I. PENDAHULUAN. khususnya yang dihasilkan dari industri agro perlu dianalisis, dipahami
|
|
- Ratna Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin liberalnya perdagangan dunia akan menuntut peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar global. Kemampuan bersaing produk Indonesia khususnya yang dihasilkan dari industri agro perlu dianalisis, dipahami keterkaitannya dengan sektor hulu dan hilir serta perlu dirumuskan sumbersumber pertumbuhan dengan melakukan komparasi terhadap industri agro negaranegara lain. Krugman dan Obstfeld (2006), menyampaikan bahwa kemakmuran nasional dapat diperoleh melalui perdagangan internasional yang memberi manfaat saling menguntungkan bagi pihak-pihak yang menjual dan membeli. Melalui perdagangan akan dihasilkan surplus produsen dan konsumen. Produsen akan mendapat kesempatan menjual produk yang dihasilkannya ke lebih banyak konsumen. Demikian juga konsumen bisa menikmati berbagai produk yang tidak dihasilkannya. Berbeda dengan Krugman dan Obstfeld (2006), Adams et al. (2004) menegaskan bahwa keunggulan komparatif mungkin saja merupakan inti dari teori perdagangan dan spesialisasi, tetapi tidak selalu berhubungan erat dengan diskusi mengenai daya saing yang terjadi di dunia nyata. Contoh nyata adalah fenomena mengapa China lebih kompetitif dibandingkan dengan negara pengekspor di Asia Timur lainnya? mengapa produk-produk China sangat kompetitif di pasar dunia?.
2 2 Menurut Porter (1990) kemakmuran suatu negara haruslah diusahakan. Porter (1990) juga menegaskan bahwa kemakmuran negara bukanlah merupakan sebuah warisan. Kemakmuran tidak tergantung dari melimpahnya sumberdaya alam, tenaga kerja, tingkat suku bunga, ataupun nilai tukar mata uang asing, seperti halnya yang diutarakan kaum ekonom klasik yang mengagungkan pentingnya perdagangan. Daya saing negara tergantung dari kapasitas industri negara tersebut untuk terus berinovasi dan berkembang. Oleh karena itu meskipun diyakini memberi banyak manfaat, sebagian orang berpandangan skeptis tentang manfaat yang bisa didapatkan melalui perdagangan, khususnya perdagangan internasional. Perdagangan internasional juga membuat khawatir produsen dalam negeri atas keberadaan pasar dari barang yang diproduksinya, oleh karena itu sejak jaman klasik sampai sekarang masih saja ada kesangsian, tidakkah lebih baik kalau penduduk dari negara tertentu membeli produk yang dihasilkan negaranya sendiri karena akan menciptakan lapangan kerja. Perdagangan internasional yang mendorong terjadinya globalisasi ditandai dengan semakin berkembangnya sistem inovasi teknologi informasi, perdagangan, reformasi politik, transnasionalisasi sistem keuangan dan investasi. Indonesia mengikuti arus perdagangan bebas internasional dengan menandatangani General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang menghasilkan pembentukan World Trade Organization (WTO) dan deklarasi Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) tentang sistem perdagangan bebas dan investasi yang berlaku penuh pada tahun 2010 untuk negara maju dan tahun 2020 bagi negara berkembang. Tak kalah pentingnya, Indonesia bersama-sama negara di lingkungan ASEAN lainnya
3 3 telah sepakat membentuk perdagangan bebas ASEAN, yaitu ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang sudah mulai diberlakukan pada tahun Melalui berbagai kesepakatan internasional tersebut, sudah tentu mau tidak mau akan tercipta persaingan yang semakin ketat, baik dalam perdagangan internasional maupun dalam upaya menarik investasi multinasional. Pertanyaan besar yang muncul kemudian adalah mampukah Indonesia memanfaatkan keterbukaan pasar internasional dan bersaing di pasar global?. Kalau tidak mampu, maka Indonesia hanya akan dimanfaatkan sebagai pasar produk dunia. Ekspor produk Indonesia ke pasar internasional, khususnya produk pertanian masih banyak bersifat produk tradisional dalam bentuk bahan baku (raw material). Pelaku usaha agribisnis Indonesia dalam pasar internasional pasti akan menghadapi pembeli besar berupa importir atau industri pengolahan lanjutan. Posisi semacam ini cenderung menempatkan Indonesia pada posisi yang lemah, karena besarnya volume pembelian yang dilakukan oleh pasar industri dan sedikitnya jumlah pembeli. Kelemahan ini semakin menumpuk karena adanya kecenderungan atas homogenitas produk yang kita hasilkan dengan produk yang dihasilkan oleh negara lain. Posisi Indonesia dalam kesepakatan perdagangan bebas dunia untuk produk pertanian relatif kurang menguntungkan. Liberalisasi perdagangan produk pertanian relatif berjalan lebih lambat karena negara-negara maju cenderung bersikap konservatif untuk melindungi kepentingan petani di negaranya. Era perdagangan bebas membuat perlindungan pada produk pertanian semakin sulit dilakukan. Seiring dengan semakin liberalnya perdagangan produk pertanian, Indonesia harus meningkatkan kemampuan bersaingnya di pasar global. Pasar
4 4 global bisa bermakna pasar internasional di negara lain dan pasar dalam negeri yang sudah semakin dipenuhi dengan produk impor. Melihat kondisi perekonomian Indonesia khususnya pada sektor pertanian, dikhwatirkan dampak globalisasi akan memberi dampak negatif bagi Indonesia, terutama kalau Indonesia tidak mampu menjadi pemasok bagi kebutuhan produkproduk vital seperti pangan. Indonesia harus mampu meningkatkan produksi pertaniannya dengan lebih efisien dan mutu yang lebih baik. Dalam publikasi The Global Competitiveness Report yang diterbitkan oleh World Economic Forum pada tahun 2007, menunjukkan bagaimana daya saing Indonesia dalam persaingan global. Pada tahun 2007 peringkat daya saing Indonesia berdasarkan Growth Competitiveness Index berada di urutan ke 54 dari 131 negara. Prestasi Indonesia di 2007 tersebut relatif tidak mengalami kemajuan dibandingkan prestasi tahun 2006 yang berada di urutan 50 dari 125 negara. Peringkat Indonesia pada 2006 merupakan lompatan besar karena pada 2005 berada di peringkat 69 dari 117 negara. Dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya, peringkat Competitiveness Indonesia relatif masih rendah. Singapura ada di urutan ke-7, Malaysia di urutan ke-21 dan Thailand di urutan ke-28. Rendahnya peringkat daya saing perekonomian Indonesia merupakan sinyal atas perlunya dilakukan upaya-upaya peningkatan daya saing, terutama pada sektor yang potensial dan memiliki kontribusi penting terhadap perekonomian nasional. Berdasarkan laporan World Bank (2007) mengenai Agriculture for Development, pertanian mempunyai peran penting sebagai dasar untuk pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Untuk mengembangkan
5 5 pertanian, beberapa instumen kebijakan pemerintah perlu diimplementasikan seperti: meningkatkan aset rakyat miskin, meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan, dan menciptakan kesempatan di bisnis non-farm pertanian secara umum. Pertanian dapat menjadi sumber pertumbuhan perekonomian nasional dan menjadi pendorong utama dari industri berbasis pertanian atau industri agro. Peningkatan daya saing, khususnya pada sektor industri agro perlu mendapat perhatian karena punya potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Ketersediaan pasokan bahan baku, tenaga kerja dan teknologi yang relatif melimpah semestinya bisa dikembangkan lebih jauh. Dalam kaitan tersebut perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing, mengukur daya saing dan merumuskan langkah-langkah dalam rangka meningkatkan daya saing industri agro Indonesia. Selain itu perlu juga dilakukan studi komparasi dengan negara-negara yang memiliki pembangunan industri agro relatif lebih maju dari Indonesia, sehingga nantinya dapat ditemukan langkahlangkah untuk memajukan industri agro sebagai bagian dari upaya peningkatan perekonomian Indonesia Perumusan Masalah Indonesia sebagai negara berkembang telah merumuskan strategi pengembangan industri sejak akhir 1960-an. Pada tahap awal era industrialisasi, Indonesia menggalakan industri yang mampu mengganti produk impor untuk menstimulasi industri manufaktur. Selanjutnya pada pertengahan tahun 80-an, pemerintah melakukan upaya untuk meningkatkan daya saing produk manufaktur di dunia internasional. Berbagai langkah terus dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan daya saing industri manufaktur Indonesia, meskipun hasilnya
6 6 belum memadai. Terperosoknya perekonomian dalam krisis 1998 menjadi salah satu indikator kegagalan peningkatan daya saing industri Indonesia. Menurut penelitian yang dilakukan Asia Development Bank (ADB) Institute (2003), daya saing berarti kemampuan perusahaan untuk bersaing. Perusahaan memiliki strategi tersendiri untuk menurunkan biaya, meningkatkan kualitas produk dan mendapatkan jaringan pemasaran. Pentingnya strategi berkompetisi adalah untuk pembelajaran dalam perusahaan, pembangunan keterampilan, dan peningkatan teknologi. Perubahan teknologi yang cepat, jarak ekonomi yang semakin mengecil, bentuk organisasi baru, hubungan yang ketat antara rantai domestik dan kebijakan liberal merupakan tantangan bagi perusahaan di negara berkembang. Beberapa tantangan makroekonomi yang sedang terjadi bermuara pada pemahaman mengenai bagaimana suatu perekonomian negara dikelola. Ada delapan aspek mendasar yang perlu mendapatkan prioritas, yaitu: (1) perumusan kebijakan dengan penekanan pada prioritas stabilitas versus pertumbuhan, (2) penerapan kebijakan yang pro-pasar, (3) penguatan sistem keuangan, (4) pematangan infrastruktur, (5) penajaman orientasi perdagangan luar negeri, (6) penyelenggaraan pemerintahan yang bersih (good governance), (7) penegakan hukum, dan (8) penanganan terpadu masalah tenaga kerja dan otonomi daerah. Pembangunan perekonomian khususnya sektor pertanian bisa dilakukan melalui peningkatan nilai tambah dan kegiatan ekonomi pasca panen seperti industri agro. Pengembangan industri agro sendiri membutuhkan keterpaduan langkah pemerintah dan dunia usaha. Secara empiris pengembangan industri agro akan memberi berbagai manfaat seperti: (1) meningkatkan nilai tambah produk
7 7 yang diterima petani sebagai produsen, (2) meningkatkan kualitas dan produktivitas komoditas unggulan, (3) meningkatkan investasi swasta, (4) meningkatkan peranan lembaga keuangan dalam pembiayaan, dan (5) meningkatkan jumlah pelaku usaha yang bermitra dengan lembaga pertanian. Pengembangan industri agro lebih lanjut membutuhkan peningkatan daya saing di pasar domestik maupun internasional. Daya saing produk Indonesia memang perlu mendapat perhatian, dan secara sistematis harus ditingkatkan sebagai salah satu cara membangun perekonomian Indonesia. Oleh karena itu dalam kaitan ini perlu diketahui ukuran daya saing industri agro Indonesia di pasar internasional sebagai landasan untuk melakukan analisis daya saing dan merumuskan upaya-upaya peningkatan daya saing dalam rangka pembangunan daya saing dan perekonomian nasional. Dalam rangka peningkatan daya saing, Indonesia bisa belajar dari China yang merupakan raksasa ekonomi dunia dengan pertumbuhan ekonomi luar biasa. Saat ini kinerja perekonomian China yang berkembang pesat merupakan fenomena yang spektakular dalam perekonomian dunia. Setelah pintu gerbang ekonominya dibuka, China berhasil menjadi salah satu negara yang memiliki kekuatan ekonomi paling besar dalam tatanan perekonomian dunia. Perkembangan perekonomian China yang sangat pesat saat ini mendapat perhatian seluruh negara di dunia, baik itu sebagai ancaman maupun peluang yang baru. China dianggap sebagai ancaman karena terkenal dengan komoditaskomoditas ekspor yang berkualitas tinggi namun harganya relatif murah. Murahnya produk China tidak hanya karena biaya input (terutama upah tenaga kerja) yang rendah, namun China juga memberlakukan nilai tukar yang tetap
8 8 rendah (undervaluation of Yuan) terhadap mata uang dolar AS sebagaimana yang dituding oleh negara Amerika Serikat. Selain itu, pemberlakuan tax duty juga merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya produk-produk ekspor China. Sebagai negara yang berpenduduk paling besar di dunia, sekitar 1.3 milyar dengan pendapatan per kapita antara US$ (ADB, 2003), maka sudah pasti pasar China memberi daya tarik tersendiri bagi investor dari negara-negara lain. Ditambah lagi dengan pertumbuhan ekonomi yang melaju pesat, yaitu ratarata per tahun antara 8 persen hingga 9 persen, data ini merupakan suatu indikasi tentang adanya potensi pasar di China yang akan terus berkembang di masa mendatang. China juga menyadari bahwa kerjasama dengan negara-negara ASEAN merupakan suatu terobosan penting yang dapat mendorong pertumbuhan ekonominya lebih tinggi lagi di masa mendatang, yang diwujudkan dalam bentuk kesepakatan untuk membentuk Free Trade Area (FTA) ASEAN China. Seandainya kerjasama ekonomi ini direalisasikan, pasti akan menjadikan blok perdagangan bebas terbesar di dunia karena melibatkan hampir dua miliar penduduk dengan kombinasi GDP lebih dari US $ 2 triliun. Menurut hasil studi ASEAN China Working Group on Economic Cooperation (2001), FTA ASEAN China diperkirakan dapat memberi keuntungan bagi kedua belah pihak. Ekspor ASEAN ke China akan meningkat sebesar 48 persen dan ekspor China ke ASEAN akan meningkat 55.1 persen. GDP riil ASEAN diperkirakan bertambah sebesar US$5.4 miliar (0.9 persen) dan GDP riil China akan meningkat sebesar US$ 2.2 miliar (0.3 persen). Kenaikan GDP
9 9 anggota ASEAN terbesar akan dinikmati oleh Vietnam (2.15 persen), sedangkan Indonesia (1.12 persen) sedikit lebih rendah dari Malaysia (1.17 persen). Selain menggunakan China sebagai benchmarking (pembanding dan referensi) dalam peningkatan daya saing, Indonesia bisa juga berkaca pada Thailand. Pada saat krisis ekonomi melanda negara-negara ASEAN, maka Thailand dan Indonesia merupakan dua negara yang sama-sama paling parah mengalami krisis. Pada periode tersebut, perekonomian Thailand menurun tajam hingga -11 persen, sedangkan Indonesia mencapai -13 persen. Pemulihan ekonomi terasa lebih cepat di negara Thailand dibandingkan Indonesia. Sampai pada tahun 2003 misalkan, pertumbuhan ekonomi Thailand telah kembali normal mencapai 7 persen, sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat lambat, yaitu hanya 3 persen untuk tahun yang sama (ADB, 2003). Bahkan diperkirakan sampai dengan tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan sebesar 6-7 persen per tahun, ini berarti Indonesia harus menunggu 10 hingga 11 tahun lagi semenjak masa krisis agar laju pertumbuhan ekonominya dapat menyamai Thailand di tahun Dari kemampuan Thailand yang dapat memulihkan kondisi perekonomiannya dengan lebih cepat, maka tidaklah berkelebihan jika Indonesia mempelajari pengalaman Thailand sehingga proses pemulihan ekonominya berlangsung cepat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun pada saat mencetuskan triple track strategy juga merujuk pada negara Thailand yang telah lebih dahulu mengeluarkan dual track strategy yang juga dikenal sebagai Thaksinomic.
10 10 Melihat berbagai kondisi aktual yang telah diuraikan di atas, maka sudah sepantasnya dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi, khususnya untuk komoditas industri agro, Indonesia perlu merujuk kepada China yang begitu cepat dapat menempatkan dirinya sebagai salah satu super power perekonomian dunia saat ini dan Thailand yang mampu memulihkan perekonomian dengan cepat. Selain latar belakang pemikiran tersebut di atas, pada penelitian ini komparasi daya saing industri agro Indonesia dengan negara Thailand dan China juga karena pertimbangan Thailand bisa merepresentasikan kekuatan industri agro di antara negara-negara ASEAN, sementara China merupakan benchmark daya saing industri agro di Asia dan bahkan dunia. Berkaitan dengan hal tersebut maka dapat dirumuskan beberapa masalah diantaranya sebagai berikut: 1. Bagaimana posisi daya saing industri agro Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara lain yang menjadi referensi utama bagi Indonesia, khususnya Thailand dan China? 2. Seberapa jauh keterkaitan sektor industri agro Indonesia dengan perekonomian negara Thailand dan China? 3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi sumber pertumbuhan struktural sektor industri agro di negara-negara Indonesia, Thailand dan China? 1.3. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis posisi daya saing industri agro Indonesia melalui analisis input-output antar negara di Asia, khususnya antara Indonesia, Thailand dan China. Sementara secara lebih spesifik, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
11 11 1. Mengukur perubahan daya saing industri agro Indonesia, Thailand dan China. 2. Menganalisis keterkaitan sektor industri agro Indonesia dengan perekonomian negara Thailand dan China. 3. Menghitung dan menganalisis faktor-faktor pertumbuhan struktural sektor industri agro negara-negara Indonesia, Thailand dan China Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan potret daya saing yang dapat digunakan sebagai parameter untuk menilai kekuatan saing sektor bisnis di Indonesia, dengan aplikasi pada produk industri agro. Selain itu studi ini juga dapat memberikan gambaran mengenai besarnya pengaruh eksternal terhadap perkembangan komoditi industri agro domestik. Ditambah lagi, hasil studi ini mampu menjelaskan faktor-faktor pertumbuhan struktural sektor industri agro. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, kegiatan penelitian ini akan memberi implikasi kebijakan utama berupa rekomendasi peningkatan daya saing sektor industri agro, yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai masukan dalam perumusan kebijakan di bidang perindustrian, pertanian dan perdagangan. Hasil penelitian yang dikemukakan diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berkut: 1. Para pelaku industri agro akan memperoleh gambaran mengenai peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahannya dalam bersaing dengan industri sejenis di China dan Thailand. Dari gambaran tersebut diharapkan muncul pemikiran tentang upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh pelaku bisnis industri agro Indonesia dalam meningkatkan daya saingnya.
12 12 2. Pemerintah akan mendapat masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan industri agro yang lebih efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomis Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup analisis dalam penelitian ini mencakup kinerja daya saing industri agro dan faktor-faktor pembentuknya dengan membandingkan antara Indonesia, Thailand dan China. Adapun industri agro yang digunakan dalam kajian ini adalah agroindustri atau industri berbasis pertanian, yaitu industri yang menggunakan bahan baku produk-produk pertanian. Selain itu metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah model Input-Output antarnegara. Memperhatikan latar belakang dan permasalahan seperti yang telah diuraikan, maka penelitian akan menghadapi beberapa keterbatasan sebagai berikut: (1) karena bersifat lintas sektor dan antar negara, penyajian data kinerja daya saing industri agro Indonesia, Thailand dan China dihitung secara khusus dengan menghadapi sejumlah keterbatasan data, (2) luasnya keterkaitan dengan sektor dan negara lain akan meningkatkan kesulitan merumuskan kebijakan koordinatif yang efektif. Penggunaan model Input-Output sebagai instrumen pengkajian dan analisis juga diduga mengandung banyak asumsi dan keterbatasan yang perlu selalu mendapat perhatian. Agar model Input-Output dapat diterapkan dalam mengukur dampak ekonomi, maka harus diketahui beberapa asumsi yang menyertainya, antara lain: (1) keseluruhan kegiatan ekonomi di suatu negara/daerah dibagi habis ke dalam sektor antar industri dan sektor permintaan akhir, (2) output suatu sektor digunakan baik sebagai input di sektor lain dan
13 13 sektor permintaan akhir maupun input di sektor sendiri, (3) masing-masing sektor hanya memproduksi satu produk yang homogen, agar struktur teknis tiap sektor menjadi lebih mudah untuk dimengerti, (4) harga, permintaan konsumen dan penyediaan faktor adalah ditentukan (given), (5) perbandingan antara output input dan skala (return to scale) bersifat konstan, (6) di dalam sistem produksi, tidak terdapat ekonomi dan dis-ekonomi eksternal, dan (7) kombinasi input diterapkan dalam proporsi yang ditentukan secara ketat, artinya proporsi input senantiasa bersifat linear terhadap outputnya. Asumsi-asumsi yang dikemukakan di atas telah memunculkan beberapa kelemahan (weaknesses) dari model Input-Output (Cooper, 1993): (1) model menganggap tidak ada pembatasan pada supply, (2) fungsi produksi dan konsumsi bersifat linear, pola pengeluaran antar industri tetap, (3) harga relatif antara harga input dan harga output juga berlaku konstan, dan (4) parameter-parameter model yang bersifat konstan mengakibatkan pengukuran dampak ekonomi berlaku linier. Selain itu, oleh karena input-output yang diaplikasikan dalam studi ini bersifat statis menyebabkan berbagai fenomena mengenai perubahan-perubahan perilaku ekonomi yang dinamis tidak dapat direkam dengan baik. Namun demikian, di balik semua keterbatasan tersebut, untuk saat ini hanya model inputoutput antarnegara saja yang mampu mendeskripsikan secara komprehensif mengenai keterkaitan ekonomi antara suatu negara dengan negara lain, baik itu backward linkage maupun forward linkage, sehingga nantinya dapat ditelusuri bagaimana dampak perekonomian domestik di suatu negara terhadap perekonomian negara lain. Semuanya ini dapat dikaji melalui satu kesatuan matriks yang terintegrasi baik itu secara sektoral maupun antarnegara, dimana hal
14 14 ini merupakan salah satu kelebihan dari penggunaan model input-output antarnegara yang tidak ditemukan pada model-model ekonomi lainnya.
1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan
Lebih terperinciTabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam
219 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan 8.1.1. Berdasarkan pengujian, diperoleh hasil bahwa guncangan ekspor nonagro berpengaruh positip pada kinerja makroekonomi Indonesia, dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor
Lebih terperinciVIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang
VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciVI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA
VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA Penurunan daya saing sektor industri agro Indonesia pada tahun 1995-2000, khususnya dibandingkan dengan Thailand dan China, perlu diantisipasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009 di Sektor Industri Manufaktur, Pemerintah Pusat memprioritaskan pengembangan agroindustri. Prioritas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai teori pembangunan ekonomi, mulai dari teori ekonomi klasik (Adam Smith, Robert Malthus dan David Ricardo) sampai dengan teori ekonomi modern (W.W. Rostow dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pesat merupakan tujuan utama dari kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara yang sedang berkembang
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Kutznets dalam Todaro dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan global merupakan masalah besar bagi industri tekstil dan produk tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur. Industri manufaktur dipandang sebagai pendorong atau penggerak perekonomian daerah. Seperti umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa sekarang ini semakin ketat. Hal tersebut akan berdampak pada pelanggan, persaingan usaha dan perubahan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua tantangan besar yang dihadapi lndonesia saat ini, yaitu bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu kita juga harus mencermati globalisasi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini telah terjadi disetiap negara melakukan perdagangan secara bebas, sehingga tingkat persaingan di berbagai sektor perdagangan semakin tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penuh patriotisme, Indonesia berusaha membangun perekonomiannya. Sistem perekonomian Indonesia yang terbuka membuat kondisi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika perekonomian Indonesia telah melewati berbagai proses yang begitu kompleks. Semenjak Indonesia mengecap kemerdekaan melalui perjuangan yang penuh patriotisme,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun negara yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi
Lebih terperinciBAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)
BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN
BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi dapat definisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2008: 5).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di
Lebih terperinciV. DAYA SAING, KETERKAITAN DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI AGRO. Komparasi sektor industri agro Indonesia dengan China dan Thailand
V. DAYA SAING, KETERKAITAN DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI AGRO 5.1. Struktur Industri Agro Komparasi sektor industri agro Indonesia dengan China dan Thailand diawali dengan meneliti persentase
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan dengan mengacu pada hipotesa yang peneliti tentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut: pertama, Kausalitas
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan
III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep daya saing daerah berkembang dari konsep daya saing yang digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak mewarnai pengembangan dan aplikasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Berbagai studi menunjukkan bahwa sub-sektor perkebunan memang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan pembangunan ekonomi domestik
Lebih terperinciASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb
13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan
Lebih terperinci2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai terbentuk ditandai dengan berbagai peristiwa
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang devisa negara yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan indikator makroekonomi yang menjadi target untuk dicapai tahun berjalan. Indikator makroekonomi
Lebih terperinci5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis
5Kebijakan Terpadu Pengembangan Agribisnis Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan kondisi yang makin seimbang. Persentase sumbangan sektor pertanian yang pada awal Pelita I sangat
Lebih terperinciMRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN
BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Implikasi Secara Umum 1. Pengembangan manajemen logistik Manajemen Rantai Pasokan pada hakikatnya pengembangan lebih lanjut dari manajemen logistik, yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukti empiris menunjukkan sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian sebagian besar negara berkembang. Hal ini dilihat dari peran sektor
Lebih terperinciDaya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia
Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses
115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja sebuah sistem klaster agroindustri hasil laut dilakukan dengan berbagai dasar dan harapan dapat dijadikan sebagai perangkat bantuan untuk pengelolaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang hebat, yang berdampak pada semua aktivitas bisnis di sektor riil. Selama dua tiga tahun terakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang semakin pesat di Indonesia membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini menunjukan perubahan
Lebih terperinci