ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KELURAHAN PONDOK RANGGON KECAMATAN CIPAYUNG JAKARTA TIMUR NUR AISYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KELURAHAN PONDOK RANGGON KECAMATAN CIPAYUNG JAKARTA TIMUR NUR AISYAH"

Transkripsi

1 ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KELURAHAN PONDOK RANGGON KECAMATAN CIPAYUNG JAKARTA TIMUR NUR AISYAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah di Kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur adalah benar karya penulis dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini penulis melimpahkan hak cipta dari karya tulis penulis kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Nur Aisyah NIM H

4

5 ABSTRAK NUR AISYAH. Analisis efisiensi Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah di Kelurahan Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Dibimbing oleh BONAR M. SINAGA dan HASTUTI. Permintaan susu sapi perah di Indonesia meningkat setiap tahunnya, namun produksinya belum memenuhi kebutuhan nasional. Peternakan sapi perah Pondok Ranggon merupakan tempat penyedia susu sapi untuk warga DKI Jakarta. Peternakan sapi perah Pondok Ranggon memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi susu di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah, (2) menganalisis efisiensi produksi susu sapi perah, (3) menganalisis pendapatan usaha peternakan sapi perah di Pondok Ranggon. Faktor produksi susu sapi perah dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dan parameter diestimasi dengan metode Ordinary Least Squares (OLS), analisis efisiensi produksi dilakukan dengan menggunakan Nilai Produk Marginal (NPM) sama dengan harga faktor produksi, dan pendapatan usaha peternakan dilakukan dengan analisis pendapatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah adalah pakan hijauan, ampas tahu, dan tenaga kerja. Nilai efisiensi masing-masing faktor produksi tidak sama dengan satu, berarti bahwa penggunanaan faktor produksi belum efisien. Nilai R/C ratio yang lebih besar dari satu, sehingga analisis pendapatan menunjukkan bahwa usaha peternakan sapi perah menguntungkan. Kata kunci: analisis pendapatan, efisiensi produksi, Pondok Ranggon, susu sapi, usaha peternakan

6 ABSTRACT NUR AISYAH. Production Efficiency Analysis of Dairy Farm in Pondok Ranggon Cipayung Sub-District East Jakarta. Supervised by BONAR M. SINAGA and HASTUTI. The demand for milk of dairy cattle in Indonesia increasing every year, but the production has not fulfill the national needs. Pondok Ranggon dairy farm is a supplier milk to DKI Jakarta people. Pondok Ranggon dairy farm has an important role in improvement milk production in Indonesia. The purposes of the study were to: (1) analyze the affecting factors for the production milk of dairy cattle, (2) analyze the production efficiency of milk of dairy cattle, (3) analyze the income of Pondok Ranggon dairy farm. The production factor of milk of dairy cattle was using the production function of Cobb-Douglas analysis and estimated parameter was using Ordinary Least Squares (OLS) method, analysis production efficiency was using Value of Marginal Product (VMP) equal to production factor prices, and income of dairy farm analyze using income analysis. The affecting factors of production milk of dairy cattle is grass, tofu waste, and labors. The value of efficiency of each production factor is not equal to one, means that the use of production function have not been efficient. The value of R/C ratio is greater than one, so that the income analysis shows for dairy farm is profitable. Key words: dairy farm, income analysis, milk of dairy cattle, Pondok Ranggon, production efficiency

7 ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KELURAHAN PONDOK RANGGON KECAMATAN CIPAYUNG JAKARTA TIMUR NUR AISYAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9

10 PRAKATA Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, karunia dan segala pertolongan serta kemudahan yang diberikan-nya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah di Kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Hastuti, SP, MP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan terhadap skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Ahyar Ismail, MAgr selaku dosen penguji utama dan Fitria Dewi Raswatie, SP, MSi sebagai dosen penguji wakil program studi. Ucapan terimakasih disampaikan kepada orang tua (Syaiful Amri dan Hj. Sa diyah) dan kakak penulis (Siti Juleha, SE.) yang telah memberikan dorongan moral, material dan spiritual sehingga membantu dalam proses penyusunan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen dan staf sekretariat Departemen ESL yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penyusunan skripsi serta seluruh staf sekretariat sekolah Pascasarjana EPN (Mba Yani, Mas Johan, Mba Ina, Bu Kokom, Bu Odah, Pak Husen, dan Pak Erwin) yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Swaesti, Astryani, Najmi, Ikoh, Reni, Ulfah, Tanti, Chatrina, teman-teman ESL 46, dan teman sebimbingan (Aulia, Anindyah, Apriliana, Sari dan Citra) yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis selama penyusunan skripsi. Bogor, Juli 2014 Nur Aisyah

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Faktor Produksi Peternakan Sapi Perah Efisiensi Analisis Pendapatan Usahatani Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu Terkait Peternakan Sapi Perah Penelitian Terdahulu Terkait Analisis Efisiensi Kebaruan Penelitian III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Fungsi Produksi Efisiensi Input Pendapatan Usahatani Kerangka Operasional IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Contoh Metode Analisis Data Menganalisis Faktor-Faktor Produksi Susu Sapi Perah... 28

12 xii Kriteria Uji Statistik Kriteria Uji Ekonometrika Efisiensi Produksi Susu Sapi Perah Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah Konversi Satuan Ternak (ST) V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Keadaan Demografi Karakteristik Peternak Sapi Perah Umur Peternak Sapi Perah Jenis Kelamin Peternak Sapi Perah Tingkat Pendidikan Peternak Sapi Perah Pengalaman Beternak Peternak Sapi Perah Karakteristik Usaha Peternak Sapi Perah Luas Lahan dan Luas Kandang Jumlah Sapi Laktasi Jenis Usaha Input dan Sistem Pembelian Input Output dan Sistem Penjualan Output VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI, EFISIENSI INPUT, DAN PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH 6.1. Faktor-Faktor Produksi Susu Sapi Perah Pakan Hijauan Pakan Konsentrat Pakan Ampas Tahu Pakan Ampas Tempe Tenaga Kerja Analisis Efisiensi Produksi Susu Sapi Perah Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1.Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 57

13 xiii LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 83

14 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Populasi Sapi Perah Nasional Tahun Produksi Susu Sapi di Indonesia Tahun Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Susu Sapi Perah di Indonesia Tahun Penelitian Terdahulu Terkait Peternakan Sapi Perah Penelitian Tedahulu Terkait Analisis Efisiensi Matriks Keterkaitan Tujuan Penelitian, Sumber Data, dan Metode Analisis Data Daftar Konversi Satuan Ternak (ST) Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Cipayung Tahun Umur Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun Jenis Kelamin Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun Tingkat Pendidikan Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun Pengalaman Beternak Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun Luas Lahan Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun Luas Kandang Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun Jumlah Sapi Perah Laktasi di Pondok Ranggon Tahun Jenis Usaha Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun Penggunaan Input Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon Jumlah Penjualan Susu dan Harga Susu di Peternakan Pondok Ranggon Tahun Hasil Estimasi Fungsi Produksi Susu Sapi Perah di Peternakan di Pondok Ranggon Tahun Efisiensi Produksi Susu Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun Input Optimal di Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon Rata-rata Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah di Pondok Ranggon per Hari pada Tahun

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Grafik Fungsi Produksi Alur Kerangka Operasional... 25

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuesioner Penelitian di Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon Karakteristik Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun Luas Lahan Peternakan dan Kandang Peternakan di Pondok Ranggon Tahun Input Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah di Pondok Ranggon Harga Input Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun Jumlah Penjualan Susu di Pondok Ranggon per Hari Tahun Hasil Olahan Minitab Faktor Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun Uji Normalitas Fungsi Produksi Susu Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun Uji Heterokedastisitas Fungsi Produksi Susu Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun Efisiensi Produksi Susu Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah per Hari di Pondok Ranggon per Hari Tahun

17 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Badan Pusat Statistik (2011a) menyatakan bahwa total PDB subsektor peternakan sebesar Rp Milyar. Permintaan komoditi peternakan meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk dan masyarakat yang sadar gizi (Direktorat Jenderal Peternakan, 2012b). Indonesia memiliki potensi peternakan sapi perah berdasarkan peningkatan populasi sapi perah dari tahun (Direktorat Jenderal Peternakan, 2012b). Perkembangan populasi sapi perah terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan susu segar dipasaran. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang kegunaan mengkonsumsi susu segar dapat mempengaruhi permintaan susu segar dipasaran. Populasi sapi perah disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi Sapi Perah di Indonesia Tahun Tahun Populasi Sapi Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2012b) (000 Ekor) Pada tahun 2012, produksi susu di Indonesia rata-rata liter per ekor sapi per hari. Rendahnya produksi susu disebabkan oleh faktor-faktor penentu dalam usaha peternakan, seperti pemuliaan dan reproduksi, penyediaan dan pemberian pakan, pemeliharaan ternak, suhu, penyediaan sarana dan prasarana, serta pencegahan penyakit dan pengobatan 1. Produksi susu sapi perah sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor produksi. Menurut Sutardi (1981), faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi susu sapi perah adalah daya produksi atau 1 Kebutuhan Susu Dalam Negeri Masih Impor, diakses tanggal 22 Januari 2013

18 2 mutu genetik, pemberian pakan, dan suhu lingkungan. Produksi susu sapi di Indonesia disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi Susu Sapi di Indonesia Tahun Tahun Produksi Susu Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2012a) (000 ton) Kekurangan produksi susu segar dalam negeri merupakan peluang besar bagi peternak sapi perah untuk mengembangkan usaha peternakan. Kegiatan dan kinerja usaha sapi perah melalui peningkatan produksi susu perlu terus ditingkatkan agar usaha lebih menguntungkan dan meningkatkan kesejahteraan peternak, karena sebagian besar pendapatan peternak tergantung pada produktivitas ternak yang disini adalah susu, sedangkan disisi lain pengeluaran peternak yang terdiri dari upah tenaga kerja, pembelian pakan hijauan, konsentrat, dan obat-obatan serta biaya lain terus meningkat dari tahun ke tahun. Susu salah satu hasil komoditi peternakan, merupakan bahan makanan yang menjadi sumber gizi atau zat protein hewani. Berdasarkan Tabel 2, tingkat produksi susu di Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan. Tingkat produksi susu pada tahun 2008 sebesar 647 ribu ton terus mengalami peningkatan hingga mencapai ribu ton pada tahun Peningkatan produksi susu ini seiring dengan peningkatan populasi sapi perah di Indonesia setiap tahun, namun belum dapat memenuhi kebutuhan susu masyarakat Indonesia. Tingkat konsumsi susu masyarakat di Indonesia paling rendah di kawasan Asia, yaitu liter per kapita per tahun. Konsumsi susu masyarakat Malaysia dan Filipina mencapai 22.1 liter per kapita per tahun, Thailand sebanyak 33.7 liter per kapita per tahun, dan Vietnam mencapai 12.1 liter per kapita per tahun. India sudah mencapai liter per kapita per tahun (Sajarwo, 2012). Pada Tabel 3 disajikan proyeksi kebutuhan dan penyediaan susu sapi di Indonesia sampai tahun 2020.

19 3 Tabel 3. Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Susu Sapi Perah di Indonesia Tahun Uraian Tahun Permintaan Susu Kebutuhan Penyediaan Penyediaan per Nasional Dalam Negeri dari Impor Impor Kapita(kg/tahun) (000 ton) (000 ton) (000 ton) (%) Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2013) Proyeksi kebutuhan dan penyediaan susu merupakan perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Tujuan dari rencana pemerintah adalah untuk meningkatkan produksi susu dan mengurangi impor susu hingga 50 persen. Pada tahun 2020, pemerintah akan melakukan program swasembada susu sapi perah yang bertujuan untuk meningkatkatkan produksi susu hingga tidak ada lagi impor susu (Direktorat Jenderal Peternakan, 2013). Provinsi DKI Jakarta merupakan Ibukota Republik Indonesia yang menjadi tempat kegiatan pemerintahan dengan jumlah penduduk yang padat. Tahun 2011 jumlah penduduk DKI Jakarta berjumlah jiwa (Badan Pusat Statistik, 2011b). Penduduk Jakarta memiliki tingkat pendidikan yang relatif tinggi sehingga tingkat kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan gizi pun meningkat. Kandungan gizi yang tinggi adalah pada bahan pangan yang berasal dari hewan contohnya susu dan daging. Besarnya jumlah konsumen susu dapat mempengaruhi tingkat permintaan dan produksi susu di DKI Jakarta 2. Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) menetapkan beberapa kawasan sesuai fungsinya, salah satunya kawasan khusus dan campuran. Kawasan khusus adalah bagian wilayah dalam provinsi dan/atau kota/kabupaten administrasi yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintah yang bersifat khusus. Kawasan campuran adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembangan 2 Produksi Susu Jakarta, diakses tanggal 22 Januari 2013

20 4 kegiatan campuran bangunan umum dan pemukiman beserta fasilitasnya yang dirancang sesuai dengan fungsi dan kebutuhan masyarakat, dimana bangunan tersebut dibangun dan dikelola serta dipelihara dengan baik. Peternakan sapi perah Pondok Ranggon merupakan kawasan relokasi peternakan sapi perah di DKI Jakarta sejak tahun 1992 melalui SK Gubernur No. 300/1986. Populasi sapi perah di DKI Jakarta pada tahun 2011 sebanyak ekor dengan produksi susu liter per hari (Direktorat Jendral Peternakan, 2012b), sedangkan populasi sapi perah di peternakan Pondok Ranggon sebanyak ekor dan jumlah peternak 30 orang, dengan rataan produksi susu per hari mencapai 8-11 liter per ekor 3. Berdasarkan uraian latar belakang, penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dan efisiensi produksi pada usaha peternakan sapi perah di Pondok Ranggon penting dilakukan Masalah Penelitian DKI Jakarta merupakan Ibukota negara yang menjadi pusat perekonomian, pusat hiburan, dan pusat industri. Kondisi lingkungan DKI Jakarta semakin memburuk. Asap-asap kendaraan bermotor menjadi penyebab polusi udara di DKI Jakarta. Lahan-lahan yang dikhususkan untuk pertanian dikonversi menjadi bangunan komersil 4. Peternakan sapi perah di DKI Jakarta awalnya berada di Jakarta Selatan dan pada tahun 1992 pindah ke Kelurahan Pondok Ranggon. Perpindahan daerah peternakan disebabkan oleh konversi lahan dan lingkungan yang sudah tidak cocok untuk peternakan. Peningkatan produksi susu sapi perah memerlukan peningkatan jumlah penggunaan input produksi seperti pakan hijauan, konsentrat, ampas tahu, ampas tempe, dan tenaga kerja. Pakan hijauan tidak dapat diproduksi di pabrik seperti konsentrat, ampas tahu, dan ampas tempe. Pakan hijauan merupakan rumput yang tumbuh secara alami atau ditanam. Lahan-lahan di DKI Jakarta yang seharusnya berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH), kawasan budidaya, dan kawasan resapan air sudah beralih fungsi menjadi gedung-gedung perkantoran, pertokoan, tempat tinggal, dan lain-lain. Beralih fungsinya lahan-lahan tersebut dapat 3 Budidaya Sapi Perah Pondok Ranggon, diakses tanggal 18 Maret Hanya Jakarta Timur Miliki Udara Bagus, diakses tanggal 28 Februari 2013

21 5 menghambat pertumbuhan rumput yang digunakan untuk pakan ternak. Peternakan sapi perah Pondok Ranggon masih ada sampai saat ini, namun ketersediaan pakan hijauan semakin berkurang. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produksi susu sapi perah? Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat diperlukan dalam meningkatkan produksi. Kombinasi penggunaan faktor produksi dengan jumlah yang sesuai dapat mencapai tingkat efisiensi dan meningkatkan produksi. Kombinasi penggunaan pakan di peternakan Pondok Ranggon tidak sempurna karena kurangnya ketersediaan pakan hijauan, sehingga produksi susu cenderung sedikit. Produksi susu di peternakan Pondok Ranggon masih tergolong rendah yaitu sekitar 8-10 liter per ST per hari. Rendahnya produksi susu di peternakan Pondok Ranggon disebabkan oleh jumlah pemberian pakan rendah, ketersediaan pakan yang rendah, dan kombinasi penggunaan input tidak benar. Harga susu di peternakan Pondok Ranggon sekitar Rp per liter masih tergolong rendah. Tinggi rendahnya harga susu mempengaruhi pendapatan usaha peternakan susu sapi perah. Bagaimana efisiensi produksi susu sapi perah? dan Bagaimana pendapatan usaha peternakan susu sapi perah di Pondok Ranggon, Jakarta Timur? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan masalah penelitian, maka tujuan penelitian adalah: 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah. 2. Menganalisis efisiensi produksi susu sapi perah. 3. Menganalisis pendapatan usaha peternakan sapi perah di Pondok Ranggon Manfaat Penelitian 1. Bagi akademisi diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dalam mengkaji efisiensi faktor-faktor produksi pada usaha peternakan sapi perah dalam peningkatan hasil produksi. 2. Bagi pemerintah provinsi DKI Jakarta diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan peternak di DKI Jakarta.

22 Ruang Lingkup Penelitian 1. Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur dari bulan April-Agustus Penelitian ini terbatas pada sapi perah di peternakan Pondok Ranggon yang sedang dalam masa laktasi atau masa menghasilkan susu. 3. Penelitian terbatas pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah, efisiensi produksi, dan pendapatan usaha peternakan.

23 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Faktor Produksi Peternakan Sapi Perah Proses produksi pertanian merupakan sesuatu yang secara terus menerus berubah sebagai teknologi baru dalam pengembangan varietas baru, keturunan, kualitas, dan kombinasi penggunaan input (Doll dan Orazem, 1984). Pelaksanaan proses produksi memerlukan sarana faktor produksi berupa modal, lahan, dan tenaga kerja (Muzdalifah, 2011). Faktor produksi adalah semua korbanan yang digunakan dalam memproduksi susu. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor biologi dan faktor sosial ekonomi. Faktor biologi seperti bibit, varietas, gulma dan sebagainya. Faktor sosial ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendapatan, dan lainlain (Puspito, 2004). Menurut Sutardi (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi peternakan sapi perah adalah mutu genetik, pemberian makanan, dan suhu lingkungan. Biologi ternak merupakan riwayat hidup dari ternak. Biologi ternak yang mempengaruhi produksi susu antara lain: 1. Bibit sapi yang baik adalah dari jenis Friesian Holstein. Sapi perah Friesian Holstein berasal dari Belanda yang dapat memproduksi susu sebanyak liter dalam satu masa laktasi (Puspito, 2004). 2. Sapi mencapai tingkat produksi susu maksimum pada umur 6-8 tahun, setelah itu tingkat produksinya menurun setiap tahun (Blakely dan Bade, 1991). 3. Masa produktif sapi perah sekitar 10 tahun (Sutardi, 1981). 4. Masa laktasi merupakan masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama kurang lebih 10 bulan antara saat beranak dan masa kering. Produksi susu per hari mulai menurun setelah laktasi dua bulan (Sutardi, 1981). Pakan merupakan faktor produksi yang memiliki biaya yang relatif besar dari total produksi. Komponen biaya pakan suatu peternakan dapat berkisar 60-70% dari komponen biaya produksi. Apabila terjadi kenaikan biaya pakan maka

24 8 akan berpengaruh terhadap pendapatan peternak sehingga efisiensi pakan merupakan hal yang penting dilakukan (Suharno dan Nazaruddin, 1994). Pola pemberian pakan sangat berpengaruh terhadap produktivitas ternak. Pemberian pakan berupa kombinasi berbagai jenis hijauan akan mempunyai pengaruh lebih baik dibandingkan pemberian satu macam pakan. Hal ini disebabkan berbagai jenis hijauan mempunyai nilai gizi yang beragam, sehingga kombinasi berbagai hijauan akan memiliki nilai gizi yang saling melengkapi (Yulistiani et al., 2003). Kebutuhan sapi perah akan zat makanan terdiri atas kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan produksi. Kebutuhan hidup pokok merupakan kebutuhan untuk mempertahankan bobot hidup. Makanan yang diberikan kepada seekor sapi perah harus melebihi dari kebutuhan hidup pokoknya agar kelebihan makanannya dapat diubah menjadi bentuk-bentuk produksi, namun pemberian makanan tidak boleh terlalu banyak atau terlalu sedikit. Beberapa pedoman dalam pemberian pakan ternak sapi menurut Sutardi (1981), antara lain: 1. Pemberian bahan kering sapi laktasi sebesar 3 persen dari bobotnya persen dari bahan kering yang dibutuhkan berasal dari hijauan. 3. Pemberian konsentrat kurang lebih 50 persen dari jumlah susu yang dihasilkan. Tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Jumlah penggunaan tenaga kerja perlu dipisahkan sesuai skala usaha untuk men capai kondisi optimal. Jumlah tenaga kerja juga dipengaruhi oleh kualitas kerja, jenis kelamin, musim, dan upah tenaga kerja. Penentuan upah disesuaikan dengan umur tenaga kerja sehingga perhitungan upah tergantung pada Hari Orang Kerja (HOK) atau Hari Kerja Setara Pria (HKSP) (Soekartawi, 2003). Tenaga kerja dapat digolongkan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga merupakan tenaga kerja yang melibatkan diri dalam usaha tani sendiri atau usaha keluarga. Tenaga kerja luar keluarga merupakan tenaga kerja yang khusus dibayar sebagai tenaga kerja upahan. Apabila pekerjaan tidak dapat diselesaikan oleh tenaga kerja dalam keluarga, barulah tenaga kerja luar keluarga (Daniel, 2004).

25 Efisiensi Pengelolaan usahatani antara lain bertujuan meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan petani dalam hal ini peternak sapi perah. Petani sebagai pelaksana sekaligus pengelola usahatani harus mampu mengalokasikan penggunaan berbagai faktor produksi secara tepat sehingga dapat mencapai hasil yang optimum (Ramadhani, 2011). Efisiensi diperlukan dalam usahatani agar petani mendapatkan kombinasi faktor-faktor produksi tertentu untuk keuntungan maksimum (Aisyah, 2012). Menurut Lipsey et al. (1998), efisiensi dibagi menjadi tiga, yaitu enginering, technical, dan economic efficiency. Enginering efficiency menunjukkan perbandingan antara input dengan output. Technical efficiency menyatakan hubungan antara semua faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi beberapa output. Dikatakan efisiensi secara teknik bila tidak ada lagi cara lain untuk menggunakan lebih sedikit faktor-faktor produksi (Lipsey et al., 1998). Efisiensi ekonomi terdiri dari efisiensi teknis dan harga. Efisiensi teknis adalah kemampuan untuk memperoleh output yang maksimum melalui penggunaan suatu tingkat input atau sumber daya tertentu (Yotopulus dan Nugent, 1976). Menurut Soekartawi (1990), efisiensi harga atau efisiensi alokatif diartikan sebagai suatu kondisi Nilai Produk Marjinal (NPM) untuk satu input sama dengan harga input tersebut. Efisiensi teknis dan efisiensi harga akan memberikan petunjuk bagi petani untuk mengalokasikan sumber daya atau faktor produksi yang memaksimumkan keuntungan (Astuti et al., 2010) Analisis Pendapatan Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi dengan efektif, efisien, dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat. Penerimaan usahatani didapatkan petani dari penjualan produk usahatani. Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual output tersebut (Rahim dan Hastuti, 2008). Pengeluaran usahatani sama artinya dengan biaya usahatani. Biaya usahatani didefinisikan sebagai sejumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli

26 10 input usahatani. Menurut Rahim dan Hastuti (2008), biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan harus dikeluarkan walaupun belum berproduksi. Contoh biaya tetap adalah biaya sewa lahan, pajak, dan alat-alat pertanian. Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas yang diperoleh. Contoh biaya variabel adalah biaya benih, pupuk, upah tenga kerja, dan lain-lain. Selisih antara penerimaan yang didapatkan dengan biaya usahatani disebut pendapatan usahatani Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu terkait peternakan sapi perah yang dapat dijadikan referensi adalah penelitian Putra (2004), Widodo (2009), Mandaka dan Hutagaol (2005), dan Heriyatno (2009) yang dapat dilihat pada Tabel 4. Penelitian terdahulu terkait analisis efisiensi adalah Yunus (2009), Ramadhani (2011), Puspito (2004), dan Vidiayanti (2004) yang dapat dilihat pada Tabel Penelitian Terdahulu Terkait Peternakan Sapi Perah Putra (2004) melakukan penelitan mengenai kondisi teknis peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Metode yang digunakan adalah survey lapangan dengan cara wawancara dengan peternak. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi peternakan sapi perah Pondok Ranggon secara teknis. Hasil penelitian adalah peternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon dalam menjalankan usahanya bersifat tradisional dan perhatian terhadap masalah pemberian pakan masih kurang. Widodo (2009) melakukan penelitian mengenai karakteristik dan analisis keuntungan usaha ternak sapi perah di DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik peternakan dan menganalisis keuntungan peternakan sapi perah. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui karakteristik peternakan. Analisis kuantitatif untuk mengetahui keuntungan yang didapat peternak. Keuntungan per bulan pada peternak kelompok pertama berdasarkan analisis yang dilakukan sebesar Rp dan pada peternak kelompok kedua sebesar Rp

27 11 Mandaka dan Hutagaol (2005) melakukan penelitian mengenai analisis fungsi keuntungan, efisiensi ekonomi, dan kemungkinan skema kredit bagi pengembangan skala usaha peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor. Metode yang digunakan kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui keuntungan, efisiensi ekonomi, dan skema kredit di peternakan Kebon Pedes. Heriyatno (2009) melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan dan faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di tingkat peternak. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif deskriptif digunakan untuk mengkaji proses produksi susu sapi perah. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengkaji faktor produksi dan pendapatan peternak sapi perah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu adalah pakan konsentrat, pakan hijauan, dan masa laktasi. Nilai R/C ratio sebesar 1.11 menunjukkan bahwa peternakan sapi perah menguntungkan Penelitian Terdahulu Terkait Analisis Efisiensi Yunus (2009) melakukan penelitian mengenai analisis efisiensi produksi usaha peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan dan mandiri di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan pendapatan rata-rata dan menganalisis tingkat efisiensi. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dalam penelitian ini adalah bibit, pakan, vaksin, tenaga kerja, dan bahan bakar. Usaha ternak ayam ras pedaging belum mencapai tingkat efisiensi. Peternak ayam ras pedaging mandiri memiliki tingkat pendapatan rata-rata yang berbeda dengan peternak pola kemitraan. Ramadhani (2011) melakukan penelitian mengenai analisis efisiensi, skala dan elastisitas produksi dengan pendekatan Cobb-Douglas dan regresi berganda. Metode yang digunakan kuantitatif dan deskriptif. Analisis kuantitatif diguanakn untuk mengitung efisiensi dan elastisitas produksi. Berdasarkan perhitungan didapat bahwa proporsi input yang berpengaruh terhadap proses produksi belum mencapai tingkat efisien atau nilainya lebih dari satu.

28 12 12 Tabel 4. Penelitian Terdahulu Terkait Peternakan Sapi Perah No. Peneliti/Judul Tujuan Metode Hasil 1. Putra (2004)/ Kondisi Teknis Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kelurahan Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. 2. Widodo (2009)/ Karakteristik dan Analisis Keungtungan pada Usaha Peternakan Sapi Perah DKI Jakarta. 3. Heriyatno (2009)/ Analisis Pendapatan dan Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah di Tingkat Peternak. Mengetahui kondisi teknis pemeliharaan sapi perah rakyat di Kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Kodya Jakrta Timur. Mengetahui karakteristik dan keuntungan usahaternak sapi perah berdasarkan input dan output yang diperlukan sapi perah di wilayah Pondok Ranggon, Jakarta Timur. 1. Menganalisis pendapatan peternak anggota KSU Karya Nugraha dalam usaha ternak sapi perahnya. 2. Menganalisis peran KSU Karya Nugraha terhadap keuntungan usaha peternak anggotanya. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi Analisis Deskriptif Anggaran Usahatani Analisis pendapatan usahatani, R/C ratio, dan analisis regresi berganda. Presentase sapi laktasi yaitu 72.71%. Masa laktasi 11.5 bulan, masa kering 2 bulan, interval beranak 13.5 bulan, masa kosong 4.5 bulan dan nilai S/C berdasarkan hasil kuesioner dan perhitungan sebesar 2.8. Usaha peternakan tradisional perhatian terhadap masalah tatalaksana dan pemberian pakan masih kurang. Seleksi belum dilakukan dengan baik dan peternak kurang memperhatikan masalah reproduksi ternak. Keuntungan per bulan pada peternak kelompok pertama sebesar Rp dan pada peternak kelompok kedua sebesar Rp Skala usaha rakyat memperoleh pendapatan sebesar Rp /hari, usaha skala kecil memperoleh pendapatan sebesar Rp /hari, dan usaha skala menengah memperoleh pendapatan sebesar Rp /hari. Nilai R/C ratio usaha skala rakyat sebesar 1.10, usaha skala kecil sebesar 1.31, dan usaha skala menengah sebesar Uji Mann-Whitney menunjukan tingkat keuntungan peternak yang mendapatkan pelayanan memiliki tingkat keuntungan 1.08 dan peternak yang tidak mendapatkan pelayanan sebesar 1.29.

29 13 13 Tabel 4. Lanjutan No. Peneliti/ Judul Tujuan Metode Hasil susu di tingkat peternak 3.Faktor-faktor produksi susu yaitu jumlah pemberian anggota KSU Karya pakan konsentrat, jumlah pemberian pakan hijauan, dan Nugraha masa laktasi. 4. Mandaka dan Hutagaol (2005)/ Analisis Fungsi Keuntungan, Efisiensi Ekonomi dan Kemungkinan Skema Kredit bagi pengembangan Skala Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor. Menganalisis keuntungan,efisiensi dan skema kredit skala usaha peternakan sapi perah kebon pedes. Analisis Fungsi Keuntungan Peternakan sapi perah Kebon Pedes belum mencapai efisiensi ekonomi, namun ada kecenderungan skala usaha menengah dari besar relative lebih menguntungkan daripada skala usaha kecil. Nilai pinjaman yang paling sesua bagi pengembangan usaha ternak skala kecil sebesar Rp atau setara dengan 1-2 ekor induk produktif. Tabel 5. Penelitian Terdahulu Terkait Analisis Efisiensi No. Peneliti/Judul Tujuan Metode Hasil 1. Ramadhani (2011)/ Analisis Efisiensi, Skala dan Elastisitas Produksi dengan Pendekatan Cobb-Douglas dan Regresi Berganda. Dalam JURNAL TEKONOLOGI OLS (Ordinary Least Square) dari fungsi produksi Cobb- Douglas Berdasarkan perhitungan didapat bahwa proporsi input yang berpengaruh terhadap proses produksi adalah Indeks Efisiensi untuk tahun 2007 adalah 5,57, sedangkan untuk tahun 2008 adalah Return to Scale yang diperoleh pada tahun 2007 adalah 1,031 sedangkan pada tahun 2008 adalah 0,793. Penggunaan elastisitas input adalah untuk tahun 2007 penggunaan bahan baku sebesar 0,39, untuk penggunaan tenaga kerja sebesar 0,22 dan untuk penggunaan biaya overhead sebesar 0,42.

30 14 14 Tabel 5. Lanjutan No. Peneliti/Judul Tujuan Metode Hasil 2. Puspito (2004)/ Efisiensi Usaha Peternakan Sapi Perah Masa Laktasi (Studi Kasus di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah) 3. Yunus (2009)/ Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah 4. Vidiayanti (2004)/ Analisi Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Usaha Peternakan Sapi Perah Menganalisis besarnya pendapatan dan tingkat efisiensi usaha peternakan sapi perah rakyat di Kabupaten Banymas, jawa Tengah. Menganalisis perbedaan pendapatan rata-rata dan menganalisis tingkat efisiensi. Menganalisis tingkat efisiensi, menetukan skala ekonomi dan tingkat pendapatan peternakan. Analisis statistik dan analisis usaha peternakan sapi perah. Analisis efisiensi dan analisis pendapatan. Analisis efisiensi dan analisis pendapatan. 1. Hasil efisiensi terhadap rata-rata tingkat efisiensi teknis (ET), harga (EH), ekonomi (EE) adalah (a) Kelompok ternak I, ET sebesar 69.36%, EH -6.19%, dan EE 4.14%. (b) Kelompok ternak II, ET sebesar %, EH %, dan EE 20.72%. (c) Kelompok ternak III, ET sebesar %, EH %, dan EE %. 2. Biaya produksi pada tingkat efisiensi ekonomis 100% untuk setiap kelompok ternak adalah: (a) Kelompok ternak I Rp /liter, (b) Kelompok ternak II Rp /liter, (c) Kelompok ternak III /liter. Nilai R/C ratio peternak mandiri sebesar 1.26 lebih tinggi dari pola kemitraan sebesar Analisis efisensi sebesar Nilai R/C ratio atas biaya tunai sebesar 1.56 dan atas biaya total Pendapatan atas biaya total sebesar Rp

31 15 Puspito (2004) melakukan penelitian mengenai analisis efisiensi usaha peternakan sapi perah masa laktasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis besarnya pendapatan dan tingkat efisiensi usaha peternakan sapi perah rakyat di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Hasil penelitian ini adalah nilai efisiensi yang lebih dari satu atau dikatakan belum efisien. Tingkat pendapatan antara kelompok tani satu dan dua berbeda. Vidiayanti (2004) melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha peternakan sapi perah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efisiensi, menentukan skala ekonomi, dan menganalisis pendapatan peternak. Hasil penelitian ini adalah usaha peternakan sapi perah menguntungkan dilihat dari nilai R/C ratio yang lebih dari satu Kebaruan Penelitian Penelitian ini memiliki kebaruan dibandingkan penelitian terdahulu. Perbedaan dengan penelitian Putra (2004) dan Widodo (2009) adalah penelitian ini fokus membahas tentang faktor-faktor produksi, analisis efisiensi, dan analisis pendapatan peternakan sapi perah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Heriyatno (2009), Yunus (2009), Ramadhani (2011), Puspito (2004), dan Vidiayanti (2004) adalah penelitian ini berlokasi di peternakan sapi perah Pondok Ranggon, Jakarta Timur dengan metode yang digunakan analisis deskriptif, metode estimasi OLS (Ordinary Least Square), analisis efisiensi, dan analisis pendapatan.

32 16

33 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Fungsi Produksi Proses produksi adalah kegiatan mengkombinasikan input untuk menghasilkan output. Fungsi produksi menurut Soekartawi (2002) merupakan hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut: Y= f (X)... (3.1) Keterangan : Y = Output X = Input produksi Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi yang melibatkan dua variabel atau lebih. Variabel yang satu disebut dengan variabel dependen (Y) dan yang lain disebut variabel independen (X). Bentuk matematis fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut (Soekartawi, 2002): β Y = f (X 1,X 2 ) = β 0 X 1 β 1 X (3.2) Jika diubah ke dalam bentuk linear: Ln Y = Ln β 0 + β 1 Ln X 1 + β 2 Ln X 2... (3.3) Berdasarkan fungsi persamaan 3.3 dapat diketahui bahwa output (Y), tenaga kerja (X 1 ), dan modal (X 2 ). Konstanta β 1 merupakan elastisitas dalam kaitannya dengan input tenaga kerja, sementara β 2 adalah elastisitas dalam kaitannya dengan input modal. Pemilihan model fungsi produksi Cobb-Douglas didasarkan pada pertimbangan adanya kelebihan dari model ini, yaitu (Soekartawi, 2002): 1. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan fungsi lainnya. 2. Bentuk linear dari fungsi Cobb-Douglas ditransformasikan dalam bentuk log e (ln), dalam bentuk tersebut variasi data menjadi sangat kecil. Hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya heterokedastisitas.

34 18 3. Perhitungannya sederhana karena persamaannya dapat diubah dalam bentuk persamaan linear. 4. Bentuk fungsi Cobb-Douglas paling banyak digunakan dalam penelitian khususnya bidang pertanian. 5. Hasil pendugaan melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. 6. Besaran elastisitas dapat juga sekaligus menggambarkan return to scale. Input yang digunakan dalam proses produksi dapat digunakan untuk menduga output yang dihasilkan. Fungsi produksi tersebut dapat digunakan untuk menentukan kombinasi input yang terbaik dalam suatu proses produksi. Menurut Soekartawi (1984) persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan fungsi produksi yang baik adalah: 1. Terjadi hubungan yang logik dan benar antara variabel yang dijelaskan dengan variabel yang menjelaskan. 2. Parameter statistik dari parameter yang diduga memenuhi persyaratan untuk dapat disebut parameter yang mempunyai derajat ketelitian yang tinggi. Tolak ukur dalam menggambarkan hubungan antara input dan output dalam fungsi produksi, yaitu: 1. Marginal Physical Product (MPP) atau produk marginal, yaitu tambahan output yang bisa diperoleh dengan menambah input satu unit, sedangkan input-input lain dianggap konstan (Nicholson, 2001). Hubungan Y dan X bisa terjadi dalam tiga kemungkinan, yaitu bila produk marginal konstan, bila produk marginal menaik, dan bila produk marginal menurun. Produk marjinal konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan satu satuan unit input X dapat menyebabkan tambahan satu satuan unit output Y secara proporsional. Bila penambahan satu-satuan unit input X menyebabkan satu satuan unit output Y yang semakin menaik secara tidak proposional disebut dengan produk marginal yang menaik atau increasing productivity. Bila tambahan satu-satuan unit input X yang menyebabkan satu-satuan unit output Y menurun disebut produk marginal menurun atau decreasing productivity.

35 19 MPP = dy/dx... (3.4) 2. Average Physical Product (APP) atau produk rata-rata, yaitu perbandingan antara produksi total dengan input produksi. Produksi total (TP = Y) adalah jumlah seluruh output yang dihasilkan dalam proses produksi. APP = Y/X... (3.5) Hubungan antara MPP, APP, dan TP dapat digunakan untuk menentukan elastisitas produksi. Elastisitas produksi (E p ) adalah persentase perubahan output sebagai akibat perubahan persentase dari input produksi yang digunakan (Rahim dan Hastuti, 2008). Elastisitas produksi (E p ) = dy/dx. X/Y = MPP/APP... (3.6) Menurut Rahim dan Hastuti (2008), fungsi produksi terdiri dari tiga daerah produksi yaitu daerah I, daerah II, dan daerah III (Gambar 2). Daerah produksi I disebut daerah irrasional karena pada daerah ini keuntungan maksimum belum tercapai dan produksi ditingkatkan dengan penambahan input produksi. Nilai elastisitas produksi lebih besar dari satu (Increasing Return to Scale) yang berarti bahwa setiap penambahan input sebesar satu persen akan meningkatkan produksi lebih besar dari satu persen. Pada daerah ini kurva MPP berada di atas kurva APP (Gambar 1). Daerah II disebut daerah rasional karena pada daerah ini keuntungan maksimum dan output maksimum dapat tercapai. Nilai elastisitas produksi pada daerah II yaitu nol sampai dengan satu. Pada daerah ini penambahan input dengan jumlah tertentu akan menghasilkan output dengan jumlah optimum. Pada daerah ini kurva MPP = APP sampai MPP bernilai nol (Gambar 1). Daerah III disebut daerah irrasional karena setiap penambahan satu persen input menyebabkan penurunan produksi yang dihasilkan. Nilai elastisitas produksi

36 20 pada daerah II lebih kecil dari nol. Pada daerah ini MPP bernilai negatif (Gambar 1). Y (output) I II III TP Y (output) X (input) Sumber: Debertin (1986) MPP APP X (input) Gambar 1. Grafik Fungsi Produksi Efisiensi Input Salah satu masalah yang dihadapi seorang petani peternak untuk menghasilkan keuntungan maksimum adalah penentuan tingkat penggunaan faktor produksi. Prinsip optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi merupakan cara menggunakan faktor produksi seefisien mungkin. Efisiensi dapat digolongkan menjadi efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi. Penggunaan input dikatakan efisien secara teknis apabila input yang digunakan menghasilkan produksi yang maksimum. Efisiensi harga terjadi apabila nilai dari

37 21 produk marjinal sama dengan harga faktor produksi. Pada akhirnya, efisiensi ekonomi terjadi apabila efisiensi teknis dan efisiensi harga tercapai (Soekartawi, 1993). Efisiensi input merupakan upaya penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi dan keuntungan yang maksimal. Penggunaan input yang efisien dijelaskan dengan Value of Marginal Product (VMP) atau biasa disebut Nilai Produk Marginal (NPM). VMP atau NPM didefinisikan sebagai nilai yang meningkatkan nilai hasil output dari penambahan unit X, ketika Y dijual dengan harga pasar konstan (Debertin, 1986). Efisiensi terjadi jika nilai produk marjinal sama dengan harga input tersebut sehingga dapat dituliskan sebagai berikut: NPM X = P X atau NPM X /P X = 1... (3.7) 1. (NPM X /P X ) > 1, artinya penggunaan input X belum efisien, sehingga untuk mencapai efisiensi input X perlu ditambah. 2. (NPM X /P X ) < 1, artinya penggunaan input X belum efisien, sehingga untuk mencapai efisiensi input X perlu dikurangi. Efisiensi ekonomi menunjukkan kombinasi input yang memaksimalkan tujuan individu atau sosial. Efisiensi ekonomi didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu keharusan (necessary) dan kecukupan (sufficient). Syarat keharusan (necessary condition) terjadi ketika slope fungsi keuntungan harus sama dengan nol atau seperti yang dijabarkan pada persamaan (3.8). Turunan pertama pada fungsi keuntungan disebut dengan the first-order conditions. Syarat kecukupan (sufficient condition) terjadi pada turunan kedua dari fungsi keuntungan atau disebut dengan the second-order conditions. The second-order conditions terjadi ketika fungsi keuntungan bernilai negatif yang dijabarkan pada persamaan (3.9) (Doll dan Orazem, 1984). Turunan pertama fungsi keuntungan adalah: π = TR TC dπ/dx = dtr/dx dtc/dx = 0... (3.8) dtr/dx = dtc/dx maka turunan kedua dari fungsi keuntungan adalah:

38 22 MR = MC d 2 π/dx 2 = d 2 TR/dX d 2 TC/dX < 0...(3.9) d 2 TR/dX < d 2 TC/dX dmr < dtmc Pendapatan Usahatani Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usahatani. Oleh karena itu, untuk menghitung pendapatan usahatani diperlukan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga jual output. Secara matematis pendapatan dan penerimaan dapat dituliskan sebagai berikut: TR = Y. P Y... (3.10) Keterangan: TR = Total penerimaan Y = Produksi yang diperoleh suatu usahatani P Y = Harga output Beberapa definisi berkaitan dengan ukuran pendapatan dan keuntungan, yaitu (Soekartawi, 1984): 1. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) merupakan nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. 2. Pengeluaran usahatani (farm payment) merupakan jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. 3. Penerimaan kotor usahatani (gross return) merupakan total penerimaan usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. 4. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses) merupakan nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya-biaya yang diperhitungkan. 5. Pendapatan bersih usahatani (net farm income) merupakan istilah antara penerimaan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani.

39 23 Biaya atau pengeluaran usahatani adalah biaya yang dikeluarkan dalam setiap penggunaan faktor-faktor produksi. Biaya digolongkan menjadi dua jenis, yaitu fixed cost dan variable cost (Debertin, 1986).Fixed cost atau biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tetap tersebut harus dikeluarkan walaupun perusahaan belum beroperasi. Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel. Rumus biaya total usahatani dapat dituliskan sebagai berikut: TC = TFC + TVC... (3.11) TVC = P x. X... (3.12) Keterangan: TC = Biaya Total TFC = Biaya Tetap TVC = Biaya Variabel P X X = Harga input = Jumlah input yang digunakan Jadi pendapatan yang diterima petani merupakan pengurangan antara penerimaan dengan biaya total atau dirumuskan sebagai berikut: π = TR TC... (3.13) Keterangan: π = Pendapatan TR = Total penerimaan TC = Total Biaya Analisis Revenue Cost (R/C) ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Analisis ini menunjukkan penerimaan yang diperoleh dari setiap biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Semakin besar nilai R/C ratio, maka menunjukkan semakin besarnya penerimaan usahatani yang diperoleh dibanding biaya yang dikeluarkan untuk produksi usahatani. Jika R/C ratio > 1, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya atau secara finansial kegiatan usahatani dikatakan untung. Apabila R/C ratio < 1, berarti setiap tambahan biaya yang

40 24 dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil daripada tambahan biaya yang dikeluarkan atau usahatani tidak menguntungkan. Jika R/C ratio = 1, perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan seimbang atau berada pada kondisi keuntungan normal (Rahim dan Hastuti, 2008) Kerangka Operasional Lahan-lahan di DKI Jakarta yang berfungsi sebagai tempat tumbuhnya rumput dan pepohonan sudah beralih menjadi gedung-gedung perkatoran, tempat tinggal, pertokoan, dan lain-lain. Ketersediaan rumput untuk pakan ternak berkurang seiring dengan perubahan fungsi lahan. Rumput merupakan pakan ternak yang jumlah pemberiannya dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya produksi susu sapi perah. Selain pakan hijauan terdapat faktor produksi lain yang mempengaruhi produksi susu sapi perah, diantaranya konsentrat, ampas tahu, ampas tempe, tenga kerja, obat-obatan, dan lain-lain. Kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi dapat mempengaruhi tingkat produksi susu sapi perah (Gambar 2). DKI Jakarta memiliki daerah yang dikhususkan untuk peternakan yaitu Kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Penggunaan faktor-faktor produksi merupakan salah satu proses produksi dalam peternakan yang bisa meningkatkan produksi susu. Faktor-faktor produksi digunakan secara efisien agar produksi susu meningkat dan pendapatan usaha peternakan juga meningkat. Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi susu, tingkat efisien, dan pendapatan usaha peternakan susu sapi perah di Pondok Ranggon (Gambar 2). Estimasi parameter pada fungsi produksi susu sapi perah menggunakan metode estimasi Ordinary Least Squares (OLS). Tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi adalah menggunakan efisiensi input nilai produk marjinal (NPM). Sedangkan tingkat pendapatan menggunakan analisis pendapatan dan R/C ratio dengan membandingan penerimaan yang didapat dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Hasil yang diperoleh dijadikan rekomendasi kebijakan untuk peternak dan pemerintah daerah dalam usaha peningkatan

41 25 produksi dan pendapatan usaha peternakan sapi perah di Pondok Ranggon (Gambar 2). 1. Kurangnya ketersediaan pakan hijauan untuk ternak. 2. Produksi susu DKI Jakarta masih rendah. 3. Kebutuhan susu meningkat. 4. Penggunaan faktor-faktor produksi tidak seimbang. Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon, Jakarta Timur Faktor-Faktor yang mempegaruhi Produksi Susu Sapi Perah (Metode Estimasi OLS) Efisiensi Faktor Produksi (Nilai Produk Marjinal) Pendapatan Usaha Peternakan Susu Sapi Perah (Analisis Pendapatan Usahatani) Rekomendasi Kebijakan Gambar 2. Alur Kerangka Operasional

42 26

43 27 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di peternakan sapi perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa peternakan tersebut merupakan salah satu peternakan yang masih ada di DKI Jakarta. Lokasi penelitian dipilih karena lokasi ini merupakan kawasan relokasi peternakan di DKI Jakarta. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan April-Agustus Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan peternak di Kelurahan Pondok Ranggon dengan menggunakan daftar pertanyaan kuesioner (Lampiran 1) yang telah disediakan oleh peneliti. Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jakarta, Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Direktorat Jendral Peternakan Republik Indonesia, dan Dinas Pariwisata Jakarta Timur Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode sensus yaitu sampel yang digunakan secara keseluruhan atau populasi. Adapun responden dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah. Jumlah peternak di peternakan Pondok Ranggon ada 25 orang peternak. Seluruh peternak yang memiliki sapi laktasi dijadikan responden dalam penelitian ini. Peternak yang memiliki sapi laktasi berjumlah 24 orang Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan model persamaan Cobb-Douglas untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah, efisiensi penggunaan faktor produksi, dan pendapatan. Pengolahan data dilakukan menggunakan komputer dengan aplikasi software Microsoft Excel 2007 dan

44 28 Minitab Versi 14. Matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data, dan metode analisis data disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks Keterkaitan Tujuan Penelitian, Sumber Data, dan Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Metode Analisis Data 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah. OLS (Ordinary Least Square) dari fungsi produksi Cobb- Douglas 2. Menganalisis efisiensi produksi susu sapi perah. Analisis efisiensi input dengan NPM 3. Menganalisis pendapatan usaha peternakan sapi perah di Pondok Ranggon. Analisis pendapatan dan R/C ratio Menganalisis Faktor-Faktor Produksi Susu Sapi Perah Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi menggunakan fungsi Cobb-Douglas yang ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan regresi berganda. Faktor yang mempengaruhi produksi susu pada sapi dijabarkan dalam Model di bawah ini: Ln Y = Ln β 0 + β 1 Ln HIJ+ β 2 Ln KON+ β 3 Ln ATM + β 4 Ln ATH + β 5 Ln TK...(4.1) Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah: β 1, β 2, β 3, β 4, β 5 > 0; 0 < e i < 1 Keterangan: Y = Produksi susu (Liter/ST/Hari) HIJ = Pakan hijauan (Kg/ST/Hari) KON = Pakan konsentrat (Kg/ST/Hari) ATH = Pakan ampas tahu (Kg/ST/Hari) ATM = Pakan ampas tempe (Kg/ST/Hari) TK = Tenaga kerja (Orang) β 1, β 2, β 3, β 4, β 5 = Parameter variabel bebas

45 29 Produksi susu sapi perah merupakan hasil sekresi kelenjar susu sapi perah betina. Jumlah produksi susu sapi perah dilihat per ekor dan per hari. Pada penelitian ini satu ekor sapi dewasa sama dengan satu ST, sehingga satuan dari produksi susu adalah liter per ST per hari. Pakan yang diberikan kepada sapi perah antara lain hijauan, ampas tempe, ampas tahu, dan konsentrat. Pakan hijauan berupa daun-daunan, rumput, dan tanaman hijau lainnya. Pakan hijauan diberikan kepada sapi perah beberapa kg per ST per hari. Pemberian pakan hijauan untuk setiap sapi perah jumlahnya berbedabeda. Pakan konsentrat, ampas tempe, dan ampas tahu merupakan pakan tambahan yang diberikan kepada sapi perah selain pakan hijauan. Jumlah yang diberikan kepada sapi perah berbeda-beda pada setiap sapi. Satuan dari pakan konsentrat, ampas tahu, dan ampas tempe adalah kg per ST per hari Kriteria Uji Statistik 1. Uji Statistik-F Uji F-hitung digunakan untuk mengetahui variabel-variabel yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Hipotesis: H 0 : β 1, β 2, β 3, β 4,..., β i = 0 H 1 : minimal ada satu β i 0 i : 1, 2, 3,, n Uji statistik yang digunakan adalah uji-f dengan ketentuan sebagai berikut: P-value uji F > α. terima H 0 P-value uji F < α. tolak H 0 Apabila P-value uji statistik F < taraf α sebesar 10 persen maka tolak H 0. Tolak H 0 berarti seluruh variabel bebas dalam satu persamaan secara bersamasama mampu menjelaskan variabel tidak bebas dengan baik (Gujarati, 2007). 2. Uji Statistik-t Uji t-hitung digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel pada faktor produksi yang digunakan berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis:

46 30 H 0 : β i = 0 H 1 : β i > 0 i : 1, 2, 3,, n Uji statistik yang digunakan adalah uji-t dengan ketentuan sebagai berikut: P-value < α.tolak H 0 P-value > α.terima H 0 Apabila tolak H 0, maka variabel bebas yang digunakan berpengaruh secara nyata terhadap variabel tidak bebas. Sebaliknya, apabila terima H 0 maka variabel bebas yang digunakan tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel tidak bebas (Gujarati, 2007) Kriteria Uji Ekonometrika Kriteria ekonometrika dilihat berdasarkan hasil uji statistik terhadap model apakah memenuhi asumsi-asumsi untuk estimasi model regresi linear berganda atau tidak. Adapun uji statistik yang digunakan untuk melihat apakah terjadi pelanggaran asumsi atau tidak, adalah sebagai berikut: 1. Uji Multikolinearitas Kolinearitas ganda (multicolinierity) merupakan hubungan linear sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi (Gujarati, 2007). Adanya multikolinear ini menyebabkan pendugaan koefisien menjadi tidak stabil. Pendeteksian terjadinya multikolinear dapat diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel bebas. Jika nilai VIF relatif kecil, artinya persamaan regresi tidak mengalami multikolinear. Sebaliknya, jika nilai VIF relatif besar (lebih dari 10) artinya persamaan regresi mengalami multikolinearitas. VIF = 1/ (1-R 2 ) 2. Uji Heteroskedastisitas Asumsi dalam estimasi model regresi linear berganda adalah homoskedastisitas, yaitu ragam sisaan (error) sama dalam setiap pengamatan. Pelanggaran atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Akibat dari masalah heteroskedastisitas, salah satunya adalah penduga OLS tidak efisien lagi. Mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas pada penelitian ini dilakukan

47 31 dengan melihat penyebaran data (titik) pada gambar Residual Versus the Fitted Values. Dasar pengambilan keputusan yaitu apabila data (titik) pada gambar menyebar diatas dan dibawah garis tanpa membentuk suatu plot tertentu, maka model regresi tidak mengalami masalah heterokedastisitas (Heriyatno, 2009) 3. Uji Normalitas Uji Normalitas adalah uji untuk melihat apakah residual dapat menyebar normal, sehingga dapat diasumsikan pula Y menyebar normal. Penelitian ini melihat titik pada plot probabilitas. Dasar pengambilan keputusan (Heriyatno, 2009): 1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memnuhi asumsi normalitas Efisiensi Produksi Susu Sapi Perah Penggunaan input yang efisien dijelaskan dengan value of marginal product (VMP) atau nilai produk marginal (NPM). NPM merupakan nilai yang meningkatkan nilai hasil output dari penambahan unit X, ketika Y dijual dengan harga pasar konstan (Debertin, 1986). Efisiensi produksi terjadi jika keuntungan maksimum. Syarat mencapai keuntungan maksimum adalah turunan pertama dari fungsi keuntungan terhadap masing-masing faktor sama dengan nol (Doll dan Orazem, 1984). Efisiensi terjadi saat nilai produk marjinal sama dengan harga input, sehingga dapat dituliskan sebagai berikut: π = TR TC π = P Y.Y P X.X dπ/dy = P Y. dy/dx P X P X P X P X = P Y. dy/dx = P Y. MPP = NPM NPM/PX = 1... (4.2) 1. (NPM X /P X ) > 1, artinya penggunaan input X belum efisien, sehingga untuk mencapai efisiensi input X perlu ditambah.

48 32 2. (NPM X /P X ) < 1, artinya penggunaan input X tidak efisien, sehingga untuk mencapai efisiensi input X perlu dikurangi. Elastisitas produksi dirumuskan sebagai berikut: E p = dy/dx. X/Y = MPP. 1/APP E p = MPP/APP...(4.3) Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah Pendapatan usaha peternakan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya. Penerimaan usaha peternakan adalah perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga jual output. Secara matematis pendapatan dan penerimaan dapat dituliskan sebagai berikut: TR = Y. P Y... (4.4) Keterangan: TR = Total penerimaan (Rp) Y = Produksi susu (Liter) P Y = Harga susu (Rp/Liter) Menurut Soekartawi (1995) biaya tersebut dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu biaya tetap atau fixed cost dan biaya variabel atau variable cost. Biaya tetap (fixed cost) didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh dari biaya tetap dalam penelitian ini, yaitu sewa lahan, pajak, alat-alat peternakan, dan lain-lain. Sedangkan biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contoh dari biaya variabel adalah biaya bibit, pakan, obat-obatan, upah tenaga kerja, dan lain-lain. Jadi pendapatan yang diterima peternak merupakan pengurangan antara penerimaan dengan biaya total atau dirumuskan sebagai berikut: π = TR TC = P Y.Y (P HIJ.HIJ + P KON.KON + P ATH.ATH + P ATM.ATM + P TK.TK + P VIT.VIT + P OBT.OBT + BTRANS + BLIS + BLIM)...(4.5)

49 33 Keterangan: π = Pendapatan (Rp/Hari) TR = Total penerimaan (Rp/Hari) TCi = Total Biaya (Rp/Hari) Yi = Produksi susu (Liter/Hari) P yi P HIJ HIJ P KON KON P ATH ATH P ATM ATM P TK TK P VIT VIT P OBT OBT BTRANS BLIS BLIM = Harga susu (Rp/Liter) = Harga pakan hijauan (Rp/Kg) = Pakan hiajuan (Kg/ST/Hari) = Harga pakan konsentrat (Rp/Kg) = Pakan konsentrat (Kg/ST/Hari) = Harga pakan ampas tahu (Rp/Kg) = Pakan ampas tahu (Kg/ST/Hari) = Harga pakan ampas tempe (Rp/Kg) = Pakan ampas tempe (Kg/ST/Hari) = Upah tenaga kerja (Rp/Hari) = Jumlah tenaga kerja (Orang) = Harga vitamin (Rp/5ml/Hari) = Vitamin (5ml/ST/Hari) = Harga obat-obatan (Rp/5ml/Hari) = Obat-obatan (5ml/ST/Hari) = Biaya transportasi (Rp/Hari) = Biaya listrik (Rp/Hari) = Biaya limbah (Rp/Hari) Analisis perbandingan antara penerimaan dan biaya dilakukan untuk mengetahui efisiensi dan keuntungan usahatani (Soekartawi, 1995). Rumus perhitungan R/C ratio adalah sebagai berikut: R/C ratio = TR/TC... (4.6) Analisis R/C ratio digunakan untuk melihat manfaat usaha peternakan dari penerimaan dan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha peternakan Jika nilai R/C ratio > 1, maka setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan

50 34 menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya atau dapat dikatakan usaha peternakan tersebut menguntungkan. Jika nilai R/C ratio < 1, maka usaha peternakan tersebut tidak menguntungkan karena setiap tambahan biaya akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil, sedangkan jika R/C ratio = 1, maka usaha peternakan dikatakan impas atau tambahan biaya yang dikeluarkan sama dengan tambahan penerimaan Konversi Satuan Ternak (ST) Satuan ternak merupakan ukuran yang digunakan untuk ternak yang konsumsi pakannya setara dengan seekor sapi betina dewasa. Mula-mula ST digunakan untuk ternak ruminansia untuk mengetahui daya tampung suatu padang rumput terhadap jumlah ternak yg dipelihara, namun saat ini ST juga digunakan untuk ternak lainnya. Satuan ternak memiliki kegunaan seperti: menghitung daya tamping padangan, menghitung luas kandang, menghitung hasil pupuk, estimasi harga ternak, biaya pengobatan, tenaga kerja, biaya breeding, dan menghitung potensi daerah (Firman, 2014). Daftar Satuan Ternak disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Daftar Satuan Ternak Jenis ternak Kelompok umur Umur Satuan Ternak Sapi Dewasa 1.00 Muda 1-2 tahun 0.50 Anak < 1 tahun 0.25 Kerbau Dewasa 1.00 Muda 1-2 tahun 0.50 Anak < 1 tahun 0.25 Kambing/Domba Dewasa 0.14 Muda 0,5 1 tahun 0.07 Anak < 0,5 tahun 0.04 Babi Dewasa 0.40 Muda 0,5 1 tahun 0.20 Anak < 0,5 tahun 0.10 Ayam/Itik Dewasa (100 ekor) 1.00 Muda (100 ekor) 2 6 bulan 0.50 Anak (100 ekor) < 2 bulan 0.25 Sumber: Firman (2014)

51 35 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Kecamatan Cipayung merupakan salah satu kecamatan di Jakarta Timur. Kecamatan Cipayung terletak antara Bujur Timur dan Lintang Selatan, dengan luas wilayah Km 2. Adapun batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Makasar Jakarta Timur Sebelah Selatan : Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor Sebelah Timur : Kecamatan Pondok Gede Jakarta Timur Sebelah Barat : Kecamatan Ciracas Jakarta Timur Secara administratif Kecamatan Cipayung terdiri atas delapan kelurahan yaitu Kelurahan Pondok Ranggon, Kelurahan Cilangkap, Kelurahan Munjul, Kelurahan Cipayung, Kelurahan Setu, Kelurahan Bambu Apus, Kelurahan Ceger, dan Kelurahan Lubang Buaya. Masing-masing kelurahan mempunyai luas yang sangat bervariasi. Lahan di Kecamatan Cipayung didominasi oleh kegiatan perumahan besar persen, 1.07 persen untuk industri, dan persen untuk kegiatan lainnya 5. Penelitian dilakukan di Kecamatan Cipayung dengan Kelurahan Pondok Ranggon. Kelurahan Pondok Ranggon berbatasan dengan Malko Hankam di sebelah utara, Kelurahan Harjamukti (Bogor) di sebelah selatan, kelurahan Munjul di sebelah barat, dan Kecamatan Pondok Gede (Bekasi) di sebelah timur 6. Kelurahan Pondok Ranggon berada di ketinggian 15 Meter dari permukaan laut, temperatur udara o C, dan curah hujan Milimeter per Tahun. Keadaan permukaan tanah bergelombang. Lahan untuk kawasan relokasi sapi perah Pondok Ranggon sesuai dengan SK Gubernur No. 300 tahun 1986 adalah seluas 30 Hektar, namun baru terealisasi 11 Ha. Lahan yang digunakan untuk peternakan sapi perah seluas sembilan Ha, termasuk kolam penampungan limbah cair seluas 400 m 2 dan sisanya adalah kebun rumput gajah dan rumput raja serta sarana umum seperti mushola dan jalan. Sumber air yang digunakan untuk keperluan 5 Kecamatan Cipayung, diakses tanggal 2 November Kampung-Pondok-Ranggon, diakses tanggal 2 November 2013

52 36 rumah tangga dan peternakan berasal dari air tanah yang dibor dengan kedalaman 60 m dari permukaan tanah Keadaan Demografi Penduduk di Kecamatan Cipayung berjumlah Jiwa yang terdiri dari Jiwa laki-laki dan Jiwa perempuan. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kecamatan Cipayung disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Cipayung Tahun 2010 No. Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 ) 1. Pondok Ranggon Cilangkap Munjul Cipayung Setu Bambu Apus Ceger Lubang Buaya Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik (2011b) Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa Kelurahan Lubang Buaya merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Jiwa, sedangkan Kelurahan Setu memiliki jumlah penduduk paling sedikit yaitu Jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Pondok Ranggon berjumlah Jiwa. Kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu Kelurahan Lubang Buaya, karena Kelurahan Lubang Buaya merupakan kelurahan yang kehidupannya dekat dengan pusat perkotaan Umur Peternak Sapi Perah 5.3. Karakteristik Peternak Sapi Perah Penduduk Indonesia tergolong tenaga kerja jika sudah memasuki usia kerja. Usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah tahun 7. Hal ini dikarenakan penduduk yang berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun 7 Tenaga Kerja, diakses tanggal 22 Agustus 2013

53 37 dianggap tidak produktif dalam melakukan pekerjaan. Persebaran umur peternak di Kelurahan Pondok Ranggon disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Umur Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon pada Tahun 2013 No. Kategori Umur Jumlah (Orang) Persentase (%) tahun tahun >61 tahun Jumlah Sumber: Data Primer Diolah (2013) Data yang didapat pada Tabel 9 menunjukkan bahwa peternak sapi perah di Pondok Ranggon berumur antara tahun yaitu sebanyak persen. Peternak pada usia tersebut beranggapan bahwa pengalaman merupakan sumber utama dalam mengelola suatu peternakan. Peternak yang berumur sebanyak persen. Peternak berumur tahun di Pondok Ranggon merupakan peternak yang usahanya merupakan turun menurun dari leluhurnya Jenis Kelamin Peternak Sapi Perah Tingkat kesulitan suatu pekerjaan berbeda-beda sesuai dengan jenis pekerjaan itu sendiri. Ada pekerjaan yang lebih banyak menggunakan kekuatan otot, tetapi ada juga pekerjaan yang lebih banyak menggunakan kekuatan otak. Setiap pekerjaan dapat dilakukan oleh wanita dan laki-laki sesuai dengan kemampuan masing-masing. Jenis kelamin peternak sapi perah disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Jenis Kelamin Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon pada Tahun 2013 No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber : Data Primer Diolah (2013) Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa peternak sapi perah di Pondok Ranggon yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak persen dan wanita persen, karena pekerjaan sebagai peternak membutuhkan tenaga yang lebih untuk membersihkan kandang, mencari pakan, memandikan ternak, memerah susu, dan lain-lain. Peternak wanita biasanya menjalankan usaha karena meneruskan usaha suaminya yang sudah meninggal atau memiliki pekerjaan lain.

54 Tingkat Pendidikan Peternak Sapi Perah Pendidikan memiliki peranan penting terhadap produktivitas, karena dengan pendidikan peternak mengenal pengetahuan, keterampilan dan cara-cara baru dalam melakukan kegiatannya. Tingkat pendidikan dapat dijadikan suatu indikator untuk mengukur produktivitas dan kreativitas kerja seorang petani (Mashud et al., 2007). Tingkat pendidikan peternak sapi perah di Pondok Ranggon disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Tingkat Pendidikan Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon pada Tahun 2013 No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1. SD SMP SMA PT Jumlah Sumber : Data Primer Diolah (2013) Mayoritas tingkat pendidikan petenak sapi perah di Pondok Ranggon berdasarkan Tabel 11 adalah SMA sebanyak persen. Peternak yang tingkat pendidikannya mencapai perguruan tinggi sebanyak persen. Diindikasikan bahwa tingginya tingkat pendidikan peternak responden di Pondok Ranggon. Tingginya tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap keputusan usaha peternakan dan kemampuan peternak dalam menyerap informasi dan teknologi untuk mengembangkan usaha yang dijalani, sehingga berdampak pada produktivitas output dan pendapatan Pengalaman Beternak Lamanya waktu dalam melaksanakan usaha peternakan menunjukkan tingkat pengalaman beternak. Pengalaman beternak menjadi tolak ukur kemampuan peternak dalam melaksanakan usaha peternakannya (Puspito, 2004). Distribusi pengalaman beternak peternak sapi perah Pondok Ranggon disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 menunjukkan bahwa peternak sapi perah di Pondok Ranggon memiliki pengalaman beternak lebih dari lima tahun. Pengalaman beternak pada interval 5-15 tahun sebanyak persen, sedangkan peternak yang memiliki

55 39 pengalaman lebih dari 26 tahun hanya ada persen. Terbukti bahwa peternak sapi perah di Pondok Ranggon sudah berpengalaman dalam mengelola usaha peternakannya. Tabel 12. Pengalaman Beternak Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon pada Tahun 2013 No. Pengalaman Beternak (Tahun) Jumlah Persentase (%) > Jumlah Sumber : Data Primer Diolah (2013) 5.4. Karakteristik Usaha Peternak Sapi Perah Luas Lahan dan Luas Kandang Lahan adalah salah satu modal utama, karena merupakan tempat berlangsungnya kegiatan peternakan. Luas lahan terdiri dari luas kandang dan luas tempat tinggal peternak. Luas lahan yang dimiliki peternak beraneka ragam hal ini sesuai dengan modal awal yang dimiliki untuk membeli lahan. Kandang digunakan untuk memelihara dan merawat hewan ternak. Luas kandang ditentukan oleh besarnya jumlah sapi perah yang dimiliki. Semakin banyak sapi perah, maka semakin luas kandangnya. Luas kandang dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan sapi perah. Luas lahan dan luas kandang sapi perah di Pondok Ranggon disajikan pada Tabel 13 dan Tabel 14. Tabel 13. Luas Lahan Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun 2013 No. Luas Lahan (m 2 ) Jumlah (orang) Persentase (%) > Jumlah Sumber : Data Primer Diolah (2013) Tabel 14. Luas Kandang Sapi Perah di Pondok Ranggon Tahun 2013 Luas Kandang No. (m 2 ) Jumlah (orang) Persentase (%) > Jumlah Sumber : Data Primer Diolah (2013)

56 40 Tabel 13 menggambarkan penggunaan luas lahan oleh peternak sapi perah di Pondok Ranggon. Sebanyak persen peternak sapi perah memiliki luas lahan antara m 2, persen memiliki luas lahan sebesar m 2, dan ada persen peternak yang memiliki lahan lebih besar dari 2001 m 2. Tabel 14 menunjukkan bahwa peternak yang memiliki luas kandang pada interval m 2 ada persen, interval m 2 sebanyak persen, dan persen peternak memiliki kandang yang luasnya lebih dari 451 m 2. Luas kandang yang dimiliki masing-masing peternak beraneka ragam, karena jumlah sapi yang dimiliki beraneka ragam. Ada beberapa peternak memiliki kandang yang luas namun jumlah sapi nya tidak banyak. Hal ini dikarenakan peternak sudah menjual beberapa sapi nya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Jumlah Sapi Laktasi Susu yang dihasilkan dalam suatu peternakan sapi perah besarnya ditentukan oleh jumlah sapi yang sedang dalam masa laktasi. Masa laktasi adalah masa dimana sapi masih bisa menghasilkan susu untuk diperah. Sapi yang sedang dalam masa kering kandang tidak bisa diperah susunya. Sapi perah berada dalam masa kering kandang ketika sedang bunting 7 bulan. Jumlah sapi perah laktasi di Pondok Ranggon disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Jumlah Sapi Perah Laktasi di Pondok Ranggon Tahun 2013 No. Jumlah Sapi Laktasi Jumlah (orang) Persentase (%) 1. < > Jumlah Sumber : Data Primer Diolah (2013) Tabel 15 menunjukkan bahwa jumlah sapi perah laktasi yang dimiliki 15 peternak Pondok Ranggon kurang dari 20 ST. Sebanyak lima orang memiliki sapi perah laktasi pada interval ST, sedangkan peternak yang memiliki sapi perah laktasi lebih dari 50 ST ada empat orang. Jumlah sapi laktasi menentukan banyaknya produksi susu yang dihasilkan. Semakin banyak sapi laktasi yang dimiliki, maka semakin banyak pula susu yang diproduksi.

57 Jenis Usaha Jenis usaha ada dua yaitu usaha pokok dan sampingan. Usaha pokok adalah pekerjaan yang memberikan penghasilan utama bagi orang yang melakukannya. Usaha sampingan adalah pekerjaan tambahan di samping usaha pokok. Jenis usaha peternak sapi perah disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Jenis Usaha Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon pada Tahun 2013 No. Jenis Usaha Jumlah Persentase (%) 1. Usaha Pokok Usaha Sambilan Jumlah Sumber : Data Primer Diolah (2013) Berdasarkan Tabel 16 sebanyak persen peternak yang menjadikan usaha peternakan sapi perahnya sebagai usaha pokok. Satu orang responden menjadikan usaha peternakan sapi perah sebagai usaha sambilan. Tabel 14 menunjukkan bahwa mayoritas penghasilan utama responden adalah sebagai peternak sapi perah. Peternak yang menjadikan usaha peternakan sapi perah sebagai usaha utama memiliki usaha sampingan berupa guru dan pedagang Input dan Sistem Pembelian Input Input yang digunakan dalam memproduksi susu yaitu sapi laktasi, pakan, vitamin, dan tenaga kerja. Pakannya berupa hijauan, konsentrat, ampas tahu, dan ampas tempe. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga dan nonkeluarga. Penggunaan rata-rata input produksi usaha peternakan sapi perah Pondok Ranggon disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Penggunaan Input Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon Tahun 2013 No Input Jumlah Rata-Rata Harga Rata-Rata 1 Pakan Hijauan(Kg/ST/Hari) Pakan Konsentrat(Kg/ST/Hari) Pakan Ampas Tahu(Kg/ST/Hari) Pakan Ampas Tempe(Kg/ST/Hari) Vitamin (5ml/ST/Hari) Tenaga Kerja (Orang) Sumber: Data Primer Diolah (2014)

58 42 Tabel 17 menunujukkan proporsi penggunaan input per ST per hari di peternakan Pondok Ranggon. Jumlah penggunaan input per hari dapat menentukan besar kecilnya jumlah susu yang diproduksi per hari. Pemberian pakan dikombinasikan antara pakan hijauan, konsentrat, ampas tahu, dan ampas tempe. Vitamin berguna untuk menjaga kesehatan sapi perah. Peternak mencari pakan hijauan di kebun sekitar peternakan, tetapi ada juga peternak yang membeli karena stok rumput disekitar peternakan tidak mencukupi kebutuhan. Tenga kerja yang bertugas mencari rumput biasanya berangkat di pagi hari dan kembali pada sore hari, sedangkan rumput yang dibeli biasanya datang disiang hari. Ampas tahu dan ampas tempe dibeli peternak dari berbagai daerah, seperti Pondok Gede, Cibodas, Ceger, dan lain-lain. Sistem pembeliannya biasanya peternak memesan terlebih dulu ke pabrik tahu dan tempe, kemudian diantar ke peternakan dan pembayaran dilakukan setiap bulan. Pakan konsentrat sistem pembeliannya sama dengan ampas tahu dan ampas tempe. Jumlah ternaga kerja masing-masing peternak berbeda, karena sesuai dengan jumlah sapi yang dimiliki. Semakin banyak sapi yang dimiliki, maka semakin banyak tenaga kerja yang digunakan. Tugas tenaga kerja yaitu membersihkan sapi, membersihkan kandang, memerah susu, mencari pakan, dan memberi pakan. Dalam satu hari dilakukan dua kali pemerahan, namun setiap peternak memiliki waktu pemerahan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, jumlah jam kerja tenaga kerja dari setiap peternak berbeda-beda Output dan Sistem Penjualan Output Output yang dihasilkan dalam usaha peternakan sapi perah adalah susu. Susu yang dihasilkan di peternakan Pondok Ranggon rata-rata per hari nya secara keseluruhan liter/hari atau liter/st/hari. Susu-susu di peternakan Pondok Ranggon dijual ke beberapa tempat seperti loper, koperasi, konsumen, dan kelompok tani. Harga susu sapi di setiap tempat berbeda-beda per liternya, berkisar dari Rp Rata-rata jumlah penjualan susu dan harga susu disajikan pada Tabel 18.

59 43 Tabel 18. Jumlah Penjualan Susu dan Harga Susu di Peternakan Pondok Ranggon Tahun 2013 No. Pembeli Jumlah susu (liter) Harga susu (Rp/Liter) 1 Koperasi Konsumen Loper Kelompok Tani Sumber : Data Primer Diolah (2013) Tabel 18 menunjukkan bahwa susu di peternakan sapi perah Pondok Ranggon dijual ke loper, koperasi, konsumen, dan kelompok tani. Susu peternak dijual ke loper sebanyak liter/hari. Peternak lebih suka menjual ke loper, karena loper merupakan pembeli tetap dengan harga yang sudah ditetapkan. Para loper langsung datang ke peternak untuk mengambil susu dan biasanya pembayaran dilakukan secara bulanan. Apabila loper mengambil jumlah susu lebih sedikit, maka susu sisanya akan di jual ke konsumen, koperasi, atau kelompok tani. Tabel 18 menunjukkan jumlah susu yang dijual ke konsumen, koperasi, dan kelompok tani lebih sedikit daripada loper.koperasi dan kelompok tani melakukan sistem pembayaran secara bulanan, sedangkan konsumen langsung membayar ketika membeli, berarti sistem penjualan output di peternakan sapi perah tersebar dan bervariasi.

60 44

61 45 VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI, EFISIENSI PRODUKSI, DAN PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH 6.1. Faktor-Faktor Produksi Susu Sapi Perah Analisis faktor produksi susu menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usaha peternakan sapi perah. Analisis faktor produksi susu bertujuan agar peternak dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas sapi perah. Berikut ini akan dijelaskan hasil analisis faktor produksi peternakan sapi perah. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi susu sapi perah dianalisis berdasarkan fungsi Cobb-Douglas yang menunjukkan hubungan matematis antara produksi susu dengan faktor-faktor produksi yang digunakannya. Fungsi produksi usaha peternakan sapi perah didapatkan dengan memasukkan variabel independen yang diestimasi mempengaruhi produksi susu ke dalam persamaan regresi linear berganda. Pengolahan data menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan bantuan program Minitab 14. Hasil estimasi fungsi produksi usaha peternakan sapi perah disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Susu Sapi Perah di Peternakan Pondok Ranggon Tahun 2013 No. Variabel Koefisien Simpangan t-hit P VIF Baku 1. Konstanta Pakan Hijauan * 1.9 (Kg/ST/Hari) Pakan Konsentrat (Kg/ST/Hari) Pakan Ampas * Tahu (Kg/ST/Hari) Pakan Ampas Tempe (Kg/ST/Hari) 6. Tenaga Kerja * 1.6 (Orang) R -sq(adj) = R -sq = Sumber : Data Primer Diolah (2014) Keterangan : * Nyata pada taraf α = 0.10 DW = F hit = Prob (F hit ) = 0.000

62 46 Berdasarkan Tabel 19, maka fungsi produksi susu usaha peternakan sapi perah adalah sebagai berikut: Ln Y = Ln HIJ Ln KON Ln ATH Ln ATM LnTK... (7.1) Keterangan: Y = Produksi Susu (Liter/ST/Hari) HIJ = Pakan Hijauan (Kg/ST/Hari) KON = Pakan Konsentrat (Kg/ST/Hari) ATH = Pakan Ampas Tahu (Kg/ST/Hari) ATM = Pakan Ampas Tempe (Kg/ST/Hari) TK = Tenaga Kerja (Orang) Persamaan 7.1 menunjukkan bahwa semua tanda pada koefisien variabel independen dalam fungsi produksi usaha peternakan sapi perah sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Variabel jumlah pemberian pakan hijauan, pakan ampas tahu, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi susu, karena nilai probabilitasnya lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu α = Variabel jumlah pakan konsentrat dan pakan ampas tempe tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu karena nilai probalbilitasnya lebih besar dari taraf α = Keempat variabel independen berpengaruh positif, hal ini menunjukkan bahwa fungsi produksi usaha peternakan sapi perah memenuhi kriteria ekonomi. Berdasarkan Tabel 19, fungsi produksi memiliki R-sq (adj) sebesar artinya keragaman produksi usaha peternakan sapi perah dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen sebesar persen, sedangkan sisanya persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan. Hasil estimasi fungsi produksi usaha peternakan sapi perah diketahui bahwa P value untuk uji statistik-f yaitu lebih kecil dari taraf α = 0.10 (Tabel 18). Hal ini berarti seluruh variabel independen secara bersama-sama mampu menjelaskan produksi susu pada selang kepercayaan 90 Persen. Suatu fungsi harus memenuhi kriteria ekonometrika yang meliputi pengujian asumsi-asumsi dasar dengan melihat masalah multikolinearitas, kenormalan, dan heterokedastisitas. Uji ekonometrika yang digunakan untuk melihat pelanggaran asumsi dalam model adalah sebagai berikut:

63 47 1. Uji Multikolonearitas Uji multikolinearitas untuk memastikan tidak adanya hubungan linear antar variabel independen. Uji multikolinearitas dalam fungsi produksi usaha peternakan sapi perah dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel independen. Jika nilai VIF kurang dari sepuluh, maka variabel independen tersebut tidak mengalami masalah multikolinearitas, sedangkan jika nilai VIF lebih dari sepuluh maka variabel independen tersebut mengalami masalah multikolinearitas. Berdasarkan Tabel 18, nilai VIF semua variabel independen kurang dari sepuluh yaitu 1.9 (pakan hijauan), 1.1 (pakan konsentrat), 3.0 (pakan ampas tahu), 2.0 (pakan ampas tempe), dan 1.6 (tenaga kerja). Hal ini menunjukkan bahwa antara variabel pakan hijauan, pakan konsentrat, pakan ampas tahu, dan tenaga kerja tidak mengalami masalah mulitikolinearitas. 2. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan uji normal P-plot. Melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Gambar Normal Probability Plot of The Residuals disajikan pada Lampiran 9. Titik-titik data pada gambar menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 3. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan software minitab. Melihat penyebaran data (titik) pada sumbu horizontal pada gambar Residuals Versus the Fitted Values (Lampiran 10). Titik-titik (data) pada gambar menyebar diatas dan dibawah garis tanpa membentuk suatu plot tertentu, maka model regresi tidak mengalami masalah heterokedastisitas Pakan Hijauan Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan elastisitas faktor produksi pakan hijauan sebesar Hal ini berarti bahwa penambahan satu satuan jumlah pakan hijauan akan meningkatkan produksi susu sebesar dengan faktor lain dianggap tetap. Nilai koefisien pemberian pakan hijauan sebesar menunjukkan elastisitas (0 < EP < 1), terlihat bahwa

64 48 pemberian pakan hijauan berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan hijauan dengan jumlah tertentu dapat tercapai output maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.10 pemberian pakan hijauan berpengaruh nyata terhadap terhadap produksi susu di peternakan sapi perah Pakan Konsentrat Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan elastisitas faktor produksi pakan konsentrat sebesar Artinya penambahan satu satuan jumlah pakan konsentrat akan meningkatkan produksi susu sebesar dengan faktor lain dianggap tetap. Nilai koefisien pemberian pakan konsentrat sebesar menunjukkan elastisitas (0 < EP < 1), terlihat bahwa pemberian pakan konsentrat berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan konsentrat dengan jumlah tertentu dapat tercapai output maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.10 pemberian pakan konsentrat tidak berpengaruh nyata terhadap terhadap produksi susu di peternakan sapi perah Pakan Ampas Tahu Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan elastisitas faktor produksi pakan ampas tahu sebesar Artinya setiap penambahan satu satuan jumlah pakan ampas tahu akan meningkatkan produksi sebesar dengan faktor lain dianggap tetap (cateris paribus). Koefisien pakan ampas tahu menunjukkan elastisitas (0 < EP < 1), terlihat bahwa pemberian pakan ampas tahu pada jumlah tertentu dapat mencapai output optimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.10 pemberian pakan ampas tahu berpengaruh nyata terhadap produksi susu Pakan Ampas Tempe Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan elastisitas faktor produksi pakan ampas tempe sebesar Artinya setiap penambahan satu satuan jumlah pakan ampas tempe akan meningkatkan produksi sebesar

65 dengan faktor lain dianggap tetap (cateris paribus). Koefisien pakan ampas tempe menunjukkan elastisitas (0 < EP < 1), terlihat bahwa ampas ampas tempe menunjukkan elastisitas (0 < EP < 1), terlihat bahwa pemberian pakan ampas tempe pada jumlah tertentu dapat mencapai output optimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.10 pemberian pakan ampas tempe tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu Tenaga Kerja Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan elastisitas sebesar , artinya setiap penambahan satu satuan jumlah tenaga kerja akan meningkatkan produksi susu sebesar dengan faktor lain dianggap tetap. Koefisien tenaga kerja menunjukkan elastisitas (0 < EP <1), terlihat bahwa penggunaan tenaga kerja berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan tenaga kerja pada tingkat tertentu dapat tercapai output maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.10 penggunaan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi susu di peternakan sapi perah Analisis Efisiensi Produksi Susu Sapi Perah Tingkat efisiensi input ditunjukkan oleh besarnya perbandingan Nilai Produk Marginal (NPM) dengan harga input (BKM). Efisien dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input sekecil-kecilnya untuk memperoleh output yang maksimal atau dengan kata lain NPM suatu input X tersebut sama dengan harga input X itu sendiri (NPM = BKM), tetapi dalam kenyataan NPMx/BKM tidak selalu sama dengan satu, yang sering terjadi adalah lebih besar dari 1 atau lebih kecil dari 1. Apabila lebih besar dari 1 dapat diartikan bahwa penggunaan faktor produksi X belum efisien, sedangkan apabila lebih kecil dari 1 maka dapat diartikan bahwa penggunaan faktor produksi X tidak efisien (Soekartawi, 1995). Tingkat efisiensi di peternakan Pondok Ranggon disajikan pada Tabel 20 dan Lampiran 10. Data pada Tabel 20 menunjukkan bahwa produksi susu rata-rata sebesar liter per ST per hari dan harga susu adalah Rp per liter. Penggunaan faktor-faktor produksi dalam usaha peternakan sapi perah belum mencapai kondisi optimal. Rasio NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Pakan

66 50 hijauan dan ampas tahu memiliki nilai rasio NPM-BKM lebih dari satu, sedangkan pakan konsentrat, ampas tempe, dan tenaga kerja memiliki nilai rasio kurang dari satu. Tabel 20. Efisiensi Produksi Susu Sapi Perah di Peternakan Pondok Ranggon Tahun 2013 Faktor Produksi Input rata-rata Koefisien NPM BKM NPM/ BKM Pakan Hijauan (Kg/ST/Hari) Pakan Konsentrat (Kg/ST/Hari) Pakan Ampas Tahu (Kg/ST/Hari) Pakan Ampas Tempe (Kg/ST/Hari) Tenga Kerja (Orang) Produksi Susu (Liter/ST/hari) Harga produksi susu (Rp/Liter) Sumber : Data Primer Diolah (2014) Rasio NPM-BKM dari pakan hijauan adalah 1.461, artinya jumlah penggunaan pakan hijauan perlu ditambah agar tercapai efisiensi. NPM pakan hijauan sebesar Berarti bahwa setiap penambahan satu kg pakan hijauan akan meningkatkan pendapatan peternak sebesa Rp dengan biaya tambahan sebesar Rp Rasio NPM-BKM dari pakan konsentrat adalah 0.167, artinya jumlah penggunaan pakan konsentrat perlu dikurangi agar tercapai efisiensi. NPM pakan konsentrat sebesar Berarti setiap penambahan satu kg pakan konsentrat akan meningkatkan pendapatan peternak sebesar Rp dengan biaya tambahan sebesar Rp Rasio NPM-BKM dari pakan ampas tahu adalah 3.792, artinya jumlah penggunaan pakan ampas tahu perlu ditambah agar tercapai efisiensi. NPM pakan ampas tahu sebesar Berarti bahwa setiap penambahan satu kg pakan ampas tahu akan meningkatkan pendapatan peternak sebesar Rp dengan biaya tambahan sebesar Rp

67 51 Rasio NPM-BKM dari pakan ampas tempe adalah 0.190, artinya jumlah penggunaan pakan ampas tempe perlu dikurangi agar tercapai efisiensi. NPM pakan ampas tempe sebesar Berarti bahwa setiap penambahan satu kg pakan ampas tempe akan meningkatkan pendapatan peternak sebesar Rp dengan biaya tambahan sebesar Rp Nilai Produk Marjinal untuk penggunaan tenaga kerja sebesar Berarti bahwa setiap tambahan satu orang tenaga kerja hanya akan meningkatkan pendapatan peternak sebesar Rp dengan biaya tambahan sebesar Rp Rasio NPM-BKM dari penggunaan tenaga kerja sebesar artinya untuk mencapai efisiensi perlu mengurangi jumlah tenaga kerja. Nilai NPM-BKM harus sama dengan satu agar tercapai efisiensi. Nilai NPM-BKM kurang dari satu perlu adanya pengurangan dalam penggunaan faktor produksi, sedangkan jika NPM-BKM lebih besar dari satu, maka perlu adanya penambahan dalam penggunaan faktor produksi tersebut. Guna mencapai penggunaan faktor produksi pada tingkat optimal, maka dibutuhkan kombinasi optimal dalam penggunaan faktor produksi. Penggunaan faktor produksi dalam tingkat optimal disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Input Produksi Optimal di Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon Tahun 2013 Faktor Produksi Input rata-rata Input Optimal Pakan Hijauan (Kg/ST/Hari) Pakan Konsentrat (Kg/ST/Hari) Pakan Ampas Tahu (Kg/ST/Hari) Pakan Ampas Tempe (Kg/ST/Hari) Tenga Kerja (Orang) Sumber: Data Primer Diolah (2014) Tabel 21 menunjukkan penggunaan faktor-faktor produksi dengan input optimal. Kondisi efisiensi penggunaan pakan hijauan perlu ditingkatkan dari kg per ST per hari menjadi kg per ST per hari. Berdasarkan metode perhitungan pakan oleh Sutardi (1981), jumlah pemberian pakan hijauan untuk sapi perah sebanyak kg per ST per hari. Ketersediaan pakan hijauan di peternakan Pondok Ranggon terbatas, sehingga jumlah pakan yang digunakan dan pakan optimal kurang dari standar pakan berdasarkan metode perhitungan Sutardi (1981).

68 52 Penggunaan pakan ampas tahu di peternakan Pondok Ranggon perlu ditingkatkan dari kg per ST per hari menjadi kg per ST per hari. Berdasarkan metode perhitungan pakan, jumlah pemberian pakan ampas tahu untuk sapi perah sebanyak kg per ST per hari. Jumlah pakan ampas tahu berdasarkan hasil analisis efisiensi kurang dari standar pakan yang diberikan sesuai metode perhitungan pakan. Hal ini karena peternak sapi perah di Pondok Ranggon juga memberikan pakan tambahan lainnya. Penggunaan pakan konsentrat dan ampas tempe lebih kecil dari pakan lainnya, namun untuk mencapai tingkat efisiensi jumlah penggunaannya harus dikurangi sampai input optimal. Jumlah optimal pakan konsentrat dan ampas tempe sebesar kg per ST per hari dan kg per ST per hari. Berdasarkan metode perhitungan pakan, jumlah penggunaan pakan konsentrat dan ampas tempe sebanyak kg per ST per hari. Di peternakan Pondok Ranggon pakan konsentrat dan ampas tempe merupakan pakan pendamping yang tidak digunakan oleh semua peternak sapi perah. Oleh karena itu, jumlah penggunaan pakan konsentrat dan ampas tempe lebih kecil dari ampas tahu. Jumlah penggunaan pakan hijauan, ampas tempe, konsentrat, dan ampas tahu masih rendah, sehingga produksi susu juga rendah. Di peternakan Pondok Ranggon waktu kerja ditiap peternaknya sama, namun upahnya berbeda-beda. Setiap tenaga kerja memiliki jenis pekerjaan yang berbeda, tetapi waktu kerja nya sama. Jumlah tenaga kerja yang digunakan perlu dikurangi dari 5 orang menjadi 1 orang agar tercapai tingkat efisiensi. Berdasarkan hasil analisis dengan kombinasi input-input optimal pada fungsi persamaan Cobb-Douglas didapatkan produksi susu optimal (Y optimal) sebesar liter per ST per hari dan diperoleh keuntungan sebesar Rp per hari. Nilai efisiensi masing-masing faktor produksi dalam peternakan sapi perah di Pondok Ranggon tidak ada yang sama dengan satu, sehingga penggunaan faktor-faktor produksi belum efisien Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah Pendapatan peternak merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan dalam proses kegiatan usaha. Sumber penerimaan usaha

69 53 peternak per hari terdiri dari penjualan susu ke koperasi, konsemen, loper, dan kelompok tani. Penerimaan peternak dalam satu tahun ditambah dengan penjualan ternak yang sudah afkir, pedet, dan jantan. Biaya tunai dalam peternak terdiri dari pembelian pakan, biaya kesehatan, upah tenaga kerja, biaya transportasi, biaya listrik, biaya limbah, dan biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Biaya yang diperhitungkan dalam peternakan sapi perah Pondok ranggon terdiri dari sewa lahan, upah tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya penyusutan alat. Alat-alat yang diperhitungkan dalam biaya penyusutan adalah alat-alat yang digunakan dalam peternakan, seperti ember plastik, ember stainless, milk can, literan, gayung, arit, golok, cangkul, skop, dan tambang. Rata-rata pendapatan usaha peternak sapi perah per hari disajikan pada Tabel 22 dan lengkapnya disajikan pada Lampiran 11. Tabel 22. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah di Pondok Ranggon per Hari Tahun 2013 No. Uraian Usaha Peternakan Sapi Perah 1 Penerimaan Total biaya tunai Total biaya diperhitungkan Biaya total (2+3) Pendapatan atas biaya tunai (1-2) Pendapatan atas biaya total (1-4) R/C ratio atas biaya tunai (1/2) R/C ratio atas biaya total (1/4) Sumber : Data Primer Diolah (2014) Pada Tabel 22, penerimaan peternak per hari sebesar Rp , sedangkan pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp Nilai R/C ratio atas total biaya tunai sebesar menunjukkan nilai yang lebih dari satu atau secara finansial usaha peternakan sapi perah menguntungkan, sedangkan nilai R/C ratio atas biaya total yaitu sebsear menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu atau secara ekonomi usaha peternakan sapi perah menguntungkan. Usaha peternakan sapi perah menguntungkan karena harga jual susu sapi perah cukup besar per liternya.

70 54

71 55 VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan 1. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi susu pada taraf nyata α = 0.10 adalah pakan hijauan, ampas tahu, dan tenaga kerja. 2. Penggunaan pakan hijauan, pakan ampas tahu, dan tenaga kerja di peternakan sapi perah Pondok Ranggon belum efisien. 3. Pendapatan usaha peternakan sapi perah atas biaya total menunjukkan bahwa usaha peternakan susu sapi perah Pondok Ranggon menguntungkan Saran 1. Guna meningkatkan produksi susu di peternakan Pondok Ranggon sebaikanya peternak meningkatkan pemberian pakan ampas tahu sebagai pakan tambahan selain hijauan kepada sapi perah, karena berdasarkan analisis faktor produksi input tersebut berpengaruh nyata terhadap produksi susu. 2. Guna mencapai tingkat efisiensi dalam penggunaan input sebaiknya peternak menambah penggunaan pakan hijauan dan ampas tahu, dan mengurangi jumlah tenaga kerja, karena berdasarkan analisis tingkat efisiensi ketiga input belum mencapai titik efisien. 3. Guna memenuhi kebutuhan pakan sapi perah, pemerintah daerah perlu merelokasi lokasi peternakan ke tempat yang lebih layak dari segi ketersediaan pakan dan kondisi lingkungannya. 4. Guna mengetahui potensi perkembangan usaha peternakan sapi perah, perlu adanya penelitian lanjutan mengenai analisis daya saing usaha peternakan sapi perah di DKI Jakarta.

72 56

73 57 DAFTAR PUSTAKA Aisyah, S Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Economics Development Analysis Journal, 1(1): Astuti, M., R. Widyawati, dan Y. Y. Suranindyah Efisiensi Produksi Usaha Sapi Perah Rakyat (Studi Kasus pada Anggota Koperasi Usaha Peternakan dan Pemerahan Sapi Perah, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta). Buletin Peternakan, 34(1): Badan Pusat Statistik. 2011a. Produk Domestik Bruto Indonesia. BPS, Jakarta. 2011b. Statistik Penduduk DKI Jakarta. BPS, Jakarta. Debertin, D.L Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing Company, New York. Direktorat Jenderal Peternakan. 2012a. Produksi Susu Sapi di Indonesia Tahun Departemen Pertanian, Jakarta b. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan Edisi Departemen Pertanian, Jakarta Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Susu Sapi Perah di Indonesia Tahun Departemen Pertanian, Jakarta. Daniel, M Pengantar Eonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Doll, J.P. dan F. Orazem Production Economics Theory With Applications. John Willey and Sons, Inc., New York. Firman, A Satuan Ternak (ST). diakses pada tanggal 17 April 2014 Gujarati, D Dasar-Dasar Ekonometrika. Edisi Ketiga. Terjemahan. Erlangga, Jakarta. Heryatno Analisis Pendapatan dan faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah di Tingkat Peternak (Kasus Anggota Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat). Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lipsey, R. G., P. N. Courant, and C. T. S. Ragan Economics. Twelfth Edition. Adision-Wesley Publishing Company, Inc., New York.

74 58 Mashud, N., I. Maskoro, dan R. T. P. Hutapea Keragaan Usahatani dan Analisis Finansial Kelapa Kopyor di Indonesia. Buletin Penelitian Hortikultura, 33(3): Mandaka, S. dan M. P. Hutagaol Analisis Keuntungan, Efisiensi Ekonomi dan Kemungkinan Skema Kredit Bagi Pengembangan Skala Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor. Jurnal Agro Ekonomi, 23(2): Muzdalifah Analisis Produksi dan Efisiensi Usahatani Padi di Kabupaten Banjar. Jurnal Agribisnis Pedesaan, 4(1): Nicholson, W Teori Ekonomi Mikro: Prinsip Dasar dan Pengembangannya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Puspito Efisiensi Usaha Peternakan Sapi Perah Masa Laktasi (Studi Kasus di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah). Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang. Putra, A. R Kondisi teknis peternakan Sapi Perah Rakyat di Kelurahan Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rahim, A. dan D. R. D. Hastuti Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta. Ramadhani, Y Analisis efisiensi, skala dan elastisitas produksi dengan pendekatan Cobb-Douglas dan regresi berganda. Jurnal Teknologi, 4(1) : Sajarwo, G Kebutuhan Susu Dalam Negeri Masih Impor. regional.kompas.com. diakses pada tanggal 22 Januari Soekartawi Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. CV Rajawali, Jakarta Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. CV Rajawali, Jakarta.

75 59 Suharjo, A. dan D. Patong Sendi-sendi Pokok Ilmu Usaha Tani. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suharno, B. dan Nazaruddin Ternak Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta. Sutardi, T Sapi Perah dan Pemberian Pakannya. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Vidiayanti, A Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus Kawasan Usaha Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Cibangbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Widodo, A.Y Karajteristik dan Analisis Keuntungan Usaha Ternak Sapi Perah DKI Jakarta (Studi Kasus di Wilayah Kelurahan pondok Ranggon, Jakarta Timur). Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yotopoulus, P.A. and J.B. Nugent Economics of Development Emperical Investigations. Harper International Edition, New York. Yulistiani, D., M. M. Isbandi, B. Setiadi, dan Subandriyo Tata laksana pemberian pakan dan tingkat kematian anak prasapih pada domba di Desa Pasiripis, kabupaten Majalengka dan Desa Tegalsari, kabupaten Purwakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Yunus, R Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

76 60

77 LAMPIRAN 61

78 62 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian di Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAHDI KELURAHAN PONDOK RANGGON, KECAMATAN CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR Oleh Nur Aisyah (H ) Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Tanggal Wawancara No. Sampel A. Identitas Sampel 1. Nama Responden : 2. Umur Responden : Tahun 3. Alamat : 4. Pendidikan formal* : a. SD b. SMP c. SMA d. PT *) T : Tamat BT : Belum Tamat TT : Tidak Tamat 5. Pendidikan non formal yang terkait dengan pertanian : No. Jenis Pendidikan Lama (bulan) 6. Jumlah tanggungan keluarga : a. Istri : orang b. Anak : orang c. Lain-lainnya : orang 7. Pekerjaan : a. Pokok : b. Sambilan : B. Karakteristik Peternak

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan output dengan berbagai kombinasi input dan teknologi terbaik yang tersedia (Nicholson,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu alur pemikiran yang bersifat teoritis dengan mengacu kepada teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Menurut Arikunto (2010: 161) objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Hal ini karena objek penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Produksi Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan berbagai input yang ada guna menghasilkan output tertentu. Produksi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Ayam Pedaging BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Produksi Produksi merupakan sebuah proses menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kegiatan produksi bertujuan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dede Upit, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dede Upit, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan salah satu komoditi utama subsektor peternakan. Dengan adanya komoditi di subsektor peternakan dapat membantu memenuhi pemenuhan kebutuhan protein

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KECAMATAN CEPOGO

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KECAMATAN CEPOGO digilib.uns.ac.id 1 ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KECAMATAN CEPOGO Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 26 A. Metode Penelitian 1. Sasaran Penelitian BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Sasaran penelitian adalah para petani berstatus pemilik maupun penyewa yang mengusahakan tanaman padi semi organik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN, FAKTOR PRODUKTIVITAS DAN MANAJEMEN USAHA SAPI PERAH KUD GIRI TANI KABUPATEN BOGOR NI MADE DEWI ADNYAWATI

ANALISIS PENDAPATAN, FAKTOR PRODUKTIVITAS DAN MANAJEMEN USAHA SAPI PERAH KUD GIRI TANI KABUPATEN BOGOR NI MADE DEWI ADNYAWATI ANALISIS PENDAPATAN, FAKTOR PRODUKTIVITAS DAN MANAJEMEN USAHA SAPI PERAH KUD GIRI TANI KABUPATEN BOGOR NI MADE DEWI ADNYAWATI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Produksi Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to produce yang artinya menghasilkan. Produksi adalah proses dimana input diubah menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

EFISIENSI EKONOMI USAHA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI EKONOMI USAHA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR EFISIENSI EKONOMI USAHA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR (ECONOMIC EFFICIENCY OF DAIRY CATTLE FARMING IN LIVESTOCK BUSINESS AREA PAMIJAHAN DISTRIC, BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Budidaya Padi Konvensional Menurut Muhajir dan Nazaruddin (2003) Sistem budidaya padi secara konvensional di dahului dengan pengolahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja.

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja. 1.1. Latar Belakang Penelitian I. PENDAHULUAN Usaha perunggasan di Indonesia telah menjadi sebuah industri yang memiliki komponen lengkap dari sektor hulu sampai ke hilir. Perkembangan usaha tersebut memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dikerjakan oleh konsumen terdapat komoditi itu. Iswandono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dikerjakan oleh konsumen terdapat komoditi itu. Iswandono BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Produksi Produksi diartikan sebagai atau penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

Modul 5. Teori Perilaku Produsen Modul 5. Teori Perilaku Produsen A. Deskripsi Modul Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: berapa output yang harus

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Upsus Pajale Peraturan Kementerian Pertanian Republik Indonesia nomor 03/Permentan/0T.140/2/2015 tentang pedoman upaya khusus (Upsus) peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori menguraikan teori-teori yang mendukung penelitian ini. Adapun teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini adalah teori pendapatan dan teori

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Aktivitas usahatani sangat terkait dengan kegiatan produksi yang dilakukan petani, yaitu kegiatan memanfaatkan sejumlah faktor produksi yang dimiliki petani dengan jumlah yang terbatas.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis LPG bagi pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah bahan bakar utama dalam proses produksinya. Kerangka pemikiran

Lebih terperinci

. II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai

. II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai . II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang analisis produksi sehingga akan sangat membantu dalam mencermati masalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Produksi Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam 9 II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Usahaternak Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH Dalam suatu kegiatan usaha ekonomi mempunyai tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Dalam usahaternak sapi perah salah satu usaha untuk memperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

KAJIAN EKONOMI USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO 71 Buana Sains Vol 11 No 1: 71-76, 2011 KAJIAN EKONOMI USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO Ana Arifatus Sa diyah dan Rikawanto Eko Muljawan PS. Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Faktor Produksi, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

Faktor Produksi, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada Faktor Produksi, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi PRODUKSI Menurut Ilmu Ekonomi : produksi adalah kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan/manfaat suatu barang.

Lebih terperinci

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO J. Agroland 17 (3) :233-240, Desember 2010 ISSN : 0854 641 EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO Production Factor Efficiency and Income

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN

ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN (Studi Kasus : Kota Tanjung Balai) Debbie Febrina Manurung, * Thomson Sebayang ** Dan Hasman Hasyim ** *) Alumni Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bagian ini menjelaskan mengenai teori-teori ekonomi yang menjadi landasan pemikiran sebagai pendekatan untuk menganalisis dan menjelaskan rumusan masalah dari

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT Rina Karuniawati 1) dan Anna Fariyanti 2)

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis adalah suatu alur berpikir yang digunakan oleh penulis berdasarkan teori maupun konsep yang telah ada sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Usaha Budidaya Udang Usaha budidaya udang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak atau petani ikan dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN digilib.uns.ac.id ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CAISIM (Brassica chinensis L.) Abstract PENDAHULUAN

PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CAISIM (Brassica chinensis L.) Abstract PENDAHULUAN PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CAISIM (Brassica chinensis L.) Muzalifah, Nana Danapriatna, Is Zunaini Nursinah Abstract This study aims to determine the factors that affect the amount of production

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Menurut Schroeder (1999), Pappas (1995), Joesran dan Fathorrozi (2003) dan Putong (2002) dalam Herawati (2008) produksi adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ADITYA HADIWIJOYO.

Lebih terperinci