Berdasarkan hasil analisis dengan Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM) dan Operating Profit Margin (OPM) serta menggunakan RCA(Reveal Co
|
|
- Indra Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PERHITUNGAN TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY UNTUK MENGETAHUI DAYA SAING EKSPOR INDUSTRI BATUBARA DALAM ERA PERSAINGAN AFTA Siti Asyiyah Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma 2011 ABSTRACT Indonesia's coal industry continues to show increased growth. Its production has increased sharply. Ability to penetrate export markets and domestic consumption continues to grow. China is one of Indonesia's competitors in the export of coal. This study aims to determine how big the Total Factor Productivity of Indonesian coal industry compared to China's coal industry in the face of AFTA. This study used a descriptive tool in explaining the ability of Indonesia and China face global competition in the era AFTA.Sampel consists of five coal companies who represent Indonesia in this 2010.Penelitian use analysis tools as measured by the Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM) and Operating Profit Margin (OPM) and use the RCA analysis tools (Reveal Comparative Advantage) to measure the competitiveness of a commodity. Based on the results, with Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM) and Operating Profit Margin (OPM) and using the RCA (Reveal Comparative Advantage) was Indonesia's coal industry has a comparative advantage rather than China. Keywords: Total Factor Productivity, competitiveness, RCA ABSTRAK Industri batubara Indonesia memperlihatkan pertumbuhan yang terus meningkat. Produksinya mengalami peningkatan yang tajam. Kemampuan menembus pasar ekspor maupun memenuhi kebutuhan dalam negeri terus bertambah. China adalah salah satu pesaing Indonesia dalam ekspor batubara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar Total Factor Productivity industri batubara Indonesia dibandingkan dengan industri batubara China dalam menghadapi AFTA. Penelitian ini menggunakan alat deskriptif dalam menjelaskan kemampuan Indonesia dan China menghadapi persaingan global dalam era AFTA.Sampel terdiri dari 5 perusahaan batubara yang mewakili Indonesia pada tahun 2010.Penelitian ini menggunakan alat analisis yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM) dan Operating Profit Margin (OPM) serta menggunakan alat analisis RCA ( Reveal Comparative Advantage) untuk mengukur daya saing suatu komoditas. 1
2 Berdasarkan hasil analisis dengan Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM) dan Operating Profit Margin (OPM) serta menggunakan RCA(Reveal Comparative Advantage) ternyata industri batubara Indonesia memiliki keunggulan komparatif daripada China. Kata Kunci : Total Factor Productivity,daya saing,rca PENDAHULUAN Globalisasi telah membuat transaksi ekonomi kian bersifat transnasional, sehingga optimalisasi dan alokasi sumber daya tidak selalu dikaitkan dengan batas negara. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti negara dilarang menerapkan kebijakan industri (industrial policy) untuk melindungi kepentingan sektoral dan strategis nasionalnya sepanjang memang dialokasikan untuk meningkatkan daya saing dan kesejahteraan rakyatnya serta diterapkan dalam kebijakan persaingan (competition policy) yang mengutamakan efisiensi, inovasi, dan produktivitas. Kebutuhan akan energi dunia yang semakin besar seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini, yang mana salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda industrialisasi terus dapat berjalan adalah ketersediaan bahan bakar untuk menggerakkan mesin-mesin yang terus berputar setiap saat. Oleh sebab itulah untuk mengatasi permasalahan ini, negara-negara didunia berusaha untuk memenuhi pasokan energi dalam negerinya agar industrinya dapat terus berjalan dan tetap bisa mendatangkan devisa bagi negara tersebut. Sementara itu, sumbangan industri tambang batubara terhadap perekonomian negara diperkirakan terus meningkat. Selain itu, Indonesia juga harus memiliki potensi besar dalam mengekspor komoditas yang berhubungan dengan pemenuhan energi alternatif karena memiliki berbagai sumber daya alam yang melimpah. Peningkatan kemampuan ekspor merupakan tantangan terbesar pemerintah Indonesia saat ini. Hal tersebut harus dicapai dengan peningkatan daya saing komoditas ekspor Indonesia di pasar dunia. Batubara Indonesia mempunyai peluang yang baik dipasaran ekspor, karena batubara Indonesia selain mempunyai nilai kalori yang tinggi kcal/kg, juga kandungan abu dan belerang rendah. Peluang tersebut semakin besar, karena didukung oleh besarnya cadangan batubara yang ada di Indonesia disamping dukungan pemerintah yang sedang menggalakkan ekspor komoditi non migas Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar nilai Total Factor Productivity industri batubara yang diwakili dengan beberapa perusahaan batubara di Indonesia dengan perhitungan net profit margin, gross profit margin, dan operating profit margin dalam kemampuannya untuk bertahan dalam situasi AFTA? 2
3 2. Bagaimana keadaan daya saing ekspor industri batubara di Indonesia di banding dengan China sebagai salah satu kompetitor di Asia? 1.2. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan perumusan masalah tersebut di atas, penulisan ilmiah ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui seberapa besar nilai Total Factor Productivity industri batubara yang diwakili dengan beberapa perusahaan batubara di Indonesia dengan perhitungan net profit margin, gross profit margin, dan operating profit margin dalam kemampuannya untuk bertahan dalam situasi AFTA. 2. Untuk mengetahui keadaan daya saing ekspor industri batubara di Indonesia di banding dengan China sebagai salah satu kompetitor di Asia. LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian ASEAN Free Trade Area (AFTA) AFTA dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun Awalnya AFTA ditargetkan akan dicapai dalam waktu 15 tahun ( ), kemudian target dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah sebuah perjanjian perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN, melalui skema CEPT-AFTA. ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi jutaan penduduknya.( Tujuan ASEAN Free Trade Area (AFTA) Tujuan AFTA adalah meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia, untuk menarik investasi dan meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN ( Tujuan dari AFTA lainnya : menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global. menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI). meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (intra-asean Trade). 2.3 Manfaat ASEAN Free Trade Area (AFTA) Beberapa manfaat AFTA bagi Indonesia adalah sebagai berikut: 3
4 a) Peluang pasar yang lebih luas. Praktis tercatat jumlah pasar potensial sebesar 500 juta jiwa dengan pendapatan beragam menjadi potensi yang cukup besar bagi pengembangan perekonomian Indonesia. b) Biaya produksi dan pemasaran yang semakin rendah. Terjadi integrasi antarnegara ASEAN dalam menyediakan bahan baku dan bahan pendukung kegiatan produksi. c) Pilihan konsumen akan produk bermutu akan lebih beragam di pasar domestik. d) Kerjasama antar pelaku bisnis di negara-negara anggota AFTA akan semakin terbuka lebar. 2.4 Tantangan Indonesia Terhadap Ekspor Batubara Isu yang lebih penting bagi industri tambang batubara justru adalah isu tambang ramah lingkungan (green mining). Isu tersebut saat ini menjadi wacana global mengingat kesadaran akan perubahan iklim semakin menguat di Indonesia bahkan di banyak negara di dunia. Terutama sejak selesainya Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim United Nations Convention Framework on Climate Change (UNFCCC) yang diadakan di Bali pada akhir Di harapkan dengan penerapan tambang ramah lingkungan, keberadaan dan pertumbuhan sektor tambang batubara di dalam negeri akan terus berlanjut. 2.5 Keterkaitan Daya Saing Total Factor Produktivity dengan Daya Saing Tingkat daya saing suatu negara di kancah perdagangan internasional, pada dasarnya amat ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor keunggulan komparatif (comparative advantage) dan faktor keunggulan kompetitif (competitive advantage). Lebih lanjut, faktor keunggulan komparatif dapat dianggap sebagai faktor yang bersifat alamiah dan faktor keunggulan kempetitif dianggap sebgai faktor yang bersifat acquired atau dapat dikembangkan/diciptakan (Tambunan, 2001: 48-50). Menurut Thoso Priharnowo (2010) Total Factor Produktivity adalah suatu angka yang menunjukkan kemampuan suatu jenis industry atau perusahaan dalam menghasilkan output dengan menggunakan seluruh pengeluaran atau input. Michael Porter secara tegas menyatakan produktivitas merupakan akar penentu tingkat daya saing baik pada level individu, perusahaan, industri maupun pada level negara. Produktivitas sendiri merupakan sumber standar hidup dan sumber pendapatan individual maupun perkapita. Sedangkan daya saing sendiri pada dasarnya adalah kemampuan untuk menciptakan suatu tingkat kemakmuran. Revealed Comparatif Advantage (RCA) atau keunggulan komparatif yang terungkap, merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif di suatu wilayah (negara, propinsi dan lain-lain) yang cukup sering digunakan. 4
5 METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan purposive sampling, dimana populasi penelitian ini harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut : a) perusahaan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia b) menyediakan laporan keuangan khususnya laporan laba rugi per 31 Desember 2009 dan per 31 Desember 2010 c) perusahaan tersebut mendapatkan laba dan merupakan beberapa perusahaan terbesar di Indonesia berdasarkan kajian Departemen ESDM (dalam ICRA Indonesia Rating Feature, Januari 2011) Berikut ini perusahaan yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut: Tabel 3.1. Daftar Perusahaan No Nama Perusahaan 1 PT. Adaro Energy Tbk 2 PT. Bumi Resources Tbk 3 PT. Perdana Karya Perkasa Tbk 4 PT. Resource Alam Indonesia Tbk 5 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 3.2 Alat Analisis yang Digunakan Alat analisis dalam penelitian ini, penulis menggunakan perhitungan net profit margin, operating profit margin,gross profit margin dan rasio perbandingan RCA. Dengan rumus : 1. Gross Profit Margin (GPM) Rumus : Gross Profit Margin = Sales-Cost of Goods Sold x 100% Sales 2. Operating Profit Margin (OPM) Rumus : Operating Profit Margin = Operating profit x 100% Sales 3. Net Profit Margin (NPM) Rumus : Net Profit Margin = Net profit after taxes x 100% Sales Pengukuran daya saing suatu komoditas, menggunakan Reveal Comparative Advantage (RCA), rumusnya sebagai berikut: Rasio Perbandingan RCA : X batubara X total x 100% 5
6 Keterangan : X batubara : Jumlah ekspor batubara X total :Jumlah total ekspor dari suatu negara HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil perhitungan, maka dapat di diskripsikan sebagai berikut : Tabel 4.1 Data GPM, OPM, dan NPM Perusahaan GPM OPM NPM PT. Adaro Energy Tbk PT. Bumi Resources Tbk PT. Perdana Karya Perkasa Tbk % 37.1% 36.8% 27.4% 16.2% 8.9% 15.1% 23.3% 17.4% 25.1% 5.1% 7.1% 21.5% 20.8% 11.9% 9.5% 5.6% 2.7% PT. Resource Alam Indonesia 35.1% 49.1% 11% 22.7% 7.8% 17.1% PT. Batubara 54.1% 46.1% 39.6% 29.1% 30.4% 25.3% Bukit Asam Sumber : data yang diolah Dari hasil perhitungan dan rincian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan perusahaan-perusahaan batubara yang ada di Indonesia mengalami fluktuasi. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit margin yang cukup baik di era persaingan bebas sehingga mampu bertahan di era persaingan bebas AFTA. Dari daftar perusahaan tersebut perusahaan yang mampu untuk bersaing dalam era AFTA adalah PT. Resources Alam Indonesia, Tbk karena memiliki profit 6
7 margin yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan batubara yang ada, sehingga memberikan kontribusi terbesar dalam ekspor batubara Indonesia. 4.1 Analisis Daya Saing Ekspor Industri Batubara Indonesia dengan China Dasar pemikiran dari pemakaian profit (nilai atau laju pertumbuhannya ratarata per tahun) sebagai salah satu indikator daya saing perusahaan adalah perusahaan yang setiap tahun bisa mendapatkan keuntungan atau yang keuntungannya setiap tahun bisa meningkat adalah perusahaan yang berdaya saing. Dalam menilai kinerja perusahaan batubara di Indonesia, perolehan laba umum digunakan sebagai salah satu indikator kinerja perusahaan batubara. Perusahaan Tabel 4.2. Peningkatan Margin Kontribusi Margin dalam Persaingan Ekspor Peningkatan Margin PT. Adaro Energy Tbk 16.2% 8.9% - 7.3% PT. Bumi Resources Tbk PT. Perdana Karya Perkasa Tbk PT. Resource Alam Indonesia Tbk PT. Batubara Bukit Asam Tbk 5.1% 7.1% 2 % 5.6% 2.7% % 7.8% 17.1% 9.3 % 30.4% 25.3% % Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa PT. Bumi Resources Tbk dan PT. Resource Alam Indonesia Tbk mengalami peningkatan margin. Hal ini disebabkan dari adanya peningkatan jumlah volume penjualan yang meningkat dari tahun 2009 ke tahun Dengan adanya peningkatan volume penjualan dari perusahaan tersebut akan berpengaruh pada total factor productivity negara dalam perolehan pendapatan. Dengan adanya peningkatan volume penjualan mengindikasikan bahwa batubara Indonesia mampu bersaing dengan batubara di luar negeri. 7
8 Untuk mengukur daya saing industri batubara dengan menggunakan rumus sebagai berikut : RCA = X batubara X total x 100% Ket : RCA = Revealed Comparative Advantage (keunggulan komparatif) X batubara = Ekspor batubara Indonesia ( nilai ) X total = Ekspor total Indonesia ( nilai ) 4.2. Perhitungan RCA Antara Indonesia dengan China Tahun 2010 Tabel 4.3. (dalam US $) Negara Total Ekspor Total Ekspor Batubara Indonesia ,5 China Sumber : Keterangan : Indonesia harga batubara US$ 127,05 per ton dengan total ekspor sebesar ,11 ton. Menganalisis daya saing ekspor Indonesia (RCA) 1) Indonesia Tahun 2010 : ,5 x 100% = 12,9%
9 Jadi, persentase daya saing ekspor batubara Indonesia tahun 2010 adalah 12,9% dari keseluruhan ekspor Indonesia. 2) China Tahun 2010 : x 100% = 0,12% Jadi, persentase daya saing ekspor batubara China tahun 2010 adalah 0,12% dari keseluruhan ekspor China. Maka dari perhitungan di atas dapat disimpulkan dengan rincian di bawah ini : Data Persentase Perhitungan RCA Antara Indonesia dengan China Tahun 2010 Tabel Data Persentase Perhitungan RCA Indonesia-China Negara Reveal Comparative Advantage (RCA) Indonesia 12,9% China 0,12% Sumber : data yang diolah Dapat dilihat dari tabel 4.11 bahwa perhitungan RCA negara Indonesia lebih besar dibandingkan dengan China, yaitu sebesar 12,9% untuk Indonesia dan 0,12% untuk negara China. Oleh sebab itu, Negara Indonesia memiliki keunggulan komperatif karena indeks RCA nya lebih besar dari 1. Sedangkan negara China memiliki indeks RCA kurang dari satu, sehingga tidak memiliki keunggulan komperatif. Sebenarnya produksi batubara di negara China lebih besar daripada negara Indonesia tetapi kebutuhan konsumsi batubara negara China lebih besar dibandingkan dengan negara Indonesia karena negara China sedang menggunakan energi batubara dalam industrialisasi yang semakin maju. Selain itu, Indonesia memiliki keunggulan komperatif yang lebih besar dalam industri batubara karena ditunjang oleh produksi dan cadangan batubara yang besar, serta adanya penggalakan ekspor batubara oleh pemerintah Keterkaitan Total Factor Productivity dengan Daya saing Keterkaitan total factor productivity industri batubara di Indonesia, dapat diketahui bahwa PT. Resources Alam Indonesia, Tbk memiliki profit margin yang paling besar dan memilliki Total Factor Productivity yang baik. Produktivitas merupakan akar penentu tingkat daya saing suatu negara. Daya saing suatu negara dapat dilihat dari kemampuan negara dalam mengekspor suatu komoditas (Menurut Didik Prihadi Sambodo, 2010). Suatu negara dapat dikatakan mempunyai keunggulan komperatif jika mampu mengekspor suatu komoditas dalam 9
10 jumlah yang besar sesuai dengan keunggulan yang dimiliki oleh negara tersebut, sehingga mampu memenuhi sebagian besar konsumsi dunia dalam batubara. Berdasarkan perhitungan RCA antara Indonesia dengan China dan UU No 4 Tahun 2009 dapat disimpulkan bahwa RCA Indonesia lebih besar daripada China maka hal ini menunjukkan bahwa industri batubara Indonesia merupakan salah satu produk yang berdaya saing. Hal tersebut dapat dilihat dari profitabilitas perusahaan yang mengalami peningkatan. Kenaikan margin tersebut didasarkan pada volume penjualan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. KESIMPULAN Kesimpulan 1. Dari 5 perusahaan batubara yang dianalisis untuk mewakili perhitungan profit margin, operating profit margin, dan net profit margin (kemampuan menghasilkan laba) pada tahun 2010 industri batubara maka PT. Resource Alam Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan yang mampu mewakili Indonesia dalam persaingan ekspor batubara di kawasan Asia Tenggara dalam menghadapi AFTA. PT. Resource Alam Indonesia Tbk memiliki total factory productivity yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan perusahaan memperoleh peningkatan profit margin dari tahun 2009 hingga 2010 sebesar 9,3%. 2. Dari perhitungan Reveal Comparative Advantage (RCA) yang digunakan untuk menentukan persaingan di Industri batubara antara kedua negara yaitu Indonesia dan China ternyata Indonesia yang lebih unggul menghadapi daya saing industri batubara pada tahun Dari perhitungan RCA kedua negara tersebut, Indonesia memiliki keunggulan komperatif yang lebih baik dibandingkan dengan China dengan rasio Reveal Comparative Advantage sebesar 12,9% sedangkan China 0,12%. DAFTAR PUSTAKA Dea, Marsuki Analisis Perekonomian Nasional dan Internasional. Mitra Wacana Media, Edisi 2 : Jakarta Halim, Kamarullah Indonesia dan Globalisasi Ekonomi. Dharmapena Publishing, cetakan 1. Hamdy, Hady Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia Kuncoro, Mudrajad Mendongkrak Daya Saing. Jakarta. Miranti, Ermina. Economic Review. No 214. Desember Porter, E. Michael Competitive Advantage of Nations. United Kingdom. The Macmillan Press Ltd: Hampshire Ratya Anindita & Michael R. Reed Bisnis dan Perdagangan Internasional, Penerbit Andi: Yogyakarta. Tambunan, T. H. Tulus Industrialisasi Di Negara sedang Berkembang: kasus Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia 10
11 World Coal Institute World Trade Organization
I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Kutznets dalam Todaro dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus
Lebih terperinci2 I. Pendahuluan Dalam era globalisasi sekarang ini, perdagangan internasional merupakan mata rantai yang saling berkaitan satu sama lainnya. Dengan b
1 DAYA SAING MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN ANALISIS TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY PADA PERUSAHAAN PLANTATION DALAM MENGHADAPI AFTA (BERORIENTASI DI ASIA TENGGARA) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan
III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keyakinan bahwa ekonomi global akan pulih dan industri manufaktur akan membaik membuat investor berspekulasi akan naiknya kebutuhan komoditas yang otomatis mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan dan berkembang serta mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perusahaan harus bersaing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,
Lebih terperinciBAB 7 PERDAGANGAN BEBAS
BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batubara menempati posisi strategis dalam perekonomian nasional. Penambangan batubara memiliki peran yang besar sebagai sumber penerimaan negara, sumber energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciJl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,
ANALISIS TINGKAT DAYA SAING KARET INDONESIA Riezki Rakhmadina 1), Tavi Supriana ), dan Satia Negara Lubis 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU ) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciVIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang
VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan
Lebih terperinciTabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi merupakan suatu era dimana kalangan dunia usaha dituntut untuk lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan suatu era dimana kalangan dunia usaha dituntut untuk lebih efektif dalam menjalankan usahanya. Hal ini dikarenakan tidak ada lagi batasan-batasan
Lebih terperinciBAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE
BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu industri yang berkembang cukup pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia mencapai 2.581
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Indonesia mulai memanfaatkan hutan secara ekonomis pada awal tahun 1970-an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun 2013 dalam menghadapi
Lebih terperinci2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara dengan sumberdaya yang begitu melimpah ternyata belum mampu dikelola untuk menghasilkan kemakmuran yang adil dan merata bagi rakyat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. khususnya yang dihasilkan dari industri agro perlu dianalisis, dipahami
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin liberalnya perdagangan dunia akan menuntut peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar global. Kemampuan bersaing produk Indonesia khususnya yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi luar negeri. Apalagi bila negara tersebut semakin terbuka, keterbukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi global
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi global yang masih diwarnai krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Kawasan Eropa.
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 Bismillahirrohmanirrahim Yth. Ketua Umum INAplas Yth. Para pembicara
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri dan keterbukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Master Plan Latar belakang Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin secara garis besar adalah Dalam rangka mewujudkan Visi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 ini, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yaitu ASEAN Free Trade
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan ASEAN, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sejak 1980 sampai dengan 2012 (dihitung dengan persentase
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Proses tersebut adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia, yang
Lebih terperinciS U T A R T O NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen industri
PENGEMBANGAN MODEL KEBIJAKAN SEKTOR INDUSTRI KOMPONEN ELEKTRONIKA (KBLI 321) DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM TESIS Karya Tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut
Lebih terperinciINSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI
MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokal dan sisanya merupakan perusahaan penanaman modal asing.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan kondisi perekonomian dunia yang semakin cepat dan fluktuatif menuntut dunia usaha untuk terus selalu mengikuti perubahanperubahan yang ada. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan di dalam persaingan bisnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis di semua perusahaan. Salah satu tujuan utama didirikannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri jasa konstruksi memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional mengingat industri jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain bertujuan untuk mempercepat dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, hal ini diwujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan penting terhadap pembangunan perekonomian suatu negara. Struktur perekonomian suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai teori pembangunan ekonomi, mulai dari teori ekonomi klasik (Adam Smith, Robert Malthus dan David Ricardo) sampai dengan teori ekonomi modern (W.W. Rostow dan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pupuk urea termasuk dalam lapangan usaha sektor industri pengolahan non migas. Pada tahun 2014 industri pengolahan non migas memberikan kontribusi sebesar 21 % pada
Lebih terperinciDampak Krisis Ekonomi Global Tahun 2008 Terhadap Ekspor Batubara di Indonesia (Studi Literatur di Negara Kawasan Asia Timur)
Dampak Krisis Ekonomi Global Tahun 2008 Terhadap Ekspor Batubara di Indonesia (Studi Literatur di Negara Kawasan Asia Timur) Sugiarti Sugiarti676@ymil.com Sri Rahayu Budiani srbudiani@yahoo.com Batubara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini telah terjadi disetiap negara melakukan perdagangan secara bebas, sehingga tingkat persaingan di berbagai sektor perdagangan semakin tinggi.
Lebih terperinciANALISIS PROYEKSI EKSPOR PRODUK UTAMA KE NEGARA MITRA DAGANG UTAMA INDONESIA
ANALISIS PROYEKSI EKSPOR PRODUK UTAMA KE NEGARA MITRA DAGANG UTAMA INDONESIA Vicky Louisa Marlan Alamat Email :Vicky.louisa@yahoo.com Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Abstraction
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Competitiveness Index Sejak tahun 2005, daya saing Indonesia telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia menduduki peringkat ke 44 dari 139 negara pada Global Competitiveness Index 2011. Sejak tahun 2005, daya saing Indonesia telah berkembang dalam
Lebih terperinciMATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI
MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. berbagai cara atau inovasi dalam kebutuhan konsumen agar bisa meraih pangsa
16 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini menyebabkan semakin pesatnya persaingan di berbagai sektor industri serta keinginan konsumen terhadap kebutuhan produk yang memiliki kuantitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat untuk perusahaan. Bagi seorang manajer keuangan, salah satu tugasnya adalah mengambil keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia, selain dua sektor lainnya, yaitu sektor pertanian dan sektor jasa. Seiring dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan
Lebih terperinci4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia
Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami peningkatan dalam berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2012 sebesar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT DAYA SAING EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA ANALYSIS COMPETITIVENES LEVEL EXPORT FRUIT INDONESIA
AGRISE Volume IX No. 1 Bulan Januari 2009 ISSN: 1412-1425 ANALISIS TINGKAT DAYA SAING EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA ANALYSIS COMPETITIVENES LEVEL EXPORT FRUIT INDONESIA Nuhfil Hanani 1, Rachman Hartono
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara negara di dunia bertujuan mensejahterakan penduduknya, begitu juga di Indonesia pemerintah telah berusaha maksimal agar dapat mensejahterakan penduduk.
Lebih terperinciC. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages
B. Rumusan Masalah Bagaimana peran pemerintah India dalam mendorong peningkatan daya saing global industri otomotif domestik? C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages Penelitian ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ukuran pasar dalam sektor industri tertentu mengindikasikan potensi pasar dan tingkat kompetisi dalam industri tersebut. Jika pertumbuhan ukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Semakin terglobalisasi perekonomian menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat, tidak hanya dalam suatu negara tetapi juga pada perusahaan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)
Lebih terperinci