Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) FORMULA PERHITUNGAN PENGGUNAAN BETON PRACETAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) FORMULA PERHITUNGAN PENGGUNAAN BETON PRACETAK"

Transkripsi

1 Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) FORMULA PERHITUNGAN PENGGUNAAN BETON PRACETAK i

2 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup Acuan normatif Istilah dan definisi Singkatan istilah Persyaratan Persyaratan umum Persyaratan teknis Penetapan formula perhitungan penggunaan beton pracetak Formula Jalan dan Jembatan Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Jalan Beton Pracetak Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Jembatan dengan Bentang m Formula Gedung dan Perumahan Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Struktur Atas Rusun Beton Pracetak Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Struktur Bawah Rusun Beton Pracetak Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Rumah 1 Lantai Pracetak Formula Sumber Daya Air Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Saluran Irigasi/Sungai dengan Sheet Piles Kedalaman 18 m Formula untuk konstruksi saluran drainase jalan dan perumahan Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Saluran Drainase dengan Tipe U (U-Ditch) Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Tutup Saluran Drainase dengan Tutup U- Dicth Standar...9 Lampiran A ii

3 Prakata Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) tentang Formula Perhitungan Penggunaan Beton Pracetak ini sebagai acuan dasar untuk menentukan volume kebutuhan beton pekerjaan konstruksi pracetak dari suatu bangunan yang meliputi indeks atau formula volume beton pracetak yang dibutuhkan untuk tiap jenis konstruksi baik pada konstruksi jalan dan jembatan, konstruksi gedung dan perumahan serta konstruksi bangunan sumber daya air yang berpotensi menggunakan beton pracetak sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan bersangkutan dan dilengkapi contoh perhitungan pada lampiran. Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) ini disusun melalui kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Ikatan Ahli Pracetak Prategang Indonesia (IAPPI) dan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada pada tahun 2016 dan telah didiskusikan pada kegiatan FGD di Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan melibatkan para nara sumber, pakar dan lembaga terkait. iii

4 Pendahuluan Proyeksi infrastruktur prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) III yang dinyatakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) adalah sebesar Rp triliun, berdampak pada kebutuhan dukungan sumber daya konstruksi yang handal. Sistem beton pracetak dan prategang adalah jenis konstruksi berbasis industri manufaktur yang mempunyai kelebihan dalam aspek mutu yang terjaga, waktu pelaksanaan yang cepat, biaya yang ekonomis, bahan baku terdapat di Indonesia, dan memenuhi konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development/green construction). Industri ini sejak mulai berdirinya di tahun 1970-an terus dibina Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sehingga telah menghasilkan berbagai inovasi, menjadi 4 industri konstruksi yang lebih efisien dibanding system konvensional, dan saat ini menjadi tulang punggung negara dalam membangun berbagai fasilitas infrastruktur dan perumahan. Indonesia bersama-sama dengan negara-negara mitra telah berkomitmen untuk mengikuti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2016 dan Pasar Global pada tahun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahun 2013 sudah mengambil berbagai langkah untuk menyiapkan industri konstruksi nasional agar nanti dapat berperan aktif dalam era baru tersebut. Industri beton pracetak dan partegang yang berbasis manufaktur diharapkan menjadi tumpuan utama industri konstruksi nasional dalam memasuki era tersebut. Jika pada tahun 2015, industri ini mempunyai pangsa pasar 17% dari pangsa pasar konstruksi nasional, maka pada masa MEA dan Pasar Global, maka diharapkan industri ini minimal mencapau 30% pangsa pasar konstruksi. Untuk menunjang target tersebut, disamping perlunya sosialisasi dan kebijakan insentif, maka diperlukan juga formulasi perhitungan penggunaan beton pracetak, agar langkah-langkah yang dilakukan dapat diukur keefektifitasnya. iv

5 Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) Formula Perhitungan Penggunaan Beton Pracetak 1 Ruang lingkup Standar ini memuat indeks atau formula volume beton pracetak yang dibutuhkan untuk tiap jenis konstruksi yang berpotensi menggunakan beton pracetak meliputi : a) Pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan, b) Pekerjaan konstruksi gedung dan perumahan c) Pekerjaan konstruksi bangunan sumber daya air. 2 Acuan normatif 1. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi 2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi 3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi 4. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi 5. Peraturan Presiden nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahbeserta perubahannyayang terakhir Perpres 70 tahun 2012; 6. Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2014 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 15 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 31 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 07 tahun 2011 tentang Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa dan perubahannya. 3 Istilah dan definisi 3.1 Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus 1

6 3.2 Bangunan Jembatan Adalah bangunan untuk menghubungkan jalan-jalan inspeksi diseberang saluran irigasi/pembuang atau untuk menghubungkan jalan inspeksi dengan jalan umum atau untuk penyebrangan lalu lintas (Kendaraan, manussia dan hewan) 3.3 Drainase Jalan prasarana yang dapat bersifat alami alami ataupun buatan yang berfungsi untuk memutuskan dan menyalurkan air permukaan maupun bawah tanah, biasanya menggunakan bantuan gaya gravitasi, yang terdiri atas saluran samping dan goronggorong ke badan air penerima atau tempat peresapan buatan (contoh: sumur resapan air hujan atau kolam drainase tampungan sementara) 3.4 Formula/ Indeks faktor pengali/koefisien sebagai dasar perhitungan volume beton pracetak 3.5 Jalan Suatu prasarana perhubungan darat yang tidak terbatas pada bentuk jalan yang konvensional (Permukaan Tanah), akan tetapi termasuk juga jalan yang melintasi sungai besar/danau/laut, dibawah permukaan tanah dan air (terowongan),dan dilaut,dibawah permukaan tanah dan air (terowongan), dan diatas permukaan tanah (jalan layang), meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapan 3.6 Konstruksi Pracetak suatu konstruksi bangunan yang komponen bangunannya difabrikasi/dicetak terlebih dahulu di pabrik atau di lapangan, lalu disusun di lapangan untuk membentuk satu kesatuan bangunan gedung. 4 Singkatan istilah Singkatan Kepanjangan Istilah/arti cm Centimeter Satuan panjang m meter panjang Satuan panjang m 2 meter persegi Satuan luas m 3 meter kubik Satuan volume Bh Buah Satuan jumlah 5 Persyaratan 5.1 Persyaratan umum Persyaratan umum dalam perhitungan volume kebutuhan beton pracetak: 2

7 a) Perhitungan volume kebutuhan beton pracetak berlaku untuk seluruh Indonesia, berdasarkan kebutuhan konstruksi baik pada konstruksi jalan dan jembatan, konstruksi gedung dan perumahan serta konstruksi bangunan sumber daya air yang berpotensi menggunakan beton pracetak sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan bersangkutan; b) Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan. 5.2 Persyaratan teknis Persyaratan teknis dalam perhitungan volume kebutuhan beton pracetak: a) Pelaksanaan perhitungan volume kebutuhan beton pracetak harus didasarkan kepada rencana pembangunan berdasarkan kebutuhan konstruksi baik pada konstruksi jalan dan jembatan, konstruksi gedung dan perumahan serta konstruksi bangunan sumber daya air yang berpotensi menggunakan beton pracetak sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan bersangkutan ; b) Perhitungan formula/indeks pada konstruksi jalan dan jembatan, konstruksi gedung dan perumahan serta konstruksi bangunan sumber daya air yang berpotensi menggunakan beton pracetak; c) Digunakan pada pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan, konstruksi gedung dan perumahan serta konstruksi bangunan sumber daya air yang berpotensi menggunakan beton pracetak; 6 Penetapan formula perhitungan penggunaan beton pracetak 6.1 Formula Jalan dan Jembatan Rumusan formula perhitungan penggunaan beton pracetak untuk jalan dan jembatan didasarkan pada lebar jalan, bentang jembatan dan panjang jalan. Sedangkan input formula untuk memperhitungkan jumlah kebutuhan beton pracetak adalah dari panjang jalan atau panjang jembatan sehingga diperoleh total kebutuhan beton pracetak dalam satuan m 3. Untuk jembatan kebutuhan beton pracetak didasarkan pada penjumlahan dari formula komponen beton pracetak untuk : Komponen Girder Pracetak Komponen Pelat Pracetak Komponen Pondasi Pracetak Pemilihan Penggunaan Tipe Girder Berdasarkan Bentang/Span Jembatan Beton Pracetak berikut: 3

8 TYPE BENTANG/ SPAN TYPE JARAK ANTAR GIRDER AS- AS AREA (CM2) AREA (M2) VOL(M3)/ M SEGMENT LENGTH LEBAR Post Tension Pc -I Girder <= 30 M PCIH M Post Tension Pc -I Girder M PCIH M Post Tension Pc -I Girder M PCIH M PC -Box Girder M H to 2.7 m 8.75 M PC -Box Girder M H to 3.0 m 8.75 M PC -Voided Slab 0-15 M PC VS 57/ PC -Voided Slab 0-15 M PC VS 74/ Gambar Tipe Girder Shape PC Idan Dimensinya Gambar Tipe Girder Segmen Shape PC Box Girder dan Dimensinya Gambar Tipe Girder Shape PC Voided Slab dan Dimensinya 4

9 Gambar Tipe Pondasi untuk Pier Jembatan Tiang Pancang Spun Piles Untuk jalan kebutuhan beton pracetak didasarkan pada formula untuk tebal 0,3 m dan 0,35 m dan disesuaikan dengan lebar dan panjang jalan Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Jalan Beton Pracetak TOTAL LEBAR FORMULA JALAN X VARIABEL SATUAN lajur/arah 2 arah X Panjang Jalan (m) M lajur/arah 2 arah X Panjang Jalan (m) M lajur/arah 2 arah X Panjang Jalan (m) M lajur/arah 2 arah X Panjang Jalan (m) M lajur/arah 2 arah X Panjang Jalan (m) M lajur/arah 2 arah X Panjang Jalan (m) M3 ASUMSI TEBAL JUMLAH LAJUR RUAS JALAN RIGID PAVEMEN BETON (JALAN TOL) Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Jembatan dengan Bentang m KOMP ONEN INPUT JUMLAH LAJUR RUAS TIPE SATUAN FORMULA X VARIABEL I Girder Box Girder Voided Slab Plat Pondas i Pier per jarak 30 m asumsi PANJANG JEMBATAN 1 lajur/arah 2 arah PCIH- M X Panjang Jembatan 2 lajur/arah 2 arah 160 M X Panjang Jembatan 3 lajur/arah 2 arah M X Panjang Jembatan 1 lajur/arah 2 arah H-240 M X Panjang Jembatan 2 lajur/arah 2 arah M X Panjang Jembatan 1 lajur/arah 2 arah H-250 M X Panjang Jembatan 2 lajur/arah 2 arah M X Panjang Jembatan 1 lajur/arah 2 arah PC VS M X Panjang Jembatan 2 lajur/arah 2 arah 57/97 M X Panjang Jembatan 1 lajur/arah 2 arah tebal 20 M3 1.8 X Panjang Jembatan 2 lajur/arah 2 arah cm M3 3.2 X Panjang Jembatan 3 lajur/arah 2 arah M3 4.6 X Panjang Jembatan 1 lajur/arah 2 arah tebal 25 M X Panjang Jembatan 2 lajur/arah 2 arah cm M3 4 X Panjang Jembatan 3 lajur/arah 2 arah M X Panjang Jembatan 1 lajur/arah 2 arah size 600 M X Panjang Jembatan / 30 2 lajur/arah 2 arah M X Panjang Jembatan / 30 3 lajur/arah 2 arah M X Panjang Jembatan / 30 1 lajur/arah 2 arah size 800 M X Panjang Jembatan / 30 2 lajur/arah 2 arah M X Panjang Jembatan / 30 3 lajur/arah 2 arah M X Panjang Jembatan / 30 5

10 6.2 Formula Gedung dan Perumahan Bangunan gedung disini adalah bangunan gedung berupa penyediaan rumah tinggal berupa Rumah Susun (Rusun) atau rumah 1 lantai, pondok pesantren, rumah khusus (TNI/POLRI), asrama mahasiswa, Rusun pekerja lajang dan Rusun pekerja keluarga dengan rincian tipe, jumlah lantai, luas total dan jumlah unit seperti terlihat pada tabel berikut : PERUNTUKAN TIPE JUMLAH LANTAI LUAS BENTANG PER LANTAI LUAS TOTAL M2 JUMLAH UNIT Pondok Pesantren Bangsal 3 Lantai 37,5x14, TNI/POLRI 45 (2 kmr) 3 Lantai 73,8x15, Mahasiswa 24 (1 kmr) 3 Lantai (void) 59,25x17, Pekerja Lajang 24 (1 kmr) 5 Lantai (void) 74x Pekerja Keluarga 45 (2 kmr) 5 Lantai (void) 61,25x18, Kebutuhan beton pracetak untuk Rusun didasarkan pada jumlah unit, peruntukan, tipe, jumlah lantai dan luas lantai. Kebutuhan beton pracetak sendiri untuk bangunan bertingkat Rusun terbagi kebutuhan beton pracetak struktur atas (kolom, balok dan pelat) dan struktur bawah (pondasi) Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Struktur Atas Rusun Beton Pracetak PERUNTUKAN TIPE LUAS JUMLAH JUMLAH SATU TOTAL FORMULA X VARIABEL LANTAI UNIT AN M2 Pondok Pesantren Bangsal 3 Lantai X Jumlah Unit / 12 M3 TNI/POLRI 45 (2 kmr) 3 Lantai , X Jumlah Unit / 40 M3 Mahasiswa 24 (1 kmr) 3 Lantai (void) X Jumlah Unit / 66 M3 Pekerja Lajang 24 (1 kmr) 5 Lantai (void) , X Jumlah Unit / 114 M3 Pekerja Keluarga 45 (2 kmr) 5 Lantai (void) , X Jumlah Unit / 66 M Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Struktur Bawah Rusun Beton Pracetak TIPE PONDASI 25X25 50X50 PERUNTUKAN TIPE JUMLAH LANTAI LUAS TOTAL M2 DALAM TIANG PANCANG FORMULA X VARIABEL Pondok Pesantren Bangsal 3 Lantai X Jumlah Unit / 12 M3 TNI/POLRI 45 (2 kmr) 3 Lantai X Jumlah Unit / 40 M3 Mahasiswa 24 (1 kmr) 3 Lantai (void) X Jumlah Unit / 66 M3 Pekerja Lajang 24 (1 kmr) 5 Lantai (void) X Jumlah Unit / 114 M3 Pekerja Keluarga 45 (2 kmr) 5 Lantai (void) X Jumlah Unit / 66 M3 Pondok Pesantren Bangsal 3 Lantai X Jumlah Unit / 12 M3 TNI/POLRI 45 (2 kmr) 3 Lantai X Jumlah Unit / 40 M3 Mahasiswa 24 (1 kmr) 3 Lantai (void) X Jumlah Unit / 66 M3 Pekerja Lajang 24 (1 kmr) 5 Lantai (void) X Jumlah Unit / 114 M3 Pekerja Keluarga 45 (2 kmr) 5 Lantai (void) X Jumlah Unit / 66 M3 SATU AN 6

11 Gambar Denah Rumah 1 lantai tipe Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Rumah 1 Lantai Pracetak TIPE RUMAH 1 JUMLAH SATU LUAS (M2) FORMULA X VARIABEL LANTAI KAMAR AN Tipe X Jumlah Unit M3 6.3 Formula Sumber Daya Air Untuk saluran dengan menggunakan sheet piles kebutuhan beton pracetak didasarkan pada formula untuk setiap tipe berdasarkan kedalaman atau tebal lekukan dengan tipe2 yang sering digunakan adalah tebal 0,325 0,600 m, sheet piles pracetak yang tersedia ada beberapa tipe yaitu W-325 sampai W-600 dengan gambar seperti contoh berikut ini. Gambar Tipe Sheet Piles dan spesifikasi 7

12 Untuk saluran dengan menggunakan sheet piles kebutuhan beton pracetak didasarkan pada formula untuk tebal 0,326 m - 0,600 m Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Saluran Irigasi/Sungai dengan Sheet Piles Kedalaman 18 m ASUMSI TIPE LEBAR TEBAL CROSS SECTION (M2) VOLUME (M3) PER LEBAR 1 M'/1 M DALAM FORMULA X VARIABEL SALURAN AIR W KEDALAM X Panjang Saluran M3 W AN 18 M X Panjang Saluran M3 W X Panjang Saluran M3 W X Panjang Saluran M3 W X Panjang Saluran M3 W X Panjang Saluran M3 6.4 Formula untuk konstruksi saluran drainase jalan dan perumahan Untuk saluran drainase untuk jalan dan perumahan dengan menggunakan Tipe U (U- Ditch) dengan variasi ada yang menggunakan tutup atau tidak, tutup yang digunakan Tutup U-Dicth Standar. Kebutuhan beton pracetak didasarkan pada formula untuk setiap tipe berdasarkan fungsi saluran drainase tersebut digunakan untuk jalan atau perumahan dengan tipe2 yang sering digunakan adalah lebar dan dalam antara 0,5 1,0 meter dengan gambar seperti contoh berikut ini. SATU AN Gambar Tipe U (U-Ditch) untuk Saluran Jalan dan Drainase Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Saluran Drainase dengan Tipe U (U-Ditch) ASUMSI SALURAN DRAINASE INPUT LEBAR X DALAM TIPE SALURAN TERBUKA POSISI DRAINASE L eff. FORMULA (2 SISI KIRI & KANAN) X VARIABEL DRAINASE JALAN PANJANG JALAN X Tipe U (U-Ditch) 2 sisi (ka-ki) X Panjang Jalan X Tipe U (U-Ditch) 2 sisi (ka-ki) X Panjang Jalan (2 SISI JALAN) DRAINASE PERUMAHAN (2 SISI JALAN) X Tipe U (U-Ditch) 2 sisi (ka-ki) X Panjang Jalan 8

13 6.4.2 Formula Kebutuhan Beton Pracetak Untuk Tutup Saluran Drainase dengan Tutup U-Dicth Standar ASUMSI TUTUP SALURAN DRAINASE INPUT LEBAR X PANJANG TIPE TUTUP SALURAN TERBUKA FORMULA POSISI DRAINASE L (2 SISI KIRI & KANAN) X VARIABEL TUTUP DRAINASE JALAN (2 SISI JALAN) TUTUP DRAINASE PERUMAHAN (2 SISI JALAN) PANJANG JALAN X Tutup U 600-Ditch Standart X Tutup U 1000-Ditch Standart X Tutup U 500-Ditch Standart 2 sisi (ka-ki) X Panjang Jalan 2 sisi (ka-ki) X Panjang Jalan 2 sisi (ka-ki) X Panjang Jalan 9

14 Lampiran (Informatif) Contoh penggunaan standar untuk menghitung volume kebutuhan beton pracetak untuk konstruksi jalan dan jembatan Perhitungan volume kebutuhan beton pracetak Rencana pembangunan Jalan dan Jembatan SEKTOR KONSTRUKSI VOLUME SATUAN SATUAN ASUMSI JALAN & JEMBATAN Jalan Bebas Hambatan 1,000,000 M M3 2 arah, 6 jalur Jalan Nasional 2,650,000 M M3 2 arah, 4 jalur Peningkatan Jalan Nasional 3,073,000 M M3 2 arah, 2 jalur Jembatan 29,859 M M3 bentang 30 m, 2 arah 4 jalur Berdasarkan jenis konstruksi (Jalan dan Jembatan) dan asumsi yang diberikan, maka perhitungan volume kebutuhan beton pracetak menngunakan formula 6.1.1, formula 6.1.2, formula dan formula sebagai berkut: JALAN BEBAS HAMBATAN Untuk jalan bebas hambatan (panjang m) dengan asumsi 2 arah dengan 6 jalur (3 lajur/arah) tebal 35 cm dimana di sisi kiri dan kanan terdapat saluran drainase dengan tipe U 1000x1000 (lebar 1 m dalam 1 m) dengan tutup saluran. Macam perhitungan dan formula yang digunakan terdiri dari: 1. Jalan (menggunakan formula 6.1.1) Volume beton pracetak (badan jalan)= indeks x panjang jalan (m) = 8,05 x m = m3 2. Saluran Drainase (menggunakan formula dan 6.4.2) Volume beton pracetak (drainase) = (indeks saluran+tutup) x panjang jalan(m) = (0, ,3639) x m = m3 3. Total Volume Kebutuhan Jalan Bebas Hambatan Total Volume beton pracetak = Volume Jalan + Volume Drainase = m m3 = m3 JEMBATAN Untuk jembatan (panjang m) dengan asumsi bentang 30 m, 2 arah 4 jalur (2 lajur/arah) tebal 20 cm. Macam perhitungan dan formula yang digunakan terdiri dari: 10

15 1. Girder (menggunakan formula 6.1.2) untuk jarak 30 m digunakan I girder Volume beton pracetak (girder) = indeks x panjang jembatan(m) = 3,8184 x m = ,6056 m3 2. Slab (menggunakan formula 6.1.2) untuk tebal 20 cm Volume beton pracetak (girder) = indeks x panjang jembatan(m) = 3,2 x m = ,8 m3 3. Pondasi (menggunakan formula 6.1.2) pondasi pier size 600 Volume beton pracetak (girder) = indeks x panjang jembatan(m) = 113,04 x m /30 = ,36 m3 4. Total Volume Kebutuhan Jembatan Total Volume beton pracetak = V. Girder+V. Slab+V. Pondasi = ( , , ,36)m3 = ,7656 m3 11

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus III. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus yang dilakukan yaitu metode numerik dengan bantuan program Microsoft Excel dan SAP 2000. Metode numerik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I - Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan dalam bidang ekonomi global menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. Bab I - Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan dalam bidang ekonomi global menuntut adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan dalam bidang ekonomi global menuntut adanya pengembangan infrastruktur pendukungnya. Kegiatan yang serba cepat, serta masyarakat yang dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat menuntut adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat menuntut adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan dunia pendidikan yang dari masa ke masa berkembang semakin pesat menuntut adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Salah satu prasarana yang mendukung

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KABUPATEN BADUNG UTILITAS TERPADU DAN JEMBATAN BENTANG PANJANG

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KABUPATEN BADUNG UTILITAS TERPADU DAN JEMBATAN BENTANG PANJANG PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KABUPATEN BADUNG UTILITAS TERPADU DAN JEMBATAN BENTANG PANJANG DENPASA R 2018 SISTEMATIKA PEMBAHASAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang terpisahkan oleh laut dan selat. Kondisi geografis tersebut mengakibatkan terus meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, BAB I PENDAHULUAN I. Umum Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, pembangunan konstruksi sipil juga semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan METODOLOGI III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TAHAP PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Pada tahap ini disusun hal-hal penting yang harus

Lebih terperinci

Bab 4 KAJIAN TEKNIS FLY OVER

Bab 4 KAJIAN TEKNIS FLY OVER Bab 4 KAJIAN TEKNIS FLY OVER 4.1. DESAIN JEMBATAN/JALAN LAYANG Sistem jembatan/jalan layang direncanakan berdasarkan kriteria sebagai berikut : Estimasi biaya konstruksi ekonomis. Kemudahan pelaksanaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan rute/lintasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang memindahkan

Lebih terperinci

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN 1 BAB I JEMBATAN PERKEMBANGAN JEMBATAN Pada saat ini jumlah jembatan yang telah terbangun di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini dapat berupa jalan lain (jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Umum Jembatan adalah suatu struktur yang melintasi suatu rintangan baik rintangan alam atau buatan manusia (sungai, jurang, persimpangan, teluk dan rintangan lain) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pemakai jalan yang akan menggunakan sarana tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pemakai jalan yang akan menggunakan sarana tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Pembangunan sarana transportasi mempunyai peranan penting dalam perkembangan sumber daya manusia saat ini sebab disadari makin meningkatnya jumlah pemakai

Lebih terperinci

PENGENALAN KOMPONEN PRACETAK

PENGENALAN KOMPONEN PRACETAK Ikatan Ahli Pracetak dan Prategang Indonesia PENGENALAN KOMPONEN PRACETAK Oleh : Gambiro 1 PENGENALAN KOMPONEN PRACETAK BANGUNAN GEDUNG 2 3 (Koncz, 1978, Vol. 3) Gbr. 1.a : Sistem struktur untuk struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jembatan merupakan struktur yang melintasi sungai, teluk, atau kondisikondisi lain berupa rintangan yang berada lebih rendah, sehingga memungkinkan kendaraan, kereta

Lebih terperinci

1.1. JUDUL TUGAS AKHIR

1.1. JUDUL TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL TUGAS AKHIR Tugas akhir ini berjudul Teknik Nilai Pembangunan Gedung STIKES Telogorejo Semarang. 1.2. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman pada era globalisasi dewasa ini telah

Lebih terperinci

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS SEMINAR TUGAS AKHIR OLEH : ANDREANUS DEVA C.B 3110 105 030 DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS JURUSAN TEKNIK SIPIL LINTAS JALUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA

PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA Oleh : M.DICKY FIRMANSYAH NRP. 3108 030 064 HERI ISTIONO NRP.

Lebih terperinci

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP PERBANDINGAN METODE PELAKSANAAN PLAT PRECAST DENGAN PLAT CAST IN SITU DITINJAU DARI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SEKOLAH TINGGI KESEHATAN DAN AKADEMI KEBIDANAN SIDOARJO Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP. 3107

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN PELAKSANAAN APARTEMEN UNTUK MBR DENGAN SISTEM PRACETAK PENUH BERBASIS MANUFACTUR OTOMATIS

PENERAPAN DAN PELAKSANAAN APARTEMEN UNTUK MBR DENGAN SISTEM PRACETAK PENUH BERBASIS MANUFACTUR OTOMATIS PENERAPAN DAN PELAKSANAAN APARTEMEN UNTUK MBR DENGAN SISTEM PRACETAK PENUH BERBASIS MANUFACTUR OTOMATIS DAFTAR ISI PENDAHULUAN PERATURAN YANG DIGUNAKAN KONSEP DESAIN DENGAN BERBAGAI KOMBINASI KOMPONEN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data-data Umum Jembatan Beton Prategang-I Bentang 21,95 Meter Gambar 4.1 Spesifikasi jembatan beton prategang-i bentang 21,95 m a. Spesifikasi umum Tebal lantai jembatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Supriyadi (1997) jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu ajalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 2. Metodologi 3. Konstruksi Oprit dengan Pile Slab 4. Metode Pelaksanaan 5. Analisa Biaya 6. Penutup

1. Pendahuluan 2. Metodologi 3. Konstruksi Oprit dengan Pile Slab 4. Metode Pelaksanaan 5. Analisa Biaya 6. Penutup 1. Pendahuluan 2. Metodologi 3. Konstruksi Oprit dengan Pile Slab 4. Metode Pelaksanaan 5. Analisa Biaya 6. Penutup 1.Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan 1.4 Batasan Masalah 1.5

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN BAB III METODOLOGI 3.1. PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng No. 380, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kereta Api. Jalur. Persyaratan Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 60 TAHUN 2012 TENTANG PERSYARATAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. basement dan Roof floor. Dimana pelat lantai yang digunakan dalam perencanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. basement dan Roof floor. Dimana pelat lantai yang digunakan dalam perencanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Pada tugas akhir kali ini yang bertemakan struktur dengan sistem komposit pada balok dan kolom dengan struktur gedung 9 lantai berikut 1 lantai semi basement dan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR GRACE HELGA MONALISA BAKARA NIM:

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR GRACE HELGA MONALISA BAKARA NIM: PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan oleh GRACE HELGA MONALISA BAKARA

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN JURUSAN DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL FTSP ITS SURABAYA MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO Oleh : M. ZAINUDDIN 3111 040 511 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota Semarang dalam rangka meningkatkan aktivitas

Lebih terperinci

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2014

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2014 REDESAIN PRESTRESS (POST-TENSION) BETON PRACETAK I GIRDER ANTARA PIER 4 DAN PIER 5, RAMP 3 JUNCTION KUALANAMU Studi Kasus pada Jembatan Fly-Over Jalan Toll Medan-Kualanamu TUGAS AKHIR Adriansyah Pami Rahman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan infrastruktur jalan yang lebih memadai untuk menampung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan infrastruktur jalan yang lebih memadai untuk menampung 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan infrastruktur jalan yang lebih memadai untuk menampung jumlah kendaraan yang semakin lama semakin bertambah menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut. BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. system jaringan jalan. Jembatan digunakan sebagai akses untuk melintasi sungai,

BAB I PENDAHULUAN. system jaringan jalan. Jembatan digunakan sebagai akses untuk melintasi sungai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai infrastruktur transportasi, jembatan mempunyai peran sebagai integral system jaringan jalan. Jembatan digunakan sebagai akses untuk melintasi sungai, lembah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan untuk membangun berbagai jenis konstruksi jembatan, yang pelaksanaannya menyesuaikan dengan kebutuhan kondisi setempat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jembatan adalah sarana infrastruktur yang penting bagi mobilitas manusia. Terlepas dari nilai estetikanya jembatan memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU) TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU) OLEH : ABDUL AZIZ SYAIFUDDIN 3107 100 525 DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. I GUSTI

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Penulis Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi dan peningkatan jumlah penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi dan peningkatan jumlah penduduk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan peningkatan jumlah penduduk, maka semakin banyak orang di Jakarta dan di kota-kota besar menggunakan kendaraan bermotor, sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan yaitu dengan menyiapkan data berupa denah dan detil rusunawa Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Hollow Core Slab ( HCS ) Suatu terobosan baru dalam konstruksi lantai beton untuk bangunan bertingkat telah hadir di Indonesia, yaitu plat beton berongga prategang pracetak (precast

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti dibawah ini. Gambar 2.1. Komponen Jembatan 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah : Rekayasa Jembatan Kode Mata Kuliah : MPB 1415 SKS : 2(2-0) Waktu Pertemuan : 100 Menit SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) A. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran umum mata kuliah Setelah

Lebih terperinci

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S1 Teknik Sipil diajukan oleh : ARIF CANDRA SEPTIAWAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Pada perencanaan proyek akhir kami terdapat berbagai kesalahan, dan kami cantumkan beberapa kesalahan pada proyek akhir ini beserta penjelasannya, sebagai berikut.

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 7394:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 7394:2008 Daftar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan wilayah yang signifikan dikaitkan dengan permasalahan transportasi, terutama di negera berkembang seperti Indonesia. Rencana pembangunan Indonesia ke depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang hampir 70 persen wilayahnya merupakan lautan dan lebih dari 17.504 pulau yang terpisahan oleh laut. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

BAB III Bab III Metodologi Penelitian METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Dalam penelitian ini akan membandingkan deformasi dan disrtibusi momen serta pertambahan kekuatan kolom pada gedung

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton pracetak untuk konstruksi bangunan gedung

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton pracetak untuk konstruksi bangunan gedung Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton pracetak untuk konstruksi bangunan gedung ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RC

TUGAS AKHIR RC TUGAS AKHIR RC09-1380 MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SRPMM PADA GEDUNG BP2IP MENURUT SNI 03-1726-2010 Hari Ramadhan 310 710 052 DOSEN KONSULTASI : Ir. Iman Wimbadi,

Lebih terperinci

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG Antonius 1) dan Aref Widhianto 2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Sultan Agung,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertemuan (function hall / banquet hall). Ruang pertemuan yang luas dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. pertemuan (function hall / banquet hall). Ruang pertemuan yang luas dan tidak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan fungsi ruang dalam satu gedung adalah untuk ruang pertemuan (function hall / banquet hall). Ruang pertemuan yang luas dan tidak terhalang kolom

Lebih terperinci

KRITERIA DESAIN GEDUNG PRACETAK

KRITERIA DESAIN GEDUNG PRACETAK Sosialisasi dan Pameran Aplikasi SNI Pracetak dan Prategang Pada Bangunan Gedung DESAIN PROTOTYPE PRACETAK GEDUNG BERTINGKAT TINGGI Oleh: GAMBIRO Jakarta, 4 5 November 2014 KRITERIA DESAIN GEDUNG PRACETAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta adalah ibukota negara Indonesia yang memiliki hampir 10 juta orang yang berada di area metropolitan. Seiring berkembang dengan pesatnya pembangunan di Jakarta

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM FLAT SLAB DAN SHEAR WALL

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM FLAT SLAB DAN SHEAR WALL TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM FLAT SLAB DAN SHEAR WALL Mahasiswa : ADE ROSE RAHMAWATI 3111 105 001 Dosen Pembimbing : BAMBANG PISCESA, ST. MT.

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Fasilitas rumah atau asrama yang dikhususkan untuk tempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Fasilitas rumah atau asrama yang dikhususkan untuk tempat tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fasilitas rumah atau asrama yang dikhususkan untuk tempat tinggal mahasiswa, boleh dikatakan suatu hal yang sulit dicari di kampus-kampus atau Perguruan Tinggi (PT).

Lebih terperinci

Revisi SNI T C. Daftar isi

Revisi SNI T C. Daftar isi Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Singkatan istilah...2 5 Persyaratan...2 6 Penetapan indeks harga satuan

Lebih terperinci

Dalam menentukan jenis pondasi bangunan ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dan dipertimbangkan diantaranya :

Dalam menentukan jenis pondasi bangunan ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dan dipertimbangkan diantaranya : Dalam menentukan jenis pondasi bangunan ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dan dipertimbangkan diantaranya : A. Jumlah lantai yang akan di bangun, misalnya: Pada bangunan sederhana atau rumah 1

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS DI MOJOKERTO MENGGUNAKAN METODE BETON PRATEGANG SEGMENTAL STATIS TAK TENTU R. Zulqa Nur Rahmat Arif dan IGP Raka,Prof.,Dr.,Ir.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Lalu Lintas Ukuran dasar yang sering digunakan untuk definisi arus lalu lintas adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume sering dianggap sama, meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG I-1 1.1. LATAR BELAKANG Arus lalu lintas yang melalui Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo dari hari ke hari semakin ramai dan padat. Dalam rangka mendukung pembangunan serta perekonomian daerah khususnya,

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar Propinsi Bali, dan terletak kurang lebih 400 meter dari pantai lebih. Jembatan ini

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR Oleh : Faizal Oky Setyawan 3105100135 PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI HASIL PERENCANAAN Latar Belakang Dalam rangka pemenuhan dan penunjang kebutuhan transportasi

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 3434:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 3434:2008 Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang telah terjadi peningkatan pergerakan manusia dan barang sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang telah terjadi peningkatan pergerakan manusia dan barang sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan sosial terutama pada daerah yang telah terjadi peningkatan pergerakan manusia dan barang sehingga membutuhkan prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga pembangunan prasarana transportasi sangat menentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga pembangunan prasarana transportasi sangat menentukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Peningkatan sarana transportasi sangat diperlukan sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan sosial ekonomi pada hampir seluruh wilayah di Indonesia. Sehingga pembangunan

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2836:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2836:2008 Daftar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan merupakan prasarana umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jembatan merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB VI PERBANDINGAN DESAIN. perhitungan volume struktur utama bangunan..

BAB VI PERBANDINGAN DESAIN. perhitungan volume struktur utama bangunan.. BAB VI PERBANDINGAN DESAIN Dari hasil analisa dan desain struktur didapatkan ukuran struktur utama dalam hal ini struktur kolom dan struktur balok dari bangunan alternatif dan sesuai dengan tujuan dari

Lebih terperinci

Lampiran A...15 Bibliografi...16

Lampiran A...15 Bibliografi...16 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...iii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Singkatan istilah...2 5 Persyaratan...2 6 Penetapan indeks harga satuan pekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Pondasi Bangunan Bertingkat Rendah Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2835:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2835:2008 Daftar

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional Prakata Untuk menentukan biaya bangunan / building cost rancangan pekerjaan konstruksi

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PRESENTASI TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO MAHASISWA : WAHYU PRATOMO WIBOWO NRP. 3108 100 643 DOSEN PEMBIMBING:

Lebih terperinci

Culvert and precast product. ISO 9001:2008 / SNI ISO Certificate No.: 51533

Culvert and precast product. ISO 9001:2008 / SNI ISO Certificate No.: 51533 Komite Akreditasi Nasional Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu LSSM-043-IDN ISO 9001:2008 / SNI ISO 9001-2008 Certificate No.: 51533 Culvert and precast product Daftar isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 1

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JENIS JEMBATAN Jembatan dapat didefinisikan sebagai suatu konstruksi atau struktur bangunan yang menghubungkan rute atau lintasan transportasi yang terpisah baik oleh sungai, rawa,

Lebih terperinci

BAB I PE DAHULUA 1.1 Umum

BAB I PE DAHULUA 1.1 Umum BAB I PE DAHULUA 1.1 Umum Salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya pengembangan suatu wilayah/daerah ialah Sistem Transportasi. Jalan raya dan jembatan merupakan bagian dari sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 IDENTIFIKASI MASALAH

BAB 3 METODOLOGI 3.1 IDENTIFIKASI MASALAH BAB 3 METODOLOGI Tempat parkir memegang peranan cukup penting dalam pengoperasian terminal. Keinginan untuk membuat gedung parkir pada Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Majalengka perlu ditanggapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin berkembang pesat dewasa ini, namun dewasa ini, lahan yang tersisa semakin minim sementara kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Jembatan adalah sebuah struktur konstruksi bangunan atau infrastruktur sebuah jalan yang difungsikan sebagai penghubung yang menghubungkan jalur lalu lintas pada

Lebih terperinci

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir Tugas Akhir PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS KEDIRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BUSUR BAJA Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : 3109100096 Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir Jembatan merupakan suatu prasarana penghubung satu daerah dan daerah lain yang terpisahkan oleh sungai atau jurang. Sehingga daerah-daerah yang semula tidak

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA PROYEK JALAN LAYANG CIMINDI BANDUNG

ESTIMASI BIAYA PROYEK JALAN LAYANG CIMINDI BANDUNG ESTIMASI BIAYA PROYEK JALAN LAYANG CIMINDI BANDUNG Dessy Natalia NRP : 0321073 Pembimbing : Dr. Ir. Purnomo Soekirno FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN III.. Gambaran umum Metodologi perencanaan desain struktur atas pada proyek gedung perkantoran yang kami lakukan adalah dengan mempelajari data-data yang ada seperti gambar

Lebih terperinci

METODA KONSTRUKSI GELAGAR JEMBATAN BETON PRATEKAN PROYEK JALAN LAYANG CIMINDI BANDUNG

METODA KONSTRUKSI GELAGAR JEMBATAN BETON PRATEKAN PROYEK JALAN LAYANG CIMINDI BANDUNG METODA KONSTRUKSI GELAGAR JEMBATAN BETON PRATEKAN PROYEK JALAN LAYANG CIMINDI BANDUNG Shita Andriyani NRP : 0321068 Pembimbing : Dr. Ir. Purnomo Soekirno JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam,

Lebih terperinci

Desain Review Pier Flyover Bridge di Jakarta Jalur Tn.Abang Kp.Melayu

Desain Review Pier Flyover Bridge di Jakarta Jalur Tn.Abang Kp.Melayu Desain Review Pier Flyover Bridge di Jakarta Jalur Tn.Abang Kp.Melayu Yosafat Aji Pranata Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha e-mail: yosafat.ap@gmail.com Nathan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR Perencanaan Box Culvert Untuk Penanganan Kerusakan Jembatan Citepus Pada Ruas Jalan Padjadjaran Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR Perencanaan Box Culvert Untuk Penanganan Kerusakan Jembatan Citepus Pada Ruas Jalan Padjadjaran Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pelayanan suatu jembatan terhadap lalu lintas diatasnya cenderung menurun dari waktu ke waktu seiring dengan menurunnya kondisi jembatan tersebut yang dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun daerah-daerah tertinggal dan terpencil, maka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. membangun daerah-daerah tertinggal dan terpencil, maka pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu daerah atau kawasan, tidak terlepas dari dukungan infrastruktur yang memadai. Sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Papua pada umumnya dan

Lebih terperinci

PEMBEBANAN JALAN RAYA

PEMBEBANAN JALAN RAYA TKS 4022 Jembatan PEMBEBANAN JALAN RAYA Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Peraturan Spesifikasi pembebanan yang membahas masalah beban dan aksi-aksi lainnya yang akan digunakan

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK SEMINAR TUGAS AKHIR JULI 2011 MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK Oleh : SETIYAWAN ADI NUGROHO 3108100520

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG SUMPIUH - BANYUMAS

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG SUMPIUH - BANYUMAS III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1. PENDAHULUAN Proses perencanaan yang terstruktur dan sisitematis diperlukan untuk menghasilkan suatu karya yang efektif dan efisien. Pada jembatan biasanya dirancang menurut

Lebih terperinci

PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR

PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA

PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Tingkat Strata 1 (S-1) DISUSUN OLEH: NAMA

Lebih terperinci

TKS 4022 Jembatan PEMBEBANAN. Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University

TKS 4022 Jembatan PEMBEBANAN. Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University TKS 4022 Jembatan PEMBEBANAN Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Peraturan Spesifikasi pembebanan yang membahas masalah beban dan aksi-aksi lainnya yang akan digunakan dalam perencanaan

Lebih terperinci