BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil renungan seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulis. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Negara Indonesia sangat akrab dengan dunia karya sastra. Perkembangan karya sastra itu sendiri juga mengalami perkembangan pada generasi ke generasi akan tetapi tidak melupakan fungsi utama dari karya sastra itu sendiri yaitu selain sebagai hiburan, karya sastra juga harus berisi pelajaran untuk penikmat karya sastra itu sendiri. Bentuk karya sastra beragam yakni ada jenis prosa dan puisi. Puisi merupakan suatu karangan terikat yang terikat pada aturan-aturan yang ketat (Pradopo, 2007:306). Puisi sebagai salah satu karya seni sastra tentu dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji struktur dan unsurunsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan Puisi itu dapat dikaji jenisjenis atau ragam-ragamnya, mengingat ada beragam-ragam puisi. Puisi dapat juga dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan (Pradopo, 2007:1). Masyarakat Jawa menganal puisi Jawa dengan dengan nama geguritan. Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti tulis, jadi geguritan adalah yang 1

2 2 ditulis atau tembang yang dikarang, tetapi secara luas geguritan berarti membuat atau mengarang tembang atau melagukan tembang. Masyarakat Jawa selain menganal geguritan juga mengenal macapat. Perbedaan antara geguritan dan macapat terletak pada aturan tembang yaitu guru lagu, guru gatra, dan guru wilangan. Geguritan seringkali dijadikan pengarang sebagai media dalam menuangkan pikiran dan juga kegelisahan yang dialami. Berbagai macam peristiwa yang terjadi mampu diubah dalam bentuk suatu karya sastra, dengan demikian karya sastra yang diciptakan pengarang tidak pernah terlepas dari permasalahan yang dialami seorang pengarang itu sendiri. Hal ini yang dilakukan seorang sastrawan bernama Wieranta. Wieranta merupakan salah satu sastrawan yang aktif dalam membuat karya sastra baik berupa puisi, cerpen, dan geguritan. Hasil karya Wiranta banyak yang diterbitkan dalam bentuk cetak, diantaranya adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup pengarang serta kritik sosial pengarang terhadap keadaan lingkungan. Bentuk kasih sayang pengarang terhadap sang anak yang terdapat dalam kumpulan Dongeng Saka Pabaratan akan dijadikan sorotan utama dalam penelitian ini. Kumpulan geguritan yang ada akan dikaji secara semiotika. Bentuk kasih sayang yang terdapat dalam geguritan karya Wieranta merupakan bentuk kewajaran antara orang tua terhadap anak. Setiap orang tua akan merasakan sedih apabila anaknya sedang merasakan sakit. Salah satu contoh geguritan karya Wieranta yang bertema kasih sayang orang tua terhadap anak berjudul Lare Lara seperti yang terpapar di bawah ini.

3 3 Kutipan: Kapan weruh gegambarane Ati kekiris kaya Hem, ngene perihe Ngrasakake lare kang lagi lara Wus sayah angine Leren ana sangisore wit-witan Hem, ngene lelakone Yen lagi kena kacintrakan Terjemahan: Kapan melihat keadaan Hati seperti teriris Seperti ini perihnya Merasakan anak yang sedang sakit Sudah lelah anginnya Beristirahat di bawah pepohonan Seperti ini jalannya Kalau sedang mendapat cobaan Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa seorang ayah merasa sangat sedih apabila sang buah hati sedang dilanda sakit. Tidak hanya sang ayah, tetapi

4 4 ibu, nenek, dan seluruh keluarga juga ikut merasakan sakit apabila sang anak sedang sakit meskipun sakit yang dirasakan berbeda. Orang tua akan mengupayakan yang terbaik agar sang anak kembali sembuh dan dapat beraktivitas lagi seperti sedia kala. Pemilihan kumpulan puisi karya Wieranta sebagai objek penelitian diantaranya adalah: pertama, geguritan merupakan salah satu karya sastra jawa yang perlu dipertahankan agar tidak punah atau hilang tertelan jaman. Kedua, tema tentang kasih sayang orang tua terhadap anak merupakan tema yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari karena setiap anak pasti terlahir dari kedua orang tua. Ketiga, wieranta merupakan salah satu pengarang yang produktif dalam berkarya, di sela-sela kesibukannya seagai seorang dosen, beliau masih bisa menyisihkan waktu untuk menciptakan karya sastra. Penelitian terhadap geguritan sudah banyak dilakukan. Geguritan juga sudah cukup banyak dijadikan sebagai objek penelitian skripsi. Diantaranya adalah: 1. Sumari (2014) dalam skripsinya yang berjudul Kritik Sosial dalam Kumpulan Geguritan Puser Bumi Karya Gampang Prawoto (Tinjauan Semiotika Michael Riffaterre). Penelitian tersebut membahas mengenai struktur geguritan, makna geguritan, dan kritik sosial. 2. Dessi Apriliya Ningrum (2013) dalam skripsinya yang berjudul Aspek Religius dalam Geguritan Irul S Budianto (Tinjauan Semiotika Michael Riffaterre). Penelitian tersebut membahas mengenai struktur geguritan, aspek religius geguritan, dan makna dari kedua puluh enam

5 5 geguritan karya Irul S Budianto bagi pembangunan spiritual masyarakat. 3. Nandia Nessa Lestari (2012) dalam skripsinya yang berjudul Religiositas dalam Kumpulan Geguritan Alam Sawegung Karya Sudi Yatmana (Tinjauan Semiotika), yang membahas tentang struktur geguritan, makna geguritan serta keunikan nilai religius yang diungkapkan Sudi Yatmana dalam geguritan karyanya yang terkumpul dalam Kumpulan geguritan Alam Sawegung. Kesamaan antara penelitian ini terhadap penelitian terdahulu adalah tinjauan yang sama. Tinjuan yang digunakan adalah tinjauan semiotika. Dalam penelitian iini penulis akan menganalisis mendalam dan mengungkap makna geguritan secara semiotik. Penulis dalam penelitian ini menghubungkan makna geguritan dan bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik Riffatere karena geguritan Wieranta mengandung berbagai tanda yang merangkai makna. Dengan semiotika Riffatere, tanda-tanda yang ada dalam geguritan dapat diurai dan pemaknaan menyeluruh. Semiotika Riffatere (dalam Pradopo, 1995:318) menyoroti tentang tiga hal yaitu penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning) dan penciptaan arti (creating of meaning). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan strukturalisme yang berdasakan konsep semiotika, karena dengan menggunakan konsep ini dapat diketahui tanda-tanda kebahasaan yang terkandung di dalam geguritan. Suatu penelitian haruslah dapat melakukan suatu pendekatan.

6 6 Pendekatan adalah cara memandang suatu hal, dan pendekatan sastra pada dasarnya adalah memahami jenis sastra tertentu sesuai dengan sifatnya. Berdasarkan konsep semiotika, yaitu dengan menganalisis karya berdasarkan satuan-satuan tanda yang bermakna dengan tidak melupakan hubungan fungsi satuan tanda tersebut (Pradopo, 2005:118). Dalam pendekatan strukturalisme dinamika sastra tidak lepas dari konvensi-konvensi masyarakat, baik masyarakat sastra maupun masyarakat pada umumnya, dan dipandang sebagai suatu sistem tanda yang bermakna. Berdasarkan tema yang diangkat yaitu tentang kacintaan Wieranta terhadap sang anak, maka geguritan Wieranta tersebut akan diteliti lebih lanjut dengan judul Bentuk Kasih Sayang Orang Tua kepada Anak dalam Kumpulan Geguritan Dongeng Saka Pabaratan Karya Wieranta (Tinjauan Semiotika). B. Perumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang di atas maka dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana ciri ketidak langsungan puisi dalam tujuh geguritan karya Wieranta berdasarkan teori Michael Riffaterre berupa penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti? 2. Bagaimana makna tujuh geguritan dalam kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan Karya Wieranta? 3. Bagaimanakah bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak dalam kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan Karya Wieranta?

7 7 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu mewujudkan beberapa tujuan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah di atas. adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan ciri ketidak langsungan puisi dalam tujuh geguritan karya Wieranta berdasarkan teori Michael Riffaterre berupa penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti. 2. Mendeskripsikan makna tujuh geguritan dalam kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan Karya Wieranta. 3. Mendeskripsikan bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak dalam kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan Karya Wieranta. D. Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis menitik beratkan pada tinjauan Semiotika, penelitian Semiotika digunakan untuk meneliti geguritan karya Wieranta yang ditulis dalam buku Kumpulan Geguritan dengan judul buku Dongeng Saka Pabaratan. Tinjauan Semiotika dalam penelitian ini guna mengetahui struktur dan keunikan yang ada dalam puisi Dongeng Saka Pambabaran karya Wieranta yang bertemakan kasih sayang orang tua kepada anak. Pemilihan geguritan karya Wieranta sebagai objek dikarenakan Wieranta termasuk penulis geguritan yang aktif. Wieranta merupakan dosen dari Universitas Sebelas Maret sehingga mempermudah untuk mendapatkan data dalam penelitian ini.

8 8 E. Manfaat Penelitian Sebuah penelitian hendaknya mampu memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah kajian puisi Jawa atau geguritan terutama melalui sudut pandang semiotika menurut Michael Riffattere. Selain itu juga diharapkan mampu menambah wawasan tentang studi analisis sastra Jawa. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan pembaca mengenai bagaimana bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak yang digambarkan dalam geguritan karya Wieranta. Selain itu hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk penelitian sejenis. F. Konsep Puisi dan Geguritan Puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah (Samuel dalam Pradopo, 2007:6). Di dalam melakukan suatu penelitian, diperlukan teori dan pendekatan yang tepat agar sesuai dengan objek yang akan diteliti. Teori dan konsep pendekatan yang sesuai dengan objek yang akan dikaji sangatlah diperlukan untuk menghasilkan penelitian yang mendekati sempurna. Setiap penyair atau penulis puisi membuat definisi masing-masing tentang puisi, baik definisi, itu dikemukakan secara eksplisit atau tidak. Beberapa ahli yang merumuskan pengertian puisi menggunakan berbagai pendekatan. Slamet Mulyana mengemukakan bahwa puisi adalah sintesis dari pelbagai peristiwa

9 9 bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan pelbagai proses jiwa yang mencari haikat pengalamannya, tersusun dengan sistem korespondensi dalam salah satu bentuk (dalam Semi, 1993:93). Pendapat lain diungkapkan oleh Altenbernd (dalam Pradopo, 2007:5) yang memberikan definisi bahwa puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum). Pembacaan dalam puisi tidak dilakukan sama seperti membaca pada umumnya. Puisi juga termasuk dalam jenis membaca indah. Hudson (dalam Waluyo, 2012: 29) berpendapat bahwa puisi adalah karya sastra yang bersifat emosional dan imajinatif. Tampaknya Hudson melihat puisi dari perspektif psikologis mengenai komponenkomponen model komunikasi. Puisi adalah karya seni sastra. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. Rene Wellek dan Warren mengemukakan bahwa paling baik kita memandang kesusastraan sebagai karya yang di dalamnya fungsi estetikanya dominan, yaitu fungsi seninya yang berkuasa. Tanpa fungsi seni itu karya kebahasaan tidak dapat disebut karya (seni) sastra (dalam Pradopo, 2007:315). Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk mengerti hakikat puisi itu. Pertama, sifat seni atau fungsi seni, kedua kepadatan, dan ketiga ekspresi tidak langsung. Brooks berpendapat bahwa puisi adalah cara mengungkapkan sesuatu dengan ciri-ciri tertentu, yaitu: irama, rima, dan bahasa kias. Berdasarkan pendapat tersebut, sebuah definisi tentang puisi dapat disusun berdasarkan jalur sifat dan tumpuan pemaknaannya. Sifat ekspresif melihat puisi dari sudut penciptaannya oleh penyair. Sifat objektif melihat puisi sebagai karya sastra yang otonom, mandiri sebagai sebuah wacana puitik. Sedangkan sifat pragmatik

10 10 melihat lirik (ragam puisi) dari sudut pola harapan pembaca atau khalayak penikmatnya (dalam Waluyo 2012:30). Secara bahasa, bahasa dalam puisi tentu tidak ajeg (consistent). Artinya, ada bahasa sehari-hari yang bercirikan bahasa puisi. Dan sebaliknya ada bahasa puisi yang bercirikan bahasa sehari-hari. Bahkan ciri-ciri bahasa puisi, prosa dan drama saling tumpang tindih. Dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa ciri bahasa puisi menggunakan bahasa yang fungsi estetiknya dominan. Sedang bahasa sehari-hari lebih mengacu pada fungsi kegunaan (pragmatik) (Satoto, 2012:118). Menganalisis sastra jenis puisi sebenarnya peneliti tidak bisa mengabaikan begitu saja faktor penulis (outhor), pembaca (reader), dan hubungan antar keduanya. Riffaterre mengemukakan bahwa strukturalisme puisi tidak mampu menyediakan kriteria untuk kepentingan analisis puisi yang membedakan teks yang punya relevansi stilistika dengan tidak-tidak ada sesuatu hal yang merupakan sarana stilistika yang dapat ditemukan secara intrinsik. Lebih lanjut Riffaterre mengemukakan bahwa sebuah analisis yang mempunyai kriteria secara eksplisit adalah perbuatan semena-mena dan tidak mungkin menghasilkan suatu timbangan (penilaian yang baik) (Satoto, 2012:120). Karya sastra Jawa sendiri terdapat karya sastra Jawa sejenis puisi yang medianya menggunakan bahasa Jawa, puisi bahasa Jawa tersebut sering disebut geguritan. Istilah geguritan berasal dari kata gurit (tulis, tembang), memperoleh akhiran an yang menunjukkan arti yang di.... dengan demikian secara harfiah guritan berarti yang ditulis atau tembang yang dikarang, tetapi secara luas guritan berarti membuat atau mengarang tembang atau melagukan tembang

11 11 (Padmosoekotjo, 1960:19). Meskipun demikian, sebagai suatu bentuk puisi, guritan mempunyai aturan-aturan tertentu yakni: (1) tidak ada ketentuan guru gatra, tetapi biasanya paling sedikit empat larik. Bisa terdiri hanya satu bait atau lebih dan di awal guritan selalu didahului dengan pendahuluan sun nggegurit (aku menulis). (2) tidak ada ketentuan guru wilangan, tetapi jumlah suku kata tiap larik selalu sama. (3) jatuhnya vokal (guru lagu) masing-masing larik selalu sama (Padmosoekotjo, 1960:20). Geguritan berasal dari kata gurit tembang, kidung, rerepen dan dapat dibentuk menjadi anggurit dan anggegurit. Dilihat dari bentuknya kata geguritan atau geguritan adalah bentuk dwi purwa perulangan suku awal. Maka, sebutan yang paling tepat adalah bentuk yang paling ringkas, yaitu guritan jika dibanding dengan geguritan (Widodo, 2012:33). Secara sepintas bentuk puisi guritan ini lebih bebas dibanding dengan macapat karena pola persajakan tidak terlampau ketat serta tidak ada aturan pola persajakan berdasarkan metrum-metru tertentu. Bahkan sangat mungkin jika guritan ini kemudian mengilhami geguritan, bentuk puisi bebas, yang kemudian dikenal dan berkembang dalam sastra Jawa masa kini. Suripan menganggap bahwa dalam guritan ciri yang paling menonjol adalah realitas faktual yang diangkat tidak jauh dari kehidupan keseharian. Maka tepatlah jika istilah guritan digunakan untuk menyebut puisi Jawa modern (dalam Widodo, 2012:34). G. Struktur Puisi Kajian strukturalisme bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasikan

12 12 makna keseluruhan itu adalah keterkaitan dari jalinan yang padu (Winarni, 2013:101). Bila kita menghadapi sebuah puisi dan kita mau menganalisis puisi tersebut maka hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah struktur dari puisi tersebut. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan, dan saling bergantung (Pradopo, 2007:119). Strukturalisme itu pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Menurut pikiran strukturalisme, dunia (karya sastra merupakan dunia yang diciptakan pengarang) lebih merupakan susunan hubungan daripada susunan benda-benda. Oleh karena itu, kodrat tiap unsur dalam struktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan makna ditentukan oleh hubungan dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu (Hawkes dalam Pradopo, 2007:119). Stuktur adalah kaitan-kaitan antar kelompok-kelompok gejala (Luxemburg, 1982: 36). Pendekatan stuktural merupakan langkah awal dalam membongkar suatu karya sastra. Teori struktural adalah jembatan dalam seorang peneliti dalam mengkaji lebih lanjut. Analisis struktural dalam karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi fungsi dan hubungan antar unsur yang bersangkutan. Analisis struktural pada dasarnya bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar unsur karya sastra yang

13 13 menghasilkan keseluruhan unsur. Analisis struktural tidak hanya mendata unsur tertentu dalam karya fiksi tetapi yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana keterkaitan antar unsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Nurgiyantoro, 2007: 37). Bentik fisik puisi mencakup penampilannya di atas kertas dalam bentu nada dan larik puisi; termasuk di dalamnya irama, sajak, intonasi, pengulangan, dan perangkat kebahasaan lainnya. Bentuk mental sendiri terdiri dari tema, urutan logis, pola asosiasi, semua arti yang dilambangkan, dan pola-pola citra dan emosi. Kedua bentuk ini, yaitu bentuk fisik dan bentuk mental, terjalin dan terkombinasi secara utuh yang membentuk dan memungkinkan sebuah puisi itu memantulkan makna, keindahan, dan imajinasi bagi pembacanya (Semi, 1993:107). Bentuk fisik dan mental sebuah puisi pada dasarnya dapat pula dilihat sebagai satu kesatuan yang terdiri dari tiga lapisan: Lapisan bunyi, yakni lapisan lambang-lambang bahasa sastra. lapisan pertama inilah yang kita sebut sebagai bentuk fisik puisi. Lapis arti, yakni sejumlah arti yang dilambangkan oleh struktur atau lapisan permukaan yang terdiri dari lapisan bunyi bahasa. Lapis tema, yakni suatu dunia pengucapan karya sastra, sesuatu yang menjadi tujuan penyair, atau sesuatu efek tertentu yang didambakan penyair. Lapisan arti dan tema inilah yang dapat dianggap sebagai bentuk mental sebuah puisi (Semi, 1993:108). H. Semiotika Michael Riffaterre Semiotik adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Jadi, yang dapat menjadi tanda

14 14 sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini walaupun harus diakui bahwa bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap dan sempurna. Tnda-tanda itu dapat berupa gerakan anggota badan, gerak mata, mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rumah, pakaian, karya seni, sastra, lukisan, patung, film, tari, musik, dan lain-lain yang berada di sekitar kehidupan kita. Dengan demikian, teori semiotik bersifat multi disiplin sebagaimana diharapkan oleh Pierce agar teorinya bersifat umum dan dapat diterapkan pada segala macam tanda. Semiotik dapat diterapkan pada (atau: menjadi bidang garapan) linguistik, seni (dengan berbagai subdisiplinnya), sastra, film, filsafat, antropologi, arkeologi, arsitektur, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2013:67). Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tnda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/ masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tnda tersebut mempunyai arti. Dalam lapangan kritik sastra, penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai sebagai sebuah penggunaan bahasa yang bergantung pada (sifat-sifat) yang menyebabkan bermacam-macam cara (modus) wacana mampunyai makna (dalam Winarni, 2013:121). Pendekatan semiotik pada dasarnya adalah pengembangan dari pendekatan strukturalisme. Semiotik adalah ilmu tanda-tanda. Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda yakni artinya (Winarni, 2013:121).

15 15 Strukturalisme terbangun oleh unsur-unsur karya sastra, teori semiotika Michael Riffaterre tentang ketidaklangsungan pernyataan puisi dapat digunakan sebagai pembedah struktur puisi. Michael Riffaterre (dalam Pradopo, 1995:281) mengungkapkan bahwa puisi merupakan ekspresi tidak langsung. Ketidaklangsungan ekspresi puisi tersebut disebabkan oleh tiga hal: 1) penggantian arti (displacing of meaning), 2) penyimpangan arti (distorting of meaning), dan 3) penciptaan arti (creating of meaning). Ketidaklangsungan ekspresi puisi Riffaterre tersebut membedah unsur-unsur dalam puisi, seperti bunyi, irama, dan kata (termasuk di dalamnya kata-kata kiasan). Maka dapat disimpulkan bahwa ketidaklangsungan pernyataan puisi Riffaterre dapat digunakan sebagai analisis struktural puisi. Ketidaklangsungan pernyataan puisi tersebut yaitu. a. Penggantian Arti (displacing of meaning) Kata-kata kiasan puisi menggantikan arti sesuatu yang lain lebih-lebih metafora dan metonimi. Penggantian arti suatu kata (kiasan) berarti yang lain tidak (tidak menurut sesungguhnya) (Pradopo, 1995:210). Metafora merupakan pergeseran dari suatu sifat ke dalam sifat lain berdasarkan asosiasi kaitan atau asosiasi perbandingan. Sedangkan metonomi merupakan kiasan pengganti nama. b. Penyimpangan Arti (distorting of meaning) Menurut Riffaterre (dalam Pradopo, 1995:213) bahwa penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal, yaitu ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense. 1) Ambiguitas Ambiguitas adalah keragu-raguan atau ketidakpastian dalam menafsirkan makna kata atau ungkapan dalam karya sastra karena adanya beberapa

16 16 kemungkinan. Adanya ambiguitas ini akan memberikan efek pada pembaca dan efek yang timbul pada setiap pembaca berbeda-beda dikarenakan perbedaan pengalaman batin pembaca. 2) Kontradiksi Kontradiksi adalah salah satu cara menyampaikan sesuatu dengan menggunakan pertentangan atau secara berlawanan. Hal ini disebabkan oleh paradoks dan ironi. Paradoks adalah pernyataan yang tampaknya berlawanan dengan dirinya sendiri, atau bertentangan dengan pendapat umum, akan tetapi kalau dilihat lebih dalam, sesungguhnya mengandung sesuatu kebenaran. Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. 3) Nonsense Nonsense adalah kata-kata yang secara linguistik tidak mempunyai arti, sebab tidak terdapat dalam kamus bahasa. Meskipun tidak mempunyai arti secara linguistik, tetapi mempunyai makna (significance) dalam puisi karena konvensi puisi. c. Penciptaan Arti (creating of meaning) 1) Simetri Simetri adalah keseimbangan berupa persejajaran antara bait-bait atau antara baris-baris dalam bait (Pradopo, 1995:220). Karya sastra secara umum merupakan suatu rangkaian yang tersusun sehingga tercipta sesuatu yang indah.

17 17 2) Rima Rima merupakan pengulangan bunyi dalam puisi untuk musikalitas dan dalam mengulang bunyi ini penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 2003:90). Rima dalam larik dapat diperinci menjadi tiga yaitu: aliterasi, asonansi, desonansi, dan anafora. (a) Aliterasi dimaksudkan sebagai runtutan konsonan dalam larik, seperti: disir, kenari, lari, menari. (b) Asonansi yaitu runtutan paroh suku kata terakhir dalam larik, seperti: berjuang, terbang, berkembang. (c) Desonansi adalah runtun ragangan konsonan kata dalam larik, seperti: compang-camping, sorak-sorai. (d) Anafora ialah runtun suku kata yang sama dengan larik, seperti: bernyanyi, bergembira, bersama. Rima bisa juga dibedakan menjadi rima awal, rima tengah, dan rima akhir, ketiga rima itu diperhatikan menjadi rima terus (a a a a), rima berpasangan (a a b b), rima bersilang (a b a b), rima berpeluk (a b b a), dan rima putus (a a a b atau a b a c). 3) Homologues Homologeus (persamaan posisi) ini sama dengan oersajakan dalam pantun. Misalnya makna yang mengeras (intensitas arti) dan kejelasan yang diciptakan oleh ulangan bunyi dan pararelisme (Pradopo, 1995: 220). Penciptaan arti telah mencakup aspek formal puisi. Homologues tampak dalam bentuk sajak pantun yang berisi baris-baris yang sejajar,

18 18 baik bentuk visual ataupun kata-katanya, persejajaran suara itu menyebabkan timbulnya arti yang sama. 4) Enjambemen Enjambemen adalah pemutusan kalimat untuk diletakkan pada baris berikutnya. Pemutusan atau pelompatan kalimat ke baris berikutnya pada puisi ini berfungsi untuk membangun satuan kata atau kalimat yang menunjukkan suatu kandungan tertentu, atau untuk memberi tekanan makna baris tersebut. 5) Tipografi Tipografi merupakan pembeda yang paling penting antara puisi dengan prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensi sebuah puisi. Cara sebuah teks ditulis sebagai larik-larik yang khas menciptakan makna tambahan. Kata-kata yang disusun yang panjang dan pendek sedemikian bervariasi secara harmonis menimbulkan ritma yang padu. (Waluyo, 2003:97). d. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik Dalam memahami dan mengungkap sesuatu yang terdapat dalam karya sastra, dikenal dengan adanya istilah heuristik (heuristic) dan hermeneutik (hermeneutic). Kedua istilah itu, yang secara lengkap disebut sebagai pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik, biasanya dikaitkan dengan pendekatan semiotik. Hubungan antara heuristik dan hermeneutik dapat dipandang sebagai hubungan yang bersifat gradasi sebab kegiatan pembacaan dan atau kerja hermeneutik haruslah didahului oleh pembacaan heuristik. Kerja hermeneutik, yang oleh Riffaterre disebut juga sebagai pembacaan berkali-kali dan kritis

19 19 (Nurgiyantoro, 2013:46). Kerja heuristik merupakan pembacaan karya sastra pada sistem semiotik tingkat pertama. Ia berupa pemahaman makna sebagaimana yang dikonvensikan oleh bahasa (yang bersangkutan). Orang sering menyebutnya sebagai makna yang ditunjuk kamus. Bekal yang dibutuhkan adalah pengetahuan tentang sistem bahasa itu, kompetensi terhadap kode bahasa. Penafsiran hermeneutik yaitu berupa pembacaan dan pemahaman pada tataran semiotik tingkat kedua. Artinya, berdasarkan makna dari hasil kerja heuristik di atas, dicobatafsirkan kemungkinan makna tersirat, konotasi, atau signifikasinya. Jika pada tataran kerja heuristik dibutuhkan pengetahuan tentang kode bahasa, pada tataran kerja hermeneutik dibutuhkan pengetahuan tentang kode sastra (Nurgiyantoro, 2013:47). Teeuw (1988:123) mengemukakan bahwa cara kerja hermeneutik untuk menafsirkan karya sastra, dilakukan dengan pemahaman keseluruhan berdasarkan unsur-unsurnya, dan sebaliknya, pemahaman unsur-unsur berdasarkan keseluruhan. Bermula dari sinilah kemudian, antara lain, muncul istilah hermeneutik (hermeneutic circle). Pemahaman karya sastra dengan tehnik tersebut dapat dilakukan secara bertangga, dimulai dengan pemahaman secara keseluruhan walau hal itu hanya bersifat sementara. Kemudian, berdasarkan pemahaman yang diperoleh itu dilakukan kerja analisis dan pemahaman unsur-unsur intrinsiknya, jadi bagian per bagian. Hasil pemahaman unsur-unsur intrinsik tersebut dipergunakan untuk memahami keseluruhan karya yang bersangkutan secara lebih baik, luas, dan kritis. Pembacaan secara berulang-ulang sampai membuat peneliti dapat menafsirkan pertautan makna keseluruhan dan bagian-bagiannya dan makna intensionalnya secara optimal.

20 20 I. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang menjadikan karya sastra sebagai objek penelitian. Penelitian kualitatif menekankan pada analisis induktif, dengan deskripsi yang kaya dengan deskripsi yang kaya dengan beragam nuansa, dan riset tentang persepsi manusia. Hal yang perlu ditekankan dalam penelitian kualitatif adalah mencerminkan fenomenologis. Model penelitian tersebut bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan manfaat berbagai metode alamiah (Moleong, 2007:6). Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dinilai sesuai dengan teori yang diterapkan yakni semiotika sastra. Makna karya sastra sebagai tanda dan semiotikanya. Makna yang bertautan dengan dunia nyata. Bentuk penelitian deskriptif kualitatif diharapkan mampu menjabarkan deskripsi dari objek yang sedang diteliti yaitu geguritan karya Wieranta. J. Data dan Sumber Data 1. Data Data adalah bahan suatu penelitian (Sudaryanto, 1993:5). Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini yaitu unsur struktural makna serta bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak yang ditulis dalam tujuh geguritan karya Wieranta yang dimuat dalam buku Kumpulan Geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan yang ditulis pada tahun 2014 dan sudah dipilih sesuai dengan tema yang menjadi bahan

21 21 penelitian. Ketujuh geguritan tersebut yaitu, (1) Kang Lagi Nandang Roga 1, (2) Kang Lagi Nandang Roga 2, (3) Kang Lagi Nandang Roga 3, (4) Panglocitaku, (5) Lare Lara 1, (6) Lare Lara 2, (7) Nalika Anak Kena Lara. Adapun data sekunder dalam penelitian ini diambil dari wawancara dan buku yang relevan. 2. Sumber Data Sumber data adalah segala sesuatu yang mampu memberi informasi mengenai data (Sutopo, 2005: 56). Sumber data yang digunakan adalah tujuh geguritan karya Wieranta yang dimuat dalam buku Kumpulan Geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan tahun Geguritan yang dipilih berdasarkan tema kasih sayang orang tua kepada anak yaitu:, (1) Kang Lagi Nandang Roga 1, (2) Kang Lagi Nandang Roga 2, (3) Kang Lagi Nandang Roga 3, (4) Panglocitaku, (5) Lare Lara 1, (6) Lare Lara 2, (7) Nalika Anak Kena Lara. Data lain juga didapatkan dari informan penulis buku Kumpulan Geguritan Dongeng Saka Pabaratan yaitu bapak Wieranta. K. Teknik Sampling Sampel penelitian merupakan sebagian populasi atau wakil dari populasi (Arikunto, 2010:117). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan objek formal penelitian yang dilakukan (Sangidu, 2004:3). Tehnik ini digunakan, untuk memilih dari kumpulan geguritan karya Wieranta yang ditulis dalam buku Dongeng Saka Pabaratan yang berisikan bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak.

22 22 L. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (Content Analysis) dan wawancara. Analisis isi atau content analysis yaitu penganalisisan terhadap isi termasuk aspek-aspek yang terkandung di dalamnya. Teknik content analysis merupakan metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen (Moleong, 1990: 61). Teknik analisis isi dokumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang bentuk kasih sayang orang tua kepada anak dalam Kumpulan Geguritan Dongeng Saka Pabaratan yaitu bapak Wieranta. Cara kerja teknik analisis isi dokumen adalah peneliti menghimpun data dari diawali dengan membaca tujuh geguritan karya Wieranta yang dimuat dalam buku Kumpulan Geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan secara berulang-ulang dengan tujuan agar dapat memahami keseluruhan isi geguritan secara maksimal. Teknik membaca dilakukan secara heuristik dan hermeneutik. Kerja heuristik merupakan pembacaan tingkat pertama. Ia berupa pemahaman makna sebagaimana yang dikonvensikan oleh bahasa. Hermeneutik yaitu pembacaan dan pemahaman pada tataran semiotik tingkat kedua. Artinya, berdasarkan makna dari hasil kerja heuristik di atas, dicoba tafsirkan kemungkinan makna tersirat, konotasi, atau signifikasinya. Jika pada tataran kerja heuristik dibutuhkan pengetahuan tentang kode bahasa, pada tataran kerja hermeneutik dibutuhkan pengetahuan tentang kode sastra (Nurgiyantoro, 2013:47). Selanjutnya yaitu dilakukan proses pencatatan. Pencatatan dilakukan sambil memberikan tanda pada kalimat-kalimat dalam geguritan yang meliputi

23 23 bentuk kasih sayang orang tua kepada anak terutama ketika sang anak sedang sakit dalam geguritan. Terakhir adalah analisis dokumen, data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan mengelompokkan menurut kelompok masing-masing. Wawancara menurut Moleong (1990:186) adalah percakapan dengan maksud tertentu, serta dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Tujuan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, bentuk maupun tingkat keterlibatan, dan sebagainya (Sutopo, 2006:68). Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai bentuk kasih sayang dan maksud di balik cerita penulisan geguritan. M. Analisis Data Berdasarkan objek penelitian yang diteliti, peneliti menggunakan pendekatan semiotika milik Michael Riffaterre. Kajian menggunakan teks sastra sebagai data penelitian. Setelah data terkumpul, tahap pertama yang dilakukan adalah membedah sisi struktur teks sastra dengan strukturalisme dinamik. Setelah terlihat struktur yang membentuk teks sastra tersebut, tahap selanjutnya analisis karya sastra melalui teori semiotik Michael Riffaterre. Analisis diakukan dengan pemaparan bentuk deskriptif terhadap masing-masing data secara fungsional dan relasional. Penelitian agar lebih terarah dan sistematis, maka tahap penelitian ini adalah sebagai berikut:

24 24 1. Membaca secara cermat ketujuh geguritan yang dijadikan oebjek penelitian. Geguritan yang dijadikan objek penelitian adalah Kang Lagi Nandang Roga 1, Kang Lagi Nandang Roga 2, Kang Lagi Nandang Roga 3, Panglocitaku, Lare Lara 1, Lare Lara 2, Nalika Anak Kena Lara 2. Menganalisis kata-kata sebagai data yang akan digunakan untuk penelitian, yaitu ungkapan-ungkapan atau penggambaran bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak sebagai tematik penelitian. 3. Menganalisis secara cermat terhadap penggambaran bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak dalam ketujuh geguritan karya Wieranta dengan menggunakan paradigma teori semiotika Michael Riffaterre. Langkahlangkah yang digunakan adalah: a. Penggantian Arti, yaitu menganalisis dan mendeskripsikan metafora dan metonimi yang terdapat dalam ketujuh geguritan karya Wieranta. b. Penyimpangan arti, yaitu menganalisis dan mendiskripsikan penyimpangan yang terjadi dalam geguritan. Penyimpangan didiskripsikan dalam tiga penyebab, yaitu ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense. c. Penciptaan arti, yaitu memaparkan ruang teks yang secara linguistik tidak memiliki mana. Penciptaan arti ini dapat dijabarkan dalam rima, enjabement, homologue, dan tipografi. 4. Penelitian ini menggunakan srtukturalisme dinamik, setelah strukturalisme dinamik dipahami, selanjutnya menafsirkan geguritan menggunakan

25 25 pembacaan semiotik. Dua proses pembacaan semiotik yaitu pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik. 5. Melalui data strukturalisme dinamis dan pengungkapan makna yang diperoleh maka dapat digunakan untuk mengungkapkan bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak dari geguritan karya Wieranta yang ditulis dalam Kumpulan Geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. N. Sistematika Penulisan Penulisan dalam bentuk laporan ini, penulis menyusun urutan-urutan dari bab pertama sampai terakhir sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN. Merupakan sebuah pengantar yang menguraikan tentang latar belakang maslah, pembahasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan, pengertian puisi, struktur puisi, bentuk penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analis data, dan validitas data. BAB II PEMBAHASAN. Merupakan bagian yang memaparkan hasil analisis dari permasalahan yang dibahas dalam penelitian. BAB III PENUTUP. Berisi kesimpulan dan saran, pada bagian akhir disertakan daftar pustaka dan lampiran.

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam 12 Telepon Genggam terdapat banyak gaya bahasa yang khas dan unik serta belum banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bermakna. Hal ini disebabkan karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang menggunakan media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi merupakan bentuk karya sastra yang tersaji menggunakan kata-kata yang indah dan kaya bahasa yang penuh makna (Kosasih, 2008: 31). Keindahan puisi ditentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian memerlukan teori yang tepat agar sesuai dengan objek kajian, teori digunakan untuk mengetahui objek penelitian, maka dalam penelitian dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Sebelumnya, ada beberapa penelitian yang memiliki tema yang sama. Pertama, Intertekstual Lirik-Lirik Lagu Karya Ahmad Dhani: Sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah (1) rancangan atau buram surat dan sebagainya; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah hasil seni kreatif manusia yang menampilkan gambaran tentang kehidupan manusia, menggunakan seni bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra merupakan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor keaslian suatu penelitian. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran, atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Putra (1986), dalam penelitian beliau yang berjudul "Aspek Sastra Dalam Babad Dalem Suatu Tinjauan Intertekstualitas", menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh : EMA WIDIYAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif bermediumkan bahasa yang fungsi estetikanya dominan. Bahasa sastra sangat komunikatif, mengandung banyak arti tambahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu hasil dari kebudayaan. Sastra merupakan kreasi manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra manusia bisa menuangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puisi dalam Kamus Istilah Sastra (1984) adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal yang sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang

Lebih terperinci

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI Dalam kritik yang diberikan Teeew atas karya sastra SUDAH LARUT SEKALI : Kawanku dan Aku karya Chairil Anwar ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA WACANA PUISI JAWA DALAM KOLOM GEGURITAN HARIAN SOLOPOS EDISI PEBRUARI-MARET 2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pandidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah 8 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat Menulis Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Secara umum karya sastra terbagi atas tiga jenis yaitu puisi, prosa dan drama. Menurut Kosasih (2012:1), ketiga jenis karya sastra tersebut dibedakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua negara ini sama sama menghasilkan karya karya sastra dalam bentuk puisi terutama puisi puisi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan maka peneliti yang sifatnya ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia, dengan bahasa orang bisa bertukar pesan dan makna yang digunakan untuk berkomunikasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI 0 KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA MATAMU KARYA SYAIFUL IRBA TANPAKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I. yang dilagukan. Lagu umumnya berisi tentang permasalahan kehidupan

BAB I. yang dilagukan. Lagu umumnya berisi tentang permasalahan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah lagu merupakan hasil salah satu jenis karya sastra yaitu puisi yang dilagukan. Lagu umumnya berisi tentang permasalahan kehidupan manusia. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puisi merupakan salah satu karya yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang populer di antara bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain sebagainya. Sebutan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti yang lebih dulu yang ada kaitannya dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posisi penting pendidikan dalam membangun kualitas bangsa menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Posisi penting pendidikan dalam membangun kualitas bangsa menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Posisi penting pendidikan dalam membangun kualitas bangsa menuntut penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara profesional dan terpadu. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang penting adalah keberdayaan kata untuk meninggalkan kesan kepada pembaca atau pendengarnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Puisi sebagai suatu karya sastra pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang. Perwujudan ekspresi pengarang lewat puisi selanjutnya difasilitasi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yakni (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari adanya Restorasi Meiji. Pada masa Meiji ini banyak dihasilkan karya

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari adanya Restorasi Meiji. Pada masa Meiji ini banyak dihasilkan karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini menggunakan salah satu karya sastra yang berasal dari kesusastraan Jepang modern sebagai objeknya. Kesusastraan Jepang modern dimulai dari adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gaya bahasa menimbulkan efek keindahan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Efek keindahan gaya bahasa berkaitan dengan selera pribadi pengarang dan kepekaannya

Lebih terperinci

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap kali gurindam disebut, maka yang terbesit tidak lain ialah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Seakan-akan hanya Gurindam Dua Belas satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bahasa dipahami sebagai alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat saling menyampaikan pikiran dan perasaannya. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Sastra banyak diminati masyarakat karena bersifat mendidik dan menghibur (sebagai bacaan). Selain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB II. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Pengertian dan Unsur-unsurnya Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini. Penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini. Penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dengan cara memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti terdahulu yang berkaitan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf

Lebih terperinci