BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN BAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Hasil Pegumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat adalah, data-data spesifikasi dari alat berat gantry, alat berat mobile crane, dan box girder Data Gantry Gantry adalah alat berat yang berfungsi untuk mengangkut benda-benda berat. Jenis alat berat yang berada di jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang adalah launching gantry 65 ton 50 m. Roller Winch Main Girder Gambar 4.1 Bagian-Bagian Gantry 46

2 47 Gambar 4.2 Gantry yang digunakan pada proyek Paket Mas Mansyur Roller Roller merupakan bagia dari gantry yang berfungsi sebagai pijakan yang menghubungkan gantry dengan pier. Roller tersebut dapat berpindah pada saat launching. Leg Leg gantry atau dapat disebut juga sebagai kaki dari gantry yang memiliki 2 buah kaki, yaitu kaki depan dan kaki belakang. Kaki tersebut berguna ketika akan melaksanakan launching, kaki tersebut menyangga gantry ke segmen jalan layang non tol ketika roller dipindahkan kedepan. Winch Winch atau disebut juga dengan Lifting Winch berfungsi sebagai alat pengangkut benda-benda yang dibutuhkan. Gantry yang digunakan di jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang memiliki 1 winch.

3 48 Main Girder Main Girder adalah bagian terbesar dari bagian-bagian gantry yang lainnya, dan juga merupakan badan dari gantry. Main Girder berfungsi juga sebagai track dari winch. Gambar 4.3 Remote Untuk Mengendalikan Gantry Untuk pengendalian gantry, operator gantry mengendalikan gantry tersebut dengan menggunakan sebuah remote, sehingga operator gantry pada saat mengendalikan atau pelaksanaan pemasangan segment dapat berpindah tempat untuk melihat area yang akan dijangkaunya, sehingga pemasangan segment dapat berjalan dengan baik dan benar. Gambar 4.4 Pemasangan Box Girder dengan Menggunakan Gantry

4 Data Mobile Crane Mobile crane yang berada di jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang khususnya paket Mas Mansyur menggunakan mobile crane berjenis roda karet dan roda rantai. Pada penelitian ini mobile crane yang diteliti yaitu mobile crane yang beroda rantai. Gambar 4.5 Mobile Crane Beroda Rantai Gambar 4.6 Pemasangan Box Girder dengan Menggunakan Mobile Crane Gambar 4.7 Hook Mobile Crane

5 Data Box Girder Box girder merupakan segmen jembatan layang non tol Kampung Melayu- Tanah Abang. Girder itu sendiri adalah Struktur jembatan yang menghubungkan antara Struktur bawah dan sebagai penyangga Plat diatasnya. Ukuran dimensi dari box girder yang berada di proyek jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang khsusnya pada paket Mas Mansyur yaitu panjang box girder adalah 8750 cm, tinggi box girder adalah 2500 cm, lebar box girder adalah 2950 cm, dan berat box girder adalah 45 ton. Gambar 4.8 Dimensi Box Girder Gambar 4.9 Dimensi Box Girder

6 51 Pemasangan box girder lebih sering dilakukan pada malam, hal ini dikarenakan supaya pada waktu pemasangan tidak mengganggu lalu lintas jalan yang ada di bawah jembatan layang non tol tersebut. Selain tidak mengganggu lalu lintas, pekerjaan pemasangan box girder pada malam hari juga tidak mengganggu dan merepotkan pekerja untuk pemasangan dikarenakan terbatasnya area yang ada dan juga untuk menghindari kecelakaan akibat terjatuh benda-benda yang berada di atas Safty Pada Lapangan Keamanan pada saat pengerjaan di proyek sangatlah penting, hal ini untuk menghindari dari kecelakaan-kecelakaan yang terjadi. Sehingga peralatan keamanan pada pekerja wajib digunakan dan juga rambu-rambu wajib dipasang supaya proses pengerjaan di lapangan menjadi lebih aman.peralatan yang wajib digunakan untuk pekerja yaitu: Helm Proyek Helm proyek wajib digunakan untuk semua orang yang berada pada lokasi proyek. Hal ini untuk menjaga kepala dari benda-benda yang jatuh dari atas dan juga untuk menghindari dari benturan-benturan pada kepala. Gambar 4.10 Penggunakan Helm Pada Lokasi Proyek Body Harness Body harness atau pelindung badan ini berfungsi pada saat pekerja melakukan pekerjaan di tepi bangunan. Body harness dilengkapi dengan tali

7 52 yang dapat diikatkan pada besi atau kabel pengikat, hal ini untuk menjaga keamanan pada pekerja ketika melakukan pekerjaan di tepi bangunan. Gambar 4.11 Penggunaan Body Harness Pada Pekerja Rompi Proyek Rompi proyek berfungsi untuk mengenal/mengetahui antara pekerja dengan yang bukan pekerja. Rompi proyek juga mengetahui pekerja berasal dari perusahaan kontraktor atau pekerja dari konsultan. 4.2 Pelaksanaan Kerja Alat Berat Pelaksanaan Kerja Alat Berat tersebut yaitu menunjukkan langkah-langkah alat berat bekerja pada waktu pemasangan box girder atau segment jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang khususnya pada paket Mas Mansyur. Pelaksanaan kerja tersebut yaitu terdiri dari mulai pemasangan alat berat ke segment atau box girder, sampai dengan pelepasan segment dari alat berat. Dalam proyek jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang khususnya pada paket Mas Mansyur, pelaksanaan kerja pada pemasangan segment atau yang biasa disebut dengan erection menggunakan 2 alat berat yaitu ganty dan mobile crane beroda rantai. Pada mobile crane yang beroda karet hanya digunakan untuk pemasangan atau pelepasan formwork saja dan alat-alat lainnya, hal tersebut dikarenakan kekuatan angkat mobile crane beroda karet yang berada di paket Mas

8 53 Mansyur hanya memiliki kuat angkat yang kecil yaitu 35 ton, sedangkat segment jalan layang non tol memiliki berat sebesar 45 ton. Pelaksanaan kerja alat berat biasanya dilakukan pada malam hari, hal tersebut dikarenakan untuk menghindari/menambahkan kemacetan lalu lintas. Pada pelaksanaan kerja untuk alat berat gantry bias dilakukan pada malam hari Karena gantry diletakkan di atas kolom/pier jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang. Pada pelaksanaan kerja untuk alat berat mobile crane beroda rantai hanya bias dilakukan pada malam hari atau saat lalu lintas tidak ramai atau sedikitnya kendaraan yang lewat, hal tersebut dikarenakan alat berat mobile crane broda rantai membutuhkan area yang luas sehingga dapat menutupi 2 jalur jalanan Pelaksanaan Kerja Alat Berat Menggunakan Gantry Langkah-langkah pelaksanaan pemasangan segment atau box girder dengan menggunakan alat berat gantry, yaitu: a. Pemasangan Gantry dengan Segment Pertaman-tama box girder yang akan diangkat diikatkan terlebih dahulu ke gantry. Biasanya box girder sudah ada dilokasi proyek, apabila box girder tidak ada dilokasi proyek dikarenakan terbatasnya lahan untuk menaruh box girder ataupun adany keterbatasan stock box girder, maka mobil pengangkut box girder akan mengantarkan box girder dari lokasi pembuatan box girder tersebut menuju area proyek. Pengiriman box girder dilakukan pada malam hari, hal tersebut dikarenakan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dan juga menghindari dari terjadinya kecelakaan. Mobil pengantar box girder tiba dilokasi proyek sekitar jam 10 malam.

9 54 Setelah mobil pengantar box girder berhenti pada lokasi yang dijangkau gantry maka dilakukannya pengikatan box girder kepada gantry untuk siap diangkat. Proses waktu pengangkutan terdapat pada bagian hasil pengolahan data. Gambar 4.12 Proses Pemasangan Gantry dengan Box Girder Setelah proses pemasangan gantry dengan box girder sudah selesai, maka dilakukannya proses pengangkatan/pemindahan segment atau box girder. b. Pemindahan Segment Proses pemindahan segment yaitu proses pengangkatan segment dan peletakkan segment pada segment jalan layang non tol yang sudah terpasang atau pada kolom/pier jalan layang non tol, apabila pada kolom/pier belum terpasang segment sama sekali. Gambar 4.13 Proses Pemindahan Box Girder dengan Gantry

10 55 Gambar 4.14 Proses Perapatan Box Girder Jarak antara box girder yang belum terpasang dengan box girder yang sudah terpasang yaitu sekitar cm, hal tersebut berfungsi untuk pemasangan karet lubang, pemasangan lem box girder, dan pekerjaan lainnya. Jenis lem box girder yaitu O-Basf Concresive Setelah jarak antara box girder yang belum terpasang dengan box girder sudah terpasang pas, maka dilakukannya proses pemasangan/penyambungan box girder. c. Penyambungan Segment Proses penyambungan/pemasangan segment atau box girder yaitu terdiri dari pengeleman, setelah di lem box girder ditempelkan, setelah itu dilakukannya stressing. Gambar 4.15 Proses Pemasangan Karet Lubang

11 56 Proses ini dilakukan untuk menghindari air yang masuk pada lubang tulangan jalan layang non tol apabila terjadi perembesan air. Selain proses pemasangan karet lubang, juga dilakukannya proses pengeringan segment akibat terkena air, hal tersebut supaya lem segment dapat merekat kuat dan tidak mengurangi kekuatan lem akibat terkena air yang berada pada segment jalan layang non tol tersebut. Gambar 4.16 Proses Pengadukan Lem Segment Lem untuk segment tersebut terdiri dari 3 bagian, maka dari itu ketiga lem tersebut disatukan dengan cara pengadukan. Proses pengadukan lem tersebut selesai hingga lem mencapai berwarna abu-abu, biasanya proses pengadukan lem sekitar ± 2 menit. Setelah lem sudah selesai diaduk, kemudian lem dipasangkan ke bagian pinggir salah satu segment. Proses pengelemannya menggunakan tangan supaya plaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan cepat, sebelumnya tangan dilapisi dengan sarung tangan berbahan silicon supaya tangan tidak mengalami iritasi kulit. Sarung tangan berbahan silicon tersebut hanya dapat digunakan 1 kali pakai saja, karena sarung tangan tersebut sudah terkena lem dan akan rusak karena pengerasan. Setelah bagian dari salah satu segment sudah dioleskan dengan lem, lalu dilakukannya pressing atau

12 57 perapatan segment. Setelah segment sudah rapat, maka dilakukan proses stressing. Gambar 4.17 Proses Pengeleman Gambar 4.18 Proses Stressing Proses stressing ini yaitu pemasangan kedua besi pada bagian atas kanan dan kiri dan juga bagian bawah kanan dan kiri yang dimasukkan kedalam lubang yang sudah ada, lalu di stressing dengan menggunakan alat sampai dengan kekuatan 32 MPa pada bagian atas dan 30 MPa pada bagian bawah. Setelah proses stressing selesai maka proses pemasangan sudah selesai, pada siang hari barulah dilakukan proses penulangan jalan layang non tol, setelah proses penulangan selesesai, besi yang berada di dalam segment sudah bisa dilepas. d. Pelepasan Gantry dengan Segment Proses pelepasan segment dari gantry dilakukan setelah proses pemasangan/penyambungan segment selesai. Setelah proses pelepasan

13 58 segment dari gantry, maka gantry akan menuju ke box girder yang berada dibawah untuk melakukan proses pemasangan kembali. Gambar 4.19 Proses Pelepasan Segment Dalam satu malam, pemasangan segment dapat dilakukan sebanyak 8 buah segment, namun pada proyek jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang pada paket Mas Mansyur hanya bisa dilakukan paling banyak 4 buah segment, hal tersebut dikarenakan permintaan konsultan perencana untuk melakukan pengecekan pada pagi hari. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan erection segment sebanya 10 orang, dan operator untuk gantry sebanyak 2 orang. e. Skema Pemindahan Segment Dengan Gantry Gambar 4.20 Skema Pemindahan Segment Dengan Gantry

14 59 Pada gambar 4.20 yaitu skema pemindahan segment box girder dengan menggunakan alat berat gantry dengan jarak rata-rata pemindahan segment box girder memiliki jarak yang sama. Pada segment 3U dipindahkan dengan menggunakan gantry pada lokasi awal menuju lokasi pemasangan sejauh jarak horizontal yaitu 2 M, sedangkan segment 4U memiliki jarak 15 M dari lokasi awal ke lokasi pemasangan, dan jarak segment 5U memiliki jarak 18 M dari lokasi awal ke lokasi pemasangan. f. Proses Launcing Gantry Pemindahan gantry dapat disebut juga dengan nama launching gantry, launching gantry dilakukan ketika pekerjaan gantry pada bagian tersebut selesai dilakukan atau segment box girder pada bagian tersebut sudah terpasang seluruhnya. Gantry akan pindah ke bagian segment yang belum terpasang seluruhnya atau maju kedepan ke bagian berikutnya. Proses pemindahan gantry atau launching gantry terdiri dari beberapa langkah, yaitu: Langkah Pertama Gambar 4.21 Launching Gantry Langkah Pertama

15 60 Pada langkah pertama, roller B (RB) dipasang/diletakkan pada segment 3U pier n-1. Jarak antara pier yang satu ke pier yang berikutnya berjarak 50 meter. Setelah pemasangan/peletakkan roller B (RB) sudah terpasang kemudian dilanjutkan pada langkah kedua. Langkah kedua Gambar 4.22 Launching Gantry Langkah Kedua Pada langkah kedua, roller A (RA) dipindahkan dari segment A0 pier n-1 menuju segment 3U pier n, kemudian diletakkan pada segment 3U pier n, pimindahan roller diangkat dengan winch atau yang biasa disebut sebagai alat pengangkut. setelah proses launching gantry pada langkah ke dua selesai dilaksanakan, kemudan dilanjutkan pada langkah ketiga. Langkah Ketiga Pada langkah ketiga, dilakukannya proses memajukan/memindahkan gantry/launching gantry. Gantry dipindahkan sampai front leg atau kaki depan gantry pada segment 1U pier n+1, hal ini dikarenakan supaya roller A (RA) dapat diletakkan pada segment A0 pada langkah keempat, dan juga pada bagian belakang masih bisa ditumpu oleh roller B (RB). Setelah gantry sudah dipindahkan/dimajukan, kemudian turunkan front

16 61 leg/kaki depan gantry, hal ini berfungsi untuk menyeimbangkan gantry supaya tetap seimbang posisinya pada saat roller A (RA) dipindahkan. Gambar 4.23 Launching Gantry Langkah Ketiga Langkah Keempat Gambar 4.24 Launching Gantry Langkah Keempat Setelah front leg/kaki depan gantry terpasang dilakukannya langkah keempat. Proses langkah keempat yaitu pemindahan roller A (RA) dari segment 3U pier n menuju segment A0 pier n+1, setelah roller A (RA) dipindahkan kemudiaan roller A (RA) dipasang pada segment A0 pier

17 62 n+1. Setelah lagkah keempat selesai dilaksanakan kemudian menuju ke langkang kelima. Langkah Kelima Gambar 4.25 Launching Gantry Langkah Kelima Pada langkah kelima, merupakan proses penaik front leg/kaki depan gantry hal ini karena sudah adanya roller A (RA) yang sudah menjaga keseimbangan pada bagian depan gantry. Setelah front leg/kaki depan gantry sudah dinaikkan dari segment, kemudian dilakukan penurunan rear leg/kaki belakang gantry pada segment 2U pier n-1, hal ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan gantry pada bagian belakang pada saat pemindahan roller B (RB) pada langkah keenam nanti. Seletah proses langkah kelima selesai dilaksanakan, kemudian menuju ke proses langkah keenam. Langkah Keenam Langkah keenam yaitu proses pemindahan roller B (RB) dari segment 3U pier n-1 menuju pada segment 3U pier n. setelah roller B (RB) dipindahkan dari segment 3U pier n-1 menuju pada segment 3U pier n dengna menggunakan winch, kemudian roller B (RB) dipasang pada

18 63 segment 3U pier n. Proses langkah keenam dapat dilihat pada gambar 4.26, pada gambar 4.26 dapat diliat juga pada rear leg/kaki belakang gantry yang sudah terpasang pada segment 2U pier n-1. Gambar 4.26 Launching Gantry Langkah Keenam Setelah langkah keenam terpasang, kemudian dilanjutkan pada langkah ketujuh, yaitu langkah launching gantry tahap terakhir. Langkah Ketujuh Langkah ketujuh, yaitu langkah terakhir. Pada langkah ini rear leg/kaki belakang gantry diangkat atau dilepaskan dari segment 2U pier n-1. Setelah rear leg/kaki belakang gantry sudah terlepas dari segment 2U pier n-1, kemudian gantry dimajukan kembali sampai ujung depan gantry berada diantara pier n+1 dan pier n+2. Setelah langkah tersebut selesai, maka proses langkah ketujuh, langkah terakhir dari launching gantry sudah selesai dilakukan, kemudian gantry dapat bekerja kembali, yaitu pengangkatan dan pemasangan segment box girder dari pier n hingga pier n+2.

19 64 Gambar 4.27 Launching Gantry Langkah Ketujuh Pada proses launching gantry biasanya dibutuhkan waktu 1-3 hari, hal ini tergantung dari type gantry dan ukuran gantry tersebut. Pada proyek paket Mas Mansyur type alat berat gantry tersebut membuuhkan waktu sampai 2 hari, dan juga membutuhkan tenaga kerja ± 20 tenaga kerja Pelaksanaan Kerja Alat Berat Menggunakan Mobile Crane beroda Rantai Langkah-langkah pelaksanaan pemasangan segment atau box girder dengan menggunakan alat berat mobile crane beroda rantai hampir sama dengan pemasangan segment atau box girder dengan menggunakan alat berat gantry, dan juga tenaga kerja pada proses pemasangan segment menggunakan alat berat mobile crane beroda rantai lebih banyak ± 5 orang dari proses pemasangan segment dengan menggunakan alat berat gantry, hal ini dikarenakan untuk pengarahan box girder menuju segment yang sudah terpasang. Langkah-langkah pengerjaan mobile crane beroda rantai yaitu: a. Pemasangan Mobile Crane dengan Segment Proses pertama pengerjaan mobile crane beroda rantai yaitu pemasangan segment atau pengikatan segment ke alat berat mobile crane. Sebelum

20 65 mobile crane digunakan untuk erection, jalan yang akan digunakan oleh mobile crane ditutup terlebih dahulu, karena mobile crane membutuhkan area atau lahan gerak yang cukup luas hingga memakan 2 jalur, sehingga jalan yang menuju ke arah mobile crane dialihkan, sehingga mobile crane dapat bekerja dengan lancer. Sebelum dilakukan pengangkatan, box girder terlebih dahulu dipasang alat pengait untuk dikaitkan ke hook mobile crane, bentuk pengaitnya hamper sama dengan pengait alat berat gantry. Setelah pengait sudah terpasang dengan kuat pada box girder, barulah dikaitkan pada hook mobile crane dan kemudian menuju ke proses pemindahan atau proses pengangkatan segment. Gambar 4.28 Alat Pengait Box Girder Gambar 4.11 Alat Pengait Dikaitkan ke Hook

21 66 b. Pemindahan Segment Dengan Menggunakan Mobile Crane Pemindahan segment box girder menuju segment yang sudah terpasang dengan menggunakan alat berat mobile crane lebih sulit/tidak semudah pada pemasangan/pemindahan segment box girder dengan menggunakan alat berat gantry. Hal ini dapat dibuktikan dengan penambahan tenaga kerja ± 5 orang untuk mengarahkan segment box girder menuju segment box girder yang telah terpasang, karena pengarahannya hanya bisa dilakukan secara manual dengan menggunakan tali tambang yang diikatkan di besi yang terletak dipinggir box girder, satu tali untuk pengarahan dari diatas dan satu tali untuk pengarahan dari bawah yang masing-masing talinya dipegang 2 pekerja dan satu orang lagi mengintruksikan arahnya. Gambar 4.12 Proses Pemindahan Box Girder dengan Mobile Crane Gambar 4.13 Proses Pengaturan Pengepasan Jarak Box Girder

22 67 Gambar 4.14 Pengepasan Posisi Menggunakan Tali Dalam proses pengangkatan biasanya terdapat kesulitan untuk pengepasan posisi dan pengarahan posisi segment box girder tersebut, hal ini dikarenakan sebelah kiri segment box girder sangant dekat dan hampir berbenturan dengan segment box girder yag telah terpasang, dan sebelah kanan segment box girder sangat dekat dan bekali-kali terjadi benturan kecil segment box girder dan besi yang berada dibagian tepi segment box girder dengan boom mobile crane, sehingga pengarahan posisi ini sangat penting supaya segment box girder dapat pas dengan posisi yang diinginkan. Besi yang berada di bagian tepi segment box girder sebagian harus dibengkokkan agar tidak mengenai boom mobile crane. Gambar 4.15 Bagian Kanan dan Kiri Segment yang Rapat Jaraknya

23 68 Gambar 4.16 Proses Pembengkokkan Besi Segment Setelah masalah proses pengangkutan terselesaikan, dan segment box girder sudah sesuai dengan posisinya kemudian masuk dalam proses berikutnya, yaitu proses pemasangan segment box girder dengan segment yang sudah terpasang sebelumnya. Gambar 4.17 Box Girder Sudah Sesuai dengan Posisinya Jarak antara box girder yang belum terpasangan dengan box girder yang sudah terpasang yaitu sekitar cm, hal tersebut berfungsi untuk pemasangan karet lubang, pemasangan lem box girder, dan pekerjaan lainnya. Jenis lem box girder yaitu O-Basf Concresive c. Penyambungan Segment Dengan Menggunakan Mobile Crane Langkah-langkah dari proses penyambungan/pemasangan segment atau box girder pada mobile crane beroda rantai sama dengan Langkah-langkah dari

24 69 proses penyambungan/pemasangan segment atau box girder pada alat berat gantry, yaitu terdiri dari pengeleman, setelah di lem box girder ditempelkan, setelah itu dilakukannya stressing. Dimana sebelum dilakukan pemasangan lem khusus pada box girder, box girder yang sudah dipasang/disambung dengan box gireder yang lainnya terlebih dahulu dipasang karet lubang, yaitu karet yang dipasang pada lubang-lubang kecil yang berada ditepi box girder, hal ini berfungsi untuk mencegah air masuk yang terjadi akibat perembesan, sehingga lubang-lubang kecil yang berada di tepi box girder yang telah dimasukkannya pembesiaan tidak terjadi karat pada besi tersebut. Setelah lubang sudah dilapisi dengan karet, lalu dilakukannya proses pengeleman yang berada dipinggir box girder. Setelah proses pengeleman selesai kemudian box girder dirapatkan dan ditempelkan dengan box girder yang sudah terpasang. Setelah itu dilakukannya proses stressing. Proses stressing ini sama dengan proses-proses stressing sebelumnya. d. Pelepasan Mobile Crane dengan Segment Proses pelepasan segment dengan mobile crane dilakukan setelah proses pemasangan/penyambungan segment benar-benar sudah selesai. Setelah proses pelepasan segment dari mobile crane, maka mobile crane akan menuju ke box girder berikutnya yang berada pada lokasi penaruhan box girder untuk melakukan proses pemasangan kembali. Dalam satu malam, pemasangan segment dengan menggunakan alat berat mobile crane beroda rantai biasanya dapat dilakukan 2 buah segment dan paling banyak bisa mencapai 4 buah segment. Pemasangan segment tidak bisa dilakukan dalam jumlah ganjil, hal ini dikarenakan untuk menjaga

25 70 keseimbangan pier/kolom jembatan layang non tol tersebut. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan erection segment sebanya 15 orang, dan operator untuk mobile crane sebanyak 2 orang. e. Skema Pemindahan Segment Dengan Mobile Crane Gambar 4.18 Skema Pemindahan Segment Dengan Mobile Crane Gambar 4.36 yaitu gambar skema pemindahan segment box girder dengan menggunakan alat berat mobile crane. Pada skema tersebut yaitu pemindahan segment box girder dengan rata-rata jarak yang sama, yaitu pada segment 3U memiliki jarak horizontal sebesar 2 M dari lokasi awal ke lokasi pemasangan, kemudian pada segment 4U memiliki jarak 15 M dari lokasi awal ke lokasi pemasangan, dan pada segment 5U memiliki jarak 18 M dari lokasi awal ke lokasi pemasangan. 4.3 Hasil Pengolahan Data Kinerja Dari Segi Alat Berat Launching Gantry Dengan Mobile Crane Hasil pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari, pengolahan data waktu pelaksanaan pekerjaan alat berat gantry dan mobile crane, selanjutnya dilakukannya

26 71 perbandingan data-data kedua alat tersebut. Perbandingan tersebut dapat menghasilkan kesimpulan yang berfungsi untuk menentukan dan mengetahui kinerja waktu pemasangan dari kedua alat tersebut yang lebih efektif. Adapun data-data alat berat gantry dan mobile crane yaitu: Rata-rata waktu Erection Segment untuk gantry Pada penelitian proyek jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang didapatkan beberapa sampel waktu erection segment untuk pekerjaan alat berat gantry, ada beberapa sampel yang jarak segment box girder ke lokasi memiliki jarak yang sama, jarak yang sama tersebut waktunya dirataratakan. Hasil rata-rata waktu erection segment pada pekerjaan gantry yang memiliki jarak yang sama dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 Tabel 4.1 Rata-Rata Erection Segment Jarak 2 M Untuk Gantry Pekerjaan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel 6 Rata-Rata Rata-Rata (detik) Pemasangan Gantry dengan Segment Pemindahan Segment Penyambungan Segment Pelepasan Gantry dengan Segment 00:04:55 00:06:00 00:04:28 00:05:18 00:05:01 00:04:27 00:05: :10:44 00:09:54 00:09:41 00:09:49 00:08:43 00:09:21 00:09: :41:51 00:52:15 00:42:33 00:45:42 00:44:14 00:38:42 00:44: :01:57 00:01:05 00:02:27 00:04:37 00:02:59 00:01:58 00:02: Pada tabel 4.1 rata-rata waktu erection segment untuk jarak 2 m pekerjaan alat berat gantry diperoleh hasil untuk waktu pemasangan selama 302 detik, pemindahan sebesar 582 detik, penyambungan sebesar 2653 detik dan pelepasan sebesar 150 Detik. erection segment terlama terjadi pada proses penyambungan segment hal disebabkan pada proses ini adanya proses pengadukan lem, proses pengeleman, dan proses stressing. Dan waktu tercepat pada proses pelepasan gantry dengan segment, hal ini

27 72 disebabkan karena proses pekerjaan tersebut hanya pekerjaan pelepasan baut pengait gantry yang di pasangkan pada segment. Tabel 4.2 Rata-Rata Erection Segment Jarak 15 M Untuk Gantry Pekerjaan Pemasangan Gantry dengan Segment Pemindahan Segment Penyambungan Segment Pelepasan Gantry dengan Segment Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel 6 Sampel 7 Sampel 8 Rata-Rata Rata-Rata (detik) 00:04:06 00:05:02 00:07:45 00:05:13 00:04:18 00:06:07 00:05:03 00:06:31 00:05: :37:16 00:13:11 00:10:56 00:11:59 00:15:51 00:14:25 00:13:26 00:12:35 00:16: :53:47 00:50:44 00:36:23 00:51:23 00:47:32 00:45:02 00:44:18 00:47:54 00:47: :05:09 00:03:25 00:01:26 00:02:05 00:03:57 00:02:54 00:04:02 00:03:19 00:03: Pada tabel 4.2 rata-rata waktu erection segment untuk jarak 15 m pekerjaan alat berat gantry diperoleh hasil untuk waktu pemasangan selama 331 detik, pemindahan sebesar 972 detik, penyambungan sebesar 2828 detik dan pelepasan sebesar 197 Detik. erection segment terlama terjadi pada proses penyambungan segment hal disebabkan pada proses ini adanya proses pengadukan lem, proses pengeleman, dan proses stressing. Dan waktu tercepat pada proses pelepasan gantry dengan segment, hal ini disebabkan karena proses pekerjaan tersebut hanya pekerjaan pelepasan baut pengait gantry yang di pasangkan pada segment box girder. Tabel 4.3 Rata-Rata Erection Segment Jarak 18 M Untuk Gantry Pekerjaan Sampel 1 Sampel 2 Rata-Rata Rata-Rata (detik) Pemasangan Gantry dengan Segment 00:04:39 00:04:14 00:04: Pemindahan Segment 00:28:40 00:25:38 00:27: Penyambungan Segment 00:51:37 00:43:02 00:47: Pelepasan Gantry dengan Segment 00:02:18 00:02:12 00:02:15 135

28 73 Pada tabel 4.3 rata-rata waktu erection segment untuk jarak 18 m pekerjaan alat berat gantry diperoleh hasil untuk waktu pemasangan selama 267 detik, pemindahan sebesar 1629 detik, penyambungan sebesar 2840 detik dan pelepasan sebesar 135 Detik. erection segment terlama terjadi pada proses penyambungan segment hal disebabkan pada proses ini adanya proses pengadukan lem, proses pengeleman, dan proses stressing. Dan waktu tercepat pada proses pelepasan gantry dengan segment, hal ini disebabkan karena proses pekerjaan tersebut hanya pekerjaan pelepasan baut pengait gantry yang di pasangkan pada segment. Rata-rata waktu untuk mobile crane beroda Rantai Selain sampel alat berat gantry, penelitian pada proyek jalan non tol Kampung Melayu-Tanah Abang paket Mas Mansyur didapatkan juga beberapa sampel waktu erection segment alat berat mobile crane, dan memiliki beberapa jarak segment box girder ke lokasi yang berbeda. Adapun beberapa sampel yang jarak segment box girder ke lokasi memiliki jarak yang sama, jarak yang sama tersebut waktunya dirata-ratakan. Hasil rata-rata waktu erection segment pada pekerjaan mobile crane yang memiliki jarak yang sama seperti terlihat pada tabel 4.4, 4.5, dan 4.6. Tabel 4.4 Rata-Rata Erection Segment Jarak 2 M Untuk Mobile Pekerjaan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel 6 Rata Rata-Rata (detik) Pemasangan Gantry dengan Segment Pemindahan Segment Penyambungan Segment Pelepasan Gantry dengan Segment 00:04:55 00:06:00 00:04:28 00:05:18 00:05:01 00:04:27 00:05: :10:44 00:09:54 00:09:41 00:09:49 00:08:43 00:09:21 00:09: :41:51 00:52:15 00:42:33 00:45:42 00:44:14 00:38:42 00:44: :01:57 00:01:05 00:02:27 00:04:37 00:02:59 00:01:58 00:02:30 105

29 74 Pada tabel 4.4 rata-rata waktu erection segment untuk jarak 2 m pekerjaan alat berat mobile crane diperoleh hasil untuk waktu pemasangan selama 286 detik, pemindahan sebesar 1565 detik, penyambungan sebesar 3120 detik dan pelepasan sebesar 374 Detik. erection segment terlama terjadi pada proses penyambungan segment hal disebabkan pada proses ini adanya proses pengadukan lem, proses pengeleman, dan proses stressing, waktu terlama kedua terjadi pada proses pemindahan segment hal ini disebabkan pada proses ini pengarahan posisi segment secara manual dengan tambahan tenaga kerja, semakin panjang jaraknya maka akan semakin panjang pula waktu yang didapatkan. Dan waktu tercepat pada proses pelepasan gantry dengan segment, hal ini disebabkan karena proses pekerjaan tersebut hanya pekerjaan pelepasan baut pengait gantry yang di pasangkan pada segment. Tabel 4.5 Rata-Rata Erection Segment Jarak 15 M Untuk Mobile Crane Pekerjaan Pemasangan Mobile Crane dengan Segment Pemindahan Segment Penyambungan Segment Pelepasan Mobile Crane dengan Segment Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Rata-Rata Rata-Rata (detik) 00:05:07 00:05:43 00:04:15 00:05: :46:23 00:44:55 00:47:58 00:46: :51:59 00:46:31 00:50:43 00:49: :06:40 00:07:54 00:03:02 00:05: Pada tabel 4.5 rata-rata waktu erection segment untuk jarak 15 m pekerjaan alat berat mobile crane diperoleh hasil untuk waktun pemasangan selama 302 detik, pemindahan sebesar 2785 detik, penyambungan sebesar 2984 detik dan pelepasan sebesar 352 Detik. erection segment terlama

30 75 terjadi pada proses penyambungan segment hal disebabkan pada proses ini adanya proses pengadukan lem, proses pengeleman, dan proses stressing, waktu terlama kedua terjadi pada proses pemindahan segment hal ini disebabkan pada proses ini pengarahan posisi segment secara manual dengan tambahan tenaga kerja, semakin panjang jaraknya maka akan semakin panjang pula waktu yang didapatkan. Dan waktu tercepat pada proses pelepasan gantry dengan segment, hal ini disebabkan karena proses pekerjaan tersebut hanya pekerjaan pelepasan baut pengait gantry yang di pasangkan pada segment. Tabel 4.6 Erection Segment Untuk Jarak 18 M Mobile Crane Pekerjaan Sampel 1 Pemasangan Mobile Crane dengan Segment Rata-Rata (detik) 00:04: Pemindahan Segment 00:49: Penyambungan Segment 00:54: Pelepasan Mobile Crane dengan Segment 00:04: Pada tabel 4.6 rata-rata waktu erection segment untuk jarak 18 m pekerjaan alat berat mobile crane diperoleh hasil untuk waktu pemasangan selama 265 detik, pemindahan sebesar 2991 detik, penyambungan sebesar 3243 detik detik dan pelepasan sebesar 269 Detik. erection segment terlama terjadi pada proses penyambungan segment hal disebabkan pada proses ini adanya proses pengadukan lem, proses pengeleman, dan proses stressing, waktu terlama kedua terjadi pada proses pemindahan segment hal ini disebabkan pada proses ini pengarahan posisi segment secara manual

31 76 dengan tambahan tenaga kerja, semakin panjang jaraknya maka akan semakin panjang pula waktu yang didapatkan. Dan waktu tercepat pada proses pelepasan gantry dengan segment, hal ini disebabkan karena proses pekerjaan tersebut hanya pekerjaan pelepasan baut pengait gantry yang di pasangkan pada segment. Perbandingan rata-rata waktu Erection Segment gantry dan mobile crane dengan jarak yang sama Setelah dilakukannya perbandingan rata-rata waktu yang sama pada alat berat gantry dan mobile crane, kemudian dilakukannya perbandingan ratarata waktu gantry dan mobile crane dengan jarak yang sama. Hasil rata-rata waktu gantry dan mobile crane dengan jarak yang sama, yaitu: Tabel 4.7 Perbandingan Rata-Rata Erection Segment Dengan Alat Gantry Dan Mobile Crane Dengan Jarak 2 Meter Gantry Mobile Crane Pekerjaan Rata-Rata Rata-Rata Pemasangan Segment 00:05:02 00:04:46 Pemindahan Segment 00:09:42 00:26:05 Penyambungan Segment 00:44:13 00:52:00 Pelepasan Segment 00:02:30 00:06:14 Total 01:01:27 01:29:05 Total (detik) 3,687 5,345 yg dibutuhkan (terhadap waktu terlama/ Mobile Crane) (%) Efisiensi (%) erection segment yang dibutuhkan alat berat gantry (terhadap waktu terlama/mobile Crane) dan efisiensi erection segment dapat diketahui sebagai berikut: - W = (G/M)X100% (4.1) - E = ((M-G)/M)X100% (4.2) Dimana :

32 77 W = yang dibutuhkan (terhadap waktu terlama/ Mobile Crane) (%) G = Total waktu (detik) alat berat gantry M = Total waktu (detik) alat berat mobile crane E = Efisiensi (%) Pada data tabel 4.7 diatas yaitu data rata-rata waktu erection segment dengan alat gantry dan alat mobile crane yang berjarak 2 meter, kemudian total waktu erection segment dibandingkan, sehingga didapatkan Berdasarkan persentase waktu erection segment yang dibutuhkan (terhadap waktu terlama/ Mobile Crane) dan efesiensi erection segment pada jarak 2 meter diperoleh hasil sebagai berikut : - Hasil waktu erection segment yang dibutuhkan alat berat gantry adalah 68.98% dari waktu erection segment yang dibutuhkan mobile crane. - Efesiensi erection segment pada jarak 2 meter yaitu, gantry lebih efesien sebesar 31.02% dibandingkan dengan mobile crane untuk jarak 2 meter. Tabel 4.8 Perbandingan rata-rata waktu Erection Segment Gantry dan Mobile Crane Dengan Jarak 15 Meter Pekerjaan Gantry Mobile Crane Rata-Rata Rata-Rata Pemasangan Segment 00:05:31 00:05:02 Pemindahan Segment 00:16:12 00:46:25 Penyambungan Segment 00:47:08 00:49:44 Pelepasan Segment 00:03:17 00:05:52 Total 01:12:08 01:47:03 Total (detik) 4,328 6,423 yg dibutuhkan (terhadap waktu terlama/ Mobile Crane) (%) Efisiensi (%)

33 78 erection segment yang dibutuhkan (terhadap waktu terlama/ Mobile Crane) dan efisiensi dapat diketahui pada perhitungan (4.1), dan perhitungan (4.2). Proses perbandingan waktu erection segment pada data tabel 4.8 sama dengan tabel 4.7 hampir sama. Perbedaan tabel 4.8 dengan tabel 4.7 yaitu pada jaraknya, tabel 4.8 memiliki jarak 15 meter, sehingga waktu yang didapatkan berbeda. Berdasarkan persentase waktu erection segment yang dibutuhkan (terhadap waktu terlama/ Mobile Crane) dan efesiensi erection segment pada jarak 15 meter diperoleh hasil sebagai berikut: - Hasil waktu erection segment yang dibutuhkan Gantry 67.38% dari waktu erection segment yang dibutuhkan Mobile Crane - Efesiensi pada jarak 15 meter yaitu, gantry lebih efesien 32.62% dibandingkan dengan mobile crane untuk jarak 15 meter. Tabel 4.1 Perbandingan rata-rata waktu Erection Segment Gantry Dan Mobile Crane Dengan Jarak 18 Meter Gantry Mobile Crane Pekerjaan Rata-Rata Rata-Rata Pemasangan Segment 00:04:27 00:04:25 Pemindahan Segment 00:27:09 00:49:51 Penyambungan Segment 00:47:20 00:54:03 Pelepasan Segment 00:02:15 00:04:29 Total 01:21:10 01:52:48 Total (detik) 4,870 6,768 yg dibutuhkan (terhadap waktu terlama/ Mobile Crane) (%) Efisiensi (%)

34 79 erection segment yang dibutuhkan (terhadap waktu terlama/ Mobile Crane) dan efisiensi dapat diketahui pada perhitungan (4.1), dan perhitungan (4.2). Berdasarkan waktu erection segment yang dibutuhkan (terhadap waktu terlama/ Mobile Crane) dan efesiensi erection segment pada jarak 18 meter diperoleh hasil sebagai berikut: - Hasil erection segment yang dibutuhkan alat berat gantry adalah 71.96% dari waktu erection segment yang dibutuhkan mobile crane. - Efesiensi pada jarak 18 meter yaitu, gantry lebih efesien 28.04% dibandingkan dengan mobile crane untuk jarak 18 meter. Efesiensi alat berat gantry terhadap mobile crane untuk jarak 2 meter sampai dengan dengan jarak 18 meter brrbeda, hal ini dipengaruhi pada jarak proses pemindahan segment. Tabel 4.2 Jumlah Segment yang Terpasang Dengan Menggunakan Gantry dan Mobile Crane Tanggal 21/11/12 4/12/2012 Jarak (Meter) Jumlah Segment Terpasang Gantry Mobile Crane /12/ /1/2013 9/1/ /01/13 6/12/ /12/12 6/1/ /01/ Kinerja pemasangan komponen box girder perhari biasanya bisa mencapai 2 sampai 8 komponen box girder perharinya dengan menggunakan alat berat

35 80 gantry, namun pada paket Mas Mansyur pihak konsultan perencana menginginkan pemasangan komponen box girder dalam satu hari maksimal pemasangan sebanyak 4 buah komponen box girder. Hal ini diketahui untuk pengecekan oleh pihak konsultan perencana pada siang hari, dan juga menjaga dari mutunya. Untuk kinerja pemasangan komponen box girder perhari dengan menggunakan alat berat mobile crane biasanya bisa mencapai 2 sampai 4 komponen box girder perharinya. Hal ini dikarenakannya keterbatasan waktu, karena mobile crane membutuhkan ruas jalan sebesar 2 jalur, sehingga mobile crane dapat beroperasi ketika lalu lintas sudah mulai tidak ramai, sehingga ketika mobile crane beroperasi tidak mengganggu lalu lintas Kinerja Dari Segi Biaya dan Tenaga Kerja Alat Berat Gantry Dengan Mobile Crane Peroses pengolahan data biaya dari alat berat dan tenaga kerja ini, dilakukan untuk mengetahui biaya alat berat yang mana yang lebih murah. Hal tersebut diketahui dari penyewaan alat berat dan upah tenaga kerja. Proses erection segment, jumlah tenaga kerja sangatlah penting. Hal ini menentukan waktu pengerjaannya. Data Biaya Alat Berat Data biaya alat berat ini terdiri dari biaya alat berat gantry dan mibile crane, yaitu: Tabel 4.3 Data Harga Alat Berat Alat Berat Biaya Sewa Biaya Per Hari Gantry Rp /502 hari Rp 20,916, Mobile crane Rp /1 bulan Rp 3,333, Sumber: Data Harga PT. VSL Indonesia

36 81 Data alat berat yang berada pada tabel diatas yaitu alat berat yang bekerja pada proyek jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang pada paket Mas Mansyur. Penyewaan alat berat tersebut ditentukan oleh masingmasing pemilik alat berat terebut. Pada tabel diatas kontrak pembayaran penyewaan gantry selama 502 hari, sedangkan kontrak pembayaran penyewaan mobile crane selama 3 hari. Data upah Tenaga Kerja Data upah tenaga kerja ini terdiri dari upah tenaga kerja, operator, pengarah, mandor, yaitu: Tabel 4.4 Data Upah Tenaga Kerja Tenaga kerja Per bulan Per hari Tenaga ahli (skilled labour ) Rp 42, Operator Rp 3,500, Rp 116, Pengarah Rp 5,000, Rp 166, Mandor Rp 60, Pekerja (labour ) Rp 40, Total Rp 425, Sumber: Data Upah PT. VSL Indonesia Data pada tabel diatas merupaka data upah masing-masing tenaga kerja. Pembayaran upah tenaga kerja sebagian besar dihitung satu hari kerja, namun sebagian ada yang dibayar per-bulan. Kinerja Dari Segi Tenaga Kerja Alat Berat Gantry Tabel 4.5 Tenaga Kerja Gantry Pekerjaan Sample 1 Sample 2 Sample 3 a b c d e a b c d e a b c d e Pemasangan Gantry dengan Segment Pemindahan Segment Penyambungan Segment Pelepasan Gantry dengan Segment total tenaga kerja Keterangan:

37 82 a = Tenaga ahli b = Operator c = Pengarah d = Mandor e = Pekerja Tenaga kerja yang dibutuhkanpada proses erection segment dengan menggunakan alat berat gantry yaitu terdiri dari 2 tenaga ahli yang berfungsi untuk proses stressing, untuk membaca kekuatan stressing yang berada pada alat stressing. 2 operator yang berfungsi untuk mengoperasikan alat berat gantry tersebut. 1 pengarah yang berfungsi untuk mengarahkan pemindahan segment menuju operator. 1 mandor yang berfungsi untuk mengarahkan pekerja. 6 pekerja yang berfungsi untuk pekerjaan berat seperti, proses pengangkutan alat stressing, pengeleman, pemasangan karet lubang segment, pembantuan pemasangan besi pada saat stressing, dan sebagainya. Indeks Kinerja Gantry Tabel 4.6 Kinerja Gantry Per Komponen Box Girder Tanggal 21/11/2012 4/12/2012 5/12/2012 7/1/2013 9/1/ /1/2013 Jam kerja Total jam kerja 3 jam 8 menit 8 jam 51 menit 3 jam 3 menit 6 jam 25 menit 3 jam 52 menit 5 jam 38 menit Jumlah komponen yang terpasang Jumlah tenaga kerja Tenaga Ahli Operator Pengarah Mandor Pekerja Jumlah Alat

38 83 Pada tabel 4.14 diketahui kinerja gantry per harinya, hal ini diketahui dari setiap tanggal pekerjaan gantry diketahui jam kerja dari mulai sampai selesai pengerjaan. Sehingga total jam kerja dapat diketahui dari awal mulai kerja sampai selesai kerja. Jumlah komponen/segment yang terpasang dapat diketahui dari awal mulai sampai selesai pengerjaan per harinya. Jumlah tenaga kerja dapat diketahui pada proses pengerjaan setiap harinya, dan juga jumlah alat berat yang digunakan. Tabel 4.7 Indeks Kinerja Gantry Untuk I Buah Komponen Box Girder Tanggal 21/11/2012 4/12/2012 5/12/2012 7/1/2013 9/1/ /1/2013 Indeks Indeks Indeks Indeks Indeks Indeks Total jam kerja (normal 480 menit/8 jam) Ratarata Jumlah komponen yang terpasang Jumlah tenaga kerja Tenaga Ahli Operator Pengarah Mandor Pekerja Alat Pada tabel 4.15 dapat diketahui indeks kinerja gantry untuk satu buah komponen box girder per segment. Perhitungan indeks dapat diketahui sebagai berikut: (4.3) Pada tabel 4.16 dapat diketahui total harga pemasangan satu buah segment dengan gantry yaitu sebesar Rp 4,633, Perhitungan jumlah dapat diketahui sebagai berikut: Jumlah = (indeks x harga satuan) (4.4) Harga satuan dapat dilihat pada tabel 4.12, sedangkan indeks rata-rata dapat dilihat pada tabel 4.15.

39 84 Tabel 4.8 Harga Satuan Pemasangan Pada I Buah Komponen Box Girder Dengan Alat Gantry Jenis Tenaga/Alat indeks satuan Harga satuan Jumlah Tenaga Kerja Tenaga Ahli 0.43 OH Rp 42, Rp 17, Operator 0.43 OH Rp 116, Rp 49, Pengarah 0.21 OH Rp 166, Rp 35, Mandor 0.21 OH Rp 60, Rp 12, Pekerja 1.28 OH Rp 40, Rp 51, Alat Gantry 0.21 hari Rp 20,916, Rp 4,466, Total Rp 4,633, Kinerja Dari Segi Tenaga Kerja Alat Berat Mobile Crane Tabel 4.9 Tenaga Kerja Mobile Crane Pekerjaan Sample 1 Sample 2 Sample 3 a b c d e a b c d e a b c d e Pemasangan Gantry dengan Segment Pemindahan Segment Penyambungan Segment Pelepasan Gantry dengan Segment total tenaga kerja Keterangan: a = Tenaga ahli b = Operator c = Pengarah d = Mandor e = Pekerja Tenaga kerja yang dibutuhkanpada proses erection segment dengan menggunakan alat berat mobile crane yaitu 17 orang. 17 tenaga kerja terdiri dari: 2 tenaga ahli yang berfungsi untuk proses stressing, untuk membaca kekuatan stressing yang berada pada alat stressing. 2 operator yang berfungsi untuk mengoperasikan alat berat gantry tersebut. 1 pengarah yang berfungsi untuk mengarahkan pemindahan segment menuju operator. 1 mandor yang berfungsi untuk mengarahkan pekerja. 11 pekerja yang

40 85 berfungsi untuk pekerjaan berat seperti, proses pengangkutan alat stressing, pengeleman, pemasangan karet lubang segment, pembantuan pemasangan besi pada saat stressing, dan sebagainya. Pada proses pekerjaan menggunakan alat berat mobile crane, pekerja ditambahkan 5 orang dari proses pengerjaan dengan menggunakan alat berat gantry, kelima tenaga kerja tersebut membantu untuk pengarahan pergerakan segment secara manual untuk mensejajarkan posisi segment yang akan terpasang dengan yang sudah terpasang. Pengarahan tersebut dengan menggunakan 2 buah tali tambang, satu buah digunakan untuk diatas, dan satu buah lagi digunakan untuk dibawah. Indeks Kinerja Mobile Crane Tabel 4.10 Kinerja Mobile Crane Per Komponen Box Girder tahun 6/12/ /12/2012 6/1/ /1/2013 Jam kerja Total jam kerja 4 jam 44 menit 4 jam 13 menit 3 jam 58 menit 4 jam 38 menit Jumlah komponen yang terpasang Jumlah tenaga kerja Tenaga Ahli Operator Pengarah Mandor Pekerja Jumlah Alat Pada tabel 4.18 diketahui kinerja mobile crane per harinya, hal ini diketahui dari setiap tanggal pekerjaan mobile crane diketahui jam kerja dari mulai sampai selesai pengerjaan. Sehingga total jam kerja dapat diketahui dari awal mulai kerja sampai selesai kerja. Jumlah komponen/segment yang terpasang dapat diketahui dari awal mulai sampai selesai pengerjaan per harinya. Jumlah tenaga kerja dapat diketahui pada proses pengerjaan setiap harinya, dan juga jumlah alat berat yang digunakan.

41 86 Tabel 4.11 Indeks Kinerja Mobile Crane Untuk I Buah Komponen Box Girder tahun 6/12/ /12/2012 6/1/ /1/2013 Indeks Indeks Indeks Indeks Total jam kerja (normal 480 menit/8 jam) Ratarata Jumlah komponen yang terpasang Jumlah tenaga kerja Tenaga Ahli Operator Pengarah Mandor Pekerja Alat Pada tabel 4.19 dapat diketahui indeks kinerja mobile crane untuk satu buah komponen. Perhitungan indeks dapat diketahui pada perhitungan (4.3). Tabel 4.12 Harga Satuan Pemasangan Pada I Buah Komponen Box Girder Dengan Alat Mobile Crane Jenis Tenaga/Alat indeks satuan Harga satuan Jumlah Tenaga Kerja Tenaga Ahli 0.41 OH Rp 42, Rp 17, Operator 0.41 OH Rp 116, Rp 47, Pengarah 0.21 OH Rp 166, Rp 34, Mandor 0.21 OH Rp 60, Rp 12, Pekerja 2.26 OH Rp 40, Rp 90, Alat Mobile Crane 0.21 hari Rp 3,333, Rp 683, Total Rp 885, Pada tabel 4.20 dapat diketahui total harga pemasangan satu buah segment dengan mobile crane yaitu sebesar Rp 20,709, Perhitungan jumlah dapat diketahui pada perhitungan (4.4). Harga satuan dapat dilihat pada tabel 4.12, sedangkan indeks rata-rata dapat dilihat pada tabel Perbandingan Harga Satuan Pemasangan Pada 1 Buah Komponen Box Girder Dengan AlatGantry dan Mobile Crane Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil nilai persentase perbandingan harga (terhadap harga terkecil yaitu Gantry) sebagai berikut:

42 87 Tabel 4.13 Perbandingan Harga Gantry Dan Mobile Crane Tenaga Kerja Harga pemasangan Gantry Mobile crane Tenaga Ahli Rp 17, Rp 17, Operator Rp 49, Rp 47, Pengarah Rp 35, Rp 34, Mandor Rp 12, Rp 12, Pekerja Rp 51, Rp 90, Alat Rp 4,466, Rp 683, Total Harga Rp 4,633, Rp 885, Persentase perbandingan harga terhadap harga terendah (waktu terlama/ Mobile Crane) (%) 100% 19% Persentase perbandingan harga satuan pemasangan/install 1 buah komponen box girder per segment dengan menggunakan gantry dan mobile crane adalah harga satuan untuk mobile crane 19% dari harga satuan gantry. Sehingga dari segi harga dapat dilihat harga pemasangan/install dengan menggunakan alat mobile crane lebih murah dibandingkan menggunakan alat gantry. 4.4 Perbandingan Metode Gantry dan Mobile Crane Dari hasil analisa didapatkan perbandingan metode gantry dan metode mobile crane, yaitu sebagai berikut: Gantry a. Kemampuan Daya Angkat Alat Berat Gantry Kemampuan daya angkat alat berat gantry yaitu mencapai 65 ton, sedangkan beban box girder sebesar 45 ton, sehingga alat berat gantry yang berada pada paket Mas Mansyur kuat mengangkat segment box girder seberat 45 ton

43 88 b. Jangkauan Alat Berat Gantry Jangkauan alat berat gantry pada proyek jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang yaitu, dengan panjang jangkauan sebesar 99 m, lebar jangkauan sebesar 20 m, dan jangkauan tali winch sebesar 25 m. c. Kemudahan Pemasangan Segment Dengan Alat Berat Gantry Pada proses erection segment dengan menggunakan gantry dapat berjalan dengan mudah, karena pengendali gantry dapat mengatur sudut kemiringan dan sudut ketinggian benda yang diangkat. Pada proses erection segment kondisi cuaca harus baik, apabila terjadi hujan proses erection segment tidak dapat dilakukan karena lem khusus penempelan segment tidak dapat bekerja secara maksimal, sehingga dapat mengurangi mutu dari jalan layang tersebut. b. Kebutuhan Lahan Gantry Ukuran alat berat gantry sangatlah besar, sehingga lahan yang dibutuhkan sangat besar, namun gantry diletakkan di atas pier/kolom jalan layang sehingga tidak terlalu banyak mengambil lahan yang berada dibawahnya. c. Persyaratan Kondisi Lahan Persyaratan lahan pada alat berat gantry yaitu, dasar/alat untuk perletakkan gantry harus rata, hal ini untuk menjaga keseimbangan gantry supaya tidak terjadinya pergeseran main girder gantry pada saat proses pengangkatan. d. Kemampuan Daya Tahan Alat Kemampuan daya tahan alat berat gantry tergantung pada perawatan dan pengontrolan alat. Biasanya pengecekan alat dilakukan selama 2 minggu sekali.

44 Mobile Crane a. Kemampuan Daya Angkat Alat Berat Mobile Crane Kemampuan daya angkat alat berat mobile crane yaitu mencapai 100 ton, sedangkan beban box girder sebesar 45 ton, sehingga alat berat mobile crane yang berada pada paket Mas Mansyur kuat mengangkat segment box girder seberat 45 ton. b. Jangkauan Alat Berat Mobile Crane Jangkauan alat berat mobile crane pada proyek jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang yaitu, dengan panjang jangkauan boom mobile crane sebesar 18 m. dan bagian atasnya bisa berputar sebesar 360º. c. Kemudahan Pemasangan Segment Dengan Alat Berat Mobile Crane Pada proses erection segment dengan menggunakan mobile crane terlihat lebih susan dari pada gantry, hal ini dapat diketahui dari proses pada penyesuainan posisi segment. Apabila terjadi hujan proses erection segment tidak dapat dilakukan karena lem khusus penempelan segment tidak dapat bekerja secara maksimal, sehingga dapat mengurangi mutu dari jalan layang tersebut. e. Kebutuhan Lahan Mobile Crane Ukuran alat berat mobile crane yaitu dengan panjang sebesar 6.30 m sedangkan lebarnya 5.14 m, sehingga untuk gerak maju mundurnya alat berat mobile crane membutuhkan lahan lebih lebar dari 5.14 m. f. Persyaratan Kondisi Lahan Persyaratan lahan pada alat berat mobile crane dapat berjalan pada lahan yang sedikit bergelombang dikarenakan mobile crane memiliki roda rantai,

45 90 namun apabila kondisi lahan lebih baik, maka mobile crane beroda rantai tersebut dapat lebih mudah untuk berpindah. g. Kemampuan Daya Tahan Alat Kemampuan daya tahan alat berat mobile crane tergantung pada perawatan dan pengontrolan alat. Biasanya pengecekan alat dilakukan selama 2 minggu sekali Kelebihan dan Kekurangan Alat Berat Launching Gantry Dengan Mobile Crane pada Proyek Jalan Layang Non Tol Kampung Melayu-Tanah Abang Kelebihan menggunakan gantry - Tenaga kerja yang dibutuhkan gantry lebih sedikit dibandingkan dengan mobile crane. - Proses erection segment dengan alat berat gantry dapat dilakukan pada siang hari. - Gantry tidak banyak menggunakan/mengurangi ruas jalan. - Proses erection segment lebih mudah dibandingkan dengan mobile crane. - yang dibutuhkan dalam erection segment lebih cepat dibandingkan dengan mobile crane. h. Kekurangan menggunakan gantry - Operator gantry lebih sedikit dibandingkan dengan mobile crane. - Proses pemasangan gantry pada awal membutuhkan waktu yang cukup lama dan membutuhkan tenaga ahli untuk proses pemasangan tersebut.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisa dan perhitungan alat berat gantry dan mobile crane pada jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang pada paket Mas Mansyur, dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN GANTRY DAN MOBILE CRANE PADA JALAN LAYANG DARI SEGI WAKTU, METODE KERJA, DAN BIAYA

PERBANDINGAN GANTRY DAN MOBILE CRANE PADA JALAN LAYANG DARI SEGI WAKTU, METODE KERJA, DAN BIAYA PERBANDINGAN GANTRY DAN MOBILE CRANE PADA JALAN LAYANG DARI SEGI WAKTU, METODE KERJA, DAN BIAYA 1 WAHID SULISTIYONO HUSEIN, 2 DWI DINARIANA 1 Teknik Sipil, Universitas Bina Nusantara 2 Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang pemilihan topik, lokasi pengamatan, tujuan penulisan, ruang lingkup pembahasan, metode penyusunan, dan sistematika penulisan Tugas Akhir.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. Launcher For Segment 65 ton-50 meter Serial N /11. Alat tersebut. merupakan alat milik subkontraktor yaitu CV Pancang Sakti Citra

BAB IV HASIL. Launcher For Segment 65 ton-50 meter Serial N /11. Alat tersebut. merupakan alat milik subkontraktor yaitu CV Pancang Sakti Citra BAB IV HASIL A. Alat Berat 1. Jenis alat berat Gantry adalah alat berat yang berfungsi untuk mengangkut bendabenda berat dengan sistem kerja statis dan pengoperasian menggunakan remot kontrol. Launcher

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. Assalamu alaikum Wr. Wb

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. Assalamu alaikum Wr. Wb BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Assalamu alaikum Wr. Wb ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA PADA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA MOJOKERTO DI PEKERJAAN UNDERPASS NATIONAL ROAD WARU STA 9 + 678 DOSEN PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. umumnya digunakan untuk berbagai konstruksi jembatan : 4. Sistem Penggunaan Counter Weight dan Link-set

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. umumnya digunakan untuk berbagai konstruksi jembatan : 4. Sistem Penggunaan Counter Weight dan Link-set BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Macam-macam Metode erection Karena pembahasan masalah kita mengambil metode erection, maka kita akan menjelaskan sedikit macam-macam metode pelaksanaan erection pada balok

Lebih terperinci

BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN. Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan

BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN. Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN 4.1 ALAT Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan alat bantu untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan. Pada sub bab ini penulis akan membahas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian mengenai penerapan manajemen risiko dengan metode

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian mengenai penerapan manajemen risiko dengan metode BAB IV HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian mengenai penerapan manajemen risiko dengan metode Job Safety Analysis (JSA) di Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta adalah ibukota negara Indonesia yang memiliki hampir 10 juta orang yang berada di area metropolitan. Seiring berkembang dengan pesatnya pembangunan di Jakarta

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari suatu struktur suatu bangunan. Fungsi Kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting untuk mendukung kelancaran perkembangan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting untuk mendukung kelancaran perkembangan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting untuk mendukung kelancaran perkembangan ekonomi. Tanpa didukung kelancaran transportasi maka perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Peralatan Dalam pekerjaan proyek konstruksi peralatan sangat diperlukan agar dapat mencapai ketepatan waktu yang lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Tinjauan Umum Metode pelaksanaan yang dilakukan pada setiap proyek konstruksi memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan proyek lainnya. Metode pelaksanaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum merupakan suatu struktur dalam jembatan atau fly over yang berfungsi sebagai penghubung antara struktur bawah dan atas, dengan kata lain girder berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA 1. Umum Secara umum metode perakitan jembatan rangka baja ada empat metode, yaitu metode perancah, metode semi kantilever dan metode kantilever serta metode sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peralatan pengangkat bahan digunakan unuk memindahkan muatan di lokasi atau area, departemen, pabrik, lokasi konstruksi, tempat penyimpanan, pembongkaran muatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Crane adalah salah satu alat berat ( heavy equipment ) yang digunakan sebagai alat pengangkat / pemindah bahan dalam proyek konstruksi. Crane bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25 BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25 4.1 SYARAT PELAKSANAAN Syarat pelaksanaan diantaranya sebagai berikut: a. Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mesin pemindah bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan dari lokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri, tempat penyimpanan, pembongkaran

Lebih terperinci

NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus

NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus 2004 79 0Studi Efektifitas Waktu dan Biaya Pelaksanaan Erection PCI Girder dengan Metode Crawler Crane dan Roller Skate (Kasus : Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN. 7-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 7 KESIMPULAN. 7-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 7 KESIMPULAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Aktifitas penyandang cacat kaki dalam menggunakan sepeda motor bebek yang dimodifikasi Berdasarkan hasil pengamatan, didapat gerakan-gerakan yang dilakukan saat menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat lain dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan

Lebih terperinci

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP PERBANDINGAN METODE PELAKSANAAN PLAT PRECAST DENGAN PLAT CAST IN SITU DITINJAU DARI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SEKOLAH TINGGI KESEHATAN DAN AKADEMI KEBIDANAN SIDOARJO Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP. 3107

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Material Material merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan sebuah pembangunan karena ikut mempengaruhi kekuatan struktur bangunan dan biaya yang akan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN A. Pekerjaaan Persiapan

METODE PELAKSANAAN A. Pekerjaaan Persiapan METODE PELAKSANAAN Tahap Pelaksanaan Pekerjaan adalah tahap realisasi design rencana menjadi sebuah bangunan yang utuh. Pada tahap ini dibutuhkan metodologi yang efektif dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai

Lebih terperinci

Di Susun Oleh: Esteriska Hari Christanti Sesti Sarita

Di Susun Oleh: Esteriska Hari Christanti Sesti Sarita Di Susun Oleh: Esteriska Hari Christanti 3108030006 Sesti Sarita 3108030103 Dosen Pembimbing : Ir. Chomaedhi, CES.Geo. NIP. 19550319 198403 1 001 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Keselamatan jalan adalah upaya dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan maupun pengemudi,

Lebih terperinci

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian A. Pendahuluan Seseorang yang bekerja di ketinggian sekitar 1.8 meter atau lebih termasuk aktivitas Bekerja di Ketinggian. Bekerja di Ketinggian merupakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT Rindra Yusianto Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : rindrayusianto@yahoo.com ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam disebabkan oleh

Lebih terperinci

DOSEN PEMBIMBING: IR. DJOKO SULISTIONO, MT

DOSEN PEMBIMBING: IR. DJOKO SULISTIONO, MT ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN FLY OVER RUAS PORONG-GEMPOL PAKET 3A 41 + 571.5 s.d STA 41+968.5 KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR DOSEN PEMBIMBING: IR. DJOKO SULISTIONO, MT Disusun oleh: Prahasta

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Alur Kerja Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Kegiatan III - 1 3.2 Pelaksanaan Survey Lalu Lintas 3.2.1 Definisi Survey Lalu Lintas Survey lalu lintas merupakan kegiatan pokok

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT 4.1 Bahan Bahan Yang Digunakan meliputi : Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi a. Beton Ready mix. Beton Ready mix adalah beton

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beton bertulang, beton hanya memikul tegangan tekan, sedangkan tegangan tarik dipikul oleh baja sebagai penulangan ( rebar ). Sehingga pada beton bertulang, penampang beton

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN 4.1 KONDISI PROYEK 4.1.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan merupakan seluruh rangkaian pekerjaan yang pertama kali harus dilakukan guna memudahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data-data Umum Jembatan Beton Prategang-I Bentang 21,95 Meter Gambar 4.1 Spesifikasi jembatan beton prategang-i bentang 21,95 m a. Spesifikasi umum Tebal lantai jembatan

Lebih terperinci

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu 002 O Persimpangan jalan 003 X Permukaan jalan yang menonjol 004 O Turunan berbahaya 005 O Jembatan sempit 006 O Bundaran 007 X alan sempit 008 O Rel kereta api

Lebih terperinci

BAB 3 STUDI LAPANGAN. Gambar 3.1 Kerangka pemikiran studi lapangan. pelaksanaannya segala sesuatu perlu direncanakan dengan tepat dan cermat.

BAB 3 STUDI LAPANGAN. Gambar 3.1 Kerangka pemikiran studi lapangan. pelaksanaannya segala sesuatu perlu direncanakan dengan tepat dan cermat. BAB 3 STUDI LAPANGAN Gambar 3.1 Kerangka pemikiran studi lapangan Saat ini proyek konstruksi bangunan bertingkat sangat berkembang, dalam pelaksanaannya segala sesuatu perlu direncanakan dengan tepat dan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan, maka makin

Lebih terperinci

BAB V PERALATAN DAN MATERIAL

BAB V PERALATAN DAN MATERIAL BAB V PERALATAN DAN MATERIAL 5.1 Peralatan Dalam pekerjaan proyek konstruksi peralatan sangat diperlukan agar dapat mencapai ketepatan waktu yang lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi teknis yang telah

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran BAB IV Tinjauan Bahan Bangunan Dan Alat - Alat BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG JALAN SEMENTARA RISIKO

LATAR BELAKANG JALAN SEMENTARA RISIKO TUGAS AKHIR LATAR BELAKANG JALAN SEMENTARA RISIKO RUMUSAN MASALAH 1. Risiko apa saja yang mungkin terjadi pada proses pelaksanaan pekerjaan pada proyek pembangunan Jembatan KNI? 2. Apa saja sumber penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Indonesia yang menjadikannya sebagai kota tersibuk dengan tingkat pertumbuhan penduduknya yang sangat pesat. Berdasarkan data Badan Pusat

Lebih terperinci

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut 5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut Ruang urban Depok terutama jalan Margonda Raya sangat ramai dan berbahaya. Pada pagi hari pukul

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari struktur suatu bangunan. Fungsi kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat sekaligus memindahkan muatan yang dapat digantungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk 2. Berdiri tanpa bantuan 3. Duduk tanpa bersandar dengan kaki bertumpu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inspeksi Keselamatan Jalan Tingginya angka lalu lintas, maka salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah dengan melakukan Inspeksi Keselamatan Jalan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan dalam melakukan aktivitas kontruksi harus memenuhi unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan konstruksi kecelakaan dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara sedang berhenti dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya (Direktorat Jendral

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang...

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... DAFTAR ISI halaman LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Pertanyaan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013 BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Dalam kegiatan Kerja Praktik (KP) yang kami jalankan selama 2 bulan terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember

Lebih terperinci

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui

Lebih terperinci

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15 LAMPIRAN A HASIL CHECKLIS LANJUAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMAAN JALAN OGAKARA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15 79 80 abel 1 Kondisi Umum 1 1.1 Kelas / Fungsi Jalan 1.2 Median/Separator Kondisi Umum a ()/

Lebih terperinci

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu 001 1 (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu 002 1 (1) Tikungan ke kiri (2) Tikungan ke kanan (3) Tikungan beruntun, ke kiri dahulu 003 1 (1) Tikungan beruntun,

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant)

Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant) Contract Title : Belstar Hotel Contract No. : Contractor : PT. Mutiara EPC Management Consultant : PT Cremona Para Mitra Owner : PT Trihasa METHOD STATEMENT Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant) BELSTAR

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Peralatan Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi dibutuhkannya peralatan-peralatan yang dapat memudahkan para pekerja dalam melaksanakan tanggung jawabnya, peralatan-peralatan

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. TINJAUAN UMUM Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada Gedung Bertingkat. (www.ilmusipil.com/tower-crane-proyek-gedung) Di dalam proyek konstruksi bangunan bertingkat, tower

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Permasalahan dan Pemecahan Masalah Nonstruktural

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Permasalahan dan Pemecahan Masalah Nonstruktural BAB VII PEMBAHASAN MASALAH Permasalahan dan Pemecahan Masalah Nonstruktural 7.1 Uraian Umum Dalam permasalahan proyek inidibagi menjadi beberapa kriteria yang akan di bahas dibawah ini : 1. Desain Perubahan

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK 3.1 Pengertian Perancangan Perancangan memiliki banyak definisi karena setiap orang mempunyai definisi yang berbeda-beda, tetapi intinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Prototipe 1. Rangka Utama Bagian terpenting dari alat ini salah satunya adalah rangka utama. Rangka ini merupakan bagian yang menopang poros roda tugal, hopper benih

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION) 1. KAPAN DIGUNAKAN Prosedur ini berlaku pada saat melakukan pekerjaan menggunakan chainsaw 2. TUJUAN Prosedur ini memberikan petunjuk penggunaan chainsaw secara aman dalam melakukan pekerjaan dimana chainsaw

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. JABODETABEK (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi) telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. JABODETABEK (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi) telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bogor dan Kabupaten Bogor yang merupakan bagian dari wilayah JABODETABEK (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi) telah menjadi penyangga Ibukota Negara Republik

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN I. RUANG LINGKUP PEKERJAAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES Pekerjaan Pembangunan Jembatan ini terdiri dari beberapa item pekerjaan diantaranya adalah : A. UMUM 1. Mobilisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara sedang berhenti dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya (Direktorat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) FORMULA PERHITUNGAN PENGGUNAAN BETON PRACETAK

Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) FORMULA PERHITUNGAN PENGGUNAAN BETON PRACETAK Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) FORMULA PERHITUNGAN PENGGUNAAN BETON PRACETAK i Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Latar Belakang Penggunaan Tower Crane Tower crane adalah salah satu alat berat yang sering digunakan dalam proyek konstruksi, alat ini terdiri dari slewing unit, tower, dan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS Pekerjaan : Pemasangan Pagar BRC dan Rambu di Area Join In-Gate (RY) PT. Jakarta International Container Terminal (PT. JICT), Tanjung Priok. Pasal 1 : LOKASI PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON

BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON Beton bertulang adalah struktur komposit yang sangat baik untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Pada struktur beton bertulang terdapat berbagai keunggulan akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Pesawat Pengangkat Banyak jenis perlengkapan pengangkat yang tersedia membuatnya sulit digolongkan secara tepat. Penggolongan ini masih dipersulit lagi oleh kenyataan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL DESAIN GUIDEWAY

BAB V ANALISIS HASIL DESAIN GUIDEWAY BAB V ANALISIS HASIL DESAIN GUIDEWAY 5.1 UMUM Pada bab sebelumnya telah dilakukan proses permodelan terhadap kedua sistem bentang, baik bentang sederhana maupun bentang menerus terintegral. Hasil yang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis PEMBAHASAN A. Konstruksi Gunting Pemotong Plat Mesin pemotong plat mempunyai beberapa jenis, manual dengan menggunakan tuas maupun dengan tenaga hidrolis (gambar 1.1), pada mesin pemotong plat hidrolis

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Metode pelaksanaan proyek konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam mencapai sasaran pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

Bimtek Masyarakat Jasa Konstruksi- Kab. Bantul 1

Bimtek Masyarakat Jasa Konstruksi- Kab. Bantul 1 Konstruksi- Kab. Bantul 1 1. PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Untuk menyamakan konsep dasar dalam pembuatan perkiraan biaya proyek / rencanan anggran dan biaya (RAB) Menyiapkan perkiraan biaya proyek yang

Lebih terperinci