REDESIGN RAK PENGERING INTIP ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE REVERSE ENGINEERING (Studi Kasus: Industri Intip Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REDESIGN RAK PENGERING INTIP ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE REVERSE ENGINEERING (Studi Kasus: Industri Intip Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta)"

Transkripsi

1 REDESIGN RAK PENGERING INTIP ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE REVERSE ENGINEERING (Studi Kasus: Industri Intip Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta) PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Oleh: CLAUDIA CHINDY CLARASATI D PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

2 i

3 ii

4 iii

5 REDESIGN RAK PENGERING INTIP ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE REVERSE ENGINEERING (Studi Kasus: Industri Intip Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta) Abstrak Pengeringan konvesional seringkali menjadi permasalah produksi. Salah satunya yaitu industri Intip khas Kota Solo. Pengeringan menggunakan panas matahari, sehingga menghambat produksi dan menyebabkan intip menjadi jamuran karena faktor kebersihan kurang terjaga. Beberapa industri intip telah menggunakan rak pengering dengan panas kompor gas yang digunakan dalam pemanggangan, namun kondisi tersebut dirasa kurang optimal, pemindahan intip dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lama. Metode Reverse Engineering untuk mengetahui spesifikasi, fungsi, kelebihan dan kekurangan dari alat dengan perbaikan menggunakan konsep Manufacturability and Value Engineering, ukuran redesign pengering menggunakan prinsip ergonomi berdasarkan anthropometri pekerja, selain itu dilakukan perhitungan harga pokok produk dan Break Event Point untuk mengestimasikan berapa produk yang harus dijual. Berdasarkan metode Reverse Engineering, maka didapatkan ukuran akhir yaitu 100 x 80 x190 cm 3 sesuai anthopometri pekerja pada persentil 5, sedangkan ukuran nampan yaitu 86 x 38 cm 2 dengan kapasitas intip kecil 206 pcs, atau 45 pcs intip besar dalam 1 kali loading. Cara kerja rak pengering yaitu dengan memindahkan nampan bermekanisme pedal, sehingga dapat meningkatkan efisiensi kerja, mengeliminasi waktu proses, meningkatkan kenyamanan dan keselamatan pekerja. Biaya perancangan menurut perhitungan harga pokok produk yaitu Rp ,00 dengan harga jual Rp ,00. Perhitungan Break Event Point (BEP), produsen akan mengalami titik impas ketika dapat menjual 4 unit pengering dengan total biaya Rp ,00, sedangkan perhitungan BEP penjualan intip mengalami titik impas ketika menjual pack intip dengan biaya produksi Rp ,00 atau pcs dengan biaya produksi intip besar Rp ,00/ tahun. Kata kunci: ergonomi, intip, pedal, pengering, Reverse Engineering Abstracts Conventional drying is often the production problems. One such industry "Intip" typical city of Solo. Drying using solar heat, thus inhibiting the production and cause voyeur become moldy because of the lack of cleanliness maintained. Some industry voyeur been using heat drying rack with a gas burner used in the oven, but it is less optimal conditions, the removal peek done manually so it takes a long time. Reverse Engineering Methods to determine specifications, functionality, advantages and disadvantages of using a tool with improved manufacturability and Value Engineering concepts, redesign size dryer using ergonomic principles based on anthropometric workers, besides the calculation of cost of production and Break Event Point to estimate how the product should be sold. Based on Reverse Engineering method, then obtained the final size is 100 x 80 x 190 cm3 according anthopometri percentile worker at 5, while the size of the tray that is 86 x 38 cm2 with a small peep capacity 206 pcs, or 45 pcs big voyeur in one time loading. How it works is by moving the drying rack tray with pedal mechanism, so as to improve work efficiency, eliminate processing time, improve the comfort and safety of workers. Design costs by calculating the cost of the product is Rp 4,692, with a selling price of Rp 5,396, Calculation of break-even point (BEP), producers will experience a break-even point when it can sell 4 units of dryers with a total cost of Rp 3,287,515.00, while the sale of BEP calculation voyeur experiencing break-even point when it sold 67,800 packs a intip at the production cost of Rp 7,570,440.00, 00 or 27,000 pcs with large intip production costs Rp 12,981, / year. Keywords: ergonomics, manual, pedal, dryers, Reverse Engineering 1. PENDAHULUAN Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bermula dari aktivitas home industry dalam masyarakat, kelompok pengrajin, kelompok peternak dan paguyuban (Hidayat dan Purnomo, 2014). Sektor UMKM memilik kontribusi besar menurut Supriyanto (2006) untuk menyerap tenaga kerja kurang lebih 99,45% dan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 30%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, jumlah UKM di Indonesia berjumlah 57,9 juta dengan kontribusi PDB sebanyak 57,93% dan total PDB 2014 sebesar Rp 10,4 triliun, 1

6 sehingga dapat menyerap tenaga kerja sebesar 97,30%. Angka tersebut menunjukan pentingnya UMKM dalam membantu perekonomian negara. Tentu saja semua daerah di Indonesia mempunyai oleh-oleh khas, salah satunya yaitu jajanan dari Kota Solo yang diberi nama Intip. Menurut data BAPEDA kota Surakarta tahun 2015 terdapat 12 industri intip yang terdaftar, sedangkan menurut hasil pencarian usaha intip terdapat 11 industri yang belum terdaftar. Intip terdiri dari 2 macam, yaitu intip asli yang terbentuk karena pengerakan dalam kendil/ periuk ketika proses aron (pemasakan beras) dan intip cetak. Proses pembuatan intip cetak terdiri beberapa tahapan, yaitu proses aron, pencetakan, pengeringan, penggorengan, pemberian rasa dan pengemasan. Pengeringan intip memerlukan waktu yang lama yaitu 6 jam sampai 1 hari dikerenakan masih menggunakan teknik konvensional dengan matahari. Apabila musim hujan tiba, maka permasalahan pengeringan terjadi dalam industri intip. Kondisi tersebut menyebabkan intip menjadi jamuran karena kurang optimalnya proses pengeringan seperti gambar 1. Gambar 1. Pengeringan intip konvesional Beberapa industri intip telah melakukan perbaikan dengan membuat rak pengering yang disusun di atas kompor yang digunakan untuk pemanggangan. Pengeringan dilakukan selama 3 sampai 4,5 jam. Kapasitas pembuatan intip dalam satu hari menghasilkan kurang lebih 100 besar dengan menggunakan 50 kendil dan 16 tungku pengapian. Rak pengering, sering kali tidak dapat memuat semua intip, sehingga pengeringan harus dilakukan beberapa tahap seperti pada gambar 2. Gambar 2. Pengeringan dengan rak pengering Kondisi lain dalam proses pengeringan yaitu adanya ancaman bahaya kepada pekerja seperti bersentuhan dengan rak sehingga mengalami lecet ataupun luka bakar. Perancangan yang tidak disertai pertimbangan ukuran tubuh pekerja menyebabkan kenyamanan pekerja terganggu, karena harus memindah intip dari rak bawah ke rak atas secara satu persatu. Berdasarkan beberapa kondisi diatas maka dibuatlah redesain alat pengering yang dilengkapi mekanisme pedal untuk perpindahan dan disesuaikan dengan anthropometri pekerja menggunakan metode Reverse Engineering. Penggunaan metode ini dilakukan atas dasar perbaikan sistem kerja dan pengembangan fungsi selain untuk mengeringkan intip, juga untuk mengeringkan topping. Rancangan pengering nantinya 2

7 dapat mengurangi waktu proses dari pembuatan intip, sehingga meningkatkan efisiensi kerja dari proses pengeringan. 2. METODE Observasi yang telah dilakukan di 23 industri intip di wilayah kota Surakarta dapat diketahui bahwa 2 pengusaha pengusaha intip tersebut masih menggunakan teknik pengeringan konvesional dengan terik matahari, sehingga proses pengeringan membutuhkan waktu yang lama selain itu pengeringan juga dilakukan dalam rak pengering yang diletakan di atas tungku kompor yang digunakan sebagai pemanggangan kendil dengan cara kerja memindahkan intip satu persatu dari rak ke rak, kondisi tersebut menyebabkan ketidaknyamanan dan kurangnya standart keselamatan. Evaluasi lebih lanjut dilakukan dengan mengarah pada perbaikan fasilitas kerja pada proses pengeringan intip dengan meningkatkan efisiensi kerja yaitu memangkas waktu pengeringan menggunakan sistem pedal yang mempertimbangkan aspek ergonomi berdasarkan anthropometri pekerja. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka metode yang akan digunakan meliputi Reverse Engineering yang digunakan untuk mengidentifakasi alat pengering lama seperti material, ukuran, konstruksi, fungsi, spesifikasi serta performansi dengan tujuan dapat memproduksi atau membuat ulang produk yang sudah ada mengarah pada perbaikan seperti yang dinyatakan oleh Bagci (2009) bahwa Reverse Engineering dapat digunakan untuk mengevaluasi sistematis dari sebuah produk dengan tujuan replikasi atau pembuatan model baru. Tahap breakdown structure pada tahap Reverse Engineering menggunakan pengering dari UMKM PIEMIRSA. Perancangan alat menggunakan konsep Manufacturability and Value Engineering seperti yang dinyatakan oleh Yuliarti dkk. (2015) yaitu untuk mengurangi kompleksitas produk, standarisasi tambahan komponen, perbaikan fungsi, perbaikan kemudahan perawatan dan desain tangguh. Penentuan ukuran rak pengering menggunakan prinsip ergonomi yaitu sebagai disiplin ilmu yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan (Wingnjosoebroto, 2008). Berdasarkan ukuran anthropometri pekerja yang meliputi tinggi badan tegak (TBT), jangkauan tangan atas (JTA), tinggi siku berdiri (TSB), panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus (PSJ), jangkauan tangan ke depan (JTD), genggaman tangan (GGT) menggunakan pengukuran statis. Perbaikan dilakukan dengan menerapkan perhitungan kadar air dalam bahan untuk meningkatkan kualitas produk seperti Astuti dkk. (2010) mengemukakan pengeringan yaitu proses pengambilan air relatif kecil dari zat padat atau campuran gas yang operasinya terjadi karena panas. Analisis finansial akan diperhitungkan dalam rancangan pengering yang dibuat dengan menghitung harga pokok produksi (HPP), biaya depresiasi, serta Break Event Point (BEP). 3

8 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Identifikasi Masalah Hasil Observasi Berdasarkan observasi maka ditemukan hambatan yang mencangkup proses produksi dari 23 industri pembuatan intip di Kota Surakarta, yang terdiri dari 12 pengusaha yang terdaftar di Bapedda dengan keterangan 4 industri tidak beroperasi dan 11 pengusaha yang belum terdaftar. Proses pembuatan intip yaitu melalui proses yang ditunjukan pada gambar 3, namun permasalahan ditemukan pada proses pengeringan. Pemasakan beras Pencetakan Pemanggangan Pengeringan Penggorengan Pemeberian Topping Pengemasan Gambar 3. Proses produksi pembuatan intip 3.2 Tahap Reverse Engineering Pada tahap ini dilakukan breakdown structure alat pengering lama pada salah satu industri intip Piemirsa Pie Intip Rasa Rasa, yang dapat dilihat pada gambar 4 karena adanya kemiripan terhadap material dan strukutur rangka serta penutup yang digunakan. Gambar 4. Rak pengering industri intip Piemirsa Tahap selanjutnya dalam Reverse Engineering yaitu perakitan. Berdasarkan hasil dari langkah penggabungan, maka kontruksi rak pengering dianggap sulit dan rumit. Gambar 5. Tahap perakitan komponen pengering lama Penentuan spesifikasi didasarkan perbaikan fungsi pengering yang tidak memungkinkan untuk: 1. Memindahkan rak secara mekanik dengan pedal tanpa harus mengambil intip satu tiap rak 2. Menentukan jumlah rak sesuai dengan ukuran anthropometri. 3. Melakukan jangkauan kedalam pengering yang membahayakan pengguna karena suhu panas. 4. Mengisolasi suhu panas tetap pada rak pengering. 5. Menjaga kebersihan intip. 6. Memberikan kenyamanan bagi pengguna. 4

9 Tahapan pengembangan konsep dilakukan dengan melihat kondisi pengeringan dengan memperhatikan aspek kebutuhan pengguna dan kebutuhan teknis yang ditunjukan pada tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan teknis pengguna rak pengering No Kebutuhan Pengguna No Kebutuhan Teknis 1 Setup alat mudah dilakukan 1 Alat pengering mudah digunakan 2 loading dan unloading pengeringan intip mudah dilakukan 3 Alat mudah dirakit 2 Ukuran alat pengering meningkatkan 4 Ukuran disesuaikan dengan anthropometri pengguna kenyamanan dan keselamatan kerja 5 Penggunaan glasswool untuk mengisolasi panas di dalam rak 3 6 Adanya pedal untuk memindahkan tray yang berat Alat pengering dapat meningkatkan 7 Mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memindah intip efisiensi kerja 8 Pekerja tidak memindah intip satu persatu 4 Sumber panas alat dari kompor gas 9 Bahan bakar dan kompor mudah diperoleh 5 Alat pengering mampu mengeringkan 10 Mampu menghantarkan panas dengan baik intip lebih baik dari sebelumnya 11 Intip yang dihasilkan lebih higienis 12 Alat pengering tahan hawa panas 6 Alat pengering kuat dan tahan lama 13 Alat pengering mempunyai umur hidup lebih lama 14 Alat pengering kokoh dan tidak keropos 7 Alat pengering mudah dipindah dan 15 Pemindahan alat pengering dapat dilakukan 1 orang dibersihkan 16 Drawer dan pengait untuk memudahkan bongkar pasang 3.3 Penentuan Ukuran Pengering Pengering disesuaikan ukuran anthropometri 18 UMKM intip dengan 60 pekerja seperti gambar 6. Tinggi Badan Tegak (TBT) Jangkauan Tangan Atas (JTA) Tingi Siku Beridiri (TSB) Jangkauan Tangan Panjang Siku Tegak Genggaman Tangan Depan (JTD) Lurus (PSJ) (GGT) 3.4 Pengumpulan Data Anthropometri Gambar 6. Penentuan dimensi tubuh Penentuan ukuran disesuaikan dengan perhitungan anthropometri dengan total 60 karyawan. Tabel 2. Rekap perhitungan persentil Perhitungan TBT TSB PSJ JTA JTD GGT Jumlah Rata-rata SumQ Jumlah Kuadrat Standev BKA BKB Max Min Keterangan Batas Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam N' Keterangan Jumlah Sampel Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Persentil Penentuan ukuran rak menggunakan persentil 5 (kecil), agar semua pekerja dapat memakainya, walaupun sebagian besar pekerja adalah pria, namun persentil 5 tetap digunakan, karena mengikuti ukuran tubuh wanita yang mempunyai ukuran tubuh lebih kecil seperti yang ditunjukan tabel 3. 5

10 Tabel 3. Penentuan ukuran desain sesuai persentil 5 No Komponen yang Diukur Dimensi Tubuh 6 Persentil 5 (cm) 1 Batas tertinggi rak urutan paling atas Tinggi Badan Tegak (TBT) Batas tertinggi rak tengah Tinggi Siku Berdiri (TSB) Jarak (lebar) rak posisi keluar dengan tubuh Posisi Siku Tegak Lurus (PSJ) Batas tertinggi rak pengering Jangkauan Tangan Atas (JTA) Lebar rak pengering Jangkauan Tangan ke Depan (JTD) Diameter handle Genggaman Tangan (GGT) Sketsa Perancangan Model (CAD) Rancangan (cm) Terdapat perbedaan terhadap Bill of Material pengering lama dan redesign pengering baru, dimana part penyusun pengering lebih banyak, serta adanya tambahan part untuk mekanisme kerja pengering. Perancangan part pengering yang di Reverse direpresentasikan menjadi bentuk 3 Dimensi seperti gambar 7 sampai gambar 24. P.B Samping Tengah Rantai Tengah P.B Pedal Ukuran : p: 100 cm l: 80 cm t: 190 cm Material: Hollow 2 cm x 4 cm x 0,2 cm Fungsi : sebagai pondasi utama yang digunakan untuk penguat ketika dirakit dengan komponen lain. Gambar 7. Rangka utama pengering Ukuran: Pillow block samping: bantalan segi 3 sama sisi 61,52 x 87 mm, tebal 20 mm, p: 87 mm, d luar besar: 47 mm, d luar kecil: 40,80 mm, tebal: 20 mm, d. dalam besar: 42 mm, d dalam kecil: 22 mm Pillow block tengah: segi 3 sama sisi 68,5 x 87 x 20 mm Material: bantalan besi Fungsi: perakitan degan rangka dan tempat bearing Gambar 8. Pillow block tengah dan samping Ukuran: Ass1: 1040 mm Ass2: 1000 mm Ass3: 60 mm d: 22 mm Material: Besi pejal Fungsi: Penyeimbang gerakan rantai Gambar 9. Ass penghubung Ukuran: d luar: 65,025 mm d dalam: 22 mm Jenis: 14 T Material: besi Fungsi: membantu perpindahan gigi pada rantai Gambar 10. Gear dalam Jenis: 428 Material : Besi P. Rantai: Pedal: cm Samping luar: cm Samping dalam: cm Tengah: 24.8 cm

11 Samping Dalam Luar Fungsi: Rantai pedal: menggerakan gear pedal (36T) dengan gear luar yang terletak di bagian kanan atas (14T). Rantai pedal merupakan poros. Rantai tengah: penggerak kedua ass yang bergerak ketika rantai pada pedal berputar, maka rantai tengah juga akan berputar Rantai samping luar dan samping dalam: menggerakan gear dalam (14T) ketika rantai tengah berputar, maka rantai samping luar bagian luar maupun dalam juga berputar. Jadi, semua rantai akan bergerak dan berputar bersama sama ketika poros rantai pedal. Gambar 11. Rantai penggerak Ukuran: d luar: 65 mm d dalam: 22 mm p. arm: 165 mmtebal 10,4 mm p. handle: 101 mm d. handle: 3,18 mm Material: Gear 36T besi Handle: Besi isolator karet Fungsi: menggerakan rantai yang dihubungkan gear ketika dikayuh Gambar 12. Pedal pengayuh Material: Besi pipa, besi pejal, pear Ukuran: d.luar: 8 mm dalam: 6mm p.tot.: 19.75mm p.pipa:11 cm p.pejal: mm p pear: 20 mm tebal 2 mm Fungsi: pengunci Gambar 13. Pengunci pedal Ukuran: p: 59.8 cm l: 96 cm t: 18 cm Kaca: p: 76 l: 8 tebal: 3 mm Handle: p: 76 cm d: 3.18 cm Material: Besi pejal 2x4cm tebal 2mm, Plat besi 2 mm, Kaca tempered 3 mm, Pipa handle, Isolator handle Fungsi: meletakan nampan Gambar 14. Laci Pemanggang Ukuran: p: 89 cm l: 38 cm tebal: 2 mm Material: Plat stainless, Jaring-jaring stainless, Pengait, Kawat Fungsi: untuk menata intip ketika dikeringkan Gambar 15. Nampan pemanggang Ukuran: p: 760 mm l: 960 mm tebal: 2mm Material: Plat Besi Fungsi: penutup atas Gambar 16. Penutup rak atas 7

12 Ukuran: p: 960 mm l: 200 mm tebal: 2 mm Material: Plat Besi Fungsi: penutup depan atas Gambar 17. Penutup depan atas Ukuran: p: 1760 mm l: 960 mm tebal: 2 mm Material: Plat Besi Fungsi: penutup belakang Gambar 18. Penutup pintu belakang Kiri Kanan Ukuran: p: 180 cm l: 80 cm tebal: 2 mm Material: Plat Besi Fungsi: sebagai penutup samping kanan dan kiri Gambar 19. Penutup pintu samping Ukuran:p: 96 cm l: 72 cm tebal: 2 mm Material: Plat Besi Fungsi: penutup bawah pengering untuk kompor 4 tungku Gambar 20. Penutup bawah Ukuran: p: 625 mm l: 480 mm tebal: 2 mm Kaca: p: 300 mm l: 280 mm tebal: 3 mm Handle: p: 300 mm d: 3.18 cm Material: Plat besi 2 mm, Kaca tempered 3 mm, Handle isolator Fungsi: sebagai pintu tengah pengering Gambar 21. Pintu tengah Ukuran: p: 460 mm l: 480 mm tebal: 2 mm Kaca: p: 300 mm l: 280 mm tebal: 3 mm Handle: p: 300 mm d: 3.18 cm Material: Plat besi 2 mm, Kaca tempered 3 mm, Handle isolator Fungsi: pintu pengering bagian bawah Gambar 22. Pintu bawah Ukuran: p total: 800 mm p pengait: 50 mm d: 3.18 cm Material: Besi pipa, Handle isolator, Pengait Fungsi: alat bantu mengaitkan nampan dari rantai Gambar 23. Alat bantu pengait Ukuran: p total: 50 mm Material: besi Fungsi: sebagai pengunci Spesifikasi: pengunci 2 & 3 sebagai ruang pengunci Gambar 24. Pengunci punci Spesifikasi rak pengering berdasarkan part dapat dilihat pada gambar 25 sampai gambar 27. 8

13 (a) Spesifikasi dalam Gambar 25. Pesifikasi pengering (b) Spesifikasi luar Gambar 26. Spesifikasi berdasarkan fungsi pengering Tabel 4. Keterangan gambar dan fungsi pengering No Nama Fungsi 1 Ruang Bakar Sumber panas berasal dari 4 tungku, untuk pemanggangan cetakan 2 Laci Bawah Meletakan intip pada nampan ke 1 3 Ruang Pengeringan Mengeringkan intip pada nampan ke 2 4 Laci Atas Mengambil intip pada nampan ke 3 5 Jendela Buang Membuang udara panas ketika suhu pengering terlalu panas 6 Isolator Mencegah operator berentuhan dengan pengering ketika menggerakan pedal 7 Pedal Pengayuh Menggerakan perpindahan nampan 8 Alat Bantu Pengait Melepas pengait dari rantai ke nampan 5 4 Konveksi Konveksi Konveksi Keterangan: Gambar 27. Alur pergerakan pengering Flow gerakan: 1. Laci ditarik, nampan dikatikan rantai, intip ditata, kemudian laci bawah ditutup 2. Pedal digerakan kedepan 3. Nampan 1 bergerak keatas menuju ke ruang pengeringan 2 4. Nampan 2 bergerak keatas menuju ruang pengeringan 3, laci ditarik, kemudian lepas pengait bergerak kesamping Konveksi bergerak keatas Air Flow bergerak keatas 9

14 3.6 Perhitungan Kapasitas dan Berat Beban Perhitungan kapasitas alat bertujuan untuk mengetahui kapasitas pengeringan yang diproduksi / hari. Data yang digunakan untuk menghitung kapasitas alat pengering yaitu jam kerja operator yaitu 8 jam/hari, yang disesuaikan dengan banyaknya pengeringan dan ukuran dari muatan/ loading. 1. Kapasitas Pengering Ukuran nampan: p = 89 cm l = 38 cm Ukuran intip kecil basah: 7 cm Kapasitas/ nampan : 68 pcs Kapasitas 3 nampan (1 alat pengering) : 68 pcs x 3 = 206 pcs Ukuran intip besar basah : 15 cm Kapasitas/ nampan : 15 pcs Kapasitas 3 nampan (1 alat pengering) : 15 pcs x 3 = 45 pcs Kapasitas intip kecil dalam sekali pengeringan yaitu 68 pcs/ nampan atau 206 pcs dalam 1 pengering, sedangkan untuk intip besar dalam 1 nampan yaitu 15 pcs, atau 45 pcs dalam 1 pengering. Pengeringan dalam 1 hari dilakukan 2x loading, sehingga kapasitas produksi intip kecil yaitu 630 pcs atau 138 intip besar. 2. Berat Beban Berat 1 intip kecil basah : 70 gram Berat beban dalam 1 nampan : 68 pcs x 70 gram/ pcs = 4760 gram = 4,76 kg Berat beban/ kapasitas pengeringan : 206 pcs x 70 gram = gram = 14,42 kg Berat 1 intip kecil kering : 30 gram Berat beban dalam 1 nampan : 68 pcs x 30 gram/ pcs = 2040 gram = 2.04 kg Berat beban/ kapasitas pengeringan : 206 pcs x 30 gram = 6180 gram = 6.18 kg Berat 1 intip besar : 250 gram Berat beban dalam 1 nampan : 15 pcs x 250 gram/ pcs = 3750 gram = 3,75 kg Berat beban/ kapasitas pengeringan : 45 pcs x 250 gram = gram = 11,25 kg Berat 1 intip besar kering : 160 gram Berat beban dalam 1 nampan : 15 pcs x 160 gram/ pcs = 2400 gram = 2,4 kg Berat beban/ kapasitas pengeringan : 45 pcs x 160 gram = 7200 gram = 7.2 kg Kapasitas pengeringan dalam 1 nampan intip kecil basah yaitu 4,76 kg, atau 14,42 kg dalam 1 pengering. Kapasitas pengeringan intip kecil kering yaitu 2.04 kg, atau 18 kg dalam 1 pengering, sedangkan untuk intip besar basah dalam 1 nampan yaitu 3,75 kg, atau 11,25 kg dalam 1 pengering. Kapasitas intip besar kering dalam 1 nampan yaitu 2,4 kg, sehingga didapatkan dalam 1 kali pengeringan yaitu 7,2 kg. 10

15 3.7 Standart Pengeringan Intip 1. Intip Kecil (Wm = massa air = 0,07 kg/ pcs Wd = massa kering = 0,03 kg/ pcs) % berat basah (bb) = x 100% = x 100% = 0,7% % berat kering (bk) = x 100% = x 100% = 1,1% Wf = berat kandungan air intip akhir (kg) Wf = %bk x Wd Wf = 1,1% x 0,03 kg = 0,00033 kg Jadi, standar pengeringan didapatkan persentase kadar air dalam intip kecil basah yaitu 0,7%, sedangkan untuk intip kering yaitu 1,1%, sehingga kandungan akhir intip yaitu 0,00033 kg. 2. Intip Besar (Wm = massa air = 0,25 kg/ pcs Wd = massa kering = 0.16 kg/ pcs) % berat basah (bb) = x 100% = x 100% = 0,6% % berat kering (bk) = x 100% = x 100% = 0,7% Wf = berat kandungan air intip akhir (kg) Wf = %bk x Wd Wf = 0,7% x 0,16 kg = 0,00112 Jadi, standar pengeringan didapatkan persentase kadar air intip besar basah yaitu sebesar 0,6%, sedangkan intip kering yaitu sebesar 0,7%, sehingga kandungan akhir intip yaitu 0,00112 kg. 3.8 Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi per unit produk dan harga jual produk dapat dilihat dalam tabel 5. Tabel 5. Perhitungan harga pokok produksi No Biaya Tetap Total 1 Biaya bahan baku per produk Biaya overhead Biaya depresiasi (1 minggu) Total Biaya Tetap HPP Keuntungan 15% Harga Jual Jadi, di dapatkan harga pokok produksi yaitu sebesar Rp dengan keuntungan sebanyak 15%, maka pengering dapat diperjual belikan dengan harga Rp , Depresiasi Alat Pengering Perhitungan nilai depresiasi alat pengering untuk mengasumsikan nilai alat berdasarkan harga alat beberapa tahun kedepan. Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengetahui nilai depresiasi yaitu metode garis lurus (straight line method) tanpa bunga modal. D = Biaya penyusutan per tahun (Rp/ tahun) P = Harga awal mesin = Rp ,00 S = Harga akhir mesin = Rp ,00 = Rp ,00 Jadi, biaya depresiasi pengering yaitu Rp ,00/ tahun. N = Perkiraan umur ekonomis = 5 tahun 11

16 3.10 Perhitungan Break Event Point (BEP) 1. Break Event Point (BEP) Berdasarkan Penjualan Pengering Q = Jumlah unit/ kualitas produk yang dihasilkan dan dijual P = Harga jual per unit = FC = Biaya tetap = , V = Biaya variabel per unit = BEP (Q) = = = 3,34 = 4 unit pengering BEP (Rp) = = = Rp ,00 Produsen mencapai titik impas ketika dapat menjual 4 unit pengering dan financial biaya dengan keuntungan akan seimbang ketika profit = 0 pada penjualan ke 5 dengan pendapatan Rp , Break Event Point (BEP) Berdasarkan Penjualan Intip a. Intip Kecil Kapasitas alat = 206 pcs, Jumlah operasi/ hari = 2 kali, Total kapasitas intip = 206 x 2 = 412 pcs Biaya operator/ hari = Rp ,00 VC = x = x = Rp 97,00 / pcs FC = P (A/ P, i%, N) (Harga Jual Awal Harga Jual Akhir) (A/ F, i%, N) Diasumsikan nilai tingkat suku bunga (i) yaitu 5% FC = (A/ P, 5%, 5) (A/ F, 5%, 5) = (0,231) (0,181) = = Rp ,00 TC = (VC x Kapasitas Produksi/hari) + FC = (97*412) = Rp ,00 Variabel cost (VC) biaya operasi alat pengering intip yaitu Rp 97,00, sehingga diperoleh fix cost (FC) Rp ,00 dan total cost (TC) sebesar Rp ,00. Apabila harga intip kecil/ pack yaitu Rp 5.000,00 dengan jumlah per pack yaitu 6 pcs intip, sehingga harga intip/ pcs yaitu Rp 833,00. Jadi, sejumlah intip yang harus diproduksi per hari untuk mencapai titik impas yaitu: BEP (Q) = = = 1351 pcs = = 226 pack Jadi volume produksi sebesar 226 pack intip kecil/ hari dapat membuat industri intip yang berada pada titik impas (BEP), maka total biaya dari operasi pengeringan intip/ tahun yaitu: 12

17 TC = (VC x Kapasitas Produksi/tahun) + FC = (97*67800) = Rp ,00 Rancangan pengering intip dapat memproduksi intip dalam 300 hari kerja (1 tahun) dengan mengasumsikan hari minggu dan tanggal merah tidak bekerja, maka industri intip akan berada pada titik impas ketika dapat menjual produk sebanyak pack dalam 1 tahun, dengan biaya pack intip kecil Rp ,00. b. Intip Besar Kapasitas alat = 45 pcs Jumlah operasi/ hari = 2 kali Total kapasitas intip = 45 x 2 = 90 pcs Biaya operator/ hari = Rp ,00 VC = x = x = Rp 444/ pcs FC = P (A/ P, i%, N) (Harga Jual Awal Harga Jual Akhir) (A/ F, i%, N) Diasumsikan nilai tingkat suku bunga (i) yaitu 5% FC = (A/ P, 5%, 5) (A/ F, 5%, 5) = (0,231) (0,181) = = Rp ,00 TC = (VC x Kapasitas Produksi/hari) + FC = (444*90) = Rp ,00 Variabel cost (VC) biaya operasi alat pengering intip yaitu Rp 444,00, sehingga diperoleh fix cost (FC) Rp ,00 dan total cost (TC) sebesar Rp ,00. Apabila harga intip besar/ pcs yaitu Rp 6.500,00, jadi sejumlah intip yang harus diproduksi per hari untuk mencapai titik impas yaitu: BEP (Q) = = = 165 pcs Jadi volume produksi sebesar 165 pcs intip besar perhari dapat membuat industri pembuatan intip yang menggunakan alat pengering yang telah di desain berada pada titik impas (BEP), maka total biaya dari operasi pengeringan intip per tahun yaitu: TC = (VC x Kapasitas Produksi/tahun) + FC = (444*27000) = Rp ,00 Rancangan alat pengering intip dapat memproduksi intip dalam 300 hari kerja dalam 1 tahun dengan mengasumsikan hari minggu dan tanggal merah tidak bekerja, maka industri pembuatan intip akan berada pada titik impas ketika dapat menjual produk sebanyak pcs dalam 1 tahun, dengan biaya total produksi pembutan intip besar Rp ,00. 13

18 4. PENUTUP Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut: a. Hasil breakdown didapatkan komponen yang perlu diganti dan ditambahakan seperti adanya kaca untuk pengecekan, mekanisme pedal, ukuran yang disesuaikan dengan anthropometri tubuh pekerja dengan persentil 5 dan adanya tambahan peredam panas (isolator) untuk menjaga pekerja apabila tersenggol rak pengering serta pergantian material menjadi perpaduan besi dan stainless yang food grade. b. Rancangan ini menggunakan bahan besi untuk rangka dan penutup dengan ukuran panjang 100 lebar 80 dan tinggi 190, sedangkan untuk tray menggunakan stainleesteel berbentuk jaring-jaring yang memiliki panjang 89 cm dengan lebar 38 cm, disertai pengait untuk mengaitkan tray dengan rantai, sehingga didapatkan kapasitas intip kecil dalam 1 nampan yaitu 68 pcs, sehingga dalam sekali loading, pengering dapat memuat 206 pcs intip kecil basah dalam 3 nampan dengan berat 14,42 kg atau kapasitas intip besar dalam 1 nampan yaitu 15 pcs, sehingga dalam 1 loading dapat memuat 45 intip basah dalam 3 nampan dengan berat 11,25 kg. c. Pengeringan intip lebih seragam, karena adanya standart perhitungan kadar air intip kecil kering 1,1% dengan berat 0,00033 kg/ pcs, sedangkan kadar air untuk intip besar kering 0,6% dengan berat 0,00112 kg/ pcs. d. Berdasarkan estimasi biaya yang dilakukan, maka didapatkan harga pokok produk (HPP) sebesar Rp ,00 dengan harga jual sebesar Rp ,00. Perhitungan break event point penjualan rak pengering, produsen akan mengalami titik impas ketika dapat menjual 4 unit produk dengan total biaya Rp ,00, sedangkan untuk perhitungan break event point berdasarkan penjualan intip, produsen intip akan mengalami titik impas ketika dapat menjual produk sebanyak pack dalam 1 tahun, dengan biaya total untuk membuat pack intip kecil Rp ,00 atau pcs dalam 1 tahun, dengan biaya total produksi pembutan intip besar Rp ,00. Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan untuk perbaikan penelitian selanjutnya yaitu: a. Perlu dibuatnya sketsa perancangan produk yang lebih detail, sebelum sketsa dibuat bentuk 3 dimensi menggunakan software solidwork. b. Rancangan pengering intip belum dapat direalisasikan dalam pembuatan produk, sehingga dalam penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyelesaikan penelitian sampai tahap pembuatan produk dan pengujian. c. Perlu adanya perbaikan desain yang lebih mudah perakitannya dengan menggunakan part yang tidak banyak. 14

19 DAFTAR PUSTAKA Astuti, Widi, Kusumayanti Heny, dan Broto RTD Wisnu, 2010, Modifkasi Peralatan Pengering pada Industri Emping Gepuk Mlinjo, Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang. Bagci, E., 2009, Reverse Engineering Applications for Recovery of Broken or Worn Parts and Re- Manufacturing: Three Case Studies, Journal of Advances in Engineering Software, Vol. 40 Issue 6, pp Hidayat, Agus Hasan, dan Purnomo, Hari, 2014, Desain Pengeringan Kerupuk Menggunakan Metode Ergonomi Partisipatori, Seminar Nasional IENACO, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Supriyanto, 2006, Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sebagai Salah Satu Upaya Penanggulangan Kemiskinan, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 3 Nomor 1 April 2006, Yogyakarta. Wignjosoebroto, Sritomo, 2008, Ergonomi Studi Gerakan dan Waktu, Edisi Keempat, Guna Widya, Surabaya Yuliarty, Popy, Permana Teguh, dan Pratama, 2015, Pengembangan Desain Produk Papan Tulis dengan metode Quality Function Development (QFD), TEKNIK Industri Universitas Mercu Buana Jakarta, Jakarta. 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bermula dari aktivitas home industry dalam masyarakat, kelompok pengrajin, kelompok peternak dan paguyuban (Hidayat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA Edvin Priatna 1, Ade Maftuh 2, Sujudi 3 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Siliwangi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab IV - Pengumpulan dan Pengolahan Data BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Umum PT STI PT STI adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pembuatan spare part, machinery, engineering,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian. Mulai. Menyiapkan alat dan bahan. Mengambil data anthropometri 10 orang operator

Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian. Mulai. Menyiapkan alat dan bahan. Mengambil data anthropometri 10 orang operator 48 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Menyiapkan alat dan bahan Mengambil data anthropometri 10 orang operator Mengambil data dimensi alat Menguji kapasitas efektif alat Menganalisis hasil

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi sekarang ini telah berkembang dengan pesat. Hampir sebagian besar industri rumah tangga, kecil, menengah

Lebih terperinci

Rancang Bangun Mesin Pengolahan Kopi Terpadu

Rancang Bangun Mesin Pengolahan Kopi Terpadu Rancang Bangun Mesin Pengolahan Kopi Terpadu Sri Indriani 1, Sanny Andjar Sari 2 1) Program Studi Teknik Industri, ITN Malang e-mail: indri000@yahoo.com ABSTRAK UD. Karya Aneka Sejahtera, Pakisaji Malang

Lebih terperinci

Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah dengan Mempertimbangkan Aspek Ergonomi

Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah dengan Mempertimbangkan Aspek Ergonomi Performa (2011) Vol. 10, No.1: 11-18 Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah dengan Mempertimbangkan Aspek Ergonomi Muhammad Hanafi, Rahmaniyah Dwi Astuti, dan Irwan Iftadi Laboratorium

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG ALAT BANTU KERJA WHEEL CHOCK

PERANCANGAN ULANG ALAT BANTU KERJA WHEEL CHOCK PERANCANGAN ULANG ALAT BANTU KERJA WHEEL CHOCK UNTUK HAUL TRUCK 793C CATERPILLAR PADA FUEL STATION DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI Dyah Ika Rinawati, Karina Program Studi Teknik

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

RINGKASAN BAKING AND ROASTING RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT Rindra Yusianto Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : rindrayusianto@yahoo.com ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam budaya, dimana hal tersebut merupakan aset yang penting bagi Negara dan warga Negara Indonesia. Keragaman tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Perancangan bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Pengukuran bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut, dan dikikir bahan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENCETAK INTIP BARU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT

PERANCANGAN ALAT PENCETAK INTIP BARU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT PERANCANGAN ALAT PENCETAK INTIP BARU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERALATAN PENGERING PADA INDUSTRI EMPING GEPUK MELINJO

MODIFIKASI PERALATAN PENGERING PADA INDUSTRI EMPING GEPUK MELINJO MODIFIKASI PERALATAN PENGERING PADA INDUSTRI EMPING GEPUK MELINJO Widi Astuti, Heny Kusumayanti, RTD Wisnu Broto Prodi Teknik Kimia, FT, Universitas Negeri Semarang E-Mail: wiwied.unnes@gmail.com Abstract.

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO 4205 100 009 TUJUAN PENELITIAN Membuat desain alat penukar panas yang optimal

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan 43 Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN RANGKA MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN PENGGERAK PEDAL KAKI

PERANCANGAN RANGKA MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN PENGGERAK PEDAL KAKI 1 PERANCANGAN RANGKA MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN PENGGERAK PEDAL KAKI Andri Valentino/1210017211125 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta, Padang abstract Cassava

Lebih terperinci

MODIFIKASI ALAT PENGUPAS SABUT KELAPA MEKANIS

MODIFIKASI ALAT PENGUPAS SABUT KELAPA MEKANIS MODIFIKASI ALAT PENGUPAS SABUT KELAPA MEKANIS (Modification of Mechanical Coconut Fiber Peeler) Annisa Purnamasari Damanik 1,2), Achwil Putra Munir 1), dan Lukman Adlin Harahap 1) 1) Program Studi Keteknikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENYAYAT BAMBU SECARA ERGONOMIS

PERANCANGAN MESIN PENYAYAT BAMBU SECARA ERGONOMIS Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Des 2012 ISSN 1412-6869 PERANCANGAN MESIN PENYAYAT BAMBU SECARA ERGONOMIS Agung Kristanto 1 dan Yusuf Arifin 2 Abstrak: Jamboel Kipas adalah UKM yang memproduksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PROTOTIPE ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT DAN MEKANIK PEMBUAT LUBANG UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS TANAM

RANCANG BANGUN PROTOTIPE ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT DAN MEKANIK PEMBUAT LUBANG UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS TANAM RANCANG BANGUN PROTOTIPE ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT DAN MEKANIK PEMBUAT LUBANG UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS TANAM Rindra Yusianto Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PELEBUR LIMBAH KACA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PELEBUR LIMBAH KACA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PELEBUR LIMBAH KACA 1) Priscilla Tamara, 2) Peniel I. Gultom, 3) Sanny Andjarsari 1,3) Jurusan Teknik Industri D3, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, batasan masalah, asumsi yang yang diangkat dalam penelitian serta sistematika

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGERING ALAT MUSIK CAJON

PERANCANGAN MESIN PENGERING ALAT MUSIK CAJON PERANCANGAN MESIN PENGERING ALAT MUSIK CAJON Kurnia Adri Parendra 1, Teguh Siswantoro 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl Babarsari No 44 Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Material Rockwool. Dalam studi kali ini, material rockwool sebelum digunakan sebagai bahan isolasi termal dalam tungku peleburan logam ialah dengan cara membakar

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan untuk

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan untuk BAB II PENEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Kajian Tentang Alat/Mesin Pengerol Pipa Alat/mesin pengerol pipa merupakan salah satu alat/mesin tepat guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Empat Fase Model QFD

Gambar 1. 1 Empat Fase Model QFD Perancangan Alat Perajang Umbi-umbian dengan Metode Quality (Nuning Artati dkk.) PERANCANGAN ALAT PERAJANG UMBI-UMBIAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEVELOPMENT (QFD) Nuning Artati*, Sutarno, Nugrah Rekto

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMINDAHAN GALON AIR MINERAL (STUDI KASUS: DEPOT AIR MINERAL PEKANBARU)

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMINDAHAN GALON AIR MINERAL (STUDI KASUS: DEPOT AIR MINERAL PEKANBARU) PERANCANGAN ALAT BANTU PEMINDAHAN GALON AIR MINERAL (STUDI KASUS: DEPOT AIR MINERAL PEKANBARU) Merry Siska, Dedi Suarman Jurusan Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

EVALUASI TEKNIS DAN EKONOMIS PROSES PRODUKSI TEH HITAM CTC PTPN XII WONOSARI DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 4500 KG/HARI

EVALUASI TEKNIS DAN EKONOMIS PROSES PRODUKSI TEH HITAM CTC PTPN XII WONOSARI DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 4500 KG/HARI EVALUASI TEKNIS DAN EKONOMIS PROSES PRODUKSI TEH HITAM CTC PTPN XII WONOSARI DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 4500 KG/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH : SETIAWAN LIMANTORO,LO 6103011071 TEO

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii SURAT PERNYATAAN... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xii

Lebih terperinci

Dessy Ayu Arisman Fatmala*, Dr. Ir. Arief RM Akbar, M.Si dan Alia Rahmi, S.TP, M. EngSc

Dessy Ayu Arisman Fatmala*, Dr. Ir. Arief RM Akbar, M.Si dan Alia Rahmi, S.TP, M. EngSc JTAM INOVASI AGROINDUSTRI April 208 Vol. No. (23-29) Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Ikan Asin Sepat Rawa Menggunakan Batch Dryer (Financial Feasibility Analysis of Salted Sepat Rawa Processing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium. BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium Skala Laboratorium. Gambar 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir 3.2. Alat dan Dalam rancang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran proses yang saling berkaitan mulai dari identifikasi masalah sampai kesimpulan yang diambil dari sebuah penelitian. Metodologi penelitian

Lebih terperinci

:Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT

:Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT USULAN PERBAIKAN RANCANGAN TROLI TANGAN PT SEIKI MITRA TECH BERDASARKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK SOLID WORK Disusun Oleh: Nama : Ario Windarto NPM : 31410107 Jurusan Pembimbing

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Observasi desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol pada literatur Penyusunan desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol Pemilihan bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dengan topik Desain Cetakan Tapioca Based Puffed Snack Panggang Dengan Bahan Dasar Stainless Steel dan Aluminium dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan. Tabel 2. Data penelitian. Waktu pencetakan (detik) I Bintang

Lampiran 1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan. Tabel 2. Data penelitian. Waktu pencetakan (detik) I Bintang Lampiran 1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan Tabel 2. Data penelitian Ulangan Berat Kompos yang dicetak (gr) Waktu pencetakan (detik) Berat kompos yang rusak (gr) Hasil cetakan yang

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar 39 Lampiran 1. Flowchart pengerjaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

ANALISA ERGONOMI KANOPI SEPEDA MOTOR

ANALISA ERGONOMI KANOPI SEPEDA MOTOR ANALISA ERGONOMI KANOPI SEPEDA MOTOR Akmal Asari 1), Hari Purnomo 2), M. Ridlwan 3) 1, 3) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN KACANG HIJAU PADA ROTARY DRYER

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN KACANG HIJAU PADA ROTARY DRYER TUGAS AKHIR PENENTUAN LAJU PENGERINGAN KACANG HIJAU PADA ROTARY DRYER (determining the rate of drying green beans on the rotary dryer) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada

Lebih terperinci

Penerapan Alat Steaming Oven Untuk Peningkatan Produksi Rotan Di UD. Rukun Rotan Malang

Penerapan Alat Steaming Oven Untuk Peningkatan Produksi Rotan Di UD. Rukun Rotan Malang Penerapan Alat Steaming Oven Untuk Peningkatan Produksi Rotan Di UD. Rukun Rotan Malang Erni JunitaSinaga 1,*, Mujiono 1, Priscilla Tamara 1 1 Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

PENGEMASAN SARI KEDELAI UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA. Program Studi Teknik Mesin D3, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang

PENGEMASAN SARI KEDELAI UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA. Program Studi Teknik Mesin D3, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang PENGEMASAN SARI KEDELAI UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA ) Priscilla Tamara, 2) Peniel I. Gultom, 3) Erni Junita Sinaga,3) Program Studi Teknik Industri D3, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proses menggoreng adalah salah satu cara memasak bahan makanan mentah (raw food) menjadi makanan matang yang berlangsung melalui kontak dengan media penghantar panas

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KERJA KOMPOR EKONOMIS DENGAN BAHAN BAKAR OLI BEKAS

PERANCANGAN SISTEM KERJA KOMPOR EKONOMIS DENGAN BAHAN BAKAR OLI BEKAS 9 PERANCANGAN SISTEM KERJA KOMPOR EKONOMIS DENGAN BAHAN BAKAR OLI BEKAS Albertus Laurensius Setyabudhi 1), M Isra Nur Abdullah Yuzul ) 1, Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina Batam

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ENERGI SURYA DENGAN EFEK RUMAH KACA DALAM PERANCANGAN SISTEM PENGERING KERUPUK DAN IKAN DI DAERAH KENJERAN

PEMANFAATAN ENERGI SURYA DENGAN EFEK RUMAH KACA DALAM PERANCANGAN SISTEM PENGERING KERUPUK DAN IKAN DI DAERAH KENJERAN PEMANFAATAN ENERGI SURYA DENGAN EFEK RUMAH KACA DALAM PERANCANGAN SISTEM PENGERING KERUPUK DAN IKAN DI DAERAH KENJERAN Hadi Santosa (1), Yuliati (2) (1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER TUGAS AKHIR PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER (Determining the Rate of Drying Corn on the Rotary Dryer) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut dan dikikir bahan yang

Lebih terperinci

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data 4.1 Data Percobaan Parameter yang selalu tetap pada tiap percobaan dilakukan adalah: P O = 1 atm Panci tertutup penuh Bukaan gas terbuka penuh Massa air pada panci

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI INDUSTRI INOVATIF Vol. 3, No. 2, September 2013: 18-23 PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI 1) Mujiono 1) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan alat cetak ceriping singkong dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: a. Ada tiga alternatif desain alat cetak yang didesain peneliti,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENDIRIAN PERUSAHAAN TAHU DENGAN KAPASITAS 200 KG KEDELAI/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN

PERENCANAAN PENDIRIAN PERUSAHAAN TAHU DENGAN KAPASITAS 200 KG KEDELAI/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN PERENCANAAN PENDIRIAN PERUSAHAAN TAHU DENGAN KAPASITAS 200 KG KEDELAI/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH: MARCELLA FELICIA WIBOWO (6103011060) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN GABAH PADA ROTARY DRYER

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN GABAH PADA ROTARY DRYER TUGAS AKHIR PENENTUAN LAJU PENGERINGAN GABAH PADA ROTARY DRYER (Determining the Rate of Drying Grain on the Rotary Dryer) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cikal bakal UMKM di Indonesia bermula dari aktivitas home industry di masyarakat, kelompok tani, kelompok pengrajin, kelompok peternak, paguyuban dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

NAMA : Rodika NRP : DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng TESIS (TM ) RANCANG BANGUN SEPEDA PASCA STROKE

NAMA : Rodika NRP : DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng TESIS (TM ) RANCANG BANGUN SEPEDA PASCA STROKE TESIS (TM 092501) RANCANG BANGUN SEPEDA PASCA STROKE NAMA : Rodika NRP : 2111201015 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN SISTEM MANUFAKTUR JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI Halaman Judul ii Halaman Pernyataan Keaslian iii Halaman Pengesahan Dosen Pembimbing iv Halaman Pengesahan Dosen Penguji v Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah vi Halaman Motto Dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISA ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI BRIKET BATUBARA

PERANCANGAN DAN ANALISA ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI BRIKET BATUBARA Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05 Edisi Spesial 2016 128 PERANCANGAN DAN ANALISA ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI BRIKET BATUBARA Aneka Firdaus Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

TESTPERFORMANCE OF MINIATUR BOILER FOR DRYING KERUPUK WITH VARIOUS PRESSURE AND VARIOUS DIRECTION OF AIR CIRCUITS

TESTPERFORMANCE OF MINIATUR BOILER FOR DRYING KERUPUK WITH VARIOUS PRESSURE AND VARIOUS DIRECTION OF AIR CIRCUITS TURBO Vol. 6 No. 2. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo TESTPERFORMANCE OF MINIATUR BOILER FOR DRYING KERUPUK

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan 52 Lampiran 1.Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan LAMPIRAN Lampiran 1.Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi --- 1 Kata Pengantar Alhamdulillahi robbil alamin, puji syukur kami sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena Jurnal Tekinfo (Jurnal Ilmiah Teknik Industri

Lebih terperinci

Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ

Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ Ririn Regiana Dwi Satya Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indraprasta

Lebih terperinci

REKAYASA ALAT PENGERING UNTUK MENINGKATAN PRODUKTIVITAS UKM EMPING MLINJO

REKAYASA ALAT PENGERING UNTUK MENINGKATAN PRODUKTIVITAS UKM EMPING MLINJO REKAYASA ALAT PENGERING UNTUK MENINGKATAN PRODUKTIVITAS UKM EMPING MLINJO Wijoyo, Achmad Nurhidayat, Sugiyanto Teknik Mesin Universitas Surakarta, Jl. Raya Palur Km.5, Surakarta E-mail : joyowi@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS Tugas Akhir Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik AHMAD QURTHUBI ASHSHIDDIEQY

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) Engkos Koswara Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Majalengka Email : ekoswara.ek@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TUNGKU PELEBURAN LOGAM DENGAN PEMANFAATAN OLI BEKAS SEBAGAI BAHAN BAKAR

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TUNGKU PELEBURAN LOGAM DENGAN PEMANFAATAN OLI BEKAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TUNGKU PELEBURAN LOGAM DENGAN PEMANFAATAN OLI BEKAS SEBAGAI BAHAN BAKAR Akhyar1 akhyarhasan@yahoo.com Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Jalan Syech

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu moda transportasi umum (public transport) yang telah beroperasi di Kota Semarang saat ini yaitu Trans Semarang. Trans Semarang adalah sebuah layanan angkutan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data, untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat.

Lebih terperinci

Selesai. Merangkai alat

Selesai. Merangkai alat 32 Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian Selesai Merancang bentuk alat Menggambar dan menetukan dimensi alat Memilih dan mengukur bahan yang akan digunakan Memotong, membubut dan mengikir bahan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG Idrus Abdullah Masyhur 1, Setiyono 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasila,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.

Lebih terperinci

PEMBUATAN MESIN EMPING MELINJO SISTEM ROLL BERMOTOR LISTRIK UNTUK USAHA KECIL DAN MENENGAH

PEMBUATAN MESIN EMPING MELINJO SISTEM ROLL BERMOTOR LISTRIK UNTUK USAHA KECIL DAN MENENGAH PEMBUATAN MESIN EMPING MELINJO SISTEM ROLL BERMOTOR LISTRIK UNTUK USAHA KECIL DAN MENENGAH Pram Eliyah Yuliana, S. Tigor B. Tambunan, Sri Rahayu Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Sekolah Tinggi Teknik

Lebih terperinci

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Darsini Teknik Industri Fakultas Teknik - Univet Bantara Sukoharjo e-mail: dearsiny@yahoo.com Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah merancang desain troli

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT MESIN HAMMER MILL UNTUK PENGOLAHAN JAGUNG PAKAN

RANCANG BANGUN ALAT MESIN HAMMER MILL UNTUK PENGOLAHAN JAGUNG PAKAN RANCANG BANGUN ALAT MESIN HAMMER MILL UNTUK PENGOLAHAN JAGUNG PAKAN Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Email: zulnadiujeng@gmail.com ABSTRAK Dalam rangka mempertahankan usaha peternak ayam di Kabupaten

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI DESAIN MEJA LAPTOP PORTABLE MELALUI PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

NASKAH PUBLIKASI DESAIN MEJA LAPTOP PORTABLE MELALUI PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) NASKAH PUBLIKASI DESAIN MEJA LAPTOP PORTABLE MELALUI PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang mobil urban ini di buat secara khusus dengan melihat regulasi yang ada dan

tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang mobil urban ini di buat secara khusus dengan melihat regulasi yang ada dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil urban adalah kendaraan yang di desain irit bahan bakar dengan tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang jauh lebih kecil karena

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENCETAK PEMPEK KRITING DI UKM PEMPEK BU LINA PALEMBANG

PERANCANGAN ALAT PENCETAK PEMPEK KRITING DI UKM PEMPEK BU LINA PALEMBANG PERANCANGAN ALAT PENCETAK PEMPEK KRITING DI UKM PEMPEK BU LINA PALEMBANG Adryanus Nikke Hertanto 1, Achmad Alfian 2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Katolik Musi Charitas

Lebih terperinci

Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo

Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo Performa (2011) Vol. 10, No. 2: 119-130 Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo Maria Puspita Sari, Rahmaniyah Dwi

Lebih terperinci

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG ALAT BANTU MANUAL MATERIAL HANDLING OPERATOR PEMINDAH TABUNG GAS LPG 3 KG UNTUK MEREDUKSI TINGKAT BEBAN KERJA

PERANCANGAN ULANG ALAT BANTU MANUAL MATERIAL HANDLING OPERATOR PEMINDAH TABUNG GAS LPG 3 KG UNTUK MEREDUKSI TINGKAT BEBAN KERJA PERANCANGAN ULANG ALAT BANTU MANUAL MATERIAL HANDLING OPERATOR PEMINDAH TABUNG GAS LPG 3 KG UNTUK MEREDUKSI TINGKAT BEBAN KERJA (Studi Kasus: Agen Gas LPG Rutin Makmur Grogol, Sukoharjo) Taufiq Rochman,

Lebih terperinci