Y ijk = µ + α i + δ ik + β j + (αβ) ij + ε ijk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Y ijk = µ + α i + δ ik + β j + (αβ) ij + ε ijk"

Transkripsi

1 Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI(Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH (Morpho-anatomycal study and Growht of Soybean (Glycine max (L) Merr.) to Low Light Intensity Conditions) 2) 1) Baiq Wida Anggraeni 1, Didy Sopandie 2, Nurul Khumaida 2 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB Abstract The main objective of this study was to identify growth and morpho-anatomy characters related to light capture efficiency. It used split plot design with subplot nested at the main plot. The main plot was light intensity consisted of two levels : N0 = control (under full sunlight), N1= 55% shading (light intensity 50%), while the subplot was soybean genotype consisted of G1=Ceneng, G2=CG 30-10, G3=CG 7-10, and G4= Godek. The Conditions of Low Light Intensity was made artificially using black plastic paranet with 50% light transmitted. The result of study indicated that under the conditions of low light intensity, morpho-anatomycal study of soybean that could be used as markers for adaptation were specific leaf weight, thinner leaf, leaf hair density, and chlorophyll content. CG 7-10 genotype is tolerant genotypes has wider and thinner leaf, lower specific and trifoliate leaf area, lower chlorophyll content (a and b), and also higher ratio chlorophyll a/b than control (light intensity 100%). Key words: Low Light Intensity, tolerant genotype, sensitive genotype, soybean PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merr.) merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi. Produksi kedelai di tahun 2008 sebesar ton, sedangkan di tahun 200 produksi meningkat sebesar.4 ton (Badan Pusat Statistik, 200). Akan tetapi, dari 2.2 juta ton per tahun kebutuhan kedelai di Indonesia, baru persennya berasal dari hasil produksi dalam negeri. Kurang lebih persen dari kebutuhan kacang kedelai dalam negeri dipenuhi dari impor. Oleh karenanya, strategi pengembangannya diarahkan pada upaya pengendalian impor yang sekaligus diikuti dengan program promosi yang intensif dalam upaya pencapaian swasembada di tahun Isu inilah yang menjadi perjuangan utama Indonesia di forum perdagangan dunia WTO sampai saat ini (Sutaryo, 200). Sasaran pengembangan produksi kedelai perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu; kendala produksi yang minimal, peluang keberhasilan yang cukup tinggi, prasarana pendukung cukup baik dan ketersediaan SDM (petani) yang terampil. Perluasan area tanam yang merupakan bagian dari ekstensifikasi pertanian dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan lahan gawangan untuk tanaman perkebunan pada masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) atau melalui tumpangsari dengan tanaman pangan semusim di bawah tegakan tanaman perkebunan atau HTI (Hutan Tanaman Industri) (Dephut,12). Kendala utama pengembangan tanaman kedelai sebagai tanaman sela pada lahan perkebunan adalah kurangnya daya adaptasi kedelai di bawah naungan (intensitas cahaya rendah). Pengembangan kedelai yang adaptif untuk pola tumpangsari di bawah tegakan tanaman perkebunan telah dimulai oleh tim IPB (Sopandie et al.,2005) melalui penelitian fisiologi dan pemuliaan tanaman yang didanai oleh hibah bersaing tahun dan Hibah Pascasarjana tahun Dalam pengembangannya, kajian aspek agronomi mengenai karakter morfologi dan fisiologi kedelai yang ditanam pada intensitas cahaya rendah penting dilakukan. Oleh karena itu, penelitian tentang mekanisme fisiologi adaptasi tanaman terhadap intensitas cahaya 50% perlu dilakukan untuk menambah kajian-kajian pada berbagai penelitian sebelumnya. Sehingga kajian-kajian yang didapat akan bermanfaat dalam mendukung upaya pembentukan varietas unggul yang toleran terhadap naungan. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh Intensitas Cahaya Rendah (naungan 50 %) dan genotipe terhadap karakter agronomi, morfo-anatomi dan pertumbuhan tanaman kedelai. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Intensitas cahaya rendah berpengaruh terhadap karakter morfo-anatomi dan pertumbuhan tanaman kedelai. 2. Terdapat perbedaan pengaruh interaksi antara intensitas cahaya dan genotipe kedelai. 3. Terdapat perbedaan morfo-anatomi dan pertumbuhan yang berkaitan dengan mekanisme adaptasi kedelai pada kondisi intensitas cahaya rendah. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 200 sampai Februari 2007 bertempat di Kebun Percobaan Cikabayan IPB, Darmaga, Bogor dengan areal seluas 500 m 2 pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut (m dpl), Laboratorium Umum dan Labotatorium Ekofisiologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan meliputi empat genotipe, yang terdiri dari genotipe toleran (Ceneng) dan genotipe sensitive (Godek) serta genotipe CG dan CG Dosis pupuk yang diberikan adalah 30 kg N/ha, 100 kg K 2 O/ha dan 100 kg P 2 O 5 /ha. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan menggunakan pestisida yang sesuai kebutuhan. Bahan kimia yang digunakan meliputi aseton 80% untuk analisis klorofil, alcohol, xylol, alcian blue, safranin, formalin dan asam asetat untuk analisis tebal daun serta glyserin dan cat kuku bening untuk pengamatan stomata. Peralatan yang digunakan meliputi alat ukur (meteran), timbangan, polybag, paranet 50 % dan alat budidaya. Peralatan lain yang digunakan meliputi Leaf Areameter (AA M- HAYASHI DENKO.CO.LTD) untuk mengukur luas daun, Spektrofotometer (UV-1201, UV-VIS SHIM ADZU), gelas ukur, mortal, eppendorf, mikroskop, micrometer dan preparat untuk analisis tebal daun serta jumlah daun. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot Design) menggunakan tiga ulangan dengan anak petak tersarang pada petak utama digambarkan sesuai denah (Gambar Lampiran 1). Terdapat dua faktor, faktor pertama adalah tingkat naungan dan faktor kedua adalah empat genotipe kedelai yaitu Ceneng, CG 30-10, CG 7-10 dan Godek. Model aditif linear yang digunakan adalah Y ijk = µ + α i + δ ik + β j + (αβ) ij + ε ijk

2 Keterangan: i = 0,1 (intensitas cahaya) j = 1,2,3 & 4 (genotipe kedelai) k = 1,2 & 3 (ulangan) Y ijk = nilai pengamatan pada ulangan ke-k yang memperoleh taraf dari faktor naungan ke-i dan taraf ke-j dari faktor genotipe kedelai µ = nilai rataan umum α i = pengaruh aditif dari taraf naungan ke-i δ ik = pengaruh ulangan ke-k dalam naungan ke-i β j = pengaruh aditif dari taraf genotipe kedelai ke-j (αβ) ij = pengaruh aditif dari interaksi faktor taraf ke-i dan faktor taraf ke j ε ijk = Galat percobaan Untuk mengetahui pengaruh nyata akibat naungan, genotipe kedelai dan interaksi antara keduanya, data dianalisa dengan uji F. Uji lanjut dilakukan bila pengaruh perlakuan tunggal atau interaksinya berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur dengan uji DMRT dengan taraf 5 %. Pelaksanaan Percobaan Pupuk kandang ditambahkan ke dalam tanah dengan dosis 20 ton/ha, kemudian tanah dimasukkan ke dalam polybag ukuran sedang. Pembuatan naungan dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Rangka terbuat dari bambu dengan arah pemasangan dari timur ke barat untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimum. Naungan dibuat dengan menggunakan paranet 55 %. Benih kedelai ditanam dalam polybag dengan tiga benih per lubang tanam, jarak antar polybag 30 cm x 30 cm. Pemupukan dilakukan pada 2 MST mengelilingi tanaman dengan jarak 7- cm. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara kimiawi dan manual. Sebelum dilakukan penanaman untuk membersihkan media tanam dari gulma dilakukan penyemprotan gramoxon dengan dosis 0.5 cc/liter kemudian dilakukan pengendalian gulma secara manual tiap minggu sekali. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi yaitu penyemprotan Dursban dengan dosis 2 cc/liter dan Decis dengan dosis 0.5 cc/liter. Penyiraman dilakukan sesuai kondisi lapang, jika tidak hujan maka dilakukan penyiraman satu kali sehari. Pemanenan dilakukan saat 0 % dari populasi polong per tanaman contoh sudah matang, yang dicirikan dengan warna polong kuning kecoklatan dan daun gugur. Waktu panen berbeda-beda, tergantung pada genotipe masing-masing dan intensitas cahaya yang diterima. Pengamatan Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi: Pertumbuhan Tanaman Tinggi tanaman, jumlah daun trifoliate, jumlah buku dilakukan seminggu sekali mulai 3-10 MST. Tinggi tanaman diukur dari kotiledon sampai titik tumbuh yang terletak di ujung batang. Jumlah daun dihitung mulai daun trifoliat pertama sampai daun yang sudah terbuka penuh. Jumlah buku dihitung mulai buku (node) yang berada pada ujung tajuk hingga akhir mendekati akar. Karakter Morfo-Anatomi Tebal daun dilakukan satu kali pada MST. Daun yang diamati merupakan daun trifoliat ketiga dari pucuk dengan pembuatan preparat parafin. Luas daun spesifik diukur sekali pada saat vegetatif aktif ( MST). Kerapatan stomata dan kerapatan trikoma dilakukan sesuai prosedur pengukuran kerapatan stomata pada dan MST. Daun yang diamati merupakan daun trifoliat ketiga dari pucuk batang utama. Karakter fisiologi (kandungan klorofil a dan b serta rasio klorofil a/b) yang diamati dilakukan dua kali pada dan MST, daun yang diamati adalah daun tengah (Gambar 3) dari daun trifoliet ketiga dari pucuk batang utama. Sampel daun diekstrak dengan menggunakan Dimethyl sulfoxide (DMSO) dan dikuantifikasi menggunakan metode Arnon (14) Karakter Panen Pengamatan karakter panen dilakukan hanya pada tiga genotipe yaitu Ceneng, CG 7-10 dan CG Hal ini disebabkan pada saat satu hingga tiga MST jumlah tanaman genotipe Godek tidak memenuhi ketentuan pada penelitian ini. godek mengalami gangguan pertumbuhan karena terserang hama dan penyakit sehingga penanaman kembali dilakukan satu bulan setelah penanaman genotipe lainnya. Hilangnya data panen pada genotipe Godek diakibatkan terjadi musibah disaat pemanenan, juga menjadi penyebab pengamatan karakter panen dilakukan hanya pada tiga genotipe. Perhitungan jumlah polong isi, jumlah polong hampa, jumlah polong total, bobot 100 butir (gram), bobot kering tajuk (gram), bobot kering akar (gram), indeks panen (IP) dilakukan satu kali, yaitu saat panen pada tiga genotipe ; Ceneng, CG dan CG HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Tanaman Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007, dengan curah hujan rata-rata mm/bulan, sedangkan curah hujan paling optimum menurut Rukmana dan Yuniarsih (1) yaitu antara mm/bulan. Curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Juni 2007 ketika benih baru ditanam. Curah hujan terendah terdapat pada bulan Juli 2007 ketika tanaman kedelai sedang berbunga. Jumlah total hari hujan selama penelitian adalah 78 hari hujan. Berdasarkan data dari stasiun klimatologi, intensitas cahaya rata-rata selama penelitian sebesar kal/cm 2 /hari, sedangkan menurut Baharsjah et al. (185) intensitas cahaya optimum untuk fotosintesis pada kedelai antara kal/cm 2 /hari. Suhu minimum rata-rata selama penelitian adalah 21.8 o C dan suhu maksimum rata-rata selama penelitian sekitar 32.0 o C. Suhu optimum pada masa perkecambahan yaitu 30 o C, sedangkan suhu lingkungan optimal untuk pembentukan bunga yaitu o C (Adisarwanto. T, 2005) Shanmugasundaram dan Sumarno (13) menyatakan bahwa suhu yang paling cocok bagi tanaman kedelai o C. Hama dan penyakit yang ditemui selama penelitian berlangsung yaitu lalat bibit, belalang (Oxya sinensis), ulat grayak (Spodoptera litura), ulat perangkai daun (Lamposema indica), kepik hijau (Nezara viridula), kutu daun (Aphis glycine), penghisap polong (Riptortus linearis), penyakit karat dan sapu setan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada tanggal 23 Juni 2007, 10 Juli 2007 dan 1 September 2007 dengan penyemprotan Dursban dan Decis dengan berturut-turut dosis yang digunakan 2 cc/liter Dursban dan 0.5 cc/liter Decis. Hama dan penyakit lebih banyak dijumpai pada tanaman kontrol dibandingkan dengan tanaman naungan. Gulma yang ditemui di lapang adalah Boreria laevis, Axonopus compresus, Ageratum conyzoides, Cleome rutidospermae, Mimosa pudica, serta Phyllantus niruri. Pengendalian gulma dilakukan secara manual seminggu sekali. Tanaman yang dinaungi memiliki kondisi fisik; batang lebih tinggi, kurus dan kecil dibandingkan dengan tanaman kontrol. Pengajiran dilakukan pada saat tanaman berumur 4 MST (Minggu Setelah Tanam). Hal ini dikarenakan tanaman yang ditanam di dalam paranet 55% berkembang kurang baik dan kurang kokoh sehingga batang dapat rebah saat angin bertiup. Secara umum, tanaman kedelai yang ditumbuhkan di bawah paranet menunjukkan gejala etiolasi, hal ini terlihat dari panjang internode selama masa pertumbuhan. Selain itu daun kedelai di bawah naungan memiliki ketebalan daun lebih tipis dan luas daun yang lebih lebar dibandingkan tanaman kontrol. Dari data yang diperoleh dalam penelitian, secara keseluruhan data analisis sidik ragam dapat ditampilkan dalam Tabel 1.

3 Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Intensitas cahaya, dan Interaksi keduanya terhadap Pertumbuhan dan Morfo-Anatomi Tanaman kedelai. Peubah Umur Naungan N x G KK Tinggi Tanaman Jumlah Daun Trifoliat Jumlah Buku Luas Daun Spesifik (MST) (N) (G) Tebal Daun 4.4 Kerapatan Stomata Kerapatan Trikoma Keterangan : = tidak nyata = nyata pada taraf 5% = sangat nyata pada taraf 1% KK = Koefisien Keragaman (%) A. Pertumbuhan empat genotipe kedelai (Ceneng, CG 30-10, CG 7-10, Godek) intensitas cahaya berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 sampai MST, genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 sampai MST, sedangkan interaksi antara keduanya berpengaruh nyata pada 2 MST. MST. Sedangkan di umur 8 MST pertumbuhan tanaman kontrol dan genotipe Godek yang ternaungi sudah mulai terhenti, namun pada tanaman lain yang dinaungi masih mengalami pertambahan tinggi (Gambar 1). intensitas cahaya berpengaruh sangat nyata pada 2 MST dan berpengaruh nyata pada MST, genotipe berpengaruh sangat nyata pada 7 dan MST serta berpengaruh nyata pada 2- dan 8 MST, sedangkan interaksi antara keduanya berpengaruh nyata pada MST terhadap jumlah daun trifoliet. Jumlah daun genotipe Ceneng,CG dan CG 7-10 tanaman ternaungi lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman kontrol. Pertambahan jumlah buku berbanding lurus dengan pertambahan jumlah daun. Perlakuan naungan dapat menyebabkan penurunan jumlah buku akibat adanya penghindaran terhadap cekaman intensitas cahaya rendah. Luas daun pada tanaman yang ditumbuhkan dalam naungan terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman kontrol. Umur Tanaman (MST) Gambar 2. Pertambahan Jumlah Daun Empat Kedelai pada Kondisi Kontrol (0) dan Naungan 50 % (1) selama Percobaan G1: Ceneng, G2 : CG 30-10, G3 : CG 7-10, G4 : Godeg dapat diketahui bahwa intensitas cahaya berpengaruh sangat nyata pada 2, 3 dan MST serta berpengaruh nyata pada 4 MST, genotipe berpengaruh sangat nyata pada 4, 8 dan MST serta berpengaruh nyata pada 3, 5 dan MST, sedangkan interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata pada 7 MST serta berpengaruh nyata pada 3 MST terhadap jumlah buku tanaman kedelai. Tanaman kedelai umur 3 MST yang ditanam pada intensitas cahaya 100 % rata-rata memiliki jumlah buku lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman pada intensitas cahaya 50%. Persentase kenaikan jumlah buku tersebut sebesar % yaitu dari 3.51 buku pada tanaman kontrol menjadi 4.8 buku pada tanaman yang dinaungi. Sedangkan pada genotipe yang peka terhadap intensitas cahaya rendah (Godek) mengalami penurunan jumlah buku dari 5.33 buku pada tanaman kontrol menjadi 5.17 buku pada tanaman yang dinaungi paranet 55 % (Gambar 3). Umur Tanaman (MST) Gambar 1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Empat Kedelai pada Kondisi Kontrol (0) dan Naungan 50 % (1) selama Percobaan G1: Ceneng, G2 : CG 30-10, G3 : CG 7-10, G4 : Godeg Tanaman yang mengalami cekaman intensitas cahaya rendah akan meningkatkan tinggi tanaman untuk meningkatkan efisiensi penangkapan cahaya. Tanaman yang ditumbuhkan di bawah naungan paranet 55% lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kontrol (cahaya 100%) untuk semua genotipe. Perubahan tinggi terbesar terlihat pada umur tanaman 4 hingga Gambar 3. Rataan Jumlah Buku Empat Kedelai pada Kondisi Kontrol (0) dan Naungan 50 % (1) selama Percobaan G1: Ceneng, G2 : CG 30-10, G3 : CG 7-10, G4 : Godeg intensitas cahaya berpengaruh sangat nyata pada MST, genotipe berpengaruh sangat nyata pada MST serta berpengaruh nyata pada MST, sedangkan interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap luas daun spesifik pada MST. Luas daun pada tanaman yang ditumbuhkan dalam naungan (intensitas cahaya 50%) terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman kontrol (intensitas cahaya 100%).

4 Peningkatan luas daun spesifik pada perlakuan naungan merupakan respon terhadap cekaman intensitas cahaya rendah. Berdasarkan tabel 2 penurunan luas daun spesifik akibat intensitas cahaya 50% yang cukup besar terjadi pada genotipe CG 7-10 dari 328. cm 2 /gr menjadi cm 2 /gr (7.514% kontrol). Sedangkan pada genotipe peka Godek terjadi peningkatan luas daun spesifik dari cm 2 /gr menjadi cm 2 /gr (3.5% kontrol). Hal ini berbeda dengan penelitian Muhuria (2007), peningkatan luas daun spesifik tertinggi terjadi pada genotipe toleran ceneng (11% kontrol ), sedangkan genotipe godek hanya mencapai 132 % kontrol. Tabel 2. Pengaruh, Intensitas Cahaya dan Interaksinya terhadap Luas Daun Spesifik Tanaman Kedelai pada umur MST. Intensitas Cahaya Rata- 100% 50% Rata (cm2/gr) Ceneng 23.7bc 28.1c CG F8 3.8ab bc CG 7-10 F8 328.bc bc 31.3 Godeg bc 428.4a Rata-Rata Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom Intensitas Cahaya dan Rata-Rata serta baris Rata-Rata tidak berbeda nyata pada B. Karakter Morfo-Anatomi empat genotipe kedelai (Ceneng, CG 30-10, CG 7-10, Godek) intensitas cahaya, genotipe, dan interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun spesifik pada MST. Tabel 3. Pengaruh, Intensitas Cahaya dan Interaksinya terhadap Tebal Daun Tanaman Kedelai pada Umur MST. Intensitas Cahaya 100% 50% % Kontrol Rata-Rata.. µm... µm Ceneng 1.82a 1.14b CG a 1.10b CG a 0.7c Godeg 1.11b 1.0bc Rata-Rata Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom Intensitas Cahaya dan Rata-Rata serta baris Rata-Rata tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5 %. Godeg memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam mengurangi ketebalan daun yakni mencapai 4.31 % kontrol, sedangkan CG 7-10 memiliki kemampuan tertinggi dalam mengurangi ketebalan daun yakni mencapai % kontrol (Tabel 3). Goldsworthy dan Fisher (12) menyatakan bahwa penurunan tebal daun akan terjadi pada tanaman ternaungi. Permukaan daun tanaman kedelai yang ditumbuhkan di dalam naungan lebih licin dan tipis. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya bulu-bulu daun sehingga menurunkan jumlah cahaya yang harus direfleksikan, sedangkan menipisnya daun dilakukan untuk mengurangi jumlah cahaya yang harus ditransmisi. Kerapatan stomata dipengaruhi sangat nyata oleh intensitas cahaya dan genotipe, sedangkan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata pada dan MST (Tabel 1). Kerapatan stomata tanaman yang dinaungi lebih rendah dan berbeda nyata dengan kontrol. Intensitas cahaya 50% menurunkan kerapatan stomata 7.11% kontrol yaitu dari menjadi 35. stomata per mm 2. Penurunan kerapatan stomata masing-masing genotipe berbeda, hal ini terlihat dari persen kontrol pada tiap genotipe. CG mengalami penurunan kerapatan stomata paling tinggi (8.72 %) dan genotipe Ceneng mengalami penurunan kerapatan stomata terendah (75.11 %). Hal tersebut terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh, Intensitas Cahaya dan Interaksinya terhadap Kerapatan Stomata Empat pada Umur MST. Intensitas Cahaya % Rata - - (Jumlah stomata/mm 2 ) - Ceneng h CG h CG h Godeg g Rata-Rata 47.00g 35.h Menurut Sopandie et al. (2002) kondisi naungan paranet 50% menurunkan kerapatan stomata genotipe toleran dan peka. Kerapatan stomata yang lebih tinggi menunjukkan kapasitas difusi CO 2 yang lebih besar pada genotipe toleran. Menurut Taiz dan Zeiger (2002); semakin banyak dan lebar pembukaan stomata maka semakin tinggi pertukaran gas CO 2, demikian juga dengan konduktansi stomata. Konduktansi stomata merupakan kondisi kemudahan untuk pertukaran gas CO 2 dan tingkat fotosintesis. Tabel 5. Pengaruh, Intensitas Cahaya dan Interaksinya terhadap Kerapatan Trikoma Empat pada Umur MST. -- (Jumlah trikoma/mm 2 ) -- Ceneng b CG ab CG a Godeg a Rata-Rata 75.25g 54.28h Kerapatan trikoma berpengaruh sangat nyata oleh intensitas cahaya pada MST, genotipe berpengaruh nyata pada MST, sedangkan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata pada dan MST (Tabel 1). Berdasarkan Tabel 5 kerapatan trikoma tanaman yang dinaungi lebih rendah dan berbeda nyata dengan kontrol. Intensitas cahaya 50% menurunkan kerapatan trikoma 71.% yaitu dari menjadi trikoma per mm 2. Penurunan kerapatan trikoma terendah terdapat pada genotipe Godek (3.1%), sedangkan penurunan kerapatan trikoma tertinggi terdapat pada genotipe CG 7-10 (8.42%). Orcutt (187) menyatakan bahwa adanya trikoma akan meningkatkan jumlah cahaya yang direfleksikan. Menurut Taiz dan Zeiger (2002), daun tumbuhan semak gurun pasir dengan kandungan klorofil sama memiliki kemampuan yang sangat berbeda dalam mengabsorbsi cahaya oleh karena perbedaan jumlah trikoma; cahaya diserap oleh daun dengan trikoma yang banyak berkurang 40% dibanding daun tanpa atau sedikit trikomanya. Karakter Fisiologi intensitas cahaya berpengaruh nyata pada MST, genotipe berpengaruh sangat nyata pada MST dan berpengaruh nyata pada MST, sedangkan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil a. Pada kondisi naungan umur MST (masa vegetatif) genotipe Ceneng mengalami peningkatan kandungan klorofil a paling tinggi (54.0%) dibandingkan genotipe lainnya, sedangkan pada genotipe Godek mengalami penurunan kandungan klorofil a (4.00%). Pada umur tanaman MST hanya genotipe CG 7-10 yang mengalami penurunan kandungan klorofi a, sedangkan genotipe lainnya mengalami peningkatan kandungan klorofil a (Gambar 4). Hal ini diduga karena genotipe Ceneng ; CG dan CG 7-10 (hasil persilangan F8 antara genotipe Ceneng dan Godek) memiliki daya adaptasi yang berbeda dengan genotipe Godek. Ceneng merupakan genotipe yang toleran terhadap intensitas cahaya rendah sehingga memiliki daya adaptasi lebih besar jika dibandingkan dengan genotipe Godek.

5 Gambar 4. Kandungan Klorofil a Empat Kedelai pada Kondisi Kontrol dan Intensitas Cahaya 50 % selama Percobaan Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam (tabel 1) intensitas cahaya berpengaruh sangat nyata pada MST, genotipe berpengaruh nyata pada MST dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata pada peubah kandungan klorofil b pada umur dan MST. Kandungan klorofil b pada tanaman naungan lebih tinggi daripada tanaman kontrol. Kandungan klorofil b dalam naungan terlihat lebih tinggi 1.2% pada MST dan 10.34% pada MST dibandingkan dengan tanaman kontrol. kebutuhan klorofil b pada masa generatf lebih besar dibandingkan pada masa vegetatif. Berdasarkan bobot, daun yang ditumbuhkan di bawah naungan memiliki klorofil yang lebih tinggi, khususnya klorofil b, karena setiap kloroplas memiliki grana lebih banyak dibandingkan dengan daun tanpa naungan. Daun naungan menggunakan energi yang lebih besar untuk menghasilkan pigmen pemanen cahaya pada saat jumlah cahaya tersebut terbatas (Salisbury dan Ross, 15) peningkatan klorofil b yang lebih banyak dari pada klorofil a merupakan upaya tanaman untuk mengefisienkan penangkapan jumlah cahaya dengan panjang gelombang yang lebih pendek untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Klorofil b menyerap cahaya pada panjang gelombang 430, 455 dan 40 nm. Peningkatan kandungan klorofil b pada tanaman disebabkan oleh adanya proses konversi klorofil a menjadi klorofil b yang dikatalisatori oleh enzim CAO. Rasio klorofil a/b tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya, dan interaksi antara keduanya, sedangkan genotipe mempengaruhi sangat nyata pada MST (tabel 1). Gambar menunjukkan bahwa intensitas cahaya rendah dapat mengakibatkan penurunan rasio klorofil terjadi pada semua genotipe pada umur MST. Penurunan rasio klorofil tertinggi pada MST (8.0% kontrol) terjadi pada genotipe CG 30-10, sedangkan pada genotipe godek terjadi peningkatan rasio klorofil (1.81% kontrol). Pada umur tanaman MST genotipe ceneng yang mengalami penurunan rasio klorofil tertinggi (41.83% kontrol), sedangkan genotipe ceneng mengalami penurunan rasio klorofil terendah (0.2 % kontrol). Pada umumnya tanaman kedelai beradaptasi pada kondisi intensitas cahaya rendah dengan cara menurunkan rasio klorofil a/b. Gambar. Rasio Klorofil a/b Empat Kedelai pada Kondisi Kontrol dan Naungan 55 % selama Percobaan Gambar 5. Kandungan Klorofil b Empat Kedelai pada Kondisi Kontrol dan Naungan 55 % selama Percobaan Gambar 5 menunjukkan bahwa pada umur MST terjadi peningkatan kandungan klorofil b pada genotipe Ceneng, CG dan CG Peningkatan kandungan klorofil b terbesar (28.55%) terjadi pada genotipe CG Sedangkan penurunan kandungan klorofil b (7.81%) terjadi pada genotipe CG Pada umur tanaman MST terjadi penurunan kandungan klorofil pada genotipe Ceneng dan CG 30-10, sedangkan genotipe CG 7-10 dan Godek mengalami peningkatan kandungan klorofil. Hal ini diduga karena Menurut Hale dan Orchutt (187), tanaman ternaungi biasanya memiliki rasio klorofl a/b lebih rendah daripada tanaman yang terkena cahaya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah kloroplas dan konsentrasi klorofil pada kloroplas tanaman ternaungi yang diikuti dengan penurunan pigmen lain yang mengganggu proses penyerapan cahaya. Karakter Panen Berdasarkan data karakter panen yang diperoleh, analisis ragam peubah karakter panen ditampilkan pada tabel.

6 Tabel. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Intensitas cahaya, dan Interaksi keduanya terhadap Karakter Panen. Peubah Naungan (N) (G) N x G KK Jumlah 17.4 a) Polong Isi Jml Polong.30 a) Hampa Jml Polong Total Bobot Butir Bobot 8.31 a) Kering Tajuk Bobot 1.3 a) Kering Akar Indeks Panen Keterangan : = tidak nyata = nyata pada taraf 5% = sangat nyata pada taraf 1% KK = Koefisien Keragaman (%) a) = Hasil transformasi x Jumlah polong isi dipengaruhi sangat nyata oleh intensitas cahaya, tetapi tidak dipengaruhi oleh genotipe dan interaksi keduanya (Tabel ). Jumlah polong isi pada cekaman naungan 55% turun sebesar 51.0 % yaitu dari polong menjadi polong. Penurunan jumlah polong isi berbeda pada tiap genotipenya. Penurunan yang terbesar jumlah polong isi akibat naungan sebesar 0.11% yaitu dari polong menjadi 28. polong terdapat pada genotipe CG dengan persen kontrol terkecil yaitu 3.8% (Tabel 7). Jumlah polong hampa dipengaruhi secara nyata oleh intensitas cahaya, tetapi tidak dipengaruhi oleh genotipe dan interaksi keduanya (Tabel ). Jumlah polong hampa tiap tanaman menurun akibat cekaman intensitas cahaya rendah dari 3.8 menjadi 3.31 atau sekitar 10.11%. Penurunan jumlah polong hampa terbesar terjadi pada genotipe Ceneng yaitu dari 3.70 menjadi 3.04 atau sekitar 17.85% dengan persen kontrol sebesar Penurunan jumlah polong hampa diduga pada kondisi ternaungi tanaman menggunakan cahaya dengan lebih efisien untuk proses pembentukan polong isi (Tabel 8). Jumlah polong total sangat nyata dipengaruhi oleh intensitas cahaya, tetapi tidak dipengaruhi oleh genotipe dan interaksi keduanya (Tabel ). Jumlah polong total merupakan penjumlahan polong isi dan polong hampa. Pada tanaman yang ditanam dengan intensitas cahaya 50% dan 100% memiliki jumlah polong tidak berbeda nyata kecuali CG 7-10 yaitu.44 polong pada naungan dan polong pada kontrol (Tabel ). Tabel 7. Pengaruh genotipe, intensitas cahaya dan interaksinya terhadap jumlah polong isi tiga genotipe kedelai. Ceneng.31ab 44.7bc jk CG ab 28.c k CG a 43.13bc j Rata-Rata 80.20g 38.82h Tabel 8. Pengaruh genotipe, intensitas cahaya dan interaksinya terhadap jumlah polong hampa tiga genotipe kedelai. Ceneng 30.8a 10.4b g CG a 20.84ab g CG ab 23.31ab g Rata-Rata 30.j 18.37k Tabel. Pengaruh genotipe, intensitas cahaya dan interaksinya terhadap jumlah polong total tiga genotipe kedelai. Ceneng 100.2ab 55.1c j CG ab 4.50c j CG a.44cb j Rata-Rata g 57.1h Berdasarkan Tabel terlihat bahwa bobot 100 butir tidak dipengaruhi secara nyata oleh intensitas cahaya, sedangkan genotipe berpengaruh sangat nyata dan interaksi keduanya berpengaruh nyata. ceneng mengalami peningkatan bobot 100 butir sebesar 20.57% kontrol, sedangkan genotipe CG mengalami penurunan bobot 100 butir sebesar.78% kontrol. Hal ini menunjukkan genotipe Ceneng yang bersifat toleran memiliki daya adaptasi terhadap intensitas cahaya rendah lebih tinggi, sedangkan genotipe CG memiliki daya adaptasi terendah dibandingkan genotipe lain (Tabel 10). Hal ini disebabkan sifat genetik pada masingmasing genotipe berbeda. Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam (Tabel ) terlihat bahwa intensitas cahaya berpengaruh sangat nyata, sedangkan genotipe dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Penurunan bobot kering tajuk akibat intensitas cahaya rendah terbesar yaitu.81% yakni dari 8.4 gram menjadi 7. gram. Sedangkan pada genotipe Ceneng terjadi kenaikan bobot 100 butir dari 10.1 gram menjadi 8.80 gram (Tabel 11). Hal ini menunjukkan genotipe Ceneng yang bersifat toleran memiliki daya adaptasi terhadap intensitas cahaya rendah terbesar jika dibandingkan dengan genotipe lain. Tabel 10. Pengaruh genotipe, intensitas cahaya dan interaksinya terhadap bobot 100 butir tiga genotipe kedelai. Ceneng 8.80b 10.1a j CG b 7.b k CG b 7.50b k Rata-Rata 8.42k 8.5j Tabel 11. Pengaruh genotipe, intensitas cahaya dan interaksinya terhadap bobot kering tajuk tiga genotipe kedelai. Ceneng j CG j CG j Rata-Rata 2.1g 18.0g Berdasarkan tabel, intensitas cahaya berpengaruh sangat nyata, sedangkan genotipe dan interaksi keduanya tidak berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering akar pada ketiga genotipe kedelai. Semua genotipe mengalami penurunan bobot kering akar akibat intensitas cahaya rendah. Pemberian naungan pada tanaman kedelai menyebabkan penurunan bobot kering akar terbesar (37.4% kontrol) pada genotipe ceneng, sedangkan penurunan bobot kering akar terkecil (20.1% kontrol) (Tabel 12). Hal ini diduga karena tanaman yang ditanam pada kondisi intensitas cahaya rendah akan memanfaatkan cahaya yang diserap untuk pertumbuhan tajuk.

7 Tabel 12. Pengaruh genotipe, intensitas cahaya dan interaksinya terhadap bobot kering akar tiga genotipe kedelai. Ceneng 2.33a 1.45a g CG a 1.58a g CG a 1.3a g Rata-Rata 2.3h 1.5h Berdasarkan Tabel terlihat bahwa indeks panen sangat nyata dipengaruhi oleh intensitas cahaya, tetapi tidak dipengaruhi secara nyata oleh genotipe dan interaksi keduanya. Indeks panen tertinggi dalam kondisi naungan terdapat pada genotipe Ceneng (0.2) dan indeks panen paling rendah dalam naungan yaitu CG 7-10 (0.24). Hal ini menunjukkan genotipe Ceneng merupakan genotipe yang toleran terhadap cekaman intensitas cahaya rendah dibandingkan genotipe lain. Tabel 13. Pengaruh genotipe, intensitas cahaya dan interaksinya terhadap indeks panen tiga genotipe kedelai. Ceneng 0.44a 0.2b j CG a 0.2b j CG a 0.24b j Rata-Rata 0.45j 0.25k KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kondisi cekaman intensitas cahaya rendah mempengaruhi pertumbuhan dan karakter morfo-anatomi tanaman kedelai. Intensitas cahaya 50 % meningkatkan tinggi tanaman, luas daun spesifik, klorofil a dan klorofil b pada dan MST, bobot 100 butir. Akan tetapi, menurunkan jumlah daun, jumlah buku, tebal daun, rasio klorofil, kerapatan stomata, kerapatan trikoma, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, jumlah polong total, bobot kering tajuk, bobot kering akar, serta indeks panen. 2. Godek merupakan genotipe yang sangat peka terhadap kondisi cekaman intensitas cahaya rendah di masa pertumbuhan melalui penurunan jumlah daun dan buku yang lebih tinggi dibandingkan genotipe lain, peningkatan luas daun spesifik yang lebih tinggi dibandingkan genotipe lain, penurunan tebal daun paling rendah, tingkat penurunan kandungan klorofil a dan b lebih tinggi dari genotipe lain, tingkat penurunan kerapatan stomata dan trikoma yang lebih tinggi dibandingkan genotipe lain. 3. Dalam karakter panen, genotipe ceneng merupakan genotipe yang paling toleran terhadap intensitas cahaya rendah dibandingkan genotipe CG dan CG Hal ini terlihat dari penurunan jumlah polong isi, bobot kering tajuk dan indeks panen yang lebih rendah, tingkat peningkatan bobot 100 butir yang lebih tinggi. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik /Nusantara. htm. Diakses tanggal 1 November 200 Goldsworthy, P. R. and N. M. Fisher.12. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan Tohari. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 874 hal. Hale, M. G. And D. Orchutt The Physiology of Plants Under Stress. John Willey Sons, New York. 20 p. Lawlor,D.W Photosynthesis: Metabolism, control and physiology. John Wiley Sons. New York.22p. Muhuria Karakter Morfo-Fisiologi Daun, Penciri Adaptasi Kedelai terhadap Intensitas Cahaya Rendah. Buletin Agronomi (35) Orcutt, J C; Kinyoun J L Radiation Retinopathy. University of Washington School of Medicine Seattle. Rukmana, R dan Y. Yuniarsih. 1. Kedelai. Budi Daya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius.Yogyakarta. 2 hal. Salisbury, F.B. dan C. W. Ross. 15. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3 edisi ke-4. (Terjemahan Bahasa Inggris). ITB. Bandung. 343 hal. Sopandie, D., Trikoesoemaningtyas, E.Sulistyono, dan N.Heryani Pengembangan Kedelai sebagai Tanaman Sela : Fisiologi dan Pemuliaan untuk Toleransi terhadap Naungan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing X. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sopandie, D., Trikoesoemaningtyas dan Khumaida, N Fisiologi, Genetik dan Molekular Adaptasi Kedelai terhadap Intensitas Cahaya Rendah : Pengembangan Varietas Unggul Kedelai sebagai Tanaman Sela. Usulan Penelitian Hibah Penelitian Tim Pascasarjana- HPTP (Hibah Pasca). Fakultas Pertanian. IPB. Sutaryo, Taiz, L.and E. Zeiger Plant Physiology. Benyamin Cumming. Redwood. Saran Penelitian sebaiknya dilakukan dalam rumah kaca sehingga factor lingkungan seperti iklim serta hama dan penyakit dapat lebih dikendalikan. Diperlukan sampel dan genotipe yang lebih banyak untuk mendapatkan data yang lebih akurat pada analisis tebal daun, kerapatan stomata, kerapatan trikoma dan kandungan klorofil.

8

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007 di kebun percobaan Cikabayan. Analisis klorofil dilakukan di laboratorium Research Group on Crop Improvement

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Rumah Plastik di Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Leuwikopo, Dramaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Maret sampai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merrill) merupakan sumber protein terpenting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%, persentase tertinggi dari seluruh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Morfologi tanaman kedelai ditentukan oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji. Akar kedelai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Agustus 2009 di Kebun Karet Rakyat di Desa Sebapo, Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi penelitian yang digunakan merupakan milik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Desember 2009. Bahan dan

Lebih terperinci

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan 12 METODE PERCOBAAN Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan petani di Dusun Jepang, Krawangsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Lokasi berada pada ketinggian 90 m di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat 18 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kebun percobaan Institut Pertanian Bogor, Sawah Baru Babakan Darmaga, selama 4 bulan, dari bulan Mei-September 2010. Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merrill) adalah salah satu tanaman sumber pangan penting di Indonesia. Beberapa makanan populer di Indonesia seperti tahu, tempe, tauco, dan kecap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juni 2011 dalam kondisi terkontrol di rumah plastik. Penyiraman dilakukan secara manual untuk menggantikan kehilangan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan penelusuran studi pustaka dan percobaan. Penelusuran studi pustaka dimulai bulan April 2010 sampai dengan Juni 2011. Percobaan

Lebih terperinci

Vol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN:

Vol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN: PENGRUH NUNGN TERHDP KNDUNGN KLOROFIL DUN DN HSIL DU VRIETS TNMN KEDELI (Glycine max L. Merill) (The Effect of Shade on Chlorophyll Content and the Yield of Two Soybean Varietes (Glycine max L. Merill))

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB yang berada pada ketinggian 220 m di atas permukaan laut dengan tipe tanah latosol. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sub-famili : Papilionoidae. Sub-genus : Soja

TINJAUAN PUSTAKA. Sub-famili : Papilionoidae. Sub-genus : Soja TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan pusat dan utara Cina atau kawasan subtropis. Kedelai termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Kartini,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyediaan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional masih merupakan problema yang perlu diatasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : pertambahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Sumber Keragaman. db JK KT F Hitung Pr > F

Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Sumber Keragaman. db JK KT F Hitung Pr > F LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Asal Kebun 1 651.11 651.11 35.39** 0.0003 Ulangan 2 75.11 37.56 2.04 0.1922 Galat I 2 92.82 46.41 2.52 0.1415 Posisi Batang 2 444.79 222.39

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dari bulan April sampai Agustus 2010. Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan 1717 III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

Karakter Morfofisiologi Daun dan Hasil Kedelai ( Glycine max L. Merill) Varietas Petek dan Varietas Jayawijaya pada Naungan

Karakter Morfofisiologi Daun dan Hasil Kedelai ( Glycine max L. Merill) Varietas Petek dan Varietas Jayawijaya pada Naungan Karakter Morfofisiologi Daun dan Hasil Kedelai ( Glycine max L. Merill) Varietas Petek dan Varietas Jayawijaya pada Naungan Leaves Morphophysiological Characters and Yield of Soybean (Glycine max L. Merrill)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dilahan Pertanian, Fakultas Pertanian, Medan, dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan laut, yang di mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Desa Moutong Kecamatan Tilong Kabila Kab. Bone Bolango dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan laut. 3.2. Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca PT. ASABI, Sentul Rest Area Jalan Tol Jagorawi Km 35 Desa Kedungmangu Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor. Analisis stomata

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM PERTANAMAN SISIPAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG Bunyamin Z dan M. Aqil Balai Penelitian Tanaman Serealia PENDAHULUAN

PENGARUH SISTEM PERTANAMAN SISIPAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG Bunyamin Z dan M. Aqil Balai Penelitian Tanaman Serealia PENDAHULUAN PENGARUH SISTEM PERTANAMAN SISIPAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG Bunyamin Z dan M. Aqil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika tumbuh serta

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus sampai November 2014 di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh Anjani (2013) pada musim tanam pertama yang ditanami tanaman tomat,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 14 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Dramaga, Bogor pada ketinggian 250 m dpl dengan tipe tanah Latosol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dikebun Percobaan Cikatas,Kampus IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian tempat 250 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

Keragaan Fenotipik Kedelai pada Dua Kondisi Intensitas Cahaya Ekstrim

Keragaan Fenotipik Kedelai pada Dua Kondisi Intensitas Cahaya Ekstrim AGROTROP, VOL. 4 (1): 83-87 4, NO. (2014) 1 (2014) ISSN: 2088-155X C Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali - Indonesia Keragaan Fenotipik Kedelai pada Dua Kondisi Intensitas Cahaya Ekstrim

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

yang dapat ditangkap lebih tinggi karena selain bidang tangkapan lebih besar, jumlah cahaya yang direfleksikan juga sedikit. Peningkatan luas daun

yang dapat ditangkap lebih tinggi karena selain bidang tangkapan lebih besar, jumlah cahaya yang direfleksikan juga sedikit. Peningkatan luas daun PEMBAHASAN UMUM Tanaman kedelai (Glycine max (L) Merrill) termasuk kelompok tanaman C-3 yang dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan cahaya penuh (McNellis dan Deng 1995). Namun dalam pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan

Lebih terperinci

KARAKTER MORFOLOGI DAN HASIL BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI (Glycine Max (L.) Merill) PADA LINGKUNGAN TERNAUNGI

KARAKTER MORFOLOGI DAN HASIL BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI (Glycine Max (L.) Merill) PADA LINGKUNGAN TERNAUNGI KARAKTER MORFOLOGI DAN HASIL BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI (Glycine Max (L.) Merill) PADA LINGKUNGAN TERNAUNGI Morphological characters and result of some soybean genotypes (Glycine Max (L.) Merill in the

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr) J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 22 Jurnal Agrotek Tropika 4(1): 22-28, 2016 Vol. 4, No. 1: 22 28, Januari 2016 PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H. R. Soebrantas No. 115 km 18 Kelurahan. Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H. R. Soebrantas No. 115 km 18 Kelurahan. Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru. III. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai September 2013 di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil

Lebih terperinci

Evaluasi dan Seleksi Varietas Tanaman Kedelai Terhadap Naungan dan Intensitas Cahaya Rendah 1)

Evaluasi dan Seleksi Varietas Tanaman Kedelai Terhadap Naungan dan Intensitas Cahaya Rendah 1) Evaluasi dan Seleksi Varietas Tanaman Kedelai Terhadap Naungan dan Intensitas Cahaya Rendah 1) (Selection and Evaluation of Soybean to Shade and Low Intensity of Light) Nerty Soverda 2, Evita 2 dan Gusniwati

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di III. BAHAN DAN MATODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili: I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Menurut Fachrudin (2000) di dalam sistematika tumbuhan, tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio:

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK DAUN DAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU Gyrinops verstegii (Gilg) Domke DI BAWAH CEKAMAN AIR.

PENGARUH PUPUK DAUN DAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU Gyrinops verstegii (Gilg) Domke DI BAWAH CEKAMAN AIR. PENGARUH PUPUK DAUN DAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU Gyrinops verstegii (Gilg) Domke DI BAWAH CEKAMAN AIR. Anggreine H. Mentang 1), J. A. Rombang 2), M. T. Lasut 2), A. Thomas 2). THE INFLUENCE

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci