LAPORAN PENELITIAN HELEN JULIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENELITIAN HELEN JULIAN"

Transkripsi

1 PEMISAHAN CO2 DARI N2 DENGAN MEMBRAN PERMEASI LAPORAN PENELITIAN Oleh HELEN JULIAN TEKNIK KIMIA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012

2 ABSTRAK PEMISAHAN CO2 DARI N2 DENGAN MEMBRAN PERMEASI Oleh: Helen Julian Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung Teknologi konvensional yang digunakan untuk pemisahan CO2 yaitu distiliasi temperatur rendah, absorpsi pelarut kima, dan adsorpsi padatan memiliki beberapa kelemahan, di antaranya adalah kebutuhan bahan kimia dalam jumlah yang besar dan energi dalam jumlah besar, baik untuk regenerasi bahan kimia maupun mencapai kondisi kriogenik. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan teknologi konvensional dapat digunakan teknologi membran untuk memisahkan CO2 dari N2. Jenis membran yang banyak digunakan di industri adalah membran asimetrik. Walaupun telah banyak digunakan di industri, membran asimetrik memiliki kelemahan yaitu adanya tawar menawar antara permeasi dan selektivitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat membran asimetrik matriks campuran polisulfon/silika. Penelitian dimulai dengan menentukan komposisi larutan casting dan waktu evaporasi untuk membuat membran asimetrik. Variasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah komposisi silika pada membran (0, 0,1, 0,5, dan 1%-berat). Data yang diperoleh berupa laju alir gas pada permeat. Dari data yang diperoleh dapat dilakukan analisis permeasi dan selektivitas membran. Hasil penelitian menunjukan formulasi larutan casting yang terdiri dari 23,5%-berat PSf, 21,5%-berat DMAc, 43%-berat THF, dan 12%-berat etanol, dengan waktu evaporasi 30 detik dapat menghasilkan membran yang bebas defect. Penambahan silika pada konsentrasi yang paling kecil sekalipun, yaitu sebesar 0,1%-berat, menurunkan performa membran secara keseluruhan. Buruknya interaksi antara partikel silika dengan PSf menghasilkan banyak rongga tak selektif dan pada akhirnya mengakibatkan pemisahan gas berlangsung mengikuti mekanisme Knudsen flow. Kata kunci:membran matriks campuran, pemisahan CO2, silika i

3 ABSTRACT CO2REMOVAL FROM CO2/N2 MIXTURE BY MEMBRAN TECHNOLOGY By: Helen Julian Chemical Engineering, Institut Teknologi Bandung CO2removal conventional technologies have some disadvantages, for example huge amount of chemical needed and high energi demand for chemical regeneration or to achieve cryogenic condition. To overcome those disadvantages, membrane technology can be used for CO2 removal.the most populer membrane type for CO2separation is asymmetric membrane but it has one limitation which is a trade-off between selectivity and permeability of the membraneeven though this type of membrane has been used in many industries. The objective of this research is to make polysulfone/silica asymmetric mixed matrix membrane for CO2/N2 separation with good selectivity and permeability. In the beginning of this research, optimum casting solution formulation and evaporation time are studied. Then, in the making of asymmetric mixed matrix membrane, silica composition (0, 0.1, 0,5, and 1- weight) is varied. Data obtained from this research is gas flow rate in permeate side. From those data, membrane selectivity and permeance analysis will be done. Results of this research showthat the casting solution consists of 23,5%-w PSf, 21,5%-w DMAc, 43%-w THF, dan 12%-w ethanol, together with 30 s evaporation time produces defect free membrane. Silica addition, even at smallest concentration, 0.1%-w causes a very significant decrease on membrane performance. This can be happen because bad interaction between silica and PSf results on unselective void among membrane selective layer. Keywords:mixed matrix membrane, CO2 removal, silica ii

4 DAFTAR ISI ABSTRAK...i ABSTRACT... ii LEMBAR PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined. PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL...vi DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... Error! Bookmark not defined. Bab I Pendahuluan... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan Masalah... 1 I.3 Tujuan Penelitian... 2 I.4 Ruang Lingkup Penelitian... 2 Bab II Tinjauan Pustaka... 3 II.1 Metode-Metode Pemisahan CO2 dari Gas Hasil Bakar secara Konvensional... 3 II.1.2 Absorpsi Pelarut Kimia... 3 II.1.2 Pemisahan pada Temperatur Rendah... 3 II.1.3 Adsorpsi dengan Padatan... 3 II.2 Membran untuk Pemisahan Gas... 3 II.3 Membran Matriks Campuran... 5 II.4 Membran Asimetrik... 7 Bab III Rancangan Penelitian... 9 III.1 Metodologi... 9 III.2 Percobaan... 9 III.2.1 Alat... 9 III.2.2 Bahan III.2.3 Prosedur Percobaan III.2.4 Variasi iii

5 III.3 Intepretasi Data III.4 Jadwal Penelitian Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Kondisi Operasi Pembuatan Membran terhadap Permeasi CO2 dan Selektivitas CO2/N IV.1.1 Komposisi Larutan Polimer IV.1.2 Waktu Evaporasi IV.2 Pengaruh Penambahan Silika terhadap Permeasi CO2 dan Selektivitas CO2/N IV.2.1 Evaluasi kinerja membran dengan konsentrasi silika 1%-berat IV.2.2 Evaluasi kinerja membran dengan konsentrasi silika 0,5 %-berat.. 18 IV.2.3 Evaluasi kinerja membran dengan konsentrasi silika 0,1%-berat Bab V Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan V.2 Saran DAFTAR PUSTAKA iv

6 DAFTAR GAMBAR Gambar II.1 Diagram alir proses penghilangan CO2 dengan metode absorpsi kimia (Kohl dan Nielson, 1997)... Error! Bookmark not defined. Gambar II.2 Skema mekanisme solution-diffusion... 4 Gambar II.3 Skema polimer-material inorganik pada membran matriks campuran 5 Gambar II.4 Hasil SEM membran dengan 15%-berat carbon nanotubes (a) penampang lintang (b) bagian padat carbon nanotubes (c) bagian dengan carbon nanotubes yang terdispersi merata (Kim dkk., 2007)...Error! Bookmark not defined. Gambar II.5 Hasil SEM membran polisulfon/fumed silika (a) 10%-berat fumed silika (b) 3%-berat fumed silika... Error! Bookmark not defined. Gambar II.6 Ilustrasi dari (a) jalur kontinu pada komposisi MCM-48 sebanyak 10%- berat (b)jalur tak kontinu pada komposisi MCM-48 sebanyak 20%-berat... Error! Bookmark not defined. Gambar II.7 Hasil SEM dari penampang lintang membran yang dibuat dengan (a) metode kering (b) metode basah (Pinnau dan Koros, 1992)...Error! Bookmark not defined. Gambar II.8 Langkah-langkah metode kering/basah... 7 Gambar III.1 Skema alat pengujian kinerja membran Gambar III.2 Prosedur pembuatan membran dengan variasi metode pembuatan dan non-pelarut Gambar III.3 Prosedur pembuatan membran matriks campuran Gambar III.4 Prosedur pengujian kinerja membran matriks campuran Gambar IV.1 permukaan membran yang dibuat dengan formulasi dua (a) waktu evaporasi 15 detik (b) waktu evaporasi 30 detik Gambar IV.2 Larutan polimer yang dibuat dengan formulasi 2 (a) penambahan silika 0%-berat (b) penambahan silika 1%-berat v

7 DAFTAR TABEL Tabel II.1 Hasil penelitian membran matriks campuran dengan material inorganik berbahan dasar karbon... 6 Tabel II.2 Hasil penelitian membran matriks campuran dengan material inorganik berbahan dasar silika... 6 Tabel II.3 Daftar pelarut yang dapat digunakan untuk pembuatan membran polisulfon... 8 Tabel III.1 Variasi untuk memperoleh komposisi, metode dan non-pelarut Tabel III.2 Rancangan kegiatan penelitian Tabel IV.1 Permeasi dan selektivitas membran yang dibuat dengan formulasi satu dan formulasi dua Tabel IV.2 Persentase peningkatan selektivitas dan penurunan permeasi dari membran yang dibuat dengan formulasi satu dan formulasi dua Tabel IV.3 Perbandingan kinerja membran pada penelitian ini dan penelitian lain17 Tabel IV.4 Permeasi dan selektivitas membran dengan variasi penambahan silika18 Tabel IV.5 Persentase peningkatan permeasi dan penurunan selektivitas membran dengan variasi penambahan silika dibandingkan dengan membran PSf murni vi

8 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emisi karbon dioksida (CO 2) dari gas hasil bakar yang sebagian besar komposisinya terdiri dari CO 2 dan N 2 merupakan kontributor terbesar gas rumah kaca sehingga penangkapan atau pemisahan CO 2 dari gas hasil bakar menjadi tahap penting untuk mengontrol emisi gas rumah kaca. Penelitian di bidang pemisahan CO 2 dari gas hasil bakar telah banyak dilakukan secara global. Tujuan dari penelitian-penelitian tersebut adalah menemukan metode yang mampu memisahkan CO 2 dari gas hasil bakar dengan energi yang minimal. Biaya yang dibutuhkan untuk proses pemisahan CO 2 sangat besar jika dibandingkan dengan biaya untuk transportasi dan penyimpanan CO 2 tersebut, yaitu mencapai 60-80% dari total biaya yang dibutuhkan. Ada empat metode yang diaplikasikan untuk pemisahan CO 2, yaitu absorpsi larutan kimia, adsorpsidengan padatan, distilasi temperatur rendah, dan proses berbasis membran. Absorpsi pelarut kimia dan adsorpsi dengan padatan memiliki kelemahan. Kedua metode tersebut melibatkan larutan kimia (biasanya amin) dan sorbent dalam jumlah yang besar yangharusdiregenerasisecara periodik untuk mengurangi limbah industri. Distilasi pada temperatur rendah memerlukan energi yang besar untuk mencapai kondisi operasinya. Dibandingkan dengan metode lain, proses pemisahan dengan membran tidak membutuhkan perubahan fasa maupun sorbent atau larutan kimia. Proses pemisahan berbasis membran sangat efisien untuk pemisahan CO 2 dari gas hasil bakar dimana tidak diperlukan produk yang memiliki kemurnian sangat tinggi. Dalam pembuatan membran untuk pemisahan CO 2, ada dua aspek yang perlu diperhatikan.aspek pertama adalah kinerja membran yang meliputi selektivitas dan permeabilitas.membran diharapkan memiliki selektivitas CO 2/N 2 dan permeabilitas CO 2 yang baik.pemisahan CO 2 menggunakan membran membutuhkan tekanan sebagai driving force. Dengan meningkatkan tekanan, permeabilitas CO 2 pada membran menjadi semakin tinggi. Namun perlu diperhatikan bahwa gas hasil bakar bertekanan rendah dan peningkatan tekanan memerlukan biaya yang besar. Oleh karena itu, membran yang memiliki permeabilitas CO 2 yang tinggi pada tekanan rendah sangat dibutuhkan agar operasi tetap ekonomis. Aspek kedua adalah ketahanan membran terhadap kondisi operasi yang diterapkan. Polisulfon adalah polimer yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan membran pemisahan CO 2/N 2 karena harganya murah dan memiliki ketahanan mekanik yang baik. Ada berbagai jenis membran yang dapat digunakan untuk memisahkan CO 2 dari N 2 di antaranya adalah membran dense, asimetrik, dan komposit. Membran-membran tersebut telah diaplikasikan secara luas namun memiliki satu kelemahan yaitu adanya tawar-menawar antara nilai selektivitas dan permeabilitas membran. Untuk mengatasi kelemahan tersebut telah dikembangkan membran matriks campuran yang memiliki nilai selektivitas dan permeabilitas yang tinggi.saat ini penelitian mengenai membran matriks campuran sebagian besar dilakukan dengan menggunakan zeolit, karbon, dan silica sebagai material inorganik campuran polisulfon.pembuatan membran biasanya dilakukan dengan metode evaporasi sehingga diperoleh membran dengan struktur dense. Untuk mempelajari membran matriks campuran lebih jauh, dilakukan penelitian mengenai kinerja membran matrik campuran yang dibuat dengan metode inversi fasa sehingga terbentuk membran dengan struktur asimetrik dan penambahan material inorganiksilika dengan ukuran spesifik. Struktur membran yang asimetrik diharapkan dapat meningkatkan permeabilitas dibandingkan dengan struktur membran dense. I.2 Rumusan Masalah Material inorganik pada pembuatan membran matriks campuran memiliki fungsi seperti penyaring gas yang ingin dipisahkan atau mengkondisikan free volume pada struktur membran. Material inorganik tersebut tersebar pada lapisan polisulfon yang berfungsi sebagai penyangga. Pada pembuatan membran matriks campuran, seringkali terdapat rongga tak selektif antara material inorganik dan polisulfon yang menurunkan selektivitas membran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, rongga antara polisulfon dan zeolit hanya terbentuk setelah konsentrasi material inorganik pada campuran mencapai nilai tertentu [1]. Untuk memperoleh membran matriks campuran berkinerja baik dengan silika sebagai material inorganik, maka konsentrasi kritis silika 1

9 sebagai material inorganik pada membran matriks campuran perlu diketahui melalui penelitian yang akan dilakukan. Membran matriks campuran biasanya dibuat dengan metode evaporasi sehingga terbentuk membran dense. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, membran asimetrik memiliki permeabilitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan membran dense. Untuk meningkatkan permeabilitas gas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai kinerja membran asimetrik matriks campuran. I.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untukmembuat membran asimetrik matriks campuran dan memperoleh nilai komposisi silika pada membran asimetrik matriks campuran polisulfon/silika yang dapat digunakan untuk pemisahan CO 2 dari gas hasil bakar dan memiliki nilai selektivitas CO 2/N 2 serta permeabilitas CO 2 yang baik. I.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup hal-hal berikut: Penentuan formulasi membran yang optimal hanya dipengaruhi oleh nilai selektivitas dan permeasi. Gas yang digunakan sebagai umpan adalah CO 2 dan N 2 dengan kemurnian tinggi. Membran yang dibuat adalah membran asimetrik matriks campuran flat sheet. 2

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menyajikan tinjauan pustaka mengenai metode pemisahan CO 2dari N 2 secara konvensional, membran untuk pemisahan gas, membran matriks campuran, dan membran asimetrik. II.1 Metode-Metode Pemisahan CO 2 dari Gas Hasil Bakar secara Konvensional Pemisahan CO 2 dari N 2 secara konvensional dapat dilakukan dengna berbagai metode, antara lain absorpsi dengan pelarut kimia, adsorpsi dengan padatan, dan distilasi pada temperatur rendah. II.1.2 Absorpsi Pelarut Kimia Metode absorpsi dengan pelarut kimia dapat digunakan jika konsentrasi CO 2 rendah,yaitu sekitar 1% s/d 10%.Pelarut yang digunakan harus dapat bereaksi secara kimia dengan CO 2.Sebagian besar pelarut yang digunakan merupakan produk alkanolamin.seluruh pelarut tersebut digunakan dalam fasa cair. Produk alkanolamin yang digunakan di industriantara lainadalah monoetanolamin (MEA), diglikolamin (DGA), dietanolamin (DEA), diisopropanolamin (DIPA), dan metildietanolamin (MDEA). Garam-garam alkalin, misalnya kalium karbonat, dapat juga digunakan sebagai pengganti pelarut. Pada proses absorpsi, pelarut kimia dialirkan dari bagian atas absorber sedangkan gas yang mengandung CO 2 dialirkan dari bagian bawah absorber. Pelarut kimia mengikat CO 2 sehingga sweet gas keluar dari bagian atas absorber dan larutan alkanolamin yang kayaakan CO 2 keluar dari bagian bawah absorber. Larutan alkanolamin yang kaya akan CO 2 tersebut selanjutnya mengalami pelucutan CO 2 pada kolom regenerator sehingga diperoleh larutan alkanolamin yang dapat digunakan kembali di absorber. Saat ini, sebagian besar proses pemisahan CO 2 dari gas bakar dilakukan menggunakan metode absorpsi pelarut. Faktor yang mempengaruhi biaya yang diperlukan dalam metode absorpsi pelarut adalah jumlah steam yang diperlukan untuk meregenarasi pelarut dan ukuran absorber. Di samping kemajuan dan perkembangan yang telah dicapai pada metode absorpsi pelarut, metode ini menghadapi beberapa batasan dalam pelaksanaannya, antara lain [2]: Memerlukan energi yang besar, terutama untuk memproses gas dengan kandungan CO 2 yang tinggi. Memerlukan biaya modal yang relatif besar untuk laju alir gas hasil bakar yang kecil. II.1.2 Pemisahan pada Temperatur Rendah Karbon dioksida dapat dipisahkan dari gas lainnya dengan distilasi kriogenik. Kondisi operasi pada distilasi kriogenik sangat ekstrim, yaitu tekanan di atas 2,1 MPa dan temperatur di bawah -55 o C. Metode pemisahan CO 2 dengan distilasi kriogenik telah digunakan secara komersial untuk mencairkan dan memurnikan CO 2 dari sumber dengan kandungan CO 2 yang tinggi, biasanya di atas 80%-volume CO 2. Metode ini memungkinkan pemisahan CO 2 dalam bentuk cair sehingga lebih mudah ditransportasikan. Namun metode ini memiliki kelemahan yaitu kebutuhan energinya sangat besar dan tidak ekonomis untuk memisahkan CO 2 dari sumber yang memiliki kandungan CO 2 rendah. II.1.3 Adsorpsi dengan Padatan Adsorpsi CO 2 dapat dilakukan dengan berbagai jenis padatan, antara lain zeolit, karbon aktif, litium, dan natrium karbonat. Padatan yang telah digunakan utnuk mengadsorp CO 2 perlu diregenerasi. II.2 Membran untuk Pemisahan Gas Teknologi membran saat ini merupakan teknologi yang sedang berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin luasnya aplikasi membran khususnya dalam skala besar di berbagai bidang industri. Dalam aplikasinya, membran dapat menggantikan proses konvensional yang sudah ada ataupun berperan sebagai tahap polishing. Berbagai bidang industri yang tercatat mengaplikasikan proses membran diantaranya adalah bidang industri pangan, bioteknologi, medis, industri berbasis proses kimia, dan tentunya bidang pengolahan air dan limbah [3]. Aplikasi teknologi membran untuk pemisahan gas dan uap telah banyak dipelajari dan dikembangkan pada skala industri. Aplikasi 3

11 membran untuk pemisahan gas (gas separation) pada skala industri diantarnya adalah recovery hydrogen dan pemisahan CO 2 [4]. Membran untuk pemisahan gas dianggap sangat menarik karena kebutuhan energi yang rendah, biaya perawatan yang murah, stukturnya yang modular, dan kondisi operasi yang tidak ekstrim [5]. Di balik aplikasi teknologi membran yang begitu luas dalam pemisahan gas, terdapat dua tantangan teknis yang harus dihadapi. Tantangan pertama adalah cara memperoleh produktivitas (laju permeabilitas) yang baik tapi juga diiringi dengan selektivitas (efesiensi pemisahan) yang tinggi. Tantangan kedua adalah cara menjaga produktivitas dan selektivitas membran tetap baik ketika umpan proses merupakan campuran kompleks dari berbagai senyawa dan bersifat agresif [6]. Sejumlah material telah digunakan untuk fabrikasi membran, diantaranya: polimer, material anorganik, keramik, metalik, mixed-matrix, membran cair dan material biologis [7]. Membran untuk pemisahan CO 2 dapat dibuat dari berbagai material namun hingga saat ini, material yang banyak digunakan dalam aplikasi di industri adalah polimer. Material ini dipilih karena harganya yang relatif murah dan proses pembuatannya yang relatif mudah dibandingkan material lain [5]. Polimer yang popular penggunaannya dalam proses pemisahan gas di antaranya adalah poliimida, selulosa asetat, dan polisulfon. Poliimida memiliki kemampuan pemisahan yang sangat baik namun ketahanan membran berbahan poliimida tidaklah terlalu baik. Membran berbahan dasar poliimida sangat rentan terhadap gas bertekanan tinggi dan kondensat. Selulosa asetat memiliki ketahanan yang lebih baik daripada poliimida namun tekanan plastisasinya rendah, yaitu 11 bar [8]. Polisulfon memiliki ketahanan yang lebih tinggi daripada poliimida dan memiliki tekanan plastisasi yang cukup tinggi, yaitu 34 bar [8]. Kinerja membran selulosa asetat dan polisulfon tidak terlalu jauh berbeda. Material polisulfon telah banyak diaplikasikan pada pemisahan gas murni maupun campuran seperti pemisahan CO 2 dari campuran gas CO 2/CH 4 [9] karena memiliki kekuatan mekanik yang baik, stabilitas kimia yang baik, dan relatif murah [10]. Pada dasarnya membran pemisahan gas dapat berupa membran berpori maupun tak berpori. Aplikasi membran berpori lebih terbatas dibandingkan membran tak berpori, yaitu hanya dapat digunakan untuk pemisahan campuran gas dengan perbedaan ukuran molekul yang besar sehingga membran tak berpori lebih popoler untuk pemisahan gas. Pada membran tak berpori, molekul gas berpindah dengan prinsip kelarutan molekul gas pada material polimer dan difusifitas molekul gas melalui free volume pada struktur membran (mekanisme solution diffusion) [11]. Persamaan matematis yang menggambarkan hubungan kelarutan, difusivitas, dan laju alir gas yang melewati membran disajikan pada persaman II.1 di bawah ini. J = D is i p l i (II.1) Dimana J adalah laju alir gas yang melewati membran (fluks), D i adalah koefisien difusi molekul gas i, S i adalah koefisien kelarutan gas i, l adalah ketebalan lapisan membran, dan p i adalah perbedaan tekanan parsial gas I [12]. Skema mekanisme solution-diffusion disajikan pada Gambar II.1 di bawah ini [13]. Gambar II.1 Skema mekanisme solution-diffusion 4

12 Pada membran tak berpori, untuk memperoleh laju alir permeat yang besar, membran perlu dibuat setipis mungkin. Berdasarkan alasan tersebut dan mempertimbangkan kekuatan mekanik membran, tipe membran tak berpori yang cocok untuk pemisahan gas adalah membran asimetrik. Membran asimetrik adalah membran yang terdiri dari dense top layer dan porous sublayer. Material pembentuk kedua lapisan tersebut sama jenisnya. Dense top layer adalah lapisan tipis yang tidak berpori sedangkan porous sublayer adalah lapisan yang lebih tebal dan berpori. Dense top layer berperan dalam menentukan selektivitas membran dan memiliki tahanan perpindahan massa yang besar karena strukturnya yang tidak berpori sehingga dibuat setipis mungkin. Porous sublayer berperan untuk meningkatkan kekuatan mekanik membran dan memiliki tahanan perpindahan massa yang kecil karena strukturnya berpori [12]. Walaupun populer di industri, membran tak berpori yang bekerja dengan mekanisme solution-diffusion memiliki kelemahan. Kelemahan membran ini adalah adanya tawar-menawar antara permeabilitas dan selektivitas. Jika diinginkan membran dengan selektivitas CO 2/N 2 tinggi maka permeabilitas CO 2 yang diperoleh bernilai rendah dan sebaliknya. Untuk mengatasi kelemahan membran yang bekerja dengan mekanisme solution-diffusion, telah banyak dilakukan penelitian mengenai membran matriks campuran. II.3 Membran Matriks Campuran Membran matriks campuran adalah membran yang dibuat dengan mencampurkan polimer dan material inorganik yang berpori maupun tak berpori. Polimer berfungsi sebagai penyangga bagi material inorganik. Material inorganik yang berpori memisahkan gas dengan prinsip penyaringan menggunakan pori-pori pada material inorganik tersebut. Material inorganik yang tak berpori memperbaiki kinerja membran dengan meningkatkan free volume pada membran sehingga permeabilitas meningkat. Skema polimer-material inorganik pada membran matriks campuran disajikan pada Gambar II.2 di bawah ini. Masalah yang sering timbul pada pembuatan membran matriks campuran adalah aglomerasi material inorganik [14] dan lemahnya interaksi antara rantai polimer dengan material inorganik [15]. Polimer Molecular Sieve Gambar II.2 Skema polimer-material inorganik pada membran matriks campuran [9] Aglomerasi terjadi pada membran matriks campuran jika konsentrasi material inorganik pada membran telah mencapai nilai yang tinggi. Aglomerasi material inorganik mengakibatkan terbentuknya rongga-rongga tak selektif di antara partikel material inorganik. Keberadaan ronggarongga tersebut tidak diinginkan kerena dapat menurunkan selektivitas membran.lemahnya interaksi antara rantai polimer dengan material inorganik dapat disebabkan oleh kekakuan rantai polimer yang digunakan. Jika rantai polimer tidak dapat melingkupi partikel material inorganik secara sempurna, dapat muncul rongga-rongga tak selektif yang juga dapat menurunkan selektivitas membran. Material inorganik yang dapat digunakan pada membran matriks campuran antara lain zeolit, carbon molecular sieve (CMS), logam oksida nano [1], silika, dan carbon nanotubes [14]. Penelitian mengenai membran matriks campuran dengan material inorganik berbahan dasar karbon telah dilakukan oleh Kim dkk. [16]. Hasil dari penelitian tersebut disajikan pada Tabel II.1 di bawah ini. Hasil penelitian Kim dkk. [16] menunjukan bahwa secara umum permeabilitas meningkat dengan penambahan carbon nanotubes. Peningkatan permeabilitas terjadi untuk CO 2 maupun N 2 sehingga penambahan carbon nanotubes tidak mengakibatkan perubahan selektivitas CO 2/N 2yang signifikan. Pada penambahan 15%-berat carbon nanotubes, permeabilitas gas menurun karena terlalu tingginya konsentrasi carbon nanotubes pada membran. Konsentrasi carbon nanotubes yang terlalu tinggi mengakibatkan adanya bagian membran yang padat carbon nanotubes. Munculnya bagian membran yang padat carbon nanotubes mengakibatkan laju alir gas tertahan sehingga permeabilitas 5

13 CO 2 menurun. Hasil SEM membran dengan 15%-berat carbon nanotubes disajikan pada Gambar II.4 di bawah ini. Tabel II.1 Hasil penelitian membran matriks campuran dengan material inorganik berbahan dasar karbon [16] Permeabilitas (barrer) Jenis karbon %-berat Selektivitas CO 2 N 2 carbon nanotube 0 3,9 0,17 22,94 5 5,12 0,23 22, ,19 0,23 22, ,52 0,22 20,54 Penelitian mengenai membran matriks campuran dengan material inorganik berbahan dasar silika telah dilakukan oleh Wahab dkk. [17], Kim dan Marand [18], dan Kim dkk. [19]. Hasil dari penelitian-penelitian tersebut disajikan pada Tabel II.2 di bawah ini. Wahab dkk. [17] membuat membran matriks campuran polisulfon/fumed silika.hasil penelitian Wahab dkk. [17] menunjukan bahwa penambahan fumed silika sebanyak 0,1%-berat dapat meningkatkan permeabilitas dan selektivitas dibandingkan dengan membran polisulfon murni. Penambahan fumed silika lebih lanjut mengakibatkan penurunan permeabilitas dan selektivitas. Pada penambahan fumed silika sebanyak 3%-berat dan 10%-berat terjadi aglomerasi partikel fumed silika seperti yang ditunjukan oleh Gambar II.5 sehingga permeabilitas dan selektivitas membran lebih rendah dibandingkan dengan membran polisulfon murni [17]. Pada penelitian ini, jenis membran yang dibuat berbeda denga penelitian lainnya, yaitu membran asimetrik. Hasil penelitian secara umum menunjukan bahwa permeabilitas pada membran asimetrik matriks campuran lebih tinggi dibandingkan dengan membran dense matriks campuran. Tabel II.2 Hasil penelitian membran matriks campuran dengan material berbahan dasar silika Permeabilitas Ukuran Tipe silika %-berat (barrer) Selektivitas Sumber partikel CO 2 N 2 Fumed silika * MCM-41 MCM-48 * Permeasi dalam GPU 7 nm 80 nm 1 μm 0 78,11 2,27 34,4 0,1 90,04 2,5 36, ,06 5,26 16, ,69 10,47 8,37 0 4,5 0, ,6 0,28 23, ,8 0,32 24, ,8 0,9 16,44 0 4,46 0,18 25, ,45 0,32 25, ,21 0,77 23,58 Hasil penelitian Kim dan Marand [18] menunjukan bahwa permeabilitas meningkat dengan penambahan MCM-41 dan selektivitas tidak mengalami perubahan berarti sampai penambahan MCM-41 sebanyak 20%-berat. Pada penambahan MCM-41 sebanyak 40%-berat, permeabilitas meningkat dengan signifikan, baik untuk CO 2 maupun N 2 dan selektivitasnya menurun. Hasil penelitian Kim dkk [19] menunjukan bahwa penambahan MCM-48 sampai 20%-berat menghasilkan peningkatan permeabilitas secara signifikan dan sedikit penurunan pada selektivitas. Peningkatan permeabilitas secara signifikan terjadi karena terbentuknya jalur kontinu karena semakin banyaknya fasa permeabel pada membran. Pada penambahan MCM-48 10%-berat, partikel MCM-48 terletak 6 [17] [18] [19]

14 berjauhan satu sama lain sehingga terbentuk jalur yang tidak kontinu untuk gas. Pada komposisi MCM-48 sebanyak 20%-berat, partikel MCM-48 terletak berdekatan karena jumlah partikel yang lebih banyak. Hal ini mengakibatkan terbentuknya jalur kontinu untuk perpindahan gas. II.4 Membran Asimetrik Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahab dkk. [17] diketahui bahwa struktur asimetrik pada membran matriks campuran dapat meningkatkan permeabilitas CO 2. Lapisan selektif yang lebih tipis pada membran asimetrik menyebabkan tahanan perpindahan massa pada membran asimetrik lebih rendah daripada membran dense. Membran asimetrik untuk pemisahan gas biasanya dibuat dengan metode inversi fasa yang dapat meliputi presipitasi dengan penguapan pelarut dan imersi presipitasi.pada metode presipitasi dengan penguapan pelarut, polimer dilarutkan dalam solvent lalu dilakukan casting pada larutan polimer tersebut.pelarut dibiarkan menguap secara perlahan-lahan, biasanya pada atmosfer inert, sehingga terbentuk membran dense. Metode imersi presipitasi melibatkan tiga komponen dalam pembuatan membran, yaitu polimer, solvent, dan non-solvent. Langkah-langkah pembuatan membran flat dengan metode imersi presipitasi meliputi: Persiapan larutan polimer, yaitu pencampuran polimer dengan solvent. Casting larutan polimer menggunakan casting knife pada lapisan support yang sesuai. Untuk pembuatan membran skala industri, lapisan support yang digunakan adalah bahan non-woven sedangkan untuk skala laboratorium, lapisan support yang digunakan adalah pelat kaca. Imersi lapisan polimer tersebut dalam non-solvent di bak kogulasi. Pada metode imersi presipitasi, membran asimetrik terbentuk karena adanya dua mekanisme yang terlibat, yaitu difusi dan demixing. Difusi adalah petukaran solvent dan non-solvent pada lapisan polimer.difusi mengakibatkan larutan polimer menjadi tidak stabil dan terjadinya demixing. Demixing adalah transisi kondisi cairan satu fasa menjadi cairan dua fasa. Proses demixing yang terjadi dengan adanya jangka waktu setelah casting menghasilkan membran dengan struktur toplayer yang tak berpori [12]. Metode presipitasi dengan pengupan pelarut disebut juga metode kering.metode ini menghasilkan membran dengan lapisan toplayer yang dense dan tebal.permeabilitas gas pada membran dengan struktur tersebut sangat rendah. Metode imersi presipitasi disebut juga metode basah. Metode ini menghasilkan membran dengan struktur toplayer yang sangat tipis dan memiliki banyak pori (defect) [20]. Untuk pemisahan gas, membran yang digunakan harus bebas defect karena defect dapat menurunkan selektivitas membran. Untuk menghasilkan membran asimetrik yang baik untuk pemisahan gas, Pinnau dan Koros [20] mengajukan metode kering/basah. Metode kering basah adalah metode yang menggabungkan evaporasi pelarut dan imersi pada bak koagulasi. Langkah-langkah dari metode kering/basah ditampilkan pada Gambar II.3 di bawah ini [21]. Gambar II.3 Langkah-langkah metode kering/basah [9] Pada metode kering/basah, digunakan dua jenis pelarut, yaitu pelarut yang mudah menguap dan pelarut yang lebih sulit menguap. Daftar pelarut yang dapat digunakan untuk pembuatan membran polisulfon disajikan pada Tabel II.3 di bawah ini [21]. Selain itu, ditambahkan juga nonsolvent ke dalam larutan polimer. 7

15 Tabel II.3. Daftar pelarut yang dapat digunakan untuk pembuatan membran polisulfon Pelarut Titik didih ( o C) Aseton 56,5 Tetrahidrofuran 65,4 1,4-Dioksan 101,3 Dimetilformamid 153 Dimetilasetamid 165,2 N-metilpirolidinon pirolidinon 234 Setelah larutan polimer di-cast di atas pelat kaca, udara ditiupkan pada bagian atas larutan polimer sehingga pelarut yang lebih mudah menguap akan menguap dan polimer akan terkonsentrasi pada bagian atas membran. Bagian yang kaya akan polimer inilah yang akan membentuk struktur toplayer dari membran. Langkah berikutnya adalah imersi membran pada bak koagulasi. Adanya nonpelarut pada larutan polimer mengakibatkan proses demixing terjadi secara cepat sehingga membentuk struktur berpori yang berfungsi sebagai sublayer. Jika non-pelarut yang digunakan adalah air, maka diperlukan tahap pertukaran pelarut untuk mengurangi tegangan permukaan air di pori membran. Tingginya tegangan permukaan air dapat mengakibatkan pori pada lapisan porous sublayer mengalami tekanan yang kuat dan rusak. Jika poripori tersebut rusak, lapisan porous sublayer yang seharusnya memiliki tahanan perpindahan massa yang kecil akan berubah sifatnya menjadi seperti lapisan dense toplayer, yaitu memiliki tahanan perpindahan massa yang besar. 8

16 BAB III RANCANGAN PENELITIAN III.1 Metodologi Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi silika yang optimum untuk membran pemisahan CO 2 dari N 2 dengan struktur asimetrik. Penelitian ini dimulai dengan percobaan pembuatan membran berbahan dasarpolisulfondengan memvariasikan metode pembuatan dan komposisi yang digunakan. Metode yang digunakan adalah metodekering dan kering/basah. Non-pelarut yang digunakan adalah air dan metanol. Jenis membran yang dibuat adalah flat sheet. Membran yang telah dibuat selanjutnya diuji kinerjanya menggunakan CO 2 dan N 2 dengan kemurnian tinggi. CO 2 dan N 2 dialirkan secara bergantian. Membran asimetrik matriks campuran dibuat dengan menggunakan metode dan non-pelarut yang memberikan permeasi dan selektivitas terbaik. Variasi pembuatan membran matriks campuran terdiri dari empatbuah variasi komposisi silikapada proses pembuatan membran. Membran yang telah dibuat lalu diuji permeasi dan selektivitasnya sehingga dapat ditentukan komposisi silica yang optimum pada performa membran asimetrik matriks campuran untuk pemisahan CO 2 dari N 2. III.2 Percobaan Pada bagian ini, alat dan bahan yang akan dipakai, prosedur percobaan, serta variasi percobaan akan dijelaskan. III.2.1 Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini berupa satu set alat pembuatan membran dengan cara casting dan satu set alat alat penentuan permeasi gas.untuk membuat membran CA dengan cara casting digunakan alat-alat di bawah ini: Timbangan digital Beaker glass 250 ml Stirer Pelat kaca Aluminium foil Termometer Skema alat pengujian kinerja membrandisajikan pada Gambar III.1 di bawah ini. 9

17 Membrane Permeat Bubble Flow Meter CO 2 N2 Gambar III.1 Skema alat pengujian kinerja membran Nilai permeabilitas membran terhadap masing-masing gas dapat dikarakterisasi dengan metode permeabilitas sederhana [22]. Gas CO 2 dan N 2 dengan laju alir dan tekanan tertentu dilewatkan pada membran flat sheet yang telah dibuat secara cross flow secara bergantian. Gas yang dilewatkan terlebih dahulu adalah N 2 untuk menghindari efek plastisasi oleh CO 2. Laju alir N 2 di permeat diukur dengan menggunakan bubble flow meter. Selanjutnya CO 2 dilewatkan dengan laju alir dan tekanan yang sama dengan N 2. Laju alir CO 2 permeat juga diukur dengan menggunakan bubble soap meter. III.2.2 Bahan Bahan yang digunakan untuk persiapan membran adalah polisulfon, silika, tetrahidrofuran (THF), N,N-Dimethylacetamide (DMAc), etanol, metanol, dan air. Silika yang digunakan berukuran 12 nm.thf dan DMAc digunakan sebagai pelarutyang lebih mudah menguap dan pelarut yang lebih sulit menguap dalam pembuatan membran. Etanol, metanol dan air digunakan sebagai non-pelarut. Gas yang digunakan untuk menguji kinerja membran adalah CO 2 dan N 2 dengan kemurnian tinggi. III.2.3 Prosedur Percobaan Prosedur pembuatan membran dengan variasi metode pembuatan dan komposisi disajikan pada Gambar III.2 di bawah ini. 10

18 Mulai Campurkan polisulfon dengan campuran THF, DMAc dan penambahan etanol Aduk larutan polimer sampai homogen Cast larutan polimer pada pelat kaca Tiupkan nitrogen pada bagian atas membran selama 15 detik Tiupkan nitrogen pada bagian atas membran selama 30 detik Evaporasi solvent secara alami Masukan pelat kaca ke dalam air selama 10 menit Masukan membran ke dalam metanol selama 2 jam Keringkan membran dengan cara diangin-angin selama 1 hari Selesai Gambar III.2 Prosedur pembuatan membran dengan variasi metode pembuatan dan non-pelarut Variasi komposisi larutan polimer pada pembuatan membran asimetrik disajikan pada Tabel III.1.Larutan polimer yang telah homogen selanjutnya di-cast pada permukaan kaca. Selanjutnya larutan polimer tersebut mengalami evaporasi paksa oleh N 2 selama 15 detik. Membran yang telah terbentuk lalu dicelupkan ke bak berisi air selama 10 menit. Untuk mengurangi tegangan permukaan air pada membran, membran dicelupkan ke bak yang berisi metanol selama dua jam. Membran selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-angin selama satu hari. Sebagai variasi kedua pada metode pembuatan membran, larutan polimer yang telah di-cast pada permukaan kaca mengalami evaporasi paksa oleh N 2 selama 30 detik. Selanjutnya membran dicelupkan ke air dan metanol lalu dikeringkan dengan cara diangin-angin selama satu hari. Pada variasi ketiga, larutan polimer yang telah di-cast pada permukaan kaca mengalami evaporasi secara alami selama satu hari dan dikeringkan dengan cara diangin-angin selama satu hari. 11

19 Mulai Mulai Campurkan polisulfon dengan campuran THF, etanol, dan DMAc Tiupkan nitrogen pada bagian atas membran selama 30 detik Campurkan silica dengan THF Aduk larutan polimer sampai homogen Masukan pelat kaca ke dalam air selama 10 menit Aduk larutan polimer sampai homogen Campurkan larutan polimer dan silika Masukan membran ke dalam metanol selama 2 jam Aduk campuran polisulfone dan silika Cast membran pada pelat kaca Keringkan membran dengan cara diangin-angin selama 1 hari Selesai Gambar III.3 Prosedur pembuatan membranmatriks campuran Setelah memperoleh metode, komposisi dan non-pelarut terbaik, langkah-langkah pembuatan membran asimetrik matriks campuran disajikan pada Gambar III.3. Prosedur pengujian kinerja membran matriks campuran disajikan pada Gambar III.4. Pengujian dilakukan pada tekanan 1,7 bar. Luas permukaan membran yang digunakan adalah 38,47 cm 2. III.2.4 Variasi Variasi untuk memperoleh komposisi, metode dan non-pelarut yang dapat menghasilkan membran paling baik disajikan pada Table III.1. Komposisi, metode dan non-pelarut paling baik digunakan untuk membuat membran asimetrik matriks campuran. Komposisi silika pada proses pembuatan membran asimetrik matriks campuran adalah 0, 0,1, 0,5, dan 1%-berat. 12

20 Mulai Pasangkan lembaran membran pada alat uji Alirkan gas Tekanan dan laju alir ditentukan Ya Ambil data permeat gas Dibutuhkan pengujian membran dengan gas lain? Matikan aliran gas Tidak Selesai Gambar III.4 Prosedur pengujian kinerja membran matriks campuran Tabel III.1Variasi untuk memperoleh komposisi, metode dan non-pelarut PSF (%-berat) THF (%-berat) DMAc (%-berat) Etanol (%-berat) Evaporasi (s) Jenis Evaporasi Non pelarut 15 Konvektif Air Konvektif Air sampai dense Alami - 15 Konvektif Air Konvektif Air sampai dense Alami - III.3 Intepretasi Data Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data kecepatan gasserta konsentrasi CO 2 dan N 2pada permeat. Dari data-data tersebut dapat diketahui fluks masing-masing gas dengan persamaan III.1 di bawah ini. J i = Q i (III.1) A Fluks gas CO 2 dan N 2 yang telah diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung permeasi CO 2 dan N 2 dengan persamaan III.2 di bawah ini. P i l = J i p i (III.2) Permeasi yang dihitung dengan persamaan III.2 memiliki satuan GPU (1x10-6 cm 3 cm -2 s - 1 cmhg -1 ). Dari data permeasi CO 2 dan N 2 yang telah diperoleh dapat dihitung selektivitas membran dengan persamaan III.3 di bawah ini. α Co2/N2 = (P/l) CO2 (III.3) (P/l) N2 Untuk memprediksi jenis mekanisme pemisahan gas, selektivitas CO 2/N 2 pada mekanisme Knudsen flow perlu dihitung dengan persamaan di bawah ini. α Co2/N2 = 1 BM CO2 BMN2 (III.3) 13

21 III.4 Jadwal Penelitian Penelitian ini dirancang untuk diselesaikan dalam waktu 4 bulan. Tabel III.2 menunjukkan rancangan kegiatan penelitian. No. Kegiatan 1. Persiapan alat dan bahan 2. Pembuatan membran dan pengujian 3. Pengolahan data 4. Pembuatan laporan Tabel III.2 Rancangan kegiatan penelitian Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke

22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pengaruh Kondisi Operasi Pembuatan Membran terhadap Permeasi CO 2 dan Selektivitas CO 2/N 2 Dalam pembuatan membran, ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap kinerja membran tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi ketebalan lapisan selektif membran yang dihasilkan dan keberadaan defect pada permukaan membran. Faktor yang berpengaruh antara lain adalah komposisi larutan polimer dan waktu evaporasi. IV.1.1 Komposisi Larutan Polimer Komposisi larutan polimer berperan penting dalam menghasilkan membran yang bebas defect dan memiliki lapisan selektif yang sangat tipis untuk pemisahan CO 2/N 2. Pada penelitian ini, konsentrasi polimer dan perbandingan antara pelarut yang mudah menguap dan sulit menguap serta konsentrasi non-pelarut dipelajari. Formulasi larutan polimer pertama yang digunakan untuk membuat membran adalah 22%-berat PSf, 33%-berat THF dan DMAc (rasio pelarut yang mudah menguap dan sulit menguap adalah 1), serta 12%-berat etanol. Formulasi larutan polimer kedua merupakan modifikasi dari larutan polimer yang pertama. Pada formulasi kedua, konsentrasi polimer ditingkatkan menjadi 23,5%-berat. Perbandingan pelarut yang mudah menguap dan sulit menguap ditingkatkan menjadi 2 dan konsentrasi etanol sebagai aditif tetap 12%-berat. Peningkatan konsentrasi polimer diharapakan dapat memberikan lapisan selektif yang lebih dense dan sehingga kemungkinan munculnya defect dapat dikurangi. Peningkatan perbandingan antara pelarut yang mudah menguap dan sulit menguap bertujuan agar pada saat evaporasi paksa dengan menggunakan N 2, semakin banyak pelarut yang menguap. Jika pelarut menguap dalam jumlah yang besar, konsentrasi polimer pada bagian luar larutan casting menjadi tinggi sehingga dapat menghasilkan lapisan selektif yang lebih dense. Hasil uji permeasi gas untuk membran yang dibuat dengan formulasi satu dan dua disajikan pada Tabel IV.1. Tabel IV.1 Permeasi dan selektivitas membran yang dibuat dengan formulasi satu dan formulasi dua No PSF* THF* DMAc* Etanol* Evaporasi Non (P/l)N2 ** (P/l)CO2 ** Selektivitas (s) pelarut 1 15 air air sampai dense 4 15 air air sampai dense * Dalam %-berat; ** Permeasi dalam GPU (cm 3 (STP)/cm 2 scmhg); Tabel IV.2 Persentase peningkatan selektivitas dan penurunan permeasi dari membran yang dibuat dengan formulasi satu dan formulasi dua Evaporasi (s) Non pelarut Penurunan Permeasi N2 (%) Penurunan Permeasi CO2 (%) Peningkatan Selektivitas CO2/N2 (%) 15 air air sampai dense

23 Secara umum, permeasi N 2 dan CO 2 pada membran formulasi satu lebih rendah dari membran formulasi dua untuk setiap kondisi penguapan yang sama. Hal ini dapat terjadi kareana lapisan selektif pada memrban formulasi dua lebih dense daripada membran formulasi 1. Untuk penguapan 15 detik dengan menggunakan nitrogen (tempuhan 1 dan 4), membran formulasi 1 memiliki permeasin 2 1,56 GPU, permeasico 2 10,62 GPU, dan selektivitas CO 2/N 2 6,82, sedangkan membran formulasi dua memiliki permeasi CO 21,35 GPU, permeasi N 29,7 GPU, dan selektivitas CO 2/N 2 7,17. Persentase peningkatan selektivitas dan penurunan permeasi antara membran formulasi satu dan dua disajikan pada Tabel IV.2. Dari Tabel IV.2 dapat diketahui bahwa secara umum persentase peningkatan selektivitas CO 2/N 2 lebih besar daripada penurunan permeasi CO 2 sehingga dapat disimpulkan bahwa formulasi dua lebih baik daripada formulasi 1. Peningkatan selektivitas CO 2/N 2 yang terbesar terjadi pada kondisi penguapan 30 detik oleh nitrogen dan non-pelarut air, yaitu 68,38%. Penurunan permeasi CO 2 yang terjadi pada kondisi tersebut hanya 0.38 %. Peningkatan selektivitas yang besar tersebut terjadi karena permeasi N 2 menurun dengan sangat tajam yaitu sebesar 40.84%. IV.1.2 Waktu Evaporasi Pada metode kering-basah, lapisan selektif pada membran mulai terbentuk pada saat evaporasi paksa karena adanya peningkatan konsentrasi polimer di lapisan luar membran. Lapisan support pada membran terbentuk pada saat imersi membran ke non-pelarut karena adanya pertukaran antara pelarut dan non-pelarut. Oleh karena itu, struktur dan sifat dari lapisan selektif sangat dipengaruhi oleh kondisi evaporasi, termasuk waktu evaporasi. Pengaruh waktu evaporasi terhadap permeasi gas dapat dilihat pada Tabel IV.1 tempuhan 1-2 dan tempuhan 4-5. Peningkatan waktu evaporasi meningkatkan selektivitas namun menurunkan permeasi CO 2 dan N 2. Permukaan membran yang mengalami evaporasi 15 detik dan 30 detik disajikan pada Gambar IV.1. Proses casting dilakukan pada permukaan dengan warna gelap. Dari Gambar IV.1 dapat diketahui bahwa permukaan membran yang mengalami evaporasi selama 30 detik lebih buram. Pada Gambar IV.1 (b) tampak bahwa permukaan membran telah berwarna putih seluruhnya sedangkan pada Gambar IV.1 (a) tampak permukaan di sebalah kiri masih berwarna gelap. Hal ini menunjukan bahwa pada evaporasi 15 detik, membran belum terbentuk secara sempurna. (a) (b) Gambar IV.1 permukaan membran yang dibuat dengan formulasi dua (a) waktu evaporasi 15 detik (b) waktu evaporasi 30 detik. Pada metode kering, lapisan selektif terbentuk ketika membran dikeringkan dengan cara evaporasi alami. Membran yang dihasilkan dengan metode kering adalah membran yang hanya terdiri dari lapisan selektif tanpa lapisan support. Lapisan selektif pada membran yang dibuat dengan metode kering lebih tebal daripada membran yang dibuat dengan metode kering/basah. Dari hasil uji permeasi gas yang dapat dilihat pada Tabel IV.1 tempuhan ke 5 dan 6, tampak jelas bahwa permeasi gas, baik CO 2 maupun N 2 mengalami penurunan yang cukup besar tanpa disertai peningkatan selektivitas CO 2/N 2 yang signifikan. Hal ini terjadi karena tahanan perpindahan meningkat seiring peningkatan ketebalan lapisan selektif membran. Selektivitas tertinggi membran yang dibuat dengan formulasi dua masih lebih rendah daripada selektivitas intrinsic PSf, yaitu 26,31 [23]. Permeasi dan selektivitas membran yang dihasilkan dengan formulasi dua dan evaporasi 30 detik dibandingkan dengan membran yang diperoleh dari penelitian 16

24 lain. Perbandingan tersebut disajikan pada Tabel IV.3 di bawah ini. Membran yang dibuat pada penelitian oleh Ismail dkk., [24] adalah membran flat sheet dengan menggunakan formulasi yang disarankan oleh Pesek dan Koros [21], yaitu 22%-berat PSf, 31,8%-berat DMAc, 31,8%-berat THF, dan 14,4%-berat etanol. Tabel IV.3 Perbandingan kinerja membran pada penelitian ini dan penelitian lain Sumber Permeasi Permeasi Faktor Selektivitas N 2(GPU) CO 2 (GPU) pemisahan Penelitian ini formulasi 2, penguapan 30 s 0,41 7,68 18,85 144,78 Ismail dkk. [24] shear rate 275s -1,* 3,75 20,95 5,59 117,04 shear rate 275s -1 0,43 11,70 27,21 318,35 shear rate 367s -1,* 3,34 17,51 5,24 91,80 shear rate 367s -1 0,99 6,00 6,06 36,36 Pesek dan Koros [21] 0, * tanpa coating Membran yang dibuat pada penelitian Ismail dkk. [24] memiliki selektivitas yang sangat rendah bila tidak ditambahi lapisan silikon dalam n-heksana. Permeasi N 2 yang tinggi menunjukan bahwa membran tersebut memiliki defect. Setelah ditambahi lapisan silikon dalam n-heksana, permeasi N 2 dan CO 2 menurun. Permeasi N 2 berkurang sebesar 88% sedangkan permeasi CO 2 hanya berkurang 44%. Penurunan permeasi N 2 yang lebih besar daripada CO 2 mengakibatkan selektivitas CO 2/N 2pada membran meningkat. Membran yang telah ditambahi lapisan silikon dalam n-heksana adalah membran yang bebas defect. Dilihat dari nilai permeasi N 2 dan CO 2, perpindahan telah berlangsung mengikuti prinsip solution-diffusion. Permeasi N 2 pada penelitian ini bernilai hampir sama dengan penelitian Ismail dkk. [24] untuk membran yang telah di-coating dan bebas defect sehingga dapat diketahui bahwa membran yang dibuat pada penelitian ini juga bebas defect. Selektivitas membran pada penelitian ini tidak sebesar membran hasil penelitian Ismail dkk. [24] karena permeasi CO 2 terlalu kecil. Permeasi CO 2 yang bernilai rendah dapat diakibatkan oleh lapisan selektif membran yang dibuat pada percobaan ini terlalu tebal. Selain permeasi dan selektivitas, faktor pemisahan yang merupakan hasil perkalian dari permeasi dan selektivitas juga dibandingkan. IV.2 Pengaruh Penambahan Silika terhadap Permeasi CO 2 dan Selektivitas CO 2/N 2 Dengan mempertimbangkan nilai permeasico 2 dan selektivitas CO 2/N 2, membran asimetrik matriks campuran dibuat dengan formulasi 2 dan waktu evaporasi paksa 30 detik. Silika yang ditambahkan sebanyak 0,1, 0,5, dan 1%-berat. IV.2.1 Evaluasi kinerja membran dengan konsentrasi silika 1%-berat Pada pembuatan membran dengan penambahan silika 1%-berat, proses demixing telah terjadi pada saat etanol sebagai non-pelarut ditambahkan ke larutan polimer. Saat etanol ditambahkan, warna larutan polimer berubah menjadi putih dan tidak lagi berwujud cair melainkan mulai membentuk padatan sehingga proses casting membran tidak mungkin dilakukan. Larutan polimer yang diperoleh dengan penambahan 1%-berat silika disajikan pada Gambar IV.2. 17

25 (a) (b) Gambar IV.2Larutan polimer yang dibuat dengan formulasi 2 (a) penambahan silika 0%-berat (b) penambahan silika 1%-berat. Tabel IV.4Permeasi dan selektivitas membran dengan variasi penambahan silika Silika (%-berat) (P/l) N2 (GPU) (P/l) CO2 (GPU) Selektivitas 0 0,41 7,68 18,85 0,1 20,66 35,06 1,70 0,5 36,06 36,85 1, Tabel IV.5Persentase peningkatan permeasi dan penurunan selektivitas membran dengan variasi penambahan silika dibandingkan dengan membran PSf murni Silika (%-berat) Peningkatan permeasi N 2 (%) Peningkatan permeasi CO 2 (%) Penurunan selektivitas 0, ,98 0, , IV.2.2 Evaluasi kinerja membran dengan konsentrasi silika 0,5 %-berat Untuk menghindari proses demixing yang terlalu cepat, konsentrasi silika yang ditambahkan ke larutan polimer diturunkan menjadi 0,5%-berat. Permeasi dan selektivitas membran dengan penambahan silika 0,5%-berat disajikan pada Tabel IV.4. PSf-silika 0,5%-berat memiliki permeasico 2 dan N 2 yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan membran PSf murni. Penurunan selektivitas CO 2/N 2 pada membran dengan penambahan silika sebanyak 0,5%-berat mencapai 94,58%. Penurunan selektivitas yang sangat besar terjadi karena permeasi N 2meningkat sebanyak 8695 kali dibandingkan membran PSf murni sedangkan peningkatan permeasi CO 2 hanya 379 kali seperti yang disajikan pada Tabel IV.5. Selektivitas CO 2/N 2 pada membran dengan penambahan 0,5%-berat silika hanya mencapai 1,02. Nilai selektivitas membran ini mendekati nilai selektivitas jika proses pemisahan gas mengikuti mekanisme Knudsen. Jika pemisahan gas berlangsung berdasarkan mekanisme Knudsen flow, selektivitas membran tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan III.4, yaitu inversi akar perbandingan berat molekul masing-masing gas. Perhitungan menggunakan persamaan III.4 menghasilkan selektivitas membran sebesar 0,79 dengan berat molekul CO 2 adalah 44 dan berat molekul N 2 adalah 28. Perpindahan gas yang mengikuti mekanisme Knudsen flow menunjukan bahwa membran dengan penambahan silika 0,5%-berat memiliki banyak sekali defect. Defect pada membran 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Fabrikasi Membran PES Fabrikasi membran menggunakan bahan baku polimer PES dengan berat molekul 5200. Membran PES dibuat dengan metode inversi fasa basah yaitu

Lebih terperinci

Halaman Pengesahan Skripsi

Halaman Pengesahan Skripsi Halaman Pengesahan Skripsi Nama / NIM : Triyo Hadi Wibowo (L2C 308 037) Nama / NIM : Yanuar Puspo Wijayanto (L2C 308 039) Program Studi : Program Studi Strata 1 (S1) Teknik Kimia Fakultas : Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PARAMETER PADA PROSES PEMINTALAN TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN SERAT BERONGGA DARI POLISULFON

PENGARUH BERBAGAI PARAMETER PADA PROSES PEMINTALAN TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN SERAT BERONGGA DARI POLISULFON PENGARUH BERBAGAI PARAMETER PADA PROSES PEMINTALAN TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN SERAT BERONGGA DARI POLISULFON T 541.3 RAT ABSTRAK Membran serat berongga.. dibuat dengan proses pemintalan kering-basah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Unjuk Kerja Pervaporasi Unjuk kerja pemisahan dengan pervaporasi dapat dilihat dari nilai fluks dan selektivitas pemisahan. Membran yang digunakan adalah membran selulosa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama. Percobaan pendahuluan berupa penyiapan umpan, karakterisasi umpan,

Lebih terperinci

Kelompok B Pembimbing

Kelompok B Pembimbing TK-40Z2 PENELITIAN Semester II 2007/2008 APLIKASI MEMBRAN CA/ZEOLIT UNTUK PEMISAHAN CAMPURAN ALKOHOL-AIR Kelompok B.67.3.13 Indria Gusmelli (13004106) Aziza Addina Permata (13004107) Pembimbing Dr. Irwan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Penambahan PEG Terhadap Ketebalan Membran Fabrikasi membran menggunakan PES dengan berat molekul 5900, dengan PEG sebagai zat aditif dan menggunakan DMAc sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu bahan kimia penting karena memiliki manfaat sangat luas antara lain sebagai pelarut, bahan bakar cair, bahan desinfektan, bahan baku industri,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik SKRIPSI PENGARUH PEMANASAN MEMBRAN, PERBEDAAN TEKANAN DAN WAKTU PERMEASI PADA PEMISAHAN CO 2 /CH 4 UNTUK PEMURNIAN BIOGAS MENGGUNAKAN MEMBRAN POLYIMIDE DAN MEMBRAN CAMPURAN POLYIMIDE-ZEOLIT Diajukan untuk

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian tugas akhir ini dibuat membran bioreaktor ekstrak kasar enzim α-amilase untuk penguraian pati menjadi oligosakarida sekaligus sebagai media pemisahan hasil penguraian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS. M. ALAUHDIN NIM : Program Studi Kimia

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS. M. ALAUHDIN NIM : Program Studi Kimia PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh M. ALAUHDIN NIM : 20506017

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY Seperti yang telah disebutkan pada subbab 1., tujuan dari tugas akhir ini adalah pengembangan sistem vapor recovery dengan teknologi

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Diajukan oleh Tika Kumala Sari (3310100072) Dosen Pembimbing Alia

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Misri Gozan 1, Said Zul Amraini 2 Alief Nasrullah Pramana 1 1 Departemen

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Kopolimer Akrilonitril-Glisidil metakrilat (PAN-GMA) Pembuatan kopolimer PAN-GMA oleh peneliti sebelumnya (Godjevargova, 1999) telah dilakukan melalui polimerisasi radikal

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci

KARAKTERISASI KINERJA MEMBRAN POLISULFON DENGAN VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN PELARUT DMAc DAN CO-PELARUT KLOROFORM

KARAKTERISASI KINERJA MEMBRAN POLISULFON DENGAN VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN PELARUT DMAc DAN CO-PELARUT KLOROFORM KARAKTERISASI KINERJA MEMBRAN POLISULFON DENGAN VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN PELARUT DMAc DAN CO-PELARUT KLOROFORM SKRIPSI Oleh SAKINAH JAWAS NIM 091810301035 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEMBRAN DARI SELULOSA ASETAT DAN POLIETILEN GLIKOL BERAT MOLEKUL UNTUK PEMISAHAN GAS CO 2 DAN CH 4

PEMBUATAN MEMBRAN DARI SELULOSA ASETAT DAN POLIETILEN GLIKOL BERAT MOLEKUL UNTUK PEMISAHAN GAS CO 2 DAN CH 4 PEMBUATAN MEMBRAN DARI SELULOSA ASETAT DAN POLIETILEN GLIKOL BERAT MOLEKUL 20.000 UNTUK PEMISAHAN GAS CO 2 DAN CH 4 BAGUS ADJI PRASTOWO 103096029794 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kejadian penyakit gagal ginjal di Indonesia semakin meningkat. Menurut data statistik yang dihimpun oleh PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia), jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis difraksi sinar X serbuk ZrSiO 4 ZrSiO 4 merupakan bahan baku utama pembuatan membran keramik ZrSiO 4. Untuk mengetahui kemurnian serbuk ZrSiO 4, dilakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR. Laporan Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat. Menyelesaikan pendidikan Diploma III. Pada Jurusan Teknik Kimia.

LAPORAN AKHIR. Laporan Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat. Menyelesaikan pendidikan Diploma III. Pada Jurusan Teknik Kimia. LAPORAN AKHIR PREPARASI DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK BERBASIS TANAH LIAT, ZEOLIT, NATRIUM KARBONAT (Na2CO3), DAN ASAM BORIK (H3BO3) TERHADAP PENGOLAHAN LIMBAH POME Laporan Akhir ini disusun sebagai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000 PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000 Disusun oleh : Meidiana Kusumawardani S. 2306 100 047 Belin Hardimas 2306 100 066 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

KIMIA ANALITIK (Kode : B-08) PERVAPORASI ETANOL-AIR MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT - ALUMINA

KIMIA ANALITIK (Kode : B-08) PERVAPORASI ETANOL-AIR MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT - ALUMINA MAKALAH PENDAMPING KIMIA ANALITIK (Kode : B-08) ISBN : 98-99-1533-85-0 PERVAPORASI ETANOL-AIR MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT - ALUMINA Evy Ernawati Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Padjadjaran, Bandung

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI POLISULFON

PEMBUATAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI POLISULFON PEMBUATAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI POLISULFON Kelompok A.01.3.06 Arifin Noor 13097075 danyurisko 13097053 Pembimbing : Dr. Ir. I Gede Wenten ABSTRAK Membran merupakan salah satu teknologi alternatif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

PI-Z-20% Waktu Pemanasan Membran (t) menit Tekanan (P) Waktu Permeasi (t op ) PI-20% o C. cmhg menit

PI-Z-20% Waktu Pemanasan Membran (t) menit Tekanan (P) Waktu Permeasi (t op ) PI-20% o C. cmhg menit 1 PENGARUH PEMANASAN MEMBRAN, PERBEDAAN TEKANAN DAN WAKTU PERMEASI PADA PEMISAHAN CO 2 /CH 4 UNTUK PEMURNIAN BIOGAS MENGGUNAKAN MEMBRAN POLYIMIDE DAN MEMBRAN CAMPURAN POLYIMIDE-ZEOLIT Novembri Cucu Sektiani

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemisahan dengan Membran Membran adalah lapisan tipis semi permeabel di antara dua fasa yang dapat melewatkan komponen tertentu secara selektif. Kemampuan membran untuk memisahkan

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Membran komposit dibuat cara teknik pengendapan-pencelupan. Pertama polisulfon dilarutkan dalam N-N-dimetilasetamida (DMAC) dan dituangkan pada penyokong yang sesuai lalu dicelupkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan yang ekstensif pada bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya emisi polutan-polutan berbahaya seperti SOx, NOx, CO, dan beberapa partikulat yang bisa mengancam

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air bersih dan air murni merupakan bahan yang semakin penting dan juga langka dengan semakin majunya IPTEK, masyarakat dan peradaban industri. Sebaliknya berkat perkembangan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Performansi Kerja Membran Distilasi Vakum (VMD) Beberapa parameter yang mempengaruhi kinerja MD adalah sifat properti membran yakni porositas, tortositas, dan lainnya beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini energi sangat diperlukan dalam menjalankan berbagai aktivitas khususnya di Indonesia, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk aktivitas produksi berbagai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4]. BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul molekul tadi mengembun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial dalam berbagai bidang dan industri. Kitin dan kitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap diantaranya tahap sintetis, karakterisasi serta uji kinerja. Tahap sintesis dan uji kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Hasil yang diharapkan dari sistem yang dibentuk adalah kondisi optimal untuk dapat menghasilkan fluks air yang tinggi, kualitas garam super-saturated sebagai

Lebih terperinci

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM PENEMPATAN TANKI PADA KENDARAAN BAGIAN-BAGIAN TANKI DAN NAMA KOMPONEN ALUR LAJU BAHAN BAKAR MOTOR

Lebih terperinci

3 Metodologi Percobaan

3 Metodologi Percobaan 3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : asimetris membran, pemanasan, pelapisan, CO 2, biogas. Abstract

Abstrak. Kata kunci : asimetris membran, pemanasan, pelapisan, CO 2, biogas. Abstract 1 STUDI KARAKTERISASI POLYIMIDE MEMBRANES, POLYETHERSULFONE POLYIMIDE COMPOSITE MEMBRANES, DAN POLYETHERSULFONE ZEOLITE MIXED MATRIX MEMBRANES UNTUK PEMURNIAN BIOGAS Triyo Hadi Wibowo (L2C308037) dan Yanuar

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ERFAN PRIYAMBODO NIM : 20506006

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion G. Yosephani, A. Linggawati, Muhdarina, P. Helzayanti, H. Sophia,

Lebih terperinci

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada I. TUJUAN PERCOBAAN 1.1 Memahami pemisahan berdasarkan ekstraksi asam asetat. 1.2 Menentukan harga koefisien distribusi senyawa dalam dua pelarut yang tidak saling campur (ekstraksi cair - cair) II. DASAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik Program studi Kimia FMIPA ITB sejak bulan September 2007 hingga Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

PEMISAHAN DAN PEROLEHAN KEMBALI Cr(VI) DARI ALIRAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR EMULSI TESIS MAGIS'1'ER. .

PEMISAHAN DAN PEROLEHAN KEMBALI Cr(VI) DARI ALIRAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR EMULSI TESIS MAGIS'1'ER. . hinta S No.: 129/S2-TL./TPL/1999 PEMISAHAN DAN PEROLEHAN KEMBALI Cr(VI) DARI ALIRAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR EMULSI TESIS MAGIS'1'ER. Oleh Indah NIM25397032 BIDANG KHUSUS TEKNOLOGt

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Biodiesel dari proses transesterifikasi menghasilkan dua tahap. Fase atas berisi biodiesel dan fase bawah mengandung gliserin mentah dari 55-90% berat kemurnian [13].

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT Maria Erna 1, T Ariful Amri, Resti Yevira 2 1) Program Studi Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3

Lebih terperinci

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN NURUL ANGGRAHENY D NRP 2308100505, DESSY WULANSARI NRP 2308100541, Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Ali

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan PENDAHULUAN Latar belakang Selulosa asetat merupakan salah satu jenis polimer yang penting dan banyak digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan (moulding), film

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK Subtitle PENGERTIAN ZAT DAN SIFAT-SIFAT FISIK ZAT Add your first bullet point here Add your second bullet point here Add your third bullet point here PENGERTIAN ZAT Zat adalah

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Industri Pewarnaan Jeans Menggunakan Membran Silika Nanofiltrasi Untuk Menurunkan Warna dan Kekeruhan

Pengolahan Limbah Industri Pewarnaan Jeans Menggunakan Membran Silika Nanofiltrasi Untuk Menurunkan Warna dan Kekeruhan Pengolahan Limbah Industri Pewarnaan Jeans Menggunakan Membran Silika Nanofiltrasi Untuk Menurunkan Warna dan Kekeruhan Disusun oleh: Veny Rachmawati NRP. 3309 100 035 Dosen Pembimbing: Alia Damayanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I. Pendahuluan I-1

BAB I PENDAHULUAN. Bab I. Pendahuluan I-1 Bab I. Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini, untuk kebutuhan air bersih di dunia meningkat melebihi laju pertumbuhan manusia. Kekurangan air bersih dapat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

SINTESIS DAN OPTIMASI MEMBRAN SELULOSA ASETAT PADA PROSES MIKROFILTRASI BAKTERI

SINTESIS DAN OPTIMASI MEMBRAN SELULOSA ASETAT PADA PROSES MIKROFILTRASI BAKTERI SINTESIS DAN OPTIMASI MEMBRAN SELULOSA ASETAT PADA PROSES MIKROFILTRASI BAKTERI Natalia Suseno, Tokok Adiarto, Atie S. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Surabaya Abstrak Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penurunan kualitas lingkungan hidup dewasa ini salah satunya disebabkan oleh aktifitas kendaran bermotor yang menjadi sumber pencemaran udara. Gas-gas beracun penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi fosil seperti batu bara, bensin dan gas secara terusmenerus menyebabkan persediaan bahan bakar fosil menjadi menipis. Kecenderungan ini telah mendorong

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 PENGAMATAN VISUAL Pengamatan visual dilakukan terhadap sampel sebelum dilakukan proses anodisasi dan setelah proses anodisasi. Untuk sampel yang telah mengalami proses anodisasi,

Lebih terperinci

KETAHANAN MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN/ POLISULFON TERHADAP ph. Maria Erna, Sri Haryati, Roy Naldo 1 dan Yeni Fitri Yana 2 1

KETAHANAN MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN/ POLISULFON TERHADAP ph. Maria Erna, Sri Haryati, Roy Naldo 1 dan Yeni Fitri Yana 2 1 KETAHANAN MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN/ POLISULFON TERHADAP ph Maria Erna, Sri Haryati, Roy Naldo 1 dan Yeni Fitri Yana 2 1 Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau Kampus Binawidya km 12 Pekanbaru

Lebih terperinci

PROSES PEMISAHAN FISIK

PROSES PEMISAHAN FISIK PROSES PEMISAHAN FISIK Teknik pemisahan fisik akan memisahkan suatu campuran seperti minyak bumi tanpa merubah karakteristik kimia komponennya. Pemisahan ini didasarkan pada perbedaan sifat fisik tertentu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia BAB II DASAR TEORI 2.1 Adsorpsi 2.1.1 Pengertian Adsorpsi Adsopsi adalah proses dimana molekul-molekul fluida menyentuh dan melekat pada permukaan padatan (Nasruddin,2005). Adsorpsi adalah fenomena fisik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN TEMPERATUR KOAGULAN TERHADAP MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK MEMBRAN SELULOSA ASETAT

PENGARUH JENIS DAN TEMPERATUR KOAGULAN TERHADAP MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK MEMBRAN SELULOSA ASETAT PENGARUH JENIS DAN TEMPERATUR KOAGULAN TERHADAP MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK MEMBRAN SELULOSA ASETAT C. L. Radiman, dan I. Eka Kelompok Keilmuan Kimia Anorganik dan Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. JENIS JENIS PROSES Ada 2 jenis 1,3-propandiol (PDO) menurut proses produksinya yaitu chemical PDO dan bio-pdo, dimana chemical PDO disintesis secara kimia dari bahan baku yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

PENGARUH ADITIF PADA PEMBUATAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI BERBASIS POLISULFON UNTUK PEMURNIAN AIR GAMBUT LAPORAN PENELITIAN. Anita Kusuma Wardani

PENGARUH ADITIF PADA PEMBUATAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI BERBASIS POLISULFON UNTUK PEMURNIAN AIR GAMBUT LAPORAN PENELITIAN. Anita Kusuma Wardani PENGARUH ADITIF PADA PEMBUATAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI BERBASIS POLISULFON UNTUK PEMURNIAN AIR GAMBUT LAPORAN PENELITIAN Anita Kusuma Wardani PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas Pembuatan pulp dari serat daun nanas diawali dengan proses maserasi dalam akuades selama ±7 hari. Proses ini bertujuan untuk melunakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PT Pertamina EP adalah anak perusahaan dari PT Pertamina (PESERO) yang bergerak di bidang eksplorasi, eksploitasi, dan produksi minyak bumi. Salah satu lokasi dari

Lebih terperinci

JAWABAN 1. REVERSE OSMOSIS (RO)

JAWABAN 1. REVERSE OSMOSIS (RO) PERTANYAAN 1. Suatu industri bermaksud memanfaatkan efluen pengolahan air limbah yang telah memenuhi baku mutu sebagai air baku untuk kebutuhan domestik (karyawan), proses produksi dan boiler. Industri

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA

KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA R. Frenando 1, A. Dahliaty 2, A. Linggawati 3 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia Bidang Biokimia Jurusan

Lebih terperinci

Cara Pengklasifikasian Kromatografi :

Cara Pengklasifikasian Kromatografi : Cara Pengklasifikasian Kromatografi : 1. Berdasarkan macam fasa gerak. 2. Berdasarkan pasangan fasa gerak dan fasa diam. 3. Berdasarkan mekanisme pemisahan. 1 Berdasakan Macam fasa gerak 1. Kromatografi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Maya Machfudzoh 1410100038 Dosen Pembimbing : Ir. Endang Purwanti S., MT. Hamzah Fansuri, M.Si, Ph.D 25 Juli

Lebih terperinci

Makalah Pendamping: Kimia Paralel F

Makalah Pendamping: Kimia Paralel F 344 PENGARUH PERENDAMAN ETANL PADA MEMBRAN PLISULFN TERHADAP FILTRASI DEKSTRAN T-70 (Effect of ethanol immersion of polysulfone membrane on Dextran T-70 filtration ) Edi Pramono 1, Cynthia L. Radiman 2

Lebih terperinci