keluarga sejahtera ,4 Keluarga sejahtera ,8 Keluarga sejahtera 3 plus 81 2,4 Jumlah total kepala keluarga Sumber: Desa Blanakan, 2009 (diolah kembali) Berdasarkan pendataan jumlah penduduk berdasarkan tingkat kesejahteraan didapatkan persentase keluarga prasejahtera yang ada di Desa Blanakan sebesar 38,5% dari kepala keluarga, sedangkan persentase keluarga sejahtera 3 plus yang ada di Desa Blanakan sebesar sebesar atau 2,4% dari kepala keluarga. 4.3 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Desa Blanakan Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan dari tahun cukup fluktuatif. Periode produksi mengalami penurunan, namun dalam kurun waktu nilai produksi mengalami kenaikan sekitar 3 milyar rupiah dari nilai produksi tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan akan produk perikanan dan tingginya harga jual ikan. Data mengenai perkembangan produksi dan nilai produksi dapat dilihat Tabel 3.

38 24 Tabel 3 Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan tahun Tahun Volume Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) % Volume Produksi % Nilai Produksi ,98 16, ,19 16, ,07 18, ,37 13, ,22 11, ,66 11, ,50 12,25 Sumber : KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik, 2008 (diolah kembali) Pada tahun volume produksi kembali mengalami penurunan sebesar kg/tahun. Meskipun tidak sebanyak tahun volume produksi pada tahun juga mengalami penurunan (sebesar kg/tahun). Volume produksi tertinggi didapat pada tahun 2002 yakni, sebesar kg dengan nilai produksi Rp Tahun 2006 merupakan tahun dengan volume produksi terkecil yakni sebesar kg dengan nilai produksi sebesar Rp Berdasarkan pendataan KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik pada setahun terakhir 2008, produksi hasil tangkapan mencapai sebesar kg dengan nilai produksi Rp ,000 Volume Produksi (ton) 5,000 4,000 3,000 2,000 1, Tahun Gambar 1 Perkembangan produksi ikan di TPI Blanakan.

39 Unit penangkapan ikan Nelayan Nelayan merupakan salah satu bagian penting dari unit penangkapan ikan. Dalam aktivitas penangkapan mereka terjun langsung untuk melakukan penangkapan ikan. Nelayan yang berdomisili di Desa Blanakan dapat dikategorikan sebagai nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan. Berdasarkan kepemilikan unit penangkapan ikan, nelayan di Desa Blanakan terbagi lagi menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan yang berada di PPI Blanakan terdiri dari nelayan pribumi dan nelayan pendatang. Pada umumnya nelayan pendatang di PPI Blanakan umumnya berasal dari Indramayu, Cirebon, Brebes, dan Tegal. Jumlah nelayan yang terdapat di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah nelayan di Kabupaten Subang pada tahun 2006 No Kecamatan Kelompok Tani (orang) Air Tawar Tambak Nelayan 1 Cikaum Pagaden Cipunagara Compreng Binong Ciasem Pamanukan Pusakanagara Legonkulon Blanakan Jumlah Sumber: Dinas Perikanan (2007) Jumlah nelayan kelompok tani yang berada di Kecamatan Blanakan adalah sebesar 20 orang untuk nelayan air tawar, 184 orang untuk nelayan tambak dan 352 orang untuk nelayan perikanan tangkap laut. Kecamatan Blanakan memiliki jumlah nelayan perikanan tangkap yang paling banyak di Kabupaten Subang, dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Subang. Atas dasar itu, maka PPI Blanakan merupakan sektor basis perikanan yang cukup maju di tingkat Kabupaten Subang.

40 Kapal Hampir semua kapal yang berbasis di Desa Blanakan merupakan kapal kayu. Berdasarkan ukuran, kapal tersebut dapat dikelompokkan menjadi kapal dengan ukuran < 10 GT, GT dan kapal dengan ukuran antara GT. Besar kecilnya ukuran kapal tentunya akan berpengaruh terhadap penentuan daerah penangkapan ikan (DPI). Kapal dengan grosstonase yang besar, kemungkinan akan memiliki daya jelajah yang lebih luas dibandingkan dengan kapal yang ukurannya lebih kecil. Kapal dengan ukuran < 10 GT biasanya menggunakan alat tangkap jaring bondet, jaring tegur, jaring udang dan jaring rampus. Alat tangkap jaring cumi, pancing dan jaring nilon biasanya menggunakan kapal dengan ukuran GT, sedangkan kapal kayu dengan gross tonase antara digunakan sebagai armada penangkapan ikan yang memiliki dimensi kerja lebih besar seperti cantrang, payang dan purse seine yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Subang tahun 2008 Armada Penangkapan ikan Jenis perahu/kapal Jumlah 1. Perahu papan sedang Motor tempel Kapal motor GT 21 Total 726 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang (2008) Alat penangkapan ikan Alat tangkap yang berada di PPI Blanakan terdiri dari 7 jenis alat tangkap dioperasikan oleh nelayan antara lain purse seine, cantrang, jaring kantong/udang, jaring bondet, jaring tegur, pancing dan jaring sotong. Selain ketujuh alat tangkap tersebut terdapat pula jaring arad, akan tetapi sejak munculnya larangan pemerintah terhadap penggunaan jaring arad berdasarkan Kepres 31 Tahun 1980, maka alat tangkap tersebut sudah tidak didata lagi oleh pihak KUD Mina Fajar Sidik maupun pihak Departemen Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa alat tangkap yang paling dominan di PPI Blanakan adalah jaring kantong/udang, jaring arad tidak termasuk kedalam jaring kantong/udang yang ada di PPI Blanakan karena

41 27 pendataan jaring arad tidak dilakukan secara legal. Sedangkan alat tangkap dengan jumlah paling sedikit di PPI Blanakan adalah jaring tegur dan jaring sotong. Jumlah alat tangkap yang ada di PPI Blanakan mengalami penurunan pada tahun 2005 hingga tahun Hal ini terjadi karena adanya kenaikan harga bahan bakar solar pada tahun 2005, sehingga alat tangkap baru meningkat kembali pada tahun Pendataan jumlah alat tangkap di Kabupaten Subang dapat pada Tabel 7. Tabel 6 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan pada tahun No Jenis Alat Tangkap Tahun Jaring Purse Seine Jaring Cantrang Jaring Kantong / Udang Jaring Bondet Jaring Tegur Pancing Jaring Sotong Jumlah Sumber : KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik (2008) Tabel 7 Jumlah alat tangkap dan trip penangkapan ikan di Kabupaten Subang tahun 2008 Jenis Alat Tangkap Trip Unit alat tangkap Penangkapan/tahun Jumlah (trip) Payang Dogol/cantrang Pukat pantai Jaring insang hanyut Jaring insang klitik Jaring insang tetap Pancing Perangkap lainnya/tegur Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang (2008) Daerah penangkapan ikan Salah satu faktor penentu keberhasilan penangkapan ikan adalah penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground), untuk selanjutnya disebut dengan DPI.

42 28 DPI menunjukkan keberadaan populasi ikan di suatu tempat dalam melakukan operasi penangkapan. Nelayan hendaknya mencari daerah dengan populasi ikan melimpah dan ukuran ikan layak tangkap. Penentuan DPI suatu alat tangkap berbeda dengan alat tangkap lain, hal ini berkaitan erat dengan keberadaan ikan yang menjadi sasaran penangkapan dan cara beroperasi alat penangkapan ikan. Semakin besar ukuran unit penangkapan ikan akan memiliki daya jelajah/daerah penangkapan yang lebih jauh dan luas dibandingkan dengan kapal yang berukuran kecil. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan yang berbasis di Desa Blanakan, diperoleh informasi bahwa daerah penangkapan masing-masing alat tangkap ikan dominan yang berbasis di Desa Blanakan mempunyai perbedaan jangkauan DPI. Unit penangkapan ikan yang memiliki dimensi kecil (seperti jaring udang) yang menggunakan perahu dengan dimensi panjang 9 m, lebar 2,7 m dan dalam 0,9 m, beroperasi di perairan yang tidak jauh dari pantai seperti perairan Karawang, Blanakan, Singabuntu dan Pamanukan. Sedangkan unit penangkapan ikan berdimensi besar (seperti cantrang) yang mempunyai perahu dengan dimensi panjang 14 m, lebar 4,8 m dan dalam 1,7 m beroperasi di Laut Jawa, bahkan bisa menjangkau Perairan Sumatera dan Kalimantan Musim penangkapan ikan Musim penangkapan ikan secara garis besar dapat digolongkan menjadi musim puncak, musim biasa atau peralihan dan musim paceklik. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan yang berbasis di Desa Blanakan masing-masing unit penangkapan memiliki jumlah waktu dan musim ikan tersendiri. Musim ikan paling lama dimiliki unit penangkapan cantrang, yaitu selama lima bulan per tahun (Februari, Maret, April, Mei, Juni), sedangkan musim ikan paling pendek dimiliki unit penangkapan jaring udang dengan lama musim ikan hanya dua bulan per tahun (Juli, Agustus) Sarana dan prasarana penangkapan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang ada di Kabupaten Subang saat ini ada tujuh buah dan terdapat di tiga kecamatan yaitu Blanakan, Legonkulon, dan

43 29 Pusaka Nagara. Kecamatan Blanakan memiliki tiga PPI yaitu PPI Blanakan di Desa Blanakan, PPI Cilamaya Girang di Desa Cilamaya Girang dan PPI Muara Ciasem di Desa Muara Ciasem. Kecamatan Legonkulon memiliki dua PPI yaitu PPI Mayangan di Desa Mayangan dan PPI Pangarengan di Desa Pangarengan. Sedangkan Kecamatan Pusaka Nagara memiliki dua PPI yaitu PPI Teruntung di Desa Patimban dan PPI Genteng di Desa Patimban. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan merupakan salah satu PPI yang memiliki fasilitas terlengkap dibandingkan PPI lainnya di Kecamatan Blanakan bahkan di Kabupaten Subang. Secara umum fasilitas pelabuhan di PPI Blanakan dapat digolongkan menjadi: a. Fasilitas pokok, terdiri dari dermaga, kolam pelabuhan, jalan, dan jembatan. b. Fasilitas fungsional, terdiri dari tempat pelelangan ikan (TPI), pabrik es, bengkel, galangan kapal, tempat pemasaran, Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) dan lainnya. c. Fasilitas penunjang, terdiri dari MCK, kantin, tempat ibadah (mesjid), rumah nelayan, kantor pengelola pelabuhan (KUD), tempat parkir, kantor Pol Air dan kantor syahbandar. Fasilitas-fasilitas di PPI tersebut dikategorikan dalam kondisi baik kecuali bengkel yang pengoperasiannya kurang baik dan pertokoan yang pengelolaannya kurang baik sehingga tidak lagi ramai seperti tahun-tahun sebelumnya. Fasilitas pokok yang terdapat di PPI Blanakan yang terdiri fasilitas perairan (kolam pelabuhan), fasilitas tambat (dermaga), dan fasilitas penghubung (jalan dan jembatan). Dermaga di PPI Blanakan dilengkapi alat bantu untuk kapal-kapal yang berlabuh. Alat bantu tersebut terdiri dari fender dan bollard (Gambar 2). Bollard berfungsi untuk menambatkan kapal di dermaga atau perangkat untuk mengikatkan tali di kapal. Sedangkan fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan di depan dermaga sehingga kapal yang bertambat maupun yang berlabuh tidak membentur dermaga.

44 30 Gambar 2 Fender dan bollard yang digunakan di PPI Blanakan. Sebagai salah satu fasilitas fungsional yang ada di PPI Blanakan, TPI Blanakan merupakan salah satu kelembagaan formal yang langsung berinteraksi dengan nelayan. TPI tersebut dalam pengelolaannya diserahkan kepada KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik. KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik yang secara resmi didirikan pada tanggal 23 mei 1966, pada awalnya bernama Koperasi Perikanan Laut Miyasa Laksana. Pada tahun 1994, koperasi tersebut berganti nama menjadi Koperasi Mandiri Inti Mina Fajar Sidik sebagai bentuk penghargaan kepada ketua pengurus koperasi pertama yaitu H Fajar Sidik. Aktivitas usaha KUD Inti Mina Fajar Sidik sekarang ini tidak hanya bertumpu pada aktivitas perikanan laut. Saat ini, KUD Inti Mina Fajar Sidik mempunyai empat unit usaha penunjang yaitu: unit pabrik es, unit usaha simpan pinjam, penyediaan perumahan 150 unit type 36/120 diatas area lahan m 2 penyediaan bahan dan alat perikanan, pertokoan dan pujasera serta unit usaha Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN). Selain aktivitas ekonomi, KUD ini pun melakukan aktivitas sosial. Sebagai wujud kepedulian terhadap pendiri, KUD menyediakan tanah untuk Sekolah Dasar (SD). Dalam hal kemiskinan, KUD juga mengorganisasi dan membina aktivitas keagamaan. Sementara dalam hal kebudayaan, KUD memelihara dan menyelenggarakan tradisi budaya setempat yaitu acara tahunan syukuran laut/ruwatan laut. Untuk kegiatan sosial, KUD memberi santunan kepada para jompo dan anak yatim serta khitanan massal, pembinaan kelompok nelayan dan kelompok wanita nelayan, pemberian beasiswa bagi putra-putri nelayan berprestasi (bekerja sama dengan BP Migas Indonesia), dan lain-lain.

45 31 Gambar 3 Gedung Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Mina Fajar Sidik di PPI Blanakan, Kabupaten Subang. Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Inti Mina Fajar Sidik sebagai pengelola TPI Blanakan memiliki peranan sebagai juru tawar, juru karcis, kasir, keamanan, dan lain-lain. Atas jasa tersebut KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik mendapatkan pemasukan dari potongan atau retribusi pelelangan ikan. KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik mendapatkan potongan atau retribusi sebesar 8% dari setiap nelayan yang melelangkan ikan. Adapun rincian potongan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Persentase potongan pelelangan bagi kapal yang melelangkan ikan di TPI Blanakan No Peruntukan Persentase (%) a. Potongan lelang berdasarkan PERDA Propinsi Jawa Barat No.10/11 Tahun 1998 Jawa Barat No. 8/9 Tahun 2000 (5%) 1 Retribusi 1,60 2 Biaya operasional TPI 1,65 3 Tabungan nelayan 0,35 4 Dana paceklik 0,25 5 Dana sosial 0,25 6 Dana keamanan 0,10 7 Dana pembinaan/pengawas 0,35 8 Dana pembangunan daerah kerja perikanan 0,30 9 Dana puskud KUD 0,15 Jumlah 5 b. Potongan lelang berdasarkan RAT 2004 (3%) 10 Dana kesejahteraan pengurus/karyawan 1,60 11 Dana bantuan pembangunan desa 0,40 12 Tabungan nelayan 0,50 13 Dana lain-lain 0,50 Jumlah 3 Jumlah total potongan lelang 8 Sumber : KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik (2008)

46 32 Jumlah potongan lelang yang harus dikeluarkan oleh kapal yang mendaratkan ikan di TPI Blanakan tersebut merupakan akumulasi dari dua jenis potongan lelang. Berdasarkan peraturan daerah (PERDA) Nomor 5 tahun 2005 besarnya potongan ongkos lelang adalah sebesar 5% dari raman kotor yang berasal dari nelayan sebesar 2% dan dari bakul/pembeli sebesar 3%. Potongan ongkos lelang dari nelayan berdasarkan RAT 2008 adalah sebesar 3% dari raman kotor. Simpanan sukarela anggota sebesar 2% dari raman kotor. Persentase potongan terbesar (Tabel 7) diperuntukkan untuk biaya operasional TPI sebesar 1,65% dan dana kesejahteraan pengurus/karyawan KUD sebesar 1,60% dan retribusi sebesar 1,60%. Sisanya tersalurkan untuk dana paceklik, dana sosial, dan dana keamanan dan lain sebagainya. Gambar 4 Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Blanakan. Unit usaha lainnya yang memiliki peran penting di PPI Blanakan adalah unit pabrik es dan SPDN. Unit usaha pabrik es yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nelayan akan es, pada tahun 2009 memiliki kapasitas produksi 1600 balok es/hari dengan nilai Rp Dalam pengelolaannya unit usaha pabrik es ini diserahkan kepada pihak swasta yaitu PT. Tirta Ratna.

47 33 Gambar 5 Pabrik es di PPI Blanakan. Pabrik es dibangun diatas areal seluas 5,3 hektar. Unit I didirikan pada tahun 1981, sedangkan Unit II didirikan pada tanggal 28 Mei Unit I berkapasitas produksi 20 ton per hari dan Unit II berkapasitas produksi 70 ton per hari. Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) dibangun pada tanggal 23 Februari Keberadaan unit usaha SPDN memberikan kemudahan tersendiri bagi nelayan untuk memenuhi kebutuhan akan bahan bakar minyak khususnya solar. Pada tahun 2009 penjualan solar untuk kebutuhan nelayan mencapai jumlah liter dengan nilai Rp Gambar 6 Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) di PPI Blanakan.

48 34 Pada kenyataannya, tidak semua nelayan mendapatkan bahan bakar yang berasal dari SPDN. Sebagian nelayan mendapatkan bahan bakar solar dari pihak swasta yang memiliki harga lebih mahal dibandingkan dengan harga solar di SPDN. Kejadian seperti itu dikarenakan nelayan memiliki utang pada pihak swasta penjual solar dan pasokan solar di SPDN yang terbatas Pengolahan dan pemasaran produksi perikanan Pelaku distribusi dan pemasaran produksi perikanan laut di TPI Blanakan adalah konsumen, grosir dan pengecer (Subang, Bandung, Karawang, Purwakarta, Bekasi, Tangerang, Jakarta dan Lampung). Selain untuk pasar domestik dan nasional, pemasaran produk ikan laut di PPI Blanakan telah merambah ke luar negeri. Hasil tangkapan yang berasal dari nelayan masuk ke TPI melalui aktivitas pelelangan. TPI sebagai lembaga pemasaran formal melakukan pelelangan setiap hari. Ikan sampai ke tangan konsumen melalui bakul, baik itu bakul untuk tujuan eksportir, bakul lokal dan bakul olahan. Produk perikanan yang dipasarkan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu ikan segar dan ikan olahan. Produk ikan olahan yang ada di daerah Blanakan terdiri dari fillet, pengasinan, pemindangan, dan fermentasi.

49 35 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Deskripsi unit penangkapan jaring arad 1. Perahu Perahu yang digunakan untuk pengoperasian alat tangkap jaring arad terbuat dari kayu yang dilengkapi dengan motor tempel (Gambar 7 dan 8). Ukuran panjang perahu berkisar antara meter, lebar 3,0-3,5 meter, dalam 1,5-1,8 meter, dan bertonase 4-5 GT. Ukuran perahu arad yang mendarat di PPI Blanakan cenderung homogen. Perahu motor tempel adalah jenis perahu yang paling banyak digunakan oleh nelayan skala kecil. Perahu arad digerakkan dengan menggunakan motor tempel berkekuatan PK yang sebagian besar bermerk Domfeng (Lampiran 3). Kebutuhan BBM (solar) tiap perahu sebanyak liter per trip. Pada musim timur dalam satu bulan nelayan jaring arad di PPI Blanakan melakukan kegiatan penangkapan sebanyak 6-8 trip, sedangkan pada musim barat nelayan melakukan kegiatan penangkapan sebanyak 4-6 trip. Rata-rata nelayan melakukan kegiatan penangkapan jaring arad dalam waktu satu tahun sebanyak trip. Gambar 7 Perahu arad yang digunakan di Perairan Subang.

50 36 Gambar 8 Disain perahu arad yang digunakan di Perairan Subang. 2. Nelayan Jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang dioperasikan oleh 3-4 orang, dimana salah satu nelayan merupakan pemilik perahu jaring arad. Pembagian tugasnya adalah nahkoda (1 orang), ABK (2 orang) dan juru masak (1 orang). Nelayan jaring arad di PPI Blanakan ini umumnya adalah penduduk asli yang menjadikan usaha penangkapan ikan sebagai pekerjaan utama atau merupakan nelayan penuh. Pemilik perahu sebagian besar adalah orang asli Blanakan, umumnya pemilik perahu jaring arad mengikuti kegiatan penangkapan ke laut dan biasanya bertugas sebagai nahkoda (Lampiran 3). Pembagian hasil upaya penangkapan sebanyak 50% untuk pemilik arad dan 50% untuk ABK. 3. Alat Tangkap Arad Alat tangkap arad yang dioperasikan di PPI Blanakan, Kabupaten Subang terdiri atas 3 bagian utama yaitu sayap (wing), badan (body), dan kantong (codend). Jaring dilengkapi dengan pelampung, pemberat, papan rentang, tali ris atas, tali ris bawah, tali selambar, dan danleno (Lampiran 2 dan Lampiran 3). Ukuran jaring arad yang ada di PPI Blanakan umumnya homogen. Secara rinci

51 37 bagian-bagian jaring arad dapat dilihat pada Tabel 9 dan dijelaskan sebagai berikut: 1. Kantong jaring Kantong jaring terletak di ujung belakang jaring arad. Bahan kantong jaring adalah PE multifilament dengan jenis simpul trawler knot. Panjang 7 meter dan memiliki mesh size 1 inci. Bagian ujung belakang kantong terbuka, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan proses mengeluarkan hasil tangkapan. 2. Badan jaring Badan jaring terletak antara sayap dan kantong jaring. Badan jaring terbuat dari PE multifilament berwarna hijau sepanjang 9-10 m. Badan jaring ini memiliki mesh size 1,5 inci yang terletak di dekat sayap dan 1,25 inci yang terletak di dekat kantong. Badan jaring yang memiliki ukuran mata jaring 1,5 inci, pada bagian atas terdiri atas 150 mata ke arah panjang dan 240 mata ke arah lebar. Sedangkan bagian bawah terdiri atas 80 mata ke arah panjang dan 220 mata ke arah lebar. Badan jaring yang memiliki mesh size 1,25 inci, pada bagian atas terdiri atas 75 mata ke arah panjang dan 98 mata ke arah lebar sedangkan bagian bawah terdiri atas 75 mata ke arah panjang dan 98 mata ke arah lebar. 3. Sayap (wing) Material sayap jaring terbuat dari bahan PE multifilament sepanjang 14 m. Ukuran mata jaring (mesh size) pada bagian sayap adalah dua inci. Sayap atas terdiri atas 210 mata ke arah panjang dan 90 mata ke arah lebar, sedangkan sayap bawah terdiri atas 290 mata ke arah panjang dan 130 mata ke arah lebar. Bagian sayap atas lebih menjorok ke depan dibandingkan bagian bawah. Hal ini dikarenakan agar udang tidak mudah lolos dan menghindari jaring. 4. Pelampung (float) Pelampung digunakan untuk membantu membuka mulut jaring ke arah atas. Pada jaring arad terdapat dua jenis pelampung diantaranya adalah pelampung jenis pertama berjumlah satu buah yang letaknya pada bagian tengah mulut jaring bagian atas, pelampung jenis pertama ini terbuat dari bahan plastik berbentuk

52 38 bulat. Pelampung jenis kedua terbuat dari bahan vinyl sponge soft (karet busa) berwarna putih berbentuk silinder dengan panjang 10 cm, diameter 40 mm dan berjumlah 20 buah sepanjang sayap hingga mulut jaring bagian atas. 5. Pemberat (sinker) Pada jaring arad terdapat dua jenis pemberat. Pemberat pertama berfungsi untuk membuka mulut jaring ke arah bawah. Pemberat ini terbuat dari timah hitam berjumlah 50 buah dengan berat 80 gram. Pemberat timah terletak sepanjang sayap hingga mulut jaring bagian atas. Pemberat kedua terletak di kiri dan kanan ujung sayap dengan berat 0,5 kg sebanyak empat buah. 6. Tali ris atas (head rope) Tali ris atas dipergunakan untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua sayap jaring bagian atas melalui mulut bagian atas. Tali ris ini terbuat dari bahan PE multifilament dengan ukuran panjang 20 meter dengan diameter 5 mm. 7. Tali ris bawah (ground rope) Tali ris bawah dipergunakan untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua sayap jaring bagian bawah melalui mulut bagian bawah. Tali ris ini terbuat dari bahan PE multifilament dengan ukuran panjang 24 meter dengan diameter 10 mm. 8. Tali kendali (Bridle line) Tali ini terbuat dari bahan PE multifilament yang berjumlah 2 buah dengan panjang 28 meter dan berdiameter 10 mm. Tali ini terletak pada bagian kanan dan kiri sayap jaring yang menghubungkan ke tali selambar.

53 40 Gambar 9 Sketsa jaring arad yang digunakan di Perairan Subang. 39

54 40 9. Papan rentang (otter board) Papan rentang dipergunakan sebagai alat pembuka mulut jaring ke arah horizontal. Bagian ini berbentuk persegi panjang terbuat dari bahan triplek dan besi bercor dengan dimensi 80 cm x 50 cm x 2 cm dan memiliki berat sebesar 14 kg. Papan rentang berjumlah dua buah yang masing-masing diletakkan di kanan dan kiri sayap jaring. 10. Tali selambar (warp rope) Tali selambar pada jaring arad mempunyai panjang 150 m. Tali selambar terbuat dari bahan PE multifilament dengan diameter 16 mm. Tali ini berfungsi sebagai penghela jaring arad di belakang perahu yang sedang berjalan dan penarik jaring arad ke atas geladak perahu. 11. Danleno Danleno terbuat dari bahan kayu dengan ukuran 130 cm x 6 cm x 2,5 cm. Fungsi danleno adalah untuk mengupayakan agar kedudukan sayap jaring selalu tegak atau vertikal sehingga udang maupun ikan yang berada diantara sayap dapat digiring masuk ke dalam kantong jaring.

55 41 Tabel 9 Spesifikasi alat tangkap jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang Komponen Keterangan Alat Tangkap Kantong Bahan : PE Multifilament Mesh size : 1 inci Badan Bahan : PE Multifilament Mesh size : 1,5 inci yang dekat dengan sayap dan 1,25 inci yang dekat dengan kantong Bagian Atas: Mesh size 1,5 inci: 150 mata ke arah panjang dan 240 mata ke arah lebar Mesh size 1,25 inci: 75 mata ke arah panjang dan 98 mata ke arah lebar Bagian Bawah: Mesh size 1,5 inci: 80 mata ke arah panjang dan 220 mata ke arah lebar Mesh size 1,25 inci: 75 mata ke arah panjang dan 98 mata ke arah lebar Sayap Bahan : PE Multifilament Mesh size : 2 inci Bagian Atas: 210 mata ke arah panjang dan 90 mata ke arah lebar Bagian Bawah: 290 mata ke arah panjang dan 130 mata ke arah lebar Tali Ris Atas Bahan : PE Multifilament dan Bawah Tali ris atas: 20 m berdiameter 5 mm Tali ris bawah: 24 m berdiameter 10 mm Bridle line Bahan: PE Multifilament Panjang: 28 m Diameter: 10 mm Pemberat - Timah hitam (pemberat kecil disekitar mulut bawah jaring): sebanyak 50 buah dengan berat 80 gram - Semen atau batu (pemberat pada bagian sayap): sebanyak 4 buah masing-masing berat 0,5 kg Pelampung Plastik atau fiber: sebanyak 1 buah (bagian tengah mulut jaring bagian atas) vinyl sponge soft: sebanyak 20 buah (sepanjang sayap hingga mulut jaring bagian atas) Otter Board Bahan : triplek dan besi bercor Dimensi: 80 cm x 50 cm x 2 cm Berat: 14 kg Bentuk: persegi panjang Danleno Bahan: kayu Panjang: 130 cm Lebar: 6 cm Tinggi: 2,5 cm Tali Selambar Bahan: PE Multifilament Panjang: 150 m Diameter: 16 mm Sumber: Data Primer Diolah (2010) 4. Daerah penangkapan dan musim penangkapan jaring arad Wilayah pengoperasian perahu arad adalah di sekitar wilayah perairan Subang, Indramayu dan Karawang. Berdasarkan jalur daerah operasi penangkapan kegiatan penangkapan jaring arad di Kabupaten Subang dikelompokkan dalam tiga jalur, yaitu jalur I (0-5 mil), jalur II (5-10 mil), dan jalur III (10 mil dari lepas

56 42 pantai). Hingga saat ini, kegiatan operasi penangkapan jaring arad umumnya masih berada pada jalur I dan II. Hal ini disebabkan karena armada yang digunakan tidak terlalu besar. Jaring arad dioperasikan pada kedalaman antara m. Musim penangkapan jaring arad selama satu tahun dibagi menjadi dua musim yaitu musim barat dan musim timur. Pada musim barat jumlah trip operasi relatif sedikit karena adanya ombak besar yang menghambat operasi penangkapan jaring arad. Musim barat merupakan musim biasa/sedikit ikan (Juli - pertengahan Desember), sedangkan musim timur merupakan musim puncak/banyak ikan (pertengahan Desember-Juni). 5. Metode pengoperasian Operasi penangkapan jaring arad di Blanakan, Kabupaten Subang biasanya dilakukan selama tiga hari per trip penangkapan. Berangkat pada dini hari sekitar pukul WIB dan pulang pada saat pagi hari sekitar pukul WIB, dimana satu trip penangkapan dilakukan kali hauling. Dalam satu operasi penangkapan ikan biasanya dilakukan enam tahap kegiatan yaitu persiapan, penentuan daerah penangkapan (fishing ground), penurunan jaring arad (setting), penarikan jaring arad (towing), pengangkatan jaring arad (hauling), dan penanganan hasil tangkapan di atas perahu. 1. Persiapan Persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum menuju daerah penangkapan ikan. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan perahu, alat tangkap, kondisi mesin, bahan bakar, kotak tempat hasil tangkapan dan bahan perbekalan. Persiapan biasanya dimulai pada pukul WIB. 2. Penentuan daerah penangkapan (fishing ground) Sebelum alat tangkap diturunkan ke dalam air, nahkoda terlebih dahulu menentukan daerah yang diperkirakan target hasil tangkapan banyak. Dalam penentuan daerah penangkapan ini nelayan tidak menggunakan alat bantu modern seperti GPS, fish finder dan sejenisnya. Hal ini karena keterbatasan modal dan pengetahuan yang dimiliki nelayan dan daerah penangkapan yang dianggap masih dekat jadi nelayan masih menggunakan cara tradisional. Lama waktu yang

57 43 ditempuh untuk menuju daerah penangkapan ikan bergantung pada jarak daerah yang dituju namun waktu yang dibutuhkan untuk menuju daerah penangkapan ikan jaring arad di Perairan Subang sekitar 1-3 jam. Dalam menentukan daerah penangkapan nelayan menggunakan pengalamannya selama melaut dan informasi dari nelayan lain yang menggunakan jaring arad lain. 3. Penurunan jaring arad (setting) Setelah daerah penangkapan ditetapkan, nelayan segera menata alat tangkap agar tidak terbelit. Alat tangkap yang terbelit khususnya bagian jaring akan menyebabkan proses terbukanya mulut jaring di dalam air terganggu. Bila ini terjadi, bukaan mulut jaring tidak sempurna dan mengakibatkan hasil tangkapan sedikit. Setelah penyiapan jaring selesai, kemudian dilakukan penurunan jaring dari lambung perahu sebelah kiri. Penurunan diawali dari bagian kantong, kemudian berturut-turut dilanjutkan dengan badan jaring, sayap, otter board dan bridle line. Pada saat otter board diturunkan dan berada di posisi belakang perahu, danleno ditahan beberapa saat untuk mengatur posisi otter board. Setelah otter board dalam posisi sempurna, kemudian tali selambar diturunkan. Keseluruhan tahapan ini dilakukan selama kurang lebih 10 menit. Pada saat proses setting mesin perahu dimatikan. 4. Penarikan jaring arad (towing) Setelah jaring diturunkan ke air, kemudian dilakukan proses towing. Pada saat proses towing, mesin perahu dihidupkan kembali. Tahap penarikan jaring bertujuan untuk menyapu dasar perairan sehingga udang dan ikan demersal lainnya dapat keluar dari tempat persembunyian dan masuk ke dalam jaring. Penarikan jaring dilakukan dengan cepat agar udang dan ikan tidak mudah lolos. Setelah hasil tangkapan masuk ke dalam badan jaring, nelayan menarik jaring sambil mengibaskan jaring agar hasil tangkapan yang tersangkut di jaring masuk ke bagian kantong. Tahap penarikan jaring arad ini berlangsung selama menit. 5. Pengangkatan jaring arad (hauling) Setelah dilakukan penarikan jaring, kemudian dilakukan pengangkatan jaring arad ke atas perahu untuk memanen hasil tangkapan. Proses pengangkatan ini diawali dengan menarik tali ris atas terlebih dahulu sampai dengan bagian

58 44 kantong jaring. Setelah bagian kantong diangkat ke atas perahu, tali pengikat pada bagian ujung kantong dilepaskan, dan hasil tangkapan dikeluarkan. 6. Penanganan hasil tangkapan di atas perahu Untuk membersihkan hasil tangkapan dari kotoran, hasil tangkapan dibersihkan dari lumpur dengan menggunakan air laut. Hal ini dikarenakan jaring arad dioperasikan di dasar perairan yang berlumpur. Setelah dikeluarkan hasil tangkapan segera dipisahkan (disortir) berdasarkan jenisnya. Hasil tangkapan utama, yaitu udang, diletakkan di wadah (termos/ember) tertutup yang telah diberi es, sedangkan hasil tangkapan non udang yang bernilai ekonomis diletakkan di kotak fiber. Adapun sotong dan cumi-cumi diletakkan di ember terbuka tanpa diberi es Komposisi hasil tangkapan jaring arad selama penelitian Dalam penelitian ini telah dilakukan sebanyak 12 kali sampling di Desa Blanakan Kabupaten Subang. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa hasil tangkapan yang teridentifikasi sebanyak 37 spesies yang terbagi kedalam tujuh kelompok organisme yaitu ikan sebanyak 20 spesies, moluska sebanyak 6 spesies, krustasea sebanyak 7 spesies, arthropoda sebanyak 1 spesies, echinodermata sebanyak 1 spesies, coelenterata sebanyak 1 spesies dan kelompok lain-lainnya sebanyak 1 spesies. Jenis hasil tangkapan jaring arad selama penelitian secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 10. Hasil tangkapan utama jaring arad adalah udang. Beberapa jenis udang yang tertangkap pada jaring arad adalah udang windu (Penaeus monodon), udang dogol (Metapenaeus ensis), udang jerbung (Penaeus merguiensis), dan udang krosok (Parapenaepsis sculptilis). Jenis tangkapan lainnya adalah beloso (Saurida tumbil), sebelah (Psettodes erumei), lidah (Cynoglossus lingua), buntal (Legochepalus inermis), cumi-cumi (Loligo sp), pepetek (Leiognathus sp), pari (Himantura gerrardi), dan rajungan (Portunus pelagicus) (Lampiran 4).

59 45 Tabel 10 Hasil tangkapan jaring arad selama penelitian No Kelompok Spesies Nama Latin Bobot/trip Persentase (kg) (%) Keterangan 1 Ikan Bawal putih Pampus argentus 3 0,46 Dimanfaatkan Belanak Valamungil speigieri 4 0,61 Dimanfaatkan Beloso Saurida tumbil 6 0,91 Dimanfaatkan Legochepalus Dimanfaatkan Buntal inermis 2 0,30 Gulamah Argyrosomus sp 7 1,07 Dimanfaatkan Kakap putih Lates calcarifer 4 0,61 Dimanfaatkan Kembung Rastrellinger Dimanfaatkan lelaki kanagurta 5 0,76 Kembung Rastrellinger Dimanfaatkan perempuan brachysoma 4 0,61 Kerong-kerong Therapon theraps 3 0,46 Dimanfaatkan Kuniran Upeneus sulphureus 10 1,52 Dimanfaatkan Kuro Eletheronema Dimanfaatkan 1 0,15 tetradactylum Coryphaena Dimanfaatkan Lemadang hippurus 1 0,15 Lidah pasir Cynoglossus lingua 5 0,76 Dimanfaatkan Pari Himantura gerrardi 6 Dimanfaatkan Pepetek Leiognathus sp 5 0,76 Dimanfaatkan Remang Congresok talabon 2 0,30 Dimanfaatkan Selar Caranx bucculentus 5 0,76 Dimanfaatkan Semadar Siganus virgatus 2 0,30 Dimanfaatkan Euristhamus Dimanfaatkan Sembilang lepturus 1 0,15 Tigawaja Pennahia argentata 7 1,07 Dimanfaatkan 2 Moluska Cumi-cumi Loligo sp 10 1,52 Dimanfaatkan Keong macan Babylonia spirata 5 0,76 Dibuang Kelas Dibuang Gastropoda Murex 35 5,33 Kerang darah Anadara granosa 80 12,18 Dibuang Kelas Dibuang Gastropoda Turitella sp 45 6,85 Sotong Sepia sp 5 0,76 Dimanfaatkan 3 Krustase Kepiting Scylla sp 5 0,76 Dimanfaatkan Rajungan Portunus pelagicus 12 1,83 Dimanfaatkan Udang dogol* Metapenaeus ensis 18 2,74 Dimanfaatkan Udang Dimanfaatkan jerbung* Penaeus merguiensis 16 2,44 Parapenaepsis Dimanfaatkan Udang krosok* sculptilis 20 3,04 Udang Dimanfaatkan ronggeng* Squilla sp 3 0,46 Udang windu* Penaeus monodon 5 0,76 Dimanfaatkan 4 Arthropoda Mimi Tachypleus 40 6,09 Dibuang Astropecten Dibuang 5 Echinodermata Bintang laut polyachantus 25 3,81 6 Coelenterata Ubur-ubur Cassiopeia 10 1,52 Dibuang 7 Lain-lain Jenis kerangkerangan ,53 Dibuang Jumlah Total Sumber: Data Primer Diolah (2010) Keterangan: *) Hasil tangkapan utama

60 46 Total hasil tangkapan jaring arad selama penelitian dapat dilihat pengelompokannya pada Tabel 11 dan komposisi hasil tangkapan jaring arad dapat dilihat pada Gambar 10. Tabel 11 Pengelompokan total hasil tangkapan jaring arad selama penelitian No. Keterangan Bobot/trip (kg) Persentase (%) 1 Hasil tangkapan utama 62 9,44 2 Hasil tangkapan lainnya ,50 3 Hasil tangkapan yang dibuang ,06 Jumlah total Sumber: Data Primer Diolah (2010) Gambar 10 Komposisi hasil tangkapan jaring arad selama penelitian. Total hasil tangkapan jaring arad selama penelitian sebanyak 657 kg per trip, terdiri dari hasil tangkapan utama sebanyak 62 kg atau 9,44% dari hasil tangkapan total jaring arad, hasil tangkapan lainnya yang dimanfaatkan sebanyak 115 kg atau 17,50% dari hasil tangkapan total jaring arad dan hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut sebanyak 480 kg atau 73,06% dari hasil tangkapan total jaring arad.

61 47 1. Komposisi hasil tangkapan utama Hasil tangkapan utama jaring arad selama penelitian telah diidentifikasi sebanyak 5 spesies udang, yaitu udang windu (Penaeus monodon), udang dogol (Metapenaeus ensis), udang jerbung (Penaeus merguiensis), udang ronggeng (Squilla sp) dan udang krosok (Parapenaepsis sculptilis). Total udang yang tertangkap sebanyak 62 kg. Komposisi hasil tangkapan utama jaring arad selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Komposisi hasil tangkapan utama selama penelitian. Berdasarkan Gambar 11 dapat dilihat bahwa hasil tangkapan utama terbesar adalah udang krosok (Parapenaepsis sculptilis) sebanyak 20 kg atau 32% dari berat total hasil tangkapan utama. Berikutnya adalah udang dogol (Metapenaeus ensis) yang tertangkap sebanyak 18 kg atau 29% dari total hasil tangkapan utama. Udang jerbung (Penaeus merguiensis) yang tertangkap sebanyak 16 kg atau 26% dari total hasil tangkapan utama. Selanjutnya berturut-turut adalah udang windu (Penaeus monodon) yang tertangkap sebanyak 5 kg atau 8% dari total hasil tangkapan utama, dan udang ronggeng (Squilla sp) yang tertangkap sebanyak 3 kg atau 5% dari berat total hasil tangkapan utama.

62 48 2. Komposisi hasil tangkapan lainnya dan yang dibuang ke laut Hasil tangkapan non udang yang dimaksud disini adalah hasil tangkapan lainnya yang dimanfaatkan. Selama penelitian dengan perbandingan berat hasil tangkapan lainnya yang dimanfaatkan dengan hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut (discards) adalah 1 : 4. Jumlah total hasil tangkapan lainnya dan yang dibuang ke laut selama penelitian sebanyak 595 kg yang terdiri dari 20 spesies ikan, 6 moluska dan 2 krustasea, serta arthropoda, echinodermata, coelenterata dan kelompok lain-lainnya masing-masing sebanyak 1 spesies. Gambar 12 Komposisi hasil tangkapan lainnya yang dimanfaatkan. Untuk berat total hasil tangkapan lainnya yang dimanfaatkan selama penelitian, pada saat penimbangan di TPI atau bakul dibedakan menurut jenis yaitu jenis ikan (ukuran besar dan ukuran kecil), jenis rajungan dan kepiting, serta jenis sotong dan cumi-cumi. Berat hasil tangkapan lainnya yang terbanyak yaitu untuk jenis ikan sebanyak 83 kg atau 72% dari berat total hasil tangkapan lainnya yang dimanfaatkan. Untuk jenis rajungan dan kepiting sebanyak 17 kg atau 15% dari berat total hasil tangkapan lainnya yang dimanfaatkan serta jenis sotong dan cumi-cumi sebanyak 15 kg atau 13% dari berat total hasil tangkapan lainnya yang dimanfaatkan (Gambar 12).

63 49 Gambar 13 Komposisi hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut. Untuk berat total hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut (discards) yaitu kelompok lain-lainnya yang banyak tertangkap yaitu untuk jenis kerangkerangan sebanyak 240 kg atau 50% dari berat total hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut. Berikutnya adalah kelompok moluska yaitu jenis keong macan, kerang darah, dan kelas gastropoda yang tertangkap sebanyak 165 kg atau 35% dari berat total hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut. Selanjutnya berturut-turut adalah kelompok arthropoda yang tertangkap sebanyak 40 kg atau 8% dari berat total hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut. Kelompok echinodermata yang tertangkap sebanyak 25 kg atau 5% dari berat total hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut. Kelompok coelenterata yang tertangkap sebanyak 10 kg atau 2% dari berat total hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut (Gambar 13) Analisis usaha penangkapan jaring arad 1. Investasi Rata-rata total investasi yang diperlukan pada usaha penangkapan jaring arad adalah sebesar Rp dengan nilai komponen investasi tertinggi untuk biaya pembelian perahu yaitu sebesar Rp atau 76% dari total biaya investasi, sedangkan nilai komponen investasi terendah adalah untuk biaya

64 50 pembelian alat tangkap yaitu sebesar Rp atau 7% dari total biaya investasi. Komponen investasi yang digunakan untuk usaha unit penangkapan jaring arad di Blanakan, Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Komponen investasi usaha penangkapan jaring arad di perairan Blanakan, Kabupaten Subang No Komponen investasi Nilai (Rp) Persentase (%) 1 Perahu Mesin 23 PK Alat tangkap (2 unit) Total biaya investasi Sumber: Data Primer Diolah (2010) 2. Biaya usaha Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah output yang dihasilkan. Komponen biaya tetap dalam usaha penangkapan jaring arad terdiri atas biaya surat izin usaha penangkapan (SIUP), biaya penyusutan perahu, biaya penyusutan mesin, biaya penyusutan alat tangkap, biaya perawatan perahu, biaya perawatan mesin dan biaya perawatan alat tangkap. Biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan. Komponen biaya variabel dalam usaha penangkapan jaring arad terdiri atas biaya perbekalan, biaya solar, biaya oli, biaya minyak tanah, biaya es balok, biaya retribusi, dan biaya bagi hasil. Biaya total adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh usaha unit penangkapan jaring arad selama satu tahun, yaitu penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa total biaya dalam usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang sebesar Rp per tahun dengan biaya tetap sebesar Rp per tahun dan biaya variabel sebesar Rp per tahun. Biaya tetap terbesar dikeluarkan untuk biaya perawatan perahu yaitu sebesar Rp per tahun atau 22,16% dari total biaya tetap, sedangkan biaya tetap terkecil dikeluarkan untuk biaya surat izin usaha penangkapan (SIUP) yaitu sebesar Rp per tahun atau 0,26% dari total biaya tetap. Biaya variabel terbesar dikeluarkan untuk biaya bahan bakar

65 51 solar yaitu sebesar Rp per tahun atau 47,97% dari total biaya variabel dan biaya variabel terkecil dikeluarkan untuk biaya minyak tanah yaitu sebesar Rp per tahun atau sebesar 0,85% dari total biaya variabel (Tabel 13). Tabel 13 Biaya usaha unit penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang Uraian Nilai (Rp) Persentase (%) a. Biaya tetap 1. SIUP ,26 2. Penyusutan perahu ,16 3. Penyusutan mesin ,83 4. Penyusutan alat tangkap ,11 5. Perawatan perahu ,19 6. Perawatan mesin ,19 7. Perawatan alat tangkap ,78 Total biaya tetap ,00 b. Biaya Variabel 1. Ransum ,32 2. Solar ,97 3. Oli ,81 4. Minyak tanah ,85 5. Es balok ,84 6. Retribusi ,79 7. Bagi hasil ,41 Total biaya variabel ,00 c. Total Biaya Sumber: Data Primer Diolah (2010) 3. Penerimaan usaha Penerimaan usaha unit penangkapan jaring arad adalah hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga satuan produksi yang berlaku. Penerimaan yang diperoleh selama satu tahun (80 trip) adalah sebesar Rp , terdiri dari penerimaan musim banyak (46 trip) sebesar Rp atau 67,84% dari total penerimaan dan penerimaan musim sedikit yaitu (34 trip) sebesar Rp atau 32,16% dari total penerimaan. Rincian penerimaan yang diperoleh oleh nelayan pemilik arad disajikan pada Tabel 14.

66 52 Tabel 14 Penerimaan usaha unit penangkapan jaring arad tahun 2010 Penerimaan Nilai (Rp) Persentase (%) a. Musim banyak ikan (46 trip per tahun) - Udang Jerbung 15 kg/trip x 46 trip x Rp ,04 - Udang Dogol 20 kg/trip x 46 trip x Rp ,52 - Udang Krosok 20 kg/trip x 46 trip x Rp ,01 - Rajungan 12 kg/trip x 46 trip x Rp ,51 - Cumi-cumi 10 kg/trip x 46 trip x Rp ,00 - Ikan Besar 50 kg/trip x 46 trip x Rp ,01 - Ikan Kecil 35 kg/trip x 46 trip x Rp ,75 Sub Jumlah ,84 b. Musim sedikit ikan (34 trip per tahun) - Udang Jerbung 8 kg/trip x 34 trip x Rp ,03 - Udang Dogol 10 kg/trip x 34 trip x Rp ,55 - Udang Krosok 10 kg/trip x 34 trip x Rp ,33 - Rajungan 8 kg/trip x 34 trip x Rp ,66 - Cumi-cumi 2 kg/trip x 34 trip x Rp ,56 - Ikan Besar 30 kg/trip x 34 trip x Rp ,66 - Ikan Kecil 20 kg/trip x 34 trip x Rp ,37 Sub Jumlah ,16 Total Penerimaan (total revenue) Sumber: Data Primer diolah (2010) Nelayan arad di PPI Blanakan menjual hasil tangkapannya ke TPI Blanakan. Proses selanjutnya TPI menyalurkan hasil tangkapan ke pengolah, bakul kecil dan bakul besar. Pengolah, bakul kecil maupun bakul besar menjual hasil tangkapan kepada konsumen baik melalui pasar luar daerah atau langsung ke tangan konsumen. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat nelayan diperoleh informasi saluran pemasaran hasil tangkapan seperti terlihat pada Gambar 14.

67 53 Nelayan TPI Pengolah Bakul Kecil Bakul Besar Pabrik Pengolah Pasar Konsumen Pasar Luar Daerah Gambar 14 Skema pemasaran hasil tangkapan nelayan jaring arad di daerah Blanakan, Kabupaten Subang tahun Analisis pendapatan usaha Pendapatan usaha unit penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang diperoleh dari selisih total penerimaan dengan total biaya. Total penerimaan ditentukan oleh nilai penjualan hasil tangkapan yang diperoleh baik itu hasil tangkapan utama maupun hasil tangkapan sampingan sedangkan total biaya ditentukan oleh biaya produksi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha tersebut baik itu biaya tetap maupun biaya variabel. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, total penerimaan dari usaha unit penangkapan jaring arad tahun 2010 adalah sebesar Rp per tahun dengan total biaya sebesar Rp per tahun. Usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang tahun 2010 mendapatkan keuntungan sebesar Rp per tahun. Perincian analisis usaha dapat dilihat pada Lampiran Analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio) R-C ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. R-C ratio digunakan untuk mengetahui seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya ynag digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah penerimaan. Analisis R-C ratio dilakukan terhadap nilai penerimaan per tahun dibandingkan

68 54 dengan biaya yang dikeluarkan setiap tahun. Total penerimaan dari usaha penangkapan jaring arad sebesar Rp per tahun dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp per tahun. Sehingga dari data tersebut diperoleh nilai R-C ratio sebesar 1,15 (Lampiran 5). Hal ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah total biaya yang dikeluarkan dalam usaha unit penangkapan jaring arad akan menghasilkan total penerimaan sebesar 1,15 rupiah. 6. Payback Period (PP) Analisis payback period digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh kembali dana/biaya yang telah diinvestasikan untuk usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang. Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa dalam jangka waktu yang pendek yaitu selama 1,14 tahun dana yang diinvestasikan itu dapat diperoleh kembali (Lampiran 5). 7. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah nilai uang saat sekarang. Nilai NPV diperoleh dari data keuntungan (benefit), biaya (cost), dan keuntungan bersih (net benefit) yang telah dikoreksi oleh bunga bank (discount rate) 20%. Data yang dibutuhkan untuk menghitung NPV adalah data time series (inflow dan outflow) usaha penangkapan jaring arad selama sepuluh tahun. Analisis ini menunjukkan nilai uang yang diterima dari dana yang diinvestasikan pada saat ini. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa dari total dana yang diinvestasikan untuk usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang saat ini, nilai uang yang diterima selama masa investasi (NPV) adalah sebesar Rp (Lampiran 5). 8. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio merupakan perbandingan antara hasil penjualan (benefit) dengan biaya operasional (cost). Net B/C Ratio sebesar 31,82 pada tingkat suku bunga 20% per tahun (Lampiran 5). Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya (cost) yang dikeluarkan selama umur proyek akan memberikan nilai

69 55 manfaat (benefit) sebesar Rp 31,82. Angka yang ada menunjukkan bahwa kegiatan investasi di bidang usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan Kabupaten Subang secara finansial layak atau memiliki keuntungan yang tinggi. 9. Internal Rate of Return (IRR) Pengembalian modal (Internal Rate of Return; IRR) adalah waktu yang diperlukan oleh pemilik usaha jaring arad untuk mengembalikan modal investasinya. Nilai IRR dapat diperoleh melalui perbandingan antara keuntungan bersih dan biaya tetap dengan modal investasi. Analisis ini dimaksudkan untuk melihat kekuatan arus perputaran modal di dalam usaha penangkapan jaring arad. IRR yang diperoleh dari hasil analisis kriteria investasi usaha penangkapan jaring arad sebesar 79% per tahun, ini menunjukkan bahwa adanya penambahan internal nilai investasi yang ditanamkan untuk usaha unit penangkapan jaring arad akan bertambah sebesar 79% setiap tahunnya. Nilai IRR tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu 20%. Hal ini menunjukkan bahwa investasi di bidang usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang adalah layak untuk dijalankan. Perincian perhitungan IRR dapat dilihat pada Lampiran Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis usaha penangkapan jaring arad jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Analisis ini perlu dilakukan bila diketahui ada faktor internal dan atau eksternal yang besar pengaruhnya terhadap kemampuan usaha mencapai produksi atau keuntungan yang ditargetkan. Perubahan harga bahan bakar solar dapat memberikan perubahan terhadap biaya yang dikeluarkan dalam usaha penangkapan jaring arad. Kenaikan harga solar sebesar 40,63% dari harga saat ini akan memberikan nilai NPV sebesar Rp , Net B/C sebesar 44, 1631, dan IRR sebesar 21%. Hal ini berarti usaha penangkapan jaring arad dapat berkembang dengan perubahan kenaikan bahan solar sampai batas maksimum kenaikan sebesar 40,63%. Jika melebihi kenaikan bahan bakar sebesar 40,63%, maka usaha

70 56 penangkapan jaring arad akan memperoleh kerugian dengan nilai π < 0, R/C Ratio < 1, NPV < 0, Net B/C < 1 dan IRR < 20%. Perincian analisis sensitivitas ini dapat dilihat pada Lampiran Pembahasan Unit penangkapan jaring arad di PPI Blanakan merupakan unit penangkapan berskala kecil yang dapat dilihat dari konstruksi perahu dan alat tangkap yang digunakan tergolong kecil serta modal investasi yang tergolong kecil dibandingkan unit penangkapan purse seine dan cantang yang ada di daerah Blanakan. Unit penangkapan jaring arad yang di PPI Blanakan terdiri dari perahu, alat tangkap, dan nelayan. Perahu arad yang biasa digunakan di daerah Blanakan terbuat dari kayu. Perahu tersebut dilengkapi mesin out-board sebanyak dua buah. Namun yang digunakan hanya satu buah sebagai mesin utama, sedangkan mesin yang lainnya tidak digunakan secara bersamaan hanya sebagai mesin cadangan. Alat tangkap arad memiliki karakteristik yang khusus jika dilihat dari konstruksinya, dimana jaring arad ini dilengkapi dengan otter board. Jika dibandingakan dengan alat tangkap cantrang, maka jaring arad memiliki perbedaan dan persamaannya. Hal ini merujuk pada penelitian kajian teknis pengoperasian cantrang di Perairan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur (Suhery, 2010). Alat tangkap cantrang dan arad merupakan jenis jaring berkantong yang bersifat menjaring apa saja yang ada disekitarnya, mirip dengan trawl yang sudah mulai dilarang pengoperasiannya. Cantrang dan arad beroperasi pada perairan demersal dengan metode operasional yang berbeda. Metode pengoperasian cantrang dilakukan secara melingkarkan jaring dan ditarik oleh gardan dalam keadaan kapal diam, sedangkan pengoperasian arad dilakukan secara penawuran jaring dan ditarik oleh perahu dalam keadaan hidup. Jumlah hasil tangkapan rata-rata yang dihasilkan dari pengoperasian cantrang dan arad berbeda, karena teknologi yang digunakan berbeda sehingga akan mempengaruhi pendapatan dari nelayan masing-masing alat tersebut. Alat tangkap cantrang dan arad dioperasikan di perairan pantai dengan target utama ikan demersal dan udang, dengan perbedaan rancang bangun, ukuran, dan pengoperasian, sehingga akan mencapai hasil tangkapan yang berbeda dari jenis maupun jumlah tangkapan.

71 57 Usaha penangkapan jaring arad merupakan suatu kegiatan yang memiliki tingkat resiko usaha yang tinggi. Usaha perikanan jaring arad bila ditinjau dari sisi modal dan pendapatan usaha, perikanan jaring arad dibandingkan dengan perikanan lainnya yang ada di Blanakan, seperti pengusaha perikanan cantrang, purse seine, dan sebagainya tergolong usaha perikanan skala kecil. Investasi rata-rata yang dibutuhkan dalam usaha penangkapan jaring arad adalah sebesar Rp Biaya untuk operasi penangkapan jaring arad yang biasa dikeluarkan adalah sebesar Rp Rata-rata penerimaan untuk satu tahun kegiatan penangkapan mencapai Rp Secara ekonomi (dinilai dari kelayakan usaha) berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha ini memberikan keuntungan besar dan menunjukkan peningkatan dalam kesejahteraan pelakunya. Tetapi kenyataannya nelayan arad masih miskin. Pendapatan nelayan arad berfluktuasi, terkadang mendapatkan keuntungan yang besar dan tidak jarang merugi. Hal ini diduga disebabkan oleh berbagai faktor yang terjadi di daerah tersebut, antara lain faktor cuaca dan musim yang saat ini seringkali tidak menentu, sehingga mempengaruhi hasil tangkapan yang didapatkan. Keuntungan usaha penangkapan jaring arad hasil adalah sebesar Rp per tahun. Keuntungan ini menjadi takaran pendapatan nelayan setelah dibagi dua dengan pemilik modal. Pendapatan nelayan sangat bergantung pada jumlah hasil tangkapan yang diperoleh dan harga pasar dari hasil tangkapan tersebut. Upah nelayan jaring arad diperoleh melalui sistem bagi hasil antara pemilik, nahkoda, juru mesin, dan anak buah kapal lainnya. Sistem bagi hasil yang berlaku pada nelayan jaring arad adalah 50% untuk pemilik dan 50% untuk nelayan. Pembagian 50% : 50% diperoleh dari total bersih penjual hasil tangkapan setelah dikurangi biaya operasional. Rata-rata nelayan memperoleh pendapatan sebesar Rp Rp per orang setiap trip penangkapan, sedangkan nelayan pemilik memperoleh pendapatan sebesar Rp Rp setiap trip penangkapan. Pendapatan atau keuntungan bersih yang diperoleh setiap perahu berbedabeda, hal ini disebabkan karena adanya biaya investasi dan biaya operasional yang relatif berbeda sehingga mempengaruhi hasil tangkapan yang didapatkan.

72 58 Perbedaan itu dapat disebabkan beberapa faktor, misalnya ukuran perahu yang berbeda, keahlian fishing master untuk menentukan DPI, keahlian para ABK untuk mengoperasikan alat, teknologi alat yang digunakan, dan lain-lain. Nilai R/C yang diperoleh adalah sebesar 1,15. Hal ini berarti bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,15. Dengan kata lain, setiap satu rupiah yang dikeluarkan dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1,15. Nilai R/C merupakan perbandingan antara besarnya penerimaan dan total biaya. Pada usaha perikanan jaring arad diperoleh nilai R/C lebih dari 1, sehingga dapat diartikan bahwa usaha tersebut menguntungkan karena penerimaan yang diperoleh lebih besar daripada biaya operasional yang dikeluarkan. Payback period merupakan perbandingan antara investasi dengan besar keuntungan yang diperoleh. Payback period (PP) merupakan periode selang waktu yang diperlukan untuk menutupi kembali investasi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. PP dari usaha perikanan jaring arad adalah sebesar 1,14. Hal ini berarti bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi awal dari usaha penangkapan jaring arad adalah 1,14 tahun atau 14 bulan. Nilai ini menunjukkan bahwa pada tahun ke dua sampai ke dua belas pengusaha lebih leluasa dalam mengalokasikan modal usaha untuk dapat mengembangkan usahanya. Pengembalian modal investasi ini akan jauh lebih lama jika keuntungan usaha yang diperoleh menurun yang disebabkan berbagai faktor seperti kenaikan biaya operasional serta faktor cuaca dan musim yang mempengaruhi hasil tangkapan dan jumlah trip penangkapan. Kriteria investasi yang digunakan sebagai ukuran suatu proyek atau usaha diantaranya adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Berdasarkan hasil analisis kriteria investasi yang dilakukan pada usaha unit penangkapan arad di Blanakan diperoleh NPV > 0, Net B/C > 1, dan nilai IRR lebih dari tingkat suku bunga bank yang berlaku. Dengan demikian dapat diketahui secara ekonomi bahwa usaha unit penangkapan jaring arad di Blanakan masih menguntungkan dan masih layak untuk dilanjutkan, karena dari setiap kegiatan penangkapan jaring arad menghasilkan keuntungan dan dapat menutupi biaya operasional yang dikeluarkan. Apabila dinilai dari kelayakan usahanya secara finansial usaha unit penangkapan arad di Blanakan

73 59 dapat dikatakan masih menguntungkan bagi pemilik usaha namun jika dilihat dari pendapatan nelayan buruhnya seperti yang tertera dalam sistem bagi hasil menunjukkan bahwa bagi hasil yang diperoleh nelayan buruh masih tergolong sangat rendah. Hal ini sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan, dimana umumnya kondisi perekonomian nelayan buruh di Blanakan masih kurang dari tingkat kesejahteraan, yang dilihat secara langsung dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari (pangan, sandang dan papan) yang tidak tercukupi serta jarang ditemukan nelayan yang mampu untuk menabung sebagian hasil pendapatan yang didapatkannya. Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu kelayakan usaha. Keadaan yang berubah tersebut dapat berupa perubahan harga. Kenaikan harga input seperti solar atau pun penurunan harga output seperti hasil tangkapan dapat mempengaruhi kelayakan suatu usaha. Dalam hal ini dilihat seberapa besar sensitivitas suatu usaha apabila terjadi kenaikan input, yaitu solar. Solar merupakan input terbesar yang dibutuhkan. Pada perhitungan sensitivitas usaha penangkapan jaring arad dengan discount rate 20%, nilai sensitivitas usaha penangkapan jaring arad adalah sebesar 40,63%. Hal ini berarti bahwa usaha tersebut masih layak dijalankan apabila kenaikan harga solar maksimal Rp atau 40,63% dari harga solar yang berlaku. Apabila kenaikan harga solar melebihi nilai sensitivitas maka usaha tersebut tidak dapat lagi dikatakan layak.

74 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Unit penangkapan jaring arad yang beroperasi di perairan Subang cenderung homogen. Perahu yang digunakan terbuat dari kayu yang dilengkapi dengan motor tempel dengan kekuatan PK. Ukuran panjang perahu berkisar antara meter, lebar 3,0-3,5 meter, dalam 1,5-1,8 meter, dan bertonase 4-5 GT. Alat tangkap arad yang dioperasikan terdiri atas 3 bagian utama yaitu sayap, badan, dan kantong. Jaring dilengkapi dengan pelampung, pemberat, papan rentang, bridle line, tali ris atas, tali ris bawah, tali selambar, dan danleno. Pengoperasian jaring arad secara umum dengan cara menyapu dasar perairan. Nelayan yang mengoperasikan jaring arad adalah 3-4 orang yang salah satunya merupakan pemilik perahu jaring arad, dan lainnya bertugas sebagai nahkoda, ABK dan juru masak. Hasil tangkapan jaring arad yang teridentifikasi selama penelitian adalah sebanyak 37 spesies yang terbagi kedalam tujuh kelompok organisme yaitu ikan sebanyak 20 spesies, moluska sebanyak 6 spesies, krustasea sebanyak 7 spesies, arthropoda sebanyak 6 spesies, enchinodermata sebanyak 1 spesies, coelenterata sebanyak 1 spesies dan kelompok lain-lainnya sebanyak 1 spesies. Jumlah total hasil tangkapan sebanyak 657 kg per trip, terdiri dari hasil tangkapan utama 9,44% dari total hasil tangkapan, hasil tangkapan lainnya yang dimanfaatkan 17,50% dari total hasil tangkapan dan hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut 73,06% dari total hasil tangkapan. Hasil tangkapan utama yang dominan adalah udang krosok. Hasil tangkapan lainnya yang dominan adalah ikan, sedangkan hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut banyak tertangkap yaitu kelompok lain-lainnya yang banyak tertangkap yaitu untuk jenis kerang-kerangan. Hasil analisis usaha penangkapan jaring arad menunjukkan bahwa investasi yang diperlukan adalah sebesar Rp per tahun dan biaya total sebesar Rp per tahun. Total penerimaan sebesar diperkirakan Rp per tahun. Dengan demikian, keuntungan yang diterima diperkirakan sebesar Rp per tahun dengan nilai R-C ratio sebesar 1,15, payback period 1,14 tahun, NPV sebesar Rp , net B/C Ratio sebesar 17,16, dan

75 61 IRR sebesar 79%. Secara umum dapat disimpulkan bahwa usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang cukup menguntungkan. Analisis sensitivitas dalam usaha penangkapan jaring arad dapat dipengaruhi oleh perubahan harga bahan bakar solar. Perubahan harga solar dengan kenaikan sebesar 40,63% dari harga saat ini akan diperoleh nilai NPV sebesar Rp sehingga usaha tersebut masih menguntungkan apabila kenaikan harga solar maksimum 40,63%. Jika kenaikan harga solar melebihi nilai sensitivitas maka usaha tersebut tidak dapat lagi dikatakan layak. 6.2 Saran Saran penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pemerintah sebaiknya memberikan subsidi yang secara merata terhadap usaha penangkapan jaring arad khususnya usaha unit penangkapan jaring arad yang ada di PPI Blanakan untuk menggantikannya dengan unit penangkapan lain yang lebih ramah lingkungan dan pendapatan usahanya setara dengan pendapatan usaha penangkapan jaring arad. b. Perlu adanya penelitian mengenai aspek ekonomi dan finansial secara detail.

76 DAFTAR PUSTAKA Ayodhya AU Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Barus HR dan Subani W Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta: Departemen Pertanian, Balai Penelitian Perikanan Laut. Chalimi Pengaruhnya Terhadap Hasil Tangkapan dan Selektivitas Hasil Tangkapan Sampingan Dominan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Charles, AT Sustainable Fishery System. United Kingdom: Backwell Science. Desa Blanakan Pendataan Profil Desa/Kelurahan Blanakan. Subang: Pemerintahan Kabupaten Subang. Direktorat Jenderal Perikanan Alternatif Usaha Penangkapan Ikan dengan Jaring Putar (Pukat Tarik/Arad) Bagi Nelayan Skala Kecil. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang. [DKP Kab. Subang] Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang Evaluasi Program Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Subang. Dzamin Z Perencanaan dan Analisa Proyek. Jakarta: Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Gittinger JP Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penterjemah Sutomo S dan Mangiri K. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). 579 hal. Terjemahan dari: Economic Analysis of Agriculture Project, Haluan J Simulasi Model Sistem Perencanaan Motorisasi Usaha Penangkapan Ikan Tradisional [Disertasi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hartati K Studi Tentang Pengembangan Perikanan Tangkap di Desa Muara Ciasem Kabupaten Subang [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Horngren Akuntansi Biaya: penekanan manajerial jilid 1. Edisi kesebelas. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia. Kadariah LK dan C Gray Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kesteven, GL Manual of Fisheries Science. Part 1. An Introduction to Fisheries Science. FAO Fisheries Technical Paper No 118. Rome. Food and Agriculture Organization of the United National. 47 p.

77 63 Khaerudin A Proporsi Hasil Tangkapan Jaring Arad (Mini Trawl) yang Berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. [KUD] Koperasi Unit Desa Mandiri Inti Mina Fajar Sidik Rapat Anggota Tahunan. Subang. Mulyadi S Ekonomi Kelautan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Pane, AB Bahan Kuliah Metode Penelitian (Tidak dipublikasikan). Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ritonga, J Studi Pengembangan Marine Banking untuk Pembangunan Ekonomi Wilayah Pesisir [Disertasi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Saanin, H Taksonomi dan Kunci Identifikasi 1 dan 2. Jakarta: Bina Cipta. Smith, IR A Research Framework for Tradisional Fisheries. Manila. Internasional Centre for Living Aquatic Resources Management (ICLARM). P Umar H Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Windarti TS Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Blanakan Kabupaten Subang Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

78 Lampiran

79 65 Lampiran 1 Peta Blanakan Kabupaten Subang 1.1 Peta lokasi penelitian 65

80 66 Lampiran 1 (lanjutan) 1.2 Peta pembagian wilayah Kabupaten Subang BT BT BT LS LS LS Keterangan: 1. Kecamatan Blanakan 2. Kecamatan Legonkulon 3. Kecamatan Pusakanagara 4. Kecamatan Ciasem 5. Kecamatan Sukasari 6. Kecamatan Pamanukan 7. Kecamatan Pusaka Jaya 8. Kecamatan Patokbeusi 9. Kecamatan Cikaum 10. Kecamatan Tambakdahan 11. Kecamatana Binong 12. Kecamatan Compreng 13. Kecamatan Pabuaran 14. Kecamatan Purwadadi 15. Kecamatan Pagaden Barat 16. Kecamatan Pagaden 17. Kecamatan Cipunagara 18. Kecamatan Ciupendeuy 19. Kecamatan Kalijati 20. Kecamatan Dawuan 21. Kecamatan Subang 22. Kecamatan Cibogo 23. Kecamatan Serang Panjang 24. Kecamatan Sagalaherang 25. Kecamatan Jalancagak 26. Kecamatan Cijambe 27. Kecamatan Ciater 28. Kecamatan Kasomalang 29. Kecamatan Cisalak 30. Kecamatan Tanjungsiang

81 Lampiran 2 Disain jaring arad 67

82 68 Lampiran 3 Unit penangkapan jaring arad di PPI Blanakan 1) Perahu Arad Perahu arad dengan menggunakan tenda. Propeller arad. Mesin domfeng tampak depan. Mesin domfeng tampak samping. 2) Alat Tangkap Arad Tumpukan jaring arad. Jaring arad bagian kantong.

83 69 Lampiran 3 (lanjutan) Pelampung fiber. Pelampung busa karet. Tali ris. Tali selambar. Pemberat. Papan rentang (otter board).

84 70 Lampiran 3 (lanjutan) 3) Nelayan Arad Nelayan (ABK) arad. 4) Bagian lain Gardan. Tali jangkar. Blong,teko dan jerigen. Fiber/tempat hasil tangkapan.

85 71 Lampiran 3 (lanjutan) Tenda perahu arad. Gayung untuk mengambil air. Bambu (penenggelam propeller) Sumber: Dokumentasi Pribadi

86 72 Lampiran 4 Hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan lainnya jaring arad 1) Hasil tangkapan utama Udang Jerbung (Penaeus merguiensis) Udang Dogol(Metapenaeus ensis) Udang Krosok (Parapenaepsis sculptilis) 2) Hasil tangkapan sampingan Rajungan (Portunus pelagicus) Cumi-cumi (Loligo sp) Sumber: Dokumentasi Pribadi

87 73 Lampiran 4 (lanjutan) Lidah (Cynoglossus lingua) Sebelah (Psettodes erumei) Pari (Himantura gerrardi) Pepetek (Leiognathus sp) Buntal (Legochepalus inermis) Bilis (Thryssa mystax) Sumber: Dokumentasi Pribadi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap Karakteristik merupakan satu hal yang sangat vital perannya bagi manusia, karena hanya dengan karakteristik kita dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaring Arad Jaring arad (mini trawl) adalah jaring yang berbentuk kerucut yang tertutup ke arah ujung kantong dan melebar ke arah depan dengan adanya sayap. Bagian-bagiannya

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis, Letak Topografis dan Luas Wilayah Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Propinsi Jawa Barat dan terletak pada 107 0 31 107 0

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Administrasi Pemerintahan Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Provinsi Jawa Barat dan terletak pada 107 0

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal Ismail, Indradi 1, Dian Wijayanto 2, Taufik Yulianto 3 dan Suroto 4 Staf Pengajar

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data 13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data lapang penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011. Tempat penelitian berada di dua lokasi yaitu untuk kapal fiberglass di galangan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... Halaman xii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian 35 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timur, khususnya di PPP Labuhan. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan karena pelabuhan perikanan tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28 Jurnal perikanan dan kelautan 17,2 (2012): 28-35 ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP GILLNET di PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE 1 THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE By Esra Gerdalena 1), Zulkarnaini 2) and Hendrik 2) Email: esragerdalena23@gmail.com 1) Students of the Faculty

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 27 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data dilaksanakan bulan Juli-September 2007 yaitu di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG Oleh : FIRMAN SANTOSO C54104054 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 33 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kabupaten Subang 4.1.1 Karakteristik Fisik Perairan Subang Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Provinsi Jawa Barat dan terletak pada 107º31

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi 93 6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu Unit penangkapan bagan yang dioperasikan nelayan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar berukuran panjang lebar tinggi adalah 21 2,10 1,8 m, jika dibandingkan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Kabupaten Nias dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sub-sektor perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya produksi

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2009 TENTANG PENGGUNAAN PUKAT IKAN (FISH NET) DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN 40 6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN Tujuan akhir dari usaha penangkapan payang di Desa Bandengan adalah meningkatkan kesejahteraaan nelayan bersama keluarga. Karena itu sasaran dari kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN ONE DAY FISHING DENGAN ALAT TANGKAP MULTIGEAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TAWANG KABUPATEN KENDAL

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN ONE DAY FISHING DENGAN ALAT TANGKAP MULTIGEAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TAWANG KABUPATEN KENDAL ANALISIS FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN ONE DAY FISHING DENGAN ALAT TANGKAP MULTIGEAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TAWANG KABUPATEN KENDAL Financial Analysis of One Day Fishing Business Using Multigear

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. 24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari   ABSTRAK EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU Oleh T Ersti Yulika Sari Email: nonnysaleh2010@hotmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui usaha perikanan tangkap yang layak untuk

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN MASPARI JOURNAL Januari 2015, 7(1): 29-34 ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN FINANSIAL ANALYSIS OF DRIFT GILL NET IN

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

6 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP PADA DIMENSI EKONOMI

6 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP PADA DIMENSI EKONOMI 6 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP PADA DIMENSI EKONOMI 6.1 Pendahuluan Penentuan atribut pada dimensi ekonomi dalam penelitian ini menggunakan indikator yang digunakan dari Rapfish yang dituangkan dalam

Lebih terperinci

4 KONDISI PERIKANAN DEMERSAL DI KOTA TEGAL. 4.1 Pendahuluan

4 KONDISI PERIKANAN DEMERSAL DI KOTA TEGAL. 4.1 Pendahuluan 4 KONDISI PERIKANAN DEMERSAL DI KOTA TEGAL 4.1 Pendahuluan Secara geografis Kota Tegal terletak pada posisi 06 0 50 LS sampai 06 0 53 LS dan 109 0 08 BT sampai 109 0 10 BT. Kota Tegal merupakan daerah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Legonkulon berada di sebelah utara kota Subang dengan jarak ± 50 km, secara geografis terletak pada 107 o 44 BT sampai 107 o 51 BT

Lebih terperinci

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base. 31 4 HASIL 4.1 Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Kapal Jumlah perahu/kapal yang beroperasi di Kecamatan Mempawah Hilir terdiri dari 124 perahu/kapal tanpa motor, 376 motor tempel, 60 kapal motor 0-5 GT dan 39

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan selama 6 bulan dari Bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN VARENNA FAUBIANY SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Lokasi Penelitian Cirebon merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Barat tepatnya diperbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis masalah Kemiskinan dan Ketimpangan pendapatan nelayan di Kelurahan Bagan Deli dan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian 27 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini didahului dengan penelitian awal dan survei lapangan di PPN Kejawanan, Kota Cirebon, Jawa Barat pada awal bulan Maret 2012. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Cirebon Armada penangkapan ikan di kota Cirebon terdiri dari motor tempel dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan dikota Cirebon

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) dan berdasarkan habitatnya di laut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi 7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan Otonomi Daerah yang diamanatkan melalui Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang termaktub pada pasal 117, yang berbunyi : "Ibukota Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Pengaruh Lampu terhadap Hasil Tangkapan... Pemalang dan Sekitarnya (Nurdin, E.) PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Erfind Nurdin Peneliti

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FANJIYAH WULAN ANGRAINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

C E =... 8 FPI =... 9 P

C E =... 8 FPI =... 9 P 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Desa Blanakan Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

: Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator :..

: Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator :.. 173 Lampiran 34 Daftar Kuisioner Jenis Pertanyaan : Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator.. I Identitas Responden Nama

Lebih terperinci

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON 6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON Pada dasarnya pengelolaan perikanan tangkap bertujuan untuk mewujudkan usaha perikanan tangkap yang berkelanjutan. Untuk itu, laju

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN ALAT CANTRANG DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN ALAT CANTRANG DI PERAIRAN TELUK JAKARTA Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 14 Nomor 1 Juni 2016 p-issn: 1693-7961 e-issn: 2541-2450 PENGAMATAN

Lebih terperinci

PENGARUH STRUKTUR BIAYA TERHADAP KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN CANTRANG DI PPI BLANAKAN, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT INTAN PUSPITA SARI

PENGARUH STRUKTUR BIAYA TERHADAP KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN CANTRANG DI PPI BLANAKAN, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT INTAN PUSPITA SARI PENGARUH STRUKTUR BIAYA TERHADAP KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN CANTRANG DI PPI BLANAKAN, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT INTAN PUSPITA SARI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci