BAB IV HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian mengenai penerapan manajemen risiko dengan metode

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian mengenai penerapan manajemen risiko dengan metode"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian mengenai penerapan manajemen risiko dengan metode Job Safety Analysis (JSA) di Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi I diperoleh hasil sebagai berikut : A. Komitmen terhadap Manajemen Risiko Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi I telah berkomitmen penuh dalam menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal tersebut dibuktikan dengan adanya Kebijakan Mutu dan K3L guna memastikan bahwa perusahaan dan subkontraktor yang terlibat mematuhi standar dan peraturan yang mengatur mengenai penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya mengenai identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko sehingga perusahaan dapat mencapai zero accident fatality selama pelaksanaan proyek. Adapun isi dari Kebijakan Mutu dan K3L di Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi I adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan mutu cara dan hasil kerja, serta mencegah ketidaksesuaian pada semua tahapan. 2. Melaksanakan norma-norma perlindungan kerja dan lingkungan (K3L) dengan menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas risiko 45

2 46 kecelakaan, bebas risiko penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. 3. Mengutamakan penggunaan produk ramah lingkungan dan menghemat sumber daya energi. Kebijakan Mutu dan K3L yang telah ditetapkan wajib dipahami dan ditaati oleh seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pemasok, dan pelanggan yang terkait dengan perusahaan. Kebijakan Mutu dan K3L merupakan kebijakan yang telah ditetapkan melalui induk perusahaan yang disebarluaskan ke anak perusahaan/divisi maupun proyek-proyek yang sedang dilaksanakan. Kebijakan Mutu dan K3L tersebut telah menyatakan tujuan dan sasaran K3, komitmen terhadap pencegahan terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan kepedulian terhadap lingkungan. Perusahaan juga telah menyusun HSE Commitment/Komitmen K3L sebagai wujud dari kebijakan yang telah disepakati perusahaan. Komitmen K3L merupakan suatu komitmen terhadap kebijakan yang telah disepakati oleh pimpinan dan staff/karyawan perusahaan/proyek secara bersama-sama, dokumen ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Komitmen K3L yang diterapkan di Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi I yaitu sebagai berikut : 1. Secara terintegrasi akan mengkondisikan agar SMK3L (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja & Lingkungan) dapat

3 47 dipahami, diterapkan, dipelihara dan ikut bertanggung jawab dengan kewenangan masing-masing terhadap implementasi K3L. 2. Memprakarsai upaya-upaya untuk pencapaian target melalui programprogram yang telah direncanakan dan melindungi segenap sumber daya manusia yang terlibat di dalam pelaksanaan proyek serta menciptakan tempat kerja yang aman dan ramah lingkungan. 3. Memadukan seluruh unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja & Lingkungan ke dalam tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian/personel. 4. Memadukan seluruh unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja & Lingkungan pada setiap proses dan tahapan pelaksanaan konstruksi. 5. Mengidentifikasi seluruh risiko yang akan timbul dari tahapan pelaksanaan dan melakukan tindakan pencegahan semaksimal mungkin. 6. Menghindari penggunaan material dan peralatan yang tidak aman. 7. Menekan sekecil mungkin dampak negatif dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat pelaksanaan proyek. 8. Aktif mengkampanyekan keselamatan dan kesehatan kerja & lingkungan dan memastikan terlaksanakannya unsur-unsur keselamatan dan kesehatan kerja & lingkungan demi terciptanya lingkungan kerja yang aman. Komitmen K3L disusun untuk menertibkan dan memberikan perlindungan sumber daya dan lingkungan yang terlibat dalam pelaksanaan proyek. Di samping melakukan upaya penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Komitmen K3L juga wajib dipahami dan

4 48 ditaati oleh seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pemasok, dan pelanggan yang terkait dengan perusahaan. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya mengenai kebijakan namun perusahaan juga perlu mempunyai peraturan K3 umum untuk mencegah dan meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Peraturan K3 umum sebagai bentuk komunikasi yang mudah dimengerti dan dipahami oleh berbagai pihak, maka dari itu perusahaan membuat HSE Ground Rule sebagai salah satu upaya pengendalian bahaya di area kerja. Berikut merupakan isi dari HSE Ground Rule : 1. Telah mengikuti safety induction. 2. Memastikan kondisi badan sehat baik secara fisik dan mental saat masuk kerja. 3. Berpakaian sopan, tidak dibenarkan memakai celana pendek, bertelanjang dada atau hanya memakai singlet. 4. Menggunakan alat pelindung diri (APD) yang standar dan sudah dipakai dengan benar. 5. Memakai tanda pengenal id badge yang sesuai dengan kompetensi dan area kerjanya. 6. Mengikuti safety morning talk dan tool box meeting yang diselenggarakan oleh supervisor area. 7. Memastikan alat dan peralatan kerja termasuk alat berat sudah dilakukan inspeksi dan dalam kondisi baik dan aman.

5 49 8. Memastikan pekerjaan yang berisiko tinggi (kerja diketinggian, ruang terbatas/confined space, lifting & rigging, excavation, electrical) sudah dilakukan mitigasi risikonya. 9. Setiap supervisor dan safety man harus bertanggung jawab dan memastikan para anggotanya sudah bekerja sesuai standar keselamatan kerja. 10. Melakukan good house keeping secara rutin dan menjaga lingkungan. Perusahaan menaruh perhatian lebih dalam melakukan perlindungan terhadap tenaga kerja dengan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Hal tersebut didasari bahwa pentingnya menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas risiko kecelakaan, bebas risiko penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan guna meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Disamping perusahaan menyusun Kebijakan Mutu dan K3L, Komitmen K3L, dan HSE Ground Rule. Perusahaan telah menyusun Rencana Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja (RK3L) sebagai pedoman dalam menjalankan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja selama pelaksanaan proyek. Rencana Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja (RK3L) merupakan panduan untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang memuat beberapa hal sebagai berikut : a) Ruang lingkup K3L b) Tujuan dan sasaran K3L

6 50 c) Tugas dan tanggung jawab main contractor maupun subcontractor dalam menerapkan K3L d) Organisasi Komite K3L e) Prosedur f) Traffic Management g) Verifikasi Dokumen Selanjutnya di dalam Rencana Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja (RK3L) dijelaskan mengenai prosedur-prosedur salah satunya dalam hal identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko yaitu prosedur hazard identification risk assessment and risk control, dokumen ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Prosedur tersebut membahas mengenai upaya melaksanakan manajemen risiko dengan metode JSA atau HIRARC. Prosedur tersebut disusun sebagai salah satu langkah mengidentifikasi potensi bahaya untuk mengurangi/menghilangkan potensi bahaya dari semua jenis pekerjaan yang terdapat di proyek. Adanya prosedur tersebut telah membuktikan bahwa perusahaan melaksanakan manajemen risiko di perusahaan/proyek. Selain itu, perusahaan berupaya untuk mengendalikan bahaya sehingga angka kecelakaan kerja dalam pelaksanaan proyek dapat ditekan semaksimal mungkin. Perusahaan telah melakukan komitmen terhadap K3 khususnya manajamen risiko. Perusahaan melaksanakan manajemen risiko untuk menjamin perlindungan tenaga kerja, aset perusahaan, masyarakat pengguna maupun kelangsungan bisnis perusahaan. Bentuk kegiatan dari manajemen

7 51 risiko di proyek yaitu melakukan analisis potensi bahaya pada pekerjaan dengan metode Job Safety Analysis (JSA). Job Safety Analysis (JSA) diterapkan untuk semua jenis pekerjaan yang terdapat di proyek, selain untuk pekerjaan utama dan pekerjaan yang memiliki risiko tinggi karena perusahaan mempertimbangkan bahwa semua jenis pekerjaan mempunyai potensi bahaya dan risiko masing-masing. Selanjutnya komitmen perusahaan terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja khususnya dalam hal identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko yang diwujudkan melalui Kebijakan Mutu dan K3L, Komitmen K3L, dan HSE Ground Rule serta prosedur hazard identification risk assessment and risk control perlu dilakukan komunikasi kepada tenaga kerja lama dan baru maupun tamu yang berkunjung di area proyek. Komunikasi yang telah dilakukan perusahaan antara lain melalui safety induction secara langsung kepada tenaga kerja dan tamu, tool box meeting kepada tenaga kerja sebelum bekerja, dan menempelkan pada papan informasi pada setiap area kerja. Salah satunya kegiatan analisis potensi bahaya dengan metode Job Safety Analysis (JSA) yang telah dilaksanakan yaitu pada pekerjaan erection segment box girder dengan menggunakan launcher gantry. Pembuatan Job Safety Analysis (JSA) diharapkan dapat menganalisis potensi bahaya beserta pengendalian bahaya pada tiap tahapan pekerjaan.

8 52 B. Penerapan Manajemen Risiko dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) 1. Tim Identifikasi Bahaya Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi I telah menetapkan dalam prosedur hazard identification risk assessment and risk control bahwa analisis potensi bahaya dilakukan oleh orang yang berkompeten dimana orang tersebut mampu mengidentifikasi masalah potensial atau menilai potensi risiko. Dijelaskan dalam prosedur tersebut orang yang berwenang untuk melakukan analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) yaitu perwakilan personel K3L dari main contractor dan subcontractor. Perwakilan personel K3L dari main contractor terdiri dari Supervisor, HSE, dan Project Production Manager. Sedangkan personel K3L dari subcontractor yaitu dari operator. Personel K3L dari main contractor dan subcontractor yang telah ditunjuk memiliki tanggungjawab masing-masing dalam keterlibatannya melakukan analisis potensi bahaya. Supervisor bertanggungjawab untuk melakukan analisis potensi bahaya serta pengendalian bahaya untuk suatu jenis pekerjaan. Selain melakukan tanggungjawab utamanya yaitu mengawasi pelaksanaan suatu pekerjaan. Supervisor merupakan personel yang mengetahui pekerjaan secara keseluruhan baik dari peralatan, material, proses kerjanya maupun tenaga kerja yang terlibat, maka dari itu tanggungjawab untuk penyusunan Job Safety Analysis (JSA) diberikan kepada Supervisor.

9 53 Peran HSE dalam menyusun Job Safety Analysis (JSA) suatu pekerjaan yaitu untuk mengevaluasi, mengecek/memeriksa dan memberikan saran/masukan/pertimbangan atas hasil analisis potensi bahaya yang telah disusun oleh Supervisor. Keterlibatan Project Production Manager dalam melakukan analisis potensi bahaya yaitu sebagai penanggungjawab dan menyetujui penyusunan analisis potensi bahaya. Personel K3L dari subcontractor yaitu operator yang ikut terlibat berkewajiban untuk memberikan masukan dalam proses menyusun analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA). 2. Langkah Menyusun Job Safety Analysis (JSA) pada Pekerjaan Erection Segment Box Girder Secara garis besar langkah dalam menyusun Job Safety Analysis (JSA) untuk suatu pekerjaan di Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi I dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisis Langkah untuk menyusun Job Safety Analysis (JSA) dimulai dengan menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisis. Dalam menentukan jenis pekerjaan, perusahaan tidak memiliki klasifikasi tertentu. Namun perusahaan telah menjelaskan dalam prosedur hazard identification risk assessment and risk control, pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan analisis potensi bahaya antara lain : 1) pekerjaan penggalian,

10 54 2) pekerjaan pengelasan (welding), 3) pekerjaan ketinggian, 4) manual handling, 5) pekerjaan lifting, 6) loading/unloading, dan 7) pekerjaan listrik. Perusahaan telah memberlakukan Job Safety Analysis (JSA) untuk seluruh jenis pekerjaan selain pekerjaan utama maupun yang memiliki risiko tinggi karena analisis potensi bahaya tidak hanya bergantung pada besar kecilnya risiko suatu pekerjaan. Selain untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, perusahaan melakukan analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) untuk memenuhi persyaratan keselamatan dalam melakukan suatu pekerjaan. Analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) dilakukan apabila permohonan pelaksanaan pekerjaan telah diajukan dan disepakati oleh beberapa pihak meliputi kontaktor, konsultan, dan dinas pekerjaan umum, dokumen tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5, sehingga personil K3 maincontractor dan subcontractor harus mendiskusikan analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) pada waktu permohonan pelaksanaan pekerjaan disepakati dan diselesaikan sebelum pekerjaan dilaksanakan.

11 55 Pekerjaan yang akan dilakukan analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) yaitu pekerjaan erection segment box girder dengan menggunakan alat bantu yaitu launcher gantry, dimana pekerjaan tersebut merupakan jenis pekerjaan di ketinggian yang memerlukan adanya JSA untuk keselamatan personel yang berada di ketinggian. b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah kegiatan Pekerjaan yang telah disepakati untuk dilakukan analisis potensi bahaya selanjutnya diuraikan tiap tahapan kerja. Langkah untuk menguraikan pekerjaan dilakukan dengan membagi menjadi 2 tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan merupakan langkah kegiatan yang berkaitan dengan persiapan sebelum melakukan pekerjaan utama yang akan dilaksanakan, hal-hal yang berkaitan dengan peralatan, material maupun akses untuk pekerjaan tersebut. Sedangkan tahap pelaksanaan merupakan langkah kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan utama yang telah disepakati sesuai permohonan pelaksanaan pekerjaan. c. Identifikasi potensi bahaya pada setiap langkah kegiatan Proses identifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan suatu jenis pekerjaan. Adanya identifikasi potensi bahaya untuk mengetahui dan mengenali sumber bahaya dan potensi bahaya yang ditimbulkan. Langkah melakukan identifikasi potensi bahaya pada

12 56 pekerjaan erection segment box girder dengan menggunakan launcher gantry yaitu sebagai berikut : 1) Tahap persiapan yaitu melakukan pekerjaan loading test atau pengecekan alat yaitu launcher gantry. Uji alat dilakukan dengan pengujian kelayakan secara fungsional untuk keperluan lifting atau mengangkat beban box girder seberat 55 ton, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi bahaya dari kegiatan loading test yaitu : a) Kegiatan lifting beban box girder 55 ton di ketinggian. b) Load atau pembebanan di ujung truss launcher. c) Moving atau perpindahan segment diantara truss launcher. 2) Tahap pelaksanaan yaitu pekerjaan utama yang terdiri dari beberapa langkah kegiatan yang perlu dilakukan identifikasi potensi bahaya untuk mengetahui potensi bahaya pada tiap langkah kerja yaitu sebagai berikut : a) Moving/Launching Launcher yaitu melakukan pemindahan alat berat yaitu launcher gantry dari pier satu dengan pier yang lainnya dengan memindahkan truss dan roller yang diangkat menggunakan winch, lokasi pekerjaan moving berada di area Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 150 Kv sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi bahaya dari kegiatan moving yaitu :

13 57 (1) Terdapat Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 150 Kv. (2) Kegiatan tenaga kerja yang berada di sekitar alat yang dekat dengan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). (3) Kegiatan tenaga kerja membuka sling safety truss. (4) Pekerjaan yang berada di ketinggian. (5) Kegiatan pengencangan baut dan penggunaan tool. b) Mobilisasi segment box girder menggunakan truck trailer yaitu mendatangkan segment box gider dari pabrik pembuat menuju lokasi proyek menggunakan truck trailer dan menurunkan segment box girder dari truck trailer ke area kerja, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi bahaya dari kegiatan mobilisasi segment box girder yaitu : (1) Adanya lalu lintas kendaraan yang padat. (2) Kegiatan unloading segment box girder dari truck trailer. c) Install spreader beam yaitu pemasangan spreader beam pada launcher gantry dengan box girder, dimana box girder dikunci pada lubang anchor stress bar menggunakan baut untuk proses lifting, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi bahaya dari kegiatan install spreader beam yaitu :

14 58 (1) Aktivitas tenaga kerja yang naik ke atas box girder di atas truck trailer. (2) Kegiatan pemasangan stress bar dan pengencangan railing. d) Lifting dan erection segment box girder yaitu mengangkat segment box girder dan peletakkan segment box girder pada segment jalan layang non tol yang telah terpasang atau pada kolom jalan layang non tol apabila kolom belum terpasang segment sama sekali pada ketinggian dengan alat bantu launcher gantry, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi bahaya dari kegiatan lifting dan erection segment box girder yaitu : (1) Adanya lalu lintas kendaraan dibawah pekerjaan lifting dan erection. (2) Aktivitas pekerjaan di area kerja ketinggian dalam box girder. e) Install temporary stress bar yaitu pemasangan temporary stress bar pada lubang segment box girder untuk menahan beban box girder, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi bahaya dari kegiatan install temporary stress bar yaitu area kerja di tepi segment box girder pada ketinggian.

15 59 f) Pengeleman dengan epoxy yaitu melakukan pengeleman pada bagian pinggir salah satu segment untuk dipasangkan ke sisi segment jalan layang non tol yang telah terpasang dan pengeleman dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi bahaya dari kegiatan pengeleman dengan epoxy yaitu material epoxy termasuk bahan kimia bersifat iritan. g) Stressing temporary stress bar yaitu menarik temporary stress bar pada lubang bagian dalam box girder dengan menggunakan hydrolik jack untuk memastikan box girder tetap pada posisinya sampai dilakukan stressing strand, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi bahaya dari kegiatan stressing temporary stress bar yaitu penggunaan hydrolik jack yang bertekanan. h) Install platform stressing yaitu pemasangan platform atau tempat kerja untuk meletakkan material dan peralatan kerja pada pekerjaan stressing strand, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi bahaya dari kegiatan install platform stressing yaitu pembuatan area kerja yang menggantung di tepi box girder pada ketinggian. i) Install kabel strand yaitu pemasangan kabel strand ke dalam lubang tendon bagian atas kanan dan kiri dan bagian bawah

16 60 kanan dan kiri, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi bahaya dari kegiatan install kabel strand yaitu : (1) Kegiatan memasang atau memasukkan kabel strand ke dalam tendon. (2) Aktivitas pada area kerja di ketinggian. j) Stressing kabel strand yaitu menarik kabel strand yang telah dimasukkan ke dalam lubang tendon dengan menggunakan alat bantu berupa hydrolik jack yang dikerjakan di platform pada ketinggian, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi bahaya dari kegiatan stressing kabel strand yaitu : (1) Penggunaan hydrolik jack yang bertekanan. (2) Beban hydrolik jack seberat 250 kg. (3) Pemakaian power listrik dari genset. (4) Aktivitas pemotongan kabel strand menggunakan alat pemotong berupa gerinda. d. Menganalisis risiko bahaya pada setiap langkah kegiatan Menganlisis risiko yang dapat ditimbulkan akibat dari potensi bahaya yang telah diidentifikasi sebelumnya. Risiko bahaya yang diperoleh dari hasil identifikasi potensi bahaya pada proses kerja yang telah diuraikan. Berikut hasil analisis risiko bahaya pada tiap langkah

17 61 kegiatan pada pekerjaan erection segment box girder dengan menggunakan launcher gantry yaitu : 1) Kegiatan lifting beban box girder 55 ton di ketinggian dapat berisiko box girder seberat 55 ton jatuh atau sling putus (break lost) tidak kuat menahan box girder. 2) Load atau pembebanan di ujung truss launcher dapat berisiko defleksi/penurunan melebihi batas maksimun standar yang telah ditentukan. 3) Moving atau perpindahan segment diantara truss launcher dapat berisiko segment box girder membentur truss launcher dan terbentur rail beam serta trouble pada power listrik penggerak mati/konsleting dan kebakaran. 4) Terdapat Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 150 Kv dapat berisiko launcher gantry terkena induksi listrik tegangan tinggi yang dapat mengakibatkan kerusakan alat. 5) Kegiatan tenaga kerja yang berada di sekitar alat yang dekat dengan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dapat berisiko tenaga kerja tersengat arus listrik tegangan tinggi. 6) Kegiatan tenaga kerja membuka sling safety truss dapat berisiko launcher tergelincir. 7) Pekerjaan yang berada di ketinggian dapat berisiko terjatuh dan tertimpa.

18 62 8) Kegiatan pengencangan baut dan penggunaan tool dapat berisiko terjepit dan tergores. 9) Adanya lalu lintas kendaraan yang padat dapat berisiko menimbulkan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas. 10) Kegiatan unloading segment box girder dari truck trailer dapat berisiko manuver dari truck trailer ke fiding area tidak terjangkau oleh launcher. 11) Aktivitas tenaga kerja yang naik ke atas box girder di atas truck trailer dapat berisiko terpeleset dan terjatuh. 12) Kegiatan pemasangan stress bar dan pengencangan railing dapat berisiko terjepit, tergores dan terbentur. 13) Adanya lalu lintas kendaraan dibawah pekerjaan lifting dan erection dapat berisiko kejatuhan benda dari ketinggian. 14) Aktivitas pekerjaan di area kerja ketinggian dalam box girder dapat berisiko tenaga kerja terjatuh dari ketinggian. 15) Area kerja di tepi segment box girder pada ketinggian dapat berisiko tenaga kerja terjatuh dari ketinggian tepi box girder. 16) Material epoxy termasuk bahan kimia bersifat iritan dapat berisiko iritasi dan alergi pada kulit, gangguan pernafasan dan iritasi mata serta lem epoxy terjatuh ke jalan. 17) Penggunaan hydrolik jack yang bertekanan dapat berisiko terkena tekanan dari hydrolik jack, terjepit dan tergores.

19 63 18) Pembuatan area kerja yang menggantung di tepi box girder pada ketinggian dapa berisiko platform/area kerja terguling dan jatuh ke jalan serta benda terjatuh dari ketinggian. 19) Kegiatan memasang atau memasukkan kabel strand ke dalam tendon dapat berisiko tertusuk dan tergores kabel strand. 20) Aktivitas pada area kerja di ketinggian dapat berisiko potongan strand terjatuh. 21) Penggunaan hydrolik jack yang bertekanan dapat berisiko strand terputus atau terpental akibat tekanan kuat dari hydrolik jack. 22) Beban hydrolik jack seberat 250 kg dapat berisiko tergencet dan tertimpa hydrolik jack. 23) Pemakaian power listrik dari genset dapat berisiko tersetrum. 24) Aktivitas pemotongan kabel strand menggunakan alat pemotong berupa gerinda dapat berisiko terkena percikan debu dan panas yang mengenai mata. e. Pengendalian bahaya dengan tindakan yang direkomendasi Langkah selanjutnya yaitu melakukan pengendalian bahaya yang telah diidentifikasi atau hazard control untuk suatu jenis pekerjaan. Diterangkan dalam prosedur hazard identification risk assessment and risk control bahwa pengendalian bahaya beserta tindakan perbaikan (corrective action) dilakukan untuk mengurangi/menghilangkan potensi bahaya.

20 64 Perusahaan berupaya untuk mengontrol bahaya yang telah diidentifikasi sesuai hierarki pengendalian risiko. Tercantum dalam prosedur hazard identification risk assessment and risk control, langkah tindakan pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk mengontrol bahaya adalah sebagai berikut : 1) Menghilangkan bahaya dengan mendesain ulang pekerjaan atau mengganti material sehingga bahaya dapat dihilangkan. Pengendalian dengan menghilangkan bahaya belum dapat diterapkan dan dilaksanakan pada pekerjaan erection segment box girder dengan menggunakan launcher gantry. 2) Pengganti bahaya untuk risiko lebih rendah dengan mengganti metode kerja, bahan dan peralatan yang lebih aman dan risiko lebih rendah. Pengendalian dengan pengganti bahaya untuk risiko lebih rendah yang dilakukan pada pekerjaan erection segment box girder dengan menggunakan launcher gantry antara lain : a) Melakukan review metode terhadap ketinggian alat yang melebih batas ruang bebas SUTET (konter weight diturunkan sejajar truss). b) Penggunaan tangga akses untuk memudahkan tenaga kerja naik dan turun secara aman. 3) Isolasi bahaya dengan memisahkan seseorang dari objek kerja atau menghindari adanya bahaya. Pengendalian dengan isolasi

21 65 bahaya yang dilakukan pada pekerjaan erection segment box girder dengan menggunakan launcher gantry antara lain : a) Meniadakan aktivitas/pekerjaan tenaga kerja yang berada di bawah pekerjaan di ketinggian. b) Melengkapi atau memasang railing/pagar pengaman pada lantai kerja di ketinggian. c) Penyempitan jalan agar tidak ada kendaraan atau orang yang melintas dibawah segment box girder yang menggantung. d) Tidak ada tenaga kerja yang berada di bagian depan hydrolik jack saat melakukan stressing. e) Pemasangan proteksi berupa terpal untuk melindungi jatuhan lem epoxy ke jalan. 4) Kontrol teknisi dengan melakukan modifikasi teknologi atau peralatan atau menggunakan alat bantu untuk menghindari bahaya. Pengendalian dengan kontrol teknisi yang dilakukan pada pekerjaan erection segment box girder dengan menggunakan launcher gantry antara lain : a) Memasang alat uji (chain block dan lever block) b) Memasang kaper yang elastis untuk menahan pentalan strand c) Memasang sistem grounding. d) Memasang toe board dan dinding penahan benda jatuh e) Memasang/melapisi isolasi pada peralatan kerja, perlengkapan pengaman dan material.

22 66 f) Pemasangan alat bantu pengukuran defleksi berupa benang, unting-unting, meteran untuk pengecekan defleksi. g) Pemasangan hanger untuk mengaitkan full body harness. 5) Kontrol administrasi dengan melakukan prosedur untuk bekerja secara aman. Pengendalian bahaya dengan kontrol administrasi yang dilakukan pada pekerjaan erection segment box girder dengan menggunakan launcher gantry antara lain : a) Pengecekan terhadap alat dan seluruh perlengkapan pengaman untuk memastikan dalam kondisi baik saat digunakan. b) Mengikuti manual prosedur. c) Melakukan lifting secara bertahap dari ketinggian lifting 50 cm. d) Pengoperasian alat dilakukan oleh operator yang telah memiliki SIO. e) Adanya petugas pengawas di lapangan. f) Memastikan genset dalam kondisi baik dan persediaan BBM cukup. g) Menyediakan penerangan yang cukup, radio HT, alat pemadam api ringan (APAR) dan air bersih untuk mencuci tangan pada area kerja. h) Tidak melakukan aktivitas pada cuaca ekstrem/hujan/angin kencang.

23 67 i) Adanya standar/peraturan batas ruang bebas SUTET. j) Pengukuran pada batas ruang bebas SUTET melibatkan pihak PLN untuk memastikan ketinggian alat tidak boleh kurang dari batas ruang bebas SUTET yaitu 5 meter. k) Dilakukan tool box meeting agar tenaga kerja memahami potensi bahaya. l) Memastikan lokasi kerja dan peralatan kerja bersih dari kotoran dan air yang menggenang. m) Memastikan penyimpanan/peletakkan material dan alat pada posisi aman, rapi dan teratur. n) Pekerjaan dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli, terlatih dan terbiasa serta memiliki sertifikasi. o) Pengecekan elevasi real beam A dan B harus rata/level sama/tidak miring. p) Pemeriksaan hanger safety sling truss pada posisi aman terhadap lock safety truss. q) Ketersediaan emergency tool dan alat pengaman seperti chain block/lever block yang cukup memadai. r) Tenaga kerja telah memahami cara kerja dan penggunaan alat dan material/bahan. s) Mobilisasi material pada malam hari dengan penempatan petugas traffic yang dilengkapi dengan senter merah dan rompi untuk mengatur lalu lintas kendaraan umum maupun

24 68 kendaraan proyek serta antrian truck trailer agar teratur dan rapi. t) Koordinasi dengan pihak bersangkutan meliputi HSE, kepolisian, konsultan, dan engineering. u) Pemasangan rambu-rambu darurat/peringatan reflektif. v) Memastikan lokasi fiding area rata, kuat, stabil, mampu menahan beban truck trailer, dan tidak terhalang oleh material dan alat sehingga cukup untuk melakukan manuver truck trailer. w) Memastikan peralatan dalam kondisi baik dan terkalibrasi. x) Memastikan tidak ada kebocoran pada Hose dan Valve. y) Perhitungan tekanan jacking post yang telah disetujui engineering. z) Memastikan instalasi kabel tidak ada yang terbuka. 6) Alat pelindung diri dengan penggunaan alat pelindung diri yang memenuhi standar dan harus dipakai pekerja pada semua pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan. Pengendalian dengan alat pelindung diri yang dilakukan pada pekerjaan erection segment box girder dengan menggunakan launcher gantry antara lain : a) Tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri khusus berupa sepatu karet (tidak bocor) dan sarung tangan karet (tidak bocor/dilapisi sarung tangan kulit/kain).

25 69 b) Tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri berupa helmet, sepatu, masker, kacamata, sarung tangan, dan full body harness. c) Tenaga kerja menggunakan pakaian tertutup (celana panjang dan baju lengan panjang). 3. Dokumentasi dan Revisi Job Safety Analysis (JSA) Perusahaan telah melakukan pendokumentasian terhadap suatu dokumen dengan membuat arsip dokumen berupa salinan dari dokumen asli. Pendokumentasian hasil analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) dibuat rangkap 4 kemudian disertakan ke dalam permohonan pelaksanaan pekerjaan (request of works). Selanjutnya hasil analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) didistribusikan kepada pihak terkait yang terdiri dari supervisor, engineering, konsultan, dan HSE. Hasil Job Safety Analysis (JSA) yang didistribusikan kepada HSE selanjutnya disimpan sebagai arsip dokumen. Dokumentasi Job Safety Analysis (JSA) dilakukan dengan membuat file dokumen yang didalamnya memuat kumpulan Job Safety Analysis (JSA) berbagai jenis pekerjaan dan menyimpan dokumen Job Safety Analysis (JSA) dalam bentuk softcopy dan hardcopy serta dilengkapi dengan dokumentasi gambar/foto pekerjaan. Tahap revisi atau tinjauan ulang terhadap analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) dilakukan apabila diperlukan, sehingga tinjauan ulang hanya dilakukan apabila terdapat perubahan terhadap hasil

26 70 yang telah disusun sebelumnya. Apabila saat pelaksanaan di lapangan, hasil analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) ditemukan bahaya baru/perubahan/penambahan dalam hasil analisis Job Safety Analysis (JSA) sebelumnya. Maka perlu dilakukan revisi terhadap hasil analisis Job Safety Analysis (JSA) mengenai perubahan-perubahan di lapangan. Hasil Job Safety Analysis (JSA) yang telah dilakukan revisi selanjutnya diperiksa kembali oleh HSE dan disetujui oleh Project Production Manager. C. Potensi Bahaya dan Pengendalian Bahaya pada Pekerjaan Erection Segment Box Girder dari Hasil Analisis dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) Tahap menganalisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) pada pekerjaan erection segment box girder dengan launcher gantry yang merupakan pekerjaan utama dalam Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk telah ditemukan potensi bahaya yang mungkin dapat menimbulkan kecelakaan kerja sehingga perlu dilakukan pengendalian bahaya, dokumen ini dapat dilihat pada Lampiran 6. Adapun potensi bahaya dan pengendalian bahaya pada pekerjaan erection segment box girder menggunakan launcher gantry sebagai berikut : 1. Kegiatan lifting beban box girder 55 ton di ketinggian dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Seluruh perlengkapan pengaman dilakukan pengecekan dalam kondisi baik.

27 71 b. Pengecekan dilakukan pengetesan lifting rendah maksimal 50 cm dari permukaan tanah untuk memastikan break/sling dan fungsi lifting aman. 2. Load atau pembebanan di ujung truss launcher dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Dipasang alat bantu pengukuran defleksi (benang, unting-unting, meteran) untuk pengecekan defleksi. b. Mengikuti manual prosedur. c. Dilakukan secara bertahap dari ketinggian lifting 50 cm. 3. Moving atau perpindahan segment diantara truss launcher dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Pengoperasian launcher dilakukan oleh operator yang memiliki SIO. b. Ada petugas yang mengarahkan dan mengawasi pergerakan segment. c. Memastikan generator listrik dalam kondisi baik. d. Memastikan BBM cukup. e. Memastikan radio komando/remote dapat berfungsi dengan baik. f. Memastikan seluruh penggerak dapat berfungsi dengan baik. g. Tersedia alat pemadam api ringan (APAR). h. Tidak melakukan aktivitas pada cuaca ekstrem/hujan/angin kencang. 4. Terdapat Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 150 Kv dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Adanya standar/peraturan batas ruang bebas SUTET.

28 72 b. Dilakukan pengukuran batas ruang bebas SUTET melibatkan pihak PLN. c. Tinggi alat tidak boleh kurang dari batas ruang bebas SUTET yaitu 5 meter. d. Memasang isolator pada alat. e. Memasang sistem grounding. f. Ketinggian melebihi batas ruang bebas SUTET harus dilakukan review metode (konter weight diturunkan sejajar truss). 5. Kegiatan tenaga kerja yang berada di sekitar alat yang dekat dengan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Tenaga kerja sudah memahami potensi bahaya (Tool Box Meeting). b. Tidak melakukan aktivitas pada saat cuaca hujan. c. Memastikan tidak ada genangan air di lokasi kerja dan alat launcher. d. Memastikan penyimpanan material/alat berbahan besi/metal diletakkan pada landasan kayu/isolator e. Tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri khusus. 1) Menggunakan sepatu karet (tidak bocor). 2) Menggunakan sarung tangan karet (tidak bocor/dilapis sarung tangan kulit/kain). f. Tenaga kerja menggunakan pakaian yang tertutup berupa celana panjang dan baju lengan panjang.

29 73 6. Kegiatan tenaga kerja membuka sling safety truss dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Dilakukan pengecekan elevasi rail beam A dan B harus rata/level sama (tidak miring). b. Dilakukan oleh tim yang terlatih dan terbiasa menangani launching. c. Penempatan personil di setiap lock safety sling truss yang memahami tugasnya dan cara kerjanya. d. Tersedia alat komunikasi/radio HT. e. Standby pengawas/supervisor launching selama proses launching berlangsung. f. Periksa hanger safety sling truss pada posisi aman terhadap lock safety truss. g. Tersedia emergency tool yang cukup memadai. h. Tersedia alat pengaman seperti chain block dan lever block 7. Pekerjaan yang berada di ketinggian dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Memastikan peletakkan/penyimpanan material/alat pada posisi aman. b. Tidak ada tenaga kerja lain yang berada di bawah pekerjaan di ketinggian. c. Tersedia lantai kerja dilengkapi dengan railing/pagar pengaman. d. Tersedia tangga akses. e. Tenaga kerja menggunakan standar alat pelindung diri (Helmet, Sepatu, Full Body Harness).

30 74 8. Kegiatan pengencangan baut dan penggunaan tool dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Tenaga kerja sudah memahami cara kerja/penggunaan alat. b. Tenaga kerja memakai APD (Helmet, sepatu, sarung tangan). 9. Adanya lalu lintas kendaraan yang padat dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Mobilisasi dilakukan pada malam hari dimana kendaraan relatif rendah pukul WIB. b. Koordinasi dengan pihak Kepolisian. c. Ada petugas traffic yang mengatur lalu lintas kendaraan dilengkapi dengan senter merah dan rompi. d. Dipasang rambu-rambu darurat/peringatan reflektif. e. Antrian truck trailer teratur dan rapi. 10. Kegiatan unloading segment box girder dari truck trailer dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Fiding area tidak terhalang oleh material/alat. b. Fiding area cukup untuk manuver truck trailer. c. Lokasi fiding area rata, kuat, stabil, mampu menahan beban truck trailer. 11. Aktivitas tenaga kerja yang naik ke atas box girder di atas truck trailer dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Disediakan tangga akses untuk naik/turun. b. Pekerja menggunakan standar alat pelindung diri (Full Body Harness).

31 Kegiatan pemasangan stress bar dan pengencangan railing dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Pekerja sudah memahami pemasangan untuk pekerjaan install spreader beam. b. Tersedia penerangan yang cukup. c. Pekerja menggunakan alat pelindung diri (helmet, sarung tangan, sepatu). 13. Adanya lalu lintas kendaraan dibawah pekerjaan lifting dan erection dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Permukaan segment box girder bersih dari kotoran yang mudah terjatuh. b. Penyempitan jalan tidak ada kendaraan atau orang yang melintas dibawah segment box girder yang menggantung. c. Ada petugas traffic yang mengatur lalu lintas kendaraan. d. Dipasang rambu-rambu darurat reflektif. e. Dipasang proteksi (terpal) menyelimuti celah/gap segment box girder. 14. Aktivitas pekerjaan di area kerja ketinggian dalam box girder dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Tempat kerja berada di lantai yang lebar. b. Dipasang railing/pagar pengaman. c. Pekerja menggunakan full body harness. 15. Area kerja di tepi segment box girder pada ketinggian dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut :

32 76 a. Tepi segment dipasang railing/pagar pengaman. b. Dipasang hanger untuk mengaitkan full body harness. c. Pekerja memakai standar APD (full body harness). 16. Material epoxy termasuk bahan kimia bersifat iritan dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Pekerja sudah memahami penggunaan bahan kimia epoxy. b. Tersedia air bersih untuk cuci tangan. c. Pekerja menggunakan standar APD (masker, sarung tangan karet, kacamata). d. Disediakan tempat sampah bahan berbahaya dan beracun (B3). e. Dipasang proteksi (terpal) untuk melindungi jatuhan lem epoxy ke jalan. 17. Penggunaan hydrolik jack yang bertekanan dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Memastikan hydrolik jack dalam kondisi baik dan terkalibrasi. b. Memastikan tidak ada kebocoran pada Hose dan Valve. c. Dilakukan oleh pekerja yang terlatih untuk menangani alat jack. 18. Pembuatan area kerja yang menggantung di tepi box girder pada ketinggian dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Pekerja sudah memahami cara pemasangan stressing platform. b. Terpasang kuat ke segment box girder dengan stress bar. c. Dipasang alat penguji (chain block dan lever block). d. Lantai tidak berlubang.

33 77 e. Dipasang toe board dan dinding penahan benda jatuh. 19. Kegiatan memasang atau memasukkan kabel strand ke dalam tendon dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Dilakukan pekerja yang terlatih dan terbiasa melakukan pekerjaan strand. b. Pada ujung strand dilapisi dengan isolasi. c. Pekerja menggunakan standar APD (sarung tangan, helmet, sepatu). 20. Aktivitas pada area kerja di ketinggian dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Memastikan penyimpangan potongan strand pada tempat yang aman. b. Penyimpanan material dilakukan secara rapi dan teratur. 21. Penggunaan hydrolik jack yang bertekanan dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Memastikan hydrolik jack dalam kondisi baik dan terkalibrasi. b. Ada perhitungan tekanan jacking post yang sudah disetujui engineering. c. Tidak ada pekerja yang berada dibagian depan jack pada saat dilakukan stressing. d. Stressing dilakukan oleh petugas yang ahli stressing. e. Dipasang kaper yang elastis untuk menahan pentalan strand. 22. Beban hydrolik jack seberat 250 kg dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Tersedia alat bantu angkat (chain block) yang cukup memadai.

34 78 b. Tersedia hanger yang kuat untuk menahan kapasistas berat jack. c. Dilakukan oleh tenaga kerja yang terlatih lebih dari 2 orang. d. Pekerja sudah memahami cara kerja penggunaan hydrolik jack. 23. Pemakaian power listrik dari genset dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Instalasi kabel listrik tidak ada yang terbuka. b. Setiap sambungan dipasang double isolasi (socket). 24. Aktivitas pemotongan kabel strand menggunakan alat pemotong berupa gerindra dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut : a. Mesin cutting dilengkapi dengan pelindung (copper). b. Pekerja menggunakan standar APD (masker, sarung tangan karet, kacamata).

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean BAB V PEMBAHASAN A. Komitmen terhadap Manajemen Risiko Ditinjau dari Kebijakan Mutu dan K3L pada Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. Launcher For Segment 65 ton-50 meter Serial N /11. Alat tersebut. merupakan alat milik subkontraktor yaitu CV Pancang Sakti Citra

BAB IV HASIL. Launcher For Segment 65 ton-50 meter Serial N /11. Alat tersebut. merupakan alat milik subkontraktor yaitu CV Pancang Sakti Citra BAB IV HASIL A. Alat Berat 1. Jenis alat berat Gantry adalah alat berat yang berfungsi untuk mengangkut bendabenda berat dengan sistem kerja statis dan pengoperasian menggunakan remot kontrol. Launcher

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I yang bergerak dibidang konstruksi

BAB V PEMBAHASAN. PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I yang bergerak dibidang konstruksi BAB V PEMBAHASAN PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I yang bergerak dibidang konstruksi memiliki komitmen tinggi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada seluruh komponen pada proses kerja. Seperti halnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur sebagai pendukung untuk peningkatan ekonomi. Sisi positif dari

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur sebagai pendukung untuk peningkatan ekonomi. Sisi positif dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan teknologi harus disertai dengan pembangunan infrastruktur sebagai pendukung untuk peningkatan ekonomi. Sisi positif dari keberadaan teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

BAB VII METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BELT TRUSS. Belt truss merupakan salah satu alternative struktur bangunan bertingkat tinggi.

BAB VII METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BELT TRUSS. Belt truss merupakan salah satu alternative struktur bangunan bertingkat tinggi. BAB VII METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BELT TRUSS 7.1. Definisi dan Fungsi Belt Truss Belt truss merupakan salah satu alternative struktur bangunan bertingkat tinggi. Penggunaan belt truss berfungsi mengikat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Hasil Pegumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat adalah, data-data spesifikasi dari alat berat gantry, alat berat mobile crane, dan box girder. 4.1.1 Data Gantry Gantry

Lebih terperinci

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR UNIT AIR BAKU

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR UNIT AIR BAKU LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 26/PRT/M/2014 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR UNIT AIR BAKU

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di PDKB TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh gambaran mengenai

Lebih terperinci

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT STRUKTUR ORGANISASI HSE PROJECT MANAGER Ir. P Tanudjaja HSE OFFICER Suharso HSE SUPERVISOR Widianto HSE SUPERVISOR Deni Santoso HSE STAFF Jauhari J HSE STAFF

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.P BUKU PENILAIAN DAFTAR

Lebih terperinci

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi KEBIJAKAN K3 Konstruksi VISI PERUSAHAAN MENJADI BADAN USAHA TERKEMUKA DIBIDANG KONSTRUKSI, yang mengandung arti Menduduki posisi 3 besar dalam pencapaian

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Linggar Esti Panggalih R

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Linggar Esti Panggalih R PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DENGAN METODE JSA PADA PEKERJAAN ERECTION SEGMENT BOX GIRDER SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT ADHI KARYA (PERSERO) TBK JAKARTA SELATAN LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk

Lebih terperinci

JOB SAFETY ANALYSIS. Who is responsible? Risk control measures

JOB SAFETY ANALYSIS. Who is responsible? Risk control measures : Pengangkatan Material Mengunakan Rough Terrain Crane 70ton Approved by: Project Manager 1. Mobilisasi Crane 1.1 Kondisi crane tidak terawat (kondisi tidak bagus) 1.1.1 Memastikan operator kompeten dalam

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS Disusun Oleh: Okky Oksta Bera (35411444) Pembimbing : Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Lebih terperinci

PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA

PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA JSA Worksheet Form PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA No DESKRIPSI PEKERJAAN POTENSIAL BAHAYA MITIGASI si Penangkal Petir Menggunakan sarung tangan kain dan APD wajib lainnya seperti Safety Helmet,Safety Shoes,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSIS)/PROSEDUR JSA

ANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSIS)/PROSEDUR JSA Nomor dan Nama Pekerjaan Nomor dan Nama Jabatan 068 & Memeriksa Alat pemadam api ringan (APAR) Tanggal 28 Desember 2008 No JSA : JSA/SHE/068 Safety Officer Disusun Oleh Tanda tangan No Revisi 0 Seksi/Departemen

Lebih terperinci

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ALAT BERAT LAUNCHER GANTRY

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ALAT BERAT LAUNCHER GANTRY PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ALAT BERAT LAUNCHER GANTRY DALAM UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT ADHI KARYA (PERSERO) TBK JAKARTA SELATAN LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

JSA AND RISK ASSESSMENT FORM Doc. No. IPAL-CLP-03/11-JSA-002 Rev. No. 1

JSA AND RISK ASSESSMENT FORM Doc. No. IPAL-CLP-03/11-JSA-002 Rev. No. 1 JSA AND RISK ASSESSMENT FORM Doc. No. IPAL-CLP-0/11-JSA-00 Rev. No. 1 HSE Date : Maret 011 Page 1 of JOB SAFETY ANALYSIS Company: PT. ELNUSA & PT. ESWARECO TAMA Prepared By Review By Approved By Project

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian PT. Bina Guna Kimia telah melaksanakan programprogram keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking merupakan program

Lebih terperinci

No Uraian Kerja Hazard/Bahaya Risk/Resiko Risk Assessment Recommendation Action Result Act

No Uraian Kerja Hazard/Bahaya Risk/Resiko Risk Assessment Recommendation Action Result Act No Uraian Kerja Hazard/Bahaya Risk/Resiko Risk Assessment Recommendation Action Result Act LOADING UNLOADING MATERIAL 1 Menurunkan manual Material/Equipm ent dari mobil bergerak COLUMN 2 Instal Rebar/angkur

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

METODE JACKING BOX TUNNEL UNDERPASS CIBUBUR

METODE JACKING BOX TUNNEL UNDERPASS CIBUBUR METODE JACKING BOX TUNNEL UNDERPASS CIBUBUR PT DELTA SYSTECH INDONESIA Metode Jacking Tunnel Underpass Cibubur 1. Persiapan Jacking Hal hal yang perlu diperhatikan sebelum pelaksanaan Jacking Box adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Adapun dari hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan : 1. Dari data perbandingan lima proyek konstruksi gedung yang terbaik dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Tinjauan Umum Pengendalian dan pengawasan proyek adalah suatu proses kegiatan dari awal sampai akhir yang bersifat menjamin adanya kesesuaian antara suatu rencana dengan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3 CV. KARYA BHAKTI USAHA Jampirejo Timur No 351 Temanggung PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRARK3K) Disiapkan untuk pekerjaan: Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kali Pacar 1. KEBIJAKAN K3

Lebih terperinci

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) SIR 01 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya

Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya Brian Hadi W 1, Ade Sri Mariawati 2 12 Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap data sekunder dan data primer dengan menggunakan analisa kualitatif serta setelah melalui validasi kepada para

Lebih terperinci

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE

Lebih terperinci

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik A. Pengertian Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang

Lebih terperinci

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT. Hazard Identification Pengalaman menunjukkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI TENTANG PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Nomor : 384 / KPTS / M / 2004 Tanggal : 18 Oktober 2004

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN LINGKUNGAN F.45...... 01 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

NO URUTAN LANGKAH TUGAS-TUGAS BAHAYA TINDAKAN DAN PROSEDUR YANG DISARANKAN

NO URUTAN LANGKAH TUGAS-TUGAS BAHAYA TINDAKAN DAN PROSEDUR YANG DISARANKAN BERI TANDA PADA PEKERJAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN FATALITY PREVENTION ELEMENT (FPE) : BERI TANDA UNTUK IJIN PEKERJAAN YANG HARUS DILENGKAPI : 1.1.1 Gunakan PPE yang Standart 1.1.2 Memahami Prosedur Kerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu berkomitmen pada keselamatan dan kesehatan kerja serta pengolahan lingkungan hidup adalah salah satu landasan utama dalam

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Galian adalah pekerjaan menggali tanah untuk keperluan konstruksi

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Galian adalah pekerjaan menggali tanah untuk keperluan konstruksi BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Pekerjaan Galian Galian adalah pekerjaan menggali tanah untuk keperluan konstruksi yang bertujuan untuk mendapatkan desain atau bentuk konstruksi yang sesuai dengan elevasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - -

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - - 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Responden Petugas Kebersihan Jalan Kabupaten Madiun Tahun 2017 Variabel Frekuensi Persentase Umur 17 48

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Tahap ini meliputi: 1. Survei pendahuluan lokasi untuk mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3

Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3 ALAT PELINDUNG DIRI DEFINISI APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai

Lebih terperinci

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-01 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 1 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Daftar Isi

Kata Pengantar. Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir akhir ini di PT. PLN (Persero) RAYON RATAHAN seringkali di dapati gangguan atau pemadaman yang tidak direncanakan yang membuat lampu sering padam kebanyakan penyebabnya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TRAFFIC MANAGEMENT UNTUK MENCEGAH KECELAKAAN KERJA DI PT ADHI KARYA (PERSERO) TBK JAKARTA SELATAN

IMPLEMENTASI TRAFFIC MANAGEMENT UNTUK MENCEGAH KECELAKAAN KERJA DI PT ADHI KARYA (PERSERO) TBK JAKARTA SELATAN IMPLEMENTASI TRAFFIC MANAGEMENT UNTUK MENCEGAH KECELAKAAN KERJA DI PT ADHI KARYA (PERSERO) TBK JAKARTA SELATAN LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Dyah Ayu Permatasari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Pada bagian ini akan dilakukan analisis dan pembahasan mengenai proses dari manajemen risiko yaitu identifikasi risiko, kemudian dilanjutkan proses pemeringkatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control dan Pemilihan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis

Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control dan Pemilihan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control dan Pemilihan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis (Studi Kasus: PT. Pelindo Marine Service) Ragil Aji Samudra 1*, Mey Rohma dhani

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi),

Lebih terperinci

Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing

Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing Daftar Isi Ⅰ Manajemen Umum 1 Ⅰ-1.Pakaian Kerja 1 Ⅰ-2.Rapih dan Teratur 2 Ⅰ-3.Jalur Aman 3 Ⅰ-4.Kantor dan Tempat Istirahat 4 Ⅰ-5.Tempat Tinggal 5 Ⅰ-6.Peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan dalam melakukan aktivitas kontruksi harus memenuhi unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan konstruksi kecelakaan dapat terjadi

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant)

Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant) Contract Title : Belstar Hotel Contract No. : Contractor : PT. Mutiara EPC Management Consultant : PT Cremona Para Mitra Owner : PT Trihasa METHOD STATEMENT Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant) BELSTAR

Lebih terperinci

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian A. Pendahuluan Seseorang yang bekerja di ketinggian sekitar 1.8 meter atau lebih termasuk aktivitas Bekerja di Ketinggian. Bekerja di Ketinggian merupakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I KONSEP PENILAIAN

BAB I KONSEP PENILAIAN BAB I KONSEP PENILAIAN 1.1. Bagaimana Instruktur akan Menilai Dalam sistem berdasarkan Kompetensi, penilai akan mengumpulkan bukti dan membuat pertimbangan mengenai pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA Nama : Indah Wulandari NPM : 34413373 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Stephanus Benedictus Bera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu organisasi baik besar ataupun kecil ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berperan merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH PROSEDUR IJIN KERJA No. Dokumen : PT-KITSBS-19 No. Revisi : 00 Tanggal : April Halaman : i dari iv LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH No Nama Jabatan Tanda Tangan 1. RM. Yasin Effendi PLT DM ADM Umum

Lebih terperinci

128 Universitas Indonesia

128 Universitas Indonesia BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah BAB V PEMBAHASAN 1. Define Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah memenuhi OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.3.3 yaitu objektif dan program K3. Ada kemungkinan didapatkan temuan-temuan

Lebih terperinci

BEBERAPA KESALAHAN UMUM WAKTU MEMBUAT JSA OLEH PENGAWAS SERTA BAGAIMANA SEHARUSNYA

BEBERAPA KESALAHAN UMUM WAKTU MEMBUAT JSA OLEH PENGAWAS SERTA BAGAIMANA SEHARUSNYA 1 Jabatan yang mengerjakan tugas ini BEBERAPA KESALAHAN UMUM WAKTU MEMBUAT JSA OLEH PENGAWAS SERTA BAGAIMANA 1 Ditinggal kosong Harus diisi 2 Di isi dengan JABATAN pengawas sendiri Harusnya JABATAN ANAK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i BAB I KONSEP PENILAIAN Bagaimana Instruktur Akan Menilai Tipe Penilaian... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i BAB I KONSEP PENILAIAN Bagaimana Instruktur Akan Menilai Tipe Penilaian... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... i BAB I KONSEP PENILAIAN... 1 1.1. Bagaimana Instruktur Akan Menilai... 1 1.2. Tipe Penilaian... 1 BAB II PELAKSANAAN PENILAIAN... 3 2.1. Kunci jawaban Tugas-tugas teori... 3 2.2.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fisk, E.R (1997). Contruction Project Administration Fifth Edition. Prentice Hall. New

DAFTAR PUSTAKA. Fisk, E.R (1997). Contruction Project Administration Fifth Edition. Prentice Hall. New DAFTAR PUSTAKA Fathoni, Abdurrahmat (2006). Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Rinareka Cipta, Jakarta Fisk, E.R (1997). Contruction Project Administration Fifth Edition. Prentice Hall. New

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek PENGGANTIAN ISOLATOR SUSPENSI PADA SUTT 150 kv DENGAN METODE HOT STICK DALAM KEADAAN BERTEGANGAN

Makalah Seminar Kerja Praktek PENGGANTIAN ISOLATOR SUSPENSI PADA SUTT 150 kv DENGAN METODE HOT STICK DALAM KEADAAN BERTEGANGAN Makalah Seminar Kerja Praktek PENGGANTIAN ISOLATOR SUSPENSI PADA SUTT 150 kv DENGAN METODE HOT STICK DALAM KEADAAN BERTEGANGAN Pramudya Nur Perdana 1 ; Bambang Winardi, S.T., M.T. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION) 1. KAPAN DIGUNAKAN Prosedur ini berlaku pada saat melakukan pekerjaan menggunakan chainsaw 2. TUJUAN Prosedur ini memberikan petunjuk penggunaan chainsaw secara aman dalam melakukan pekerjaan dimana chainsaw

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3) LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control 148 BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control Questionnaires (ICQ), observasi, inspeksi dokumen, dan reperforming terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. umumnya digunakan untuk berbagai konstruksi jembatan : 4. Sistem Penggunaan Counter Weight dan Link-set

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. umumnya digunakan untuk berbagai konstruksi jembatan : 4. Sistem Penggunaan Counter Weight dan Link-set BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Macam-macam Metode erection Karena pembahasan masalah kita mengambil metode erection, maka kita akan menjelaskan sedikit macam-macam metode pelaksanaan erection pada balok

Lebih terperinci

BAB IV METODE PEMBUATAN ALAT

BAB IV METODE PEMBUATAN ALAT BAB IV METODE PEMBUATAN ALAT 4.1. Proses Pembuatan 4.1.1. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan peralatan lengan front shovel perlu diperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan

Lebih terperinci

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN Area Renovasi : Tanggal pemantauan : KELAS III N O KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN 1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

5. SOP = STANDING OPERATING PROCEDURE

5. SOP = STANDING OPERATING PROCEDURE 5. = STANDING OPERATING PROCEDURE 5. PENGERTIAN Adalah suatu bentuk ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah kerja yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Dalam bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada bidang konstruksi bangunan merupakan salah satu yang berpengaruh besar dalam mendukung perkembangan pembangunan di Indonesia. Dengan banyaknya perusahaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi INTISARI... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa, BAB V PEMBAHASAN A. Potensi Bahaya Potensi bahaya yang dapat menyebabkan insiden atau kecelakaan kerja di PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa, tertabrak, kebakaran,

Lebih terperinci

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan 7.1.Project Control Proyek Control bertanggung jawab kepada manajer lapangan perwakilan PT.Freeport Indonesia dan Dewan Direksi PT Prima Tunggal Javaland juga bertanggung jawab terhadap semua aktivitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hak asasi karyawan dan salah satu syarat untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Data Kuesioner 4.1.1 Kuesioner Pakar Butir kuesioner yang digunakan diambil berdasarkan studi literatur terdahulu. Sebelum kuesioner diberikan ke responden, maka kuesioner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 1999, Bidang jasa konstruksi merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat rentan terhadap kecelakaan

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL Retno Fitri Wulandari 36412165 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

BAB III METODE & DATA PENELITIAN BAB III METODE & DATA PENELITIAN 3.1 Distribusi Jaringan Tegangan Rendah Pada dasarnya memilih kontruksi jaringan diharapkan memiliki harga yang efisien dan handal. Distribusi jaringan tegangan rendah

Lebih terperinci

Created by: Esa Rahmanda H Click to edit Master title style

Created by: Esa Rahmanda H Click to edit Master title style MEMPELAJARI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. INDOLAKTO JAKARTA Created by: Esa Rahmanda H 32410439 Click to edit Master title style Latar Belakang Kebutuhan Manusia Meningkat Perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25 BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25 4.1 SYARAT PELAKSANAAN Syarat pelaksanaan diantaranya sebagai berikut: a. Pekerjaan

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang...

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... DAFTAR ISI halaman LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Pertanyaan Penelitian...

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I KONSEP PENILAIAN... 2 1.1. Metode Penilaian oleh

Lebih terperinci