SIMULASI NUMERIK PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA DALAM CAMPURAN BATU BARA-AIR (COAL WATER MIXTURE) TERHADAP KESTABILAN SEMPROTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIMULASI NUMERIK PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA DALAM CAMPURAN BATU BARA-AIR (COAL WATER MIXTURE) TERHADAP KESTABILAN SEMPROTAN"

Transkripsi

1 SIMULASI NUMERIK PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA DALAM CAMPURAN BATU BARA-AIR (COAL WATER MIXTURE) TERHADAP KESTABILAN SEMPROTAN Bambang Sudarmanta, Kadarisman dan Suroto Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS ) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya sudarmanta@me.its.ac.id Abstrak Pemilihan bahan bakar batu bara sebagai bahan bakar alternatif yang dikemas dalam bentuk bahan bakar cair, yaitu campuran batu bara dan air, untuk selanjutnya disebut dengan CWM (Coal Water Mixture) adalah sangat prospektif, baik dari tinjauan kandungan batu bara yang melimpah maupun biaya investasi dalam pemakaiannya menggantikan minyak bumi. Karena CWM mengandung partikel padat batu bara didalam air, maka dalam pemakaiannya perlu dikaji korelasi mengenai komposisi batu bara dalam CWM terhadap stabilitas semprotan yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengaruh penambahan komposisi batu bara dalam campuran batubara-air (Coal Water Mixture) terhadap kestabilan semprotan yang dihasilkan. Kestabilan semprotan dikarakterisasikan oleh parameter semprotan berupa pola pengembangan semprotan, diameter droplet rata-rata, sudut semprotan, kecepatan droplet dan penetrasi semprotan. Penelitian dilakukan secara simulasi numerik menggunakan software aplikasi fluent 6.2. Type injector yang digunakan adalah air assisted spray nozzle dengan tekanan injeksi sebesar 4, 5 dan 6 bar dengan ambient semprotan berupa atmosferik pressure. Variasi komposisi coal water mixture dilakukan dengan cara merubah persentase batu bara dalam coal water mixture, sebesar 40%, 50% 60%. Karakteristik semprotan berupa pola pengembangan semprotan, diameter droplet rata-rata, sudut semprotan, kecepatan droplet dan penetrasi semprotan didapatkan secara numerik menggunakan FLUENT 6.2. Numerical models FLUENT code yang digunakan meliputi mixture, viscous, atomization, dan injection models. Coal water mixture dimodelkan sebagai campuran yang larut sempurna dengan komposisi tertentu dengan interaksi aliran (viscous) selanjutnya dimodelkan sebagai RNG k- turbulent model. Proses injeksi semprotan CWM yang dihasilkan dari injector air assisted spray nozzle dimodelkan sebagai discrete phase model yaitu fase discreet yang mengalir dalam fase kontinyu dengan evolusi semprotan yang dimodelkan mengalami break-up(wave break-up), collision dan coalition sepanjang semprotannya. Hasil simulasi numeric menunjukkan bahwa validasi pemilihan model ditunjukkan bahwa wave break-up dipilih sesuai dengan semprotan dengan kecepatan tinggi yaitu We >100, sedangkan RNG k- turbulent model bekerja lebih baik ketika terjadi kenaikan tekanan yang tinggi dalam aliran. Secara kualitatif dinyatakan bahwa kenaikan tekanan injeksi dapat memperbaiki kestabilan semprotan sampai batas tertentu. Kenaikan tekanan injeksi yang tinggi dapat menimbulkan separasi pada coal water mixture, yaitu berupa pemisahan antara batubara dan air sehingga akan menimbulkan clogging pada tips nozzle. Secara kuantitatif hasil semprotan yang terbaik terjadi pada komposisi coal water mixture 50% dengan tekanan injeksi 5 bar, yaitu yang ditandai dengan semprotan yang stabil dengan diameter butiran semprotan yang kecil. Kata kunci : Coal water mixture, semprotan, fluent,tekanan injeksi, komposisi dan droplet. 1. PENDAHULUAN Perkembangan dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya dihadapkan pada keadaan dimana terdapat tuntutan untuk melaksanakan penghematan pemakaian energi. Energi hidrokarbon berupa minyak bumi masih menjadi tumpuan dan mendominasi diberbagai sektor kehidupan. Keterbatasan cadangan minyak bumi dan kelangkaannya untuk masa mendatang menjadi suatu dorongan untuk mencari cara menghemat pemakaian minyak bumi tersebut atau mencari sumber energi alternatif untuk menggantikan pemakaian dari minyak bumi. Pemilihan bahan bakar batu bara sebagai bahan bakar alternatif yang dikemas dalam bentuk bahan bakar cair, yaitu campuran batu bara dan air, untuk selanjutnya disebut dengan CWM (Coal Water Mixture) adalah sangat prospektif, baik dari tinjauan cadangan batu bara yang melimpah maupun biaya investasi dalam pemakaian CWM menggantikan minyak

2 bumi. Karena CWM mengandung partikel padat batu bara didalam air, maka dalam penyiapan CWM seringkali terjadi pengendapan dari partikel batu bara selama proses penyimpanan didalam tangki sehingga dapat menyulitkan proses aliran selama transportasi. Untuk mengatasi hal tersebut maka dalam proses pencampuran serbuk batu bara dan air ditambahkan aditif Carboxyl Methyl Cellulosa (CMC) untuk mempertahankan homogenitas dan stabilitas campuran. Berangkat dari latar belakang ini, studi mengenai simulasi numerik pengaruh komposisi batubara dalam campuran CWM terhadap kestabilan semprotan perlu dilakukan. Dari tinjauan rheologi fluida diupayakan untuk menjadikan campuran batu bara-air homogen dan stabil serta didukung dengan sistem atomisasi yang baik. Secara spesifik, studi ini bertujuan untuk mendapatkan pengaruh penambahan komposisi batu bara dalam campuran batubara-air (Coal Water Mixture) terhadap kestabilan semprotan yang dihasilkan. Kestabilan semprotan dikarakterisasikan oleh parameter semprotan berupa pola pengembangan semprotan, diameter droplet rata-rata, sudut semprotan, kecepatan droplet dan penetrasi semprotan. 2. TINJAUAN PUSTAKA Shankapal[1] menjelaskan teknologi pencampuran bahan bakar untuk konsumsi sistem pembangkit daya. Bahan bakar campuran yang dipakai sebagai pengganti minyak dan gas merupakan campuran partikel batu bara dengan Light Diesel Oil (LDO), Furnace Oil (FO) dan air dengan penambahan aditif untuk menghasilkan campuran dalam bentuk slurry dan memiliki karakteristik seperti bahan bakar minyak. Penelitian menunjukkan bahwa waktu pembakaran campuran batu bara dengan oil lebih pendek dibandingkan campuran batu bara dengan air. Komaruddin dan Umar [2] mengungkapkan bahwa sifat alir dari CWM dapat dinyatakan secara kualitatif dengan sifat rheologinya. Pengujian rheologi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kestabilan CWM secara kualitatif dengan melihat sifat alirannya melalui viskositas, tegangan geser dan laju regangan. CWM bersifat sebagai fluida non-newtonian (Bingham Plastik) untuk konsentrasi batu bara < 60% : du 1 dy Untuk memudahkan perhitungan laju penguapan dan kualitas atomisasi dari bermacam-macam semprotan digunakan istilah diameter rata-rata yang definisinya bervariasi sesuai dengan tujuan penggunaannya. Sauter Mean Diameter (SMD) adalah salah satu yang banyak digunakan. Pribadi [3] melakukan studi proses atomisasi dari CWM dengan menggunakan multi holes nozzle dan pressurized swirl nozzle. Hasil menyebutkan bahwa kenaikan sudut swirl berdampak negatif terhadap atomisasi, yaitu dihasilkan sudut spray yang sempit dan penetrasi yang panjang. Kenaikan sudut tip nozzle mengakibatkan penurunan kestabilan alir CWM dalam nozzle, CWM mudah terseparasi sehingga penyumbatan lebih cepat terjadi. Kenaikan tekanan kerja nozzle memperbaiki kualitas atomisasi yaitu dengan dihasilkannya ukuran droplet yang halus. Atomisasi terbaik pada sudut swirl nozzle 0 0, sudut tip nozzle dan tekanan inlet 5 bar. Adnan [4] melakukan studi eksperimental tinjauan mekanika fluida dan proses atomisasi dari CWM dengan single hole nozzle dan sistem air assisted nozzle. Hasil menyebutkan bahwa tekanan udara dan mekanisme pencampuran memiliki pengaruh yang kuat didalam atomisasi CWM. Pada pencampuran udara dan CWM lemah dihasilkan ligamenligamen kurang tersebar dan sebaliknya. Sudarmanta[5] dan Widodo, B.U.K dkk[6] mencoba memperpendek proses pembakaran CWM yang terjadi dengan cara memvariasikan lintasan udara pembakaran secara aksial dan tangensial. Hasil menunjukkan bahwa lintasan udara pembakaran tangensial dapat memperpendek terjadinya proses pembakaran CWM sehingga panas pembakaran yang dihasilkan dapat membantu proses penguapan air dalam CWM sesaat setelah disemprotkan. Hal ini memberikan dampak yang positif yaitu berupa kestabilan proses pembakaran. Suroto dan Sudarmanta[7] melakukan kajian secara numerik terhadap proses atomisasi dan pembakaran CWM menggunakan injektor type air assisted yang dilengkapi dengan swirler udara. Hasilnya menunjukkan bahwa secara mendasar bahawa karakteristik fisik bahan bakar, kecepatan, dan tekanan operasi nozzle berpengaruh secara signifikan terhadap penetrasi semprotan. Sedangkan swirler udara memberikan dampak terhadap turbulensi campuran sehingga akan menentukan pola distribusi suhu pembakaran.

3 Sistem air assisted nozzle digunakan untuk mempercepat cairan membentuk pancaran cairan yang kemudian pecah membentuk elemen-elemen droplet, membentuk semprotan. Jasuja [1991] menurunkan persamaan hubungan ukuran droplet sebagai berikut : 0,35 0,25 2 0,5 0,19 m L L d m 2 0 L SMD 1 0,127 1 U A L A m A L m A. 3. METODE PENELITIAN Pemodelan numerik didasarkan pada Computational Fluid Dynamics (CFD) menggunakan FLUENT code. FLUENT code didasarkan pada pendekatan finite volume dimana computational domain dibagi kedalam kontrol volume melalui computational mesh. Governing equations untuk persamaan kontinuitas, momentum dan spesies kimia untuk gas dan semprotan droplet, bersama dengan persamaan keadaan dihitung untuk masingmasing mesh cell. Set persamaan yang dihasilkan, kemudian diselesaikan secara numerik untuk mendapatkan karakteristik kestabilan semprotan berupa pola pengembangan semprotan, diameter droplet rata-rata, sudut semprotan, kecepatan droplet dan penetrasi semprotan.. 1. NUMERICAL GRID. Numerical grid berupa combustion chamber dengan 2 masukan yaitu laluan udara dan bahan bakar. Numerical Grid di impor dari Gambit code sebagaimana ditunjukkan Gambar 1. dan Tabel 1. Untuk kualifikasi gridnya. Gambar 1. Numeric grid model geometri chamber Tabel 1. Spesifikasi grid model geometri chamber Ukuran geometri Jumlah sel Jumlah Face Jumlah Node Panjang 1000 mm Diameter 300 mm Diameter swirler 200 mm Diameter injeksi 1,5 mm INITIAL CONDITIONS. Tekanan silinder, densitas spesies, turbulent kinetic energy diasumsikan uniform pada saat permulaan perhitungan. Rata-rata tekanan dan suhu didalam chamber pada permulaan perhitungan dikondisikan sebesar 1 bar dan 30 0 C. Sedangkan initial turbulent kinetic energy diambil 1 m 2 /s NUMERICAL MODELS. Numerical Models FLUENT code yang digunakan dalam penelitian ini meliputi spray, viscous, solver, linearisasi dan diskret phase. a. Spray Models Pemodelan proses injeksi dimaksudkan sebagai proses atomisasi bahan bakar yang keluar dari injektor menuju chamber. Proses atomisasi menghasilkan semprotan droplet bahan bakar yang ditunjukkan oleh satu set computational parcels, masing-masing mengandung sejumlah droplet dengan properties yang sama (kecepatan, ukuran, suhu, densitas, dan lain-lain). Dalam penelitian ini, dimodelkan terjadi droplet collision and break-up. Model wave breakup ini digunakan untuk mensimulasikan proses droplet break-up akibat gaya aerodinamis yang terjadi pada kecepatan tinggi, yaitu We >100 (Han dan Reitz[8]; Sudarmanta et al[9]. b. Viscous Model Pengaruh turbulensi dalam skala kecil dimodelkan secara tidak langsung dalam framework Reynolds rata-rata, menggunakan RNG k- turbulence model yang dihubungkan dengan dinding (Han dan Reitz[8]. Model ini bekerja lebih baik ketika terjadi laju kenaikan tekanan yang tinggi dalam aliran, sehingga lebih sesuai dibandingkan dengan k- standart model. c. Solver model Solver model untuk menyelesaikan persamaan-persamaan numerik dengan menggunakan Segregated solver, yaitu governing equation diselesaikan secara berurutan (terpisah satu dengan lainnya). d. Linierisasi model. Persamaan non linier governing equations dilinierkan guna menghasilkan sistem persamaan untuk membuat dependent variable di setiap computational cell. Linearisasi model dilakukan secara implicit yaitu variabel yang tidak diketahui di setiap computational cell-nya dikalkulasi menggunakan persamaan yang

4 menghubungkan harga variabel yang telah dan belum diketahui, yang letak selnya bersebelahan. e. Discret phase model Dalam Penelitian ini disimulasikan fase diskrit berupa droplet yang mengalir dan terdispersi bersama fase kontinyu. 4. DISKUSI DAN PEMBAHASAN Karakterisasi semprotan bahan bakar cair termasuk CWM secara numerik dapat dinyatakan dalam 5 indikator utama, yaitu pola pengembangan semprotan, ukuran droplet ratarata, distribusi ukuran droplet, sudut semprotan dan penetrasi semprotan Pola Pengembangan Semprotan Pola pengembangan semprotan pada penelitian ini diperoleh melalui pemodelan numerik FLUENT code untuk kondisi semprotan komposisi CWM 40%, CWM 50%, dan CWM 60% yang divariasikan pada tekanan operasi 4, 5, dan 6 bar. Untuk memperjelas perubahan pola pengembangan semprotan, maka hanya ditunjukkan dalam 5 tahap waktu, yaitu pada posisi 2, 4, 6, 8, dan 10 ms sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. menunjukkan komparasi pola pengembangan semprotan pada CWM 40% dengan variasi operasi tekanan 4, 5, dan 6 bar. Pola pengembangan semprotan CWM 40% pada tekanan 4 bar dimulai dari nol (tip nozzle) kemudian seiring dengan bertambahnya step waktu semprotan menjadi lebih panjang. Hal ini dapat lebih jelas diamati dengan perkembangan setiap step waktu yang diberikan. Sedangkan pengaruh tekanan lebih menunjukkan semakin besarnya usaha yang diberikan pada partikel, sehingga pada step waktu yang sama panjang penetrasi yang dibentuk pada tekanan yang lebih tinggi memiliki jangkauan lemparan partikel yang lebih jauh. Perkembangan tersebut dimulai pada t = 2 ms, menunjukkan penetrasi yang masih pendek. Kemudian bertambahnya step waktu hingga t= 10 ms penetrasi semprotan semakin memanjang, begitu pula pada semprotan dengan tekanan 5 bar, dan 6 bar yang menunjukkan pola serupa, yaitu seiring dengan bertambahnya lama waktu semprotan menunjukkan penetrasi yang semakin memanjang. Selain itu penetrasi yang dibentuk pada tekanan yang lebih tinggi memberikan penetrasi yang lebih panjang dibandingkan pada tekanan sebelumnya. Proses pembentukan droplet bahan bakar berawal dari adanya aliran bahan bakar dalam nozzle exit tip yang kemudian keluar dari nozzle berupa jet bahan bakar. Jet yang bergerak dengan kecepatan tinggi mengalami gaya aerodinamis dari udara, sehingga menyebabkan jet tersebut terdeformasi dan terpecah menjadi sheet. Sheet yang terbentuk berdeformasi (mengkerut) karena hambatan udara dan kemudian memisah menjadi ligamen yang tidak stabil. Kemudian ligamen mengalami breakup menjadi droplet dengan berbagai ukuran. Droplet yang terbentuk terus bergerak dengan mempertahankan arah gerakannya sebelum akhirnya kecepatannya menurun drastis karena drag atau menguap. Adakalanya selama pergerakan tersebut terjadi tumbukan (collision) antar droplet. Tumbukan antar droplet dapat mengakibatkan penggabungan (ukuran droplet membesar) atau pemecahan droplet (menjadi lebih kecil). Gambar 2. Pengembangan Semprotan pada CWM 40% Pada Gambar 2. juga dapat dapat diamati bahwa sebagian dari droplet terdispersi di sekeliling semprotan utama sehingga dapat diamati adanya warna kuning kemerahan di tepi dan daerah ujung semprotan yang menunjukkan konsentrasi cairan yang rendah. Pada bagian tepi dan daerah ujung, kecepatan relative droplet dengan gas sekitar lebih tinggi sehingga memungkinkan breakup dapat menghasilkan droplet dengan ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan bagian inti semprotan. Sedangkan warna biru di daerah dekat nozzle exit mengindikasikan konsentrasi yang lebih padat. Seiring dengan step waktu yang meningkat sebaran dari semprotan semakin panjang dimana mengindikasikan semakin banyak droplet yang

5 terbentuk dan terdispersi. Proses perkembangan semprotan pada tekanan 4, 5, dan 6 bar menunjukkan pola yang serupa. Pada tekanan injeksi yang meningkat didapatkan bentuk sebaran semprotan yang semakin luas dan penetrasi semprotan bahan bakar yang lebih panjang dan sudut yang dibentuk semakin menyebar. Untuk komposisi CWM yang lebih besar, yaitu 50% dan 60% memiliki pola pengembangan semprotan yang serupa dengan komposisi 40%. Berkaitan dengan penambahan komposisi ini menghasilkan penetrasi awal yang terbentuk lebih panjang dibandingkan dengan CWM 40% pada tekanan dan step waktu yang sama. Hal ini dikarenakan adanya partikel solid yang diselimuti liquid pada komposisi lebih tinggi jumlahnya lebih besar, sehingga pada lintasannya partikel solid mampu terlempar lebih jauh. Selain itu pengaruh kenaikan tekanan yang diberikan pada pengoperasiannya memberikan daya lempar dan daya sebar yang lebih tinggi sehingga daerah persebaran partikel solid yang di bentuk oleh semprotan lebih luas. Penetrasi semprotan (spray tip penetration) adalah panjang semprotan dari lubang keluar nozzle sampai ujung semprotan yang terjauh. Hal itu dipengaruhi oleh energy kinetik mula bahan bakar dan gaya tahanan aerodinamis gas sekitar. Gambar 3 merupakan perbandingan penetrasi yang dibentuk pada kondisi tekanan yang sama dengan komposisi yang berbeda, yaitu batubara 40% dan batubara 60%. Penetrasi yang terbentuk pada komposisi batubara 60% lebih jauh (ditunjukkan oleh gradasi warna lebih merah) bila dibandingkan dengan batubara 40%, hal ini diksebabkan saat kecepatan awal jet yang tinggi pada komposisi batubara 60% memiliki massa yang lebih besar, sehingga momentum yang terbentuk pada komposisi tersebut lebih besar dibandingkan dengan komposisi batubara 40%. Selain itu sebaran yang dihasilkan oleh komposisi batubara 60% lebih luas dibanding komposisi 40%, dikarenakan pada komposisi batubara 40% droplet yang berada di depan dan di tepi secara cepat kehilangan momentumnya dan membentuk kabut disekitar semprotan, sedangkan pada komposisi batubara 60% droplet yang terbentuk memiliki momentum yang cukup besar sehingga mampu melanjutkan daerah sebaran di sekitar semprotan. Sehingga dapat diamati pada perbandingan tersebut semakin besar penambahan komposisi batubara, penetrasi yang terbentuk oleh semprotan lebih panjang. Hal ini dikarenakan pada penambahan komposisi batubara dengan energy kinetik yang sama akan lebih memiliki momentum yang besar akibat massa dari partikel itu sendiri. Selain itu juga dapat diamati dengan tekanan yang sama, semprotan yang dihasilkan pada penambahan komposisi memiliki ujung semprotan yang cenderung meruncing sehingga dareah penyebaran semprotan lebih kasar bila dibandingkan dengan pada komposisi batubara rendah. Dimana pada komposisi batubara rendah ujung semprotan yang dihasilkan lebih uniform, dikarenakan pada daerah tersebut momentum yang dimiliki oleh partikel mulai berkurang hingga hanya dipengaruhi oleh gravitasi saja. Gambar 3. Pola Penyebaran Semprotan a). CWM 40% dan b). CWM 60% 4.2. Ukuran Droplet rata-rata Sauter Mean Diameter (SMD) merupakan metode yang dipakai untuk menghitung diameter rata-rata droplet. Distribusi SMD hasil simulasi numerik selanjutnya ditabelkan dan grafikkan sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 5. Sesaat setelah keluar nozzle (t=0) jet liquid mempunyai diameter awal yang diasumsikan sama dengan diameter nozzle (dj = 1,5 mm). Jet mengalami ketidakstabilan karena adanya gangguan. Jet kemudian berdeformasi menjadi sheet dan dilanjutkan dengan deformasi sheet menjadi ligamen. Pada akhirnya, ligamen akan mengalami breakup menjadi droplet yang berukuran lebih kecil. Disamping mengalami breakup, droplet juga dapat mengalami

6 tumbukan (collision) antar droplet yang dapat menyebabkan pemecahan atau penggabungan droplet. Pemecahan droplet menghasilkan droplet baru berukuran lebih kecil sedangkan penggabungan droplet menghasilkan droplet baru berukuran lebih besar. Secara umum terjadi peristiwa breakup dan tumbukan droplet secara random sehingga dihasilkan SMD yang berfluktuasi. Hal ini dikarenakan partikel solid yang terselubung liquid tidak banyak memiliki kesempatan untuk bergabung maupun terpecah saat perjalanannya sehingga menghasilkan break-up dan tumbukan droplet secara random. Gambar 5. menunjukkan peristiwa breakup dan tumbukan droplet secara random sudah terjadi mulai awal sehingga dihasilkan SMD yang fluktuatif. Hal ini dikarenakan partikel solid tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan penggabungan maupun pemecahan ligamen menjadi lebih kecil sehingga kemungkinan partikel yang telah tergabung kemudian mengalami pemecahan kembali secara random. Adanya penambahan tekanan pada pengoperasiannya akan memperbaiki SMD yang dihasilkan yaitu memperkecil ukuran droplet sehingga memperbaiki pembakaran yang terjadi dan mudahnya dalam penyalaan karena lebih mendekati kharakteristik bahan bakar minyak. Untuk CWM dengan komposisi yang lebih besar memiliki kecenderungan SMD yang serupa dengan CWM komposisi 40%. Peristiwa break up dan tumbukan droplet secara acak sudah terjadi sejak awal sehingga kemungkinan partikel yang telah tergabung kemudian mengalami pemecahan kembali secara random. Adanya penambahan tekanan pada pengoperasiaanya akan memperbaiki SMD yang dihasilkan yaitu memperkecil ukuran droplet sehingga memperbaiki pembakaran yang terjadi dan mudahnya dalam penyalaan karena lebih mendekati kharakteristik bahan bakar minyak. Gambar 5. SMD droplet CWM 40% sepanjang lintasan aksial chamber 4.3 Sudut Semprotan Komparasi sudut semprotan bahan bakar ditunjukkan pada Tabel 2. Sudut semprotan CWM dengan operasi tekan sebesar 5 bar lebih besar daripada kondisi operasi pada tekanan injeksi 4 bar dan 6 bar. Kenaikan tekanan injeksi meningkatkan kecepatan relatif cairan jet dengan udara sekitar. Kecepatan induced gas entrainment juga meningkat sehingga cairan jet yang terdispersi ke sekeliling semakin banyak. Tabel 2 Sudut semprotan CWM 4.4 Penetrasi Semprotan Pelaksanaan pemodelan numerik didapati adanya peningkatan panjang penetrasi semprotan pada CWM 40% pada pengoperasian dengan tekanan injeksi 6 bar lebih panjang dibanding dengan tekanan injeksi 4 bar. Kenaikan tekanan injeksi menyebabkan kenaikan kecepatan cairan jet sehingga kecepatan relatif antara lapisan terluar semprotan dengan udara meningkat sehingga droplet lebih cepat mengalami dispersi. Pengaruh gaya gesekan udara menyebabkan ketidakteraturan pada permukaan cairan yang pada awalnya masih teratur sehingga menghasilkan ligamen yang tidak stabil. Seiring dengan kenaikan kecepatan jet, ukuran ligamen yang terbentuk menjadi lebih kecil dan lebih cepat memisah (collapse) menjadi droplet. Selain kenaikan tekanan, ternyata komposisi batubara dalam bahan bakar juga mempengaruhi panjangnya penetrasi semprotan. Hal ini ditunjukkan pada cwm 50% memiliki step waktu yang lebih panjang dibandingkan cwm 40% pada step waktu dan tekanan operasi yang sama. Begitu pula dengan cwm 60% memiliki penetrasi yang paling tinggi dibandingkan yang lainnya pada step waktu dan tekanan operasi yang sama. Hal ini dikarenakan pada komposisi batubara yang lebih tinggi maka kecepatan droplet lebih didominasi oleh partikel solid daripada liquid yang menyelubunginya. Yule dan Filipovic.[10], menyatakan variasi pada laju penetrasi semprotan disebabkan oleh proses atomisasi yang random dan ketidakteraturan ujung semprotan karena turbulensi sehingga diperlukan pengukuran ratarata panjang penetrasi. Pengukuran rata-rata

7 penetrasi CWM diukur dari sepuluh penetrasi semprotan. Besarnya penetrasi semprotan untuk berbagai komposisi CWM pada tekanan injeksi 4 bar ditunjukkan pada Gambar 6,. Kecenderungan penetrasi semprotan bahan bakar meningkat seiring dengan peningkatan laju alir massa bahan bakar, dimana laju alir massa bahan bakar ini berkorelasi dengan waktu semprotan bahan bakar. Laju alir massa bahan bakar mulai semprotan awal hingga semprotan akhir menunjukkan peningkatan sehingga menghasilkan penetrasi semprotan yang cenderung lebih panjang. Selain itu, komposisi batubara mempengaruhi panjangnya penetrasi yang terjadi pada semprotan. Semakin tinggi komposisi batubara maka step waktu yang dibutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan komposisi batubara yang lebih rendah. Dikarenakan pada komposisi batubara yang lebih tinggi dipengaruhi oleh berat jenis droplet itu sendiri sehingga terdapat kendala saat pengangkutan yang berakibat pada lamanya penetrasi pada semprotan. Gambar 6 Penetrasi semprotan pada P= 4 Bar Untuk tekanan injeksi yang lebih besar yaitu 5 dan 6 bar memiliki kecenderungan yang serupa. Variasi komposisi CWM menunjukkan kecenderungan bahwa semakin tinggi komposisi maka semakin besar penetrasi semprotan yang dihasilkan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi komposisi CWM maka densitasnya semakin tinggi sehingga pada saat disemprotkan memberikan momentum aliran yang lebih kuat. 5. KESIMPULAN Simulasi numerik dilakukan untuk menginvestigasi karakteristik atomisasi semprotan CWM dengan menggunakan injektor type air assisted spray nozzle. Hasil simulasi numeric menunjukkan bahwa validasi pemilihan model ditunjukkan bahwa wave break-up dipilih sesuai dengan semprotan dengan kecepatan tinggi yaitu We >100, sedangkan RNG k- turbulent model bekerja lebih baik ketika terjadi kenaikan tekanan yang tinggi dalam aliran. Secara kualitatif dinyatakan bahwa kenaikan tekanan injeksi dapat memperbaiki kestabilan semprotan sampai batas tertentu. Kenaikan tekanan injeksi yang tinggi dapat menimbulkan separasi pada coal water mixture, yaitu berupa pemisahan antara batubara dan air sehingga akan menimbulkan clogging pada tips nozzle. Secara kuantitatif hasil semprotan yang terbaik terjadi pada komposisi coal water mixture 50% dengan tekanan injeksi 5 bar, yaitu yang ditandai dengan semprotan yang stabil dengan diameter butiran semprotan yang kecil. DAFTAR PUSTAKA 1. Shankapal, S. R., Preliminary Investigation of Combustion Pulverized coconut shell-based Fuel slurries in an Oil-fired Foundry Furnace, Int. Journal of Energy Research, vol. 19, Komarudin, A. dan Umar, F.D., Pengkajian Pembuatan Coal Water Fuel (CMF) dari batu bara Bukit Asam, Jornal Konservasi Energi, Pribadi, A., Studi Eksperimental Atomisasi Campuran Batu Bara Serbuk Air pada Pressurized Swirl Nozzle, Tugas Akhir Sarjana, Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS, Adnan., Studi Eksperimental Atomisasi Campuran Batu Bara Serbuk Air pada system air assisted nozzle, Tugas Akhir Sarjana, Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS, Sudarmanta, B., Studi Umur Droplet pada Pembakaran Campuran Batubara Air dengan Sistem Air Assisted Spray Nozzle dan Lintasan Udara Aksial- Tangensial, Thesis Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Mesin ITS, Surabaya, Widodo, B.U.K, Yuwono, T., dan Sudarmanta, B., Studi Evolusi Droplet pada Pembakaran Campuran Batu Bara- Air dengan Sistem Air Assisted Spray Nozzle dan Lintasan Udara Aksial- Tangensial, Proseding Seminar Nasional Pasca Sarjana III ITS, Surabaya, Suroto dan Sudarmanta, B., Kajian Numerik Atomisasi dan Pembakaran pada Coal Water Mixture Menggunakan

8 Injektor Type Air Assisted Spray Injector dan Swirler Udara, Prosiding Seminar Nasional XIV - FTI-ITS, Surabaya, Han, Z., Reitz, R. D., Turbulence modelling of internal combustion engines using RNG k-e models, Combustion Science and Technology, Vol. 106, pp , Sudarmanta, B., Sungkono, D., Rachimoellah, M., Winardi, S., Karakteristik spray combustion palm methyl ester dengan pendekatan model turbulen RNG k-epsilon, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, Palembang, Yule, A.J. and Filipovic, I., On the breakup times and lengths of diesel spray, International journal heat and fluid flow, volume 13, pp , 1992.

Simulasi Numerik Sistem Injeksi Bertingkat Pada Ruang Bakar Mesin Diesel Caterpillar 3406

Simulasi Numerik Sistem Injeksi Bertingkat Pada Ruang Bakar Mesin Diesel Caterpillar 3406 Simulasi Numerik Sistem Injeksi Bertingkat Pada Ruang Bakar Mesin Diesel Caterpillar 3406 Bambang Sudarmanta, Soeharto dan Sampurno Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS Kampus ITS, Jalan Arief Rahman Hakim Keputih-Sukolilo

Lebih terperinci

KAJIAN NUMERIK ATOMISASI DAN PEMBAKARAN PADA COAL WATER MIXTURE MENGGUNAKAN INJEKTOR TYPE AIR ASSISTED SPRAY INJECTOR DAN SWIRLER UDARA

KAJIAN NUMERIK ATOMISASI DAN PEMBAKARAN PADA COAL WATER MIXTURE MENGGUNAKAN INJEKTOR TYPE AIR ASSISTED SPRAY INJECTOR DAN SWIRLER UDARA Prosiding Seminar Nasional XIV - FTI-ITS FTI-ITS 2009 Surabaya, 22-23 Juli 2009 ISBN : (dalam proses pengajuan, mohon dikosongkan dahulu) KAJIAN NUMERIK ATOMISASI DAN PEMBAKARAN PADA COAL WATER MIXTURE

Lebih terperinci

PENDEKATAN DENGAN CFD UNTUK POLA SEMPROTAN SINGLE HOLE PADA RUANG BAKAR DENGAN BENTUK D DAN M DESIGN DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL

PENDEKATAN DENGAN CFD UNTUK POLA SEMPROTAN SINGLE HOLE PADA RUANG BAKAR DENGAN BENTUK D DAN M DESIGN DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL PENDEKATAN DENGAN CFD UNTUK POLA SEMPROTAN SINGLE HOLE PADA RUANG BAKAR DENGAN BENTUK D DAN M DESIGN DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL I Gede Teddy Prananda Surya, Djoko Sungkono Kawano Program Pasca Sarjana,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara simulasi numerik dengan menggunakan perangkat lunak AVL Fire. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan membuat model

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK POLA SEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DI RUANG BAKAR MEXICAN HAT DENGAN CFD SOLVER FLUENT 6.3

SIMULASI NUMERIK POLA SEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DI RUANG BAKAR MEXICAN HAT DENGAN CFD SOLVER FLUENT 6.3 SIMULASI NUMERIK POLA SEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DI RUANG BAKAR MEXICAN HAT DENGAN CFD SOLVER FLUENT 6.3 Arya Wulung, Djoko Sungkono Kawano Program Pasca Sarjana, Jurusan Teknik Mesin, FTI Institut

Lebih terperinci

Transesterifikasi Crude Palm Oil dan Uji Karakteristik Semprotan Menggunakan Injektor Motor Diesel

Transesterifikasi Crude Palm Oil dan Uji Karakteristik Semprotan Menggunakan Injektor Motor Diesel Transesterifikasi Crude Palm Oil dan Uji Karakteristik Semprotan Menggunakan Injektor Motor Diesel Bambang Sudarmanta, Djoko Sungkono Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS Kampus ITS Jalan Arief Rahman Hakim

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1.Analisa Diameter Rata-rata Dari hasil simulasi yang telah dilakukan menghasilkan proses atomisasi yang terjadi menunjukan perbandingan ukuran diameter droplet rata-rata

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI 3.1 KONDISI ALIRAN FLUIDA Sebelum melakukan simulasi, didefinisikan terlebih dahulu kondisi aliran yang akan dipergunakan. Asumsi dasar yang dipakai

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL & ANALISIS

BAB 4 HASIL & ANALISIS BAB 4 HASIL & ANALISIS 4.1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK WATER MIST UNTUK PEMADAMAN DARI SISI SAMPING BAWAH (CO-FLOW) Untuk mengetahui kemampuan pemadaman api menggunakan sistem water mist terlebih dahulu perlu

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK SALURAN KELUAR AIR DAN UDARA TERHADAP KARAKTERISTIK SPRAY PADA TWIN FLUID ATOMIZER

PENGARUH JARAK SALURAN KELUAR AIR DAN UDARA TERHADAP KARAKTERISTIK SPRAY PADA TWIN FLUID ATOMIZER PENGARUH JARAK SALURAN KELUAR AIR DAN UDARA TERHADAP KARAKTERISTIK SPRAY PADA TWIN FLUID ATOMIZER An Nisaa Maharani, ING Wardana, Lilis Yuliati Jurnal Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD Tony Suryo Utomo*, Sri Nugroho, Eflita

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada penelitian ini menggunakan software jenis program CFD Ansys FLUENT 15.0 dengan diameter dalam pipa 19 mm, diameter luar pipa 25,4 dan panjang pipa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Kinerja Mesin Diesel Hasil penelitian dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan data dan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT GLADHI DWI SAPUTRA 2111 030 013 DOSEN PEMBIMBING DEDY ZULHIDAYAT NOOR, ST, MT, PhD PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR Bayu Kusuma Wardhana ), Vivien Suphandani Djanali 2) Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK ANALISA ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA SIRKULAR DAN PIPA SPIRAL UNTUK INSTALASI SALURAN AIR DI RUMAH DENGAN SOFTWARE CFD Oleh : MARIO RADITYO PRARTONO 1306481972 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perangkat Penelitian Penelitian ini menggunakan perangkat sebagai berikut : 1. Laptop merk Asus tipe A45V dengan spesifikasi, 2. Aplikasi CFD Ansys 15.0 3.2 Diagram Alir

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN : 2085-4218 Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi Burhan Fazzry 1,*,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada Penelitian ini dilakukan secara numerik dengan metode Computer Fluid Dynamic (CFD) menggunakan software Ansys Fluent versi 15.0. dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan data dan pengumpulan data.data yang dikumpulkan meliputi data spesifikasi obyek penilitian dan hasil

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP :

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP : PRESENTASI TUGAS AKHIR SIMULASI NUMERIK (CFD) ALIRAN DUA FASE GAS-SOLID (UDARA- SERBUK BATUBARA) PADA COAL PIPING DI PT. PETROKIMIA GERSIK Oleh: Zulfa Hamdani PowerPoint Template NRP : 2109106008 www.themegallery.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada penelitian ini software yang digunakan untuk simulasi adalah jenis program CFD ANSYS 15.0 FLUENT. 3.1.1 Prosedur Penggunaan Software Ansys 15.0 Setelah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembakaran Pembakaran bisa didefinisikan sebagai reaksi secara kimiawi yang berlangsung dengan cepat antara oksigen dengan unsur yang mudah terbakar dari bahan bakar pada suhu

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi 4.1 Pertimbangan Awal Pembakar (burner) adalah alat yang digunakan untuk membakar gas hasil gasifikasi. Di dalam pembakar (burner), gas dicampur

Lebih terperinci

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122 ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122 Ahmad Jamaludin Fitroh, Saeri Peneliti Pustekwagan, LAPAN Email : ahmad_fitroh@yahoo.com ABSTRACT The simulation and calculation of boundary

Lebih terperinci

SIMULASI FLUIDIZED BED DRYER BERBASIS CFD UNTUK BATUBARA KUALITAS RENDAH

SIMULASI FLUIDIZED BED DRYER BERBASIS CFD UNTUK BATUBARA KUALITAS RENDAH SIMULASI FLUIDIZED BED DRYER BERBASIS CFD UNTUK BATUBARA KUALITAS RENDAH DISUSUN OLEH : REZA KURNIA ARDANI 2311105005 RENDRA NUGRAHA P. 2311105015 PEMBIMBING : Prof.Dr. Ir. Sugeng Winardi, M.Eng Dr. Tantular

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut njeksi Burhan Fazzry, ST, MT. (), Agung Nugroho, ST., MT. Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan nformatika, Universitas

Lebih terperinci

Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair

Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair Oleh : 1. Brilliant Gustiayu S. (2308 100 074) 2. Ayu Ratna Sari (2308 100 112) Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Sugeng

Lebih terperinci

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT 6.2.16 Ridwan Arief Subekti, Anjar Susatyo, Jon Kanidi Puslit Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI Komplek LIPI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern, teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini akan mempengaruhi pada jumlah konsumsi bahan bakar. Permintaan konsumsi bahan bakar ini akan

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK COAL OIL MIXTURE SEBAGAI BAHAN BAKAR DIESEL ALTERNATIF

STUDI KARAKTERISTIK COAL OIL MIXTURE SEBAGAI BAHAN BAKAR DIESEL ALTERNATIF STUDI KARAKTERISTIK COAL OIL MIXTURE SEBAGAI BAHAN BAKAR DIESEL ALTERNATIF Wira Setiawan 1), I Made Ariana 2) dan Semin 2) 1) Program Pascasarjana Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

Simulasi Kondisi sirkulasi udara di dalam suatu ruangan ibadah

Simulasi Kondisi sirkulasi udara di dalam suatu ruangan ibadah Simulasi Kondisi sirkulasi udara di dalam suatu ruangan ibadah Oleh : Ir. M. Syahril Gultom, MT. Staf pengajar Fak.teknik Departmen teknik mesin USU. Abstrak Simulasi dan modelling aliran fluida udara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 47 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Bab ini menampilkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan masing-masing variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian. Hasil pengukuran

Lebih terperinci

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir. STUDI NUMERIK PENGARUH KELENGKUNGAN SEGMEN KONTUR BAGIAN DEPAN TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI AIRFOIL TIDAK SIMETRIS ( DENGAN ANGLE OF ATTACK = 0, 4, 8, dan 12 ) Dosen Pembimbing Dr. Ir.

Lebih terperinci

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang Astu Pudjanarsa Laborotorium Mekanika Fluida Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE (AIR-UDARA) MELEWATI ELBOW 60 o DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 30 o

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE (AIR-UDARA) MELEWATI ELBOW 60 o DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 30 o STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE (AIR-UDARA) MELEWATI ELBOW 60 o DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 30 o Agus Dwi Korawan 1, Triyogi Yuwono 2 Program Pascasarjana, Jurusan

Lebih terperinci

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D STUDI NUMERIK PENGARUH VARIASI REYNOLDS NUMBER DAN RICHARDSON NUMBER PADA KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER) oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP. 2112105028

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN ANALISA KARAKTERISTIK ALIRAN DINGIN (COLD FLOW) DI GAS BURNER SITEM GASIFIKASI DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

BAB 1 PENDAHULUAN ANALISA KARAKTERISTIK ALIRAN DINGIN (COLD FLOW) DI GAS BURNER SITEM GASIFIKASI DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 JUDUL PENELITIAN ANALISA KARAKTERISTIK ALIRAN DINGIN (COLD FLOW) DI GAS BURNER SITEM GASIFIKASI DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) 1.2 LATAR BELAKANG MASALAH Penggunaan

Lebih terperinci

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konversi dari energi kimia menjadi energi mekanik saat ini sangat luas digunakan. Salah satunya adalah melalui proses pembakaran. Proses pembakaran ini baik berupa

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Karakteristik profil temperatur suatu aliran fluida pada dasarnya dapat diketahui dengan menggunakan metode Computational fluid dynamics (CFD). Pengaplikasian metode CFD digunakan

Lebih terperinci

Studi Numerik Pengaruh Variasi Jumlah Saluran Masuk Pressure Swirl Atomizer Terhadap Karakteristik Spray

Studi Numerik Pengaruh Variasi Jumlah Saluran Masuk Pressure Swirl Atomizer Terhadap Karakteristik Spray Studi Numerik Pengaruh Variasi Jumlah Saluran Masuk Pressure Swirl Atomizer Terhadap Karakteristik Spray Purnami Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend Haryono No. 167,

Lebih terperinci

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER C.3 ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER Tommy Hendarto *, Syaiful, MSK. Tony Suryo Utomo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI ADITYA SAYUDHA. P NRP. 2107 100 082 PEMBIMBING Ir. KADARISMAN NIP. 194901091974121001 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi merupakan hal mendasar yang dibutuhkan dalam usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat. Seiring dengan meningkatnya taraf hidup serta kuantitas

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN 3.1 PEMODELAN

BAB 3 PEMODELAN 3.1 PEMODELAN BAB 3 PEMODELAN 3.1 PEMODELAN Pemodelan gas burner dengan menggunakan software fluent bertujuan untuk melihat pengaruh kecepatan injeksi udara tangensial terhadap perubahan kecepatan, tekanan dan turbulensi

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN 2339-028X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Anwar Ilmar Ramadhan 1*, Ery Diniardi 1, Cahyo Sutowo 1

Lebih terperinci

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Nur Rima Samarotul Janah, Harsono Hadi dan Nur Laila Hamidah Departemen Teknik Fisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Fluidisasi adalah proses dimana benda padat halus (partikel) dirubah menjadi fase dengan perilaku menyerupai fluida. Fluidisasi dilakukan dengan cara menghembuskan fluida

Lebih terperinci

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate. ANALISA PRESSURE DROP PADA HEAT-SINK JENIS LARGE EXTRUDE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA DAN LEBAR SALURAN IMPINGEMENT MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC) Muchammad 1) Abstrak Pressure drop merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat dewasa ini sangat mempengaruhi jumlah ketersediaan sumber-sumber energi yang tidak dapat diperbaharui yang ada di permukaan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN 1 ) 2) 2) Murni, Berkah Fajar, Tony Suryo 1). Mahasiswa Magister Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263 3 3 BAB II DASAR TEORI 2. 1 Bahan Bakar Cair Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari dalam tanah dengan jalan mengebornya di ladang-ladang minyak, dan memompanya sampai ke atas

Lebih terperinci

KAJIAN ALIRAN FLUIDA PADA MESIN OTTO EMPAT LANGKAH SATU SILINDER BERKAPASITAS 65 cc

KAJIAN ALIRAN FLUIDA PADA MESIN OTTO EMPAT LANGKAH SATU SILINDER BERKAPASITAS 65 cc KAJIAN ALIRAN FLUIDA PADA MESIN OTTO EMPAT LANGKAH SATU SILINDER BERKAPASITAS 65 cc Glenn Cahya D.R. Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Email: glenn.cahya@ui.ac.id Abstrak Sebuah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai langkah untuk memenuhi kebutuhan energi menjadi topik penting seiring dengan semakin berkurangnya sumber energi fosil yang ada. Sistem energi yang ada sekarang

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. mm (0.2 m). yang membedakannya hanyalah kecepatan terbentuknya semprotran

BAB VI PEMBAHASAN. mm (0.2 m). yang membedakannya hanyalah kecepatan terbentuknya semprotran 6.1 Analisis panjang tip penetrasi BAB VI PEMBAHASAN Dari tabel 5.1 pada bab 5 diatas, diketahui bahwa panjang tip penetrasi semprotan untuk setiap pengujian semuanya memiliki panjang yang sama, yaitu

Lebih terperinci

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW Suliono 1) dan Bambang Sudarmanta 2) 1) Program Studi Magister Rekayasa Energi, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

TAKARIR. Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik. : Kerapatan udara : Padat atau pejal. : Memiliki jumlah sel tak terhingga

TAKARIR. Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik. : Kerapatan udara : Padat atau pejal. : Memiliki jumlah sel tak terhingga TAKARIR Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik Software : Perangkat lunak Drag Force : Gaya hambat Lift Force : Gaya angkat Angel Attack : Sudut serang Wind Tunnel : Terowongan angin

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SCRAPER

BAB III PERANCANGAN SCRAPER BAB III PERANCANGAN SCRAPER 3.1 DESKRIPSI ICE SLURRY GENERATOR Pada gambar 3.1 dapat dilihat sistem pendingin dari ice slurry generator yang digunakan, alat ini memiliki komponen utama yaitu generator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH LAJU ALIRAN PARTIKEL PADAT TERHADAP SUDU-SUDU TURBIN REAKSI PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN CFD

ANALISA PENGARUH LAJU ALIRAN PARTIKEL PADAT TERHADAP SUDU-SUDU TURBIN REAKSI PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN CFD ANALISA PENGARUH LAJU ALIRAN PARTIKEL PADAT TERHADAP SUDU-SUDU TURBIN REAKSI PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN CFD *Hariri Dwi Kusuma 1, MSK. Tony SU 2. 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Kaji Numerik Aliran Jet-Swirling Pada Saluran Annulus Menggunakan Metode Volume Hingga

Kaji Numerik Aliran Jet-Swirling Pada Saluran Annulus Menggunakan Metode Volume Hingga Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Kaji Numerik Aliran Jet-Swirling Pada Saluran Annulus Menggunakan Metode Volume Hingga Nazaruddin Sinaga Departemen Teknik Mesin,

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE AIR-UDARA MELEWATI ELBOW 75⁰ DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 15

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE AIR-UDARA MELEWATI ELBOW 75⁰ DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 15 STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE AIR-UDARA MELEWATI ELBOW 75⁰ DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 15 I Kadek Ervan Hadi Wiryanta 1, Triyogi Yuwono 2 Program

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI CFD PADA MESIN DIESEL INJEKSI LANGSUNG DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DAN SOLAR TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI CFD PADA MESIN DIESEL INJEKSI LANGSUNG DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DAN SOLAR TESIS UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI CFD PADA MESIN DIESEL INJEKSI LANGSUNG DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DAN SOLAR TESIS DODY DARSONO 0806423961 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPOK JUNI 2010 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... TAKARIR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD ABSTRAK

SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD ABSTRAK VOLUME 10 NO.1, FEBRUARI 2014 SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD A.Husairy 1 dan Benny D Leonanda 2 ABSTRAK Pada

Lebih terperinci

BAB 6 Steady explosive eruptions

BAB 6 Steady explosive eruptions BAB 6 Steady explosive eruptions INTRODUCTION Pada bagian (bab) sebelumnya telah dibahas bagaimana magma mengembang (terbentuk) di permukaan, volatile dissolves ketika mulai meluruh dan membentuk gelembung

Lebih terperinci

Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab

Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya agar penelitian ini dapat memberikan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK INJEKSI DAN KINERJA MESIN DIESEL SATU SILINDER KETIKA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX

KARAKTERISTIK INJEKSI DAN KINERJA MESIN DIESEL SATU SILINDER KETIKA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX KARAKTERISTIK INJEKSI DAN KINERJA MESIN DIESEL SATU SILINDER KETIKA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX Ahmad Thoyib Program Study Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sentra industri sekarang tidak lepas dari kebutuhan bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang semakin meningkat sehingga

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: B-159

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: B-159 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-159 Studi Numerik Pengaruh Variasi Temperatur Air Heater Terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara pada Fluidized Bed Coal Dryer dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil itu sendiri. Airfoil pada pesawat terbang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari 2 buah pipa yang terbuat dari bahan yang berbeda dan ukuran diameter yang berbeda. Pipa bagian dalam terbuat dari tembaga dengan diameter dalam

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara 1 Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara Afrizal Tegar Oktianto dan Prabowo Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 PENGUKURAN VISKOSITAS MINYAK NYAMPLUNG Nilai viskositas adalah nilai yang menunjukan kekentalan suatu fluida. semakin kental suatu fuida maka nilai viskositasnya semakin besar,

Lebih terperinci

Pemodelan Aliran Fluida dan Pembakaran dalam Ruang Bakar Mesin Diesel Berbahan Bakar Gas Injeksi Langsung Dengan Program Bantu Fire V70b P13

Pemodelan Aliran Fluida dan Pembakaran dalam Ruang Bakar Mesin Diesel Berbahan Bakar Gas Injeksi Langsung Dengan Program Bantu Fire V70b P13 Pemodelan Aliran Fluida dan Pembakaran dalam Ruang Bakar Mesin Diesel Berbahan Bakar Gas Injeksi Langsung Dengan Program Bantu Fire V70b P13 Budi Utomo Kukuh Widodo, Triyogi Yuwono, Yeliana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Uji Karakteristik Distribusi Butiran Minyak Kelapa Pada Semburan Nosel Burner Sederhana

Uji Karakteristik Distribusi Butiran Minyak Kelapa Pada Semburan Nosel Burner Sederhana Uji Karakteristik Distribusi Butiran Minyak Kelapa Pada Semburan Nosel Burner Sederhana Ari Dwi Agus Sulistyo 1)*, I Ketut Gede Wirawan 2), Ainul Ghurri 2) 1) Mahasiswa Magister Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD

ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD Oleh Achmad Irfan Santoso 1), Irfan Syarif Arief ST, MT 2), Ir. Toni Bambang Musriyadi, PGD. 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH Syukran 1* dan Muh. Haiyum 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 G-104 Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD Prima Ihda Kusuma Wardana, I Ketut Aria Pria Utama Jurusan Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN : Simulasi Aliran Fluida Crude Palm Oil (CPO) dan Air Pada Pipa Horizontal Menggunakan Metode Volume Hingga Bedry Yuveno Denny 1*), Yoga Satria Putra 1), Joko Sampurno 1), Agato 2) 1) Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

sehingga dihasilkan sebuah produk yang solid dengan bentuk seperti Karakteristik yang penting dari partikel adalah: distribusi serbuk dan ukuran

sehingga dihasilkan sebuah produk yang solid dengan bentuk seperti Karakteristik yang penting dari partikel adalah: distribusi serbuk dan ukuran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. METALURGI SERBUK. Metalurgi serbuk merupakan proses pembuatan produk dengan raw material berupa serbuk logam atau serbuk non logam yang ditekan (compacting) di dalam cetakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB

PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN - 2012 Mechanical Mixing Tujuan : Sifat 2 baru (rheologi, organoleptik, fisik) untuk melarutkan berbagai campuran Meningkatkan transfer massa dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Penentuan Data Uncertainty Dalam setiap penelitian, pengambilan data merupakan hal yang penting. Namun yang namanya kesalahan pengambilan data selalu ada. Kesalahan tersebut

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD

SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Lebih terperinci

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-13 Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin Rahmat Taufiqurrahman dan Vivien Suphandani

Lebih terperinci

IRVAN DARMAWAN X

IRVAN DARMAWAN X OPTIMASI DESAIN PEMBAGI ALIRAN UDARA DAN ANALISIS ALIRAN UDARA MELALUI PEMBAGI ALIRAN UDARA SERTA INTEGRASI KEDALAM SISTEM INTEGRATED CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 SKRIPSI Oleh IRVAN DARMAWAN 04 04 02

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

Penentuan Properties Bahan Bakar Batubara Cair untuk Bahan Bakar Marine Diesel Engine

Penentuan Properties Bahan Bakar Batubara Cair untuk Bahan Bakar Marine Diesel Engine JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-271 Penentuan Properties Bahan Bakar Batubara Cair untuk Bahan Bakar Marine Diesel Engine Nanang Juhantoro, I Made Ariana dan Semin Sanuri

Lebih terperinci

SKRIPSI SIMULASI ALIRAN FLUIDA YANG MELEWATI KATUP TEKAN BERBENTUK PLAT DATAR PADA POMPA HIDRAM DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM FLUENT

SKRIPSI SIMULASI ALIRAN FLUIDA YANG MELEWATI KATUP TEKAN BERBENTUK PLAT DATAR PADA POMPA HIDRAM DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM FLUENT SKRIPSI SIMULASI ALIRAN FLUIDA YANG MELEWATI KATUP TEKAN BERBENTUK PLAT DATAR PADA POMPA HIDRAM DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM FLUENT Oleh : I KOMANG GEDE MANIK PRASASTA NIM : 0904305022 JURUSAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

KARAKTERISASI UNJUK KERJA MESIN DIAMOND TYPE Di 800 DENGAN SISTEM INJEKSI BERTINGKAT MENGGUNAKAN BIODIESEL B-20

KARAKTERISASI UNJUK KERJA MESIN DIAMOND TYPE Di 800 DENGAN SISTEM INJEKSI BERTINGKAT MENGGUNAKAN BIODIESEL B-20 KARAKTERISASI UNJUK KERJA MESIN DIAMOND TYPE Di 800 DENGAN SISTEM INJEKSI BERTINGKAT MENGGUNAKAN BIODIESEL B-20 M. Yasep Setiawan dan Djoko Sungkono K. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Biodiesel Terhadap Unjuk Kerja dan Emisi Motor Diesel Pada Derajat Waktu Injeksi Advanced

Pengaruh Penambahan Biodiesel Terhadap Unjuk Kerja dan Emisi Motor Diesel Pada Derajat Waktu Injeksi Advanced Pengaruh Penambahan Biodiesel Terhadap Unjuk Kerja dan Emisi Motor Diesel Pada Derajat Waktu Injeksi Advanced Bambang Sudarmanta 1, Djoko Sungkono 1, M.Rachimoellah 2, Sugeng Winardi 2 1. Jurusan Teknik

Lebih terperinci