Evaluasi dan Seleksi Varietas Tanaman Kedelai Terhadap Naungan dan Intensitas Cahaya Rendah 1)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Evaluasi dan Seleksi Varietas Tanaman Kedelai Terhadap Naungan dan Intensitas Cahaya Rendah 1)"

Transkripsi

1 Evaluasi dan Seleksi Varietas Tanaman Kedelai Terhadap Naungan dan Intensitas Cahaya Rendah 1) (Selection and Evaluation of Soybean to Shade and Low Intensity of Light) Nerty Soverda 2, Evita 2 dan Gusniwati 2 Key words : Soybean, Shading and Adaptation. Kata Kunci : Kedelai, Naungan, Adaptasi Abstract The objectives of this research were to identify soybean lines tolerant to shade and to generate knowledge on physiological photosintetic mechanisms tolerance to shade. The ultimate goal of this study was to develop soybean varieties that have high adaptability to shade and yield adaptable to various multiple cropping system. The study consisted of two set of experiments, namely: (1) evaluation of 15 accession of soybean germplasms in low light stress conditions (paranet condition), and (2) evaluation of 15 accession of soybean germplasms in light stress conditions (no light condition). There were two soybean varieties that were classified as tolerant genotype, i.e: Ringgit and Petek, three as moderat genotypes that were Kawi, Cikurai, Argopuro, Anjasmoro and Tanggamus, and two as sensitive genotypes, namely: Seulawah and Jayawijaya. Sari Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tanaman kedelai yang toleran terhadap naungan dan mengetahui karakter fisiologi fotosintetik penciri toleransi tanaman terhadap naungan. Keutamaan penelitian ini adalah untuk mempelajari daya adaptasi 1) Bagian dari hasil penelitian atas biaya Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, ) Staf Pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Jalan Raya Mendalo Darat. Jambi kedelai yang tahan naungan dan mengembangkan kedelai sebagai tanaman sela pada areal di bawah tegakan. Penelitian yang dilakukan terdiri dari 2 tahap yaitu (1). Evaluasi dan seleksi varietas pada naungan buatan (naungan paranet) (2) Uji cepat pada ruang gelap (Pengelompokan tanaman toleran, moderat dan peka). Hasil evaluasi 15 varietas tanaman kedelai pada naungan buatan dan rumah gelap menunjukkan bahwa dua varietas menunjukkan konsistensi toleransi terhadap naungan, yaitu varietas Ringgit (V1), dan Petek (V13). Didapat juga tiga varietas yang moderat yaitu Kawi (V2), Cikurai (V8), dan Argopuro (5), sedangkan dua varietas peka terhadap naungan yaitu Seulawah (V4) dan Jayawijaya (V15). Pendahuluan Permintaan terhadap komoditas kedelai di Indonesia terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, membaiknya pendapatan per kapita, meningkatnya kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi dan berkembangnya berbagai industri makanan. Sementara itu produksi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan sehingga masih diperlukan impor kedelai (Rukmana & Yuniarsih, 2004). Pada tahun 2003, Indonesia mengimpor kedelai sebesar 1,19 juta ton. Pada tahun yang sama produksi kedelai Indonesia ton dengan luas panen ha. Pada tahun Zuriat, Vol. 20, No. 2, Juli-Desember 2009 Adaptasi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai 86

2 produksinya meningkat mencapai ton dengan luas panen ha. Meskipun telah terjadi peningkatan produksi dan penambahan areal pertanaman dari tahun 2003 sampai tahun 2004, ternyata produktivitas kedelai di Indonesia baru mencapai 1,28 ton per ha (Badan Pusat Logistik dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2005). Produktivitas tersebut masih rendah bila dibandingkan dengan potensi hasil tanaman kedelai yang dapat mencapai yaitu 1,5-2,5 ton per ha (Adisarwanto & Wudianto, 1999). Karena itu perlu upaya peningkatan produksi kedelai yang antara lain dapat dicapai melalui perluasan areal. Mengingat luas lahan pertanian potensial semakin berkurang karena digunakan untuk industri, pemukiman dan keperluan non pertanian lainnya hingga mencapai 47 ribu hektar per tahun (Nasution, 2004), maka pemanfaatan lahan marginal seperti lahan kering menjadi alternatif pilihan. Lahan kering yang cukup luas di Indonesia berpotensi bagi pengembangan tanaman kedelai. Luas lahan kering yang telah dimanfaatkan pada tahun 1993 lebih kurang 50,5 juta hektar, seluas 14,4 juta hektar diantaranya dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan (BPS, 1998). Menurut Wibawa & Rosyid (1995) pada perkebunan karet terdapat sekitar 1,2 juta hektar per tahun yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan sebagai tanaman sela, termasuk tanaman kedelai. Penggunaan lahan-lahan perkebunan ini, terutama pada areal tanaman muda, untuk pengembangan kedelai diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap produksi kedelai nasional. Pengembangan usaha tani tanaman pangan seperti kedelai dilahan tegakan sebagai tanaman sela banyak menghadapi kendala, antara lain adalah tanaman yang tumbuh di bawah naungan menunjukkan karakter tumbuh yang berbeda dengan tanaman tanpa naungan. Hasil penelitian Soverda (2002) pada tanaman padi gogo yang toleran (Jatiluhur) memperlihatkan bahwa pada kondisi naungan 50% memberikan hasil lebih tinggi dan memperlihatkan respon fisiologi fotosintetik yang berbeda dibandingkan dengan Varitas Kalimutu (peka). Adanya keragaman respon pertumbuhan dan hasil tanaman terhadap naungan antara lain dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiologi fotosintetik tanaman tersebut yang dapat dijadikan sebagai penciri toleransi terhadap naungan. Kemampuan adaptasi dari tanaman yang toleran intensitas cahaya rendah dengan tanaman yang peka erat kaitannya dengan karakter-karakter fisiologi fotosintetik tanaman tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi daya adaptasi beberapa varietas dalam kondisi naungan dan dalam kondisi gelap, serta hasil dari evaluasi ini akan dilanjutkan dengan identifikasi beberapa karakteristik fofisiologi fotosintetik kedelai yang berkorelasi erat dengan toleransi terhadap naungan dan pewarisan sifatnya. Bahan dan Metode Penelitian ini dilakukan dalam 2 seri percobaan yaitu: (1) Evaluasi dan seleksi varietas pada naungan paranet, dan (2) Evaluasi dan seleksi varietas pada ruang gelap. Evaluasi Varietas Toleran pada Naungan Buatan Pada percobaan ini dilakukan pengelompokan tanaman yang toleran, moderat dan yang peka terhadap naungan dengan mengevaluasi tanaman pada naungan buatan dan evaluasi pada fase bibit dalam ruang gelap. Penelitian dilaksanakan di kebun 87 Zuriat, Vol. 20, No. 2, Juli-Desember 2009 Adaptasi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai 87

3 percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu N 0 = tanpa naungan, dan N 1 = naungan 50%, sedangkan faktor kedua adalah varietas kedelai yang terdiri dari 15 varietas kedelai. Karakter yang diamati pada percobaan ini adalah : umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang primer, bobot kering tanaman, berat polong per tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, dan berat 100 biji dan kandungan karbohidrat daun. Evaluasi genotype toleran naungan untuk toleransi pada kondisi gelap Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tingkat konsistensi varietas toleran naungan tanaman kedelai terhadap kondisi gelap, serta untuk mempelajari mekanisme fisiologi toleransi terhadap kondisi gelap melalui analisis karbohidrat. Setiap varietas ditanam 40 tanaman untuk tiap ulangan. Tanaman ditumbuhkan terlebih dahulu dalam bak plastik berukuran 40 x 25 x 15 cm selama 10 hari pada kondisi cahaya penuh sebelum dipindahkan ke dalam ruang gelap. Tingkat toleransi terhadap kondisi gelap diidentifikasi berdasarkan pengamatan terhadap persentase tanaman hidup pada hari ke 3, 5, 7, 9, 11, dan 13 setelah tanaman dipindahkan ke ruang gelap. Persentase tanaman hidup ditentukan berdasarkan jumlah bibit dengan vigor yang baik dengan daun yang relatif masih segar (0 30% bagian daun yang mengering). Hasil dan Pembahasan Evaluasi Varietas Toleran pada Naungan Buatan Perlakuan naungan pada tanaman kedelai menunjukkan bahwa jumlah cabang primer berbeda nyata pada naungan 0 dan 50%. Jumlah cabang primer pada naungan 50% rata-rata meningkat dibandingkan dengan control pada semua varietas yang diuji kecuali V7 (Lumajang bewok) mengalami penurunan sebesar 3,4 % dibandingkan dengan control (Tabel 1). Berdasarkan Tabel 1, varietas-varietas yang cenderung memberikan jumlah cabang primer yang tinggi pada naungan buatan adalah Cikurai (V8), Burangrang (V9), Ijen (V10), Tanggamus (V11), Menyapa (V12), Petek (V13), Tidar (V14) dan Jayawiyaya (V15) yang berbeda nyata dengan varietas-varietas lainnya. Perubahan yang terjadi menunjukkan bahwa varietas-varietas yang dievaluasi menunjukkan peningkatan jumlah cabang primer pada naungan 50 % kecuali varitas Lumajang Bewok mengalami penurunan jumlah cabang primer sebesar 3,4%. Peningkatan pada masing-masing varietas tidak sama. Varietas yang mengalami peningkatan lebih besar dari 60% adalah Anjasmoro (V6), Burangrang (V9), Tanggamus (V11), Menyapa (V12), Petek (V13), dan Tidar (V14), dengan masingmasing kenaikan berturut-turut adalah sebesar 96,2 %; 64,3%; 77,4; 61%; 64,2% dan 65%. Varietas yang mengalami kenaikan antara 30 59% adalah Ringgit (V1), Kawi (V2), Willis (V3), Seulawah (V4), Argopuro (V5), Cikurai (V8), Ijen (V10), dan Jayawijaya (V15) dengan masingmasing kenaikan sebesar 34,3%; 38,9%; 23,1%; 1,3%; 9,1%; 25,8%; 34,1%; dan 35,3%. Sedangkan varietas yang mengalami penurunan jumlah cabang primer pada naungan buatan adalah V7 dengan penurunan sebesar 3,4%. 88 Zuriat, Vol. 20, No. 2, Juli-Desember 2009 Adaptasi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai 88

4 Tabel 1. Perubahan Jumlah Cabang Primer beberapa Varietas Kedelai pada Naungan 50% No Varietas Jumlah cabang primer Perubahan NR Naungan 0% Naungan 50% (%) 1. Ringgit 2,73 b 3,67 c 134,27 34,3 2. Kawi 2,07 d 2,87 d 138,87 38,9 3. Willis 2,87 b 3,53 c 123,14 23,1 4. Seulawak 1,53 d 2,33 c 101,30 1,3 5. Argopuro 3,67 a 4,00 b 109,09 9,1 6. Anjasmoro 1,73 d 3,40 c 196,15 96,2 7. Lumajang Bewok 3,80 a 3,67 b 96,57-3,4 8. Cikurai 3,60 a 4,53 a 125,83 25,8 9. Burangrang 2,80 b 4,60 a 164,29 64,3 10. Ijen 3,33 a 4,47 a 134,10 34,1 11. Tanggamus 2,67 c 4,73 a 177,38 77,4 12. Menyapa 2,73 c 4,40 a 160,98 61,0 13. Petek 2,60 c 4,27 a 164,23 64,2 14. Tidar 2,87 b 4,73 a 165,00 65,0 15. Jayawijaya 3,40 a 4,60 a 135,29 35,3 Keterangan : Angka rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT (0.05). NR=Nilai Relatif (%kontrol) Pemberian naungan pada tanaman kedelai memberikan pengaruh pada tinggi tanaman. Tinggi tanaman pada semua varietas yang dicoba mengalami peningkatan. Berdasarkan respon kelima belas varietas yang diuji menunjukkan bahwa varietas yang mengalami kenaikan tinggi tanaman diatas 60 % dibandingkan control adalah Kawi (V2), Willis (V3), Seulawah (V4), Argopuro (V5), Anjasmoro (V6), Burangrang (V9), Ijen (V10), Tanggamus (V11), Menyapa (V12), Petek (V13), Tidar (V14), dan Jayawijaya (V15) dengan kenaikan masing-masing 80%, 68%, 77%, 83 %, 67 %, 99%, 75%, 76%, 92%, 118%, 118%, dan 88% (Tabel 2). Varietas yang mengalami kenaikan tinggi tanaman antara 30-59% adalah Ringgit (V1), Lumajang Bewok (V7) dan Cikurai (V8) yang masing-masing naik sebesar 58%, 32% dan 47%, sementara itu tidak terdapat varietas yang mengalami kenaikan tinggi tanaman dibawah 30%. Varietas yang mengalami peningkatan tinggi yang tidak lebih dari 30% dibandingkan dengan control diasumsikan merupakan varietas yang cenderung dapat beradaptasi dengan lingkungan ternaung, sebaliknya varietas yang mengalami kenaikan yang melebihi 60% dibandingkan dengan control diasumsikan merupakan tanaman yang peka terhadap naungan karena dengan penambahan tinggi yang melebihi 60% dibandingkan dengan control maka tanaman cenderung mengalami kerebahan. Sedangkan tanaman yang pertambahan tingginya antara kedua criteria diatas cenderung merupakan varietas yang moderat, yaitu dengan pertambahan tinggi antara %. 89 Zuriat, Vol. 20, No. 2, Juli-Desember 2009 Adaptasi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai 89

5 Tabel 2. Perubahan Tinggi Tanaman beberapa Varietas Kedelai pada Naungan 50% No Varietas Tinggi tanaman Perubahan NR Naungan 0% Naungan 50% (%) 1. Ringgit 36,47 bc 57,6 f ,0 2. Kawi 36,40 bc 65,6 c ,2 3. Willis 43,27 b 72,6 e ,8 4. Seulawak 36,07 bc 63,9 d ,2 5. Argopuro 32,07 d 58,7 f ,1 6. Anjasmoro 43,80 b 73,3 c ,4 7. Lumajang Bewok 50,33 a 66,3 e ,7 8. Cikurai 40,40 bc 59,4f ,0 9. Burangrang 55,53 a 110,3 a ,6 10. Ijen 40,07 bc 70,1 e ,0 11. Tanggamus 36,64 b 64,6 e ,3 12. Menyapa 33,73 b 64,7 d ,8 13. Petek 46,07 b 100,6 a ,4 14. Tidar 34,53 d 75,2 b ,8 15. Jayawijaya 36,93 bc 69,3 e ,6 Keterangan : Angka rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT (0.05). NR=Nilai Relatif (%kontrol) Pengamatan umur berbunga pada naungan 50% menunjukkan bahwa naungan 50% menunjukkan tidak semua varietas mengalami pembungaan adanya perbedaan yang nyata, namun yang lebih cepat dibandingkan dengan bila dilihat dari nilai relative control kecuali pada varietas Kawi (V2) menunjukkan bahwa sebagian besar yang berbunga lebih lama dibandingkan varietas menunjukkan umur berbunga control. Varietas Cikurai (V8), yang lebih cepat dibandingkan dengan kontrol. Rata-rata umur berbunga pada Burangrang (V9), dan Tidar (V14) mempunyai umur berbunga yang sama varietas-varietas yang diuji pada dibandingkan control (Tabel 3). Tabel 3. Umur Berbunga beberapa Varietas Kedelai pada Naungan 50% No Varietas Umur berbunga Perubahan NR Naungan 0% Naungan 50% (%) 1. Ringgit 6,50a 6,00a 92,31-7,69 2. Kawi 5,71a 5,93a 103,78 3,77 3. Willis 6,07a 5,80a 95,60-4,40 4. Seulawak 6,50a 6,00a 92,31-7,69 5. Argopuro 6,36a 6,00a 94,38-5,62 6. Anjasmoro 6,00a 5,67a 94,50-5,50 7. Lumajang Bewok 6,00a 5,27a 87,83-12,17 8. Cikurai 6,00a 6,00a 100,00 0,00 9. Burangrang 6,00a 6,00a 100,00 0, Ijen 6,00a 5,27a 87,83-12, Tanggamus 6,86a 6,00a 87,50-12, Menyapa 6,87a 6,00a 87,38-12, Petek 6,00a 5,07a 84,50-15, Tidar 6,00a 6,00a 100,00 0, Jayawijaya 6,60a 6,00a 90,91-9,09 Keterangan : Angka rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT (0.05). NR=Nilai Relatif (%kontrol) 90 Zuriat, Vol. 20, No. 2, Juli-Desember 2009 Adaptasi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai 90

6 Pemberian naungan 50% pada 15 varietas kedelai meningkatkan kandungan karbohidrat pada beberapa varietas, antara lain yaitu pada varietas Ringgit (V1) naik sebesar 182,3 %, Willis (V3) 68,69 %, Seulawak (V4) 57,76 %, Anjasmoro (V6) 0,73 %, Lumajang Bewok (V7) 23,23 %, Tidar (V14) 24,64 % dan Jayawijaya (V15) sebesar 9,9 % dibandingkan dengan kontrol. Kenaikan kandungan karbohidrat yang dicapai oleh masing-masing varietas terlihat berbeda. Varietas Ringgit dan Willis mengalami kenaikan lebih dari 60%, sedangkan Seulawah, Anjasmoro, Lumajang Bewok, Tidar dan Jayawijaya mengalami kenaikan antara 30-59%. Sedangkan pada beberapa varietas lainnya karbohidrat cenderung menurun yaitu varietas Kawi turun sebesar 15,23 %, Argopuro 5,15%, Cikurai 28,85%, Burangrang 11,20%, Ijen 20,51%, Tanggamus 41,72%, Menyapa 11,75%, dan Petek 1,51% dibandingkan dengan control. (Gambar 1). Meningkatnya kandungan karbohidrat pada Ringgit, Willis, Seulawak, Anjasmoro, Lumajang Bewok, Tidar dan Jayawijaya ini diduga disebabkan oleh kemampuannya untuk mempertahankan fotosintesis yang cukup tinggi dan triosa fosfat yang dihasilkan cukup banyak, sehingga perbandingan antara triosa fosfat dan orthofosfat (Pi) akan meningkat di sitosol dan sukrosa terbentuk lebih banyak. Menurut Marschner (1995), kandungan sukrosa yang tinggi pada genotipe toleran akan mengaktifkan distribusi hasil fotosintat yang melewati floem dari tulang daun yang paling halus dengan bantuan sel-sel transfer. Distribusi hasil fotosintat ini dikendalikan oleh ph dan diduga terjadi ko-transport sukrosa H + menembus membran-membran sel floem. Gambar 1. Kandungan karbohidrat pada 15 varietas kedelai pada naungan 50% Menurunnya kandungan karbohidrat pada varietas Kawi, Argopuro, Cikurai, Burangrang, Ijen, Tanggamus, Menyapa, dan Petek ini diduga berkaitan dengan penurunan aktivitas PGK yang terjadi pada kondisi naungan dan triose fosfat yang merupakan produk awal fotosintesis berkurang pembentukannya, sehingga kandungan karbohidrat juga menurun pada kondisi naungan 50%. Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian naungan 50% memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi tanaman kedelai. Pada naungan 50% 91 Zuriat, Vol. 20, No. 2, Juli-Desember 2009 Adaptasi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai 91

7 terlihat bahwa dari 15 varietas yang diuji menunjukkan bahwa varietas yang memberikan hasil yang cenderung tinggi adalah varietas Seulawah (V4) yang berbeda nyata dengan varietas lainnya. Sementara varietas yang menunjukkan hasil terendah pada naungan 50% adalah varietas Jayawijaya (V15). Perubahan yang terjadi pada masingmasing varietas akibat pemberian naungan menunjukkan bahwa semua varietas mengalami penurunan berat polong per tanaman, tetapi masingmasing penurunan tidak sama. Varietas yang menunjukkan penurunan terkecil akibat naungan adalah Ringgit (V1), Willis (V3), Seulawah (V4) dan Petek (V13). Varietas yang mengalami penurunan paling besar yaitu Jayawijaya (V15) dengan penurunan sebesar 77,80% dibandingkan dengan control. Sedangkan varietas lainnya mengalami penurunan antara 30 59%. No Varietas Tabel 4. Perubahan produksi dan komponen produksi pada naungan 50% Berat polong per tanaman Jumlah polong/tanaman Jumlah polong berisi 0% 50% NR Perubahan 0% 50% NR Perubahan 0% 50% NR Perubahan 1. Ringgit 59.17f 43.78e d a e 99.00b Kawi 88.38c 45.02e c 83.00a b 80.67e Willis 82.75d 59.52a e 93.67a c 92.33b Seulawak 71.00f 61.12a a a e a Argopuro 88.50c 51.77c c a a a Anjasmoro 77.57e 45.30e f 53.83c e 52.50g Lumajang Bewok 93.18b 45.85e e 81.83a c 78.17e Cikurai b 52.67b d 69.83a a 66.50f Burangrang a 70.40a f 85.17a d 83.50e Ijen a 52.07c a 89.33a a 87.50c Tanggamus 91.67b 46.55d a 98.83a a 87.67c Menyapa 87.92c 48.78c b a e 94.67b Petek 79.55e 57.92a f 85.83a d 84.83d Tidar 95.77b 46.17e c a a a Jayawijaya 94.80b 21.05f a 66.67b b 56.17f Keterangan : Angka rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT (0.05). NR = Nilai Relatif (%kontrol) Pemberian naungan berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman. Varietas yang memberikan jumlah polong tertinggi adalah varietas Ringgit (V1) yang berbeda nyata dengan varietas lainnya. Dilihat dari hasil relative menunjukkan bahwa varietasvarietas yang diuji memberikan penurunan jumlah polong per tanaman pada naungan 50%. Bila dibandingkan dengan control maka varietas Ringgit (V1), Willis (V3), Burangrang (V9) 92 Zuriat, Vol. 20, No. 2, Juli-Desember 2009 Adaptasi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai 92

8 dan Petek (V13) mengalami penurunan dengan masing-masing penurunan sebesar 28,75%; 30,06%; 30,48% dan 30,31%. Varietas Kawi (V2), Seulawah (V4), Argopuro (V5), Anjasmoro (V6), Lumajang Bewok (V7), Cikurai (V8), Tanggamus (V11), Menyapa (V12), dan Tidar (V14) mengalami penurunan antara 30-59%, sedangkan Ijen (V10) dan Jayawijaya (V15) mengalami penurunan yang lebih dari 60% yaitu sebesar 76% dan 71,33% (Tabel 4). Pemberian naungan berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman. Varietas yang memberikan jumlah polong tertinggi adalah varietas Ringgit (V1) yang berbeda nyata dengan varietas lainnya. Dilihat dari hasil relative menunjukkan bahwa varietasvarietas yang diuji memberikan penurunan jumlah polong per tanaman pada naungan 50%. Bila dibandingkan dengan control maka varietas Ringgit (V1), Willis (V3), Burangrang (V9) dan Petek (V13) mengalami penurunan dengan masing-masing penurunan sebesar 28,75%; 30,06%; 30,48% dan 30,31%. Varietas Kawi (V2), Seulawah (V4), Argopuro (V5), Anjasmoro (V6), Lumajang Bewok (V7), Cikurai (V8), Tanggamus (V11), Menyapa (V12), dan Tidar (V14) mengalami penurunan antara 30-59%, sedangkan Ijen (V10) dan Jayawijaya (V15) mengalami penurunan yang lebih dari 60% yaitu sebesar 76% dan 71,33% (Tabel 4). Penurunan jumlah polong per tanaman yang lebih rendah pada varietas yang diduga toleran dibandingkan dengan yang diduga peka dalam kondisi naungan 50%, karena pendistribusian hasil ke bulir lebih besar dibandingkan dengan varietas yang peka. Penurunan produksi pada naungan 50% disebabkan oleh berkurangnya intensitas cahaya yang diterima tanaman. Hasil penelitian Haris (1998) menunjukkan bahwa ratarata intensitas cahaya pada naungan 50% adalah sebesar kalori/cm 2 /hari, sedangkan untuk menunjang pertumbuhan padi gogo dibutuhkan intensitas cahaya matahari minimum sebesar 256 kalori /cm 2 / hari (Las, 1983). Pada penelitian ini diasumsikan kebutuhan cahaya tanaman kedelai sama dengan padi gogo. Jumlah polong berisi per tanaman juga menunjukkan perbedaan yang nyata pada naungan 50%. Varietas yang memberikan hasil cenderung lebih tinggi pada naungan adalah V4 (Seulawak) yang menunjukkan beda nyata dengan varietas lainnya. Perubahan yang yang terjadi pada varietas yang diuji masing-masingnya tidak sama. Varietas Ringgit (V1), Seulawah (V4) dan Menyapa (V12) menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan control. Varietas lainnya mengalami penurunan jumlah polong berisi per tanaman. Penurunan yang lebih kecil dari 30% terjadi pada varietas Willis (V3), Anjasmoro (V6), Burangrang (V9), Menyapa (V12) dan Petek (V13). Penurunan jumlah polong berisi lebih tinggi pada varietas yang mengalami penurunan lebih besar dari 60% diduga berkaitan dengan peningkatan persentase polong hampa. Disamping itu, penurunan jumlah polong berisi yang rendah pada varietas toleran didukung oleh jumlah polong berisi per tanaman lebih tinggi. Evaluasi Varietas Toleran dalam Ruang Gelap Kemampuan hidup tanaman pada fase bibit dalam ruang gelap setelah 3, 5, 7, 9, 11 dan 13 hari disimpan di dalam ruang gelap disajikan pada Tabel 7. Angka yang disajikan adalah persen tanaman bertahan hidup. Tanaman fase bibit yang bertahan hidup dalam keadaan tanpa cahaya terlihat berbeda nyata antar masing-masing varietas. Hari ketujuh setelah disimpan di ruang gelap diduga merupakan waktu 93 Zuriat, Vol. 20, No. 2, Juli-Desember 2009 Adaptasi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai 93

9 yang paling sesuai untuk metode seleksi toleransi terhadap naungan pada fase bibit di dalam ruang gelap. Pada hari ke 7 ini bibit yang bertahan hidup berkisar antara 25,71% sampai dengan 71,43%. Tanaman yang bertahan hidup diatas 60% pada hari ketujuh ini adalah varietas Ringgit (V1), Lumajang Bewok (V7), Ijen (V10), Menyapa (V12), Petek (V13) dan Tidar (V14) dengan persentase masing-masing sebesar 68,57% ;71,43%; 62,86%; 65,71%; 62,86%; dan 68,57%. Tabel 5. Rata-rata Jumlah Tanaman Hidup setelah 3 sampai 11 Hari Disimpan dalam Ruang Gelap. No Varietas Lama dalam Ruang Gelap Total (hari) Ringgit 92,5 92,5 68,57 5, Kawi 87,5 87,5 31,43 8, Willis ,57 11, Seulawak 77,5 77,5 45,71 8, Argopuro 90 82,5 25,71 8, Anjasmoro ,57 8, Lumajang Bewok 95 87,5 71,43 17, Cikurai 85 82,5 57,14 17, Burangrang 85 77,5 42,86 11, Ijen ,86 28, Tanggamus ,57 11, Menyapa 87,5 87,5 65,71 14, Petek ,86 11, Tidar 97,5 97,5 68,57 8, Jayawijaya 87,5 82,5 31,43 20,00 0 Keterangan : Angka yang disajikan persentase tanaman hidup. Tanaman yang hidup antara 30 59% pada hari ke 7 ini adalah Kawi (V2), Willis (V3), Seulawah (V4), Cikurai (V8), Burangrang (V9), Tanggamus (V11) dan Jayawijaya (V15), sedangkan tanaman yang hidup dibawah 30% pada hari ke 7 adalah Argopuro (V5) dan Anjasmoro (V6) dengan persentase hidup sebesar 25,71% dan 28,57%. Pada hari ke 9 semua tanaman yang bertahan hidup adalah dibawah 30% dengan jumlah tertinggi adalah pada varietas Ijen yaitu bertahan hidup sebanyak 28,57 %. Varietas lainnya pada hari ke 9 bertahan hidup dibawah 25%. Pada hari ke 11 semua tanaman sudah mati. Kemampuan bertahan hidup tanaman fase bibit pada keadaan gelap dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat dalam daun. Hasil uji kandungan karbohidrat tanaman pada 7 hari setelah pemindahan keruang gelap menunjukkan perbedaan pada varietas yang dicoba. Beberapa varietas mempunyai kandungan karbohidrat yang relative tinggi dibandingkan lainnya. Rata-rata kandungan karbohidrat pada masing-masing varietas dalam gram/100gram bahan adalah : Ringgit 0,48; Kawi 0,50; Willis 0,44; Seulawak 0,71; Argopuro 0,42; Anjasmoro 0,49; Lumajang Bewok 0,49; Cikurai 0,39; Burangrang 0,68; Ijen 0,95; Tanggamus 0,95; Menyapa 0,88; Petek 0,56; Tidar 0,88; Jayawijaya 0,63. Varietas-varietas yang cenderung mengandung karbohidrat yang lebih besar diduga mempunyai kemampuan 94 Zuriat, Vol. 20, No. 2, Juli-Desember 2009 Adaptasi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai 94

10 bertahan hidup tanaman fase bibit pada keadaan gelap dipengaruhi oleh kandungan pati dan karbohidrat pada daun. Hal ini terlihat dari hasil analisis kandungan karbohidrat pada daun (Gambar 2). Alasannya adalah bahwa varietas yang memiliki kandungan karbohidrat yang relative tinggi atau cenderung toleran memiliki respirasi yang lebih rendah daripada yang cenderung peka. Berdasarkan hasil evaluasi 15 varietas terhadap naungan menunjukkan bahwa terdapat beberapa varietas yang dapat digolongkan kepada varietas yang toleran, beberapa yang moderat dan beberapa yang peka. Tanaman yang telah digolongkan sebagai varietas toleran, moderat dan peka tersebut terdapat beberapa diantaranya konsisten toleran pada kedua metoda pengujian V1 V 2 V 3 V 4 V 5 V 6 V 7 V 8 V 9 V V V V V V Gambar 2. Kandungan karbohidrat beberapa varietas kedelai pada uji cepat di ruang gelap pada umur 7 hari dalam ruang gelap. Varietas-varietas yang dapat digolongkan sebagai tanaman yang cenderung toleran berdasarkan pengujian pada metoda uji cepat ruang gelap adalah varietas Ringgit, Ijen, Menyapa, Petek dan Tidar. Varietas yang cenderung moderat adalah Kawi, Wilis, Seulawah, Cikurai, Burangrang, Tanggamus dan Jayawijaya. Sedangkan varietas yang peka adalah varietas Argopuro dan Anjasmoro. Varietasvarietas yang dapat digolongkan sebagai tanaman yang cenderung toleran berdasarkan pengujian pada naungan 50% adalah Ringgit, Wilis, Burangrang, dan Petek. Varietas Kawi, Argopuro, Anjasmoro, Lumajang bewok, Cikurai, Ijen, Tanggamus, Menyapa dan Tidar termasuk moderat, sedangkan yang peka adalah Seulawah dan Jayawijaya. Hasil evaluasi varietas toleran naungan buatan dan dengan uji cepat ruang gelap tersebut disajikan dalam Tabel 6. Berdasarkan evaluasi pada kedua metode yang berbeda, dari keenam varietas yang toleran berdasarkan uji cepat ruang gelap tersebut, 2 varietas diantaranya juga toleran berdasarkan evaluasi pada naungan buatan 50 %. Varietas-varietas yang konsisten toleran pada kedua metoda pengujian tersebut adalah varietas Ringgit, dan Petek. Varietas yang moderat adalah Kawi, Cikurai dan Tanggamus. Sedangkan yang peka adalah varietas Seulawah dan Jayawijaya. Pada Tabel 8 disajikan tabel hasil evaluasi varietas toleran naungan pada naungan buatan dan dengan metode uji cepat dalam ruang gelap. 95 Zuriat, Vol. 20, No. 2, Juli-Desember 2009 Adaptasi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai 95

11 Tabel 6. Hasil Evaluasi Varietas Toleran Naungan pada Naungan Buatan dan dengan Metode Uji Cepat Ruang Gelap. No Varietas Metode Penyaringan Naungan Buatan Uji Cepat Ruang Gelap 1 Ringgit T T 2 Kawi M M 3 Willis T M 4 Seulawak P P 5 Argopuro M P 6 Anjasmoro M P 7 Lumajang Bewok M T 8 Cikurai M M 9 Burangrang T M 10 Ijen M T 11 Tanggamus M M 12 Menyapa M T 13 Petek T T 14 Tidar M T 15 Jayawijaya P P Keterangan : T = Toleran, M = Moderat dan P = Peka Kesimpulan dan Saran Hasil evaluasi terhadap 15 varietas yang diuji, diperoleh 2 varietas yang konsisten toleran pada kedua metoda tersebut yaitu varietas Ringgit dan Petek. Varietas yang moderat adalah varietas Kawi, Cikurai, Tanggamus, sedangkan yang peka terhadap naungan adalah varietas Seulawak dan Jayawijaya. Dua varietas yang secara konsisten toleran pada dua metode pengujian tersebut yaitu varietas Ringgit dan Petek dapat dipertimbangkan untuk dikembangkan sebagai varietas toleran terhadap naungan. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik fisiologi fotosintetik tanaman kedelai yang dapat dijadikan sebagai penciri toleransi terhadap naungan dan perlu penggabungan karakter-karakter yang berkaitan erat dengan toleransi terhadap naungan dengan melakukan persilangan dan mempelajari pola pewarisan sifatnya. Ucapan Terima Kasih Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional melalui Penelitian Hibah Kompetitif Penelitian sesuai Prioritas Nasional Nomor Kontrak 596/SP2H/DP2M/VII/2009 yang telah membiayai penelitian ini. Daftar Pustaka Adisarwanto & Wudianto Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah-Kering-Pasang- Surut. Penebar Swadaya. Jakarta. Badan Pusat Logistik & Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura Data Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura 2004 Tingkat Nasional dan Provinsi. Biro Pusat Statistik Indonesia Dalam Angka Jakarta. Haris, A.B., M.A. Chozin, D. Sopandie dan I.Las Karakteristik Iklim Mikro dan Respon Tanaman Padi 96 Zuriat, Vol. 20, No. 2, Juli-Desember 2009 Adaptasi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai 96

12 Gogo pada Pola Tanam Sela dengan Tanaman Karet. Seminar Hasil Penelitian PPS-IPB. 12p. Las, I Efisiensi Radiasi Surya dan Pengaruh Naungan terhadap Padi Gogo. Penelitian Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. 3 (1) : Marschner, H Mineral Nutrition of Higher Plants. Second Edition. Academic Press inc. San Diego. USA. P Nasution, M Diversifikasi Titik Kritis Pembangunan Pertanian Indonesia : Pertanian Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta. Rukmana, R & Y. Yuniarsih Kedelai Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta. Soverda, N Karakteristik Fisiologi Fotosintetik Padi Gogo Toleran terhadap Cekaman Naungan. Jurnal Agronomi Fakultas Pertanian Unja, Publikasi Nasional Ilmu Budidaya Pertanian, Vol 6, No 2, Juli Desember Wibawa, G & M.J. Rosyid Peningkatan Produktivitas Padi sebagai Tanaman Sela Karet Muda. Warta Pusat Penelitian Karet. Assosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia. 14(1): Zuriat, Vol. 20, No. 2, Juli-Desember 2009 Adaptasi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai 97

UJI ADAPTASI DAN TOLERANSI BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KEDELAI PADA NAUNGAN BUATAN 1 (THE ADAPTATION OF SOYBEAN TO SHADE) Sari

UJI ADAPTASI DAN TOLERANSI BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KEDELAI PADA NAUNGAN BUATAN 1 (THE ADAPTATION OF SOYBEAN TO SHADE) Sari UJI ADAPTASI DAN TOLERANSI BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KEDELAI PADA NAUNGAN BUATAN 1 (THE ADAPTATION OF SOYBEAN TO SHADE) Nerty Soverda 2, Evita 2 dan Gusniwati 2 ABSTRACT The objectives of this research

Lebih terperinci

Study of Physiology Photosintetic Characteristics of soybean plants tolerant to shade

Study of Physiology Photosintetic Characteristics of soybean plants tolerant to shade Marheni, Hasanuddin, Pinde dan Wirda Suziani: Uji patogenesis Jamur Metarhizium anisopliae dan Jamur Cordyceps militaris Terhadap Larva Penggerek Pucuk Kelapa Sawit Studi Karakteristik Fisiologi Fotosintetik

Lebih terperinci

Vol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN:

Vol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN: PENGRUH NUNGN TERHDP KNDUNGN KLOROFIL DUN DN HSIL DU VRIETS TNMN KEDELI (Glycine max L. Merill) (The Effect of Shade on Chlorophyll Content and the Yield of Two Soybean Varietes (Glycine max L. Merill))

Lebih terperinci

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP KANDUNGAN NITROGEN DAN PROTEIN DAUN SERTA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (The Effect of Shading to Nitrogen and Protein Contents, The Growth and Yield of Soybean Plants)

Lebih terperinci

Karakter Morfofisiologi Daun dan Hasil Kedelai ( Glycine max L. Merill) Varietas Petek dan Varietas Jayawijaya pada Naungan

Karakter Morfofisiologi Daun dan Hasil Kedelai ( Glycine max L. Merill) Varietas Petek dan Varietas Jayawijaya pada Naungan Karakter Morfofisiologi Daun dan Hasil Kedelai ( Glycine max L. Merill) Varietas Petek dan Varietas Jayawijaya pada Naungan Leaves Morphophysiological Characters and Yield of Soybean (Glycine max L. Merrill)

Lebih terperinci

Vol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN:

Vol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN: PENGARUH NAUNGAN TEHADAP KERAPATAN STOMATA DAN TRIKOMA DAUN SERTA PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merril) (Effect of Shade on Stomatas and Trichomes Density and Growth

Lebih terperinci

KARAKTER MORFOLOGI DAN HASIL BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI (Glycine Max (L.) Merill) PADA LINGKUNGAN TERNAUNGI

KARAKTER MORFOLOGI DAN HASIL BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI (Glycine Max (L.) Merill) PADA LINGKUNGAN TERNAUNGI KARAKTER MORFOLOGI DAN HASIL BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI (Glycine Max (L.) Merill) PADA LINGKUNGAN TERNAUNGI Morphological characters and result of some soybean genotypes (Glycine Max (L.) Merill in the

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merrill) merupakan sumber protein terpenting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%, persentase tertinggi dari seluruh

Lebih terperinci

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP NISBAH KLOROFIL-a/b SERTA HASIL DUA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP NISBAH KLOROFIL-a/b SERTA HASIL DUA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) PENGRUH NUNGN TERHDP NISH KLOROFIL-a/b SERT HSIL DU VRIETS TNMN KEDELI (Glycine max (L.) Merill) (Effect of Shade on Chlorophyll-a/b Ratio of Soybean Varieties (Glycine max (L.) Merill) Megi Darma, Nerty

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merrill) adalah salah satu tanaman sumber pangan penting di Indonesia. Beberapa makanan populer di Indonesia seperti tahu, tempe, tauco, dan kecap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyediaan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional masih merupakan problema yang perlu diatasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : pertambahan

Lebih terperinci

Vol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN:

Vol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN: PENGRUH NUNGN TERHDP KRKTER MORFOLOGI DUN SERT HSIL DU VRIETS TNMN KEDELI (Glycine max L. Merill) (Effect of Shading to Leaf Morphology Characters on Soybean Varieties (Glycine max L. Merill)) gung udi

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI KADAR AIR TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI YANG DIBERI MIKORIZA VESIKULAR ARBUSKULAR

PENGARUH BERBAGAI KADAR AIR TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI YANG DIBERI MIKORIZA VESIKULAR ARBUSKULAR ISSN 1410-1939 PENGARUH BERBAGAI KADAR AIR TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI YANG DIBERI MIKORIZA VESIKULAR ARBUSKULAR [THE EFFECT OF SOIL WATER CONTENT ON THE GROWTH AND PRODUCTION

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN SESUAI PRIORITAS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2010 TEMA : KETAHANAN PANGAN

LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN SESUAI PRIORITAS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2010 TEMA : KETAHANAN PANGAN 1 PERTANIAN LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN SESUAI PRIORITAS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2010 TEMA : KETAHANAN PANGAN KAJIAN DAN IMPLEMENTASI KARAKTER FISIOLOGI FOTOSINTETIK TANAMAN KEDELAI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan tempe, tahu, kecap, dan susu kedelai. Tanaman yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Morfologi tanaman kedelai ditentukan oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji. Akar kedelai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar

Lebih terperinci

Nature of The Inherintance of The Photosynthetic Physiological Characters of Soybean Tolerant to Shade

Nature of The Inherintance of The Photosynthetic Physiological Characters of Soybean Tolerant to Shade Ameilia Zuliyanti Siregar, Maryani Cyccu Tobing, dan Lumongga: Pengendalian Sitophilus oryzae dan Tribolium castaneum Pewarisan Sifat Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) Toleran Terhadap Naungan Melalui

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fachrudin (2000) di dalam sistematika tumbuhan, tanaman kedelai

II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fachrudin (2000) di dalam sistematika tumbuhan, tanaman kedelai II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Tanaman Menurut Fachrudin (2000) di dalam sistematika tumbuhan, tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae,

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN Haris Kriswantoro 1,*, Nely Murniati 1, Munif Ghulamahdi 2 dan Karlin Agustina 3 1 Prodi Agroteknologi Fak. Pertanian

Lebih terperinci

yang dapat ditangkap lebih tinggi karena selain bidang tangkapan lebih besar, jumlah cahaya yang direfleksikan juga sedikit. Peningkatan luas daun

yang dapat ditangkap lebih tinggi karena selain bidang tangkapan lebih besar, jumlah cahaya yang direfleksikan juga sedikit. Peningkatan luas daun PEMBAHASAN UMUM Tanaman kedelai (Glycine max (L) Merrill) termasuk kelompok tanaman C-3 yang dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan cahaya penuh (McNellis dan Deng 1995). Namun dalam pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung yang merupakan sumber protein utama bagi masyarakat. Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan pertanian Indonesia. Hal ini terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan bahan pangan sebagianbesarpenduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai mengandung sekitar 40% protein, 20% lemak, 35% karbohidrat,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Karakter Morfologi Penciri Ketahanan Kekeringan Pada Beberapa Varietas Kedelai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Karakter Morfologi Penciri Ketahanan Kekeringan Pada Beberapa Varietas Kedelai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Karakter Morfologi Penciri Ketahanan Kekeringan Pada Beberapa Varietas Kedelai Hasil pengamatan morfologi pada beberapa varietas kedelai yang selanjutnya diuji

Lebih terperinci

Nerty Soverda dan Yulia Alia Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Jalan Raya Mendalo Darat.

Nerty Soverda dan Yulia Alia Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Jalan Raya Mendalo Darat. SISTEM PERTANAMAN TUMPANGSARI ANTARA BEBERAPA GENOTIP KEDELAI(Glycine max (L) Merill) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays var.saccharatasturt) YANG DITANAM SECARA MULTI ROWS Nerty Soverda dan Yulia Alia Jurusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode pengusangan cepat benih kedelai menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr) J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 22 Jurnal Agrotek Tropika 4(1): 22-28, 2016 Vol. 4, No. 1: 22 28, Januari 2016 PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kedelai merupakan salah satu contoh dari komoditas tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan kedelai di Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN DEPAN... i HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PERSETUJUAN. iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT v UCAPAN TERIMA KASIH vi ABSTRAK viii ABSTRACT. ix RINGKASAN..

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan kebutuhan makanan yang bernilai gizi tinggi. Bahan makanan yang bernilai gizi tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013. REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013 Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5

Lebih terperinci

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.) PENGARUH PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) PADA SISTEM OLAH TANAH THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di Indonesia. Hampir 90 % masyarakat Indonesia mengonsumsi beras yang merupakan hasil olahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

Toleransi Padi Gogo terhadap Naungan. Shading Tolerance in Upland Rice

Toleransi Padi Gogo terhadap Naungan. Shading Tolerance in Upland Rice Hayari. Juni 2003, hlrn. 7 1-75 ISSN 0854-8587 Vol. 10. No. 2 Toleransi Padi Gogo terhadap Naungan Shading Tolerance in Upland Rice DIDY SOPANDIE 1 *, MUHAMMAD AHMAD CHOZIN', SARSIDI SASTROSUMARJO', TIT1

Lebih terperinci

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat Yuliana Susanti & Bq. Tri Ratna Erawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) NTB Jl.

Lebih terperinci

Penampilan Agronomi dan Uji Toleransi Naungan Galur Dihaploid Padi Gogo Hasil Kultur Antera

Penampilan Agronomi dan Uji Toleransi Naungan Galur Dihaploid Padi Gogo Hasil Kultur Antera Penampilan Agronomi dan Uji Toleransi Naungan Dihaploid Padi Gogo Hasil Kultur Antera Agronomic Performance and Shading Tolerance Evaluation of Upland Rice Dihaploid Lines Obtained from Anther Culture

Lebih terperinci

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi 87 PEMBAHASAN UMUM Pemanfaatan lahan yang ada di bawah tegakan tanaman perkebunan dapat memperluas areal tanam kedelai sehingga memacu peningkatan produksi kedelai nasional. Kendala yang dihadapi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine soya/ Glycine max L.) berasal dari Asia Tenggara dan telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah ditanam di negara tersebut dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan strategis ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Sejalan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1 PENDAHULUAN 8ebagai sarana produksi yang membawa sifat-sifat varietas tanaman, benih berperan penting dalam menentukan tingkat hasil yang akan diperoleh. Varietas unggul kedelai umumnya dirakit untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting, dkk., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting, dkk., 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai (Glycine max) merupakan salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung, sebagai sumber protein nabati utama bagi masyarakat Indonesia (Supadi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun Namun

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun Namun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun 1521-1529. Namun ada pendapat yang mengatakan bahwa tanaman ini masuk ke Indonesia setelah tahun 1557. Tanaman

Lebih terperinci

Keragaan Fenotipik Kedelai pada Dua Kondisi Intensitas Cahaya Ekstrim

Keragaan Fenotipik Kedelai pada Dua Kondisi Intensitas Cahaya Ekstrim AGROTROP, VOL. 4 (1): 83-87 4, NO. (2014) 1 (2014) ISSN: 2088-155X C Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali - Indonesia Keragaan Fenotipik Kedelai pada Dua Kondisi Intensitas Cahaya Ekstrim

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Panjang Tongkol Berkelobot Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur panen memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tongkol berkelobot. Berikut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERTAHAN HIDUP GENOTIPE KEDELAI PADA KONDISI TANPA CAHAYA

KEMAMPUAN BERTAHAN HIDUP GENOTIPE KEDELAI PADA KONDISI TANPA CAHAYA KEMAMPUAN BERTAHAN HIDUP GENOTIPE KEDELAI PADA KONDISI TANPA CAHAYA M. Muchlish Adie dan Ayda Krisnawati Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jln. Raya Kendalpayak km 8, Kotak Pos 66 Malang 65101

Lebih terperinci

Tahun ke-1 dari rencana 4 tahun

Tahun ke-1 dari rencana 4 tahun LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI STUDI DAN PERBAIKAN SUMBER DAYA GENETIK UNTUK PERAKITAN VARIETAS KEDELAI TOLERAN TERHADAP NAUNGAN: OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN TEGAKAN DI PROVINSI

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) 1 PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) Ringkasan Sri Wahyuni Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap komoditas beras sebagai bahan pangan utama cenderung terus meningkat setiap

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan komoditas kacang-kacangan kedua yang ditanam secara luas di Indonesia setelah kedelai. Produktivitas kacang tanah di Indonesia tahun 1986 tercatat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi yang baik semakin meningkat, baik kecukupan protein hewani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia pada saat ini sedang menghadapi beberapa masalah dalam menjaga ketahanan pangan untuk masa yang akan datang. Seperti negara-negara lain di dunia, Indonesia sedang

Lebih terperinci

RESPONS BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI TERHADAP NAUNGAN

RESPONS BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI TERHADAP NAUNGAN RESPONS BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI TERHADAP NAUNGAN Heru Kuswantoro 1, Lailatul Maghfiro 2, Respatijarti 2, Gatut W.A. Susanto 1, dan Rina Artari 1 1 Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi; Jl.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%

PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40% PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merrill) merupakan sumber protein yang sangat penting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40% dan merupakan persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting, hasilnya dapat kita

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting, hasilnya dapat kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting, hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 71 PENDAHULUAN Latar Belakang Sorgum manis [Sorghum bicolor (L.) Moench] merupakan salah satu tanaman pangan utama dunia. Hal ini ditunjukkan oleh data mengenai luas areal tanam, produksi dan kegunaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini terlihat dari areal pertanaman cabai yang menempati areal terluas diantara

Lebih terperinci

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA (Role The Number of Seeds/Pod to Yield Potential of F6 Phenotype Soybean

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sub-famili : Papilionoidae. Sub-genus : Soja

TINJAUAN PUSTAKA. Sub-famili : Papilionoidae. Sub-genus : Soja TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan pusat dan utara Cina atau kawasan subtropis. Kedelai termasuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan penelusuran studi pustaka dan percobaan. Penelusuran studi pustaka dimulai bulan April 2010 sampai dengan Juni 2011. Percobaan

Lebih terperinci

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian TAKAR-1 dan TAKAR-2, Varietas Unggul Kacang Tanah Terbaru Dua varietas unggul baru kacang tanah yaitu TAKAR-1 dan TAKAR-2 telah dilepas berdasarkan SK Kementan No. 3253/Kpts/SR.120/9/2012 dan No 3255/Kpts/SR.120/9/2012.

Lebih terperinci

Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi

Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi Zuyasna 1*), Chairunnas 2), Efendi 1) dan Arwin 3) 1) Program Studi Agroteknologi

Lebih terperinci

AgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

AgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian AgroinovasI Dering 1 Varietas Unggul Baru Kedelai Toleran Kekeringan Agroekosistem utama produksi kedelai di Indonesia adalah lahan sawah. Peluang terbesar penanaman kedelai di lahan sawah jatuh pada musim

Lebih terperinci

POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN

POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN Abd Rahman 1 dan Abdul Fattah 1)* 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam hal penyediaan pangan, pakan dan bahan-bahan industri, sehingga telah menjadi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga dan Balai Besar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember Maret 2012,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember Maret 2012, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011- Maret 2012, bertempat di Green house Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Lebih terperinci

DAYA HASIL GALUR-GALUR KEDELAI TOLERAN LAHAN KERING MASAM DI LAMPUNG SELATAN

DAYA HASIL GALUR-GALUR KEDELAI TOLERAN LAHAN KERING MASAM DI LAMPUNG SELATAN DAYA HASIL GALUR-GALUR KEDELAI TOLERAN LAHAN KERING MASAM DI LAMPUNG SELATAN N. R. Patriyawaty, Heru Kuswantoro, Febria Cahya Indriani dan Agus Supeno Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

Agrivet (2015) 19: 30-35

Agrivet (2015) 19: 30-35 Agrivet (2015) 19: 30-35 Keragaan Sifat Agronomi dan Hasil Lima Kedelai Generasi F3 Hasil Persilangan The agronomic performance and yield of F3 generation of five crosses soybean genotypes Lagiman 1),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merill.), merupakan salah satu sumber protein penting di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman kedelai

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Permintaan akan komoditas ini dari tahun ke tahun mengalami lonjakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Sampai saat ini Indonesia adalah pengimpor potensial untuk komoditi kedelai. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP HASIL DAN MUTU FISIOLOGIS DUA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merr)

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP HASIL DAN MUTU FISIOLOGIS DUA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merr) PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP HASIL DAN MUTU FISIOLOGIS DUA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merr) [EFFECT OF DROUGHT STRESS ON YIELDS AND PHYSIOLOGICAL QUALITY OF TWO SEED VARIETIES OF SOYBEAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan yang sangat penting di dunia, karena padi merupakan pangan pokok bagi lebih dari setengah penduduk dunia (Lu 1999). Menurut Pusat Data dan

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT Baiq Tri Ratna Erawati 1), Awaludin Hipi 1) dan Andi Takdir M. 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil kalori penting di daerah tropik. Tanaman ubikayu ini dapat membentuk karbohidrat dengan efisien. Dalam Widodo

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL LANJUTAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) TOLERAN NAUNGAN DI BAWAH TEGAKAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN SAROLANGUN, JAMBI

UJI DAYA HASIL LANJUTAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) TOLERAN NAUNGAN DI BAWAH TEGAKAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN SAROLANGUN, JAMBI UJI DAYA HASIL LANJUTAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) TOLERAN NAUNGAN DI BAWAH TEGAKAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN SAROLANGUN, JAMBI OLEH MIRZAH FIKRIATI A24053678 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein nabati yang penting mengingat kualitas asam aminonya yang tinggi, seimbang dan

Lebih terperinci