IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang"

Transkripsi

1 69 IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang Kerangka sistem yang dirancang ini dikembangkan dari kerangka pemikiran sistem pakar yang telah disebutkan pada bagian metodologi. Pada kerangka sistem yang dirancang dituliskan urutan proses pembuatan sistem dari awal sampai dengan akhir, hingga didapatkan sebuah sistem pakar yang dapat digunakan untuk memberikan saran berupa kesesuaian lahan. Kerangka sistem ini digambarkan dalam bentuk diagram alir deskriptif formulasi pembuatan sistem pakar penentuan kesesuaian lahan seperti terlihat pada Gambar 33. Gambar 33. Diagram alir formulasi sistem yang dirancang

2 Analisa Kebutuhan Sistem Analisa kebutuhan sistem dilakukan oleh knowledge engineer (KE) dan merupakan tahap awal dalam perancangan software, yang terdapat pada waterfall life cycle model, metode klasik yang digunakan pada pembangunan aplikasi software. Tahap analisa ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan sistem dan pengguna sistem, serta alur kerja dari sistem yang akan dibuat. Fase analisis ini sering disebut sebagai fase requirement yang akan mengumpulkan informasi tentang sistem dan software yang akan dibuat, menentukan siapa saja pengguna dari sistem ini, dan apa saja kebutuhan dari pengguna yang dapat diberikan oleh sistem. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada fase analisis, ditentukan bahwa sistem yang akan dibuat merupakan sebuah sistem pakar untuk menentukan kesesuaian lahan pada empat belas jenis tanaman pangan. Sistem pakar ini dibuat berbasis web supaya dapat diakses secara online, kapan dan dimana saja pengguna membutuhkannya, selama tersedia koneksi internet. Diharapkan keberadaan sistem ini dapat membantu pengguna sistem dalam menentukan kesesuaian lahan terhadap jenis tanaman pangan yang diinginkannya dan menentukan bagaimana lahan yang sesuai untuk jenis tanaman yang diinginkan. Sistem ini hanya dirancang untuk mendukung peningkatan kuantitas komoditas tanaman yang dihasilkan. Penentuan kesesuaian lahan pada penelitian ini menggunakan kerangka evaluasi lahan FAO, Kerangka ini digunakan karena merupakan kerangka yang banyak digunakan di Indonesia dan negara berkembang lainnya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Pada kerangka evaluasi lahan FAO maka ditetapkan jenis parameter dalam menentukan kesesuaian lahan adalah sifat fisik tanah dan juga sifat kimia tanah. Untuk penentuan range nilai dan dan sifat fisik serta kimia tanah yang akan menjadi parameter, digunakan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan (2003) dan Survei Kapabilitas Tanah, yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Tanah, Bogor, serta wawancara dengan pakar kesesuaian lahan. Sedangkan untuk mekanisme penarikan kesimpulan yang merupakan komponen penting dalam sistem pakar akan digunakan metode logika fuzzy. Metode ini dirasakan cocok dalam pendekatan penyelesaian masalah karena dekat dengan cara berpikir manusia dalam melakukan penarikan kesimpulan. Mengingat tidak adanya pedoman yang baku dan pengharkatan yang pasti dalam proses penilaian kesesuaian lahan. Penalaran fuzzy yang akan digunakan adalah metode penalaran MAMDANI. Penggunaan metode ini didasarkan pada kondisi dimana metode ini lebih

3 71 banyak diterima dan lebih cocok digunakan pada saat input diterima dari manusia (Kusumadewi,, 2002). Sistem ini diperuntukkan untuk dapat digunakan oleh kelompok tani, para penyuluh pertanian, serta petani yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan untuk mengakses aplikasi ini. Hasil dari fase analisis tentang jenis kebutuhan pengguna ini kemudian akan dikelompokkan ke dalam menu-menu pada web, seperti terlihat pada tabel 7. Tabel 7. Pengelompokkan kebutuhan pengguna sistem menjadi menu-menu pada web Menu Pada Web Fungsi Halaman utama Memberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat dari aplikasi berbasis web yang dibuat. Memberi penjelasan tentang batasan aplikasi yang dibuat. Memberi penjelasan tentang cara penggunaan dan operasi aplikasi. Halaman jenis tanaman pangan Memberi informasi tentang empat belas tanaman pangan yang menjadi pembahasan dalam aplikasi yang dibuat. Halaman karakteristik dan kualitas tanah Memberi informasi tentang karakteristik dan kualitas tanah yang digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan pada aplikasi yang dibuat.

4 72 Menu Pada Web Aplikasi penentuan kesesuaian lahan Aplikasi penentuan kriteria lahan Fungsi Meminta masukan tentang jenis tanah pengguna. Meminta masukan tentang karakteristik lahan aktual dari pengguna. Meminta masukan tentang jenis tanaman pangan yang diinginkan pengguna. Memberi keluaran tentang kesesuaian lahan pengguna terhadap penggunaan tanaman pangan. Memberi informasi tentang jenis faktor penghambat yang dimiliki oleh lahan pengguna terhadap penggunaan tanaman pangan. Memberi informasi tentang jenis tanaman yang sesuai dengan kesesuaian lahan pengguna. Memberi anjuan manajerial tentang cara penanganan faktor penghambat pada lahan pengguna. Memberi keluaran tentang kesesuaian antara jenis tanaman yang diinginkan oleh pengguna terhadap jenis tanaman yang sesuai dengan lahan pengguna. Meminta masukan tentang jenis tanaman pangan pengguna. Menampilkan kriteria lahan yang sesuai dengan jenis tanaman pangan yang diinginkan pengguna. Menampilkan lokasi yang dapat ditanami tanaman pangan yang diinginkan pengguna. Berdasarkan hasil analisis tentang kebutuhan sistem dan pengguna sistem dapat ditentukan pula aliran data yang terjadi pada sistem pakar berbasis web yang dirancang. Aliran data pada sistem pakar yang dirancang dibuat dalam bentuk Data Flow Diagram (DFD) level 0 dan level 1, seperti dapat dilihat pada Gambar 34 dan 35.

5 73 Gambar 34. DFD level 0 pada sistem yang dirancang Gambar 35. DFD level 1 pada sistem yang dirancang

6 Rancangan Proses Rancangan sistem pakar penentuan kesesuaian lahan pada tanaman pangan ini dibagi menjadi lima bagian yang meliputi rancangan input, rancangan output, rancangan proses, rancangan infrastruktur web, dan rancangan tampilan Rancangan Input Input sistem dilakukan dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pakar dan data sekunder yang diperoleh dari buku petunjuk teknis penentuan kesesuaian lahan, survei kapabilitas tanah, serta laporan survei tanah. Berdasarkan hasil akuisisi data primer dan data sekunder, maka dapat diketahui sifat-sifat tanah, baik sifat fisik maupun sifat kimia yang dapat digunakan sebagai parameter dalam menentukan kesesuaian lahan serta kemungkinan nilai yang dapat dimiliki untuk masing-masing parameter. Data-data yang berhasil diakuisisi dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu : 1. Data untuk menentukan kesesuaian terhadap penggunaan pertanian tanaman pangan. 2. Data untuk menentukan kesesuaian terhadap jenis-jenis tanaman pangan. Proses akusisi data input ini dilakukan sejak Maret 2008 sampai dengan Mei 2008, yang dilakukan pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor dan Perpustakaan Jurusan Tanah, IPB. Penyusunan sistem dimulai dengan menentukan parameter yang akan digunakan. Penentuan parameter meliputi sifat fisik dan kimia tanah untuk meminimalkan ketidak sesuaian yang mungkin terjadi antara hasil pengolahan sistem dengan kondisi di lapang. Parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian terhadap penggunaan pertanian tanaman pangan merupakan parameter-parameter yang mempunyai range nilai hampir sama untuk 14 tanaman pangan. Penentuan parameter ini dilakukan dengan menganalisis laporan survei tanah dan kriteria kesesuaian lahan untuk kelompok tanaman pangan. Analisis terhadap parameter dan domain untuk masing-masing parameter dilakukan dengan menggunakan pendekatan pengamatan range nilai parameter untuk 14 tanaman pangan. Hasil identifikasi kesesuaian terhadap penggunaan pertanian tanaman pangan akan menjadi acuan dalam menentukan jenis tanaman pangan yang sesuai dan jenis faktor penghambatnya yang dimiliki oleh lahan tersebut. Secara keseluruhan akan terdapat 19 parameter, dimana 17 parameter diantaranya merupakan data fuzzy dan 2

7 75 parameter sebagai data non-fuzzy, sebagai input dari sistem pakar yang dirancang ini seperti terlihat pada Gambar 36. Gambar 36. Rancangan input Sesuai dengan kerangka evaluasi lahan FAO, maka sifat tanah yang dapat digunakan sebagai parameter penentu kesesuaian lahan terdiri dari sifat fisik dan sifat kimia. Sifat fisik merupakan sifat tanah yang dapat diukur di lapang, sedangkan sifat kimia merupakan sifat tanah yang nilainya ditentukan melalui analisis di laboratorium. Baik sifat fisik maupun sifat kimia yang diperlukan disini merupakan potensi lahan aktual, dimana belum dilakukan upaya perbaikan apapun pada lahan tersebut. Kombinasi dari kedua jenis sifat tanah ini perlu digunakan supaya dapat menghasilkan nilai kesesuaian lahan yang lebih akurat. Sifat fisik dapat langsung diamati di lapang dengan memperhatikan tanah yang akan digunakan. Terdapat dua belas sifat fisik yang digunakan pada perancangan sistem pakar ini, yaitu suhu, curah hujan, kedalaman efektif, kedalaman sulfidik, bahan kasar, tekstur, drainase, lereng, bahaya banjir, tingkat bahaya erosi (TBE), kematangan dan ketebalan (gambut). Sedangkan untuk sifat kimia, digunakan enam sifat, yaitu ph, KTK, C-Organik, sodisitas, dan salinitas Rancangan Output Keluaran dari sistem yang dirancang berupa informasi tentang jenis-jenis tanaman pangan yang sesuai untuk ditanam pada lahan pengguna, kesesuaian lahan terhadap penggunaan tanaman pangan, adanya faktor pembatas, dan rekomendasi manajerial untuk mengatasi hambatan yang ada. Penentuan ini dilakukan berdasarkan masukan dari pengguna tentang nilai

8 76 dari parameter yang digunakan sebagai input. Terdapat tiga macam nilai kesesuaian lahan terhadap penggunaan tanaman pangan yang dapat diberikan oleh sistem, yaitu sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai Rancangan Proses Evaluasi Pada sistem pakar penentuan kesesuaian lahan pada tanaman pangan, terdapat dua proses evaluasi, yaitu penentuan kesesuaian lahan sesuai dengan jenis tanaman yang diinginkan oleh pengguna dan penentuan kriteria lahan (karakteristik tanah) dan lokasi yang sesuai dengan jenis tanaman pangan dari pengguna sistem. Rancangan proses evaluasi yang dilakukan oleh sistem dibagi menjadi tiga proses, yaitu proses input (masukan), proses penarikan kesimpulan, dan proses output (keluaran). Gambaran proses evaluasi dalam sistem penentuan kesesuaian lahan pada tanaman pangan dapat dilihat pada Gambar 37. Gambar 37. Proses evaluasi sistem penentuan kesesuaian lahan

9 77 Sedangkan proses evaluasi pada penentuan kriteria lahan dan lokasi yang dapat ditanami tanaman pangan sesuai dengan yang diinginkan pengguna dapat dilihat pada Gambar 38. Gambar 38. Proses evaluasi sistem penentuan kriteria dan lokasi lahan Proses Input (Masukan) Pada proses input, pengguna sistem akan diminta untuk memasukkan nilai dari semua parameter yang ada. Sebelum mulai memasukkan nilai untuk masing-masing parameter, sistem akan menanyakan pada pengguna tentang jenis tanah pada lahan yang akan digunakan. Terdapat dua jenis tanah lahan yang dapat dipilih, yaitu tanah gambut dan tanah mineral. Apabila lahan yang digunakan adalah tanah gambut, maka parameter pertama yang harus diisi pengguna adalah ketebalan dan kematangan gambut serta tinggi air tanah. Terdapat dua kemungkinan kesimpulan apabila tanah yang akan digunakan adalah tanah gambut, yaitu bahwa lahan tersebut tidak sesuai digunakan untuk tanaman pangan atau lahan tersebut masih dapat digunakan untuk tanaman pangan selama nilai dari parameter lainnya dinilai masih cocok untuk kebutuhan tumbuh tanaman pangan. Sedangkan apabila jenis tanah lahan yang akan digunakan adalah tanah mineral, maka pengguna akan diminta untuk dua nilai parameter, yaitu lereng dan kedalaman efektif. Sama seperti halnya tanah gambut, pada tanah mineral juga akan terdapat dua kemungkinan kesimpulan. Kesimpulan pertama adalah bahwa tanah tersebut tidak cocok untuk ditanami tanaman pangan apabila nilai lereng yang dimasukkan berada pada kelompok agak curam atau curam. Kesimpulan kedua, tanah tersebut masih ada kemungkinan dapat ditanami tanaman pangan, selama nilai dari parameter lainnya masih cocok untuk kebutuhan tumbuh tanaman pangan. Pada tanah mineral, pengguna tidak akan diminta untuk memasukkan nilai ketebalan dan kematangan (gambut). Parameter penentu pada tanah gambut adalah ketebalan dan kematangan (gambut), serta tinggi air tanah. Apabila lahan yang akan digunakan mempunyai ketinggian permukaan air tanah

10 78 lebih dari 50 cm, atau nilai kematangan hemik atau fibrik, atau nilai ketebalan lebih dari 300 cm, maka sistem akan langsung menyatakan bahwa tanah gambut tersebut tidak cocok untuk tanaman pangan. Namun apabila ketinggian permukaan air tanah kurang dari 50 cm, ketebalan kurang dari 300 cm, dan kematangan termasuk kelompok saprik, maka pengguna diminta untuk memasukkan 16 parameter lainnya. Diantara 16 parameter tersebut, dua diantaranya merupakan parameter pengganti, yaitu TBE dan bahaya banjir. Sebagai parameter pengganti, TBE dan bahaya banjir dapat menggantikan parameter tekstur dan drainase dan hanya ditampilkan apabila pengguna tidak memiliki nilai tekstur dan drainase. Pada tanah mineral, terdapat dua parameter penentu, yaitu lereng dan kedalaman efektif. Nilai lereng yang berada pada kelompok agak curam dan curam, serta nilai kedalaman efektif yang berada pada kelompok dangkal atau agak dangkal, akan menghasilkan kesimpulan bahwa tanah tersebut tidak cocok untuk tanaman pangan, tanpa perlu melihat nilai parameter lainnya. Parameter lereng dapat digantikan dengan parameter TBE, apabila pengguna tidak memiliki nilai lereng. Selama nilai lereng dan kedalaman efektif masih berada pada range yang diperkenankan, maka pengguna diminta untuk memasukkan 12 nilai parameter lainnya, dimana dua diantaranya, yaitu TBE dan bahaya banjir merupakan parameter pengganti untuk parameter tekstur dan drainase. Diantara semua parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan, terdapat 17 parameter fuzzy dan 2 parameter non-fuzzy, yaitu curah hujan. Nilai data fuzzy yang dimasukkan oleh pengguna ke dalam sistem akan difuzzifikasi, dibagi menjadi beberapa himpunan fuzzy, dan dihitung nilai keanggotaannya sesuai dengan fungsi keanggotaan trapesium. Selang nilai (domain) untuk masing-masing data fuzzy dapat dilihat pada Tabel 8. Pemilihan himpunan fuzzy dan domain dari masing-masing himpunan ditentukan berdasarkan pengamatan dan pengelompokkan pola nilai masing-masing parameter yang terdapat pada buku Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian (2003) dan wawancara dengan pakar. Sedangkan khusus untuk penentuan himpunan fuzzy pada parameter kejenuhan basa, KTK, dan C-Organik dilakukan berdasarkan pengelompokkan yang terdapat pada Survei Kapabilitas Tanah (1983) dari Pusat Penelitian Tanah P3MT.

11 79 Tabel 8. Parameter, himpunan fuzzy, dan domain himpunan fuzzy Parameter / Variabel Himpunan Fuzzy Domain Suhu ( C) Sangat Rendah 1 11 Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Kedalaman Efektif (cm) Sangat Dangkal 0 28 Dangkal Sedang Dalam Bahan Kasar (%) Sedikit 0 20 Sedang Banyak Sangat Banyak Kapasitas Tukar Kation Sangat Rendah 3 12 (KTK) (me/100 gr) Rendah Sedang Tinggi Kejenuhan Basa (%) Rendah 1 39 Sedang Tinggi Salinitas (ds/m) Rendah 0 4 Sedang 3 7 Tinggi 6-10 Sodisitas (%) Rendah 0 15 Sedang Tinggi ph Rendah 2 6 Sedang 5 9

12 80 Parameter / Variabel Himpunan Fuzzy Domain C-Organik (%) Rendah Sedang Tinggi Kedalaman Sulfidik (cm) Rendah 1 60 Sedang Tinggi Tekstur Sangat Halus 0 4 Agak Halus 3 7 Halus 6 10 Sedang 9 13 Agak Kasar Kasar Drainase Terhambat 0 4 Agak Terhambat 3 7 Agak Baik 6 10 Baik 9 13 Agak Cepat Cepat Lereng (%) Sangat Datar 0 4 Datar 3 7 Agak Curam 6 10 Curam 9 13 Bahaya Banjir Tanpa (F0) 0 4 Ringan (F1) 3 7 Sedang (F2) 6 10 Agak Berat (F3) 9 13 Berat (F4) 12 16

13 81 Parameter / Variabel Himpunan Fuzzy Domain Tingkat Bahaya Erosi Sangat Rendah 0 4 (TBE) Rendah 3 7 Sedang 6 10 Berat 9 13 Sangat Berat Kematangan (Gambut) Saprik 0 4 Hemik 3 7 Fibrik 6 10 Ketebalan (Gambut) (cm) Tipis 1 60 Sedang Agak Tebal Tebal Sangat Tebal Paramater Penentu Kesesuaian Lahan Untuk Penggunaan Tanaman Pangan Setiap tanaman akan memerlukan kebutuhan yang berbeda untuk dapat tumbuh. Oleh karena itu, proses pertama yang dilakukan dalam sistem yang dirancang adalah menentukan kesesuaian lahan untuk penggunaan tanaman pangan berdasarkan masukan dari pengguna. Penentuan kesesuian lahan untuk penggunaan tanaman pangan dilakukan berdasarkan 15 parameter yang meliputi sifat fisik dan sifat kimia tanah. Sifat fisik tanah yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan untuk penggunaan tanaman pangan adalah : 1. Suhu Suhu yang diperlukan adalah suhu udara rata-rata pada lahan yang akan digunakan. Suhu dikelompokkan dalam lima kelompok fuzzy, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. 2. Kedalaman Efektif Kedalaman efektif merupakan kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman. Kedalaman efektif dapat diukur dengan menghitung jarak antara permukaan tanah sampai pada lapisan di bawah tanah yang keras (batu). Pengukuran dilakukan

14 82 dengan menggunakan alat ukur panjang yang biasa digunakan seperti penggaris dan hasilnya dituliskan dengan satuan centimeter (cm). Kedalaman efektif dinyatakan dalam empat kelompok fuzzy, yaitu sangat dangkal, dangkal, sedang, dan dalam. 3. Bahan Kasar Bahan kasar merupakan persentasi banyaknya bahan berukuran lebih dari 2 mm, seperti batu dan kerikil yang terdapat pada permukaan tanah. Kandungan bahan kasar pada permukaan tanah dinyatakan dalam empat himpunan fuzzy, yaitu sedikit apabila jumlah kandungan bahan kasar tidak lebih dari 20 %, sedang apabila kandungan bahan kasar tidak lebih dari 55%, banyak apabila kandungan bahan kasar tidak lebih dari 70% dan sangat banyak apabila kandungan bahan kasar antara 65-85%. 4. Kedalaman Sulfidik Kedalaman sulfidik menyatakan kedalaman lapisan tanah (dihitung dari permukaan tanah) dimana sudah ditemukan kandungan Sulfur sebanyak lebih dari 2%. Hasil pengukuran kedalaman sulfidik juga dinyatakan dalam centimeter (cm) dan dibagi dalam tiga himpunan fuzzy, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Himpunan tinggi menyatakan bahwa jarak antara permukaan tanah sampai ditemukannya kandungan Sulfur cukup jauh. Himpunan sedang menyatakan bahwa jarak antara ditemukannya kandungan Sulfur dari permukaan tanah tidak terlalu jauh. Sedangkan himpunan rendah menyatakan bahwa antara ditemukannya kandungan Sulfur dari permukaan tanah tidak jauh. 5. Tekstur Tekstur menyatakan ukuran butir-butir tanah. Yang dimaksud dengan butir tanah adalah bahan pembentuk tanah yang berukuran kurang dari 2 mm. Tekstur tanah dapat dikelompokkan menjadi enam himpunan fuzzy, yaitu kasar, agak kasar, sedang, agak halus, dan halus. Tekstur tanah ditentukan dengan cara meremas dan merasakan butirbutir tanah tersebut di permukaan pada saat tanah dalam kondisi basah. 6. Drainase Drainase merupakan cepat atau lambatnya air diserap oleh suatu tanaman. Drainase dapat ditentukan dengan mengamati cepatnya air hilang dari permukaan tanah dan mengamati tekstur tanah, karena tekstur tanah pada suatu lahan sangat berhubungan dengan drainase pada lahan tersebut.

15 83 7. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Parameter TBE merupakan parameter pengganti untuk parameter lereng. TBE dapat digunakan, apabila pengguna sistem tidak mengetahui nilai lereng. TBE menyatakan besarnya erosi yang mungkin terjadi pada lahan tersebut. Penentuan TBE dilakukan dengan menggunakan suatu rumus tertentu. Nilai TBE sangat berkaitan dengan kecuraman lereng. 8. Bahaya Banjir Bahaya banjir merupakan parameter pengganti untuk parameter tekstur dan drainase. Nilai bahaya banjir dapat diisikan apabila pengguna tidak mengetahui nilai tekstur dan drainase. Bahaya banjir merupakan kombinasi dari kedalaman banjir dan lamanya banjir. Nilai bahaya banjir dibagi dalam lima himpunan fuzy, yaitu tanpa bahaya banjir, bahaya banir ringan, bahaya banjir sedang, bahaya banjir agak berat, dan bahaya banjir berat. Nilai untuk bahaya banjir ini diperoleh dengan mengamati kecenderungan banjir yang terjadi pada daerah lahan yang akan diamati. 9. Lereng Lereng yang terdapat pada lahan yang akan digunakan perlu diukur karena dapat mempengaruhi pola penggunaan lahan. Lereng dapat diukur dengan Abney Level atau Clinometer dan dinyatakan dalam persen. Nilai parameter lereng akan dibagi menjadi empat himpunan fuzzy, yaitu sangat datar, datar, agak curam, dan curam. Nilai maksimal dari lereng adalah 100 % yang berarti bahwa lereng membentuk sudut 45 derajat. 10. Ketebalan (Gambut) Ketebalan gambut merupakan parameter khusus untuk tanah gambut. Nilai ketebalan gambut diperoleh dengan mengukur tebalnya lapisan gambut yang menutupi permukaan tanah pada lahan yang akan digunakan. Ketebalan akan dikelompokkan dalam lima himpunan fuzzy, yaitu tipis, sedang, agak tebal, tebal, dan sangat tebal. 11. Kematangan (Gambut) Kematangan gambut juga merupakan parameter yang khusus digunakan pada tanah gambut. Kematangan gambut ini akan dikelompokkan dalam tiga himpunan fuzzy, yaitu Saprik, Hemik, dan Fibrik.

16 Tinggi Air Tanah Tinggi air tanah merupakan sifat fisik dari tanah yang digunakan sebagai salah satu parameter khusus untuk tanah gambut. Tinggi air tanah merupakan data non-fuzzy, dimana tidak akan dibuat pengelompokkan menjadi beberapa kelas. Tinggi air tanah diukur langsung di lapangan dengan mengukur ketinggian air yang terdapat diatas permukaan tanah. Sedangkan sifat kimia dapat diukur di laboratorium tanah dengan suatu perlakuan khusus terhadap tanah pada lahan yang akan digunakan atau menggunakan satu set piranti uji yang sudah dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor. Sifat kimia tanah yang digunakan sebagai parameter adalah : 1. ph ph merupakan sifat yang berkaitan dengan parameter kejenuhan basa. ph merupakan data fuzzy yang dikelompokkan dalam dua himpunan fuzzy, rendah dan sedang. 2. Kejenuhan Basa Nilai kejenuhan basa dapat ditentukan dari nilai ph. Semakin tinggi ph, maka kejenuhan basa semakin tinggi pula. Kejenuhan basa dikelompokkan dalam tiga himpunan fuzzy, yaitu rendah, sedang, tinggi. 3. Kapasitas Tukar Kation (KTK) KTK merupakan data fuzzy yang dapat dikelompokkan menjadi empat himpunan fuzzy, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi. 4. C-Organik C-Organik menunjukkan kandungan kadar Karbon dalam tanah. Karbon merupakan salah satu unsur hara makro yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Nilai pengukuran C- Organik dikelompokkan menjadi tiga himpunan fuzzy, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. 5. Salinitas (Toksisitas) Salinitas menunjukkan besarnya kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik. Salinitas merupakan data fuzzy yang dikelompokkan menjadi tiga himpunan fuzzy rendah, sedang, dan tinggi. 6. Sodisitas (Alkalinitas) Sodisitas menunjukkan kandungan garam Na yang dapat dipertukarkan. Nilai sodisitas dikelompokkan menjadi tiga himpunan fuzzy, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

17 Fuzzifikasi Parameter Input Penentu Kesesuaian Lahan Untuk Penggunaan Tanaman Pangan Fuzzifikasi merupakan proses pertama dalam pemrosesan data fuzzy. Fuzzifikasi dilakukan terhadap data input dari pengguna pada parameter-parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan terhadap suatu tanaman. Fuzzifikasi dilakukan berdasarkan himpunan fuzzy dan domainnya pada setiap data fuzzy. Fuzzifikasi dilakukan dengan suatu fungsi keanggotaan (membership function). Fungsi keanggotaan akan memetakan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya pada interval 0 sampai 1 sehingga membentuk suatu kurva. Dalam pembuatan sistem pakar penentuan kesesuaian lahan untuk tanaman pangan terdapat 19 parameter yang dikelompokkan menjadi dua kelompok data, yaitu data untuk menentukan kesesuaian lahan terhadap penggunaan tanaman pangan dan data untuk menentukan kesesuaian terhadap jenis tanaman pangan. Pada kelompok data untuk menentukan kesesuaian lahan terhadap penggunaan tanaman pangan terdapat 17 parameter fuzzy, yaitu suhu, kedalaman efektif, bahan kasar, ph, kejenuhan basa, KTK, C-organik, salinitas, sodisitas, kedalaman sulfidik, tekstur, drainase, lereng, bahaya banjir, tingkat bahaya erosi (TBE), kematangan dan ketebalan (gambut). Dimana parameter bahaya banjir dan TBE merupakan parameter yang digunakan sebagai pengganti dari parameter tekstur dan lereng. Penggunaan parameter pengganti untuk tekstur dan lereng ditujukan untuk meningkatkan kemudahan bagi pengguna sistem dalam menyediakan data yang diperlukan untuk proses pengambilan kesimpulan. Pada penentuan kesesuaian lahan untuk tanah gambut juga digunakan 1 parameter non-fuzzy, yaitu tinggi air tanah. Sedangkan pada kelompok data untuk menentukan kesesuaian terhadap jenis tanaman pangan terdapat 1 parameter non-fuzzy, yaitu curah hujan. Fuzzifikasi pada pembuatan sistem pakar penentuan kesesuaian lahan untuk tanaman pangan ini dapat menggunakan fungsi TRAPMF dan GAUSSMF. Fungsi keanggotaan trapesium atau Trapesoid Membership Function (TRAPMF) mempunyai empat parameter a, b, c, dan d untuk menentukan nilai x, sedangkan fungsi keanggotaan gauss atau Gauss Membership Function (GAUSSMF) mempunyai dua parameter, yaitu k dan γ. Berikut ini adalah rumus untuk fungsi trapesium atau TRAPMF :

18 86 0; x < a (x-a)/(b-a); a x < b f (x; a, b, c, d) = 1; b x < c (d-x)/(d-c); c x < d 0 x d Sedangkan rumus untuk fungsi trapesium atau GAUSSMF adalah sebagai berikut : G(x; k, γ ) = e -k (γ x) 2 1. Fuzzifikasi suhu Fuzzifikasi suhu dibuat dalam lima himpunan fuzzy, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi. Representasi himpunan fuzzy suhu menggunakan fungsi trapesium menghasilkan kurva seperti terlihat pada Gambar 39. Gambar 39. Fuzzifikasi suhu Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter suhu dengan TRAPMF adalah : 1; 1 x < 7 μ SUHU-SR (x): f(x; 1, 7, 11) = (11-x)/4; 7 x < 11 0; x 11 0; x < 10 μ SUHU-R (x): f(x; 10, 13, 16, 20) = (x-10)/3; 10 x < 13 1; 13 x < 16 (20-x)/4; 16 x < 20 0; x 20

19 87 0; x < 19 μ SUHU-S (x): f(x; 19, 22, 25, 29) = (x-19)/3; 19 x < 22 1; 22 x < 25 (29-x)/4; 25 x < 29 0; x 29 0; x < 28 μ SUHU-T (x): f(x; 28, 31, 34, 38) = (x-28)/3; 28 x < 31 1; 31 x < 34 (38-x)/4; 34 x < 38 0; x 38 (x-37)/3; 37 x < 40 μ SUHU-ST (x): f(x; 37, 40, 47) = 1; 40 x < 47 0; x 47 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy parameter suhu dengan menggunakan fungsi gauss (Gaussmf) dituliskan sebagai berikut : μ SUHU-SR (x): f(x; 10, 6) = e μ SUHU-R (x): f(x; 10, 15) = e μ SUHU-S (x): f(x; 10, 24) = e μ SUHU-T (x): f(x; 10, 33) = e μ SUHU-ST (x): f(x; 10, 42) = e -10 (6 x) 2 10 (15 x) 2-10 (24 x) 2-10 (33 x) 2-10 (42 x) 2 2. Fuzzifikasi kedalaman efektif Fuzzifikasi kedalaman efektif dibuat dalam empat himpunan fuzzy, yaitu sangat dangkal, dangkal, sedang, dan dalam. Representasi himpunan fuzzy menggunakan fungsi trapesium (TRAPMF) seperti terlihat pada Gambar 40. Gambar 40. Fuzzifikasi kedalaman efektif

20 88 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter kedalaman efektif dengan TRAPMF adalah sebagai berikut : 1; 0 x < 18 μ KDLMANEFEKTIF-SD (x): f(x; 0, 18, 28) = (28-x)/10; 18 x < 28 0; x 28 0; x < 25 μ KDLAMANEFEKTIF-D (x): f(x; 25, 35, 43, 53) = (x-25)/10; 25 x < 35 1; 35 x < 43 (53-x)/10; 43 x < 53 0; x 53 0; x < 50 μ KDLMANEFEKTIF-S (x): f(x; 50, 60, 68, 78) = (x-50)/10 ; 50 x < 60 1; 60 x < 68 (78-x)/10 ; 68 x < 78 0 ; x 78 (x-75)/45; 75 x < 120 μ KDLMANEFEKTIF-DLM (x): f(x; 75, 120, 200) = 1; 120 x < 200 0; x 200 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter kedalaman efektif dengan menggunakan fungsi GAUSSMF adalah sebagai berikut : μ KEDALAMANEFEKTIF-SGTDGKL (x): f(x; 28, 14) = e μ KEDALAMANEFEKTIF-DGKL (x): f(x; 28, 39) = e μ KEDALAMANEFEKTIF-S (x): f(x; 28, 64) = e -28 (14 x) 2 28 (39 x) 2-28 (64 x) 2 μ KEDALAMANEFEKTIF- DLM (x): f(x; 125, 187.5) = e -125 (187.5 x) 2

21 89 3. Fuzzifikasi bahan kasar Fuzzifikasi bahan kasar dibagi menjadi empat himpunan fuzzy, yaitu sedikit, sedang, banyak, dan sangat banyak. Representasi fuzzy untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter bahan kasar dengan fungsi trapesium (TRAPMF) seperti terlihat pada Gambar 41. Gambar 41. Fuzzifikasi bahan kasar Fungsi keanggotaan untuk himpunan fuzzy pada parameter bahan kasar dengan TRAPMF adalah sebagai berikut : 1; 0 x < 15 μ BAHANKASAR-SDKT (x): f(x; 0, 15, 20) = (20-x) / 5; 15 x < 20 0; x 20 0; x < 15 μ BAHANKASAR-SDG (x): f(x; 15, 30, 40, 55) = (x-15)/15; 15 x < 30 1; 30 x < 40 (55-x)/15; 40 x < 55 0; x 55 0; x < 50 μ BAHANKASAR-B (x): f(x; 50, 55, 65, 70) = (x-50)/ 5; 50 x < 55 1; 55 x < 65 (70-x)/5; 65 x < 70 0; x 70 (x-65)/5; 65 x < 70 μ BAHANKASAR-SB (x): f(x; 65, 70, 85) = 1; 70 x < 85 0; x 85 Fungsi keanggotaan untuk himpunan fuzzy pada parameter bahan kasar dengan menggunakan funsi GAUSSMF adalah sebagai berikut :

22 90 μ BAHANKASAR--SDKT (x): f(x; 20, 10) = e μ BAHANKASAR--SDG (x): f(x; 40, 35) = e μ BAHANKASAR--B (x): f(x; 20, 60) = e μ BAHANKASAR--SB (x): f(x; 20, 75) = e -20 (10 x) 2 40 (35 x) 2-20 (60 x) 2-20 (75 x) 2 4. Fuzzifikasi ph Fuzzifikasi ph dibagi menjadi dua himpunan fuzzy, yaitu rendah dan sedang. Representasi himpunan fuzzy ph dengan menggunakan fungsi keanggotaan trapesium (TRAPMF) terlihat pada Gambar 42. Gambar 42. Fuzzifikasi ph Fungsi keanggotaan untuk parameter ph menggunakan fungsi trapesium adalah sebagai berikut : 1; 0 x < 5 μph -R (x): f(x; 2, 5, 6) = (x-5); 5 x < 6 0; x 6 (x-5); 5 x < 6 μph -S (x): f(x; 5, 6, 9) = 1; 6 x < 9 0; x 9 Fungsi keanggotaan untuk parameter ph menggunakan fungsi GAUSSMF adalah sebagai berikut: μ PH--R (x): f(x; 4, 4) = e μ PH--S (x): f(x; 4, 7) = e -4 (4 x) 2 4 (7 x) 2 5. Fuzzifikasi kejenuhan basa Fuzzifikasi untuk parameter kejenuhan basa dibagi menjadi tiga himpunan fuzzy, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Representasi masing-masing himpunan fuzzy kejenuhan basa dengan menggunakan fungsi keanggotaan trapesium (TRAPMF) terlihat pada Gambar 43.

23 91 Gambar 43. Fuzzifikasi kejenuhan basa Fungsi keanggotaan untuk kejenuhan basa dengan menggunakan fungsi keanggotaan trapesium (TRAPMF) dituliskan sebagai berikut : 1; 1 x < 26 μ KBASA-R (x): f(x; 1, 26, 39) = (39-x)/13; 26 x < 39 0; x 39 0; x < 36 μ KBASA-S (x): f(x; 36, 43, 51, 58) = (x-36)/7; 36 x < 43 1; 43 x < 51 (58-x)/7; 51 x < 58 0; x 58 (x-55)/10; 55 x < 70 μ KBASA-T (x): f(x; 55, 70, 100) = 1; 70 x < 100 0; 100 x Fungsi keanggotaan untuk kejenuhan basa dengan menggunakan fungsi keanggotaan gauss (GAUSSMF) dituliskan sebagai berikut : μ KEJENUHANBASA--R (x): f(x; 38, 20) = e μ KEJENUHANBASA--S (x): f(x; 22, 47) = e μ KEJENUHANBASA--T (x): f(x; 45, 77.5) = e -38 (20 x) 2 22 (47 x) 2-45 (77.5 x) 2 6. Fuzzifikasi KTK Fuzzifikasi KTK dibagi menjadi empat himpunan fuzzy, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, dan sangat tinggi. Representasi himpunan fuzzy untuk parameter KTK menggunakan fungsi trapesium (TRAPMF) terlihat pada Gambar 44.

24 92 Gambar 44. Fuzzifikasi KTK Fungsi keanggotaan untuk himpunan fuzzy KTK menggunakan fungsi trapesium (TRAPMF) adalah sebagai berikut : 1; 3 x < 9 μ KTK-SR (x): f(x; 3, 9, 12) = (12-x)/3; 9 x < 12 0; x 12 0; x < 11 μ KTK-R (x): f(x; 11, 14, 17, 21) = (x-11)/3; 11 x < 14 1; 14 x < 17 (21-x)/4; 17 x < 21 0; x 21 0; x < 20 μ KTK-S (x): f(x; 20, 23, 26, 30) = (x-20)/3; 20 x < 23 1; 23 x < 26 (30-x)/4; 26 x < 30 0; x 30 (x-29)/3; 29 x < 32 μ KTK-ST (x): f(x; 29, 32, 39) = 1; 32 x < 39 0; x 39 Fungsi keanggotaan untuk himpunan fuzzy KTK menggunakan fungsi gauss (GAUSSMF) adalah sebagai berikut : μ KTK--SR (x): f(x; 9, 7.5) = e μ KTK--R (x): f(x; 10, 16) = e μ KTK--S (x): f(x; 10, 25) = e μ KTK-- T (x): f(x; 10, 34) = e -9 (7.5 x) 2 10 (16 x) 2-10 (2.5 x) 2-10 (34 x) 2

25 93 7. Fuzzifikasi C-Organik Fuzzifikasi C-Organik dibagi menjadi tiga himpunan fuzzy, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Representasi himpunan fuzzy untuk parameter C-Organik dengan menggunakan fungsi trapesium (TRAPMF) terlihat pada Gambar 45. Gambar 45. Fuzzifikasi C-Organik Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy parameter C-Organik dengan menggunakan fungsi trapesium (TRAPMF) dituliskan sebagai berikut : 1; 0 x < 0.8 μ CORGANIK-R (x): f(x; 0, 0.8, 1.2) = (1.2-x)/0.4; 0.8 x < 1.2 0; x 1.2 0; x < 1 μ CORGANIK-S (x): f(x; 1, 1.4, 1.8, 2.2) = (x-1)/0.4; 1 x < 1.4 1; 1.4 x < 1.8 (2.2-x)/0.4; 1.8 x < 2.2 0; x 2.2 (x-2)/0.5 ; 2 x < 2.5 μ CORGANIK-T (x): f(x; 2, 2.5, 3.5) = 1; 2.5 x < 3.5 0; x 3.5 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy parameter C-Organik dengan menggunakan fungsi gauss (GAUSSMF) dituliskan sebagai berikut : μ CORGANIK---R (x): f(x; 1.2, 0.6) = e μ CORGANIK--S (x): f(x; 1.2, 1.6) = e μ CORGANIK--T (x): f(x; 1.5, 2.75) = e -1.2 (0.6 x) (1.6 x) (2.75 x) 2

26 94 8. Fuzzifikasi salinitas Fuzzifikasi parameter salinitas dibagi manjadi tiga himpunan fuzzy, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Representasi masing-masing himpunan fuzzy untuk parameter salinitas dengan menggunakan fungsi trapesium (TRAPMF) terlihat pada Gambar 46. Gambar 46. Fuzzifikasi salinitas Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy parameter salinitas dengan menggunakan fungsi trapesium (TRAPMF) dituliskan sebagai berikut : 1; 0 x < 3 μ SALINITAS-R (x): f(x; 0, 3, 4) = (4-x); 3 x < 4 0; x 4 0; x < 3 μ SALINITAS-S (x): f(x; 3, 4, 6, 7) = (x-3); 3 x < 4 1; 4 x < 6 (7-x); 6 x < 7 0; x 7 (x-6); 6 x < 7 μ SALINITAS-T (x): f(x; 6, 7, 10) = 1; 7 x < 10 0 ; x 10 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy parameter salinitas dengan menggunakan fungsi gauss (GAUSSMF) dituliskan sebagai berikut : μ SALINITAS---R (x): f(x; 4, 2) = e μ SALINITAS---S (x): f(x; 4, 5) = e μ SALINITAS---T (x): f(x; 4, 8) = e -4 (2 x) 2 4 (5 x) 2 4 (8 x) 2

27 95 9. Fuzzifikasi sodisitas Fuzzifikasi parameter sodisitas dibagi manjadi tiga himpunan fuzzy, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Representasi masing-masing himpunan fuzzy untuk parameter sodisitas dengan menggunakan fungsi trapesium (TRAPMF) terlihat pada Gambar 47. Gambar 47. Fuzzifikasi sodisitas Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy parameter sodisitas dengan menggunakan fungsi trapesium (TRAPMF) dituliskan sebagai berikut : 1; 0 x < 10 μ SODISITAS-R (x): f(x; 0, 10, 15) = (15-x)/5 ; 10 x < 15 0 ; x 15 0; x < 12 μ SODISITAS-S (x): f(x; 12, 17, 22, 27) = (x-12)/5; 12 x < 17 1; 17 x < 22 (27-x)/5; 22 x < 27 0; x 27 (x-25)/7 ; 25 x < 32 μ SODISITAS-T (x): f(x; 25, 32, 45) = 1; 32 x < 45 0 ; x 45 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy parameter sodisitas dengan menggunakan fungsi gauss (GAUSSMF) dituliskan sebagai berikut : μ SODISITAS---R (x): f(x; 15, 7.5) = e μ SODISITAS---S (x): f(x; 15, 19.5) = e μ SODISITAS---T (x): f(x; 20, 35) = e -15 (7.5 x) 2 15 (19.5 x) 2 20 (35 x) 2

28 Fuzzifikasi kedalaman sulfidik Fuzzifikasi parameter kedalaman sulfidik dibagi manjadi tiga himpunan fuzzy, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Representasi masing-masing himpunan fuzzy untuk parameter kedalaman sulfidik dengan menggunakan fungsi trapesium (TRAPMF) terlihat pada Gambar 48. Gambar 48. Fuzzifikasi kedalaman sulfidik Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy parameter kedalaman sulfidik dengan menggunakan fungsi trapesium (TRAPMF) dituliskan sebagai berikut : 1; 30 x < 40 μ KDLMANSULFIDIK-R (x): f(x; 1, 40, 60) = (60-x)/20 ; 40 x < 60 0 ; x 60 0 ; x < 50 μ KDLMANSULFIDIK-S (x): f(x; 50, 70, 90, 110) = (x-50)/20; 50 x < 70 1; 70 x < 90 (110-x)/20 ; 90 x < ; x 110 (x-100)/30 ; 100 x < 130 μ KDLMANSULFIDIK-T (x): f(x; 100, 130, 200) = 1; 130 x < ; x 200 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy parameter kedalaman sulfidik dengan menggunakan fungsi gauss (GAUSSMF) dituliskan sebagai berikut : μ KEDALAMANSULFIDIK---R (x): f(x; 59, 30.5) = e μ KEDALAMANSULFIDIK ---S (x): f(x; 60, 80) = e μ KEDALAMANSULFIDIK ---T (x): f(x; 100, 150) = e -59 (30.5 x) 2 60 (80 x) (150 x) 2

29 Fuzzifikasi tekstur Fuzzifikasi tekstur dibuat dalam enam himpunan fuzzy, yaitu sangat halus, agak halus, halus, sedang, agak kasar, dan kasar. Representasi himpunan fuzzy tekstur menggunakan fungsi trapesium menghasilkan kurva seperti terlihat pada Gambar 49. Gambar 49. Fuzzifikasi tekstur Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter tekstur dengan TRAPMF adalah sebagai berikut : 1; 0 x < 3 μ TEKSTUR-SH (x): f(x; 0, 3, 4) = (4-x) ; 3 x < 4 0 ; x 4 0 ; x < 3 μ TEKSTUR-AH (x): f(x; 3, 4, 6, 7) = (x-3) ; 3 x < 4 1; 4 x < 6 (7-x) ; 6 x < 7 0 ; x 7 0 ; x < 6 μ TEKSTUR-H (x): f(x; 6, 7, 9, 10) = (x-6) ; 6 x < 7 1; 7 x < 9 (10-x); 9 x < 10 0; x 10 0; x < 9 μ TEKSTUR-S (x): f(x; 9, 10, 12, 13) = (x-9); 9 x < 10 1; 10 x < 12 (13-x); 12 x < 13 0; x 13

30 98 0; x < 12 μ TEKSTUR-AK (x): f(x; 12, 13, 15, 16) = (x-12); 12 x < 13 1; 13 x < 15 (16-x); 15 x < 16 0; x 16 (x-15); 15 x < 16 μ TEKSTUR-K (x): f(x; 15, 16, 19) = 1; 16 x < 19 0; x 19 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter tekstur dengan GAUSSMF adalah sebagai berikut : μ TEKSTUR--SH (x): f(x; 2, 2) = e μ TEKSTUR --AH (x): f(x; 2, 5) = e μ TEKSTUR --H (x): f(x; 2, 8) = e μ TEKSTUR --S (x): f(x; 2, 11) = e μ TEKSTUR --AK (x): f(x; 2, 14) = e μ TEKSTUR --K (x): f(x; 2, 17) = e -2 (2 x) 2 2 (5 x) 2-2 (8 x) 2-2 (11 x) 2-2 (14 x) 2-2 (17 x) Fuzzifikasi drainase Fuzzifikasi drainase dibuat dalam enam himpunan fuzzy, yaitu terhambat, agak terhambat, agak baik, baik, agak cepat, dan cepat. Representasi himpunan fuzzy drainase menggunakan fungsi trapesium menghasilkan kurva seperti terlihat pada Gambar 50. Gambar 50. Fuzzifikasi drainase Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter drainase dengan TRAPMF adalah :

31 99 1; 0 x < 3 μ DRAINASE-T (x): f(x; 0, 3, 4) = (4-x) ; 3 x < 4 0 ; x 4 0 ; x < 3 μ DRAINASE-AT (x): f(x; 3, 4, 6, 7) = (x-3) ; 3 x < 4 1; 4 x < 6 (7-x) ; 6 x < 7 0 ; x 7 0 ; x < 6 μ DRAINASE-AB (x): f(x; 6, 7, 9, 10) = (x-6) ; 6 x < 7 1; 7 x < 9 (10-x); 9 x < 10 0; x 10 0; x < 9 μ DRAINASE-B (x): f(x; 9, 10, 12, 13) = (x-9); 9 x < 10 1; 10 x < 12 (13-x); 12 x < 13 0; x 13 0; x < 12 μ DRAINASE-AC (x): f(x; 12, 13, 15, 16) = (x-12); 12 x < 13 1; 13 x < 15 (16-x); 15 x < 16 0; x 16 (x-15); 15 x < 16 μ DRAINASE-C (x): f(x; 15, 16, 19) = 1; 16 x < 19 0; x 19 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter drainase dengan GAUSSMF adalah : μ DRAINASE--T (x): f(x; 2, 2) = e μ DRAINASE --AT (x): f(x; 2, 5) = e -2 (2 x) 2 (5 x) 2

32 100 μ DRAINASE --AB (x): f(x; 2, 8) = e μ DRAINASE ---B (x): f(x; 2, 11) = e μ DRAINASE --AC(x): f(x; 2, 14) = e μ DRAINASE --C (x): f(x; 2, 17) = e -2 (8 x) 2-2 (11 x) 2-2 (14 x) 2-2 (17 x) Fuzzifikasi ketebalan (gambut) Fuzzifikasi ketebalan (gambut) dibuat dalam lima himpunan fuzzy, yaitu sangat tipis, sedang, agak tebal, tebal, dan sangat tebal. Representasi himpunan fuzzy ketebalan (gambut) menggunakan fungsi trapesium menghasilkan kurva seperti terlihat pada Gambar 51. Gambar 51. Fuzzifikasi ketebalan (gambut) Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter ketebalan (gambut) dengan TRAPMF adalah : 1; 1 x < 40 μ KETEBALAN TIPIS (x): f(x; 1, 40, 60) = (60-x)/20 ; 40 x < 60 0 ; x 60 0 ; x < 55 μ KETEBALAN SEDANG (x): f(x; 55, 70, 90, 105) = (x-55)/15 ; 55 x < 70 1; 70 x < 90 (105-x)/15 ; 90 x < ; x ; x < 95 μ KETEBALAN AGKTEBAL (x): f(x; 95, 150, 170, 225) = (x-195)/55 ; 95 x < 150 1; 150 x < 170 (225-x)/55; 170 x < 225 0; x 225

33 101 0; x < 200 μ KETEBALAN TEBAL (x): f(x; 200, 275, 330, 440) = (x-200)/75; 200 x < 280 1; 280 x < 360 (440-x)/110; 360 x < 440 0; x 440 (x-400)/85; 400 x < 485 μ KETEBALAN SGTTEBAL (x): f(x; 400, 485, 660) = 1; 485 x < 660 0; x 660 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter ketebalan (gambut) dengan GAUSSMF adalah : μ KETEBALAN TIPIS (x): f(x; 59, 30.5) = e μ KETEBALAN SEDANG (x): f(x; 50, 80) = e μ KETEBALAN AGKTEBAL (x): f(x; 130, 160) = e μ KETEBALAN TEBAL (x): f(x; 240, 320) = e μ KETEBALAN SGTTEBAL (x): f(x; 260, 530) = e -59 (30.5 x) 2 50 (80 x) (160 x) (320 x) (530 x) Fuzzifikasi kematangan (gambut) Fuzzifikasi kematangan (gambut) dibuat dalam tiga himpunan fuzzy, yaitu sangat saprik, hemik, fibrik. Representasi himpunan fuzzy kematangan (gambut) menggunakan fungsi trapesium menghasilkan kurva seperti terlihat pada Gambar 52. Gambar 52. Fuzzifikasi kematangan (gambut) Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter kematangan (gambut) dengan TRAPMF adalah :

34 102 1; 0 x < 3 μ KEMATANGAN-SAPRIK (x): f(x; 0, 3, 4) = (4-x) ; 3 x < 4 0 ; x 4 0 ; x < 3 μ KEMATANGAN-HEMIK (x): f(x; 3, 4, 6, 7) = (x-3) ; 3 x < 4 1; 4 x < 6 (7-x) ; 6 x < 7 0 ; x 7 (x-6) ; 6 x < 7 μ KEMATANGAN-FIBRIK (x): f(x; 6, 7, 10) = 1; 7 x < 10 0; x 10 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter kematangan (gambut) dengan fungsi GAUSSMF adalah : μ KEMATANGAN SAPRIK (x): f(x; 2, 2) = e μ KEMATANGAN HEMIK (x): f(x; 2, 5) = e μ KEMATANGAN FIBRIK (x): f(x; 2, 8) = e -2 (2 x) 2 2 (5 x) 2-2 (8 x) Fuzzifikasi Lereng Fuzzifikasi lereng dibuat dalam empat himpunan fuzzy, yaitu sangat datar, datar, agak curam, dan curam. Representasi himpunan fuzzy lereng menggunakan fungsi trapesium menghasilkan kurva seperti terlihat pada Gambar 53. Gambar 53. Fuzzifikasi lereng Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter lereng dengan TRAPMF adalah :

35 103 1; 0 x < 3 μ LERENG-SD (x): f(x; 0, 3, 4) = (4-x) ; 3 x < 4 0 ; x 4 0 ; x < 3 μ LERENG-D (x): f(x; 3, 4, 6, 7) = (x-3) ; 3 x < 4 1; 4 x < 6 (7-x) ; 6 x < 7 0 ; x 7 0 ; x < 6 μ LERENG-AC (x): f(x; 6, 7, 9, 10) = (x-6) ; 6 x < 7 1; 7 x < 9 (10-x); 9 x < 10 0; x 10 0; x < 6 μ LERENG-C (x): f(x; 9, 10, 13) = (x-9); 6 x < 7 1; 7 x < 8 (13-x); 8 x < 9 0; x 9 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter lereng dengan GAUSSMF adalah : μ LERENG SGTDATAR (x): f(x; 2, 2) = e μ LERENG DATAR (x): f(x; 2, 5) = e μ LERENG AGKCURAM (x): f(x; 2, 8) = e μ LERENG CURAM (x): f(x; 2, 11) = e -2 (2 x) 2 2 (5 x) 2-2 (8 x) 2-2 (11 x) Fuzzifikasi Bahaya Banjir Fuzzifikasi lereng dibuat dalam lima himpunan fuzzy, yaitu tanpa (F0), ringan (F1), sedang (F2), agak berat (F3), dan berat (F4). Representasi himpunan fuzzy bahaya banjir menggunakan fungsi trapesium menghasilkan kurva seperti terlihat pada Gambar 54.

36 104 Gambar 54. Fuzzifikasi bahaya banjir Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter bahaya banjir dengan TRAPMF adalah : 1; 0 x < 3 μ BHYBANJIR-F0 (x): f(x; 0, 3, 4) = (4-x) ; 3 x < 4 0 ; x 4 0 ; x < 3 μ BHYBANJIR-F1 (x): f(x; 3, 4, 6, 7) = (x-3) ; 3 x < 4 1; 4 x < 6 (7-x) ; 6 x < 7 0 ; x 7 0 ; x < 6 μ BHYBANJIR-F2 (x): f(x; 6, 7, 9, 10) = (x-6) ; 6 x < 7 1; 7 x < 9 (10-x); 9 x < 10 0; x 10 0; x < 9 μ BHYBANJIR-F3 (x): f(x; 9, 10, 12, 13) = (x-9); 9 x < 10 1; 10 x < 12 (13-x); 12 x < 13 0; x 13 (x-12); 12 x < 13 μ BHYBANJIR-F4 (x): f(x; 12, 13, 16) = 1; 13 x < 16 0; x 16

37 105 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter bahaya banjir dengan GAUSSMF adalah : μ BHYBANJIR F0 (x): f(x; 2, 2) = e μ BHYBANJIR F1 (x): f(x; 2, 5) = e μ BHYBANJIR F2 (x): f(x; 2, 8) = e μ BHYBANJIR F3 (x): f(x; 2, 11) = e μ BHYBANJIR F4 (x): f(x; 2, 14) = e -2 (2 x) 2 2 (5 x) 2-2 (8 x) 2-2 (11 x) 2-2 (14 x) Fuzzifikasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Fuzzifikasi TBE dibuat dalam lima himpunan fuzzy, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, berat, sangat berat. Representasi himpunan fuzzy TBE menggunakan fungsi trapesium menghasilkan kurva seperti terlihat pada Gambar 55. Gambar 55. Fuzzifikasi TBE Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter TBE dengan TRAPMF adalah : 1; 0 x < 3 μ TBE-SR (x): f(x; 0, 3, 4) = (4-x) ; 3 x < 4 0 ; x 4 0 ; x < 3 μ TBE-R (x): f(x; 3, 4, 6, 7) = (x-3) ; 3 x < 4 1; 4 x < 6 (7-x) ; 6 x < 7 0 ; x 7

38 106 0 ; x < 6 μ TBE-S (x): f(x; 6, 7, 9, 10) = (x-6) ; 6 x < 7 1; 7 x < 9 (10-x); 9 x < 10 0; x 10 0; x < 9 μ TBE-B (x): f(x; 9, 10, 12, 13) = (x-9); 9 x < 10 1; 10 x < 12 (13-x); 12 x < 13 0; x 13 (x-12); 12 x < 13 μ TBE-SB (x): f(x; 12, 13, 16) = 1; 13 x < 16 0; x 16 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy pada parameter TBE dengan menggunakan GAUSSMF adalah : μ TBE SR (x): f(x; 2, 2) = e μ TBE R (x): f(x; 2, 5) = e μ TBE S (x): f(x; 2, 8) = e μ TBE B (x): f(x; 2, 11) = e μ TBE SB (x): f(x; 2, 14) = e -2 (2 x) 2 2 (5 x) 2-2 (8 x) 2-2 (11 x) 2-2 (14 x) 2 Kesesuaian lahan bagi penggunaan tanaman pangan akan menjadi input bagi penentuan jenis tanaman pangan yang sesuai. Kesesuaian lahan bagi penggunaan tanaman pangan dibagi menjadi tiga himpunan fuzzy, yaitu sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai. Representasi kesesuaian lahan bagi penggunaan tanaman pangan dengan menggunakan fungsi trapesium (TRAPMF) terlihat pada Gambar 56.

39 107 Gambar 56. Representasi fungsi keanggotaan untuk variabel kesesuaian lahan Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy kesesuaian lahan terhadap penggunaan tanaman pangan dengan TRAPMF adalah : 1; 0 x < 3 μ KESESUAIANLAHAN-SESUAI (x): f(x; 0, 3, 4) = (4-x) ; 3 x < 4 0 ; x 4 0 ; x < 3 μ KESESUAIANLAHAN-KRGSESUAI (x): f(x; 3, 4, 6, 7) = (x-3) ; 3 x < 4 1; 4 x < 6 (7-x) ; 6 x < 7 0 ; x 7 (x-6) ; 6 x < 7 μ KESESUAIANLAHAN-TDKSESUAI (x): f(x; 6, 7, 10) = 1; 7 x < 10 0; x 10 Fungsi keanggotaan untuk masing-masing himpunan fuzzy kesesuaian lahan terhadap penggunaan tanaman pangan dengan menggunakan GAUSSMF adalah : μ KESESUAIANLAHAN SESUAI (x): f(x; 2, 2) = e μ KESESUAIANLAHAN KRGSESUAI (x): f(x; 2, 5) = e μ KESESUAIANLAHAN TDKSESUAI (x): f(x; 2, 8) = e -2 (2 x) 2 2 (5 x) 2-2 (8 x) Parameter Penentuan Jenis Tanaman Pangan Yang Sesuai Hasil kesesuaian lahan untuk penggunaan tanaman pangan digunakan sebagai input bagi proses penentuan jenis tanaman pangan yang sesuai. Selain menggunakan kesesuaian lahan yang

40 108 didapat dari proses pengolahan data sebelumnya, juga akan digunakan data curah hujan sebagai parameter dalam menentukan jenis tanaman pangan yang sesuai. Data curah hujan yang diperlukan adalah rata-rata curah hujan (dalam milimeter) / tahun. Data ini dapat diperoleh melalui stasiun pengamatan curah hujan terdekat dengan daerah dimana lahan tersebut berada. Curah hujan dinyatakan dalam lima kelompok, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Metode yang digunakan untuk menentukan jenis tanaman pangan yang sesuai adalah metode pencocokkan antara curah hujan dan kesesuaian lahan. Tabel 9 menunjukkan nilai curah hujan untuk masing-masing kelompok. Tabel 9. Nilai curah hujan Parameter / Variabel Kelompok Nilai Curah Hujan (mm/tahun) Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Proses Penarikan Kesimpulan Proses penarikan kesimpulan pada aplikasi sistem pakar penentuan kesesuaian lahan ini merupakan proses penarikan kesimpulan fuzzy. Proses penarikan kesimpulan fuzzy merupakan serangkaian proses yang akan melakukan mapping terhadap masukan dari pengguna menjadi keluaran tertentu dengan menggunakan teori tentang himpunan fuzzy. Dalam proses penentuan kesesuaian lahan terhadap tanaman pangan berdasarkan faktor penghambat terbesar, akan digunakan 17 parameter penentu kesesuaian lahan bagi penggunaan tanaman pangan dan 1 parameter penentu jenis tanaman pangan yang sesuai. Proses inferensi atau penarikan kesimpulan yang digunakan adalah metode Mamdani. Menurut Negnevitsky (2002) langkah-langkah proses inferensi dengan metode Mamdani adalah sebagai berikut : 1. Fuzzifikasi variabel input. Nilai dari masing-masing variabel input yang dimasukkan oleh pengguna akan diterima oleh sistem dan dihitung nilai keanggotaannya sesuai dengan fungsi keanggotaan yang

41 109 digunakan. Apabila aturan yang digunakan terdiri dari beberapa variabel, maka dapat digunakan operator fuzzy untuk menghubungkan masing-masing variabel. Operator fuzzy yang digunakan untuk menghubungkan variabel-variabel yang diperlukan dalam menentukan kesesuaian lahan adalah operator AND dan OR. 2. Evaluasi aturan-aturan fuzzy Evaluasi aturan-aturan fuzzy dilakukan untuk menghitung nilai keanggotaan setiap antacendent pada setiap aturan sehingga dapat diperoleh nilai consequent. 3. Agregasi keluaran dari aturan. Agregasi dilakukan untuk menggabungkan nilai-nilai consequent yang diperoleh dari hasil evaluasi aturan menjadi satu keluaran gugus fuzzy. 4. Defuzzifikasi Defuzzifikasi dilakukan untuk mengubah keluaran gugus fuzzy menjadi astu nilai tunggal (crisp). Pengubahan nilai gugus fuzzy menjadi nilai tunggal dilakukan dengan menerapkan suatu metode tertentu. Metode yang digunakan untuk proses defuzzifikasi pada sistem pakar penentuan kesesuaian lahan ini adalah metode centroid (composite moment). Pada penelitian tentang pembuatan sistem pakar penentuan kesesuaian lahan untuk tanaman pangan, kesimpulan berupa kesesuaian lahan terhadap penggunaan tanaman pangan diperoleh berdasarkan masukan dari pengguna sistem tentang data aktual dari 18 parameter yang digunakan. Diantara delapan belas parameter yang ada, terdapat dua parameter complementary, yang hanya akan digunakan untuk menggantikan nilai dari parameter yang sebenarnya. Kedelapan belas parameter yang digunakan untuk menghasilkan kesimpulan berupa kesesuaian lahan terhadap penggunaan tanaman pangan adalah suhu, kedalaman efektif, bahan kasar, kedalaman sulfidik, KTK, C-Organik, ph, kejenuhan basa, salinitas, sodisitas, ketebalan (gambut), kematangan (gambut), tekstur, lereng, drainase, dengan dua parameter complementary berupa TBE dan bahaya banjir. Parameter TBE akan berfungsi untuk menggantikan parameter lereng, sedangkan bahaya banjir akan digunakan untuk menggantikan parameter tekstur dan drainase.

42 110 Hasil kesesuaian lahan untuk tanaman pangan ditambah dengan data aktual tentang curah hujan digunakan untuk menentukan jenis tanaman yang sesuai. Berdasarkan jenis tanaman yang sesuai ini yang akan dicocokkan dengan jenis tanaman pangan yang diinginkan oleh pengguna. Pendekatan proses penalaran untuk pengambilan kesimpulan dilakukan secara heuristik berdasarkan kaidah kepakaran. Oleh karena itu dalam penelitian ini proses pengambilan kesimpulan dapat disimulasikan menggunakan pendekatan logika fuzzy. Penggunaan metode logika fuzzy dalam penelitian ini didasari oleh penilaian bahwa metode ini dapat mendekati konsep ketidak pastian yang sering kali ditemui dalam kaidah kepakaran. Kaidah kepakaran dalam penelitian ini dituliskan dalam bentuk aturan-aturan yang dikelompokkan dalam dua kelompok aturan, yaitu kelompok pertama berisi aturan untuk menentukan kesesuaian lahan terhadap penggunaan tanaman pangan, dan kelompok kedua berisi aturan untuk menentukan jenis tanaman yang sesuai. Aturan yang digunakan dalam penelitian ini dituliskan dalam bentuk IF-THEN. Aturan-aturan inilah yang akan direpresentasikan dalam bentuk basis pengetahuan yang akan digunakan sebagai dasar dalam proses penarikan kesimpulan. Bagian yang mengikuti IF merupakan bagian antacendent, sedangkan bagian yang mengikuti THEN merupakan bagian consequent. Aturan yang berada pada basis pengetahuan sistem pakar yang dikembangkan terdiri dari beberapa antacendent yang digabungkan dengan menggunakan operator AND dan OR. Sehingga bentuk representasi pengetahuan dalam basis pengetahuan dapat dituliskan menjadi IF A1 is X AND A2 is Y THEN A3 is Z atau IF A1 is X OR A2 is Y THEN A3 is Z Proses Output (Keluaran) Pada metode Mamdani, proses output merupakan proses berikutnya setelah proses penarikan kesimpulan. Proses output ini ditandai dengan dilakukannya tahap defuzzifikasi, untuk menghasilkan satu nilai crisp dari beberapa output fuzzy hasil evaluasi aturan pada basis pengetahuan. Metode defuzzifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode centroid (composite moment). Pada metode centroid, nilai crisp yang dihasilkan merupakan nilai pusat daerah fuzzy. Rumus umum untuk metode centroid ini adalah sebagai berikut :

43 111 z = zμ(z) dz z μ(z) dz z n z j μ(z j ) dz atau z = j =1 n z j μ(z j ) dz j =1 Penggunaan metode centroid dalam penelitian ini didasari oleh adanya dua keuntungan dari penggunaan metode ini, yaitu bahwa nilai defuzzy akan bergerak secara halus sehingga perubahan dari suatu topologi himpunan fuzzy ke topologi berikutnya juga akan berjalan dengan halus. Keuntungan yang kedua adalah kemudahan perhitungan yang ditawarkan oleh metode ini (Kusumadewi, 2002). Hasil defuzzifikasi dari kelompok aturan yang pertama pada basis pengetahuan, berupa nilai kesesuaian lahan terhadap penggunaan tanaman pangan akan menjadi input pada proses penentuan jenis tanaman yang sesuai. Berdasarkan jenis tanaman yang sesuai inilah sistem akan menentukan cocok atau tidaknya antara sifat lahan yang dimiliki pengguna dengan jenis tanaman yang diinginkan. Bila hasil kesesuaian lahan menunjukkan bahwa lahan tersebut tidak sesuai atau kurang sesuai untuk penggunaan tanaman pangan, maka sistem juga akan memberi tahukan kepada pengguna jenis faktor penghambat pada lahan mereka dan juga saran manajerial untuk mengatasi faktor penghambat tersebut. Selain menentukan nilai kesesuaian lahan untuk penggunaan tanaman pangan, sistem pakar ini juga dirancang untuk dapat memberikan saran kepada pengguna tentang kriteria tanah yang sesuai dengan jenis tanaman yang diinginkan pengguna, sekaligus menunjukkan lokasi mana yang sekiranya dapat digunakan untuk penanaman tanaman pangan yang diinginkan oleh pengguna. Sebagai input, pengguna memasukkan jenis tanaman pangan yang diinginkan. Untuk proses pengambilan kesimpulan pada penentuan kriteria tanah yang sesuai ini tidak digunakan metode logika fuzzy, namun cukup dengan metode pencocokkan dengan basis data. Hasil dari proses penentuan kriteria tanah ini adalah kriteria tanah untuk tanaman pangan yang diinginkan pengguna dan lokasi yang dapat digunakan.

44 Rancangan Arsitektur Web Arsitektur web menggambarkan bagaimana web yang berisi aplikasi penentuan kesesuaian lahan ini dapat diakses oleh penggunaanya. Pada perancangan arsitektur web ini juga akan ditentukan mekanisme dimana pengguna dapat mengakses halaman-halaman pada web. Perancangan arsitektur web merupakan salah satu kegiatan dalam fase perancangan. Fase perancangan merupakan salah satu fase dari enam fase yang terdapat pada waterfall life cycle model, metode klasik yang digunakan pada pembangunan aplikasi software. Sistem pakar berbasis web ini dirancang secara terstuktur dalam bentuk menu-menu, yang menjadi template dari web. Setiap menu dapat terdiri dari satu atau lebih halaman, dimana setiap halaman akan saling berhubungan satu sama lain. Hal ini dapat mempermudah pengguna untuk melakukan perpindahan halaman. Untuk mengakses halaman yang diinginkan pada web yang dirancang ini, pengguna dapat mengaksesnya melalui halaman utama dari setiap menu yang ada. Sistem pakar yang dirancang ini merupakan sistem yang berbasis web, sehingga untuk mengaksesnya diperlukan web client dan web server. Pengguna dapat mengakses web sistem pakar penentuan kesesuaian lahan melalui web client pada komputernya masing-masing. Aplikasi sistem pakar sendiri akan diletakkan pada web server. Hubungan antara pengguna melalui web client dengan aplikasi yang terdapat pada web server dapat dilakukan selama pengguna memiliki koneksi internet. Gambar 57 berikut ini menunjukkan arsitektur dari web yang dirancang. Gambar 57. Arsitekstur web yang dirancang Komputer pada sisi pengguna harus mempunyai aplikasi web client seperti Netscape Navigator, Mozilla Firefoz, Opera, Internet Explorer untuk dapat mengakses aplikasi sistem pakar. Pengguna dapat memasukkan uniform resource language (URL) dari aplikasi pada bagian address bar untuk mengakses aplikasi. Selama komputer pengguna memiliki akses internet,

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN Nina Sevani 1, Marimin 2, Heru Sukoco 3 1 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini telah melahirkan tuntutan kehidupan yang semakin

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini telah melahirkan tuntutan kehidupan yang semakin 1 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi yang terjadi saat ini telah melahirkan tuntutan kehidupan yang semakin kompetitif bagi manusia, salah satunya dalam bidang pertanian. Penyusutan luas lahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria

PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria Kelas Kriteria Lahan S2 Unit lahan memiliki lebih dari 4 pembatas ringan, dan/atau memiliki tidak lebih dari 3 pembatas sedang S3 Unit lahan memiliki lebih dari 3 pembatas sedang, dan/atau 1 atau lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi

Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi Kepala BB. Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian Topik bahasan : KONSEP DASAR EVALUASI LAHAN SYARAT TUMBUH CABAI & BAWANG

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN.

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN. Efani, Sistem Pakar Penentu Kesesuaian 165 SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN Efani Desi Dosen Jurusan Sistem

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C) Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C) Bln/Thn 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Total Rataan Jan 25.9 23.3 24.0 24.4 24.7

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN. Gambar 9. Diagram Alir Formulasi Sistem yang Dirancang

IV. PERANCANGAN. Gambar 9. Diagram Alir Formulasi Sistem yang Dirancang IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang Kerangka sistem yang dirancang ini dikembangkan dari kerangka model sistem manajeme ahli yang telah disebutkan pada bagian metodologi. Pada kerangka sistem

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei-Agustus 2015 di 5 unit lahan pertanaman

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Persyaratan penggunaan lahan/ karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata ( C) 25-28 22 25 28 32 Kelas keesuaian lahan S1 S2 S3 N Ketersedian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Data curah hujan (mm) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jan 237 131 163 79 152 162 208

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993) TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci

Gambar 28. Diagram proses pencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan

Gambar 28. Diagram proses pencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan 50 III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Krisis lahan produktif yang sering terjadi saat ini merupakan salah satu dampak yang timbul akibat pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan dalam berbagai

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.2 (2015) 001-004 http://www... Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal Endang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 19982007 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 1998 77 72 117 106 68 30 30 227 58 76 58 63

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014). I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI TOPIC KESESUIAN OF MANUSCRIPT LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2. No.2 (2015) 17-21 http:www... KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI Puspita Handayani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Singkong 1. Karakteristik Tanaman Singkong Singkong atau cassava (Manihot esculenta) pertama kali dikenal di Amerika Selatan yang dikembangkan di Brasil dan Paraguay pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung tepatnya pada koordinat 7 19 20.87-7

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Permintaan informasi mengenai kelas kesesuaian lahan bagi budidaya tanaman semakin meningkat sejalan dengan pembangunan sektor pertanian. Informasi ini sangat berguna bagi para

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.1041 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) Kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika dan Brazil. Di Brazil, tanaman ini tumbuh secara liar di tepi sungai. Klasifikasi dan pengenalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap

Lebih terperinci

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani KESESUAIAN LAHAN Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani Ahmad Tohir 1, Hasnah Wita 1 1 Mahasiswi semester 3 Prodi. Tata Air Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS 2018 TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS Sudarto, Aditya Nugraha Putra & Yosi Andika Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan (PSISDL) 9/4/2018 TUGAS SURVEI TANAH

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga Mei 2017 di Kecamatan Playen yang terletak di Kabupaten Gunungkidul serta Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pasir Pantai Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim relief/topografi,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Persyaratan Penggunaan/Karakteristik Lahan Temperatur (tc) Temperatur ratarata ( 0 C) 1618 14 16 Ketersediaan Air (wa)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia Lampiran 2. Struktur organisasi Kebun Helvetia STRUKTUR ORGANISASI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO) KEBUN HELVETIA WILAYAH HELVETIA MANAGER Kadis

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan, 12 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai Maret 2017. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan, Kecamatan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember sampai bulan April di lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi terdiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa kesesuaian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Profil

Lampiran 1. Deskripsi Profil Lampiran 1. Deskripsi Profil A. Profil pertama Lokasi : Desa Sinaman kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Simbol : P1 Koordinat : 03 0 03 36,4 LU dan 98 0 33 24,3 BT Kemiringan : 5 % Fisiografi :

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2015) 038-042 http://www.perpustakaan politanipyk.ac.id. Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Adeha Suryani1

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan Oleh : Idung Risdiyanto 1. Konsep dan Batasan Evaluasi Lahan dan Zonasi Pertanian 1.1. Pengertian Dasar (dikutip dari Evakuasi Lahan Puslitanak) Dalam

Lebih terperinci

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Ketentuan Praktikum 1. Lembar Kerja Praktikum ini dibuat sebagai panduan bagi mahasiswa untuk praktikum pertemuan ke - 8 2. Mahasiswa akan mendapatkan penjelasan

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan tanaman kopi di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Lahan tanaman kopi di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Kesesuaian Lahan tanaman kopi di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Rafika Yogi1 Mahasiswi semester 6 Prodi. Manajemen Produksi Pertanian, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan, Politeknik Pertanian Negeri

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memberikan penjelasan awal mengenai konsep logika fuzzy beserta pengenalan sistem inferensi fuzzy secara umum. 2.1 LOGIKA FUZZY Konsep mengenai logika fuzzy diawali

Lebih terperinci

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM 1 PRINSIP ESL-KESESUAIAN LAHAN 1. Kesesuaian lahan dinilai berdasarkan macam/jenis penggunaan lahan tertentu. 2. Evaluasi lahan membutuhkan pembandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan masukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian evaluasi kesesuaian lahan ini dilakukan di lahan pasir pantai Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY

Lebih terperinci

Kesesuaian Padi Sawah di Lahan Gambut Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Padi Sawah di Lahan Gambut Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2014) 7-11 http://www.perpustakaan.politanipyk..co.id Kesesuaian Padi Sawah di Lahan Gambut Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Beni Saputra

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika ( 2005:6) survei merupakan suatu metode penelitian

Lebih terperinci

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No. 2 (2015) 038-042 http://www.perpustakaan politanipyk.ac.id. Kesesuaian Lahan Kopi, Sawit, Jagung, Kayu Manis, Kelapa, Tembakau, Kedelai, Kakao

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2015) 020-024 http://www.perpustakaan.politanipyk.ac.id Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh Moratuah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai Maret 2017 di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.) 1. Karakteristik Tanaman Padi Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut kingdom Plantae, division Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) 1. Karakteristik Tanaman Durian Durian (Durio zibethinus Murray) merupakan buah-buahan tropika asli Asia Tenggara, terutama Indonesia. Sumber

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah dan Laboraturium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Lahan pertanian untuk tanaman kering di Kecamatan Doloksanggul memiliki karakteristik dengan ratarata suhu tahunan 22 0 C, dengan ratarata curah hujan tahunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sangat penting dalam kelangsungan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan beras, setiap manusia mempunyai cara-cara

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaab lahan jika

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di beberapa lokasi daerah sebaran duku di Propinsi Jambi, di 8 (delapan) kabupaten yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan sistem yang kompleks. Logika fuzzy memberikan rangka kerja yang kuat dalam memecahkan masalah

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KEDELAI (Glycine max) DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KEDELAI (Glycine max) DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KEDELAI (Glycine max) DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik 6 kelompok tani di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP PERKENALAN SARASWANTI GROUP HEAD OFFICE: AMG Tower Lt.19-21 Jl. Dukuh Menanggal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/vegetasi, bahan induk,

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh KESESUAIAN LAHAN Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Fitriawati Sandri* Mahasiswi semester 6 Prodi. Manajemen Produksi Pertanian, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016 IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016 di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan ekologi. Penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan ekologi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Jepara terdiri dari 16 desa, 8 desa merupakan daerah pantai dan 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70

Lebih terperinci

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah KUALITAS LAHAN SUNARTO ISMUNANDAR Umum Perlu pertimbangan dalam keputusan penggunaan lahan terbaik Perlunya tahu kemampuan dan kesesuaian untuk penggunaan ttt Perlu tahu potensi dan kendala EL : pendugaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Padi Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, curah hujan

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil Pengujian dan Analisis

Bab IV. Hasil Pengujian dan Analisis Bab IV Hasil Pengujian dan Analisis Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian mengenai sistem yang sudah dirancang dan dibuat. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian dengan memberikan inputan yang

Lebih terperinci

JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2. Fuzzifikasi

JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2. Fuzzifikasi JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2 Fuzzifikasi S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 PRAKTIKUM SISTEM CERDAS - REASONING JOBSHEET 2 - FUZZIFIKASI

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN DATA FISIKA DAN KIMIA TANAH UNTUK MENILAI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PEPAYA DIPOLITANI

MEMANFAATKAN DATA FISIKA DAN KIMIA TANAH UNTUK MENILAI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PEPAYA DIPOLITANI KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.2 (2014) 41-44 http://www... MEMANFAATKAN DATA FISIKA DAN KIMIA TANAH UNTUK MENILAI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PEPAYA DIPOLITANI Huriatul Ulfa 1,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian terletak di Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Secara geografis Kecamatan Membalong terletak di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA The Evaluation of Land Suitability Onion (Allium ascalonicum L.) in Muara Subdistrict

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN FAKTOR PENGHAMBAT TERBESAR (MAXIMUM LIMITATION FACTOR) UNTUK TANAMAN PANGAN NINA SEVANI PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permintaan, Persediaan dan Produksi 2.1.1 Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rancangan tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Lahan Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil), dimana lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaannya, sedangkan

Lebih terperinci

Oleh: ABDUL AZIS JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

Oleh: ABDUL AZIS JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013 Oleh: ABDUL AZIS 1209 100 073 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013 Sektor pertanian merupakan salah satu penopang perekonomian

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Zulfikar Sembiring Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area zoelsembiring@gmail.com Abstrak Logika Fuzzy telah banyak

Lebih terperinci

MENDETEKSI KEBERADAAN NYAMUK AEDES AEGIPTY MENGGUNAKAN METODE FUZZY. Ikhlas Ali Syahbana

MENDETEKSI KEBERADAAN NYAMUK AEDES AEGIPTY MENGGUNAKAN METODE FUZZY. Ikhlas Ali Syahbana MENDETEKSI KEBERADAAN NYAMUK AEDES AEGIPTY MENGGUNAKAN METODE FUZZY Ikhlas Ali Syahbana Jurusan Sistem Informasi STMIK Pringsewu Lampung Jl. Wismarini.09 Pringsewu Lampung Website : www.stmikpringsewu.ac.id

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS: INSTANSI XYZ)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS: INSTANSI XYZ) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS: INSTANSI XYZ) Dimas Wahyu Wibowo 1, Eka Larasati Amalia 2 1,2 Teknik Informatika, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling 14 TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan umum maupun khusus.survei merupakan

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PEMILIHAN WILAYAH BUDIDAYA KOMODITAS PERTANIAN (STUDI KASUS: KECAMATAN KLARI, KARAWANG, JAWA BARAT)

SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PEMILIHAN WILAYAH BUDIDAYA KOMODITAS PERTANIAN (STUDI KASUS: KECAMATAN KLARI, KARAWANG, JAWA BARAT) SISTEM PAKAR PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PEMILIHAN WILAYAH BUDIDAYA KOMODITAS PERTANIAN (STUDI KASUS: KECAMATAN KLARI, KARAWANG, JAWA BARAT) Oleh BUDI HARDIYANTO F14101112 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah mengungkap bagaimana suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah mengungkap bagaimana suatu penelitian 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah mengungkap bagaimana suatu penelitian dilakukan yaitu dengan alat apa dan bagaimana suatu penelitian dilaksanakan (Nazsir 1988:52).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah adalah salah satu komponen lahan, berupa lapisan teratas kerak bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat fisik, kimia,

Lebih terperinci

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG Andarias Makka Murni Soraya Amrizal Nazar KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

Karakteristik Lahan Gambut dan Pola Agroforestri Di Kelurahan Kalampangan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Karakteristik Lahan Gambut dan Pola Agroforestri Di Kelurahan Kalampangan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah Karakteristik Lahan Gambut dan Pola Agroforestri Di Kelurahan Kalampangan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah Tim Penelit Daniel Itta Asysyifa Trisnu Satriadi PENDAHULUAN Lahan gambut merupakan suatu

Lebih terperinci

Pemetaan Tanah.

Pemetaan Tanah. Pemetaan Tanah nasih@ugm.ac.id Peta Geologi dan Fisiografi Daerah Istimewa Yogyakarta Peta : alat pemberita visual suatu wilayah Peta ilmu bumi (geografi) Peta topografi Peta geologi dan sebagainya Peta

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic Luh Kesuma Wardhani, Elin Haerani Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SUSKA Riau

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY. Abstraksi

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY. Abstraksi SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY Denny Cristiono T.S., Yugowati P.,Sri Yulianto J.P. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen

Lebih terperinci