KAJIAN ALIRAN FLUIDA PADA MESIN OTTO EMPAT LANGKAH SATU SILINDER BERKAPASITAS 65 cc

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN ALIRAN FLUIDA PADA MESIN OTTO EMPAT LANGKAH SATU SILINDER BERKAPASITAS 65 cc"

Transkripsi

1 KAJIAN ALIRAN FLUIDA PADA MESIN OTTO EMPAT LANGKAH SATU SILINDER BERKAPASITAS 65 cc Glenn Cahya D.R. Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Abstrak Sebuah mesin berkapasitas kecil didesain untuk digunakan pada kompetisi Eco-marathon. Tantangan utama dalam mendesain mesin adalah bagaimana caranya memperoleh aliran turbulen yang kompleks pada fluida yang bergerak melalui intake/exhaust manifolds, katup, cylinder, dan piston. Bentuk aliran swirl pada ruang bakar sangat diharapkan terjadi karena dibutuhkan aliran dengan intensitas turbulen yang tinggi sesaat sebelum terjadi pembakaran, namun memiliki efisiensi termal yang tinggi. Gerak fluida di dalam silinder ruang bakar dapat dianalisis menggunakan parameter swirl ratio. Analisis dilakukan pada desain aktual cylinder head yang digunakan pada mesin Otto empat langkah satu silinder berkapasitas 65 cc dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Autodesk Inventor untuk membuat geometri CAD dan Ansys Workbench untuk melakukan pemodelan CFD. Desain alternatif ruang bakar dengan intake manifold berbeda turut disimulasikan untuk dibandingkan dengan hasil simulasi yang dilakukan pada desain aktual. Kata kunci: Internal combustion engine, fluid flow, swirl ratio, computational fluid dynamics 1. Pendahuluan Kompetisi Eco-Marathon merupakan kompetisi mobil irit bahan bakar tingkat benua yang melibatkan mahasiswa dan dosen untuk mengembangkan kendaraan irit bahan bakar. Kompetisi ini mewajibkan pesertanya untuk mendesain kendaraan sendiri untuk memperoleh efisiensi yang maksimal. Untuk berpartisipasi dalam kompetisi tersebut, Tim Nakoela Universitas Indonesia mengembangkan sebuah mesin Otto empat langkah satu silinder berkapasitas 65 cc. Banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi dari mesin tersebut. Salah satu faktor yang paling penting adalah campuran antara udara dan bahan bakar di dalam combustion chamber dan gerakan aliran fluidanya. Tantangan utama pada desain mesin ini adalah bagaimana caranya memperoleh aliran turbulen yang kompleks pada elemen-elemen bergerak yang melalui intake/exhaust manifolds, katup, cylinder, dan piston. Untuk mendapatkan kondisi pembakaran yang optimal dalam proses pengembangan mesin, desainer mesin harus mampu mengontrol karakteristik aliran yang umumnya diklasifikasikan sebagai swirl, tumble, dan squish di sudut pandang makroskopik, memodifikasi bentuk intake port, dan katup [1]. Bentuk aliran swirl pada ruang bakar sangat diharapkan terjadi karena dibutuhkan intensitas turbulen yang tinggi sesaat sebelum terjadi pembakaran [2]. Fungsi waktu terhadap aliran udara masuk, injeksi bahan bakar, pengkabutan, pencampuran, dan turbulensi harus dipertimbangkan dengan baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemodelan aliran fluida pada saluran masuk dan ruang bakar untuk mengamati gerak aliran fluida yang terjadi [3]. 2. Spesifikasi Mesin Mesin dengan kapasitas volume 65 cc ini didesain dengan teknologi DOHC (Double Over Head Camshaft) dan DTSI (Digital Twin Spark Ignition), serta memiliki rasio kompresi yang tinggi.

2 Spesifikasi mesin tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai efisiensi dari mesin. Tabel 1 menunjukkan spesifikasi detail dari mesin. Engine model and type Otto cycle, four stroke, single cylinder, spark ignition engine Bore 36 mm Stroke 63.5 mm Volume 65 cc Connecting rod length 127 mm Compression ratio 14:1 Squish height 0.5 mm Clearance volume 5 cc rpm Speed range Maximum cylinder pressure N/m 2 Valve Timing Inlet valve opening 0 Inlet valve closure 180 Exhaust valve opening 540 Exhaust valve closure 720 Tabel 1. Spesifikasi Mesin degree CA degree CA degree CA degree CA Gambar 1. Mesin Otto Empat Langkah Satu Silinder 65 cc 3. Aliran Fluida dalam Ruang Bakar Fenomena gerakan aliran udara, bahan bakar, dan gas buang pada siklus empat langkah sangat penting terkait dengan peningkatan kecepatan penguapan bahan bakar, menyempurnakan campuran bahan bakar dan udara, serta meningkatkan kecepatan dan efisiensi pembakaran. Proses pembakaran ini terkait erat dengan mekanisme aliran yang terjadi, yaitu turbulen, swirl, squish, dan tumble. Mekanisme aliran yang terbentuk ini dipengaruhi oleh kondisi aliran pada saat udara atau campuran udara-bahan bakar memasuki ruang bakar melewati katup hisap. Turbulen Turbulensi merupakan fenomena keacakan medan aliran yang disebabkan karena gaya inersia aliran lebih mendominasi dibanding gaya viskosnya. Kecepatan mesin yang tinggi mengakibatkan aliran yang terjadi baik masuk, di dalam, atau keluar ruang bakar adlah turbulen. Sebagai efek dari turbulen, laju transfer panas di dalam mesin semakin meningkat [3]. Pada aliran yang turbulen, laju transfer dan pencampuran fluida beberapa kali lebih besar daripada laju terhadap difusi molekul [4]. Turbulensi dapat dinyatakan dengan intensitas turbulensi yang didefenisikan sebagai suatu skala yang mengkarakteristikan turbulen dalam persen. Intensitas turbulensi sangat mempengaruhi besaran dari energi kinetik turbulen (k). Hubungan antara energi kinetik turbulen k dan intensitas turbulensi ditunjukkan oleh persamaan 1. k = (u avg I) 2 (1) Pada keadaan aktual, telah diamati bahwa intensitas turbulensi akan turun sebesar 0,15 saat akhir langkah hisap, kemudian penurunan intensitas turbulensi hanya akan turun sebesar 0,1 selama langkah kompresi [5]. Swirl Gerakan aliran swirl adalah gerakan rotasional aliran fluida yang sejajar dengan sumbu silinder. Menciptakan pusaran swirl di dalam silinder adalah cara yang telah diakui dapat meningkatkan turbulensi saat

3 langkah hisap pada motor pembakaran dalam [6]. Aliran swirl sangat meningkatkan pencampuran udara dan bahan bakar untuk memberikan campuran yang homogen dalam waktu yang singkat. Aliran ini juga menjadi mekanisme utama dalam mempercepat penyebaran api saat proses pembakaran [3]. Swirl ratio adalah parameter tanpa dimensi yang didefinisikan sebagai rasio dari kecepatan sudut dan kecepatan aksial fluida di dalam silinder [6]. Swirl ratio digunakan sebagai parameter perhitungan karena nilai ini menunjukkan besar intensitas swirl pada aliran [7]. Semakin besar nilai swirl ratio, maka semakin baik kualitas aliran swirl tersebut. Swirl ratio dapat ditentukan dengan persamaan berikut: S r = (2) V t = ωr (3) V B = (4) V B = Velocity head (m/s) P = Pressure drop (N/m 2 ) ρ = density (kg/m 3 ) V t = tangential velocity (m/s) ω = angular velocity (rad/s) r = radius of cylinder (m) Gerak sudut yang terjadi di dalam silinder sangat non-uniform, nilai maksimumnya tercapai oleh aliran yang jauh dengan dinding, sedangkan nilai minimumnya terjadi pada aliran yang bersentuhan dengan dinding karena adanya hambatan viskos antara dinding dengan fluida. Swirl ratio yang baik berada pada nilai 5-10 untuk mesin-mesin modern [3]. In a four stroke engine induction swirl Tumble Tumble adalah gerakan aliran fluida yang tegak lurus dengan sumbu silindernya. Tumble juga dapat dihasilkan dari efek squish. Squish adalah gerakan yang terjadi ketika piston mendekati titik mati atas. Sesaat sebelum mencapai titik mati atas, volume di sekitar dinding silinder akan semakin mengecil. Fluida yang berada di dinding akan dipaksa bergerak menuju bagian pusat ruang bakar. Gerak tersebut akan berbentuk radial dan volume di dinding piston hampir mendekati nol. Aliran squish tersebut akan menghasilkan gerak tumble sebagai gerakan sekundernya. 4. Metode Komputasi Membuat model aliran fluida di dalam ruang bakar dilakukan untuk menjelaskan karakteristik aliran dan melihat efek yang terjadi pada kecepatan tangensial fluida terhadap perubahan kecepatan mesin, tekanan, turbulensi, dan swirl ratio [6]. Domain yang disiapkan untuk pemodelan meliputi intake port, intake valve, valve seat, dan elbow port. Dua desain cylinder head akan disimulasikan pada penelitian ini, yaitu desain cylinder head aktual dan desain cylinder head alternatif yang telah disiapkan. Dua desain tersebut akan dikomparasikan mana yang lebih baik dalam memproduksi aliran swirl. Geometri dari cylinder head ditunjukkan oleh gambar 2 dan domain fluida untuk pemodelan ditunjukkan oleh gambar 3. Gambar 2. Gambar potongan dari cylinder head

4 Gambar 3. Domain fluida dalam ruang bakar Perangkat lunak yang digunakan dalam melakukan model komputasi adalah Autodesk Inventor 2012 dan ANSYS Workbench 14 dengan sistem analisis Fluent. Autodesk Inventor digunakan untuk membuat pemodelan CAD geometri yang diperlukan sebagai domain untuk simulasi. ANSYS Workbench digunakan untuk melakukan pemodelan dinamika fluida secara numerik dengan aplikasi yang kompak, seperti Mesh Modeler yang membuat mesh menggunakan metode volume kontrol dan Fluent yang memecahkan persamaan aliran dalam silinder dengan menggunakan model turbulensi yang sesuai. Simulasi yang dilakukan hanya memperlihatkan gerak aliran pada saat langkah hisap. Pada simulasi ini, geometri dari bukaan katup dan silinder dibuat pada posisi kritis selama siklus empat langkah berlangsung, yaitu saat katup terbuka penuh dan piston berada pada titik mati bawah. Posisi tersebut memungkinkan fluida untuk mengalir melewati katup dan ruang silinder. Gerakan fluida tersebut dapat dianalisis, seperti fenomena swirl yang terjadi, tingkat turbulensi, dan laju alirannya. Tahap selanjutnya adalah proses mesh pada domain fluida yang telah digambar. Jenis grid yang digunakan pada simulasi ruang bakar ini adalah jenis tetrahedral unstructured. Pertimbangan jenis grid ini adalah karena domain fluida cukup kompleks dan terdapat beberapa titik kritis seperti pada katup masuk sehingga perlu dilakukan perubahan ukuran agar grid pada daerah tersebut lebih rapat sehingga meningkatkan akurasi saat proses simulasi. Tetrahedral unstructured mampu mempersingkat waktu pembuatan model. Langkah selanjutnya adalah mendefinisikan ukuran mesh. Ukuran mesh ditentukan berdasarkan uji ketergantungan mesh. Pada simulasi ini, mesh dibuat dengan kualitas kasar, karena hasil dari mesh kualitas kasar dengan mesh kualitas medium tidak ada perubahan, sehingga mesh kasar dapat digunakan guna mempersingkat waktu iterasi. Gambar 4.Topologi mesh ruang bakar (tampak isometri) Gambar 5. Topologi mesh ruang bakar (gambar potongan dari mesh) Tahap selanjutnya adalah melakukan pendefinisian model menggunakan metode CFD dengan bantuan aplikasi Fluent. Model viskos yang digunakan pada simulasi ini adalah k-epsilon RNG (Re- Normalisation Group). Model viskos ini digunakan karena memiliki persamaan laju disipasi (epsilon) yang dapat meningkatkan akurasi untuk aliran yang terhalang tiba-tiba [8]. Selain itu, efek putaran pada turbulensi yang terdapat pada

5 model k-epsilon RNG dapat meningkatkan akurasi untuk aliran yang berputar (swirl). Untuk menentukan model viskos, perlu dilakukan perhitungan untuk mencari bilangan Reynolds sebagai parameter aliran yang masuk turbulen atau tidak menggunakan persamaan sebagai berikut: Re = (5) D = Diameter pipa ρ = massa jenis fluida (kg/m 3 ) U = kecepatan rata-rata dari fluida yang mengalir (m/s) µ = viskositas dinamik fluida (kg/m.s) Pada model solver, transport spesies digunakan karena ada proses pencampuran material pada simulasi ini. Jumlah material yang bercampur adalah 2, yaitu air dan n- octane-vapor. Kondisi batas yang ditentukan secara default pada Fluent adalah velocity inlet, sedangkan pada kondisi aktual mesin menggunakan karburator sebagai sistem injeksi bahan bakar, sehingga tipe kondisi batas harus diubah menjadi pressure inlet dengan besar tekanan 1 atm atau N/m 2. Pressure outlet digunakan untuk mendefinisikan sisi outlet. Berdasarkan perhitungan p-v diagram, diperoleh nilai tekanan saat langkah hisap sebesar 0,9 atm atau sebesar 91192,5 N/m 2. Untuk kondisi batas pada dinding, simulasi dianggap pada keadaan isothermal sehingga nilai dari temperatur dianggap konstan pada suhu ruangan. Maka pada saat mendefinisikan kondisi batas, nilai temperatur berada pada 300 K. Tahap selanjutnya adalah proses iterasi. Pada proses ini, pemantauan secara terus menerus harus dilakukan sehingga apabila terjadi ketidakstabilan dalam proses iterasi atau proses iterasi memiliki kecenderungan untuk divergen, maka proses iterasi dapat diberhentikan dan diberi nilai inputan baru agar tidak divergen. Setelah proses ini selesai, proses berikutnya adalah tahap post-processing, yaitu menampilkan hasil simulasi. Pada simulasi ini, analisis dilakukan pada 2 desain cylinder head yang berbeda. Desain tersebut adalah desain aktual dan desain alternatif yang memang sengaja dibuat sebagai alternatif desain ruang bakar untuk menghasilkan nilai swirl ratio yang lebih optimum. Desain alternatif tersebut berbeda dari segi bentuk saluran masuk bahan bakarnya, sedangkan bentuk ruang bakar dan posisi katup tetap pada posisi yang sebenarnya. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada bab selanjutnya. 5. Hasil dan Pembahasan Simulasi dilakukan pada masingmasing desain dengan variabel jarak bukaan katup yang bervariasi, mulai dari 4 mm, 3,5 mm, dan 3 mm. Hal ini bertujuan agar proses modifikasi cylinder head dapat dimulai dari hal yang paling sederhana, yaitu memodifikasi jarak buka katup. Jika hasil yang diperoleh masih kurang optimal, maka desain alternatif dapat digunakan untuk menghasilkan swirl ratio yang lebih optimum. Pada mesin 65 cc yang sedang dikembangkan ini, jarak buka katup masuk dan katup keluar aktual adalah 4 mm. Gambar 6 menunjukkan domain dari 2 buah desain cylinder head yang berbeda. (a)

6 berjarak 63,5 mm dari titik mati atas. Bidang ini berfungsi untuk memonitor fenomena yang terjadi pada gerak aliran dan mampu memberikan visualisasi yang bagus terhadap evolusi atau perubahan bentuk dari aliran pada setiap jarak yang berbeda dari titik mati atas. (b) Gambar 6. Tampak atas desain aktual dan alternatif: (a) desain aktual, (b) desain alternatif 5.1. Analisis Desain Aktual pada Jarak Buka Katup 4 mm Untuk dapat melakukan analisis terhadap gerak aliran fluida pada ruang bakar, bidang-bidang 2 dimensi dibuat sebagai daerah untuk memantau aliran pada bidang 1, 2, 3, 4, dan 5. Bidangbidang tersebut memiliki jarak terhadap titik mati atas. Penampang dari bidangbidang tersebut ditunjukkan oleh gambar CA 12,7 mm dari TMA 25,4 mm dari TMA 144 CA 180 CA 38,1 mm dari TMA 50,8 mm dari TMA ,5 mm dari TMA Gambar 7. Bidang 2D sebagai monitoring plane gerak aliran Bidang-bidang monitor tersebut merajuk pada 1 titik referensi, yaitu titik mati atas piston. Setiap bidang yang satu dengan yang lainnya memiliki rentang jarak 12,7 mm. Bidang 1 berjarak 12,7 mm dari titik mati atas, bidang 2 berjarak 25,4 mm dari titik mati atas, bidang 3 berjarak 38,1 dari titik mati atas, bidang 4 berjarak 50,8 mm dari titik mati atas, dan bidang 5 Gambar 8. Medan aliran pada jarak buka katup 4 mm desain aktual Gambar 8 menunjukkan medan aliran pada 5 bidang monitor yang dilihat

7 dari tampak atas atau Y axis. Pada jarak 12,7 mm, medan alirannya masih terlihat sangat acak. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kecepatan aliran yang tinggi pada bidang tersebut. Kecepatan yang tinggi tersebut disebabkan oleh adanya aliran jet pada katup masuk [10]. Fluida diekspansi ke dalam silinder dan memantul ke dinding silinder sehingga membuat momentum sudut yang besar. Selama fluida mengalir melalui katup inlet, momentum fluida di bawah katup exhaust sangat rendah. Fluida dengan momentum sudut yang besar pada dinding silinder yang lain akan bergerak menuju fluida dengan momentum yang kecil, dan aliran tersebut akan menjadi uniform ketika adanya pusaran swirl [11] Analisis Desain Aktual pada Jarak Buka Katup 3,5 mm 12,7 mm dari TMA 25,4 mm dari TMA 12,7 mm dari TMA 25,4 mm dari TMA Pada gambar 9, saat jarak 12,7 mm kombinasi aliran swirl dan turbulensi yang acak terjadi. Hal tersebut dikarenakan adanya aliran jet pada katup masuk sehingga menyebabkan terjadinya aliran yang acak dan bertabrakan dengan dinding sehingga aliran terpecah. Kecepatan ratarata pada bidang ini merupakan yang tertinggi diantara bidang lainnya, yaitu sebesar 33,8618 m/s. Kombinasi berbagai jenis aliran ini membuat proses pencampuran bahan bakar menjadi lebih cepat. Pada jarak 25,4 mm, kecepatan aliran pada bidang ini masih relatif cepat yaitu sekitar 32,4684 m/s. Kecepatan aliran yang tinggi dan adanya viskositas pada fluida membuat aliran ini saling menarik sehingga membentuk pusaran. Pusaran-pusaran tersebut pada awalnya terjadi karena adanya momentum sudut saat aliran menabrak dinding. Pada jarak 50,8 mm tampak terlihat medan aliran dengan kecepatan yang tinggi di bagian permukaan antara pertemuan 2 pusaran swirl. Kecepatan tersebut diakibatkan adanya aliran yang mengalir sepanjang sumbu Y- atau aliran turun mendekati sisi outlet, sehingga pusaran terus terjadi hingga jarak 63,5 mm. 38,1 mm dari TMA 50,8 mm dari TMA 38,1 mm dari TMA 50,8 mm dari TMA 63,5 mm dari TMA Gambar 9. Medan aliran pada jarak buka katup 3,5 mm desain aktual

8 5.3. Analisis Desain Aktual pada Jarak Buka Katup 3 mm 36 CA searah sumbu Y- dan Y+, sehingga pusaran jadi terganggu Analisis Desain Alternatif pada Jarak Buka Katup 4 mm 12,7 mm dari TMA 72 CA 25,4 mm dari TMA 108 CA 12,7 mm dari TMA 25,4 mm dari TMA 38,1 mm dari TMA 50,8 mm dari TMA 12,7 mm dari TMA 25,4 mm dari TMA 63,5 mm dari TMA 38,1 mm dari TMA 50,8 mm dari TMA 63,5 mm dari TMA Gambar 10. Medan aliran pada jarak buka katup 3 mm desain aktual Gambar 10 menunjukkan vektor kecepatan pada 5 bidang monitor yang dilihat dari tampak atas atau Y axis. Seperti pada penjelasan sebelumnya, aliran yang terjadi pada jarak 12,7 mm masih sangat acak karena adanya kecepatan yang tinggi tersebut disebabkan oleh adanya aliran jet pada katup masuk. Kecepatan pada bidang ini adalah 33,8618 m/s. Pada jarak 25,4 mm dan 38,1 mm, aliran mulai membentuk 2 pusaran namun pusaran tersebut semakin memudar seiring dengan terjadinya penurunan kecepatan tangensial. Perubahan posisi pusaran juga sangat dipengaruhi oleh arah aliran yang bergerak Gambar 11. Medan aliran pada jarak buka katup 4 mm desain alternatif Berbeda dengan desain aktual, saluran inlet pada desain alternatif dibuat pada sudut tertentu sehingga saat aliran keluar dari katup, terjadi momentum yang baik antara kecepatan tangensial aliran dengan dinding silinder. Pada jarak 12,7 mm, fluida yang masuk tidak terlalu acak karena sudut inlet pada katup masuk berada pada posisi medium swirl. Posisi tersebut berdampak pada aliran swirl akan terjadi seperti yang dapat terlihat pada bidang-bidang yang lain. Aliran yang

9 homogen tercipta sehingga turbulensi yang terjadi lebih efektif dan memiliki efisiensi energi yang tinggi [9]. Intensitas turbulensi pada jarak 38,1 mm mencapai nilai yang optimal, yaitu sekitar 3%. Gambar streamline dari aliran ditunjukkan pada gambar 11. Pada gambar tersebut terlihat bentuk pusaran aliran yang homogen Analisis Desain Alternatif pada Jarak Buka Katup 3,5 mm beberapa pusaran sekunder. Namun, karena bentuk saluran inlet yang sudah dimodifikasi, aliran swirl akan terjadi seperti yang dapat terlihat pada jarak 25,4 mm. Pada jarak 28,1 mm terlihat bahwa pusaran swirl semakin homogen dan membuat satu pusaran. Aliran ini membuat nilai intensitas turbulensi menurun. Adanya ruang kosong di bagian tengah dapat disebabkan oleh gaya tangensial dan pusaran primer yang mengakibatkan fluida menyebar ke dinding Analisis Desain Alternatif pada Jarak Buka Katup 3 mm ,7 mm dari TMA 25,4 mm dari TMA 12,7 mm dari TMA 12,7 mm dari TMA 25,4 mm dari TMA 25,4 mm dari TMA 38,1 mm dari TMA 50,8 mm dari TMA 38,1 mm dari TMA 50,8 mm dari TMA 38,1 mm dari TMA 50,8 mm dari TMA 63,5 mm dari TMA 63,5 mm dari TMA Gambar 12. Medan aliran pada jarak buka katup 3,5 mm desain alternatif Pada jarak 12,7 mm, fluida yang masuk cukup acak dan terdiri dari kombinasi antara aliran primer dan Gambar 13. Medan aliran pada jarak buka katup 3 mm desain alternatif Pola aliran yang terbentuk pada jarak 12,7 mm cukup mirip dengan pola aliran

10 yang terjadi pada bukaan katup 3,5 mm. Pada jarak 38,1 mm terlihat bahwa pusaran swirl primer terjadi dan kecepatan aliran relatif rendah yaitu 19,64 m/s sehingga nilai swirl ratio pada bidang ini relatif kecil. Pada jarak 63,5 mm, aliran di bagian tengah silinder menjadi kosong karena adanya gaya tangensial dan pusaran primer yang mengakibatkan fluida menyebar ke dinding Analisis Grafik Perbandingan Swirl ratio pada Desain Aktual di Setiap Bidang Monitor Gambar 14 merupakan grafik yang menunjukkan besaran nilai swirl ratio dari hasil simulasi. Berdasarkan bentuk grafik, terlihat bahwa swirl ratio semakin menurun seiring dengan bertambahnya jarak yang ditempuh oleh aliran. Nilai minimum berada pada katup dengan jarak buka 3 mm pada bidang monitor terjauh, yaitu sebesar 0,37 dan nilai maksimum dari swirl ratio berada pada katup dengan jarak buka 4 mm dan 3 mm pada bidang monitor terdekat dari titik mati atas yaitu sebesar 0,83. Nilai dari swirl ratio sangat dipengaruhi oleh 2 parameter penting, yaitu kecepatan aksial dan kecepatan angular dari aliran fluida. Kecepatan aksial sangat tergantung pada besar beda tekanan antara bidang monitor dengan titik mati atas piston. Semakin besar beda tekanannya, maka semakin tinggi kecepatan aksialnya. Kecepatan aksial yang tinggi mengakibatkan semakin menurunnya nilai swirl ratio seperti yang ditunjukkan oleh grafik. Swirl Ratio 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 Grafik Swirl Ratio terhadap Bidang Monitor pada Desain Aktual 0,83 0,83 0,800,79 0,76 0,72 0,57 0,55 0,50 0,47 0,48 0,37 0,38 0, Jarak Terhadap Titik Mati Atas (mm) Gambar 14. Grafik perbandingan swirl ratio desain aktual pada setiap jarak buka katup lift 3 mm lift 3.5mm lift 4 mm 5.9. Analisis Grafik Perbandingan Swirl ratio pada Desain Alternatif di Setiap Bidang Monitor Grafik di bawah ini menunjukkan nilai perbandingan antara swirl ratio terhadap bidang monitor. Pada grafik terlihat bahwa nilai swirl ratio berbanding terbalik dengan langkah stroke dari piston. Semakin jauh jarak yang ditempuh, swirl ratio semakin. Nilai minimum berada pada katup dengan jarak buka 3 mm pada bidang monitor terjauh dari titik mati atas yaitu sebesar 0,57 dan nilai maksimum dari swirl ratio berada pada katup dengan jarak buka 3 mm pula namun pada bidang monitor terdekat dari titik mati atas, yaitu sebesar 1,07. Jika ditinjau lebih seksama, pada jarak buka katup 4 mm terdapat kenaikan nilai swirl ratio di bidang monitor berjarak 50,8 mm dari titik mati atas. Hal ini disebabkan karena tekanan rata-rata di bidang tersebut lebih tinggi dari bidang monitor pada jarak 38,1 mm. Namun pada umunya, grafik menunjukkan penurunan nilai swirl ratio

11 seiring dengan bertambahnya jarak yang ditempuh oleh aliran. Swirl Ratio Perbandingan Swirl Ratio Tiap Bidang pada Desain Alternatif 1,3 1,24 1,2 1,1 1,07 1 0,97 lift 3 mm 0,9 0,89 0,90 0,83 lift 3.5mm 0,8 0,7 0,710,70 0,66 0,66 0,69 lift 4 mm 0,6 0,62 0,560,57 0,5 0,4 0, Jarak Bidang Terhadap Titik Mati Atas (mm) Gambar 15. Grafik perbandingan swirl ratio desain alternatif pada setiap jarak buka katup Analisis Grafik Intensitas Turbulensi pada Desain Aktual di Setiap Bidang Monitor Intensitas turbulensi dipengaruhi oleh kecepatan dan energi kinetik turbulen pada aliran. Dengan menggunakan persamaan 2.3, nilai intensitas turbulensi dapat ditentukan. Nilai intensitas turbulensi ditunjukkan oleh grafik 16. Dari grafik telihat bahwa semakin jauh jarak yang ditempuh oleh aliran, semakin kecil nilai intensitas turbulensinya. Aliran yang terjadi di dalam ruang bakar silinder hampir selalu terjadi olakan. Desainer mesin sangat mengharapkan olakan yang terjadi di dalam ruang bakar agar semakin cepat dan semakin baik tingkat pencampuran udara dan bahan bakar. Semakin tinggi intensitas turbulensinya, maka semakin cepat pembakaran yang terjadi. Namun di sisi lain tingkat turbulensi yang lebih tinggi mengakibatkan meningkatnya laju perpindahan panas ke dinding silinder, sehingga mengurangi efisiensi termalnya. Grafik menunjukkan penurunan intensitas turbulensi sebesar 0,14. Turbulence Intensity 0,18 0,16 0,14 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0,02 0 Perbandingan Intensitas Turbulensi terhadap Bidang monitor pada Desain Aktual 0,16 0,08 0,05 0,05 0,03 0, Jarak Terhadap Titik Mati Atas (mm) Gambar 16. Grafik perbandingan intensitas turbulensi desain aktual pada setiap jarak buka katup Analisis Grafik Intensitas Turbulensi pada Desain Alternatif di Setiap Bidang Monitor Seperti dijelaskan sebelumnya, nilai intensitas turbulensi dipengaruhi oleh kecepatan dan energi kinetik turbulen pada aliran. Nilai maksimum dari intensitas turbulen dicapai oleh jarak buka katup 3 mm dengan nilai intensitas turbulensi sebesar 0,15. Jika melihat grafik swirl ratio pada desain alternatif, nilai swirl ratio tertinggi dicapai oleh katup dengan jarak buka 3,5 mm. Namun intensitas turbulensi pada jarak buka katup 3,5 mm lebih rendah dari jarak buka katup 3 mm. Selama langkah hisap, turbulensi dihasilkan oleh adanya energi kinetik dari momentum dan transport. Penurunan tingkat turbulensi aliran selama langkah hisap diakibatkan oleh adanya disipasi energi kinetik turbulen, sehingga intensitas turbulensinya menurun. Grafik menunjukkan adanya penurunan nilai intensitas turbulensi sebesar 0,13. lift 3 mm lift 3.5mm lift 4 mm

12 Turbulence Intensity 0,16 0,14 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0,02 0 Perbandingan Intensitas Turbulensi terhadap Bidang monitor pada Desain Alternatif 0,15 0,13 0,07 0,06 0,03 0,04 0,03 0,02 0, Jarak Terhadap Titik Mati Atas (mm) Gambar 17. Grafik perbandingan intensitas turbulensi desain alternatif pada setiap jarak buka katup 6. Kesimpulan 1. Nilai swirl ratio pada desain cylinder head aktual dengan jarak buka katup 4 mm masih relatif kecil jika dibandingkan dengan literatur (nilai swirl ratio optimum 5-10 [9]. lift lift lift 2. Perlu dilakukan modifikasi pada cylinder head aktual guna mendapatkan swirl ratio yang lebih baik. 3. Swirl ratio berbanding terbalik dengan jarak tempuh aliran dari titik mati atas piston. Semakin jauh jarak yang ditempuh, semakin kecil swirl ratio. 4. Intensitas turbulensi berbanding terbalik dengan jarak tempuh. 5. Penurunan intensitas turbulensi pada desain aktual adalah 0,14 dan penurunan intensitas turbulensi desain alternatif adalah 0,13. Nilai tersebut mendekati nilai penurunan dari literatur yaitu 0,15 [12]. 6. Desain alternatif menunjukkan swirl ratio yang paling baik pada jarak buka katup 3,5 mm dengan nilai maksimum swirl ratio 1,24 dan intensitas turbulensinya 13 %.

13 References [1] Jeong-Eue Yun (2000). A Study on Combine Effects Between Swirl and Tumble Flow of Intake Port System in Cylinder Head. [2] Martins, Jogre dkk (2009). Design of An Inlet Track of Small I. C. Engine for Swirl Encancement. Jurnal. Universidade do Minho Portugal. of Engineering and Applied Sciences, ISSN [11] Kern Y. Kang and Rolf D. Reitz The effect of intake valve alignment on swirl generation in a DI diesel engine. Journal of Experimental Thermal and Fluid Science. 20: [3] Pulkrabek, Willard W. Engineering Fundamentals of the Internal Combustion Engine. New Jersey: Prentice Hall [4] Kadir, Mohd Taufik (2008). Intake Port Flow Study on Various Cylinder Head Using Flowbench. [5] Lumley, John L. Engines-an Introduction. Cambridge University Press [6] Kumar, Vinodh dkk. Air Flow and Charge Motion Study of Engine Intake Port. Jurnal. Larsen and Tourbo Limited, IES. [7] G. Sridhar, P. J. Paul, & H. S. Mukunda (2003). Simulation of Fluid Flow in A High Compression Ratio Reciprocating Internal Combustion Engine. [8] Tuakia, Firman. Dasar-Dasar CFD menggunakan FLUENT. Bandung: Informatika [9] O.Samimi Abianeh (2007). Investigation of Swirling and Tumbling Flow Pattern of Spark Ignition Engine. [10] Kumar, C.R., Nagarajan, G. Investigation of Flow During Intake Stroke of A Single Cylinder Internal Combustion Engine. ARPN Journal

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B36

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B36 B36 Simulasi Numerik Aliran Tiga Dimensi Melalui Rectangular Duct dengan Variasi Bukaan Damper Edo Edgar Santosa Putra dan Wawan Aries Widodo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

JTM. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, Pengaruh Variasi Sudut Sudu Turbo Cyclone Terhadap Unjuk Kerja Pada Kendaraan Honda Civic SR4

JTM. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, Pengaruh Variasi Sudut Sudu Turbo Cyclone Terhadap Unjuk Kerja Pada Kendaraan Honda Civic SR4 Pengaruh Variasi Sudut Sudu Turbo Cyclone Terhadap Unjuk Kerja Pada Kendaraan Honda Civic SR4 Rendy Meiraga S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya Email : r3nzpotograph@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH PENGURANGAN DIAMETER VALVESTEM DAN PENAMBAHAN RADIUS VALVENECK TERHADAP PERFORMA MOTOR BAKAR HONDA SUPRA FIT 100 CC

PENGARUH PENGURANGAN DIAMETER VALVESTEM DAN PENAMBAHAN RADIUS VALVENECK TERHADAP PERFORMA MOTOR BAKAR HONDA SUPRA FIT 100 CC Jurnal Teknik Mesin, Vol. 16, No. 1, April 2016, 1-8 ISSN 1410-9867 DOI: 10.9744/jtm.16.1.1-8 PENGARUH PENGURANGAN DIAMETER VALVESTEM DAN PENAMBAHAN RADIUS VALVENECK TERHADAP PERFORMA MOTOR BAKAR HONDA

Lebih terperinci

OLEH: Nama : DAYANG NRP : 4209 105 014

OLEH: Nama : DAYANG NRP : 4209 105 014 SKRIPSI (ME 1336) PENGARUH PERUBAHAN COMPRESSION RATIO PADA UNJUK KERJA MOTOR DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR GAS OLEH: Nama : DAYANG NRP : 4209 105 014 JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 10 Avita Ayu Permanasari, Pengaruh Variasi Sudut Butterfly Valve pada Pipa Gas Buang... PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH Oleh: Avita

Lebih terperinci

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK ANALISA ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA SIRKULAR DAN PIPA SPIRAL UNTUK INSTALASI SALURAN AIR DI RUMAH DENGAN SOFTWARE CFD Oleh : MARIO RADITYO PRARTONO 1306481972 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-13 Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin Rahmat Taufiqurrahman dan Vivien Suphandani

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD Tony Suryo Utomo*, Sri Nugroho, Eflita

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE)

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE) STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE) Adhana Tito 2411106007 Dosen Pembimbing : Dr.Gunawan Nugroho, S.T,M.T. NIPN. 1977 11272002

Lebih terperinci

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah PENGERTIAN SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga api pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan bakar dan udara dibakar

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN 3.1 PEMODELAN

BAB 3 PEMODELAN 3.1 PEMODELAN BAB 3 PEMODELAN 3.1 PEMODELAN Pemodelan gas burner dengan menggunakan software fluent bertujuan untuk melihat pengaruh kecepatan injeksi udara tangensial terhadap perubahan kecepatan, tekanan dan turbulensi

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi 4.1 Pertimbangan Awal Pembakar (burner) adalah alat yang digunakan untuk membakar gas hasil gasifikasi. Di dalam pembakar (burner), gas dicampur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perangkat Penelitian Penelitian ini menggunakan perangkat sebagai berikut : 1. Laptop merk Asus tipe A45V dengan spesifikasi, 2. Aplikasi CFD Ansys 15.0 3.2 Diagram Alir

Lebih terperinci

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT 6.2.16 Ridwan Arief Subekti, Anjar Susatyo, Jon Kanidi Puslit Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI Komplek LIPI,

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HERTO

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD ABSTRAK

SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD ABSTRAK VOLUME 10 NO.1, FEBRUARI 2014 SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD A.Husairy 1 dan Benny D Leonanda 2 ABSTRAK Pada

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T

PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T Sarif Sampurno Alumni Jurusan Teknik Mesin, FT, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

Studi Numerik Pengaruh Variasi Jumlah Saluran Masuk Pressure Swirl Atomizer Terhadap Karakteristik Spray

Studi Numerik Pengaruh Variasi Jumlah Saluran Masuk Pressure Swirl Atomizer Terhadap Karakteristik Spray Studi Numerik Pengaruh Variasi Jumlah Saluran Masuk Pressure Swirl Atomizer Terhadap Karakteristik Spray Purnami Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend Haryono No. 167,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motor Bakar Motor bakar torak merupakan salah satu mesin pembangkit tenaga yang mengubah energi panas (energi termal) menjadi energi mekanik melalui proses pembakaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada Penelitian ini dilakukan secara numerik dengan metode Computer Fluid Dynamic (CFD) menggunakan software Ansys Fluent versi 15.0. dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Torak Salah satu jenis penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: performa mesin menggunakan dynotest.pada camshaft standart

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: performa mesin menggunakan dynotest.pada camshaft standart BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Observasi terhadap analisis pengaruh perubahan profil camshaft terhadap unjuk kerja mesin serta mencari refrensi yang memiliki relevansi terhadap judul penelitian.

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tipe terbaru dengan teknologi terbaru dan keunggulan-keunggulan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tipe terbaru dengan teknologi terbaru dan keunggulan-keunggulan lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya animo masyarakat terhadap pengunaan sepeda motor membuat produsen sepeda motor berlomba untuk memproduksi sepeda motor tipe terbaru dengan teknologi terbaru

Lebih terperinci

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Penggerak Mula Materi Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Motor Bakar (Combustion Engine) Alat yang mengubah energi kimia yang ada pada bahan bakar menjadi energi mekanis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 47 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Bab ini menampilkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan masing-masing variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian. Hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara simulasi numerik dengan menggunakan perangkat lunak AVL Fire. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan membuat model

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS

BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS Berdasarkan pemodelan aliran, telah diketahui bahwa penutupan LCV sebesar 3% mengakibatkan perubahan kondisi aliran. Kondisi yang paling penting untuk dicermati adalah

Lebih terperinci

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir. STUDI NUMERIK PENGARUH KELENGKUNGAN SEGMEN KONTUR BAGIAN DEPAN TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI AIRFOIL TIDAK SIMETRIS ( DENGAN ANGLE OF ATTACK = 0, 4, 8, dan 12 ) Dosen Pembimbing Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES SIMULASI

BAB IV PROSES SIMULASI BAB IV PROSES SIMULASI 4.1. Pendahuluan Di dalam bab ini akan dibahas mengenai proses simulasi. Dimulai dengan langkah secara umum untuk tiap tahap, data geometri turbin serta kondisi operasi. Data yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar adalah suatu tenaga atau bagian kendaran yang mengubah energi termal menjadi energi mekanis. Energi itu sendiri diperoleh dari proses pembakaran. Pada

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR Bayu Kusuma Wardhana ), Vivien Suphandani Djanali 2) Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP :

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP : PRESENTASI TUGAS AKHIR SIMULASI NUMERIK (CFD) ALIRAN DUA FASE GAS-SOLID (UDARA- SERBUK BATUBARA) PADA COAL PIPING DI PT. PETROKIMIA GERSIK Oleh: Zulfa Hamdani PowerPoint Template NRP : 2109106008 www.themegallery.com

Lebih terperinci

Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC

Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-161 Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 KAJIAN NUMERIK PENGARUH VARIASI IGNITION TIMING DAN AFR TERHADAP PERFORMA UNJUK KERJA PADA ENGINE MOTOR TEMPEL EMPAT LANGKAH SATU SILINDER YAMAHA F2.5 MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG Oleh: Helmi

Lebih terperinci

Kaji Numerik Aliran Jet-Swirling Pada Saluran Annulus Menggunakan Metode Volume Hingga

Kaji Numerik Aliran Jet-Swirling Pada Saluran Annulus Menggunakan Metode Volume Hingga Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Kaji Numerik Aliran Jet-Swirling Pada Saluran Annulus Menggunakan Metode Volume Hingga Nazaruddin Sinaga Departemen Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Bab III Aliran Putar

Bab III Aliran Putar Bab III Aliran Putar Ada banyak jenis aliran fluida dalam dunia teknik, dimana komponen rotasi dari nilai rata-rata deformasi memberikan kontribusi lebih besar terhadap pola aliran yang terjadi. Memperhatikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK Diameter pipa penstock yang digunakan dalam penelitian ini adalah 130 mm, sehingga luas penampang pipa (Ap) dapat dihitung

Lebih terperinci

Analisis Aliran Fluida Dinamik Pada Draft Tube Turbin Air

Analisis Aliran Fluida Dinamik Pada Draft Tube Turbin Air Analisis Aliran Fluida Dinamik Pada Draft Tube Turbin Air Ridwan Arief Subekti Puslit Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI Komplek LIPI, Jl. Cisitu No.21/154 D Bandung 40135. ridw001@lipi.go.id Abstrak Draft

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motor Bensin Motor bensin adalah suatu motor yang menggunakan bahan bakar bensin. Sebelum bahan bakar ini masuk ke dalam ruang silinder terlebih dahulu terjadi percampuran bahan

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD Herto Mariseide Marbun 1, Mulfi Hazwi 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara,

Lebih terperinci

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO FINONDANG JANUARIZKA L 125060700111051 SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus thermodinamika yang paling banyak digunakan dalam kehidupan manusia. Mobil dan sepeda motor berbahan bakar bensin (Petrol Fuel)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada penelitian ini software yang digunakan untuk simulasi adalah jenis program CFD ANSYS 15.0 FLUENT. 3.1.1 Prosedur Penggunaan Software Ansys 15.0 Setelah

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA Studi Kasus: Pengaruh penambahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS Rio Arinedo Sembiring 1, Himsar Ambarita 2. Email: rio_gurky@yahoo.com 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN

BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN 4.1. Pemodelan dalam EFD Tools Pemodelan komputasi menggunakan paket simulasi EFD Lab.8 yang terintegrasi pada tools CAD Solid Works, di mana proses modelling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Motor Bakar Mesin Pembakaran Dalam pada umumnya dikenal dengan nama Motor Bakar. Dalam kelompok ini terdapat Motor Bakar Torak dan system turbin gas. Proses pembakaran

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK VARIASI TURBULENSI MODEL PADA ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER)

STUDI NUMERIK VARIASI TURBULENSI MODEL PADA ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER) TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI NUMERIK VARIASI TURBULENSI MODEL PADA ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER) Syaiful Rizal 2112105036 Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. SEJARAH MOTOR DIESEL Pada tahun 1893 Dr. Rudolf Diesel memulai karier mengadakan eksperimen sebuah motor percobaan. Setelah banyak mengalami kegagalan dan kesukaran, mak akhirnya

Lebih terperinci

Abstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft

Abstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft Uji Kinerja Motor Bakar Empat Langkah Satu Silinder Dengan Variasi Tinggi Bukaan Katup Pada Sudut Pengapian Sepuluh Derajat Sebelum TMA Dengan Bahan Bakar Pertamax Plus Jhoni Oberton 1, Azridjal Aziz 2

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin, FakultasTeknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstract

Program Studi Teknik Mesin, FakultasTeknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta   Abstract TUGAS AKHIR SIMULASI CFD UNTUK FLUKTUASI TEKANAN PADA KONDENSASI STEAM PADA PIPA KONSENTRIK HORISONTAL DENGAN PENDINGINAN SEARAH DIDALAM RUANG ANULUS Haris Setiawan Program Studi Teknik Mesin, FakultasTeknik,

Lebih terperinci

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang Astu Pudjanarsa Laborotorium Mekanika Fluida Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Fenomena Cyclone Pada proses pembakaran yang terjadi di dalam mesin bensin bergantung pada campuran antara bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam ruang bakar.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

STRESS ANALYSIS PISTON SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK INVENTOR 2015

STRESS ANALYSIS PISTON SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK INVENTOR 2015 TURBO Vol. 6 No. 1. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo STRESS ANALYSIS PISTON SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada penelitian ini menggunakan software jenis program CFD Ansys FLUENT 15.0 dengan diameter dalam pipa 19 mm, diameter luar pipa 25,4 dan panjang pipa

Lebih terperinci

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D STUDI NUMERIK PENGARUH VARIASI REYNOLDS NUMBER DAN RICHARDSON NUMBER PADA KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER) oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP. 2112105028

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal II. TEORI DASAR A. Motor Bakar Motor bakar adalah suatu pesawat kalor yang mengubah energi panas menjadi energi mekanis untuk melakukan kerja. Mesin kalor secara garis besar di kelompokaan menjadi dua

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI Robertus Simanungkalit 1,Tulus B. Sitorus 2 1,2, Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN YAMAHA CRYPTON. Panjang langkah (L) : 59 mm = 5,9 cm. Jumlah silinder (z) : 1 buah

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN YAMAHA CRYPTON. Panjang langkah (L) : 59 mm = 5,9 cm. Jumlah silinder (z) : 1 buah BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN YAMAHA CRYPTON 4.1 Analisa Peningkatan Performa Dalam perhitungan perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kamampuan mesin, yang meliputi

Lebih terperinci

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel A. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah 1. Prinsip Kerja Motor 2 Langkah dan 4 Langkah a. Prinsip Kerja Motor

Lebih terperinci

ABSTRAK. : I Made Sumaryanta

ABSTRAK. : I Made Sumaryanta Nama Program studi Judul ABSTRAK : I Made Sumaryanta : Teknik Mesin : Perubahan rasio kompresi pada sudut 0 o aliran masuk bahan bakar terhadap unjuk kerja mesin 110cc transmisi otomatis dengan bahan bakar

Lebih terperinci

BAB I MOTOR PEMBAKARAN

BAB I MOTOR PEMBAKARAN BAB I MOTOR PEMBAKARAN I. Pendahuluan Motor pembakaran dan mesin uap, adalah termasuk dalam golongan pesawat pesawat panas, yang bertujuan untuk mengubah usaha panas menjadi usaha mekanis. Pada perubahan

Lebih terperinci

Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator

Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator Nafiatun Nisa dan Sutardi

Lebih terperinci

MASUK FAISAL HAJJ MESINN TEKNIK MEDAN Universitas Sumatera Utara

MASUK FAISAL HAJJ MESINN TEKNIK MEDAN Universitas Sumatera Utara ANALISA PRESTASI TURBIN VORTEX DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD PADA DUA VARIASI DIMENSI SUDU SERTA VARIASI DEBIT AIR MASUK SKRIPSI Skripsi Yangg Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate. ANALISA PRESSURE DROP PADA HEAT-SINK JENIS LARGE EXTRUDE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA DAN LEBAR SALURAN IMPINGEMENT MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC) Muchammad 1) Abstrak Pressure drop merupakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI 3.1 KONDISI ALIRAN FLUIDA Sebelum melakukan simulasi, didefinisikan terlebih dahulu kondisi aliran yang akan dipergunakan. Asumsi dasar yang dipakai

Lebih terperinci

SECOND ORDER UPWIND DIFFERENCING SCHEME OF K- TURBULENCE MODEL FOR AIR AND EGR FLOW MIXTURES IN INTAKE MANIFOLD OF DIESEL ENGINE

SECOND ORDER UPWIND DIFFERENCING SCHEME OF K- TURBULENCE MODEL FOR AIR AND EGR FLOW MIXTURES IN INTAKE MANIFOLD OF DIESEL ENGINE Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi SECOND ORDER UPWIND DIFFERENCING SCHEME OF K- TURBULENCE MODEL FOR AIR AND EGR FLOW MIXTURES IN INTAKE MANIFOLD OF DIESEL ENGINE

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

Pemodelan Aliran Fluida dan Pembakaran dalam Ruang Bakar Mesin Diesel Berbahan Bakar Gas Injeksi Langsung Dengan Program Bantu Fire V70b P13

Pemodelan Aliran Fluida dan Pembakaran dalam Ruang Bakar Mesin Diesel Berbahan Bakar Gas Injeksi Langsung Dengan Program Bantu Fire V70b P13 Pemodelan Aliran Fluida dan Pembakaran dalam Ruang Bakar Mesin Diesel Berbahan Bakar Gas Injeksi Langsung Dengan Program Bantu Fire V70b P13 Budi Utomo Kukuh Widodo, Triyogi Yuwono, Yeliana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

IRVAN DARMAWAN X

IRVAN DARMAWAN X OPTIMASI DESAIN PEMBAGI ALIRAN UDARA DAN ANALISIS ALIRAN UDARA MELALUI PEMBAGI ALIRAN UDARA SERTA INTEGRASI KEDALAM SISTEM INTEGRATED CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 SKRIPSI Oleh IRVAN DARMAWAN 04 04 02

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM, WR, WB.

ASSALAMU ALAIKUM, WR, WB. Marine Engineering Dept ITS ASSALAMU ALAIKUM, WR, WB. Presentasi P3 By : Hendra Septiawan (4209100501) Dosen Pembimbing : Semin Sanuri., ST, MT, Ph.D. Ir. Aguk Zuhdi M.F., M.Eng, Ph.D. Marine Engineering

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari 2 buah pipa yang terbuat dari bahan yang berbeda dan ukuran diameter yang berbeda. Pipa bagian dalam terbuat dari tembaga dengan diameter dalam

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN OLI MESIN TERHADAP KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN OLI MESIN TERHADAP KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Kedirgantaraan (SENATIK) Vol. III, 21 Desember 2017, P-ISSN: 2337-3881, E-ISSN: 2528-1666 DOI: http://dx.doi.org/10.28989/senatik.v3i0.122 PENGARUH PEMANASAN BAHAN

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125

PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG Bambang Yunianto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Lebih terperinci

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER C.3 ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER Tommy Hendarto *, Syaiful, MSK. Tony Suryo Utomo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS. TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS. Dosen Pembimbing : SENJA FRISCA R.J 2111105002 Dr. Eng.

Lebih terperinci

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke)

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke) MOTOR BAKAR TORAK Motor bakar torak (piston) terdiri dari silinder yang dilengkapi dengan piston. Piston bergerak secara translasi (bolak-balik) kemudian oleh poros engkol dirubah menjadi gerakan berputar.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 31 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 DESAIN PIPA PENSTOCK Desain Pipa Penstock yang akan berkaitan dengan besar debit air yang mengalir melalui Pipa Penstock. Jadi debit optimum air (Qopt)

Lebih terperinci

PERENCANAAN BATANG TORAK MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 100 CC

PERENCANAAN BATANG TORAK MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 100 CC PERENCANAAN BATANG TORAK MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 100 CC Sasi Kirono, Ery Diniardi, Ridwan Adha Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Dalam komponen motor 4 langkah batang torak merupakan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: B-38

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: B-38 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 B-38 Studi Numerik Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Heat Recovery Steam Generator di PT Gresik Gases and Power Indonesia (Linde

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses BAB II DASAR TEORI 2.1. Definisi Motor Bakar Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses pembakaran. Ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini mesin kalor dibagi menjadi 2

Lebih terperinci