Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1 BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN Memanfaatkan limbah atau barang bekas dan dijadikan sebuah produk desain adalah cara inovatif guna menjaga lingkungan dan mengurangi volume barang bekas dengan memanfaatkan bentuk material yang sudah ada, dengan sebuah strategi desain penulis merubah dari fungsi utama limbah menjadi segi manfaatannya. Biasanya limbah yang bermaterial besi atau tembaga, bekas kendaraan bermotor dimanfaatkan dengan cara menjualnya yaitu dengan cara hitungan perkilogramnya, dari penjualan barang rongsok tersebut hanya dihargai Rp ,-/Kg. dengan keadaan ini perancang membuat suatu terobosan yang dapat meningkatkan nilai jual barang rongsok kendaraan bermotor dan sebagainya dengan membuat suatu karya desain yang dapat digunakan untuk menunjang keperluan sehari-hari, khususnya pada bagian interior rumah. Dampak yang dihasilkan dari produk ini akan sangat bermanfaat karena merubah suatu limbah atau barang bekas menjadi produk perlengkapan rumah yang ramah lingkungan. Gambar : 4.1 Tempat Pengepulan Besi (Sumber : ) 28

2 B. TATARAN SISTEM Bentuk sebuah ruang dirancang sesuai dengan sebuah sistem nilai yang berlaku, sehingga aplikasinya dapat terwujud pada perancangan yang memenuhi aktifitas gerak dalam ruang, pemilihan furniture dan pengaturan ruang haruslah menyesuaikan kebutuhan pemakai, antara lain dengan tujuan meningkatkan produktifitas, kreatifitas, interaksi dan spontanitas manusia yang beraktifitas didalam ruang tersebut. Seperti kegunaan lampu dalam hal penerangan diruang sekitar, lampu merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sistem elektrik suatu bangunan, mengubah suatu energi listrik menjadi pencahayaan yang menerangi ruang didalamnya. Fungsi lampu tidak hanya untuk penerangan dalam hal aktifitas didalam ruang melainkan juga dapat memperindah suatu ruang dengan bentuk-bentuk tempat lampu yang memiliki nilai lebih dari segi estetikanya. Tetapi bukan hanya melihat dari segi estetika saja, melainkan juga bisa dilihat dari sistem kerja produk itu tersebut, misalkan pencegahan terhadap terputusnya aliran listrik dari PLN yang sewaktu-waktu dapat terjadi sehingga mengakibatkan tidak adanya energi listrik yang mengalir kelampu, dengan kata lain lampu tidak dapat menyala. Dari permasalahan ini perancang membuat suatu bentuk tempat lampu untuk menunjang lampu-lampu yang sudah menggunakan adaptor USB yang sudah ada. 29

3 1. Tahapan pembuatan lampu. 1.1 Lampu Belajar Produk lampu belajar dibuat dengan bentuk menyerupai robot, lampu tersebut dapat dilipat atau dibentuk sesuai dengan cara kerja pada suatu lipatan. Berikut adalah beberapa tahapan dalam pembuatan lampu belajar. a. Sketsa awal pembuatan lampu belajar: Gambar: 4.2 Sketsa Lampu Belajar Sebelum masuk tahap produksi, perancang melakukan tahap sketsa terlebih dahulu, sehingga menentukan bentuk dari produk yang akan dibuat. 30

4 b. Proses pemilihan ukuran Gambar: 4.3 Penyesuaian Ukuran Stang Seher Proses pemilihan material dalam menentukan ukuran yang sama dalam membuat lampu belajar ini. c. Proses penggerindaan Gambar: 4.4 Penggerindaan Bagian Lampu Belajar Pada tahap ini semua material yang akan digunakan terlebih dahulu dibuat penempatan baut pengunci pada bagian tengahnya, dengan menggunakan mesin gerinda tangan. 31

5 d. Proses penyatuan material Gambar: 4.5 Pengelasan bagian lampu belajar Penyatuan material dengan teknik pengelasan, sehingga mur baut dapat menempel dibagian stang seher tujuannya untuk sistem penguncian. e. Tahap pengecatan Gambar: 4.6 Pengecatan Produk Pengecatan pada bagian lampu belajar, proses pengecatan ini terlebih dahulu dipisah menjadi beberapa bagian, sehingga memudahkan dalam pengecatan. 32

6 f. Proses perakitan Gambar : 4.7 Lampu Belajar Saat Lepas (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Gambar : 4.8 Bentuk Beberapa Pose (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Lampu belajar ini bisa dibentuk menjadi beberapa pose, seperti bentuk manusia maupun hewan. 33

7 g. Cara kerja lampu Gambar: 4.9 Cara Kerja Lampu Belajar Lampu belajar ini menggunakan dua jenis energi, pertama energi listrik langsung dan yang kedua energi penyimpan seperti power bank. Lampu belajar ini tidak terdapat tombol on off nya, jadi penggunaan langsung ke aliran energi listrik maupun power bank. 1.2 Lampu Tidur Lampu tidur ini menggunakan sistem lipat cara penggunaannya sama seperti lampu belajar pada dasarnya. Tetapi lampu tidur ini membentuk memanjang ke atas. 34

8 a. Sketsa awal pada lampu tidur Sketsa awal Gambar: 4.10 Sketsa Kap Lamput Tidur berbentuk kap lampu tidur pada umumnya, tetapi pada aslinya kap lampu tidur membentuk melingkar dengan susuan ring sehingga terbentuk sebuah lingkaran ring. b. Pembuatan kap lampu dengan mencetak palaron 6 Gambar: 4.11 Penempelan Ring Pada Palaron 35

9 Kap lampu tidur terlebih dahulu dicetak dengan paralon 6, cara menempelkan ring ke paralon adalah dengan cara melapisi paralon dengan lem kaca, sehingga proses pengelasan menjadi lebih mudah c. Proses pengelasan kap lampu Gambar: 4.12 Pengelasan Kap Lampu Tidur Proses pengelasan ini dilakukan untuk menyatukan ring sehingga membentuk sebuah lingkaran, yang nantinya akan digunakan untuk kap lampu tidur. Dari semua proses produksi, tingkat kesulitan yang paling memakan waktu banyak adalah peroses pembuatan kap lampu tidur ini, karena mula dari tahap cetak pada bagian kapnya, sampai masuk ketahap pengelasan dilakukan satu-satu, tidak bisa dilakukan secara bersamaan. 36

10 d. Perakitan Bagian Lampu Gambar: 4.13 Perakitan Lampu Tidur Sebelum masuk ketahap pembentukkan, perancang terlebih dahulu mencoba menyusun tumpukkan stang seher ini, dengan tujuan melancarkan pergerakkan pada bosh pen. e. Tahap pengecatan Gambar: 4.14 Pengecatan Pada Lampu Tidur Pada proses pengecatan, produk yang dibuat hanya menggunakan tiga warna, diantaranya warna hitam doff dan warna campuran, yang menjadi warna tembaga. 37

11 f. Proses lipatan pada lampu tidur Gambar : 4.15 Lipatan Pertama (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Cara kerja sistem melipat tahap awal, digunakan pada setiap lampu yang menggunkan sistem lipat. Gambar : 4.16 Lipatan Kedua (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Cara kerja sistem melipat tahap kedua, proses ini digunakan untuk meninggikan atau memendekkan suatu tempat lampu, tahapan kedua ini merupakan tahapan yang memiliki keseimbangan sempurna, karena terletak dibagian tengah dari ketinggian stang seher. 38

12 Gambar : 4.17 Lipatan Ketiga (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Dari keseluruhan sistem kerja menggunakan sistem lipat, dari semua lampu yang menggunakan bosh pen dan stang seher. g. Proses akhir Gambar: 4.18 Lampu Tidur Saat dilipat Lampu tidur ini menggunakan sistem lipatan tahap kedua, memiliki keseimbangan yang sempurna, lampu tidur ini memiliki tiga tahapan dalam melipatnya. 39

13 Gambar: 4.19 Lampu Tidur Saat Dipanjangkan (Sumber: Marzuki MUnandar, 2015) Lampu tidur dengan sistem lipatan tahap akhir, yaitu tahap tiga tahap tiga ini tidak terlalu memiliki keseimbangan yang baik, tetapi jika pada sistem penguncian dikunci dengan benar maka tidak akan jatuh, karena pada bagian bawah terdapat sebuah pijakan yang menyilang. h. Cara kerja Lampu Gambar: 4.20 Cara Kerja Pada Lampu Tidur (Sumber: Marzuki Munandar,2015) Pada bagian kap atas terdapat tombol on off pada lampu, sedangkan bagian kedua proses cara untuk memanjangkan lampu tidur tersebut. 40

14 1.3 Lampu Sorot a. Sketsa lampu sorot Gambar : 4.21 Lampu Sketsa Lampu Sorot (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Sketsa awal pada lampu sorot, pada sketsa awal, bentuk lampu sorot berbentuk memanjang yang pada bagian atasnya memiliki ukuran yang lebih kecil dari bagian bawahnya. b. Proses penggerindaan Gambar: 4.22 Pemotongan Material Lampu Sorot Seperti lampu-lampu yang lain, proses penggerindaan dilakukan untuk membelah bagian pada stang seher, tujuannya untuk penempatan pada baut yang sebagai pengunci dari semua bentuk lampu. 41

15 c. Pengelasan pada lampu sorot Gambar: 4.23 Penyambungan Material Proses pengelasan pada lampu sorot, proses awal sama seperti lampu-lampu sesudahnya. d. Hasil akhir lampu sorot Gambar : 4.24 Lampu Sorot (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Lampu sorot dengan sistem lipatan mencapai tiga lipatan maksimal, minimalnya hanya menggunakan satu lipatan. Lampu ini berfungsi untuk menerangi bagian-bagian yang membutuhkan penerangan, misalkan foto, lukisan dan lain-lain. 42

16 e. Cara kerja lampu Gambar: 4.25 Cara Kerja Pada Lampu Sorot Penggunaan lampu sorot ini terbilang mudah, caranya adalah dengan menggunakan baut skrup untuk menempelkan bagian lampu ke dinding rumah yang membutuhkan pencahayaan lebih dengan lampu sorot. 1.4 Lampu Dinding Sistem kerja lampu dinding ini adalah dengan menempel di dinding rumah. Dengan menggunakan baut skrup untuk perekatnya, lampu ini memiliki lima lampu yang berbentuk seperti kipas. a. Sketsa lampu dinding Gambar : 4.26 Sketsa Lampu Dinding (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 43

17 Sketsa awal dari lampu dinding, lampu dinding ini memiliki ukuran yang sama pada setiap sisi kanan kirinya, dengan menyerupai seperti kipas yang sedang membuka. b. Tahap pengelasan Gambar: 4.27 Pengelasan Lampu Dinding Proses pengelasan pada bagian sisi bawah lampu dinding, karena lampu dinding ini menggunakan sistem las mati, atau bisa disebut lampu yang tidak menggunakan sistem lipat. c. Proses pemotongan mika Gambar: 4.28 Pembentukkan Bulatan Pada Mika 44

18 Pemotongan pada mika lampu menggunakan gergaji mesin, dengan menggunakan ini hasil dari pemotongan menghasilkan kerapian pada mika. Gambar: 4.29 Pemotongan Bagian Yang Telah Dicetak Pada mika ini, dibentuk lingkaran terlebih dahulu sebelum masuk ketahap pemotongan, dengan tujuan agar semua ukuran memiliki ukuran yang sama. d. Proses pengalusan pada mika Gambar: 4.30 Pengalusan Hasil Pemotongan 45

19 Setelah melalui proses pemotongan pada bagian mika lampu dinding, dilanjutkan ke tahap pengalusan mika. Pengalusan pada bagian sisi dari mika tersebut, dengan tujuan agar bagian mika berbentuk menyerupai lingkaran. e. Proses pengecatan Gambar: 4.31 Pengecatan Lampu Dinding Untuk tahap pengecatan pada lampu dinding ini, beberapa bagian terlebih dahulu ditutup dengan perekat, dengan tujuan bagian pada mika tidak ikut terkena cat. f. Hasil akhir lampu dinding Gambar : 4.32 Lampu Dinding (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Penggunaan lampu dinding ini hanya digantungkan kedinding yang terdapat paku, seperti memasang hiasan-hiasan dinding saja. 46

20 1.5 Lampu Dapur Lampu dapur ini memilik dua macam bentuk, dua lampu mempunyai bentuk yang sama dan satu bentuk memiliki bentuk yang berbeda. Lampu yang memiliki bentuk yang berbada berada diposisi tengah dari kedua lampu tersebut. a. Sketsa lampu dapur Gambar: 4.33 Sketsa Lampu Dapur Sketsa awal pada lampu dapur, lampu dapur ini memiliki jenis dua bentuk yang berbeda, diantara ketiganya satu memiliki bentuk berbeda, yaitu pada bagian tengah pada lampu dapur ini. Bagian atas dibuat melengkung, dengan tujuan untuk pemasangan pada bagian tempat lampu gantung ini. 47

21 b. Pengukuran material lampu dapur Gambar: 4.34 Pengukuran Plat Galvanis Proses yang pertama dilakukan dalam membut tempat lampu daput ini adalah mengukur bahan utama yaitu plat galvanis dengan ukuran yang sudah dibuat. c. Pemotongan material lampu dapur Gambar: 4.35 Pemotongan Plat Galvanis Proses pemotongan plat galvanis, pemotongan berbentuk persegi, yang nantinya sisi-sisinya dibentuk menyerupai kerucut. 48

22 d. Pembentukkan lampu dapur Gambar: 4.36 Pembentukkan Lampu Dapur Setalah membentuk kerucut, tahap selanjutnya adalah pengelasan pada bagian sisi atas tempat lampu ini. e. Bagian utama lampu dapur Gambar: 4.37 Jenis Lampu Dapur Bentuk dari lampu dapur ini masing-masing memiliki bentuk yang berbeda dan penambahan ukuran pada salah satunya. 49

23 f. Hasil akhir lampu dapur g. Cara kerja lampu Gambar : 4.38 Lampu Dapur (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Gambar: 4.39 Cara kerja Pada Lampu dapur Cara penggunaan lampu dapur ini adalah dengan mengaitkan bagian atas lampu dapur yang sudah disediakan tempat pengait dengan baut gantung. 50

24 1.6 Lampu Gantung Lampu gantung dibuat menjadi dua jenis, dangan masing-masing kegunaan. Yang memiliki tingkat kesulitan yang paling tinggi ditempatkan untuk didalam ruang dan sebaliknya. Terdapat dua jenis warna yang berbeda, laampu dalam ruang menggunakan warna emas dan lampu dalam ruang menggunakan warna hitam doff. Terdapat kesamaan warna diantara keduanya yaitu warna silver dibagian dalam tempat lampu tersebut. a. Proses pembuatan kap lampu gantung Gambar: 4.40 Pembentukkan Kap Lampu Proses cetak dalam mebuat kap lampu gantung dengan terlebih dahulu memberi perekat pada bagian kaca. 51

25 Gambar: 4.41 Hasil cetak kap menggunakan kaca Setelah melalui proses pengelasan dengan bentuk yang diinginkan, bagian ring dilepaskan pada bagian kaca sebagai cetakkan kap lampu ini. b. Proses penyambungan dengan stang seher Gambar: 4.42 Penggabungan Material Dengan Las Penggabungan material ring dengan kumpulan stang seher bentuk melingkar, bagian yang digabungkan adalah kap lampu yang sudah dibentuk. 52

26 c. Proses pengecatan Gambar: 4.43 Pengecatan Lampu Gantung Pada bagian dalam lampu diperlukan perlakuan khusus untuk proses pengecatan, karena memiliki warna dasar yang dapat memantulkan cahaya. d. Hasil akhir dua lampu gantung Gambar : 4.44 Lampu Gantung Luar Ruang (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 53

27 Lampu gantung luar ruang ini memiliki hiasan ring pada bagian bawah yang mengelilingi piting lampu, dengan tujuan agar cahaya dapat menembus dari celah-celah ring yang ada pada lampu gantung ini. Gambar: 4.45 Lampu Gantung Dalam Ruang Lampu gantung ini berbeda jenis dengan lampu gantung luar ruang, lampu gantung dalam ruang ini dibuat posisi pada kap lampu menghadap kebawah, sehingga sinar lampu sebagian besar mengarah kebagian bawah lampu ini. e. Cara kerja lampu Gambar: 4.46 Cara Kerja Pada Lampu Gantung Lampu gantung disediakan suatu rantai kecil yang digunakan untuk menggantungkan lampu. 54

28 1.7 Lampu Sudut lampu sudut ini menggunakan sistem bongkar pasang pada bagian tengah tiang lampu ini, sehingga dalam ukuran tinggi dapat dipendekkan, dalam lampu sudut ini terdapat tiga sambungan yang dapat menyatu dan pada sistem pengunciannya menggunakan bosh pen. a. Sketsa lampu sudut Gambar: 4.47 Sketsa Awal Lampu Sudut Sketsa lampu sudut dengan ukuran yang sesuai dengan aslinya, Pada perhitungan lampu sudut ini menggunakan milimeter dalam setiap pengukurannya. b. Penyususnan kaki pada lampu sudut Gambar: 4.48 Tahap Keserasian Kaki Lampu Sudut 55

29 Dalam penyusunan bagian bawah lampu sudut ini terlebih dahulu disusun sesuai dengan kebutuhan, dari perhitungan yang sudah disesuaikan dari berat bagian atas lampu sudut maka bagian bawah lampu sudut ini menggunakan stang seher yang melingkar dengan jumlah 12 stang seher, sehingga bagian atas lampu ini dapat stabil. c. Pengelasan pada lampu sudut Gambar: 4.49 Proses Penyambungan Material 56

30 Setelah proses penyusunan selesai, maka masuk ketahap selanjutnya ialah melakukan pengelasan pada setiap sisi dari stang seher yang berbentuk lingkaran dengan pengelasan tambahan pada bagian tiang lampu sudut ini. d. Tahap perataan bagian bawah lampu sudut Gambar: 4.50 Perataan dan Pengalusan Dengan Gerinda Pengerataan bagian bawah pada bagian bawah lampu sudut sangatlah penting dilakukan, karena kaki lampu sudut ini membentuk suatu lingkaran yang harus memiliki bidang rata agar lampu sudut ini seimbang jika digunakan. 57

31 e. Hasil akhir lampu sudut Gambar: 4.51 Hasil Akhir Lampu Sudut Lampu sudur dengan menggunakan tiga sambungan yang dapat dilepaskan jika dalam penggunaan menginginkan ukuran yang tidak terlalu tinggi. f. Cara kerja lampu Gambar: 4.52 Cara Kerja Pada Lampu Sudut Pada bagian sambungan pada lampu sudut ini dapat dilepaskan, sehingga ketinggian lampu sudut ini menjadi lebih rendah, bagian sambungan lampu sudut ini menggunakan bosh untuk menyambung tiga bagian pada tiang lampu sudut. 58

32 C. TATARAN PRODUK Produk yang dibuat ialah suatu produk daur ulang barang rongsok menjadi suatu tempat lampu dalam ruang dan luar ruang yang menampilkan bentuk desain yang berbeda pada umumnya, dengan memadukan konsep robot kedalam bentuk tempat lampu. Dari pemikiran awal di atas perancang ingin mengaplikasikan tema desain tempat lampu dengan bentuk robot sehingga dapat memberikan bentuk atau tampilan baru yang lebih modern sehingga seseorang dapat menikmati produk dari segi fungsi dan estetika produk ini. Dalam perancangan awal tempat lampu ini dirancang untuk mewujudkan sebuah barang rongsok kendaraan bermotor yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat lampu yang memiliki bentuk desain yang menarik. Dari sini perancang memunculkan suatu ide konsep lampu yang terbuat dari material kendaraan bermotor yang sudah tidak dapat digunakan lagi, dengan memanfaatkan beberapa bagian-bagian dari spare part kendaraan bermotor, yaitu pada bagian stang seher atau piston yang memiliki bentuk seperti lengan sendi pada suatu karakter jika disambungkan sisi satu dengan yang lainnya serta memiliki ukuran yang bervariasi tergantung jenis kendaraannya, untuk penambahan dari beberapa bagian lampu gantung adalah menggunakan ring tujuh belas serta ring empat belas pada bagian sisinya. Dari sini perancang memunculkan suatu ide untuk memanfaatkan material stang piston yang rusak untuk dirakit menjadi suatu bentuk desain yang baru serta susunan ring yang berbentuk seperti bunga dalam pembentukkannya. Dalam memulai proses desain ini, perancang lebih banyak memanfaatkan material stang piston motor dari pada stang piston mobil, sebenarnya pada dasarnya juga dapat digunakan juga, dengan ini diharapkan dapat memiliki nilai tambah dalam kaitan estetika 59

33 Alasan pemilihan material ini adalah : Bagian kedua sisi stang seher atau piston sudah terdapat bosh pen dan memiliki lubang untuk penyambungan jadi memudahkan untuk dijadikan bagian poros lipatan. Ketersediaan barang limbah ini sangatlah banyak, dengan melihat betapa banyak jumlah kendaraan khususnya dijakarta ini. Material besi dapat disatukan dengan cara mengelas listrik maupun las gas sehingga memudahkan dalam hal menyambung bagian tertentu. 1. Material Stang Sher Material Stang Seher ini banyak ditemukan dibengkel-bengkel bubut atau dibengkel-bengkel besar maupun kecil. stang seher ini dikatakan sudah tidak dapat digunakan lagi diantaranya adalah bagian pada bosh pen sudah terkikis yang mengakibatkan timbulnya suara-suara mengelitik pada bagian mesin tengah, selanjutnya stang seher yang sudah tidak center lagi, (sudah tidak lurus) dan yang terakhir adalah kerusakan pada kesalahan pemakaian oli. Gambar : 4.53 Stang Seher Motor (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 60

34 Sebelum memasuki tahap produksi perancang terlebih dahulu melakukan beberapa proses yaitu proses pemilihan ukuran dalam setiap stang seher, karena disetiap stang seher memiliki ukuran yang berbeda sesuai dengan jenis kendaraannya. Dari tahap pemilihan stang seher lalu masuk ketahap pembersihan stang seher bekas tersebut, tujuannya ialah untuk membersihkan komponen oli yang melekat dibagian stang seher karena stang seher pada saat di motor berada dibagian dalam mesin sehingga terendam oli mesin yang mengakibatkan oli melekat pada keseluruan stang sher. Gambar : 4.54 Proses Pembersihan (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 61

35 Tahap yang sangat penting dalam pembuatan produk baru adalah tidak menggunakan atau mencantum kan merek suatu produk yang sudah ada, produk yang akan perancang produksi adalah recycle dari limbah kendaraan bermotor, karena pada dasarnya limbah itu pernah menjadi produk baru yang sudah menggunakan merek dari suatu perusahaan lain. Oleh karena itu perancang sebelum ketahap produksi terlebih dahulu melakukan suatu proses yang sederhana yaitu penghapusan nama suatu perusahaan yang memproduksi bahan limbah stang seher ini, penghapusan merek pun terbilang mudah, karena perancang hanya butuh mesin gerinda tangan untuk proses penghapusan merek pada setiap stang seher kendaraan bermotor. Gambar : 4.55 Proses Penghapusan Merek (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 62

36 Gambar : 4.56 Stang Seher Dua Macam Diameter (Sumber: otomotif.com, 2015) 2. Bosh Pen Bosh pen merupakan komponen yang sangat penting dalam bagian stang seher, fungsi bosh pen sendiri sebagai pusat putaran pada stang seher, bosh pen berada dibagian atas dan bawah pada stang seher. Gambar : 4.57 Bosh pen Lampu Belajar (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 63

37 Gambar : 4.58 Bosh pen Lampu Sorot (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 3. Kabel USB Dalam sistem penyaluran listrik dari stop kontak ke saklar lampu menggunakan kabel USB, kabel yang digunakan untuk mengisi daya baterai handphone dan juga menggunakan kepala colokan USB yang menghubungkan langsung ke aliran listrik walaupun tidak semua menggunakan kabel USB, hanya beberapa saja yang menggunakan kabel USB. Kabel yang dibutuhkan setiap lampunya adalah 1 (satu) meter sampai 1,5 (satu koma lima) meter, selebihnya menggunakan kabel biasa atau sering disebut kabel rambut. Gambar : 4.59 Kabel USB (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 64

38 D. TATARAN ELEMEN Sebelum mendapatkan bentuk dari beberapa tempat lampu, perancang banyak mendapatkan proses eksperimen bentuk dan ini sangat diperlukan untuk mendapatkan bentuk-bentuk yang proporsi dan stabil, memeperhitungkan bagian penyambungan pada ring untuk lampu yang menggunakan kap lampu dari ring jika salah dalam mengelas bagian ring maka tidak akan merekat, Dalam proses ini pengulangan bentuk yang kurang baik membuat perancang untuk dapat memikirkan hasil yang lebih sempurna lagi dan hasil yang baik. Perancang banyak menggunakan motif bunga pada bagian kap lampu gantung, dari motof ini memunculkan suatu bentuk yang sesuai, perancang membuat motof seperti bentuk bunga menggunakan cetakkan dari lampu-lampu taman yang menggunakan kaca, untuk kap lampu tidur perancang mencetaknya menggunakan paralon ukuran 6 terlebih dahulu harus diukur dalam pengepasannya. Sedangkan untuk bagian lampu belajar, lampu tidur dan lampu sorot, perancang terinspirasi dari sambungan pada pergelangan tangan suatu robot, yang dapat berubah bentuk dari bentuk awalnya. 1. Elemen pembentuk 1.1 Stang seher Gambar: 4.60 Stang Seher Motor (Sumber: ) Material stang seher adalah bagian utama dalam proses pembentukkan produk tempat lampu recycle, stang seher ini digunakan untuk bagian-bagian pada sistem pelipatan pada tempat lampu yang perancang buat. 65

39 1.2 Baut L Gambar: 4.61 Baut L (Sumber: Pada sistem penguncian semua produk tempat lampu menggunakan baut L, karena dalam penggunaan baut L lebih mudah di bandingkan menggunakan baut biasa. Dari sisi kekuatan, baut L tidak mudah slek atau kendur dalam penguncian karena baut L memiliki derat ulir yang terbilang kuat. 1.3 TDH mini lampu sorot Gambar: 4.62 Kepala Lampu Sorot (Sumber: ) TDH mini lampu sorot ini digunakan pada bagian lampu sorot, sesuai dengan fungsinya, lampu ini digunakan dalam bagian motor untuk dijadikan sebagai lampu tembak atau lampu sotor, perancang mengaplikasikannya kedalam produk lampu sotor yang perancang produksi. 66

40 1.4 Lampu jeep RX king Gambar: 4.63 Kepala Lampu Belajar (Sumber: ) Lampu jeep RX king merupakan lampu custom pada motor-motor café racer. Lampu ini perancang gunakan untuk bagian kepala lampu pada lampu belajar. 1.5 Pipa paralon Gambar: 4.64 Pipa Paralon (Sumber: ) Dalam penggunaan paralon pada tempat lampu yang perancang buat bukanlah sebagai bagian dalam material utama, melainkan hanya menggunakan dalam elemen pembentukkan kap lampu tidur yang membentuk lingkaran. 67

41 1.6 Knalpot Rx King Gambar: 4.65 Bagian Kap Lampu Dapur Penggunaan knalpot rx king dalam elemen pembentukkan lampu dapur tidak semua menggunakan knalpot rk king, tetapi hanya pada bagian leheran knalpot yang dugunakan dalam pembentukkan tempat lampu dapur, seperti gambar diatas, yang digunakan hanya pada bagian yang diberi lingkaran merah saja. 1.7 Bunga Sepatu Gambar: 4.66 Bunga Sepatu (Sumber: ) Penggunaan bentuk bunga sepatu diaplikasikan kedalam bentuk lampu-lampu gantung, dengan tujuan lampu gantung tersebut dapat memiliki nilai indah dari suatu bentuk bunga yang digunakan dalam pembentukkan kap lampu gantung. Alasan menggunakan bentuk bunga tersebut adalah melihat dari segi bentuk dan fungsi pada suatu 68

42 tempat lampu, yang membutuhkan ruang untuk penempatan piting lampu, bentuk bunga sepatu ini sesuai dengan tempat pada suatu lampu gantung. Pada bagian tengah kelopak bunga terdapat suatu ruang yang memiliki kedalaman sehingga jika diaplikasikan dalam bentuk lampu sangat berguna untuk penempatan pada suatu cahaya, sehingga cahaya yang dihasilkan akan fokus kebawah sesuai dengan kap lampu gantung itu sendiri. 69

BAB V PAMERAN A. DESAIN FINAL 1. Lampu Belajar

BAB V PAMERAN A. DESAIN FINAL 1. Lampu Belajar BAB V PAMERAN A. DESAIN FINAL 1. Lampu Belajar Gambar: 5.1 Hasil Akhir Lampu Belajar Gambar di atas adalah sebuah produk recycle material stang seher motor yang dibentuk seperti robot yang diantaranya

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN Batik merupakan warisan budaya dari Indonesia yang sudah disahkan oleh pihak UNESCO. Batik Yogyakarta atau Batik Jogja merupakan bagian dari budaya Jawa.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN 30 BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat stik dan keripik. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

PETUNJUK PERAKITAN DAN PENGOPERASIAN KIPAS ANGIN DEKORASI

PETUNJUK PERAKITAN DAN PENGOPERASIAN KIPAS ANGIN DEKORASI PETUNJUK PERAKITAN DAN PENGOPERASIAN KIPAS ANGIN DEKORASI TIPE : GENERAL CEILING FANS TEGANGAN : 220~20V, FREKUENSI : 50Hz BACA DAN SIMPAN BUKU PETUNJUK INI Terima kasih atas kepercayaan anda membeli kipas

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan bahan Peralatan yang digunakan untuk membuat alat troli bermesin antara lain: 1. Mesin las 2. Mesin bubut 3. Mesin bor 4. Mesin gerinda 5. Pemotong plat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan merupakan salah satu tahap untuk membuat komponenkomponen pada Troli Bermesin. Komponen-komponen yang akan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses yang mengolah dari bahan mentah menjadi suatu barang jadi. Berikut ini pemilihan bahan yang digunakan dalam pembuatan

Lebih terperinci

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu. 24 III. METODE PROYEK AKHIR 3.1. Waktu dan Tempat Proses pembuatan Proyek Akhir ini dilakukan di Bengkel Bubut Jl. Lintas Timur Way Jepara Lampung Timur. Waktu pengerjaan alat pemotong kentang spiral ini

Lebih terperinci

Membuat Parut Listrik Sederhana MEMBUAT PARUT LISTRIK SEDERHANA (KOMPETENSI DASAR PERBANDINGAN) Oleh : Sutaji Pratomo. 1 x 2.

Membuat Parut Listrik Sederhana MEMBUAT PARUT LISTRIK SEDERHANA (KOMPETENSI DASAR PERBANDINGAN) Oleh : Sutaji Pratomo. 1 x 2. MEMBUAT PARUT LISTRIK SEDERHANA (KOMPETENSI DASAR PERBANDINGAN) Oleh : Sutaji Pratomo ) A. LATAR BELAKANG a. Awal munculnya ide/tema Setelah penulis dapat membuat unit las listrik berkekuatan.200 watt

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan pengujian ini penulis menggunakan metode pengujian dan prosedur pengujian. Sehingga langkah-langkah serta tujuan dari pengujian yang dilakukan dapat sesuai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

PRAKARYA. by F. Denie Wahana

PRAKARYA. by F. Denie Wahana PRAKARYA by F. Denie Wahana (Produk Sederhana dengan Teknologi) Kompetensi Inti (KI) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Bahan kayu yang digunakan pada laci berhubungan dengan tataran lingkungan karena ramah lingkungan. Kayu yang digunakan merupakan kayu olahan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk permainan sekoci handcar anak ini termasuk permainan tradisional, yang awalnya terinspirasi dari sebuah kendaraan tradisonal Handcar. Digunakan sekitar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahan yang

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II a. Orisinalitas METODE PERANCANGAN Banyak produk rak buku dengan berbagai macam bentuk yang sudah beredar dipasaran, namun dari banyaknya jenis rak yang sudah ada hanya sedikit sekali yang mengeksplorasi

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Dalam pemilihan material yang akan digunakan untuk membuat sebuah rak, perlu memperhatikan juga unsur kelestarian bagi lingkungan. Penggunaan kayu

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk Pembuatan rancangan trainer sistem kelistrikan body mobil toyota

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk Pembuatan rancangan trainer sistem kelistrikan body mobil toyota BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Alat Dan Bahan Untuk Pembuatan rancangan trainer sistem kelistrikan body mobil toyota maka alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi. 3.1.1. Alat Alat-alat yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponenkomponen pada mesin pemotong krupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas BAB IV KONSEP PERANCANGAN Pemanfaatan teknologi panel surya pada desain pengisi daya ini memberikan manfaat bagi penggunanya. Pengkonversian dari tenaga matahari menjadi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL Bab ini berisikan tentang proses pembuatan sistem perpipaan untuk penyiraman bunga kebun vertikal berdasarkan hasil perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

PANDUAN PEMBELIAN Lampu Dapur Terpadu

PANDUAN PEMBELIAN Lampu Dapur Terpadu PANDUAN PEMBELIAN Lampu Dapur Terpadu Pencahayaan yang baik dan fungsional Pencahayaan adalah hal yang paling penting di semua dapur, yang berfungsi untuk keselamatan dan memperindah tampilan. Lampu yang

Lebih terperinci

IV. KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN 1. Lingkungan Hidup a. Limbah Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan dari industry maupun domestik ( rumah tangga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Gambar 1. Meja Kopi Stainless (Sumber dari internet: http://desaininteriorrumah.info) Pada desain ini mengutamakan kesan minimalis dan modern dengan pengkombinasian

Lebih terperinci

RODA PECAHAN. Alat dan Bahan 1. Alat Penggaris Gunting. Cara Pembuatan

RODA PECAHAN. Alat dan Bahan 1. Alat Penggaris Gunting. Cara Pembuatan RODA PECAHAN Sasaran Sasaran dari pembuatan alat peraga (Media Pembelajaran Berbantuan Komputer) ini ditujukan kepada siswa-siswi Sekolah Dasar kelas IV. Indikator Mengoperasikan penjumlahan pecahan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Desain furnitur yang berkualitas mengandung kompleksitas nilai, ketrampilan teknik, muatan filosofi maupun metodologi. Pertimbangan perencanaan desain lampu hias

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id 38 BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses PembuatanTabung Peniris Luar dan tutup Tabung luar peniris dan tutup peniris (Gambar 4.1) terbuat dari plat stainless steel berlubang dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan tempat pelaksanaan pembuatan stand pada mesin vespa P150X. Waktu Pelaksanaan : 1 Januari April 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan tempat pelaksanaan pembuatan stand pada mesin vespa P150X. Waktu Pelaksanaan : 1 Januari April 2016 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan pembuatan stand pada mesin vespa P150X sebagai berikut : Tempat pembuatan stand : Bengkel Kampus Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Nama Alat Peraga: Ruang Ajaib Gambar Alat Peraga:

Nama Alat Peraga: Ruang Ajaib Gambar Alat Peraga: Nama Alat Peraga: Ruang Ajaib Gambar Alat Peraga: Sasaran: Siswa SMP kelas 3 untuk konsep kesebangunan Siswa SMA kelas 3 untuk konsep dilatasi Indikator: Mengenalkan kepada siswa tentang materi kesebangunan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Dalam perancangan ini perancang mencari reverensi karya sejenis sebagai pembanding karya. Di antaranya produk scooter mini buatan vespa berikut hasil alasannya.

Lebih terperinci

BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN

BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN A. OBJEK REFRENSI Gambar 5.1 : objek refrensi Objek refensi pada meja ruang tamu dan bangku santai dan funiture multifungsi yang berguna untuk tempat hidangan para tamu,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan Bentuk dari Meja kopi ini dibuat berdasarkan pertimbangan material dan sifat velg bekas yang sudah berbentuk lingkaran dengan mengeksplorasi dari bentuk

Lebih terperinci

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa Buletin 70 Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 70-74 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan TEKNIK PEMBUATAN ALAT PENGUPAS KULIT LADA TIPE PIRINGAN R. Bambang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan Bahan A. Alat dan bahan 1. Mesin las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Alat ukur (jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Lampu merupakan sumber penerangan buatan untuk mendukung manusia beraktifitas melakukan aktifitas, khususnya

Lebih terperinci

KINCIR AIR PEMBANGKIT LISTRIK (PLTA SEDERHANA)

KINCIR AIR PEMBANGKIT LISTRIK (PLTA SEDERHANA) PEMBUATAN ALAT PERAGA KINCIR AIR PEMBANGKIT LISTRIK (PLTA SEDERHANA) Sebagai tugas mata kuliah : Produksi Media dan Alat Peraga IPA Dosen Pembimbing : Arif Widiyatmoko, M.Pd Oleh Rohadi Yatno 4001409088

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI 28 BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian utama Dinamometer Arus Eddy adalah : 4.1.1 Alat Alat yang digunakan meliputi : 1. Mesin Bubut 2. Mesin

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB IV. KONSEP RANCANGAN BAB IV. KONSEP RANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dalam tataran lingkungan, produk rancangan yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu palet secara maksimal. Palet kayu biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Gambar desain Front shovel

Gambar 3.1. Gambar desain Front shovel BAB III METODE PEMBUATAN ALAT Dalam pembutan suatu produk teknik diperlukan pemahaman atas teoriteori proses apa saja yang mungkin diperlukan dalam proses pembuatannya. Teoriteori Proses produksi bisa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung pada bulan September 2012 sampai dengan

Lebih terperinci

Peta Materi IV. Produk Sederhana dengan Teknologi Mekanik. Teknik Pembuatan. Mainan. dengan Teknologi. Mekanik. Teknologi Mekanik

Peta Materi IV. Produk Sederhana dengan Teknologi Mekanik. Teknik Pembuatan. Mainan. dengan Teknologi. Mekanik. Teknologi Mekanik BAB Peta Materi IV Produk Sederhana dengan Teknologi Merakit Produk Sederhana Menggunakan Teknologi Membuat Mainan dengan Teknologi Jenis-Jenis Produk Sederhana Menggunakan Peralatan Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Diagram Alur Perancangan Konsep peneliatian ini merupakan tahap awal dari pembuatan sebuah produk. Tahap ini yang akan menentukan hasil akhir dari sebuah produk yang

Lebih terperinci

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). Akan tetapi, pada dasarnya unsur kreativitas dan pengalaman

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat ditunjukkan pada diagram alur penelitian yang ada pada gambar 3-1. Mulai Identifikasi Masalah Penentuan Kriteria Desain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Aliran Diagram aliran merupakan suatu gambaran dasar yang digunakan dasar dalam bertindak. Seperti pada proses perencanaan diperlukan suatu diagram alir yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xiv. A. Latar Belakang Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xiv. A. Latar Belakang Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I. PENDAHULUAN1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

PANDUAN PEMBELIAN LAMPU DAPUR TERPADU

PANDUAN PEMBELIAN LAMPU DAPUR TERPADU PANDUAN PEMBELIAN LAMPU DAPUR TERPADU Pencahayaan yang baik dan fungsional Pencahayaan adalah hal yang paling penting di semua dapur, yang berfungsi untuk keselamatan dan memperindah tampilan. Lampu di

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

TUGAS DESAIN MEKATRONIKA II

TUGAS DESAIN MEKATRONIKA II TUGAS DESAIN MEKATRONIKA II Sistem Penggerak Satu Sumbu Menggunakan Motor Stepper DISUSUN OLEH : KELOMPOK IV A Nama Mahasiswa Nim Fahmi Ahmad Husaeni 201302025 Iqbal Auliadin 201302009 Yova Mavriliana

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS 28 BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS Langkah-langkah penyelesaian alat mulai dari perancangan hingga pembuatan dapat dilihat pada Diagram

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pembuatan 4.1.1. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTYPE POWER WINDOW PADA MOBIL FORD LASER. Firman Hidayat

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTYPE POWER WINDOW PADA MOBIL FORD LASER. Firman Hidayat PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTYPE POWER WINDOW PADA MOBIL FORD LASER Firman Hidayat Teknik Mesin Universitas Gunadarma Depok, Indonesia Kenyamanan dalam kendaraan merupakan impian bagi pengguna kendaraan,

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Hasil Perancangan Setelah melewati tahap perancangan yang meliputi perancangan mekanik, elektrik dan pemprograman. Maka terbentuklah alat perancangan buka

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan

Lebih terperinci

IV. KONSEP PERANCANGAN

IV. KONSEP PERANCANGAN IV. KONSEP PERANCANGAN A. Ide Desain Perancangan Ide ini muncul dari teman penulis yang memang mempunyai suatu usaha dari produk lampu hias. Walaupun teman penulis usahanya lampu hias ruangan, akan tetapi

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis PEMBAHASAN A. Konstruksi Gunting Pemotong Plat Mesin pemotong plat mempunyai beberapa jenis, manual dengan menggunakan tuas maupun dengan tenaga hidrolis (gambar 1.1), pada mesin pemotong plat hidrolis

Lebih terperinci

Gambar 1 : Tempat Tidur Bayi Dari Kayu

Gambar 1 : Tempat Tidur Bayi Dari Kayu BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Gambar 1 : Tempat Tidur Bayi Dari Kayu Gambar di atas adalah Tempat tidur karya sejenis dari segi bahan dan materialnya produk di atas menggunakan bahan baku kayu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

V. ULASAN KARYA PERANCANGAN

V. ULASAN KARYA PERANCANGAN V. ULASAN KARYA PERANCANGAN A. KONSEP PERANCANGAN Sebuah ruang dirancang sesuai dengan sistem nilai yang berlaku, yang aplikasinya terwujud pada perancangan yang memenuhi aktivitas gerak dalam ruang, pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas praktikum fisika kami. Tujuan dari praktikum ini adalah membuat alat sederhana berdasarkan konsep fisika untuk kehidupan

Lebih terperinci

Rekayasa. Edited by F. Denie Wahana, S.Kom SMP Negeri 1 Salatiga. Prakarya

Rekayasa. Edited by F. Denie Wahana, S.Kom SMP Negeri 1 Salatiga. Prakarya Rekayasa Edited by F. Denie Wahana, S.Kom SMP Negeri 1 Salatiga Prakarya 55 Peta Materi IV Produk Sederhana dengan Teknologi Merakit Produk Sederhana Menggunakan Teknologi Membuat Mainan dengan Teknologi

Lebih terperinci