KENDALA SERAH TERIMA PROYEK KONSTRUKSI ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMERINTAH DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KENDALA SERAH TERIMA PROYEK KONSTRUKSI ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMERINTAH DAERAH"

Transkripsi

1 KENDALA SERAH TERIMA PROYEK ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMDA (Nuris - Sarwono) KENDALA SERAH TERIMA PROYEK KONSTRUKSI ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : Nuris Wahyudi Manajemen Proyek Konstruksi Universitas Katolik Parahyangan nuris_wahyudi@yahoo.com Sarwono Hardjomuljadi Manajemen Proyek Konstruksi Universitas Katolik Parahyangan sarwonohm2@yahoo.co.id ABSTRAK : Dalam setiap tahapan pekerjaaan proyek konstruksi akan terjadi kendala. Kendala tersebut tidak hanya terjadi pada proyek swasta tetapi juga pada proyek pemerintah seperti kendala serah terima dari Ditjen Cipta Karya kepada Pemerintah Daerah. Berdasarkan hasil pengolahan data proyek pada tahun anggaran dengan total anggaran Rp. 1,019 trilyun, hanya 7 % yang sudah diserahkan (Rp. 71,3 Milyar). Penelitian dilakukan dengan analisis kendala serah terima proyek cipta karya bidang sanitasi se-wilayah sumatera tahun anggaran Analisis menggunakan metode Relative Importance Index (RII), didapat nilai kepentingan > 0,679. Dari hasil jawaban 90 (sembilan puluh) responden, maka didapat 6 (enam) faktor yang dikategorikan penting dan pada akhirnya merupakan faktor dominan penyebab kendala serah terima. Perlu nya komitmen masing-masing pihak dalam pemeliharaan merupakan hal penting dalam keberlanjutan proyek, pengalaman dan diklat untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan pendistribusian pegawai merupakan hal penting dalam rangka mendukung operasional pekerjaan. Selanjutnya perlunya reformasi birokrasi baik aturan dan manajerial dapat mengurangi kendala serah terima. KATA KUNCI: kendala, proyek cipta karya, relative importance index, serah terima ABSTRACT : In every phases of employment, the construction project will occur a constraint. This was not only happening in the private sector but also on government projects such as the constraints of the handover of the Directorate General of project copyrighted works to local government. Based on the results of data processing projects in the fiscal year with a total budget of Rp trillion, only 7% already delivered (Rp billion). The research was conducted with the constraints analysis handover of copyright works for sanitation projects throughout the territory Sumatran of the fiscal year Analysis using the Relative Importance Index (RII), gained importance value> From the results of the answers to the 90 (ninety) of respondents, the importance of the six (6) factors are categorized as "important" and in the end is the dominant factor causes a constraint handover. Necessary it commitment each of the parties in maintenance is important in the sustainability of the project, the experience and training to improve the capacity of human resources and the distribution of employees is important in order to support the operational work. The next need to reform both the rules and managerial bureaucracy can reduce the constraints handover. KEYWORDS: a constraint, project copyrighted works, the relative importance index, handover 87 K o n s t r u k s i a

2 Jurnal Konstruksia olume 8 Nomer 1 Desember 2016 Pendahuluan Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015, Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, bidang sanitasi (pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan), sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Kebijakan pemerintah untuk cipta karya dalam pengalokasian dana Direktorat Jenderal Cipta Karya hanya untuk pembangunan fisik. Pengadaan lahan, biaya operasi dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah. Pembagian tugas dan wewenang seperti ini sebelumnya sudah disepakati, namun sering sekali ditemui pada saat pembangunan sudah selesai dilaksanakan tetapi biaya operasi dan pemeliharaan belum tersedia. Sehingga proyek konstruksi yang sudah dibangun oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya terkendala berlum dan dioperasikan yang berdampak serah terima kepada Pemerintah Daerah selaku pengguna. Berdasarkan nota dinas Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta Karya kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor: 63/ND-Cc/2016 tanggal 22 Februari 2016, mengenai persiapan serah terima barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya. Dalam nota dinas tersebut disampaikan sekitar Rp dari alokasi dana yang dianggarkan pada tahun 2007 sampai dengan 2013 di 31 kabupaten/kota, baru dapat diserah terimakan pada tanggal 23 Maret Rumusan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah faktor dominan menjadi kendala serah terima proyek bantuan dari Direktorat Jenderal Cipta Karya (pemberi bantuan) kepada Pemerintah Daerah (penerima bantuan) di Bidang Sanitasi. Tujuan dan manfaat penelitian adalah melakukan identifikasi terhadap faktorfaktor dominan yang menjadi kendala dalam serah terima dan memberikan usulan rekomendasi yang dapat dilakukan dalam rangka mengurangi kendala serah terima proyek konstrusi dari Direktorat Jenderal Cipta Karya Bidang Sanitasi kepada Pemerintah Daerah Hasil penulisan ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan untuk mempersiapkan langkah antisipasi, agar hasil pembangunan Proyek Konstruksi dapat segera dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat sebagai pengguna langsung. Serah Terima Proyek Konstruksi Menurut kamus besar bahasa Indonesia serah terima adalah penyerahan dan penerimaan (tentang jabatan, tanggung jawab, dan sebagainya), pihak yang satu menyerahkan dan pihak yang lain menerima. Pengadaan barang jasa pemerintah sesuai dengan Perpres 54 tahun 2010 dan Perpres 70 tahun 2012 menerangkan dengan terinci urutan pengadaan barang jasa yang dimulai dari pengumuman sampai dengan serah terima pekerjaan dari penyedia kepada Pejabat Pembuat Komitmen. Tata urutan ini dibuat secara jelas supaya memberikan ruang dan waktu kepada para pihak yang terlibat termasuk juga dapat menerapkan prinsipprinsip efisiensi, efektivitas, transparansi, keterbukaan, bersaing, adil, serta 88 K o n s t r u k s i a

3 KENDALA SERAH TERIMA PROYEK ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMDA (Nuris - Sarwono) akuntabilitas. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Kontrak, Penyedia Barang Jasa mengajukan permintaan secara tertulis kepada PA/KPA melalui Pejabat Pembuat Komitmen untuk penyerahan pekerjaan. Dalam proyek dilingkungan Ditjen Cipta Karya hasil pekerjaan yang sudah diserahkan dari Penyedia Jasa kepada PA/KPA, proses selanjutnya proses serah terima aset kepada Pemerintah Daerah selaku pengguna. Proses serah terima ini aset mengacu pada kebijakan pengelolaan Barang Milik Negara yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu; 1. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. Undang-undang No. 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara /Daerah. Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 38/PRT/M/2006 kebijakan pembangunan sub bidang cipta karya adalah: 4. Meningkatkan pembangunan prasarana (infrastruktur) permukiman di perkotaan dan perdesaan dalam rangka mengembangkan permukiman yang layak huni, berkeadilan sosial, sejahtera, berbudaya, produktif, aman, tenteram, dan 5. Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman, termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya. 6. Melaksanakan pembinaan penataan kawasan perkotaan dan perdesaan serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan. 7. Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/nelayan, daerah perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar, daerah tertinggal, serta air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin dan rawan air. 8. Memperbaiki kerusakan infrastruktur permukiman dan penanggulangan darurat akibat bencana alam dan kerusuhan sosial. 9. Mewujudkan organisasi yang efisien, tatalaksana yang efektif dan sumber daya manusia yang profesional, serta pengembangan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dengan menerapkan prinsip good governance. Kebijakan Teknik Serah Terima Di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya Dalam pelaksanaan serah terima proyek di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya dilakukan berdasarkan beberapa aturan diantaranya Peraturan Menteri Keuangaan Nomor 96/PMK.06/2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, dalam Lampiran IX mengatur Tata Cara Pelaksanaan Hibah Barang Milik Negara. Selain itu juga dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penetapan 89 K o n s t r u k s i a

4 Jurnal Konstruksia olume 8 Nomer 1 Desember 2016 Status Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. Relative Important Index (RII) Relative Important Index (RII) adalah suatu terminology yang pertama kali dipublikasikan oleh Mayer, Barnett and brown (1997), RII adalah suatu analisis yang memungkinkan suatu kuantitatif relative, dimana semakin tinggi peringkat (rating) semakin tinggi pula pengaruh yang diberikan oleh variabel yang dimiliki (Harjomuljadi 2009). Metode perhitungan mengunakan RII, maka dipakai rumus sebagai berikut: RII = W/ (AxN) Dimana: W = bobot yang diberikan untuk faktor penyebab dominan dengan (rentang 1-5) A = bobot tertinggi (dalam hal ini 5) N = jumlah responden total Rentang RII diperoleh dengan membagi rata dalam lima kategori sesuai dengan skala likert yang digunakan. Nilai rentang RII dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tabel Rentang RII Rentang Nilai RII Peringkat 0,840-1,000 Sangat Penting 0,679-0,839 Penting 0,518-0,678 Cukup Penting 0,357-0,517 Kurang Penting 0,196-0,356 Tidak Penting Penelitian terdahulu terkait dengan Pengelolaan Aset Lebih ringkas identifikasi faktor kendala serah terima berdasarkan penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penelitian Terdahulu terkait dengan Serah Terima Aset Kode Faktor A Kemala Nur Shabrina (2014) A.1. Belum ada penerapan aturan atau tata cara pengelolaan barang milik Daerah A.2. Belum diiventarisasi secara tepat dan tidak memilki data yang valid, A.3. Sumber Daya Manusia yang terbatas dan Kurang Ahli A.4. Mental Korupsi dan Nepotisme yang sulit dihilangkan A.5. Tidak diperolehnya pendapatan yang seimbang dengan nilai barang yang dimiliki A.6. Tidak teradministrasinya dengan baik, seperti tidak lengkapnya dokumen kepemilikan B. Monika Sutri Kolinug dkk (2015) B.1. Kurangnya Koordinasi Pengelola Aset B.2. Kurangnya Kompensasi yang memadai terhadap pegawai pengelola Aset B3. Keterbatasan data pendukung aset B4. Sosialisasi peraturan tentang pengelolaan Aset Masih rendah B5. Ketidakkepatuhan pengelola aset terhadap hukum C. Patris Andreas Pesik dan Lidia Mawikere (2015) C.1. Kurangnya berpedoman pada aturan yang berlaku C.2. Kurang mempertahankan kepada prosedur pemerintah D. Bambang Poerdyatmono (2008) D1. Akibat keluarnya / terbitnya beschikking (peraturan daerah) D2. Perbuatan hukum yang lain yang berkaitan dengan perbuatan administrasi E. Purnomo Sukirno (2007) E1. perubahan lingkup pekerjaan E2. perbedaan kondisi lapangan E3. kekurangan material yang sesuai dengan spefikasi teknis E4. keterbatasan peralatan E5. kurang jelas atau kurang lengkapnya gambar E6. penundaan waktu pelaksanaan E7. percepatan waktu pelaksanaan pekerjaan 90 K o n s t r u k s i a

5 KENDALA SERAH TERIMA PROYEK ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMDA (Nuris - Sarwono) Kode Faktor E8. keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan E9. penambahan biaya atas hilangnya produktivitas E10. penambahan biaya atas biaya overhead dan keuntungan F. Pendapat Ahli, wawancara (2016) F1. Birokrasi hibah yang berkepanjangan F2. Ketersediaan Lahan F3. Pengawasan yang kurang baik F4. Regulasi dari Pemerintah F5. Tidak Tepat Sasaran F6. Kegagalan Konstruksi F7. Tidak ada nya biaya operasi dan pemeliharaan F8 Kegagalan bangunan F9. Kepentingan Politik G. Imam S. Ernawi (2014) G.1. Kurang lengkapnya dokumen yang dipersyaratkan sebagai pendukukung proses Hibah G.2. Adanya fisik di lapangangan yang sudah tidak berfungsi karena minimnya nya pemeliharaan, sehingga pemerintah kabupaten/kota tidak bersedia untuk menerima BMN yang akan dihibahkan G3. Masih kurangnya pemahaman prosedur dan proses hibah bagi kepala satuan kerja maupun pemerintah kabupaten/kota yang akan menerima hibah, G4. Tertundanya usulan dari satuan kerja untuk segera memproses hibah atas infrastruktur yang selesai dibangun G5. Masih banyak pemerintah daerah kabupaten/kota yang belum bersedia menandatangani surat pernyataan kesiapan menerima hibah Metode Penelitian Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap proyek dilingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Bidang Sanitasi di wilayah Sumatera mulai TA yang belum diserah terimakan. Selanjutnya dilakukan identifikasi dalam rangka mencari faktor-faktor yang kendala serah terima konstruksi. Metode yang dilakukan dengan cara studi literature, berasal dari pustaka, aturan-aturan yang berlaku, penelitian terdahulu, dan berbagai sumber yang relevan. Dari hasil penelitian terdahulu maka di temukan variable yang dapat digunakan dalam menyusun pertanyaan dalam mengukur dominasi faktor yang menyebabkan kendala serah terima proyek konstruksi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya kepada Pemerintah Daerah. Selanjutnya dengan pertanyaan yang sudah disusun sebagai bagian dari instrument penelitian menggunakan skala likert, dilanjutkan dengan uji validitas dan realibilitas atas kuesioner tersebut. Selain itu dengan penyebaran kuesioner dan wawancara kepada beberapa responden dalam rangka mendukung data yang diperoleh. Berdasarkan data tersebut dilakukan analisis dengan melakukan pemeringkatan dengan metode RII. Dari hasil pemeringkatan tersebut diperoleh faktor dominan penyebab terjadinya kendala serah terima. Responden yang adalah para stakeholder di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya. Responden ini berasal dari pihak Direktorat Jenderal Cipta Karya, Pemerintah Daerah, dan Pihak Satuan Kerja Provinsi dan Pusat. Karakteristik Responden Karakteristk melibatkan 90 responden, lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 2. No Tabel 2. pihak-pihak responden Instansi Dinas PU Cipta Karya Kab/Kota Satuan Kerja Pusat dan Provinsi Direktorat Jenderal Cipta Karya Jumlah Kuesioner K o n s t r u k s i a

6 Jurnal Konstruksia olume 8 Nomer 1 Desember 2016 Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan jabatan bidang cipta karya dapat dilihat pada gambar 1,2, dan 3. 66% 1%5% 28% Es.II Es.III/Satker Es.I/ PPK Staf/Asisten Gambar 3. Responden berdasarkan jabatan ANALISIS PEMBAHASAN Gambar 1. Responden berdasarkan pendidikan 9% 8%5% 0-5 Tahun 37% 5-10 Tahun 41% Tahun Tahun <20 Tahun Gambar 2. Responden berdasarkan pengalaman Dalam penelitian ini analisis RII dilakukan untuk mengetahui pandangan masingmasing pihak kegiatan konstruksi pada proyek pemerintah mengenai penyebab dominan kendala serah terima proyek dari Ditjen Cipta Karya kepada Pemerintah Daerah. Pemilihan pengolahan data dengan metode ini dengan tujuan agar diketahui faktor-faktor penyebab kendala serah terima pada proyek konstruksi Ditjen Cipta Karya berdasarkan sudut pandang semua pihak. Dari hasil analisis dan pengolahan data terdapat enam faktor penyebab kendala serah terima yang masuk kategori penting dan dominan karena mempunyai nilai kepentingan > 0,679, dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Peringkat RII Gabungan Para Pihak Kode Penyebab Kendala Serah Terima Nilai RII Peringkat B1 6A4 Fisik di lapangan yang sudah tidak berfungsi karena kurang nya pemeliharaan Terbatas sumber daya manusia yang ahli dalam memahami proses serah terima 0, ,753 2 C5 Birokrasi serah terima hibah rumit dan berkepanjangan 0,731 3 A3 Jumlah sumber daya manusia terbatas yang menangani proses serah terima 0,718 4 D1 C3 A5 Kurangnya sosialisasi mengenai serah terima proyek dari pemerintah Pusat dan Daerah Pemahaman yang berbeda terhadap peraturan dan perundangan antara lembaga pemerintah baik ditingkat pusat, maupun daerah Mental korupsi dan nepotisme terjadinya kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan 0, , , K o n s t r u k s i a

7 KENDALA SERAH TERIMA PROYEK ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMDA (Nuris - Sarwono) Kode Penyebab Kendala Serah Terima Nilai RII Peringkat C1 B2 A6 D3 D2 A1 Aturan yang tumpang tindih misalnya peraturan pemerintah daerah (beschikking) yang tidak selaras dengan pemerintah pusat Akibat bencana alam, sehingga fisik proyek dilapangan tidak dapat ditemukan dan rusak Kompensasi petugas pengelola Barang Milik Negara kurang memadai mengakibatkan etos kerja dari petugas tidak optimal Adanya kepentingan politik dari legislatif yang tidak dikomunikasikan dengan eksekutif Banyaknya proyek yang dibangun tidak sesuai dengan kebutuhan karena pada saat pengusulan tidak melakukan koordinasi antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah Petugas Barang Milik Negara kurang teliti dalam penyiapan dokumen pendukung yang dipersyaratkan. 0, , , , , , C2 Belum ada penerapan aturan dan tata cara pengelolaan barang milik negara 0, A2 Petugas Barang Milik Negara dalam memberikan informasi data yang tidak valid 0, C4 Pengelolaan Barang Milik Negara tidak sesuai dengan Prosedur pemerintah 0, Setelah dilakukan penelitian dilakukan dengan menggunakan metode RII, maka dilaku kan validasi terhadap pakar yang umumnya dikenal dengan istilah expert validation, dengan Tujuan dilakukan expert validation adalah untuk memastikan keakuratan hasil penelitian yang sudah didapat di lihat pada tabel. Tabel 3. Penilaian validation expert terhadap faktor dominan Expert No Kode 1 B1 2 A4 C5 A3 D1 C3 B1 A4 C5 Faktor dominan Fisik di lapangan yang sudah tidak berfungsi karena kurangnya pemeliharaan Terbatas sumber daya manusia yang menguasai dalam memahami proses serah terima Birokrasi serah terima hibah sulit dan berkepanjangan Jumlah sumber daya manusia terbatas yang menangani proses serah terima Kurangnya sosialisasi mengenai serah terima proyek dari pemerintah Pusat dan Daerah Pemahaman yang berbeda terhadap peraturan dan perundangan antara lembaga pemerintah baik ditingkat pusat, maupun daerah Fisik di lapangan yang sudah tidak berfungsi karena kurangnya pemeliharaan Terbatas sumber daya manusia yang ahli dalam memahami proses serah terima Birokrasi serah terima hibah rumit dan berkepanjangan Jumlah sumber daya manusia terbatas yang Penilaian TS KS CS S SS 93 K o n s t r u k s i a

8 Jurnal Konstruksia olume 8 Nomer 1 Desember 2016 Expert No Kode Faktor dominan Penilaian TS KS CS S SS A3 menanganai memahami proses serah terima D1 Kurangnya sosialisasi mengenai serah terima proyek dari pemerintah Pusat dan Daerah Pemahaman yang berbeda terhadap peraturan dan C3 perundangan antara lembaga pemerintah baik ditingkat pusat, maupun daerah 3 B1 Fisik di lapangan yang sudah tidak berfungsi karena kurangnya pemeliharaan A4 Terbatas sumber daya manusia yang ahli dalam memahami proses serah terima Birokrasi serah terima hibah sulit dan C5 berkepanjangan Jumlah sumber daya manusia terbatas yang A3 menangani proses serah terima Kurangnya sosialisasi mengenai serah terima proyek D1 dari pemerintah Pusat dan Daerah Pemahaman yang berbeda terhadap peraturan dan C3 perundangan antara lembaga pemerintah baik ditingkat pusat, maupun daerah Fisik dilapangan yang sudah tidak berfungsi karena kurang nya pemeliharaan Selama lintas Daerah provinsi atau lintas negara, pemerintah pusat dapat membiayai mulai dari perencanaan, sampai dengan operasi dan pemeliharaan. Instansi atau Dinas terkait dalam pengelolaan bidang Cipta Karya, sebenarnya bisa melakukan usulan anggaran operasi dan pemeliharaan kepada instansi di atasnya (Bupati/Walikota). Hal ini dapat mengacu kepada Permendagri no 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam hal keterbatasan anggaran, pemerintah dapat melakukan pola kerjasama pemanfaatan atas barang milik negara/daerah. Aturan ini dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah No.38 tahun Terbatas Sumber Daya Manusia Dalam Proses Serah Terima Akan memberikan dampak pada semua tahapan konstruksi. Jenjang karier yang tidak jelas, perekrutan pegawai tidak spesifik pendistribusian pegawai dan pembagian tugas yang tidak seimbang. Peran bagian kepegawaian dalam pendistribusian Peningkatan pengetahuan dapat berupa pengalaman dibidangnya, pendidikan dan latihan Birokrasi Serah Terima Hibah Rumit dan Berkepanjangan Birokrasi peranan penting dalam perumusan, pelaksanaan, pengawasan berbagai kebijakan publik. Reformasi birokrasi mengenai proses serah terima proyek. (menggunakan sistem elektronik sehingga dapat memperpendek proses birokrasi.) 94 K o n s t r u k s i a

9 KENDALA SERAH TERIMA PROYEK ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMDA (Nuris - Sarwono) Kurangnya Sosialisasi Mengenai Serah Terima Proyek Dari Pemerintah Pusat Dan Daerah Sosialisasi perlu bertahap dan kontinyu jangan hanya dilakukan secara insidensial saja, bisa pelatihan di kelas atau melalui media internet Pemahaman Yang Berbeda Terhadap Peraturan dan Perundangan Antara Lembaga Pemerintah Baik Ditingkat Pusat, Maupun Daerah Aturan baru tentang suatu hal tentunya harus mengacu kepada peraturan dan perundangan di atasnya. Diharapkan juga pada peraturan yang mempunyai kedudukan yang sama dilakukan sinkronisasi aturan, agar tidak terjadi kesalah dalam pemahaman. Kesimpulan Berdasarkan dari analisis data terhadap faktor-faktor dominan yang menjadi penyebab kendala serah terima proyek cipta karya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Dari hasil identifikasi terdapat 16 faktor penyebab kendala serah terima proyek 2) Setelah di lakukan perhitungan Relative Importance Index (RII) di peroleh enam faktor yang mempunyai kategori penting atau dominan dengan rentang > 0,679 berdasarkan jawaban gabungan dari tiga pihak institusi terkait, yaitu : a. Fisik di lapangan yang sudah tidak berfungsi karena kurang nya pemeliharaan b. Terbatas sumber daya manusia yang memahami dalam proses serah terima c. Kurangnya sosialisasi mengenai serah terima proyek dari pemerintah pusat dan daerah d. Pemahaman yang berbeda terhadap peraturan dan perundangan antara lembaga Saran 1) Perlu peningkatan koordinasi yang lebih intensif dari semua pihak 2) Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian penghargaan, pendidikan dan pelatihan. Peran bagian kepegawaian dalam distribusi pegawai sangat penting dalam optimalisasi pegawai sesuai dengan kebutuhan organisasi. 3) Dalam menangani birokrasi serah terima hibah rumit dan berkepanjangan, maka sebaiknya dilakukan reformasi birokrasi baik dari segi aturan maupun dari manajerial. 4) Sosialisasi mengenai mengenai pentingnya serah terima proyek harus mulai di sampaikan pada saat inisiasi program kepada semua pihak. 5) Diharapkan untuk penelitian selanjutnya bisa mengembangkan kendala serah terima pada wilayah penelitian dan bidang lainnya. Karena untuk wilayah lain ada kemungkinan perbedaan pendapat atau persepsi tentang kendala serah terima. 6) Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendalam, sebaiknya melibatkan stakeholder lain yang belum dibahas dalam penelitian ini, sehingga akan mendapat opini lain mengenai penyebab kendala serah terima Daftar Pustaka 1. A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK Guide), (2008). Fourth Edition. Project Manangement Institute. 95 K o n s t r u k s i a

10 Jurnal Konstruksia olume 8 Nomer 1 Desember Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitia, Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta 3. Bambang Poerdyatmono (2008), Sengketa Jasa Konstruksi sebagai akibat terbitnya Beschikking dan Pelaksanaa Kortverban Contract Tinjauan Aspek Hukum Manajemen Proyek 4. Ervianto, W. I. (2004), Manajemen Proyek Konstruksi. Andi Offset, Yogyakarta 5. Haltenhoff, C. E. (1999). The CM Contracting System: Fundamentals and Practices. New Jersey 6. Harjomuljadi, S., (2014), Factor Analysis on Causal of Construction Claims and Disputes in Indonesia (with reference) hydroelectric power project in Indonesia), Internasional Journal of Applied Engineering Research, ISSN , olume 9, November 22, pp 12421= Harjomuljadi, S., (2015), Bahan ajar Aspek Hukum Kontrak Konstruksi, Manajemen Proyek Konstruksi, Bandung 8. Imam S. Ernawi, Direktur Jenderal Cipta Karya (2014), Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun Anggaran 2014, Kendalakendala dalam pengelelolaan Barang Milik Negara (BMN) 9. Ismail, K. E. (2013), Kajian Rework dalam Konstruksi Bangunan Gedung. Studi Independen. 10. Juliana. Medy.,(2016), Analisis Penyebab Pemutusan Kontrak Konstruksi Dilingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tesis Program Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung 11. Kemala Nur Shabrina (2014,) Efektivitas Pengamanan Aset dalam Mewujudkan Akuntabilitas di Pemerintah Kota Surabaya 12. Monika Sutri Kolinug dkk (2015), Analisis Pengelolaan Aset Tetap Pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tomohon 13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 38 Tahun 2007, Tentang Pembagian Urusan Pemerintah 14. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2008 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah 15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 38/PRT/M/2006, Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum 16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.02/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penetapan Status Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum 17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindah Tanganan Barang Milik Negar,. Mengatur Tata Cara Pelaksanaan Hibah Milik Negara 18. Purnomo Sukirno (2007), faktor potensial penyebab sengketa konstruksi 19. Rakasiwi, G., (2014), Analisis Potensi Penyebab Terjadinya Sengketa Pada Proyek Konstruksi Jalan Tol yang Menggunakan FIDIC General Condition of Contract MDB 96 K o n s t r u k s i a

11 KENDALA SERAH TERIMA PROYEK ANTARA DITJEN CIPTA KARYA DENGAN PEMDA (Nuris - Sarwono) Harmonished Edition 2006, Tesis Program Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung 20. Riduwan, (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis Alfabeta, Bandung 21. Santoso, R. (2004), Tingkat Kepentingan dan Alokasi Risiko pada Proyek Konstruksi. 22. Soeharto, I. (1999), Manajemen Proyek (dari Konseptual sampai Operasional). Jakarta: Erlangga 23. Sugiyono,(2014), Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Alfabeta, Bandung 24. Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 25. Undang-undang No.01 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 26. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. (t.thn.) 97 K o n s t r u k s i a

12 Jurnal Konstruksia olume 8 Nomer 1 Desember K o n s t r u k s i a

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari analisis data terhadap faktor-faktor dominan yang menjadi penyebab kendala serah terima proyek cipta karya dari ditjen cipta karya kepada pemerintah

Lebih terperinci

TESIS. Oleh : Nuris Wahyudi. Pembimbing: Dr. Sarwono Hardjomuljadi, Ir., M.T., M.H

TESIS. Oleh : Nuris Wahyudi. Pembimbing: Dr. Sarwono Hardjomuljadi, Ir., M.T., M.H ANALISIS KENDALA SERAH TERIMA PROYEK KONSTRUKSI ANTARA DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN PEMERINTAH DAERAH TESIS Oleh : Nuris Wahyudi Pembimbing: Dr.

Lebih terperinci

KENDALA PROYEK KONSTRUKSI YANG DIKERJAKAN SECARA SWAKELOLA DI KABUPATEN PINRANG

KENDALA PROYEK KONSTRUKSI YANG DIKERJAKAN SECARA SWAKELOLA DI KABUPATEN PINRANG KENDALA PROYEK KONSTRUKSI YANG DIKERJAKAN SWAKELOLA (Irdayani - Sarwono) KENDALA PROYEK KONSTRUKSI YANG DIKERJAKAN SECARA SWAKELOLA DI KABUPATEN PINRANG oleh : Irdayani Manajemen Proyek Konstruksi Universitas

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN I. Pendahuluan Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

STUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

STUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 STUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Wahida Handayani 1, Yohanes Lim Dwi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1344, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemerintahan. Pelimpahan. Penugasan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PADA PROYEK PEMERINTAHAN DI KOTA KUPANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PADA PROYEK PEMERINTAHAN DI KOTA KUPANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PADA PROYEK PEMERINTAHAN DI KOTA KUPANG Sebastinus Baki Henong Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Email :henongsipilunwira15@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya sektor transportasi di Indonesia, maka kebutuhan para pengguna jalan untuk mengakses dari dan menuju suatu daerah juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak reformasi keuangan negara bergulir, yang ditandai dengan terbitnya Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Perusahaan. Sejarah singkat Kementerian Perdagangan, Visi, Misi, Logo, dan Struktur Organisasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Perusahaan. Sejarah singkat Kementerian Perdagangan, Visi, Misi, Logo, dan Struktur Organisasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan Dalam gambaran umum Kementerian Perdagangan akan diuraikan mengenai Sejarah singkat Kementerian Perdagangan, Visi, Misi, Logo, dan Struktur Organisasi

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1. GAMBARAN UMUM a. Kondisi Umum 1. Kedudukan Kecamatan Kandis merupakan bagian dari Kabupaten Siak, yang dibentuk berdasarkan pemekaran dari kecamatan Minas yang diundangkan sesuai Perda

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA PERATURAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETERLAMBATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PADA PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN DI KABUPATEN MOROWALI

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETERLAMBATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PADA PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN DI KABUPATEN MOROWALI FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETERLAMBATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PADA PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN DI KABUPATEN MOROWALI Elce Misba Bansambua Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2015 KEMENDESA-PDT-Trans. Urusan Pemerintahan. Ditjen Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. TA 2015. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 No.1216, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Perumahan Umum. Bantuan. Prasarana. Sarana. Utilitas Umum. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN DRAF MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2017

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2017 LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A217 Halaman : 1 33 33.1 33.1.1 2379 2382 2383 2384 2387 5682 33.1.2 2381 2389 239 33.2 33.2.3 2391 2392 2393 2394 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2.747.76.255

Lebih terperinci

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (BPK RI, 2010). Tabel 1.1 Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (BPK RI, 2010). Tabel 1.1 Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan hukum terutama berkaitan dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan segala praktiknya seperti penyalahgunaan wewenang,

Lebih terperinci

SALINAN TENTANG. Nomor. Dan Pelabuhan Bebas. Batam; Mengingat. Pemerintah

SALINAN TENTANG. Nomor. Dan Pelabuhan Bebas. Batam; Mengingat. Pemerintah MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG TATA CARAA PENGELOLAAN ASET PADAA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGANN BEBAS DAN

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN Hotel Aryaduta Manado, 10 November 2017

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG BANTUAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN 2014-2015 Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya LINGKUP PAPARAN 1 Pendahuluan 2 Landasan Kebijakan 3 Arah

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH MENUJU 100% AIR MINUM. Direktur Permukiman dan Perumahan, Bappenas Jakarta, Januari 2015

PERENCANAAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH MENUJU 100% AIR MINUM. Direktur Permukiman dan Perumahan, Bappenas Jakarta, Januari 2015 PERENCANAAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH MENUJU 100% AIR MINUM Direktur Permukiman dan Perumahan, Bappenas Jakarta, Januari 2015 UNIVERSAL AKSES AIR MINUM 15% Akses Dasar Akses tambahan untuk 100

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PROYEK PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PROYEK PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PROYEK PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA Chandra 1 dan Yohanes LD. Adianto 2 1 Mahasiswa Program Magister Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan Bandung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

GubernurJawaBarat GUBERNUR JAWA BARAT,

GubernurJawaBarat GUBERNUR JAWA BARAT, GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA DINAS PERMUKIMAN DAN PERUMAHAN PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT,

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014-2018 A. Program dan Kegiatan Pokok 1. Program Pelayanan Administrasi

Lebih terperinci

2 dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-undang Nomor

2 dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-undang Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 204, 2014 KEMENPERA. Dana Alokasi Khusus. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. No.606, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 15/PRT/M/2015 TANGGAL 21 APRIL 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Penggunaan Dana Alokasi Khusus. Tahun Anggaran 2012. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 No.403, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. BSPS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2018 2018 TENTANG BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TRANSMIGRASI KABUPATEN KAPUAS

Lebih terperinci

- Laporan dan Analisa Berita Media Cetak dan Online Bidang Cipta Karya. Edisi: April 2014

- Laporan dan Analisa Berita Media Cetak dan Online Bidang Cipta Karya. Edisi: April 2014 - Laporan dan Analisa Berita Media Cetak dan Online Bidang Cipta Karya Edisi: April 2014 Isu Berita Media Cetak Pada bulan April 2014, berita media cetak yang terkait Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK)

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN Pada bab sebelumnya telah diuraikan tentang visi, misi dan tujuan yang pencapaiannya diukur dari pencapaian sasaran strategis, sasaran program

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES

Lebih terperinci

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN A. Latar Belakang B. Norma dan Dasar Hukum C. Definisi Global dan Detail Standar D. Maksud dan Tujuan E. Kebutuhan Sumber Daya Manusia F. Kebutuhan Sarana dan Prasarana G.

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam Pembangunan Nasional. Perum Perumnas adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk Perusahaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 19, 2008 PEMERINTAHAN. PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Evaluasi. (Penjelasan dalam

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

2016, No Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1849, 2016 KEMEN-DPDTT. Pelimpahan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN

Lebih terperinci

birokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam

birokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam RINGKASAN EKSEKUTIF Di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, ditetapkan bahwa Kementerian Dalam Negeri merupakan salah satu unsur kementerian/ lembaga yang memiliki tugas

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini dibuat sebagai perwujudan dan kewajiban suatu Instansi Pemerintah dengan harapan dapat dipergunakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2006

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN PERUMAHAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 /PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

kementerian pekerjaan umum Direktorat Jenderal Cipta Karya PROGRAM KERJA DIREKTORAT BINA PROGRAM2011 PROGRAM KERJA

kementerian pekerjaan umum Direktorat Jenderal Cipta Karya PROGRAM KERJA DIREKTORAT BINA PROGRAM2011 PROGRAM KERJA kementerian pekerjaan umum Direktorat Jenderal Cipta Karya PROGRAM KERJA DIREKTORAT BINA PROGRAM PROGRAM KERJA 1 2 PROGRAM KERJA PROGRAM KERJA DIREKTORAT BINA PROGRAM PROGRAM KERJA 3 Kata Pengantar Keterpaduan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Tata Ruang, Permukiman dan

Lebih terperinci

SISTEM PERBENDAHARAAN DAN ANGGARAN NEGARA (SPAN) TINGKATKAN TRANSPARANSI KEUANGAN

SISTEM PERBENDAHARAAN DAN ANGGARAN NEGARA (SPAN) TINGKATKAN TRANSPARANSI KEUANGAN SISTEM PERBENDAHARAAN DAN ANGGARAN NEGARA (SPAN) TINGKATKAN TRANSPARANSI KEUANGAN kppnmakassar2.net Pada April 2015 lalu, pemerintahan Jokowi-JK meluncurkan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN)

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA DAN PERUMAHAN RAKYAT KABUPATEN BELITUNG TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanakan pemerintahan di Indonesia menggunakan sistem pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh Presiden. Presiden

Lebih terperinci

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2017 Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013-2015 Disusun oleh: Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN ' REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4/PMK.06/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN ' REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4/PMK.06/2013 TENTANG ' SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 4/PMK.06/2013 ' TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM PERMENDAGRI 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

KEBIJAKAN UMUM PERMENDAGRI 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH KEBIJAKAN UMUM PERMENDAGRI 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DR HARI NUR CAHYA MURNI, MSi DIREKTUR BUMD, BLUD DAN BARANG MILIK DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 21/PRT/M/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 21/PRT/M/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 21/PRT/M/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

Lebih terperinci

Pedoman Program Hibah Air Limbah Setempat APBN

Pedoman Program Hibah Air Limbah Setempat APBN 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 LAMPIRAN 1: Surat Pernyataan Minat Pemerintah Daerah KOP SURAT PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA...

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 106 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 106 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 106 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Menimbang

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 08/PRT/M/2010 TANGGAL 8 JULI 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kinerja dan institusi kelembagaannya, Kementerian Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu peningkat- an efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB. I PENDAHULUAN Penelitian ini akan menjelaskan implementasi penganggaran berbasis kinerja pada organisasi sektor publik melalui latar belakang dan berusaha mempelajarinya melalui perumusan masalah,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R No.546, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Litbang. Pedoman. Peencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK LANJUTAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK LANJUTAN SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK LANJUTAN TAHUN ANGGARAN 213 NOMOR DIPA-33.5-/213 DS 11-823-4351-5822 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis 79 BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Partisipasi penyusunan anggaran tidak berpengaruh signifikan

Lebih terperinci

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.371, 2015 KEMENPU PR. Dana Alokasi Khusus. Insfrastuktur. Petunjuk Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03/PRT/M/2015 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Lembaga Manajemen Aset Negara. Tata Kerja. Organisasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Lembaga Manajemen Aset Negara. Tata Kerja. Organisasi. No.1875, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Lembaga Manajemen Aset Negara. Tata Kerja. Organisasi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 219/PMK.01/2015 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERMUKIMAN, TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI TASIKMALAYA

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERMUKIMAN, TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERMUKIMAN, TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi adalah salah satu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi

Lebih terperinci

I N S P E K T O R A T

I N S P E K T O R A T PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU I N S P E K T O R A T Alamat :Jalan Nilam No. 7 Kotabaru Telp. (0518) 21402 Kode Pos 72116 KOTABARU ( LKj) TAHUN 2016 PERANGKAT DAERAH INSPEKTORAT KABUPATEN KOTABARU DAFTAR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.06/2011 TENTANG PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.06/2011 TENTANG PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.06/2011 TENTANG PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan REFORMASI BIROKRASI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Disampaikan dalam Seminar Kemenpan dan RB bersama Bakohumas, 27/5/13. DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA 1 PROGRAM PERCEPATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pegawai Negeri Sipil (PNS) idealnya merupakan pelayan masyarakat dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para PNS tentunya tak

Lebih terperinci