KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI"

Transkripsi

1 44 KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI Kabupaten Bogor merupakan wilayah dari Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Banten dan bagian dari wilayah Jabodetabek. Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak pada koordinat 6 19 LS ~ 6 47 LS dan BT ~ BT. Ibukota kabupaten terletak di Cibinong. Menurut analisis data spasial yang dikeluarkan oleh Bappeda Kabupaten Bogor (1997), luas wilayah Kabupaten Bogor adalah Ha. Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan dengan 426 desa/kelurahan, RW, dan RT serta rumah tangga yang terdaftar dalam registrasi. Dari jumlah desa tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu desa kota dan desa perdesaan yang masing-masing berjumlah 192 dan 234 desa. Kabupaten Bogor terletak pada ketinggian berkisar antara 50 m ~ 3000 m diatas permukaan laut dengan topografi yang beragam, mulai dari yang landai sampai dengan yang bertopografi berat. Wilayah Kabupaten Bogor dilalui oleh sungaisungai besar dan kecil yang semuanya berjumlah 339 buah, terdapat 122 buah situ dan 63 buah mata air (BPS, Kabupaten Bogor 2005). Jumlah penduduk di Kabupaten Bogor hingga akhir 2005 tercatat jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata sebanyak jiwa per km². Tingkat kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Bogor sangat bervariasi dari yang relatif rendah yaitu di Kecamatan Sukamakmur (457 jiwa per km²) dan kepadatan tertinggi di Kecamatan Bojong Gede (4 767 jiwa per km²). Dalam konteks regional Bodetabek-Puncur, Kabupaten Bogor memiliki fungsi dan peranan sebagai daerah konservasi air dan tanah sehingga dikategorikan sebagai sebagai kawasan yang mepunyai nilai strategis yaitu sebagai kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya bagi wilayah Daerah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2 45 Kabupaten Bogor sebagai salah satu hinterland Jakarta, telah berkembang menjadi daerah limpahan Jakarta pada sektor permukiman dan industri. Perkembangan tersebut telah pula mengancam keberadaan fungsi Kabupaten Bogor sebagai daerah konservasi air dan tanah (Kepres 114 tahun 1999, tentang Penataan Ruang Kawasan BOPUNCUR, secara tegas menyatakan bahwa kawasan Bopuncur sebagai kawasan konservasi air dan tanah). Hal tersebut diatas menjadi kendala bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam pengelolaan maupun pengendaliannya, khususnya dalam pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung (kawasan hutan lindung). Dalam upaya mempertahankan fungsi utama kawasan dan eksistensi dari satu kawasan, pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah Kabupaten Bogor yang dituangkan dalam Perda No 17 tahun 2000, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor, merupakan derifative dari Kepres 114/1999. Dengan memperhatikan aspek perlindungan lingkungan, kebijakan perwilayah di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8 Kebijakan perwilayahan di Kabupaten Bogor WILAYAH BARAT WILAYAH TIMUR WILAYAH TENGAH STRATEGI PEMBANGUNAN Percepatan pembangunan dalam rangka keseimbangan pembangunan antar wilayah, melalui Investasi Pemerintah Pemberian Insentif dan Kemudahan Perijinan. ARAH PEMBANGUNAN Agroindustri & Agribisnis Intensifikasi & Ekstensifikasi pertanian Agrowisata & Ekowisata Sarpras Perhubungan ke sentra produksi & daerah tertinggal / terisolir Perkebunan Inti Rakyat Pelestarian daerah resapan air STRATEGI PEMBANGUNAN Pemantapan Pembangunan dalam rangka keseimbangan pembangunan antar wilayah, melalui Keseimbangan investasi Pemerintah, dan Masyarakat Optimalisasi Pertanian lahan basah & lahan kering ARAH PEMBANGUNAN Permukiman Industri Manufaktur dan Jasa Perdagangan Diversifikasi Pertanian. Pariwisata - Ekowisata Sarpras Produksi, Koleksi & Distribusi. Sarpras perhubungan kesentra produksi, daerah tertinggal / terisolir STRATEGI PEMBANGUNAN Pengendalian Pembangunan dalam rangka keseimbangan pembangunan antar wilayah, melalui : Pemanfaatan SDA & Lingkungan yg berkelanjutan Pengendalian alih fungsi lahan Optimalisasi peran serta Masyarakat dalam pembiayaan pembangunan ARAH PEMBANGUNAN Permukiman, Industri, Pariwisata. Kegiatan Jasa & Perdagangan (retail & regional) Peran serta masyarakat dalam pengelolaan Sarpraswil Sarana & prasarana produksi, koleksi & distribusi Pelestarian daerah resapan air

3 Gambar 8 Peta perwilayahan Kabupaten Bogor 46

4 47 Kecamatan Cibinong Secara geografis Kecamatan Cibinong merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Bogor yang terletak antara Bujur Timur dan Lintang Selatan. Terdiri dari 3 kelurahan dan 9 desa, sebelah Utara berbatasan dengan 3 kecamatan Kota Depok yaitu Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Cimanggis. Sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede, sebelah Selatan berbatasan dengan 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Semplak dan Kedung Halang dan sebelah Timur berbatasan dengan 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Citeureup. Berdasarkan batas wilayah dan perkembangannya, Kota Cibinong diapit oleh 2 (dua) buah Kota yang lebih dahulu berkembang, yaitu Kota Bogor (Selatan Cibinong) dan Kota Depok (Utara Cibinong). Kondisi tersebut, Kota Cibinong seolah terjepit antara dua pusat kegiatan yang mempunyai daya tarik (pelayanan wilayah) yang tinggi terhadap wilayah sekitarnya termasuk perkotaan Cibinong, yang pada akhirnya Kota Cibinong dapat mengembangkan fungsi-fungsi perkotaan yang seharusnya terdapat di kota ini. Gambar 9 Gapura selamat datang dan Sungai Ciliwung di Kota Cibinong Dari peta topografi, daerah Cibinong berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut. Sedangkan jenis tanah di Kecamatan Cibinong adalah Latosol dan jenis batuannya adalah batuan Sedimen Plistosen. Pada tahun 2005,

5 48 jumlah penduduk di kecamatan Cibinong jiwa, dengan kepadatan rata-rata jiwa/km² (lihat Gambar 8). Berdasarkan data statistik dalam kurun waktu , secara umum laju pertambahan penduduk di Kecamatan Cibinong 4,6 % per tahun. Tabel 9 Jumlah penduduk di Kecamatan Cibinong tahun 2005 No Kelurahan /Desa Keradenan Nanggewer Ngw. Mekar Cibinong Pakansari Sukahati Tengah Pondok Rajeg Harapan Jaya Pabuaran Cirimekar Ciriung Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas (km²) Kepadatan (Jiwa/km²) Sumber: BPS Kabupaten Bogor, Tahun 2006 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Cibinong yang paling dominan adalah pada sektor industri yang mencapai 36 % sedangkan sektor pertanian hanya 9,75 %, dengan demikian kegiatan ekonomi masyarakat berbasis industri. Lihat Tabel 10 dan Gambar 9. Pokok atau ketetapan PBB adalah jumlah pajak terhutang yang dikenakan pada wajib pajak. Pokok PBB ini ditetapkan setiap awal tahun ketiga oleh Kantor Pelayanan PBB Bogor sesuai dengan nilai jual obyek pajak yang dimilikinya. Berdasarkan pokok atau ketetapan PBB ini dikeluarkan Surat Pemberitaan Pajak Terhutang (SPPT) kepada wajib pajak. Pokok PBB bukan merupakan realisasi penerimaan PBB di Kabupaten Bogor, melainkan hanya merupakan status ketetapan dikeluarkannya oleh Kantor Pelayanan Pajak setempat kepada seluruh wajib pajak yang ada di Kotamadya Bandung. Pada Tabel 11 dapat dilihat penerimaan PBB di Kecamatan Cibinong yang dikaitkan dengan jumlah wajib pajak

6 Gambar 8 Peta kepadatan penduduk per desa/kelurahan di Kecamatan Cibinong tahun

7 50 dan jumlah kepala keluarga. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pokok pajak yang ditetapkan di Kecamatan Cibinong cenderung mengalami peningkatan antara tahun Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan NJOP, yang diakomodasikan setiap tiga tahun sekali dalam klasifikasi NJOP berdasarkan SK Kepala Kantor Wilayah IV Dirjen Pajak Jawa Barat. Tabel 10 Jumlah rumah tangga menurut jenis pekerjaan utama tahun 2005 Di Kecamatan Cibinong No. Bidang Pekerjaan Jumlah Rumah tangga Persentase Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Listrik, Gas, Air Konstruksi Perdagangan, Hotel, Restoran Angkutan Lembaga Keuangan Jasa-jasa Lain-lain ,75 0,62 36,0 0,94 4,38 14,89 6,11 0,85 16,33 10, Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2005 Lain-lain (9,8%) Pertanian( 9,7%) Jasa-jasa (16,3%) Pertambangan ( 0,6%) Lemb. Keuangan (0,8%) Industri (36,2%) Angkutan (6,1%) Perdagangan (14,8%) Listrik, Gas, Air (0,9%) Konstruksi (4,3%) Gambar 9 Komposisi jenis pekerjaan utama di Kecamatan Cibinong tahun 2005

8 51 Tabel 11 Perkembangan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Cibinong tahun Tahun JumlahWajib Pajak (orang) Penerimaan PBB (Rp) Jumlah KK Sumber: Kantor Dinas Pajak Bogor, 2006 Secara diagram perkembangan dari jumlah penerimaan PBB dan penerimaan pajak selama 5 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Penerimaan Pajak (Rp) Jumlah wajib pajak (KK) tahun Gambar 10 Perkembangan jumlah wajib pajak dan penerimaan pajak di Kecamatan Cibinong tahun

9 52 Dalam kebijaksanaan pengembangan Jabodetabek, Kota Cibinong terletak pada zona IV. Dimana zona IV di arahkan pada pengembangan terbatas dan pertanian lahan kering. Sehubungan dengan konteks kebijaksanaan Jabotabek tersebut, terdapat tiga fungsi utama Kota Cibinong, yaitu : 1. Penyangga bagi DKI Jakarta, berupa pengembangan pemukiman perkotaan sebagai bagian dalam sistem Metropolitan Jabotabek. 2. Konservasi, berkenaan kondisi geografisnya di bagian hulu dan sebagai kawasan resapan dalam tata air untuk Metropolitan Jabotabek. 3. Pengembangan pertanian khususnya hortikultura, sehubungan dengan perkembangan dan keunggulan yang telah ada, yang selanjutnya makin dipacu. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bogor - Puncak - Cianjur, Kota Cibinong (Kecamatan Cibinong, Citeureup dan Kecamatan Bojonggede) bersama 16 kecamatan lainnya yang berada dalam wilayah penataan kawasan Bopunjur dijadikan kawasan konservasi air dan tanah. Berdasarkan revisi RDTRK tahun 2005 diketahui arahan pengembangan struktur Kota Cibinong dilakukan dengan menggunakan konsep kota taman (Garden City) dengan dasar-dasar sebagai berikut : 1. Pusat kota dikembangkan di wilayah pusat kota dengan kegiatan utama adalah pusat pemerintahan Kabupaten Bogor, pusat perkantoran serta perdagangan dan jasa sebagai pelengkap. 2. Akses ke pusat kota ditingkatkan (dibangun) untuk membentuk sirkulasi yang efisien dari pusat kota menuju seluruh penjuru wilayah kota dan hinterlandnya, serta sebaliknya. 3. Kegiatan industri polutan rendah diletakkan di bagian timur wilayah kota dan memperoleh akses regional yang cukup tinggi (dekat dengan arteri primer dan jalan Tol Jagorawi). Perkembangan industri dibatasi dengan mempertahankan industri yang telah ada.

10 53 4. Antara kawasan lokasi industri dengan kawasan di sekitarnya ditetapkan buffer zone untuk menjaga kualitas lingkungan di sekitarnya. 5. Kegiatan permukiman kota diarahkan untuk menyebar di semua wilayah kota % wilayah kota dimanfaatkan untuk ruang-ruang terbuka hijau kota yang berupa: badan air, ruang terbuka, taman kota, jalur hijau, lapangan olah raga, sempadan sungai dan situ, dan areal pemakaman. 7. Membentuk green belt kota di batas-batas alam (sungai pembatas kota) yang masih dimungkinkan dibangun hutan kota atau dengan taman produksi. Lebih jelasnya mengenai arahan pemanfataan ruang di Kecamatan Cibinong dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 11. Tabel 12 Alokasi rencana pemanfaatan lahan di Kec. Cibinong 2015 Kelurahan/ Desa Luas (Ha) Sawah Perkantoran dan Perdagangan Arahan Penggunaan Lahan (Ha) Badan Air Industri Kebun Campuran Perumahan Taman Pemekaman umum Karadenan Nangewer Nangewer Mekar Cibinong Pakansari Sukahati Tengah Pondok Rajeg Harapan Jaya Pabuaran Cirimekar Ciriung Jumlah Sumber: RDTRK Cibinong, Lainnya

11 Gambar 11 Peta arahan pemanfaatan ruang di Kecamatan Cibinong

12 55 Kecamatan Cileungsi Kecamatan Cileungsi berada di bagian timur Kabupaten Bogor dengan jarak kurang lebih 10 km dari ibukota kabupaten yang terdiri dari 12 desa/kelurahan, 128 RW dan 431 RT dengan luas lahan terakhir sebesar ha. Kecamatan Cileungsi terletak pada jalur lintasan yang menghubungkan dua kota besar, yaitu Kota Jakarta dan Bandung melalui Jonggol dan Cianjur. Selain itu Kecamatan Cileungsi juga berada pada lintasan jalan yang menghubungkan Kota Bogor dengan Kota Bekasi. Dengan demikian Kecamatan Cileungsi merupakan lintasan kendaraan angkutan regional yang menghubungkan kota-kota tersebut dengan frekuensi yang cukup tinggi, terutama setiap akhir pekan dan hari libur. Pada kedua jalur juga sangat potensial untuk berkembangnya berbagai kegiatan terutama kegiatan perdagangan dan jasa. Demikian juga keberadaan obyek wisata agro Taman Buah Mekar Sari yang terletak pada jalur Jalan Raya Jonggol akan mampu memberikan kontribusi terhadap tumbuh dan berkembangnya kegiatan jasa dan perdagangan di wilayah ini. Sebagian besar wilayah perencanaan mempunyai kelas kemiringan lahan yang berkisar antara 0% - 8%, dengan ketinggian hingga 400 m dari permukaan laut. Dari kelas lereng tersebut sebagian besar (80,05%) termasuk dalam kelas lereng datar, yaitu 0% - 3% yang menyebar di seluruh wilayah perencanaan. Lahan dengan kemiringan antara 3% 8% sebesar 12,80% menyebar di sebelah barat wilayah perencanaan ke arah Sungai Cileungsi. Sedangkan lahan dengan kemiringan > 8% terletak di sepanjang bantaran Sungai Cileungsi dengan luasan sebesar 7,15 %. Dengan kondisi kelas lereng tersebut, berarti wilayah perencanaan sebagian besar wilayahnya berpotensi untuk pengembangan kegiatan perkotaan, baik untuk permukiman, perdagangan dan jasa, serta industri.

13 56 Gambar 12 Kondisi lalu lintas di jalan layang Cileungsi serta kebun bambu yang banyak terdapat di Kecamatan Cileungsi Seiring dengan perkembangan kegiatan penduduk di Kecamatan Cileungsi yang mengarah ke sektor non-pertanian, penggunaan lahan untuk pertanian mulai berkurang. Hal ini dapat dilihat di sepanjang koridor jalan-jalan utama yang mengarah ke Kota Cileungsi, dimana penggunaan lahan untuk pertanian telah berubah fungsi menjadi perumahan ataupun perdagangan. Perubahan seperti ini terjadi akibat perkembangan kegiatan yang terjadi di Kawasan Perkotaan Cileungsi seperti perkantoran, kegiatan pemerintahan, dan perdagangan yang sangat pesat. Jumlah penduduk Kecamatan Cileungsi pada tahun 2003 tercatat jiwa. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Desa Cileungsi Kidul dan Desa Limus Nunggal. Jumlah penduduk terendah ditemui di Desa Jatisari dan Cipenjo, masing masing sebesar 4,2% dan 4% dari jumlah penduduk kecamatan. Kepadatan penduduk kecamatan Cileungsi rata-rata sebesar jiwa/km². Kepadatan penduduk tertinggi ditemui di Desa Cileungsi (3.748 jiwa/km2) dan Cileungsi Kidul (3.106 jiwa/km²). Kepadatan penduduk terendah ditemui di Desa Cipenjo (1.135 jiwa/km²) dan Mekarsari (1.174 jiwa/km²), lihat Gambar 13.

14 57 Tabel 13 Jumlah penduduk di Kecamatan Cileungsi tahun 2005 No Desa Jumlah Penduduk (jiwa) Luas (km²) Kepadatan (jiwa/km²) Dayeuh Mampir Setu Sari Cipeucang Jati Sari Gandoang Mekar Sari Cileungsi Kidul Cileungsi Limus Nunggal Pasir Angin Cipenjo TOTAL Sumber: BPS Kabupaten Bogor, Tahun 2006 Jenis pekerjaan utama yang menyerap tenaga kerja di Kecamatan Cileungsi adalah perdagangan, hotel dan jasa terutama yang berada di Desa Cileungsi dan Desa Mampir menyerap tenaga kerja masing-masing sebanyak jiwa dan jiwa. Fenomena perkembangan sektor perdagangan dan jasa berlaku bagi kota berkembang seperti pada Cileungsi ini. Sedangkan sektor industri terutama tersebar pada Desa Cileungsi dan Desa Mekarsari yang menyerap tenaga kerja sekitar jiwa dan jiwa, hal ini dapat dipahami karena di Kecamatan Cileungsi banyak berdiri pabrik-pabrik dengan jumlah kurang lebih sekitar 105 buah.

15 Gambar 13 Peta kepadatan penduduk per desa/kelurahan di Kecamatan Cileungsi tahun

16 59 Tabel 14 Jumlah rumah tangga menurut jenis pekerjaan utama Kecamatan Cileungsi tahun 2005 No. Bidang Pekerjaan Jumlah Rumah tangga Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Listrik, Gas, Air Konstruksi Perdagangan, Hotel, Restoran Angkutan Lembaga Keuangan Jasa-jasa Lain-lain Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2005 Persentase Keuangan (0,2%) Jasa 5,5%) Lain-lain Pertanian (15%) Angkutan (1,7%) Pertambangan (2%) Perdagangan (36%) Industri (37,2%) Konstruksi (2%) Listrik, Gas, Air (0,2%) Gambar 14 Komposisi jenis pekerjaan utama di Kec. Cileungsi tahun 2005 Pada Tabel 15 berikut ini dapat dilihat perkembangan dari jumlah wajib pajak, jumlah kepala keluarga. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah wajib pajak mengalami penurunan pada tahun 2000 ke 2001, hal ini disebabkan pada tahun 2000 adanya pemekaran wilayah dari Kecamatan Cileungsi menjadi 2 kecamatan

17 60 yaitu Kecamatan Cileungsi dan Klapanunggal. Sedangkan realisasi dari penerimaan PBB tidak mengalami penurunan, melainkan mengalami peningkatan karena pada tahun 2001 adanya kenaikan besarnya pokok PBB. Tabel 15 Perkembangan pokok pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Ciluengsi tahun Tahun JumlahWajib Pajak Terbayar (orang) Realisasi Penerimaan PBB (Rp) Jumlah KK Sumber: Kantor Dinas Pajak Bogor 1, 2006 Secara diagram perkembangan dari jumlah penerimaan pajak dan jumlah wajib pajak selama 5 tahun terakhir dilihat pada Gambar Penerimaan pajak (Rp) Jumlah w ajib pajak (org) Tahun Gambar 15 Perkembangan jumlah penerimaan pajak dan wajib pajak di Kecamatan Cileungsi thun

18 61 Pemanfaatan ruang budidaya Kecamatan Cileungsi diarahkan pada kawasan pengembangan perkotaan, kawasan permukiman perkotaan dan kawasan peruntukan indsutri. Dalam perwilayahan pengembangan Kawasan Bogor Timur, Kecamatan Cileungsi berperan sebagai Kawasan Strategis Industri Non-Polutif dan Kawasan Fungsional sebagai permukiman. Sedangkan sektor strategis yang diunggulkan adalah pertanian, perkebunan, industri dan pertambangan. Arahan pengembangan wilayah Kecamatan Cileungsi dapat dibagi menjadi 3 (tiga) Bagian Wilayah Kecamatan (BWK) untuk mengefektifkan struktur ruang yang akan terbentuk. 1. Bagian Wilayah Kecamatan (BWK) A sebagai Pusat Wilayah Kecamatan Pusat Hirarki I, terdiri dari Desa Cileungsi, Cileungsi Kidul, Mekar Sari, Mampir dan Dayeuh. Fungsi dari BWK A adalah sebagai: Berperan sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala regional dan kecamatan Pusat pemerintahan kecamatan Pusat pengembangan agrowisata 2. Bagian Wilayah Kecamatan (BWK) B Pusat BWK memiliki fungsi sebagai Pusat Hirarki II, meliputi Desa Limus Nunggal, Pasir Angin dan Cipenjo. Fungsi dari BWK B adalah sebagai: Peran BWK B ini adalah sebagai pusat perdagangan skala BWK Pusat permukiman skala regional BWK ini memiliki peran sebagai gerbang kecamatan ke wilayah Bekasi dengan meningkatkan akses ke Bekasi Utara Selatan 3. Bagian Wilayah Kecamatan (BWK) C memiliki fungsi sebagai Pusat Hirarki III, meliputi Desa Seu Sari, Cipayung, Jatisari dan Gandoang. Fungsi lain dari BWK C adalah sebagai: sebagai pusat perdagangan skala BWK

19 62 Pusat pendidikan dan kesehatan skala kecamatan Pusat pengembangan pertanian lahan kering dan agrowisata Sedangkan arahan pemanfaatan lahan sesuai dengan Revisi RUTRK Cileungsi tahun adalah sebagai berikut: Kawasan perumahan direncanakan menyebar ke seluruh wilayah perencanaan dan diikat oleh unsur-unsur pusat lingkungan. Perdagangan dan jasa di Jalan Narogong, yaitu antara fly over ke arah selatan sampai simpang jalan ke Gandoang. Untuk pelayanan regional berupa pertokoan dan perdagangan grosir berada di bagian depan dan skala pelayanan lokal dan perdagangan eceran di bagian belakang. Perkantoran swasta diarahkan di sepanjang jalan Camat Ejan, antara ruas jalan altenatif sampai Jalan Narogong dan Bekasi, sedangkan perkantoran pelayanan umum dan pemerintahan diarahkan di sepanjang jalan altenatif, terutama mulai dari simpang jalan ke Wanaherang (Cikarang) sampai batas wilayah perencanaan. Pelayanan sosial lokal diarahkan menyebar pada pusat-pusat permukiman sesuai dengan hirarkhinya, sedangkan fasilitas sosial dengan lingkup pelayanan regional diarahkan menyatu dengan kawasan perkantoran dan bangunan umum yaitu pada ruas jalan altenatif. Industri dan pergudangan diarahkan tetap seperti sekarang, berada dipinggir wilayah perencanaan, sedangkan pengembangan diarahkan ke luar wilayah perencanaan. Pengembangan industri baru diarahkan ke luar wilayah perencanaan seperti di Desa Limusnunggal dan Dayeuh sebagai pendukung pusat kota (wilayah perencanaan). Beberapa kegiatan industri di wilayah perencanaan yang cukup besar diantaranya dilakukan oleh PT. Samic dan PT. Bostinco. Sebagian besar lokasi industri di wilayah perencanaan berada di wilayah Desa Cileungsi Kidul, khususnya di bagian timur dan selatan wilayah desa. Dari segi aksesibilitas lokasi industri ditunjang oleh prasarana transportasi dengan kapasitas sesuai dengan volume kegiatan industri yang bersangkutan.

20 63 Kawasan khusus berupa Taman Buah Mekar Sari diarahkan dipertahankan sebagai obyek wisata argo dengan lokasi sebagian besar di Desa Mekarsari. Transportasi, pengembangan terminal penumpang dengan tipe C yang mempunyai peluang dikembangkan menjadi terminal tipe B diarahkan di Desa Cileungsi Kidul, yaitu pada Ruas Jalan Raya Jonggol, sedangkan pembangunan stasiun KA diarahkan belakang perumahan Duta Mekar Asri. Tabel 16 Alokasi Pemanfaatan lahan di Kecamatan Cileungsi tahun Arahan Penggunaan Lahan (Ha) Kelurahan/Desa Luas (Ha) Sawah Perkantoran dan Perdagangan Badan Air Industri Kebun Campuran Perumahan Sarana Umum Kawasan Wisata Kuburan Lainnya Dayeuh Mampir Setu sari Cipeucang Jatisari Gandoang Mekarsari Cileungsi Kidul Cileungsi Limus Nunggal Pasir Angin Cipenjo Jumlah Sumber: RUTRK Cileungsi

21 Gambar 16 Peta Arahan pemanfaatan ruang di Kecamatan Cileungsi tahun

22 65

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Permasalahan Pajak Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Permasalahan Pajak Lahan 65 HASIL DAN PEMBAHASAN Permasalahan Pajak Lahan Pada dasarnya pajak lahan atau yang dikenal dengan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang efektif sangat penting artinya bagi kelangsungan pembangunan kota-kota

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi Secara geografis Kota Bekasi berada pada posisi 106 o 48 28 107 o 27 29 Bujur Timur dan 6 o 10 6 6 o 30 6 Lintang Selatan. Letak Kota Bekasi yang

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

III. GAMBARAN UMUM. 3.1 Cikarang dalam RTRW Kabupten Bekasi (Perda No 12 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Bekasi Tahun )

III. GAMBARAN UMUM. 3.1 Cikarang dalam RTRW Kabupten Bekasi (Perda No 12 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Bekasi Tahun ) III. GAMBARAN UMUM 3.1 Cikarang dalam RTRW Kabupten Bekasi 2011-2031 (Perda No 12 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2011-2031) Berdasarkan Perpres No 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Wilayah Bodetabek Sumber Daya Lahan Sumber Daya Manusia Jenis tanah Slope Curah Hujan Ketinggian Penggunaan lahan yang telah ada (Land Use Existing) Identifikasi Fisik Identifikasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi seperti pertanian dan kehutanan, pemukiman penduduk, komersial, dan penggunaan untuk industri serta

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok KEADAAN UMUM Gambaran Umum Kota Depok Kota Depok pada mulanya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor, mengingat perkembangannya yang relatif pesat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 33 IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Jakarta Timur Kecamatan Ciracas dan Jatinegara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jakarta

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH 57 BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah 298.838,304 Ha,

Lebih terperinci

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2010 TANGGAL : 30 NOVEMBER 2010 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT ARAHAN PEMBAGIAN WILAYAH PENGEMBANGAN I. KAWASAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING 2.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 2.1.1 Keadaan Umum Kelurahan Tugu Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok berada pada koordinat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kota Depok 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 19 06 28 Lintang Selatan dan 106 43 BT-106 55 Bujur Timur.

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 34 BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi hutan kota yang akan dibangun terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan, dengan luas 5400 m 2. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa merupakan unit terkecil dalam sistem pemerintahan di Indonesia namun demikian peran, fungsi dan kontribusinya menempati posisi paling vital dari segi sosial dan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini

BAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini 69 BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Lebak terletak antara 6º18-7º00 Lintang Selatan dan 105º25-106º30 Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha (3.044,72 Km²) yang terdiri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB 3 KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN

BAB 3 KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN 67 BAB 3 KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN 3.1. Kondisi Umum Wilayah Studi Pengelolaannya Jalan tol Jakarta-Cikampek ditangani oleh PT Jasa Marga. Jalan tol ini memiliki panjang 72 km, yang menghubungkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kabupaten Purwakarta Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak di antara 107 30 107 40 Bujur Timur dan 6 25 6 45

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. berada di Kabupaten Bogor. Kecamatan Cibinong adalah salah satu perangkat

GAMBARAN UMUM WILAYAH. berada di Kabupaten Bogor. Kecamatan Cibinong adalah salah satu perangkat V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis Penelitian ini difokuskan hanya pada daerah Kecamatan Cibinong yang berada di Kabupaten Bogor. Kecamatan Cibinong adalah salah satu perangkat daerah di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI

BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA BEKASI Kota Bekasi merupakan salah satu kota dari 5 kota dengan populasi terbesar di Indonesia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta jiwa, Kota Bekasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri BAB V KESIMPULAN Perkembangan fisik Kota Bekasi paling besar terjadi akibat Industrialisasi dan juga Konsepsi Jabotabek. Pada awal pemerintahan Orde Baru melalui program Pelita yang salah satu tujuannya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Pulau Jawa yang termasuk dalam kelompok Kawasan Telah Berkembang di Indonesia, merupakan wilayah dengan perkembangan perekonomian yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 1985 TENTANG PENETAPAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN PUNCAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 1985 TENTANG PENETAPAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN PUNCAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 79 TAHUN 1985 TENTANG PENETAPAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN PUNCAK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk pemanfaatan ruang secara optimal, serasi, seimbang, dan lestari di kawasan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DEPOK JAWA BARAT KOTA DEPOK ADMINISTRASI Profil Wilayah Salah satu penyebab Kota ini berkembang pesat seperti sekarang adalah setelah adanya keputusan untuk memindahkan sebagian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI

BAB IV GAMBARAN LOKASI BAB IV GAMBARAN LOKASI 4.1 Tinjauan Umum Kota Banjar Baru A. Lokasi Kota Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 memiliki wilayah seluas ±371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas wilayah Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI Yunan Maulana 1, Janthy T. Hidajat. 2, Noordin Fadholie. 3 ABSTRAK Wilayah pengembangan merupakan bagian-bagian wilayah yang

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Bab ini berisi tinjauan terminal Tipe B di kawasan Stasiun Depok Baru yang dibahas melalui tinjauan tapak terminal, data umum angkutan dan

Lebih terperinci

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional Coffee Morning Jakarta, 1 November 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecamatan Cipanas berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, Puncak, Cianjur). Berdasarkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KAWASAN INDUSTRI CILEGON

IV. KONDISI UMUM KAWASAN INDUSTRI CILEGON IV. KONDISI UMUM KAWASAN INDUSTRI CILEGON 4.1. Letak Geografis dan Administratif Kota Cilegon merupakan salah satu kota yang berkembang pesat terutama di bidang industri. Berdasarkan RTRW nasional (PP

Lebih terperinci

Click to edit Master title style

Click to edit Master title style KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ Click to edit Master title style BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Kebijakan Penataan Ruang Jabodetabekpunjur Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bogor,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu tantangan pembangunan jangka panjang yang harus dihadapi Indonesia terutama di kota-kota besar adalah terjadinya krisis air, selain krisis pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci