STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KOPERASI UNIT DESA (KUD) PUSPA MEKAR KABUPATEN BANDUNG BARAT, JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KOPERASI UNIT DESA (KUD) PUSPA MEKAR KABUPATEN BANDUNG BARAT, JAWA BARAT"

Transkripsi

1 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KOPERASI UNIT DESA (KUD) PUSPA MEKAR KABUPATEN BANDUNG BARAT, JAWA BARAT SKRIPSI DESTIA EKA PUTRI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 RINGKASAN DESTIA EKA PUTRI. Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YANTI NURAENI MUFLIKH) Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang menghasilkan pangan yang mengandung protein hewani yang bernilai gizi tinggi. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan masyarakat, serta kesadaran terhadap makanan bergizi menyebabkan permintaan terhadap produk peternakan, khususnya susu sapi semakin meningkat. Peningkatan tersebut ditandai dengan peningkatan konsumsi susu nasional. Namun, peningkatan konsumsi susu itu tidak diikuti oleh peningkatan produksi susu nasional. Hal tersebut menyebabkan kurangnya penawaran susu domestik untuk memenuhi permintaan masyarakat. Keadaan ini menyebabkan peternakan sapi perah di Indonesia potensial untuk dikembangkan. Salah satu koperasi yang bergerak di bidang usahaternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat adalah KUD Puspa Mekar. KUD Puspa Mekar memiliki potensi dan peranan dalam memberikan peluang besar terhadap produksi susu di Jawa Barat maupun nasional. Namun, dalam perkembangannya KUD Puspa Mekar dihadapkan pada beberapa permasalahan, meliputi kurangnya partisipasi dan loyalitas anggota, kurang maksimalnya pembinaan anggota yang dilakukan oleh KUD Puspa Mekar, jumlah produksi susu yang masih rendah dan belum mampu memenuhi kapasitas produksi IPS, saluran pemasaran yang belum berkembang, dan sumber daya yang belum teroptimalkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka KUD Puspa Mekar memerlukan strategi pengembangan bagi usahanya. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan: (1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan usaha KUD Puspa Mekar, (2) Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha KUD Puspa Mekar, dan (3) Merekomendasikan program-program kegiatan dari alternatif strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar berdasarkan jangka waktu tertentu sehingga dapat memudahkan KUD Puspa Mekar dalam mengimplementasikan strategi pengembangan usahanya. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Responden dalam penelitian ini berjumlah 14 orang, yaitu terdiri dari pihak internal dan eksternal organisasi KUD Puspa Mekar. Pihak internal dari KUD Puspa Mekar, meliputi Ketua KUD Puspa Mekar, Manajer Operasional KUD Puspa Mekar, dan anggota KUD Puspa Mekar yang berjumlah 10 orang. Sedangkan, pihak eksternal dari KUD Puspa Mekar, meliputi pihak atau instansi yang berada di luar organisasi KUD Puspa Mekar, yaitu Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dari Dinas Peternakan dan Perikanan serta Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif dan analisis tahapan formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan

3 dalam tahapan formulasi strategi tersebut adalah matriks Internal Factor Evaluation (IFE), matriks External Factor Evaluation (EFE), matriks Internal- External (I-E), matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT), dan rancangan arsitektur strategi. Hasil analisis matriks IFE menunjukkan bahwa kekuatan utama KUD Puspa Mekar adalah adanya tes quality control untuk peneriman susu dari peternak, sedangkan kelemahan utama KUD Puspa Mekar adalah memiliki keterbatasan modal untuk pengembangan usahanya. Hasil analisis matriks EFE menunjukkan bahwa peluang utama KUD Puspa Mekar adalah adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi dari susu, sedangkan ancaman utama yang dihadapi KUD Puspa Mekar adalah kekuatan tawar-menawar IPS yang cenderung kuat. Berdasarkan penggabungan hasil analisis matriks IFE dan EFE, maka KUD Puspa Mekar berada pada sel II pada matriks I-E, dimana posisi sel ini merekomendasikan strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar untuk tumbuh dan membangun. Strategi yang umum dilakukan pada sel ini adalah strategi intensif dan integratif. Adapun aplikasi strategi tersebut adalah melalui penerapan strategi yang dibuat dengan menggunakan analisis matriks SWOT, yaitu: (1) Meningkatkan kegiatan produksi berstandar teknologi modern, (2) Mengembangkan pasar alternatif melalui promosi pemasaran, (3) Memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi pasca panen untuk penelitian dan pengembangan dalam usaha pengembangan produk, (4) Membangun akses permodalan dari pemerintah melalui skim kredit bersubsidi dan mengadakan promosi investasi yang saling menguntungkan kepada para investor, (5) Membangun hubungan kerja sama yang baik dan berkelanjutan dengan pemasok dan IPS, serta (6) Membangun manajemen kualitas sumberdaya manusia (SDM) peternak dan manajemen pengelolaan SDM karyawan. Keenam alternatif strategi tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut dengan memetakan program-program kegiatan pengembangan usaha KUD Puspa Mekar ke dalam rancangan arsitektur strategi. Program-program kegiatan ini akan diimplementasikan secara bertahap selama empat periode waktu sesuai dengan rencana strategis, visi, misi, dan tujuan KUD Puspa Mekar dalam mengembangkan usahanya. Dengan demikian, KUD Puspa Mekar diharapkan dapat mensosialisasikan strategi dan program yang telah dirumuskan kepada seluruh pengurus, badan pengawas, anggota, dan karyawan, sehingga mereka memiliki tanggung jawab dan motivasi untuk dapat melaksanakan strategi ini. Penerapan strategi ini juga memerlukan adanya komitmen dan konsistensi, sehingga pada pelaksanaannya dapat diikuti dengan evaluasi secara bertahap. iii

4 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KOPERASI UNIT DESA (KUD) PUSPA MEKAR KABUPATEN BANDUNG BARAT, JAWA BARAT DESTIA EKA PUTRI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribinis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

5 Judul Skripsi Nama NIM : Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat : Destia Eka Putri : H Menyetujui, Pembimbing Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M. Abuss NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2012 Destia Eka Putri H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 Desember Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Dadang Suhardiana dan Ibu Yudianingsih. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDS Trisula Perwari I Salemba pada tahun 2002 dan melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 216 Jakarta pada tahun Selanjutnya, pendidikan menengah atas diselesaikan penulis di SMA Negeri 68 Jakarta pada tahun Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) IPB dengan Mayor Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB dan Minor Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Pada tahun pertama di IPB, penulis aktif sebagai staf divisi Profesi dan Keahlian UKM Gentra Kaheman. Pada tahun-tahun selanjutnya, penulis aktif mengikuti kegiatan kepanitian kampus, seperti menjadi staf divisi Sponsorship Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) tahun 2010, staf divisi Humas Banking Goes To Campus (BGTC) tahun 2010, staf divisi Konsumsi Essay Competition (Es- Disco) tahun 2010, dan staf divisi Sponsorhip SPORTAKULER tahun Selain itu, selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis berkesempatan menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Ekonomi Umum tahun Selanjutnya, pada tahun yang sama penulis juga berkesempatan menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Dasar-dasar Komunikasi.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan usaha KUD Puspa Mekar, merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha KUD Puspa Mekar, dan merekomendasikan programprogram kegiatan dari alternatif strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar berdasarkan jangka waktu tertentu sehingga dapat memudahkan KUD Puspa Mekar dalam mengimplementasikan strategi pengembangan usahanya. Skripsi ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat kepada semua pihak, baik peneliti, pengelola, maupun pembaca. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian serta penyusunan skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat menjadi referensi untuk penulisan selanjutnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Bogor, Juli 2012 Destia Eka Putri

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku Ketua Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. 2. Yanti Nuraeni Muflikh, Sp, M. Abuss selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, waktu, dan kesabarannya selama penyusunan skripsi ini. 3. Ir. Lukman Mohammad Baga, MAEc dan Etriya, Sp, MM selaku dosen penguji pada sidang penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Pihak KUD Puspa Mekar, antara lain Bapak Djatnika selaku ketua KUD Puspa Mekar, Bapak Sumira selaku manajer operasional KUD Puspa Mekar, dan anggota KUD Puspa Mekar, serta Bapak Mahmud selaku Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Barat atas kesempatan, waktu, informasi dan dukungan yang diberikan. 5. Kedua orang tua, Bapak Dadang Suhardiana, SE dan Ibu Yudianingsih, Kedua kakek dan nenek, Bapak Watimin dan Ibu Hj. Sugiati, serta kedua adik penulis Rafly Fajar Adi Putra dan Deswitha Nathania Putri yang telah memberikan doa, motivasi, dan dukungan dalam setiap langkah yang penulis tempuh. 6. Teman satu bimbingan skripsi penulis, Emil Fatmala yang telah bersamasama dalam melakukan kegiatan turun lapang di KUD Puspa Mekar Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dengan topik skripsi yang berbeda dengan penulis. 7. Muhammad Adri Siregar yang selalu memberikan kasih sayang yang tulus, semangat, dan dukungan kepada penulis. 8. Sahabat-sahabat penulis dari Nature Dormitory antara lain Emilie Ayu Hapsari, Andini Novrianti, Cindy Firiera D, dan Kemala Indah W, dari Agribisnis angkatan 45 antara lain Septiannisa Rahmi, Restika Raditia Aulia,

10 Julia Rahmamita, Meidina Megan Andriani, Regina Prameisa, Nur Hutami Budiarti, Tsamaniatul Khusnia, Andina Gemah P, Bebby Noviola, dan keluarga besar agribisnis angkatan 45 lainnya, serta Andi Azwadi Rais atas semangat dan kebersamaannya selama ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Bogor, Juli 2012 Destia Eka Putri x

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan Koperasi Pengembangan Usahaternak Sapi Perah Melalui Koperasi Strategi Pengembangan Usaha Metode dan Alat Analisis Strategi Pengembangan Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Ruang Lingkup Koperasi Definisi dan Nilai-nilai Koperasi Prinsip-prinsip Koperasi Tujuan dan Jatidiri Koperasi Keanggotaan dan Perangkat Organisasi Koperasi Pengertian dan Konsep Manajemen Strategi Proses Manajemen Strategi Konsep Strategi Pengembangan Usaha Visi, Misi, dan Tujuan Organisasi Analisis Lingkungan Usaha Lingkungan Internal Lingkungan Eksternal Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penentuan Responden Desain Penelitian Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Analisis Deskriptif Analisis Tahapan Formulasi Strategi Tahap Masukan (Input Stage) Tahap Pencocokan (Matching Stage) xiv xvi xvii

12 Arsitektur Strategi V. GAMBARAN UMUM KUD PUSPA MEKAR Sejarah dan Perkembangan KUD Puspa Mekar Visi, Misi, dan Tujuan KUD Puspa Mekar Wilayah Kerja Kegiatan KUD Puspa Mekar Bidang Organisasi Struktur Organisasi KUD Puspa Mekar Keanggotaan KUD Puspa Mekar Bidang Unit Usahaternak Sapi Perah (Produksi Susu Segar) Bidang Pelayanan Anggota Kesehatan Hewan Ternak Makanan Ternak Warung Serba Ada Simpan Pinjam VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA Analisis Lingkungan Internal Manajemen Perencanaan Pengorganisasian Pemotivasian Pengelolaan Pengendalian/Kontrol Pemasaran Analisis Pelanggan Penjualan Produk Perencanaan Produk Penetapan Harga Distribusi Riset Pemasaran Analisis Peluang Keuangan Sumber Permodalan Sisa Hasil Usaha (SHU) Produksi/Operasi Penyediaan Bahan Baku Produksi Proses Produksi Kapasitas Produksi Kualitas Produk Penelitian dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Analisis Lingkungan Eksternal Lingkungan Jauh Ekonomi Politik, Pemerintahan, dan Hukum Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan Teknologi xii

13 Lingkungan Industri Persaingan antar Perusahaan Sejenis Ancaman Pendatang Baru Ancaman Produk Substitusi Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli. 109 VII. FORMULASI STRATEGI Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Usaha KUD Puspa Mekar Identifikasi Peluang dan Ancaman Usaha KUD Puspa Mekar Analisis Matriks IFE Analisis Matriks EFE Analisis Matriks I-E Analisis Matriks SWOT Tahapan Arsitektur Strategi Analisis Visi, Misi, dan Tujuan KUD Puspa Mekar Industry Foresight KUD Puspa Mekar Tantangan Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar Sasaran Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar Rekomendasi Program Kegiatan Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar Rancangan Arsitektur Strategi Pengembangan Usaha KUD KUD Puspa Mekar VIII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kandungan Gizi dan Konsumsi Protein Hewani Masyarakat Indonesia per Kapita Tahun Jumlah Populasi Sapi Perah, Produksi Susu Segar, dan Konsumsi Susu Nasional Tahun Volume Ekspor dan Impor Susu Indonesia Tahun Perkembangan Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Berdasarkan Wilayah Koperasi Persusuan di Jawa Barat Tahun Daftar Nama Tempat Saluran Pemasaran Susu yang Disalurkan oleh Peternak Model Strategi Generik Daftar Beberapa Variabel Eksternal yang Menghasilkan Peluang dan Ancaman Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Matriks External Factor Evaluation (EFE) Format Matriks SWOT Pelayanan Kesehatan Hewan Ternak KUD Puspa Mekar Tahun Daftar Keanggotaan KUD Puspa Mekar Berdasarkan TPK Tahun Daftar Nama Karyawan Berdasarkan Jenis dan Golongan Pekerjaan Tahun Harga Beli Susu Segar PT. Indolakto Tahun Faktor-faktor Lingkungan Internal KUD Puspa Mekar Pelaksanaan RAT KUD Puspa Mekar Tahun Faktor-faktor Lingkungan Eksternal KUD Puspa Mekar Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) KUD Puspa Mekar Matriks External Factor Evaluation (EFE) KUD Puspa Mekar Matriks SWOT Usahaternak Sapi Perah KUD Puspa Mekar

15 23. Keselerasan Strategi Hasil Matriks SWOT dan Matriks I-E Rekomendasi Program Kegiatan Pengembangan Usahaternak Sapi Perah KUD Puspa Mekar xv

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Struktur Sederhana Organisasi Koperasi Model Komprehensif Proses Manajemen Strategi Model Lima Kekuatan Persaingan Menurut Porter Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar Stakeholder Boundaries KUD Puspa Mekar Format Matriks I-E Tahapan Rancangan Arsitektur Strategi Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar Struktur Organisasi KUD Puspa Mekar Perkembangan Jumlah Karyawan KUD Puspa Mekar Tahun Perkembangan Jumlah Anggota Aktif KUD Puspa Mekar Tahun Perkembangan Harga Beli Susu KUD Puspa Mekar di Tingkat Peternak Tahun Proses Pendistribusian Susu KUD Puspa Mekar Perkembangan Struktur Permodalan KUD Puspa Mekar Tahun Perkembangan SHU KUD Puspa Mekar Tahun Proses Produksi Usahaternak Sapi Perah KUD Puspa Mekar Perkembangan Produksi Susu KUD Puspa Mekar Tahun Matriks Internal-Eksternal (I-E) KUD Puspa Mekar Rancangan Arsitektur Strategi KUD Puspa Mekar

17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Kondisi Internal dan Eksternal KUD Puspa Mekar Kuisioner Penentuan Faktor-Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan), Penentuan Peringkat (Rating) dan Pembobotan Faktor-Faktor Internal Kuisioner Penentuan Faktor-Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman), Penentuan Peringkat (Rating) dan Pembobotan Faktor-Faktor Eksternal Perhitungan Faktor Strategis Internal KUD Puspa Mekar Perhitungan Faktor Strategis Eksternal KUD Puspa Mekar Dokumentasi Kegiatan Penelitian Strategi Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar

18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat (AS), yaitu sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 hingga 2010 sebesar 1,49 persen per tahun (BPS 2010). Hal itu juga terlihat dari hasil proyeksi BPS (2009) yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia akan terus mengalami peningkatan, yaitu dari 219,8 juta pada tahun 2005 menjadi 247,6 juta pada tahun Tingginya laju pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya itu menyebabkan permintaan terhadap kebutuhan hidup manusia juga terus mengalami peningkatan, salah satunya adalah kebutuhan pangan. Seiring dengan perkembangan zaman, peran pangan tidak pernah mengalami penurunan, sebaliknya pangan terus mengalami peningkatan nilai yang searah dengan peningkatan kebutuhan dari kualitas dan kuantitas pangan itu sendiri. Pangan yang dikonsumsi sehari-hari diharapkan mengandung nutrisi serta asupan gizi yang cukup bagi tubuh manusia, seperti karbohidrat, vitamin, protein, kalsium, lemak, dan kandungan gizi lainnya. Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang menghasilkan pangan. Pangan yang dihasilkan dari subsektor peternakan ini dikenal sebagai penghasil protein hewani yang bernilai gizi tinggi. Usahaternak di Indonesia selain berkontribusi dalam mendukung kebutuhan protein hewani juga berperan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang cukup potensial, seperti meningkatkan pendapatan, memperluas lapangan kerja, maupun menopang sektor industri. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan masyarakat, serta kesadaran terhadap makanan bergizi menyebabkan permintaan terhadap produk utama peternakan, seperti daging, telur, dan susu semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 mengenai kandungan gizi dan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia per kapita per tahun. 1

19 Tabel 1. Kandungan Gizi dan Konsumsi Protein Hewani Masyarakat Indonesia per Kapita per Tahun Jenis Kandungan Gizi Konsumsi Protein (g/kapita/tahun) b) Protein (%) a) x) 2010 e) Daging 19,0 981,9 1084,1 1109,6 1146,1 1182,6 Telur 13,0 547,5 620,5 591,3 573,1 587,7 Susu Sapi 3,2 346,8 379,6 303,0 368,7 386,9 Keterangan: e) Angka perkiraan x) Angka sementara Sumber: a) Manfaat daging, telur, dan susu sapi, (2010) b) Publikasi Statistik Indonesia, BPS (2011) Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa konsumsi protein hewani menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun, termasuk susu. Saat ini, konsumsi susu masyarakat Indonesia sebagian besar berasal dari susu sapi. Susu sapi memiliki kandungan gizi protein sebesar 3,2 persen yang bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan tubuh dan mencerdaskan otak. Oleh karena itu, peningkatan konsumsi protein dari susu sapi menyebabkan jumlah permintaan terhadap komoditas tersebut semakin meningkat. Peningkatan tersebut ditandai dengan peningkatan konsumsi susu nasional per kapita, yaitu pada tahun 2008 sebesar 6,91 kg/kapita menjadi 8,90 kg/kapita pada tahun 2009 (Direktorat Jenderal Peternakan 2010). Adapun konsumsi susu nasional adalah mencakup konsumsi susu segar, susu cair pabrik, susu kental manis, susu bubuk, susu bubuk bayi, keju, dan produk olahan dari susu sapi lainnya. Berdasarkan asumsi tingkat konsumsi susu nasional per kapita tersebut, dapat diproyeksikan bahwa kebutuhan susu nasional juga mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2008 sebesar 1,64 juta ton menjadi 2,11 juta ton pada tahun Permintaan terhadap susu dari tahun ke tahun yang terus mengalami peningkatan itu tidak diikuti oleh peningkatan jumlah produksi susu. Jumlah produksi susu dari tahun 2004 hingga 2009 menunjukkan perkembangan yang fluktuatif. Jumlah produksi susu tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar ton, sedangkan jumlah produksi susu pada tahun 2005 dan 2007 sempat mengalami penurunan secara berturut-turut menjadi sebesar dan ton dari tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar dan ton. Jumlah populasi sapi perah, produksi susu segar, dan konsumsi susu nasional dari tahun 2004 hingga 2009 dapat dilihat pada Tabel 2. 2

20 Tabel 2. Jumlah Populasi Sapi Perah, Produksi Susu Segar, dan Konsumsi Susu Nasional Tahun Tahun Jumlah Populasi Sapi Produksi Susu Konsumsi Susu (Ekor) (Ton) (Ton) * Keterangan: * Angka Sementara Sumber: Statistik Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan (2010), diolah Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah populasi sapi perah dan jumlah produksi susu dalam negeri tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan setiap tahunnya, yaitu tidak lebih dari 20 persen sehingga menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan susu dalam negeri. Hal ini dapat terjadi karena rendahnya harga beli susu di tingkat peternak. Selama hampir 11 tahun susu segar dalam negeri dihargai IPS lebih rendah dibandingkan dengan bahan baku susu impor. Pada tahun 2011, harga bahan baku susu impor mencapai Rp per liter, sedangkan susu segar lokal hanya dihargai sebesar Rp per liter oleh IPS. Susu lokal hanya diberi insentif antara Rp 380 Rp 850 per liter (Dewan Persusuan Nasional 2012). Harga susu saat ini telah menurunkan animo peternak sehingga mereka tidak memiliki keinginan untuk menambah populasi sapi perahnya. Hal tersebut dikarenakan peternak tidak memiliki sisa dana untuk investasi dan pengembangan usahaternak sapi perahnya, artinya hasil penjualan susu segar tidak sebanding dengan biaya produksi terutama harga pakan yang sangat tinggi. Rata-rata tingkat kepemilikan sapi perah peternak lokal hanya satu sampai tiga ekor per peternak dengan produktivitas susu rata-rata hanya mencapai liter/ekor/hari. Hal tersebut menyebabkan pasokan susu dari peternak lokal saat ini baru mencapai persen dari kebutuhan susu nasional (Direktorat Jenderal Peternakan 2009). Produktivitas susu yang rendah tersebut menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan susu nasional. Hal itulah yang mendorong terjadinya 3

21 peningkatan volume impor terhadap komoditas susu. Tabel 3 menunjukkan besarnya volume ekspor dan impor susu nasional pada tahun 2005 hingga Tabel 3. Volume Ekspor dan Impor Susu Indonesia Tahun Tahun Ekspor Susu (Ton) Impor Susu (Ton) , , , , , , , , , ,3 Sumber: Statistik Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan (2010) Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa Indonesia dalam perdagangan internasional lebih cenderung mengimpor susu dengan volume yang cukup besar untuk menutupi kekurangan pasokan susu lokal dibandingkan mengekspor susu ke luar negeri. Ekspor susu yang dilakukan Indonesia pada umumnya hanya dalam bentuk susu segar dan susu cair pabrik, sedangkan impor susu yang dilakukan Indonesia lebih banyak dalam bentuk produk olahan, misalnya susu bubuk, susu bubuk bayi, keju, dan produk olahan dari susu sapi lainnya. Impor susu yang dilakukan Indonesia merupakan substitusi dari produk ekspornya. Hal ini menunjukkan bahwa peternakan sapi perah di Indonesia tidak hanya rendah dalam memproduksi susu segar pada tingkat peternak saja, tetapi juga tidak berkembang dalam menghasilkan produk olahan susu pada tingkat Industri Pengolahan Susu (IPS). Tabel 3 tersebut juga menunjukkan bahwa volume impor susu mengalami peningkatan yang cukup besar dari tahun 2005 hingga 2007, yaitu sebesar ,4 ton pada tahun 2005 menjadi ,8 ton pada tahun Besarnya volume impor susu menunjukkan prospek pasar yang sangat besar dalam usaha peternakan sapi perah di Indonesia, baik di tingkat peternak maupun IPS untuk menghasilkan susu sapi segar serta produk olahannya sebagai produk substitusi susu impor. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang menjadi sentra peternakan sapi perah di Indonesia. Dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, Jawa Barat menempati posisi ketiga terbesar dalam penyebaran populasi ternak sapi perah di Indonesia (BPS 2007). Hal ini juga diperkuat oleh data produksi susu yang diperoleh dari GKSI (2009), yaitu sebesar 32 persen susu segar nasional 4

22 dihasilkan oleh Provinsi Jawa Barat. Salah satu sentra peternakan sapi perah di Jawa Barat adalah Kabupaten Bandung Barat dengan jumlah populasi sapi perah sebanyak ekor atau diperkirakan sekitar liter susu segar dihasilkan setiap harinya, sehingga Kabupaten Bandung Barat berperan sebagai salah satu kabupaten penghasil susu terbesar di Indonesia. Di samping itu, agroklimat di Kabupaten Bandung Barat memiliki ketinggian rata-rata sebesar minimum 110 meter dan maksimum meter di atas permukaan laut (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Barat 2009). Kondisi tersebut membuat Kabupaten Bandung Barat memiliki prospek yang baik dan sangat potensial untuk menjadi salah satu sentra peternakan sapi perah dan produksi susu baik di Jawa Barat maupun nasional. Sebagian besar peternak sapi perah yang ada di Indonesia terhimpun dalam sebuah koperasi. Koperasi mempunyai peran yang cukup strategis untuk menopang perkembangan persusuan di Indonesia. Koperasi persusuan merupakan wadah yang digunakan oleh para peternak untuk memenuhi kebutuhan produksi dan distribusinya, dimana koperasi bertugas memberikan suplai input produksi berupa konsentrat, obat-obatan, Inseminasi Buatan (IB), dan memberikan fasilitas penyaluran kredit, serta menampung susu dari peternak untuk dijual ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Koperasi persusuan sangat menentukan posisi tawar peternak terhadap IPS dalam menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan, dan harga yang akan diterima. Kemitraan yang dibangun antara IPS dan koperasi persusuan tidak selamanya berjalan dengan lancar. Peranan IPS sangat strategis mengingat koperasi/peternak sapi perah tidak memiliki pilihan lain dalam menyalurkan produksi susunya, hanya ke beberapa IPS. Dampaknya, segala inisiatif berkaitan dengan kebijakan perdagangan susu segar banyak muncul dari IPS, di antaranya dalam menetapkan harga beli dan standar baku kualitas susu segar. Koperasi telah menanggapi kebijakan tersebut dengan meningkatkan kualitas susu mulai dari tingkat peternak sampai dengan penanganan susu di koperasi. Namun, hingga saat ini harga beli susu IPS dari koperasi masih rendah, yaitu berkisar antara Rp Rp per liter sehingga berimplikasi terhadap penetapan harga beli susu di tingkat peternak yang juga rendah, yaitu berkisar antara Rp Rp per 5

23 liter. Padahal, harga beli yang layak dan mampu memberikan kesejahteraan koperasi dan peternak sebagai anggotanya, yaitu sekitar Rp per liter (Dewan Persusuan Nasional 2012). Dampak penetapan harga beli susu yang rendah di tingkat peternak terhadap koperasi dapat beragam mulai dari menurunnya kredibilitas pengurus koperasi di mata peternak sebagai anggota, alasan untuk tidak patuh terhadap kewajiban sebagai anggota, dan banyak reaksi negatif lainnya. Sangat mudah bagi peternak mengambil keputusan untuk menjual asetaset ternak sapi perahnya ketika menghadapi penetapan harga beli susu yang rendah dari koperasi. Dampak turunannya sangat luas, mulai dari penurunan populasi sapi perah di wilayah kerja koperasi, produksi dan suplai susu segar ke koperasi menurun, skala koperasi menjadi tidak ekonomis, keberlanjutan bisnis koperasi dan sektor hulu menjadi terancam. Seiring dengan dampak yang dirasakan koperasi persusuan terhadap penetapan harga beli susu yang rendah dari anggota, banyak IPS yang memanfaatkan kondisi tersebut dengan menciptakan saluran pemasaran susu melalui agen pengumpul/kolektor susu. Agen kolektor susu menampung/membeli susu dari peternak dengan harga lebih tinggi dari harga yang ditetapkan koperasi primer, terkadang mereka menampung susu dengan mengabaikan tingkat kualitas susu yang dihasilkan. Kondisi ini tentu saja dapat menekan perkembangan koperasi perususuan di Indonesia. Oleh karena itu, koperasi persusuan perlu mengembangkan usahaternak sapi perahnya agar dapat lebih meningkatkan kesejahteraan para peternak sebagai anggotanya, sehingga anggota tidak beralih memasarkan susunya ke agen kolektor susu. Adapun perkembangan populasi sapi perah dan produksi susu dari seluruh koperasi persusuan yang ada di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa koperasi-koperasi, seperti KPSBU Lembang, KSU Tandangsari, KPBS Pangalengan, KUD Puspa Mekar, KUD Sarwa Mukti, KUD Cikajang, dan KUD Bayongbong merupakan koperasi persusuan yang mampu memproduksi susu segar diatas ton per tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa peternak rakyat mendominasi peternakan sapi perah di Jawa Barat dan dengan adanya koperasi-koperasi tersebut diharapkan peternak rakyat di Jawa Barat dapat memberikan kontribusi terhadap total produksi susu nasional. 6

24 Salah satu koperasi persusuan di Kabupaten Bandung Barat yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah KUD Puspa Mekar. Hal ini terlihat pada Tabel 4 yang menunjukkan bahwa jumlah produksi susu segar yang dihasilkan oleh KUD Puspa Mekar pada tahun 2004 adalah sebesar ,121 ton atau sekitar 7,7 persen dari total produksi susu secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa KUD Puspa Mekar tidak hanya diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap total produksi susu di Jawa Barat tetapi juga nasional. Tabel 4. Perkembangan Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Berdasarkan Wilayah Koperasi Persusuan di Jawa Barat Tahun 2004 No. Nama Koperasi Jumlah Peternak Total Populasi Total Produksi (Orang) (Ekor) (Ton/per Tahun) 1. KPSBU Lembang , Cikajang (Karya Utama ,830 Sejahtera) 3. Cisurupan , Bayongbong , Cilawu , Tani Mukti Ciwidey , Dewi Sri Kuningan , Sinar Jaya Ujung Berung , Tandang Sari , Ciparay , Cipanas, Cianjur , KPS, Gunung Gede , Gemah Ripah , Makmur, Selabintana , Bakti Sukaraja I , Cipta Karya, Samarang , KPBS Pangalengan , Mitrayasa, Pageur Ageung , Balebat, Banjaran ,043 Majalengka 20. Giri Tani, Bogor , Sarwa Mukti , Pasir Jambu , Puspa Mekar , KPS Bogor ,540 Jumlah ,319 Sumber: GKSI Jawa Barat (2004) KUD Puspa Mekar saat ini telah berasosiasi dengan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat sebagai upaya pengembangan KUD Puspa Mekar yang merupakan salah satu koperasi yang bergerak di bidang usahaternak sapi perah yang dapat memberikan peluang besar terhadap sektor peternakan sapi perah di Jawa Barat dan nasional. Upaya pengembangan 7

25 usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar tentunya membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, mulai dari penerapan pengelolaan teknis peternakan sapi perah yang baik serta peran pengurus yang berjalan dengan efektif. Hal ini akan berdampak terhadap perkembangan KUD Puspa Mekar selanjutnya terutama terhadap perkembangan populasi sapi perah dan produksi susu di Jawa Barat dan nasional Perumusan Masalah KUD Puspa Mekar merupakan salah satu koperasi yang dikembangkan dari pemerintah (top-down) melalui program KUD. Pada awal berdirinya, KUD Puspa Mekar memiliki lima unit usaha, yaitu unit usaha pertanian tanaman bunga, unit usaha simpan pinjam, unit usaha warung serba ada (waserda), unit usaha industri/perdagangan umum, dan unit usaha pelayanan jasa (listrik). Namun, seiring dengan perkembangan usaha dan pekerjaan masyarakat sekitar koperasi yang mayoritas adalah para peternak sapi perah, maka saat ini unit usaha yang dikelola oleh KUD Puspa Mekar adalah unit usahaternak sapi perah (produksi susu segar). KUD Puspa Mekar merupakan salah satu koperasi persusuan di Kabupaten Bandung Barat yang telah terdaftar dalam keanggotaan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jawa Barat dengan jumlah produksi susu segar diatas ton pada tahun Sehingga, berpotensi besar dalam memberikan kontribusi terhadap total produksi susu baik di Jawa Barat maupun nasional. Hal ini sesuai dengan visi yang dimiliki oleh KUD Puspa Mekar, yaitu menjadi koperasi susu terdepan di Indonesia dalam mensejahterakan anggota, sedangkan misinya adalah mensejahterakan anggota melalui pelayanan prima dengan manajemen yang berkomitmen dan meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi melalui pendidikan, pemberdayaan SDM, dan kemitraan strategis. Namun, sampai saat ini visi tersebut belum tercapai karena KUD Puspa Mekar dihadapkan pada beberapa permasalahan yang mengganggu jalannya aktivitas usaha mereka yang tidak sesuai dengan misi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada tahun 2006, peran KUD Puspa Mekar terhadap IPS berkurang, bahkan cenderung tidak lagi dipercaya oleh IPS. Kondisi tersebut disebabkan kualitas susu yang disalurkan KUD Puspa Mekar ke IPS sangat rendah, sehingga 8

26 IPS memutuskan jalur pemasaran susu dari KUD Puspa Mekar. Rendahnya kualitas susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar disebabkan oleh adanya anggota KUD yang tergabung dalam kelompok pengumpul/kolektor susu yang telah mencampur susunya dengan air. Hal ini membawa dampak negatif bagi perkembangan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar karena mulai saat itu KUD Puspa Mekar tidak lagi memiliki saluran pemasaran susu yang jelas. Berdasarkan kondisi tersebut, KUD Puspa Mekar berusaha untuk mengembalikan kepercayaan IPS, yaitu melalui kerja sama dengan Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat dalam bentuk asosiasi. Seiring berjalannya waktu, terbentuknya asosiasi ini membawa dampak positif dan dampak negatif bagi KUD Puspa Mekar. Dampak positif dari terbentuknya asosiasi ini adalah manajemen operasional dan standarisasi kualitas susu di KUD Puspa Mekar telah mengikuti sistem di KPSBU, sehingga KUD Puspa Mekar kembali dipercaya untuk menyalurkan produksi susunya ke IPS walaupun harus melalui jalur pemasaran KPSBU terlebih dahulu, sedangkan dampak negatif dari terbentuknya asosiasi ini berindikasi dapat membawa keterikatan yang panjang bagi perkembangan KUD Puspa Mekar ke depannya. KUD Puspa Mekar diindikasikan akan terus bergantung terhadap KPSBU. Kondisi tersebut tentu saja dapat menghambat perkembangan KUD Puspa Mekar sebagai koperasi yang mandiri sehingga tidak dapat maju dan berkembang di Kabupaten Bandung Barat. Hal ini terlihat dari citra yang ditimbulkan oleh beberapa anggota terhadap KUD Puspa Mekar yaitu menganggap bahwa keberadaan KUD Puspa Mekar saat ini hanya merupakan perpanjangan tangan dari KPSBU. Para anggota merasa tidak lagi memiliki KUD Puspa Mekar secara penuh karena mereka menganggap sebagian aturan dan sistem manajemen koperasi dikontrol oleh KPSBU. Hal itu menyebabkan KUD Puspa Mekar sulit memanfaatkan peluang bagi pengembangan usahanya yang berakar dari oleh dan untuk anggota. Permasalahan lain yang dihadapi oleh KUD Puspa Mekar adalah mengenai ketidaksesuaian harga beli susu yang dirasakan oleh sebagian anggotanya. Hal ini menjadi permasalahan mendasar di tingkat peternak. Para peternak merasa bahwa harga jual susu yang diterima dari KUD Puspa Mekar terkadang tidak seimbang 9

27 dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Hal ini disebabkan KUD Puspa Mekar telah menerapkan sistem pengendalian yang ketat terhadap pengukuran kualitas susu peternak saat di lapang, yaitu mengikuti standar baku kualitas IPS. Harga beli susu yang diberlakukan oleh KUD Puspa Mekar kepada para peternak memang berfluktuatif tergantung dari tingkat kualitas susu yang dihasilkan peternak, yaitu berkisar antara Rp per liter. Namun, ada beberapa pengumpul/kolektor susu yang tergabung dalam bentuk perusahaan swasta/cv yang memberlakukan harga susu dengan sama rata untuk berbagai tingkat kualitas susu yang dihasilkan peternak, yaitu sebesar Rp per liter. Bahkan, perusahaan swasta ini juga dapat memberikan harga susu yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga susu yang diterima peternak dari KUD Puspa Mekar dengan mengabaikan tingkat kualitas susu, yaitu sebesar Rp per liter. Kebanyakan dari perusahaan swasta tersebut sengaja diberdayakan oleh pihak IPS itu sendiri, sehingga perusahaan swasta berani menetapkan harga beli susu yang tinggi dengan mengabaikan tingkat kualitas susu yang dihasilkan. Hal tersebut dilakukan oleh IPS untuk memperlemah citra koperasi di mata anggotanya terkait penetapan harga beli dan standar baku kualitas susu dari anggotanya. Kondisi tersebut menyebabkan sebagian peternak mencari posisi yang aman terhadap harga beli susu yang diterimanya, yaitu dengan cara beralih atau menambah alternatif saluran pemasaran susu selain ke KUD Puspa Mekar, yaitu ke perusahaan swasta untuk menutupi biaya kerugiannya. Dampak dari kondisi tersebut adalah menurunnya volume produksi susu yang diterima oleh KUD Puspa Mekar dari peternak. Tabel 5 menunjukkan daftar nama tempat saluran pemasaran susu yang disalurkan oleh peternak selain ke KUD Puspa Mekar. Tabel 5. Daftar Nama Tempat Saluran Pemasaran Susu yang Disalurkan oleh Peternak No. Nama Tempat Penampungan Susu Lokasi 1. KPSBU Kecamatan Lembang 2. CV. Barokah Kecamatan Lembang 3. KUD Sarwa Mukti Kecamatan Cisarua 4. Kelompok Paguyuban Peternak Kecamatan Cisarua Parongpong (KPPC) 5. CV. Agropurna Mitra Mandiri Kecamatan Parongpong 10

28 Beralihnya anggota KUD Puspa Mekar ke perusahaan swasta menunjukkan masih kurangnya tingkat partisipasi dan loyalitas anggota terhadap KUD Puspa Mekar. Kurangnya tingkat partisipasi dan loyalitas anggota tersebut disebabkan oleh kurang maksimalnya pelayanan yang diberikan oleh KUD Puspa Mekar terhadap anggotanya, meliputi kurangnya intensitas penyuluhan dan pembinaan anggota yang diadakan oleh KUD terkait dengan pendidikan dasardasar perkoperasian. Hal tersebut dapat berdampak pada kurangnya pemahaman peternak sebagai anggota koperasi yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat partisipasi dan loyalitas anggota terhadap KUD Puspa Mekar. Permasalahan lain yang dihadapi oleh KUD Puspa Mekar di tingkat peternak adalah terbatasnya lahan hijauan, serta masih rendahnya pendidikan dan keterampilan para peternak dalam mengelola usahaternak sapi perahnya. Lahan hijauan yang dijadikan sumber pakan hijauan bagi ternak semakin habis karena adanya pergeseran lahan hijauan menjadi lahan perumahan. Peternak menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan untuk kebutuhan ternaknya sehingga para peternak terpaksa menggantinya dengan jerami yang memiliki kandungan air jauh lebih sedikit dibandingkan rumput yang didapatkan di lahan hijaun. Hal itu disebabkan para peternak belum begitu memperhatikan pemberian pakan pada ternaknya berdasarkan standar pakan yang ideal. Peternak sebagai anggota koperasi juga masih belum memahami arti pentingnya kesehatan dan kebersihan dalam mengelola usahaternak sapi perahnya. Kurangnya perhatian peternak terhadap teknik pemerahan yang baik dan kebersihan kandang ternak disebabkan kurangnya intensitas penyuluhan dan pembinaan mengenai teknik budidaya sapi perah yang baik yang dilakukan oleh KUD Puspa Mekar kepada para anggotanya. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kinerja para anggota dalam mengelola usahaternak sapi perahnya dan juga dapat mempengaruhi produktivitas susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar. Permasalahan tersebut diperkuat dengan jumlah anggota KUD Puspa Mekar yang saat ini masih berjumlah 355 orang yang tersebar dalam beberapa wilayah kerja. Dengan jumlah anggota 355 orang tersebut, KUD Puspa Mekar hanya dapat menghasilkan produksi susu maksimal liter per hari. Hal itu menunjukkan bahwa KUD Puspa Mekar belum mampu mandiri dalam 11

29 memasarkan produksi susunya ke IPS karena untuk dapat memasarkan susunya secara mandiri ke IPS, KUD Puspa Mekar harus memenuhi kapasitas produksi susu yang dibutuhkan IPS, yaitu sebanyak liter per hari. Kondisi tersebut menyebabkan KUD Puspa Mekar belum memiliki alternatif saluran pemasaran susu selain harus melalui jalur pemasaran KPSBU terlebih dahulu baru selanjutnya disalurkan ke IPS. Terbatasnya modal pengembangan usaha dan belum adanya penyaluran pinjaman kredit sapi perah kepada anggota menjadi permasalahan lain yang dihadapi KUD Puspa Mekar terkait dengan pengembangan usahaternak sapi perahnya. Perkembangan populasi sapi perah yang dimiliki oleh anggota KUD Puspa Mekar saat ini belum menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini disebabkan KUD Puspa Mekar belum memfasilitasi adanya pinjaman kredit sapi perah dari pemerintah yang dikelola oleh koperasi yang selanjutnya akan disalurkan kepada para anggota, akibatnya tidak terjadi penambahan pada sisi populasi sapi perah yang dimiliki anggota KUD Puspa Mekar. Dengan adanya kendala dalam mencapai visi dan misi yang ingin dicapai, maka KUD Puspa Mekar perlu merumuskan strategi pengembangan bagi usahanya agar dapat mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga KUD Puspa Mekar sebagai koperasi yang mandiri dapat maju dan berkembang di Kabupaten Bandung Barat. Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Strategi apa saja yang perlu dirumuskan bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar sehingga sebagai koperasi yang mandiri dapat maju dan berkembang di Kabupaten Bandung Barat Tujuan Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta peluang 12

30 (opportunities) dan ancaman (threats) bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar 2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha KUD Puspa Mekar sehingga sebagai koperasi yang mandiri dapat maju dan berkembang di Kabupaten Bandung Barat 3. Merekomendasikan program-program kegiatan dari alternatif strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar berdasarkan jangka waktu tertentu sehingga dapat memudahkan KUD Puspa Mekar dalam mengimplementasikan strategi pengembangan usahanya Manfaat Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan dari penelitian yang telah dituliskan sebelumnya, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak, diantaranya sebagai berikut: 1. Sebagai referensi dan masukan bagi KUD Puspa Mekar untuk mengambil keputusan dalam rangka menyelesaikan permasalahan internal dan eksternal organisasi 2. Sebagai sumber rujukan, bahan kajian, perolehan data dan informasi bagi pemerintah, perguruan tinggi, dan bagi pihak-pihak yang mendalami bidang kajian penerapan strategi pengembangan koperasi dan kelembagaan agribisnis 3. Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti dalam melakukan analisis permasalahan khususnya penerapan strategi pengembangan koperasi dan kelembagaan agribisnis Ruang Lingkup Penelitian ini hanya berfokus pada pengkajian dan perumusan strategi pengembangan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar yang berlokasi di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Kajian strategi pengembangan usahaternak sapi perah ini didasarkan pada analisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki oleh KUD Puspa Mekar. Adapun implementasi dari alternatif strategi terbaik yang dihasilkan pada penelitian ini sepenuhnya diserahkan kembali kepada pihak KUD Puspa Mekar. 13

31 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan usahaternak sapi perah di KUD Puspa Mekar, dibutuhkan analisis terhadap penelitian terdahulu sebagai referensi untuk menggambarkan dan menyimpulkan sesuatu yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Terdapat beberapa penelitian terdahulu baik mengenai pengembangan koperasi, pengembangan usahaternak sapi perah melalui koperasi, maupun penelitian terdahulu yang terkait langsung dengan strategi pengembangan usaha, serta metode dan alat analisis yang digunakan dalam strategi pengembangan usaha Pengembangan Koperasi Perkembangan koperasi di Indonesia saat ini bila dilihat dari segi kuantitas memang sangat menggembirakan, akan tetapi bila dilihat dari segi kualitas masih sangat memprihatinkan, terlebih lagi bila dibandingkan dengan perkembangan usaha swasta lainnya. Anoraga dan Widiyanti (2007) menyatakan bahwa hal tersebut disebabkan adanya masalah-masalah yang dihadapi koperasi, terutama antara lain pada aspek kelembagaan yang meliputi kepercayaan dan partisipasi anggotanya yang belum optimal, alat kelengkapan organisasi (Rapat Anggota, Pengurus, dan Badan Pengawas) yang belum sepenuhnya berfungsi dengan baik, dan masalah pengawasan yang belum memadai. Di samping aspek kelembagaan tersebut, maka aspek usaha juga merupakan suatu permasalahan bagi koperasi, yaitu belum mampu memanfaatkan kesempatan/peluang usaha dengan baik yang disebabkan kualitas pengelola yang masih belum memadai dan sarana usaha yang juga kurang memadai serta lemahnya permodalan. Hal-hal inilah yang menyebabkan sikap masyarakat masih berubah-ubah dalam memandang koperasi. Pemerintah sendiri masih belum memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada koperasi dalam menyalurkan barang produksi, sebagian besar penyalurannya diserahkan kepada pihak swasta. Hal ini merupakan bukti bahwa kemampuan dan kualitas koperasi yang ada sekarang ini belum mencapai sebagaimana yang diharapkan. Masalah tersebut dapat diatasi, setidaknya sebagian melalui pengembangan koperasi, baik pengembangan dalam segi kuantitas maupun aspek 14

32 kualitas. Anoraga dan Widiyanti (2007) menyatakan bahwa dalam pengembangan koperasi, bukan saja peranan pemerintah yang menentukan perkembangannya, tetapi juga masyarakat itu sendiri yang turut menentukan berkembang atau tidaknya suatu koperasi, baik sebagai anggota koperasi ataupun sebagai anggota masyarakat yang berada dalam ruang lingkup koperasi tersebut. Hal ini serupa dengan Marta (2010) yang menyatakan bahwa koperasi akan mampu mengembangakan usahanya dan bekerja secara efisien apabila pengelola atau manajemen usaha koperasi yang bersangkutan juga terlaksana dengan baik, yang didasarkan pada falsafah dari oleh dan untuk anggotanya. Hal itu dapat diarahkan pada prasyarat pesatnya perkembangan organisasi koperasi, yaitu: (1) Koperasi harus meluaskan wawasan dalam manajemen dan organisasinya, (2) Koperasi harus diorganisasi dengan baik dan dikelola secara professional, (3) Mempertahankan standar integritas koperasi yang tinggi, dan (4) Penataan orientasi dan kontribusi pelayanan kepada anggota dan masyarakat secara tepat. Secara struktural, koperasi memiliki akses paling kecil terhadap faktor produksi, khususnya permodalan, dibanding dengan pelaku ekonomi lainnya. Sedangkan, secara institusional koperasi memiliki ruang gerak yang paling terbatas dibanding dengan pelaku ekonomi lainnya. Peraturan dan perundangan yang berlaku dalam dunia usaha tidak memungkinkan koperasi bergerak bebas seperti perusahaan swasta murni. Hal itu menjadi penyebab sebagian usaha yang berkembang di koperasi hanya sebatas simpan pinjam saja. Padahal, sebenarnya banyak peluang usaha yang mampu digarap oleh koperasi dan dapat memberikan manfaat lebih besar kepada anggotanya. Tetapi, karena hambatan itu koperasi tidak dapat memanfaatkan peluang tersebut. Oleh karena itu, Anoraga dan Widiyanti (2007) menyatakan bahwa ada dua upaya terobosan yang perlu ditempuh untuk mempercepat pengembangan koperasi, yaitu memberikan akses lebih besar kepada koperasi dalam mendapatkan modal usaha, serta dilakukan penyesuaian terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku dalam dunia usaha. Banyak koperasi yang didirikan dengan bantuan pemerintah yang masih berada dalam tahap awal dalam pengembangan struktural atau organisasinya. Koperasi tersebut belum mampu bertahan sebagai organisasi swadaya yang 15

33 otonom tanpa bantuan langsung keuangan dan manajemen dari pemerintah. Hal ini disebabkan kurangnya informasi dan pendidikan yang rendah dari para pengurus dan anggotanya. Padahal, pemerintah negara-negara berkembang telah mendukung pembentukan organisasi-organisasi koperasi modern dengan membentuk lembaga pemerintahan khusus untuk koperasi sebagai lembaga penunjangnya, seperti departemen, direktorat, dinas-dinas khusus, dan instansi. Lembaga tersebut seharusnya dapat mendorong pengembangan koperasi sebagai sarana memperoleh informasi dan dana dari negara atau swasta untuk membelanjai kegiatan-kegiatannya sehingga koperasi dapat menjadi organisasi swadaya yang berusaha secara efisien dan berorientasi kepada anggota (Marta 2010). Dengan demikian, dalam upaya pengembangan koperasi peranan pemerintah menjadi fundamental dan tidak dapat dikesampingkan, walaupun peranan pengurus dan anggotanya juga tidak kalah penting. Peranan pengurus dan anggota koperasi adalah mengurus dan menjaga citra koperasi di masyarakat awam, sedangkan peranan pemerintah adalah membina dan mengarahkan serta memberikan bantuan dan fasilitas yang diperlukan koperasi dalam usahanya untuk mewujudkan suatu koperasi yang benar-benar mandiri agar dapat memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan nasional. Anoraga dan Widiyanti (2007) menyatakan bahwa ada tiga penjabaran kebijakan dasar pengembangan koperasi, yaitu: (1) Tahap awal didukung oleh peranan pemerintah yang cukup besar dalam hal prakarsa, pemberian bimbingan, dan bantuan usaha, (2) Tahap kedua merupakan tahap perkembangan swadaya koperasi, (3) Tahap ketiga diharapkan koperasi mampu berswadaya di atas kekuatannya sendiri. Selain itu, Marta (2010) juga menyatakan bahwa perkembangan koperasi tidak lepas dari pengaruh keadaan lingkungan di sekitarnya, baik lingkungan internal maupun eksternal organisasi. Faktor lingkungan internal koperasi adalah sarana dan sumber daya yang ada dalam koperasi yang secara langsung mempengaruhi perkembangan kemajuan koperasi. Faktor yang mempengaruhi lingkungan internal antara lain organisasi, sumber daya manusia, unit usaha, dan keuangan. Sedangkan, faktor lingkungan eksternal koperasi adalah faktor-faktor luar koperasi yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap 16

34 perkembangan kemajuan koperasi. Faktor-faktor tersebut adalah ekonomi, kebijakan pemerintah, sosial budaya, teknologi, dan pesaing Pengembangan Usahaternak Sapi Perah Melalui Koperasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 751/kpts/Um/l0/l982 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Peningkatan Produksi Dalam Negeri, usahaternak sapi perah dibagi menjadi dua bentuk, yaitu peternakan sapi perah rakyat dan perusahaan peternakan sapi perah. Yusdja (2005) menyatakan bahwa usahaternak sapi perah di Indonesia sebenarnya telah berkembang sejak tahun 1960 melalui pembangunan perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak di bidang peternakan sapi perah di wilayah Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Mulai tahun 1977, Indonesia baru mengembangkan usahaternak sapi perah rakyat. Hal ini didukung dengan adanya kebijakan pemerintah yang dinamakan SKB Tiga Menteri pada tahun SKB ini merumuskan kebijakan dan program pengembangan usahaternak sapi perah di Indonesia melalui pemberdayaan koperasi persusuan atau KUD yang bergerak di bidang peternakan sapi perah. Koperasi menjamin seluruh produksi susu sapi perah anggota untuk ditampung dan selanjutnya dipasarkan ke Industri Pengolahan Susu (IPS) serta pemerintah menjamin bahwa IPS harus mau membeli produksi susu dari koperasi. Baga et al (2009) menyatakan bahwa pembangunan peternakan sapi perah dan pengembangan komoditi persusuan di Indonesia menggunakan pola pengembangan koperasi mandiri. Koperasi secara konseptual diharapkan menjadi wadah perjuangan bagi para peternak sapi perah untuk memperkuat posisi tawar terhadap pembeli dan pemasok. Hal ini dapat dilakukan karena seluruh kegiatan yang berlangsung melalui koperasi dilakukan secara kolektif, baik dalam penjualan produk susu yang dihasilkan maupun pembelian input-input produksi yang dibutuhkan. Koperasi persusuan atau KUD yang bergerak di bidang usahaternak sapi perah berfungsi sebagai lembaga resmi pemerintah yang ditujukan untuk menyalurkan dana kredit investasi bagi peternak dan menyalurkan bibit sapi perah (Yusdja 2005). Namun, Rusdiana dan Sejati (2009) menyatakan bahwa keterkaikatan koperasi persusuan dengan usahaternak sapi perah bukan hanya sebatas pada implementasi kebijakan pemerintah, tetapi juga mengelola sarana dan prasarana pengelolaan produk, seperti pengadaan cooling unit, 17

35 pemasaran, dan transportasi ke IPS. Peranan koperasi persusuan memang sangat besar bagi para peternak terutama dalam pemasaran susu. Hal ini terbukti bahwa lebih dari 90 persen pemasaran susu segar peternak di Indonesia dikoordinasi oleh koperasi persusuan. Dalam menghadapi era persaingan, koperasi persusuan harus siap mengatasi permasalahan yang timbul dengan memperbaiki kualitas susu sehingga koperasi persusuan dapat bersaing dengan perusahaan peternakan sapi perah yang memiliki skala lebih besar. Berbeda dengan Indonesia, Saragih (2010) menyatakan bahwa China telah mengembangkan kerja sama yang harmonis antara industri susu segar skala besar dan industri susu rakyat. Hal yang menarik dari kerja sama itu adalah membuat organisasi secara efisien dan efektif dengan menangkap skala usaha ekonomi. Melalui skala ekonomis, maka biaya produksi menjadi minimum dan layanan pun menjadi lebih efisien. Hal ini yang membuat industri susu segar di China berkembang dengan sangat pesat. Pengembangan susu nasional di China tidak hanya dilakukan oleh industri besar melainkan bekerja sama secara harmonis dengan peternakan rakyat. Belajar dari pengembangan usahaternak sapi perah yang dilakukan oleh China, maka pengembangan usahaternak sapi perah di Indonesia sebaiknya diorganisasikan sedemikian rupa agar dapat menangkap skala usaha yang tepat dalam bidang produksi, layanan, dan pemasaran. Para peternak juga harus diarahkan agar dapat menangkap layanan-layanan yang efisien. Koperasi persusuan berbeda dengan koperasi biasa karena koperasi persusuan beranggotakan peternak sapi perah yang menjadi anggota sekaligus pengusaha dimana usahaternak sapi perahnya itu menunjang seluruh kegiatan koperasi. Oleh karena itu, hubungan antara koperasi persusuan dengan usahaternak sapi perah sangat erat sehingga pengembangan usahaternak sapi perah sangat bergantung pada kemampuan koperasi persusuan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya Strategi Pengembangan Usaha Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha baik dalam bentuk organisasi bisnis/perusahaan maupun koperasi telah cukup banyak dilakukan. Analisis menunjukan bahwa penelitian yang dilakukan memiliki kecenderungan 18

36 hasil yang sama dalam menentukan strategi pengembangan usaha yang dilakukan. Pada umumnya, tujuan peneliti-peneliti yang mengkaji penelitian mengenai strategi pengembangan usaha tersebut adalah untuk: (1) mengidentifikasi faktorfaktor internal dan eksternal suatu perusahaan atau koperasi, serta (2) merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha bagi perusahaan atau koperasi yang diteliti. Selain itu, dalam merumuskan strategi pengembangan usaha baik bagi perusahaan maupun koperasi, pada umumnya melibatkan peran stakeholders sebagai pihak internal dan dinas terkait sebagai pihak eksternal. Namun, ada satu hal yang membedakan strategi pengembangan usaha pada perusahaan dan koperasi, yaitu dalam merumuskan strategi pengembangan usaha pada koperasi perlu melibatkan partisipasi anggota sebagai pihak internal berupa saran dan motivasi dari anggota yang disesuaikan dengan visi dan misi koperasi karena pada dasarnya koperasi merupakan badan usaha yang terbentuk dari, oleh, dan untuk anggota. Oleh karena itu, koperasi diharapkan dapat merumuskan strategi pengembangan usahanya yang berakar dari oleh dan untuk anggota. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ramadhan (2009) mengenai Analisis Strategi Pengembangan KUD (Koperasi Unit Desa) Giri Tani Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Jawa Barat hanya melibatkan Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Staff KUD Giri Tani sebagai pihak internal koperasi. Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak melibatkan anggota sebagai pihak internal dalam merumuskan strategi pengembangan bagi koperasinya. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan (2009), penelitian yang dilakukan oleh Sembara (2011) mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usahaternak Sapi Perah Koperasi Unit Desa (KUD) Bayongbong Kabupaten Garut Jawa Barat memiliki keunggulan karena ikut menyertakan anggota sebagai pihak internal dalam merumuskan strategi pengembangan usaha bagi koperasinya. Penelitian yang dilakukan di KUD Puspa Mekar juga mengkaji mengenai strategi pengembangan usaha pada koperasi, sehingga penelitian yang dilakukan oleh Sembara (2011) dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini untuk mempertimbangkan peran anggota sebagai pihak internal dalam merumuskan strategi pengembangan usaha bagi koperasinya. 19

37 Penelitian terdahulu mengenai koperasi terkait dengan pengembangan usaha pada umumnya membahas permasalahan mengenai anggota dan produktivitas produk yang dihasilkan. Dharmanthi (2009) mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Kota Bogor menekankan permasalahan pada kondisi anggota, yaitu jumlah anggota yang tidak mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun serta kurangnya partisipasi anggota dalam bertransaksi dan berinteraksi dengan koperasi, sehingga koperasi menghadapi indikasi penurunan jumlah anggota. Sedangkan, Romadhona (2010) mengenai Strategi Pengembangan Usaha Emping Melinjo pada KSU Sari Sono, Kabupaten Lebak, Banten lebih menekankan permasalahan pada produktivitas produk yang dihasilkan, yaitu koperasi belum mampu memenuhi pasokan produk yang diminta oleh konsumen karena produksi dari produk yang dihasilkan oleh masing-masing anggota masih rendah, sehingga menyebabkan tingkat produksi koperasi juga masih dibawah rata-rata. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh KUD Puspa Mekar tidak jauh berbeda dengan permasalahan yang dihadapi oleh kedua koperasi dalam penelitian Dharmanthi (2009) dan Romadhona (2010), yaitu masih terkait dengan kondisi anggota dan produktivitas produk yang dihasilkan. Adapun permasalahan tersebut adalah masih kurangnya partisipasi dan loyalitas anggota terhadap KUD Puspa Mekar serta produktivitas susu yang dihasilkan oleh KUD Puspa Mekar masih rendah sehingga memiliki keterbatasan dalam memenuhi kapasitas produksi yang dibutuhkan IPS. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh koperasi-koperasi tersebut termasuk KUD Puspa Mekar, maka diperlukan langkah-langkah strategis dengan menggunakan metode dan berbagai alat analisis yang mendukung dalam merumuskan strategi pengembangan usaha bagi koperasinya Metode dan Alat Analisis yang Digunakan Dalam Strategi Pengembangan Usaha Penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan usaha baik bagi perusahaan maupun koperasi menunjukkan bahwa pada umumnya metode analisis yang digunakan adalah analisis lingkungan usaha melalui analisis tahapan 20

38 formulasi strategi yang dikemukakan oleh David (2009) yaitu terdiri dari tiga tahapan analisis meliputi tahap input, tahap pencocokan, dan tahap pengambilan keputusan. Beberapa alat analisis yang dapat digunakan dalam tahap input, antara lain matriks Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), dan Competitive Profile Matrix (CPM). Namun, CPM lebih tepat digunakan untuk penelitian mengenai strategi bersaing karena untuk mengidentifikasi para pesaing utama perusahaan mengenai kekuatan dan kelemahan utama mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis perusahaan. Oleh karena itu, penelitian terdahulu yang dilakukan untuk merumuskan strategi pengembangan usaha pada umumnya menggunakan matriks IFE dan EFE karena untuk memperlihatkan secara jelas kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta peluang dan ancaman yang dihadapi. Hal ini dapat dilihat pada penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan usaha pada koperasi yang dilakukan oleh Dharmanthi (2009) dan Romadhona (2010). Kedua penelitian ini menggunakan alat analisis matriks IFE dan EFE dalam mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal usahanya. Berdasarkan hasil identifikasi faktor internal melalui analisis matriks IFE, maka kekuatan dan kelemahan utama yang dimiliki oleh kedua koperasi tersebut pada umumnya berturut-turut adalah citra/image yang diciptakan oleh koperasi dan kurangnya partisipasi serta loyalitas anggota terhadap koperasi. Hasil identifikasi ini menyebutkan bahwa kekuatan utama yang dimiliki oleh kedua koperasi tersebut terletak pada pengurus yang berpengalaman, fasilitas yang memadai, memiliki hubungan baik dengan pemerintah dan instansi lainnya, serta kualitas bahan baku yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Kekuatan inilah yang menciptakan citra koperasi di mata anggota, masyarakat awam, dan pemerintah. Sedangkan, kelemahan utama yang diimiliki oleh kedua koperasi tersebut adalah kurangnya pelayanan yang dilakukan koperasi terhadap anggotanya sehingga anggota kurang merasakan manfaat berkoperasi dan menyebabkan partisipasi serta loyalitas anggota terhadap koperasi semakin berkurang. Hasil identifikasi faktor eksternal melalui analisis matriks EFE dari kedua penelitian ini menunjukkan bahwa peluang dan ancaman utama yang pada umumnya dihadapi oleh kedua koperasi tersebut berturut-turut adalah banyaknya pembeli yang 21

39 potensial dan persaingan dengan para pesaing (pendatang baru). Banyaknya pembeli potensial mengindikasikan adanya peningkatan permintaan terhadap produk yang dihasilkan koperasi, sehingga dapat membuka peluang bagi koperasi untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan, koperasi yang bergerak pada industri yang memiliki hambatan masuk yang rendah akan menyebabkan pendatang baru mudah masuk ke dalam industri. Hal ini merupakan ancaman yang memaksa koperasi untuk dapat bersaing dengan koperasi lainnya atau bahkan dengan perusahaan swasta terhadap produk yang berada dalam satu industri yang sama. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE dan EFE dalam penelitian Dharmanthi (2009) dan Romadhona (2010), maka faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman utama yang dihasilkan dapat menjadi faktor penentu dalam mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal dan eksternal di KUD Puspa Mekar, antara lain yang terkait dengan manajemen dan kepengurusan koperasi, sarana dan prasarana yang dimiliki, kualitas produk yang dihasilkan, pelayanan terhadap anggota, hubungan kerja sama yang dijalin dengan pihak terkait, pembeli potensial, dan persaingan dengan para pesaing atau pendatang baru. Tahap pencocokan berfokus pada upaya menghasilkan alternatif strategi yang dapat dijalankan dengan memadukan faktor internal dan eksternal yang telah diperoleh sebelumnya pada tahap input. Terdapat beberapa alat analisis yang digunakan dalam tahap ini, antara lain matriks Strenght-Weakness-Opportunity- Threat (SWOT), Strategic Position and Action Evaluation (SPACE), Boston Consulting Group (BCG), Internal-External (I-E), dan Grand Strategy. Tiap alat analisis berupaya menentukan posisi perusahaan dengan mengkombinasikan antara kondisi internal dan eksternal, namun dengan sudut pandang yang berbeda. Matriks Grand Strategy lebih memfokuskan pada persaingan serta pertumbuhan industri, sehingga strategi yang dirumuskan lebih berfokus pada strategi memenangkan persaingan. Matriks BCG kurang tepat untuk memetakan hanya satu divisi saja. Sedangkan, analisis internal dan eksternal yang dilakukan dalam matriks SPACE tidak dapat mencakup seluruh aspek internal dan eksternal seperti dalam matriks I-E. Pada matriks I-E, pemetaan kondisi organisasi lebih detail 22

40 karena terdapat sembilan sel yang berbeda. Informasi yang dikumpulkan dalam matriks I-E juga lebih akurat karena mencakup seluruh aspek bisnis, baik internal dan eksternal. Namun, strategi yang dirumuskan dalam matriks I-E belum sempurna karena strategi belum disesuaikan dengan kondisi spesifik perusahaan, antara lain kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancamannya. Strategi yang dirumuskan dalam matriks SWOT merupakan kombinasi faktor strategis perusahaan sehingga bersifat aplikatif. Strategi tersebut juga telah disesuaikan dengan kondisi perusahaan berdasarkan informasi yang diperoleh melalui analisis matriks I-E. Berdasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki tiap alat analisis tersebut, maka penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan usaha pada umumnya menggunakan matriks I-E dan SWOT dalam tahap pencocokannya. Hal ini dapat dilihat pada penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan usaha pada koperasi yang dilakukan oleh Dharmanthi (2009) dan Romadhona (2010) yang menunjukkan bahwa kedua penelitian tersebut selanjutnya menggunakan analisis matriks I-E dan SWOT pada tahap pencocokan, yaitu dengan mengkombinasikan hasil dari analisis yang telah dilakukan sebelumnya melalui matriks IFE dan EFE pada tahap input untuk menghasilkan beberapa alternatif strategi. Hasil analisis pada tahap pencocokan ini menempatkan posisi kedua koperasi pada area sel yang sama pada matriks I-E, yaitu pada area sel V yang artinya bertahan dan memelihara, dimana strategi yang umum digunakan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Posisi koperasi pada area sel V dari kedua penelitian ini dapat menghasilkan strategi yang lebih aplikatif, yaitu dengan menggunakan matriks SWOT, sehingga keduanya menghasilkan beberapa alternatif strategi yang pada umumnya adalah meningkatkan penjualan dengan meningkatkan promosi, mengembangkan kemampuan karyawan dan pelayanan kepada anggota/konsumen, serta menjalin hubungan kerja sama dan komunikasi yang baik dengan pemerintah atau instansi-instansi terkait dengan pengembangan produk. Hasil analisis matriks I-E dan SWOT yang diperoleh dari penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan usaha pada koperasi berbeda pada perusahaan. Seperti hasil analisis matriks I-E dalam penelitian Sirait (2009) 23

41 mengenai Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kambing Perah Pada PT. Caprito A. P Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor dan Yulianti (2009) mengenai Formulasi Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Waduk Bojongsari yang menempatkan posisi kedua perusahaan pada area sel II yang artinya tumbuh dan membangun. Adapun strategi yang tepat adalah dengan melakukan strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif ke depan (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal). Hasil dari matriks SWOT dalam kedua penelitian ini menghasilkan beberapa alternatif yang pada umumnya adalah mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya, meningkatkan kegiatan promosi dan memperluas jangkauan pasar, serta meningkatkan kemitraan dan menjalin kerja sama yang baik dengan pihak terkait. Namun, tidak menutup kemungkinan hasil analisis matriks I-E dan SWOT yang diperoleh dalam penelitian mengenai strategi pengembangan usaha pada koperasi akan sama pada perusahaan, hanya saja perlu disesuaikan kembali dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan/koperasi. Tahap pengambilan keputusan bertujuan untuk menentukan prioritas strategi yang disukai atau dipilih perusahaan untuk dilaksanakan pada saat ini. Terdapat beberapa alat analisis yang pada umumnya digunakan dalam penelitian terdahulu untuk menentukan prioritas strategi, antara lain matriks Quantitative Strategic Planning (QSP) dan Analitical Hierarchy Process (AHP). Matriks QSP digunakan untuk menentukan kemenarikan relatif dari tiap alternatif. Faktor kunci strategi dapat dipertimbangkan secara berurutan atau bersamaan dengan tidak adanya batasan strategi yang dievaluasi. Kelemahan matriks QSP adalah responden hanya memberi penilaian secara subjektif tanpa memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi strategi yang ada. Sedangkan, AHP merupakan proses yang menggabungkan penilaian kuantitatif dan kualitatif sehingga penilaian dan pertimbangan responden dapat diketahui secara akurat dan jelas. Hal ini dapat dilihat pada penelitian terdahulu mengenai startegi pengembangan usaha pada perusahaan yang dilakukan oleh Sirait (2009) dan Yulianti (2009). Sirait (2009) menggunakan matriks QSP pada tahap pengambilan keputusan dengan menghasilkan urutan prioritas strategi secara lebih subjektif karena alat analisis ini 24

42 tidak memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tiap strategi yang ada. Hasil tersebut tentu saja berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2009) yang lebih memilih menggunakan AHP pada tahap pengambilan keputusan karena melalui AHP Yulianti (2009) dapat melihat secara jelas apa tujuan pengembangan usaha tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha, serta alternatif strategi untuk pengembangan usaha tersebut. Tiap hubungan disajikan lengkap dengan penilaian kepentingan tiap faktor, sehingga alasan memilih pemilihan strategi tergambar secara jelas. Dalam beberapa penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan usaha, tahapan formulasi strategi yang dilakukan ada yang hanya sampai pada tahap pencocokan saja, yaitu melalui matriks I-E dan SWOT. Namun, alternatif srategi yang dihasilkan dari matriks SWOT selanjutnya dapat diturunkan menjadi program-program kegiatan yang dipetakan ke dalam rancangan arsitektur strategi. Arsitektur strategi merupakan gambaran mengenai tahapan strategi untuk periode waktu yang akan datang dan bukan hanya untuk saat ini saja. Organisasi dapat melihat secara jelas sasaran masa depan yang ingin dicapai dan cara untuk mencapainya. Hal ini dapat dilihat pada penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan usaha pada koperasi yang dilakukan oleh Ramadhan (2009), Dharmanthi (2009), dan Romadhona (2010). Ketiga penelitian tersebut menghasilkan tahapan formulasi strategi sampai pada tahap rancangan arsitektur strategi. Alternatif-alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT dalam penelitian tersebut dijabarkan lebih lanjut dengan memetakan program-program strategi ke dalam target waktu yang berjangka. Seperti dalam penelitian Romadhona (2010) yang mengelompokkan program kegiatan ke dalam dua kegiatan besar, yaitu program yang bersifat bertahap dan program yang dilakukan secara rutin. Program kegiatan yang bertahap dilakukan dalam lima tahun ke depan, yaitu tahun 2010, , 2013, dan Dengan mempelajari penelitian sebelumnya, diharapkan peneliti memiliki gambaran mengenai hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat analisis tertentu untuk menghasilkan strategi pengembangan usaha. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang terkait langsung dengan topik strategi pengembangan usaha, yaitu teletak pada objek kajian, lokasi penelitian, 25

43 dan alat analisis yang dipakai. Objek kajian dan lokasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai Strategi Pengembangan Usahaternak Sapi Perah Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Adapun alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui analisis matriks IFE dan EFE pada tahap input dan analisis matriks I-E dan SWOT pada tahap pencocokan. Sedangkan, tahap pengambilan keputusan melalui analisis matriks QSP dan AHP tidak digunakan dalam penelitian ini karena alat analisis tersebut kurang cocok digunakan dalam merumuskan strategi pengembangan usaha pada koperasi yang sifatnya public. Matriks QSP dan AHP biasanya digunakan dalam penelitian mengenai strategi pengembangan usaha pada perusahaan swasta yang sifatnya private, sehingga membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat untuk dilaksanakan pada saat ini dengan urutan prioritas dari setiap alternatif strategi yang dipilih oleh para stakeholders. Dalam merumuskan strategi pengembangan usaha, sebuah koperasi memerlukan banyak alternatif strategi. Alternatif-alternatif strategi ini berfungsi sebagai pilar-pilar untuk membangun sebuah pondasi koperasi yang kokoh, sehingga koperasi dapat berdiri sebagai organisasi yang mandiri dan tangguh. Oleh karena itu, penelitian ini memilih rancangan arsitektur strategi sebagai langkah lanjutan dari tahap pencocokan, dimana beberapa alternatif strategi yang dihasilkan kemudian akan dipetakan ke dalam suatu program kegiatan yang berjangka waktu. Melalui pemetaan ini pula, alternatif strategi yang telah diperoleh dapat disesuaikan dengan perkembangan dan perubahan zaman. Dengan adanya rancangan arsitektur strategi, akan memudahkan pihak KUD Puspa Mekar untuk mensosialisasikan strategi dengan program yang sudah dirumuskan kepada seluruh pengurus, badan pengawas, karyawan, serta anggota sehingga memiliki rasa tanggung jawab dan motivasi untuk dapat melaksanakan strategi yang dihasilkan. 26

44 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Ruang Lingkup Koperasi Koperasi adalah suatu bentuk kerja sama yang dilakukan oleh sekumpulan orang yang memiliki kesamaan kebutuhan hidup. Namun, tidak semua bentuk kerja sama dapat disebut sebagai koperasi. Undang-undang koperasi Indonesia melarang suatu perkumpulan dengan menggunakan nama koperasi karena untuk menjadi sebuah koperasi, suatu perkumpulan tersebut harus mendapat pengesahan sebagai badan hukum koperasi. Oleh karena itu, pengertian koperasi menjadi sangat penting agar setiap individu memiliki pemahaman yang benar tentang lembaga koperasi. Secara umum, pemahaman mengenai koperasi tidak dapat terlepas dari definisi dan nilai-nilai koperasi, prinsip-prinsip koperasi, tujuan dan jatidiri koperasi, serta keanggotaan dan perangkat organisasi koperasi Definisi dan Nilai-nilai Koperasi Secara harfiah, kata koperasi berasal dari bahasa latin, yaitu cooperatio yang berarti kerja sama atau bekerja sama. Konsep koperasi yang saat ini banyak dianut oleh beberapa negara adalah koperasi menurut Aliansi Koperasi Sedunia (International Cooperative Alliance/ICA). Pengertian koperasi menurut ICA adalah perkumpulan otonom dari orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, budaya melalui perusahaan yang mereka kendalikan secara demokratis. Dengan demikian, koperasi dapat diartikan sebagai kumpulan orang bukan kumpulan modal. Hal itu serupa dengan Purna (2006) yang menyatakan bahwa koperasi pada asasnya bukan merupakan perkumpulan yang mencari keuntungan, tetapi mencapai perbaikan hidup dan kesejahteraan anggota. Koperasi bekerja berdasarkan nilai-nilai, yaitu swadaya, tanggung jawab, demokrasi, kebersamaan, keadilan dan kesetiakawanan. Hal ini sudah menjadi tradisi bagi para pengurus dan anggota koperasi yang percaya pada nilai-nilai etik dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan peduli terhadap orang lain (Purna 2006). Nilai-nilai dalam koperasi tersebut merupakan salah satu aspek 27

45 penting yang membedakan koperasi dengan badan usaha ekonomi lainnya karena dalam nilai-nilai koperasi terkandung unsur moral dan etika yang tidak semua dimiliki oleh badan usaha ekonomi lainnya. Oleh karena itu, Soedjono (2007) mengemukakan bahwa koperasi didasarkan atas nilai-nilai, yaitu menolong diri sendiri (self help), demokratis, persamaan, keadilan, kesetiakawanan, kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain Prinsip-prinsip Koperasi Prinsip koperasi merupakan dasar kerja koperasi sebagai badan usaha. Selain nilai-nilai yang dimiliki oleh koperasi, prinsip-prinsip koperasi menjadi ciri khas koperasi yang juga membedakannya dari badan usaha lain. Soedjono (2007) menyatakan prinsip koperasi berdasarkan ICA adalah garis penuntun yang digunakan oleh koperasi untuk melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktek, yaitu terdiri dari: 1. Keanggotaan sukarela dan terbuka 2. Pengendalian oleh anggota-anggota secara demokratis 3. Partisipasi ekonomi anggota 4. Otonomi dan kebebasan 5. Pendidikan, pelatihan, dan informasi 6. Kerja sama di antara koperasi-koperasi 7. Kepedulian terhadap komunitas Saragih (2010) menyatakan bahwa koperasi yang berhasil adalah koperasi yang dibentuk dengan semangat perjuangan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip-prinsip koperasi. Oleh karena itu, penting bagi sebuah koperasi untuk selalu berpegang teguh pada prinsip-prinsip koperasi dalam menjalankan usahanya Tujuan dan Jatidiri Koperasi Tujuan utama pendirian suatu koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya. Saragih (2010) menyatakan bahwa alasan 28

46 pendirian suatu koperasi dan pengorganisasian kegiatan usaha dalam bentuk koperasi secara ekonomis adalah untuk: 1. Meningkatkan kekuatan tawar-menawar (bargaining position) para anggotanya 2. Meningkatkan daya saing harga melalui pencapaian skala usaha yang lebih optimal 3. Menyediakan produk atau jasa, yang jika tanpa koperasi tidak akan tersedia 4. Meningkatkan peluang pasar 5. Memperbaiki mutu produk atau jasa 6. Meningkatkan pendapatan. Jatidiri koperasi memposisikan anggota sebagai pemilik/pemodal juga sekaligus sebagai pelanggan/pengguna jasa koperasi (Sembara 2011). Sesuai dengan hal itu, maka dapat dikemukakan bahwa koperasi dibentuk untuk: 1. Mencapai tujuan bersama dengan cara memanfaatkan organisasi yang dimodali bersama 2. Memenuhi kepentingan bersama dan mengawasi secara demokratis oleh anggota Keanggotaan dan Perangkat Organisasi Koperasi Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka. Sukarela mengandung makna bahwa menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapapun, sedangkan sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaannya tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun. Organisasi koperasi dibentuk atas kepentingan dan kesepakatan anggota pendirinya dan memiliki tujuan utama untuk lebih mensejahterakan anggotanya. Koermen (2003) menyatakan bahwa koperasi sebagai organisasi baik yang besar maupun yang kecil pada dasarnya adalah merupakan sekelompok orang yang mempunyai tujuan yang sama dan dilaksanakan secara bersama-sama, meliputi anggota sebagai pemilik/pelanggan dan pengurus, pengawas, manajer serta karyawan sebagai pelaksana. Adapun perangkat organisasi koperasi terdiri dari tiga unsur, yaitu: 29

47 1. Rapat Anggota Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. rapat anggota sedikitnya dilaksanakan satu kali dalam setahun. Dalam rapat anggota, setiap anggota mempunyai hak suara yang sama untuk melakukan evaluasi prestasi dari tahun sebelumnya dan menetapkan arah serta kebijakan dasar manajemen yang menyeluruh bagi koperasi dimasa yang akan datang. Rapat anggota melimpahkan wewenangnya kepada pengurus untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan berbagai keputusan lainnya. Selain itu, rapat anggota juga mendelegasikan wewenangnya kepada pegurus untuk menjalankan kegiatan koperasi dan kepada badan pengawas untuk melakukan pengawasan terhadap setiap kegiatan yang dilakukan oleh koperasi. 2. Pengurus Pengurus bertanggung jawab mengambil keputusan yang menyangkut kebijakan strategis berdasarkan keputusan rapat anggota dan bertanggung jawab mengendalikan pelaksanaannya. 3. Badan Pengawas Pengawas koperasi dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota serta bertanggung jawab kepada rapat anggota. Pengawas koperasi bertugas terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi serta membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya. Tugas, peranan, wewenang, dan tanggung jawab badan pengawas adalah tunggal atau semuanya bersumber dari rapat anggota yang memiliki kekuasaan tertinggi pada koperasi dan bersumber dari hukum yang berlaku pada koperasi. Sejalan dengan tumbuh kembang dan kemajuan yang dicapai koperasi, maka diperlukan perangkat tambahan, seperti manajer dan karyawan untuk membantu pengurus dalam melaksanankan kegiatan koperasi. Terdapat empat unsur (perangkat) organisasi pada koperasi, yaitu: anggota, badan pengawas, pengurus, manajer dan karyawan yang berperan sebagai penghubung antara manajemen dan anggota (Sembara 2011). Untuk lebih jelas mengenai perangkat organisasi pada koperasi, dapat dilihat dalam bentuk struktur sederhana organisasi koperasi pada Gambar 1. 30

48 Rapat Anggota Tahunan (RAT) Badan Pengawas Pengurus Manajer Unit Bisnis Anggota Koperasi Keterangan : : Garis Komando/Pendelegasian : Garis Tanggung Jawab : Pelayanan Gambar 1. Struktur Sederhana Organisasi Koperasi Pengertian dan Konsep Manajemen Strategi Manajemen strategi merupakan suatu kebutuhan penting yang diperlukan bagi sebuah organisasi atau perusahaan untuk keberlangsungan usahanya. David (2009) mendefinisikan manajemen strategi sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuannya. Serupa dengan hal itu, Pearce dan Robinson (1997) mendefinisikan manajemen strategi sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Namun, dalam mencapai sasaran tersebut, organisasi atau perusahaan diharapkan dapat menyesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki. Hal ini diperkuat oleh Kotler (2002) yang menyatakan bahwa manajemen strategis merupakan suatu proses manajerial untuk mengembangkan dan mempertahankan kesesuaian yang layak antara sasaran dan sumber daya perusahaan dengan peluang pasar yang selalu berubah. Kesuksesan organisasi atau perusahaan tidak lepas dari kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan. Perubahan yang terjadi berimplikasi kepada munculnya kebutuhan untuk menyusun strategi 31

49 (Triton 2011). Oleh karena itu, manajemen strategi bermanfaat bagi pengambil keputusan baik di tingkat korporat maupun di tingkat fungsional untuk menentukan tindakan-tindakan jangka panjang yang perlu diambil terkait dengan masalah dan perubahan lingkungan yang dihadapi oleh organisasi. Hal ini sesuai dengan Hunger dan Wheelen (2003) yang menyatakan bahwa manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategi memiliki pengertian yang cukup luas bagi organisasi atau perusahaan. Manajemen strategi merupakan suatu alat yang digunakan oleh para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan dalam mengidentifikasi apa yang ingin dicapai dan bagaimana seharusnya mencapai sasaran organisasi, sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi organisasi. Oleh karena itu, manajemen strategi adalah suatu proses yang berlangsung secara terusmenerus dan bertahap yang bertujuan untuk menjaga stabilitas organisasi secara keseluruhan, sehingga organisasi dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya Proses Manajemen Strategi David (2009) menyatakan bahwa manajemen strategi sebagai suatu proses memiliki tiga tahap dalam pelaksanaannya, yaitu: (1) Tahap perumusan (formulasi) strategi, (2) Tahap pelaksanaan (implementasi) strategi, dan (3) Tahap evaluasi strategi. Model komprehensif manajemen strategi menggambarkan tahapan proses yang dilakukan dalam pengkajian manajemen strategi, seperti yang terlihat pada Gambar 2. 32

50 Menjalan kan Audit Eksternal Mengembang kan Pernyataan Visi dan Misi Menjalan kan Audit Internal Menetap kan Tujuan Jangka Panjang Merumus kan, Mengeval uasi, dan Memilih Strategi Implem entasi Strategi Isuisu Manaje men Implementa si Strategi Isu-isu Manajemen Pemasaran, Keuangan, Produksi, Penelitian dan Pengemban gan, serta Sistem Informasi dan Manajemen Mengukur dan Mengeval uasi Kinerja Formulasi Strategi Implementasi Strategi Evaluasi Strategi Gambar 2. Model Komprehensif Proses Manajemen Strategi Sumber: David (2009) tahap, yaitu: Gambar 2 menunjukkan bahwa proses manajemen strategis meliputi tiga 1. Formulasi Strategi Formulasi strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi organisasi, mengidentifikasi peluang dan ancaman ekternal serta kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, membuat sejumlah alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu untuk dijalankan. Tahap formulasi strategi dibagi ke dalam tiga tahapan aktivitas, yaitu tahap masukan (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan tahap pengambilan keputusan (decision stage). 33

51 2. Implementasi Strategi Implementasi strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan sasaran tahunan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya, sehingga formulasi strategi dapat dilaksanakan. Termasuk pengembangan budaya yang mendukung, penciptaan struktur yang efektif, pengarahan strategi pemasaran, penyiapan anggaran, pemanfaatan sistem informasi, dan menghubungkan kompensasi karyawan dengan kinerja. 3. Evaluasi Strategi Evaluasi strategi adalah tahap terakhir dalam manajemen strategi. Dalam tahap ini, akan dievaluasi hasil pelaksanaan dan strategi yang telah dirumuskan dalam mencapai tujuan perusahaan. Adapun tiga kekuatan pokok dalam evaluasi strategi adalah sebagai berikut: (1) Mengkaji ulang faktorfaktor internal dan eksternal berdasarkan strategi yang telah ada, (2) Mengukur kinerja, dan (3) Melakukan tindakan korektif Konsep Strategi Pengembangan Usaha Strategi merupakan suatu rencana yang berskala besar dan berorientasi kepada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan (Pearce dan Robinson 1997). Sebagaimana telah diketahui bahwa strategi memberikan stabilitas arah dan orientasi yang konsisten dengan memungkinkan fleksibilitas untuk beradaptasi dengan lingkungannya. David (2009) mengembangkan model strategi generik yang dapat diterapkan pada berbagai jenis, ukuran, dan aktivitas perusahaan, seperti terlihat pada Tabel 6. Strategi tersebut dapat dikelompokkan atas empat kelompok strategi, yaitu: 1. Strategi Integrasi Vertikal (Vertical Integration Strategy) Strategi integrasi vertikal merupakan suatu strategi yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok, dan pesaing, misalnya melalui merger, akuisisi, atau membuat perusahaan sendiri. 2. Strategi Intensif (Intensive Strategy) Strategi intensif biasanya digunakan perusahaan ketika posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini akan membaik. Strategi ini 34

52 memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan melalui produk yang ada. 3. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy) Strategi diversifikasi dimaksudkan untuk menambah produk-produk baru. Strategi ini kurang popular karena ditinjau dari sisi tingginya tingkat kesulitan manajemen dalam mengendalikan tingkat kesulitan perusahaan yang berbeda-beda. 4. Strategi Defensif (Defensive Strategy) Strategi defensif merupakan upaya yang dilakukan perusahaan untuk melakukan tindakan-tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar, yang pada akhirnya adalah kebangkrutan. Tabel 6. Model Strategi Generik No. Strategi Generik Strategi Utama 1. Strategi Integrasi Vertikal (Vertical Integration Strategy) Strategi Integrasi ke Depan (Forward Integration Strategy) Strategi Integrasi ke Belakang (Backward Integration Strategy) Strategi Integrasi Horizontal 2. Strategi Intensif (Intensive Strategy) 3. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy) 4. Strategi Defensif (Defensive Strategy) Sumber: David (2009) (Horizontal Integration Strategy) Strategi Pengembangan Pasar (Market Development Strategy) Strategi Pengembangan Produk (Product Development Strategy) Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration) Strategi Diversifikasi Konsentrik (Concentric Diversification Strategy) Strategi Diversifikasi Konglomerat (Conglomerat Diversification Strategy) Strategi Diversifikasi Horizontal (Horizontal Diversification Strategy) Strategi Usaha Patungan (Joint Venture Strategy) Strategi Penciutan Biaya (Retrenchment Strategy) Strategi Divestasi (Divestiture Strategy) Strategi Likuidasi (Liquidation Strategy) 35

53 Visi, Misi, dan Tujuan Organisasi Visi menggambarkan apa yang ingin dicapai oleh suatu organisasi. Dirgantoro (2001) menyatakan bahwa visi adalah suatu pandangan yang jauh tentang perusahaan dan tujuan perusahaan, serta apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan, Umar (2008) menyatakan bahwa visi suatu perusahaan merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di masa yang akan datang yang diinginkan untuk terwujud oleh seluruh personel perusahaan, mulai dari jenjang yang paling atas sampai yang paling bawah. Hal ini serupa dengan David (2009) bahwa visi bersama antara manajer dan karyawan menciptakan perhatian bersama yang dapat mengangkat pekerja dari kebosanan kerja dan menempatkan mereka ke dunia baru yang penuh peluang dan tantangan. Visi diperlukan bagi keberlangsungan organisasi agar memiliki arah dan pegangan dalam menjalankan organisasinya, serta memotivasi tenaga kerja untuk mencapai kinerja yang baik. Jika dirinci lebih detail visi memberikan makna, yaitu: (1) Visi memusatkan perhatian untuk masa yang akan datang, (2) Visi memberikan arahan pada keputusan, dan (3) Visi memotivasi karyawan untuk bisa bertindak secara efektif. Setelah menentukan visi, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah membuat misi. Pada umumnya, visi yang telah ada akan sulit dimengerti oleh pihak-pihak yang ada dalam organisasi karena sifatnya yang multi dimensi dan hanya ada dalam benak para pendiri organisasi. Agar setiap orang dalam organisasi memahami cita-cita perusahaan, maka visi harus dibuat secara tertulis. Oleh karena itu, Umar (2008) mendefinisikan bahwa misi adalah penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan. Bahkan, David (2009) menyatakan bahwa misi merupakan suatu pernyataan yang penting bagi perumusan tujuan dan formulasi strategi yang efektif. Strategi mewakili tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan jangka panjang. Hal ini mengartikan bahwa tujuan jangka panjang merupakan hasil yang diharapkan dari penerapan strategi saat ini. Ikhsan (2009) menyatakan bahwa tujuan perusahaan merupakan pernyataan kualitatif mengenai keadaan atau hasil yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Sedangkan, Jauch dan Glueck (1992) menyatakan bahwa tujuan merupakan titik sentral semua kegiatan 36

54 perusahaan yang dapat dipakai sebagai alat untuk penilaian prestasi, pengendalian, koordinasi, dan juga keputusan strategi. Oleh karena itu, pencapaian tujuan dapat dikatakan sebagai ukuran keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Tujuan biasanya dinyatakan dalam bentuk pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, pangsa pasar, dan tanggung jawab sosial. Hal ini sesuai dengan Pearce dan Robinson (1997) yang menyatakan bahwa terdapat tiga tujuan ekonomis yang mendominasi arah strategik dari hampir semua organisasi bisnis, yaitu: (1) Kelangsungan hidup (survival), (2) Pertumbuhan (growth), dan (3) Profitabilitas (profitability) Analisis Lingkungan Usaha Analisis lingkungan diperlukan dalam rangka menilai lingkungan organisasi secara keseluruhan, yaitu meliputi faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang berada di dalam lingkungan (internal) organisasi serta peluang dan ancaman yang berada di luar lingkungan (eksternal) organisasi yang dapat mempengaruhi kemajuan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wheelen dan Hunger 2000) Lingkungan Internal Lingkungan internal dapat memperlihatkan daftar kekuatan dan kelemahan yang berada dalam kontrol perusahaan. Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lain yang relatif terhadap pesaing, dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Sedangkan, kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang menghambat kinerja efektif perusahaan (Pearce dan Robinson 1997). Organisasi berusaha untuk menjalankan strategi yang mendayagunakan kekuatan internal dan menghilangkan kelemahan internal (David 2009). Oleh karena itu, analisis lingkungan internal bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh organisasi sehingga organisasi dapat memanfaatkan kekuatannya secara optimal dan mengatasi kelemahan yang dimiliki. David (2009) membagi bidang fungsional bisnis menjadi beberapa variabel dalam analisis lingkungan internal, yaitu: 37

55 1. Manajemen Manajemen merupakan suatu tingkatan sistem pengaturan organisasi yang mecakup sistem produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan keuangan. Adapun fungsi manajemen terdiri dari: perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, pengelolaan, dan pengontrolan. 2. Pemasaran Pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, menciptakan, dan memenuhi kebutuhan serta keinginan pelanggan akan produk. Terdapat tujuh fungsi dasar pemasaran, yaitu: (1) Analisis pelanggan, (2) Penjualan produk, (3) Perencanaan produk, (4) Penetapan harga, (5) Distribusi, (6) Riset pemasaran, dan (7) Analisis peluang. 3. Keuangan Kondisi keuangan sering dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing perusahaan dan daya tarik bagi investor. Menetapkan kekuatan dan kelemahan keuangan amat penting untuk merumuskan strategi secara efektif. 4. Produksi/Operasi Fungsi produksi terdiri atas aktivitas mengubah masukan menjadi barang atau jasa. Manajemen produksi menangani masukan perubahan dan keluaran yang bervariasi antar industri dan pasar. 5. Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Istilah litbang digunakan untuk menggambarkan beragam kegiatan. Dalam beberapa institusi, para ilmuwan melakukan penelitian dan pengembangan dasar di laboratorium dan berkonsentrasi pada masalah teoritis. Sementara itu, di perusahaan para ahli melakukan pengembangan produk dengan berkonsentrasi pada peningkatan kualitas produk. 6. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Sistem Informasi Manajemen (SIM) bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara meningkatkan kualitas keputusan manajerial. SIM yang efektif berusaha mengumpulkan, memberi kode, menyimpan, mensintesis, dan menyajikan informasi database, sehingga dapat melaksanakan kegiatan operasional dan menyusun strategi yang tepat. 38

56 Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal adalah proses mengenali dan mengevaluasi kecenderungan dan peristiwa di luar kendali perusahaan. Lingkungan eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar jangkauan dan kendali organisasi, sehingga organisasi hanya dapat merespon dari adanya faktor tersebut (David 2009). Oleh karena itu, analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengungkapkan peluang dan ancaman yang dihadapi oleh suatu organisasi, sehingga organisasi dapat merumuskan strategi untuk memanfaatkan peluang yang ada dan menghindari dampak ancaman yang ditimbulkan. Analisis lingkungan eksternal terdiri dari analisis lingkungan jauh dan lingkungan industri. a. Lingkungan Jauh Lingkungan jauh terdiri dari dari faktor-faktor yang bersumber dari luar, dan biasanya tidak berhubungan secara langsung dengan situasi operasional suatu perusahaan (Pearce dan Robinson 1997). Lingkungan ini akan memberikan peluang dan ancaman yang dapat mempengaruhi keberlangsungan perusahaan. Serupa dengan hal itu, David (2009) menyatakan bahwa analisis lingkungan jauh akan menghasilkan sejumlah variabel yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya. Variabel-variabel yang menjadi faktor kunci dalam perumusan strategi pengembangan usaha dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Daftar Beberapa Variabel Eksternal yang Menghasilkan Peluang dan Ancaman Politik Sosial dan Budaya Situasi politik negara Pertumbuhan penduduk Regulasi dan deregulasi pemerintah Jumlah penduduk Peraturan pajak Tingkat pendidikan rata-rata Peraturan ekspor-impor Kepercayaan Peraturan tenaga kerja Gaya hidup Kebijakan subsidi Sikap terhadap mutu produk Kebijakan fiskal dan moneter Perilaku belanja Kebijakan politik luar negari Ekonomi Teknologi Tren pertumbuhan ekonomi Perkembangan teknologi dan informasi Tingkat inflasi Kecenderungan perkembangan teknologi Kurs mata uang yang unik dalam industri Kecenderungan PDB Perkembangan teknologi dasar Ketersediaan kredit Tingkat Pajak Pola konsumsi Sumber: David (2009) 39

57 b. Lingkungan Industri Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasional perusahaan (Purnomo dan Zulkeflimansyah 1999). Analisis lingkungan industri bertujuan untuk mencari posisi bersaing yang menguntungkan dengan mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi struktur dan persaingan di dalam industri, dimana perusahaan tersebut beroperasi. Oleh karena itu, analisis lingkungan industri dilakukan berdasarkan konsep Model Lima Kekuatan Persaingan. Porter (1991) menyebutkan bahwa struktur persaingan dalam industri dapat dilihat sebagai kombinasi dari lima kekuatan bersaing, yaitu tingkat persaingan di antara pesaing yang ada (perusahaan sejenis), ancaman masuknya pendatang baru, ancaman produk substitusi (pengganti), kekuatan tawar-menawar pembeli, dan kekuatan tawar-menawar pemasok, seperti terlihat pada Gambar 3. Ancaman Masuknya Pendatang Baru Kekuatan Tawar- Menawar Penjual/Pemasok Persaingan Antar Perusahaan Sejenis Kekuatan Tawar- Menawar Pembeli/Konsumen Ancaman Produk Substitusi (Pengganti) Gambar 3. Model Lima Kekuatan Persaingan Menurut Porter Sumber: Porter (1991) 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka pemikiran operasional digunakan sebagai landasan yang berkaitan dengan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian. Langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini dimulai dari hal yang paling mendasar yang harus diketahui, yaitu mengidentifikasi potensi, visi dan misi, serta 40

58 permasalahan yang dimiliki oleh KUD Puspa Mekar. KUD Puspa Mekar merupakan suatu organisasi koperasi yang bergerak di bidang usahaternak sapi perah (produksi susu segar) yang memiliki potensi dan peranan besar dalam mengembangkan usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Bandung Barat. Potensi tersebut sesuai dengan visi yang dimiliki oleh KUD Puspa Mekar, yaitu menjadi koperasi susu terdepan di Indonesia dalam mensejahterakan anggota, sedangkan misinya adalah mensejahterakan anggota melalui pelayanan prima dengan manajemen yang berkomitmen dan meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi melalui pendidikan, pemberdayaan SDM, dan kemitraan strategis. Namun, dalam perkembangannya KUD Puspa Mekar dihadapkan pada beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian visi dan misi tersebut yang mengganggu jalannya aktivitas usaha mereka. Permasalahan yang dihadapi, meliputi dampak negatif yang ditimbulkan dari terbentuknya asosiasi KUD Puspa Mekar dengan KPSBU, kurangnya partisipasi dan loyalitas anggota yang disebabkan oleh kurang maksimalnya pembinaan anggota yang dilakukan oleh KUD Puspa Mekar, jumlah produksi susu yang masih rendah dan belum mampu memenuhi kapasitas produksi IPS, sehingga menyebabkan saluran pemasaran tidak berkembang, dan sumber daya yang belum teroptimalkan. Untuk mengatasi permasalahan yang ada, maka KUD Puspa Mekar memerlukan strategi pengembangan yang tepat untuk usahanya. Strategi pengembangan usaha yang dirumuskan harus mempertimbangkan potensi dan kondisi serta keinginan yang dimiliki oleh KUD Puspa Mekar, sehingga pada akhirnya strategi tersebut dapat menjadi alternatif solusi bagi KUD Puspa Mekar guna mencapai visi dan misinya. Formulasi strategi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan landasan teori yang dikemukakan oleh David (2009), yaitu melalui tiga tahapan analisis. Tahapan tersebut, meliputi tahap input, tahap pencocokan, dan tahap pengambilan keputusan. Namun, dalam penelitian ini formulasi strategi yang dilakukan hanya sampai pada tahap pencocokan dan tahap selanjutnya akan dijelaskan melalui rancangan arsitektur strategi. Tahap input dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang berasal dari lingkungan internal KUD Puspa Mekar, meliputi manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta 41

59 sistem informasi manajemen. Selain itu, pada tahap input diidentifikasi pula peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal KUD Puspa Mekar, meliputi politik, ekonomi, sosial dan budaya, teknologi, serta industri (persaingan perusahaan sejenis, kekuatan tawar-menawar pemasok, kekuatan tawar-menawar pembeli, ancaman pendatang baru dan produk pengganti). Variabel-variabel internal dan eksternal KUD Puspa Mekar yang telah diidentifikasi akan dianalisis dan dijabarkan lebih jelas dalam matriks IFE dan EFE. Tahap selanjutnya, yaitu tahap pencocokan yang digunakan untuk mencocokan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal KUD Puspa Mekar, sehingga menghasilkan alternatif strategi yang layak secara efektif. Hasil dari analisis yang dijabarkan dalam matriks IFE dan EFE dimasukkan ke dalam matriks I-E untuk mengetahui posisi KUD Puspa Mekar, kemudian dilakukan analisis ke dalam matriks SWOT untuk menghasilkan beberapa alternatif strategi yang lebih aplikatif bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar. Setelah diperoleh alternatif-alternatif strategi, maka tahap selanjutnya adalah membuat rancangan strategi pengembangan usaha menggunakan arsitektur strategi. Rancangan arsitektur strategi dilakukan untuk mengetahui tahapan pelaksanaan strategi secara lebih rinci dalam rentang atau periode waktu yang ditargetkan yang juga disesuaikan dengan visi dan misi, serta tantangan dan sasaran yang dimiliki oleh KUD Puspa Mekar. Berdasarkan tahapan rancangan arsitektur strategi yang dilakukan, maka akan diperoleh suatu manfaat berupa rekomendasi program-program kegiatan yang terkait dengan strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar. Adapun implementasi dari alternatif strategi dan program-program kegiatan yang dihasilkan pada penelitian ini sepenuhnya diserahkan kembali kepada pihak KUD Puspa Mekar. Secara lengkap, kerangka penelitian operasional dapat dilihat pada Gambar 4. 42

60 Visi: Misi: KUD PUSPA MEKAR Menjadi koperasi susu terdepan di Indonesia dalam mensejahterakan anggota 1. Mensejahterakan anggota melalui pelayanan prima dengan manajemen yang berkomitmen 2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi melalui pendidikan, pemberdayaan SDM, dan kemitraan strategis Potensi: Memiliki potensi dan peranan besar dalam pengembangan usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Bandung Barat Permasalahan Dalam Perkembangannya: Dampak negatif dari terbentuknya asosiasi KUD Puspa Mekar dengan KPSBU Kurangnya partisipasi dan loyalitas anggota Kurang maksimalnya pembinaan anggota Jumlah produksi susu yang masih rendah Saluran distribusi yang belum berkembang Sumber daya yang belum teroptimalkan Dibutuhkan Strateg Pengembangan Usaha Identifikasi Isu-isu Strategi Analisis Lingkungan Internal : Manajemen Keuangan Produksi/Operasi Pemasaran Riset dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Analisis Lingkungan Eksternal : Lingkungan Jauh (Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Teknologi) Lingkungan Industri (Persaingan dan Masuknya Pesaing Baru, Produk Substitusi, Kekuatan Tawar- menawar Pemasok dan Pembeli) Tahapan Formulasi Strategi Menurut David (2009) Tahap 1: Tahap Input Tahap 2: Tahap Pencocokkan Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Rancangan Arsitektur Strategi Tantangan dan Sasaran KUD Puspa Mekar Rekomendasi Program-Program Kegiatan Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar 43

61 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan kebutuhan KUD Puspa Mekar untuk mengatasi permasalahan-permasalahan internal dan eksternal organisasinya dengan pertimbangan bahwa KUD Puspa Mekar merupakan salah satu koperasi yang bergerak di bidang peternakan sapi perah yang berpotensi untuk dapat maju dan berkembang di Kabupaten Bandung Barat. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012, meliputi kegiatan pengumpulan data (turun lapang) dan pengolahan data Metode Penentuan Responden Metode penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu metode pengambilan responden dilakukan secara sengaja, namun dengan pertimbangan tertentu. Penentuan responden untuk pengambilan data dalam penelitian ini berjumlah 14 orang, yaitu terdiri dari pihak internal dan eksternal organisasi KUD Puspa Mekar. Pihak internal dari KUD Puspa Mekar, meliputi Ketua KUD Puspa Mekar, Manajer Operasional KUD Puspa Mekar, dan anggota KUD Puspa Mekar yang berjumlah 10 orang. Sedangkan, pihak eksternal dari KUD Puspa Mekar, meliputi pihak atau instansi yang berada di luar organisasi KUD Puspa Mekar, yaitu Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dari Dinas Peternakan dan Perikanan serta Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan responden dari keduanya dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan bahwa kedua pihak tersebut merupakan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian serta mengetahui informasi mendalam mengenai kondisi internal dan eksternal KUD Puspa Mekar. Dalam pengolahan data, bobot yang diberikan terhadap kedua responden berbeda. Responden pertama yang merupakan pihak internal organisasi diberi bobot sebesar 80 persen yang terbagi lagi menjadi 20 persen untuk Ketua KUD 44

62 Puspa Mekar, 20 persen untuk Manajer Operasional KUD Puspa Mekar, dan 40 persen untuk anggota KUD Puspa Mekar. Sedangkan, PPL dari Dinas Peternakan dan pihak dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat yang berasal dari pihak eksternal diberi bobot sebesar 20 persen dan masing-masing sebesar 10 persen. Dengan pertimbangan bahwa responden pertama lebih mengetahui kondisi internal organisasinya daripada responden kedua. Selain itu, responden kedua tidak mempunyai pengaruh dalam pengambilan kebijakan atau keputusan dalam koperasi sehingga diberikan bobot yang lebih kecil. Pemberian bobot ini dilakukan pada tahap penilaian bobot dan rating untuk kuesioner analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rancangan pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Desain penelitian menunjukan cara menggunakan variabel-variabel secara efisien dan ekonomis. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode studi kasus. Metode deskriptif mempelajari masalah-masalah masyarakat atau organisasi, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlaku dan pengaruh-pengaruh dari fenomena. Sedangkan, metode studi kasus merupakan prosedur dan teknik penelitian tentang subjek yang diteliti berupa individu, lembaga, kelompok atau masyarakat untuk memperoleh gambaran secara rinci tentang latar belakang, sifat-sifat, serta karakter yang khas dari kasus. Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di KUD Puspa Mekar yang merupakan koperasi yang bergerak di bidang peternakan sapi perah di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat Data dan Instrumentasi Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal KUD Puspa Mekar. Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara langsung dan mendalam (indepth interview), serta pengisian kuesioner yang ditujukan kepada pihak internal dan eksternal organisasi KUD Puspa Mekar. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari sumber informasi, meliputi laporan tertulis yang dimiliki oleh KUD 45

63 Puspa Mekar baik berupa laporan bulanan maupun tahunan, studi literatur dari buku-buku yang relevan, hasil riset atau hasil penelitian sebelumnya, dan situs internet atau website yang terkait dengan topik penelitian, serta pengumpulan data informasi dari instansi atau lembaga yang terkait baik pemerintah maupun swasta, seperti Biro Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Peternakan, Kementerian Koperasi dan UMKM, serta instansi terkait lainnya. Selain itu, data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diantaranya, meliputi sejarah dan perkembangan, visi dan misi, struktur organisasi, kebijakan organisasi, rencana dan realisasi kegiatan usaha, saluran distribusi, area pemasaran, kualitas produk, dan pelayanan KUD Puspa Mekar terhadap anggotanya. Sedangkan, data kuantitatif diantaranya, meliputi laporan keuangan, kapasitas produksi, jumlah permintaan dan penjualan, jumlah anggota dan karyawan, serta jumlah populasi sapi perah yang dimiliki oleh anggota Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan selama bulan Maret sampai dengan April Tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dari tahap observasi, wawancara, diskusi, dan kuesioner. Berikut ini adalah paparan tahapan pengumpulan data yang dilakukan: 1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung mengenai kegiatan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar dan hal-hal lainnya yang mendukung penelitian. 2. Wawancara, yaitu melakukan proses tanya jawab dengan beberapa objek penelitian. Wawancara dilakukan dengan pihak internal KUD Puspa Mekar, meliputi Ketua, Manajer Operasional, dan anggota KUD Puspa Mekar, serta dengan pihak eksternal, meliputi Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dari Dinas Peternakan dan Perikanan serta Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat. 3. Diskusi, yaitu melakukan wawancara mendalam dan bertukar pikiran mengenai permasalahan dan kondisi yang ada dengan pihak internal dari KUD Puspa Mekar dan pihak eksternal dari Dinas Peternakan dan Perikanan 46

64 serta Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat. 4. Kuesioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan berupa kuesioner kepada responden terpilih, meliputi Ketua, Manajer Operasional, dan anggota KUD Puspa Mekar, Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dari Dinas Peternakan dan Perikanan serta Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat. Kuesioner terdiri dari kuesioner untuk identifikasi faktor internal dan eksternal, serta kuesioner untuk rating dan pembobotan Metode Pengolahan Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif dan analisis lingkungan usaha melalui analisis tahapan formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam tahapan formulasi strategi tersebut adalah matriks Internal Factor Evaluation (IFE), matriks External Factor Evaluation (EFE), matriks Internal-External (I-E), matriks Strength-Weakness-Opportunity-Threat (SWOT), dan rancangan arsitektur strategi Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai KUD Puspa Mekar secara komprehensif, meliputi sejarah dan perkembangan, visi dan misi, serta struktur organisasi KUD Puspa Mekar. Analisis ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi isu-isu strategi yang menunjukkan kondisi internal dan eksternal KUD Puspa Mekar. Hasil dari analisis ini dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, diagram, maupun matriks sesuai dengan hasil yang diperoleh Analisis Tahapan Formulasi Strategi Penyusunan suatu strategi dilakukan melalui tiga tahap kerja, yaitu tahap masukan (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan tahap pengambilan keputusan (decision stage) (David 2009). Namun, dalam penelitian ini tahapan formulasi strategi yang digunakan hanya tahap masukan dan pencocokan saja. Tahap masukan dalam penelitian ini menggunakan matriks IFE 47

65 dan EFE. Tahap ini meringkas informasi dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Tahap pencocokan berfokus pada penciptaan alternatif strategi yang layak dengan mencocokan faktor internal dan eksternal. Alat analisis yang digunakan pada tahap ini adalah matriks I-E dan SWOT. Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah untuk memetakan program-program kegiatan dari alternatif-alternatif strategi yang diperoleh dalam penelitian, yaitu melalui tahap rancangan arsitektur strategi (Yoshida 2006) Tahap Masukan (Input Stage) Tahap masukan (input stage) dilakukan untuk mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal KUD Puspa Mekar dengan menggunakan matriks IFE dan EFE. Untuk mempermudah peneliti membedakan pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam lingkungan internal dan eksternal KUD Puspa Mekar, maka sebelumnya peneliti melakukan analisis mengenai stakeholder boundaries KUD Puspa Mekar yang dapat dilihat pada Gambar 5. Lingkungan Internal: Ketua Pengurus Manajer Operasional Karyawan Anggota Lingkungan Eksternal: Pembeli/Konsumen Pesaing Pemerintah Dinas dan instansi terkait lainnya Gambar 5. Stakeholder Boundaries KUD Puspa Mekar a) Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional KUD Puspa Mekar, meliputi aspek manajemen, produksi, pemasaran, keuangan, penelitian dan pengembangan, 48

66 dan sistem informasi manajemen. Hasil dari analisis lingkungan internal ini kemudian diolah dengan menggunakan matriks IFE. Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal KUD Puspa Mekar yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Berikut ini adalah tahapan kerjanya: 1. Mengidentifikasi faktor internal KUD Puspa Mekar, kemudian melakukan wawancara atau diskusi dengan responden terpilih dengan menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan kondisi internal KUD Puspa Mekar saat ini. 2. Menentukan bobot pada analisis internal KUD Puspa Mekar dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih dengan menggunakan metode paired comparison. Untuk menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3. 1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Penilaian bobot terhadap faktor strategis internal KUD Puspa Mekar dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Internal Total Total (Xi) n Bobot (αi) Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah total nilai setiap variabel terhadap jumlah total nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus : 49

67 αi = Xi Keterangan : αi = bobot variabel ke- i Xi = total nilai variabel ke- i i = 1, 2, 3,. n = jumlah total variabel Adapun bobot yang diberikan berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengidentifikasi tingkat kepentingan relatif dari faktor terhadap keberhasilan KUD Puspa Mekar dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja KUD Puspa Mekar harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 3. Memberikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan, yaitu: 1 = Jika faktor strategis tersebut menjadi kelemahan mayor/utama 2 = Jika faktor strategis tersebut menjadi kelemahan minor/kecil 3 = Jika faktor strategis tersebut menjadi kekuatan minor/kecil 4 = Jika faktor strategis tersebut menjadi kekuatan mayor/utama 4. Mengkalikan nilai dari pembobotan dengan peringkat pada tiap faktor dan menjumlahkan semua hasil kali tersebut secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan (Tabel 9). Total skor pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE berkisar antara 3,0 4,0, berarti kondisi internal KUD Puspa Mekar tinggi atau kuat, kemudian jika berkisar antara 2,0 2,99, berarti kondisi internal KUD Puspa Mekar rata-rata atau sedang, dan jika berkisar antara 1,0 1,99, berarti kondisi internal KUD Puspa Mekar rendah atau lemah. 50

68 Tabel 9. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor Internal Kunci Bobot Rating Skor Total Kekuatan Kelemahan Total b) Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal digunakan untuk mengidentifikasi ancaman dan peluang yang mungkin dihadapi oleh KUD Puspa Mekar. Analisis lingkungan eksternal dapat dilihat dari lingkungan jauh dan industri. Lingkungan jauh terdiri dari aspek ekonomi, sosial budaya demografis dan lingkungan, politik pemerintahan dan hukum, serta teknologi. Sedangkan, lingkungan industri dapat diidentifikasi berdasarkan lima kekuatan bersaing, yaitu kekuatan persaingan dalam industri, kekuatan kemungkinan masuknya pendatang baru, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli, dan potensi pengembangan produk substitusi. Dari analisis lingkungan eksternal ini kemudian diolah dengan menggunakan matriks EFE. Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal dalam lingkungan eksternal KUD Puspa Mekar. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap KUD Puspa Mekar. Berikut ini adalah tahapan kerjanya: 1. Mengidentifikasi faktor eksternal KUD Puspa Mekar, kemudian melakukan wawancara atau diskusi dengan responden terpilih untuk menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan kondisi eksternal KUD Puspa Mekar saat ini. 2. Menentukan bobot pada analisis eksternal KUD Puspa Mekar dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih dengan menggunakan metode paired comparison. Untuk menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3. 1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 51

69 2 = Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Penilaian bobot terhadap faktor strategis eksternal KUD Puspa Mekar dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor Total Strategis (Xi) Eksternal Total n Bobot (αi) Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah total nilai setiap vairabel terhadap jumlah total nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus : Keterangan : Xi αi = bobot variabel ke- i αi = Xi = total nilai variabel ke- i i = 1, 2, 3,. n = jumlah total variabel Adapun bobot yang diberikan berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor untuk mengidentifikasikan tingkat kepentingan relatif dari faktor terhadap keberhasilan KUD Puspa Mekar dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah peluang dan ancaman, faktor yag dianggap memiliki pengaruh yang paling besar dalam kinerja KUD Puspa Mekar harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 3. Memberikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor peluang dan ancaman, yaitu: 1 = Sangat rendah, jika tidak berpengaruh bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar 52

70 2 = Rendah, jika kurang berpengaruh bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar 3 = Tinggi, jika berpengaruh besar bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar 4 = Sangat tinggi, jika berpengaruh sangat besar bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar 4. Mengkalikan nilai dari pembobotan dengan peringkat pada tiap faktor dan menjumlahkan semua hasil kali tersebut secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan (Tabel 11). Total skor pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan EFE berkisar antara 3,0 4,0, berarti KUD Puspa Mekar merespon kuat terhadap peluang dan ancaman, kemudian jika berkisar antara 2,0 2,99, berarti KUD Puspa Mekar merespon sedang terhadap peluang dan ancaman, dan jika berkisar antara 1,0 1,99, berarti KUD Puspa Mekar tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada. Tabel 11. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor Eksternal Kunci Bobot Rating Skor Total Peluang Ancaman Total Kuesioner rating dan bobot dalam analisis lingkungan internal dan eksternal pada penelitian ini menggunakan beberapa indikator untuk mempermudah responden dalam menjawab kuesioner agar hasil yang diperoleh tidak bias atau subjektif. Adapun beberapa indikator yang dijadikan acuan untuk menjawab kuesioner rating dan bobot dalam analisis lingkungan internal dan eksternal dapat dilihat pada halaman lampiran. 53

71 Tahap Pencocokan (Matching Stage) Tahap pencocokan dilakukan untuk memadukan peluang dan ancaman (eksternal) dengan kekuatan dan kelemahan (internal) berdasarkan informasi yang telah didapat pada tahap masukan (input stage). Pada tahap pencocokan ini digunakan alat analisis matriks I-E dan SWOT untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak. a) Matriks I-E Matriks I-E digunakan untuk memetakan posisi KUD Puspa Mekar saat ini ke dalam sembilan sel strategi berdasarkan analisis matriks IFE dan EFE (Gambar 6). Tujuan penggunaan matriks I-E adalah untuk memperoleh strategi bisnis ditingkat koperasi yang lebih detail (Rangkuti, 2000). David (2009) menyatakan bahwa matriks I-E didasari pada dua dimensi kunci, yaitu skor bobot total IFE pada sumbu x dan skor bobot total EFE pada sumbu y. Pada sumbu y matriks I-E, skor total dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Kuat 4,0 3,0 Rata-rata 2,99 2,0 Lemah 1,99 1,0 4,0 3,0 2,0 1,0 Tinggi 3,0 4,0 Menengah 2,0 2,99 Rendah 1,0 1,99 3,0 2,0 1,0 I II III IV V VI VII VIII IX Gambar 6. Format Matriks IE Sumber: David (2009) 54

72 Sembilan sel matriks I-E yang terlihat pada Gambar 6 tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Pertama, sel I, II, IV digambarkan sebagai tumbuh dan membangun. Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, ke depan, dan horizontal) dapat menjadi strategi yang paling sesuai untuk diterapkan. Kedua, sel II, V, VII digambarkan sebagai pertahankan dan memelihara. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk tipe sel ini. Ketiga, sel VI, VII, IX digambarkan sebagai panen atau divestasi, yaitu usaha memperkecil atau mengurangi usaha dengan menggunakan strategi divestasi, diversifikasi konglomerat, dan likuidasi. b) Matriks SWOT Matriks SWOT merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menghasilkan strategi yang lebih aplikatif berdasarkan posisinya pada matriks I-E. Rangkuti (2003) menyatakan bahwa analisis matriks SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Penyajian yang sistematis dari matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 12. David (2009) menyatakan bahwa dalam menyusun matriks SWOT terdapat delapan langkah yang harus dilakukan, yaitu: 1. Menuliskan kekuatan internal kunci KUD Puspa Mekar 2. Menuliskan kelemahan internal kunci KUD Puspa Mekar 3. Menuliskan peluang eksternal kunci KUD Puspa Mekar 4. Menuliskan ancaman eksternal kunci KUD Puspa Mekar 5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat strategi S-O dalam sel yang ditentukan 6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat strategi W-O dalam sel yang ditentukan 7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat strategi S-T dalam sel yang ditentukan 55

73 8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal danmencatat strategi W-T dalam sel yang ditentukan. Tabel 12. Format Matriks SWOT Analisis Internal Kekuatan (Stregths-S) Kelemahan (Weakness-W) Analisis Eksternal Peluang (Opportunities-O) Peluang-peluang eksternal KUD Puspa Mekar Ancaman (Threats-T) Ancaman-ancaman eksternal KUD Puspa Mekar Sumber: David (2009) Kekuatan-kekuatan internal KUD Puspa Mekar Strategi S-O Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi S-T Gunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Kelemahan-kelemahan internal KUD Puspa Mekar Strategi W-O Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Strategi W-T Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Arsitektur Strategi Arsitektur strategi adalah rancangan alternatif strategi yang dijabarkan dengan lebih rinci ke dalam program-program kegiatan. Bentuk aristektur strategi akan lebih mudah dipahami karena alternatif strategi akan dijabarkan dalam bentuk gambar yang diposisikan dalam rentang waktu yang sudah ditargetkan untuk mencapai tujuan organisasi, sehingga memudahkan pihak KUD Puspa Mekar dalam membaca, memahami, melakukan, dan mengevaluasinya. Rentang waktu yang digunakan dalam arsitektur strategi tidak memiliki standar baku tertentu, hanya disesuaikan dengan kebijakan maupun keputusan KUD Puspa Mekar dalam mencapai tujuannya. Rentang waktu yang ditetapkan KUD Puspa Mekar untuk mengimplementasikan arsitektur strategi pengembangan usahanya adalah selama empat periode waktu. Pemilihan rentang waktu tersebut mempertimbangkan kondisi KUD Puspa Mekar yang diperoleh dari pengurus dan disesuaikan dengan rencana strategis, visi, misi, dan tujuan KUD Puspa Mekar. Dengan demikian, rancangan arsitektur strategi ini merupakan suatu proses berpikir kreatif yang menggabungkan seni dan hasil strategi yang diperoleh dari tahap pencocokan melalui matriks SWOT. Yoshida (2006) menyatakan bahwa 56

74 dalam menyusun arsitektur strategi yang lengkap perlu memperhatikan unsurunsur sebagai berikut: a. Visi dan Misi Organisasi Visi dan misi organisasi dalam arsitektur strategi berguna sabagai pedoman dan arah organisasi di masa depan, sehingga gambar arsitektur strategi yang baik harus sesuai dengan visi dan misi organisasi. b. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Analisis ini merupakan tahap identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi organisasi saat ini dan masa yang akan datang. c. Industry Foresight Industry foresight memberikan gambaran tentang hal-hal yang potensial dalam organisasi untuk dikembangkan di masa depan dan memungkinkan organisasi tersebut untuk mengambil posisi sebagai pemimpin. Dengan menyusun suatu masa depan industri/bisnis, maka organisasi akan dapat mengontrol evolusi industrinya. d. Tantangan Organisasi (Strategic Challenge) Tantangan organisasi adalah sarana atau tata cara operasional yang harus dimiliki dan diaplikasikan oleh organisasi untuk memperoleh keunggulankeunggulan bersaing baru secara bertahap. Tantangan organisasi mengidentifikasi titik fokus untuk pembangunan kapabilitas organisasi dalam jangka pendek dan menengah. Titik fokus ini lazimnya diprioritaskan pada kelemahan organisasi. e. Sasaran Organisasi Sasaran merupakan tujuan organisasi yang dikuantifikasikan dengan baik. Sasaran ini dibuat dalam rangka memudahkan organisasi dalam mencapai tujuannya, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek serta sejalan dalam menjawab tantangan organisasi. Dengan mempertimbangkan unsur-unsur tersebut dan hasil alternatif strategi yang diperoleh melalui matriks SWOT, maka dapat dirancang programprogram yang akan digambarkan dalam peta arsitektur strategi. Adapun tahapan dalam rancangan arsitektur strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar dapat dilihat pada Gambar 7 berikut. 57

75 Analisis Lingkungan Internal IFE Analisis Lingkungan Eksternal EFE Matriks I-E Matriks SWOT Visi, Misi, dan Tujuan Organisasi Tantangan dan Sasaran Organisasi Rancangan Arsitektur Strategi Rekomendasi Program-Program Gambar 7. Tahapan Rancangan Arsitektur Strategi Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar 58

76 V. GAMBARAN UMUM KUD PUSPA MEKAR 5.1. Sejarah dan Perkembangan KUD Puspa Mekar Strategi pembangunan ekonomi nasional difokuskan pada pembangunan kerakyatan, dimana pengusaha kecil dan menengah maupun koperasi sebagai ujung tombaknya akan saling bahu-membahu dan memperkuat persatuan dan kesatuan di dalam mewujudkan ekonomi yang berbasiskan kerakyatan. KUD Puspa Mekar adalah salah satu contoh koperasi yang lahir untuk mewujudkan strategi pembangunan tersebut. Latar belakang didirikannya Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar adalah atas dasar pemekaran desa di wilayah Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat pada tahun Pada saat itu desa-desa yang terletak di wilayah Kecamatan Cisarua mengalami pemekaran wilayah, sehingga menjadi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Parongpong. Di Kecamatan Cisarua telah lama berdiri sebuah KUD yang wilayah kerjanya juga mencakup wilayah Kecamatan Parongpong. Namun, adanya program pemerintah melalui Inpres nomor 2 tahun 1978 yang mewajibkan pendirian KUD pada setiap kecamatan, maka didirikanlah KUD Puspa Mekar di Kecamatan Parongpong. Pada tahun 1988, KUD Puspa Mekar masih bernama Koperasi Unit Desa Bunga Indonesia Cihideung Indah (KUD BICI), baru kemudian pada tanggal 16 April 1998 diadakan perubahan Anggaran Dasar (AD) Koperasi, sehingga nama KUD BICI berubah menjadi KUD Puspa Mekar yang secara resmi terdaftar pada tanggal 24 Juni 1998 dan memperoleh badan hukum dengan nomor 8804/BH/PAD/KWK-10/VI/1998. Bidang usaha yang dikelola saat itu bergerak di sektor pertanian tanaman bunga, simpan pinjam, waserda, industri/perdagangan umum, dan pelayanan jasa. Seiring perkembangan waktu, KUD Puspa Mekar tidak berperan secara signifikan terhadap komoditi tanaman bunga karena sebagian dari anggotanya membentuk kelompok dan asosiasi sendiri di luar dan tanpa seizin KUD Puspa Mekar. Pada tahun 1999, KUD Puspa Mekar beralih dari sektor pertanian tanaman bunga menjadi sektor peternakan sapi perah dengan unit usaha yang masih bertahan, yaitu unit usaha simpan pinjam dan waserda serta unit usaha baru, yaitu unit usaha makanan ternak. Pergantian komoditi menjadi sapi perah disebabkan Kecamatan Parongpong selain berpotensi pada pengembangan 59

77 usaha tanaman bunga, juga berpotensi pada pengembangan usahaternak sapi perah. Periode tahun merupakan masa kejayaan bagi KUD Puspa Mekar karena mampu mencapai produksi susu sebanyak 12 ton per tahun atau sekitar liter per hari. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah produksi susu semakin menurun sampai pada tahun 2006 yang mencapai titik terendah, yaitu sebesar liter per hari. Selain penurunan produksi susu yang sangat rendah, pada tahun tersebut terjadi banyak masalah dalam manajemen organisasi KUD Puspa Mekar yang hampir menyebabkan kebangkrutan bagi KUD Puspa Mekar. Permasalahan tersebut, antara lain banyaknya kolektor susu yang muncul dalam keanggotaan koperasi dan banyaknya pemegang saham atau investor yang menanamkan modalnya di KUD Puspa Mekar, sehingga menyebabkan timbulnya kepentingan pribadi dalam kepengurusan koperasi. Oleh karena itu, untuk menjaga KUD Puspa Mekar dari kebangkrutan tersebut, maka pada bulan Mei 2006 KUD Puspa Mekar mengajukan surat kepada Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) mengenai permohonan bantuan untuk mengelola manajemen persusuan KUD Puspa Mekar dan permohonan bantuan pinjaman dana untuk membayar utang kepada pihak Bank, investor, serta mengganti bayaran susu yang belum dibayarkan kepada sebagian anggota. GKSI memenuhi seluruh permohonan KUD Puspa Mekar dengan menunjuk KPSBU sebagai koperasi primer yang memiliki manajemen persusuan dan permodalan yang cukup baik. Sehingga, diharapkan dapat membantu keberlangsungan KUD Puspa Mekar dengan melakukan pembinaan dan perbaikan manajemen persusuan di KUD Puspa Mekar dan memberikan pinjaman dana kepada KUD Puspa Mekar. Atas permohonan KUD Puspa Mekar dan surat penunjukkan GKSI Jawa Barat yang sesuai dengan prinsip kerja sama antar koperasi, maka KPSBU menyanggupi permohonan tersebut untuk membantu keberlangsungan KUD Puspa Mekar dengan melakukan pembinaan dan perbaikan manajemen persusuan di KUD Puspa Mekar dan memberikan pinjaman dana kepada KUD Puspa Mekar. Beberapa hal yang menjadi kesepakatan kerja sama antara KUD Puspa Mekar dengan KPSBU secara tertulis tercantum di dalam Memorandum of Understanding (MoU), antara lain: 60

78 a. Terbentuknya Asosiasi KPSBU KUD Puspa Mekar, sehingga dibentuk kepengurusan Asosiasi KPSBU KUD Puspa Mekar yang diketuai oleh ketua KPSBU. b. KPSBU memberikan pinjaman sejumlah dana yang dibutuhkan oleh KUD Puspa Mekar untuk membayar utang kepada pihak Bank dan para investor, serta mengganti bayaran susu yang belum dibayarkan kepada sebagian anggota c. Segala bentuk manajemen KUD Puspa Mekar diperbantukan oleh KPSBU, yaitu dengan melakukan peninjauan ulang sejumlah karyawan yang dipekerjakan di KUD Puspa Mekar dan mempekerjakan satu orang tambahan karyawan dari KPSBU sebagai Manajer Operasional atau Chief Operational Officer (COO) dalam manajemen organisasi KUD Puspa Mekar. Selain itu, dilakukan peninjauan ulang manajemen kualitas susu KUD Puspa Mekar, sehingga dapat mengikuti standar kualitas susu KPSBU. Dengan adanya kesepakatan yang tercantum di dalam MoU tersebut, maka tujuan pembentukan Asosiasi KPSBU KUD Puspa Mekar adalah: a. Untuk mempertahankan dan menjaga keberlanjutan sistem agribisnis usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar sebagai salah satu koperasi persusuan di wilayah Kabupaten Bandung Barat. b. Menghindari peternak dari kolektor-kolektor susu yang semakin lama semakin banyak di wilayah Kabupaten Bandung Barat yang dapat merugikan peternak. c. Meningkatkan pelayanan prima bagi anggota KUD Puspa Mekar. d. Memperbaiki kualitas susu KUD Puspa Mekar dengan tujuan untuk meningkatkan harga susu di tingkat peternak. Berkat adanya kerja sama dengan KPSBU dan komitmen yang kuat dari para pengurus, karyawan, dan anggota untuk selalu menjaga dan mempertahankan keberlangsungan KUD Puspa Mekar, maka KUD Puspa Mekar mampu bangkit dari masa keterperukannya. Sampai saat ini, KUD Puspa Mekar telah melakukan beberapa perbaikan dan perubahan dalam manajemen organisasinya, serta melakukan perubahan sistem dan penyatuan visi untuk seluruh kegiatan usaha 61

79 yang dilakukannya, sehingga tercipta hubungan kerja sama yang baik antara pengurus, anggota, karyawan, serta stakeholders lainnya. Adapun perubahan dan perbaikan yang sudah dilakukan oleh KUD Puspa Mekar sampai saat ini antara lain: a. Dengan melihat potensi wilayah kerja KUD Puspa Mekar, unit usaha yang dikelola saat ini hanya bergerak pada bidang usahaternak sapi perah (produksi susu segar). Simpan pinjam, makanan ternak, dan waserda bukan merupakan unit usaha yang berdiri sendiri, tetapi hanya sebatas pelayanan yang diberikan kepada anggota yang pengelolaanya masih diperbantukan oleh KPSBU. b. Struktur organisasi KUD Puspa Mekar mengalami perubahan dengan adanya pengurangan karyawan dan dipekerjakannya satu orang karyawan dari KPSBU yang saat ini menjabat sebagai Manajer Operasional (COO) KUD Puspa Mekar. c. Dihapuskannya sistem pengumpul (kolektor) susu dalam struktur keanggotaan KUD Puspa Mekar. Pelayanan KUD diberikan secara langsung kepada anggota tanpa melalui perantara (pengumpul/kolektor susu). d. Diberlakukannya sistem quality control untuk produksi susu sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan di KPSBU Visi, Misi, dan Tujuan KUD Puspa Mekar KUD Puspa Mekar hingga saat ini belum memiliki visi dan misi yang tertulis secara jelas. Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan pihak internal KUD Puspa Mekar, yaitu dengan Ketua KUD Puspa Mekar, visi dan misi KUD Puspa Mekar mengacu pada konsep koperasi peternakan sapi perah (persusuan) pada umumnya. KUD Puspa Mekar mempunyai visi, yaitu Menjadi koperasi susu terdepan di Indonesia dalam mensejahterakan anggota. Untuk mencapai visi tersebut, KUD Puspa Mekar memiliki misi-misi yang mendukung. Adapun misimisi dari KUD Puspa Mekar, antara lain: 62

80 a. Mensejahterakan anggota melalui pelayanan prima dengan manajemen yang berkomitmen. b. Meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi melalui pendidikan, pemberdayaan SDM, dan kemitraan strategis. Dari pernyataan mengenai visi dan misi KUD Puspa Mekar, maka dapat diartikan bahwa KUD Puspa Mekar memiliki tujuan untuk berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada anggotanya melalui unit usaha yang dijalankan, guna meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat disekitarnya Wilayah Kerja KUD Puspa Mekar terletak di Jalan Kolonel Masturi RT 02/15 No. 20 Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Wilayah kerja KUD Puspa Mekar mencakup tiga kecamatan dan delapan desa di wilayah Kabupaten Bandung Barat. Adapun kecamatan tersebut adalah Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua, dan Kecamatan Ngamprah. Sedangkan, untuk wilayah desa tersebut, meliputi Desa Cigugur Girang, Desa Cihideung, Desa Karyawangi, Desa Cihanjuang Rahayu, Desa Kertawangi, Desa Tugu Mukti, Desa Jambudipa, dan Desa Paku Haji. Melihat keadaan dan potensi wilayah kerja KUD Puspa Mekar yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai peternak sapi perah, maka hal ini menjadi alasan dasar bagi KUD Puspa Mekar untuk menjadikan unit usahaternak sapi perah sebagai unit usaha yang utama demi memenuhi kebutuhan anggotanya Kegiatan KUD Puspa Mekar Kegiatan KUD Puspa Mekar mencakup kegiatan di bidang organisasi, yaitu kegiatan yang menyangkut manajemen KUD Puspa Mekar dan kegiatan di bidang unit usaha dan pelayanan anggota, seperti unit usahaternak sapi perah, pelayanan kesehatan hewan ternak, makanan ternak, waserda, dan simpan pinjam. 63

81 Bidang Organisasi Struktur Organisasi KUD Puspa Mekar Struktur organisasi adalah suatu rangkaian atau bagan skematis yang menggambarkan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab diantara fungsionaris organisasi tersebut. Struktur organisasi KUD Puspa Mekar pada umumnya sama dengan struktur organisasi koperasi lainnya, yaitu perangkat organisasi yang didasarkan pada Undang-undang Perkoperasian No. 25 Tahun 1992 Pasal 21 yang menyatakan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri dari Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, pengurus yang menjalankan kegiatan usaha koperasi, dan badan pengawas yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi. Pada struktur organisasi KUD Puspa Mekar juga terdapat Manajer Operasional atau Chief Operational Officer (COO) yang bertanggung jawab langsung kepada pengurus koperasi, Kepala Urusan (Kaur) yang bertanggung jawab langsung kepada Manajer, dan staf dari masing-masing Kaur yang bertanggung jawab langsung kepada Kaur. Struktur organisasi KUD Puspa Mekar dapat dilihat pada Gambar 8. Adapun penjelasan dari masing-masing bagian pada struktur organisasi KUD Puspa Mekar adalah sebagai berikut. a. Rapat Anggota Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi pada organisasi koperasi. Rapat anggota ini dikenal dengan Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang melibatkan seluruh anggota koperasi dan dilaksanakan setiap satu tahun sekali atau selambat-lambatnya tiga bulan setelah tutup buku pada tahun yang bersangkutan. RAT adalah wujud pertanggungjawaban koperasi sebagai suatu organisasi ekonomi atau badan usaha. RAT KUD Puspa Mekar dilaksanakan satu tahun sekali dan biasanya jatuh pada bulan ketiga setelah tutup buku pada tahun yang bersangkutan. Dalam RAT ditetapkan garis-garis kebijaksanaan KUD Puspa Mekar, meliputi laporan pertanggungjawaban pengurus, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPBK), pemilihan pengurus, serta rencana kegiatan atau program 64

82 kerja yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya. Selain itu, pengurus juga membuka forum tanya jawab dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk menyampaikan aspirasinya yang berkenaan dengan perkembangan KUD Puspa Mekar. Pengurus menampung saran, kritik, dan ide-ide sebagai rencana pengembangan KUD Puspa Mekar tahun berikutnya. Selain dihadiri oleh pengurus dan anggota, RAT KUD Puspa Mekar juga dihadiri oleh para undangan, antara lain perwakilan dari pihak KPSBU sebagai perwakilan pengurus Asosiasi KPSBU KUD Puspa Mekar, perwakilan dari pihak GKSI sebagai organisasi koperasi persusuan sekunder di Jawa Barat, dan perwakilan dari pihak Kecamatan Parongpong, Dinas Peternakan dan Perikanan serta Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat. Semua anggota KUD Puspa Mekar selalu hadir dalam RAT yang diselenggarakan. Pembagian SHU merupakan motivasi utama anggota untuk hadir dalam RAT KUD Puspa Mekar. b. Pengurus dan Pengawas Pengurus dan pengawas koperasi dipilih oleh Rapat Anggota sesuai dengan Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Koperasi. Proses pemilihan pengurus dan pengawas dilakukan setiap lima tahun sekali dengan sistem demokratis melalui pemilihan langsung oleh anggota. Setiap anggota berhak untuk dipilih dan memilih. Pengurus KUD Puspa Mekar yang terpilih memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang sama dengan tugas pengurus koperasi lainnya sesuai Undang-undang No. 25 Tahun 1992 dan dalam Anggaran Dasar Koperasi yang telah dipolakan oleh pemerintah. Adapun tugas, wewenang, dan tanggung jawab pengurus adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan kebijakan umum yang telah ditetapkan dalam RAT. 2. Mengajukan rencana kerja serta Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPBK) dan disahkan dalam RAT. 3. Menetapkan tentang kebijakan personalia/kepegawaian. 4. Mewakili untuk dan atas nama KUD dalam menyelenggarakan hubungan dengan pihak ketiga. 5. Mengawasi dan mengendalikan semua program KUD. 65

83 6. Melakukan pembinaan kepada karyawan dan anggota. 7. Membina suasana kerja yang harmonis. 8. Bertanggung jawab atas semua kegiatan KUD. 9. Menyusun laporan pertanggungjawaban pengurus tiap tahun buku. Dewan Pengawas dan Penasehat (DPP) merupakan suatu dewan yang terbentuk untuk menggantikan Badan Pengawas dengan mengacu pada ketentuan yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi dan UMKM. DPP memiliki fungsi sebagai pengawas, pembina dan pelindung terhadap kegiatan koperasi, seperti memberi nasehat, pandangan, kritik dan saran. Selain itu, DPP juga berperan sebagai penampung aspirasi yang berasal dari atau untuk pengurus, karyawan, anggota, maupun masyarakat. Pengawasan yang dilakukan oleh DPP KUD Puspa Mekar, meliputi pengawasan laporan keuangan, surat berharga, persediaan barang, peralatan dan perlengkapan, pembukuan, serta kebijakan pengurus dalam menyelenggarakan usaha dan organisasi KUD Puspa Mekar. DPP KUD Puspa Mekar melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan manajemen KUD Puspa Mekar setiap dua minggu sekali dan sekurang-kurangnya sebulan sekali. Adapun Susunan Pengurus dan DPP KUD Puspa Mekar untuk Periode Tahun adalah sebagai berikut: Pengurus Ketua Sekretaris Bendahara : Djatnika, S.E : Asep Supriatna : Agus Rahman Mardiana Pengawas Ketua Anggota : Mamat K. Danu Wijaya : 1. Mahmud Hidayat, S.ST 2. Cucu Saefudin 66

84 Rapat Anggota Tahunan (RAT) Pengurus Dewan Pengawas dan Penasehat (DPP) Manajer Operasional (COO) Kaur. Administrasi Kaur. Quality Control Kaur. PAD Kaur. Kesehatan Hewan Staf Anggota Keterangan : : Garis Komando/Pendelegasian : Garis Tanggung Jawab : Koordinasi : Pelayanan Gambar 8. Struktur Organisasi KUD Puspa Mekar Sumber: Laporan Tahunan KUD Puspa Mekar, 2011 c. Manajer dan Karyawan Manajer dan karyawan adalah pengelola dari setiap kegiatan yang dijalankan oleh koperasi. Manajer diangkat dan diberhentikan oleh pengurus melalui Rapat Anggota dan bertanggung jawab langsung kepada pengurus. Manajer sangat dibutuhkan dalam perkembangan usaha koperasi, khususnya yang mempunyai wawasan dalam merencanakan, mengorganisir, mengawasi dan mengendalikan agar usaha efektif dan efisien. Manajer mengkoordinasikan karyawan untuk melaksanakan tugas pada bidang usaha yang dijalankan oleh koperasi. 67

85 KUD Puspa Mekar memiliki seorang manajer sebagai pelaksana harian di bidang usaha atau disebut sebagai Manajer Operasional (Chief Operational Officer/COO) yang ditunjuk langsung oleh KPSBU sebagai perwakilan dari Asosiasi KPSBU KUD Puspa Mekar. Adapun tugas dan tanggung jawab manajer antara lain: 1. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja dan anggaran masing-masing unit yang berada dibawah tanggung jawabnya. 2. Mengikuti rapat pembahasan rencana kerja dan anggaran koperasi secara keseluruhan dengan pengurus dan membantu menyelesaikan naskah rencana kerja dan anggaran untuk disajikan dalam rapat anggota. 3. Melaksanakan tugas bidang usaha sesuai rencana dan anggaran kerja yang telah disetujui dalam rapat anggota. 4. Memimpin dan mengkoordinir karyawan dalam melaksanakan tugas unit usaha. 5. Melaksanakan tugas yang telah didelegasikan pengurus. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, Manajer KUD Puspa Mekar dibantu oleh 14 orang staf karyawan yang dikepalai oleh Kepala Urusan (Kaur) pada bidangnya masing-masing, seperti bidang administrasi, quality control, Petugas Administrasi Daerah (PAD), dan kesehatan hewan. Kaur administrasi bertugas dan bertanggung jawab dalam hal data keanggotaan dan pencatatan jumlah susu yang dihasilkan. Kaur quality control bertugas dan bertanggung jawab atas kualitas susu yang dihasilkan oleh anggota, yaitu dengan cara melakukan penyampelan susu melalui uji berat jenis, uji alkohol, dan uji rasa di setiap Tempat Penampungan Susu (TPS), sehingga dapat menentukan harga berdasarkan kualitas susu yang dihasilkan. Kaur PAD bertugas mengkoordinir jadwal pengambilan susu ke setiap TPS dan mengkoordinir permintaan waserda, serta makanan ternak dari anggota. Kaur kesehatan hewan bertugas melayani anggota dalam bidang kesehatan dan sanitasi, seperti pelayanan Inseminasi Buatan (IB), membantu proses melahirkan, pemberian obat cacing atau suntik antibiotik, potong tanduk dan kuku, serta memberi penyuluhan kepada anggota 68

86 mengenai kebersihan kandang untuk menghasilkan kualitas susu dan harga terbaik. Adapun Susunan Manajer dan Karyawan KUD Puspa Mekar untuk Periode Tahun adalah sebagai berikut: Manajer Operasional (COO) : Sumira Ferdiansyah Kaur Administrasi : Asep Supriatna Staf Administrasi : 1. Imas Rusmiati 2. Entin Solihat Kaur Quality Control : Agus Rahman Mardiana Kaur PAD : Nunang Staf PAD : 1. Kandar 2. Ucup 3. Iwan 4. Tomi Mulyana 5. Ade Daryana Kaur Kesehatan Hewan : Jajang Jajuli Staf Kesehatan Hewan : Asep Roni Pengemudi/Supir : 1. Tata Sutisna 2. Ujang Jumlah karyawan KUD Puspa Mekar setiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini didasarkan pada jumlah anggota dan produksi susu yang juga semakin meningkat. Adapun perkembangan jumlah karyawan KUD Puspa Mekar dari tahun dapat dilihat pada Gambar 9. 69

87 Jumlah (Orang) Perkembangan Jumlah Karyawan KUD Puspa Mekar Tahun Tahun Banyak Karyawan Gambar 9. Perkembangan Jumlah Karyawan KUD Puspa Mekar Tahun (data diolah) Sumber: Laporan Tahunan KUD Puspa Mekar Tahun Buku Keanggotaan KUD Puspa Mekar Berbeda dengan perusahaan, koperasi merupakan kumpulan orang bukan kumpulan modal. Semakin banyak jumlah anggota, maka semakin kokoh kedudukan koperasi sebagai suatu badan usaha, baik ditinjau dari segi organisasi maupun dari segi ekonomis. Sebab, badan usaha koperasi dibiayai dan dikelola oleh para anggota. Anggota koperasi sebagai pemilik sekaligus pemakai jasa atau pelanggan menginginkan koperasi dapat memberikan pelayanan terbaik kepada anggota. Untuk dapat mencapai hal itu, partisipasi dan peran serta anggota juga diperlukan untuk melakukan pengelolaan dan pengawasan terhadap usaha koperasi yang juga dilakukan oleh anggota. Keanggotaan seseorang dalam koperasi dimulai atau diakhiri setelah memenuhi syarat yang diminta dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Koperasi yang bersangkutan beserta peraturan-peraturannya. Jika seseorang telah memenuhi syarat keanggotaan koperasi dan telah dicatat dalam daftar keanggotaan koperasi, maka keanggotannya telah dianggap sah. Keanggotaan KUD Puspa Mekar dilakukan secara terbuka, sukarela atau tidak ada paksaan, dan didasarkan pada kesamaan kepentingan peternak yang ingin menjadi anggota. Pada umumnya, kepentingan peternak untuk menjadi anggota KUD 70

88 Puspa Mekar adalah ingin memasarkan susu yang dihasilkannya serta kemudahan dalam memperoleh pelayanan simpan pinjam dan kesehatan hewan ternaknya. Persyaratan administrasi yang ditetapkan KUD Puspa Mekar kepada calon anggota sangat mudah karena untuk menjadi anggota, calon anggota hanya disyaratkan berumur minimal 17 tahun dan memiliki minimal 1 ekor sapi, menyerahkan fotokopi KTP, membayar simpanan pokok, dan langsung menyetorkan susunya kepada KUD Puspa Mekar. Dengan demikian, calon anggota tersebut langsung menjadi anggota dan tercatat dalam daftar keanggotaan KUD Puspa Mekar. Apabila anggota merasa sudah tidak memiliki kepentingan terhadap KUD Puspa Mekar, maka KUD Puspa Mekar berhak memberikan kebebasan kepada anggota tersebut untuk menentukan pilihan apakah ingin keluar atau tetap menjadi anggota KUD Puspa Mekar. Namun, apabila anggota KUD Puspa Mekar tersebut ingin keluar, maka yang bersangkutan diminta untuk mengajukan izin dan menjelaskan alasan keluar dari keanggotaan KUD Puspa Mekar, serta harus menyelesaikan syarat yang menyangkut hak dan kewajiban sebagai anggota KUD Puspa Mekar sesuai dengan (AD/ART) KUD Puspa Mekar. Adapun kewajiban dari masing-masing anggota yang tergabung dalam KUD Puspa Mekar antara lain: 1. Mematuhi AD/ART serta keputusan yang telah disepakati dalam RAT 2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi 3. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas asas kekeluargaan Sedangkan, hak dari masing-masing anggota yang tergabung dalam KUD Puspa Mekar adalah sebagai berikut: 1. Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam rapat anggota 2. Memilih dan atau dipilih menjadi anggota pengurus dan pengawas 3. Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam AD Koperasi 4. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat anggota baik diminta maupun tidak diminta 71

89 5. Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antar sesama anggota 6. Mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam AD Koperasi Keanggotaan dalam KUD Puspa Mekar terdapat dua jenis, yaitu anggota aktif dan anggota non aktif atau pasif. Anggota aktif merupakan anggota yang sampai saat ini masih terus melakukan transaksi dengan KUD Puspa Mekar baik menyetorkan susu maupun membayarkan simpanan pokok dan wajib ke KUD Puspa Mekar. Sedangkan, anggota pasif adalah anggota yang tidak menyetorkan susunya ke KUD Puspa Mekar dikarenakan sapi perah yang dimilikinya belum mampu memproduksi susu dan atau sedang berada dalam masa kering kandang atau tidak dapat memproduksi susu. Adapun perkembangan jumlah anggota aktif KUD Puspa Mekar tahun dapat dilihat pada Gambar 10. Pada Gambar 10 dapat dijelaskan bahwa anggota aktif KUD Puspa Mekar pada tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan sebesar 36,7 persen disebabkan adanya perubahan sistem keanggotaan dengan pelayanan melalui perantara (pengumpul/kolektor susu) menjadi pelayanan langsung. Baru mulai tahun 2009 hingga 2011 anggota aktif KUD Puspa Mekar mengalami peningkatan sebesar 41,7 % dengan jumlah anggota aktif pada tahun 2009 sebanyak 207 orang dan pada tahun 2011 sebanyak 355 orang. Namun, peningkatan jumlah anggota ini tidak terlalu berdampak signifikan terhadap peningkatan produksi susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar. 72

90 Jumlah (Orang) Perkembangan Jumlah Anggota KUD Puspa Mekar Tahun Tahun Anggota Aktif Gambar 10. Perkembangan Jumlah Anggota Aktif KUD Puspa Mekar Tahun (data diolah) Sumber: Laporan Tahunan KUD Puspa Mekar Tahun Buku Bidang Unit Usahaternak Sapi Perah (Produksi Susu Segar) Unit usahaternak sapi perah atau produksi susu segar merupakan pilar utama bagi kemajuan KUD Puspa Mekar dan merupakan kegiatan usaha yang memiliki kontribusi besar dalam memberikan kesejahteraan bagi anggota KUD Puspa Mekar yang seluruhnya adalah peternak sapi perah. Dalam kegiatannya, unit usahaternak sapi perah ini berperan sebagai penyalur susu yang menampung dan mengumpulkan susu dari peternak untuk selanjutnya disalurkan ke Industri Pegolahan Susu (IPS). Populasi sapi perah menunjukkan seberapa besar aset yang dimiliki oleh para anggota KUD Puspa Mekar pada usahaternak sapi perahnya. Rata-rata kepemilikan sapi anggota KUD Puspa Mekar adalah sebanyak 2 3 ekor. Adapun populasi ternak sapi perah KUD Puspa Mekar secara keseluruhan berdasarkan jumlah sapi induk laktasi, dara, pedet, dan jantan dewasa yang dikelola oleh anggota KUD Puspa Mekar saat ini adalah sebagai berikut: 1. Sapi induk laktasi kosong : 309 ekor 2. Sapi induk laktasi 2 6 bulan : 118 ekor 3. Sapi induk laktasi 7 9 bulan : 41 ekor 4. Sapi dara kosong : 71 ekor 73

91 5. Sapi dara 2 6 bulan : 22 ekor 6. Sapi dara 7 9 bulan : 6 ekor 7. Sapi pedet jantan : 178 ekor 8. Sapi pedet betina : 66 ekor 9. Sapi jantan dewasa : 17 ekor Jumlah Total : 830 ekor Berdasarkan jumlah anggota sebanyak 355 orang dengan populasi sapi perah saat ini yang masih berjumlah 830 ekor, maka unit usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar hanya mampu memproduksi susu sebanyak kurang lebih liter per hari Bidang Pelayanan Anggota Pelayanan kepada anggota merupakan hal yang mutlak ada dalam koperasi. Partisipasi anggota koperasi dapat ditentukan oleh pelayanan yang diberikan oleh koperasi. Kebutuhan anggota biasanya dapat terpenuhi dengan adanya pelayanan melalui unit-unit usaha yang menunjang kegiatan usahaternak sapi perah, seperti unit usaha IB/kesehatan hewan ternak, makanan ternak, waserda untuk kebutuhan budidaya ternak dan rumah tangga anggota, dan simpan pinjam. Namun, saat ini KUD Puspa Mekar belum memiliki modal untuk mendirikan unit-unit usaha tersebut. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya KUD Puspa Mekar memenuhi kebutuhan anggota melalui bentuk pelayanan anggota yang diperbantukan oleh KPSBU Kesehatan Hewan Ternak Pelayanan ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi hewan ternak anggota. Penanganan penyakit dilakukan apabila terdapat masalah pada sapi perah yang dimiliki oleh anggota. yaitu dengan cara memberikan pengobatan dan himbauan kepada anggota untuk merawat sapinya dengan baik. Selain itu, pelayanan ini juga memberikan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) dan straw (semen beku) yang berasal dari Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang. Selama tahun 2011, pelayanan IB/kesehatan hewan KUD Puspa Mekar telah menangani kasus penyakit yang diderita oleh hewan ternak anggota. 74

92 Adapun jenis penyakit hewan ternak beserta jumlah kasus yang ditangani dan jumlah kematiannya pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Pelayanan Kesehatan Hewan Ternak KUD Puspa Mekar Tahun 2011 No. Penyakit Jumlah Kasus Jumlah Kematian 1. Gangguan Umum Gangguan Pernapasan Gangguan Alat Gerak Gangguan Urine Gangguan Pencernaan Gangguan Reproduksi Gangguan Lainnya Jumlah Sumber: Laporan Tahunan KUD Puspa Mekar, Makanan Ternak Pelayanan makanan ternak KUD Puspa Mekar merupakan kegiatan untuk memenuhi ketersediaan pakan ternak anggota. Pelayanan makanan ternak ini menyediakan makanan ternak berupa konsentrat yang berfungsi sebagai asupan tambahan bagi pakan ternak. KUD Puspa Mekar saat ini bekerja sama dengan KPSBU dalam memasok makanan ternak untuk selanjutnya disalurkan kepada anggota. Hingga saat ini, KUD Puspa Mekar belum dapat memproduksi pakan ternak sendiri karena permodalan, bahan baku, dan peralatan yang dimiliki KUD Puspa Mekar belum cukup memadai. Adapun ketersediaan pakan konsentrat yang telah disalurkan kepada anggota pada tahun 2011 adalah sebanyak kg Warung Serba Ada (Waserda) Pelayanan waserda merupakan kegiatan KUD Puspa Mekar dalam bentuk warung yang menyediakan berbagai produk kebutuhan anggota, seperti peralatan untuk budidaya ternak sapi perah, penyediaan sembilan bahan pokok, makanan kecil dan minuman, pakaian, serta produk-produk lainnya yang menjadi kebutuhan anggota. Harga produk yang diberikan untuk pelayanan waserda KUD Puspa Mekar relatif lebih murah dibandingkan dengan warung-warung pada umumnya. Ketersediaan barang waserda KUD Puspa Mekar juga masih dikerjasamakan dengan KPSBU dengan omset penjualan pada tahun 2011 sebesar Rp

93 Simpan Pinjam Pelayanan simpan pinjam anggota KUD Puspa Mekar mulai diadakan pada tahun Setiap anggota KUD Puspa Mekar memiliki hak untuk melakukan peminjaman uang. Namun, pelayanan simpan pinjam ini masih di khususkan untuk melayani para anggota yang aktif karena sesuai dengan kemampuan permodalan yang ada dan keamanan dalam proses pengembaliannya. Pemberian jumlah pinjaman kepada anggota tidak diperbolehkan melebihi jumlah bayaran susu anggota per 15 hari dan sistem pembayarannya langsung dipotong dari hasil penjualan susu sebanyak lima kali potongan bayaran susu atau selama 2,5 bulan dengan bunga pinjaman sebesar satu persen. Adapun jumlah kredit simpan pinjam KUD Puspa Mekar yang telah digulirkan untuk anggota pada tahun 2011 adalah sebesar Rp

94 VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA KUD PUSPA MEKAR Analisis lingkungan usaha merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan usaha KUD Puspa Mekar. Lingkungan usaha KUD Puspa Mekar terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal terbagi lagi menjadi dua, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal KUD Puspa Mekar adalah lingkungan yang dapat dikendalikan oleh pihak manajemen KUD Puspa Mekar, meliputi aspek manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen. Analisis lingkungan internal KUD Puspa Mekar digunakan untuk mengetahui kemampuan KUD Puspa Mekar dalam mencapai kinerja dan menggungguli pesaing Manajemen Pelaksanaan manajemen yang baik sangat mendukung keberhasilan setiap organisasi dalam pencapaian tujuannya. KUD Puspa Mekar dalam mengendalikan kegiatan usahanya berdasarkan pada pelaksanaan sistem manajemen, meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, pengelolaan, dan pengendalian/kontrol. Fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan oleh KUD Puspa Mekar secara garis besar adalah sebagai berikut Perencanaan Perencanaan merupakan dasar bagi organisasi untuk mempersiapkan dan mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan organisasi di masa depan dengan berfokus pada faktor yang terpenting. KUD Puspa Mekar memiliki fungsi perencanaan yang terorganisir. Penyusunan perencanaan KUD Puspa Mekar dilakukan secara tertulis dan langsung oleh seluruh pengurus dan anggota melalui mekanisme Rapat Anggota Tahunan (RAT). Perencanaan selalu dilakukan KUD Puspa Mekar setiap tahunnya guna meningkatkan kinerja unit usahaternak sapi perahnya. Penyusunan rencana KUD 77

95 Puspa Mekar untuk tahun selanjutnya merupakan hasil evaluasi usahaternak sapi perah pada RAT sebelumnya. Berdasarkan Laporan Tahunan KUD Puspa Mekar Tahun Buku 2011, dalam rangka menghadapi persaingan dengan pihak-pihak terkait di bidang persusuan yang mengambil keuntungan pribadi dari peternak atau anggota, maka KUD Puspa Mekar menyusun rencana kerja tahun 2012 sebagai berikut: 1. Meningkatkan penyuluhan dan pembinaan bagi pengurus dan anggota terkait dengan perkoperasian dan usahaternak sapi perah 2. Meningkatkan SDM dan profesionalisme karyawan 3. Melakukan penertiban data keanggotaan 4. Menambah anggota dengan cara mengajak calon anggota untuk berkoperasi 5. Meningkatkan fasilitas produksi/operasi dengan cara menambah armada pengangkutan dan tangki susu, serta melakukan penyeragaman penggunaan milk can kepada anggota 6. Meningkatkan kualitas susu di atas standar yang berlaku sebagai parameter harga susu ke anggota 7. Menata hubungan baik dengan instansi terkait yang sifatnya dapat mendorong kemajuan KUD Puspa Mekar 8. Menata kembali KUD Puspa Mekar sebagai koperasi yang mandiri di wilayah Kecamatan Parongpong 9. Menjalin dan menjaga hubungan baik dengan KPSBU sebagai mitra usaha Pengorganisasian Pengorganisasian bertujuan untuk mencapai usaha yang terkoordinasi dengan mendefinisikan hubungan pekerjaan dengan otoritas. Pengorganisasian KUD Puspa Mekar dapat dilihat pada Bab V mengenai Struktur Organisasi KUD Puspa Mekar (Gambar 7). Walaupun sudah ada spesialisasi pekerjaan, namun dalam pelaksanaan tugasnya masih sering disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kemampuan dari masing-masing pengurus dan karyawan. Sehingga, hubungan koordinasi yang dijalankan pada kenyataannya belum berjalan seperti yang telah digambarkan dalam struktur tersebut. Dalam struktur organisasi KUD Puspa Mekar masih terdapat penumpukan tugas dan rangkap jabatan untuk 78

96 beberapa fungsi koordinasi, seperti jabatan sekretaris dan Kaur administrasi yang dipegang oleh Asep Supriatna, serta jabatan bendahara dan Kaur quality control yang dipegang oleh Agus Rahman Mardiana. Selain itu, beberapa staf PAD juga terkadang merangkap tugas menjadi supir atau sebaliknya. Selama ini, adanya penumpukan tugas tersebut didasari oleh inisiatif dari pengurus dan karyawan untuk mengerjakan kegiatan yang dinilai penting bagi kegiatan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar. Namun, penumpukan tugas dan rangkap jabatan tersebut dapat berpengaruh terhadap kinerja KUD Puspa Mekar Pemotivasian Pemotivasian dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi orang untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi pemotivasian ini dibutuhkan untuk menjaga kondisi KUD Puspa Mekar agar tetap mengarah pada tujuan yang sudah ditetapkan. Pemotivasian yang dilakukan KUD Puspa Mekar melibatkan usaha yang diarahkan untuk membentuk perilaku pengurus, anggota, dan karyawan, sehingga dapat memajukan dan mengembangkan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar. Adapun usaha-usaha yang dilakukan KUD Puspa Mekar dalam memotivasi pengurus, anggota, dan karyawannya, antara lain: 1. Melakukan komunikasi dua arah antara pengurus, anggota, dan karyawan secara efektif 2. Menampung aspirasi pengurus, anggota dan karyawan untuk dibandingkan dalam setiap pertemuan/rapat 3. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi pengurus, anggota, dan karyawan untuk memperoleh penyuluhan, pembinaan, serta pendidikan terkait dengan perkoperasian dan usahaternak sapi perah. 4. Memberlakukan sistem pembayaran susu yang tepat waktu kepada anggota dan pemberian penghargaan terhadap pengurus, anggota, dan karyawan yang dapat memberikan prestasi dalam mengelola kegiatan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar. Namun, masih ada salah satu dari upaya pemotivasian tersebut yang belum terealisasi secara maksimal, yaitu kegiatan penyuluhan dan pembinaan terkait 79

97 dengan pendidikan dasar-dasar perkoperasian belum dilakukan secara rutin kepada anggota. Hal ini dapat berdampak pada kurangnya pemahaman peternak sebagai anggota KUD Puspa Mekar. Kondisi inilah yang pada umumnya menyebabkan peternak dapat dengan mudah keluar dari keanggotaan KUD Puspa Mekar dan lebih memilih bergabung dengan perusahaan swasta/cv Pengelolaan Aktivitas pengelolaan yang dilakukan KUD Puspa Mekar difokuskan pada manajemen sumber daya manusia yang terdiri dari anggota dan karyawan. Kegiatan pengelolaan anggota dan karyawan KUD Puspa Mekar terkait dengan sistem perekrutan. Upaya perekrutan anggota yang dilakukan KUD Puspa Mekar tidak memiliki syarat khusus, selama memiliki keinginan, komitmen, dan tujuan yang sama, yaitu untuk memajukan serta mengembangkan usahaternak sapi perah. Untuk mempermudah mencatat data keanggotan dan memberikan pelayanan langsung kepada anggota, pengelolaan anggota KUD Puspa Mekar dikelompokkan berdasarkan Tempat Penampungan Kelompok (TPK) yang diberi nama sesuai dengan wilayah tempat tinggal anggota. Adapun daftar keanggotaan KUD Puspa Mekar berdasarkan TPK tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 14. Perekrutan karyawan yang dilakukan KUD Puspa Mekar juga belum memiliki sistem standarisasi yang jelas. Perekrutan karyawan hanya didasari pada kejujuran, kemauan, dan komitmen untuk bekerja sama dengan KUD Puspa Mekar, sehinga tingkat pendidikan bukan hal utama yang perlu dipertimbangkan. Hal ini terlihat dari masih adanya karyawan dengan tingkat pendidikan terakhir hanya sampai SD dan SMP. Pengelolaan karyawan KUD Puspa Mekar dikelompokkan menjadi dua jenis berdasarkan tingkat keterampilan dan lamanya masa bekerja di KUD Puspa Mekar, yaitu karyawan tetap dan kontrak. Karyawan tetap dikelompokkan lagi menjadi tiga golongan berdasarkan tingkat pendidikan. 80

98 Tabel 14. Daftar Keanggotaan KUD Puspa Mekar Berdasarkan TPK Tahun 2011 No. TPK Jumlah Jumlah No. TPK Anggota Anggota 1. Babakan Patrol Paku Haji Cihideung Sariwangi Kampung Baru Tugu Kancah Karyawangi Sukawarna Tugu Mukti Gunung Masigit Tutugan 4 7. Cigugur Pasir Langu - 8. Mokla Babakan Patrol 2 9. Parongpong Cijamil Panyairan Dano Jompo Sinar Mukti Pasir Ipis Nyalindung Cipeusing Cijanggel Citalio 1 Sumber: Laporan Tahunan KUD Puspa Mekar, 2011 Adapun daftar nama karyawan berdasarkan jenis dan golongan pekerjaan tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Daftar Nama Karyawan Berdasarkan Jenis dan Golongan Pekerjaan Tahun 2011 No. Nama Jabatan Pendidikan Jenis dan Gol. Jumlah Gaji Pekerjaan (Rp) 1. Asep Supriatna Kaur Adminstrasi SMU III A Jajang Jajuli Kaur Keswan SMU III A Rahman Kaur Quality Mardiana Control SMU III A Nunang Kaur PAD SD I A Ade Daryana Staf PAD SMP II A Kandar Staf PAD SD I A Tata Sutisna Supir SMU III A Entin Solihat Staf Administrasi SMU Kontrak Asep Roni Staf Keswan SMP Kontrak Ucup Staf PAD SMP Kontrak Iwan Staf PAD SMP Kontrak Ujang Supir SD Kontrak Imas Staf Rusmawati Administrasi S1 Kontrak Tomi Mulyana Staf PAD SMU Kontrak Sumber: Laporan Tahunan KUD Puspa Mekar, 2011 Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa karyawan tetap memiliki jumlah gaji yang lebih besar daripada karyawan kontrak. Masing-masing gaji yang diperoleh karyawan tetap juga berbeda-beda jumlahnya sesuai dengan jabatan dan golongan pekerjaan. Untuk karyawan yang menjabat sebagai Kepala Urusan di KUD Puspa 81

99 Mekar, maka akan memperoleh gaji tambahan berupa tunjangan, yaitu sebesar Rp per orang Pengendalian/Kontrol Pengendalian mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan. Pengendalian KUD Puspa Mekar sebagian besar dilakukan saat di lapangan, meliputi pengontrolan pada kegiatan budidaya sapi perah dan pengontrolan kualitas susu (quality control) saat proses penerimaan susu dari peternak ke KUD Puspa Mekar hingga ke IPS. Pengendalian dalam kegiatan pengontrolan yang dilakukan saat di lapangan tersebut selanjutnya akan dipertanggungjawabkan melalui rapat evaluasi kinerja yang dihadiri oleh pengurus, pengawas, dan karyawan setiap dua minggu sekali. Pengontrolan pada kegiatan budidaya sapi perah anggota dilakukan secara berkala oleh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dari Dinas Peternakan setempat serta Manajer Operasional dan petugas kesehatan hewan KUD Puspa Mekar. Selain itu, terdapat prosedur pengontrolan kualitas susu saat proses penerimaan susu dari peternak dengan menggunakan alat pengukur standar kualitas susu. Pengontrolan kualitas susu juga dilakukan saat susu diterima di KUD Puspa Mekar hingga susu dipasarkan ke IPS. Informasi dari kegiatan pengontrolan kualitas susu tersebut selanjutnya dijadikan data untuk diinput dan diolah guna mengetahui kadar kualitas susu yang telah dihasilkan, kemudian data hasil olahan dikomunikasikan per 15 hari sebagai bahan evaluasi terhadap kualitas susu yang dihasilkan dan sebagai parameter harga susu ke anggota Pemasaran Pemasaran digambarkan sebagai proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan atas barang dan jasa. Pemasaran merupakan salah satu usaha KUD Puspa Mekar untuk mempertahankan keberadaan susu yang dihasilkannya, terlebih lagi dalam keadaan permintaan pasar yang tidak stabil ataupun karena munculnya pesaingpesaing baru yang bergerak di bidang persusuan. Sasaran pemasaran KUD Puspa Mekar tidak hanya bertujuan memaksimalkan keuntungan saja, melainkan 82

100 memaksimalkan output, meminimalkan biaya rata-rata, keseimbangan kompetitif, dan memaksimalkan deviden (SHU) per anggota guna memberikan pelayanan dan kesejahteraan terhadap anggota. Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh KUD Puspa Mekar, meliputi analisis pelanggan, penjualan produk, perencanaan produk, penetapan harga, distribusi, riset pemasaran, dan analisis peluang Analisis Pelanggan Analisis pelanggan menghasilkan informasi yang berhubungan dengan kebutuhan, aspirasi, dan keinginan konsumen. Pelanggan produk susu yang dihasilkan koperasi dari usahaternak sapi perahnya adalah Industri Pengolahan Susu (IPS) yang membutuhkan konsumsi susu segar dalam jumlah yang besar. Konsumsi terhadap susu segar tersebut, selanjutnya akan diolah menjadi berbagai macam produk olahan susu. IPS menetapkan standar kualitas susu yang harus dipenuhi oleh koperasi persusuan. Hal ini berkaitan dengan upaya IPS dalam menjaga citra perusahaan terhadap produk olahan susu yang dihasilkan, melihat kondisi masyarakat yang semakin selektif dan kritis dalam menggunakan produk olahan susu. Namun, di sisi lain adanya standar kualitas penerimaan susu yang ditetapkan IPS hanyalah strategi perusahaan untuk memberi peluang besar bagi konsumsi susu impor dan menghambat penyerapan susu lokal. Produk susu yang dihasilkan pada usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar dipasarkan melalui KPSBU ke Industri Pengolahan Susu (IPS), antara lain PT. Diamond, PT. Indolakto, PT. Frisian Flag Indonesia, dan PT. Danone. Hingga saat ini, PT. Indolakto merupakan industri pengolahan susu yang paling banyak menampung susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar. Masing-masing dari IPS tersebut menetapkan parameter penerimaan susu kepada KUD Puspa Mekar dengan standar dan ketentuan yang berbeda-beda. PT. Frisian Flag menetapkan standar kualitas penerimaan susu berdasarkan kadar Total Solid (TS), Titik Beku (TB), dan TPC (jumlah kuman/bakteri), PT. Diamond menetapkan standar kualitas penerimaan susu hanya berdasarkan kadar TS, PT. Danone menetapkan standar kualitas penerimaan susu berdasarkan kadar protein dan TS, serta PT. Indolakto menetapkan standar kualitas penerimaan susu berdasarkan kadar fat, protein, dan TPC yang terkandung di dalam susu. Berikut rincian parameter atau standar kualitas penerimaan susu yang harus dipenuhi oleh KUD Puspa Mekar: 83

101 1. Fat : 3,0 4,5 % 2. Protein : 2,5 3,5 % 3. TS : > 11,3 % 4. TB : -0,520 C sampai -0,550 C 5. TPC : < 5 juta/ml susu Sedangkan, parameter penolakan susu yang ditetapkan oleh masingmasing IPS kepada KUD Puspa Mekar hampir sama, yaitu sebagai berikut: 1. Alkohol 70 % : Positif 2. Karbonat : Positif 3. Formalin : Positif 4. Pemalsuan lainnya : Positif 5. Organoleptik : Tidak normal 6. ph : > 6,94 7. Acidity : < 0,10 % atau 0,18 % 8. Residu Antibiotik : Positif Penjualan Produk KUD Puspa Mekar merupakan koperasi yang mampu memproduksi susu sesuai dengan standar kualitas susu yang ditetapkan oleh IPS dan menjualnya dalam bentuk susu segar kepada IPS. Saat ini, KUD Puspa Mekar belum mampu melakukan penjualan susu secara mandiri ke IPS. Kondisi ini disebabkan produksi susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar belum mampu memenuhi kapasitas produksi susu minimal yang dibutuhkan IPS. Penjualan susu disalurkan melalui KPSBU terlebih dahulu, baru selanjutnya disalurkan ke PT. Indolakto. Namun, tidak menutup kemungkinan jika terjadi penolakan susu dari PT. Indolakto, maka pemasaran dapat dialihkan oleh KPSBU ke IPS lain, seperti PT. Frisian Flag Indonesia dan PT. Danone atau bahkan dibeli oleh KPSBU sendiri untuk diolah menjadi produk olahan menjadi susu pasteurisasi/sterilisasi dan yoghurt. Jumlah penjualan susu KUD Puspa Mekar yang dipasarkan melalui KPSBU ke IPS sesuai dengan jumlah produksi susu yang diterima KUD Puspa Mekar dari peternak. 84

102 Perencanaan Produk Perencanaan produk usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar saat ini difokuskan pada pemenuhan standar kuantitas dan kualitas susu yang ditetapkan oleh IPS. Fokus rencana tersebut dilakukan karena semakin ketatnya standar kualitas susu yang ditetapkan IPS. Jumlah kapasitas susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar pun perlu mendapat perhatian khusus. Hal ini disebabkan KUD Puspa Mekar belum mampu memenuhi kapasitas produksi susu yang dibutuhkan IPS, yaitu minimal sebanyak liter per hari. Saat ini, produksi susu KUD Puspa Mekar baru mencapai rata-rata sebanyak liter per hari. Oleh karena itu, KUD Puspa Mekar masih harus terus meningkatkan kapasitas produksi susunya sebesar 20 persen lagi untuk mencapai target minimal produksi susu sebanyak liter per hari. Sehingga, upaya yang perlu dilakukan KUD Puspa Mekar untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan adalah dalam bentuk kegiatan penyuluhan dan pengontrolan kesehatan ternak, sanitasi kandang, pakan ternak, dan pemenuhan kelengkapan fasilitas pengontrolan kualitas susu Penetapan Harga Penetapan harga beli susu IPS kepada KUD Puspa Mekar bergantung pada kualitas susu yang dihasilkan. Saat ini, susu yang dipasarkan KUD Puspa Mekar ke IPS mencapai harga beli rata-rata sebesar Rp per liter. Adapun tabel harga beli susu segar PT. Indolakto yang diberlakukan kepada KUD Puspa Mekar mulai tanggal 6 Februari 2012 dapat dilihat pada Tabel 16. Berdasarkan Tabel 16, dapat dilihat bahwa penetapan harga beli susu PT. Indolakto kepada KUD Puspa Mekar didasarkan pada kadar fat, protein dan TPC yang terkandung di dalam susu yang dihasilkan. Untuk memperoleh harga susu tersebut, setiap 0,1 persen kadar fat yang terkandung di dalam susu dikalikan Rp 33, sedangkan setiap 0,1 persen kadar protein yang terkandung di dalam susu dikalikan Rp 73,6. 85

103 Tabel 16. Tabel Harga Beli Susu Segar PT. Indolakto Tahun 2012 Rp. Protein (%) Fat (%) 3,0 2,9 2,8 2,7 4, , , , , , Catatan: - TPC Susu Segar < 5 juta/ml susu Sumber: PT. Indolakto, 2012 Tabel 16 merupakan harga beli susu yang biasanya diterima KUD Puspa Mekar dari PT. Indolakto. Kadar fat yang terkadung di dalam susu KUD Puspa Mekar biasanya berkisar antara 3,5 4,0 persen, sedangkan kadar proteinya berkisar antara 2,7 3,0 persen, sehingga harga beli susu yang diberlakukan PT. Indolakto kepada KUD Puspa Mekar berkisar antara Rp per liter. Namun, jika kadar TPC yang terkandung di dalam susu mencapai > 5 juta/ml, maka KUD Puspa Mekar akan terkena denda atau penalty sebesar Rp 100/kg susu. Penetapan harga beli susu KUD Puspa Mekar di tingkat peternak juga didasarkan pada kualitas susu yang dihasilkan. Harga beli rata-rata susu di tingkat peternak saat ini mencapai sebesar Rp per liter. Adapun perkembangan harga beli rata-rata susu di tingkat peternak berdasarkan Laporan Tahunan KUD Puspa Mekar Tahun Buku dapat dilihat pada Gambar 11. Pada Gambar 11 menunjukan bahwa tren perkembangan harga beli susu KUD Puspa Mekar di tingkat peternak semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini disebabkan adanya penyesuaian terhadap kenaikan harga pakan di pasaran sehingga menuntut KUD Puspa Mekar untuk meningkatkan harga beli susu di tingkat peternak. 86

104 Harga (Rupiah) Perkembangan Harga Susu KUD Puspa Mekar Tahun Tahun Perkembangan Harga Susu Gambar 11. Perkembangan Harga Beli Susu KUD Puspa Mekar di Tingkat Peternak Tahun (data diolah) Sumber: Laporan Tahunan KUD Puspa Mekar Tahun Buku Distribusi Saluran distribusi susu yang dilakukan KUD Puspa Mekar, yaitu dimulai dari peternak hingga ke IPS melalui KPSBU. Dalam pendistribusian susu dari peternak, KUD Puspa Mekar menyediakan lima unit kendaraan operasional berupa mobil pick up pada masing-masing wilayah peternak (TPK) untuk mengangkut susu. Hanya dua mobil pick up yang sudah dilengkapi dengan fasilitas tangki penampungan susu berkapasitas liter, sedangkan tiga mobil pick up lainnya masih menampung susu dengan menggunakan milk can berkapasitas 40 liter atau tambahan drum plastik/poligen berkapasitas 120 liter. Sedangkan, untuk mengangkut dan menyalurkan susu ke IPS, KUD Puspa Mekar masih menyewa kendaraan operasional dari KPSBU. Hal ini disebabkan KUD Puspa Mekar belum memiliki kendaraan operasional pengangkut susu berkapasitas besar dan dilengkapi dengan teknologi modern seperti yang sudah dimiliki oleh KPSBU. Proses pendistibusian susu KUD Puspa Mekar dari peternak hingga ke IPS melalui KPSBU dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu setiap pagi dan sore hari. Dalam pendistribusian susu dari peternak hingga ke IPS terdapat proses 87

105 pengecekan dan pengolahan susu yang dilakukan KUD Puspa Mekar guna menjamin kualitas susu yang disalurkan ke IPS. Adapun proses pendistribusian susu KUD Puspa Mekar dapat dilihat pada Gambar 12 berikut. Peternak TPK Mobil Tangki Penampungan 1 KUD Cooling Unit Cek 1 Cek 2 IPS Mobil Tangki Pendinginan KPSBU Mobil Tangki Penampungan 2 Cek 3 Gambar 12. Proses Pendistribusian Susu KUD Puspa Mekar Proses pengecekan pertama berawal dari pengambilan susu dari peternak yang dilakukan pada masing-masing TPK. Pengecekan ini mencakup pencatatan kuantitas susu yang disetorkan peternak dan pemeriksaan standar kualitas susu, antara lain uji berat jenis susu, uji alkohol, dan uji rasa. Setelah susu dinyatakan lolos pengecekan pertama, maka susu dimasukan ke dalam mobil tangki penampungan pertama untuk kemudian dibawa ke KUD Puspa Mekar dan dilakukan proses berikutnya. Setelah susu tiba di KUD Puspa Mekar, susu dimasukan ke tempat pendinginan susu (cooling unit) dan dilakukan pengecekan kedua untuk menghitung kuantitas susu apakah sesuai dengan pencatatan saat di lapang dan mengalami penyusutan atau tidak selama di perjalanan. Penyusutan kuantitas susu ini biasanya disebabkan oleh perjalanan yang dilewati mobil pick up terjal dan berbatu, sehingga membuat susu tumpah. Proses selanjutnya adalah proses pendinginan, proses ini merupakan kegiatan pengolahan susu untuk mensterilisasikan susu yang dihasilkan. Susu dikondisikan pada suhu dua hingga tiga derajat celcius untuk menghambat perkembangan bakteri selama proses pendingan berlangsung. Setelah proses pendinginan susu, kemudian susu dimasukan ke mobil tangki penampungan kedua untuk dibawa ke KPSBU. 88

106 Setelah susu tiba di KPSBU, dilakukan pengecekan terakhir sebelum susu disalurkan langsung ke IPS. Sample susu (contoh susu) yang dihasilkan KUD Puspa Mekar diambil dan dibawa ke laboratorium KPSBU untuk kemudian dilakukan pemeriksaan kadar TS, TB, TPC, fat, protein, dan antibiotik yang terkandung di dalam susu. Setelah susu mengalami beberapa proses pengecekan dan pengolahan berdasarkan standar industri, maka susu KUD Puspa Mekar dinyatakan layak untuk dipasarkan ke IPS. Selanjutnya, susu dimasukkan ke dalam mobil tangki pendinginan dan disegel untuk selanjutnya disalurkan oleh KPSBU langsung ke IPS Riset Pemasaran Riset pemasaran merupakan kegiatan pengumpulan, pencatatan, dan analisis data secara sistematis tentang masalah yang berkaitan dengan pemasaran produk. Namun, riset pemasaran tidak termasuk dalam program maupun perencanaan KUD Puspa Mekar sehingga kegiatan ini belum dilakukan Analisis Peluang Analisis peluang merupakan kegiatan evaluasi terhadap biaya, manfaat, dan risiko yang berhubungan dengan keputusan pemasaran. Evaluasi-evaluasi tersebut belum dilakukan secara terorganisir oleh KUD Puspa Mekar. KUD Puspa Mekar lebih banyak menggunakan evaluasi secara tersirat berdasarkan musyawarah yang dilakukan oleh pengurus dan anggota pada saat pelaksanaan RAT Keuangan Kondisi keuangan pada KUD Puspa Mekar dapat dilihat dari sumber permodalan yang dimiliki dan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diberikan kepada anggotanya Sumber Permodalan Permodalan merupakan salah satu komponen terpenting untuk menjalankan suatu kegiatan usaha. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, pada pasal 41 menyebutkan bahwa: 1) Modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman; 2) Modal sendiri dapat berasal dari 89

107 simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah; 3) Modal pinjaman dapat berasal dari anggota koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbit obligasi dan surat utang lainnya, serta sumber lainnya yang sah. Sumber permodalan dalam usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar terdiri dari modal sendiri dan modal dari luar/pinjaman. Modal sendiri berasal dari simpanan pokok dan wajib anggota. Simpanan pokok dibayarkan pada saat anggota pertama kali mendaftarkan diri menjadi anggota KUD Puspa Mekar, yaitu sebesar Rp Sedangkan, simpanan wajib dibayarkan oleh anggota langsung melalui potongan dari jumlah bayaran susu yang diterima oleh anggota per 15 hari, yaitu sebesar Rp 5 per liter susu. Modal dari luar berasal dari simpanan sukarela anggota dan pinjaman dari KPSBU. Simpanan sukarela juga dibayarkan oleh anggota langsung melalui potongan dari jumlah bayaran susu yang diterima oleh anggota per 15 hari, yaitu sebesar Rp Sumber permodalan tersebut sebagian besar digunakan untuk kegiatan operasional usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar. Dalam memenuhi permodalan dari luar, KUD Puspa Mekar hanya mengandalkan pinjaman dari KPSBU. KUD Puspa Mekar belum memiliki akses permodalan yang cukup luas sebagai modal untuk kegiatan pengembangan usahaternak sapi perahnya, seperti bekerja sama dengan beberapa bank yang memfasilitasi program kredit bersubsidi dari pemerintah. Adapun perkembangan dari struktur permodalan dalam usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar dapat dilihat pada Gambar 13 berikut. 90

108 Jumlah (juta rupiah) Perkembangan Struktur Modal KUD Puspa Mekar Tahun Tahun Modal Sendiri Modal dari Luar Gambar 13. Perkembangan Struktur Permodalan KUD Puspa Mekar Tahun (data diolah) Sumber: Laporan Tahunan KUD Puspa Mekar Tahun Buku Pada Gambar 13 dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 struktur permodalan dalam usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar berada pada kondisi yang kurang baik. Hal ini dikarenakan jumlah modal dari luar lebih besar daripada modal sendiri dengan persentase modal dari luar sebesar 53 persen dari modal secara keseluruhan. Padahal, berdasarkan prinsip koperasi terkait dengan struktur permodalan koperasi, jumlah modal dari dalam seharusnya lebih besar daripada modal dari luar. Modal dari luar yang lebih besar akan merusak tatanan koperasi dalam hal mempertahankan demokratisasi dan otonomi koperasi. Oleh karena itu, mulai tahun 2007 dilakukan evaluasi dan perbaikan pada struktur permodalan KUD Puspa Mekar, sehingga modal sendiri yang dimiliki KUD Puspa Mekar terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah anggota dan produksi susu yang dihasilkan hingga saat ini Sisa Hasil Usaha (SHU) Sisa Hasil Usaha (SHU) KUD Puspa Mekar merupakan pendapatan KUD Puspa Mekar yang akan dibagikan sebagai modal kerja baik dalam bentuk dana cadangan maupun dikembalikan kepada anggota. SHU didapatkan dari pendapatan usaha dikurangi dengan harga pokok penjualan dan biaya operasional. 91

109 SHU yang diperoleh KUD Puspa Mekar telah dialokasikan, antara lain untuk dana cadangan sebesar 40 persen, dikembalikan kepada anggota sebesar 40 persen, dana pengurus sebesar tujuh persen, dana kesejahteraan karyawan sebesar 7,5 persen, dana pendidikan sebesar tiga persen, dan dana pembangunan daerah kerja sebesar 2,5 persen. Adapun perkembangan SHU pada usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar dapat dilihat pada Gambar 14. Jumlah (juta rupiah) Perkembangan SHU KUD Puspa Mekar Tahun Tahun Perkembangan SHU Gambar 14. Perkembangan SHU KUD Puspa Mekar Tahun Sumber: Laporan Tahunan KUD Puspa Mekar Tahun Buku Pada Gambar 14 dapat dilihat bahwa SHU yang diperoleh KUD Puspa Mekar pada tahun 2006 bernilai negatif sebesar Rp ,86. Hal ini disebabkan KUD Puspa Mekar sedang berada pada masa pemulihan dari kebangkrutannya, sehingga masih memiliki biaya operasional yang cukup tinggi. Pada tahun , SHU KUD Puspa Mekar mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah anggota dan jumlah produksi susu yang dihasilkan. Namun, pada tahun 2009 SHU yang dimiliki KUD Puspa Mekar mengalami penurunan sebesar 29,56 persen dari tahun Hal ini dikarenakan adanya penurunan harga beli susu yang diberlakukan IPS kepada KUD Puspa Mekar, namun KUD Puspa Mekar tidak memberlakukan penurunan harga beli susu di tingkat peternak. Pada tahun 2010 dan 2011, SHU mengalami peningkatan kembali sebesar 10,80 persen dan 7,01 persen. 92

110 Produksi/Operasi Fungsi dasar manajemen produksi pada usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar, meliputi penyediaan bahan baku produksi, proses produksi, kapasitas produksi, dan kualitas produk yang dihasilkan Penyediaan Bahan Baku Produksi Bahan baku produksi yang disediakan KUD Puspa Mekar untuk anggota dalam menjalankan usahaternak sapi perahnya adalah pakan ternak. Pakan ternak terdiri dari pakan hijauan dan konsentrat. Untuk memenuhi persediaan pakan hijauan, anggota KUD Puspa Mekar masih memperolehnya secara mandiri dari lahan bebas di wilayah sekitar atau dari kebun milik sendiri. Rata-rata satu ekor sapi dapat mengkonsumsi pakan hijauan sebanyak satu karung per harinya. Sehingga, persediaan pakan hijauan yang harus dipenuhi disesuaikan dengan jumlah sapi yang dipelihara oleh masing-masing anggota. Sedangkan, untuk ketersediaan pakan konsentrat masih dipasok oleh KPSBU, baru selanjutnya disalurkan oleh KUD Puspa Mekar kepada anggota. Persediaan pakan konsentrat yang disalurkan kepada anggota setiap bulannya sebanyak kg dengan harga jual sebesar Rp per kg Proses Produksi Dalam mengelola usahaternak sapi perahnya, KUD Puspa Mekar melakukan beberapa proses produksi mulai dari kegiatan penyediaan input mencakup kegiatan penyediaan sarana pemerahan susu dan pakan ternak, kegiatan teknis budidaya (on-farm) mencakup kegiatan pembibitan dan pemeliharaan sapi perah, kegiatan panen mencakup kegiatan pemerahan susu oleh peternak, dan kegiatan pasca panen mencakup kegiatan pengawetan/pendinginan susu sebelum disalurkan ke IPS. Berikut proses produksi usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar. 93

111 Penyediaan Input Teknis Budidaya (On-Farm) Panen Pasca Panen Penyediaan Sarana Pemerahan Susu Pembibitan Pemeliharaan Pemerahan Susu Pengawetan/ Pendinginan Susu Penyediaan Pakan Ternak Gambar 15. Proses Produksi Usahaternak Sapi Perah KUD Puspa Mekar Pada kegiatan penyediaan input produksi, KUD Puspa Mekar menyediakan pakan konsentrat sebagai pakan tambahan utama ternak dan menyediakan sarana pemerahan, seperti milk can, vaselin, dan sarung tangan karet yang digunakan untuk kegiatan pemerahan susu. Pada teknis budidaya, kegiatan yang perlu mendapat perhatian khusus adalah kegiatan pemeliharaan, meliputi kesehatan hewan dan sanitasi, serta kebersihan kandang sapi. Kegiatan tersebut merupakan tindakan preventif yang perlu dilakukan peternak dengan bantuan pelayanan anggota dari KUD Puspa Mekar untuk menjaga kualitas susu yang dihasilkan. Pada kegiatan panen usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar, dilakukan kegiatan pemerahan susu oleh peternak, selanjutnya karena KUD Puspa Mekar hanya memasarkan susu dalam bentuk susu segar ke IPS, maka KUD Puspa Mekar hanya perlu melakukan kegiatan pasca panen melalui proses pengawetan/pendinginan susu sebelum disalurkan ke IPS Kapasitas Produksi Produksi susu yang dapat dihasilkan per ekor sapi dari masing-masing anggota KUD Puspa Mekar mencapai rata-rata sebanyak liter per hari. Sedangkan, jika dihitung secara keseluruhan, produksi susu yang diterima KUD Puspa Mekar dari anggota saat ini hanya mencapai rata-rata sebanyak liter per hari. Adapun perkembangan produksi susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar dapat dilihat pada Gambar

112 Jumlah (liter) Perkembangan Produksi Susu KUD Puspa Mekar Tahun Tahun Perkembangan Produksi Susu (Per hari) Gambar 16. Perkembangan Produksi Susu KUD Puspa Mekar Tahun (data diolah) Sumber: Laporan Tahunan KUD Puspa Mekar Tahun Buku Pada Gambar 16 dapat dilihat bahwa pada tahun produksi susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar mengalami tren peningkatan dibandingkan dengan produksi susu yang dihasilkan pada tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2009 produksi susu mencapai liter, sedangkan pada tahun 2012 produksi susu mencapai liter. Artinya, terdapat peningkatan jumlah produksi susu sebesar 55 persen dari tahun 2009 hingga saat ini. Peningkatan produksi susu ini disebabkan adanya peningkatan jumlah anggota dan pengelolaan teknis budidaya sapi perah yang dilakukan anggota sudah semakin baik. Namun, peningkatan produksi susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar saat ini belum mampu mencapai target minimal produksi yang direncanakan, yaitu sebanyak liter per hari untuk memenuhi kapasitas produksi susu yang dibutuhkan IPS Kualitas Produk Penanganan kualitas produk menjadi komponen terpenting dalam proses produksi susu KUD Puspa Mekar untuk dapat menghasilkan kualitas susu sesuai standar kualitas susu yang disyaratkan IPS. Penanganan kualitas ini dilakukan melalui upaya pengontrolan untuk menguji standar kualitas susu, meliputi 95

113 pengujian kadar Total Solid (TS), Freezing Point (TB), Total Plate Count (TPC), Fat (Lemak Susu), Protein, Ph, dan Antibiotik yang terkandung di dalam susu yang dihasilkan. Pengujian kualitas susu tersebut dilakukan saat proses pengambilan susu dari peternak dan pengambilan sampel susu ke laboratorium KPSBU untuk diamati kelayakan standar kualitas susu sesuai dengan kebutuhan IPS Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan merupakan faktor yang mempengaruhi pengembangan produk, baik dari segi bentuk, kualitas maupun performance dari suatu produk yang dihasilkan. Selama ini, KUD Puspa Mekar belum melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka mencari alternatif-alternatif pengembangan produknya, khusunya untuk pengolahan produk turunan susu dan pengelolaan limbah kotoran ternak. Hal tersebut disebabkan KUD Puspa Mekar belum menjalin kerja sama baik dengan lembaga penelitian dan pengembangan maupun instansi pendidikan guna mendukung upaya pengembangan produk usahaternak sapi perahnya Sistem Informasi Manajemen Sistem informasi manajemen berkaitan dengan upaya suatu organisasi dalam mengumpulkan data dan informasi yang kemudian diolah untuk dapat diimplementasikan dan dijadikan sebagai informasi tambahan dalam penetapan pengambilan keputusan. KUD Puspa Mekar dalam aktivitasnya sehari-hari telah menggunakan perangkat komputer untuk menyimpan dan mengolah data yang ada. Pengelolaan data di komputer ini adalah tanggung jawab Kaur Administrasi dan dilaksanakan oleh staf administrasinya. Pada umumnya, data berisi tentang data keanggotaan, data populasi sapi perah yang dimiliki anggota, data produksi dan kualitas susu yang dihasilkan, data penetapan harga beli susu, data penanganan kesehatan hewan ternak, data transaksi simpan-pinjam anggota, data keuangan, dan data lainnya yang berhubungan dengan fungsi-fungsi manajerial pada usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar. Data dan informasi yang ada diolah secara periodik, mulai dari harian, bulanan, dan tahunan. Hanya saja teknologi komputer yang digunakan 96

114 masih sederhana. Selain itu, penguasaan jejaring informasi, seperti jaringan internet juga belum tersedia Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal dimaksudkan untuk mengidentifikasi peluang yang perlu mendapat perhatian dan mengidentifikasi ancaman yang perlu mendapat antisipasi. Analisis lingkungan eksternal diarahkan untuk mengidentifikasi sejumlah faktor-faktor kunci di luar kendali KUD Puspa Mekar dan diperkirakan memiliki pengaruh terhadap pengembangan usaha KUD Puspa Mekar. Lingkungan eksternal yang mampu mempengaruhi pengembangan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar mencakup lingkungan jauh dan lingkungan industri Lingkungan Jauh Lingkungan jauh yang mampu mempengaruhi pengembangan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar, meliputi aspek ekonomi, politik pemerintahan dan hukum, sosial budaya demografi dan lingkungan, serta teknologi Ekonomi Kekuatan ekonomi yang dapat memberikan pengaruh terhadap pengembangan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar meliputi: 1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkembang dapat mendukung iklim usaha yang baik, meningkatkan kesejahteraan dan motivasi masyarakat untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil memberikan pengaruh terhadap kecenderungan iklim usaha yang tidak menentu. Selain itu, pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah juga dapat menggambarkan daya beli masyarakat, sehingga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi dan permintaan terhadap produk. Hal ini mempengaruhi kinerja suatu usaha untuk memasarkan produknya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjadi. Berdasarkan BPS Indonesia (2010), pertumbuhan PDB tahun 2009 meningkat sebesar 4,5 persen dibandingkan dengan tahun 2008, 97

115 dimana peningkatannya terjadi pada semua sektor ekonomi. Peningkatan PDB juga terus terjadi hingga tahun PDB Indonesia pada Triwulan I-2010 dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 5,7 persen. Hal ini juga dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDB subsektor peternakan tahun 2010 mencapai 4,06 persen, melebihi rata-rata PDB subsektor pertanian sebesar 2,86 persen (BPS 2011). Secara khusus, Provinsi Jawa Barat juga mengalami pertumbuhan ekonomi. Kinerja perekonomian Jawa Barat tahun 2010 digambarkan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga konstan, yaitu sampai dengan Triwulan III-2010 yang mengalami pertumbuhan sebesar 2,66 persen dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,44 persen. Selain itu, pada Triwulan III 2010, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif. Secara umum, LPE Jawa Barat pada Triwulan III-2010 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kinerja semua sektor ekonomi terutama industri pengolahan yang tumbuh sebesar 1,89 persen. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga mengalami hal yang sama, yaitu tumbuh sebesar 1,38 persen. Secara keseluruhan, pertumbuhan perekonomian Jawa Barat tahun 2010 mencapai 6 persen (BPS Jawa Barat 2010). Angka-angka pertumbuhan PDB dan PDRB tersebut baik secara nasional maupun regional menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia begitu pula di Jawa Barat. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menunjukkan kondisi ekonomi yang baik, sehingga kondisi tersebut mendukung iklim usaha bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya. Kondisi tersebut juga mempengaruhi KUD Puspa Mekar sebagai salah satu pelaku usahaternak sapi perah karena dengan kondisi ekonomi yang semakin baik, akan memberikan dorongan bagi KUD Puspa Mekar untuk semakin mengembangkan usahaternak sapi perahnya. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang meningkat juga menyebabkan kesejahteraan masyarakat menjadi meningkat, sehingga daya beli masyarakat terhadap produk olahan susu pun meningkat. Hal tersebut memberikan dampak positif secara tidak langsung kepada KUD Puspa Mekar untuk memperluas pangsa pasarnya ke Industri Pengolahan Susu (IPS) karena 98

116 adanya peningkatan konsumsi dan permintaan terhadap produk olahan susu di pasaran. 2. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Harga BBM merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam penganggaran biaya operasional KUD Puspa Mekar. Pada awal bulan April lalu, pemerintah merencanakan adanya kenaikan harga BBM sebesar Rp per liter, namun pemerintah menunda kenaikan harga BBM tersebut selama enam bulan ke depan. Hal ini menyebabkan masyarakat dan para pelaku usaha termasuk KUD Puspa Mekar menjadi tidak tenang karena kenaikan harga BBM akan tetap terjadi sewaktu-waktu menyesuaikan harga minyak mentah Indonesia. Jika harga minyak mentah Indonesia naik melebihi 15 persen dalam waktu enam bulan ke depan, maka rencana kenaikan harga BBM tersebut akan segera direalisasikan. Kondisi tersebut tentu saja akan mengancam keberlangsungan dan pengembangan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar. Kenaikan harga BBM akan berpengaruh terhadap peningkatan biaya operasional KUD Puspa Mekar. Harga input produksi dan biaya transportasi adalah biaya yang secara langsung akan terkena dampaknya. Oleh karena itu, KUD Puspa Mekar dengan berbagai pertimbangan akan melakukan penyesuaian dengan menaikkan harga beli susu IPS. Namun, kenaikan harga beli tidak akan terlalu berpengaruh karena penetapan harga beli susu sepenuhnya ditentukan oleh IPS yang juga didasarkan pada kualitas susu yang dihasilkan Politik, Pemerintahan, dan Hukum Kekuatan politik, pemerintahan, dan hukum memiliki pengaruh yang besar terhadap keberlangsungan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar melalui peraturan-peraturan dan kebijakan yang ditetapkan. Peraturan dan kebijakan tersebut dapat berpengaruh dalam hal memudahkan atau mempersulit usahaternak sapi perah untuk berkembang di Indonesia. Beberapa kebijakan dan peraturan pemerintah yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar antara lain sebagai berikut: 99

117 1. Kebijakan Impor Susu Saat ini kebijakan yang menjadi pusat perhatian KUD Puspa Mekar adalah adanya kebijakan impor susu dan penerapan tarif/bea masuk susu impor. Kebijakan pemerintah Indonesia mengenai susu impor adalah melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 4 Tahun 1998, yaitu bukti serap susu nasional mengatur bahwa apabila IPS membeli susu impor, maka IPS juga diwajibkan untuk membeli susu dari peternakan lokal. Artinya, jika IPS mengimpor susu sebanyak dua kilogram, maka IPS wajib membeli susu dari peternak atau koperasi sebanyak satu kilogram. Namun, pada saat Indonesia akan memasuki era perdagangan bebas, pemerintah mencabut Inpres No. 4 Tahun Pencabutan kebijakan tersebut tidak diimbangi dengan proteksi dari pemerintah terhadap koperasi dan para peternak lokal. Kondisi ini tentu saja meresahkan para peternak dalam negeri dalam menjalankan usahaternak sapi perahnya karena kebijakan tersebut hanya akan membuat IPS semakin leluasa untuk mengimpor susu dari luar negeri. Selain itu, pada tahun 2008, untuk meningkatkan daya saing kompetitif di pasar global, pemerintah memberi peluang dengan membebaskan bea masuk susu impor. Dasar hukum penghapusan bea masuk didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 145/PMK.011/2008 tahun 2008 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Atas Impor Barang dan Bahan oleh Industri Pengolahan Susu untuk Tahun Anggaran Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tersebut berdampak pada tingginya jumlah impor susu dan rendahnya pajak masuk susu impor. Kondisi tersebut telah menekan produksi susu di Indonesia dan menyebabkan proses produksi susu di tingkat peternak semakin tidak efisien. Hal ini tentu saja menjadi suatu ancaman bagi KUD Puspa Mekar dan para peternak pada umumnya sebagai pelaku usahaternak sapi perah yang kurang diperhatikan kepentingannya oleh pemerintah. 2. Kebijakan Pendukung Pengembangan Usahaternak Sapi Perah Kebijakan impor susu tidak dapat langsung mematikan usahaternak sapi perah di Indonesia. Pemerintah sadar bahwa usahaternak sapi perah di beberapa wilayah Indonesia harus terus dikembangkan, mengingat adanya potensi sumber daya yang dimiliki dan belum terpenuhinya kebutuhan susu di Indonesia. 100

118 Pemerintah pusat dan daerah berusaha menetapkan kebijakan yang mendukung adanya pengembangan usahaternak sapi perah. Adanya kebijakan mengenai skim kredit bersubsidi bagi peternak sapi merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk membantu peternak dalam mengembangkan usahaternak sapi perahnya, yaitu melalui pengadaan dan penambahan populasi sapi. Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) adalah skim kredit yang digunakan untuk mendukung pendanaan, pelaksanaan, dan pengembangan usaha pembibitan sapi potong dan sapi perah oleh pelaku usaha dengan suku bunga bersubsidi secara berkelanjutan. Sasaran program kredit ini adalah perusahaan peternakan, koperasi peternak/persusuan, dan gabungan kelompok peternak atau kelompok peternak. Adapun Landasan hukum pelaksanaan KUPS adalah berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.131/PMK.05/2009 tanggal 18 Agustus 2009 tentang KUPS dan Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/PD.400/9/2009 tanggal 8 September 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan KUPS. Selain KUPS, masih ada beberapa program kredit pemerintah yang diperuntukkan bagi pengembangan usaha, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Ketahanan Pangan (KKPE). Salah satu sasaran program kredit ini juga ditujukan kepada para pelaku usaha rakyat, petani, maupun peternak. Dengan adanya kebijakan program kredit bersubsidi tersebut, para peternak maupun koperasi dapat memanfaatkan peluang untuk mengembangkan usahaternak sapi perahnya melalui pengadaan dan penambahan populasi sapi perah, sehingga dapat meningkatkan produksi susu dan mampu memenuhi kebutuhan susu nasional. Untuk menanggulangi permasalahan rendahnya konsumsi susu dan tingkat gizi masyarakat, pemerintah melaksanakan program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS). Program ini merupakan realisasi dari Inpres No. 1 Tahun 2010 yang bertujuan untuk memperbaiki asupan gizi peserta didik di tingkat TK dan SD, sehingga diharapkan dapat meningkatkan ketahanan fisik, minat, dan kemampuan belajar. Program PMTAS ini menjangkau beberapa kabupaten di 27 provinsi yang merupakan kabupaten tertinggal dengan persentase penduduk miskin yang besar. Total anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut sebesar Rp 218 milyar dari APBNP. Kebijakan pemerintah melalui 101

119 program PMTAS ini dapat dijadikan suatu peluang bagi para pelaku usahaternak sapi perah untuk terus meningkatkan produksi susu dan menjaga kualitas susu yang dihasilkan, guna memasok kebutuhan susu yang masih tinggi dan sebagai upaya mendukung serta menyukseskan peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Selain itu, pemerintah daerah bersama Dinas-dinas terkait melakukan upaya penyuluhan dan pembinaan kepada peternak dan koperasi di wilayahwilayah yang berpotensi dalam mengembangkan usahaternak sapi perah. Upaya tersebut dilakukan dengan mengirimkan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dari Dinas-dinas terkait untuk memberikan pembinaan dan pengawasan langsung terhadap jalannya kegiatan budidaya usahaternak sapi perah saat di lapangan. Upaya pemerintah tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/11/2008 tentang Pedoman Pembinaan Penyuluh Pertanian Swadaya dan Penyuluh Pertanian Swasta. Dengan adanya dukungan dari pemerintah daerah bersama Dinas terkait, peternak dan koperasi dapat termotivasi dan percaya diri untuk meningkatkan produktivitasnya dalam menghasilkan susu dengan kualitas terbaik dan mampu bersaing dengan susu impor Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki karakteristik laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang mengalami peningkatan, yaitu dari tahun 2000 sebesar 205,1 juta jiwa menjadi 237,6 juta jiwa pada tahun 2010 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun (BPS 2010). Peningkatan jumlah penduduk saat ini memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan permintaan produk pangan. Ditambah lagi dengan adanya perkembangan gaya konsumsi masyarakat di Indonesia yang sudah mengarah untuk mengkonsumsi pangan yang sehat. Hal tersebut mendukung keberadaan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar karena usaha usaha ini menghasilkan susu sebagai bahan baku pangan yang memiliki kandungan gizi tinggi. Kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi dari susu ini berpengaruh pada peningkatan jumlah permintaan susu. Peningkatan tersebut ditandai dengan peningkatan konsumsi susu nasional per kapita, yaitu pada tahun 2008 sebesar 6,91 kg/kapita menjadi 8,90 kg/kapita pada tahun 2009 (Direktorat Jenderal Peternakan 2010). Dengan demikian, 102

120 kondisi tersebut akan memberikan peluang pasar yang lebih luas bagi KUD Puspa Mekar untuk memenuhi permintaan masyarakat terhadap kebutuhan susu dengan meningkatkan produksi susu yang dihasilkan. Selain gaya konsumsi yang berubah dan tren peningkatan konsumsi susu yang terjadi, faktor lingkungan juga mempengaruhi usahaternak sapi perah. Salah satu faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap usahaternak sapi perah adalah ketersediaan lahan hijauan. Keberadaan lahan hijauan saat ini sudah semakin tergeser fungsinya menjadi lahan bagi pembangunan rumah dan gedunggedung bertingkat. Sehingga, kondisi tersebut akan mengancam ketersediaan pakan hijauan yang merupakan sumber pakan ternak utama yang dibutuhkan oleh sapi perah. Asupan pakan hijauan ini diindikasi mengandung kandungan air yang cukup sebagai pakan ternak ideal, sehingga dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan. Dengan terbatasnya ketersediaan lahan hijauan, maka akan menghambat KUD Puspa Mekar dalam upaya mengembangkan usahaternak sapi perahnya melalui peningkatan kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan Teknologi Perkembangan teknologi selalu mengalami kemajuan dari waktu ke waktu. Kemajuan teknologi mampu memberikan efisiensi pada sisi waktu, tenaga kerja dan biaya yang digunakan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi kerja suatu usaha. Dengan adanya kemajuan teknologi dan didukung oleh sumber daya manusia yang ahli dalam menguasai penggunaan teknologi tersebut, maka suatu usaha akan memiliki keunggulan kompetitif yang lebih baik dari keunggulan saat ini dengan para pesaing yang ada. Kemajuan teknologi yang berkembang saat ini dalam bidang usahaternak sapi perah, meliputi teknologi pada pengolahan pakan ternak, teknologi pada budidaya dan pembibitan sapi perah, teknologi pada pemerahan susu, teknologi pada pengolahan produk turunan susu, teknologi pada pengelolaan limbah dan kotoran sapi, serta teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi pada pengolahan pakan bermanfaat untuk memberikan alternatif pakan yang efisien dan efektif bagi ternak agar dapat menghasilkan produksi susu terbaik. Teknologi pada pengolahan pakan ini dapat dilihat dari penciptaan mesin penggiling pakan yang dapat menghasilkan pakan dengan 103

121 tekstur yang tadinya kasar menjadi halus, sehingga dapat dengan mudah dicerna oleh ternak. Teknologi pada kegiatan budidaya dan pembibitan sapi perah bermanfaat untuk menghasilkan bibit sapi perah unggulan melalui teknologi Inseminasi Buatan (IB). Teknologi pada kegiatan pemerahan susu dapat dilihat dengan adanya penciptaan mesin pemerah susu otomatis yang bermanfaat untuk memproduksi susu secara efisien dan efektif. Teknologi pada pengolahan produk turunan susu ditandai dengan adanya mesin pendingin (cooling unit) dan mesin pasteurisasi susu yang bermanfaat untuk menghasilkan produk olahan susu yang berkualitas. Teknologi pada kegiatan pengelolaan limbah dan kotoran sapi dapat dilihat dari penciptaan mesin digester untuk biogas yang bermanfaat sebagai alternatif energi rumah tangga. Sedangkan, teknologi informasi dan komunikasi, seperti adanya jaringan internet dapat bermanfaat bagi kemajuan usahaternak sapi perah karena dapat mempermudah dalam mengakses informasi mengenai posisi usaha saat ini dalam perkembangan dunia usaha di sekitarnya. Berbagai teknologi yang berkembang dalam mendukung kegiatan usahaternak sapi perah menjadi peluang yang besar untuk mendapatkan hasil produksi susu yang maksimal dan tentunya harus diimbangi dengan kemampuan sumber daya manusia dalam menggunakan dan mengelola teknologi tersebut Lingkungan Industri Lingkungan industri merupakan lingkungan yang berada di sekitar usaha yang memiliki pengaruh langsung terhadap operasional usaha KUD Puspa Mekar. Menurut Porter (1997), hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu persaingan antar perusahaan sejenis, ancaman pendatang baru, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar-menawar pemasok dan kekuatan tawar-menawar pembeli Persaingan antar Perusahaan Sejenis Tinggi rendahnya persaingan antar perusahaan sejenis dalam lingkungan industri dapat dilihat dari jumlah pesaing yang banyak dan kurang lebih setara dalam hal ukuran dalam kekuatan modal dan penguasaan pangsa pasarnya. Pada kebanyakan industri, gerakan persaingan oleh satu perusahaan mempunyai 104

122 pengaruh yang besar terhadap para pesaingnya dan dapat mendorong perlawanan atau usaha untuk menandingi gerakan tersebut. Dalam usahaternak sapi perah yang dijalankan KUD Puspa Mekar di Kabupaten Bandung Barat, terdapat banyak pesaing yang juga menjalankan usaha yang sama di bidang usahaternak sapi perah. Persaingan terjadi dengan perusahaan peternakan swasta yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat. Perusahaan peternakan swasta yang paling mendominasi persaingan usahaternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat adalah CV. Barokah, CV. Agropurna Mitra Mandiri, dan Kelompok Paguyuban Peternak Parongpong (KPPC). Tingkat persaingan dengan perusahaan peternakan swasta dalam usahaternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat saat ini cenderung kompetitif, sehingga menjadi ancaman bagi KUD Puspa Mekar. Persaingan yang terjadi biasanya dalam hal penetapan harga beli susu di tingkat petenak dan pelayanan yang diberikan kepada anggota. Sistem penetapan harga beli yang diberlakukan KUD Puspa Mekar berbeda dengan para pesaingnya. KUD Puspa Mekar menetapkan harga beli susu di tingkat peternak berdasarkan kualitas susu yang dihasilkan, yaitu berkisar antara Rp , sedangkan para pesaingnya menetapkan harga beli susu di tingkat peternak dengan sistem sama rata tanpa mempertimbangkan kualitas susu yang dihasilkan. Bahkan, para pesaing ini berani untuk menetapkan harga beli susu di atas harga beli susu KUD Puspa Mekar, yaitu mencapai sebesar Rp Hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar karena dengan adanya perbedaan harga beli susu di tingkat peternak, akan menyebabkan beberapa anggota beralih memasarkan susunya ke para pesaing. Sehingga, kondisi tersebut dapat mengurangi kapasitas produksi susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar. Pelayanan yang diberikan kepada anggota juga merupakan faktor yang paling penting dalam menjaga kestabilan usahaternak sapi perah untuk mampu bersaing dengan para pesaing yang ada. KUD Puspa Mekar memiliki pelayanan anggota yang lebih unggul dibandingkan para pesaingnya. Pelayanan yang diberikan KUD Puspa Mekar merupakan pelayanan langsung kepada anggota. Sedangkan, sistem pelayanan yang diberikan para pesaing kepada anggotanya 105

123 merupakan pelayanan kelompok/kolektif. Sehingga, para anggotanya tidak memperoleh pelayanan yang maksimal. Bahkan, anggota dari kelompok tersebut secara tidak langsung mengalami kerugian karena bayaran susu yang diberikan akan dipotong dengan upah pengangkutan susu yang dilakukan oleh ketua kelompoknya sebagai kolektor susu. Potongan yang diberlakukan, yaitu sebesar Rp 200 per liter susu. Dengan adanya perbedaan manfaat yang diterima dari pelayanan anggota yang diberikan KUD Puspa Mekar dengan pelayanan anggota yang diberikan para pesaingnya, maka tidak menutup kemungkinan banyak anggota dari para pesaing yang beralih keanggotaannya ke KUD Puspa Mekar. Kondisi ini memberikan keuntungan bagi pengembangan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar dalam upaya meningkatkan kapasitas produksi yang dihasilkan Ancaman Pendatang Baru Pendatang baru dapat menjadi ancaman terhadap perusahaan yang telah ada, baik dalam perebutan pangsa pasar atau perebutan sumber daya produksi. Ancaman masuknya pendatang baru sangat bergantung pada kemampuan pendatang baru untuk menghadapi hambatan masuk (barriers to entry) ke dalam industri. Menurut Porter (1997), terdapat enam faktor hambatan masuk dari pendatang baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala, dan kebijakan pemerintah. 1. Skala Ekonomis Skala ekonomis menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa mereka untuk masuk pada skala besar dan mengambil risiko persaingan yang ada. Pada industri usahaternak sapi perah, skala ekonomis tidak menjadi halangan masuknya pendatang baru karena untuk memulai usaha ini tidak diperlukan skala ekonomis yang besar. Perusahaan swasta yang merupakan salah satu penampung susu segar dalam jumlah berapa pun atau dengan produksi susu sebanyak liter saja sudah termasuk ke dalam pelaku industri produksi susu segar. Selain itu, masalah regulasi tidak berpengaruh kepada pendatang baru yang ingin memasuki 106

124 usaha ini karena pemerintah tidak membatasi atau menghambat masuknya pendatang baru ke dalam industri dengan peraturan-peraturan tertentu, sebaliknya pemerintah menunjukkan dukungannya terhadap pengembangan usahaternak sapi perah, mengingat produksi susu yang dihasilkan belum memenuhi kebutuhan nasional. 2. Kebutuhan Modal Jumlah kebutuhan modal akan menentukan persaingan dalam suatu industri. Semakin tinggi kebutuhan modal yang diperlukan, maka semakin ketat persaingan yang dihadapi. Dalam menjalankan usahaternak sapi perah, dibutuhkan permodalan awal yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan sumber daya lahan, hewan ternak, dan sumber daya manusia yang cukup banyak. Selain itu, dalam menghasilkan kuantitas dan kualitas susu yang baik secara efisien, dibutuhkan teknologi pengolahan susu untuk menjaga sterilisasi susu yang dihasilkan oleh peternak. Untuk mengelola kegiatan tersebut dibutuhkan permodalan yang cukup besar, sehingga kegiatan pengolahan dapat berjalan dengan baik. 3. Diferensiasi Produk Diferensiasi menciptakan hambatan masuk dengan memaksa pendatang baru mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk mengatasi kesetiaan pelanggan yang ada. Diferensiasi produk dalam usahaternak sapi perah tidak menjadi penghalang bagi masuknya pendatang baru karena industri usahaternak sapi perah ini merupakan industri primer/bahan baku yang memasok produk susu segar ke IPS. 4. Biaya Beralih Pemasok Pemasok yang paling penting dalam industri usahaternak sapi perah adalah pemasok pakan ternak. Biaya beralih pemasok dalam industri ini tidak terlalu besar. Pembeli yang ingin beralih pemasok tidak memerlukan biaya yang tinggi karena banyaknya jumlah pemasok yang menyediakan pakan ternak. 107

125 5. Akses ke Saluran Distribusi Akses ke saluran distribusi merupakan faktor yang menjadi penghambat bagi masuknya pendatang baru. Dalam industri ini, saluran yang di bentuk oleh koperasi persusuan dan perusahaan swasta yang telah ada sudah cukup kuat, sehingga pendatang baru harus mampu membuat saluran distribusi baru agar produknya dapat diterima. Kegiatan distribusi dan pemasaran susu ke IPS merupakan proses yang tidak mudah dilewati oleh pendatang baru karena penerimaan susu yang dilakukan membutuhkan prosedur mulai dari perizinan usaha, kualitas susu, dan kontinuitas pasokan dari susu yang dihasilkan. 6. Biaya Tidak Menguntungkan Terlepas dari Skala Adanya biaya yang tidak menguntungkan terlepas dari skala dalam usahaternak sapi perah tidak menjadi halangan bagi pendatang baru karena biaya yang ditimbulkan tidak terlalu besar. Biaya tidak menguntungkan yang tidak terlalu besar tersebut akan mendorong dan menambah motivasi bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri. Dengan adanya kelima hambatan masuk tersebut, maka kemungkinan masuknya pendatang baru lebih dirasakan pada skala usaha yang kecil. Skala usaha yang kecil memiliki ciri-ciri, yaitu kapasitas produksi susu masih rendah, kualitas susu belum maksimal, belum memiliki produk olahan susu, dan lain-lain. Bagi KUD Puspa Mekar, kemungkinan tersebut dapat mengancam karena KUD Puspa Mekar juga memiliki kapasitas produksi susu yang masih rendah dan belum memiliki produk olahan susu Ancaman Produk Substitusi Ancaman produk substitusi merupakan produk yang memiliki manfaat dan kegunaan yang sama, sehingga dapat menggantikan fungsi produk lain yang bertujuan memenuhi kebutuan konsumen. Dalam industri pengolahan susu, produk olahan susu yang berasal dari susu ternak lainnya, seperti kambing dan kuda tidak dapat dijadikan produk pengganti susu segar sapi karena sasaran konsumen dan fungsi dari kedua produk tersebut berbeda. Susu kambing dan susu kuda cenderung dikonsumsi sebagai obat, sedangkan susu segar sapi merupakan 108

126 bahan baku utama bagi industri pengolahan susu di Indonesia. Hal tersebut disebabkan susu sapi memiliki kandungan gizi yang lengkap dan dianggap sebagai produk susu masyarakat yang lebih diminati karena menjangkau konsumen dari berbagai segmen yang ada. Kondisi tersebut dapat dijadikan peluang bagi KUD Puspa Mekar untuk mengembangkan usahanya pada industri usahaternak sapi perah dengan meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan IPS dan secara tidak langsung memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk olahan berbahan baku susu sapi Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Pemasok dapat menggunakan tawar-menawar terhadap para pelaku dalam industri dengan mengancam menaikkan harga atau menurunkan mutu produk yang dibeli. KUD Puspa Mekar menggunakan jasa pemasok dalam menyediakan pakan konsentrat untuk anggotanya. Pakan yang dipasok adalah pakan konsetrat dalam bentuk yang sudah jadi atau siap dijual kepada anggota, tanpa melewati tahap/proses pengolahan terlebih dahulu. Pemasok tersebut adalah KPSBU, yang merupakan satu-satunya pemasok utama pakan konsentrat ke KUD Puspa Mekar. Sehingga, KUD Puspa Mekar dalam hubungannya dengan KPSBU hanya sebagai penerima harga, KUD Puspa Mekar tidak memiliki kekuatan tawar-menawar yang kuat terhadap KPSBU. Kondisi ini dapat menjadi ancaman jika KUD Puspa Mekar tidak memiliki alternatif pemasok pakan lainnya atau mengolah pakan konsentrat sendiri. Hal ini dikarenakan sewaktu-waktu KPSBU dapat menaikkan harga atau menurunkan mutu pakan yang dibeli, sehingga dapat menghambat kegiatan produksi usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli Konsumen dalam industri usahaternak sapi perah adalah IPS. IPS membuat persaingan di dalam industri semakin ketat dengan memaksa harga turun, kualitas, dan pelayanan yang lebih baik. Saat ini KUD Puspa Mekar belum mampu memasarkan susunya secara mandiri ke IPS. Hal ini disebabkan KUD Puspa Mekar belum mampu memenuhi kapasitas produksi susu yang dibutuhkan IPS, yaitu sebanyak liter per hari, sedangkan kapasitas produksi susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar saat ini baru mencapai rata-rata sebanyak

127 liter per hari. Sehingga, KUD Puspa Mekar dalam memasarkan susunya ke IPS harus melalui KPSBU terlebih dahulu, baru selanjutnya susu dapat disalurkan ke IPS. Salah satu IPS yang paling sering menerima pasokan susu dari KUD Puspa Mekar melalui jalur pemasaran KPSBU adalah PT. Indolakto. Dalam memenuhi pasokan susunya ke IPS, KUD Puspa Mekar harus menjaga kualitas susu yang dihasilkan. Hal ini disebabkan penetapan harga beli susu IPS didasarkan pada standar kualitas susu yang dihasilkan. Jika susu tidak sesuai dengan standar kualitas IPS, maka KUD Puspa Mekar akan menghadapi penolakan susu atau menerima penalti terhadap harga beli susu IPS. Kondisi ini menunjukan bahwa hubungan KUD Puspa Mekar dengan IPS hanya sebagai penerima harga, KUD Puspa Mekar tidak memiliki kekuatan tawar-menawar yang kuat terhadap IPS. Selain itu, hubungan yang terjalin antara KUD Puspa Mekar dengan IPS merupakan hubungan yang tidak langsung. Interaksi hanya terjadi antara IPS dengan KPSBU dan KPSBU dengan KUD Puspa Mekar. Sehingga, kekuatan tawar-menawar IPS yang kuat menjadi lebih sulit dikendalikan oleh KUD Puspa Mekar. Jika KUD Puspa Mekar tidak dapat mengolah susu menjadi produk olahan susu dan menjualnya ke konsumen eceran sebagai alternatif pemasaran lain, maka kekuatan tawar-menawar IPS yang kuat tersebut dapat menjadi ancaman bagi KUD Puspa Mekar terutama dalam menentukan harga beli susu di tingkat peternak. 110

128 VII. FORMULASI STRATEGI 7.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan KUD Puspa Mekar Identifikasi kekuatan dan kelemahan KUD Puspa Mekar didasarkan pada hasil analisis lingkungan internalnya. Berikut faktor-faktor lingkungan internal KUD Puspa Mekar. Tabel 17. Faktor-faktor Lingkungan Internal KUD Puspa Mekar Faktor Kekuatan Kelemahan Manajemen 1. Adanya tes quality control untuk peneriman susu dari peternak 2. Sistem pembayaran susu yang tepat waktu kepada peternak 3. RAT terlaksana dan berjalan dengan baik setiap tahunnya 4. Komunikasi antara pengurus dan anggota berlangsung terbuka 5. KUD memberikan pelayanan langsung kepada anggota Produksi/Operasi 6. Produk (susu) yang dihasilkan oleh KUD terjamin kualitasnya 7. KUD memiliki sarana dan prasarana produksi yang lengkap Pemasaran 8. KUD mampu menjual produk (susu) berdasarkan harga yang disesuaikan dengan standar kualitas susu yang disyaratkan oleh pembeli Keuangan 9. Kegiatan simpan pinjam anggota berjalan dengan lancar 10. Pembagian SHU berlangsung terbuka dan 1. Belum adanya pendidikan internal perkoperasian untuk anggota 2. Tingkat partisipasi dan loyalitas anggota yang masih rendah 3. Tingkat pendidikan karyawan yang masih rendah 4. Pengorganisasian kerja pengurus dan karyawan yang belum berjalan dengan baik 5. Produksi susu yang dihasilkan oleh KUD masih rendah 6. Belum adanya kegiatan pengolahan produk turunan susu yang memiliki nilai tambah 7. KUD belum mampu memasarkan produk (susu) secara mandiri kepada IPS 8. KUD memiliki keterbatasan modal untuk pengembangan usahanya adil Penelitian dan Pengembangan - - Sistem Informasi dan Manajemen 11. Pencatatan dan penyimpanan data serta informasi sudah tersusun rapi dengan sistem komputerisasi - 111

129 yaitu: Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan bagi KUD Puspa Mekar, 1. Adanya tes quality control untuk peneriman susu dari peternak KUD Puspa Mekar selalu melakukan quality control (pengawasan kualitas) terhadap susu yang disetorkan oleh peternak. Hal tersebut dilakukan untuk terus menjaga dan mempertahankan kualitas susu yang dihasilkan. Pemeriksaan kualitas dilakukan di setiap TPK, dimana peternak menyetorkan susunya. Sebelum susu ditampung di mobil tangki penampungan, PAD melakukan pemeriksaan kualitas susu peternak. Adapun pemeriksaan kualitas susu tesebut meliputi uji berat jenis, uji alkohol, dan uji organoleptik. Pengujian berat jenis bertujuan untuk mengetahui nilai susu dalam kaitannya dengan tingkat kemurnian susu. Apabila berat jenis susu dibawah standar menunjukan bahwa susu tersebut tidak murni atau ada penambahan zat tertentu. Pengujian ini menggunakan alat yang disebut lactodecimeter. Pengujian dengan menggunakan alkohol dilakukan dengan menggunakan alat gun test yang telah diisi dengan alkohol 70 persen untuk mengetahui apakah protein pada susu tersebut telah terdenaturasi (pecah) atau tidak. Susu yang hasilnya jelek menunjukan adanya penggumpalan yang artinya protein yang terkandung di dalam susu sudah pecah. Sedangkan, uji organoleptik merupakan uji dengan menggunakan panca indera sebagai media uji meliputi bau, warna dan rasa susu. Pengujian terhadap rasa susu dilakukan dengan mencicipi susu. Apabila pemeriksaan susu dari peternak tidak memenuhi persyaratan atau kemungkinan adanya indikasi pemalsuan maka susu akan diambil sampel dan di uji di laboratorium KPSBU. Para peternak yang susunya tidak memenuhi persyaratan akan diberi peringatan dan penyuluhan. 2. Sistem pembayaran susu yang tepat waktu kepada peternak Susu yang dihasilkan oleh anggota disetorkan per 15 hari ke KUD Puspa Mekar. Begitu juga dengan sistem pembayaran susu yang diberlakukan oleh KUD Puspa Mekar kepada anggota, susu dibayar per 15 hari dengan sistem gantungan. Artinya, susu yang disetorkan per tanggal 15 akan dibayarkan pada tanggal 30. Hal ini dijadikan sebagai jaminan saat peternak mendaftar pertama kali sebagai 112

130 anggota KUD Puspa Mekar. Berbeda dengan para pesaingnya yang selalu tidak tepat waktu membayarkan susunya ke anggota hingga telat 5 7 hari, KUD Puspa Mekar tidak pernah telat sehari pun dalam membayarkan kewajibannya tersebut kepada anggota. 3. RAT terlaksana dan berjalan dengan baik setiap tahunnya Rapat Anggota Tahunan merupakan badan tertinggi di dalam struktur KUD Puspa Mekar di mana setiap anggota berpartisipasi untuk mengikuti pelaksanaannya. Pelaksanaan RAT KUD Puspa Mekar dilakukan tepat waktu pada setiap satu tahun sekali atau selambat-lambatnya tiga bulan setelah tutup buku pada tahun yang bersangkutan, serta dapat berjalan dengan baik setiap tahunnya dengan melakukan evaluasi prestasi dan kendala dari tahun sebelumnya dan menetapkan arah dan kebijakan dasar manajemen yang menyeluruh bagi KUD untuk tahun berikutnya. Adapun kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat tanggal pelaksanaan dan jumlah peserta yang hadir dalam setiap RAT KUD Puspa Mekar setiap tahunnya yang ditunjukkan pada Tabel 18 berikut. Tabel 18. Pelaksanaan RAT KUD Puspa Mekar Tahun No. Tahun Tanggal Undangan Hadir Persentase Pelaksanaan (Orang) (Orang) (persen) April persen Maret persen Maret persen Sumber: Laporan Tahunan KUD Puspa Mekar Tahun Buku Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa RAT KUD Puspa Mekar selalu dilaksanakan setiap tahunnya yaitu setiap tiga bulan setelah tutup buku pada tahun yang bersangkutan yaitu pada bulan Maret dan paling lambat pada bulan April. Persentase kehadiran peserta atau undangan pada pelaksanaan KUD Puspa Mekar setiap tahunnya juga selalu di atas 90 persen. Hal ini menunjukkan bahwa anggota ikut berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan RAT KUD Puspa Mekar setiap tahunnya. 4. Komunikasi antara pengurus dan anggota berlangsung terbuka Adanya komunikasi sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi. KUD Puspa Mekar senantiasa mengkomunikasikan kebijakannya kepada 113

131 pengurus dan anggota secara terbuka. Penyampaian kebijakan atau sesuatu hal yang penting terkait dengan kegiatan usaha KUD Puspa Mekar lebih sering disampaikan pengurus kepada anggota melalui PAD. Hal ini disebabkan PAD adalah karyawan yang paling sering bertemu dengan anggota saat proses pengambilan susu. Begitu juga sebaliknya, apabila anggota memiliki aspirasi dan keluhan yang ingin disampaikan ke KUD Puspa Mekar, maka PAD akan segera menyampaikannya kepada pengurus. Hubungan interaktif yang terjalin antara anggota dengan PAD menjadi penting, karena PAD menjadi fasilitator untuk menyampaikan pesan anggota kepada pengurus atau sebaliknya yang akan disampaikan melalui rapat evaluasi yang dilaksanakan setiap dua minggu sekali antara pengurus, pengawas, dan karyawan KUD Puspa Mekar. 5. KUD memberikan pelayanan langsung kepada anggota Pelayanan yang ditawarkan KUD Puspa Mekar merupakan faktor kekuatan pendorong bagi anggota dan calon anggota untuk bergabung dan bekerjasama melaksanakan usaha yang dikelola KUD Puspa Mekar. Karena melalui pelayanan tersebut, anggota mampu memperoleh manfaat yang diharapkannya. Pelayanan yang diberikan KUD Puspa Mekar adalah pelayanan langsung kepada anggota, artinya tidak adanya sistem pengumpul (kolektor) susu dalam struktur organisasi KUD Puspa Mekar. Berbeda dengan para pesaingnya yang masih menerapkan sistem tersebut, sejak tahun 2006 KUD Puspa Mekar telah menghapus sistem tersebut dan merubahnya dalam bentuk pelayanan langsung kepada anggota. Hal ini dikarenakan sistem pengumpul susu sangat merugikan anggota dan membuat partisipasi anggota terhadap KUD menjadi terbatas. Para kolektor susu tersebut mengambil upah sebesar Rp 200 per liter susu sebagai biaya pengangkutan susu dari anggotanya, belum lagi saat pelaksanaan RAT yang dihadirkan hanya para kolektor susu tersebut sebagai ketua dari masing-masing kelompok anggota. Sistem pengumpul susu tersebut hanya membuat posisi anggota semakin terpuruk. Namun, dengan sistem pelayanan yang diterapkan KUD Puspa Mekar diharapkan dapat mensejahterahkan anggota dalam memenuhi seluruh kebutuhan anggotanya. 114

132 6. Produk (susu) yang dihasilkan oleh KUD terjamin kualitasnya Kualitas susu yang baik merupakan kekuatan bagi KUD Puspa Mekar dalam mengungguli para pesaingnya. Selain itu, keterjaminan kualitas memberikan kemudahan bagi KUD dalam memasarkan produknya kepada konsumen. Saat ini IPS menerapkan standar kualitas penerimaan susu bagi pemasok, dan hal tersebut memacu KUD untuk menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan IPS. KUD Puspa Mekar mampu menjamin kualitas susu yang dihasilkannya untuk disalurkan kepada IPS. Adapun kualitas susu yang dihasilkan KUD mengandung kadar Total Solid (TS) 11,3 persen, TPC (jumlah kuman/bakteri) < per mililiter, dan Titik Beku (TB) -0,520 C sampai - 0,550 C. 7. KUD memiliki sarana dan prasarana produksi yang lengkap Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai merupakan faktor penting dalam mempermudah dan melancarkan usaha yang dijalankan. KUD Puspa Mekar dalam menjalankan usahaternak sapi perahnya memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai mulai dari sarana transportasi untuk distribusi susu dari peternak menggunakan mobil pick up lengkap dengan tangki penampungan susu dan milk can, alat pengontrol kualitas susu, hingga proses pendinginan susu menggunakan cooling unit sebelum susu disalurkan ke IPS. Sarana dan prasarana produksi KUD Puspa Mekar yang memadai ini mampu memacu peningkatkan kualitas susu yang dihasilkan. 8. KUD mampu menjual produk (susu) berdasarkan harga yang disesuaikan dengan standar kualitas susu yang disyaratkan oleh pembeli Kualitas susu yang terjamin menjadi kekuatan KUD Puspa Mekar dalam menjalankan usahaternak sapi perah, terutama dalam penetapan harga jual susu dari IPS. KUD mampu memenuhi standar kualitas susu yang disyaratkan IPS sehingga harga yang diberlakukan IPS kepada KUD berkisar antara Rp per liter. Hal ini mengindikasikan bahwa KUD Puspa Mekar jarang memperoleh harga di bawah Rp per liter, sehingga harga yang diberlakukan kepada peternak berkisar antara Rp per liter. Harga beli berdasarkan kualitas susu ini menjadi keunggulan bagi KUD ke IPS, karena hal ini berbeda 115

133 dengan para pesaingnya yang tidak menerapkan standar kualitas susu untuk penjualan susunya. 9. Kegiatan simpan pinjam anggota berjalan dengan lancar Kegiatan simpan pinjam KUD Puspa Mekar berjalan dengan lancar dan tidak ada kredit macet dari anggota. Hal ini disebabkan prosedur peminjaman dan pengembalian uang diterapkan dengan jelas kepada anggota. Dalam melakukan peminjaman, anggota sebelumnya harus memenuhi syarat kelayakan pemberian pinjaman dengan rumus perhitungan yaitu sisa bersih penghasilan dikali tiga dikali 40 persen, sehingga jumlah pemberian pinjaman dipastikan tidak melebihi jumlah bayaran susu anggota per 15 hari. Sedangkan, dalam melakukan pengembalian pinjaman, anggota mengembalikannya melalui potongan langsung pada setiap pembayaran susu sebanyak lima kali potongan bayaran susu atau selama 2,5 bulan. Prosedur simpan pinjam ini menjadi kekuatan bagi KUD Puspa Mekar karena dilakukan untuk menghindari kredit macet anggota. 10. Pembagian SHU berlangsung terbuka dan adil Pembagian sisa hasil usaha (SHU) anggota dibagikan secara adil pada setiap anggotanya berdasarkan produksi susu yang dihasilkan oleh masing-masing anggota. Selama ini anggota merasa puas dengan prosedur pembagian SHU yang dilakukan oleh KUD Puspa Mekar, karena pembagian ini juga dilakukan secara terbuka saat pelaksanaan RAT. Jumlah SHU yang didapat anggota adalah 40 persen berdasarkan produksi susu dari jumlah SHU KUD Puspa Mekar secara keseluruhan, sisanya 40 persen dikembalikan lg untuk modal pengembangan KUD, dan 20 persen lagi diperuntukkan bagi pelatihan dan pendidikan pengurus serta karyawan. 11. Pencatatan dan penyimpanan data serta informasi sudah tersusun rapi dengan sistem komputerisasi Sistem informasi manajemen yang diterapkan oleh KUD Puspa Mekar sudah berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya pencatatan dan penyimpanan data serta informasi yang dilakukan secara rapi dan sistematis berdasarkan data harian, bulanan, dan tahunan. Sebagian besar pengelolaan 116

134 informasi manajemen yang berkaitan dengan usahaternak sapi perah sudah dilakukan secara komputerisasi, seperti data keanggotaan, data populasi sapi anggota, data produksi dan kualitas susu, data pengeluaran dan pemasukan KUD, dan data serta informasi lainnya. yaitu: Faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan bagi KUD Puspa Mekar, 1. Belum adanya pendidikan internal perkoperasian untuk anggota Kondisi peternak sebagai anggota KUD Puspa Mekar secara umum hampir sama dengan kondisi peternak rakyat di Indonesia. Mereka mempunyai latar belakang kualitas sebagai sumber daya manusia yang perlu mendapat perhatian, khususnya dalam hal perkembangan pola beternak dan penggunaan teknologi pendukung usahaternak. Dari segi pendidikan, hampir sebagian besar peternak berpendidikan rendah, yaitu sekolah dasar. Meskipun ada yang sampai sekolah lanjutan atas, namun masih ada yang tidak tamat sekolah. Oleh karena itu, penyuluhan dan pembinaan anggota penting dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan pendidikan anggota. KUD Puspa Mekar belum mengadakan penyuluhan secara rutin untuk anggota khususnya mengenai pendidikan internal dasar-dasar perkoperasian dan budidaya ternak sapi perah. Penyuluhan yang dilakukan KUD Puspa Mekar hingga saat ini hanya bersifat kondisional. Artinya, penyuluhan hanya dilakukan jika ada masalah produksi susu peternak saat di lapang, misalnya kualitas susu yang dihasilkan tidak baik dan terindikasi adanya pemalsuan susu. KUD Puspa Mekar hanya melakukan penyuluhan secara personal kepada anggota melalui manajer operasional, PAD, dan petugas kesehatan hewan. 2. Tingkat partisipasi dan loyalitas anggota yang masih rendah Tingkat partisipasi dan loyalitas anggota sangat berpengaruh terhadap perkembangan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar, khususnya dalam menghasilkan kuantitas dan kualitas susu terbaik. Namun, masih ada beberapa anggota yang tingkat partisipasi dan loyalitasnya masih rendah terhadap KUD. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya anggota yang menyalurkan susunya ke 117

135 lebih dari satu tempat penampungan susu selain ke KUD Puspa Mekar atau bahkan keluar dari keanggotaan KUD dan memilih bergabung dengan perusahaan penampungan susu milik pribadi/swasta, seperti CV. Keluarnya anggota dari keanggotaan KUD disebabkan ketidakpuasan anggota terhadap pelayanan yang diberikan oleh KUD Puspa Mekar. Selain itu, anggota yang lebih memilih CV dibandingkan KUD sebagai tempat menyalurkan susunya disebabkan kurangnya pemahaman anggota mengenai pendidikan berkoperasi. Hal ini menjadi tugas berat bagi KUD Puspa Mekar untuk terus mengupayakan pelayanan prima dan meningkatkan pendidikan berkoperasi bagi anggotanya sehingga tingkat partisipasi dan loyalitas anggota terhadap KUD dapat dijaga dan ditingkatkan guna menjaga keberlangsungan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar. 3. Tingkat pendidikan karyawan yang masih rendah Karyawan sebagai sumberdaya pengelola KUD Puspa Mekar sangat menentukan cepat lambatnya perkembangan usaha yang dilakukannya, dan tingkat pendidikan yang baik akan berdampak pada kualitas karyawan serta responnya dalam menghadapi perkembangan usaha. Kondisi dari para karyawan KUD Puspa Mekar sebagian besar hanya menganyam pendidikan hingga tingkat SD atau SMP. Hal ini berdampak pada sukarnya karyawan dalam memahami dan merespon perubahan lingkungan usaha yang dihadapi. Hingga saat ini KUD Puspa Mekar baru memiliki satu karyawan professional yang ahli di bidangnya, yaitu staf administrasi yang jenjang pendidikannya sampai Sarjana (S1). KUD Puspa Mekar belum memiliki karyawan professional yang ahli di bidang pemasaran dan pengolahan produk. Rendahnya tingkat pendidikan karyawan ini terkadang menjadi penghambat bagi KUD Puspa Mekar untuk berkembang dalam menjalankan usahanya. Namun pada dasarnya tidak selalu tingkat pendidikan yang rendah berakibat pada lemahnya manajemen organisasi KUD. Pelatihan dapat menjadi solusi atas rendahnya tingkat pendidikan karyawan. Pelatihan yang spesifik dalam suatu bidang akan menjadikan karyawan menjadi mahir. Terlebih apabila pekerjaan tersebut sudah dikerjakan dalam waktu yang cukup lama tentu akan menjadi nilai tambah dalam menangani tugasnya masing-masing. 118

136 4. Pengorganisasian kerja pengurus dan karyawan yang belum berjalan dengan baik Dalam struktur organisasi KUD Puspa Mekar masih terdapat penumpukan tugas dan tanggung jawab serta rangkap jabatan dalam satu fungsional organisasi, seperti jabatan sekretaris dan Kaur administrasi, serta jabatan bendahara dan Kaur quality control yang dipegang oleh satu orang. Selain itu, beberapa staf PAD juga terkadang merangkap tugas dan tanggung jawab untuk menjadi supir atau sebaliknya. Penumpukkan tugas dan tanggung jawab serta rangkap jabatan dalam satu fungsional organisasi tersebut menjadi kelemahan bagi KUD dan dapat berpengaruh terhadap penurunan kinerja KUD Puspa Mekar. 5. Produksi susu yang dihasilkan oleh KUD masih rendah Produksi susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar masih rendah dan hingga saat ini produksi baru mencapai liter per hari, belum dapat mencapai target minimal produksi sebesar liter per hari. Produksi susu KUD Puspa Mekar yang masih rendah disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari perubahan cuaca, penggunaan pakan, teknik pengelolaan ternak, jumlah populasi sapi dan sebagainya. Namun, faktor yang sangat berpengaruh terhadap keterbatasan jumlah susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar adalah perkembangan populasi dari ternak anggota yang lambat dan cenderung stagnan. 6. Belum adanya kegiatan pengolahan produk turunan susu yang memiliki nilai tambah KUD Puspa Mekar belum memiliki unit pengolahan susu sehingga belum dapat menciptakan produk olahan susu yang bernilai tambah. Hal ini menjadi salah satu kelemahan bagi KUD Puspa Mekar, karena jika dilihat dari banyaknya villa, hotel, serta tempat rekreasi di wilayah Parongpong seharusnya dapat menjadi saluran pemasaran alternatif bagi KUD Puspa Mekar. Dengan melakukan pengolahan susu menjadi produk yang bernilai tambah tinggi setidaknya menjadi alternatif penjualan jika terjadi penolakan susu dari IPS akibat kualitas susu yang dihasilkan tidak memenuhi standar kualitas susu IPS. Hal ini juga mengurangi ketergantungan pasar yang hanya didominasi oleh satu jalur saluran pemasaran melalui KPSBU ke PT. Indolakto. 119

137 7. KUD belum mampu memasarkan produk (susu) secara mandiri kepada IPS Produksi susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar masih rendah dan belum mampu memenuhi syarat minimal kebutuhan IPS. Jumlah minimal pasokan susu yang harus disalurkan ke IPS sebanyak liter per hari dan saat ini produksi susu KUD Puspa Mekar baru mencapai liter per hari, masih kurang liter per hari untuk memenuhi kebutuhan IPS tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan KUD Puspa Mekar masih bergantung kepada KPSBU dalam menyalurkan susunya ke IPS. Selain itu, dalam memasarkan susunya melalui KPSBU untuk selanjutnya disalurkan ke IPS, KUD Puspa Mekar menyewa supir dan armada pengangkutan yang dimiliki oleh KPSBU dengan dikenakan biaya sewa sebesar Rp 200 per liter. Dengan demikian, keterbatasan KUD Puspa Mekar dalam memasarkan produk (susu) secara mandiri ke IPS telah meningkatkan biaya operasional KUD Puspa Mekar. 8. KUD memiliki keterbatasan modal untuk pengembangan usahanya Dalam mengembangkan usahanya, KUD Puspa Mekar harus memiliki modal yang cukup besar. Saat ini modal yang dimiliki KUD untuk mengembangkan usahanya masih terbatas. Modal sendiri yang dimiliki KUD Puspa Mekar hanya bersumber dari anggota dalam bentuk simpanan wajib dan pokok anggota, sedangkan modal dari luar hanya diperoleh dari simpanan sukarela anggota dan pinjaman dari KPSBU. Kedua sumber permodalan tersebut sebagian besar digunakan untuk kegiatan operasional KUD. Padahal, modal dari luar seharusnya juga dapat dialokasikan sebagai modal untuk kegiatan pengembangan usahaternak KUD Puspa Mekar. Selain itu, keterbatasan KUD Puspa Mekar dalam menjangkau akses permodalan, seperti modal dari investor dan pinjaman kredit dari pemerintah serta bank atau lembaga keuangan lainnya menyebabkan terbatasnya jumlah modal dari luar yang dimiliki oleh KUD Puspa Mekar yang dapat digunakan untuk kegiatan pengembangan usahaternak sapi perahnya. 120

138 7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman KUD Puspa Mekar Berdasarkan analisis lingkungan eksternal, maka diperoleh faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap usaha KUD Puspa Mekar. Tabel 19. Faktor-faktor Lingkungan Eksternal KUD Puspa Mekar Faktor Peluang Ancaman Politik, Pemerintah, dan Hukum Ekonomi Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan Teknologi Kompetitif (Industri) 1. Adanya bantuan pinjaman kredit dari pemerintah dan dana investasi dari para investor 2. Adanya Litbang yang diadakan oleh Dinas Peternakan setempat 3. Adanya Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) 4. Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang menunjukkan angka positif 5. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya laju konsumsi susu 6. Adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi dari susu 7. Perkembangan teknologi yang cepat 8. Permintaan susu dalam negeri belum terpenuhi 9. Susu sapi merupakan produk susu yang kaya akan protein hewani yang lebih diminati masyarakat dibandingkan dengan susu dari ternak lainnya 10. Berkembangnya industri hilir untuk pengolahan produk berbahan baku susu 1. Adanya kebijakan pemerintah tentang impor susu 2. Adanya rencana kenaikan harga BBM 3. Ketersediaan lahan hijauan yang semakin terbatas 4. Kekuatan tawar-menawar IPS cenderung kuat 5. Banyaknya pesaing perusahaan swasta - yaitu: Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang bagi KUD Puspa Mekar, 1. Adanya bantuan pinjaman kredit dari pemerintah dan dana investasi dari para investor Adanya bantuan pinjaman kredit dari pemerintah untuk bidang on farm pada usaha peternakan sapi perah merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh KUD Puspa Mekar dalam hal pengadaan modal kerja dan penambahan 121

139 populasi sapi perah yang dimiliki anggota. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mengupayakan peningkatan produksi susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar. Adapun program kredit pemerintah yang terkait dengan pengadaan sapi dan modal kerja antara lain: Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE). KUPS adalah kredit investasi untuk usaha pembibitan sapi dalam rangka produksi bibit sapi potong atau sapi perah yang memperoleh subsidi bunga dari pemerintah, KUR adalah kredit untuk pembiayaan usaha produktif segmen mikro, kecil, menengah, dan koperasi yang layak untuk menerima pinjaman modal kerja atau kredit investasi, sedangkan KKPE adalah kredit investasi atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Ketahanan Pangan. Selain itu, kesempatan terbuka luas bagi para profesional muda untuk berinvestasi pada usahaternak sapi perah tanpa harus meninggalkan pekerjaan yang sekarang sedang digelutinya. Prospek usahaternak sapi perah yang menjanjikan terkait pemenuhan kebutuhan susu nasional yang masih belum terpenuhi, yaitu sebesar 70 persen menjadi daya tarik bagi para investor untuk menanamkan investasi pada usahaternak sapi perah ini. Adanya para investor yang tertarik untuk menanamkan investasi pada usahaternak sapi perah ini dapat dimanfaatkan sebagai peluang bagi KUD Puspa Mekar untuk memfasilitasi para peternaknya untuk mengelola sapi-sapi yang dimiliki oleh para investor dan menyalurkan hasil susunya ke KUD Puspa Mekar. Dengan adanya ketersedian pinjaman kredit dari pemerintah dan dana investasi dari para investor tersebut, maka KUD Puspa Mekar dapat mengembangkan usahaternak sapi perahnya melalui upaya pengadaan dan penambahan populasi sapi perah yang dimiliki anggota sehingga dapat meningkatkan produksi susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar. 2. Adanya Litbang yang diadakan oleh Dinas Peternakan setempat Keberadaan Dinas Peternakan ini dapat membantu meningkatkan pengetahuan para peternak yang tergabung dalam KUD Puspa Mekar baik dalam hal manajemen pengelolaan ternak, teknologi, dan lain-lain. Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Peternakan berupa penyuluhan dan pembinaan yang dilakukan secara berkala, seperti penyuluhan mengenai teknik budidaya sapi 122

140 perah, sanitasi dan kesehatan hewan ternak, pengelolaan limbah kotoran sapi, dan pengolahan produk turunan susu. Selain itu, Dinas Peternakan juga berperan dalam memberikan bantuan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan usahaternak sapi perah baik di bidang pengadaan input berupa mesin penggiling pakan, di bidang on farm berupa milk can, dan di bidang pasca panen berupa digester untuk biogas dan mesin pasteurisasi untuk produk olahan susu. Hal ini merupakan peluang bagi KUD Puspa Mekar untuk meningkatkan produksi susu sapi di tingkat peternak dan meningkatkan keterampilan peternak untuk kegiatan pasca panen usahaternak sapi perah. 3. Adanya Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) merupakan program kampanye yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan pada tahun 2010 dalam rangka memperbaiki asupan gizi peserta didik di tingkat TK dan SD, sehingga diharapkan dapat meningkatkan ketahanan fisik, minat, dan kemampuan belajar. PMTAS ini diharapkan dapat dijadikan sebuah pintu masuk untuk memenuhi kebutuhan pasar akan konsumsi susu. Optimalisasi konsumsi susu segar/pasteurisasi melalui PMTAS, jika secara nasional dapat di program dengan pemanfaatan sebagian dari dana pendidikan, maka pemasaran susu segar cukup terjamin. Hal tersebut dapat menjadi peluang yang baik bagi usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar untuk bekerjasama dengan pemerintah dalam menyukseskan program yang diselenggarakan pemerintah tersebut. 4. Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang menunjukkan angka positif Pertumbuhan ekonomi masyarakat menunjukkan angka positif baik dalam lingkup nasional maupun regional. Berdasarkan BPS Indonesia (2011), pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan berdasarkan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun PDB Indonesia pada Triwulan I-2010 dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 5,7 persen. Hal ini juga dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDB subsektor peternakan tahun 2010 mencapai 4,06 persen, melebihi rata-rata PDB sektor pertanian 2,86 persen. Prestasi tersebut menempatkan peternakan sebagai salah satu dari 22 kegiatan ekonomi utama 123

141 dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) Jika dilihat secara regional, pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Barat juga mengalami peningkatan berdasarkan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun Berdasarkan BPS Jawa Barat (2010), PDRB Jawa Barat atas dasar harga konstan sampai dengan Triwulan III-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 2,66 persen dari triwulan sebelumnya, yang tumbuh sebesar 1,44 persen. Dengan demikian, kondisi tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi saat ini mulai membaik dan mendukung iklim usaha yang baik yang dapat dijadikan peluang bagi KUD Puspa Mekar untuk dapat mengembangkan usahaternak sapi perahnya. 5. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya laju konsumsi susu Perkembangan jumlah penduduk setiap tahunnya mengalami peningkatan. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS (2010), jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2000 sebesar 205,1 juta jiwa menjadi 237,6 juta jiwa pada tahun 2010 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun. Hal ini memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan konsumsi susu nasional. Berdasarkan Direktorat Jenderal Peternakan (2010), dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun, dalam lima tahun terakhir ini laju rata-rata konsumsi susu meningkat 7 8 persen per tahun. Kondisi tersebut sangat mendukung perkembangan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar dalam meningkatkan kapasitas produksi susunya. 6. Adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi dari susu Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi terus berkembang sejalan dengan bertambahnya waktu. Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan mengandung nilai gizi cukup tinggi. Hal ini membuat masyarakat cenderung meningkatkan konsumsi susu dan peningkatan tersebut ditandai dengan meningkatnya konsumsi susu per kapita dari tahun ke tahun, mulai dari 6,91 kg/kapita pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 8,90 kg/kapita pada tahun 2009 (Direktorat Jenderal 124

142 Peternakan 2010). Kondisi tersebut menjadi peluang bagi industri susu dalam meningkatkan produksi olahan susu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang juga berdampak positif dalam memberikan peluang pasar susu segar yang cukup besar bagi usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar. 7. Perkembangan teknologi yang cepat Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini dapat dijadikan peluang bagi KUD Puspa Mekar. Berbagai alat dan mesin serta metode pengelolaan telah diciptakan untuk membantu mempermudah pelaksanaan kegiatan usahaternak sapi perah. Perkembangan teknologi yang pesat ini tentunya diimbangi dengan kemampuan sumberdaya manusianya dalam menggunakan dan mengelola teknologi tersebut. Penggunaan teknologi yang tepat guna dapat mempermudah KUD Puspa Mekar dalam melakukan aktivitasnya mulai dari bidang penyediaan input menggunakan mesin penggiling pakan, bidang on farm menggunakan teknologi sistem rantai dingin susu, dan bidang pengolahan menggunakan mesin pasteurisasi susu. Dengan demikian, pengelolaan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar dapat dilakukan dengan lebih efisien dan menghasilkan susu serta produk susu yang berkualitas. 8. Permintaan susu dalam negeri belum terpenuhi Kebutuhan akan susu masyarakat Indonesia sampai saat ini masih belum terpenuhi secara optimal oleh produksi susu nasional. Peningkatan konsumsi susu relatif lebih cepat dibanding produksinya. Pada tahun 2009 produksi susu dalam negeri hanya mampu memenuhi 25,11 persen dari total kebutuhan nasional (Direktorat Jenderal Peternakan 2009). Sampai saat ini Indonesia masih impor susu sebesar 70 persen lebih dari total kebutuhan susu nasional. Hal ini menjadi tugas besar bagi para pelaku usahaternak sapi perah termasuk KUD Puspa Mekar untuk memanfaatkan peluang pasar susu tersebut dengan cara meningkatkan produksi susu. 9. Susu sapi merupakan produk susu yang kaya akan protein hewani yang lebih diminati masyarakat dibandingkan dengan susu dari ternak lainnya Susu sapi merupakan susu yang paling banyak dikonsumsi dan diminati masyarakat pada umumnya. Susu sapi kaya akan kandungan protein hewani dan kandungan gizi lainnya. Setiap 100 gram susu terkandung protein sebanyak 3,2 125

143 gram, lemak sebanyak 3,7 gram, kalsium sebanyak 125 miligram. Selain itu, susu sapi dijuluki sebagai bahan makanan dengan kandungan vitamin terlengkap antara lain vitamin A, C, D, B2, B6, dan B12. Hal tersebut yang menyebabkan masyarakat lebih menyukai mengkonsumsi susu sapi dibandingkan susu ternak lainnya seperti kambing dan kuda. Kondisi ini menunjukkan bahwa susu sapi merupakan produk yang tidak dapat tergantikan sehingga dapat memberikan peluang bagi pengembangan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar. 10. Berkembangnya industri hilir untuk pengolahan produk berbahan baku susu Berkembangnya industri hilir untuk pengolahan produk berbahan baku susu akan memberikan peluang bagi KUD Puspa Mekar untuk memperluas pangsa pasar susu segar. Asosiasi Industri Pengolah Susu (AIPS) memproyeksikan tahun 2012 industri pengolahan berbahan baku susu sapi bisa tumbuh antara 6,8 persen sampai 7 persen. yaitu: Faktor-faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi KUD Puspa Mekar, 1. Adanya kebijakan pemerintah tentang impor susu Kebijakan impor susu yang diberlakukan oleh pemerintah sangat meresahkan para peternak sapi perah lokal. Hal tersebut berdampak pada penyerapan susu peternak lokal yang semakin rendah dikarenakan belum mampu bersaing dengan kualitas susu impor. Kondisi tersebut menjadi ancaman besar bagi KUD Puspa Mekar yang seluruh anggotanya merupakan peternak sapi perah. Ditambah lagi dengan adanya kebijakan pemerintah yang juga merugikan para peternak lokal dengan pembebasan bea masuk susu impor. Hal tersebut berdampak pada terbukanya peluang impor susu yang lebih besar. 2. Adanya rencana kenaikan harga BBM Adanya isu kenaikan harga BBM sebesar Rp pada awal bulan April 2012 lalu menyebabkan para pelaku usaha khawatir akan keberlajutan usahanya. Kenaikan harga BBM mendorong meningkatnya harga input produksi, yang pada akhirnya sangat mempengaruhi kenaikan biaya produksi. Begitu juga dengan 126

144 usahaternak sapi perah yang dijalankan KUD Puspa Mekar, kenaikan BBM dapat berdampak pada kenaikan biaya produksi yang diakibatkan oleh naiknya harga pakan ternak di pasaran. Selain itu, kenaikan harga BBM ini paling berpengaruh terhadap biaya transportasi pengangkutan susu. Sehingga, kondisi ini akan menghambat keberlangsungan dan pengembangan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar akibat adanya peningkatan biaya produksi. 3. Ketersediaan lahan hijauan yang semakin terbatas Keberadaan lahan hijauan saat ini sudah semakin langka, dapat dilihat dengan adanya alih fungsi lahan hijauan menjadi lahan perumahan. Hal tersebut menyebabkan ketersedian lahan hijauan semakin terbatas sehingga pasokan pakan hijauan untuk kebutuhan ternak tidak terpenuhi. Peternak menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan sehingga para peternak terpaksa menggantinya dengan jerami yang memiliki kandungan air jauh lebih sedikit dibandingkan rumput yang didapatkan di lahan hijaun. Hal ini berdampak pada kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar. 4. Kekuatan tawar-menawar IPS yang cenderung kuat Daya tawar menawar IPS terhadap KUD Puspa Mekar berpengaruh terhadap penetapan harga beli susu yang disalurkan KUD kepada IPS. Selain itu, IPS pun memiliki standar penerimaan susu yang menuntut KUD untuk memenuhi standar tersebut. Konsekuensi dari ketidaksesuaian standar susu yang disyaratkan IPS adalah penolakan atau penalti terhadap harga beli susu KUD. Kondisi tersebut tentunya menjadi ancaman bagi KUD Puspa Mekar jika tidak mampu memenuhi standar kualitas IPS. 5. Banyaknya pesaing perusahaan swasta Adanya perusahaan swasta yang juga sama-sama menjalankan usahaternak sapi perah dengan lokasi yang tidak terlalu jauh, tentunya akan menjadi pesaing bagi KUD Puspa Mekar. Persaingan terjadi pada pemenuhan pakan, pelayanan terhadap anggota, harga beli susu, serta pasar dari susu tersebut. Adanya persaingan tersebut menjadi ancaman bagi KUD Puspa Mekar dan menuntut untuk unggul dalam bersaing jika ingin bertahan pada usahaternak yang 127

145 dijalankannya. Adapun para pesaing KUD Puspa Mekar, antara lain CV. Barokah, CV. Agropurna Mitra Mandiri, dan Kelompok Paguyuban Peternak Parongpong (KPPC) Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks IFE disusun setelah dilakukan identifikasi terhadap faktor internal, meliputi kekuatan dan kelemahan KUD Puspa Mekar. Adapun hasil analisis matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 20 berikut. Tabel 20. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) KUD Puspa Mekar No. Faktor-faktor Strategis Internal Rating Ratarata Bobot Ratarata Skor Total Kekuatan 1. Adanya tes Quality Control untuk peneriman susu dari peternak 4,0 0,0613 0, Sistem pembayaran susu yang tepat waktu kepada peternak 4,0 0,0598 0, RAT terlaksana dan berjalan dengan baik setiap tahunnya 3,4 0,0545 0, Komunikasi antara pengurus dan anggota berlangsung terbuka 3,3 0,0523 0, KUD memberikan pelayanan langsung kepada anggota 4,0 0,0553 0, Produk (susu) yang dihasilkan oleh KUD terjamin kualitasnya 4,0 0,0601 0, KUD memiliki sarana dan prasarana produksi yang lengkap 3,8 0,0599 0, KUD mampu menjual produk (susu) berdasarkan harga yang disesuaikan dengan standar kualitas susu yang disyaratkan oleh pembeli 3,4 0,0534 0, Kegiatan simpan pinjam anggota berjalan dengan lancar 3,4 0,0473 0, Pembagian SHU berlangsung terbuka dan adil 4,0 0,0509 0, Pencatatan dan penyimpanan data serta informasi sudah tersusun rapi dengan sistem komputerisasi 4,0 0,0586 0,2332 Total Kekuatan 2,3029 Kelemahan 12. Belum adanya pendidikan internal perkoperasian untuk anggota 1,8 0,0478 0, Tingkat partisipasi dan loyalitas anggota yang masih rendah terhadap KUD 1,9 0,0503 0, Tingkat pendidikan karyawan yang masih rendah 1,2 0,0562 0, Pengorganisasian kerja pengurus dan karyawan yang belum berjalan dengan baik 1,2 0,0564 0, Produksi susu yang dihasilkan oleh KUD masih rendah 1,9 0,0465 0, Belum adanya kegiatan pengolahan produk turunan susu yang memiliki nilai tambah 1,7 0,0360 0, KUD belum mampu memasarkan produk (susu) secara mandiri kepada IPS 1,8 0,0444 0, KUD memiliki keterbatasan modal untuk pengembangan usahanya 1,2 0,0487 0,0604 Total Kelemahan 0,6139 Jumlah Total 2,

146 Pada Tabel 20 menunjukkan bahwa kekuatan terbesar KUD Puspa Mekar adalah adanya tes quality control untuk peneriman susu dari peternak dengan skor total mencapai 0,2442. Kekuatan inilah yang paling diunggulkan oleh KUD Puspa Mekar dari para pesaingnya yang juga bergerak di bidang usahaternak sapi perah. Sedangkan, kelemahan terbesar KUD Puspa Mekar adalah KUD memiliki keterbatasan modal untuk pengembangan usahanya dengan skor total mencapai 0,0604. Keterbatasan KUD Puspa Mekar dalam menjangkau akses permodalan, seperti modal dari investor dan pinjaman kredit dari pemerintah serta bank atau lembaga keuangan lainnya menyebabkan terbatasnya jumlah modal dari luar yang dimiliki oleh KUD Puspa Mekar yang dapat digunakan untuk kegiatan pengembangan usahaternak sapi perahnya. Adapun total skor faktor strategis internal KUD Puspa Mekar adalah sebesar 2,9168. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam skala 1 sampai 4, KUD Puspa Mekar berada pada rata-rata dalam kekuatan internal secara keseluruhan. Skor total untuk kekuatan adalah sebesar 2,3029 dan skor total untuk kelemahan adalah sebesar 0,6139. Nilai akhir skor total kekuatan yang lebih besar dari kelemahan menunjukkan bahwa dalam mengembangkan usaha, KUD Puspa Mekar mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan yang ada Analisis Matriks External Factor Evaluation (EFE) Matriks EFE disusun setelah dilakukan identifikasi terhadap faktor eksternal, meliputi peluang dan ancaman KUD Puspa Mekar. Pada Tabel 21 menunjukkan bahwa peluang terbesar KUD Puspa Mekar adalah adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi dari susu dengan skor total mencapai 0,2657. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi susu memberikan peluang bagi industri susu untuk mengolah susu menjadi produk olahan susu yang bernilai gizi tinggi sehingga kondisi ini juga dapat berdampak positif membuka peluang pasar susu segar bagi KUD Puspa Mekar untuk meningkatkan pasokan susunya ke IPS. Sedangkan, ancaman terbesar yang dihadapi KUD Puspa Mekar adalah kekuatan tawar-menawar IPS yang cenderung kuat dengan skor total mencapai 0,2534. Hal tersebut dibuktikan dengan penetapan harga jual susu KUD Puspa Mekar yang disesuaikan dengan standar 129

147 kualitas susu yang disyaratkan IPS. Jika KUD tidak memenuhi standar kualitas susu IPS, maka akan terjadi penolakan susu oleh IPS. Tabel 21. Matriks External Factor Evaluation (EFE) KUD Puspa Mekar Rating Bobot No. Faktor-faktor Strategis Eksternal Rata-rata Rata-rata Skor Total Peluang 1. Adanya bantuan pinjaman kredit dari pemerintah dan dana investasi dari para investor 2,9 0,0514 0, Adanya Litbang yang diadakan oleh Dinas Peternakan setempat 3,3 0,0568 0, Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang menunjukkan angka positif 2,8 0,0673 0, Peningkatan laju pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya laju konsumsi susu 3,3 0,0639 0, Adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi dari susu 3,8 0,0707 0, Adanya Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) 3,1 0,0580 0, Perkembangan teknologi yang cepat 3,8 0,0661 0, Permintaan susu dalam negeri belum terpenuhi 3,5 0,0679 0, Susu sapi merupakan produk susu yang kaya akan protein hewani yang lebih diminati masyarakat pada umumnya dibandingkan dengan susu dari ternak yang lainnya 3,4 0,0605 0, Berkembangnya industri hilir untuk pengolahan produk berbahan baku susu 3,1 0,0639 0,1980 Total Peluang 2,0739 Ancaman 11. Adanya kebijakan pemerintah tentang impor susu 4,0 0,0569 0, Adanya rencana kenaikan harga BBM 3,8 0,0668 0, Ketersediaan lahan hijauan yang semakin terbatas 3,7 0,0562 0, Kekuatan tawar-menawar IPS yang cenderung kuat 3,8 0,0670 0, Banyaknya pesaing perusahaan swasta 3,5 0,0629 0,2226 Total Ancaman 1,4023 Jumlah Total 3,2362 Adapun total skor faktor strategis eksternal adalah sebesar 3,2362. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam skala 1 sampai 4, KUD Puspa Mekar berada di atas rata-rata dalam peluang ekstenal secara keseluruhan. Skor total untuk peluang adalah sebesar 2,0739 dan skor total untuk ancaman adalah sebesar 1,4023. Nilai akhir skor total peluang yang lebih besar dari ancaman menunjukkan bahwa dalam mengembangkan usaha, KUD Puspa Mekar mampu memanfaatkan peluang sebaik mungkin. Nilai tersebut juga menunjukkan bahwa KUD Puspa 130

148 Mekar memberikan respon yang kuat dalam menjalankan strategi untuk menarik keuntungan dari peluang yang ada dan menghindari ancaman yang dihadapi Analisis Matriks Internal-External (I-E) Dengan menggabungkan hasil analisis matriks IFE dan EFE, maka akan diperoleh matriks I-E yang menunjukan kondisi internal dan eksternal KUD Puspa Mekar. Total skor IFE adalah 2,9168 yang menggambarkan bahwa KUD Puspa Mekar berada pada kondisi internal rata-rata, dan total skor EFE adalah 3,2362 yang menggambarkan bahwa KUD Puspa Mekar berada dalam kondisi eksternal yang tinggi. Adapun posisi KUD Puspa Mekar dalam matriks I-E dapat dilihat pada Gambar 17. Kuat 4,0 3,0 Rata-rata 2,99 2,0 Lemah 1,99 1,0 4,0 3,0 2,0 1,0 Tinggi 3,0 4,0 Menengah 2,0 2,99 Rendah 1,0 1,99 3,0 2,0 1,0 I II III IV V VI VII VIII IX Gambar 17. Matriks Internal-Eksternal (I-E) Usahaternak Sapi Perah KUD Puspa Mekar Pada Matriks I-E ditunjukkan bahwa posisi KUD Puspa Mekar berada pada sel II yang artinya tumbuh dan membangun. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) dan integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). Strategi penetrasi pasar adalah berusaha mencari pangsa pasar yang 131

149 lebih besar untuk produk atau jasa saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih baik. Strategi pengembangan pasar adalah memperkenalkan produk atau jasa saat ini ke wilayah geografis baru. Selanjutnya, strategi pengembangan produk adalah mengupayakan peningkatan penjualan melalui perbaikan produk atau jasa saat ini atau pengembangan produk atau jasa baru. Matriks I-E hanya digunakan untuk menghasilkan gambaran strategi secara umum yang dapat dilakukan tanpa menghubungkannya dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki KUD Puspa Mekar, serta peluang dan ancaman yang dihadapi KUD Puspa Mekar. Agar diperoleh strategi yang lebih spesifik maka digunakan matriks SWOT yang dibuat dengan melihat faktor kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman sehingga grand strategy yang dihasilkan matriks I-E dapat disesuaikan dengan kondisi internal dan eksternal usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar saat ini. SWOT dapat digunakan oleh KUD Puspa Mekar untuk melengkapi matriks I-E melalui alternatif-alternatif strategi yang lebih spesifik. Dengan kata lain strategi yang akan diperoleh melalui matriks SWOT dirumuskan berdasarkan pada pengembangan dari matriks I-E Analisis Matriks SWOT Berdasarkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang diperoleh melalui analisis internal dan eksternal KUD Puspa Mekar, maka dapat diformulasikan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT yang dapat dilihat pada Tabel 22. Adapun beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh KUD Puspa Mekar, antara lain adalah: 1. Strategi S-O (Strengths - Opportunities) Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal KUD Puspa Mekar untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat diterapkan KUD Puspa Mekar, yaitu sebagai berikut: a) Meningkatkan kegiatan produksi berstandar teknologi modern (S1, S4, S5, S6, S7, S8, O1, O2, O7, O10) Penerapan strategi ini berguna untuk menjaga dan meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan dengan menerapkan teknologi sistem rantai dingin susu pada 132

150 kegiatan produksi. Hal ini dimaksudkan agar susu dapat terhindar dari kerusakan akibat pecahnya protein atau tercemar oleh bakteri. Penerapan sistem rantai dingin susu ini sebenarnya sudah mulai diterapkan mengingat bahwa KUD memiliki fasilitas produksi yang lengkap mulai dari proses penampungan susu dari peternak dengan menggunakan milk can, kemudian pengangkutan susu dengan menggunakan mobil tangki, dan pendinginan susu sebelum susu disalurkan ke IPS dengan menggunakan cooling unit. Namun, hal tersebut belum berjalan efektif karena jumlah alat-alat produksi yang masih terbatas. Masih ada peternak yang menggunakan ember plastik untuk menampung susu hasil perahan. Hal ini disebabkan masih ada beberapa peternak yang belum memperoleh bantuan milk can dari KUD. Selanjutnya, dalam mengangkut susu dari peternak, masih ada mobil pengangkutan susu yang belum dilengkapi dengan tangki, sehingga penampungan susu masih menggunakan drum plastik. Penggunaan wadah berbahan dasar plastik ini akan membuat daur hidup bakteri di dalam susu menjadi lebih lama. Oleh karena itu, KUD diharapkan dapat menambah bantuan milk can untuk peternak dan armada angkutannya yang dilengkapi dengan tangki penampungan susu. Dalam menerapkan strategi ini, KUD diharapkan dapat memanfaatkan bantuan dari Dinas Peternakan mengenai pengadaan bantuan milk can untuk peternak dan memanfaatkan peluang yang ada melalui pinjaman kredit dari pemerintah sebagai kredit investasi untuk membeli mobil tangki. Dengan melakukan upaya tersebut, KUD Puspa Mekar dapat menjaga dan meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan melalui penerapan teknologi sistem rantai dingin susu sehingga dapat memperoleh harga terbaik dari IPS. b) Mengembangkan pasar alternatif melalui promosi pemasaran (S1, S4, S6, S7, S8, S11, O3, O4, O5, O6, O8, O9, O10) Strategi pengembangan pasar melalui promosi pemasaran dapat dilakukan dengan menggunakan kekuatan KUD yaitu mampu menghasilkan susu dengan standar kualitas tinggi. Adapun standar kualitas susu yang mampu dipenuhi KUD Puspa Mekar berkisar pada standar kadar Total Solid (TS) 11,3 persen, TPC (jumlah kuman/bakteri) < per mililiter, dan Titik Beku (TB) -0,520 C sampai -0,550 C. Dengan demikian KUD mampu memenuhi standar kualitas 133

151 susu yang disyaratkan IPS. Kondisi ini mempermudah KUD Puspa Mekar untuk menarik IPS lain sebagai calon pelanggan baru dengan memanfaatkan peluang dari berkembangnya industri hilir untuk pengolahan produk berbahan baku susu sehingga memperluas pangsa pasar susu segar. Selain itu, KUD Puspa Mekar bisa memasarkan produk susunya secara langsung kepada konsumen eceran, seperti ke sekolah-sekolah dasar melalui promosi menggunakan banner atau brosur. Untuk melakukan kegiatan promosi ini, KUD Puspa Mekar dapat memanfaatkan peluang dari program kampanye yang diselenggarakan oleh pemerintah, yaitu Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS). 2. Strategi W-O (Weaknesses - Opportunities) Strategi W-O adalah strategi yang ditujukan untuk mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi W-O yang dapat diterapkan oleh KUD Puspa Mekar adalah sebagai berikut: a) Memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi pasca panen untuk penelitian dan pengembangan dalam usaha pengembangan produk (W6, W7, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O9) Penerapan strategi ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan KUD Puspa Mekar yang belum memiliki kegiatan pengolahan produk usahaternak sapi perah yang bernilai tambah. Misalnya, kegiatan pengolahan produk turunan susu dapat dijadikan alternatif tindakan bagi KUD Puspa Mekar jika mengalami penolakan susu dari IPS. Sehingga, susu yang ditolak dari IPS tidak perlu dibuang secara percuma, susu dapat diolah menjadi produk turunan susu seperti susu pasteurisasi/sterilisasi, yoghurt, dan lain-lain. Selain itu, KUD Puspa Mekar juga dapat melakukan pengelolaan limbah kotoran ternak dengan mengolah limbah kotoran hewan ternak menjadi pupuk dan biogas. Oleh karena itu, dalam menerapkan strategi tersebut, KUD Puspa Mekar perlu memanfaatkan peluang perkembangan teknologi dan informasi yang cepat serta penelitian dan pengembangan dari Dinas Peternakan setempat terkait dengan kegiatan pengolahan produk usahaternak sapi perah. Dengan adanya strategi ini, diharapkan KUD Puspa Mekar dapat melakukan kegiatan pengolahan produk 134

152 usahaternak sapi perah sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pendapatan KUD Puspa Mekar yang juga berdampak pada peningkatan perolehan sisa hasil usaha (SHU) bagi para anggota. b) Membangun akses permodalan dari pemerintah melalui skim kredit bersubsidi dan mengadakan promosi investasi yang saling menguntungkan kepada para investor (W6, W7, W8, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8, O9, O10) Modal dari luar sangat diperlukan bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar. Modal dari luar dapat diperoleh dari pinjaman kredit pemerintah atau dana investasi dari para investor. Namun, saat ini modal dari luar yang dimiliki oleh KUD Puspa Mekar masih terbatas, hanya bersumber dari simpanan sukarela anggota dan pinjaman KPSBU. KUD Puspa Mekar belum memiliki modal dari luar yang cukup sebagai modal untuk kegiatan pengembangan usahanya. Strategi ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan tersebut dengan memanfaatkan peluang adanya bantuan pinjaman kredit dari pemerintah, seperti Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE). Kredit dari pemerintah ini menawarkan keringanan biaya pinjaman bagi KUD Puspa Mekar dalam bentuk subsidi bunga pinjaman. Dengan adanya kredit ini, KUD Puspa Mekar dapat mengembangkan usahaternak sapi perahnya melalui upaya pengadaan dan peningkatan populasi sapi perah anggota sehingga dapat meningkatkan produksi susu yang dihasilkan. Selain itu, strategi melalui promosi investasi juga diperlukan untuk menarik investor sehingga mau bekerjasama dalam mengembangkan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar yaitu dengan memanfaatkan peluang mengenai prospek usahaternak sapi perah yang menjanjikan. Prospek usahaternak sapi perah yang menjanjikan bagi para pelaku usaha maupun investor tersebut terkait dengan pemenuhan kebutuhan susu nasional yang masih belum terpenuhi yaitu sebesar 70 persen. Oleh karena itu, KUD Puspa Mekar perlu menjalin kerja sama dengan para investor melalui pola kerja sama yang saling menguntungkan atau pola bagi hasil atau biasa disebut dengan sistem maro. Sistem maro merupakan pola kerja sama yang dilakukan antara pemilik sapi atau investor dengan peternak, dimana investor yang menitipkan sapi-sapinya pada peternak dengan menerapkan sistem 135

153 pembagian hasil yaitu 50:50. Apabila sapi betina dewasa menghasilkan anak, maka anaknya nanti dibagi dua antara investor dan peternak, sementara hasil dari susunya menjadi hak penuh peternak guna menutupi biaya operasional. Pada sistem tersebut, peternak dan investor memiliki peranan yang seimbang, dimana keuntungan dan resiko dibagi secara adil. Dengan memperoleh dana investasi dan menerapkan pola kerja sama yang saling menguntungkan dengan para investor, maka KUD Puspa Mekar bisa memfasilitasi peternaknya untuk mengelola sapisapi perah yang dimiliki oleh investor tersebut dan menjual hasil susu yang dihasilkan ke KUD Puspa Mekar sehingga dapat meningkatkan produksi susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar. 3. Strategi S-T (Strenghts - Threats) Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan KUD Puspa Mekar untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Beberapa strategi S-T yang dapat dijalankan KUD Puspa Mekar adalah: a) Membangun hubungan kerja sama yang baik dan berkelanjutan dengan pemasok dan IPS (S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9, S10, S11, T1, T3, T4, T5) Terjalinnya hubungan kerjasama yang baik antara KUD Puspa Mekar dengan pemasok dan IPS akan memberikan keuntungan masing-masing pihak. Hal ini karena terciptanya rasa kepercayaan dan tanggung jawab, yang berdampak pada upaya dalam memberikan kinerja dan produk terbaiknya antara masingmasing pihak yang bekerjasama. Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan KUD Puspa Mekar, yaitu mampu memberikan pelayanan langsung kepada anggota dan menjalin komunikasi yang terbuka kepada seluruh anggota sehingga dapat menjaga dan meningkatkan loyalitas anggota terhadap koperasi. Dengan adanya loyalitas anggota ini, KUD Puspa Mekar dapat menghindari ancaman banyaknya pesaing perusahaan swasta. Selain itu, ancaman ketersedian lahan hijauan yang semakin langka dapat diatasi dengan menjalin hubungan kerja sama yang dilakukan antara KUD Puspa Mekar dengan pihak PERHUTANI. Sedangkan, untuk mengatasi ancaman kekuatan tawar-menawar IPS yang cenderung kuat, KUD Puspa Mekar perlu 136

154 membuat kesepakatan dalam bentuk kontrak kerja sama yang kontinu dengan IPS sehingga KUD Puspa Mekar dapat dijadikan pemasok susu utama ke IPS. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kekuatan KUD, yaitu mampu menghasilkan produk susu dengan standar kualitas yang disyaratkan IPS. 4. Strategi W-T (Weaknesses - Threats) Strategi W-T adalah strategi yang ditujukan untuk mengurangi kelemahan internal yang dimiliki dan menghindari ancaman eksternal yang ada. Strategi W-T yang dapat dijalankan KUD Puspa Mekar adalah : a) Membangun manajemen kualitas sumberdaya manusia (SDM) peternak dan manajemen pengelolaan SDM karyawan (W1, W2, W3, W4, W5, T1, T3, T4, T5) Strategi membangun manajemen kualitas sumberdaya manusia (SDM) peternak adalah strategi yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan KUD, yaitu belum adanya pendidikan internal perkoperasian untuk anggota, tingkat partisipasi anggota dan produksi susu yang dihasilkan masih rendah. Dengan demikian, diperlukan adanya penyuluhan dan pembinaan yang intensif dari KUD Puspa Mekar yang ditujukan kepada anggota guna meningkatkan pendidikan dan keterampilan anggota. Penyuluhan dan pembinaan tersebut mencakup pendidikan perkoperasian, teknik budidaya, sanitasi dan kesehatan hewan ternak, dan lainlain. Kegiatan ini akan memberikan dampak yang positif bagi peningkatan partisipasi dan loyalitas anggota sehingga kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan KUD Puspa Mekar juga dapat meningkat. Selain itu, strategi ini juga mencakup membangun manajemen pengelolaan SDM karyawan yang digunakan sebagai strategi untuk mengatasi kelemahan KUD, yaitu tingkat pendidikan karyawan yang masih rendah dan pengorganisasian kerja pengurus dan karyawan yang belum berjalan dengan baik. Manajemen pengelolaan terhadap karyawan yang dilakukan mencakup penerapan standar perekrutan karyawan, pembuatan SOP secara tertulis mengenai sistem kerja, job desk, serta reward and punishment. Manajemen pengelolaan karyawan ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan terhadap anggota dan kinerja bagi perkembangan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar sehingga dapat 137

155 unggul dibandingkan para pesaingya. Dengan melakukan strategi tersebut, diharapkan KUD Puspa Mekar dapat menghindari ancaman kekuatan tawarmenawar IPS yang cenderung kuat yang dibuktikan dengan penetapan harga susu sesuai standar kualitas susu IPS, serta banyaknya pesaing perusahaan swasta yang dapat mengancam keberlangsungan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar. 138

156 Tabel 22. Matriks SWOT KUD Puspa Mekar Kekuatan (S) 1. Adanya tes Quality Control untuk peneriman susu dari peternak (S1) 2. Sistem pembayaran susu yang tepat waktu kepada peternak (S2) 3. RAT terlaksana dan berjalan dengan baik setiap tahunnya (S3) Internal 4. Komunikasi antara pengurus dan anggota berlangsung terbuka (S4) 5. KUD memberikan pelayanan langsung kepada anggota (S5) 6. Produk (susu) yang dihasilkan oleh KUD terjamin kualitasnya (S6) 7. KUD memiliki sarana dan prasarana produksi yang lengkap (S7) 8. KUD mampu menjual produk (susu) berdasarkan harga yang disesuaikan dengan standar kualitas Eksternal susu yang disyaratkan oleh pembeli (S8) 9. Kegiatan simpan pinjam anggota berjalan dengan lancar (S9) 10. Pembagian SHU berlangsung terbuka dan adil (S10) 11. Pencatatan dan penyimpanan data tersusun rapi dengan sistem komputerisasi (S11) Peluang (O) Strategi S-O 1. Adanya bantuan pinjaman kredit dari (S1) = Meningkatkan kegiatan produksi berstandar pemerintah dan dana investasi dari para teknologi modern (S 1,4,5,6,7,8 O 1,2,7,10 ) investor (O1) 2. Adanya Litbang yang diadakan oleh Dinas Peternakan setempat (O2) 3. Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang menunjukkan angka positif (O3) 4. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk Kelemahan (W) 1. Belum adanya pendidikan internal perkoperasian untuk anggota (W1) 2. Tingkat partisipasi dan loyalitas anggota yang masih rendah (W2) 3. Tingkat pendidikan karyawan yang masih rendah (W3) 4. Pengorganisasian kerja pengurus dan karyawan yang belum berjalan dengan baik (W4) 5. Produksi susu yang dihasilkan oleh KUD masih rendah (W5) 6. Belum adanya kegiatan pengolahan produk turunan susu yang memiliki nilai tambah (W6) 7. KUD belum mampu memasarkan produk (susu) secara mandiri kepada IPS (W7) 8. KUD memiliki keterbatasan modal untuk pengembangan usahanya (W8) Strategi W-O (S3) = Memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi pasca panen untuk penelitian dan pengembangan dalam usaha pengembangan produk (W 6,7 O 1,2,3,4,5,6,7,9 ) 139

157 menyebabkan meningkatnya laju konsumsi susu (O4) 5. Adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi dari susu (O5) 6. Adanya Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) (O6) 7. Perkembangan teknologi yang cepat (O7) 8. Permintaan susu dalam negeri belum terpenuhi (O8) 9. Susu sapi merupakan produk susu yang kaya akan protein hewani yang lebih diminati masyarakat dibandingkan dengan susu dari ternak lainnya (O9) 10. Berkembangnya industri hilir untuk pengolahan produk berbahan baku susu (O10) Ancaman (T) 1. Adanya kebijakan pemerintah tentang impor susu (T1) 2. Adanya rencana kenaikan harga BBM (T2) 3. Ketersediaan lahan hijauan yang semakin terbatas (T3) 4. Kekuatan tawar-menawar IPS yang cenderung kuat (T4) 5. Banyaknya pesaing perusahaan swasta (T5) (S2) = Mengembangkan pasar alternatif melalui promosi pemasaran (S 1,4,6,7,8,11 O 3,4,5,6,8,9,10 ) Strategi S-T (S5) = Membangun hubungan kerja sama yang baik dan berkelanjutan dengan pemasok dan IPS (S 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 T 1, 3,4,5 ) (S4) = Membangun akses permodalan dari pemerintah melalui skim kredit bersubsidi dan mengadakan promosi investasi yang saling menguntungkan kepada para investor (W 6,7,8 O 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 ) Strategi W-T (S6) = Membangun manajemen kualitas sumberdaya manusia (SDM) peternak dan manajemen pengelolaan SDM karyawan (W 1,2,3,4,5 T 1,3,4,5 ) 140

158 Berdasarkan hasil analisis SWOT terdapat enam strategi yang bisa dilakukan KUD Puspa Mekar dalam pengembangan usahanya. Strategi-strategi ini selaras dengan strategi yang dihasilkan dari matriks I-E yang meliputi strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) dan integrasi (integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal). Tabel 23 berikut menunjukkan keselarasan strategi antara hasil dari matriks SWOT dan matriks I-E. Tabel 23. Keselerasan Strategi Hasil Matriks SWOT dan Matriks IE No. Strategi Hasil Matriks IE Strategi Hasil Matriks SWOT 1. Strategi integrasi horizontal dan pengembangan produk Meningkatkan kegiatan produksi berstandar teknologi modern 2. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan pasar Mengembangkan pasar alternatif melalui promosi pemasaran 3. Strategi pengembangan produk Memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi pasca panen untuk penelitian dan pengembangan dalam usaha pengembangan produk 4. Strategi integrasi ke belakang Membangun akses permodalan dari dan integrasi ke depan pemerintah melalui skim kredit bersubsidi dan mengadakan promosi investasi yang saling menguntungkan kepada para investor 5. Strategi integrasi ke Membangun hubungan kerja sama yang baik belakang dan integrasi ke depan 6. Strategi integrasi horizontal dan pengembangan produk dan berkelanjutan dengan pemasok dan IPS Membangun manajemen kualitas sumberdaya manusia (SDM) peternak dan manajemen pengelolaan SDM karyawan 7.7. Tahapan Arsitektur Strategi KUD Puspa Mekar Analisis Visi, Misi, dan Tujuan KUD Puspa Mekar Visi dan misi KUD Puspa Mekar mengacu pada konsep koperasi peternakan sapi perah (persusuan) pada umumnya. KUD Puspa Mekar mempunyai visi, yaitu Menjadi koperasi susu terdepan di Indonesia dalam mensejahterakan anggota. Adapun misi dari KUD Puspa Mekar antara lain mensejahterakan anggota melalui pelayanan prima dengan manajemen yang berkomitmen dan meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi melalui pendidikan, pemberdayaan SDM, dan kemitraan strategis. Perumusan visi KUD Puspa Mekar merupakan suatu gambaran keinginan atau cita-cita masa depan yang ada dalam benak pengurus dan anggota yang 141

159 menunjukkan ke arah mana KUD Puspa Mekar akan dibawa. Berdasarkan analisis visi dan misi, KUD Puspa Mekar memiliki cita-cita untuk menjadi koperasi susu terdepan di Indonesia. Hal ini dapat dicapai dengan beberapa misinya terutama terkait dengan upaya memberikan pelayanan terbaik kepada anggotanya, meningkatkan penyuluhan dan pembinaan bagi anggota dan karyawan, serta menjalin hubungan kemitraan yang berkelanjutan dengan pihak terkait Industry Foresight KUD Puspa Mekar Industry foresight memberikan gambaran tentang hal-hal yang potensial bagi KUD Puspa Mekar untuk dikembangkan di masa depan dan memungkinan KUD Puspa Mekar tersebut untuk mengambil posisi sebagai pemimpin. Gambaran mengenai industri peternakan sapi perah pada masa yang akan datang diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Bandung Barat, yaitu peternakan sapi perah memiliki peluang dan prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, terutama bagi peternakan sapi perah rakyat yang tergabung di dalam satu kelembagaan koperasi persusuan. Hal ini dilatarbelakangi dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi dari susu dan seiring berkembanganya teknologi serta informasi pengolahan produk berbahan baku susu, berbagai pengembangan dilakukan dengan meningkatkan nilai tambah terhadap produk susu segar sehingga dapat menjadi produk olahan susu yang lebih menarik untuk dikonsumsi. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan konsumsi susu sehingga dapat menjadi peluang yang besar bagi KUD Puspa Mekar untuk meningkatkan produksi susu dan mengembangkan produk olahan susu berkualitas dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi masyarakat terhadap susu dan produk susu. Selain itu, jika dilihat dari sisi permintaan dunia, permintaan susu dan produk susu dunia kedepan diperkirakan akan meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan penduduk satu persen per tahun dimana pertambahan terbesar adalah dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sedangkan, jika dilihat dari sisi permintaan domestik, susu dan produk susu nasional di Indonesia belum dapat terpenuhi sehingga harus mengimpor bahan baku susu kurang lebih sebesar 70 persen atau 1,85 juta ton per tahun (Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian, 2009). Hal tersebut dapat 142

160 menjadi peluang pasar yang sangat besar bagi KUD Puspa Mekar untuk meningkatkan produksi dan kualitas susunya. Indonesia yang memiliki wilayah geografis dan kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa juga dapat menjadi peluang yang sangat baik untuk mengembangkan peternakan sapi perah ini, apalagi didukung dengan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan peternakan rakyat dan koperasi persusuan. Dengan demikian, KUD Puspa Mekar dapat menjaga keberlanjutan sistem agribisnis usahaternak sapi perah dalam unit bisnis perkoperasian dan bisa unggul memimpin pasar dalam menghasilkan susu dan produk susu yang berkualitas, serta dapat bersaing dengan perusahaan peternakan sapi perah lainnya di Indonesia Tantangan Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar Tantangan pengembangan usaha KUD Puspa Mekar diperoleh dengan melihat hasil analisis lingkungan internal serta visi dan misi KUD Puspa Mekar. Hal ini diharapkan mampu membuat program-program untuk menghadapi tantangan tersebut. Tantangan bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar, antara lain: a. Meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi melalui pendidikan dan pemberdayaan SDM Tantangan ini merupakan salah satu titik fokus yang harus diperhatikan oleh KUD Puspa Mekar mengingat salah satu misi dari KUD Puspa Mekar adalah meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi melalui pendidikan dan pemberdayaan SDM. Namun, hingga saat ini KUD Puspa Mekar masih belum bisa menyelenggarakan penyuluhan rutin berupa pendidikan internal perkoperasian terhadap anggotanya, terutama yang terkait dengan Pendidikan Dasar-dasar Perkoperasian. Selain itu, KUD Puspa Mekar juga belum mampu mengelola karyawannya dengan memberlakukan standarisasi pada sistem perekrutan karyawan dan Standard Operating Prosedur (SOP) pada setiap pengorganisasian serta pembagian tugas karyawan. 143

161 b. Memasarkan produksi susu secara mandiri ke IPS KUD Puspa Mekar dalam mengembangkan usahanya mengalami kendala dalam distribusi pemasaran, yaitu belum bisa memasarkan produksi susunya secara mandiri ke IPS sehingga masih bergantung kepada KPSBU. Hal tesebut disebabkan untuk memasarkan susu secara mandiri ke IPS, KUD Puspa Mekar harus memenuhi syarat minimum produksi susu sebanyak liter per hari. Dalam kurun waktu tahun 2008 hingga saat ini produksi susu KUD Puspa Mekar mengalami peningkatan sebesar 55 persen, yaitu sebanyak liter per hari pada tahun 2008 dan hingga saat ini produksi susu sudah mencapai sebanyak liter per hari. Hal tersebut merupakan tantangan bagi KUD Puspa Mekar untuk terus berupaya meningkatkan produksi susunya hingga mencapai minimal liter per hari agar dapat secara mandiri memasarkan produksi susunya ke IPS. Tantangan untuk memasarkan produksi susu secara mandiri ke IPS ini selaras dengan misi KUD Puspa Mekar untuk mensejahterakan anggota melalui pelayanan prima. c. Membuka unit pengolahan susu Membuka unit pengolahan susu menjadi alternatif bagi KUD Puspa Mekar untuk mengantisipasi penolakan susu dari IPS. KUD Puspa Mekar perlu memperhatihan alternatif penanganan bagi susunya untuk menghindari pembuangan susu jika kualitas susunya tidak memenuhi standar IPS. Oleh karena itu, dengan adanya unit pengolahan susu, maka kerugian anggota dapat diminimalisir. Kerugian anggota yang disebabkan oleh penolakan susu dari IPS akan ditutupi dengan penjualan produk olahan dari susu yang ditolak tersebut. Dengan demikian, inovasi dalam hal pengembangan produk olahan susu dapat menggerakan roda perekonomian KUD yang selama ini hanya didominasi oleh unit usaha susu segar. Membuka unit pengolahan susu merupakan tantangan bagi KUD Puspa Mekar untuk memberikan nilai tambah bagi penjualan susu KUD Puspa Mekar sehingga dapat meningkatkan penghasilan (SHU) anggota. d. Menciptakan sistem agribisnis usahaternak sapi perah yang terintegrasi Hal ini merupakan tantangan bagi KUD Puspa Mekar terkait aksesibilitas, serta penguatan posisi KUD Puspa Mekar sebagai kelembagaan agribisnis yang 144

162 bergerak di bidang usahaternak sapi perah. Untuk menjadi sebuah koperasi yang tangguh dan mampu bersaing dengan perusahaan peternakan sapi perah lainnya, maka KUD Puspa Mekar perlu mengupayakan kepemilikan atau kendali atas sumber modal, pemasok, dan pembeli. Hal tersebut dapat dicapai melalui hubungan kerjasama yang berkelanjutan dan terintegrasi pada setiap kegiatan usahanya, seperti kerjasama dengan pemasok terkait kegiatan penyediaan input, kerjasama dengan anggota terkait kegiatan on farm, kerjasama dengan pembeli terkait kegiatan penjualan susu, dan kerjasama dengan lembaga keuangan terkait sumber modal. Hal tersebut menjadi tantangan bagi KUD Puspa Mekar untuk dapat menjaga keberlangsungan sistem agribisnis usahaternak sapi perahnya secara berkelanjutan dan terintegrasi Sasaran Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar Sasaran merupakan tujuan yang terkuantifikasi. Sasaran pengembangan usaha KUD Puspa Mekar dibuat berdasarkan tantangan yang dihadapi yang kemudian dikuantifikasikan. Secara umum, sasaran yang ingin dicapai KUD Puspa Mekar adalah mengacu pada visi KUD Puspa Mekar, yaitu menjadi koperasi susu terdepan di Indonesia dalam mensejahterakan anggota. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari tantangan yang dihadapi, antara lain peningkatan kualitas SDM baik karyawan maupun peternak sebagai anggota, pencapaian target produksi susu minimal liter per hari, penciptaan produk olahan susu sebagai nilai tambah bagi penghasilan (SHU) anggota, dan menjalin hubungan kemitraan strategis dengan pihak terkait Rekomendasi Program Kegiatan Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar Alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT kemudian dijabarkan menjadi beberapa rekomendasi program kegiatan yang disusun berdasarkan tantangan yang akan dihadapi dan sasaran yang ingin dicapai. Program-program tersebut menggambarkan langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh oleh KUD Puspa Mekar dalam mengembangkan usahanya. Adapun program-program yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 24 berikut. 145

163 Tabel 24. Rekomendasi Program Kegiatan Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar No. Strategi Prioritas Program Kegiatan Penanggung Jawab 1. Meningkatkan kegiatan produksi berstandar teknologi modern 2. Mengembangkan pasar alternatif melalui promosi pemasaran 3. Memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi pasca panen untuk penelitian dan pengembangan dalam usaha pengembangan produk 4. Membangun akses permodalan dari pemerintah melalui skim kredit bersubsidi dan mengadakan promosi investasi yang saling menguntungkan kepada para investor 5. Membangun hubungan kerja sama yang baik dan berkelanjutan dengan pemasok dan IPS 6. Membangun manajemen kualitas sumberdaya manusia (SDM) peternak dan manajemen pengelolaan SDM karyawan Menambah kuantitas penggunaan milk can, armada pengangkutan yang dilengkapi dengan tangki penampungan susu, dan cooling unit Membuat aturan dan standarisasi produksi (SOP) tertulis untuk kegiatan produksi Melakukan promosi penjualan susu segar ke IPS lain sebagai calon pelanggan baru melalui kegiatan personal selling secara intensif Melakukan promosi penjualan susu segar dan produk susu secara langsung ke konsumen (eceran) dengan menggunakan banner atau brosur yang didukung oleh program kampanye dari pemerintah, yaitu PMTAS ke sekolah-sekolah dasar di wilayah Parongpong Melakukan kerjasama dengan pihak pengelola kawasan wisata di wilayah Parongpong untuk memasarkan produk olahan susu yang dihasilkan Membuat daftar evaluasi dan kebutuhan akan pengembangan produk KUD Puspa Mekar dari hasil survey, pengamatan, atau pengalaman, serta membuat rekomendasi penelitian untuk pengembangan produk Melakukan kerja sama dengan LPPM, Lembaga Pendidikan dari Universitas setempat, serta mengikuti program pelatihan dari Dinas Peternakan terkait dengan pengolahan produk usahaternak sapi perah Mengajukan program kredit pemerintah yang terkait dengan upaya pengembangan koperasi dan usahaternak sapi perah seperti KUPS, KUR, dan KKPE Mengajukan proposal bisnis dengan pola kerja sama sistem maro kepada para investor terkait dengan prospek usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar Pengurus aktif melakukan komunikasi dialogis dengan anggota dan meningkatkan mutu pelayanan anggota Melakukan kerjasama dengan pihak PERHUTANI untuk pengelolaaan lahan hijauan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak anggota Menerapkan public relations yang kuat kepada IPS dengan kesepakatan (kontrak) pemasaran sehingga dapat membangun kepercayaan untuk menjadikan KUD Puspa Mekar sebagai pemasok utama susu Melakukan penyuluhan rutin dan berkelanjutan kepada anggota minimal satu bulan sekali terkait dengan pendidikan perkoperasian dan usahaternak sapi perah Membuat SOP tertulis tentang perekrutan karyawan, pelatihan dan pembinaan, job desk, serta punishment and reward Mencari SDM profesional untuk direkrut menjadi manajer pengolahan dan pemasaran Pengurus, Manajer Operasional, dan Anggota Pengurus, Manajer Operasional, dan Pemerintah Pengurus, Manajer Operasional, Anggota, dan Dinas Peternakan setempat Pengurus dan Manajer Operasional Pengurus dan Manajer Operasional Pengurus dan Manajer Operasional 146

164 Rancangan Arsitektur Strategi Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar Rancangan arsitektur strategik dalam pengembangan usaha KUD Puspa Mekar merupakan peta strategi yang dibuat dengan penjabaran program-program kegiatan berdasarkan beberapa pertimbangan tertentu seperti rentang waktu, tantangan yang harus dihadapi, dan sasaran yang ingin dicapai. Setelah melalui serangkaian tahap dalam perancangan arsitektur strategik, selanjutnya program kegiatan yang dihasilkan dibentangkan ke dalam rentang waktu. Rentang waktu ini termasuk ke dalam jangka pendek dan jangka menengah, serta ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dengan pengurus KUD Puspa Mekar terkait dengan pengimplementasian dan realisasi dari program-program yang telah dirancang. Pada rancangan arsitektur strategik yang dibuat terdapat sumbu X dan Y. Sumbu X dan Y merupakan sumbu yang menggambarkan rentang waktu yang diperlukan untuk suatu strategi dan program kegiatan tertentu. Sumbu X merupakan rentang waktu yang dinyatakan per periode mulai dari Periode I sampai Periode IV, sedangkan sumbu Y merupakan urutan program kegiatan yang dilaksanakan KUD Puspa Mekar. Program-program yang diplotkan ditetapkan berdasarkan prioritas utama yang menjadi kebutuhan mendasar bagi KUD Puspa Mekar. Selain itu, pemetaan program ke depannya berdasarkan pada program yang saling melengkapi dan menjadi syarat yang harus dilakukan sebelum program yang selanjutnya dilakukan. Program yang akan dipetakan dalam gambar arsitektur strategik dibagi menjadi program kegiatan bertahap dan program yang dilakukan secara rutin. Program kegiatan yang dilakukan secara bertahap, antara lain: pada Periode I, KUD Puspa Mekar perlu membuat SOP tertulis tentang perekrutan karyawan, pelatihan dan pembinaan, job desk, serta punishment and reward, hal ini dilakukan untuk memperbaiki pengelolaan dan pengorganisasian manajemen karyawan KUD Puspa Mekar, kemudian dalam kegiatan produksi, KUD Puspa Mekar juga harus membuat aturan dan standarisasi produksi (SOP) tertulis mulai dari kegiatan on farm, hingga kegiatan pengolahan sehingga dapat menghasilkan produk (susu) dengan kuantitas dan kualitas terbaik. Selain itu, untuk mengatasi kelemahan KUD Puspa Mekar dalam hal permodalan terkait upaya 147

165 pengembangan usaha, maka KUD Puspa Mekar perlu mengajukan kredit modal kepada instansi pemerintah, seperti Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), serta mengajukan proposal bisnis dengan pola kerja sama sistem maro kepada para investor dalam rangka mengupayakan pengadaan dan penambahan populasi sapi perah yang dimiliki oleh anggota KUD Puspa Mekar. Ketika pengelolaan manajemen karyawan dan kegiatan produksi sudah terstandarisasi, serta jumlah populasi sapi perah yang dimiliki oleh anggota meningkat, maka dapat dikatakan KUD Puspa Mekar sudah lebih siap untuk bangkit kembali dalam pengembangan usahaternak sapi perahnya. Tahap selanjutnya pada Periode II, yaitu: menambah kuantitas penggunaan milk can, armada pengangkutan yang dilengkapi dengan tangki penampungan susu, dan cooling unit. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengoptimalkan sarana dan prasarana produksi dengan sistem rantai dingin susu berstandar teknologi modern. Adanya sistem rantai dingin susu bertujuan menjaga susu agar tidak cepat rusak dan terhindar dari bakteri sehingga dapat menghasilkan kualitas susu terbaik. Selain itu, untuk menjamin ketersediaan pakan hijauan untuk kebutuhan ternak anggota, KUD Puspa Mekar perlu membuat kontrak kerjasama dengan pihak PERHUTANI. Program selanjutnya yang harus dilakukan terkait dengan pengembangan produk dan pasar, KUD Puspa Mekar harus mencari SDM profesional untuk direkrut menjadi manajer pengolahan dan pemasaran sehingga dapat mengembangkan dan memasarkan produk-produk olahan susu yang inovatif dan kreatif yang secara khusus dipasarkan ke wilayah Parongpong. Selanjutnya program-program pada Periode III, yaitu: melakukan promosi penjualan susu segar ke IPS lain sebagai calon pelanggan baru melalui kegiatan personal selling (komunikasi pemasaran secara tatap muka) secara intensif. Selain itu, sebagai upaya pengembangan produk KUD Puspa Mekar perlu membuat daftar evaluasi dan kebutuhan akan pengembangan produk terlebih dahulu dari hasil survey, pengamatan, atau pengalaman, baru kemudian membuat rekomendasi penelitian untuk pengembangan produk KUD Puspa Mekar. Setelah itu, melakukan kerja sama dengan pihak lembaga penelitian, seperti Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Lembaga Pendidikan dari 148

166 Universitas setempat, serta mengikuti program pelatihan dari Dinas Peternakan terkait dengan pengolahan produk usahaternak sapi perah, mulai dari pengolahan limbah kotoran sapi perah menjadi pupuk dan biogas, hingga pengolahan produk olahan susu segar menjadi susu pasteurisasi, sterilisasi, yoghurt, dan produk olahan susu lainnya. Ketiga program kegiatan ini dilakukan sebagai tindakan alternatif bagi KUD Puspa Mekar jika terjadi penolakan susu dari IPS sehingga jika produksi susu di tolak oleh salah satu IPS karena tidak memenuhi standar kualitas IPS tersebut, maka susu dapat dipasarkan ke IPS lain atau diolah sendiri sebagai produk olahan susu sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi anggota. Sampai tahap ini diharapkan KUD Puspa Mekar mulai dapat mengembangkan usahaternak sapi perahnya. Program kegiatan tahap terakhir pada Periode IV, yaitu: melakukan promosi penjualan susu segar dan produk susu secara langsung ke konsumen (eceran) melalui kegiatan periklanan dengan menggunakan komunikasi media, seperti banner atau brosur. Program kegiatan ini diharapkan mendapat dukungan dari pemerintah melalui program kampanye nasionalnya, yaitu Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) ke sekolah-sekolah dasar di wilayah Parongpong. Selain itu, program kegiatan selanjutnya adalah melakukan kerjasama dengan pihak pengelola kawasan wisata di wilayah Parongpong untuk memasarkan produk olahan susu yang dihasilkan. Pada tahap inilah dilakukan sosialisasi mengenai produk baru yang dikembangkan KUD Puspa Mekar yaitu berupa produk olahan susu yang benilai gizi sehingga wisatawan tertarik untuk membelinya dan dapat menganggap Parongpong sebagai ikon, seperti Lembang sebagai kawasan agropolitan berbasis susu. Hal tersebut akan memberikan dampak positif bagi penjualan produk susu dan penghasilan (SHU) anggota KUD Puspa Mekar yang mengalami peningkatan. Program kegiatan yang menjadi program rutin KUD Puspa Mekar, antara lain: pengurus aktif melakukan komunikasi dialogis dengan anggota dan meningkatkan mutu pelayanan KUD dalam memenuhi kebutuhan anggota sehingga dapat membangun dan meningkatkan partisipasi serta loyalitas anggota, melakukan penyuluhan rutin dan berkelanjutan kepada anggota, yaitu minimal setiap satu bulan sekali yang didukung oleh program pembinaan intensif dari 149

167 Dinas Koperasi dan Peternakan setempat terkait dengan pendidikan perkoperasian dan usahaternak sapi perah, serta menerapkan public relations yang kuat kepada IPS dengan kesepakatan (kontrak) pemasaran yang kontinu sehingga dapat membangun kepercayaan untuk menjadikan KUD Puspa Mekar sebagai pemasok utama susu. Program-program kegiatan baik program kegiatan bertahap maupun kegiatan yang dilakukan secara rutin yang diplotkan ke dalam rancangan arsitektur strategi pengembangan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar dapat dilihat pada Gambar 18 berikut. 150

168 ALTERNATIF STRATEGI Meningkatkan kegiatan produksi berstandar teknologi modern Mengembangkan pasar alternatif melalui promosi pemasaran Melakukan penelitian dan pengembangan produk Membangun akses permodalan dari pemerintah dan investor Membangun hubungan kerja sama yang baik dan berkelanjutan dengan pemasok dan IPS Membangun manajemen SDM peternak dan karyawan TANTANGAN 1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi melalui pendidikan dan pemberdayaan SDM 2. Memasarkan produksi susu secara mandiri ke IPS 3. Membuka unit pengolahan susu 4. Menciptakan sistem agribisnis usahaternak sapi perah yang terintegrasi PERIODE I Membuat SOP tertulis tentang perekrutan karyawan, pelatihan dan pembinaan, job desk, serta punishment and reward Membuat SOP tertulis untuk kegiatan produksi Mengajukan program kredit pemerintah seperti KUPS, KUR, dan KKPE Mengajukan proposal bisnis dengan pola kerja sama sistem maro kepada para investor PERIODE II Menambah kuantitas penggunaan milk can, armada pengangkutan dengan tangki penampungan susu, dan cooling unit Melakukan kerjasama dengan pihak PERHUTANI untuk pengelolaaan lahan hijauan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak anggota Mencari SDM profesional untuk direkrut menjadi manajer pengolahan dan pemasaran PERIODE III Melakukan promosi penjualan susu segar ke IPS lain sebagai calon pelanggan baru melalui kegiatan personal selling secara intensif yang dilakukan oleh pengurus dan manajer pemasaran KUD Membuat daftar evaluasi dan kebutuhan akan pengembangan produk KUD serta membuat rekomendasi penelitian untuk pengembangan produk Melakukan kerja sama dengan pihak LPPM, Universitas Pendidikan, serta mengikuti program pelatihan dari Dinas Peternakan terkait dengan pengolahan produk usaha ternak sapi perah PERIODE IV SASARAN 1. Peningkatan kualitas SDM karyawan dan peternak sebagai anggota 2. Pencapaian target produksi susu minimal 10 ribu liter per hari 3. Penciptaan produk olahan susu sebagai nilai tambah bagi SHU anggota 4. Menjalin hubungan kemitraan strategis dengan pihak terkait PROGRAM RUTIN Pengurus aktif melakukan komunikasi dialogis dengan anggota dan meningkatkan mutu pelayanan anggota Melakukan penyuluhan rutin dan berkelanjutan kepada anggota minimal satu bulan sekali terkait dengan pendidikan perkoperasian dan usaha ternak sapi perah Menerapkan public relations yang kuat kepada IPS sehingga dapat membangun kepercayaan untuk menjadikan KUD Puspa Mekar sebagai pemasok utama susu Melakukan promosi penjualan susu segar dan produk susu secara langsung ke konsumen (eceran) dengan menggunakan banner atau brosur yang didukung oleh program pemerintah yaitu PMTAS ke sekolah-sekolah dasar di wilayah Parongpong Melakukan kerjasama dengan pihak pengelola kawasan wisata di wilayah Parongpong untuk memasarkan produk olahan susu yang dihasilkan 151 Gambar 18. Rancangan Arsitektur Strategi KUD Puspa Mekar

169 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan serta hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa hasil analisis lingkungan internal dan eksternal KUD Puspa Mekar menghasilkan sebelas kekuatan dan delapan kelemahan yang dimiliki serta sepuluh peluang dan lima ancaman yang dihadapi. Kekuatan KUD Puspa Mekar meliputi: adanya tes quality control untuk peneriman susu dari peternak, sistem pembayaran susu yang tepat waktu kepada peternak, RAT terlaksana dan berjalan dengan baik setiap tahunnya, komunikasi antara pengurus dan anggota berlangsung terbuka, KUD memberikan pelayanan langsung kepada anggota, produk (susu) yang dihasilkan oleh KUD terjamin kualitasnya, KUD memiliki sarana dan prasarana produksi yang lengkap, KUD mampu menjual produk (susu) berdasarkan harga yang disesuaikan dengan standar kualitas susu yang disyaratkan oleh pembeli, kegiatan simpan pinjam anggota berjalan dengan lancar, pembagian SHU berlangsung terbuka dan adil, dan pencatatan dan penyimpanan data serta informasi sudah tersusun rapi dengan sistem komputerisasi. Sedangkan, kelemahannya yaitu: belum adanya pendidikan internal perkoperasian untuk anggota, tingkat partisipasi anggota yang masih rendah, tingkat pendidikan karyawan yang masih rendah, pengorganisasian kerja pengurus dan karyawan yang belum berjalan dengan baik, produksi susu yang dihasilkan oleh KUD masih rendah, belum adanya kegiatan pengolahan produk turunan susu yang memiliki nilai tambah, KUD belum mampu memasarkan produk (susu) secara mandiri kepada IPS, dan KUD memiliki keterbatasan modal untuk pengembangan usahanya. Peluang KUD Puspa Mekar meliputi: adanya bantuan pinjaman kredit dari pemerintah dan dana investasi dari investor, adanya Litbang yang diadakan oleh Dinas Peternakan setempat, adanya Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS), pertumbuhan ekonomi masyarakat yang menunjukkan angka positif, peningkatan laju pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya laju konsumsi susu, adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi dari susu, perkembangan teknologi yang cepat, permintaan susu dalam negeri 152

170 belum terpenuhi, susu sapi merupakan produk susu yang kaya akan protein hewani yang lebih diminati masyarakat dibandingkan dengan susu dari ternak lainnya, dan berkembangnya industri hilir untuk pengolahan produk berbahan baku susu. Sedangkan, ancaman yang dihadapinya yaitu: adanya kebijakan pemerintah tentang impor susu, adanya rencana kenaikan harga BBM, ketersediaan lahan hijauan yang semakin terbatas, kekuatan tawar-menawar IPS cenderung kuat, dan banyaknya pesaing perusahaan swasta. Hasil analisis matriks I-E menunjukkan posisi KUD Puspa Mekar berada pada sel II, dimana posisi sel ini merekomendasikan strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar untuk tumbuh dan membangun. Strategi yang paling sesuai dengan pengembangan usaha KUD Puspa Mekar adalah strategi intensif meliputi penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk, serta strategi integratif meliputi integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal. Hasil analisis matriks SWOT menghasilkan enam alternatif strategi yang dapat diterapkan KUD Puspa Mekar, yaitu: meningkatkan kegiatan produksi berstandar teknologi modern, mengembangkan pasar alternatif melalui promosi pemasaran, memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi pasca panen untuk penelitian dan pengembangan dalam usaha pengembangan produk, membangun akses permodalan dari pemerintah melalui skim kredit bersubsidi dan mengadakan promosi investasi yang saling menguntungkan kepada para investor, membangun hubungan kerja sama yang baik dan berkelanjutan dengan pemasok dan IPS, serta membangun manajemen kualitas sumberdaya manusia (SDM) peternak dan manajemen pengelolaan SDM karyawan. Alternatif strategi yang dihasilkan dari analisis matriks SWOT dapat diterapkan oleh KUD Puspa Mekar berdasarkan waktu pelakasanaannya. Sehingga, digunakanlah arsitektur strategi yang menghasilkan program-program kegiatan hasil turunan dari alternatif strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar. Program-program kegiatan ini diimplementasikan secara bertahap selama empat periode waktu sesuai dengan rencana strategis, visi, misi, dan tujuan KUD Puspa Mekar dalam mengembangkan usahanya. 153

171 8.2. Saran 1. KUD Puspa Mekar perlu meningkatkan pelayanan kepada peternak sebagai anggotanya melalui program kegiatan penyuluhan dan pembinaan yang rutin, yaitu minimal setiap satu bulan sekali terutama yang terkait dengan pendidikan internal dasar-dasar perkoperasian sehingga dapat meningkatkan loyalitas dan partisipasi anggota terhadap koperasi. 2. KUD Puspa Mekar perlu meningkatkan kapasitas serta kualitas susu yang dihasilkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasokan dan standar kualitas susu yang ditetapkan IPS, diikuti dengan upaya pengembangan produk olahan susu sebagai alternatif tindakan jika KUD Puspa Mekar menghadapi penolakan susu dari IPS sehingga dapat meningkatkan nilai tambah keuntungan (profit) dan pendapatan peternak usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar. Hal tersebut dapat dilakukan melalui program kegiatan membuat aturan dan standarisasi produksi (SOP) tertulis, menambah kuantitas penggunaan milk can, armada pengangkutan yang dilengkapi dengan tangki penampungan susu, dan cooling unit, serta melakukan penelitian dan pengembangan produk susu KUD Puspa Mekar melalui kerjasama dengan lembaga litbang, instansi pendidikan, dan dinas terkait setempat. 3. KUD Puspa Mekar perlu meningkatkan peran dan tanggung jawab seluruh pihak eksternal yang terkait pada usahaternak sapi perahnya mulai dari pemasok, karena kontinuitas ketersediaan dan kualitas bahan baku mampu menjamin terciptanya kuantitas dan kualitas susu yang memenuhi standar untuk ditampung oleh IPS. Hal tersebut dapat dilakukan melalui program kegiatan melakukan kerjasama dengan pihak PERHUTANI untuk mengelola lahan hijauan sebagai upaya untuk menjaga ketersediaan pakan hijauan untuk ternak anggota. Selain itu, peran pemerintah sebagai upaya mendukung para pelaku usaha pengembangan peternakan sapi perah lokal dan melindungi pemasaran akan produksi susu nasional terhadap susu impor juga perlu dioptimalkan oleh KUD Puspa Mekar. Hal tersebut dapat dilakukan melalui program kegiatan mengajukan kredit bersubsidi untuk pengadaan populasi sapi perah anggota KUD Puspa Mekar. 154

172 4. KUD Puspa Mekar diharapkan dapat mengimplementasikan program-program kegiatannya tersebut sesuai dengan hasil arsitektur strategik dimana programprogram kegiatan diselaraskan dengan rencana strategis, visi, misi, dan tujuan KUD Puspa Mekar. 5. Bagi pihak yang tertarik untuk melakukan penelitian selanjutnya yang masih berkaitan dengan topik strategi, analisis strategi kemitraan usahaternak sapi perah yang terjalin antara KUD Puspa Mekar dengan KPSBU dapat dilakukan mengingat penelitian ini lebih fokus pada analisis strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar tanpa menghubungkannya dengan kemitraan yang dilakukan dengan KPSBU. Dengan begitu, penelitian ini menjadi lengkap untuk dijadikan sumber informasi bagi KUD Puspa Mekar sehingga dapat mengembangkan usahanya dan juga dapat menciptakan hubungan kemitraan yang efektif dengan KPSBU. 155

173 DAFTAR PUSTAKA Anoraga P, Widiyanti N Dinamika Koperasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Baga LM Revitalisasi Koperasi Petani. Agrimedia 10: Baga LM, Yanuar R, W. K Feriyanto, Aziz K Revitalisasi Peran Koperasi Persusuan Nasional (Studi Kasus Pada Daya Saing Koperasi Persusuan di Provinsi Jawa Barat). Bogor: Departemen Pertanian Republik Indonesia. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010(a). Statistik Indonesia Penduduk Indonesia Menurut Provinsi Tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan Jakarta: Badan Pusat Statistik (b). Statistik Indonesia Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Laju Pertumbuhan PDRB Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun Bandung: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Statistik Indonesia Ketersediaan Protein Per Kapita Menurut Kelompok Bahan Makanan Tahun Jakarta: Badan Pusat Statistik. David FR Strategic Management. Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat. [DPN] Dewan Persusuan Nasional Perkembangan Harga Susu di Tingkat Peternak Tahun Jakarta: Dewan Persusuan Nasional. Dharmanti R Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dinas Peternakan Kabupaten Bandung Barat Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Segar Kabupaten Bandung Barat Tahun Bandung Barat: Dinas Peternakan Kabupetan Bandung Barat. Direktorat Jenderal Peternakan. 2009(a). Statistik Peternakan Populasi Sapi Perah, Produksi Susu Segar, dan Konsumsi Susu Nasional, Tahun Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan (b). Statistik Peternakan Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Susu Indonesia Tahun Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan Statistik Peternakan Konsumsi Susu Per Kapita, Tahun Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan. 156

174 Dirgantoro C Manajemen Strategik: Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Dirgantoro C Manajemen Strategik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Glueck WF, Jauch LR Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Erlangga. Hunger JD, Wheelen TL Manajemen Strategis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Ikhsan M Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Domba Agrifarm Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Jiwocore Manfaat Daging, Telur, dan Susu. [2 Februari 2012]. Kinnear TC, Taylor IR Marketing Research an Applied Approach. Mc Graw-Hill International Edition. Koermen Manajemen Koperasi Terapan: Serial Praktis Pengetahuan Dasar Koperasi. Jakarta: Prestasi Pustaka. Kotler Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo. KUD Puspa Mekar Laporan Tahunan KUD Puspa Mekar Tahun Buku Bandung: KUD Puspa Mekar. Marta AT Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Simpan Pinjam Warga Sepakat di Ciampea Bogor Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pearce, JA & Robinson B Manajemen Strategi: Formulasi Implementasi dan Pengendalian. Jilid 1. Jakarta: PT. Bina Rupa Aksara. Porter ME Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Jakarta: Erlangga. Purna A Analisis Model Desain Organisasi Pada Koperasi (Perbandingan Antara Koperasi Unit Desa Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, Lembang, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Purnomo SH, Zulkeflimansyah Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Ramadhan DA Analisis Strategi Pengembangan KUD (Koperasi Unit Desa) Giri Tani (Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) 157

175 [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rangkuti Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Romadhona AF Strategi Pengembangan Usaha Emping Melinjo Pada Koperasi Serba Usaha Sari Sono Kabupaten Lebak, Banten [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rusdiana S, Sejati WK Upaya Pengembangan Agribisnis Sapi Perah dan Peningkatan Produksi Susu Melalui Pemberdayaan Koperasi Susu. Forum Penelitian Agro Ekonomi 27 (1): Saragih B. 2010(a). Reposisi Koperasi. Di dalam Saragih B, editor. Suara Dari Bogor Membangun Opini Sistem Agribisnis. Bogor: IPB Press. Hlm (b). Model Pengembangan Susu Rakyat di China. Di dalam Saragih B, editor. Suara Agribisnis Kumpulan Pemikiran Bungaran Saragih. Bogor: IPB Press. Hlm Sembara R Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah Koperasi Unit Desa (KUD) Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sirait JW Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kambing Perah Pada PT. Caprito A. P Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Soedjono I Membangun Koperasi Mandiri dalam Koridor Jatidiri. Jakarta: Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia. Thompson Strategy Formulation and Implementation: Tasks of The General Manager. United States of Amerika: Donneley & Sons Company. Triton Manajemen Strategi: Terapan Perusahaan dan Bisnis. Jakarta: Oryza. Umar H Strategic Management in Action. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Yoshida DT Arsitektur Strategi. Jakarta: PT. Gramedia Yusdja Y Kebijakan Ekonomi Industri Agribisnis Sapi Perah Di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian 3 (3):

176 LAMPIRAN

177 Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Kondisi Internal dan Eksternal KUD Puspa Mekar DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar Wawancara ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat IDENTITAS RESPONDEN Nama : Pekerjaan/Jabatan : Kami mengharapkan Bapak/Ibu dapat menjawab secara objektif dan benar, karena wawancara ini bertujuan ilmiah sehingga memerlukan data yang valid. Peneliti: Destia Eka Putri H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

178 A. Profil dan Gambaran Umum Industri 1. Bagaimana sejarah koperasi susu atau KUD yang bergerak pada bidang peternakan di Kabupaten Bandung Barat? 2. Siapa perintis koperasi susu di Kabupaten Bandung Barat? 3. Bagaimana perkembangan koperasi susu di Kabupaten Bandung Barat? 4. Bagaimana keadaan koperasi susu di Kabupaten Bandung Barat saat ini? 5. Bagaimana potensi koperasi susu di Kabupaten Bandung Barat? 6. Adakah permasalahan dalam pengembangan usahaternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat? Apa saja permasalahan tersebut? 7. Langkah apa yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut? B. KUD Puspa Mekar 1. Bagaimana sejarah lahirnya KUD Puspa Mekar? (latar belakang, tahun berdiri, nilai investasi) 2. Siapa pendiri, pemilik, dan pengelola KUD Puspa Mekar saat ini? 3. Apa saja unit usaha yang dijalankan oleh KUD Puspa Mekar? 4. Apa visi, misi, dan tujuan dari KUD Puspa Mekar? 5. Apa alasan pemilihan lokasi KUD Puspa Mekar di Kabupaten Bandung Barat? 6. Bagaimana struktur organisasi KUD Puspa Mekar? (jobdesk dari masingmasing jabatan berdasarkan struktur organisasi tersebut) 7. Apa kendala utama dalam menjalankan usaha koperasi? 8. Apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan (faktor internal) yang dimiliki oleh KUD Puspa Mekar? serta peluang dan ancaman (faktor eksternal) apa saja yang dihadapi oleh KUD Puspa Mekar yang dapat menentukan keberhasilan atau menghambat keberhasilan pengembangan usaha koperasi di KUD Puspa Mekar? C. Analisis Lingkungan Internal KUD Puspa Mekar Manajemen 1. Berapa luas area bangunan yang dimiliki oleh KUD Puspa Mekar? Apakah tersebar di beberapa wilayah lainnya? Ada berapa jumlahnya? 161

179 2. Berapa jumlah keseluruhan anggota KUD Puspa Mekar? (jumlah anggota yang aktif dan jumlah anggota yang pasif) 3. Adakah kualifikasi yang dilakukan oleh KUD Puspa Mekar dalam merekrut anggota? 4. Bagaimana tingkat keterampilan, produktivitas, partisipasi dan loyalitas anggota yang ada saat ini terhadap KUD Puspa Mekar? 5. Adakah anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi? Berapa jumlah anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi selama setahun terakhir ini? Alasan mereka keluar dari keanggotaan koperasi? 6. Bagaimana sistem pembayaran susu yang diberikan koperasi kepada para peternak? harga susu disama-ratakan atau berdasarkan kualitas susu? 7. Bagaimana sistem keanggotaan yang diterapkan oleh KUD Puspa Mekar? (pemenuhan hak dan kewajiban sebagai anggota koperasi) 8. Apakah koperasi memiliki program penyuluhan yang rutin bagi anggotanya? 9. Bagaimana pelaksanaan Rapat Anggota yang diselenggarakan oleh KUD Puspa Mekar pada tiap tahunnya? 10. Bagaimana koperasi menjaga loyalitas anggotanya? 11. Berapa jumlah pengurus inti? 12. Berapa kali periode pergantian kepengurusan koperasi? 13. Berapa jumlah karyawan yang dipekerjakan oleh KUD Puspa Mekar? Adakah kualifikasi dalam merekrut karyawan? 14. Bagaimana peembagian tugas yang diberikan KUD Puspa Mekar terhadap karyawan-karyawannya? 15. Bagaimana tingkat keterampilan dan produktivitas karyawan yang ada saat ini? 16. Seperti apa insentif yang diberikan kepada karyawan? (berupa gaji, bonus, dan tunjangan) 17. Apakah KUD Puspa Mekar menyelenggarakan pelatihan khusus untuk meningkatkan keterampilan karyawan? Seperti apa pelatihan yang diberikan? 162

180 18. Apakah KUD Puspa Mekar menyelenggarakan pertemuan rutin sebagai kegiatan evaluasi terhadap kinerja anggota, pengurus, dan karyawan selain Rapat Anggota? 19. Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki oleh KUD Puspa Mekar untuk menunjang usahanya? Produksi/Operasi 1. Apa saja input yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi KUD Puspa Mekar? (bahan baku, peralatan dan perlengkapan) 2. Bagaimana KUD Puspa Mekar memperoleh input tersebut? 3. Berapa jumlah karyawan yang dibutuhkan dalam proses produksi? Adakah spesialisasi kerja dalam kegiatan produksi? 4. Berapa lama kegiatan produksi yang dibutuhkan karyawan dalam menampung seluruh produksi susu dari peternak? 5. Berapa lama siklus produksi susu yang biasanya dihasilkan sapi perah yang dimiliki oleh masing-masing peternak? 6. Berapa jumlah produksi susu yang biasanya diperoleh KUD Puspa Mekar per sapi perah/per anggota? (per hari/per bulan/per tahun) 7. Bagaimana kegiatan produksi dilaksanakan? (secara tradisonal atau ada penggunaan teknologi? 8. Adakah standar mutu atau kualitas yang ditetapkan oleh KUD Puspa Mekar untuk produksi susunya yang diperoleh dari peternak? Jika ada, bagaimana standar mutu tersebut? 9. Adakah perbedaan produksi susu yang dihasilkan oleh KUD Puspa Mekar dibandingkan KUD atau koperasi-koperasi susu lainnya? Pemasaran 1. Apakah koperasi menjalin kerjasama/kemitraan dengan pihak lain dalam menyalurkan produksi susunya? kemana saja? 2. Berapa harga susu yang ditetapkan oleh KUD Puspa Mekar kepada IPS? 163

181 3. Apa dasar penetapan harga susu? (berdasarkan biaya produksi, keseimbangan permintaan dan penawaran, harga pesaing, atau berdasarkan nilai produk/susu di mata konsumen/ips) 4. Bagaimana kegiatan distribusi dan penjualan susu yang dilakukan oleh KUD Puspa Mekar? Dan berapa jumlah penjualan kepada IPS? Jika IPS tidak mau menerima susu dengan alasan kualitas susu yang rendah, maka alternatif penjualan susu kemana? 5. Bagaimana posisi tawar-menawar KUD Puspa Mekar terhadap IPS? 6. Bagaimana loyalitas IPS terhadap KUD Puspa Mekar? 7. Siapa saja distributor KUD Puspa Mekar? Bagaimana sistem kontrak dan kemitraan yang dibangun? 8. Apakah ada kegiatan promosi yang dilakukan oleh KUD Puspa Mekar kepada distributor/ips/konsumen eceran? Jika ada, berapa anggaran yang ditargetkan untuk kegiatan promosi? 9. Bagaimana strategi pemasaran yang saat ini diterapkan oleh KUD Puspa Mekar? Siapa segmen dan target pasar serta bagaimana positioning produk/susu KUD Puspa Mekar? 10. Apa dasar penentuan kualifikasi susu yang dilakukan oleh KUD Puspa Mekar? 11. Bagaimana proses pengiriman produk/susu ke IPS? Keuangan 1. Darimana saja sumber modal yang digunakan oleh KUD Puspa Mekar untuk kegiatan investasi, produksi/operasi, promosi, dan pengembangan usaha? 2. Bagaimana posisi kemampulabaan KUD Puspa Mekar saat ini? 3. Bagaimana alokasi anggaran KUD Puspa Mekar saat ini? 4. Bagaimana sistem administrasi dan pembukuan KUD Puspa Mekar? Apakah dicatat secara sistematis? (harian/bulanan/tahunan) 5. Bagaimana KUD Puspa Mekar mengelola keuangannya? 6. Berapa penghasilan yang didapat oleh KUD Puspa Mekar dari produksi susu nya? apakah dapat menutupi biaya produksi? apakah untung atau malah merugi? 164

182 7. Berapa keuntungan hasil usaha/shu yang dimiliki KUD Puspa Mekar yang biasanya diperoleh tiap tahunnya? 8. Bagaimana sistem pembagian keuntungan hasil usaha/shu kepada para peternak sebagai anggota dari KUD Puspa Mekar? Penelitian dan Pengembangan 1. Adakah kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh KUD Puspa Mekar? 2. Adakah bagian khusus dari KUD Puspa Mekar yang menangani kegiatan penelitian dan pengembangan? 3. Adakah inovasi yang dihasilkan oleh KUD Puspa Mekar terkait dengan penelitian dan pengembangan terhadap usahaternak sapi perah atau produk dari susu itu sendiri? Apa saja inovasi tersebut? Sistem Informasi dan Manajemen 1. Bagaimana sistem informasi dan manajemen yang diterapkan oleh KUD Puspa Mekar? (dari pengurus kepada karyawan, atau dari pengurus kepada anggota, atau sebaliknya) 2. Bagaimana KUD Puspa Mekar menyampaikan/mendapatkan informasi dari pengurus, karyawan, dan anggota atau bahkan dari pihak luar KUD Puspa Mekar, seperti pemerintah atau dinas setempat, distributor, dan mitra lainnya? 3. Adakah penggunaan teknologi dalam mengakses informasi pasar atau menyimpan data-data yang berhubungan dengan peternak? (komputerisasi, internet) D. Analisis Lingkungan Eksternal KUD Puspa Mekar Politik 1. Bagaimana stabilitas politik dan keamanan yang ada di Indonesia mempengaruhi usaha yang dijalankan oleh KUD Puspa Mekar? 2. Adakah kebijakan yang mempengaruhi kegiatan KUD Puspa Mekar terkait dengan usahaternak sapi perahnya atau dengan produk yang dihasilkan/susu? 165

183 3. Bagaimana sistem regulasi dan perpajakan yang dibebankan pada KUD Puspa Mekar? Ekonomi 1. Bagaimana kondisi pasar susu secara umum? 2. Bagaimana prospek dan potensi susu ditinjau dari segi permintaan? 3. Apa dampak perubahan harga susu di pasaran terhadap harga susu yang diterima oleh KUD Puspa Mekar dari IPS? Dan bagaimana dampak perubahan harga input terhadap biaya produksi pada usahaternak sapi perah di KUD Puspa Mekar? 4. Apakah adanya ketersediaan kredit yang dijamin oleh pemerintah terkait dengan usahaternak sapi perah di Indonesia mempengaruhi pengembangan usahaternak sapi perah di KUD Puspa Mekar? Sosial dan Budaya 1. Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar terhadap keberadaan KUD Puspa Mekar di wilayah Kabupaten Bandung Barat? 2. Apa kontribusi yang diberikan oleh KUD Puspa Mekar terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar? 3. Apakah pola hidup sehat yang dijalankan oleh masyarakat Indonesia saat ini (minum susu setiap hari) dapat dijadikan peluang pasar bagi KUD Puspa Mekar seiring dengan semakin meningkatknya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan pangan yang bergizi? 4. Apakah pola hidup sehat tersebut tercermin pada masyarakat sekitar di wilayah Kabupaten Bandung Barat sehingga dapat mendukung kegiatan KUD Puspa Mekar dalam menjual dan memasarkan produk/susu secara eceran kepada masyarakat sekitar? Teknologi 1. Apakah informasi/teknologi dan perubahan informasi/teknologi yang berkembang saat ini terkait dengan usahaternak sapi perah mempengaruhi kegiatan usaha KUD Puspa Mekar? 166

184 2. Apa saja teknologi yang digunakan oleh KUD Puspa Mekar dalam kegiatan produksi, pasca produksi, dan distribusi? 3. Teknologi apa saja yang sesuai untuk diterapkan pada KUD Puspa Mekar? Industri 1. Bagaimana karakteristik pasar susu di Indonesia? 2. Bagaimana tren pasar saat ini? 3. Siapa saja pesaing KUD Puspa Mekar, baik dalam melakukan kegiatan usahaternak sapi perah secara keseluruhan ataupun dalam menghasilkan produksi susu secara umum (berdasarkan jumlah anggota, pelayanan terhadap anggota, partisipasi dan loyalitas anggota, produktivitas dan kualitas susu yang dihasilkan)? 4. Apa keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh pesaing? 5. Bagaimana tren permintaan produk lain yang serupa dengan susu sebagai produk substitusinya? 6. Siapa saja konsumen/ips yang membeli produksi susu KUD Puspa Mekar? Berapa jumlah pembelian yang dilakukan oleh konsumen/ips tersebut? 7. Berapa harga yang diterima konsumen tahap 1 dan tahap akhir? 8. Seberapa besar kemungkinan munculnya pendatang baru dalam usahaternak sapi perah? 9. Siapa saja pemasok yang bermitra dengan KUD Puspa Mekar? Bagaimana sistem kerjasama/kemitraan dengan pemasok? 167

185 Lampiran 2. Kuisioner Penentuan Faktor-Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan), Penentuan Peringkat (Rating) dan Pembobotan Faktor-Faktor Internal KUESIONER Penentuan Faktor-Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Penentuan Peringkat (Rating) Faktor-Faktor Internal Pembobotan Faktor-Faktor Internal Kuisoner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat IDENTITAS RESPONDEN Nama :. Pekerjaan/Jabatan :. Kami mengharapkan Bapak/Ibu dapat menjawab secara objektif dan benar, karena kuisioner ini bertujuan ilmiah sehingga memerlukan data yang valid. Peneliti : Destia Eka Putri H Program Sarjana Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

186 PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR INTERNAL (Kekuatan dan Kelemahan) Tujuan : Menentukan faktor-faktor startegis yang akan dimasukan ke dalam kelompok kekuatan dan kelemahan dalam strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Petunujuk Pengisian : 1. Berikan Tanda (X) pada kolom kekuatan pada tabel berikut ini, apabila faktorfaktor tersebut menjadi kekuatan dalam penelitian ini 2. Berikan Tanda (X) pada kolom kelemahan pada tabel berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kelemahan dalam penelitian ini Tabel. Faktor-Faktor Strategis Internal No. Faktor-Faktor Strategis Internal Kekuatan Kelemahan 1. Adanya tes Quality Control untuk peneriman susu dari peternak 2. Sistem pembayaran susu yang tepat waktu kepada peternak 3. RAT terlaksana dan berjalan dengan baik setiap tahunnya 4. Komunikasi antara pengurus dan anggota berlangsung terbuka 5. KUD memberikan pelayanan langsung kepada anggota 6. Produk (susu) yang dihasilkan oleh KUD terjamin kualitasnya 7. KUD memiliki sarana dan prasarana produksi yang lengkap 8. KUD mampu menjual produk (susu) berdasarkan harga yang disesuaikan dengan standar kualitas susu yang disyaratkan oleh pembeli 9. Kegiatan simpan pinjam anggota berjalan dengan lancar 10. Pembagian SHU berlangsung terbuka dan adil 11. Pencatatan dan penyimpanan data serta informasi sudah tersusun rapi dengan sistem komputerisasi 12. Belum adanya pendidikan internal perkoperasian untuk anggota 13. Tingkat partisipasi dan loyalitas anggota yang masih rendah terhadap KUD 14. Tingkat pendidikan karyawan yang masih rendah 15. Pengorganisasian kerja pengurus dan karyawan yang belum berjalan dengan baik 16. Produksi susu yang dihasilkan oleh KUD masih rendah 17. Belum adanya kegiatan pengolahan produk turunan susu yang memiliki nilai tambah 18. KUD belum mampu memasarkan produk (susu) secara mandiri kepada IPS 19. KUD memiliki keterbatasan modal untuk pengembangan usahanya 169

187 PENENTUAN PERINGKAT (RATING) FAKTOR-FAKTOR INTERNAL Petujuk Umum : 1. Dalam pengisisan kuesioner ini, responden diharapakan secara langsung (tidak menunda) untuk menghindarai terjadinya inkonsistensi jawaban 2. Penentuan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor internal, baik faktor kekuatan dan kelemahan harus konsisten dengan tabel sebelumnya. Tujuan : Penentuan tingkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masingmasing variabel terhadap kondisi lingkungannya. Variabel faktor internal ini terdiri dari faktor kekuatan yang dapat digunakan dan faktor kelemahan yang mungkin dapat diatasi dalam upaya strategis pengembangan usaha KUD Puspa Mekar. Petunjuk Pengisisan : 1. Pemberian nilai pada seberapa besar pengaruh faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang dapat diatasi dalam strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar 2. Tentukan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dalam strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar, berikut ini dengan menggunakan tanda (X) pada penelitian Bapak/Ibu. 3. Penentuan nilai rating berdasarkan keterangan berikut : Tabel. Identitas Kepentingan dalam penentuan nilai rating Identitas Definisi Nilai Kepentingan 4 Jika faktor tersebut merupakan kekuatan mayor/utama bagi usaha KUD Puspa Mekar 3 Jika faktor tersebut merupakan kekuatan minor/kecil bagi usaha KUD Puspa Mekar 2 Jika faktor tersebut merupakan kelemahan minor/kecil bagi usaha KUD Puspa Mekar 1 Jika faktor tersebut merupakan kelemahan mayor/utama bagi usaha KUD Puspa Mekar Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar terhadap faktor-faktor berikut: 170

188 Tabel. Penentuan Peringkat (Rating) Faktor Strategis Kekuatan Internal Faktor No. Kekuatan Internal Indikator 1. Adanya tes 4 = (Kekuatan Utama), jika KUD memakai alat-alat Quality Control pengukur untuk menguji kualitas susu, seperti untuk lactodecimeter untuk menguji berat jenis susu dan peneriman susu alat test gun yang telah diisi dengan alkohol 70% dari peternak untuk mengetahui apakah protein pada susu telah terdenaturasi/pecah atau tidak. 3 = (Kekuatan Kecil), jika KUD tidak memakai alatalat pengukur untuk menguji kualitas susu, hanya melakukan uji rasa, bau, dan warna susu dengan 2. Sistem pembayaran susu yang tepat waktu kepada peternak 3. RAT terlaksana dan berjalan dengan baik setiap tahunnya 4. Komunikasi antara pengurus dan anggota berlangsung terbuka 5. KUD memberikan pelayanan langsung kepada anggota menggunakan panca indera sebagai media uji. 4 = (Kekuatan Utama), jika KUD tepat waktu dalam membayarkan kewajibannya kepada anggota per 15 hari sekali masa penyetoran susu tanpa pernah terlambat sehari pun. 3 = (Kekuatan Kecil), jika KUD terlambat dalam membayarkan kewajibannya kepada anggota selama dua hingga tiga hari setelah per 15 hari sekali masa penyetoran susu. Namun, tidak sampai melebihi waktu keterlambatan yang dilakukan pesaingnya yaitu selama lima hingga tujuh hari. 4 = (Kekuatan Utama), jika pelaksanaan RAT KUD dilakukan tepat waktu pada setiap satu tahun sekali atau selambat-lambatnya tiga bulan setelah tutup buku pada tahun yang bersangkutan dengan tingkat kehadiran peserta di atas 90 persen. 3 = (Kekuatan Kecil), jika pelaksanaan RAT KUD dilakukan tepat waktu pada setiap satu tahun sekali atau selambat-lambatnya tiga bulan setelah tutup buku pada tahun yang bersangkutan, namun tingkat kehadiran peserta di bawah 90 persen. 4 = (Kekuatan Utama), jika aspirasi dan keluhan anggota disampaikan kepada pengurus dalam RAT dan rapat evaluasi setiap dua minggu sekali melalui PAD, begitu juga sebaliknya. 3 = (Kekuatan Kecil), jika aspirasi dan keluhan anggota disampaikan kepada pengurus hanya dalam RAT, begitu juga sebaliknya. 4 = (Kekuatan Utama), jika tidak ada sistem pengumpul (kolektor) susu dalam struktur organisasi KUD. 3 = (Kekuatan Kecil), jika tidak ada sistem pengumpul (kolektor) susu dalam struktur organisasi KUD, namun masih terlihat adanya keterlibatan saat di lapang. 6. Produk (susu) yang dihasilkan oleh KUD terjamin kualitasnya 4 = (Kekuatan Utama), jika KUD memenuhi semua indikator pemenuhan standar kualitas susu yang disyaratkan IPS, yaitu meliputi kadar Total Solid (TS) 11,3 persen, TPC (jumlah kuman/bakteri) < per mililiter, dan Titik Beku (TB) -0,520 C sampai -0,550 C. 3 = (Kekuatan Kecil), jika KUD hanya memenuhi sebagian atau salah satu dari indikator pemenuhan standar kualitas susu yang disyaratkan IPS. 7. KUD memiliki 4 = (Kekuatan Utama), jika KUD memiliki sarana dan Peringkat 171

189 sarana dan prasarana produksi yang lengkap 8. KUD mampu menjual produk (susu) berdasarkan harga yang disesuaikan dengan standar kualitas susu yang disyaratkan oleh pembeli 9. Kegiatan simpan pinjam anggota berjalan dengan lancar 10. Pembagian SHU berlangsung terbuka dan adil 11. Pencatatan dan penyimpanan data serta informasi sudah tersusun rapi dengan sistem komputerisasi prasarana mulai dari sarana transportasi untuk distribusi susu dari peternak menggunakan mobil pick up lengkap dengan tangki penampungan susu dan milk can, alat pengukur kualitas susu, hingga proses pendinginan susu menggunakan cooling unit. 3 = (Kekuatan Kecil), jika KUD hanya memiliki sebagian atau salah satu dari sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan produksi dan distribusi susu. 4 = (Kekuatan Utama), jika KUD mampu memenuhi semua indikator pemenuhan standar kualitas susu yang disyaratkan IPS sehingga harga jual yang diberlakukan kepada KUD berkisar antara Rp = (Kekuatan Kecil), jika KUD hanya mampu memenuhi sebagian atau salah satu dari indikator pemenuhan standar kualitas susu yang disyaratkan IPS sehingga harga jual yang diberlakukan kepada KUD berkisar antara Rp = (Kekuatan Utama), jika kredit macet dari anggota dibawah 2 persen. 3 = (Kekuatan Kecil), jika kredit macet dari anggota berkisar antara 2 5 persen. 4 = (Kekuatan Utama), jika KUD membagikan SHU kepada anggota saat pelaksanaan RAT dengan persentase sebesar 40 persen dari jumlah SHU KUD secara keseluruhan berdasarkan produksi susu yang dihasilkan oleh masing-masing anggota. 3 = (Kekuatan Kecil), jika KUD membagikan SHU kepada anggota saat pelaksanaan RAT dengan persentase dibawah 40 persen dari jumlah SHU KUD secara keseluruhan berdasarkan produksi susu yang dihasilkan oleh masing-masing anggota. 4 = (Kekuatan Utama), jika semua atau sebagian besar pencatatan dan penyimpanan data serta informasi KUD sudah dilakukan secara komputerisasi dan diolah menjadi data harian, bulanan, dan tahunan. 3 = (Kekuatan Kecil), jika baru sebagian kecil pencatatan dan penyimpanan data serta informasi KUD dilakukan secara komputerisasi dan sebagian lagi masih dilakukan secara manual. 172

190 Tabel. Penentuan Peringkat (Rating) Faktor Strategis Kelemahan Internal Faktor No. Kelemahan Internal 1. Belum adanya pendidikan internal perkoperasian untuk anggota 2. Tingkat partisipasi dan loyalitas anggota yang masih rendah terhadap KUD 3. Tingkat pendidikan karyawan yang masih rendah 4. Pengorganisasi an kerja pengurus dan karyawan yang belum berjalan dengan baik 5. Produksi susu yang dihasilkan oleh KUD masih rendah 6. Belum adanya kegiatan pengolahan produk turunan susu yang memiliki nilai tambah 7. KUD belum mampu memasarkan produk (susu) secara mandiri kepada IPS 8. KUD memiliki keterbatasan modal untuk pengembangan usahanya Indikator 2 = (Kelemahan Kecil), jika KUD mengadakan penyuluhan untuk anggota mengenai pendidikan dasar-dasar perkoperasian dan budidaya ternak sapi perah setiap tiga hingga enam bulan sekali. 1 = (Kelemahan Utama), jika KUD mengadakan penyuluhan untuk anggota mengenai pendidikan dasardasar perkoperasian dan budidaya ternak sapi perah setiap satu tahun sekali atau hanya bersifat kondisional. 2 = (Kelemahan Kecil), jika masih ada anggota KUD yang menyalurkan susunya ke lebih dari satu tempat penampungan susu selain ke KUD. 1 = (Kelemahan Utama), jika masih ada anggota KUD yang keluar dari keanggotaan KUD dan memilih bergabung dengan koperasi lainnya atau bahkan dengan perusahaan penampungan susu milik pribadi/swasta. 2 = (Kelemahan Kecil), jika para karyawan KUD sebagian besar hanya menganyam pendidikan terakhir pada tingkat SLTP hingga SLTA. 1 = (Kelemahan Utama), jika para karyawan KUD sebagian besar hanya menganyam pendidikan terakhir pada tingkat SD. 2 = (Kelemahan Kecil), jika sudah ada spesialisasi pekerjaan dalam struktur organisasi KUD, namun masih terdapat penumpukan tugas dan tanggung jawab serta rangkap jabatan. 1 = (Kelemahan Utama), jika belum ada spesialisasi pekerjaan dalam struktur organisasi KUD. 2 = (Kelemahan Kecil), jika produksi susu KUD berkisar antara liter per hari. 1 = (Kelemahan Utama), jika produksi susu KUD masih dibawah liter per hari. 2 = (Kelemahan Kecil), jika KUD belum melakukan kegiatan pengolahan produk turunan susu, namun sudah ada rencana ke depan untuk melakukan kegiatan pengolahan produk turunan susu. 1 = (Kelemahan Utama), jika KUD belum melakukan kegiatan pengolahan produk turunan susu dan belum ada rencana ke depan untuk melakukan kegiatan pengolahan produk turunan susu. 2 = (Kelemahan Kecil), jika KUD memasarkan susunya ke IPS melalui KPSBU terlebih dahulu dan dikenakan biaya pengangkutan dibawah Rp 200 per liter susu. 1 = (Kelemahan Utama), jika KUD memasarkan susunya ke IPS melalui KPSBU terlebih dahulu dan dikenakan biaya pengangkutan diatas Rp 200 per liter susu. 2 = (Kelemahan Kecil), jika modal yang dimiliki KUD untuk pengembangan usahanya berkisar antara persen dari modal secara keselurahan. 1 = (Kelemahan Utama),jika modal yang dimiliki KUD untuk pengembangan usahanya dibawah 40 persen dari modal secara keselurahan. Peringkat 173

191 PEMBOBOTAN FAKTOR-FAKTOR INTERNAL Tujuan : Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal mengenai tingkat kepentingan suatu faktor-faktor strategis dalam strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor strategi tersebut menentukan strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar. Petunjuk Pengisian : 1. Pemberian Nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar 2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : Tabel. Identitas Kepentingan dalam pembobotan Identitas Definisi Nilai Kepentingan 1 Indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal, jika indikator horisontal kurang dibutuhkan oleh KUD untuk digunakan atau diatasi dibandingkan indikator vertikal dalam strategi pengembangan usahanya. 2 Indikator horisontal sama penting dengan indikator vertikal, jika indikator horisontal sama-sama dibutuhkan oleh KUD untuk digunakan atau diatasi dalam strategi pengembangan usahanya. 3 Indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal, jika indikator horisontal lebih dibutuhkan oleh KUD untuk digunakan atau diatasi dibandingkan indikator vertikal dalam strategi pengembangan usahanya. 174

192 Tabel. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal Faktor Strategis Internal Total Total Xi Bobot 175

193 Keterangan : 1 = Adanya tes Quality Control untuk peneriman susu dari peternak 2 = Sistem pembayaran susu yang tepat waktu kepada peternak 3 = RAT terlaksana dan berjalan dengan baik setiap tahunnya 4 = Komunikasi antara pengurus dan anggota berlangsung terbuka 5 = KUD memberikan pelayanan langsung kepada anggota 6 = Produk (susu) yang dihasilkan oleh KUD terjamin kualitasnya 7 = KUD memiliki sarana dan prasarana produksi yang lengkap 8 = KUD mampu menjual produk (susu) berdasarkan harga yang disesuaikan dengan standar kualitas susu yang disyaratkan oleh pembeli 9 = Kegiatan simpan pinjam anggota berjalan dengan lancar 10 = Pembagian SHU berlangsung terbuka dan adil 11 = Pencatatan dan penyimpanan data serta informasi sudah tersusun rapi dengan sistem komputerisasi 12 = Belum adanya pendidikan internal perkoperasian untuk anggota 13 = Tingkat partisipasi dan loyalitas anggota yang masih rendah terhadap KUD 14 = Tingkat pendidikan karyawan yang masih rendah 15 = Pengorganisasian kerja pengurus dan karyawan yang belum berjalan dengan baik 16 = Produksi susu yang dihasilkan oleh KUD masih rendah 17 = Belum adanya kegiatan pengolahan produk turunan susu yang memiliki nilai tambah 18 = KUD belum mampu memasarkan produk (susu) secara mandiri kepada IPS 19 = KUD memiliki keterbatasan modal untuk pengembangan usahanya 176

194 Lampiran 3. Kuisioner Penentuan Faktor-Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman), Penentuan Peringkat (Rating) dan Pembobotan Faktor-Faktor Eksternal KUESIONER Penentuan Faktor-Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Penentuan Peringkat (Rating) Faktor-Faktor Eksternal Pembobotan Faktor-Faktor Eksternal Kuisoner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat IDENTITAS RESPONDEN Nama :.. Pekerjaan/Jabatan :.. Kami mengharapkan Bapak/Ibu dapat menjawab secara objektif dan benar, karena kuisioner ini bertujuan ilmiah sehingga memerlukan data yang valid. Peneliti : Destia Eka Putri H Program Sarjana Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

195 PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL (Peluang dan Ancaman) Tujuan : Menentukan faktor-faktor startegis yang akan dimasukan ke dalam kelompok peluang dan ancaman dalam strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Petunujuk Pengisian : 1. Berikan Tanda (X) pada kolom peluang pada tabel berikut ini, apabila faktorfaktor tersebut menjadi peluang dalam penelitian ini 2. Berikan Tanda (X) pada kolom ancaman pada tabel berikut ini, apabila faktorfaktor tersebut menjadi ancaman dalam penelitian ini Tabel. Faktor-Faktor Strategis Eksternal No. Faktor-Faktor Strategis Eksternal Peluang Ancaman 1. Adanya bantuan pinjaman kredit dari pemerintah dan dana investasi dari para investor 2. Adanya Litbang yang diadakan oleh Dinas Peternakan setempat 3. Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang menunjukkan angka positif 4. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya laju konsumsi susu 5. Adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi dari susu 6. Adanya Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) 7. Perkembangan teknologi yang cepat 8. Permintaan susu dalam negeri belum terpenuhi 9. Susu sapi merupakan produk susu yang kaya akan protein hewani yang lebih diminati masyarakat pada umumnya dibandingkan dengan susu dari ternak yang lainnya 10. Berkembangnya industri hilir untuk pengolahan produk berbahan baku susu 11. Adanya kebijakan pemerintah tentang impor susu 12. Adanya rencana kenaikan BBM 13. Ketersediaan lahan hijauan yang semakin terbatas 14. Kekuatan tawar-menawar IPS yang cenderung kuat 15. Banyaknya pesaing perusahaan swasta 178

196 PENENTUAN PERINGKAT (RATING) FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL Petujuk Umum : 1. Dalam pengisisan kuesioner ini, responden diharapakan secara langsung (tidak menunda) untuk menghindarai terjadinya inkonsistensi jawaban 2. Penentuan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor eksternal, baik faktor peluang dan ancaman harus konsisten dengan tabel sebelumnya. Tujuan : Penentuan tingkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi lingkungannya. Variabel faktor eksternal ini terdiri dari faktor peluang yang dapat dimanfaatkan dan faktor ancaman yang mungkin dapat dihindari dalam upaya strategis pengembangan usaha KUD Puspa Mekar. Petunjuk Pengisisan : 1. Pemberian nilai pada seberapa besar pengaruh faktor peluang yang dapat dimanfaatkan dan faktor ancaman yang dapat dihindari dalam strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar 2. Tentukan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor peluang dan ancaman dalam strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar, berikut ini dengan menggunakan tanda (X) pada penelitian Bapak/Ibu. 3. Penentuan nilai rating berdasarkan keterangan berikut : Tabel. Identitas Kepentingan dalam Penentuan Nilai Rating untuk Faktor Strategis Eksternal Identitas Kepentingan Definisi Nilai 4 Jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar atau KUD Puspa Mekar memberikan respon luar biasa terhadap faktor tersebut 3 Jika faktor tersebut berpengaruh besar bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar atau KUD Puspa Mekar memberikan respon di atas rata-rata terhadap faktor tersebut 2 Jika faktor tersebut kurang berpengaruh bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar atau KUD Puspa Mekar memberikan respon rata-rata terhadap faktor tersebut 1 Jika faktor tersebut tidak berpengaruh bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar atau KUD Puspa Mekar memberikan respon buruk terhadap faktor tersebut Menurut Bapak/Ibu bagaimanan kondisi strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar terhadap faktor-faktor berikut: 179

197 Tabel. Penentuan Peringkat (Rating) Faktor Peluang Eksternal Faktor No. Peluang Eksternal Indikator 1. Adanya bantuan 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika pemerintah pinjaman kredit memberikan subsidi untuk bunga kredit pinjaman dibawah dari pemerintah 5 persen. dan dana 3 = (Berpengaruh Besar), jika pemerintah memberikan investasi dari subsidi untuk bunga kredit pinjaman berkisar antara 5 7 para investor persen. 2 = (Kurang Berpengaruh), jika pemerintah memberikan subsidi untuk bunga kredit pinjaman berkisar antara 7,1 10 persen. 1 = (Tidak Berpengaruh), jika pemerintah memberikan 2. Adanya Litbang yang diadakan oleh Dinas Peternakan setempat 3. Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang menunjukkan angka positif 4. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya laju konsumsi susu subsidi untuk bunga kredit pinjaman di atas 10 persen. 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika penelitian dan pengembangan yang diadakan oleh Dinas meliputi penyuluhan, pembinaan, dan pelatihan yang dilakukan secara rutin minimal sebulan sekali, serta pemberian bantuan materi maupun material bagi kegiatan penelitian dan pengembangan KUD. 3 = (Berpengaruh Besar), jika penelitian dan pengembangan yang diadakan oleh Dinas meliputi penyuluhan, pembinaan, dan pelatihan yang dilakukan secara rutin minimal tiga bulan sekali. 2 = (Kurang Berpengaruh), jika penelitian dan pengembangan yang diadakan oleh Dinas meliputi penyuluhan, pembinaan, dan pelatihan yang dilakukan setiap enam bulan sekali. 1 = (Tidak Berpengaruh), jika penelitian dan pengembangan yang diadakan oleh Dinas meliputi penyuluhan, pembinaan, dan pelatihan yang dilakukan setiap setahun sekali atau hanya bersifat kondisional. 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai di atas 10 persen per tahun. 3 = (Berpengaruh Besar), jika pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai kisaran antara 5,1 10 persen per tahun. 2 = (Kurang Berpengaruh), jika pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar antara 3 5 persen per tahun. 1 = (Tidak Berpengaruh), jika pertumbuhan ekonomi Indonesia dibawah 3 persen per tahun 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika peningkatan laju pertumbuhan penduduk Indonesia menyebabkan meningkatnya laju konsumsi susu nasional diatas 10 persen per tahun. 3 = (Berpengaruh Besar), jika peningkatan laju pertumbuhan penduduk Indonesia menyebabkan meningkatnya laju konsumsi susu nasional yang berkisar antara 6,1 10 persen per tahun. 2 = (Kurang Berpengaruh), jika peningkatan laju pertumbuhan penduduk Indonesia menyebabkan meningkatnya laju konsumsi susu nasional yang berkisar Peringkat 180

198 5. Adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi dari susu 6. Adanya Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) 7. Perkembangan teknologi yang cepat 8. Permintaan susu dalam antara 4 6 persen per tahun. 1 = (Tidak Berpengaruh), jika peningkatan laju pertumbuhan penduduk Indonesia menyebabkan meningkatnya laju konsumsi susu nasional dibawah 4 persen per tahun. 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika adanya kesadaran masyarakat tersebut dapat meningkatkan konsumsi susu di atas 20 persen per kapita per tahun. 3 = (Berpengaruh Besar), jika adanya kesadaran masyarakat tersebut dapat meningkatkan konsumsi susu yang berkisar antara persen per kapita per tahun. 2 = (Kurang Berpengaruh), jika adanya kesadaran masyarakat tersebut dapat meningkatkan konsumsi susu yang berkisar antara persen per kapita per tahun. 1 = (Tidak Berpengaruh), jika adanya kesadaran masyarakat tersebut hanya dapat meningkatkan konsumsi susu dibawah 10 persen per kapita per tahun. 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika pemerintah mengalokasikan dana dari APBNP untuk program ini di atas Rp per siswa. 3 = (Berpengaruh Besar), jika pemerintah mengalokasikan dana dari APBNP untuk program ini berkisar antara Rp per siswa. 2 = (Kurang Berpengaruh), jika pemerintah mengalokasikan dana dari APBNP untuk program ini berkisar antara Rp per siswa. 1 = (Tidak Berpengaruh), jika pemerintah mengalokasikan dana dari APBNP untuk program ini dibawah Rp per siswa. 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika perkembangan teknologi yang cepat diimbangi dengan kemampuan sumberdaya manusia yang dimiliki dalam menggunakan dan mengelola teknologi tersebut, serta berindikasi dapat meningkatkan kegiatan produksi dan pengolahan susu KUD di atas 50 persen. 3 = (Berpengaruh Besar), jika perkembangan teknologi yang cepat diimbangi dengan kemampuan sumberdaya manusia yang dimiliki dalam menggunakan dan mengelola teknologi tersebut, serta berindikasi dapat meningkatkan kegiatan produksi dan pengolahan susu KUD yang berkisar antara persen. 2 = (Kurang Berpengaruh), jika perkembangan teknologi yang cepat diimbangi dengan kemampuan sumberdaya manusia yang dimiliki dalam menggunakan dan mengelola teknologi tersebut, serta berindikasi dapat meningkatkan kegiatan produksi dan pengolahan susu KUD yang berkisar antara persen. 1 = (Tidak Berpengaruh), jika perkembangan teknologi yang cepat belum diimbangi dengan kemampuan sumberdaya manusia yang dimiliki dalam menggunakan dan mengelola teknologi tersebut, sehingga tidak berindikasi terhadap peningkatan kegiatan produksi dan pengolahan susu KUD 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika permintaan susu dalam negeri belum terpenuhi di atas 50 persen 181

199 negeri belum terpenuhi 9. Susu sapi merupakan produk susu yang kaya akan protein hewani yang lebih diminati masyarakat pada umumnya dibandingkan dengan susu dari ternak yang lainnya 10. Berkembangnya industri hilir untuk pengolahan produk berbahan baku susu 3 = (Berpengaruh Besar), jika permintaan susu dalam negeri belum terpenuhi sebesar persen 2 = (Kurang Berpengaruh), jika permintaan susu dalam negeri belum terpenuhi sebesar persen 1 = (Tidak Berpengaruh), jika permintaan susu dalam negeri belum terpenuhi dibawah 10 persen 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika produk susu berbahan baku susu sapi memiliki kandungan protein dan vitamin yang lebih banyak dibandingkan dengan susu dari ternak lainnya dan penjualannya dapat menjangkau semua segmen masyarakat. 3 = (Berpengaruh Besar), jika produk susu berbahan baku susu sapi memiliki kandungan protein dan vitamin yang lebih banyak dibandingkan dengan susu dari ternak lainnya dan penjualannya dapat menjangkau sebagian besar segmen masyarakat. 2 = (Kurang Berpengaruh), jika produk susu berbahan baku susu sapi memiliki kandungan protein dan vitamin yang sama dengan susu dari ternak lainnya dan penjualannya hanya dapat menjangkau sebagian segmen masyarakat. 1 = (Tidak Berpengaruh), jika produk susu berbahan baku susu sapi memiliki kandungan protein dan vitamin sama dengan susu dari ternak lainnya dan penjualannya hanya dapat menjangkau sebagian kecil segmen masyarakat. 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika industri pengolahan berbahan baku susu sapi bisa tumbuh di atas 10 persen per tahun. 3 = (Berpengaruh Besar), jika industri pengolahan berbahan baku susu sapi bisa tumbuh antara 5,1 9 persen per tahun. 2 = (Kurang Berpengaruh), jika industri pengolahan berbahan baku susu sapi hanya bisa tumbuh antara 3 5 persen per tahun. 1 = (Tidak Berpengaruh), jika industri pengolahan berbahan baku susu sapi hanya bisa tumbuh dibawah 3 persen per tahun. 182

200 Tabel. Penentuan Peringkat (Rating) Faktor Ancaman Eksternal Faktor No. Ancaman Eksternal Indikator 1. Adanya 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika kebijakan ini kebijakan berdampak pada jumlah susu yang diimpor di atas 50 pemerintah persen dari jumlah kebutuhan susu nasional. tentang impor 3 = (Berpengaruh Besar), jika kebijakan ini berdampak pada susu jumlah susu yang diimpor sebesar persen dari jumlah kebutuhan susu nasional. 2 = (Kurang Berpengaruh), jika kebijakan ini berdampak pada jumlah susu yang diimpor sebesar persen dari jumlah kebutuhan susu nasional. 1 = (Tidak Berpengaruh), jika kebijakan ini berdampak pada jumlah susu yang diimpor dibawah 10 persen dari jumlah 2. Adanya rencana kenaikan harga BBM 3. Ketersediaan lahan hijauan yang semakin terbatas 4. Kekuatan tawar-menawar IPS yang cenderung kuat kebutuhan susu nasional. 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika rencana kenaikan harga BBM direalisasikan dan berdampak pada peningkatan biaya produksi KUD di atas 20 persen. 3 = (Berpengaruh Besar), jika rencana kenaikan harga BBM direalisasikan dan berdampak pada peningkatan biaya produksi KUD sebesar persen. 2 = (Kurang Berpengaruh), jika rencana kenaikan harga BBM direalisasikan dan berdampak pada peningkatan biaya produksi KUD dibawah 10 persen. 1 = (Tidak Berpengaruh), jika rencana kenaikan harga BBM tidak jadi direalisasikan. 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika ketersediaan lahan hijauan yang semakin langka tersebut hanya mampu memenuhi pasokan pakan hijauan dibawah 10 persen dari kebutuhan pakan ideal. 3 = (Berpengaruh Besar), jika ketersediaan lahan hijauan yang semakin langka tersebut hanya mampu memenuhi pasokan pakan hijauan sebesar persen dari kebutuhan pakan ideal. 2 = (Kurang Berpengaruh), jika ketersediaan lahan hijauan yang semakin langka tersebut masih mampu memenuhi pasokan pakan hijauan sebesar persen dari kebutuhan pakan ideal. 1 = (Tidak Berpengaruh), jika ketersediaan lahan hijauan yang semakin langka tersebut masih mampu memenuhi pasokan pakan hijauan diatas 40 persen dari kebutuhan pakan ideal. 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika KUD tidak dapat memenuhi standar kualitas susu yang ditetapkan IPS dan dikenakan denda atau penalty di atas Rp 200 / kg susu. 3 = (Berpengaruh Besar), jika KUD tidak dapat memenuhi standar kualitas susu yang ditetapkan IPS dan dikenakan denda atau penalty sebesar Rp / kg susu. 2 = (Kurang Berpengaruh), jika KUD tidak dapat memenuhi standar kualitas susu yang ditetapkan IPS dan dikenakan denda atau penalty sebesar Rp / kg susu. 1 = (Tidak Berpengaruh), jika KUD tidak dapat memenuhi Peringkat 183

201 5. Banyaknya pesaing perusahaan swasta standar kualitas susu yang ditetapkan IPS dan hanya dikenakan denda atau penalty dibawah Rp 50 / kg susu. 4 = (Berpengaruh Sangat Besar), jika keberadaan para pendatang baru atau pesaing tumbuh di atas 30 persen per tahun. 3 = (Berpengaruh Besar), jika keberadaan para pendatang baru atau pesaing tersebut tumbuh sebesar persen per tahun. 2 = (Kurang Berpengaruh), jika keberadaan para pendatang baru atau pesaing tersebut tumbuh sebesar 3 9 persen per tahun. 1 = (Tidak Berpengaruh), jika keberadaan para pendatang baru atau pesaing tersebut tumbuh dibawah 3 persen per tahun. PEMBOBOTAN FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL Tujuan : Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor eksternal mengenai tingkat kepentingan suatu faktor-faktor strategis dalam strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor strategi tersebut menentukan strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar. Petunjuk Pengisian : 1. Pemberian Nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar 2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : Tabel. Identitas Kepentingan dalam pembobotan Identitas Kepentingan Definisi Nilai 1 Indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal, jika indikator horisontal kurang dibutuhkan oleh KUD untuk dimanfaatkan atau dihindari dibandingkan indikator vertikal dalam strategi pengembangan usahanya. 2 Indikator horisontal sama penting dengan indikator vertikal, jika indikator horisontal sama-sama dibutuhkan oleh KUD untuk dimanfaatkan atau dihindari dalam strategi pengembangan usahanya. 3 Indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal, jika indikator horisontal lebih dibutuhkan oleh KUD untuk dimanfaatkan atau dihindari dibandingkan indikator vertikal dalam strategi pengembangan usahanya. 184

202 Tabel. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal Faktor Strategis Eksternal Total Total Xi Bobot 185

203 Keterangan : 1 = Adanya bantuan pinjaman kredit dari pemerintah dan dana investasi dari para investor 2 = Adanya Litbang yang diadakan oleh Dinas Peternakan setempat 3 = Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang menunjukkan angka positif 4 = Peningkatan laju pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya laju konsumsi susu 5 = Adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi dari susu 6 = Adanya Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) 7 = Perkembangan teknologi yang cepat 8 = Permintaan susu dalam negeri belum terpenuhi 9 = Susu sapi merupakan produk susu yang kaya akan protein hewani yang lebih diminati masyarakat pada umumnya dibandingkan dengan susu dari ternak yang lainnya 10 = Berkembangnya industri hilir untuk pengolahan produk berbahan baku susu 11 = Adanya kebijakan pemerintah tentang impor susu 12 = Adanya rencana kenaikan harga BBM 13 = Ketersediaan lahan hijauan yang semakin terbatas 14 = Kekuatan tawar-menawar IPS yang cenderung kuat 15 = Banyaknya pesaing perusahaan swasta 186

204 Lampiran 4. Perhitungan Faktor Strategis Internal KUD Puspa Mekar Faktor Manajer Dinas Koperasi Dinas Peternakan Ketua KUD Anggota KUD Rata-rata Rata-rata Skor Strategis Operasional KUD Bobot Rating Total Internal Bobot Rating Bobot Rating Bobot Rating Bobot Rating Bobot Rating Kekuatan 1 0, , , , , ,0613 4,0 0, , , , , , ,0598 4,0 0, , , , , , ,0545 3,4 0, , , , , , ,0523 3,3 0, , , , , , ,0553 4,0 0, , , , , , ,0601 4,0 0, , , , , , ,0599 3,8 0, , , , , , ,0534 3,4 0, , , , , , ,0473 3,4 0, , , , , , ,0509 4,0 0, , , , , , ,0586 4,0 0,2332 Total Kekuatan 2,3029 Kelemahan 12 0, , , , , ,0478 1,8 0, , , , , , ,0503 1,9 0, , , , , , ,0562 1,2 0, , , , , , ,0564 1,2 0, , , , , , ,0465 1,9 0, , , , , , ,0360 1,7 0, , , , , , ,0444 1,8 0, , , , , , ,0487 1,2 0,0604 Total Kelemahan 0,6139 Jumlah Total 2,

205 Keterangan : 1 = Adanya tes Quality Control untuk peneriman susu dari peternak 2 = Sistem pembayaran susu yang tepat waktu kepada peternak 3 = RAT terlaksana dan berjalan dengan baik setiap tahunnya 4 = Komunikasi antara pengurus dan anggota berlangsung terbuka 5 = KUD memberikan pelayanan langsung kepada anggota 6 = Produk (susu) yang dihasilkan oleh KUD terjamin kualitasnya 7 = KUD memiliki sarana dan prasarana produksi yang lengkap 8 = KUD mampu menjual produk (susu) berdasarkan harga yang disesuaikan dengan standar kualitas susu yang disyaratkan oleh pembeli 9 = Kegiatan simpan pinjam anggota berjalan dengan lancar 10 = Pembagian SHU berlangsung terbuka dan adil 11 = Pencatatan dan penyimpanan data serta informasi sudah tersusun rapi dengan sistem komputerisasi 12 = Belum adanya pendidikan internal perkoperasian untuk anggota 13 = Tingkat partisipasi dan loyalitas anggota yang masih rendah terhadap KUD 14 = Tingkat pendidikan karyawan yang masih rendah 15 = Pengorganisasian kerja pengurus dan karyawan yang belum berjalan dengan baik 16 = Produksi susu yang dihasilkan oleh KUD masih rendah 17 = Belum adanya kegiatan pengolahan produk turunan susu yang memiliki nilai tambah 18 = KUD belum mampu memasarkan produk (susu) secara mandiri kepada IPS 19 = KUD memiliki keterbatasan modal untuk pengembangan usahanya 188

206 Lampiran 5. Perhitungan Faktor Strategis Eksternal KUD Puspa Mekar Faktor Manajer Dinas Koperasi Dinas Peternakan Ketua KUD Anggota KUD Rata-rata Rata-rata Skor Strategis Operasional KUD Bobot Rating Total Eksternal Bobot Rating Bobot Rating Bobot Rating Bobot Rating Bobot Rating Peluang 1 0, , , , , ,0514 2,9 0, , , , , , ,0568 3,3 0, , , , , , ,0673 2,8 0, , , , , , ,0639 3,3 0, , , , , , ,0707 3,8 0, , , , , , ,0580 3,1 0, , , , , , ,0661 3,8 0, , , ,05 3 0, , ,0679 3,5 0, , ,05 2 0,05 3 0, , ,0605 3,4 0, , , , , , ,0639 3,1 0,1980 Total Peluang 2,0739 Ancaman 11 0, , , , , ,0569 4,0 0, , , , , , ,0668 3,8 0, , , , , , ,0562 3,7 0, , , , , , ,0670 3,8 0, , , , , , ,0629 3,5 0,2226 Total Ancaman 1,1623 Jumlah Total 3,

207 Keterangan : 1 = Adanya bantuan pinjaman kredit dari pemerintah dan dana investasi dari para investor 2 = Adanya Litbang yang diadakan oleh Dinas Peternakan setempat 3 = Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang menunjukkan angka positif 4 = Peningkatan laju pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya laju konsumsi susu 5 = Adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi dari susu 6 = Adanya Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) 7 = Perkembangan teknologi yang cepat 8 = Permintaan susu dalam negeri belum terpenuhi 9 = Susu sapi merupakan produk susu yang kaya akan protein hewani yang lebih diminati masyarakat pada umumnya dibandingkan dengan susu dari ternak yang lainnya 10 = Berkembangnya industri hilir untuk pengolahan produk berbahan baku susu 11 = Adanya kebijakan pemerintah tentang impor susu 12 = Adanya rencana kenaikan harga BBM 13 = Ketersediaan lahan hijauan yang semakin terbatas 14 = Kekuatan tawar-menawar IPS yang cenderung kuat 15 = Banyaknya pesaing perusahaan swasta 190

208 Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Penelitian Strategi Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar Armada Pengangkutan Susu KUD Puspa Mekar Kegiatan Pemerahan Susu oleh Peternak Kegiatan Pengambilan Susu di Peternak 191

209 Kegiatan Pengambilan Sampel Susu di Peternak untuk Uji Kualitas Rapat Evaluasi Dua Mingguan Antara Pengurus dan Karyawan Pelaksanaan RAT KUD Puspa Mekar 192

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Kondisi Internal dan Eksternal KUD Puspa Mekar

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Kondisi Internal dan Eksternal KUD Puspa Mekar LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Kondisi Internal dan Eksternal KUD Puspa Mekar DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Koperasi Unit Desa (KUD)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat) ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI DE AULIA RAMADHAN H34066030 PROGRAM PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 53 BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 4.1 Sejarah Perkembangan KPSBU Jabar Bangsa Belanda mulai memperkenalkan sapi perah kepada masyarakat Lembang sekitar tahun 1800-an. Seiring dengan berjalannya waktu,

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI MOHAMAD IKHSAN H34054305 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR SKRIPSI ITA FUSFITAWATI H34053987 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) Oleh : DESTI FURI PURNAMA H 34066032 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

BAB I. PENDAHULUAN.  [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian di Indonesia. Subsektor peternakan sebagai bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN KOPERASI PERSUSUAN DI JAWA BARAT

KAJIAN KOPERASI PERSUSUAN DI JAWA BARAT KAJIAN KOPERASI PERSUSUAN DI JAWA BARAT KAJIAN KOPERASI PERSUSUAN DI JAWA BARAT Oleh: Achmad Firman, SPt., MSi FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PEBRUARI 2007 LEMBAR PENGESAHAN 1. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA Oleh AIDI RAHMAN H 24066055 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

Lebih terperinci

Kajian Koperasi Persusuan di Jawa Barat Oleh Achmad Firman 1

Kajian Koperasi Persusuan di Jawa Barat Oleh Achmad Firman 1 Kajian Koperasi Persusuan di Jawa Barat Oleh Achmad Firman 1 Abstrak Seiring dengan perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia, berbagai permasalahan persusuan pun semakin bertambah pula baik permasalahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan satu atau lebih komoditi. Salah satu contoh koperasi primer yang memproduksi komoditi pertanian adalah koperasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam 21 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam persaingan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG KABUPATEN KUNINGAN. Oleh UUM SUMIATI H

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG KABUPATEN KUNINGAN. Oleh UUM SUMIATI H STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG KABUPATEN KUNINGAN Oleh UUM SUMIATI H34066126 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KAJIAN KOPERASI PERSUSUAN DI JAWA BARAT

KAJIAN KOPERASI PERSUSUAN DI JAWA BARAT KAJIAN KOPERASI PERSUSUAN DI JAWA BARAT Oleh: Achmad Firman, SPt., MSi FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PEBRUARI 2007 LEMBAR PENGESAHAN Penelitian Mandiri 1. a. Judul Penelitian : Kajian Koperasi

Lebih terperinci

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun PENGANTAR Latar Belakang Upaya peningkatan produksi susu segar dalam negeri telah dilakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun ke tahun. Perkembangan usaha sapi perah

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT Oleh: NIA YAMESA A14105579 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Oleh YANDI ASDA MUSTIKA H 34066131 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari ketersediaan sumberdaya yang ada di Indonesia, Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KUD PUSPA MEKAR

V. GAMBARAN UMUM KUD PUSPA MEKAR V. GAMBARAN UMUM KUD PUSPA MEKAR 5.1. Sejarah dan Perkembangan KUD Puspa Mekar Strategi pembangunan ekonomi nasional difokuskan pada pembangunan kerakyatan, dimana pengusaha kecil dan menengah maupun koperasi

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR SKRIPSI WINWORK SINAGA H34066130 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH Studi Kasus Peternak Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cipanas Kabupaten Cianjur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri susu di Indonesia merupakan salah satu industri pangan yang

I. PENDAHULUAN. Industri susu di Indonesia merupakan salah satu industri pangan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri susu di Indonesia merupakan salah satu industri pangan yang strategis dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Selain berpeluang meningkatkan gizi masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Agribisnis merupakan salah satu sektor dalam kegiatan perekonomian berbasis kekayaan alam yang dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan usaha berorientasi keuntungan. Sektor

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A 14104631 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Untuk memenuhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan usaha sapi perah dilakukan untuk memenuhi gizi masyarakat dan mengurangi tingkat ketergantungan nasional terhadap impor susu. Usaha susu di Indonesia sudah

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA (Kasus: Restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) Taman Topi dan Rahat Cafe di Bogor) SKRIPSI BESTARI DEWI NOVIATNI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berbasis peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan peternakan adalah meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN

ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN (Studi Kasus Unit Usaha Kelompok Wanita Tani Damai, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang)

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) SKRIPSI ERNI SITI MUNIGAR H34066041 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ROBBI FEBRIO H34076133 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh :

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh : STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR Disusun Oleh : SYAIFUL HABIB A 14105713 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH

PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan Sapi Perah KUD Mandiri Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut) CHICHI RIZKY DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA Oleh : NURSYAMSIYAH A14102046 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas

Lebih terperinci

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG TANAH DENGAN CV MITRA PRIANGAN (Kasus pada Petani Kacang Tanah di Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur) SKRIPSI TIARA ASRI SATRIA H34052169 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) Oleh : SIESKA RIDYAWATI A14103047 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

IV. ANALISIS DAN SINTESIS IV. ANALISIS DAN SINTESIS 4.1. Analisis Masalah 4.1.1. Industri Pengolahan Susu (IPS) Industri Pengolahan Susu (IPS) merupakan asosiasi produsen susu besar di Indonesia, terdiri atas PT Nestle Indonesia,

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) KUD dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian dengan melandaskan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ROTI PADA BAGAS BAKERY, KABUPATEN KENDAL

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ROTI PADA BAGAS BAKERY, KABUPATEN KENDAL ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ROTI PADA BAGAS BAKERY, KABUPATEN KENDAL SKRIPSI TRI ARIESSIANA NUSAWANTI H34052048 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN PERAH KUD 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan 7.1.1 Struktur Organisasi KUD Mandiri Cisurupan Dalam menjalankan usahanya manajemen

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha Durian Jatohan Haji Arif (DJHA), yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM. 14 Kecamatan Baros, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PANTAI LOMBANG DI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PANTAI LOMBANG DI KABUPATEN SUMENEP ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PANTAI LOMBANG DI KABUPATEN SUMENEP SKRIPSI MOHAMMAD REZA H34051684 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 0 ANALISIS STRATEGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu manusia telah menggunakan susu sebagai bahan pangan. Manusia mengambil susu dari hewan yang memiliki kelenjar susu seperti sapi, kuda dan domba. Masyarakat

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SAYURAN ORGANIK (Studi Kasus : Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabuaten Bogor)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SAYURAN ORGANIK (Studi Kasus : Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabuaten Bogor) STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SAYURAN ORGANIK (Studi Kasus : Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabuaten Bogor) SKRIPSI RETNO WIJAYANTI H34066106 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KEMITRAAN USAHA SUSU KOPERASI UNIT DESA (KUD) MUSUK DENGAN PT. SO GOOD FOOD (SGF) DI KABUPATEN BOYOLALI PENDAHULUAN

ANALISIS KEMITRAAN USAHA SUSU KOPERASI UNIT DESA (KUD) MUSUK DENGAN PT. SO GOOD FOOD (SGF) DI KABUPATEN BOYOLALI PENDAHULUAN P R O S I D I N G 535 ANALISIS KEMITRAAN USAHA SUSU KOPERASI UNIT DESA (KUD) MUSUK DENGAN PT. SO GOOD FOOD (SGF) DI KABUPATEN BOYOLALI Nugraheni Retnaningsih 1), Joko Setyo Basuki 2), Catur Budi Handayani

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI AYU PRIHARDHINI SEPTIANINGRUM PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Ruang Lingkup Koperasi Koperasi adalah suatu bentuk kerja sama yang dilakukan oleh sekumpulan orang yang memiliki kesamaan kebutuhan hidup.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah pendekatan orientasi pembangunan yang tadinya dari atas ke bawah (top-down) menjadi pembangunan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA SKRIPSI TIUR MARIANI SIHALOHO H34076150 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI DENI KOSWARA H34077009 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... ix HALAMAN PENGESAHAN... x RIWAYAT HIDUP... xi KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DOMESTIK PT. CIPTA TERAS ADI BUSANA, JAKARTA UTARA. Oleh EKO SUGENG HARAFI H

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DOMESTIK PT. CIPTA TERAS ADI BUSANA, JAKARTA UTARA. Oleh EKO SUGENG HARAFI H ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DOMESTIK PT. CIPTA TERAS ADI BUSANA, JAKARTA UTARA Oleh EKO SUGENG HARAFI H24103082 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian telah terbukti sebagai sektor yang mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Dimana sebagai negara agraris, memiliki letak geografis serta iklim yang sangat mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 42 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A.14102695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci