BAB VI PEMBAHASAN. mm (0.2 m). yang membedakannya hanyalah kecepatan terbentuknya semprotran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PEMBAHASAN. mm (0.2 m). yang membedakannya hanyalah kecepatan terbentuknya semprotran"

Transkripsi

1 6.1 Analisis panjang tip penetrasi BAB VI PEMBAHASAN Dari tabel 5.1 pada bab 5 diatas, diketahui bahwa panjang tip penetrasi semprotan untuk setiap pengujian semuanya memiliki panjang yang sama, yaitu 200 mm (0.2 m). yang membedakannya hanyalah kecepatan terbentuknya semprotran tersebut. Dari tabel tersebut diketahui bahwa untuk campuran 5% BD jarak 0.2 m tercapai dalam waktu s sehingga kecepatan tip penetrasinya adalah 25.6 m/s. Sedangkan untuk solar murni 100% D jarak m tercapai hanya dalam waktu s sehingga kecepatan tip penetrasinya 54.1 m/s. Terlihat dari tebel tersebut bahwa semakin banyak persentase biodiesel pada campuran maka akan mengakibatkan akan semakin lama tercapainya tip penetrasi atau dengan kata lain kecepatan tip penetrasinya semakin kecil. Kecepatan tip penetrasi yang paling kecil terdapat pada minyak biodiesel murni 100% BD dimana nilai kecepatan tip penetrasinya tersebut hanya sekitar 16.4 m/s, empat kali lebih kecil dari nilai kecepatan pada minyak solar murni 100% D. Hal ini menjadi wajar adanya dikarenakan kekentalan (viscositas) dari minyak biodiesel yang lebih besar dari pada minyak solar murni sehingga tercapainya tip penetrasi akan lebih lambat untuk jarak yang sama. Yang menjadi pertanyaan besar pada data panjang tip penetrasi ini adalah panjang tip penetrasi yang nilainya sama untuk tiap pengujian yaitu sekitar 200 mm (0.2 m) panjangnya. Dimana panjang 200 mm ini merupakan panjang ruang 51

2 52 penyemprotannya. Panjang sebenarnya dari tip penetrasi ini adalah lebih besar dari 200 mm tersebut. Sedangkan secara teoritis, panjang tip penetrasi ini juga dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan pada bab 2 diatas. Sedangkan secara teoritis, panjang tip penetrasi ini juga dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan pada berikut (Borman, 1998). Dengan nilai L b dapat dihitung melalui rumus (Borman, 2001).: Dimana diketahui bahwa dari data pada Tabel pengujian dan tabel Tabel properties minyak solar murni 100% D didapat : ; dan Sehingga panjang L b : Dan panjang tip penetrasi, L :

3 53 m Melalui mekanisme perhitungan yang sama dengan diatas, selanjutnya didapat data panjang tip penetrasi untuk campuran yang lain. Berikut ini merupakan tabel perbandingan panjang tip penetrasi yang didapat melalui eksperiman dengan panjang tip penetrasi secara teoritis untuk tiap campuran biodiesel. Tabel 6.1 Perbedaan panjang tip penetrasi dari pengujian dan perhitungan teoritis No % Jarak aktual Waktu Jarak teoritis campuran (mm) ms s (mm) Error (%) 1 5% BD > % BD > % BD > % BD > % BD > % D > Panjang tip penetrasi yang didapat melalui perhitungan memang berbeda dengan panjang tip penetrasi yang didapat dengan pengujian, hal ini cukup wajar mengingat keterbatasan alat uji yang panjangnya hanya 200 mm, dan pada semua pengujian panjang tip penetrasinya melebihi panjang dari 200 mm sehingga panjang actual sebenarnya adalah lebih dari 200 mm.

4 54 Jika dibandingkan dengan penelitian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya juga terdapat perbedaan yang relative besar tentang kecepatan tercapainya tip penetrasi ini.pada penelitian ini, waktu yang diperlukan untuk tercapainya panjang tip penetrasi penuh berkisar pada rentan waktu antara ms (3.7 ms untuk 100% D, dan 12.2 ms untuk 100% BD). Sedangkan hasil yang didapat pada pengujian yang sama dengan tekanan injector yang sma pula sekitar 150 bar, waktu yang diperlukan untuk tercapainya tip penetrasi tersebut hanya berkisar pada nilai 1.2 ms saja (Liguan, 2007). Terjadinya perbedaan yang cukup jauh ini kemungkinan disebabkan oleh alat (kamera) dan program yang digunakan untuk olah datanya tidak memiliki spesifikasi yang cukup tinggi. Kamera high speed yang digunakan pada penelitian sebelumnya tersebut menggunakan kamera yang memiliki nilai fps (frame per second) cukup tinggi yakni sekitar fps (Yuan Gao et al, 2005).Sedangkan kamera high definition yang digunakan pada penelitian ini mamiliki nilai fps yang terbatas, hanya memiliki 500 fps saja (kamera NIKON HD). Sehingga cukup wajar jika hasil yang didapat pada penelitian ini masih jauh dari hasil hasil yang telah diperoleh pada penelitian sebelumnya. Pada table 5.1 juga didapatkan nilai kecepatan tip semprotan yang terjadi berkisar 54.1 m/s yang terjadi pada minyak diesel murni (100% D). sedangkan untuk minyak biodiesel murni (100% BD) nilai kecepatan semprotannya paling rendah yaitu hanya sekitar 16.4 m/s. Nilai kecepatan semprotan ini dapat diperkirakan secara teoritis dengan menggunakan persamaan berikut :

5 55 ; Dimana : ; = 150 bar = 1.5 x 10 7 Pa Sehingga nilai kecepatan semprotan ini adalah : = m/s Nilai ini sangat berbeda jauh dengan nilai hasil pengujian pada minyak solar murni yang hanya sekitar 54.0 m/s. Sehingga error yang didapat berdasarkan perbandingan ini adalah sekitar 48 %. Besarnya nilai error tersebut kemungkinan disebabkan oleh kesalahan pada saat olah gambar dengan menggunakan program tertentu. 6.2 Analisis sudut semprotan Dari data yang terdapat pada tabel5.1 pada bab 5 diatas terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang berarti dari semua sudut semprotan yang terbentuk baik untuk tiap campuran biodiesel maupun dengan minyak solar murni 100% D. Untuk campuran biodiesel 5% BD, 10% BD, dan 15% BD memiliki sudut yang sama dengan solar murni 100% D yaitu 19 o. Perbedaan sudut jelas terlihat pada campuran 20% BD dan 100% BD. Campuran 100% BD memiliki sudut yang lebih besar dari solar murni 100% D, yaitu sebesar 21 o.sedangkan campuran 20% BD memiliki sudut

6 56 yang lebih kecil darpada minyak solar murni 100% D. Ini berarti dapat dikatakan bahwa kecenderungan penambahan persentase biodiesel pada solar akan mengakibatkan sudut semprotannya menjadi lebih besar daripada minyak solar murni itu sendiri. Hal ini dikarenakan kekentalan minyak biodiesel yang relative lebih besar, sehingga memiliki hambatan yang besar pada semprotannya sehingga semprotannya akan cenderung melebar daripada memanjang. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti menunjukkan bahwa sudut yang dibentuk oleh semprotan biodiesel dan campurannya dengan dengan solar, memiliki sudut dengan kisaran nilai antara 15 o sampai 25 o (Li guan, 2007).Hal ini berarti memang sudah sesuai antara hasil pengujian pada penelitian ini, dengan hasil yang didapat pada penelitian penelitian sebelumnya. Sedangkan untuk besarnya sudut semprotan secara teoritis, dapat menggunakan rumus berikut ini (Borman, 1998) : Dimana ; dan Sehingga :

7 57 Nilai ini sudah hampir sesuai dengan sudut semprotan yang terjadi pada hasil pengujian ini yang sebesar 13 o - 19 o (nilai rata rata dari sebagian besar semprotan yang terjadi). 6.3 Analisis distribusi diameter butiran Terlihat dari tabel 5.3 dan 5.4 pada bab 5 diatas, bahwa jumlah butiran yang ada pada semprotan akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya persentase campuran biodiesel. Untuk campuran 5% BD, jumlah total butirannya mencapai 5982 buah butiran, sementara campuran 10% BD, 15% BD, 20% BD dan 100% BD jumlah butirannya masing masing adalah 5429 butir, 5056 butir, 4806 butir, dan 3013 butir. Namun demikian terdapat kesamaan dalam hal persentase ukuran diameter butiran yang paling dominan. Ukuran diameter butiran yang paling mendominasi pada tiap semprotannya adalah butiran dengan ukuran diameter µm.ukuran diameter yang paling dominan pada semprotan 5% BD sampai 100% BD adalah sekitar µm dengan persentase rata rata sekitar 50% dari jumlah butiran yang ada. Sedangkan pada minyak solar murni 100% D, diameter yang paling dominannya adalah berukuran 52 µm dengan persentase 79%, jauh lebih besar nilainya dari semua nilai persentase pada biodiesel dan campurannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa penambahan persentase biodiesel pada solar murni akan mengakibatkan jumlah

8 58 partikel yang paling kecil akan berkurang persentasenya seiring dengan meningkatnya persentase biodiesel pada solar tersebut. Gambar 6.1 Perbandingan dengan Penelitian sebelunya. Jika dibandingkan dengan penelitian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat banyak perbedaan tentang distribusi ukuran diameter butiran ini. Penelitian sebelumnya dengan metode dan variable yang sama, didapatkan hasil diameter semprotan yang paling mendominasi adalah butiran dengan ukuran diameter sekitar µm saja seperti terlihat pada gambar 6.1 diatas (liguang,2007). Hal ini kemungkinan terjadi dikarenakan oleh adanya kebocoran pada sisi lubang nosel injector yang mengakibatkan semburannya makin banyak sehingga panjang tip penetrasinya lebih panjang dan juga butiran yang terjadi pada semprotannya menjadi lebih besar ukuran diameternya daripada ukuran seharusnya. Sedangkan pada table 5.4 pada bab 5 diatas juga didapatkan nilai diameter rata rata yang terjadi pada semprotan dengan minyak solar (100% D), didapatkan diameter rata ratanya adalah sekitar 60 µm dan yang paing besar adalah terjadi pada campuran minyak biodiesel 20%, dimana didapatkan nilai diameter rata rata sebesar

9 59 82 µm. Sementara nilai diameter rata rata dari semprotan yang terjadi ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Sauter Mean Diameter (SMD ) berikut (Viriato, et al.1996) : Dimana dari data data sifat minyak biodiesel murni (100% BD) yang ada pada lampiran didapat : Sehingga nilai teoritis dari diameter rata rata untuk semprotan pada minyak 100% BD tersebut adalah sbb : = 44.8 µm Nilai ini lebih kecil daripada nilai yang didapat dari hasil pengujian yang diameter rata ratanya berkisar pada nilai µm.

BAB V DATA PENELITIAN. Pengujian ini menggunakan dua buah bahan bakar, yaitu minyak biodiesel biji

BAB V DATA PENELITIAN. Pengujian ini menggunakan dua buah bahan bakar, yaitu minyak biodiesel biji BAB V DATA PENELITIAN 5. 1 Prosedur Pengambilan Data Pengujian ini menggunakan dua buah bahan bakar, yaitu minyak biodiesel biji nyamplung dan minyak solar. Pengujian dilakukan selama 3 kali pengujian,

Lebih terperinci

UJI KARAKTERISTIK PENYEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL PADA NOZEL MESIN DIESEL DENGAN SISTEM INJEKSI LANGSUNG

UJI KARAKTERISTIK PENYEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL PADA NOZEL MESIN DIESEL DENGAN SISTEM INJEKSI LANGSUNG JURNAL LOGIC. VOL.15. NO.1 MARET 2015 1 UJI KARAKTERISTIK PENYEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL PADA NOZEL MESIN DIESEL DENGAN SISTEM INJEKSI LANGSUNG Agapito Pinto 1), I G B Wijaya Kusuma 2), I W Bandem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bahan bakar minyak fosil (konvensional) khususnya pada transportasi dan

BAB I PENDAHULUAN. pada bahan bakar minyak fosil (konvensional) khususnya pada transportasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber energi utama yang digunakan diberbagai negara masih tergantung pada bahan bakar minyak fosil (konvensional) khususnya pada transportasi dan generator pembangkit

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE BIODIESEL BIJI ALPUKAT DI TINJAU DARI KARAKTERISTIK PANJANG PENYEMPROTAN DAN UKURAN BUTIRAN

PENGUJIAN PERFORMANCE BIODIESEL BIJI ALPUKAT DI TINJAU DARI KARAKTERISTIK PANJANG PENYEMPROTAN DAN UKURAN BUTIRAN JURNAL LOGIC. VOL. 15. NO. 3. NOPEMBER 215 164 PENGUJIAN PERFORMANCE BIODIESEL BIJI ALPUKAT DI TINJAU DARI KARAKTERISTIK PANJANG PENYEMPROTAN DAN UKURAN BUTIRAN Anak Agung Surya Dwi Pramana 1), I Gusti

Lebih terperinci

TESIS PENGUJIAN PERFORMANCE BIODIESEL BIJI ALPUKAT DI TINJAU DARI KARAKTERISTIK PANJANG PENYEMPROTAN DAN UKURAN BUTIRAN

TESIS PENGUJIAN PERFORMANCE BIODIESEL BIJI ALPUKAT DI TINJAU DARI KARAKTERISTIK PANJANG PENYEMPROTAN DAN UKURAN BUTIRAN TESIS PENGUJIAN PERFORMANCE BIODIESEL BIJI ALPUKAT DI TINJAU DARI KARAKTERISTIK PANJANG PENYEMPROTAN DAN UKURAN BUTIRAN Anak Agung Surya Dwi Pramana NIM : 1091961001 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 16 lokasi rawan bencana yang tersebar di 4 kecamatan (BPBD, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 16 lokasi rawan bencana yang tersebar di 4 kecamatan (BPBD, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Denpasar sebagaimana kota - kota besar di Indonesia juga mempunyai masalah yang sama di bidang kebencanaan. Bencana yang kerap timbul di kota besar Indonesia

Lebih terperinci

UJI VARIASI TEKANAN NOSEL TERHADAP KARAKTERISTIK SEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL

UJI VARIASI TEKANAN NOSEL TERHADAP KARAKTERISTIK SEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL TESIS UJI VARIASI TEKANAN NOSEL TERHADAP KARAKTERISTIK SEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL I WAYAN SUMA WIBAWA NIM : 1491961005 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Uji Variasi Tekanan Nosel Terhadap Karakteristik Semprotan Bahan Bakar Biodiesel

Uji Variasi Tekanan Nosel Terhadap Karakteristik Semprotan Bahan Bakar Biodiesel Jurnal METTEK Volume 1 No 2 (2015) pp 35 44 ojs.unud.ac.id/index.php/mettek Uji Variasi Tekanan Nosel Terhadap Karakteristik Semprotan Bahan Bakar Biodiesel I Wayan Suma Wibawa 1)*, I Gusti Bagus Wijaya

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1.Analisa Diameter Rata-rata Dari hasil simulasi yang telah dilakukan menghasilkan proses atomisasi yang terjadi menunjukan perbandingan ukuran diameter droplet rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami fluktuasi harga seiring menipisnya persediaan minyak dunia. Bila hal

BAB I PENDAHULUAN. mengalami fluktuasi harga seiring menipisnya persediaan minyak dunia. Bila hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar nabati semakin populer ketika bahan bakar fosil mulai mengalami fluktuasi harga seiring menipisnya persediaan minyak dunia. Bila hal tersebut terjadi terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta polusi udara

BAB I PENDAHULUAN. serta polusi udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan bidang industri dan transportasi, konsumsi bahan bakar minyak bumi semakin meningkat. Akibatnya persediaan minyak bumi yang terdapat di dunia semakin

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN : 2085-4218 Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi Burhan Fazzry 1,*,

Lebih terperinci

UJI KARAKTERISTIK SEMPROTAN BIODIESEL MINYAK BIJI PINANG DAN UNJUK KERJA PADA MESIN DIESEL SILINDER TUNGGAL PUTARAN STATIONER

UJI KARAKTERISTIK SEMPROTAN BIODIESEL MINYAK BIJI PINANG DAN UNJUK KERJA PADA MESIN DIESEL SILINDER TUNGGAL PUTARAN STATIONER JURNAL LOGIC. VOL. 15. NO. 3. NOPEMBER 2015 147 UJI KARAKTERISTIK SEMPROTAN BIODIESEL MINYAK BIJI PINANG DAN UNJUK KERJA PADA MESIN DIESEL SILINDER TUNGGAL PUTARAN STATIONER I Ketut Kariada, I Gusti Bagus

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut njeksi Burhan Fazzry, ST, MT. (), Agung Nugroho, ST., MT. Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan nformatika, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH PADA UJUNG NOSEL SEDERHANA

ANALISIS PEMBENTUKAN SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH PADA UJUNG NOSEL SEDERHANA ANALISIS PEMBENTUKAN SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH PADA UJUNG NOSEL SEDERHANA Oleh Dosen Pembimbing : I Gusti Ngurah Bagus Yoga Junaya : Dr. Ir. I Ketut Gede Wirawan, MT : Dr. Wayan Nata Septiadi, ST,

Lebih terperinci

Uji Karakteristik Distribusi Butiran Minyak Kelapa Pada Semburan Nosel Burner Sederhana

Uji Karakteristik Distribusi Butiran Minyak Kelapa Pada Semburan Nosel Burner Sederhana Uji Karakteristik Distribusi Butiran Minyak Kelapa Pada Semburan Nosel Burner Sederhana Ari Dwi Agus Sulistyo 1)*, I Ketut Gede Wirawan 2), Ainul Ghurri 2) 1) Mahasiswa Magister Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Pada penelitian ini, bahan yang digunakan dalam proses penelitian diantaranya adalah : 3.1.1. Mesin Diesel Mesin diesel dengan merk JIANGDONG R180N 4 langkah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Setelah melakukan pengujian maka diperoleh beberapa data, diantaranya adalah data pengujian penghembusan udara bertekanan, pengujian kekerasan Micro Vickers dan pengujian

Lebih terperinci

PENDEKATAN DENGAN CFD UNTUK POLA SEMPROTAN SINGLE HOLE PADA RUANG BAKAR DENGAN BENTUK D DAN M DESIGN DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL

PENDEKATAN DENGAN CFD UNTUK POLA SEMPROTAN SINGLE HOLE PADA RUANG BAKAR DENGAN BENTUK D DAN M DESIGN DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL PENDEKATAN DENGAN CFD UNTUK POLA SEMPROTAN SINGLE HOLE PADA RUANG BAKAR DENGAN BENTUK D DAN M DESIGN DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL I Gede Teddy Prananda Surya, Djoko Sungkono Kawano Program Pasca Sarjana,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI CFD PADA MESIN DIESEL INJEKSI LANGSUNG DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DAN SOLAR TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI CFD PADA MESIN DIESEL INJEKSI LANGSUNG DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DAN SOLAR TESIS UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI CFD PADA MESIN DIESEL INJEKSI LANGSUNG DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DAN SOLAR TESIS DODY DARSONO 0806423961 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPOK JUNI 2010 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan disajikan dalam bentuk gambar dan grafik. Penyajian dalam bentuk gambar dan grafik dengan tujuan agar lebih mudah dalam menganalisa dan memudahkan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI TEKANAN DAN DIAMETER NOSEL TERHADAP SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH

STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI TEKANAN DAN DIAMETER NOSEL TERHADAP SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI TEKANAN DAN DIAMETER NOSEL TERHADAP SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH Oleh Pembimbing I Pembimbing II : I Komang Juniarta : Dr. Ir. I Ketut Gede Wirawan, MT : Ainul Ghurri, ST,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan data dan pengumpulan data.data yang dikumpulkan meliputi data spesifikasi obyek penilitian dan hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI LINTASAN UJI Tanah yang digunakan untuk pengujian kinerja traktor tangan Huanghai DF-12L di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, IPB adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER Di susun oleh : Cahya Hurip B.W 11504244016 Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2012 Dasar

Lebih terperinci

Karakteristik Semprotan Bahan Bakar Biodiesel Pada Sistem Injeksi Common-Rail Ainul Ghurri (KE - 012)...146

Karakteristik Semprotan Bahan Bakar Biodiesel Pada Sistem Injeksi Common-Rail Ainul Ghurri (KE - 012)...146 Variasi Laju Aliran Biogas Pada Sistem Pembilasan Menggunakan Campuran Naoh Dan H2o Untuk Pemurnian Biogas Dari Pengotor Co2 I Nyoman Suprapta Winaya, Pande Made Kerta Wibawa, IGN Putu Tenaya (KE - 010)...

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK POLA SEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DI RUANG BAKAR MEXICAN HAT DENGAN CFD SOLVER FLUENT 6.3

SIMULASI NUMERIK POLA SEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DI RUANG BAKAR MEXICAN HAT DENGAN CFD SOLVER FLUENT 6.3 SIMULASI NUMERIK POLA SEMPROTAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DI RUANG BAKAR MEXICAN HAT DENGAN CFD SOLVER FLUENT 6.3 Arya Wulung, Djoko Sungkono Kawano Program Pasca Sarjana, Jurusan Teknik Mesin, FTI Institut

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN VISKOSITAS Viskositas merupakan nilai kekentalan suatu fluida. Fluida yang kental menandakan nilai viskositas yang tinggi. Nilai viskositas ini berbanding terbalik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Sumber Daya Air Wageningen, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LAJU PEMBAKARAN MINYAK JARAK PAGAR DENGAN PENAMBAHAN PARTIKEL KARBON BIO

KARAKTERISTIK LAJU PEMBAKARAN MINYAK JARAK PAGAR DENGAN PENAMBAHAN PARTIKEL KARBON BIO KARAKTERISTIK LAJU PEMBAKARAN MINYAK JARAK PAGAR DENGAN PENAMBAHAN PARTIKEL KARBON BIO L. Mustiadi. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang Jl. Raya Karanglo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diformulasikan khusus untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diformulasikan khusus untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiesel Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diformulasikan khusus untuk mesin diesel yang terbuat dari minyak nabati (bio-oil). Proses pembuatan biodiesel adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Kinerja Mesin Diesel Hasil penelitian dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan data dan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi

Lebih terperinci

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional 25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Tekanan Terhadap Sudut Semburan Minyak Jelantah

Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Tekanan Terhadap Sudut Semburan Minyak Jelantah Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 6 No. 2, Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Tekanan Terhadap Sudut Semburan Minyak Jelantah I Komang Juniarta, I Ketut Gede Wirawan, Ainul Ghurri Program Studi

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE Darwin R.B Syaka 1*, Ragil Sukarno 1, Mohammad Waritsu 1 1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Alpukat Alpukat, atau Persea Americana tumbuhan ini berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah dan kini banyak dibudidayakan di Amerika Selatan dan Amerika Tengah sebagai tanaman

Lebih terperinci

PENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko

PENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko 1 PENGECATAN Oleh: Riswan Dwi Djatmiko Salah satu proses finishing yang terpopuler di kalangan masyarakat adalah proses pengecatan (painting). Proses ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan beaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah produksi, konsumsi dan impor bahan bakar minyak di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah produksi, konsumsi dan impor bahan bakar minyak di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi masyarakat Indonesia. Setiap harinya bahan bakar minyak digunakan untuk membantu aktifitas masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Daya motor dapat diketahui dari persamaan (2.5) Torsi dapat diketahui melalui persamaan (2.6)

BAB III METODE PENELITIAN. Daya motor dapat diketahui dari persamaan (2.5) Torsi dapat diketahui melalui persamaan (2.6) BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Contoh Perhitungan Contoh perhitungan motor diesel dengan bahan bakar solar pada putaran 3000 rpm adalah sebagai berikut: 3.1.1.Brake Horse Power Daya motor dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektivitas Penyemprotan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum pengaplikasian herbisida, terlebih dahulu diukur jumlah persentase gulma dilahan A, B, dan C. Menurut usumawardani (1997) penutupan gulma

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan hasil dan pembahasan mengenai pelaksanaan penelitian sejak awal dimulainya penelitian hingga didapat desain dan data analisis kinerja pompa vakum. V.1.

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data berupa ketinggian permukaan fluida uji (h), debit aliran dari ketinggian permukaan fluida

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pendugaan Hubungan Perubahan Suhu dan Viskositas Minyak terhadap Panjang Pipa Pemanas Minyak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pendugaan Hubungan Perubahan Suhu dan Viskositas Minyak terhadap Panjang Pipa Pemanas Minyak HASIL DAN PEMBAHASAN Pendugaan Hubungan Perubahan Suhu dan Viskositas Minyak terhadap Panjang Pipa Pemanas Minyak Dari penghitungan yang telah dilakukan pada Lampiran 3, diketahui bahwa untuk menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, meningkatnya kegiatan Industri dan jumlah penduduknya, maka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, meningkatnya kegiatan Industri dan jumlah penduduknya, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik saat ini sudah merupakan suatu kebutuhan primer kehidupan masyarakat maupun bagi perkembangan menyeluruh suatu bangsa. Khususnya di Indonesia, meningkatnya

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta e-mail : ismanto_ujb@yahoo.com

Lebih terperinci

SNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik

SNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi anionik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang terjadi saat ini banyak sekali inovasi baru yang tercipta khususnya di dalam dunia otomotif. Dalam perkembanganya banyak orang yang

Lebih terperinci

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting Sandblasting Sandblasting adalah suatu proses pembersihan dengan cara menembakan partikel (pasir) kesuatu permukaan material sehingga menimbulkan gesekan atau tumbukan. Permukaan material tersebut akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No. 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pemeriksaan material dasar dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pasir Ynag digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK BIODIESEL MINYAK BIJI PINANG

PENGUJIAN KARAKTERISTIK BIODIESEL MINYAK BIJI PINANG TESIS PENGUJIAN KARAKTERISTIK BIODIESEL MINYAK BIJI PINANG I KETUT KARIADA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENGUJIAN KARAKTERISTIK BIODIESEL MINYAK BIJI PINANG I KETUT KARIADA

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK INJEKSI DAN KINERJA MESIN DIESEL SATU SILINDER KETIKA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX

KARAKTERISTIK INJEKSI DAN KINERJA MESIN DIESEL SATU SILINDER KETIKA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX KARAKTERISTIK INJEKSI DAN KINERJA MESIN DIESEL SATU SILINDER KETIKA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX Ahmad Thoyib Program Study Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil pengujian agregat kasar dan halus No Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi

Lebih terperinci

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan

Lebih terperinci

BAB V Aliran bahan bakar II. Pompa bahan bakar BOSCH

BAB V Aliran bahan bakar II. Pompa bahan bakar BOSCH BAB V I. Aliran bahan bakar Bahan bakar yang dipergunakan untuk pembakaran dalam silinder motor dialirkan dari tanki harian bahan bakar yang ditempatkan diatas dari motor tersebut, diteruskan ke feed pump,

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH TEMPERATUR PREHEATING DAN TEKANAN MINYAK KELAPA TERHADAP SUDUT SEMBURAN NOSEL. Oleh : I PUTU AGUS ARISUDANA JURUSAN TEKNIK MESIN

SKRIPSI PENGARUH TEMPERATUR PREHEATING DAN TEKANAN MINYAK KELAPA TERHADAP SUDUT SEMBURAN NOSEL. Oleh : I PUTU AGUS ARISUDANA JURUSAN TEKNIK MESIN SKRIPSI PENGARUH TEMPERATUR PREHEATING DAN TEKANAN MINYAK KELAPA TERHADAP SUDUT SEMBURAN NOSEL Oleh : I PUTU AGUS ARISUDANA 1104305001 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 Kampus

Lebih terperinci

Presentasi P3 Tugas Akhir Lb Laboratorium Marine Power Plant

Presentasi P3 Tugas Akhir Lb Laboratorium Marine Power Plant Presentasi P3 Tugas Akhir Lb Laboratorium Marine Power Plant ANALISA PERFOrMA MESIN DIESEL BERBAHAN BAKAR BATUBARA CAIR BERBASIS PADA SIMULASI AGUS BUDIANTO/ 4209100084 OUTLINE 1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Mengenal Motor Diesel Motor diesel merupakan salah satu tipe dari motor bakar, sedangkan tipe yang lainnya adalah motor bensin. Secara sederhana prinsip pembakaran pada motor

Lebih terperinci

Ma ruf Ridwan K

Ma ruf Ridwan K 1 Pengaruh penambahan kadar air dalam bahan bakar solar dan tekanan pengabutan terhadap emisi kepekatan asap hitam motor diesel donfenk Oleh : Ma ruf Ridwan K 2502009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif lain yang dapat dijadikan sebagai solusi. Pada umumnya sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. alternatif lain yang dapat dijadikan sebagai solusi. Pada umumnya sumber energi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perindustrian di Indonesia akan menyebabkan kebutuhan bahan bakar fosil yang semakin meningkat sehingga dibutuhkan bahan bakar alternatif lain yang dapat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL & ANALISIS

BAB 4 HASIL & ANALISIS BAB 4 HASIL & ANALISIS 4.1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK WATER MIST UNTUK PEMADAMAN DARI SISI SAMPING BAWAH (CO-FLOW) Untuk mengetahui kemampuan pemadaman api menggunakan sistem water mist terlebih dahulu perlu

Lebih terperinci

Kecepatan putaran poros / journal BAB I PENDAHULUAN

Kecepatan putaran poros / journal BAB I PENDAHULUAN ρ Rapat massa kg/m 3 Kecepatan putaran poros / journal rpm BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Dalam sistem perawatan elemen mesin telah dikenal luas teknik pelumasan, yang berperan penting dalam mengendalikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI MASSA JENIS Massa jenis atau kerapatan suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan massa dengan olum zat tersebut m V ρ = massa jenis zat (kg/m 3 ) m = massa

Lebih terperinci

Pembimbing : Prof. Dr. Ing. Suhardjono MSc. Oleh : Dwi Rahmad F. NRP:

Pembimbing : Prof. Dr. Ing. Suhardjono MSc. Oleh : Dwi Rahmad F. NRP: Pembimbing : Prof. Dr. Ing. Suhardjono MSc. Oleh : Dwi Rahmad F. NRP: 2103100011 Latar Belakang Masalah Ketidakmampuan pemesinan konvensional mengerjakan produk dengan kekerasan tinggi dengan bentuk yang

Lebih terperinci

PENGARUH PERSENTASE BIODIESEL MINYAK NYAMPLUNG SOLAR TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DROPLET

PENGARUH PERSENTASE BIODIESEL MINYAK NYAMPLUNG SOLAR TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DROPLET Jurnal Rekayasa Mesin Vol.8, No.1 Tahun 2017: 9 14 ISSN 2477-6041 PENGARUH PERSENTASE BIODIESEL MINYAK NYAMPLUNG SOLAR TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DROPLET Misbachudin 1, Lilis Yuliati 2, Oyong Novareza

Lebih terperinci

Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS

Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS Andi Saidah 1) 1) Jurusan Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Jl. Sunter Permai Raya Sunter Agung Podomoro

Lebih terperinci

perbandingan berat serbuk mulai dari mesh size >300 hingga mesh size

perbandingan berat serbuk mulai dari mesh size >300 hingga mesh size BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas perbandingan hasil distribusi serbuk dan bentuk serbuk yang didapat pada setiap masing-masing kelompok nozzle dengan metoda atomisasi udara

Lebih terperinci

Dimas bagas prakoso

Dimas bagas prakoso ME091329 - SKRIPSI Dept. of Marine Engineering i Dimas bagas prakoso 4207100047 1 LATAR BELAKANG Memanfaatan gas buang dari mesin diesel untuk dijadikan energi tambahan, energi tambahanyang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR BENSIN DAN MOTOR DIESEL

BAB II MOTOR BENSIN DAN MOTOR DIESEL BAB II MOTOR BENSIN DAN MOTOR DIESEL I. Motor Bensin dan Motor Diesel a. Persamaan motor bensin dan motor diesel Motor bensin dan motor diesel sama sama mempergunakan jenis bahan bakar cair untuk pembakaran.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 56 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan 1. Pengujian agregat Hasil Pengujian sifat fisik agregat dan aspal dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 5.1. Hasil Pengujian Agregat Kasar dan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PEMANAS BAHAN BAKAR TERHADAP PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG MOTOR DIESEL MITSUBISHI MODEL 4D34-2A17 Indartono 1 dan Murni 2 ABSTRAK Efisiensi motor diesel dipengaruhi

Lebih terperinci

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2 DINAMIKA FLUIDA FLUIDA DINAMIS SIFAT UMUM GAS IDEAL Aliran fluida dapat merupakan aliran tunak (STEADY ) dan tak tunak (non STEADY) Aliran fluida dapat termanpatkan (compressibel) dan tak termanfatkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 PENGUKURAN VISKOSITAS MINYAK NYAMPLUNG Nilai viskositas adalah nilai yang menunjukan kekentalan suatu fluida. semakin kental suatu fuida maka nilai viskositasnya semakin besar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Lempung Ekspansif Petry dan Little (2002) menyebutkan bahwa tanah ekspansif (expansive soil) adalah tanah yang mempunyai potensi pengembangan atau penyusutan yang tinggi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei sampai bulan Agustus 2010. Bertempat di Laboratorium Pengawasan Mutu, Departemen Teknologi Industri Pertanian, dan Bengkel

Lebih terperinci

PENGARUH ASBUTON MURNI TERHADAP INDEKS PENETRASI ASPAL

PENGARUH ASBUTON MURNI TERHADAP INDEKS PENETRASI ASPAL PENGARUH ASBUTON MURNI TERHADAP INDEKS PENETRASI ASPAL Eva Wahyu Indriyati Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman Jln. Mayjend. Sungkono KM 5, Blater Purbalingga indriyati.eva@gmail.com

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Beberapa topik tegangan permukaan Fenomena permukaan sangat mempengaruhi : Penetrasi melalui membran

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF 4.1 Pengetahuan Dasar Tentang Bahan Bakar Bahan bakar adalah suatu pesawat tenaga yang dapat mengubah energi panas menjadi tenaga mekanik dengan jalan pembakaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av Contoh Soal dan tentang Fluida Dinamis, Materi Fisika kelas 2 SMA. Mencakup debit, persamaan kontinuitas, Hukum Bernoulli dan Toricelli dan gaya angkat pada sayap pesawat. Rumus Minimal Debit Q = V/t Q

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang berimbas pada kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 17 BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal dan segala referensi yang mendukung guna kebutuhan penelitian. Sumber yang diambil adalah sumber yang berkaitan

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH Sri Sunarjono 1, Robby Samantha 2 1 Dosen Pengajar Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENGUJIAN

BAB III METODELOGI PENGUJIAN BAB III METODELOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Pengujian Minyak Pelumas Pengisian Minyak dan Pemanasan Oli SAE 15W/40 Oli SAE 40 Data Pengujian Oli Pengujian Bantalan Luncur dan Kekentalan 1.1000 Rpm 2.1500

Lebih terperinci

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id DINAMIKA FLUIDA nurhidayah@unja.ac.id nurhidayah.staff.unja.ac.id Fluida adalah zat alir, sehingga memiliki kemampuan untuk mengalir. Ada dua jenis aliran fluida : laminar dan turbulensi Aliran laminar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Simulasi dan Analisa Pola aliran yang direncanakan untuk terbentuk pada semua variasi kecepatan untuk air maupun udara adalah pola aliran strata licin (stratified).

Lebih terperinci

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Beberapa topik tegangan permukaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN PANJANG FLAME BABINGTON BURNER

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN PANJANG FLAME BABINGTON BURNER PERANCANGAN DAN PENGUJIAN PANJANG FLAME BABINGTON BURNER Dwinanto 1), Hijrachaer W. 2) 1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa E-mail: dwinanto@ft-untirta.ac.id 2) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. 23,2 cm merupakan jarak untuk 1 sinyal pulsa yang dihasilkan oleh sensor Vehicles Speed. Dimana angka ini didapat dari:

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. 23,2 cm merupakan jarak untuk 1 sinyal pulsa yang dihasilkan oleh sensor Vehicles Speed. Dimana angka ini didapat dari: BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan pengujian dari sensor yang digunakan, dan kemudian akan dilakukan analisis dari data yang didapat tersebut. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA DALAM CAMPURAN BATU BARA-AIR (COAL WATER MIXTURE) TERHADAP KESTABILAN SEMPROTAN

SIMULASI NUMERIK PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA DALAM CAMPURAN BATU BARA-AIR (COAL WATER MIXTURE) TERHADAP KESTABILAN SEMPROTAN SIMULASI NUMERIK PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA DALAM CAMPURAN BATU BARA-AIR (COAL WATER MIXTURE) TERHADAP KESTABILAN SEMPROTAN Bambang Sudarmanta, Kadarisman dan Suroto Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN BAB III METODOLOGI PENGUKURAN Kincir angin merupakan salah satu mesin konversi energi yang dapat merubah energi kinetic dari gerakan angin menjadi energi listrik. Energi ini dibangkitkan oleh generator

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Andhika Bramida H. Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok 16424 Indonesia andhika.bramida@ui.ac.id

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci