SISTEM MANAJEMEN AHLI PENENTUAN LOKASI DAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA KOPI DI PROVINSI LAMPUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM MANAJEMEN AHLI PENENTUAN LOKASI DAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA KOPI DI PROVINSI LAMPUNG"

Transkripsi

1 SISTEM MANAJEMEN AHLI PENENTUAN LOKASI DAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA KOPI DI PROVINSI LAMPUNG IRWAN ADI PRIBADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: SISTEM MANAJEMEN AHLI PENENTUAN LOKASI DAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA KOPI DI PROVINSI LAMPUNG merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan arahan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditujukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar atau capaian akademik lainnya pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Juli 2011 Yang Membuat Pernyataan, Irwan Adi Pribadi

3 ABSTRACT IRWAN ADI PRIBADI. Expert Management System for Location Determination and Land Suitability on Coffee Cultivation in The Province of Lampung. Under direction of MARIMIN and AZIZ KUSTIYO. To increase the income of coffee farmers in Lampung, they should be assisted with additional information that helped them cultivating in a more economical and more wisely to reduce costs and produce more yield. Farmers need land selection and preparation techniques of land that their best to not get rid of excess funds. In the selection of field sites, there are 8 (eight) parameters that simulated for 5 (five) years with the help of Bayes Methods. Coffee plant has 23 requirements with regard to land suitability. This study discusses the technique of site selection of the most economical choice of several locations with Model Base Management System and assist farmers to prepare land that has been selected to match with requirement of coffee plants grown with Rule-Based System. Both systems are supported with Data Base Management System. All three systems are handled by Central Processing System. This system using Certainty Factor for processing uncertainty data. Field sites for the research are located in Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, and Kabupaten Lampung Utara. Keywords: coffee, farmers, lampung, selection, bayes methods, land suitability, forest, model, certainty factor.

4 RINGKASAN IRWAN ADI PRIBADI. Sistem Manajemen Ahli Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung. Dibimbing oleh MARIMIN dan AZIZ KUSTIYO. Indonesia tercatat sebagai negara produsen kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Kolumbia. Kopi Indonesia sebagian besar dihasilkan dari daerah segitiga emas kopi, yaitu Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Khusus untuk daerah yang lahannya cocok untuk penanaman kopi hanya tersedia kurang dari 30% dari total luas lahan yang ada. Wilayah penanaman kopi ideal yang kadangkala merambah wilayah hutan lindung, akan menimbulkan dampak geologis dan sosial. Dampak geologis antara lain adalah hilangnya daerah resapan hujan yang akan menyebabkan bencana banjir dan longsor di musim hujan dan bencana kekurangan sumber air di musim kemarau. Dampak sosial yang mungkin terjadi adalah hilangnya modal rakyat petani kopi yang selain diakibatkan oleh bencana alam, juga diakibatkan oleh pembersihan wilayah hutan lindung oleh aparat pemerintah dari perambahan oleh petani kopi. Untuk meningkatkan pendapatan petani kopi di Lampung, mereka harus dibantu dengan tambahan informasi yang membantunya berkebun secara lebih ekonomis dan lebih bijak agar dapat menekan biaya dan menghasilkan panen yang lebih banyak. Para petani membutuhkan teknik pemilihan lahan dan persiapan lahan terbaik untuk menghindari pemborosan dana. Perkembangan teknologi informasi dengan kemampuan pengolahan data yang cepat serta berkembangnya metode pemecahan masalah yang lebih representatif menjadi alasan perencanaan strategi pengembangan budidaya kopi ini dikembangkan dalam sebuah Sistem Manajemen Ahli (SMA) yang berdasarkan pada penggunaan perangkat lunak komputer. Dalam pemilihan lokasi, terdapat 8 parameter yang disimulasikan untuk 5 (lima) tahun dengan bantuan metode Bayes. Parameter yang dipakai dalam pemilihan lahan, antara lain biaya persiapan lahan, biaya pembersihan rumput/gulma, biaya pemupukan, biaya transportasi, biaya ongkos panen/pasca panen, harga lahan, dan hasil panen. Tanaman kopi mempunyai 23 syarat tumbuh berkenaan dengan kesesuaian lahan. Untuk sistem manajemen ahli, tanaman kopi mempunyai 23 syarat tumbuh berkenaan dengan kesesuaian lahan. Empat syarat utama adalah suhu udara berdasarkan tinggi tempat, ketersediaan air yang meliputi curah hujan tahunan rata-rata, jumlah bulan kering, dan kelembaban nisbi (relatif). Keempat syarat tersebut merupakan pemberian alam yang tidak dapat dimanipulasi oleh manusia. Tiga syarat lainnya berhubungan dengan lahan gambut, yaitu ketebalan, ketebalan berlapis bahan mineral, dan kematangan juga dapat diabaikan (nilainya di nol-kan), karena tidak sesuai dengan tanaman kopi. Tiga syarat yang berada pada wilayah pasang surut (pantai), yaitu salinitas, alkalinitas/esp, dan kedalaman sulfidik juga dapat diabaikan karena tidak sesuai dengan tanaman kopi. Sedangkan 13 (tiga belas) syarat lainnya dapat disesuaikan atau diperbaiki agar sesuai dengan syarat tumbuh. Penelitian ini membahas tentang teknik pemilihan lokasi yang paling ekonomis dari beberapa lokasi pilihan dengan Sistem Manajemen Basis Model

5 dan membantu petani menyiapkan lahan yang telah dipilih agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kopi dengan Sistem Berbasis Aturan. Kedua sistem tersebut berdasarkan Sistem Manajemen Basis Data. Ketiga sistem tersebut ditangani oleh Pengolah Terpusat. Sistem ini memakai Faktor Kepastian untuk proses datanya. Sistem manajemen ahli ini dirancang berupa aplikasi berbasis web agar mudah untuk diakses. Metode yang digunakan untuk proses akuisisi pengetahuan dalam sistem manajemen ahli pemilihan lokasi dan kesesuaian lahan budidaya kopi ini adalah wawancara dengan ahli tanah IPB, Dr Kukuh Murtilaksono, dan seorang praktisi/petani kopi yang berdomisili di Kabupaten Pringsewu, Imbang Setiawan bin Burni. Teknik pengendalian yang digunakan dalam perancangan sistem manajemen ahli menentukan kesesuaian lahan adalah mata rantai maju (forward chaining), yaitu dimulai dari sekumpulan fakta kemudian dianalisis dan digunakan untuk proses penarikan kesimpulan. Perangkat lunak PHP dipakai untuk mengimplementasikan sistem manajemen ahli penentuan lokasi dan kesesuaian lahan ini, dengan faktor kepastian (certainty factor) sebagai proses data di dalam pembuatan modul-modulnya. Proses verifikasi dan validasi dilakukan untuk menguji sistem manajemen ahli yang dirancang dan hasil keluarannya dengan menggunakan data sekunder dari laporan hasil survey lokasi dan survey tanah lokasi-lokasi pilihan. Lokasi lahan yang menjadi bahan penelitian terletak di Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, dan Kabupaten Lampung Utara. Kata Kunci: kopi, petani, lampung, seleksi, metode bayes, kesesuaian lahan, hutan, model, faktor kepastian

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagain atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 Penguji Luas Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Agus Buono, MSi, MKom

8 SISTEM MANAJEMEN AHLI PENENTUAN LOKASI DAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA KOPI DI PROVINSI LAMPUNG IRWAN ADI PRIBADI Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Komputer SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

9 Judul Tesis : Sistem Manajemen Ahli Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung Nama : Irwan Adi Pribadi NRP : G Program Studi : Ilmu Komputer Menyetujui, Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Marimin, M Sc Ketua Aziz Kustiyo, S Si, M Kom Anggota Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Komputer Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Ir. Agus Buono, M Si, M Kom Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr. Tanggal Ujian: 22 Juli 2011 Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala berkah dan rahmatnya, sehingga akhirnya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2010 ini adalah tentang sistem budidaya kopi dengan judul Sistem Manajemen Ahli Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung. Tugas penelitian ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Marimin, MSc dan Bapak Aziz Kustiyo, SSi, MKom selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran. 2. Bapak Dr. Ir. Agus Buono, MSi, MKom dan Bapak Sony Hartono Wijaya, SKom, MKom yang selalu memberi semangat dan mengingatkan penulis. 3. Staf pengajar dan karyawan di Program Studi Ilmu Komputer, Sekolah Pascasarjana IPB, serta karyawan Pascasarjana IPB. 4. Bapak Imbang Setiawan bin Burni yang telah memberi data pemilihan lahan. 5. Bapak Dr. Kukuh Murtilaksono, Ahli Tanah yang telah membantu penulis memberi nasihat dan masukan dalam hal persyaratan evaluasi kesesuaian lahan tanaman kopi. 6. Ibu Dr. Ir. Netti Herawati, MSc yang tetap memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk melanjutkan studi. 7. Isteriku, Dra. Wikan Helyantin Kusumadhani, yang tidak pernah bosan memberi semangat, dukungan, dan doa kepada penulis selama dalam proses penyelesaian studi ini. 8. Kakak dan adik-adikku yang turut memberi semangat dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini. 9. Seluruh staf pengajar di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung atas segala bantuan dan dukungan moral yang telah diberikan. 10. Semua pihak yang telah membantu, namun tidak dapat penulis sebutkan satupersatu. Segala usaha telah penulis upayakan agar terselesaikannya tugas penelitian ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila terdapat kesalahan-kesalahan. Akhir kata, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat. Bogor, Juli 2011 Irwan Adi Pribadi

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Januari 1963 sebagai anak kedua dari ayah bernama Endang Moeljadi bin Ica Wiriadisastra dan ibu Saribanon binti Bahur Adimihardja. Mengikuti pendidikan kelas 1 dan 2 SD di SDN Tanjakan Empang, Bogor. Melanjutkan kelas 3 sampai lulus tahun 1975 di SD Immanuel III, Medan. Masuk SMP kelas 1 tahun 1976 di SMP St Yoris Semarang, kelas 2 SMP di SMP Xaverius 2 Palembang selama 1 kuartal. SMP kelas 2 sampai lulus tahun 1978 di SMP Kesatuan Bogor. Kemudian melanjutkan ke SMA Kesatuan Bogor di tahun Pada tahun 1981 penulis lulus dari SMA Kesatuan Bogor dan pada tahun yang sama diterima di Universitas Padjadjaran, Jurusan Matematika FMIPA, lulus tahun Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor di Program Studi Ilmu Komputer. Sejak Februari 1989 menjadi staf pengajar di Universitas Lampung, Bandar Lampung. Penulis menjadi pelaksana harian Laboratorium Komputer FMIPA dari tahun 1989 sampai dengan 1990.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTARGAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xi xii xiii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 4 II. LANDASAN TEORI Kopi Jenis Kopi Lahan Penanaman Karakteristik Lahan Kualitas Lahan Kesesuaian Lahan Evaluasi Lahan Manajemen Pengetahuan Akuisisi Pengetahuan Representasi Pengetahuan Mekanisme Inferensi Sistem Pakar Metode Bayes Faktor Kepastian Siklus Hidup Pembuatan Sistem III. METODOLOGI Kerangka Model Tahapan Pengembangan Sistem Manajemen Ahli Pemilihan Pakar Akuisisi Pengetahuan Representasi Pengetahuan Pengembangan Mesin Inferensi Implementasi dan Pengujian Tata Laksana Penelitian Pengumpulan Data dan Informasi Pengolahan Data dan Informasi Waktu dan Tempat Penelitian... 27

13 Halaman 3.4 Metode Pengembangan Sistem Kebutuhan Sistem Perancangan Sistem Pembangunan Sistem Pengujian Sistem Penerapan Sistem Operasional dan Pemeliharaan Sistem IV. PERANCANGAN Kerangka Sistem Yang Dirancang Analisa Kebutuhan Sistem Rancangan Proses Rancangan Masukan Rancangan Keluaran Rancangan Proses Evaluasi Rancangan Uji V. IMPLEMENTASI SISTEM Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Sistem Masukan Proses Evaluasi Sistem Proses Masukan Proses Penarikan Kesimpulan Proses Keluaran Keluaran Sistem Verifikasi dan Validasi VI. PEMBAHASAN Akuisisi Pengetahuan Representasi Pengetahuan Proses Inferensi Kompleksitas Sistem Pembahasan Kasus VII. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 50

14 DAFTAR TABEL Halaman 1 Luas Kawasan Hutan di Lampung Berdasarkan Peruntukkannya Persyaratan Kondisi Iklim dan Tanah yang Optimum untuk Kopi Robusta dan Arabika Nilai Distribusi Curah Hujan Rata-rata Bulanan Data Lokasi Calon Lahan dan Parameter awalnya Persyaratan Tumbuh Tanaman Kopi Robusta (Coffea Caephora) Kelompok Menu pada Web Rancangan Basis Data untuk Lokasi dan Parameternya Rancangan Basis Data Parameter Karakteristik Lahan Contoh Hasil Output Peringkat Pemilihan Lokasi Contoh Data Input dan Output Kesesuaian Lahan... 44

15 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Peta Geografis Provinsi Lampung Peta Kawasan Hutan di Provinsi Lampung Peta Kesesuaian Iklim untuk Tanaman Kopi Provinsi Lampung Kopi Arabika Kopi Canephora Kopi Liberika Kerangka Model Sistem Manajemen Ahli (SMA) Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung Tahapan Pengembangan Sistem Pakar Diagram Alir Formulasi Sistem yang Dirancang Proses Evaluasi Sistem Manajemen Ahli Pemilihan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Pemilihan Lokasi Lahan Hasil Simulasi Perhitungan Biaya di semua Lokasi Lahan Contoh Simulasi Perhitungan Biaya Lokasi Batutegi Proses Masukan 23 parameter kesesuaian Lahan... 42

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil Wawancara Sistem Manajemen Ahli Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung Aturan-aturan dalam Penentuan Kesesuaian Lahan Listing Program Kontrol Listing Program Kontrol Kelas Listing Program Tabel Data lokasi, Karakteristik Lahan, Kondisi Lahan, dan Perlakuan Listing Program Home Listing Program Penentuan Klasifikasi Lahan Listing Program Pemilihan Lahan Listing Program Indeks Petunjuk Pemakaian Program Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Kota Agung, Sumatera... 93

17 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia tercatat sebagai negara produsen kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Kolumbia. Kopi Indonesia sebagian besar dihasilkan dari daerah segitiga emas kopi, yaitu Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung (Yuhono dan Djaenudin, 2003). Selain kopi, Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah ,84 km 2 juga dikenal sebagai daerah penghasil coklat, lada, cengkeh, kelapa, dan karet (Gayo, 2007). Khusus untuk daerah yang lahannya cocok untuk penanaman kopi hanya tersedia kurang dari 30% dari total luas lahan yang ada, seperti yang terlihat pada Gambar 1. Daerah yang memenuhi syarat ideal penanaman kopi berada pada daerah yang berwarna hijau muda, coklat muda, dan coklat tua. Keadaan ini perlu mendapat perhatian karena kopi merupakan andalan utama pemasukan devisa selain karet, kelapa sawit, lada, damar, dan coklat. Lebih dari 95% tanaman kopi (Coffee sp.) di Lampung merupakan tanaman rakyat dengan pola usaha seadanya, ditanam pada tanah antara tidak sesuai sampai dengan sangat sesuai dan lokasi terpencar, tidak dilaksanakan pemupukan, serta bibit yang digunakan seadanya (Yuhono dan Djaenudin, 2003). Tanaman kopi jenis Arabika akan tumbuh baik di lahan dataran tinggi sekitar m dpl (di atas permukaan laut) dan untuk jenis kopi Canephora yang kemudian dikenal dengan nama kopi Robusta akan cocok pada ketinggian antara 300 sampai 600 m dpl. Untuk tanaman kopi Arabika yang ditanam pada dataran rendah, produktivitasnya akan menurun dan rentan terhadap penyakit karat daun (Ernawati et al., 2008). Karena itu, tanaman kopi umumnya ditanam di wilayah kaki gunung sampai ketinggian m dpl yang biasanya berdekatan atau berada pada wilayah hutan lindung. Provinsi Lampung merupakan provinsi dengan kasus alih guna lahan hutan yang tergolong tinggi (Dairah et al., 2007). Pada Tabel 1 ditunjukkan luas kawasan hutan di Lampung berdasarkan peruntukkannya. Secara keseluruhan, kawasan hutan yang telah beralih fungsi menjadi kebun kopi di Provinsi Lampung diperkirakan mencapai ± Ha (Hadisepoetro, 1999). Dari areal pertanaman kopi seluas Ha

18 2 (Ditjen Perkebunan, 2000), ± 52% areal kopi di Provinsi Lampung berada di kawasan hutan. Tabel 1. Luas Kawasan Hutan di Lampung Berdasarkan Peruntukkannya Wilayah penanaman kopi ideal yang kadangkala merambah wilayah hutan lindung, akan menimbulkan dampak geologis dan sosial. Dampak geologis antara lain adalah hilangnya daerah resapan hujan yang akan menyebabkan bencana banjir dan longsor di musim hujan dan bencana kekurangan sumber air di musim kemarau. Sumber: Aak, 1988 Gambar 1. Peta Geografis Provinsi Lampung

19 3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa erosi yang terjadi pada lahan pertanaman kopi 6 8 kali lebih besar dibandingkan dengan erosi yang terjadi pada hutan alami (Manik, 2008). Dampak sosial yang mungkin terjadi adalah hilangnya modal rakyat petani kopi yang selain diakibatkan oleh bencana alam, juga diakibatkan oleh pembersihan wilayah hutan lindung oleh aparat pemerintah dari perambahan oleh rakyat/petani kopi. Untuk menghindari terulangnya perambahan hutan ini diperlukan informasi daerah perlahanan yang dapat diperoleh secara mudah (Isnar, 1999). Daerah-daerah kawasan hutan di Lampung terlihat pada Gambar 2. Sumber: Manik, 2008 Gambar 2. Peta Kawasan Hutan di Provinsi Lampung

20 4 Untuk memperoleh informasi tentang wilayah yang cocok dijadikan lokasi penanaman kopi dilakukan secara langsung dengan survey lapangan, atau dengan menggunakan data sekunder. Metodologi dalam survey ini jangan sampai lemah ataupun memakai teknik yang tidak tepat (Pinsonneault dan Kraemar, 1991). Kadangkala petani tidak menyadari bila calon lahan penanaman yang berupa hutan memerlukan penanganan yang akan memakai biaya cukup banyak ditambah resiko biaya transportasi yang tinggi dan merupakan wilayah yang terlarang untuk dimanfaatkan untuk perkebunan. Calon lahan dapat juga tidak cocok untuk penanaman kopi yang bila dipaksakan akan menghasilkan panen yang tidak sesuai dengan harapan. Dari masalah-masalah tersebut di atas maka diperlukan suatu sistem manajemen ahli untuk membantu petani memecahkan persoalan tersebut. 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah membuat sebuah Sistem Manajemen Ahli Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya kopi di Provinsi Lampung. Tujuan antara yang dicapai penelitian ini, antara lain: Identifikasi pembiayaan lokasi lahan yang tersedia dan karakteristik lahan dalam penentuan kesesuaian lahan bagi tanaman kopi; Mempermudah para calon petani kopi dalam menentukan lokasi dan mengetahui kondisi calon lahan penanaman. Manfaat yang diperoleh dari pembuatan Sistem Manajemen Ahli Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya kopi di Provinsi Lampung ini adalah semakin mudahnya bagi petani dalam menentukan pilihan lokasi yang paling ekonomis dan membantu mereka mengetahui kecocokan persyaratan lahan yang dipilihnya. 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian yang dilakukan meliputi: Sistem manajemen ahli yang dirancang digunakan untuk menentukan lokasi dan kesesuaian lahan;

21 5 Ada 8 parameter yang digunakan dalam pemilihan lahan, yang pada perhitungannya disederhanakan menjadi 3 parameter yang diberi pembobotan sesuai metode Bayes. Terdapat 23 parameter yang digunakan untuk kesesuaian lahan, beberapa di antaranya diberikan nilai=0 (default), karena bukan merupakan parameter yang ada di lahan pertanaman kopi seperti daerah gambut dan pasang surut/pantai. Pengujian keluaran sistem pakar dilakukan dengan data survey tanah dari daerah Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pringsewu, dan Kabupaten Lampung Utara tergantung lokasi yang dipilih.

22 II. LANDASAN TEORI 2.1 Kopi Kopi merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh di mana saja asalkan temperaturnya tidak terlalu dingin atau bukan merupakan daerah tandus (Aak, 1988). Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kopi adalah tinggi tempat dan tipe curah hujan. Sebab itu, jenis tanaman kopi yang ditanam harus disesuaikan dengan kondisi tinggi tempat dan curah hujan di daerah setempat (Ernawati et al., 2008). Jenis kopi yang ditanam di perkebunan rakyat di Lampung adalah kopi arabika dan robusta. Persyaratan tumbuh optimum kedua jenis ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Persyaratan Kondisi Iklim dan Tanah yang Optimum untuk Kopi Robusta dan Arabika Sumber: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008 Khusus syarat tumbuh yang berhubungan dengan iklim (curah hujan ratarata dan jumlah bulan kering) untuk provinsi Lampung, telah ada hasil penelitian yang dapat dipakai sebagai acuan. Tabel 3 menunjukkan nilai distribusi curah hujan rata-rata bulanan di setiap daerah tipe hujan provinsi Lampung. Sedangkan Gambar 3 menunjukkan daerah hasil pembagian tipe dan isohyet tahunan berdasarkan jumlah curah hujan bulanan tiap tipe daerah kemudian dibuat distribusi dengan nilai interval 500 mm. Isohyet adalah garis pada peta yang menunjukkan tempat-tempat yang mempunyai tinggi curah hujan yang sama.

23 7 Tabel 3. Nilai Distribusi Curah Hujan Rata-rata Bulanan Sumber: Setyanto dan Gunawan, 2009 Sumber: Setyanto dan Gunawan, 2009 Gambar 3. Peta Kesesuaian Iklim Untuk Tanaman Kopi Provinsi Lampung

24 Jenis Kopi Jenis kopi banyak sekali jumlahnya, tetapi yang umum ditanam di Indonesia ada tiga jenis, yaitu: a. Kopi Arabika (Coffea arabica): berdaun kecil, halus mengkilat, ukuran daun cm x 6 cm, dan panjang buah 1,5 cm. Kopi arabika biasanya diperbanyak dengan benih, sehingga bahan tanamnya berupa varietas. Kopi arabika menjadi bahan dasar untuk dijadikan kopi luwak di Lampung. Sumber: Aak, 1988 Keterangan: A. Pucuk plagiotrop B. Bagian di bawah permukaan daun C. Bagian pucuk yang mulai berbunga D. dan E. Bunga F, G, dan H Buah Gambar 4. Kopi Arabika

25 9 b. Kopi Canephora (Coffea canephora): dikenal sebagai kopi robusta, berdaun besar, ukuran daun lebih dari 20 cm x 10 cm bergelombang, sedangkan panjang buah ± 1,2 cm. Kopi robusta diperbanyak secara vegetatif, sehingga bahan tanaman yang digunakan berupa klon. Kopi robusta memiliki sifat menyerbuk silang, maka untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitasnya dapat dicapai dengan menggunakan 3 4 klon unggul (poliklonal) yang berkomposisi dengan tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan tertentu (Ernawati et al., 2008). Sumber: Aak, 1988 Keterangan: A. Bagian pucuk Gambar 5. Kopi Canephora B. Bagian cabang dengan bunga C. Bunga yang dibelah D. Bagian cabang dengan buah tanpa daun.

26 c. Kopi Liberika: berdaun lebat, besar, mengkilat, buah besar sampai 2 atau 3 cm, tetapi biji kecil. 10 Sumber: Aak, 1988 Gambar 6. Kopi Liberika Keterangan: A. Cabang plagiotrop dengan calon bunga B. Daun, permukaan atas C. Bunga dalam keadaan dibelah D. dan E. Pertumbuhan buah F. Buah.

27 LahanPenanaman Lahan penanaman yang akan digunakan, perlu dikaji beberapa aspek, terutama: a. Sifat fisis tanah Sifat fisis tanah meliputi tekstur, struktur, air, dan udara di dalam tanah. Tanah untuk tanaman kopi berbeda-beda, menurut keadaan dari asal tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah lapisan atasnya dalam, gembur, subur, dan banyak mengandung humus dan permeable, atau dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah yang strukur/teksturnya baik adalah tanah yang berasal dari abu gunung berapi yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah akan berjalan dengan baik. Tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukkan perakaran, sekurangnya kedalaman air tanah 3 m dari permukaannya. Akar tananam kopi mempunyai kebutuhan oxygen yang tinggi, yang berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tidak cocok dengan tanah liat berat. Karena tanah itu sulit ditembus akar, peredaran air, dan udara pun akan menjadi jelek. Demikian pula tanah pasir berat, pada umumnya kapasitas kelembaban kurang, karena kurang dapat mengikat air. Selain itu tanah pasir berat juga kurang mengandung N atau zat lemas. Zat lemas sangat dibutuhkan terutama dalam pertumbuhan vegetatif. Hal ini dapat dibuktikan pada pertumbuhan tanaman di tanah-tanah hutan belantara yang baru saja dibuka. Sebaliknya pada tanah-tanah yang ditanami kembali (tanaman ulang = replanting) pertumbuhan dan hasilnya kurang memuaskan. Maka apabila dipandang perlu tanaman ulang ini hendaknya diganti dengan tanaman yang tidak sejenis, karena tanaman yang berlainan kebutuhan zat makanan juga berbeda. b. Sifat kimia tanah Sifat kimia tanah yang dimaksud di sini ialah meliputi kesuburan dan ph. Di atas telah dikemukakan, bahwa tanaman menghendaki tanah yang dalam, gembur, dan banyak mengandung humus. Hal ini tak dapat dipisah-pisahkan

28 12 dengan keadaan sifat kimia tanah, sebab satu sama lain saling berkaitan. Tanah yang subur berarti banyak mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan berproduksi. Tanaman kopi menghendaki reaksi yang agak asam dengan ph 5½ -- 6½. Tetapi hasil yang baik sering kali diperoleh pada tanah yang lebih asam, dengan catatan keadaan fisisnya baik, dengan daun-daun cukup ion Ca ++ untuk fisiologi zat makanan dengan jumlah makanan tanaman yang cukup. Pada tanah yang bereaksi lebih asam, dapat dinetralisasi dengan kapur tohor, atau yang lebih tepat diberikan,dalam bentuk pupuk; misalnya: serbuk tulang/ca - (P0 2 ) + Calsium metaphosphat/ca (P0 2 ). Pada umumnya tanah yang lebih asam kandungan mineralnya lebih rendah. Walaupun syarat-syarat yang berhubungan dengan tanah itu dapat dipenuhi dengan baik, tetapi perusahaan perkebunan kopi itu belum tentu menguntungkan, karena masih harus memperhatikan faktor lain, terutama iklim Karakteristik Lahan Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah, dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah (Ritung et al., 2007) Kualitas Lahan Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi pengguna tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics) (Ritung et al., 2007) Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat

29 ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial) (Ritung et al., 2007) Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan (Ritung et al., 2007). 2.2 Manajemen Pengetahuan Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan suatu model gabungan berbagai aspek pengetahuan dalam suatu usaha, oleh karena itu didalamnya termasuk penciptaan, pengkodean, dan pendistribusian pengetahuan (Sevani, 2009). Menurut Turban (2001), manajemen pengetahuan membantu organisasi mengidentifikasi, memilih, mengatur, menyebarkan, dan mengirimkan informasi dan keahlian penting di dalam memori organisasi dalam bentuk yang tidak terstruktur Akuisisi Pengetahuan Akuisisi pengetahuan merupakan tahap di mana akan dilakukan proses pengumpulan pengetahuan dari para pakar oleh knowledge engineer (KE), yang akan dimasukkan dalam sistem berbasis pengetahuan (knowledge based system). Menurut Marimin (2007), proses akuisisi pengetahuan terdiri dari tiga tahap, yaitu komunikasi, formulasi atau implementasi parsial (permodelan pengetahuan), dan tahap validasi (keabsahan data sistem dan interpretasi pengetahuan) Representasi Pengetahuan Pemilihan metode representasi yang akan digunakan perlu mempertimbangkan beberapa persyaratan, seperti kemudahan representasi, kemudahan dalam penalaran, efisiensi proses akuisisi, dan efisiensi proses penalaran (Marimin, 2007). Pengetahuan yang telah diakuisisi dari para pakar pada tahap sebelumnya harus direpresentasikan kedalam bentuk yang tepat untuk

30 14 kemudian disimpan dalam basis pengetahuan (Sevani, 2009). Representasi pengetahuan merupakan bagian yang memuat obyek-obyek pengetahuan serta hubungan yang dimiliki antar obyek tersebut. Basis pengetahuan merupakan sumber kecerdasan sistem yang dimanfaatkan oleh mekanisme inferensi untuk mengambil kesimpulan (Marimin, 2007) Mekanisme Inferensi Menurut Sevani (2009), mesin inferensi menentukan cara penarikan kesimpulan yang akan digunakan pada sistem pakar. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan memanipulasi dan mengarahkan pengetahuan yang ada dalam basis pengetahuan sehingga akhirnya tercapai suatu kesimpulan. Mengembangkan mesin inferensi perlu memperhatikan teknik penelusuran dan pengendalian yang akan digunakan. Teknik pengendalian yang digunakan dalam perancangan sistem pakar menentukan kesesuaian lahan adalah mata rantai maju (forward chaining), yaitu dimulai dari sekumpulan fakta kemudian dianalisis dan digunakan untuk proses penarikan kesimpulan. 2.3 Sistem pakar Sistem pakar adalah perangkat lunak komputer yang menggunakan pengetahuan (aturan-aturan tentang sifat dari unsur suatu masalah), fakta, dan teknik inferensi untuk masalah yang biasanya membutuhkan kemampuan seorang ahli. Sistem pakar merupakan sistem yang mengkombinasikan kaidah (inference rules) dan dasar pengetahuan (knowledge base) tertentu yang diberikan oleh satu atau lebih pakar dalam bidang tertentu yang disimpan dalam komputer untuk menghasilkan suatu alasan dan keputusan (reasoning and decision making). Dalam hal ini komputer dapat melaksanakan tugas seperti seorang pakar. Pengetahuan yang digunakan dalam sistem pakar terdiri dari kaidahkaidah (rules) atau informasi dari pengalaman tentang tingkah laku suatu unsur dari suatu gugus persoalan. Kaidah-kaidah biasanya memberikan deskripsi tentang kondisi yang dikuti oleh akibat dari prasyarat tersebut. Tujuan perancangan sistem pakar adalah untuk mempermudah kerja atau bahkan mengganti tenaga ahli, penggabungan ilmu dan pengalaman dari beberapa

31 15 tenaga ahli. Sistem pakar atau sistem berbasis pengetahuan kecerdasan (Intelligent Knowledge Based System) merupakan salah satu bagian dari kecerdasan buatan yang memungkinkan komputer dapat berpikir dan mengambil kesimpulan dari sekumpulan aturan (Marimin, 2005). Sistem pakar didefinisikan sebagai suatu sistem yang bercirikan sebagai berikut: 1. Menangani permasalahan dunia nyata, permasalahan-permasalahan kompleks yang membutuhkan interpretasi seorang pakar. 2. Memecahkan permasalahan-permasalahan ini dengan menggunakan suatu model komputer dari penalaran seorang pakar dan menggapai hasil yang sama dengan kesimpulan yang akan dihasilkan seorang pakar jika dihadapkan pada permasalahan yang sama. Beberapa kelemahan sistem pakar, yaitu: 1. Sistem-sistem tersebut tidak mampu untuk mengenali masalah-masalah di mana pengetahuannya tidak dapat diterapkan dan tidak cukup. 2. Sistem-sistem tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk menguji apakah kesimpulannya masuk akal atau tidak. 3. Penjelasan secara rinci dari proses penalaran sistem-sistem tersebut kebanyakan tidak memunculkan persoalan yang mendasar. 2.4 Metode Bayes Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal (Marimin, 2005).

32 Persamaan Bayes yang digunakan untuk menghitung nilai setiap alternatif adalah 16 m j = 1 Total Nilai i = Nilaiij( Kritj) di mana: Total Nilai i Nilaiij Kritj i j = total nilai akhir dari alternatif ke-i = nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j = tingkat kepentingan (bobot) kriteria ke-j = 1, 2, 3,..., n; n= jumlah alternatif = 1, 2, 3,..., m; m= jumlah kriteria 2.5 Faktor Kepastian (Certainty Factor) Para pengembang MYCIN menyadari bahwa pendekatan Bayesian terlalu kasar, karena terlalu banyak data dan/atau anggapan/perkiraan yang diperlukan. Selain itu, sistem diagnosa medis berdasarkan Metode Bayesian tidak diterima karena sistem tidak memberikan penjelasan sederhana bagaimana telah mencapai kesimpulan. Alasan tambahan para dokter dalam hal pengumpulan bukti yang mendukung/bertentangan dengan hipotesis tertentu. Pengembang MYCIN mengembangkan suatu logika yang bekerja dengan cara ini, yaitu faktor kepastian. Faktor Kepastian mirip dengan probabilitas bersyarat, tapi agak berbeda. Bukannya mewakili derajat probabilitas suatu hasil, tetapi hasilnya yang mewakili ukuran keyakinan. Apabila probabilitas berkisar dari 0 (false) untuk 1 (benar), CF berkisar dari: -1 diyakini tidak akan terjadi dan 1 diyakini kasus terjadi Ukuran absolut dari CF mengukur tingkat keyakinan. Faktor Kepastian (Certainty Factors) merupakan penurunan dan pengembangan dari teori peluang berkondisi (Bayes theorem) (Marimin, 2007). Faktor kepastian didapatkan dari operasi pengurangan nilai kepercayaan (measure of belief) oleh nilai ketidakpercayaan (measure of disbelief). Tujuan utama penggunaan faktor kepastian adalah untuk memproses ketidakpastian dari fakta dan gejala dengan menghindarkan keperluan data dan perhitungan yang besar.

33 17 Skala ukuran nilai kepercayaan (MB) dan nilai ketidakpercayaan (MD) digunakan untuk mengukur kekuatan fakta, notasi yang digunakan adalah: MB[h,e]= X, berarti ukuran kenaikan tingkat kepercayaan untuk hipotesis h, didasarkan pada fakta e sama dengan X MD[h,e]= Y, berarti ukuran kenaikan tingkat ketidakpercayaan untuk hipotesa h, didasarkan pada fakta e sama dengan Y 2.6 Siklus Hidup Pembuatan Sistem Dalam sikus pembuatan sistem, Model Siklus Hidup Air Terjun (Waterfall Life Cycle Model) sering dipakai dalam pengembangan atau pembuatan peranti lunak. Menurut Turban dan Aronson (2001), model siklus air terjun ini terbagi ke dalam beberapa tahap/fase, yaitu kebutuhan (need), perencanaan (planning), analisis (analysis), perancangan (design), implementasi (implementation), dan sistem jadi (system). Tahapan-tahapan ini saling berkaitan satu sama lainnya, sehingga mungkin saja saling tindih (overlapping). Pada model ini, tugas pada setiap fase dilakukan secara berurutan, sehingga fase selanjutnya hanya dapat dilakukan setelah fase sebelumnya selesai dikerjakan. Kelebihan model ini adalah tahapan yang ada telah terdefinisi dan terbagi secara jelas, sehingga akan menghasilkan keluaran yang tepat dan jelas.

34 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Model Pengembangan budidaya kopi melibatkan banyak faktor yang memberikan hasil keluaran yang optimal dan mampu meningkatkan budidaya kopi secara keseluruhan. Faktor-faktor tersebut berupa rangkaian beberapa model yang terintregrasi untuk menghadapi kendala dan berbagai faktor pemecahan masalah yang kompleks dan dinamis. Kemampuan untuk mengakomodasikan dan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dalam pengembangan budidaya kopi merupakan sebuah kekuatan yang mutlak dimiliki pada era pembangunan sekarang ini. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan pertanian antara lain petani, kelembagaan petani, pemerintah, sektor swasta dan distributor dengan sistem pemasarannya, serta faktor-faktor lainnya. Pemerintah mutlak membuat kebijakan yang tidak hanya berpihak ke bidang pertanian tetapi juga lebih kepada kemampuan untuk menciptakan sistem pertanian dan agroindustri yang adil. Perkembangan teknologi informasi dengan kemampuan pengolahan data yang cepat serta berkembangnya metode pemecahan masalah yang lebih representatif menjadi alasan perencanaan strategi pengembangan budidaya kopi ini dikembangkan dalam sebuah Sistem Manajemen Ahli (SMA) yang berdasarkan pada penggunaan perangkat lunak komputer. SMA ini bertujuan antara lain: 1. Menentukan lokasi potensial dan 2. Menentukan kesesuaian lahan. Manfaat SMA ini diharapkan mampu untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan dengan lebih efektif dan efisien dalam segi waktu dan biaya. Gambar 7 berikut ini menyajikan garis besar kerangka model SMA Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya kopi di Provinsi Lampung.

35 19 Gambar 7. Kerangka Model Sistem Manajemen Ahli (SMA) Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung SMA tanaman kopi mempunyai 23 syarat tumbuh berkenaan dengan kesesuaian lahan. Empat syarat utama adalah suhu udara berdasarkan tinggi tempat, ketersediaan air yang meliputi curah hujan tahunan rata-rata, jumlah bulan kering, dan kelembaban nisbi (relatif). Keempat syarat tersebut merupakan pemberian alam yang tidak dapat dimanipulasi oleh manusia. Tiga syarat lainnya berhubungan dengan lahan gambut, yaitu ketebalan, ketebalan berlapis bahan mineral, dan kematangan juga dapat diabaikan (nilainya di nol-

36 20 kan), karena tidak sesuai dengan tanaman kopi. Tiga syarat yang berada pada wilayah pasang surut (pantai), yaitu salinitas, alkalinitas/esp, dan kedalaman sulfidik juga dapat diabaikan karena tidak sesuai dengan tanaman kopi. Sedangkan 13 (tiga belas) syarat lainnya dapat disesuaikan atau diperbaiki agar sesuai dengan syarat tumbuh. Dari model Sistem Manajemen Basis Data, data lokasi dari 5 calon lokasi yang akan dipilih yang berasal dari petani/praktisi berikut data parameternya terlihat di Tabel 4. Data Karakteristik lahan untuk tanaman kopi Robusta berasal dari data pakar dan hasil survey tanah. Sedangkan data kesesuaian lahan yang ada di dalam model Sistem Berbasis Aturan terlihat pada Tabel 5. Tabel 4. Data Lokasi Calon Lahan dan Parameter awalnya Kegiatan/ Lokasi Parameter Banjarrejo Way Tenong Batutegi Muara Dua Ulubelu Luas Lahan 0,75 2,0 Ha 1,5 Ha 1,5 Ha 2,0 Ha 1,5 Ha Harga Lahan Kondisi Tanaman Perlakuan Tanaman Yang Ada Transportasi ( pp) Pembersihan Rumput/ Gulma Sudah ada (tua) (peremajaan) Peremajaan Sudah ada (kondisi bagus) Sudah ada (kondisi bagus) Belukar/ Campur Penyiapan Lahan Perawatan Perawatan Penanaman Baru Sudah ada (kondisi bagus) Perawatan Pemupukan Ongkos Panen/ Pasca Panen Hasil Panen/tahun (Rp /kg) kg kg kg kg Keterangan: Biaya dan harga dalam Rupiah Tanaman kopi dengan syarat tumbuh tersebut, ideal ditanam pada daerah kaki pegunungan yang biasanya berupa hutan. Dengan semakin ketatnya pengawasan pemerintah terhadap hutan yang tersisa, petani memerlukan teknik pemilihan lahan dan persiapan lahan yang sebaik-baiknya untuk tidak membuang dana yang berlebihan. Penelitian ini membahas tentang teknik

37 21 pemilihan lokasi yang paling ekonomis dari beberapa lokasi pilihan dengan Sistem Manajemen Basis Model dan membantu petani menyiapkan lahan yang telah dipilih agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kopi dengan Sistem Berbasis Aturan. Kedua hal tersebut berdasarkan Sistem Manajemen Basis Data. Ketiga sistem tersebut ditangani oleh Pengolah Terpusat. Tabel 5. Persyaratan Tumbuh Tanaman Kopi Robusta (Coffea Caephora)

38 22 Keterangan: Kelas S1 Sangat sesuai: Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata. Kelas S2 Kelas S3 Kelas N Cukup sesuai: Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukkan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri. Sesuai marjinal: Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukkan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya batuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta. Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi. 3.2 Tahapan Pengembangan Sistem manajemen ahli Tujuan utama penelitian ini yang ingin membantu petani agar mudah untuk menentukan pilihan lahan yang diinginkan dan memperoleh anjuran lanjutan singkat dalam penanganan lahannya. Dengan tujuan tersebut, SMA ini dirancang berupa aplikasi berbasis web agar mudah untuk diakses. Tahapan pengembangan SMA ini kerangka dasar penyususnan aturannya mengikuti proses dalam Gambar Pemilihan Pakar Pakar adalah seseorang yang mempunyai pengetahuan dalam suatu bidang tertentu. Dalam pembangunan sistem manajemen ahli, tahap awal yang dilakukan adalah pemilihan dan penentuan pakar sebagai sumber pengetahuan (Sevani, 2009). Marimin (2007) membagi pakar menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu: 1) pakar yang memiliki pendidikan formal S2 (Magister) atau S3 (Doktoral), 2) pakar yang berpengalaman pada bidang yang dikaji, 3) pakar yang berpendidikan formal dan mempunyai pengalaman pada bidang yang dikaji, dan 4) pakar yang merupakan praktisi pada bidang yang dikaji.

39 23 Sumber: Marimin (2007) Gambar 8. Tahapan Pengembangan Sistem Pakar Pengetahuan para pakar berupa tacit knowledge yaitu pengetahuan yang belum didokumentasikan dengan baik karena masih berupa buah fikiran dan explicit knowledge yang sudah terdokumentasikan dengan baik sehingga mudah untuk diakses (Turban, 2001) Akuisisi Pengetahuan Menurut Marimin (2007), terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam proses akuisisi pengetahuan, salah satunya adalah wawancara. Akuisisi pengetahuan yang dilakukan oleh seorang knowledge engineer (KE), bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis pengetahuan yang diperoleh dari para pakar untuk kemudian disimpan dalam basis pengetahuan. Metode yang digunakan untuk proses akuisisi pengetahuan dalam sistem manajemen ahli penentuan lokasi dan kesesuaian lahan budidaya kopi ini adalah wawancara dengan ahli tanah IPB, Dr Kukuh Murtilaksono, dan seorang praktisi/petani kopi yang berdomisili di Kabupaten Pringsewu, Imbang Setiawan bin Burni.

40 Representasi Pengetahuan Pemilihan metode representasi yang akan digunakan perlu mempertimbangkan beberapa persyaratan, seperti kemudahan representasi, kemudahan dalam penalaran, efisiensi proses akuisisi, dan efisiensi proses penalaran (Marimin, 2007). Pengetahuan yang telah diakuisisi dari para pakar pada tahap sebelumnya harus direpresentasikan ke dalam bentuk yang tepat untuk kemudian disimpan dalam basis pengetahuan (Sevani, 2009) Pengembangan Mesin Inferensi Menurut Sevani (2009), mesin inferensi menentukan cara penarikan kesimpulan yang akan digunakan pada SMA. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan memanipulasi dan mengarahkan pengetahuan yang ada dalam basis pengetahuan sehingga akhirnya tercapai suatu kesimpulan. Mengembangkan mesin inferensi perlu memperhatikan teknik penelusuran dan pengendalian yang akan digunakan. Teknik pengendalian yang digunakan dalam perancangan SMA menentukan kesesuaian lahan adalah mata rantai maju (forward chaining), yaitu dimulai dari sekumpulan fakta kemudian dianalisis dan digunakan untuk proses penarikan kesimpulan Implementasi dan Pengujian Perangkat lunak PHP dipakai untuk mengimplementasikan SMA penentuan lokasi dan kesesuaian lahan ini, dengan faktor kepastian (certainty factor) sebagai pemroses data di dalam pembuatan modul-modulnya. Proses verifikasi dan validasi dilakukan untuk menguji SMA yang dirancang dan hasil keluarannya dengan menggunakan data sekunder dari laporan hasil survey lokasi dan survey tanah lokasi-lokasi pilihan. Selanjutnya hasil verifikasi dan validasi dikomentari pakar, bila sudah cukup mewakili kepakaran manusia, maka SMA tersebut dapat direkomendasikan untuk digunakan. Bila hasilnya masih dirasakan kurang memenuhi kepakaran, maka KE harus meninjau ulang basis pengetahuan yang ada.

41 Tata Laksana Penelitian Tata laksana penelitian menggambarkan urutan langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini, yaitu: 1. Persiapan Penelitian dan Studi Pendahuluan. Persiapan penelitian berupa latar belakang dan perumusan masalah beserta tujuan penelitian, sedangkan studi pendahuluan berupa studi dokumentasi dan studi literatur untuk memenuhi ruang lingkup penelitian. 2. Penetapan Sumber Pengetahuan yaitu Akuisisi Pengetahuan dan Representasi Pengetahuan. Akuisisi pengetahuan berupa penetapan parameter pemilihan lokasi, penetapan parameter penentu kesesuaian lahan, dan pengumpulan data persyaratan penggunaan lahan. Representasi pengetahuan berupa pemberian bobot dan perumusan kaidah dalam knowledge base. 3. Mekanisme Inferensi berupa penentuan metode yang akan digunakan. 4. Implementasi sistem manajemen ahli dengan perangkat lunak pembuatan aplikasi Web. 5. Pengujian dengan laporan penelitian survei tanah semi detail. 6. Pengujian ke human expert (Pakar) Pengumpulan Data dan Informasi Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data primer meliputi hasil wawancara dengan praktisi yang langsung bergerak dalam bidang budidaya kopi seperti petani kopi, serta jawaban kuisioner dari pakar sehingga hasilnya dapat dirumuskan dalam bentuk permasalahan utama di dalam sistem. Kajian pustaka merupakan studi untuk mengumpulkan dan menganalisis data sekunder berupa data hasil bumi secara umum dari Dinas Pertanian dan Dinas Perkebunan, data hasil produksi dan ekspor kopi dari Dinas Perkebunan, AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia) cabang Lampung

42 26 dan dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas lahan pertanian dari Dinas Pertanian, luas dan wilayah hutan lindung dari Dinas Kehutanan, literatur tentang kopi, dan peta geografis Lampung baik dari Atlas Umum dan internet. Pengamatan lapang bertujuan untuk mendata secara langsung kebutuhan biaya dalam menentukan lokasi yang akan dipilih. Model yang dihasilkan diharapkan mampu untuk memberikan kemungkinan pemecahan masalah dengan menggunakan teknik-teknik yang ada. Pengamatan dilakukan di Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pringsewu, dan Kabupaten Lampung Utara, tergantung pada daerah mana yang terpilih. Wawancara dimaksudkan untuk mempelajari proses pengambilan keputusan dalam pengembangan budidaya kopi dan permasalahan yang sedang dihadapi. Hal ini dilakukan terhadap para praktisi dan para ahli untuk mendapatkan masukan dalam memprediksi sebuah pemecahan masalah dalam budidaya kopi. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap objek permasalahan disertai dengan wawancara terhadap pihak-pihak yang berperan dalam budidaya kopi, seperti pakar dan petani sehingga dapat diketahui permasalahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya Pengolahan Data dan Informasi Data dan informasi yang diperoleh melalui berbagai macam sumber tersebut kemudian diolah sebelum dapat direpresentasikan ke dalam basis pengetahuan. Data yang diperoleh untuk menentukan lokasi diolah menggunakan beberapa cara, seperti analisa deskriptif, pemberian bobot, dan penggunaan Metode Bayes. Parameter kesesuaian lahan ditentukan memakai metode Faktor Kepastian (Certainty Factor). Wawancara dengan petani didapatkan data berupa 8 parameter yang dipakai dalam simulasi biaya selama 5 tahun, yaitu harga lahan, persiapan lahan, perlakuan tanaman, pembersihan rumput/gulma, ongkos transport petani dari rumah ke lokasi pulang-pergi, hasil panen/tahun, ongkos panen/pasca panen, dan biaya pemupukan. Dalam perhitungan simulasi, 8 parameter ini disederhanakan

43 27 menjadi 3 parameter, yaitu pendapatan kotor, total biaya, dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor didapat dari jumlah hasil panen selama 5 tahun. Total biaya adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama lima tahun meliputi harga lahan, persiapan lahan, perlakuan tanaman, ongkos transport petani, pembersihan rumput/gulma, ongkos panen/pasca panen, dan pemupukan. Pendapatan bersih adalah pendapatan kotor dikurangi total biaya. Pembobotan dalam metode Bayes dilakukan oleh pakar. Perlu diingat, selain 8 parameter yang telah ada, masih ada satu parameter/kriteria tambahan lain dalam memilih lokasi, yaitu ada tidaknya petani/praktisi sekampung/sedaerah yang dapat diajak kerja sama dalam memelihara tanaman atau keamanan lahan. Hasil wawancara dengan pakar, 23 parameter karakeristik lahan dibandingkan dengan masukan 23 data lapangan/survey untuk mendapatkan kelas kesesuaian lahan Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 12 (duabelas) bulan, yaitu mulai bulan Juni 2010 sampai bulan Juni Pengamatan lapangan dilakukan di Kabupaten Tanggamus, Pringsewu, dan Lampung Utara, wawancara dengan pakar dilakukan dengan pakar tanah Institut Pertanian Bogor, Dr. Kukuh W, sedangkan pakar praktisi/petani kopi dilakukan dengan Imbang Setiawan bin Burni dari Desa Umbul Kacang Kabupaten Pringsewu. Pengolahan data, perancangan sistem, dan verifikasi dilakukan di Laboratorium Komputer Departemen Ilmu Komputer, FMIPA IPB Baranangsiang Bogor. 3.4 Metode Pengembangan Sistem Proses pengembangan SMA ini dilakukan melalui serangkaian tahapan sesuai dengan metode yang ada pada siklus hidup suatu software. Metode yang digunakan untuk pengembangan sistem adalah waterfall life cycle model.

44 Kebutuhan Sistem Pada tahap pertama pengembangan sistem ditentukan kebutuhan sistem, tahap pendefinisian tentang sistem yang akan dibuat, kegunaan sistem, dan yang dibutuhkan untuk membuat sistem dengan mengetahui kebutuhan pengguna sistem itu sendiri Perancangan Sistem Perancangan sistem didasarkan atas sistem yang dikaji, meliputi perancangan sistem basis data, basis model, serta sistem manajemen dialog. Penggunaan sistem ini akan saling terintegrasi menjadi satu kesatuan sistem penunjang keputusan. a. Sistem Manajemen Basis Data Sistem manajemen basis data berfungsi untuk memasukkan data dan mengorganisasikan dalam sebuah relasi data sehingga memudahkan dalam pengolahan dan pengambilan data. Sistem yang akan dikembangkan ini tersusun dari beberapa buah model data antara lain data wilayah potensial penanaman kopi, syarat kesesuaian lahan, dan data wawancara dengan pakar. b. Sistem Manajemen Basis Model Sistem manajemen basis model merupakan fasilitas yang digunakan untuk melakukan estimasi dalam pengambilan keputusan. Dalam sistem manajemen basis model ini terdiri dari fungsi dan prosedur matematis sebagai alat perhitungan. Sistem yang akan dikembangkan yaitu Model Penentuan Lokasi, menggunakan Metode Bayes. c. Sistem Manajemen Basis Aturan Sistem manajemen basis aturan merupakan fasilitas yang digunakan untuk melakukan analisis kesesuaian lahan menurut syarat-syarat kesesuaian lahan. Sistem yang akan dikembangkan yaitu Model Kesesuaian Lahan menggunakan rule-based di dalam program PHP.

45 29 d. Sistem Manajemen Dialog (Sistem Terpusat/Program Utama) Sistem manajemen dialog merupakan sarana untuk mengatur interaksi antara model dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Sistem yang akan dikembangkan menggunakan beberapa menu-menu dan antar muka pengguna yang user friendly. Fasilitas bantuan dan tips penggunaan juga disertakan untuk membantu pengguna menggunakan sistem dengan baik dan benar Pembangunan Sistem SMA pemilihan lokasi dan kesesuaian lahan ini dibuat menggunakan beberapa katagori perangkat lunak dan perangkat keras yang memenuhi spesifikasi tertentu. Spesifikasi perangkat lunak yang diperlukan dalam pembangunan sistem manajemen ahli ini, antara lain: a. Sistem Operasi Sistem operasi yang dapat digunakan untuk pembuatan aplikasi sistem manajemen ahli ini adalah Windows XP, Windows Vista, atau Linux. Sistem operasi merupakan bangunan dasar di mana aplikasi sistem manajemen ahli akan dibuat dan kemudian diuji sebelum diimplementasikan. Pemilihan sistem operasi yang akan digunakan berpengaruh pada bahasa pemrogramman dan basis data yang dapat digunakan. Sistem operasi juga berkaitan erat dengan perangkat keras yang dapat digunakan. b. Bahasa Pemrogramman Bahasa pemrograman yang digunakan untuk membuat web adalah PHP versi yang mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: PHP merupakan bahasa script server side yang memiliki kemampuan lebih daripada CGI (command graphical interface). PHP mempunyai kemampuan mengumpulkan data dari form, membuat halaman web dinamis, dan kemampuan mengirim dan menerima cookies.

46 30 PHP bersifat multiplatform sehingga dapat digunakan pada semua sistem operasi seperti Windows, Mac OS, dan Linux. PHP mendukung banyak web server, seperti Apache, MIIS (Microsoft Internet Information Server), PWS (Personal Web Server), dan Netscape. PHP juga mendukung penggunaan berbagai jenis basis data seperti MySQL, Oracle, dbase, FrontBase, Hyperware, SyBase, PostgrSQL, dan Unix DBM. PHP mampu mengolah keluaran berupa berbagai macam jenis file seperti file gambar, file PDF, dan juga movie Flash. PHP mampu menghasilkan keluaran berupa teks seperti HTML, XHTML, dan file XML lainnya. c. Basis Data Basis data yang digunakan adalah phpmyadminsqldump versi Pemilihan basis data ini didasari oleh: Bersifat multiplatform sehingga dapat digunakan pada berbagai macam sistem operasi. Dapat digunakan untuk berbagai macam program seperti PHP, Java, Ferl, C, dan Phyton. Dapat digunakan pada basis data yang besar, karena dapat memproses data besar dengan cepat dan handal. Mudah digunakan karena memiliki jenis kolom yang cukup banyak sehingga memudahkan konfigurasi basis data dan mendukung record yang memiliki kolom dengan panjang tetap atau panjang bervariasi. Bersifat gratis (freeware) untuk sistem operasi Linux dan bersifat berbagi (shareware) untuk sistem operasi Windows dan mempunyai tingkat keamanan yang baik karena dapat melakukan verifikasi host. d. Web Server Web Server diperlukan dalam pembuatan aplikasi sistem manajemen ahli karena aplikasi ini berbasis web yang nantinya akan diakses secara online.

47 31 Sistem manajemen ahli ini merupakan aplikasi yang beroperasi pada sisi server yang merespon permintaan dari web client melalui browser. Web server yang digunakan dalam pembuatan aplikasi sistem manajemen ahli ini adalah Apache. Pemilihan Apache sebagai web server karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain: Opera bersifat multiplatform sehingga dapat digunakan pada berbagai macam sistem operasi. Mudah dikonfigurasi terutama bila digunakan bersama dengan PHP dan MySQL. Bersifat gratis/terbuka (open source), sehingga pengguna dapat mengunduh (download) piranti lunak ini secara gratis. Opera mempunyai berbagai macam fitur canggih, seperti pemilihan bahasa, hak akses, reload privilages, dan lainnya. Didukung oleh GUI (Graphical User Interface) sehingga memungkinkan penanganan server dilakukan dengan mudah Pengujian Sistem Pengujian sistem dilakukan sebelum dan sesudah aplikasi selesai dibuat. Pengujian dilakukan dalam dua tahap, yaitu pengujian terhadap cara penulisan yang digunakan dalam pembuatan aplikasi dan pengujian terhadap proses perhitungan dan aliran data pada aplikasi. Pengujian pada cara penulisan dilakukan sepanjang tahap penulisan sehingga menghasilkan bentuk aplikasi akhir. Pengujian ini dilakukan dengan cara melakukan compile terhadap cara penulisan yang ada untuk mengetahui apakah terjadi kesalahan dalam penulisan. Bila hasil pengujian pada cara penulisan tidak terdapat kesalahan lagi, maka pengujian berikutnya adalah pengujian terhadap proses perhitungan dan aliran data pada aplikasi. Pengujian terhadap aplikasi dilakukan pada saat aplikasi masih bersifat offline dan pada saat aplikasi sudah hosting atau sudah dapat diakses secara online.

48 Penerapan Sistem Tahapan penerapan atau implementasi sistem adalah tahap setelah aplikasi berhasil melalui tahapan pengujian. Pada tahap ini aplikasi sudah siap untuk digunakan oleh pengguna. Penerapan sistem dilakukan dengan cara menyewa atau membeli domain untuk waktu tertentu atau digabungkan ke website yang telah ada. Melalui domain tersebut aplikasi dapat diakses dan diperbaharui bila diperlukan Operasional dan Pemeliharaan Sistem Kegiatan operasional dan pemeliharaan sistem dilakukan setelah sistem selesai diterapkan. Kegiatan ini dilakukan dengan memantau pemakaian dan isi dari web supaya senantiasa terpelihara dan sesuai dengan perkembangan terbaru yang ada seputar kegiatan pemilihan dan kesesuaian lahan. Pemeliharaan dan pembaharuan isi basis data juga merupakan salah satu kegiatan pada tahap operasional dan pemeliharaan sistem. Isi basis data termasuk salah satu faktor yang menentukan keluaran aplikasi, semakin beragam isi basis data akan membuat sistem dapat mengolah berbagai kemungkinan jenis data masukkan dari pengguna.

49 IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang Kerangka sistem yang dirancang ini dikembangkan dari kerangka model sistem manajeme ahli yang telah disebutkan pada bagian metodologi. Pada kerangka sistem yang dirancang dituliskan urutan proses pembuatan sistem dari awal sampai akhir, hingga didapatkan sebuah sistem manajemen ahli yang dapat digunakan untuk menentukan lokasi terbaik dan kesesuaian lahannya. Kerangka sistem ini digambarkan dalam bentuk diagram alir deskriptif formulasi pembuatan sistem manajemen ahli penentuan lokasi dan kesesuaian lahan seperti yang terlihat pada Gambar 9. Gambar 9. Diagram Alir Formulasi Sistem yang Dirancang

50 4.2 Analisa Kebutuhan Sistem Analisa kebutuhan sistem dilakukan oleh knowledge engineer (KE) dan merupakan tahap awal dalam perancangan perangkat lunak yang terdapat pada model siklus hidup pengembangan sistem klasik yang digunakan. Tahap analisa ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan sistem dan pengguna sistem, serta alur kerja sistem yang akan dibuat. Tahap analisa ini sering disebut sebagai fase requirement yang akan mengumpulkan informasi tentang sistem dan perangkat lunak yang akan dibuat, menentukan siapa saja pengguna sistem, dan apa saja kebutuhan pengguna yang dapat diberikan oleh sistem. Berdasarkan tahap analisis dapat ditentukan bahwa sistem yang akan dibuat merupakan sebuah sistem manajemen ahli untuk memilih lokasi dan menentukan kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta. Sistem ini dibuat berbasis web agar dapat diakses secara online. Keberadaan sistem ini diharapkan dapat membantu pengguna sistem dalam memilih lokasi dan kesesuaian lahan untuk tanaman kopi. Pemilihan lokasi lahan ditentukan dengan bantuan Metode Bayes, sedangkan untuk penentuan kesesuaian lahan ditentukan dengan bantuan Metode Faktor Kepastian. Sistem manajemen ahli yang dibuat masih dalam bentuk sederhana, terdiri dari dua komponen menu yaitu pemilihan lokasi dan penentuan kesesuaian lahan. Menu pada web terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kelompok menu pada web Menu pada Web Fungsi Menu Utama (Home) Pemilihan fungsi memilih lokasi atau penentuan lahan. Dapat dipilih menu untuk pemilihan lokasi atau langsung penentuan kesesuaian lahan. Menu Pemilihan Lokasi Memilih lokasi dan ranking lokasi berdasarkan masukkan data lokasi sebelumnya. Dapat dilanjutkan ke klasifikasi kesesuaian lahan untuk mendapatkan kesesuaian lahan atau menuju menu home/kembali ke menu utama. Menu Klasifikasi Menentukan kesesuaian lahan berdasarkan masukkan data pengguna. Menuju ke menu utama/home. 34

51 4.3 Rancangan Proses Rancangan manajemen ahli pemilihan lokasi dan penentuan kesesuaian lahan budidaya kopi ini dibagi menjadi lima bagian yang meliputi rancangan masukkan, rancangan keluaran, rancangan proses, rancangan infrastruktur web, dan rancangan tampilan Rancangan Masukan Masukkan sistem untuk pemilihan lokasi menggunakan data primer hasil wawancara dengan praktisi/petani kopi, sedangkan masukkan sistem untuk kesesuaian lahan menggunakan data primer hasil wawancara dengan pakar dan data sekunder dari petunjuk teknis penentuan kesesuaian lahan dan laporan survey tanah. Rancangan basis data untuk lokasi dan parameternya terlihat pada Tabel 7. Rancangan masukan didasarkan dari wawancara praktisi dan pakar yang disajikan pada Lampiran 1. Tabel 7. Rancangan Basis Data untuk Lokasi dan Parameternya Table structure for table `data_lokasi` -- CREATE TABLE IF NOT EXISTS `data_lokasi` ( `nama` varchar(100) NOT NULL default '', `kecamatan` varchar(100) default NULL, `kabupaten` varchar(100) default NULL, `luas_lahan` double default NULL, `harga_lahan` bigint(20) default NULL, `biaya_transportasi` bigint(20) default NULL, `hasil_panen` bigint(20) default NULL, PRIMARY KEY (`nama`) ) ENGINE=MyISAM DEFAULT CHARSET=latin1; Dumping data for table `data_lokasi` -- INSERT INTO `data_lokasi` (`nama`, `kecamatan`, `kabupaten`, `luas_lahan`, `harga_lahan`, `biaya_transportasi`, `hasil_panen`) VALUES ('Bandarrejo', 'Sukoharjo', 'Pringsewu', 1.5, , 10000, 1250), ('Muara Dua', NULL, 'Pringsewu', 2, , 6000, 4000), ('Batutegi', NULL, 'Tanggamus', 1.5, , 30000, 4000), ('Ulubelu', 'Talang Padang', 'Tanggamus', 1.5, , 35000, 4000), ('Way Tenong', 'Bukit Kemuning', 'Lampung Utara', 1.5, , , 4000);

52 Penyusunan sistem dimulai dengan menentukan parameter yang akan digunakan, yaitu 8 parameter untuk pemilihan lahan yang pada perhitugan simulasi disederhanakan menjadi 3 paremeter dan 23 parameter untuk penentuan kesesuaian lahan. Untuk pemilihan lokasi lahan digunakan 8 parameter (kriteria), yaitu harga lahan, kondisi tanaman kopi di lahan, perlakuan tanaman yang ada, biaya tranportasi, biaya pembersihan rumput/gulma, hasil panen/tahun, ongkos panen/pasca panen, dan biaya pemupukan. Untuk menentukan kesesuaian lahan menggunakan 23 parameter, yaitu suhu tahunan rata-rata, curah hujan tahunan rata-rata, jumlah bulan kering, kelembaban nisbi, drainase, tekstur tanah di permukaan, fraksi kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, ketebalan gambut bila berlapis dengan bahan mineral/pengkayaan mineral, kematangan gambut, KTK liat, kejenuhan basa, ph H 2 O, C-Organik, salinitas, alkalinitas/esp, kedalaman sulfidik, lereng, tingkat bahaya erosi, banjir, batuan permukaan, dan singkapan batuan. Contoh rancangan basis data parameter kesesuaian lahan untuk suhu terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rancangan Basis Data Parameter Karakteristik Lahan Table structure for table `karakteristik` -- CREATE TABLE IF NOT EXISTS `karakteristik` ( `parameter` varchar(100) NOT NULL default '', `nama` varchar(100) NOT NULL, `satuan` varchar(10) default NULL, `kelas` varchar(2) NOT NULL default '', `batas_bawah` double NOT NULL default '0', `batas_atas` double NOT NULL default '0', `keterangan` varchar(50) NOT NULL default '', PRIMARY KEY (`parameter`,`kelas`,`batas_bawah`,`batas_atas`,`keterangan`) ) ENGINE=MyISAM DEFAULT CHARSET=latin1; Dumping data for table `karakteristik` -- INSERT INTO `karakteristik` (`parameter`, `nama`, `satuan`, `kelas`, `batas_bawah`, `batas_atas`, `keterangan`) VALUES ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S1', 22, 25, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S2', 25, 28, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S3', 28, 32, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S3', 19, 22, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'N', -1, 19, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'N', 32, -1, ''), 36

53 4.3.2 Rancangan Keluaran Keluaran dari sistem yang dirancang terdiri dari dua macam. Keluaran pertama adalah hasil simulasi biaya dari 5 lokasi lahan berikut rankingnya dan keluaran kedua berupa kesesuaian lahan yang terdiri dari 4 macam, yaitu sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marjinal (S3), dan tidak sesuai (N) Rancangan Proses Evaluasi Pada SMA penentuan lokasi dan kesesuaian lahan ini terdapat dua evaluasi, yaitu simulasi pemilihan lahan dan penentuan kesesuaian lahan. Rancangan proses evaluasi yang dilakukan sistem dibagi menjadi 3 (tiga) proses, yaitu proses masukkan, proses penarikan kesimpulan, dan proses keluaran. Gambaran proses evaluasi dalam sistem ini diperlihatkan pada Gambar 10. Pada proses 2, aturan yang dipakai adalah membandingkan data lapangan dengan nilai masing-masing dari 23 nilai parameter karakteristik kesesuaian lahan, sebagai contoh untuk parameter suhu: IF Suhu > 22 AND Suhu <25 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF Suhu >= 25 AND Suhu < 28 THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF Suhu > = 19 AND Suhu <= 22 AND Suhu >= 28 AND <= 32 THEN Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesesuaian Lahan = N Aturan-aturan untuk 23 parameter lainnya selengkapnya disajikan pada Lampiran Rancangan Uji Rancangan uji merupakan tahap pengujian terhadap sistem yang dibuat. Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang telah dapat melakukan proses pengolahan data dengan Metode Bayes dan Metode Faktor Kepastian sesuai dengan proses yang direncanakan. Proses pengujian juga bertujuan untuk memastikan tingkat validitas keluaran sistem. Pengujian dilakukan dalam dua tahap, yaitu pada saat sistem dikembangkan dan pada saat sistem telah selesai dibuat. Pengujian pada saat dikembangkan dilakukan untuk menguji cara penulisan (sintak) bahasa pemrograman yang digunakan. Pengujian pada saat sistem selesai dikembangkan dilakukan untuk menguji proses yang dilakukan dalam sistem dan keluarannya. 37

54 38 Pengujian keluaran sistem dilakukan dengan laporan survey tanah. Pengujian dilakukan dengan menggunakan kombinasi berbagai kemugkinan data yang dimasukkan oleh pengguna. Tujuan penggunaan berbagai kombinasi data ini bertujuan untuk mengetahui tingkat reliabilitas sistem yang dirancang. Gambar 10. Proses Evaluasi Sistem Manajemen Ahli Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan

55 V. IMPLEMENTASI SISTEM 5.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk membangun sistem meliputi bermacam aspek aplikasi, seperti basis data, web server, dan editor. Perangkat keras yang diperlukan untuk membangun sistem biasanya berkemampuan lebih tinggi daripada yang digunakan oleh pengguna sistem. Spesifikasi perangkat lunak yang digunakan untuk membangun sistem berbeda dengan yang digunakan oleh pengguna sistem. Perangkat keras yang digunakan untuk pembuat sistem dan pengguna sistem memiliki spesifikasi antara lain: Prosesor Pentium IV atau lebih tinggi, Memory RAM minimal 1 Gbyte, Harddisk, Monitor, Keyboard, dan Mouse. Perangkat lunak yang digunakan untuk pembuat sistem memiliki spesifikasi antara lain: Opera web server, XAMPP, Notepad++, phpmyadmin, MySQL. Perangkat lunak yang digunakan oleh pengguna sistem memiliki spesifikasi antara lain web browser. Pengguna yang akan mengakses sistem juga memerlukan koneksi internet. 5.2 Sistem Masukan Sistem manajemen ahli ini dirancang untuk memilih lokasi berdasarkan masukan data di dalam program simulasi biaya lima tahun dan dilanjutkan dengan

56 40 menerima 23 nilai parameter masukan dari pengguna ke dalam sistem melalui sebuah form input untuk memperoleh kesesuaian lahan. Kode program disajikan pada Lampiran Petunjuk pemakaian program disajikan pada Lampiran 11. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Kotaagung, Sumatera disajikan pada Lampiran 12. a. Aplikasi Pemilihan Lokasi Aplikasi pemilihan lokasi merupakan implementasi proses pertama dari Sistem Manajemen Ahli, di mana terdapat 5 lokasi dan 8 parameter yang dijadikan sebagai acuan perhitungan untuk mendapatkan ranking lokasi. Pemilihan lokasi ini ditunjukkan pada Gambar 11. Gambar 11. Pemilihan Lokasi Lahan Pada halaman pertama ini, pengguna dapat memilih proses pemilihan lokasi lahan yang telah dimasukan dalam program simulasi atau langsung memilih untuk memilih kesesuaian lahan berdasarkan 23 parameter masukan. Bila pengguna memilih proses pemilihan lahan, maka akan didapat hasil berupa rangking lokasi berikut hasil perhitungannya, seperti yang terpapar di Gambar 12. Bila diinginkan proses simulasi perhitungan tiap lokasi yang telah diranking, tinggal di-klik pilihan show pada tiap lokasinya, akan didapatkan gambaran perhitungannya seperti pada Gambar 13.

57 41 Gambar 12. Hasil simulasi perhitungan biaya di semua lokasi lahan Gambar 13. Contoh Simulasi Perhitungan Biaya Lokasi Batutegi b. Aplikasi Penentuan Kesesuaian Lahan Aplikasi penentuan kesesuaian lahan ini merupakan proses kedua pada sistem manajemen ahli ini. Aplikasi ini digunakan untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan dari lokasi terpilih atau dapat juga digunakan untuk menentukan

58 42 tingkat kesesuaian lahan sembarang lokasi dengan isian 23 parameter kesesuaian lahan tersebut. Pengisisan 23 parameter kesesuaian lahan dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Proses masukan 23 parameter kesesuaian lahan Kelas kesesuaian lahan terbagi menjadi 4 (empat) kelas, yaitu S1(sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marjinal), dan N (tidak sesuai). 5.3 Proses Evaluasi Sistem Di tahap evaluasi, nilai masing-masing parameter yang dimasukan ke dalam sistem pada proses kedua akan diproses melalui tahapan inferensi metode Faktor Kepastian.

59 Proses Masukan Data masukan pengguna berupa 23 (duapuluh tiga) parameter yang diperlukan untuk proses penarikan kesimpulan didapat melalui form isian. Data yang dimasukkan dapat berbeda tergantung lokasi yang ingin diketahui kesesuaian lahannya Proses Penarikan Kesimpulan Proses penarikan kesimpulan yang digunakan dalam pembuatan sistem manajemen ahli ini adalah metode Bayes dan metode Faktor Kepastian Proses Keluaran Keluaran aplikasi pemilihan lokasi lahan berupa perankingan hasil perhitungan simulasi 5 (lima) lokasi lahan dengan 8 parameter penentu, yang kemudian lokasi terpilih diproses dengan aplikasi kesesuaian lahan untuk menentukan kesesuaian lahan tersebut yang diolah dari 23 parameter penentunya. 5.4 Keluaran Sistem Keluaran sistem ini adalah lokasi yang terpilih sekaligus kelas kesesuaian lahannya, atau dapat langsung berupa kelas kesesuaian lahan untuk lokasi yang mempunyai data survey tanahnya. 5.5 Verifikasi dan Validasi Verifikasi dilakukan dengan membandingkan hasil keluaran sistem pakar dengan pendapat dari para pakar. Data yang digunakan untuk proses verifikasi ini merupakan data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan praktisi untuk pemilihan lokasi dan laporan survei tanah semi detail dan buku petunjuk teknis evaluasi lahan (2007) untuk kesesuaian lahan. Digunakan 23 data percobaan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan. Tabel 9 menyajikan contoh hasil model pemilihan lokasi dengan peringkatnya dengan menggunakan metode Bayes dengan bobot masing-masing. Pendapatan bersih adalah pendapatan hasil panen selama 5 tahun dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan selama lima tahun yang terdiri dari ongkos transport, biaya pembersihan rumput/gulma, biaya pesiapan lahan, biaya pemupukan, dan biaya ongkos panen/pasca panen. Pendapatan kotor adalah total

60 44 hasil penjualan panen selama lima tahun. Hasil perhitungan simulasi menunjukkan bahwa Batutegi sebagai lokasi terpilih. Tabel 10 menyajikan contoh data input dan output sistem untuk kesesuaian lahan. Parameter X 1 sampai X 23 digunakan untuk menggantikan nama 23 parameter yang digunakan dengan urutan sesuai parameter kesesuaian lahan. Hasil penalaran kesesuaian lahan untuk wilayah Batutegi berdasarkan data survey tanah menghasilkan kesesuaian tanah S1 (sangat sesuai). Tabel 9. Contoh Hasil Output Peringkat Pemilihan Lokasi Lokasi Pendapatan Pendapatan Total Nilai Peringkat Bersih Kotor Biaya Alternatif Bandarrejo Muara Dua Batutegi Ulubelu Way Tenong Bobot 0,30 0,40 0,30 Tabel 10. Contoh Data Input dan Output Kesesuaian Lahan Input Kesesuaian Lahan X1 X2 X3 X4.... X X X F0 4 3 S1

61 VI. PEMBAHASAN Sistem Manajemen Ahli (SMA) Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung ini dirancang khusus untuk tanaman kopi Robusta yang berupa aplikasi berbasis web yang dapat menghasilkan pemilihan lokasi dan kesesuaian lahan berdasarkan masukan data aktual oleh pengguna. Sistem manajemen ahli ini diharapkan dapat dijangkau pengguna dengan mudah dan dapat diakses di mana saja selama ada koneksi internet. 6.1 Akuisisi Pengetahuan Pembuatan SMA ini mengakuisisi pengetahuan dan informasi dari pakar dan praktisi beserta dari berbagai jenis buku dan dokumen serta laporan survei tanah. Metode yang digunakan untuk mengakuisisi pengetahuan dari pakar dan praktisi ini adalah wawancara dan diskusi masalah. Melalui proses akuisisi pengetahuan ini ditentukan 8 parameter yang digunakan untuk pemilihan lokasi dan 23 parameter yang akan digunakan untuk penentuan kesesuaian lahan. Pemilihan lokasi diambil dari 5 lokasi potensial yang ada berikut laporan survei tanah untuk kelima lokasi tersebut. 6.2 Representasi Pengetahuan Pengetahuan hasil akuisisi yang akan digunakan untuk memproses data, direpresentasikan dalam bentuk aturan-aturan untuk kemudian di implementasikan dalam program komputer. Untuk kesesuaian lahan, terdapat 23 parameter yang akan menentukan kelas kesesuaian lahan, masing-masing parameter mempunyai aturan masing-masing (rule-based) seperti disajikan pada Lampiran 2. Aturanaturan tersebut pada pemetaan tingkat semi detail (skala 1: :50.000) dapat menghasilkan kesesuaian lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marjinal (S3), dan tidak sesuai (N). Tingkat kesesuaian lahan sangat sesuai (S1) dicapai bila jumlah parameternya (JP) 80%, tingkat kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) bila JP 60%, tingkat kesesuaian lahan sesuai marjinal(s3) bila JP 40%, tingkat kesesuaian lahan tidak sesuai (N) bila JP < 40%.

62 Proses Inferensi Inferensi dilakukan berdasarkan data aktual, yaitu data lahan yang dimasukan oleh pengguna. Berdasarkan aturan yang terdapat pada basis pengetahuan, data pengguna ini akan diproses dengan metode Bayes untuk menghasilkan rangking pemilihan lokasi, dan diproses dengan menggunakan Faktor Kepastian untuk menghasilkan kesimpulan kesesuaian lahan. Dalam implementasi, kenyakinan untuk aturan diberikan oleh pakar pada saat proses akuisisi, dan kenyakinan untuk fakta dimasukan oleh pemakai. Pemakai juga dapat menentukan batas minimum kenyakinan yang dianggap bermakna (Marimin, 2007). 6.4 Kompleksitas Sistem Kompleksitas sistem manajemen ahli ini dihitung berdasarkan kode program yang dieksekusi dan ketersediaan data aktual atau data pengganti pengguna sistem, sehingga dapat dikatakan kompleksitas waktunya adalah O(n). 6.5 Pembahasan Kasus Dari hasil simulasi biaya selama 5 (lima) tahun untuk pemilihan lahan diperoleh ranking teratas adalah lokasi Batutegi. Data 8 parameter/kegiatan yang simulasi disimulasikan adalah luas dan harga lahan, kondisi tanaman kopi saat sekarang yang berimbas pada biaya peremajaan/penanaman baru, perlakuan tanaman, biaya transportasi, biaya pembersihan rumput/gulma, biaya pemupukan, ongkos panen/pasca panen, dan hasil panen. Kedelapan parameter tersebut dalam perhitungannya disederhanakan menjadi 3 parameter yang diberi bobot masingmasing untuk perhitungan dengan metoda Bayes, yaitu pendapatan bersih, pendapatan kotor, dan total biaya. Pendapatan bersih adalah jumlah pendapatan kotor dikurangi dengan total biaya. Total biaya adalah total pengeluaran petani meliputi harga lahan, biaya persiapan lahan, biaya transport petani, biaya pembersihan rumput/gulma, ongkos panen/pasca panen, dan biaya pemupukan. Pendapatan kotor adalah jumlah hasil panen. Pembobotan dalam metode Bayes bersifat subyektif pakar, dalam perhitungan ini masing-masing parameter diberi bobot 30% untuk pendapatan bersih, 40% untuk pendapatan kotor, dan 30% untuk total biaya. Walaupun hasil dari perhitungan simulasi diperoleh Batutegi sebagai

63 47 pilihan pertama, namun petani mempunyai kriteria/parameter tambahan dalam memilih lokasi, yaitu kehadiran rekan petani sekampung/sedaerah yang dapat diajak kerja sama dalam memelihara kebun dan keamanan. Kesesuaian yang didapatkan untuk lokasi Batutegi adalah S1 atau sangat sesuai dengan karakteristik lahannya. Ini didapat dari hasil seleksi kesesuaian lahan dari 23 karakteristik/parameter kesesuaian lahan dengan masukan data survey semi permanen untuk wilayah Batutegi, yaitu suhu tahunan rata-rata, curah hujan tahunan rata-rata, jumlah bulan kering, kelembaban nisbi, drainase, tekstur tanah di permukaan, fraksi kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, ketebalan gambut bila berlapis dengan bahan mineral/pengkayaan mineral, kematangan gambut, KTK liat, kejenuhan basa, ph H 2 O, C-Organik, salinitas, alkalinitas/esp, kedalaman sulfidik, lereng, tingkat bahaya erosi, banjir, batuan permukaan, dan singkapan batuan.

64 VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1. Pemilihan lahan penting memperhatikan kondisi awal lahan dan kemungkinan hasil lahan dalam waktu tertentu (5 tahun). 2. Kriteria spesifik yang disarankan oleh petani setempat selain kedelepan yang dibahas penting dimasukan dalam model sebagai kriteria tambahan. 3. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa lokasi yang disarankan untuk penanaman kopi adalah Batutegi dengan tingkat kesesuaian lahan S1 (sangat sesuai). 7.2 Saran Hasil penelitian perlu disempurnakan lebih lanjut, dalam hal pengembangan sistem yang lebih luas, seperti meningkatkan kesesuaian lahan dan pengembangan rule-based.

65 DAFTAR PUSTAKA Dariah, A., Fahmuddin, A., Sitanala, A., Sudarsono, dan Maswar Erosi dan Aliran Permukaan pada Lahan Pertanian Berbasis Tanaman Kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. Djaenudin D., Marwan H., Subagjo H., dan A. Hidayat Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor. Ditjen Perkebunan Statistik Perkebunan Indonesia Kopi (Coffee) Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. Ernawati, Rr., Arief, R. W., dan Slameto Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. ISBN Gayo, B., Atlas Indonesia dan Dunia. CV. Mitra Keluarga, Jakarta. Hadisepoetro, S Permasalahan Tanaman Kopi di Kawasan Hutan Lindung, Hutan Taman Raya, dan Taman Nasional di Provinsi Lampung, serta Alternatif Pemecahannya. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 15 (1): Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember. Hidayat, A., H. Darul, S.W.P., Dai, J., H. Sumulyadi, Y., Hendra, S.A., Hermawan, A., Yayat, A.H., Buurman, P., dan Balsem, T Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Kota Agung, Sumatera. Pusat Penelitian Tanah, Bogor. Isnar Agricultural Research Information System (ARIS). The Indian Council of Agricultural Research, in cooperation with ISNAR. The Hague: International Service for National Agricultural Research. Manik, K. E. S Kondisi Aktual dan Pengelolaan DAS di Provinsi Lampung. Universitas Lampung. Marimin Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Marimin Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial. IPB Press, Bogor. Pinsonneault, A., and Kraemer, K. L Survey Research Methodology In Management Information Systems: An Assessment. Working Paper #URB- 022, The 1991 Queen s-hec Workshop.

66 Ritung, S., Wahyunto, Agus, F., dan Hidayat, H Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. Bogor. Sevani. N., Sistem Pakar Penentuan Kesesuaian Lahan Berdasarkan Faktor Penghambat Terbesar (Maximum Limitation Factor) untuk Tanaman Pangan, Tesis, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Subdin Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Turban, E Decision Support and Expert System. Mc Millan Publishing Company, New York. Turban, E., and Aronson, Jay E Decision Support Systems and Intelligent Systems, 6 th Edition. Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ. Yuhono, J.T., dan Deden, Dj Penerapan Sistem Nilai Cacat (defect system) dan Citarasa Kopi: Upaya peningkatan mutu kopi di Propinsi Lampung. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan. 50

67 Lampiran 1. Hasil Wawancara Sistem Manajemen Ahli Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung Bagian I: IDENTITAS PAKAR Nama : Dr. Kukuh Murtilaksono Pekerjaan : Ahli Tanah Instansi/Perusahaan : Institut Pertanian Bogor Alamat Kantor : Kampus IPB Dramaga, Bogor Alamat Rumah : Baranang Siang Indah, Bogor No. Telp/HP : Nama : Imbang Setiawan bin Burni Pekerjaan : Petani Kopi Instansi/Perusahaan : - Alamat Kantor : - Alamat Rumah : Umbul Kacang, Kabupaten Pringsewu No. Telp/HP : Bagian II: GAMBARAN UMUM PENELITIAN Judul Penelitian: SISTEM MANAJEMEN AHLI PENENTUAN LOKASI DAN KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA KOPI DI PROVINSI LAMPUNG Tujuan Penelitian: 1. Merancang sebuah sistem manajemen ahli untuk membantu petani untuk memilih lokasi dan mengetahui kesesuaian lahan untuk tanaman kopi. 2. Identifikasi lokasi dan karakteristik lahan yang tersedia dalam penentuan kesesuaian lahan bagi tanaman kopi. 3. Meringankan para calon petani kopi dalam menentukan lokasi dan mengetahui kesesuaian calon lahan penanaman. Manfaat Penelitian: 1. Memudahkan para petani untuk menentukan lokasi yang paling ekonomis dan menyiapkan lahan yang sesuai untuk penanaman kopi. 2. Berdampak positif terhadap perkembangan budidaya kopi di Provinsi Lampung. Hasil Penelitian: Sebuah sistem manajemen ahli yang telah terverifikasi dan tervalidasi untuk menerima dan mengolah masukkan berupa data lapangan tentang lokasi, karakteristik, dan kualitas lahan untuk kemudian dibandingkan dengan persyaratan penggunaan lahan tersebut untuk penanaman kopi pada basis pengetahuan.

68 53 Lampiran 1. (lanjutan...) Bagian III: Kerangka Model Sistem Manajemen Ahli (SMA) Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Usaha Kopi di Provinsi Lampung

69 54 Lampiran 1. (lanjutan...) BAGIAN IV: WAWANCARA PENENTUAN HUBUNGAN ANTAR PARAMETER A. Penentuan Biaya Yang Akan Menjadi Parameter Penentuan Lokasi Lahan: 1. Berapa banyak calon lokasi lahan yang ada? Jawaban: Ada 5 lokasi lahan yang dapat dipilih, yaitu: a. Bandarrejo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu; b. Muara Dua, Kabupaten Pringsewu; c. Batutegi, Kabupaten Tanggamus; d. Ulubelu, Kecamatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus; e. Way Tenong, Kecamatan Bukit Kemuning, Kabupaten Lampung Utara. 2. Berapa luas masing-masing calon lokasi lahan? Jawaban: a. Bandarrejo : 0, ,0 Ha b. Muara Dua : 2,0 Ha c. Batutegi : 1,5 Ha d. Ulubelu : 1,5 Ha e. Way Tenong : 1,5 Ha Keterangan: Harga dan luas lahan di Bandarrejo tergantung jauh dekatnya dari jalan utama. 3. Berapa harga setiap calon lokasi lahan? Jawaban: a. Bandarrejo : Rp ,00 b. Muara Dua : Rp ,00 c. Batutegi : Rp ,00 d. Ulubelu : Rp ,00 e. Way Tenong : Rp ,00 4. Bagaimana kondisi lahan masing-masing? Jawaban: a. Bandarrejo : sudah ada tanaman kopi tua b. Muara Dua : semak belukar/campuran c. Batutegi : sudah ada, dalam masa produksi puncak d. Ulubelu : sudah ada, dalam masa produksi puncak e. Way Tenong : sudah ada, dalam masa produksi puncak

70 55 Lampiran 1. (lanjutan...) 6. Berapa biaya penyiapan lahan untuk persiapan penanaman baru? Jawaban: a. Bandarrejo : Rp 0,00 b. Muara Dua : Rp (4 org X Rp /md X 10 hr) c. Batutegi : Rp 0,00 d. Ulubelu : Rp 0,00 e. Way Tenong : Rp 0,00 7. Berapa harga stek kopi dan bibit kopi diterima di tempat calon lahan? Jawaban: Stek : Rp 500,00/batang Bibit baru : Rp 1.000,00/batang Keterangan: ongkos stek dan bibit baru relatif sama di setiap lokasi. 8. Berapa biaya penanaman kopi di lahan masing-masing lokasi? Jawaban: a. Bandarrejo : Rp (peremajaan: 4000 Rp 500) b. Muara Dua : Rp (tanam baru: 4000 Rp 1000) c. Batutegi : Rp 0,00 d. Ulubelu : Rp 0,00 e. Way Tenong : Rp 0,00 9. Berapakah biaya pemupukan lahan/tahun? Jawaban: Setiap lokasi: ( ) X 3 = Rp ,00 Keterangan: Pola pemupukan para petani tradisional masih sangat sederhana, malah cenderung boros. Mereka tidak membedakan luas lahan 1,5 ha atau 2.0 ha, yang penting merupakan satu petak lahan. Pupuk yang dipakai adalah KCl, Urea, dan SP masing-masing satu kwintal/petak/kali pemupukan. Pemupukan dilakukan 3 kali dalam satu tahun. Harga masing-masing jenis pupuk per kwintal, adalah: KCl : Rp ,00 Urea : Rp ,00 SP : RP ,00

71 56 Lampiran 1. (lanjutan...) 10. Berapa ongkos kendaraan dari rumah petani sampai ke calon lahan? Jawaban: a. Bandarrejo : Rp ,00 b. Muara Dua : Rp ,00 c. Batutegi : Rp ,00 d. Ulubelu : Rp ,00 e. Way Tenong : Rp ,00 Keterangan: Biaya untuk pulang-pergi memakai moda transportasi Angkot/bis dan ojek jika diperlukan. 11. Berapakah hasil produksi/tahun/lahan? Jawaban: a. Bandarrejo : kg b. Muara Dua : 0 kg c. Batutegi : kg d. Ulubelu : kg e. Way Tenong : kg 12. Berapa biaya panen dan angkut hasil dari kebun ke pasar terdekat? Jawaban: Ongkos petik : Rp 1.000,00/kaleng (5 kg.) Ongkos ojek : Rp 500,00/kg Keterangan: Hasil panen basah biasanya dibawa langsung menuju pasar hasil penen terdekat masing-masing. Ongkos petik relatif sama di setiap tempat. 13. Apakah ada parameter lain yang berpengaruh dalam penentuan lokasi selain 12 (duabelas) hal di atas? Jawaban: Hal terakhir yang akan menjadi pertimbangan adalah apakah di lokasi tersebut banyak petani lain yang dapat diajak berbagi tanggung jawab untuk bersama menjaga lahan-lahan mereka? B. Penentuan Syarat Tumbuh/Karakteristik Lahan Yang Akan Menjadi Parameter Penentu Kesesuaian Lahan: 1. Apakah perlu digunakan karakteristik lahan secara fisik dan kimia dalam menentukan kesesuaian lahan? Jawaban: Pasti. Sesuai dengan syarat tumbuh untuk kopi. 2. Di antara banyak karakteristik lahan yang ada, sifat-sifat apa saja yang dirasakan dapat digunakan dalam menentukan kesesuaian lahan? Jawaban: Semua sifat yang ada pada poin B3.

72 57 Lampiran 1. (lanjutan...) 3. Apakah karakteristik lahan berikut cukup untuk dijadikan parameter dalam menentukan kesesuaian lahan? Karakteristik lahan 1. Suhu Tahunan Rata-rata 2. Curah Hujan Tahunan Rata-rata 3. Jumlah Bulan Kering 4. Kelembaban Nisbi 5. Drainase 6. Tekstur Tanah di Permukaan 7. Fraksi Kasar 8. Kedalaman Tanah 9. Ketebalan Gambut 10. Ketebalan Terlapis Mineral 11. Kematangan 12. KTK Liat 13. Kejenuhan Basa 14. ph H 2 O 15. C-Organik 16. Salinitas 17. Alkalinitas/ESP 18. Kedalaman Sulfidik 19. Lereng 20. Tingkat Bahaya Erosi 21. Banjir 22. Batuan Permukaan 23. Singkapan Batuan Jawaban: 1. Relatif, nilainya dapat didefault. 2. Untuk setiap lokasi lahan, harus ada datanya. 3. Untuk setiap lokasi lahan, harus ada datanya. 4. Untuk setiap lokasi lahan, harus ada datanya. 5. Tergantung tekstur tanah. 6. Untuk setiap lokasi lahan, harus ada datanya. 7. Batuan. 8. Tanah dan bebatuan. Data dapat diperoleh dari peta tanah. 9. Tak perlu, diberi nilai default Tak perlu, diberi nilai default Tak perlu, diberi nilai default Perlu. 13. Perlu. 14. Perlu. 15. Perlu.

73 58 Lampiran 1. (lanjutan...) 16. Untuk point 16, 17, dan 18 dapat diabaikan, karena di daerah pasang surut/pantai. Diisi default = Perlu. 20. Perlu. 21. Perlu. 22. Perlu. 23. Perlu. Keterangan: Hampir secara keseluruhan data sekunder yang diperlukan pada B3 di atas dapat diperoleh dari Peta Tanah dari Balai Tanah, Bogor. 4. Di antara karakteristik lahan pada butir B3 di atas, apakah ada sifat yang dirasakan paling dominan dalam menentukan kesesuaian lahan? Jawaban: Semuanya sama dan harus ada. 5. Apakah ada prioritas di antara karakteristik lahan yang digunakan dalam menentukan kesesuaian lahan? Jawaban: Semua persyaratan posisinya sama. 6. Bagaimana hubungan antara karakteristik lahan pada butir B3 di atas? Jawaban: Saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. 7. Apakah ada karakteristik lahan yang dapat menjadi pemicu untuk sifat yang lainnya? Jawaban: Hanya sebagai indikasi untuk syarat lainnya. 8. Adakah satuan untuk sifat tekstur? Jawaban: Kwalitatif 9. Adakah satuan untuk sifat drainase? Jawaban: Kwalitatif 10. Bagaimana menentukan nilai untuk sifat drainase? Jawaban: Kwalitatif 11. Adakah satuan untuk sifat ph? Jawaban: Kwantitatif

74 59 Lampiran 1. (lanjutan...) 12. Bagaimana menentukan nilai untuk sifat ph? Jawaban: ph meter 13. Apakah satuan untuk sifat bahaya erosi? Jawaban: Kwalitatif 14. Bagaimana menentukan nilai untuk sifat bahaya erosi? Jawaban: Kwalitatif, Visual. 15. Apakah satuan untuk sifat bahaya banjir? Jawaban: Kwalitatif 16. Bagaimana menentukan nilai untuk sifat bahaya banjir? Jawaban: Kwalitatif 17. Bagaimana menentukan nilai untuk sifat sodisitas/alkalinitas? Jawaban: Dengan alat/lab. 18. Bagaimana menentukan nilai untuk sifat salinitas? Jawaban: Dengan alat/lab. 19. Apakah perbedaan antara kedalaman efektif dan kedalaman sulfidik? Jawaban: Perbedaan dalam hal untuk tanah dan kandungannya. 20. Perlukah kedua sifat tersebut digunakan bersamaan dalam proses penentuan kesesuaian lahan? Jawaban: Untuk tanaman kopi tidak diperlukan, karena terdapat pada daerah pasang surut/pantai.

75 Lampiran 2. Aturan-aturan dalam Penentuan Kesesuaian Lahan Aturan-aturan 23 parameter/karaketristik kesesuaian lahan: 1. Suhu tahunan rata-rata ( o C): IF Suhu > 22 AND Suhu <25 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF Suhu >= 25 AND Suhu < 28 THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF Suhu > = 19 AND Suhu <= 22 OR Suhu >= 28 AND <= 32 THEN Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesesuaian Lahan = N 2. Curah hujan tahunan rata-rata (mm): IF Hujan > 2000 AND Hujan < 3000 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF Hujan > 1750 AND Hujan < = 2000 OR Hujan > = 3000 AND Hujan < 3500 THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF Hujan > = 1500 AND Hujan < = 1750 OR Hujan > = 3500 AND Hujan < 4000 THEN Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesesuaian Lahan = N 3. Jumlah bulan kering (month): IF BK >= 2 AND BK < 3 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF BK >= 3 AND BK < 5 THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF BK >= 5 AND BK <= 6 THEN Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesesuaian Lahan = N 4. Kelembaban nisbi (%): IF KN > 45 AND KN < 80 Kesesuaian Lahan = S1 IF KN > 35 AND KN < 45 OR KN >= 80 AND KN < = 90 THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF KN > 90 OR KN > 30 AND KN <= 35 THEN Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesesuaian Lahan = N 5. Draninase: IF Drainase = Baik THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF Drainase = Sedang THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF Drainase = Agak terhambat OR Drainase = agak cepat THEN Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesesuaian Lahan = N

76 61 Lampiran 2. (Lanjutan.. ) 6. Tekstur tanah di permukaan: IF Tekstur = Halus OR Tekstur = agak halus OR Tekstur = sedang THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF Tekstur = agak kasar OR Tekstur = sangat halus THEN Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesusaian Lahan = N 7. Fraksi kasar (%): IF FK < 15 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF FK >= 15 AND FK < 35 THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF FK >= 35 AND FK <= 60 Then Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesesuaian Lahan = N 8. Kedalaman tanah (cm): IF KT > 100 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF KT > 75 AND KT <= 100 THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF KT >= 50 AND KT <= 75 Then Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesesuaian Lahan = N 9. Ketebalan gambut (cm): diberi nilai default = Ketebalan gambut (cm), bila berlapis dengan bahan mineral/pengkayaan mineral: diberi nilai default = Kematangan gambut: diberi nilai default = KTK liat (cmol/kg): tidak ada kesesuaian lahan S3 dan N IF KTK > 16 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF KT K <= 16 THEN Kesesuaian Lahan = S2 13. Kejenuhan basa (%): tidak ada kesesuaian lahan S3 dan N IF JB > 20 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF JB <= 20 THEN Kesesuaian Lahan = S2 14. ph H 2 O: tidak ada kesesuaian lahan N IF ph > 5,3 AND ph < 6,0 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF ph >= 6,0 AND ph <= 6,5 OR ph >= 5,0 AND ph <= 5,3 THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF ph > 6,5 OR ph < 5,3 THEN Kesesuaian Lahan = S3

77 62 Lampiran 2. (Lanjutan.. ) 15. C-Organik (%): tidak ada kesesuaian lahan S3 dan N IF COrg > 0,8 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF COrg <= 0,8 THEN Kesesuaian Lahan = S2 16. Salinitas (ds/m): tidak ada Kesesuaian Lahan = S2 IF Sal < 1 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF Sal >= 1 AND Sal <= 2 THEN Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesusaian Lahan = N 17. Alkalinitas/ESP (%): diberi nilai default = 0; 18. Kedalaman sulfidik (cm): diberi nilai default = Lereng (%): IF Lereng < 8 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF Lereng >= 8 AND Lereng < 16 THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF Lereng >= 16 AND Lereng <= 30 OR Lereng >= 16 AND <= 50 THEN Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesesuaian Lahan = N 20. Tingkat bahaya erosi (eh): IF eh = Sangat rendah THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF eh = Rendah OR eh = sedang THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF eh = Berat THEN Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesesuaian Lahan = N 21. Banjir: IF Banjir = F0 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF Banjir = F1 THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF Banjir = F2 THEN Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesesuaian Lahan = N 22. Batuan permukaan (%): IF BP < 5 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF BP >= 5 AND BP < 15 THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF BP >= 15 AND BP < = 40 THEN Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesesuaian Lahan = N

78 63 Lampiran 2. (Lanjutan.. ) 23. Singkapan batuan (%): IF SB < 5 THEN Kesesuaian Lahan = S1 IF SB >= 5 AND SB < 15 THEN Kesesuaian Lahan = S2 IF SB >= 15 AND SB < = 25 THEN Kesesuaian Lahan = S3 ELSE Kesesuaian Lahan = N

79 Lampiran 3. Listing Program Kontrol <?php?> session_start(); include('class/controller.class.php'); $controller = new Controller(); $controller->loadmodel('database'); $controller->loadmodel('datalokasi'); $controller->loadcontrol('home'); $controller->loadcontrol('klasifikasi'); $controller->loadcontrol('lahan'); $controller->loadcontrol('control'); if(isset($_get['p'])){ $parameter = $_GET['p']; else{ $parameter = 'home'; $control = new Control($parameter); $control->proses();

80 Lampiran 4. Listing Kontrol Kelas <?php class Controller{ function Controller(){ function index(){ header('location:index.php'); function to($parameter){ header('location:control.php?p='.$parameter); function loadview($file){ include('view/'.$file.'.php'); function loadmodel($file){ require_once('model/'.$file.'.php'); function loadcontrol($file){ require_once('control/'.$file.'.php'); function loadpng($file){ return '<img src="images/'.$file.'.png">'; function loadjpg($file){ return '<img src="images/'.$file.'.jpg">'; function combobox($name,$style,$option,$selected,$onchange){ $text = '<select name="'.$name.'" style="'.$style.'" onchange="'.$onchange.'">'; foreach($option as $p){ if($selected == $p){ $text = $text.'<option value="'.$p.'" selected="selected">'; else{ $text = $text.'<option value="'.$p.'">'; $text = $text.''.$p.'</option>'; $text = $text.'</select>'; return $text;

81 66 Lampiran 3. (Lanjutan..) function linkcss($file){ $text = '<link rel="stylesheet" href="css/'.$file.'.css" type="text/css" charset="utf-8" />'; return $text; function linkjs($file){ $text = '<script type="text/javascript" src="js/'.$file.'.js"></script>'; return $text; function openjs(){ $text = '<script type="text/javascript">'; return $text; function closejs(){ $text = '</script>'; return $text;?>

82 Lampiran 5. Listing Program Table data lokasi, karakteristik lahan, kondisi lahan, dan perlakuan -- phpmyadmin SQL Dump -- version Host: localhost -- Generation Time: May 12, 2011 at 09:50 PM -- Server version: PHP Version: SET SQL_MODE="NO_AUTO_VALUE_ON_ZERO"; Database: `kopi` Table structure for table `data_lokasi` -- CREATE TABLE IF NOT EXISTS `data_lokasi` ( `nama` varchar(100) NOT NULL default '', `kecamatan` varchar(100) default NULL, `kabupaten` varchar(100) default NULL, `luas_lahan` double default NULL, `harga_lahan` bigint(20) default NULL, `biaya_transportasi` bigint(20) default NULL, `hasil_panen` bigint(20) default NULL, PRIMARY KEY (`nama`) ) ENGINE=MyISAM DEFAULT CHARSET=latin1; Dumping data for table `data_lokasi` -- INSERT INTO `data_lokasi` (`nama`, `kecamatan`, `kabupaten`, `luas_lahan`, `harga_lahan`, `biaya_transportasi`, `hasil_panen`) VALUES ('Bandarrejo', 'Sukoharjo', 'Pringsewu', 1.5, , 10000, 1250), ('Muara Dua', NULL, 'Pringsewu', 2, , 6000, 4000), ('Batutegi', NULL, 'Tanggamus', 1.5, , 30000, 4000), ('Ulubelu', 'Talang Padang', 'Tanggamus', 1.5, , 35000, 4000), ('Way Tenong', 'Bukit Kemuning', 'Lampung Utara', 1.5, , , 4000);

83 68 Lampiran 5. (Lanjutan.. ) Table structure for table `karakteristik` -- CREATE TABLE IF NOT EXISTS `karakteristik` ( `parameter` varchar(100) NOT NULL default '', `nama` varchar(100) NOT NULL, `satuan` varchar(10) default NULL, `kelas` varchar(2) NOT NULL default '', `batas_bawah` double NOT NULL default '0', `batas_atas` double NOT NULL default '0', `keterangan` varchar(50) NOT NULL default '', PRIMARY KEY (`parameter`,`kelas`,`batas_bawah`,`batas_atas`,`keterangan`) ) ENGINE=MyISAM DEFAULT CHARSET=latin1; Dumping data for table `karakteristik` -- INSERT INTO `karakteristik` (`parameter`, `nama`, `satuan`, `kelas`, `batas_bawah`, `batas_atas`, `keterangan`) VALUES ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S1', 22, 25, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S2', 25, 28, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S3', 28, 32, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'S3', 19, 22, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'N', -1, 19, ''), ('Suhu', 'suhu', 'C', 'N', 32, -1, ''), ('Curah Hujan', 'curah_hujan', 'mm', 'S1', 2000, 3000, ''), ('Curah Hujan', 'curah_hujan', 'mm', 'S2', 1750, 2000, ''), ('Curah Hujan', 'curah_hujan', 'mm', 'S2', 3000, 3500, ''), ('Curah Hujan', 'curah_hujan', 'mm', 'S3', 1500, 1750, ''), ('Curah Hujan', 'curah_hujan', 'mm', 'S3', 3500, 4000, ''), ('Curah Hujan', 'curah_hujan', 'mm', 'N', -1, 1500, ''), ('Curah Hujan', 'curah_hujan', 'mm', 'N', 4000, -1, ''), ('Jumlah Bulan Kering', 'jumlah_bulan_kering', 'month', 'S1', 2, 3, ''), ('Jumlah Bulan Kering', 'jumlah_bulan_kering', 'month', 'S2', 3, 5, ''), ('Jumlah Bulan Kering', 'jumlah_bulan_kering', 'month', 'S3', 5, 6, ''), ('Jumlah Bulan Kering', 'jumlah_bulan_kering', 'month', 'N', 6, -1, ''), ('Kelembapan Nisbi', 'kelembapan_nisbi', '%', 'S1', 45, 80, ''), ('Kelembapan Nisbi', 'kelembapan_nisbi', '%', 'S2', 35, 45, ''), ('Kelembapan Nisbi', 'kelembapan_nisbi', '%', 'S2', 80, 90, ''), ('Kelembapan Nisbi', 'kelembapan_nisbi', '%', 'S3', 30, 35, ''), ('Kelembapan Nisbi', 'kelembapan_nisbi', '%', 'S3', 90, -1, ''), ('Kelembapan Nisbi', 'kelembapan_nisbi', '%', 'N', -1, 30, ''), ('Drainase', 'drainase', NULL, 'S1', -1, -1, 'Baik'), ('Drainase', 'drainase', NULL, 'S2', -1, -1, 'Sedang'), ('Drainase', 'drainase', NULL, 'S3', -1, -1, 'Agak Terhambat'), ('Drainase', 'drainase', NULL, 'S3', -1, -1, 'Agak Cepat'), ('Drainase', 'drainase', NULL, 'N', -1, -1, 'Terhambat'),

84 69 Lampiran 5. (Lanjutan.. ) ('Drainase', 'drainase', NULL, 'N', -1, -1, 'Sangat Terhambat'), ('Drainase', 'drainase', NULL, 'N', -1, -1, 'Cepat'), ('Tekstur Tanah', 'tekstur_tanah', NULL, 'S1', -1, -1, 'Halus'), ('Tekstur Tanah', 'tekstur_tanah', NULL, 'S1', -1, -1, 'Agak Halus'), ('Tekstur Tanah', 'tekstur_tanah', NULL, 'S1', -1, -1, 'Sedang'), ('Tekstur Tanah', 'tekstur_tanah', NULL, 'S3', -1, -1, 'Agak Kasar'), ('Tekstur Tanah', 'tekstur_tanah', NULL, 'S3', -1, -1, 'Sangat Halus'), ('Tekstur Tanah', 'tekstur_tanah', NULL, 'N', -1, -1, 'Kasar'), ('Tekstur Tanah', 'tekstur_tanah', NULL, 'N', -1, -1, 'Sangat Halus'), ('Fraksi Kasar', 'fraksi_kasar', '%', 'S1', -1, 15, ''), ('Fraksi Kasar', 'fraksi_kasar', '%', 'S2', 15, 35, ''), ('Fraksi Kasar', 'fraksi_kasar', '%', 'S3', 35, 60, ''), ('Fraksi Kasar', 'fraksi_kasar', '%', 'N', 60, -1, ''), ('Kedalaman Tanah', 'kedalaman_tanah', 'cm', 'S1', 100, -1, ''), ('Kedalaman Tanah', 'kedalaman_tanah', 'cm', 'S2', 75, 100, ''), ('Kedalaman Tanah', 'kedalaman_tanah', 'cm', 'S3', 50, 75, ''), ('Kedalaman Tanah', 'kedalaman_tanah', 'cm', 'N', -1, 50, ''), ('Ketebalan', 'ketebalan', 'cm', 'S1', 0, -1, ''), ('Ketebalan', 'ketebalan', 'cm', 'S2', 0, -1, ''), ('Ketebalan', 'ketebalan', 'cm', 'S3', 0, -1, ''), ('Ketebalan', 'ketebalan', 'cm', 'N', 0, -1, ''), ('Ketebalan Berlapis Mineral', 'ketebalan_berlapis_mineral', 'cm', 'S1', 0, -1, ''), ('Ketebalan Berlapis Mineral', 'ketebalan_berlapis_mineral', 'cm', 'S2', 0, -1, ''), ('Ketebalan Berlapis Mineral', 'ketebalan_berlapis_mineral', 'cm', 'S3', 0, -1, ''), ('Ketebalan Berlapis Mineral', 'ketebalan_berlapis_mineral', 'cm', 'N', 0, -1, ''), ('Kematangan', 'kematangan', NULL, 'S1', -1, -1, 'Saprist'), ('Kematangan', 'kematangan', NULL, 'S2', -1, -1, 'Saprist'), ('Kematangan', 'kematangan', NULL, 'S2', -1, -1, 'Hemist'), ('Kematangan', 'kematangan', NULL, 'S3', -1, -1, 'Hemist'), ('Kematangan', 'kematangan', NULL, 'S3', -1, -1, 'Fibrist'), ('Kematangan', 'kematangan', NULL, 'N', -1, -1, 'Fibrist'), ('KTK Liat', 'ktk_liat', 'cmol/kg', 'S1', 16, -1, ''), ('KTK Liat', 'ktk_liat', 'cmol/kg', 'S2', -1, 16, ''), ('Kejenuhan Basa', 'kejenuhan_basa', '%', 'S1', 20, -1, ''), ('Kejenuhan Basa', 'kejenuhan_basa', '%', 'S2', -1, 20, ''), ('ph H2O', 'ph_h2o', NULL, 'S1', 5.3, 6, ''), ('ph H2O', 'ph_h2o', NULL, 'S2', 6, 6.5, ''), ('ph H2O', 'ph_h2o', NULL, 'S2', 5, 5.3, ''), ('ph H2O', 'ph_h2o', NULL, 'S3', 6.5, -1, ''), ('ph H2O', 'ph_h2o', NULL, 'S3', -1, 5.3, ''), ('C-Organik', 'corganik', '%', 'S1', 0.8, -1, ''), ('C-Organik', 'corganik', '%', 'S2', -1, 0.8, ''), ('Salinitas', 'salinitas', 'ds/m', 'S1', 0, -1, ''), ('Salinitas', 'salinitas', 'ds/m', 'S2', 0, -1, ''), ('Salinitas', 'salinitas', 'ds/m', 'S3', 0, -1, ''), ('Salinitas', 'salinitas', 'ds/m', 'N', 0, -1, ''),

85 70 Lampiran 5. (Lanjutan.. ) ('Alkalinitas', 'alkalinitas', '%', 'S1', 0, -1, ''), ('Alkalinitas', 'alkalinitas', '%', 'S2', 0, -1, ''), ('Alkalinitas', 'alkalinitas', '%', 'S3', 0, -1, ''), ('Alkalinitas', 'alkalinitas', '%', 'N', 0, -1, ''), ('Kedalaman Sulfidik', 'kedalaman_sulfidik', 'cm', 'S1', 0, -1, ''), ('Kedalaman Sulfidik', 'kedalaman_sulfidik', 'cm', 'S2', 0, -1, ''), ('Kedalaman Sulfidik', 'kedalaman_sulfidik', 'cm', 'S3', 0, -1, ''), ('Kedalaman Sulfidik', 'kedalaman_sulfidik', 'cm', 'N', 0, -1, ''), ('Lereng', 'lereng', '%', 'S1', -1, 8, ''), ('Lereng', 'lereng', '%', 'S2', 8, 16, ''), ('Lereng', 'lereng', '%', 'S3', 16, 30, ''), ('Lereng', 'lereng', '%', 'S3', 16, 50, ''), ('Lereng', 'lereng', '%', 'N', 30, -1, ''), ('Lereng', 'lereng', '%', 'N', 50, -1, ''), ('Tingkat Erosi', 'tingkat_erosi', 'eh', 'S1', -1, -1, 'Sangat Rendah'), ('Tingkat Erosi', 'tingkat_erosi', 'eh', 'S2', -1, -1, 'Rendah'), ('Tingkat Erosi', 'tingkat_erosi', 'eh', 'S2', -1, -1, 'Sedang'), ('Tingkat Erosi', 'tingkat_erosi', 'eh', 'S3', -1, -1, 'Berat'), ('Tingkat Erosi', 'tingkat_erosi', 'eh', 'N', -1, -1, 'Sangat Berat'), ('Banjir', 'banjir', 'fh', 'S1', 0, 0, ''), ('Banjir', 'banjir', 'fh', 'S2', 0, 0, ''), ('Banjir', 'banjir', 'fh', 'S3', 1, 1, ''), ('Banjir', 'banjir', 'fh', 'N', 1, -1, ''), ('Batuan Permukaan', 'batuan_permukaan', '%', 'S1', -1, 5, ''), ('Batuan Permukaan', 'batuan_permukaan', '%', 'S2', 5, 15, ''), ('Batuan Permukaan', 'batuan_permukaan', '%', 'S3', 15, 40, ''), ('Batuan Permukaan', 'batuan_permukaan', '%', 'N', 40, -1, ''), ('Singkapan Batuan', 'singkapan_batuan', '%', 'S1', -1, 5, ''), ('Singkapan Batuan', 'singkapan_batuan', '%', 'S2', 5, 15, ''), ('Singkapan Batuan', 'singkapan_batuan', '%', 'S3', 15, 25, ''), ('Singkapan Batuan', 'singkapan_batuan', '%', 'N', 25, -1, ''); Table structure for table `kondisi_lahan` -- CREATE TABLE IF NOT EXISTS `kondisi_lahan` ( `lokasi` varchar(50) NOT NULL, `tahun` int(11) NOT NULL, `kondisi` varchar(50) NOT NULL, PRIMARY KEY (`lokasi`,`tahun`) ) ENGINE=MyISAM DEFAULT CHARSET=latin1;

86 71 Lampiran 5. (Lanjutan.. ) Dumping data for table `kondisi_lahan` -- INSERT INTO `kondisi_lahan` (`lokasi`, `tahun`, `kondisi`) VALUES ('Bandarrejo', 1, 'tua'), ('Bandarrejo', 2, 'baru'), ('Bandarrejo', 3, 'baru'), ('Bandarrejo', 4, 'ada'), ('Bandarrejo', 5, 'ada'), ('Batutegi', 1, 'ada'), ('Batutegi', 2, 'ada'), ('Batutegi', 3, 'ada'), ('Batutegi', 4, 'ada'), ('Batutegi', 5, 'ada'), ('Way Tenong', 1, 'ada'), ('Way Tenong', 2, 'ada'), ('Way Tenong', 3, 'ada'), ('Way Tenong', 4, 'ada'), ('Way Tenong', 5, 'ada'), ('Muara Dua', 1, 'semak'), ('Muara Dua', 2, 'baru'), ('Muara Dua', 3, 'baru'), ('Muara Dua', 4, 'ada'), ('Muara Dua', 5, 'ada'), ('Ulubelu', 1, 'ada'), ('Ulubelu', 2, 'ada'), ('Ulubelu', 3, 'ada'), ('Ulubelu', 4, 'ada'), ('Ulubelu', 5, 'ada'); Table structure for table `perlakuan` -- CREATE TABLE IF NOT EXISTS `perlakuan` ( `kondisi` varchar(50) NOT NULL, `perlakuan` varchar(50) default NULL, `transportasi` int(11) NOT NULL, `pembersihan` int(11) NOT NULL, `panen` int(11) NOT NULL, `ongkos_panen` int(11) NOT NULL, `pemupukan` int(11) NOT NULL, PRIMARY KEY (`kondisi`) ) ENGINE=MyISAM DEFAULT CHARSET=latin1;

87 72 Lampiran 5. (Lanjutan.. ) Dumping data for table `perlakuan` -- INSERT INTO `perlakuan` (`kondisi`, `perlakuan`, `transportasi`, `pembersihan`, `panen`, `ongkos_panen`, `pemupukan`) VALUES ('tua', 'peremajaan', 0, 1, 0, 0, 1), ('semak', 'penanaman', 0, 1, 0, 0, 1), ('baru', 'perawatan', 0, 1, 0, 0, 1), ('ada', 'perawatan', 1, 1, 1, 1, 1);

88 Lampiran 6. Listing Program Home Home <?php?> class Home extends Controller{ function Home(){ parent::controller(); $this->view(); function view(){ $this->loadview('home');

89 Lampiran 7. Listing Penentuan klasifikasi lahan <?php class Klasifikasi extends Controller{ private $input; private $lokasi; private $kelas; function Klasifikasi(){ parent::controller(); if($_get['lokasi']){ $this->lokasi = $_GET['lokasi']; else{ if($_post['lokasi']){ $this->lokasi = $_POST['lokasi']; else{ $this->lokasi = ""; $this->view(); function getlokasi(){ return $this->lokasi; function getkelas(){ return $this->kelas; function setinput($input){ $this->input = $input; function getinput(){ return $this->input; function viewinput(){ $db = new Database(); $query = "select distinct parameter, nama from karakteristik"; $result = $db->search($query); $db->close(); echo '<table>'; echo '<form method="post"

90 75 Lampiran 7. (Lanjutan.. ) action="'.$_server[php_self].'" size="100">'; $style = 'border:1px solid #804934'; if(!$_get['lokasi']){ echo '<tr>'; echo '<td>lokasi</td>'; echo '<td>:</td>'; $lokasi = $_POST['lokasi']; echo '<td><input type="text" value="'.$lokasi.'" name="lokasi" size="17" style="'.$style.'">'; while($data = mysql_fetch_object($result)){ if($_post['submit']){ $value = $_POST[$data->nama]; else{ $value = $this->input[$data->nama]; echo '<tr>'; echo '<td>'.$data->parameter.'</td>'; echo '<td>:</td>'; echo '<td>'; if($data->nama == 'drainase'){ $option = array('baik','sedang','agak Terhambat','Agak Cepat','Terhambat','Sangat Terhambat','Cepat'); echo $this->combobox($data- >nama,$style,$option,$value,''); else if($data->nama == 'tekstur_tanah'){ $option = array('halus','agak Halus','Sedang','Agak Kasar','Sangat Halus','Kasar','Sangat Halus'); echo $this->combobox($data- >nama,$style,$option,$value,''); else if($data->nama == 'kematangan'){ $option = array('saprist','hemist','fibrist'); echo $this->combobox($data- >nama,$style,$option,$value,''); else if($data->nama == 'tingkat_erosi'){ $option = array('sangat Rendah','Sedang','Berat','Sangat Berat'); echo $this->combobox($data- >nama,$style,$option,$value,''); else{ echo '<input type="text" value="'.$value.'"

91 76 Lampiran 7. (Lanjutan.. ) name="'.$data->nama.'" size="17" style="'.$style.'">'; echo '</td>'; echo '</tr>'; echo '<tr><td></td></tr>'; if($_post['submit']) $this->input[$data->nama] = $_POST[$data->nama]; echo '<tr>'; echo '<td></td>'; echo '<td></td>'; echo '<td><input type="submit" name="submit" value="submit" size="10" style="'.$style.'"></td>'; echo '</tr>'; echo '</form>'; echo '</table>'; if($_post['submit']) $_SESSION['input'] = $this->input; function viewhasil(){ if($_post['submit'] $_POST['print'] $_POST['back']){ $hasil = $this->proses(); $i = 1; foreach($hasil as $kelas => $kolom){ foreach($kolom as $nilaisatuan => $nilai){ echo '<tr><td>'.$i++.'.</td><td> '.$kelas.' ('.$nilaisatuan.')</td><td> = </td><td>'.$nilai.'</td></tr>'; echo 'Karakteristik Lahan '.$this->getlokasi().' adalah '.$this->getkelas(); function proses(){ $db = new Database(); foreach($this->input as $parameter => $nilai){ $query = "select * from karakteristik where nama = '$parameter'"; $result = $db->search($query); while($data = mysql_fetch_object($result)){ $nilaisatuan = $nilai.' '.$data->satuan; if($parameter == "ketebalan" $parameter == "ketebalan_berlapis_mineral" $parameter == "kematangan" $parameter == "salinitas" $parameter == "alkalinitas" $parameter == "kedalaman_sulfidik"){ $kelas['n']++; $hasil[$data-

92 77 Lampiran 7. (Lanjutan.. ) >parameter][$nilaisatuan] = 'N'; >batas_bawah){ >kelas]++; >parameter][$nilaisatuan] = $data->kelas; else{ break; elseif($data->batas_bawah!= -1){ if($data->batas_atas!= -1){ if($parameter == 'banjir'){ if($nilai == $data- $kelas[$data- $hasil[$data- break; if($nilai >= $data- >batas_bawah && $nilai < $data->batas_atas){ $kelas[$data- >kelas]++; $hasil[$data- >parameter][$nilaisatuan] = $data->kelas; break; else{ if($parameter == 'banjir' $parameter == 'ktk_liat' $parameter == 'kejenuhan_basa' $parameter == 'corganik'){ if($nilai > $data- >batas_bawah){ $kelas[$data- >kelas]++; $hasil[$data- >parameter][$nilaisatuan] = $data->kelas; break; else{ if($nilai >= $data- >batas_bawah){ $kelas[$data- >kelas]++; $hasil[$data-

93 78 Lampiran 7. (Lanjutan.. ) >parameter][$nilaisatuan] = $data->kelas; break; elseif($data->batas_atas!= -1){ if($parameter == 'ktk_liat' $parameter == 'kejenuhan_basa' $parameter == 'corganik'){ if($nilai <= $data- >batas_atas){ $kelas[$data- >kelas]++; $hasil[$data- >parameter][$nilaisatuan] = $data->kelas; break; else{ if($nilai < $data- >batas_atas){ $kelas[$data- >kelas]++; $hasil[$data- >parameter][$nilaisatuan] = $data->kelas; break; elseif($nilai == $data->keterangan){ $kelas[$data->kelas]++; $hasil[$data-

94 79 Lampiran 7. (Lanjutan.. ) >parameter][$nilaisatuan] = $data->kelas; $db->close(); break; $max = 0; $maxkelas = ""; foreach($kelas as $kriteria => $nilai){ if($max < $nilai){ $max = $nilai; $maxkelas = $kriteria; $this->kelas = $maxkelas; return $hasil; function getmax($hasil){ $i = 0; foreach($hasil as $kelas => $nilai){ if($i++ == 0){ $maxnilai = $nilai; $maxkelas = $kelas; else{ if($maxnilai < $nilai){ $maxnilai = $nilai; $maxkelas = $kelas; return $maxkelas; function view(){ if($_get['savepdf']){ $this->loadview('printklasifikasi'); else{ $this->loadview('klasifikasi');?>

95 Lampiran 8. Listing Program Pemilihan Lahan <?php class Lahan extends Controller{ function Lahan(){ parent::controller(); if(!$_get['lokasi']) $this->view(); else $this->viewperlahan($_get['lokasi']); function viewperlahan($lokasi){ $db = new Database(); $query = "select * from kondisi_lahan where lokasi like '$lokasi%'"; $result = $db->search($query); $db->close(); $flag = true; while($lahan = mysql_fetch_object($result)){ if($flag){ echo '<h1 class="kota">'.$lahan- >lokasi.'</h1>'; $flag = false; $db1 = new Database(); $query = "select * from perlakuan where kondisi = '$lahan->kondisi'"; $result1 = $db1->search($query); $db1->close(); $DataLokasi = new DataLokasi($lahan->lokasi); while($perlakuan = mysql_fetch_object($result1)){ $total = 0; $keterangan["kondisi"][$lahan->tahun] = $perlakuan->kondisi; $keterangan["perlakuan"][$lahan->tahun] = $perlakuan->perlakuan; $tabel["kondisi"][$lahan->tahun] = $DataLokasi->biayaKondisi($perlakuan->kondisi); $total = $total+$datalokasi- >biayakondisi($perlakuan->kondisi); $tabel["perlakuan"][$lahan->tahun] = $DataLokasi->biayaPerlakuan($perlakuan->perlakuan); $total = $total+$datalokasi-

96 81 Lampiran 8. (Lanjutan.. ) >biayaperlakuan($perlakuan->perlakuan); $tabel["transportasi"][$lahan->tahun] = $DataLokasi->biayaTransportasi($perlakuan->transportasi); $total = total+$datalokasi- >biayatransportasi($perlakuan->transportasi); $tabel["pembersihan"][$lahan->tahun] = $DataLokasi->biayaPembersihan($perlakuan->pembersihan); $total = $total+$datalokasi- >biayapembersihan($perlakuan->pembersihan); $tabel["panen"][$lahan->tahun] = $DataLokasi->pendapatanPanen($perlakuan->panen); $total = $total+$datalokasi- >pendapatanpanen($perlakuan->panen); $tabel["ongkos Panen"][$lahan->tahun] = $DataLokasi->biayaPanen($perlakuan->ongkos_panen); $total = $total+$datalokasi- >biayapanen($perlakuan->ongkos_panen); $tabel["pemupukan"][$lahan->tahun] = $DataLokasi->biayaPemupukan($perlakuan->pemupukan); $total = $total+$datalokasi- >biayapemupukan($perlakuan->pemupukan); $tabel["total"][$lahan->tahun] = $total; echo '<table class="sortable" id="anyid">'; foreach($tabel as $biaya => $kolom){ echo "<tr>"; echo "<th>biaya</th>"; foreach($kolom as $tahun => $nilai){ echo "<th>tahun $tahun</th>"; echo "</tr>"; break; foreach($tabel as $biaya => $kolom){ echo "<tr>"; if($biaya == "Total") echo "<th>$biaya</th>"; else echo "<td>$biaya</td>"; foreach($kolom as $tahun => $nilai){ if($biaya == "Total"){ echo '<th>rp. '.$nilai.'</th>';

97 82 Lampiran 8. (Lanjutan.. ) else{ if($keterangan[$biaya][$tahun]){ echo '<td>'.$keterangan[$biaya][$tahun].' = Rp. '.$nilai.'</td>'; else{ echo '<td>rp. '.$nilai.'</td>'; echo "</tr>"; echo '</table>'; function gethasillahan($lokasi){ $db = new Database(); $query = "select * from kondisi_lahan where lokasi = '$lokasi'"; $result = $db->search($query); $db->close(); while($lahan = mysql_fetch_object($result)){ $db1 = new Database(); $query = "select * from perlakuan where kondisi = '$lahan->kondisi'"; $result1 = $db1->search($query); $db1->close(); $DataLokasi = new DataLokasi($lokasi); while($perlakuan = mysql_fetch_object($result1)){ $tabel["pendapatan Bersih"] = $tabel["pendapatan Bersih"] + $DataLokasi->biayaKondisi($perlakuan->kondisi); $tabel["pendapatan Bersih"] = $tabel["pendapatan Bersih"] + $DataLokasi->biayaPerlakuan($perlakuan- >perlakuan); $tabel["pendapatan Bersih"] = $tabel["pendapatan Bersih"] + $DataLokasi->biayaTransportasi($perlakuan- >transportasi); $tabel["pendapatan Bersih"] = $tabel["pendapatan Bersih"] + $DataLokasi->biayaPembersihan($perlakuan- >pembersihan); $tabel["pendapatan Bersih"] = $tabel["pendapatan Bersih"] + $DataLokasi->pendapatanPanen($perlakuan- >panen); $tabel["pendapatan Bersih"] =

98 83 Lampiran 8. (Lanjutan.. ) $tabel["pendapatan Bersih"] + $DataLokasi->biayaPanen($perlakuan- >ongkos_panen); $tabel["pendapatan Bersih"] = $tabel["pendapatan Bersih"] + $DataLokasi->biayaPemupukan($perlakuan- >pemupukan); $tabel["pendapatan Kotor"] = $tabel["pendapatan Kotor"] + $DataLokasi->pendapatanPanen($perlakuan- >panen); $tabel["total Biaya"] = $tabel["total Biaya"] + $DataLokasi->biayaKondisi($perlakuan->kondisi); $tabel["total Biaya"] = $tabel["total Biaya"] + $DataLokasi->biayaPerlakuan($perlakuan->perlakuan); $tabel["total Biaya"] = $tabel["total Biaya"] + $DataLokasi->biayaTransportasi($perlakuan->transportasi); $tabel["total Biaya"] = $tabel["total Biaya"] + $DataLokasi->biayaPembersihan($perlakuan->pembersihan); $tabel["total Biaya"] = $tabel["total Biaya"] + $DataLokasi->biayaPanen($perlakuan->ongkos_panen); $tabel["total Biaya"] = $tabel["total Biaya"] + $DataLokasi->biayaPemupukan($perlakuan->pemupukan); return $tabel; function analisis(){ $temp1['bandarrejo'] = $this->gethasillahan('bandarrejo'); $temp1['muara Dua'] = $this->gethasillahan('muara Dua'); $temp1['batutegi'] = $this->gethasillahan('batutegi'); $temp1['ulubelu'] = $this->gethasillahan('ulubelu'); $temp1['way Tenong'] = $this->gethasillahan('way Tenong'); $bobot = array("pendapatan Bersih" => 0.3, "Pendapatan Kotor" => 0.4, "Total Biaya" => 0.3); $tabel = $temp1; foreach($temp1 as $alternatif => $kolom){ $tabel[$alternatif]['nilai Alternatif'] = ($kolom['pendapatan Bersih'] * $bobot['pendapatan Bersih']) +

99 84 Lampiran 8. (Lanjutan.. ) ($kolom['pendapatan Kotor'] * $bobot['pendapatan Kotor']) + ($kolom['total Biaya'] * $bobot['total Biaya']); $tabel[$alternatif]['peringkat'] = 0; $count = 1; while($count <= 5){ $max = 0; $maxlokasi = ""; foreach($tabel as $alternatif => $kolom){ if($max < $kolom['nilai Alternatif'] && $kolom['peringkat'] == 0){ $maxlokasi = $alternatif; $max = $kolom['nilai Alternatif']; $tabel[$maxlokasi]['peringkat'] = $count; $count++; $tabel['bobot'] = $bobot; return $tabel; function viewanalisis($hasil){ foreach($hasil as $lokasi => $kolom){ echo "<tr>"; echo '<th>lokasi</th>'; foreach($kolom as $kriteria => $nilai){ echo '<th>'.$kriteria.'</th>'; echo '<th>show Details</th>'; echo "</tr>"; break; foreach($hasil as $lokasi => $kolom){ echo "<tr>"; echo "<td>$lokasi</td>"; foreach($kolom as $kriteria => $nilai){ if($lokasi == "Bobot" $kriteria == "Peringkat") echo "<td>$nilai</td>"; else echo "<td>rp. $nilai</td>"; if($lokasi!= 'Bobot'){ $pisah = explode(' ',$lokasi); $hasilpisah = ""; foreach($pisah as $kata){

100 85 Lampiran 8. (Lanjutan.. ) $hasilpisah = $hasilpisah.$kata; echo '<td align="center"><input type="button" value="show" id="'.$hasilpisah.'"/></td>'; else{ echo '<td></td><td></td><td></td>'; echo "</tr>";?> function getanalisis($data){ foreach($data as $lokasi => $kolom){ if($kolom['peringkat'] == 1){ $pilih = $lokasi; return $pilih; function view(){ if($_get['savecsv']){ $this->loadview('printlahan'); else{ $this->loadview('lahan');

101 Lampiran 9. Listing Program Indeks <?php?> session_start(); include('class/controller.class.php'); $controller = new Controller(); $controller->to('home');

102 Lampiran 10. Petunjuk Pemakaian Program A. Pendahuluan Program aplikasi Sistem Manajemen Ahli (SMA) Pemilihan Lokasi dan Kesesuaian Lahan ini masih dalam bentuk sederhana (prototype), karena dibuat khusus untuk mengolah data hasil wawancara dengan praktisi/petani kopi untuk memilih lokasi yang paling ekonomis. Setelah dipilih lokasi lalu dilanjutkan dengan memasukkan data kesesuaian lahan untuk daerah terpilih. Untuk pemakaian umum, yang dapat dipakai adalah program untuk kesesuaian lahan daerah tertentu bila ada datanya. Dari 23 parameter karakteristik lahan untuk tanaman kopi, 4 parameter pertama yaitu Suhu Tahunan Rata-rata, Curah Hujan Tahunan Rata-rata, Jumlah Bulan Kering, dan Kelembaban Nisbi merupakan parameter pemberian alam yang tidak bisa dimanipulasi oleh petani/praktisi. Dari data hasil penelitian yang ada tentang 4 parameter ini, Provinsi Lampung mempunyai data tentang Peta Kesesuaian Iklim untuk Tananam Kopi yang tebagi atas 5 tipe (Setyanto dan Gunawan, 2009). Jadi praktisi lebih mudah melihat apakah lokasi lahannya sesuai dengan peta iklimnya, seperti yang tergambar pada Gambar 3. Sumber: Setyanto dan Gunawan, 2009 Gambar 3. Peta Kesesuaian Iklim Untuk Tanaman Kopi di Provinsi Lampung

103 88 Lampiran 10. (Lanjutan.. ) Data tipe curah hujan Rata-rata bulanannya terpapar pada Tabel 3 di bagian Landasan Teori, seperti yang ada berikut ini. Tabel 3. Nilai Distribusi Curah Hujan Rata-rata Bulanan Sumber: Setyanto dan Gunawan, 2009 Untuk 6 parameter lainnya tentang lahan gambut dan pesisir pantai juga bisa dianggap bernilai default, karena tanaman kopi tak dapat tumbuh di daerah tersebut. Parameter yang berkenaan dengan tanah gambut yang dimaksud ada 3 parameter, yaitu Ketebalan Gambut, Ketebalan Gamut bila berlapis dengan bahan mineral/pengkayaan mineral, dan Kematangan Gambut. Parameter lainnya yang berkenaan dengan daerah pesisir/pantai ada 3, yaitu Salinitas, Alkalinitas/ESP, dan Kedalaman Sulfidik. Ketiga parameter tersebut akan diberi nilai default juga oleh program. Parameter karakeristik lahan yang tersisa yang harus ada datanya tinggal 13 parameter, yaitu Drainase, Tekstur Tanah di Permukaan, Fraksi Kasar, Kedalaman Tanah, KTK Liat, Kejenuhan Basa, ph H 2 O, C-Organik, Lereng, Tingkat Bahaya Erosi, Banjir, Batuan Permukaan, dan Singkapan Batu. Dalam kenyataan di lapangan, untuk penanaman kopi Robusta cukup dilihat 4 parameter tanah selain 4 parameter iklim yang cocok persyaratannya secara optimum seperti yang tergambar di Tabel 2 pada Landasan Teori terdahulu. Tabel 2. Persyaratan Kondisi Iklim dan Tanah yang Optimum untuk Kopi Robusta dan Arabika Sumber: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008

104 89 Lampiran 10. (Lanjutan.. ) B. Kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, dan instalasi program 1. Kebutuhan Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk pembuat sistem dan pengguna sistem memiliki spesifikasi antara lain: Prosesor Pentium IV atau lebih tinggi, Memory RAM minimal 1 Gbyte, Harddisk, Monitor, Keyboard, dan Mouse. 2. Kebutuhan Perangkat Lunak Perangkat lunak yang digunakan untuk pembuat sistem memiliki spesifikasi antara lain: Apache web server, XAMPP Notepad++, phpmyadmin, MySQL. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan untuk pengguna sistem memiliki spesifikasi aplikasi web browser seperti Opera. Penguna yang akan mengakses sistem juga memerlukan koneksi internet. 3. Instalasi Program Install XAMPP Pada desktop jalankan XAMPP Control Panel Start Opera dan MySql Copy folder kopi pada C:\xampp\htdocs\ Jalankan browser ketik localhost/phpmyadmin buat database baru dengan nama kopi masuk ke database kopi pilih tab import browse file pada C:\xampp\htdocs\kopi\db.sql pilih Go buka tab baru pada browser ketik localhost/kopi

105 90 Lampiran 10. (Lanjutan.. ) C. Cara penggunaan program SMA a. Cara pertama: Setelah program di-install di Opera, maka akan muncul program pembuka berikut: Pada Menu Pembuka ini, pengguna dapat memilih Menu Lahan untuk melihat lokasi yang terpilih setelah dihitung dan diranking berdasarkan data yang dimassukkan sebelumnya, seperti yang terlihat pada Menu Lanjutannya berikut. Dari hasil perhitungan simulasi dalam 5 (lima) tahun ini, Batutegi merupakan lokasi terpilih pertama. Bila ingin melihat perhitungan simulasinya, tinggal klik ikon Show. Program akan menampilkan proses perhitungan yang diinginkan.

106 91 Lampiran 10. (Lanjutan.. ) Setelah simulasi perhitungan ditampilkan, pengguna dapat melihat kesesuain lahan Batutegi dengan memilih Menu Klasifikasi, dan meng-klik-nya. Maka program akan menampilkan Form yang dapat diisi dengan data survey semi permanen yang ada untuk daerah Batutegi. Data survey bisa kita masukkan ke masing-masing parameternya. Bila telah dimasukkan semua nilai parameternya, maka klik ikon Submit. Akan didapat tingkat kesesuaian lahan untuk Batutegi.

107 92 Lampiran 10. (Lanjutan.. ) b. Cara Kedua: Cara kedua ini dipakai untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk sembarang lokasi, asalakan pengguna memiliki data survey lapangan daerah yang dimaksud. Pada awalnya, setelah Menu Pembuka muncul, yaitu Langsung pengguna mengarahkan kursor-nya ke Menu Klasifikasi, seperti dilihat pada Menu berikutnya. Di menu ini, pengguna dapat melihat tingkat kesesuaian lahan untuk daerah yang diinginkan, setelah mengisi ke-23 parameternya berikut nama daerah/lokasi dan meng-submit-nya.

108 Lampiran 11. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Kota Agung, Sumatera.

II. LANDASAN TEORI. Tabel 2. Persyaratan Kondisi Iklim dan Tanah yang Optimum untuk Kopi Robusta dan Arabika

II. LANDASAN TEORI. Tabel 2. Persyaratan Kondisi Iklim dan Tanah yang Optimum untuk Kopi Robusta dan Arabika II. LANDASAN TEORI 2.1 Kopi Kopi merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh di mana saja asalkan temperaturnya tidak terlalu dingin atau bukan merupakan daerah tandus (Aak, 1988). Kondisi lingkungan tumbuh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia tercatat sebagai negara produsen kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Kolumbia. Kopi Indonesia sebagian besar dihasilkan dari daerah segitiga emas kopi, yaitu

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1 Kerangka Model

III METODOLOGI 3.1 Kerangka Model III METODOLOGI 3.1 Kerangka Model Pengembangan budidaya kopi melibatkan banyak faktor yang memberikan hasil keluaran yang optimal dan mampu meningkatkan budidaya kopi secara keseluruhan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN. Gambar 9. Diagram Alir Formulasi Sistem yang Dirancang

IV. PERANCANGAN. Gambar 9. Diagram Alir Formulasi Sistem yang Dirancang IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang Kerangka sistem yang dirancang ini dikembangkan dari kerangka model sistem manajeme ahli yang telah disebutkan pada bagian metodologi. Pada kerangka sistem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Pada dasarnya SPK merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi Manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung tepatnya pada koordinat 7 19 20.87-7

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM UNTUK SELEKSI METODE PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK TINGKAT LANJUT INDAH MUSI INDRIA DEWI G

PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM UNTUK SELEKSI METODE PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK TINGKAT LANJUT INDAH MUSI INDRIA DEWI G PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM UNTUK SELEKSI METODE PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK TINGKAT LANJUT INDAH MUSI INDRIA DEWI G651034074 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

Gambar 28. Diagram proses pencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan

Gambar 28. Diagram proses pencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan 50 III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Krisis lahan produktif yang sering terjadi saat ini merupakan salah satu dampak yang timbul akibat pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan dalam berbagai

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria

PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria Kelas Kriteria Lahan S2 Unit lahan memiliki lebih dari 4 pembatas ringan, dan/atau memiliki tidak lebih dari 3 pembatas sedang S3 Unit lahan memiliki lebih dari 3 pembatas sedang, dan/atau 1 atau lebih

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PEMILIHAN WILAYAH BUDIDAYA KOMODITAS PERTANIAN (STUDI KASUS: KECAMATAN KLARI, KARAWANG, JAWA BARAT)

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PEMILIHAN WILAYAH BUDIDAYA KOMODITAS PERTANIAN (STUDI KASUS: KECAMATAN KLARI, KARAWANG, JAWA BARAT) SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PEMILIHAN WILAYAH BUDIDAYA KOMODITAS PERTANIAN (STUDI KASUS: KECAMATAN KLARI, KARAWANG, JAWA BARAT) Oleh BUDI HARDIYANTO F14101112 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang

IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang 69 IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang Kerangka sistem yang dirancang ini dikembangkan dari kerangka pemikiran sistem pakar yang telah disebutkan pada bagian metodologi. Pada kerangka sistem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini telah melahirkan tuntutan kehidupan yang semakin

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini telah melahirkan tuntutan kehidupan yang semakin 1 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi yang terjadi saat ini telah melahirkan tuntutan kehidupan yang semakin kompetitif bagi manusia, salah satunya dalam bidang pertanian. Penyusutan luas lahan

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan hingga tumbuh dewasa manusia diciptakan dengan kecerdasan yang luar biasa, kecerdasan juga akan berkembang dengan pesat. Kecerdasan tersebut yang dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Tipe Penggunaan Lahan (Land Utilization Type) Salah satu tahapan sebelum melakukan proses evaluasi lahan adalah mendeskripsikan 11 atribut kunci tipe penggunaan lahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Material Vulkanik Merapi Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI. Oleh: Darsini

ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI. Oleh: Darsini ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI Oleh: Darsini PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 Hak cipta milik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan lahan pertanian yang cukup besar, sebagaian besar penduduk Indonesia hidup pada hasil

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDETEKSI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN CENGKEH BERBASIS WEBSITE

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDETEKSI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN CENGKEH BERBASIS WEBSITE PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDETEKSI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN CENGKEH BERBASIS WEBSITE 1 Endriyono, 2 Sri Winiarti (0516127501) 1,2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993) TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA

SEKOLAH PASCASARJANA ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: Sri Martini PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ANALISIS DAMPAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadopsi proses dan cara berpikir manusia yaitu teknologi Artificial

BAB I PENDAHULUAN. mengadopsi proses dan cara berpikir manusia yaitu teknologi Artificial BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, dikembangkan teknologi yang mampu mengadopsi proses dan cara berpikir manusia yaitu teknologi Artificial Intelligence atau Kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi Lampung, sebagai dasar perekonomian dan sumber pemenuh kebutuhan hidup. Selain itu,

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN SAYURAN ORGANIK PT. PERMATA HATI ORGANIC FARM CISARUA. Oleh: Laura Juita Pinem P

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN SAYURAN ORGANIK PT. PERMATA HATI ORGANIC FARM CISARUA. Oleh: Laura Juita Pinem P FORMULASI STRATEGI PEMASARAN SAYURAN ORGANIK PT. PERMATA HATI ORGANIC FARM CISARUA Oleh: Laura Juita Pinem P056070971.38 PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 Hak cipta

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KERUSAKAN NOTEBOOK MENGUNAKAN METODE INFERENSI FORWARD CHAINING DAN TEOREMA BAYES (STUDI KASUS JOGJA COMPUTER) SKRIPSI

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KERUSAKAN NOTEBOOK MENGUNAKAN METODE INFERENSI FORWARD CHAINING DAN TEOREMA BAYES (STUDI KASUS JOGJA COMPUTER) SKRIPSI SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KERUSAKAN NOTEBOOK MENGUNAKAN METODE INFERENSI FORWARD CHAINING DAN TEOREMA BAYES (STUDI KASUS JOGJA COMPUTER) SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014 Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 IMPLEMENTASI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) POLA MASYARAKAT PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengan suatu media konsultasi yang bersifat online. mengemukakan pesoalan-persoalan yang terjadi kemudian pakar akan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengan suatu media konsultasi yang bersifat online. mengemukakan pesoalan-persoalan yang terjadi kemudian pakar akan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media konsultasi merupakan sebuah media atau sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara seorang pakar dengan pengguna. Dalam bidang medis kegiatan konsultasi

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Rosihan Rosman dan Hermanto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam merupakan salah satu komoditi ekspor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik 6 kelompok tani di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FUZZY TSUKAMOTO DALAM PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KARET DAN KELAPA SAWIT

IMPLEMENTASI FUZZY TSUKAMOTO DALAM PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KARET DAN KELAPA SAWIT IMPLEMENTASI FUZZY TSUKAMOTO DALAM PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KARET DAN KELAPA SAWIT Maya Yusida 1, Dwi Kartini 2, Andi Farmadi 3, Radityo Adi Nugroho 4, Muliadi 5 123Prodi Ilmu Komputer

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN Oleh : Dewi Maditya Wiyanti PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING Oleh: BEDY SUDJARMOKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK BEDY SUDJARMOKO. Analisis Efisiensi

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN (ROPP) ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA 2015-2019 DEDI SUGANDI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2014 RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU

ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, selama manusia hidup, selama itu juga pertanian tetap akan ada. Hal itu disebabkan karena pertanian masih

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) SKRIPSI OLEH :

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) SKRIPSI OLEH : EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) SKRIPSI OLEH : AGNES HELEN R. PURBA 080303065 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA KANTOR PUSAT PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK.

ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA KANTOR PUSAT PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK. ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA KANTOR PUSAT PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK. Oleh: Gusri Ayu Farsa PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU

SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU 060823019 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RECURRENT YANG TEROPTIMASI SECARA HEURISTIK UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN BERDASARKAN PEUBAH ENSO

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RECURRENT YANG TEROPTIMASI SECARA HEURISTIK UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN BERDASARKAN PEUBAH ENSO PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RECURRENT YANG TEROPTIMASI SECARA HEURISTIK UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN BERDASARKAN PEUBAH ENSO AFAN GALIH SALMAN Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diagnosis penyakit yang diderita oleh seorang penderita harus dapat dilakukan dengan tepat dan akurat, karena kesalahan diagnosis berakibat fatal dan bisa membahayakan

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL Dwi Nugroho Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, 26 Maret 2018 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

Gambar 7. Tahapan Proses penelitian

Gambar 7. Tahapan Proses penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alur Penelitian Secara umum, metode penelitian yang digunakan tersusun dalam suatu diagram alur penelitian yang dapat disajikan Gambar 7. Diagram alur tersebut memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM UNTUK SELEKSI METODE PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK TINGKAT LANJUT INDAH MUSI INDRIA DEWI G

PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM UNTUK SELEKSI METODE PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK TINGKAT LANJUT INDAH MUSI INDRIA DEWI G PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM UNTUK SELEKSI METODE PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK TINGKAT LANJUT INDAH MUSI INDRIA DEWI G651034074 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G651044054 SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki wilayah pertanian yang sangat luas dengan sebagian besar dari angkatan kerja dan kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR Aswita Andini Dea Fani Aneke Putri Jurusan Sistem Informasi STMIK PALCOMTECH Palembang Abstrak Sistem pakar untuk diagnosa penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu tanaman keras perkebunan. Kopi adalah jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014). I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaab lahan jika

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit gigi pada manusia menduduki urutan pertama dari daftar 10

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit gigi pada manusia menduduki urutan pertama dari daftar 10 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit gigi pada manusia menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat Indonesia. Persepsi dan perilaku masyarakat

Lebih terperinci

(hiperglisemia) yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin. Sedangkan terapi dalam bidang farmakologi kedokteran mempelajari bagaimana penggunaan

(hiperglisemia) yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin. Sedangkan terapi dalam bidang farmakologi kedokteran mempelajari bagaimana penggunaan (hiperglisemia) yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin. Sedangkan terapi dalam bidang farmakologi kedokteran mempelajari bagaimana penggunaan dan interaksi obat yang benar yaitu meliputi cara pemberian

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2015) 020-024 http://www.perpustakaan.politanipyk.ac.id Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh Moratuah

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. inferensi Forward Chaining dan Backward chaining. Hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. inferensi Forward Chaining dan Backward chaining. Hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 1.1 Tinjauan Pustaka Anton Setiawan Honggo Wibowo (2009), di rancang sistem pakar tanaman padi berbasis web menggunakan basis aturan dengan metode inferensi Forward

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten

Lebih terperinci

Expert System. MATA KULIAH : Model & Simulasi Ekosistem Pesisir & Laut. Syawaludin A. Harahap 1

Expert System. MATA KULIAH : Model & Simulasi Ekosistem Pesisir & Laut. Syawaludin A. Harahap 1 MATA KULIAH : Model & Simulasi Ekosistem Pesisir & Laut KODE MK : M10B.116 SKS : 3 (2-1) DOSEN : Syawaludin Alisyahbana Harahap EXPERT SYSTEM (SISTEM PAKAR/AHLI) UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

FUZZY RULE-BASED SISTEM TEMUKEMBALI CITRA BUNGA ADI SUCIPTO AJI

FUZZY RULE-BASED SISTEM TEMUKEMBALI CITRA BUNGA ADI SUCIPTO AJI FUZZY RULE-BASED SISTEM TEMUKEMBALI CITRA BUNGA ADI SUCIPTO AJI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kesesuian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kesesuian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk pengguna tertentu. Kesesuian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual)

Lebih terperinci