STUD1 KERAGAAW MUBU DAN KEAMANAN

Transkripsi

1 STUD1 KERAGAAW MUBU DAN KEAMANAN PRODUK MAKANAN BALlTA KOMERSIAL Oleh DETY DATUARRANG PALIMBONG A JURUSAN 6173 LWASYARAKAT DPlW SUMBEWBAYA KELUARCiia FAKUETAS PERTAMIAM INSTlTUT BERTANIAN BOGOR 1992

2 SlTUDI IZE PRQDUK ElAN ITA KOM3XRSIAJL Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fahltas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh Dety Datuarrang Palimbong A JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PKRTANIAN INSTITUT PKRTANIAN BOGOR 1992

3 DETY DATUARRBNG PALIHBONG. Studi Keragaan Mutu dan Keamanan Produk Komersial Makanan Balita. (Di bawah bim- bingan HIDAYAT SYARIEF dan DBDRNG SUKANDAR). Pemberian makanan tambahan sangat perlu diberikan saat Air Susu Ibu tidak lagi memenuhi kebutuhannya. Seiring dengan semakin maju perkembangan teknologi serta pentingnya makanan bayi maka kini banyak industri yang memproduksi makanan bayi. Tetapi dari kenyataan yang ada tidak menutup kemungkinan mutu dari produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan bayi. Bertitik tolak dari ha1 tersebut maka penelitian ini dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan mutu dan keamanan produk komersial makanan balita yang paling disukai oleh konsumen dan banyak beredar di pasaran Indonesia. Pengkajian mutu protein dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (Steel & Torrie, 1988). Berdasarkan data ~arket share tahun 1991 maka tiga peringkat tertinggi dari produk makanan balita yang disu- kai oleh konsumen adalah PI sebagai peringkat pertama, P2 sebagai peringkat kedua, P3 sebagai peringkat ketiga dengan persentase share berturut-turut sebesar 34 persen, 32 persen dan 9 persen dari total pemasaran ;)roduk makanan bayi.

4 iii Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa kadar karbohidrat, lemak, air dan serat kasar memenuhi persyaratan PAG (1972) dan Standar Industri Indonesia tahun 1988 untuk makanan pelengkap bayi. Radar protein ketiga makanan bayi tersebut (PI = gram, P2 = gram dan P3 = 8.82 gram) belum memenuhi persyaratan yaitu 15 persen dari bobot kering. Hasil penelitian uj i mutu protein menggunakan tikus putih (Rattus novergicus) sebagai hewan percobaan dengan parameter Protein Eficjency Ratio (PER), Net Protein Utilyzation (NPU), Net Protein Ratio (NPR), Nilai Biologi (NB), Nilai Cerna (NC) menunjukkan bahwa ketiga produk makanan bayi memiliki mutu protein yang baik. U j i Duncan pada taraf 1 persen menunjukkan bahwa nilai PER produk P2 berbeda sangat nyata dengan nilai PER produk PI dan P3. Hal ini disebabkan oleh konsumsi protein P2 lebih tinggi dari yang lainnya. Nilai NPU ransum berkisar (kasein = 96.69). Hasil uji Duncan taraf uji 1 persen menunjukkan bahwa nilai NPU dari produk PI memiliki perbedaan yang sangat nyata dengan nilai NPU kedua. produk lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa nilai NPU PI yang paling baik di antara ketiga produk. Nilai NPR dari ketiga produk berkisar Nilai NPR yang paling baik berdasarkan uji Duncan pada taraf 1 persen adalah ransum P2. Nilai biologi dari ketiga

5 iv produk yang diuji berkisar Hasil uji Duncan taraf 1 persen menunjukkan bahwa nilai biologi produk P3 lebih baik dari dua produk yang diuji lainnya. Nilai cerna untuk ketiga produk berkisar persen. Hasil uji Duncan pada taraf uji 1 persen menunjukkan bahwa produk PI berbeda sangat nyata dengan nilai cerna produk P2 dan P3. Kadar logam berat Plumbum (Pb) dan Raksa (Hg) menun- jukkan bahwa ketiga produk tersebut aman dikonsumsi bayi. Kadar Plumbum (Pb) PI sebesar mg/kg, PZ = mg/kg dan P3 = mg/kg. Kadar logam berat raksa (Hg) produk P1 sebesar mg/kg, P2 = mg/kg dan P3 = mg/kg. Kadar Pb dan Hg yang terdapat dalam ketiga produk berada di bawah Standar Industri Indonesia untuk makanan pelengkap bayi siap dikonsumsi ($11, 1988) yaitu kadar plumbum maksimal 0.1 dan kadar Hg maksimal Terdapatnya kadar logam berat diduga karena cemaran saat bahan mentah, proses pengolahan dan produk jadi. Agar kebutuhan gizi bayi memenuhi kecukupan yang dianjurkan per. hari (Widya Karya Nasional, 1988) maka diharapkan bayi mengkonsumsi makanan PI, P2 dan P3 sekitar 100 gram per hari, sehingga jika dalam kenyataannya kurang dari 100 gram disarankan AS1 tetap diberikan.