Gambar 28. Diagram proses pencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 28. Diagram proses pencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan"

Transkripsi

1 50 III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Krisis lahan produktif yang sering terjadi saat ini merupakan salah satu dampak yang timbul akibat pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan dalam berbagai sektor industri. Terjadinya krisis lahan produktif pada akhirnya akan berimbas pada ketahanan pangan nasional, mengingat bahwa hasil pertanian juga akan berkurang seiring dengan terjadinya penyempitan lahan pertanian. Berbagai permasalahan lain seputar pengelolaan pertanian juga dapat mempengaruhi hasil panen yang ada. Adanya serangan hama dan penyakit, ketidak sesuaian kondisi lahan dengan jenis tanaman yang ada, serta pengetahuan petani sebagai tenaga kerja pertanian, merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan panen. Salah satu cara yang dapat mengatasi masalah ketahanan pangan dan tetap mendukung pesatnya pembangunan, adalah melalui penggunaan lahan secara tepat. Ketepatan penggunaan lahan dapat dilakukan melalui evaluasi lahan dengan mengetahui kesesuaian antara lahan yang akan digunakan dengan tanaman yang akan ditanam. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui kesesuaian lahan dengan tanaman yang ada adalah dengan cara mencocokkan antara karakteristik (land characteristic) dan kualitas lahan (land quality) dengan persyaratan tumbuh tanaman yang akan ditanam. Proses pencocokkan seperti ini dapat dilakukan terhadap segala jenis tanaman, baik tanaman yang termasuk sebagai tanaman pangan, tanaman hortikultura, maupun tanaman tahunan. Skema proses pencocokkan ini dapat dilihat pada Gambar 28. Gambar 28. Diagram proses pencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan Dengan mengetahui kesesuaian lahan, dapat diketahui sejak awal apakah lahan yang akan digunakan sesuai dengan tanaman pangan yang akan ditanam. Sehingga kegagalan panen yang

2 51 disebabkan karena ketidak sesuaian antara karakter lahan dengan kebutuhan tanaman dapat diminimalisasi. Dalam proses penentuan kesesuaian lahan, ada banyak faktor yang dapat digunakan sebagai parameter, baik yang berupa karakter fisik, karakter kimia, sampai pengaruh iklim dan lingkungan. Penggunaan 19 parameter dalam menentukan kesesuaian lahan dilakukan dilakukan dengan pertimbangan karakter fisik dan kimia lahan yang memenuhi berbagai bagian tanah, serta faktor iklim dan lingkungan. Penggunaan jumlah dan jenis parameter sedikit banyak akan mempengaruhi penilaian kesesuaian lahan yang dihasilkan. Apabila jumlah parameter yang digunakan sedikit dan tidak melibatkan keseluruhan aspek yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, maka dapat dihasilkan penentuan kesesuaian lahan yang umum, sehingga dikuatirkan akan memberikan hasil dengan tingkat kesalahan yang besar. Diantara parameter-parameter yang digunakan dalam proses penentuan kesesuaian lahan tersebut, terdapat parameter yang merupakan faktor alam yang sulit untuk diubah dan tidak dapat dikendalikan oleh manusia, seperti temperatur dan curah hujan. Sedangkan beberapa parameter lainnya seperti ph, C-Organik, dan KTK, merupakan faktor-faktor yang masih memungkinkan untuk diubah, atau dapat dikendalikan oleh manusia sebagai pengelola. Kesesuaian lahan yang rendah terhadap suatu tanaman dapat ditingkatkan dengan cara melakukan perbaikan nilai parameter. Hanya parameter yang tidak termasuk faktor alam yang masih memungkinkan untuk diperbaiki. Karakteristik lahan yang kurang baik dan dapat mengurangi kesesuaian lahan untuk suatu tanaman disebut sebagai faktor penghambat (limitation factor). Jumlah dan kadar faktor penghambat untuk lahan yang sama bisa berbeda-beda, tergantung pada jenis tanaman yang akan ditanam. Semakin banyak jumlah faktor penghambat dan makin tinggi kadar penghambat yang dimiliki oleh lahan tersebut, membuat lahan dikatakan tidak sesuai untuk ditanami oleh suatu tanaman tertentu. Faktor penghambat yang paling tinggi kadarnya yang pada akhirnya akan menentukan kesesuaian lahan tersebut terhadap jenis tanaman tertentu. Beberapa faktor penghambat yang bukan merupakan faktor alam dapat diperbaiki dengan penerapan suatu teknologi. Kesesuaian lahan yang terbaik baru dapat diperoleh bila lahan tidak mempunyai faktor penghambat apapun. Selama lahan itu masih mempunyai faktor penghambat, maka tidak akan dapat dicapai tingkat kesesuaian lahan terbaik. Dalam pelaksanaannya, proses penentuan kesesuaian lahan dan cara mengatasi faktor penghambat yang ada hanya dapat dilaksanaan apabila petani dan juga pelaksana pertanian

3 52 lainnya mempunyai pengetahuan yang cukup untuk menentukan kesesuaian lahan terhadap tanaman pangan tertentu. Saat ini sebagian besar petani atau pelaksana pertanian lainnya hanya menggunakan insting dan kebiasaan mereka saja dalam menentukan kesesuaian lahan dengan tanaman pangan yang mereka tanam. Hal ini disebabkan karena sulit dan mahalnya untuk memperoleh berbagai macam informasi dan pengetahuan yang diperlukan dalam menentukan kesesuaian lahan dan mengatasi berbagai macam faktor penghambat. Berdasarkan berbagai kendala tersebut, maka keberadaan suatu sistem pakar yang dapat menentukan kesesuaian lahan berdasarkan karakter lahan dan jenis tanaman yang akan ditanam, akan dapat membantu petani dan pelaksana pertanian dalam melaksanaan suatu perencanaan pertanian yang lebih baik. Dalam sistem pakar tersebut juga diharapkan dapat memberikan saran kepada petani dan pelaksana pertanian lainnya untuk mengatasi berbagai faktor penghambat yang ada. Seperti layaknya pakar yang juga dapat memberikan saran tentang persyaratan tumbuh tanaman dan lokasi yang sesuai, sistem pakar ini juga diharapkan dapat membantu petani dalam menentukan lokasi dan persyaratan yang diperlukan suatu tanaman. Fungsi sistem seperti ini terutama berguna bagi petani dan pelaksana pertanian yang sudah menentukan jenis tanaman pangan yang akan ditanam, namun belum mengetahui persyaratan dan lokasi yang sesuai untuk tanaman yang diinginkan. Keberadaan teknologi informasi, diantaranya adalah internet, dapat dimanfaatkan untuk penggunaan sistem pakar yang ada. Melalui sistem pakar yang berbasis web, akan dapat mempermudah petani dan pelaksana pertanian dalam mengakses pengetahuan yang terakuisisi dalam sistem. Pengetahuan yang terakuisisi dalam sistem merupakan pengetahuan dari para pakar penentu kesesuaian lahan. Penggunaan web sebagai interface dari sistem pakar memungkinkan sistem ini untuk diakses dari berbagai lokasi dengan waktu yang tidak terbatas. Kondisi seperti ini setidaknya dapat mengurangi beban biaya dan waktu yang harus dikeluarkan petani dalam memperoleh semua pengetahuan yang diperlukan untuk menentukan kesesuaian lahan juga melakukan perbaikan yang mungkin dilakukan terhadap berbagai faktor penghambat yang dimiliki oleh lahannya. Gambar 29 menunjukkan kerangka pemikiran sistem pakar yang dirancang. Akan terdapat 6 tahap utama yang dilakukan. Tahap pertama adalah penentuan jenis tanaman pangan yang akan diujikan. Tahap kedua adalah penentuan karakteristik lahan yang akan digunakan sebagai parameter dalam menentukan pencocokkan dengan kebutuhan tanaman pangan yang ada. Tahap

4 53 berikutnya adalah proses pengembangan sistem pakar untuk penentuan kesesuaian lahan, lalu dilanjutkan dengan proses verifikasi dan validasi yang merupakan tahap keempat. Tahap kelima adalah tahap penentuan kesesuaian lahan yang berjenjang berdasarkan faktor-faktor penghambat yang ada. Tahap terakhir adalah tahap pemberian rekomendasi teknologi yang sesuai untuk mengatasi faktor-faktor penghambat yang ada. Gambar 29. Diagram kerangka pemikiran sistem pakar 3.2 Tahapan Pengembangan Sistem Sistem pakar yang dirancang berupa aplikasi sistem pakar berbasis web sehingga memungkinkan untuk diakses secara online oleh petani dan pelaksana pertanian dari berbagai daerah. Sistem pakar ini mempunyai dua fungsi utama, yaitu menentukan kesesuaian lahan untuk tanaman pangan dan menentukan persyaratan tumbuh yang diperlukan oleh suatu tanaman dan lokasi yang sesuai untuk tanaman tersebut. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang terjadi dan perubahan tingkat pendidikan yang terus dilakukan secara bertahap, membuat keberadaan sistem pakar ini dapat semakin membantu petani dalam melaksanakan perencanaan pertanian yang baik dan mendapatkan hasil panen yang lebih optimal. Sistem pakar penentuan kesesuaian lahan ini dirancang untuk menghasilkan keluaran berupa kesesuaian lahan, faktor penghambat, dan saran manajerial untuk mengatasi faktor penghambat, serta persyaratan tumbuh tanaman. Keluaran dari sistem merupakan hasil proses aturan yang ada pada basis pengetahuan. Aturan ini merupakan representasi dari pengetahuan

5 54 yang dimiliki oleh pakar. Kerangka dasar penyusunan aturan dapat dilihat pada Gambar 30 berikut ini. Gambar 30. Kerangka penyusunan aturan pada sistem pakar Pemilihan Pakar Pakar merupakan seseorang yang mempunyai pengetahuan dalam suatu bidang tertentu. Dalam pembangunan sistem pakar, tahap awal yang diperlukan adalah pemilihan dan penentuan pakar sebagai sumber pengetahuan. Seseorang dianggap pakar apabila memenuhi syarat-syarat tertentu. Marimin (2007) membagi pakar menjadi 4 kelompok, sesuai dengan persyaratan yang dipenuhi sebagai pakar, yaitu pakar yang mendapat pendidikan formal S2/S3, pakar yang berpengalaman pada bidang yang dikaji, pakar yang berpendidikan formal dan mempunyai pengalaman pada bidang yang dikaji, serta pakar yang merupakan praktisi pada bidang yang dikaji.

6 55 Pengetahuan yang dimiliki oleh pakar dapat berupa tacit knowledge dan juga explicit knowledge. Pengetahuan yang dimiliki oleh pakar dan belum terdokumentasikan dengan baik karena mungkin masih berada pada pikirannya disebut sebagai tacit knowledge. Sedangkan sumber pengetahuan yang sudah didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat diakses dengan lebih mudah, disebut explicit knowledge. Buku, dokumen, laporan, dan berbagai macam laporan merupakan contoh dari explicit knowledge. Sumber-sumber yang dapat menjadi sumber pengetahuan dalam perancangan sistem pakar penentuan kesesuaian lahan ini adalah : a. Pakar Para pakar yang akan dimintai keterangan adalah orang-orang yang memiliki pendidikan formal di bidang tanah dan sumber daya lahan. Pengetahuan yang digunakan dalam perancangan sistem pakar ini adalah pengetahuan dari para pakar yang merupakan peneliti tanah dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. Pakar lainnya adalah staf pengajar dari Jurusan Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. b. Textbooks Textbook yang digunakan adalah textbook yang berisi informasi tentang tanah, seperti sifat-sifat tanah dan petunjuk evaluasi lahan. c. Sumber lainnya Sumber-sumber lainnya yang menjadi sumber pengetahuan adalah berbagai macam jurnal tentang pengolahan lahan, kesesuaian lahan, dan sistem pakar. Selain itu juga digunakan data hasil laporan penelitian tentang survei tanah semi detail Akuisisi Pengetahuan Akusisi pengetahuan yang akan dilakukan oleh seorang knowledge engineer (KE), bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis pengetahuan yang diperoleh dari berbagai macam pakar untuk kemudian disimpan dalam basis pengetahuan. Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari pakar, maka dapat diketahui bahwa dalam proses penentuan kesesuaian lahan perlu diketahui tentang persyaratan tumbuh untuk tanaman, jenis tanaman yang akan ditanam, dan juga data karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter. Setiap jenis tanaman

7 56 memerlukan persyaratan tumbuh yang berbeda. Contoh informasi tentang persyaratan penggunaan lahan untuk tanaman padi sawah, kedelai, dan ubi jalar dapat dilihat pada lampiran 3, 4, dan 5. Nilai dari masing-masing parameter dimasukkan oleh pengguna ke dalam sistem untuk kemudian diolah sesuai dengan pengetahuan yang telah diakuisisi. Berdasarkan masukan dari pengguna tentang parameter yang berupa karakteristik lahan mereka dan dengan membandingkan antara karakteristik tersebut dengan persyaratan yang ada, maka akan dihasilkan kesesuaian lahan. Bila dalam proses perbandingan antara karakteristik lahan dan persyaratan tumbuhnya suatu tanaman terdapat beberapa parameter yang menghasilkan nilai kesesuaian lebih rendah dari parameter-parameter lainnya, maka parameter tersebut akan disebut sebagai faktor penghambat (limitation factor). Mengingat bahwa parameter yang akan digunakan untuk proses pencocokan terdiri dari faktor alam dan faktor terkendali, maka rekomendasi yang akan diberikan oleh sistem pakar terbatas hanya untuk faktor terkendali. Sedangkan untuk penentuan persyaratan tumbuh tanaman dan lokasi yang sesuai, pengguna hanya perlu memasukkan jenis tanaman pangan yang diinginkan. Gambar 31 dibawah, menggambarkan diagram input output sistem pakar yang dirancang. Diagram tersebut dibuat berdasarkan informasi dari pakar tentang proses input dan output yang diperlukan pada saat menentukan kesesuaian lahan dan berdasarkan tujuan perancangan sistem pakar. Gambar 31. Diagram input output sistem pakar penentuan kelas kesesuaian lahan Menurut Marimin (2007), terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam proses akuisisi pengetahuan, salah satunya adalah wawancara. Metode yang digunakan untuk proses akuisisi pengetahuan sistem pakar penentuan kelas kesesuaian lahan adalah metode

8 57 wawancara dengan human expert dari IPB dan Litbang Tanah dan Sumber Daya Lahan Bogor, serta diskusi masalah dan analisis masalah. Diskusi masalah dilakukan oleh KE untuk menggali pengetahuan, fakta, serta kaidah yang dimiliki oleh pakar dalam menentukan kesesuaian lahan dan menentukan persyaratan tumbuh tanaman pangan. Dengan melakukan analisis masalah, KE dapat mengetahui bagaimana pakar menyelesaikan berbagai masalah yang diajukan oleh KE berkaitan dengan proses penentuan kesesuaian lahan Representasi Pengetahuan Pengetahuan yang telah diakuisisi dari para pakar pada tahap sebelumnya harus direpresentasikan dalam suatu bentuk yang tepat untuk kemudian disimpan dalam basis pengetahuan. Menurut Marimin (2007), seperti dikutip dari Marimin (1991), pemilihan metode representasi yang akan digunakan perlu mempertimbangkan beberapa persyaratan, seperti kemudahan representasi, kemudahan dalam penalaran, efisiensi proses akuisisi, dan efisiensi proses penalaran. Basis pengetahuan pada sistem pakar yang dirancang merupakan basis pengetahuan dinamis (prosedural) oleh karena itu dapat direpresentasikan dengan menggunakan kaidah produksi. Bentuk kaidah produksi yang digunakan adalah bentuk if then dan if - then else. Dimana if merupakan premis yang menunjukkan suatu kondisi yang akan dinilai, then merupakan konklusi yang menunjukkan aksi yang dapat diambil apabila kondisi terpenuhi. Sedangkan else merupakan aksi yang akan dilakukan apabila kondisi tidak terpenuhi. Bentuk if then dan if then else dapat terdiri dari beberapa kondisi dan juga beberapa aksi yang digabungkan dengan menggunakan operator logika AND atau OR. Berikut ini merupakan contoh bentuk penulisan kaidah produksi if then else : IF kondisi A THEN aksi B ELSE aksi C IF kondisi A1 and kondisi A2 THEN aksi B1 and aksi B2 ELSE aksi C1 Masukan (input) yang akan dimasukkan oleh pengguna akan dibandingkan dengan kondisi dari kaidah-kaidah pada basis pengetahuan yang telah dimasukkan oleh KE. Kondisi pada kaidah yang ada merupakan parameter yang akan digunakan pada proses penentuan kelas kesesuaian lahan dengan nilai yang berasal dari persyaratan penggunaan lahan untuk suatu

9 58 tanaman (land-use requirement). Hasil perbandingan masukan dari pengguna dengan kondisi yang ada akan menentukan aksi yang akan dilakukan Pengembangan Mesin Inferensi Mesin inferensi menentukan cara penarikan kesimpulan yang akan digunakan pada sistem pakar. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan memanipulasi dan mengarahkan pengetahuan yang ada basis pengetahuan sehingga akhirnya tercapai suatu kesimpulan. Di dalam pengembangan mesin inferensi perlu diperhatikan teknik penelusuran dan teknik pengendalian yang akan digunakan. Sesuai dengan permasalahan yang mendasari perancangan sistem pakar, maka teknik pengendalian yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan adalah mata rantai ke depan (Forward Chaining). Dengan teknik pengendalian forward chaining, maka proses penentuan kesesuaian lahan dimulai dari sekumpulan fakta yang kemudian akan dianalisis dan digunakan untuk proses penarikan kesimpulan. Fakta berupa kejadian, yaitu nilai parameter yang dimasukkan oleh pengguna. Kesimpulan diperoleh sebagai hasil penyeleksian sejumlah kaidah yang ada pada basis pengetahuan. Sedangkan untuk menentukan persyaratan penggunaan lahan dan lokasi yang sesuai, digunakan teknik pengendalian mata rantai ke belakang (Backward Chaining). Pada teknik pengendalian backward chaining, pengguna diminta untuk memasukkan jenis tanaman pangan. Sistem akan mengeluarkan hasil berupa persyaratan tumbuh tanaman dan lokasi yang sesuai. Keluaran dari sistem ini merupakan hasil pencocokkan antara jenis tanaman pangan dengan pengetahuan pakar mengenai persyaratan tumbuh yang diperlukan. Mengingat bahwa beberapa parameter yang digunakan untuk proses penentuan kesesuaian lahan mempunyai nilai yang mengandung nilai yang tidak pasti, maka metode yang digunakan untuk memproses masukan dari pengguna adalah FIS. Dengan menggunakan FIS maka setiap masukan dari pengguna akan dihitung nilai keanggotaannya sesuai dengan fungsi keanggotaan yang digunakan. Setelah nilai keanggotaan diperoleh, maka nilai itulah yang akan digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap kaidah-kaidah pada basis pengetahuan. Hasil evaluasi kaidah akan di-defuzzifikasi dengan suatu metode tertentu untuk menentukan keluaran dari sistem berupa kesesuaian lahan dan faktor penghambatnya.

10 Implementasi dan Pengujian Implementasi sistem pakar penentuan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman pangan dilakukan dengan menggunakan software PHP. Proses data fuzzy dilakukan dengan membuat modul-modul pada software yang digunakan. Proses pengujian dilakukan sekaligus untuk melakukan verifikasi dan validasi terhadap sistem pakar yang dirancang dan keluaran yang dihasilkan. Pengujian dilakukan menggunakan data sekunder dari laporan penelitian survei tanah semi detail suatu wilayah. Untuk verifikasi dan validasi, keluaran sistem pakar yang dirancang akan dibawa untuk dikomentari oleh pakar. Apabila hasil pengujian dan validasi dari pakar menyatakan bahwa sistem pakar yang dirancang sudah cukup mewakili human expert, maka sistem pakar dapat langsung direkomendasikan untuk digunakan. Namun bila hasilnya masih dirasa kurang, maka KE harus meninjau ulang basis pengetahuan yang ada. 3.3 Tata Laksana Penelitian Tata laksana penelitian menggambarkan urutan langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian. Gambar 32 berikut ini menggambarkan tahapan penelitian yang dilakukan.

11 60 Gambar 32. Tahapan pengembangan sistem pakar yang dirancang Pengumpulan Data dan Informasi Data dan informasi dikumpulkan oleh KE melalui berbagai macam sumber, seperti jurnal, laporan, textbook, sampai dari para pakar. Setiap jenis data dan informasi diperoleh melalui beberapa teknik yang berbeda-beda Jenis Data dan Informasi Data yang diakuisisi merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari human expert tentang teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan kesesuaian lahan yang ada serta tentang nilai kepentingan dari setiap parameter yang akan digunakan. Data primer lainnya yang juga diperlukan adalah data tentang urutan penentuan parameter kesesuaian lahan. Data sekunder berupa data tentang parameter yang diperlukan dalam penentukan kesesuaian lahan dan juga persyaratan untuk setiap kesesuaian lahan yang didapat dari berbagai textbook dan sumber tertulis lainnya seperti petunjuk teknis kesesuaian lahan. Data

12 61 sekunder lainnya yang akan digunakan adalah data tentang pembangunan aplikasi berbasis web dengan PHP dan basis data MySQL Teknik Pengambilan Data dan Informasi Data dan informasi diperoleh melalui beberapa metode sesuai jenis data dan informasinya serta sumber dari data dan informasi tersebut. Data primer diperoleh melalui konsultasi dan diskusi masalah, serta wawancara dan analisis hasil wawancara dengan para pakar. KE akan melakukan wawancara dengan pakar mengenai jenis parameter yang dapat digunakan serta bagaimana proses penentuan kesesuaian lahan. Wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang sudah disusun oleh KE sebelum wawancara tersebut dilakukan. Hasil wawancara yang diperoleh akan dianalisis oleh KE untuk kemudian disimpulkan menjadi hal-hal penting yang diperlukan dalam proses penentuan kesesuaian lahan. Wawancara dapat dilakukan dalam beberapa tahap sampai permasalahan menjadi jelas sehingga KE dapat melanjutkan ke bagian selanjutkan dalam pembangunan sistem. Untuk memastikan hasil wawancara, KE juga melakukan konsultasi dan diskusi masalah dengan pakar. Konfirmasi hasil wawancara perlu dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam proses akuisisi pengetahuan, mengingat terdapat beberapa pakar yang terlibat dalam proses wawancara untuk memperoleh data dan informasi. Masing-masing pakar dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang berbeda dalam mengatasi suatu masalah yang sama. Data sekunder sendiri diperoleh melalui studi literatur dan dokumentasi, serta browsing di internet. Studi dokumentasi dilakukan di perpustakaan dan dokumentasi milik Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari berbagai macam jurnal serta laporan penelitian dan survei tanah yang telah dilakukan oleh staf peneliti tanah. Studi literatur dilakukan di perpustakaan jurusan tanah pada Fakultas Pertanian, IPB. Studi literatur dilakukan dengan mempelajari berbagai macam textbook tentang sifat tanah dan proses evaluasi lahan untuk menentukan kesesuaian lahan terhadap suatu penggunaan tertentu Pengolahan Data dan Informasi Data dan informasi yang telah diperoleh melalui berbagai macam sumber tersebut kemudian diolah sebelum dapat direpresentasikan dalam basis pengetahuan. Data yang diperoleh

13 62 dapat diolah menggunakan beberapa cara, seperti menggunakan analisis deskriptif, pemberian bobot keanggotaan serta FIS. Mengingat bahwa parameter yang digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan mempunyai nilai yang mengandung ketidak pastian, maka data untuk parameter-parameter ini akan diolah menggunakan FIS. Pengolahan data menggunakan FIS metode Mamdani. Pada metode mamdani, nilai dari masing-masing parameter akan dihitung derajat keanggotaannya pada setiap kelompok nilai masing-masing parameter. Perhitungan derajat keanggotaan untuk setiap parameter dilakukan menggunakan rumus trapesium (TRAPMF) dan gauss (GAUSSMF). Penetapan rumus yang akan digunakan dilakukan berdasarkan pengalaman pakar tentang kecenderungan dari pola data yang ada. Nilai keanggotaan yang diperoleh akan menjadi masukan dalam proses evaluasi aturan pada basis pengetahuan. Hasil evaluasi aturan kemudian akan didefuzzifikasi dengan menggunakan metode centroid, untuk menghasilkan nilai tunggal. Salah satu sumber data dan informasi adalah human expert, atau seseorang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang tanah dan penentuan kesesuaian lahan. Berdasarkan informasi tentang jenis parameter yang digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan, KE akan melakukan diskusi dengan pakar untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antar parameter. Setelah mengetahui hubungan antar parameter, KE juga akan melakukan diskusi dengan pakar untuk mengetahui parameter yang dapat menjadi faktor penghambat dalam menentukan kesesuian lahan, serta bagaimana cara mengatasi faktor penghambat tersebut Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan November 2007 sampai dengan September Lokasi penelitian adalah pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, Jl. Juanda, Bogor dan di laboratorium komputer Ilmu Komputer, IPB, Bogor. 3.4 Metode Pengembangan Sistem Sistem pakar penentuan kesesuaian lahan berdasarkan faktor penghambat terbesar (maximum limitation factor) untuk tanaman pangan ini dibuat berbasiskan web. Akses melalui web membuat sistem pakar ini dapat diakses secara lebih luas oleh pihak-pihak yang membutuhkannya dari berbagai lokasi, kapan saja mereka membutuhkannya.

14 63 Proses pengembangan sistem pakar ini dilakukan melalui serangkaian tahapan sesuai dengan metode yang ada pada siklus hidup suatu software. Metode yang akan digunakan untuk pengembangan sistem ini adalah waterfall life cycle model dengan perulangan pada setiap tahapnya. Perulangan pada setiap tahap memungkinkan KE untuk kembali ke tahap sebelumnya apabila diperlukan. Tahap-tahap pada waterfall life cycle model meliputi pengumpulan kebutuhan sistem (requirement), perancangan (design), pembangunan (construction), pengujian (testing), penerapan (deployment), serta operasi dan pemeliharaan (operations and maintenance). Model ini memberikan keuntungan berupa suatu proses rangkaian terpadu pada tahap pengembangan software. Dengan adanya suatu rangkaian terpadu, KE dapat membangun sistem dengan lebih fleksibel karena dapat berpindah antar tahap sesuai kebutuhan, sehingga diharapkan dapat menghasilkan sistem dan software yang baik sesuai dengan kebutuhan Kebutuhan Sistem Tahap pertama dalam pengembangan sistem menurut waterfall life cycle model adalah penentuan kebutuhan sistem. Tahap ini adalah tahap pendefinisian tentang sistem yang akan dibuat, untuk apa sistem tersebut, apa saja yang dibutuhkan untuk membuat sistem. Pendefinisian sistem ini dilakukan dengan cara mengetahui kebutuhan pengguna akan fungsi sistem. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan dapat diketahui bahwa diperlukan adanya suatu sistem pakar yang dapat memberikan keluaran berupa informasi dan saran kepada penggunanya tentang kesesuaian lahan mereka terhadap jenis tanaman yang diinginkan sesuai dengan kondisi tanah mereka yang sebenarnya. Masukan yang diberikan kepada pengguna sistem berasal dari evaluasi aturan yang ada pada basis pengetahuan. Sistem pakar ini juga diharapkan dapat tetap memberikan keluaran meskipun dengan jumlah data masukan yang minimal. Selain memberikan keluaran berupa kesesuaian lahan, sistem pakar yang dirancang juga diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor penghambat pada lahan dan teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi faktor penghambat tersebut. Selain itu sistem pakar juga diharapkan dapat memberikan informasi tentang persyaratan tumbuh bagi tanaman pangan dan lokasi yang sesuai untuk suatu tanaman pangan. Fungsi pemberian informasi persyaratan tumbuh tanaman dan lokasi yang sesuai, bekerja berdasarkan mata rantai ke belakang (backward chaining). Fungsi ini dapat digunakan apabila petani atau pelaksana pertanian merasa sudah

15 64 memiliki pasar yang baik untuk suatu jenis tanaman dan memerlukan saran bagaimana dan dimana lokasi yang cocok dengan tanaman tersebut Perancangan Sistem Setelah KE mendefinisikan sistem yang akan dibuat, termasuk fungsi-fungsi yang terdapat di dalamnya, maka tahap selanjutnya adalah merancang sistem yang akan dibuat. Perancangan sistem dilakukan berdasarkan informasi kebutuhan sistem yang sudah dilakukan oleh KE sebelumnya. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam perancangan sistem ini adalah perancangan menu-menu yang terdapat pada aplikasi, hubungan antara tabel pada basis data, diagram aliran data pada sistem, serta rancangan tampilan (user interface). Perancangan ini dilakukan menggunakan software visio untuk menggambarkan diagram-diagram yang diperlukan. Perancangan menu akan memberikan gambaran umum kepada pengguna tentang sistem secara keseluruhan dan mempermudah KE dalam membangun sistem. Pada sistem pakar yang dirancang, pada umumnya satu menu akan menampilkan satu fungsi. Diagram aliran data (DFD) akan menggambarkan lalu lintas data dan informasi yang ada pada sistem, serta proses-proses besar yang dapat dilakukan oleh sistem. Rancangan tampilan juga perlu diperhatikan karena merupakan sarana hubungan antara pengguna dengan sistem. Tampilan harus dirancang sedemikian rupa sehingga pengguna merasa mudah dalam memahami penggunaan sistem. Tampilan yang terlalu rumit dapat membuat pengguna merasa kesulitan dalam memahami penggunaan sistem, sehingga dapat membuat pengguna enggan menggunakan sistem yang dirancang atau salah menterjemahkan aksi yang harus dilakukannya. Kesalahan pengguna dalam memahami aksi yang harus dilakukan dapat membuat sistem menghasilkan keluaran yang tidak semestinya Pembangunan Sistem Sistem pakar penentuan kesesuaian lahan ini dibuat menggunakan beberapa kategori software dengan hardware yang memenuhi spesifikasi tertentu. Spesifikasi software yang diperlukan dalam pembangunan sistem pakar ini adalah :

16 65 a) Sistem Operasi. Sistem operasi yang dapat digunakan untuk pembuatan aplikasi sistem pakar ini adalah Windows XP, Windows 2000, atau Linux. Sistem operasi merupakan platform dimana aplikasi sistem pakar akan dibuat dan kemudian diuji sebelum diimplementasikan. Pemilihan jenis sistem operasi yang akan digunakan berpengaruh terhadap jenis bahasa pemrograman dan basis data yang dapat digunakan. Sistem operasi juga berkaitan erat dengan jenis hardware yang dapat digunakan. b) Bahasa Pemrograman. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah PHP versi 5.0. Penggunaan PHP sebagai bahasa pemrograman yang akan digunakan untuk membuat web didasari atas beberapa keunggulan dari PHP ini, seperti : PHP merupakan bahasa script server side, sehingga memiliki kemampuan lebih daripada CGI (Command Graphical Interface). Beberapa kemampuan PHP antara lain mengumpulkan data dari form, membuat halaman web dinamis, dan kemampuan untuk mengirim dan menerima cookies. PHP bersifta multiplatform, sehingga dapat digunakan pada semua sistem operasi seperti Linux, Windows, dan Mac OS. PHP mendukung banyak web server, seperti Apache, MIIS (Microsoft Internet Information Server), PWS (Personal Web Server), dan Netscape. PHP mampu mengolah keluaran berupa berbagai macam jenis file, seperti file gambar, file PDF, movie Flash. PHP juga mampu menghasilkan keluaran berupa teks seperti HTML, XHTML dan file XML lainnya. PHP mendukung penggunaan berbagai jenis basis data seperti dbase, Empress, FrontBase, Hyperwave, MySQL, Oracle, PostgrSQL, Sybase, dan Unix DBM. c) Basis Data. Basis data yang digunakan adalah MySQL versi 5.0. Pemilihan basis data MySQL ini didasarkan atas : Cocok digunakan pada basis data yang besar, karena MySQL dapat memproses data besar dengan cepat dan handal.

17 66 MySQL bersifat multiplatform, sehingga dapat digunakan pada berbagai macam sistem operasi. Mudah digunakan karena MySQL memiliki jenis kolom yang cukup banyak sehingga memudahkan konfigurasi basis data dan mendukung record yang memiliki kolom dengan panjang tetap atau panjang bervariasi. MySQL dapat digunakan untuk berbagai macam program, seperti PHP, Java, Perl, C, C++, dan Phyton. MySQL bersifat freeware untuk sistem operasi Linux dan shareware untuk sistem operasi Windows. MySQL mempunyai tingkat keamanan yang baik karena dapat melakukan verifikasi host. d) Web Server. Web server diperlukan dalam pembuatan aplikasi sistem pakar ini karena aplikasi ini berbasis web, yang kelak akan dapat diakses secara online. Web server ini diperlukan karena aplikasi sistem pakar ini merupakan aplikasi yang berjalan pada sisi server, yang akan menanggapi permintaan dari web client melalui browser. Web server yang digunakan dalam pembuatan aplikasi sistem pakar ini adalah Apache 2.0. Pemilihan Apache sebagai web server didasari oleh beberapa alasan berupa keunggulan dari Apache, seperti : Apache bersifat freeware atau open source, sehingga pengguna dapat mendapatkan piranti lunak ini dengan cara download gratis. Apache bersifat multiplatform, sehingga dapat digunakan pada berbagai macam jenis sistem operasi. Mudah dikonfigurasi, terutama bila digunakan bersama dengan PHP dan MySQL. Apache mempunyai berbagai macam fitur canggih, seperti autentikasi dan konfigurasi pesan kesalahan. Apache didukung oleh GUI (Graphical User Interface) sehingga memungkinkan penanganan server dilakukan dengan mudah.

18 Pengujian Sistem Pengujian sistem dilakukan sebelum dan setelah aplikasi selesai dibuat. Pengujian dilakukan dalam dua tahap, yaitu pengujian terhadap sintak yang digunakan dalam pembuatan aplikasi dan pengujian terhadap proses perhitungan dan aliran data pada aplikasi. Pengujian terhadap sintak yang digunakan untuk membuat aplikasi dilakukan sepanjang tahap penulisan sintak sehingga menghasilkan aplikasi jadi. Pengujian ini dilakukan dengan cara melakukan compile terhadap sintak-sintak yang ada untuk mengetahui apakah terjadi kesalahan dalam penulisan sintak. Compile dilakukan dengan menjalankan fungsi compile yang sudah disertakan pada bahasa pemrograman yang digunakan dalam pembuatan aplikasi. Apabila hasil pengujian terhadap penulisan sintak menunjukkan bahwa tidak ada lagi kesalahan pada sintak yang ditulis, maka pengujian berikutnya adalah pengujian terhadap proses perhitungan dan aliran data pada aplikasi. Pengujian terhadap proses perhitungan dan aliran data pada aplikasi dilakukan untuk mengetahui apakah aliran data yang dilakukan oleh aplikasi sudah sesuai dengan yang dilakukan pada tahap perancangan. Hasil pengujian yang menunjukkan bahwa aplikasi sudah dapat melakukan proses perhitungan yang dirancang dan mempunyai aliran data dan informasi yang betul, menunjukkan bahwa aplikasi sudah benar secara logika dan sintak, sehingga siap untuk diterapkan. Pengujian terhadap aplikasi dilakukan pada saat aplikasi masih bersifat offline dan pada saat aplikasi sudah dihosting atau sudah dapat diakses secara online. Pengujian terhadap aplikasi secara online dilakukan untuk mengetahui apakah aplikasi sudah dapat melayani banyak pengguna secara langsung pada saat bersamaan. Hal ini perlu dilakukan mengingat pada akhirnya aplikasi ini diharapkan akan dapat diakses oleh pengguna dari berbagai lokasi yang berbeda-beda Penerapan Sistem Setelah aplikasi berhasil melalui tahap pengujian, maka tahap berikutnya adalah tahap penerapan atau implementasi sistem. Pada tahap ini aplikasi sudah siap untuk digunakan oleh pengguna dari berbagai lokasi secara bersamaan. Penerapan sistem dilakukan dengan cara menyewa atau membeli domain untuk waktu tertentu. Melalui domain tersebut, aplikasi ini akan dapat diakses dan di-update bilamana diperlukan.

19 68 Pembelian domain untuk aplikasi ini juga harus disesuaikan dengan tujuan aplikasi yaitu untuk tujuan pembelajaran bagi para pelaksana pertanian dan membantu mereka untuk mendapatkan saran-saran yang diperlukan seputar penentuan kesesuaian lahan mereka Operasional dan Pemeliharaan Sistem Kegiatan operasional dan pemeliharaan sistem dilakukan setelah sistem selesai diterapkan. Kegiatan ini dilakukan dengan memantau pemakaian dan isi dari web supaya senantiasa terpelihara dan sesuai dengan perkembangan terbaru yang ada seputar kegiatan penentuan kesesuaian lahan. Pemeliharan dan pembaharuan terhadap isi basis data juga merupakan salah satu kegiatan pada tahap operasional dan pemeliharaan sistem. Isi basis data termasuk salah satu faktor yang menentukan keluaran aplikasi, semakin beragam isi basis data akan membuat sistem dapat mengolah berbagai macam kemungkinan jenis data masukan dari pengguna.

III METODOLOGI 3.1 Kerangka Model

III METODOLOGI 3.1 Kerangka Model III METODOLOGI 3.1 Kerangka Model Pengembangan budidaya kopi melibatkan banyak faktor yang memberikan hasil keluaran yang optimal dan mampu meningkatkan budidaya kopi secara keseluruhan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

MENGENAL PHP BAB Apakah PHP Itu?

MENGENAL PHP BAB Apakah PHP Itu? BAB 1 MENGENAL PHP 1.1 Apakah PHP Itu? Bagi pemula yang mengenal internet, tidak salah kalau mereka akan memiliki pertanyaan seperti itu. Marilah kita mulai belajar dengan mengenal apa dan bagaimana PHP

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.4 Latar Belakang. Dalam kondisi administrasi Dinas Komunikasi dan Informatika sekarang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.4 Latar Belakang. Dalam kondisi administrasi Dinas Komunikasi dan Informatika sekarang sangat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Dalam kondisi administrasi Dinas Komunikasi dan Informatika sekarang sangat kurang maksimal dalam pencarian data seorang pegawai. Sulitnya mencari data pegawai dikarenakan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang

IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang 69 IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang Kerangka sistem yang dirancang ini dikembangkan dari kerangka pemikiran sistem pakar yang telah disebutkan pada bagian metodologi. Pada kerangka sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada tahap ini berisi pengertian dan penjelasan teori-teori yang digunakan penulis untuk pembangunan sistem.

BAB II LANDASAN TEORI. Pada tahap ini berisi pengertian dan penjelasan teori-teori yang digunakan penulis untuk pembangunan sistem. BAB II LANDASAN TEORI Pada tahap ini berisi pengertian dan penjelasan teori-teori yang digunakan penulis untuk pembangunan sistem. 2.1 Pengertian Sistem Sistem dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini telah melahirkan tuntutan kehidupan yang semakin

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini telah melahirkan tuntutan kehidupan yang semakin 1 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi yang terjadi saat ini telah melahirkan tuntutan kehidupan yang semakin kompetitif bagi manusia, salah satunya dalam bidang pertanian. Penyusutan luas lahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pakar Definisi Pakar (Human Expert) adalah seseorang yang telah mempelajari fakta- fakta, buku teks, dan pengetahuan bidangnya, serta mengembangkan pengetahuan yang telah terdokumentasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. beberapa ahli, definisi sistem adalah sebagai berikut.

BAB II LANDASAN TEORI. beberapa ahli, definisi sistem adalah sebagai berikut. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem memiliki beberapa definisi yang berbeda-beda menurut pendapat beberapa ahli, definisi sistem adalah sebagai berikut. 1. Menurut Jogiyanto (1999:1), sistem adalah

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

APLIKASI BERBASIS WEB PEMETAAN INFORMASI PADA GAMBAR BITMAP

APLIKASI BERBASIS WEB PEMETAAN INFORMASI PADA GAMBAR BITMAP Media Informatika, Vol. 4, No. 1, Juni 2006, 13-26 ISSN: 0854-4743 APLIKASI BERBASIS WEB PEMETAAN INFORMASI PADA GAMBAR BITMAP M. Irfan Ashshidiq, M. Andri Setiawan, Fathul Wahid Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Pada dasarnya sistem informasi merupakan suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Sistem Ada berbagai macam definisi mengenai system. Menurut Ayu dan Perdana, sistem adalah sekumpulan elemen-elemen yang bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada masa sekarang ini begitu pesat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada masa sekarang ini begitu pesat sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pada masa sekarang ini begitu pesat sehingga memungkinkan kita untuk menghubungkan komputer melalui jaringan. Jaringan komputer cukup berkembang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi lain dari sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang bekerja sama

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi lain dari sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang bekerja sama BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Sistem Definisi lain dari sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama atau sekumpulan objek-objek yang saling berelasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI III.1. Sistem Informasi Sistem dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang berinteraksi untuk mecapai suatu tujuan, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi secara keseluruhan sangat ditentukan oleh pemilihan jenis perlengkapan

BAB I PENDAHULUAN. produksi secara keseluruhan sangat ditentukan oleh pemilihan jenis perlengkapan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perlengkapan penanganan bahan merupakan bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap usaha industri modern. Dalam setiap perusahaan proses produksi secara keseluruhan

Lebih terperinci

Apa itu PHP? Riwayat PHP

Apa itu PHP? Riwayat PHP Apa itu PHP? PHP adalah singkatan dari PHP Hypertext Preprocessor yang digunakan sebagai bahasa script serverside dalam pengembangan Web yang disisipkan pada dokumen HTML. Berbeda dengan HTML yang hanya

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA 75 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari analisa dan rancang bangun sistem pakar mendiagnosis kerusakan mesin hoisting crane. Website ini terdiri dari

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID Imas Siti Munawaroh¹, Dini Destiani Siti Fatimah² Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah menjelaskan seluruh kegiatan selama berlangsungnya penelitian untuk menghasilkan informasi yang lebih akurat sesuai dengan permasalahan yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai struktur rancangan desain penelitian disertai metode penelitian beserta alat dan bahan yang akan digunakan dalam mengerjakan tugas akhir.

Lebih terperinci

Gambar 7. Tahapan Proses penelitian

Gambar 7. Tahapan Proses penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alur Penelitian Secara umum, metode penelitian yang digunakan tersusun dalam suatu diagram alur penelitian yang dapat disajikan Gambar 7. Diagram alur tersebut memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam pembangunan suatu sistem informasi, terdapat dua kelompok

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam pembangunan suatu sistem informasi, terdapat dua kelompok 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Dalam pembangunan suatu sistem informasi, terdapat dua kelompok dalam pendekatan mendefinisikan system, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Komputer berasal dari bahasa latin computare yang mengandung arti menghitung. Jadi, komputer dapat diartikan alat untuk menghitung. Perkembangan teknologi komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal proses pengolahan data, baik itu data siswa, guru, administrasi sekolah maupun data

BAB I PENDAHULUAN. hal proses pengolahan data, baik itu data siswa, guru, administrasi sekolah maupun data BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, teknologi informasi sangat banyak membantu seperti dalam hal proses pengolahan data, baik itu data siswa, guru, administrasi sekolah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang dilakukan oleh para ahli. Sistem Pakar merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang dilakukan oleh para ahli. Sistem Pakar merupakan salah satu bidang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem Pakar (Expert System) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi informasi dan didistribusikan untuk pemakai. apapun seiring dengan perkembangan teknologi. Semakin tingginya wawasan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi informasi dan didistribusikan untuk pemakai. apapun seiring dengan perkembangan teknologi. Semakin tingginya wawasan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis merupakan suatu sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk menyimpan, mengolah dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan dokter ahli dan tenaga medis relatif masih kurang khususnya di daerah-daerah pelosok dan terpencil. Hal ini membuat masyarakat mengalami kesulitan dalam

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1. Implementasi Implementasi adalah sebuah tahap dimana analisa dan rancangan yang sudah dibuat sebelumnya dijalankan. Pada tahap ini perangkat keras dan perangkat lunak

Lebih terperinci

Metode Deffuzifikasi Mean of Maximum (MOM) Kolik Gas (Tympani) Kolik Twisted gut Kolik Impaksi METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Metode Deffuzifikasi Mean of Maximum (MOM) Kolik Gas (Tympani) Kolik Twisted gut Kolik Impaksi METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Metode Deffuzifikasi Mean of Maximum (MOM) Salah satu metode deffuzifikasi adalah Mean of Maximum. Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai rata-rata domain yang memiliki nilai

Lebih terperinci

Pembangunan Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit Tanaman Padi

Pembangunan Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit Tanaman Padi Pembangunan Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit Tanaman Padi Rika Sofa 1, Dini Destiani 2, Ate Susanto 3 Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut (STT-Garut) Jl. Mayor Syamsu No 2 Garut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, perkembangan dan pengaruh teknologi informasi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, perkembangan dan pengaruh teknologi informasi di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, perkembangan dan pengaruh teknologi informasi di Indonesia saat ini sudah sangat pesat. Kebutuhan yang mendesak dan semakin berharganya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. produk itu baik atau rusak ataupun untuk penentuan apakah suatu lot dapat diterima

BAB II LANDASAN TEORI. produk itu baik atau rusak ataupun untuk penentuan apakah suatu lot dapat diterima BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Inspeksi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan hasil studi lapangan (wawancara) Inspeksi adalah suatu kegiatan penilaian terhadap suatu produk, apakah produk itu baik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pembuatan Rancang Bangun Aplikasi Perencanaan Stok Barang dengan Menggunakan Teori Trafik dari tahap awal perancangan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pertanian merupakan sektor penting dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena sumber makanan manusia berasal dari pertanian. Setiap tahunnya, kebutuhan manusia

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : sistem pakar, forward chaining, dempster shafer.

ABSTRAK. Kata kunci : sistem pakar, forward chaining, dempster shafer. ABSTRAK Sistem pakar merupakan sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi seharusnya dapat dimanfaatkan oleh PT. Matab Servikatama untuk memajukan perusahaan tersebut dalam bidang akuntansi. Cara mempermudah pelaporan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 29 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia adalah 5,21 kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. suatu sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi.

BAB III LANDASAN TEORI. suatu sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi. BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan dasar-dasar yang digunakan dalam pembuatan kerja praktek ini. Sebagai langkah awal dalam menyusun Laporan Kerja Praktek perlu dipahami terlebih dahulu mengenai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi Akademik Sistem Informasi Akademik adalah Sistem yang memberikan layanan informasi yang berupa data dalam hal yang berhubungan dengan akademik. Dimana dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI E_LEARNING UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA PEMROGRAMAN PHP

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI E_LEARNING UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA PEMROGRAMAN PHP PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI E_LEARNING UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA PEMROGRAMAN PHP Mutiara Sari 1, Kasmir Tanjung 2 Konsentrasi Teknik Komputer, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk buku dan kartu-kartu yang berisi data-data buku. Sistem ini sudah dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk buku dan kartu-kartu yang berisi data-data buku. Sistem ini sudah dianggap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini, perpustakaan masih menggunakan sistem katalog manual yang berbentuk buku dan kartu-kartu yang berisi data-data buku. Sistem ini sudah dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama pada dunia komputer memberikan kita wawasan yang luas

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama pada dunia komputer memberikan kita wawasan yang luas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi dan informasi yang semakin cepat dan pesat terutama pada dunia komputer memberikan kita wawasan yang luas sehingga kita dapat memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan pada masa globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan pada masa globalisasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan pada masa globalisasi ini dirasakan telah semakin pesat dan canggih. Semua ini dikarenakan hasil dari pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. menyebabkan kesalahan pada tahap selanjutnya. yaitu wappalayzer, tool tersebut membantu untuk mengetahui CMS (content

BAB IV PEMBAHASAN. menyebabkan kesalahan pada tahap selanjutnya. yaitu wappalayzer, tool tersebut membantu untuk mengetahui CMS (content BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis sistem Analisis sistem merupakan penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang serupa menggunakan sistem pelayanan bisinis secara online.

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang serupa menggunakan sistem pelayanan bisinis secara online. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dibidang informasi mendorong setiap instansi atau perusahaan untuk tetap mengikuti perkembangannya, terutama berkenaan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II. Beberapa aplikasi pendeteksi penyakit pada tanaman antara lain :

BAB II. Beberapa aplikasi pendeteksi penyakit pada tanaman antara lain : BAB II Tinjauan Pustaka Penelitian ini akan dikembangkan suatu aplikasi pendeteksi penyakit pada tanaman Kelapa Sawit dengan menggunakan metode Forward Chaining dan berjalan di Piranti Mobile berbasis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah internet dimulai pada 1969 ketika Departemen Pertahanan Amerika, U.S. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) memutuskan untuk mengadakan riset tentang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI BANK DATA DAN PENELUSURAN TUGAS AKHIR DAN SKRIPSI BERBASIS WEB ( STUDY KASUS STMIK PRINGSEWU)

SISTEM INFORMASI BANK DATA DAN PENELUSURAN TUGAS AKHIR DAN SKRIPSI BERBASIS WEB ( STUDY KASUS STMIK PRINGSEWU) SISTEM INFORMASI BANK DATA DAN PENELUSURAN TUGAS AKHIR DAN SKRIPSI BERBASIS WEB ( STUDY KASUS STMIK PRINGSEWU) Meilysa Puspita Sari Jurusan Sistem Informasi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari analisa dan rancang bangun sistem pakar mendiagnosis kerusakan mesin pendingin ruangan (toshiba). Website ini terdiri

Lebih terperinci

Sistem Pakar Diagnosa Menentukan Kerusakan Pada Mesin Cuci Dengan Metode Forward Chaining Berbasis Web. Agung Wicaksono Sistem Informasi

Sistem Pakar Diagnosa Menentukan Kerusakan Pada Mesin Cuci Dengan Metode Forward Chaining Berbasis Web. Agung Wicaksono Sistem Informasi Sistem Pakar Diagnosa Menentukan Kerusakan Pada Mesin Cuci Dengan Metode Forward Chaining Berbasis Web Agung Wicaksono 10112380 Sistem Informasi Latar Belakang 1. Kemajuan bidang elektronik terjadi dengan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Internet Menurut Prakoso (2007), Internet adalah sebuah kumpulan jaringan komputer lokal yang menggunakan perangkat lunak internet dan protokol TCP/IP atau HTTP. Oleh karena

Lebih terperinci

Akhmad Sholikin, Sri Eniyati.

Akhmad Sholikin, Sri Eniyati. SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN JAMBU MERAH DELIMA BERBASIS WEB Akhmad Sholikin, Sri Eniyati. ABSTRAK Tanaman jambu merah delima dapat diserang berbagai macam penyakit,penyakit tersebut dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu, semakin membuat semua orang harus bekerja ekstra cepat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu, semakin membuat semua orang harus bekerja ekstra cepat dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini, perkembangan dan pengaruh teknologi informasi di Indonesia sudah tidak dapat dihindari lagi. Kebutuhan yang mendesak dan semakin berharganya

Lebih terperinci

(hiperglisemia) yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin. Sedangkan terapi dalam bidang farmakologi kedokteran mempelajari bagaimana penggunaan

(hiperglisemia) yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin. Sedangkan terapi dalam bidang farmakologi kedokteran mempelajari bagaimana penggunaan (hiperglisemia) yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin. Sedangkan terapi dalam bidang farmakologi kedokteran mempelajari bagaimana penggunaan dan interaksi obat yang benar yaitu meliputi cara pemberian

Lebih terperinci

HTML 5. Geolocation Web SQL Database, media penyimpanan database lokal

HTML 5. Geolocation Web SQL Database, media penyimpanan database lokal HTML 5 HTML5 adalah sebuah bahasa markah untuk menstrukturkan dan menampilkan isi dari Waring Wera Wanua, sebuah teknologi inti dari Internet. Tujuan utama pengembangan HTML5 adalah untuk memperbaiki teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam komunikasi tersebut baik yang berisi informasi maupun pemberitahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam komunikasi tersebut baik yang berisi informasi maupun pemberitahuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampus dan Mahasiswa adalah dua element yang saling terikat dimana ada kampus disana pun harus ada mahasiswa sebagai pelengkap elementnya. Antara mahasiswa dan kampus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Internet adalah jaringan luas dari komputer, yang lazim disebut dengan worldwide

BAB 2 LANDASAN TEORI. Internet adalah jaringan luas dari komputer, yang lazim disebut dengan worldwide BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Internet Internet adalah jaringan luas dari komputer, yang lazim disebut dengan worldwide network. Dengan internet maka Anda akan dapat mencari jutaan informasi, mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Telah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai pembuatan toko online untuk transaksi jual beli pada tahap promosi dan pembelian. Namun pada beberapa penelitian

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN. Gambar 9. Diagram Alir Formulasi Sistem yang Dirancang

IV. PERANCANGAN. Gambar 9. Diagram Alir Formulasi Sistem yang Dirancang IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang Kerangka sistem yang dirancang ini dikembangkan dari kerangka model sistem manajeme ahli yang telah disebutkan pada bagian metodologi. Pada kerangka sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penjualan pada butik Be Collection merupakan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penjualan pada butik Be Collection merupakan kegiatan pokok 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan penjualan pada butik Be Collection merupakan kegiatan pokok usaha yang bergerak dalam bidang produk fashion. Kegiatan penjualan berhubungan dengan arus

Lebih terperinci

TEKNOLOGI APLIKASI WEB BERBASIS SERVER

TEKNOLOGI APLIKASI WEB BERBASIS SERVER A. Tujuan Memahami cara kerja aplikasi web berbasis server Memahami perangkat pengembangan aplikasi web berbasis server Mengenal dan memahami pemrograman web berbasis teknologi server B. Dasar Teori Web

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia produktif dengan rentang usia 18 45 tahun, merupakan usia dimana manusia sudah matang secara fisik dan biologis. Pada usia inilah manusia sedang berada pada

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. permasalahan yang dibahas. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut

BAB III LANDASAN TEORI. permasalahan yang dibahas. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut digunakan sebagai landasan pemikiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Bagian-bagian yang memiliki keterkaitan pengoperasian dalam mencapai suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem informasi dapat dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang dilakukan oleh para ahli. Sistem Pakar merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang dilakukan oleh para ahli. Sistem Pakar merupakan salah satu bidang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem Pakar (Expert System) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang dilakukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT AISYIYAH MUHAMMADIYAH PADANG MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT AISYIYAH MUHAMMADIYAH PADANG MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT AISYIYAH MUHAMMADIYAH PADANG MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL Meriza Firdayanti 0810452018 Pembimbing : Deddy Prayama, M.ISD dan Tati Erlina,

Lebih terperinci

Bab 1 Pengenalan Web Server dan Server Side Scripting

Bab 1 Pengenalan Web Server dan Server Side Scripting Bab 1 Pengenalan Web Server dan Server Side Scripting Pengenalan Web Server Instalasi dan Konfigurasi Web Server Instalasi dan Konfigurasi PHP Testing Web Server dan PHP Web Server Web Server merupakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian inventori adalah stock barang yang harus dimiliki

BAB III LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian inventori adalah stock barang yang harus dimiliki BAB III LANDASAN TEORI 1.1. Inventori Secara umum pengertian inventori adalah stock barang yang harus dimiliki oleh prusahaan baik bahan baku, barang yang sudah diproses, dan barang jadi. (Ballou, 2004)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II Landasan Teori BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi sistem informasi, namun harus diketahui terlebih dahulu definisi sistem dan informasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satu hal yang sangat dominan dan terjadi dengan sangat pesat. Informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. satu hal yang sangat dominan dan terjadi dengan sangat pesat. Informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi informasi sudah merupakan satu hal yang sangat dominan dan terjadi dengan sangat pesat. Informasi merupakan suatu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian mengenai sistem informasi geografis ini sebelumnya sudah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian mengenai sistem informasi geografis ini sebelumnya sudah banyak BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai sistem informasi geografis ini sebelumnya sudah banyak dibuat. tetapi tempat, program dan aplikasi yang digunakan berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ini disebabkan oleh berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Ini disebabkan oleh berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dan adanya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi pegolahan data saat ini terus berkembang pesat. Ini disebabkan oleh berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dan adanya perangkat-perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup menjadi lebih praktis dan efektif, apalagi dengan hadirnya perangkat

BAB I PENDAHULUAN. hidup menjadi lebih praktis dan efektif, apalagi dengan hadirnya perangkat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu cepat, berbagai macam kebutuhan hidup menjadi lebih praktis dan efektif, apalagi dengan hadirnya perangkat elektronika rumah tangga

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria

PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria Kelas Kriteria Lahan S2 Unit lahan memiliki lebih dari 4 pembatas ringan, dan/atau memiliki tidak lebih dari 3 pembatas sedang S3 Unit lahan memiliki lebih dari 3 pembatas sedang, dan/atau 1 atau lebih

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. sistem, pengertian sistem informasi, sumber dari sistem informasi, dan metodemetode. lainnya yang dipakai dalam pembahasan.

BAB III LANDASAN TEORI. sistem, pengertian sistem informasi, sumber dari sistem informasi, dan metodemetode. lainnya yang dipakai dalam pembahasan. BAB III LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan membahas tentang landasan teori, dimana teori yang dipakai adalah teori yang digunakan oleh para penulis yang terkenal dan telah banyak mengeluarkan buku-buku yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komputer dapat diartikan sebagai mesin yang melakukan tugas-tugas tertentu yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komputer dapat diartikan sebagai mesin yang melakukan tugas-tugas tertentu yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Komputer dapat diartikan sebagai mesin yang melakukan tugas-tugas tertentu yang dikontrol oleh sebuah intstruksi-instruksi perintah digital. Komputer berasal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan di Lab Teknik Komputer Jurusan Teknik Elektro

BAB III METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan di Lab Teknik Komputer Jurusan Teknik Elektro BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di Lab Teknik Komputer Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung pada April 2010 September 2010 B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkelanjutan tentang kegiatan/program sehingga dapat dilakukan tindakan

BAB II LANDASAN TEORI. berkelanjutan tentang kegiatan/program sehingga dapat dilakukan tindakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Monitoring Menurut Dr. Harry Hikmat (2010), monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi berdasarkan indikator yang ditetapkan secara sistematis dan berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi informasi pada saat ini telah berkembang sangat pesat sehingga mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi informasi pada saat ini telah berkembang sangat pesat sehingga mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi pada saat ini telah berkembang sangat pesat sehingga mempunyai dampak dalam meningkatkan efektifitas dan keefisienan dalam melakukan setiap

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENGATURAN BASIS DATA SECARA ONLINE. Agustinus Noertjahyana, Rendy Pangestu dan Dwi Budiman

PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENGATURAN BASIS DATA SECARA ONLINE. Agustinus Noertjahyana, Rendy Pangestu dan Dwi Budiman PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENGATURAN BASIS DATA SECARA ONLINE Agustinus Noertjahyana, Rendy Pangestu dan Dwi Budiman Jurusan Teknik Informatika Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS PERANCANGAN SISTEM

TUGAS ANALISIS PERANCANGAN SISTEM TUGAS ANALISIS PERANCANGAN SISTEM Anggota Kelompok: 1. Ruttanti Indah M (B12.2011.01776) 2. Fadillah Abdi W (B12.2011.01877) 3. Prasetyo Adi N (B12.2011.01905) 4. Kurnia Ramadhianti M (B12.2011.01914)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan kultur kita sehari-hari. Dalam era yang disebut information age ini, media

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan kultur kita sehari-hari. Dalam era yang disebut information age ini, media BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi dan komputer menyebabkan terjadinya perubahan kultur kita sehari-hari. Dalam era yang disebut information age ini, media elektronik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Medan merupakan instansi sekolah menengah atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Medan merupakan instansi sekolah menengah atas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Medan merupakan instansi sekolah menengah atas negeri yang memiliki kurang lebih 1470 murid, dan wali murid yang semuanya membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat dan pesat. Di berbagai bidang, kemajuan evolusi sistem berkembang menuju arah

BAB I PENDAHULUAN. cepat dan pesat. Di berbagai bidang, kemajuan evolusi sistem berkembang menuju arah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, penggunaan teknologi informasi berkembang sangat cepat dan pesat. Di berbagai bidang, kemajuan evolusi sistem berkembang menuju arah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. hasil analisis ini digambarkan dan didokumentasiakan dengan metodologi

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. hasil analisis ini digambarkan dan didokumentasiakan dengan metodologi BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Kegiatan analisis sistem yang berjalan dilakukan dengan analisis yang berorientasi pada objek-objek yang diperlukan oleh

Lebih terperinci

TEGUH HERLAMBANG

TEGUH HERLAMBANG SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA HAMA PADA TANAMAN CABAI DENGAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS ANDROID SKRIPSI Oleh : TEGUH HERLAMBANG 0734010191 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR MENGIDENTIFIKASI PENOLAKAN FILM RADIOLOGI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR MENGIDENTIFIKASI PENOLAKAN FILM RADIOLOGI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Yunarti - Sistem Pakar Mengidentifikasi Penolakan Film SISTEM PAKAR MENGIDENTIFIKASI PENOLAKAN FILM RADIOLOGI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Sry Yunarti Program Studi Sistem Informasi, STMIK ProfesionalMakassar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini dibuat untuk menggambarkan tahapan penelitian yang berlangsung. mengacu pada sebuah pembentukan sebuah sistem yang terdiri dari input/masukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Sistem Informasi Keuangan 2.1.1 Pengertian Perancangan Definisi menurut John Burch dan Gary Grudnitski yang telah terjemahkan oleh Jogiyanto dalam bukunya yang berjudul

Lebih terperinci

APLIKASI DIAGNOSA KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR BEBEK 4 TAK DENGAN METODE FORWARD CHAINING

APLIKASI DIAGNOSA KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR BEBEK 4 TAK DENGAN METODE FORWARD CHAINING ISSN : 2338-4018 APLIKASI DIAGNOSA KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR BEBEK 4 TAK DENGAN METODE FORWARD CHAINING Supyani (desamboy@yahoo.co.id) Bebas Widada (bbswdd@yahoo.com) Wawan Laksito (wlaksito@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pendidikan di bumi nusantara ini adalah sekolah baik sekolah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pendidikan di bumi nusantara ini adalah sekolah baik sekolah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini kebutuhan akan informasi yang cepat sangatlah penting, terutama dengan perkembangan teknologi informasi pada segala bidang maka penggunaan teknologi

Lebih terperinci

BAB III 3 LANDASAN TEORI

BAB III 3 LANDASAN TEORI BAB III 3 LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi Menurut Jogiyanto HM (2003), sistem Informasi merupakan suatu sistem yang tujuannya menghasilkan informasi sebagai suatu sistem, untuk dapat memahami sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komputasi dan komunikasi untuk melakukan tugas-tugas informasi sehingga arus

BAB I PENDAHULUAN. komputasi dan komunikasi untuk melakukan tugas-tugas informasi sehingga arus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi merupakan teknologi yang menggabungkan antara komputasi dan komunikasi untuk melakukan tugas-tugas informasi sehingga arus informasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan hingga tumbuh dewasa manusia diciptakan dengan kecerdasan yang luar biasa, kecerdasan juga akan berkembang dengan pesat. Kecerdasan tersebut yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi menyebabkan setiap individu ataupun kelompok mau tidak mau menerapkannya dalam segala aktifitas. Salah satu contoh penerapannya adalah

Lebih terperinci

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining Mardiah Fadhli Politeknik Caltex Riau Jl. Umbansari No.1, telp/fax: 0761 53939/0761 554224 e-mail: rika@pcr.ac.id Abstrak

Lebih terperinci