Laporan Kinerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Tahun 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Kinerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Tahun 2015"

Transkripsi

1 i

2 i

3 ii

4 IKHTISAR EKSEKUTIF Sejalan dengan perwujudan pemerintahan yang mengikuti prinsip good governance dan clean government disusunlah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Laporan kinerja ini dipakai sebagai bahan evaluasi dalam rangka meningkatkan kinerja LAPAN di masa yang akan datang serta mendukung visi LAPAN: Pusat Unggulan Penerbangan dan Antariksa Untuk Mewujudkan Indonesia yang Maju dan Mandiri. Implementasinya diwujudkan dalam bentuk peningkatan produktivitas, efisiensi, dan akuntabilitas. Selain itu, Laporan Kinerja ini juga dijadikan acuan untuk menyempurnakan kebijakan-kebijakan yang akan diambil. Laporan Kinerja berisi pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan pada Penetapan Kinerja tahun 2015 yaitu: 1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa 2. Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima 3. Meningkatnya hasil karya ilmiah Iptek penerbangan dan antariksa. 4. Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar Secara umum pelaksanaan pencapaian sasaran strategis tesebut di atas berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dengan melaksanakan Indikator Kinerja Utama (IKU) LAPAN yang tertuang dalam Renstra LAPAN Hasil pelaksanaan program pengusaan iptek penerbangan dan antariksa tahun 2015 telah dihasilkan dan dimanfaatkan oleh beberapa instansi pemerintah dan swasta, antara lain : a. 3 tipe roket (RX-1220, RX-450 dan roket petir) yang dimanfaatkan untuk kebutuhan khusus (pertahanan, alutsista nasional dan mengukur tegangan petir). b. 2 tipe satelit buatan Lapan (LAPAN-TUBSAT dan LAPAN-A2) yang telah dimanfaatkan untuk pemantauan, melakukan survey dan monitoring wilayah maritim Indonesia serta observasi muka bumi. c. 2 tipe pesawat UAV (LSU-01 dan LSU-02) yang dimanfaatkan untuk monitoring bencana, pengamatan daerah perkebunan dan pengamatan daerah perbatasan. d. 1 produk desain pesawat transport nasional N219 yang siap untuk diproduksi oleh industri penerbangan PT Dirgantara Indonesia. e. 15 model (model/modul/prototipe) pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. f. Pelayanan hasil litbangyasa iptek penerbangan dan antariksa kepada 200 instansi pengguna (Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, TNI/POLRI, perguruan tinggi dan swasta). iii

5 g. Pelayanan hasil litbangyasa iptek penerbangan dan antariksa yang memuaskan dengan nilai Indek Kepuasan Masyarakat 79,30 (kurun waktu Januari Agustus 2015). h. Dihasilkannya 39 publikasi nasional terakreditasi tentang iptek penerbangan dan antariksa. i. Dihasilkannya 22 publikasi Internasional terindeks tentang iptek penerbangan dan antariksa. Pencapaian publikasi ilmiah ini, diperoleh melalui terbitan jurnal ilmiah internasional terindeks dengan cara mengadakan dan mengikuti beberapa kegiatan simposium dan konferensi Internasional. j. Belum adanya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted. Hal ini dikarenakan proses untuk mendapatkan status granted memerlukan waktu yang lama, contoh pengusulan tahun 2010 sampai saat ini belum juga berstatus granted. Namun pada tahun 2015 telah diusulkan 7 HKI hasil litbangyasa teknologi roket, satelit dan penerbangan ke Dirjen Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. iv

6 DAFTAR ISI Kata Pengantar. Pernyataan Telah Direviu.. Ikhtisar Eksekutif. Daftar Isi Daftar Gambar. Daftar Tabel i ii iii v vi viii Bab I Pendahuluan Umum Organisasi Aspek Strategis dan Permasalahan Utama (Strategic Issued) Sumber Daya dan Lokasi Fasilitas Sistematika Penyajian Laporan Bab 2 Perencanaan Kinerja Rencana Strategis Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama (IKU) Sistem Nilai Perjanjian Kinerja Bab 3 Akuntabilitas Kinerja Analisis Capaian Kinerja Perbandingan Realisasi IKU terhadap Tahun Sebelumnya Capaian Lain Di Luar IKU Akuntabilitas Keuangan Bab 4 Penutup. 81 Lampiran: 1. Rencana Kinerja Tahunan LAPAN 2. Penetapan Kinerja LAPAN 3. Rencana Aksi LAPAN 4. Pengukuran Kinerja LAPAN 5. Strategy map LAPAN dengan Balanced Scorecard v

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Gambar 1.2. Gambar 1.3. Gambar 1.4. Gambar 1.5. Struktur Organisasi LAPAN berdasarkan Perka LAPAN No. 2 Tahun 2011 Struktur Organisasi LAPAN berdasarkan Perka LAPAN No. 8 Komposisi SDM Berdasarkan Jenjang Pendidikan Komposisi SDM Berdasarkan Jabatan Fungsional Khusus Lokasi Fasilitas LAPAN Gambar 3.1. Uji Terbang Roket RX Gambar 3.2. Gambar 3.3. Uji Statik dan Uji Terbang Roket RX-450 Dimensi roket petir Gambar 3.4. Pelepasan Satelit LAPAN A2 oleh Presiden RI (03/09/15) Gambar 3.5. Pulau Batam diambil dari satelit LAPAN-A2 (27/10/15) Gambar 3.6. Kampung Kaniogan Malaysia diambil dari satelit LAPAN- A2 Gambar 3.7. Data AIS diambil dari satelit LAPAN-A2 Gambar 3.8. Gambar 3.9. Gambar Gambar Persiapan Peluncuran Satelit LAPAN-A2 dengan roket PSLV India Capaian pengembangan Satelit Mikro Eksperimen (Seri A) Pemanfaatan Pesawat UAV tipe LSU Hasil foto daerah Poso menggunakan pesawat LSU-01 Gambar Kegiatan pemotretan garis pantai di Cilamaya menggunakan pesawat tanpa awak LSU-01 dan LSU-02 Gambar Beberapa varian pesawat tanpa awak yang dikembangkan untuk mendukung sistem pemantauan Gambar Pemanfaatan Pesawat LSA dalam Observasi Wilayah Pertanian di Subang Gambar Pemecahan kendi oleh Menkopolhukam sebagai tanda peresmian penampilan perdana pesawat transport nasional N219 dan foto bersama para pejabat negara di depan pesawat N219 di hanggar PT DI (10/12/15) Gambar Decision Support System (DSS) Berbasis Sains Antariksa Gambar Gambar Model penentuan kualitas air Model untuk identifikasi pengembangan wilayah vi

8 Gambar Gambar Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN) Produk SPBN berupa Informasi Spasial Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) Gambar Penandatanganan MoU LAPAN - DI Yogyakarta (12/02/15) dan Pencanangan Sistem DSS Semar dengan pilot project Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Gambar Gambar Gambar Kesepakatan Kepala LAPAN dan KASAU dalam rangka pemanfaatan hasil litbang LAPAN untuk mendukung TNI untuk kepentingan bangsa, Cilangkap (12/11/15) Kesepakatan Bersama antara Kepala LAPAN dengan Gubernur Sulawesi Selatan dan Sosialisasi Pemanfaatan Data Satelit Penginderaan Jauh di depan para Kepala SKPD dan Bappeda (06/05/15) Prosedur pengusulan HKI Gambar Piagam Penghargaan Karya Unggulan 2015 Gambar Piagam Penghargaan Peringkat Terbaik Ketiga dalam pemilihan Unit Kearsipan Tingkat Nasional Gambar Piagam Sertifikasi BMN 2015 Gambar Gambar Gambar Gambar Piagam Penghargaan National Procurement Award 2015 Piagam Penghargaan rekor Muri untuk Kategori UAV Jarak Terbang Terjauh Sertifikat ISO 9001 : 2008 terkait dengan Sistem Manajemen Mutu dalam Pelayanan Teknologi dan Data Satelit Penginderaan Jauh Pejabat Eselon 1,2 dan 3 setelah pelatikan sesuai struktur baru vii

9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Sasaran Strategis, IKU dan Target LAPAN Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja LAPAN Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Utama 2015 Tabel 3.2. Perbandingan tipe roket yang dimanfaatkan untuk penggunaan khusus tahun Tabel 3.3. Tabel 3.4. Tabel 3.5. Tabel 3.6. Tabel 3.7. Jumlah data TTC dan data misi satelit yang diakuisisi Spesifikasi Teknis Satelit LAPAN-A2 Perbandingan realisasi IKU pada kegiatan pengembangan satelit Tahun Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) dilingkungan LAPAN (bulan Januari s/d Agustus 2015) Perbandingan Nilai Survei Kepuasan Masyarakat LAPAN Tahun Tabel 3.8. Tabel 3.9. Publikasi Ilmiah pada jurnal Nasional Terakreditasi Tahun 2015 Publikasi Ilmiah pada Jurnal Internasional Terindeks Tahun 2015 Tabel Usulan HKI Tabel Rekapitulasi Usulan HKI Tahun Tabel Perbandingan realisasi IKU terhadap tahun sebelumnya Tabel Realisasi Anggaran viii

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Umum Good governance merupakan perwujudan reformasi penyelenggaraan pemerintahan yang baik, yang sejalan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara negara wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi, serta berperan dalam pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang dipercayakan berdasarkan perencanan strategis yang ditetapkan. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai visi, misi dan tujuan organisasi. Laporan Kinerja (Lakin) adalah gambaran tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan terhadap sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui perencanaan strategis. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) didirikan pada tahun 1963 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar Nasional. Keputusan Presiden tersebut diperbaharui dan disempurnakan dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 49, disebutkan bahwa LAPAN adalah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang riset dan teknologi. Keputusan Presiden tersebut kemudian di jabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Perka LAPAN) Nomor 08 tentang Organisasi dan Tata Kerja LAPAN Organisasi Pelaksanaan kinerja LAPAN tahun 2015 masih dilaksanakan dengan struktur organisasi yang sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun Keputusan Presiden tersebut kemudian di jabarkan lebih lanjut dengan Perka LAPAN Nomor 2 Tahun 2

12 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Berdasarkan Perka LAPAN Nomor 02 Tahun 2011, LAPAN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam menyelenggarakan tugasnya, LAPAN menyelenggarakan fungsi: a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya; b. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN; c. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatannya; d. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga. Berdasarkan kedudukan, tugas dan fungsi, maka lingkup kegiatan yang dilaksanakan LAPAN adalah pada: (1) penelitian, pengembangan dan pemanfaatan sains antariksa dan sains atmosfer (2) penelitian, pengembangan dan pemanfaatan teknologi penerbangan dan antariksa (3) penelitian, pengembangan dan pemanfaatan penginderaan jauh, dan (4) kajian kebijakan penerbangan dan antariksa. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh unit-unit kerja yang diwadahi dalam struktur organisasi sebagai berikut : Gambar 1.1. Struktur Organisasi LAPAN berdasarkan Perka LAPAN No. 2 Tahun

13 Dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 49 tentang LAPAN, pada tahun 2015 telah dilaksanakan reorganisasi yaitu dengan mendorong peran pejabat fungsional menjadi lebih besar sesuai dengan semangat Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2013 dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Peraturan Presiden tersebut kemudian di jabarkan lebih lanjut dengan Perka LAPAN Nomor 08 tentang Organisasi dan Tata Kerja LAPAN. Berdasarkan Perka tersebut, LAPAN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, LAPAN menyelenggarakan fungsi : a. penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya; b. pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya; c. penyelenggaraan keantariksaan; d. pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN; e. pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan LAPAN; f. pelaksanaan kajian kebijakan strategis penerbangan dan antariksa; g. pelaksanaan penjalaran teknologi penerbangan dan antariksa; h. pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan sistem informasi penerbangan dan antariksa; i. pengawasan atas pelaksanaan tugas LAPAN; dan j. penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya. Gambar 1.2. Struktur Organisasi LAPAN berdasarkan Perka LAPAN No. 8 4

14 1.3. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama (Strategic Issued) Ada tujuh program utama LAPAN dalam penguasaan iptek penerbangan dan antariksa, yaitu: 1. Pengembangan Decision Support System (DSS) berbasis sains antariksa, 2. Pengembangan DSS berbasis sains atmosfer, 3. Pengembangan teknologi roket sonda menuju pengembangan Roket Pengorbit Satelit (RPS), 4. Pengembangan pesawat transport nasional dan Maritime Surveillance System (MSS), 5. Pengembangan teknologi satelit mikro menuju terwujudnya satelit operasional, 6. Pengembangan Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN), 7. Pengembangan Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) Penguasaan iptek penerbangan dan antariksa memungkinkan bagi Indonesia untuk menjaga dan melindungi keutuhan NKRI serta dapat membantu dalam pengelolaan sumberdaya alam, lingkungan, dan penanganan bencana melalui penyajian informasi untuk peringatan dini, tanggap darurat dan rehabilitasi. Keberhasilan LAPAN dalam penguasaan Iptek penerbangan dan antariksa (pengembangan model/informasi sains antariksa dan atmosfer, rancang bangun satelit mikro dan operasional pengendalian serta penerimaan datanya, rancang bangun roket sonda, desains pesawat transport nasional serta pelayanan data/informasi penginderaan jauh untuk pengelolaan sumber daya lahan, mitigasi bencana, dan mendukung keperluan hankam) sangat membantu dan berkontribusi bagi masyarakat Indonesia untuk mewujudkan Indonesia maju dan mandiri. Secara umum, permasalahan utama kedepan adalah bagaimana LAPAN dapat menyelenggarakan kegiatan iptek penerbangan dan antariksa dalam rangka mencapai Pusat Unggulan Penerbangan dan Antariksa. Adapun permasalahan utama (strategic issue) kedepan dapat dilihat dalam kategori kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. 1. Kekuatan a. Mempunyai landasan hukum yang kuat meliputi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 dan Peraturan Presisden Nomor 28 Tahun b. LAPAN merupakan satu-satunya instansi yang melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang cuaca antariksa. c. Memiliki kemampuan di dalam melakukan pengkajian kebijakan dan peraturan perundang-undangan di bidang penerbangan dan antariksa. d. Satu-satunya instansi di lingkungan Kemenristekdikti yang menjalankan litbang khusus dalam teknologi penerbangan, khususnya dalam pengembangan teknologi pesawat terbang. 5

15 e. Pengalaman diseminasi yang cukup banyak dalam hal teknologi UAV/LSU sebagai wahana untuk surveillance, pemetaan resolusi tinggi dan monitoring dalam sistem kebencanaan nasional, lingkungan hidup dan perlindungan wilayah; f. Satu-satunya instansi yang melakukan litbang di bidang teknologi roket di Indonesia dan memiliki kemampuan dalam membuat rancang bangun roket sonda berdiameter hingga 450 mm. g. Memiliki kemampuan membangun satelit eksperimen secara mandiri (kelas mikro). h. LAPAN sebagai pengelola BDPJN sudah mampu menyediakan data penginderaan jauh multi sensor dan multi resolusi bagi semua Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, TNI/POLRI dengan lisensi pemerintah. Sampai tahun 2015, sistem BDPJN ini didukung oleh: Infrastruktur stasiun bumi multi misi yang mampu mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Sistem pengolahan data, yang mampu menghasilkan data resolusi rendah harian secara near real time, resolusi menengah dan tinggi yang termosaik dan bebas awan setiap tahunnya. Sistem pengolahan didukung oleh sistem komputasi kecepatan tinggi (HPC) dengan pengolahan secara pararel (pararel processing) berbasis opensource. Sistem pengelolaan, penyimpanan dan distribusi data, yang mampu menyimpan data resolusi rendah, menengah dan tinggi hasil akuisisi tahun 1990-sekarang, dengan penambahan kapasitas penyimpanan 500 TB/tahun, dan telah beroperasi tanpa interupsi 24 jam perhari 7 hari seminggu., LAPAN telah mendistribusikan data satelit penginderaan jauh kepada pengguna sejumlah data dengan rincian data resolusi tinggi, data resolusi menengah, sedangkan data resolusi rendah yang dimanfaatkan pengguna adalah data. i. Data penginderaan jauh telah dimanfaatkan untuk mendukung berbagai kepentingan sektor-sektor pembangunan nasional antara lain untuk kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana dan sebagainya. j. Kepercayaan dari mitra nasional dan internasional terhadap kompetensi LAPAN. 2. Kelemahan a. Jumlah SDM masih kurang dan penyebarannya tidak merata. b. Komposisi pendidikan terakhir SDM LAPAN kurang lebih 40% berpendidikan terakhir di bawah S1. c. Perlengkapan fasilitas litbang masih kurang memadai dibandingkan dengan lembaga keantariksaan Negara lain. d. Produktivitas hasil litbang LAPAN belum memenuhi standar pusat unggulan Ristek. e. Pengelolaan Teknologi Informasi (TI) belum menerapkan Service Level Agreement (SLA). 6

16 f. Belum tersedianya fasilitas untuk pendidikan dan pelatihan serta bimbingan teknis dalam rangka pelayanan publik. 3. Peluang a. Antariksa di atas Indonesia yang merupakan daerah anomali menarik komunitas internasional untuk mengamati sehingga para peneliti berkesempatan untuk melakukan kerjasama agar dapat ikut berkontribusi dalam kegiatan internasional. b. Kondisi geografis Indonesia sebagai Negara maritim dan kecenderungan penerapan blue economy memerlukan teknologi penerbangan dan antariksa untuk dimanfaatkan dalam pemantauan sumber daya alam dan lingkungan. c. Meningkatnya kebutuhan akan hasil pengkajian kebijakan yang berkualitas oleh pengambil kebijakan (policy driven research) yang dapat menjawab isu-isu strategis terkini di bidang penerbangan dan antariksa. d. UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dan Perpres Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, menempatkan LAPAN sebagai litbang pengembangan pesawat terbang, menjustifikasi peran LAPAN dalam dunia industri pesawat terbang. e. Tersedianya industri untuk mendukung teknologi penerbangan (PT. Dirgantara Indonesia) sehingga LAPAN mudah merealisasikan produk penerbangan dan berkesempatan menjadi partner strategis bagi industri penerbangan nasional. f. Meningkatnya permintaan pemanfaatan pesawat tanpa awak untuk berbagai keperluan, baik untuk keperluan sipil, pemantauan, pemetaan, kebencanaan maupun keperluan penggunaan khusus. g. Roket merupakan salah satu program nasional yang telah ditetapkan oleh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). h. Semakin banyaknya pengguna teknologi satelit untuk membuat satelit secara mandiri untuk keperluan mereka sendiri. i. Data satelit penginderaan jauh saat ini telah dimanfaatkan oleh Kementrian/Lembaga, Pemda, TNI dan Polri dalam pelaksanaan dan perencanaan pembangunan di berbagai sektor. j. Banyaknya permintaan informasi sektor berbasis data penginderaan jauh dan juga permintaan stakeholder agar metode yang dibangun lebih akurat. k. Trend kerjasama internasional antar lembaga keantariksaan di lingkup Asia Pacific menjadi peluang untuk knowledge and technology sharing yang terbuka luas. l. Kebutuhan bahan kebijakan dan kajian akademis peraturan perundangundangan di bidang penerbangan dan antariksa yang tepat waktu dan tepan guna untuk kepentingan nasional. 7

17 4. Tantangan a. Anggaran untuk Iptek masih rendah, sedangkan fokus RPJMN tahap 3 mengarahkan perekonomian berbasis SDA dengan mengutamakan Iptek. b. Adanya kebijakan internasional Missile Technology Control Regime (MTCR) yang mengakibatkan pembatasan transfer teknologi sensitif sehingga menyulitkan pengembangan teknologi keantariksaan. c. Kurangnya industri dalam negeri yang mendukung pembuatan komponen untuk pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa. d. Belum memiliki bandara riset (ilmiah) untuk melakukan uji terbang hasil litbang penerbangan dan antariksa. e. Adanya pengembangan wilayah perumahan dan fasilitas publik di sekitar fasilitas LAPAN yang mengganggu aktivitas uji Litbang. f. Keterbatasan lahan untuk pengujian roket. g. Belum adanya standardisasi kualitas produk dan sertifikasi terhadap peluang pemanfaatan data yang sangat besar, terutama data/informasi penginderaan jauh. h. Tantangan lain berkaitan dengan ketergantungan pada teknologi asing. Penyelenggaraan kegiatan penginderaan jauh nasional masih bergantung pada satelit-satelit yang dibuat dan dioperasikan oleh negara-negara maju. i. Adanya regulasi untuk industri pesawat terbang yang mengharuskan adanya sertifikasi desain dan manufaktur serta sertifikasi SDM. j. Belum adanya regulasi operasionalisasi untuk pesawat tanpa awak dan roket sehingga LAPAN dituntut untuk mempersiapkan regulasinya. k. Keppres pengadaan barang dan jasa tidak cocok dengan sistem pengadaan barang dan jasa untuk teknologi sensitive Sumber Daya Dan Lokasi Fasilitas Sumber Daya Manusia (SDM) LAPAN pada tahun 2015 berjumlah orang. Komposisi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan yaitu S3 sebanyak 21 orang (2%), S2 sebanyak 185 orang (15%), S1 sebanyak 532 orang (43%), Diploma III,II, dan I sebanyak 45 orang (4 %), SLTA sebanyak 412 orang (34%), SLTP sebanyak 18 orang (1%), dan SD sebanyak 17 orang (1%). 8

18 Gambar 1.3. Komposisi SDM Berdasarkan Jenjang Pendidikan Komposisi SDM berdasarkan jabatannya, pegawai yang menduduki jabatan struktural sebanyak 119 orang (119 jabatan) atau sebesar 9,67% dari total SDM LAPAN. Sedangkan yang menduduki Jabatan Fungsional Khusus (JFK) sebanyak 704 orang (57,24%) dari total SDM yang ada. Adapun kompisisi SDM berdasarkan JFK terdiri dari: Peneliti sebanyak 265 orang (37,64%), Litkayasa sebanyak 169 orang (24,01%), Perekayasa sebanyak 99 orang (14,06%), Arsiparis sebanyak 33 orang (4,69%), Pranata komputer sebanyak 32 orang (4,55%), Pranata humas sebanyak 28 orang (3,98%), Perencana sebanyak 26 orang (3,69%), Analis kepegawaian sebanyak 20 orang (2,84%), Auditor sebanyak 11 orang (1,56%), Pengelola barang dan jasa sebanyak 7 orang (0,99%), Pustakawan sebanyak 6 orang (0,85%), Pengendali dampak lingkungan sebanyak 5 orang (0,71%), Penerjemah sebanyak 2 orang (0,28%), Perancang peraturan perundang-undangan sebanyak 1 orang (0,14%). Sesuai dengann kegiatan utama LAPAN sebagai lembaga penelitian dan pengembangan (litbang), komposisi tiga JFK terbesar adalah peneliti, litkayasa, dan perekayasa. Komposisi pegawai berdasarkan JFK disajikan sebagai berikut: 9

19 Gambar 1.4. Komposisi SDM Berdasarkan Jabatan Fungsional Khusus Kelancaran pelaksanaan kegiatan litbang kedirgantaraan juga tidak terlepas dari dukungan sarana dan prasarana. LAPAN memiliki sarana prasarana yang tersebar di beberapaa daerah di seluruh Indonesia, yaitu: Rawamangun, Pekayon (DKI Jakarta); Rancabungur, Rumpin-Bogor, Bandung, Sumedang, serta Garut (Jawa Barat), Agam (Sumatera Barat); Pontianak (Kalimantan Barat), Pasuruan (Jawa Timur), Parepare (Sulawesi Selatan), dan Biak (Papua). Gambar 1.5. Lokasi Fasilitas LAPAN 10

20 1.5. Sistematika Penyajian Laporan Laporan kinerja ini berisi capaian kinerja LAPAN selama tahun Capaian kinerja (performance results) tahun 2015 tersebut diperbandingkan dengan Perjanjian Kinerja (performance agreement) tahun 2015 sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi. Analisis atas realisasi kinerja terhadap rencana kinerja ini berfungsi untuk mengidentifikasikan adanya celah perjanjian kinerja (performance gap) sehingga dapat dipergunakan sebagai landasan dalam memperbaiki kinerja di masa mendatang. Berdasarkan kerangka fikir tersebut maka sistematika penyajian Lakin LAPAN tahun 2015 adalah sebagai berikut: Ringkasan Eksekutif, menyajikan ringkasan pencapaian kinerja LAPAN tahun 2015; Bab I Pendahuluan, Penjelasan umum tentang organisasi, sumber daya dan lokasi fasilitas; Bab II Perencanaan Kinerja, menyajikan ikhtisar rencana strategis dan perjanjian kinerja tahun bersangkutan; Bab III Akuntabilitas Kinerja, menyajikan capaian kinerja sasaran strategis organisasi dan analisis atas setiap capaian kinerja sasaran organisasi, menguraikan realisasi anggaran sesuai perjanjian kinerja; Bab IV Penutup, menjelaskan kesimpulan capaian kinerja organisasi, dan langkah-langkah meningkatkan kinerja di masa datang. 11

21 BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 12

22 BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Dengan mengacu pada PerPres Nomor 49 tahun 2015 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dan Perka LAPAN Nomor 8 tahun 2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, maka Rencana Strategis LAPAN telah mengalami pembaharuan terhadap visimisi dan sasaran strategis, dengan menyesuaikan terhadap organisasi baru, dengan Visi dan Misi LAPAN , yaitu : Visi dan Misi VISI Pusat Unggulan Penerbangan dan Antariksa Untuk Mewujudkan Indonesia yang Maju dan Mandiri MISI 1. Meningkatkan kualitas litbang penerbangan dan antariksa bertaraf internasional. 2. Meningkatkan kualitas produk teknologi dan informasi di bidang penerbangan dan antariksa dalam memecahkan permasalahan nasional. 3. Melaksanakan dan mengatur penyelenggaraan keantariksaan untuk kepentingan nasional. Tujuan 1. Terwujudnya layanan prima di bidang penerbangan dan antariksa bagi masyarakat; 2. Terwujudnya sistem penyelenggaraan keantariksaan yang aman dan selamat. 13

23 Sasaran Strategis Untuk mencapai tujuan strategis LAPAN tahun , maka sasaran strategis yang akan dicapai yaitu : 1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa. 2. Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima. 3. Meningkatnya hasil karya ilmiah Iptek penerbangan dan antariksa. 4. Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar Indikator Kinerja Utama (IKU) Berdasarkan Keputusan Kepala LAPAN Nomor 150 tentang Indikator Kinerja Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, yaitu: 1. Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus. 2. Jumlah tipe satelit untuk pemantauan. 3. Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan. 4. Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan. 5. Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. 6. Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa. 7. Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan Antariksa 8. Jumlah publikasi nasional terakreditasi. 9. Jumlah publikasi internasional yang terindeks. 10. Jumlah HKI yang berstatus granted. 11. Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar. Tabel 2.1. Sasaran Strategis, IKU dan Target LAPAN Sasaran Strategis Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus. 2. Jumlah tipe satelit untuk pemantauan. 3. Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan. 4. Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan. 5. Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. Target

24 Sasaran Strategis Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima Meningkatnya hasil karya ilmiah Iptek penerbangan dan antariksa. Indikator Kinerja Utama 6. Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa. 7. Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan Antariksa 8. Jumlah publikasi nasional terakreditasi. 9. Jumlah publikasi internasional yang terindeks. Target , Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar 10. Jumlah HKI yang berstatus granted. 11. Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar % 100% 100% 100% 100% Sistem Nilai 1. Pembelajar Mempunyai kemauan belajar dan kemampuan beradaptasi dengan hal-hal yang baru. 2. Rasional Apapun yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan ilmiah. 3. Akuntabel Anggaran dan kegiatan dapat dipertanggungjawabkan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi. 4. Konsisten Pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan rencana jangka pendek, menengah dan panjang yang sudah ditetapkan. 5. Berorientasi kepada layanan publik Berupaya memberikan layanan prima sesuai dengan kebutuhan publik. 15

25 2.2. PERJANJIAN KINERJA (PK) TAHUN 2015 Pada awal tahun 2015, Kepala LAPAN sebagai pimpinan Lembaga telah bertekad dan berjanji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dikelola dalam suatu Perjanjian Kinerja. Perjanjian Kinerja nantinya digunakan sebagai dasar penilaian keberhasilan/ kegagalan pencapaian tujuan san sasaran strategis organisasi. Selain itu Perjanjian Kinerja merupakan upaya untuk mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel, dan berorientasi pada hasil. Perjanjian Kinerja LAPAN tahun 2015 disajikan pada tabel sebagai berikut : SASARAN STRATEGIS Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima Meningkatnya hasil karya ilmiah Iptek penerbangan dan antariksa Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja LAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) IKU 1 : Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus IKU 2 : Jumlah tipe satelit untuk pemantauan IKU 3 : Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan IKU 4 : Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan IKU 5 : Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim IKU 6 : Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa IKU 7 : Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa IKU 8 : Jumlah publikasi nasional terakreditasi IKU 9 : Jumlah publikasi internasional yang terindeks IKU 10 : Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted IKU 11 : Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar TARGET 2 Tipe 2 Tipe 2 Tipe 1 Produk desain 14 Model 125 Instansi Nilai 78 (0-100) 45 Makalah 15 Makalah 2 HKI - PROGRAM Program pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa Program pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa Program pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa 16

26 Adapun rincian dari Perjanjian Kinerja di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: Sasaran Strategis ke-1 Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa, akan dicapai melalui : IKU 1 : Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus Indikator ini terpenuhi bila roket yang dibuat sudah dilakukan fase uji terbang dan selanjutnya dapat dimanfaatkan secara khusus bagi pengguna. Target kinerja : pembuatan 2 tipe roket yakni roket RX-1220 dan RX-450 yang berhasil dibuat dan diuji terbangkan serta dapat dimanfaatkan oleh pengguna. IKU 2 : Jumlah tipe satelit untuk pemantauan Indikator yang menunjukkan jumlah satelit Lapan yang diluncurkan dan berfungsi untuk pemantauan Target kinerja : 2 buah satelit LAPAN yang digunakan untuk pemantauan, yaitu: satelit LAPAN-TUBSAT dan LAPAN-A2 berhasil melaksanakan tugas pemantauan. IKU 3 : Jumlah tipe pesawat tanpa awak yang digunakan untuk pemantauan Indikator yang menunjukkan jumlah tipe pesawat tanpa awak yang dibuat dan dapat digunakan untuk kebutuhan pemantauan. Target kinerja : pemanfaatan 2 tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan, yakni LSU-01 dan LSU-02. IKU 4 : Jumlah produk desain pesawat pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan Indikator ini menunjukkan jumlah produk desain pesawat transport nasional yang didesain siap diproduksi oleh industri penerbangan. Target kinerja : penyelesaian 1 desain produk pesawat transport nasional N219 yang siap diproduksi oleh industri penerbangan. IKU 5 : Jumlah model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan Sumber Daya Alam (SDA), lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. Indikator ini menunjukkan jumlah model hasil litbang iptek di bidang penerbangan dan antariksa (berupa model fisik, model pengolahan data, atau rumusan matematik) yang dimanfaatkan untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. Target kinerja : tersedianya 14 model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa, yang terdiri dari: a. 7 model pemanfaatan di bidang sains antariksa dan atmosfer, b. 7 model pemanfaatan di bidang penginderaan jauh. 17

27 Sasaran Strategis ke-2 Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima, akan dicapai melalui : IKU 6 : Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa Indikator ini menunjukkan jumlah instansi pengguna produk hasil litbang penerbangan dan antariksa. Target kinerja: 125 instansi pengguna (masyarakat umum, masyarakat ilmiah, Perguruan Tinggi, Pemerintah Pusat dan Daerah, serta swasta), yang terdiri dari: a. 20 instansi pengguna layanan di bidang sains antariksa dan atmosfer, b. 5 instansi pengguna layanan di bidang teknologi penerbangan dan antariksa, dan c. 100 instansi pengguna layanan di bidang penginderaan jauh. IKU 7 : Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa Indikator yang menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat atas pelayanan publik iptek penerbangan dan antariksa yang diberikan oleh LAPAN. Target kinerja : Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat 78. Sasaran Strategis ke-3 Meningkatnya hasil karya ilmiah Iptek penerbangan dan antariksa, akan dicapai melalui : IKU 8 : Jumlah publikasi nasional terakreditasi Indikator yang menunjukkan jumlah publikasi ilmiah di bidang penerbangan dan antariksa yang berhasil dipublikasikan secara nasional dalam bentuk Jurnal terakreditasi Nasional. Target kinerja : 45 makalah, yang terdiri: a. 20 makalah di bidang sains antariksa dan atmosfer, b. 15 makalah di bidang teknologi penerbangan dan antariksa, dan c. 10 makalah di bidang penginderaan jauh. IKU 9 : Jumlah publikasi internasional yang terindeks Indikator yang menunjukkan jumlah publikasi ilmiah bidang penerbangan dan antariksa yang berhasil dipublikasikan pada jurnal internasional yang terindeks. Target kinerja : 15 makalah, yang terdiri: a. 4 makalah di bidang sains antariksa dan atmosfer, b. 7 makalah di bidang teknologi penerbangan dan antariksa, dan c. 4 makalah di bidang penginderaan jauh. IKU 10 : Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted Indikator yang menunjukkan jumlah hasil riset bidang penerbangan dan antariksa yang telah mendapat kekuatan hukum yang diberikan oleh Kementerian Hukum dan HAM. Target kinerja : 2 HKI di bidang teknologi penerbangan dan antariksa 18

28 Sasaran Strategis ke-4 Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar, akan dicapai melalui : IKU 11 : Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar Indikator yang menunjukkan kepatuhan pemenuhan standard dan prosedur keamanan yang dilaksanakan oleh setiap penyelenggaraan keantariksaan (kegiatan eksplorasi dan pemanfaatan antariksa yang dilakukan, baik di dan dari bumi, ruang udara, maupun antariksa) di Indonesia. Target kinerja : 0 IKU LAPAN disusun dengan mengacu pada Renstra Penentuan target IKU tahun 2015 berdasarkan pada beberapa hal, sebagai berikut : a. Pengembangan teknologi roket pada tahun 2015 akan terus dilakukan dalam usaha pencapaian 2 (dua) tipe roket untuk pengguna khusus (IKU 1). Selain pengembangan teknologi roket, teknologi penerbangan sedang mengembangkan 1 (satu) desain pesawat transport nasional untuk siap diproduksi oleh industri penerbangan (IKU 4) dan 2 (dua) tipe pesawat tanpa awak untuk dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pemantauan (IKU 3). Untuk pengembangan teknologi satelit, LAPAN diharapkan mampu menyiapkan 2 (dua) tipe satelit yang dapat diluncurkan dan berfungsi untuk pemantauan (IKU 2). LAPAN juga mengembangkan model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan Sumber Daya Alam (SDA), lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim (IKU 5) berupa model/modul/prototipe/pedoman. b. LAPAN menuntut para peneliti/ perekayasa untuk senantiasa meningkatkan kualitas publikasi ilmiahnya, terutama dalam skala jurnal dan majalah ilmiah nasional terakreditasi hingga internasional terindeks. Pada tahun 2015, LAPAN secara khusus menargetkan 45 (empat puluh lima) makalah publikasi nasional terakreditasi (IKU 8) dan 15 makalah publikasi ilmiah internasional terindeks (IKU 9). Untuk mendorong pemberian penghargaan kepada para peneliti/ perekayasa LAPAN dalam pemberian hak eksklusif yang diberikan negara kepada individu pelaku HKI (inventor, pencipta, pendesain, dan sebagainya) agar menstimulasi mereka untuk lebih lanjut mengembangkan kegiatan invention. Di samping itu, sistem HKI menunjang diadakannya sistem dokumentasi yang baik atas bentuk kreativitas manusia sehingga kemungkinan dihasilkan teknologi atau hasil karya lain yang sama dapat dihindarkan atau dicegah. Dengan dukungan dokumentasi yang baik tersebut, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan dengan maksimal untuk pengembangan lebih lanjut dalam memberikan nilai tambah yang lebih tinggi. Pada tahun 2015, LAPAN menargetkan 2 judul HKI yang berstatus granted (IKU 10). 19

29 c. Pelaksanaan program Reformasi Birokrasi di LAPAN telah menimbulkan semangat untuk mewujudkan aparatur negara yang berorientasi pada pelayanan. Pelayanan kepada masyarakat pengguna terkait hasil litbang menjadi intisari kegiatan pengembangan Iptek penerbangan dan antariksa. Dari tahun ke tahun permintaan masyarakat kepada produk litbang LAPAN terus mengalami peningkatan. Untuk terus mengupayakan pemasyarakatan produknya, pada tahun 2015 LAPAN menargetkan 125 instansi pengguna produk hasil litbang penerbangan dan antariksa (IKU 6), yang terdiri Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Pusat dan Daerah, Perguruan Tinggi, serta swasta. Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah masih banyak dijumpai beberapa kekurangan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan. Disamping itu data SKM akan dapat menjadi bahan penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perlu perbaikan dan menjadi pendorong setiap unit penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya (IKU 7) d. Sebagai amanah dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, maka LAPAN wajib mengawasi kepatuhan pemenuhan standard dan prosedur keamanan yang dilaksanakan oleh setiap penyelenggaraan keantariksaan (kegiatan eksplorasi dan pemanfaatan antariksa yang dilakukan, baik di dan dari bumi, ruang udara, maupun antariksa) di Indonesia. Untuk itu perlu diukur persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar (IKU 11). Penyelenggaraan keantariksaan adalah setiap kegiatan eksplorasi dan pemanfaatan antariksa yang dilakukan baik di dan dari bumi, ruang udara maupun antariksa. Pada tahun 2015, IKU ini belum ditetapkan targetnya, karena reorganisasi dilaksanakan pada akhir tahun 2015 dan Satuan Kerja di LAPAN yang salah satu tugasnya melaksanakan penyusunan standar di bidang penerbangan dan antariksa baru dibentuk pada akhir tahun Alokasi anggaran yang diperoleh LAPAN untuk tahun 2015 sebesar Rp ,- (Enam ratus tujuh puluh tiga miliar tujuh puluh enam juta tujuh ratus delapan puluh satu ribu rupiah) yang terdiri dari Rp ,- (Lima ratus lima puluh tujuh miliar lima ratus delapan puluh sembilan juta seratus tujuh puluh lima ribu rupiah) untuk program pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa, dan Rp ,- (Seratus lima belas miliar empat ratus delapan puluh tujuh juta enam ratus enam ribu rupiah) untuk program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. 20

30 BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA 21

31 BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggung-jawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi pemerintah, serta dalam rangka perwujudan good and clean governance. Kinerja instansi pemerintah harus dapat diukur, sehingga memudahkan dilakukannya penilaian oleh stakeholders. Demikian pula halnya dengan akuntabilitas kinerja LAPAN, agar dapat diukur kinerjanya, LAPAN telah menetapkan sasaran strategis berdasarkan hasil perumusan yang dituangkan pada Renstra LAPAN dengan mengedepankan indikator-indikator yang berorientasi outcome. Pengukuran sasaran strategis melalui pengukuran capaian IKU yang dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi dengan target pada masing-masing IKU. Pengukuran tingkat capaian IKU LAPAN tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi dengan target pada masing-masing IKU dan saat ini proses pengukuran telah diimplementasikan ke dalam aplikasi Sistem Informasi Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi (SIFOREN-Monev) yang dapat memantau capaian IKU dan capaian program/ kegiatan lainnya setiap periode triwulanan. Aplikasi tersebut juga menyediakan ruang manajemen bagi para pimpinan untuk memantau atau meriviu secara langsung berupa pemberian rekomendasi dan catatan-catatan kepada unit- strategis berikut unit kerja. Secara mum LAPAN telah berhasil mencapai sasaran IKU-nya, namun demikian LAPAN terus berupaya untuk meningkatkan kinerjanya pada tahun-tahun mendatang untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan mandiri serta mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2015 Secara keseluruhan tingkat capaian kinerja LAPAN tahun 2015 sebesar 105,04%, yang dihitung berdasarkan persentase rata-rata capaian Indikator Kinerja Utama (IKU). Dari 111 IKU, sebanyak 8 IKU dinyatakan berhasil, 2 IKU dinyatakan tidak berhasil, dan 1 IKU belum dapat dilaksanakan. IKU dinyatakan berhasil jika capaiannya 100% dari target yang telah ditetapkan. Rincian realisasi kinerja LAPAN sebagai berikut : 22

32 SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Utama 2015 TARGET REALISASI CAPAIAN 1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa IKU 1 : Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus 2 Tipe 3 Tipe 150% IKU 2 : Jumlah tipe satelit untuk pemantauan IKU 3 : Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan 2 Tipe 2 Tipe 100% 2 Tipe 2 Tipe 100% IKU 4 : Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan 1 Produk desain 1 Produk desain 100% IKU 5 : Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim 14 Model 15 Model 107,14% 2. Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima IKU 6 : Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa 125 Instansi 200 Instansi 160% IKU 7: Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa Nilai 78 (0-100) 79,30 101,67% 3. Meningkatnya hasil karya ilmiah Iptek penerbangan dan antariksa IKU 8 : Jumlah publikasi nasional terakreditasi 45 Makalah 39 Makalah 86,67% IKU 9 : Jumlah publikasi internasional yang terindeks IKU 10 : Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted 15 Makalah 22 Makalah 146,67% 2 HKI 0 HKI 0% 4. Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar IKU 11 : Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar

33 Evaluasi dan analisis capaian IKU LAPAN 2015 sebagaimana yang telah ditetapkan, diuraikan berdasarkan Indikator Kinerja Utama pada masing-masing sasaran strategis sebagai berikut : Sasaran Strategis ke-1 Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa Sasaran strategis ke-1 yaitu Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa sebagai upaya untuk mewujudkan salah satu tujuan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 yaitu mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing bangsa dan negara dalam penyelenggaraan keantariksaan serta dalam upayanya mewujudkan visi yakni Pusat Unggulan Penerbangan dan Antariksa Untuk Mewujudkan Indonesia yang Maju dan Mandiri, LAPAN melakukan peningkatan penguasaan dan kemandirian dalam litbang pemanfaatan roket, satelit, pesawat tanpa awak, pesawat transport dan model Iptek penerbangan dan antariksa. Ada 5 IKU yang dapat menggambarkan upaya pencapaian sasaran strategis tersebut, dengan penjelasan yang tertera sebagai berikut: IKU 1 : Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus Target Realisasi Capaian 2 Tipe (RX-1220 dan RX-450) 3 Tipe (RX-1220, RX-450 dan roket petir) 150% Dalam pengembangan litbangyasa roket, telah dilakukan rancang bangun tiga buah roket untuk penggunaan khusus (pertahanan dan roket petir). Target yang ditetapkan adalah 2 tipe roket untuk penggunaan khusus yaitu RX-1220 dan RX- 450 yang dimaksudkan sebagai roket pertahanan. Roket ini adalah hasil kerjasama pengembangan di dalam konsorsium roket Nasional di bawah koordinasi Kementerian Pertahanan. Roket yang lain adalah roket petir untuk meneliti ketahanan peralatan elektronik tersebut dari sambaran petir. Capaian litbangyasa roket untuk penggunaan khusus yang diperoleh selama tahun 2015 cukup menggembirakan. Roket tipe RX-1220 telah berhasil dilakukan pengujian terbang dan menghasilkan jarak jangkau maximum sejauh 31 km, yang merupakan peningkatan kinerja dibanding tahun sebelumnya sejauh 24 km sehingga terjadi peningkatan jarak jangkau sebesar 30%. Pada tahun 2014 telah dihasilkan prototipe roket RX-1220 yang mampu mencapai jarak jangkau maximum 24 km. 24

34 Namun masih ada kendala terkait konsistensi performa roket tersebut, dimana salah satu penyebabnya diperkirakan akibat performa propelan yang kadang masih menunjukkan fluktuasi kinerjanya. Untuk mengatasi masalah tersebut, sekaligus meningkatkan kinerja roket secara keseluruhan, maka pada tahun 2015 ini telah dilakukan pendesainan ulang sistem propulsi motor roket RX dengan melakukan reformulasi propelannya. Setelah melalui tahapan uji laboratorium, dan uji statik, maka pada bulan Agustus 2015 telah dilakukan pengujian terbang Roket RX-1220 penyempurnaan di Pameungpeuk dan roket berhasil mencapai peningkatan jarak jangkau dibanding performa tahun Gambar 3.1. Uji Terbang Roket RX-1220 Dalam program pengembangan roket pertahanan ini, pada tahun 2015 sesuai permintaan dari Kementerian Pertahanan, telah diproduksi 50 unit motor roket RX untuk kebutuhan uji statik maupun uji terbang roket. Banyak dibutuhkannya waktu dan tenaga untuk memproduksi roket ini, dikarenakan peralatan yang dimiliki oleh Pustekroket memang tidak diperuntukkan bagi kebutuhan produksi massal, sehingga banyak proses pengerjaaannya masih dilakukan secara manual. Disamping itu akibat adanya kendala dalam proses pengadaan, juga turut mempengaruhi keterlambatan dalam melakukan proses fabrikasi komponen motor roket. Roket tipe RX-450 telah dilakukan pengujian terbang, namun mendekati burning out terjadi fenomena wobbling yang menunjukkan adanya ketidakstabilan terbang roket. Hal ini sudah dilakukan evaluasi dan diambil penanganan dengan menambahkan ballast untuk memperbesar static marginnya. Dengan demikian untuk ke depannya roket diharapkan sudah mampu terbang secara stabil. 25

35 Gambar 3.2. Uji Statik dan Uji Terbang Roket RX-450 Dalam litbangyasa roket pertahanan ini, pada tahun 2015 sesuai permintaan dari Kementerian Pertahanan, telah diproduksi 50 unit motor roket RX-1220 untuk kebutuhan uji statik maupun uji terbang roket. Banyak dibutuhkannya waktu dan tenaga untuk memproduksi roket ini, dikarenakan peralatan yang dimiliki oleh LAPAN memang tidak diperuntukkan bagi kebutuhan produksi massal, sehingga banyak proses pengerjaaannya masih dilakukan secara manual. Disamping itu akibat adanya kendala dalam proses pengadaan, juga turut mempengaruhi keterlambatan dalam melakukan proses fabrikasi komponen motor roket. Selain roket RX-1220 dan RX- 450, LAPAN juga mengembangkan roket yang dapat dihitung sebagai roket yang dikembangkan untuk pemanfaatan khusus, yaitu roket Petir. Roket ini merupakan permintaan dari PT. Indelec, sebuah perusahaan dari Perancis yang mengembangkan peralatan elektronik, yang dimaksudkan untuk meneliti ketahanan peralatan elektronik tersebut dari Petir. Roket petir adalah roket yang digunakan untuk membawa alat pengukur tegangan yang dihasilkan oleh petir. LAPAN diminta mengembangkan motor roket yang digunakan untuk roket petir tersebut. Roket ini memiliki diameter sebesar 63 mm dan panjang total 1051 mm. Gambar 3.3. Dimensi roket petir 26

36 Persyaratan yang diminta terkait kinerja roket, seperti ketinggian, dan juga kecepatan terbang roket telah berhasil dipenuhi, namun masih ada satu persyaratan yang belum berhasil yaitu tentang ignition delay timenya, dimana PT. Indelec mengharapkan delay timenya bisa di bawah 1 detik, sementara untuk roket yang dikembangkan ini sendiri, ignition delay timenya masih di atas 1 detik. Tabel 3.2. Perbandingan tipe roket yang dimanfaatkan untuk penggunaan khusus Tahun Tahun 2014 Target 2 tipe (RX-1210 dan 1220) Jenis Roket Realisasi 2 tipe (RX-1210 dan 1220) Tipe (RX-1220 dan RX-450) 3 Tipe (RX-1220, RX-450 dan roket petir) Selain litbangyasa roket untuk penggunaan khusus, pada tahun 2015 LAPAN telah mlakukan litbang roket yang terdiri: 1. RX-550 : telah dilakukan desain nosel baru, yang menggunakan baja dan grafit. Semua komponen motor roket selain nosel telah selesai difabrikasi, namun nosel baru hasil pendesainan ulang belum dapat dilakukan proses fabrikasi. 2. RX-450 : pada bulan Pebruari 2015 telah dilakukan pengujian statik RX-450, dimana diperoleh hasil kinerja (thrust, impulse total dan lain-lain) yang menyerupai dengan hasil uji statik sebelumnya. Dari hasil ini diputuskan bahwa desain motor roket sudah fix, dan siap untuk dilakukan pengujian terbang. Pada bulan Agustus 2015 dilakukan pengujian dinamis roket RX-450 di Pameungpeuk, Garut. 3. RX-320 : sudah dilakukan desain motor roket, desain sirip, desain nosecone untuk roket uji terbang dan siap dilakukan fabrikasinya. 4. RX-1220 : Telah dilakukan pendesainan ulang sistem propulsi motor roket RX-1220 dengan melakukan reformulasi propelannya. Setelah melalui tahapan uji laboratorium, dan uji statik, maka pada bulan Agustus 2015 telah dilakukan pengujian terbang Roket RX penyempurnaan di Pameungpeuk dan roket berhasil mencapai jarak jangkau maximum sejauh 31 km, naik ± 30% dari performa tahun RKX-200TJ : Kegiatan pengembangan roket RKX-200TJ/EDF untuk tahun 2015 ini difokuskan untuk take-off menggunakan booster roket, dimana ini merupakan 27

37 kelanjutan dari program tahun 2014, yang sudah mampu terbang secara autopilot dan mampu mencapai kecepatan maximum hingga 250km/jam dengan mekanisme take-off menggunakan sistem pneumatic yang dipasang pada launcher. 6. RKX-200 EB: Rket kendali bertingkat yang terdiri dari motor booster dengan pembakaran propelan secara radial burning, dan motor sustainer yang menggunakan propelan end burning. Program pengembangan RKX- 200EB ini setelah sempat beberapa tahun vakum, tahun 2015 dilanjutkan kembali dengan target uji statik untuk melihat ignition delay time dari motor roket sustainer. Struktur tabung motor roketnya sudah selesai difabrikasi dan propelan booster juga difabrikasi. Namun, seperti yang telah dijelaskan di atas, akibat padatnya jadwal proses propelan terkait program roket untuk pemanfaatan khusus, maka produksi propelan untuk motor sustainernya belum sempat dilakukan. Sehingga target uji statik juga belum dilakukan. 7. RSX-100 : merupakan roket sonda dengan payload berisi sensor atmosfer. Pada program tahun 2014 telah diluncurkan roket RSX-100 ini, namun tidak dapat terdeteksi terjadinya separasi payload. Pada tahun 2015, dilakukan pendesainan motor roket yang baru, dan telah dilakukan fabrikasi komponen motor roketnya, namun belum sempat dilakukan assembling, sehingga target uji statik belum bisa dilakukan. 8. RCX-1000 : pengembangan roket cair pada tahun 2015 difokuskan untuk mengembangkan enjin roket cairnya yang ditargetkan mampu menghasilkan gaya dorong ratarata 1000kgf. Setelah melalui beberapa kali uji subsistem, juga telah dilakukan uji pembakaran (uji statik) ECX-1000H2 dengan hasil gaya dorong rata-rata 500 kgf. Selain itu juga telah dikembangkan tabung komposit untuk tangki propelannya yang telah diuji hydrostatic pressure dan dapat tahan terhadap beban tekanan 150 bar, serta telah dilakukan pendesainan pompa turbin yang dimaksudkan untuk menggantikan metoda sistem pengumpan berbasis gas bertekanan. 9. RX-70 : pengembangan roket tipe ini adalah merupakan salah satu kegiatan pada program roket untuk pemanfaatan publik, yang meliputi kegiatan pengembangan roket Komurindo. 28

38 IKU 2 : Jumlah tipe satelit untuk pemantauan Target 2 Tipe (LAPAN Tubsat dan LAPAN A2) Realisasi 2 Tipe (LAPAN Tubsat dan LAPAN A2) Capaian 100% Pelaksanaan kegiatan pemantauan menggunakann satelit berkaitan dengan proses menjaga kesehatan satelit, mempelajari karakteristik operasi satelit dan mengumpulkan data misi berupa video. Kegiatan ini memanfaatkan satelit LAPAN-TUBSAT dan satelit LAPAN-A2. Dikarenakan satelit LAPAN TUBSAT sudah melebihi dari masa beroperasinya yaitu lebih dari 7 tahun (diluncurkan tahun 2007), sehingga data yang diterima kualitasnya sudah tidak sebagus pada waktu masa beroperasinya maka fokus kegiatan operasi bergeser dari LAPAN-TUBSAT ke LAPAN-A2 walaupun kedua tipe satelit tetap dimanfaatkan. Sampai dengan bulan Oktober pemantauan dilakukan dengan satelit LAPAN- TUBSAT, namun pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2015 operasi satelit difokuskan pada kegiatan operasi LAPAN-A2. Gambar 3.4. Pelepasan Satelit LAPAN A2 oleh Presiden RI (03/09/15) Satelit LAPAN A-2 telah berhasil diluncurkan padaa pukul WIB tanggal 28 September 2015, di Sriharikota, India. Orbit satelit LAPAN-A2 berbeda dengan LAPAN-TUBSAT dimana satelit LAPAN-A2 beroperasi pada orbit near ekuator dan LAPAN TUBSAT berorbit polar. Konsekuensinya adalah satelit ini melewati Indonesia 14 kali dalam sehari. Untuk mensupport kegiatan ini maka setiap hari kerja dilakukan 10 kali operasi per hari dan hari sabtu, minggu dan hari libur 3 kali per hari. Adapun jumlah data TTC dan data misi satelit yang diakuisisi dapat dilihat pada Tabel

39 Tabel 3.3. Jumlah data TTC dan data misi satelit yang diak kuisisi Beberapa contoh data misi yang dihasilkan oleh satelit LAPAN-A2. seperti gambar 3.5. Gambar ini diambil menggunakan kamera analog dengan lensa 1000 mm, resolusi 4 meter dan swath width 3,5 km. Mode satelit yang digunakan adalah mode otomatis dimana satelit dapat diarahkan pada target yang telah ditentukan sebelumnya. Gambar tersebut telah di bandingkan dengan peta yang dihasilkan oleh google earth. Google Earth LAPAN A2 Gambar 3.5. Pulau Batam diambil dari satelit LAPAN-A2 (27/10/15) Contoh lain adalah gambar 3.6. yang didapatkan melalui kamera digital. Kamera ini menggunakan lensa 1000 mm dengan resolution 4m, swath 7 km. Gambar yang didapatkan adalah "Kampoeng Kaniogan" salah satu daerah di Malaysia. 30

40 LAPAN A2 LAPAN A2 Gambar 3.6. Kampung Kaniogan Malaysia diambil dari satelit LAPAN-A2 Satelit LAPAN-A2 juga dapat mendeteksi seluruh data AIS yang berada di area dekat ekuator antara 6 derajat LS - 6 derajat LU. Satelit ini berada pada ketinggian 650 km dengan kecepatan edar 7.5 km/det yang dikendalikan oleh pusat kendali satelit LAPAN di Rancabungur, Rumpin dan Biak. Pengawasan posisi kapal dapat diamati sebanyak 14 kali dalam sehari dan dalam setiap harinya sekitar 2.4 juta pesan yang dapat diterima untuk diolah menjadi data posisi kapal. Gambar 3.7. Data AIS diambil dari satelit LAPAN-A2 31

41 Satelit LAPAN-A2 ini akan melakukan tiga misi penting yaitu: 1) Misi survey dari ketinggian 650 km dari permukaan bumi di orbit dekat ekuator (Near Equator) dengan inklinasi antara 6-8 yang dapat mengamati wilayah bencana, wilayah maritime dan perbatasan dengan menggunakan dua buah sistem kamera resolusi tinggi hingga enam meter. 2) Dengan menggunakan perangkat Automatic Identification System (AIS), dilakukan pengamatan lalulintas kapal laut di wilayah perairan Indonesia. Sehingga berguna sebagai alat bantu navigasi kapal dan menghindari terjadinya illegal logging, pencurian SDA, perampokan, penyelundupan, trafficking melalui wilayah maritime Indonesia. Dengan regulasi International Maritime Organization (IMO), maka seluruh kapal dengan bobot diatas 300 Ton wajib menggunakan AIS Transceiver sebagai pelengkap peralatan Navigasi Kapal. 3) Membangun sistem komunikasi amatir APRS (Automatic Packet Relay System) dalam rangka membantu para pengguna komunikasi amatir nasional (ORARI) untuk membangun komunikasi yang lebih luas dalam melakukan aktifitas saat terjadi bencana atau eksplorasi wilayah pegunungan dan hutan dimana sarana komunikasi tidak tersedia. Gambar 3.8. Persiapan Peluncuran Satelit LAPAN-A2 dengan roket PSLV India Satelit LAPAN-A2 merupakan satelit pertama yang dirancang bangun secara mandiri oleh tenaga ahli LAPAN yang seluruh proses Assembly Integration and Test (AIT) dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang dimiliki LAPAN di desa Rancabungur Bogor. Keberanian para peneliti dan perekayasa dalam proses pengembangan dan pembangunan satelit ini 32

42 dilatar belakangi oleh keberhasilan pembangunan satelit LAPAN-TUBSAT ( ) yang mampu hingga 9 tahun (10 Januari 2015) beroperasi baik di orbit polar, pada ketinggian 630 km dari permukaan bumi. Keandalan sistem Bus yang ditunjukan oleh LAPAN-TUBSAT hingga mampu bertahan selama 9 tahun tersebut, kemudian diadopsi dan menjadi standar sistem Bus untuk pembangunan satelit LAPAN berikutnya. Spesifikasi dan misi satelit LAPAN-A2 ini dapat dijelaskan dalam Tabel 3.4. Tabel 3.4. Spesifikasi Teknis Satelit LAPAN-A2 Satelit LAPAN-A2 rencananya akan diluncurkan menggunakan roket PSLV ISRO India pada pertengahan tahun 2013 akan tetapi gagal dilakukan karena masih adanya permasalahan teknis dengan muatan utama roket PSLV tersebut yaitu satelit Astrosat milik India. Hal ini mengakibatkan peluncurannya dijadwal ulang menjadi pertengahan tahun 2014 yang pada kenyataannya juga mengalami penundaan hingga akhirnya diluncurkan pada tanggal 28 September Tabel 3.5. Perbandingan realisasi IKU pada kegiatan pengembangan satelit Tahun Tahun IKU Realisasi Jumlah tipe satelit yang siap diluncurkan Jumlah tipe satelit untuk pemantauan LAPAN A2 LAPAN Tubsat dan LAPAN A2 Kegiatan pengembangan fasilitas pendukung litbang satelit dilakukan secara terencana pada setiap tahun anggaran, mengingat besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk pengadaan fasilitas tersebut. Hingga saat ini beberapa fasilitas pendukung sudah dimiliki dan hampir terpenuhi untuk skala AIT satelit kelas mikro hingga 100 kg, walaupun masih ada beberapa proses pengujian satelit yang dilakukan dengan menggunakan/menyewa fasilitas yang dimiliki oleh instansi lain baik dalam maupun luar negeri. 33

43 Gambar 3.9. Capaian Pengembangan Satelit Mikro Eksperimen (Seri A) IKU 3 : Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan Target Realisasi Capaian 2 Tipe (LSU-01 dan LSU-02) 2 Tipe (LSU-01 dan LSU-02) 100% Program pesawat tanpa awak penekanannya dilakukan pada penguasaan mandiri dari hulu ke hilir pesawat udara tanpa awak dengan target output berupa UAV kelas Medium Altitude Long Endurance (MALE). Pengembangan ini akan menemukan momentumnya dengan cara mengintegrasikan UAV yang ada menjadi system pemantauan selat dan maritime berbasis teknologi UAV. Sistem ini lebih mengedepankan konsep integrasi UAV, sistem pemantauan dan komunikasi. Dengan integrasi ini, sistem pemantauan dapat lebih efektif cepat dan real time dengan coverage yang cukup untuk menghandle daerah selat dan laut yang cukup rawan dengan kejahatan kemaritiman seperti illegal fishing. 34

44 Gambar Pemanfaatan Pesawat UAV tipe LSU Salah satu indikasi keberhasilan dari peningkatan kemampuan litbangyasa dibidang teknologi penerbangan adalah jumlah tipe pesawat tanpa awak yang dimanfaatkan oleh pengguna untuk pemantauan. Purwarupa pesawat atau LAPAN Surveillance UAV (LSU) yang sudah dimanfaatkan secara luas oleh pengguna adalah LSU-01 dan LSU-02. Pemanfaatan LSU-01 untuk kegiatan pemotretan di daerah Poso sudah terlaksana pada tanggal Januari Foto ini dimanfaatkan untuk membantu pemantauan pada daerah Poso, Sulawesi Tengah. Gambar Hasil foto daerah Poso menggunakan pesawat LSU-01 Pemanfaatan LSU-01 dan LSU-02 untuk diseminasi pemotretan daerah garis pantai telah dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2015 di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat dengan BIG sebagai instansi pengguna. Pemotretan ini bertujuan untuk mengetahui batas antara daratan dan air pada saat terjadi surut maksimum. Batas tersebut digunakan untuk mengetahui batas wilayah suatu daratan. Pelaksanaan pengambilan gambar ini dilakukan pada tanggal 35

45 8 Agustus 2015, karena pada tanggal tersebut terjadi pasang dan surut maksimum didaerah pantai Cilamaya. Gambar Kegiatan pemotretan garis pantai di Cilamaya menggunakan pesawat tanpa awak LSU-01 dan LSU-02 Pesawat udara nirawak atau UAV (UnManned Aerial Vehicle) yang dibangun oleh Lapan lebih dikenal sebagai LAPAN Surveillance UAV (LSU) berkembang sangat pesat dan dalam perkembangannya dikenal terminologi low speed dan high speed dalam konteks kecepatan UAV, low altitude dan high altitude pada ketinggian yang mampu dijangkau UAV. Lapan terus mengembangkan UAV ini dengan beberapa tipe dengan fungsi dan kegunaan berbeda untuk monitoring dan observasi wilayah yang terkena bencana, monitoring wilayah pertanian, kehutanan, perkebunan, perkotaan, wilayah laut, dan wilayah perbatasan Negara. 36

46 Gambar Beberapa varian pesawat tanpa awak yang dikembangkan untuk mendukung sistem pemantauan Sementara itu, LAPAN juga mengembangkan pesawat ringan Light Surveillance Aircraft (LSA) berawak ganda untuk membantu melakukan observasi permukaan bumi dengan misi airborne remote sensing. Dengan waktu, jarak tempuh yang lebih lama dan jangkauan ketinggian yang lebih tinggi dibanding pesawat tipe LSU, maka akan sangat bermanfaat dalam melakukan monitoring dan observasi wilayah yang ditargetkan. Gambar Pemanfaatan Pesawat LSA dalam Observasi Wilayah Pertanian di Subang 37

47 IKU 4 : Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan 1 Target Produk desain (N219) Realisasi 1 Produk desain (N219) Capaian 100% Dengan kemampuan engineering yang dimiliki, LAPAN juga merencanakann membangun pesawat transport dengann jangkauan jarak pendek untuk digunakan melayani penerbangan perintis di daerah terpencil. Saat ini sedang dikembangkan pesawat transport bekerjasama dengan PT.Dirgantaraa Indonesia (PT.DI). Pada tahun 2015 ini, 1 (satu) buah produk desain pesawat transport N219 sudah selesai dikerjakan dan siap memasuki proses selanjutnya yaitu first flight. Selain purwarupa, sebanyak 21 modul dan komponen program N-219, yang terdiri dari: Radome, Engine, Fuel System, Powerplant, Wind Screen, Wiper, ECS, Instrument, Electrical, Avionics, Flight Control, Brealing System, Airframe Component, Landing Gear, Payloads, Propeller, Cabin Window dan Software Design, Engineering Flight Simulator, Drop Test, Wind Tunnel Model and Testing sudah tercapai seluruhnya. Selesainya seluruh modul dan dokumen juga menandakan kesiapan program ini untuk melangsungkan Penampilan Perdana. Kegiatan penampilan perdana berhasil terselenggara pada tanggal 10 Desember 2015 di PT DI yang dihadiri oleh Menteri Koordinator Polhukam mewakili Presiden, Menteri PanRB, Gubernur Jawa Barat, Kepalaa LAPAN, Direktur Utama PT DI, dan segenap struktural dari berbagai lembaga yang diundang pada acara tersebut. Gambar Pemecahan kendi oleh Menkopolhukam sebagai tanda peresmian penampilan perdana pesawat transport nasional N219 dan foto bersama para pejabat negara di depan pesawat N219 di hanggar PT DI (10/12/15) Adanya pengembalian anggaran pada tahun 2014 sebesar 88 miliar rupiah karena keterlambatan pengadaan komponen, menyebabkan anggaran tahun 2015 terpakai untuk memenuhi pekerjaan tahun Selanjutnya, pemenuhan anggaran diusahakan melalui BaBun dan LAPAN. Adapun hal-hal yang mendasari anggaran tambahan ini adalah dalam pengembangan dan integrasi komponen diperlukan adanya non-recurring cost yang merupakan biaya pengembangan oleh vendor asal komponen. 38

48 Selain itu juga perkembangan dollar selama tahun ini menyebabkan harga komponen melebihi dari jumlah yang sudah dianggarkan. Kegiatan sertifikasi N219 tertunda diakibatkan mundurnya jadwal Penampilan Perdana yang semula akan berlangsung pada bulan Oktober 2015 menjadi bulan Desember Hubungan kerja dengan PT. DI dalam rangka program pesawat transport nasional N219, semakin melambungkan nama LAPAN dan semakin menjadi tanda kehadiran LAPAN dalam dunia penerbangan Indonesia. Terselenggaranya Penampilan Perdana N219 menjadi tanda awal pencapaian besar dalam pengembangan riset dibidang penerbangan. Penampilan Perdana N219 menandakan LAPAN mampu merintis kebangkitan kembali industri penerbangan di Indonesia. Dalam pengembangan pesawat N219 ini terdapat kendala yang dihadapi, meliputi masih adanya tool dan jig yang belum diselesaikan oleh vendor akibat keterbatasan industri yang mampu membuat tool dan jig di Indonesia. Sehingga solusi yang telah dilakukan adalah pihak PT DI mensupervisi langsung ke industri terkait untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut sesuai jadwal yang telah disusun. IKU 5 : Jumlah model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim Target Realisasi Capaian 14 Model (7 Desain, 7 Deinderaja) 15 Model (8 Desain, 7 Deinderaja) 107,14% Hasil iptek penerbangan dan antariksa yang telah dilakukan LAPAN selama ini dirasakan sangat membantu kehidupan masyarakat. Upaya penyebaran produk berbasis sains antariksa dan sains atmosfer serta berbasis penginderaan jauh, dilakukan dengan intensitas yang masif. Hasil iptek penerbangan dan antariksa yang disebarluaskan kepada masyarakat pengguna dimanfaatkan untuk keperluan pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim maupun kebutuhan lainnya. Indonesia sebagai negara kepulauan dikenal dengan wilayah yang ekstrim secara geologis karena berada di wilayah pertemuan lempeng dunia, sehingga sangat rentan terhadap kejadian bencana geologis seperti gempa bumi, tsunami dan gunung meletus serta cuaca ekstrim. Informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai kondisi lingkungan dan proyeksinya sangat dibutuhkan sebagai dasar pengambilan keputusan manajemen dan kebijakan untuk meningkatkan kinerja di berbagai sektor pembangunan seperti pertanian, perhubungan, energi, lingkungan hidup, sumber daya air, kesehatan dan penanggulangan bencana. 39

49 Pada tahun 2015, LAPAN telah melakukan litbang iptek penerbangan dan antariksa yang telah menghasilkan beberapa produk, antara lain: model, modul, pedoman dan prototipe untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen dan kebijakan. Capaian hasil litbang LAPAN melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sejumlah 15 model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. Namun demikian secara kualitasnya masih harus terus dikembangkan dan ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Adapun rincian model/pedoman/modul/prototipe yang dihasilkan LAPAN pada tahun 2015 sebagai berikut: a. Pemodelan di bidang sains antariksa dan sains atmosfer yang menghasilkan 8 model, yaitu: 1. Model Atmosfer Lingkungan dengan nama aplikasi Decision Support System (DSS) Srikandi, 2. Model Atmosfer Kebencanaan dengan nama aplikasi DSS Kebencanaan, 3. Model Iklim dengan nama aplikasi DSS Maritim, 4. Model Prediksi Benda Jatuh Antariksa hingga ketinggian 120 km untuk mitigasi / pemantauan benda jatuh antariksa, 5. Model Gangguan Medan Magnet Bumi 6. Model Numerik : interaksi medan antar-planet dan angin ionosfer berbasiskan simulasi numerik menggunakan model dinamo ionosfer global untuk mitigasi / pemantauan cuaca antariksa, 7. Model Propogasi HF ionosfer Indonesia dengan metode prediksi komunikasi HF, dan 8. Model (konseptual) kemunculan sintilasi ionosfer diatas Indonesia menggunakan mekanisme sintilasi ionosfer (komunikasi HF). Hasil model-model tersebut telah digunakan dan diaplikasikan guna mendukung/memperkuat sistem pendukung keputusan Decision Support System (DSS) dinamika atmosfer ekuatorial dan sistem pendukung keputusan (DSS) cuaca antariksa, sebagian model masih dilakukan pengembangan guna memperbaiki kualitas dari model yang telah dipakai/diaplikasikan. 40

50 LAYANAN INFORMASI DAN PRAKIRAAN CUACA ANTARIKSA ( Gambar Decision Support System (DSS) Berbasis Sains Antariksa b. Pemodelan di bidang pengideraan jauh yang menghasilkan 7 model/pedoman/modul/prototype, yang terdiri dari 3 (tiga) model, 2 (dua) modul dan 2 (dua) prototipe. Tiga model bidang penginderaan jauh yang dihasilkan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Model atau metode Quality Control (QC) Model atau metode Quality Control (QC) dan pengolahan data resolusi sangat tinggi (Pleaides, WorlView, QuickBird, dan GeoEye). Modul yang dibangun ini telah berhasil melakukan QC data sebesar ,0222 km 2 dan mengolah data resolusi sangat tinggi menjadi pansharpened sebesar ,2877 km 2. Metode ini diterapkan dalam implementasi kerjasama LAPAN dan BIG dalam pengadaan data resolusi tinggi mendukung Nawa Cita, khususnya untuk pembangunan desa dan kawasan tertinggal serta memenuhi kebutuha pembuatan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). 2. Model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk kualitas air Metode yang merupakan hasil kegiatan penelitian menggunakan data citra Landsat-8 untuk menghasilkan sebaran Total Susfended Matter (TSM) menggunakan data reflektansi kanal 4 (band merah). 41

51 Gambar Model penentuan kualitas air 3. Model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pengembangan wilayah. Pemanfaatan data satelit Pleiades untuk mendukung proses penyusunan RDTR dapat dimanfaatkan sebagai: arahan (guideline) dalam penggunaan data resolusi tinggi untuk pembuatan peta dasar skala detail (1 : 5.000) sebagai dasar dalam peletakan arahan rencana pemanfaatan ruang skala detail, juga menjadi acuan atau pedoman bagi setiap instansi perencanaan tata ruang pada kegiatan proses penyusunan RDTR dan memberikan orientasi awal dalam memilih dan memilah data satelit resolusi tinggi yang sesuai dengan lingkup dan skala produk RDTR yang akan dibuat. Gambar Model untuk identifikasi pengembangan wilayah 42

52 Dalam penelitian di bidang penginderaan jauh menghasilkan juga modul yang didesain dan diimplementasikan untuk meningkatkan performansi operasional dan layanan penginderaan jauh. Adapun 2 (dua) modul yang berhasil dibuat dan diimplementasikan adalah sebagai berikut: 1. Modul koreksi radiometri (atmosferic correction) citra Landsat-7/8. Modul ini dibangun dengan mengintegrasikan modul opensource yang diperoleh dari kerja sama dengan USGS. Output yang dihasilkan adalah data Landsat refrelectance yang siap diakses oleh pengguna. 2. Modul sistem pelaporan pelayanan Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN). Modul ini dibangun untuk memudahkan sistem pelaporan pelayanan yang telah digunakan. Modul dibangun dengan software dan database opensource yang dapat menangani para petugas pelayanan (account manager) yang terbagi dalam beberapa wilayah untuk seluruh Kementerian/ Lembaga, TNI, Polri dan Pemerintah Daerah. Selain itu juga dapat menangani pelayanan kepada Perguruan Tinggi dan masyarakat lainnya. Gambar Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN) Selain model dan modul diatas, LAPAN juga menghasilkan 2 (dua) prototipe dalam bidang penginderaan jauh, sebagai berikut: 1. Prototipe sistem integrasi penerimaan, pengolahan data Landsat-7/8 di Stasiun Bumi Rumpin. Prototipe yang dihasilkan telah diujicoba dan diimplementasikan sebagai sistem operasional untuk penerimaan dan pengolahan data Landsat-7/8 di Stasiun Bumi Rumpin. Sistem dibangun dengan software open source yang mengintegrasikan modul dan subsistem dari antenna, demodulator, Landsat processor hingga sistem katalog. Sistem 43

53 juga secara otomatis dapat menjadwalkan penerimaan, pengolahan hingga sistem pelaporan kepada USGS dan operator untuk memonitor keberhasilan dan kegagalan sistem. Hasil ujicoba dan operasional, sistem integrasi penerimaan, pengolahan data Landsat-7/8 di Stasiun Bumi Rumpin mampu menghasilkan data Landsat-7/8 siap diakses oleh pengguna dalam waktu 3,5 jam setelah waktu akuisisi. 2. Prototipe Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) untuk Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Provinsi. Prototipe atau sistem yang dibangun adalah SPBN untuk dengan mengintegrasikan ketersediaan data dan informasi penginderaan jauh yang dibutuhkan oleh pengguna. No Pengguna 1 Provinsi Jawa Tengah 2 Provinsi Sulawesi Selatan 3 Provinsi Bangka Belitung Deskripsi Sistem Yang Dihasilkan Mosaik citra satelit penginderaan jauh resolusi menengah dan tinggi tahun Citra satelit penginderaan jauh resolusi sangat tinggi tahun untuk kota-kota besar di Provinsi Jawa Tengah. Fase Tanaman Padi Sawah tahun 2015 update setiap 14 hari. Titik Rawan Kekeringan Sawah update setiap 14 hari. Titik Rawan Banjir Sawah tahun 2015 update setiap 14 hari. Deforestrasi tahun hari.. Jaringan Irigasi (Sumber : Mosaik citra SPOT-6/7 tahun ) di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Sukoharjo. Jaringan Jalan (Sumber : Peta Rupa Bumi tahun 2010) di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Sukoharjo. Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) update setiap hari untuk wilayah laut sekitar wilayah Provinsi Jawa Tengah Mosaik citra satelit penginderaan jauh resolusi menengah dan tinggi tahun Citra satelit penginderaan jauh resolusi sangat tinggi tahun untuk kota-kota besar di Provinsi Sulawesi Selatan. Fase Tanaman Padi Sawah tahun 2015 update setiap 14 hari. Titik Rawan Kekeringan Sawah update setiap 14 hari. Titik Rawan Banjir Sawah tahun 2015 update setiap 14 hari. Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) update setiap hari untuk wilayah laut sekitar wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Mosaik citra satelit penginderaan jauh resolusi menengah dan tinggi tahun Citra satelit penginderaan jauh resolusi sangat tinggi tahun untuk kota-kota besar di Provinsi Bangka Belitung Fase Tanaman Padi Sawah tahun 2015 update setiap 14 44

54 No Pengguna 4 Provinsi Gorontalo 5 Kepolisan Republik Indonesia, khususnya Korps Lalu Lintas (Korlantas) dalam menangani mudik lebaran 2015 Deskripsi Sistem Yang Dihasilkan hari. Titik Rawan Kekeringan Sawah update setiap 14 hari. Titik Rawan Banjir Sawah tahun 2015 update setiap 14 hari. Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) update setiap hari untuk wilayah laut sekitar wilayah Provinsi Bangka Belitung Daerah tambang Provinsi Bangka Belitung. Mosaik citra satelit penginderaan jauh resolusi menengah dan tinggi tahun Citra satelit penginderaan jauh resolusi sangat tinggi tahun untuk kota-kota besar di Provinsi Gorontalo Fase Tanaman Padi Sawah tahun 2015 update setiap 14 hari. Titik Rawan Kekeringan Sawah update setiap 14 hari. Titik Rawan Banjir Sawah tahun 2015 update setiap 14 hari. Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) update setiap hari untuk wilayah laut sekitar wilayah Provinsi Gorontalo Mosaik citra satelit penginderaan jauh resolusi menengah dan tinggi tahun Citra satelit penginderaan jauh resolusi sangat tinggi tahun untuk kota-kota besar di Pulau Jawa Jalur jalan yang terdiri dari: jalur utara, tengah, selatan, jalan tol, jalan alternatif dan jalan kereta. Setiap jalan mempunyai informasi nama, lebar dan kelas jalan Titik Km Tol pada setiap selang 10 km sepanjang jalan tol Cikampek, Cipali dan Cipularang. Titik Potensi Macet yang memberikan informasi lokasi potensi terjadinya kemacetan seperti: pintu tol, pertemuan tol, pasartumpah dan persimpangan jalan Titik Jalan Alternatif yang memberikan informasi kota terdekat, kelas jalan dan kondisi jalanyang dilalui oleh jalan alternatif Rest Area dan SPBU di sepanjang jalan tol dan jalan non tol wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah Kantor Polisi yang terdiri dari sebagaian kantor Polres dan Polsek di wilayah Jawa Barat 45

55 Gambar Produk SPBN berupa Informasi Spasial Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) Secara umum, target kinerja sasaran strategis-1 dapat dicapai dengan sangat baik, yaitu seluruh indikator kinerja utama dapat tercapai rata-rata di atas 100%. Hal ini dapat digambarkan capaian kinerja untuk meletakkan dasar-dasar untuk mencapai pusat unggulan penerbangan dan antariksa, khususnya pada kriteria academic excellent, yaitu secara kontinyu dapat menghasilkan produk litbang dan perekayasaan iptek penerbangan dan antariksa yang diakui baik secara nasional maupun internasional. Selain itu hasil litbang dan perekayasaan iptek penerbangan dan antariksa juga ditujukan untuk peningkatan performansi operasional dan layanan publik, dengan selalu dijaga dan ditingkatkan kualitas data dan informasi melalui kegiatan litbang dan perekayasaan yang selektif. Berdasarkan hasil kinerja sasaran strategis ini, LAPAN telah berhasil membuat pondasi untuk capaian kinerja dalam lima tahun kedepan sesuai Renstra , untuk mewujudkan untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan mandiri. 46

56 Sasaran Strategis ke-2 Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima Sasaran strategis ke-2 diukur melalui peningkatan pemanfaatan dan layanan publik iptek penerbangan dan antariksa dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta berstandar internasional dan berkesinambungan. Adapun pencapaian IKU dapat dijelaskan sebagai berikut: IKU 6 : Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa Target Realisasi Capaian 125 Instansi 20 desain, 5 detekgan, 100 deinderaja 200 Instansi 25 desain, 10 detekgan, 165 deinderaja 160% Pemasyarakatan hasil litbang LAPAN dilakukan dengan kerjasama teknis untuk pemanfaatan dan pengembangan iptek penerbangan dan antariksa dengan berbagai instansi. Pada tahun 2015, LAPAN telah melaksanakan kerjasama dalam melayani kebutuhan akan produk iptek penerbangan dan antariksa kepada pengguna yang terdiri dari Kementerian/ Lembaga, TNI / Polri, Pemerintah Daerah, perguruan tinggi dan swasta, dengan rincian sebagai berikut: a. Bidang sains antariksa dan sains atmosfer No Pengguna Jenis layanan A. Data Sains Antariksa dan Atmosfer 1 Institut Teknologi Bandung Kualitas Udara (real time) di Jl. Pasopati, tamansari dan skitarnya 2 BAPPEDA Kabupaten Bandung Data Iklim dan cuaca, khususnya di Daerah Bandung Selatan selama kurun waktu 1930 s/d UNPAD Data kualitas udara harian di kota Bandung athun ITS Data sekunder ISPU dari stasiun pemantau kualitas udara kota Bandung 5 tahun terakhir NO 2. 5 RCTI Interaksi gelombang Akustik, Gravitasi dan Seismik terkait Earth Hum 47

57 No Pengguna Jenis layanan 6 PT. GeoACE Data kualitas udara (5 tahun) NOx, SOx,SPM 7 Universitas Tanjungpura Temperatur harian dan solar energy untuk wilayah makasar B. Informasi Sains Antariksa dan Atmosfer 8 Dinas Kelautan dan Perikanan Pemda DIY Rancangan sistem pendukung keputusan (DSS Semar Atmosfer) 9 BMKG Informasi atmosfer untuk penetapan awal musim penghujan dan kemarau 10 Kementerian Pertanian Informasi atmosfer penetapan untuk kalender tanam C. Bimbingan Teknis Sains Antariksa dan Atmosfer 11 Kementerian Perhubungan Bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio (MFTKR) Tingkat Dasar 12 Kabupaten Raja Ampat Bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio (MFTKR) Tingkat Dasar dan Tingkat Lanjut 13 Kabupaten Flores Timur Bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio (MFTKR) Tingkat Dasar 14 Kabupaten Bulukumba Bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio (MFTKR) Tingkat Dasar 15 Kabupaten Bungo Bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio (MFTKR) Tingkat Dasar 16 Kabupaten Manokwari Bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio (MFTKR) Tingkat Dasar 17 Kabupaten Indragiri Hilir Bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio (MFTKR) Tingkat Dasar 18 Provinsi Jambi Bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio (MFTKR) Tingkat Dasar dan Tingkat Lanjut 19 Provinsi DIY Bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio (MFTKR) Tingkat Dasar 20 Kabupaten Kerinci Bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio (MFTKR) Tingkat Dasar 21 Kabupaten Sijunjung Bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio (MFTKR) Tingkat Dasar 22 Kabupaten Bungo Bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio (MFTKR) Tingkat Lanjut 23 Kabupaten Bulungan Bimtek Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio (MFTKR) Tingkat Lanjut 48

58 No Pengguna Jenis layanan 24 BPBD Kab. Bandung Bimtek Peringatan dini bencana berbasis satelit (SADEWA) dan sistem pemantau otomatis (AWS) 25 BLH Prov. Jateng Bimtek Analisis Kualitas Udara dan sosialisasi hasil litbang Bidang Komposisi Atmosfer Gambar Penandatanganan MoU LAPAN- DI Yogyakarta (12/02/15) dan Pencanangan Sistem DSS Semar dengan pilot project Dinas Kelautan dan Perikanan DIY b. Bidang teknologi penerbangan dan antariksa No Pengguna Jenis layanan 1 PT.Mandiri Mitra Muhibbah Hilirisasi produk litbangyasa pesawat terbang tanpa awak 2 Badan Informasi Geospasial (BIG) Pemanfaatan pesawat udara tanpa awak untuk pemetaan lingkungan pantai Indonesia 3 Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) Pemanfaatan teknologi, data dan informasi hasil pemotretan pesawat terbang berawak maupun tanpa awak untuk mendukung ketahanan pangan 4 TNI dan Densus 88 Pemantauan wilayah konflik menggunakan pesawat tanpa awak LSU- 01 dan LSU-02 5 PT.DI Pemanfaatan produk desain pesawat transport nasional N219 yang siap diproduksi 6 ORARI Pengembangan teknologi komunikasi radio dan satelit untuk memperluas jangkauan komunikasi yang menggunakan jalur radio amatir baik data voice maupun data teks dengan satelit LAPAN-A2 7 IPB Pengembangan sistem ruas bumi penerima data satelit LAPAN-A3 dan pemanfaatan data satelit lingkungan dan cuaca 8 Balitbang Kemenhan Pemanfaatan hasil litbangyasa roket pertahanan 49

59 Laporan Kinerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Tahun hun 2015 No Pengguna Jenis layanan 9 PT Dahana Pemanfaatan hasil litbangyasa bahan baku propelan untuk roket 10 PT Indelec Pemanfaatan hasil litbangyasa roket untuk meneliti ketahanan peralatan elektronik tersebut dari sambaran petir Gambar Kesepakatan Kepala LAPAN dan KASAU dalam rangka pemanfaatan hasil litbang LAPAN untuk mendukung TNI untuk kepentingan bangsa, Cilangkap (12/11/15) c. Bidang penginderaan jauh Adapun daftar Kementerian/Lembaga embaga yang dilayani dalam pemanfaatan data dan informasi di bidang penginderaan jauh pada tahun 2015, sebagai berikut: No Unit Kerja Instansi 1 Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial (BIG) 2 3 Direktorat Penanganan Narkoba Badan Narkotika Nasional (BNN) Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemdes Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) BP Kapet Palapas Sulawesi Tengah Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam UPT-Hujan Buatan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat 11 Kantor Wilayah Propinsi Kalimantan Barat 12 Kanwil BPN Prov. Sulawesi Barat Badan Pengawas Keuangan (BPK) Badan Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (BP KAPET) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) BAPPENAS Badan Pertanahan Nasional (BPN) 50

60 No Unit Kerja Instansi 13 Direktorat Perencanaan Tata Ruang 14 Dirje Tata Ruang Dirjen Pengendalian Pemanfataan Ruang dan Penguasaan Tanah Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan_PPPGL Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi 19 Sekretaris Jenderal Kementerian Kumham 20 BPSPL 21 Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil 22 Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap 23 Loka Pekanbaru_LKKPN Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau2 Kecil 24 Loka Sorong LPSPL Kelautan, Pesisir dan Pulau pulau Kecil KKP 25 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya 26 Balitbang Kementerian Kesehatan 27 Dirjen Pajak Kantor Wil Bengkulu dan Lampung 28 Kanwil DJPajak Jawa Tengah I 29 Bapedas Palangka Raya 30 BPKH Wil. XI Jawa Madura 31 Balai Penelitian Kehutanan Palembang Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger 32 Semeru, Ditjen Konservasi SDA dan Ekosistem 33 Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial 34 Direktorat Bina Rencana Pemanfaatan dan Usaha Kawasan 35 Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan 36 Dirjen Bina Usaha Kehutanan 37 Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung KEMLHK 38 Ditjen Bina Usaha 39 Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan 40 Pusat Pengelolaan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara 41 Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan 42 Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah 43 Direktorat Irigasi dan Rawa 44 Direktorat Jenderal Tata Ruang 45 Pusat Pengembangan Kawasan Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kementerian Hukum dan HAM (KEMENHUMHAM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Kementerian Kesehatan (KEMENKES) Kementerian Keuangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KEMEN PU) 51

61 No Unit Kerja Instansi 46 Badan Penelitian dan Pengembangan 47 Balai Besar Karantina Pertanian Makassar 48 Balai Besar Litbang SDL Pertanian 49 Pusat Penelitian Laut Dalam 50 Pusat Penelitian Limnologi 51 Pusat Penelitian Oceanografi Kementerian Pertahanan (KEMENHAN) Kementerian Pertanian (KEMENTAN) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Untuk TNI/Polri yang dilayani dalam pemanfaatan data dan informasi di bidang penginderaan jauh pada tahun 2015, sebagai berikut: No Unit Kerja Instansi 1 Direktorat Topografi Angkatan Darat 2 KODIKLAT TOPOGRAFI 3 KOPASSUS 4 Dinas Hidro-Oseanografi 5 Dispamal 6 KORPS MARINIR TNI-AD TNI-AL 7 Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut 8 Dinas Pengamanan dan Persandian Angkatan Udara TNI-AU 9 Detasemen Khusus 88 Anti Teror POLRI LAPAN juga melayani pengguna yang berasal dari Pemerintah Daerah dalam pemanfaatan data dan informasi di bidang penginderaan jauh dan diharapkan pada tahun 2019 dapat melayani kepada seluruh Propinsi. Adapun pemda-pemda yang dilayani sebagai berikut: No Unit Kerja Instansi 1 Kejaksaan Negeri Meulaboh Pemkab Aceh Barat 2 Bappeda Kabupaten Balangan Pemkab Balangan 3 DInas Pekerjaan Umum Pemkab Bangka Tengah 4 Bappeda Kabupaten Bangli Pemkab Bangli 5 Dinas PU & Kimpraswil Pemkab Bantaeng 6 Bappeda Kabupaten Bantul Pemkab Bantul 7 Sekretariat Daerah Pemkab Banyuasin Pemkab Banyuasin 8 Dinas Pertambangan dan Energi Pemkab Barito Utara 9 Bappeda Kabupaten Batang Pemkab Batang 10 Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Belitung 11 Sekretariat Daerah Pemkab Belitung Timur Pemkab Belitung Timur 12 Pemkab Belu Pemkab Belu 13 Bappeda Kabupaten Bengkayang Pemkab Bengkayang 14 Sekretariat Daerah Pemkab Bengkulu Selatan Pemkab Bengkulu Selatan 15 Dinas PU Kabupaten Boalemo Pemkab Boalemo 16 Bappeda Kabupaten Bogor 17 Dispenda Kabupaten Bogor Pemkab Bogor 52

62 No Unit Kerja Instansi 18 Sekretaris Daerah Kabupaten Bojonegoro Pemkab Bojonegoro 19 Bappeda Kabupaten Brebes Pemkab Brebes 20 Bappeda Kabupaten Buleleng Pemkab Buleleng 21 Bappeda Kabupaten Cirebon Pemkab Cirebon 22 Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Enrekang Pemkab Enrekang 23 Bappeda Kabupaten Garut Pemkab Garut 24 Bappeda Kabupaten Gianyar Pemkab Gianyar 25 Bappeda Kabupaten Gorontalo Utara Pemkab Gorontalo Utara 26 Bappeda Kabupaten Halmahera Barat Pemkab Halmahera Barat 27 Bappeda Kabupaten Halmahera Utara Pemkab Halmahera Utara 28 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Pemkab Hulu Sungai Selatan 29 Bappeda Kabupaten Hulu Sungai Utara Pemkab Hulu Sungai Utara 30 Bappeda Kabupaten Indragiri Hulu dan Penelitian Pembangunan Pemkab Indragiri Hulu 31 Dinas Kehutanan Kabupaten Jayapura Pemkab Jayapura 32 Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana Pemkab Jembrana 33 Bappeda Kabupaten Katingan Pemkab Katingan 34 Bappeda Kabupaten Kepulauan Mentawai Pemkab Kepulauan Mentawai 35 Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen Pemkab Kepulauan Yapen 36 Bappeda Kabupaten Ketapang 37 Dinas Kehutanan Kabupaten Ketapang Pemkab Ketapang 38 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemdes Kabupaten Kolaka Pemkab Kolaka 39 Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Kepulauan Pemkab Konawe Kepulauan 40 Sekretariat Daerah Kabupaten Konawe Selatan Pemkab Konawe Selatan 41 Bappeda Kabupaten Kotabaru Pemkab Kotabaru 42 Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Timur Pemkab Kutai Timur 43 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lamandau 44 Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lamandau Pemkab Lamandau 45 Dinas Kehutanan Provinsi Sulut 46 Dinas Perkebunan Sulut Pemprov Sulut 47 Bappeda Kabupaten Magetan Pemkab Magetan 48 Badan Pengelola Perbatasan Daerah Kabupaten Malinau Pemkab Malinau 49 Bappeda Kabupaten Malinau 50 Bappeda Kabupaten Maluku Tenggara Pemkab Maluku Tenggara 51 Sekretariat Daerah Kabupaten Mamasa Pemkab Mamasa 52 Bappeda Kabupaten Mamuju Tengah Pemkab Mamuju Tengah 53 Pemkab Mamuju Utara Pemkab Mamuju Utara 54 Sekretariat Daerah Kabupaten Minahasa Utara Pemkab Minahasa Utara 55 Bappeda Kabupaten Muara Enim Pemkab Muara Enim 56 Sekretariat Daerah Kab. Musi Rawas Utara Pemkab Musi Rawas Utara 57 Bappeda Kab. Ngawi Pemkab Ngawi 58 Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Pemprov Sumsel 59 Sekretariat Daerah Kabupaten Nunukan Pemkab Nunukan 53

63 No Unit Kerja Instansi 60 Bappeda Kabupaten Ogan Komering Ulu Pemkab Ogan Komering Ulu 61 Bappeda Kabupaten Pacitan Pemkab Pacitan 62 Bappeda Kabupaten Padang Lawas Pemkab Padang Lawas 63 Bappeda Kabupaten Pandeglang Pemkab Pandeglang 64 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pemkab Pangkajene dan Pangkajene dan Kepulauan Kepulauan 65 Bappeda Kabupaten Pati Pemkab Pati 66 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pelalawan Pemkab Pelalawan 67 Bappeda Kabupaten Pemalang Pemkab Pemalang 68 Bappeda Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Pemkab Penukal Abab Lematang Ilir 69 Sekretariat Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Pemkab Pesisir Selatan 70 Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Pinrang 71 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Pemkab Pinrang Perhubungan Kabupaten Pinrang 72 Pemkab Pinrang 73 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pohuwato Pemkab Pohuwato 74 Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kabupaten Poliwali Mandar Pemkab Polewali Mandar 75 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso Pemkab Poso 76 Bappeda Kabupaten Sanggau 77 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pemkab Sanggau Sanggau 78 Bappeda Kabupaten Siak Pemkab Siak 79 Sekretariat Daerah Kabupaten Sintang Pemkab Sintang 80 Dinas PU Kabupaten Solok Pemkab Solok 81 Dinas Tata Ruang Kabupaten Sukabumi Pemkab Sukabumi 82 Bappeda Kabupaten Sumedang Pemkab Sumedang 83 Dinas Bina Marga Kabupaten Tangerang 84 Dinas Tata Ruang Pemkab Tangerang Pemkab Tangerang 85 Bappeda Kabupaten Tanjung Jabung Timur 86 Dinas PU Kabupaten Tanjung Jabung Timur Pemkab Tanjung Jabung Timur 87 Bappeda Kabupaten Tasikmalaya Pemkab Tasikmalaya 88 Bappeda Kabupaten Tegal Pemkab Tegal 89 Dinas PU Kabupaten Teluk Bintuni Pemkab Teluk Bintuni 90 Bappeda Kabupaten Timor Tengah Selatan Pemkab Timor Tengah Selatan 91 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Toraja Utara Pemkab Toraja Utara 92 Dinas PU, Tata Ruang, Pertambangan dan Energi Kabupaten Wakatobi Pemkab Wakatobi 93 Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kotawaringin Timur 94 Sekretariat Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Pemkab Waringin Timur 95 Bappeda Kabupaten Wonosobo Pemkab Wonosobo 96 Pemkab Yalimo Pemkab Yalimo 97 Bappekot Ambon Pemkot Ambon 98 Dinas Tata Kota Pemkot Batam 99 Bappeda Denpasar Pemkot Denpasar 100 Bappeda Kota Gorontalo Pemkot Gorontalo 54

64 Gambar Kesepakatan Bersama antara Kepala LAPAN dengan Gubernur Sulawesi Selatan dan Sosialisasi Pemanfaatan Data Satelit Penginderaan Jauh di depan para Kepala SKPD dan Bappeda (06/05/15) Daftar Perguruan Tinggi yang dilayani dalam pemanfaatan data dan informasi di bidang Penginderaan Jauh pada tahun 2015, sebagai berikut: No Unit Kerja Instansi 1 Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (Politanisamarinda) 2 Program Studi Ilmu Pertanian Universitas Andalas 3 Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin (UNHAS) 4 Fakultas Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Universitas Sriwijaya (UNSRI) 5 Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH) Selain layanan informasi, LAPAN telah mendistribusikan data satelit penginderaan jauh kepada pengguna sejumlah data dengan rincian data resolusi tinggi, data resolusi menengah, sedangkan data resolusi rendah yang dimanfaatkan pengguna adalah data. Pencapaian ini sangat tinggi dalam rangka mengimplementasikan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2012 dan Undang-Undang No. 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan melalui kegiatan pelayanan data satelit penginderaan jauh resolusi resolusi tinggi serta mendukung seluruh kebutuhan nasional termasuk Nawa Cita. 55

65 IKU 7 : Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa Target Realisasi Capaian Nilai 78 (0-100) 79,30 101,67 Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah masih banyak dijumpai beberapa kekurangan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan. Disamping itu data indeks kepuasan masyarakat akan dapat menjadi bahan penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perlu perbaikan dan menjadi pendorong setiap unit penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. merupakan tahun ketiga LAPAN melakukan pengukuran Survei Kepuasan Masyarakat (SKM). Pelaksanaan SKM tahun 2015 merupakan pembuktian LAPAN dalam melakukan pengukuran SKM yang berkesinambungan agar masyarakat merasakan manfaat dari keberadaan LAPAN, serta sebagai upaya meningkatkan kinerja dan perbaikan-perbaikan terhadap pelayanan publik. Dengan prinsip pelayanan sebagaimana dalam Peraturan Menteri PAN&RB tersebut, maka LAPAN telah menyusun SKM dalam bentuk formulir kuesioner dengan menggunakan ruang lingkup yang diamanahkan dalam Peraturan Menteri PAN&RB Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Survei Kepuasan Masyarakat dan metodologi yang disesuaikan dengan kebutuhan LAPAN. Tabel 3.6. Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) dilingkungan LAPAN (bulan Januari s/d Agustus 2015) NO. SATUAN KERJA JUMLAH RESPONDEN NILAI SKM SEKRETARIAT UTAMA ,54 1 Inspektorat 38 76,13 2 Pusat Pemanfaatan Teknologi Dirgantara ,08 3 Biro Perencanaan dan Organisasi 19 73,41 4 Biro Umum ,89 5 Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat 70 76,21 DEINDERAJA ,21 6 Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh ,76 7 Balai Penginderaan Jauh Parepare ,13 8 Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh 24 78,12 DESAINS ,96 9 Pusat Sains dan Antariksa 20 78,52 10 Balai Pengamatan Dirgantara Pontianak 96 83,28 11 Balai Pengamatan Dirgantara Watukosek 31 82,16 12 Loka Pengamatan Dirgantara Sumedang 18 80,44 56

66 NO. SATUAN KERJA JUMLAH RESPONDEN NILAI SKM 13 Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer ,59 14 Loka Pengamatan Atmosfer Kototabang 16 86,01 15 Pusat Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan 5 81,75 DETEKGAN ,34 16 Pusat Teknologi Roket 15 85,44 17 Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk 35 77,75 18 Pusat Teknologi Satelit ,56 19 Balai Penjejakan dan Kendali Wahana Antariksa Biak 74 74,12 20 Pusat Teknologi Penerbangan ,81 JUMLAH RESPONDEN 1437 SKM LAPAN 79,30 Penyusunan SKM LAPAN 2015 dihasilkan melalui pengolahan SKM Satuan Kerja di lingkungan LAPAN pada kurun waktu bulan Januari Agustus 2015 yang dilakukan terhadap responden sebagai masyarakat/ pengguna pelayanan publik yang diberikan oleh Satuan Kerja di lingkungan LAPAN yang terdiri dari internal dan eksternal. Responden tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan yang diberikan LAPAN kepada masyarakat berbasiskan Standar Pelayanan Publik (SPP) yang telah ditetapkan. Terdapat 11 (sebelas) Satuan Kerja dari 20 Satuan Kerja di lingkungan LAPAN yang melakukan survei berbasiskan SPP. Salah satu alasannya yaitu perlu adanya penyempurnaan SPP, karena ternyata pelayanan publik yang diberikan dapat dikategorikan sebagai pelayanan data penginderaan jauh, tidak perlu dipisah-pisah seperti SPP yang berlaku sekarang. Dari 84 Standar Pelayanan Publik (SPP), terdapat 53 SPP atau sebesar 63,09% yang disurvei menurut SPPnya. Dari hasil pengolahan SKM Satuan Kerja di lingkungan LAPAN didapatkan nilai SKM LAPAN yaitu 79,30. Angka tersebut berarti kualitas pelayanan LAPAN kepada masyarakat/ pengguna hasil litbang LAPAN berkinerja pelayanan Baik. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pelayanan publik di LAPAN secara umum mencerminkan kualitas dalam kategori Baik. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan SKM yaitu dalam Peraturan Menteri PAN&RB tidak adanya jumlah minimal responden dalam pelaksanaan survei ini, sehingga hasil yang diberikan apakah bisa mencerminkan kualitas pelayanan publik yang diberikan atau tidak. Jika survei dilakukan berbasiskan SPP, maka jumlah responden akan berpencar, sehingga responden untuk masing-masing SPP hanya sedikit jika dibandingkan survei tidak berbasiskan SPP Tabel 3.7. Perbandingan Nilai Survei Kepuasan Masyarakat LAPAN Tahun Tahun JUMLAH RESPONDEN NILAI SKM , , ,30 57

67 Keberhasilan capaian Sasaran Strategis-2 ini menunjukkan LAPAN telah dapat berperan dengan baik untuk melayani instansi Pemerintah dan masyarakat dalam hal pelayanan iptek penerbangan dan antariksa. Capaian yang sangat berhasil ditunjukkan adalah jumlah pelayanan teknis yang telah diberikan kepada Kementerian/Lembaga, TNI, Polri, Pemda, Universitas dan swasta, serta berdasarkan IKM yang cukup baik. Hal ini juga didorong oleh semakin dibutuhkannya iptek penerbangan dan antariksa untuk menjalankan tugas dan fungsi instansi terkait. Adanya tuntutan pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa bagi instansi Pemerintah terkait, mendorong LAPAN untuk dapat melayani semua kebutuhan tersebut. Sehubungan dengan itu untuk target layanan produk yang dihasilkan, produk yang dimanfaatkan dan jumlah instansi yang dilayani trend kedepan akan semakin meningkat. Hal ini akan dijadikan masukan untuk rencana kerja Sasaran Strategis ke-3 Meningkatnya hasil karya ilmiah iptek penerbangan dan antariksa Upaya pencapaian visi LAPAN selanjutnya dapat dicapai dengan peningkatan kualitas atas hasil litbang iptek penerbangan dan antariksa yang dilakukan. Salah satunya dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas publikasi nasional maupun internasional, baik melalui publikasi ilmiah terindex dalam bentuk makalah ilmiah yang dipublikasikan melalui jurnal ilmiah internasional terindes atau dipublikasi dalam bentuk prosiding atau procidia ilmiah international. Selain itu, tanda peningkatan kualitas litbang lainnya dapat dilakukan dengan peningkatan perolehan HKI dari tahun ke tahun. IKU 8 : Jumlah publikasi nasional terakreditasi Target Realisasi Capaian 45 Makalah 20 desains 15 detekgan 10 deinderaja 39 Makalah 9 desain, 15 detekgan, 15 deinderaja 86,67% Terkait capaian IKU-8, publikasi nasional pada jurnal yang terakreditasi yang dihasilkan pada tahun 2015 oleh LAPAN tidak mencapai target dari 45 makalah yang direncanakan, hanya tercapai 39 makalah (86,67%). 58

68 Adapun rincian publikasi nasional yang terakreditasi yang dihasilkan LAPAN sebagai berikut: Tabel 3.8. Publikasi Ilmiah pada jurnal Nasional Terakreditasi No Judul Publikasi Penulis Penerbit Keterangan 1. Muatan Pengukur Parameter Atmosfer Roket Sonda RSX- 100 dan Metode Pengujiannya, Asif Awaludin, Halimurrahman, Rachmat Sunarya, Laras Tursilowati, Bambang Sapto Wibowo, Endro Artono Jurnal Sains Dirgantara, Vol.12 No. 2 June 2015, nomor : 475/AU2/P2MI- LIPI/08/2012, ISSN X, p Desains, Terbit Analissis Distribusi Spasial dan Temporal Sintilasi Ionosfer Kuat di Atas Indonsia Selama Ekuinoks Pengujian Teknik Korelasi Untuk Deteksi Pengaruh Aktifitas Gempa Bumi Besar Pada Ionosfer. 4. Pengamatan Optik Satelit Leo: Analisis Fotometri 5. Perbandinagn fof2 Keluaran MSILRI dengan Data Observasi di Biak Model IRI dan ASAPS 6. Performa Waveform Sistem ALE 2G Pada Proses Identifikasi Ketersediaan Kanal Ionosfer Sirkut Bandung-Watukosek 7. Proyeksi Awal Musim Di Jawa Berbasis Hasil Downscaling Conformal Cubic Atmospheric Model (CCAM) (Season Onset Projection In Java Based On CCAM Downscaling Output) 8. Arus Cincin Dan Pengaruhnya Terhadap Medan Geomagnet Di Wilayah Indonesia (Ring Current And It's Effect On The Geomagetic Field In Indonesia Region) Asnawi, Prayitno Abadi, Sri Ekawati dan Dessi Marlia Buldan Muslim Rhorom Priyatikanto, Abdul Rahman, Tiar Dani Sri Suhartini, Irvan Fajar Syidik dan Danang Nurmali Varuliantor Dear dan Adit Kirniawan Haries Satyawardhana dan Armi Susandi Mamat Ruhimat Jurnal Sains Dirgantara, Vol.12 No. 2 June 2015, nomor : 475/AU2/P2MI- LIPI/08/2012, ISSN X, p Jurnal Sains Dirgantara, Vol.12 No. 2 June 2015, nomor : 475/AU2/P2MI- LIPI/08/2012, ISSN X, p Jurnal Sains Dirgantara, Vol.12 No. 2 June 2015, nomor : 475/AU2/P2MI- LIPI/08/2012, ISSN X, p Jurnal Sains Dirgantara, Vol.12 No. 2 June 2015, nomor : 475/AU2/P2MI- LIPI/08/2012, ISSN X, p Jurnal Sains Dirgantara, Vol.12 No. 2 June 2015, nomor : 475/AU2/P2MI- LIPI/08/2012, ISSN X, p Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 13 No. 1 Desember 2015, nomor : 475/AU2/P2MI- LIPI/08/2013, ISSN X. Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 13 No. 1 Deseber 2015, nomor : 475/AU2/P2MI- LIPI/08/2013, ISSN X, Desains, Terbit 2015 Desains, Terbit 2015 Desains, Terbit 2015 Desains, Terbit 2015 Desains, Terbit 2015 Desains, Dalam prosses pencetakan Desains, Dalam proses pencetakan 59

69 No Judul Publikasi Penulis Penerbit Keterangan 9. Evaluasi Dan Prediksi Cuaca Antariksa Berdasarkan Perubahan Harian Indeks Aktivitas Matahari: Ssn, F 10.7, F xray, Dan E flare (Evaluation And Prediction Of Space Weather Based On Daily Changes Of Solar Activity Indices: Ssn, F 10.7, F xray, And E flare ) 10. Rancang Bangun Sistem Pengujian Motor Brushless untuk Aplikasi Solar LAPAN Surveillance UAV Berbasis Labview 11. Desain dan Pengujian Intake Konikal Sistem Propulsi Ramjet Pada Kecepatan Supersonik 12. Metode Adaptif Frekuensi Cutoff Untuk Untuk Complementary Filter Pada Accelerometer dan Gyroscope Untuk Sudut Pitch dan Roll Wahana Terbang 13. Metode Double Exponential Smoothing Untuk Estimasi Posisi Roket Menggunakan Radar Transponder 14. Pemisahan Polimer HTPB (Hydroxy Terminated Polybutadiene) Melalui Kolom Kolom Resin Berpori Untuk Merubah Distribusi Berat Molekul 15. Metode Pembuatan Propelan Komposit Dari Beberapa Peneliti di India dan Perbandingannya Dengan Yang Dikembangkan LAPAN Rhorom Priyatikanto Tommy Sugiarto, Imas Tri Setyadewi, Aryandi Marta, Gunawan Setyo Prabowo Sofyan Nasir, Romie Oktovianus Bura Wahyu Widada Wahyu Widada Heri Budi Wibowo Kendra Hartaya Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 13 No. 1 Desember 2015, nomor : 475/AU2/P2MI- LIPI/08/2013, ISSN X, Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.2 Desember 2015, ISSN Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.1 Juni 2015, ISSN Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.1 Juni 2015, ISSN Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.1 Juni 2015, ISSN Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.1 Juni 2015, ISSN Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.1 Juni 2015, ISSN Desains, Dalam proses pencetakan Detekgan, Detekgan, Detekgan, Detekgan, Detekgan, Detekgan, 16. Model Distorsi Pembiasan Atmosfer Pada Citra Satelit LAPAN-A2 dan LAPAN-A3 Patria Rachman Hakim Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.1 Juni 2015, ISSN Detekgan, 17. Peningkatan Resolusi Perhitungan Frekuensi Gelombang Sinus Menggunakan FTT Sri Kliwati Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.1 Juni 2015, ISSN Detekgan, 18. Rancang Bangun Enjin Roket Cair Dengan Gaya Dorong 1000 Kgf Menggunakan Propelan Asam Nitrat Kerosen Arif Nur Hakim Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.1 Juni 2015, ISSN Detekgan, 60

70 No Judul Publikasi Penulis Penerbit Keterangan 19. Rancang Bangun Tangki Komposit Untuk Roket Cair Dengan Propelan Asam Nitrat Kerosen 20. Rancangan dan Implementasi Chirp Signal Generator Pada FPGA untuk Misi Pencitraan Lapan Sueveilance Aircraft Synthetic Aperture Radar 21. Pengaruh Gugus Hidroksil Sekunder Terhadap Sifat Mekanik Poliuretan Berbasis HTPB (Hydroxy Terminated Polybutadiene) 22. Pengaruh Struktur Mikro Dalam HTPB (Hydroxy Terminated Polybutadiene) 2011 dan 2013 Terhadap Karakteristik Propelan Padat Komposit 23. Analisis Data Sensor Accelerometer Pada Uji Terbang Roket Eksperimen LAPAN Tipe RX-200 Dengan Menggunakan Antena Omni 900 MHz dan Antena Yagi 900 MHz 24. Pengaruh Dari Posisi Pusat Masa Roket Yang Tidak Terletak Pada Sumbu Axis Simetri Pada Dinamika Terbang Roket Balistik 25. Analisis korelasi suhu permukaan laut terhadap curah hujan dengan metode penginderaan jauh tahun (Studi Kasus: Kota Semarang) 26. Pengujian model pendekatan probabilitas berbasis perubahan penutup lahan citra Landsat tunggal multi waktu untuk pemetaan sawah Arif Nur Hakim, Panataran Sitinjak, Faishol Lutfy, Taufiqur Rochman Andi Mukhtar Tahir, Ade Putri Septi Jayanti Heri Budi Wibowo Afni Restasari, Retno Ardianingsih Kurdianto, Endro Artono Ahmad Riyadl Monica Apriliana Pertiwi, Sutomo Kahar, Bandi Sasmito, Sartono Marpaung Made Parsa Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.2 Desember 2015, ISSN Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.2 Desember 2015, ISSN Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.2 Desember 2015, ISSN Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.2 Desember 2015, ISSN Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.2 Desember 2015, ISSN Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 13 No.2 Desember 2015, ISSN Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4 Nomor 1, (ISSN: X) Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Digital, Vol.13 No 1 Juni 2015: Detekgan, Detekgan, Detekgan, Detekgan, Detekgan, Detekgan, Deinderaja Deinderaja 27. Identifikasi lahan tambang timah menggunakan metode klasifikasi terbimbing maximum likelihood pada citra Landsat Klasifikasi penutup lahan berbasis obyek pada citra satelit SPOT dengan menggunakan metode tree algorithm Udhi Catur N, Muchoriyah, Dipo Yudhatama, Susanto Atriyon Julzarika Majalah Ilmiah Globe Juni2015 Majalah Ilmiah Globe Juni2015 Deinderaja Deinderaja 61

71 No Judul Publikasi Penulis Penerbit Keterangan 29. Analisis pemanfaatan dan validasi hotspot VIIRS nightfire untuk identifikasi kebakaran hutan dan lahan di Indonesia 30. Klasifikasi daerah tercemar limbah acid sludge menggunakan metode spectral mixture analysis berbasis data Landsat-8 Any Zubaidah, Yenni Vetrita, M. Priyatna, Kusumaning Ayu D., Suwarsono Nanik Suryo Haryani, Sayidah Sulma, Junita Monika Pasaribu, Hana Listi Fitriana Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Digital, Vol.12 No 1 Juni 2015: Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Digital, Vol.12 No 1 Juni 2015: Deinderaja Deinderaja 31. Object base segmentation UAV photo data to support the provision of rural area spatial information 32. Kondisi Hutan Manggrove di Pesisir Timur Banyuasin Sumatera Selatan Periode tahun Analisis karakteristik spektral manggrove di Segara Anakan Cilacap berdasarkan pengukuran spektrometer 34. Pengaruh pasang surut air laut dan topografi pada perekaman dengan kanal L-Synthetic Aperture Radar (SAR) untuk estimasi biomasa manggrove di atas permukaan tanah (studi kasus Segara Anakan) 35. Pemanfaatan citra suhu permukaan laut data satelit Suomi NPP VIIRS untuk produksi informasi ZPPI 36. Implementasi model pemantauan pertumbuhan tanaman padi untuk pengolahan pertanian terpadu 37. Model analisis kawasan hutan untuk identifikasi potensi konflik pemanfaatan ruang, studi kasus provinsi Kalimantan Selatan Nurwita Mustika Sari, Dony Kushardono Anang Dwi Purwanto dan Wawan K. Harsanugraha Gathot Winarso, Anang D Purwanto dan Yennie Vetrita Sony Darmawan, Wataru Takeuchi, Yenni Vetrita, Gathot Winarso, Ety Parwati, Ketut Wikantika dan Dewi Kania Sari Rossi Hamzah, Wawan K.H Made Parsa, Dede, Dirgahayu, Sr Hari Made Parsa, Muchlisn Arief Indonesian Journal of Spatial and Regional Analysis Vol 29, I, July 2015 Buku Bunga Rampai Manggrove tahun 2015 Buku Bunga Rampai Manggrove tahun 2015 Buku Bunga Rampai Pesisir dan Laut tahun 2015 Buku Bunga Rampai Pesisir dan Laut tahun 2015 Buku Bunga Rampai Sumber Daya Wilayan Darat 2015 Buku Bunga Rampai Sumber Daya Wilayan Darat 2015 Deinderaja Deinderaja Deinderaja Deinderaja Deinderaja Deinderaja Deinderaja 38. Pemanfaatan data Landsat multitemporal untuk zonasi daerah rawan banjir di Jakarta menggunakan pendekatan geomorfologi 39. Aplikasi penginderaan jauh untuk menilai dampak penggunaan lahan terhadap surplusair DAS Cilliwung Suwarsono, M. Priyatna, M.Rokhis Khomarudin, Wikanti Asriningrum Nur Febrianti, Parwati Sofan, Dan Indah Prasasti Buku Bunga Rampai Banjir 2015 Buku Bunga Rampai Banjir 2015 Deinderaja Deinderaja 62

72 IKU 9 : Jumlah publikasi internasional yang terindeks Target Realisasi Capaian 15 Makalah 4 desains 7 detekgan 4 deinderaja 22 Makalah 4 desain, 12 detekgan 6 deinderaja 146,67% Publikasi internasional pada jurnal terindeks yang dihasilkan LAPAN pada tahun 2015 melebihi target yang ditetapkan. Dari target 15 makalah, tercapai 22 makalah pada jurnal internasional terindeks. Hal ini dikarenakan upaya peneliti untuk mengikuti seminar-seminar di luar negeri maupun penyelenggaraan seminar internasional di Indonesia. Adapun rincian publikasi internasional yang terindeks yang dihasilkan LAPAN sebagai berikut: Tabel 3.9. Publikasi Ilmiah pada Jurnal Internasional Terindeks No Judul Publikasi Penulis Penerbit Keterangan 1. Correlation equation to predict HHV of Tropocal peat based on its ultimate analyses 2. Effects of pre-reversal enhancement of E B drift on the latitudinal extension of plasma bubble in Southeast Asia 3. Evaluation of a global model of ionospheric slab thickness for fof2 estimation during geomagnetic storm 4. The Implemantation of binned Kernel density estimation to determine open clusters proper motions : validation of methode. Wiwiek Setyawati 1), Enri Damanhuri 2) Puji Lestari, Kania dewi 2). Prayitno Abadi 1, Yuichi Otsuka 2 and Takuya Tsugawa 3 Buldan Muslim 1, Haris Haralambous 2, Christina Oikonomou 3, Sefria Anggarani 1 R. Priyatikanto, M.I Arifyanto ELSEVIER Procedia Engineering 12 (2015) The 5th International Conference of Euro Asia Civil Engineering Forum (EACEF-5), Indek : SCImago Journal Rank (SJR) : 0,274, Source Normalized Impact per Paper (SNIP) : 0,629. ISSN : A Springer Open Journal, Earth, Planets and Space (2015) 67:74 DOI /s , Impact factor 1,33 ANNALS OF GEOPHYSICS, 58, 5, 2015, A0551; doi: /ag-6721, Atmospheric Physics and Chemistry, SJR 0,63, Impact factor 2013 : 1.157, 5 year Impact Factor 0,989. Astrophys Space Science, Spriger (2015) 355: , DOI /s y Desains, Terbit 2015 Desains, Terbit 2015 Desains, Terbit 2015 Desains, Terbit

73 No Judul Publikasi Penulis Penerbit Keterangan 5. Power Budgeting Analysis for LSA-02 UAV Technology Demonstrator 6. Economic Analysis of Small Format Aerial Photography Mission Utilizing LSA-01 UAV 7. Design & Flight Test of a Medium range UAV for Aerial Photography 8. Conformal Printed Traveling Wave Antenna Composed of Interdigital Capacitor Structure 9. Analysis of Lapan's IR Micro bolometer Design for Volcano Activity 10. Evaluation of Attitude Dynamic Module on LAPAN- ITB Micro-Satellite Simulator 11. Analysis of Radiometric Calibration on Matrix Imager of LAPAN-A3 Satellite Payload Fuad Surastyo, Adi Wirawan Fuad Surastyo, Gunawan Setyo Prabowo Dewi Anggraeni, Dony Hidayat, Ardanto M. Pramutadi, Mujtahid, Arifin Rasyadi Cahya Edi Santosa, Munir Bustanul Arifin, Irwan Priyanto, Andi Mukhtar Tahir Robertus Heru Triharjanto, Muhammad Sulaiman Nur Ubay, Satriya Utama, Ridanto Eko Poetro Patria Rachman Hakim, A. Hadi Syafrudin, Sartika Salaswati The Journal of Aerospace Engineering, terindex Scopus dan Science Citation Index. International Journal of Unmanned Systems Engineering, terindex Index Copernicus Value International Journal of Unmanned Systems Engineering, terindex Index Copernicus Value IEEE Transaction on Antenna and Propagation terindex IEEE Xplore IEEE International Conference on Aerospace Electronics and Remote Sensing Technology (ICAREST) Bali IEEE International Conference on Aerospace Electronics and Remote Sensing Technology (ICAREST) Bali IEEE International Conference on Aerospace Electronics and Remote Sensing Technology (ICAREST) Bali Detekgan Detekgan Detekgan Detekgan Detekgan Detekgan Detekgan 12. The Analysis of LAPAN- A3/IPB satellite Image Data Simulation using High Data Rate Modem Chusnul Tri Judianto, Eriko Nasemudin Nasser Journal International Procedia Environmental Sciences Detekgan 13. Multitasking Programming of OBDH Satellite Based On PC 104. Hariyono International Journal of Advanced Studies in Computer Science and Engineering Detekgan 14. Complete Monitoring of Ground Control System for High Speed UAV Herma Yudhi Irwanto ARPN Journal of Engineering and Applied Science, ISSN Detekgan 15. Vulcanization Kinetics of Ethylene propylene Diene monomer Thermal Insulation Fathurrohman, Sutrisno Bulletin of Chemical Engineering Reaction and Catalaysis, ISSN Detekgan 64

74 No Judul Publikasi Penulis Penerbit Keterangan 16. Booster Effect on RKX-200Tj Flight Stability 17. A Framework of Sparse Synthetic Aperture Radar Image Formation using Iterative Reweighted Least Square Lp-Minimization 18. Compressed SAR Imaging based on Maxwell Equation 19. Spatial and temporal analysis of land use change for 11 years ( ) in sub-wathershed Sumpur Singkarak 20. Detecting areas affected by flood using multi-te,poral Alos Palsar remotely sensed data in Karawang, West Java, Indonesia 21. Multi-temporal remote sensing data and spectral indices analysis for detection tropical rainforest degradation: case study in Kapuas Hulu and Sintang Districts, Wes Kalimantan, Indonesia 22. Long-wave infrared identification of smoldering peat fires in Indonesia with nightttime Landsat data Herma Yudhi Irwanto Rahmat Arief Rahmat Arief Edwin, Amrizal S, Aprisal, Yulna F, Ita Carolita Fajar Yulianto, Parwati Sofan, Any Zubaidah, Kusumaning Ayu Dyah Sukowati, Junita Monika Pasaribu, M. Rokhis Khomarudin Parwati Sofan, Yenni Vetrita, Fajar Yulianto, M. Rokhis Khomarudin Christopher D Elvidge, Mikhail Zhizhin, Feng-Chi Hsu, Kimberly Baugh, M. Rokhis Khomarudin, Yenni Vetrita, Parwati Sofan, Suwarsono And Dadang Hilman Proceeding of th International Conference on Instrumentation, Communications, Information Technology and Biomedical Engineering, ISBN International Journal of Simulation- Systems, Science and Technology- IJSSST V16 - IJSSST: Vol. 16, No. 5, UKSim2015- Cant+Orsoni, Terindeks SCOPUS, SJR index 0,19. Jurnal Teknologi Volume XX 2016, Penerbit UTM Press, Universiti Teknologi Malaysia, Terindeks SCOPUS, SJR index 0,15 International Journal on Advances Science Engineering Information Technology, Vietnam, DOI: /Ijaseit Journal of the international Society For The Prevention and Mitigation of Natural Hazards. Issn x Volume 77 Number 2 Nat Hazards (2015) Journal of the international Society For The Prevention and Mitigation of Natural Hazards. Nat Hazards (2015) Environ. Res. Lett. 10 (2015) Detekgan Deinderaja Deinderaja Deinderaja Deinderaja Deinderaja Deinderaja 65

75 IKU 10 : Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted Target Realisasi Capaian 2 HKI 0 HKI 0% Keterangan: Pada tahun 2015, telah disampaikan 7 usulan HKI oleh LAPAN kepada Dirjen Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM Pada tahun 2015 HKI yang telah didaftarkan oleh LAPAN belum mendapat sertifikat HKI oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Hal ini dikarenakan proses pendaftaran sampai dengan granted membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 2-4 tahun atau lebih. Gambar Prosedur pengusulan HKI 66

76 Sehingga capaian IKU ini tidak tercapai. Sebagai contoh usulan HKI pada tahun 2010 sampai sekarang belum juga berstatus granted. Tetapi pada tahun 2015, LAPAN telah mengajukan 7 usulan HKI ke Kementerian Hukum dan HAM dengan judul sebagai berikut: Tabel Usulan HKI No Judul Publikasi Keterangan 1. Frekuensi Adaptif Sinyal Pandu Untuk Radar Transponder Wahana Terbang didaftarkan tanggal 11 April 2015 dengan nomor permohonan P Repeater Radar Transponder Menggunakan Pesawat Udara Tanpa Awak 3. Sistem Pelacak Posisi Dan Kecepatan Peluncuran Roket Jamak Menggunakan Multi Frekuensi Transponder 4. Aktifasi Sistem Terminasi Penerbangan Menggunakan Kode Perintah Suara 5. Integrasi Komunikasi Sistem Terminasi Penerbangan Dan Pengukuran Jarak Wahana Terbang Menggunakan Transponder Radio 6. Metode Perhitungan Indeks Ionosfer (T) Regional Indonesia 7. Alat Pencekam Mekanik Benda Kerja Untuk Mesin didaftarkan tanggal 11 April 2015 dengan nomor permohonan P didaftarkan tanggal 11 April 2015 dengan nomor permohonan P didaftarkan tanggal 11 April 2015 dengan nomor permohonan P didaftarkan tanggal 11 April 2015 dengan nomor permohonan P didaftarkan tanggal 11 April 2015 dengan nomor permohonan P didaftarkan tanggal 11 Oktober 2015 dengan nomor permohonan S Secara garis besar HKI terdiri dari hak cipta (copyright), dan Hak Kekayaan Industri (industrial property right) yang meliputi paten (patent), desain industri (industrial design), merek (trademark), penanggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair competition), desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit) dan rahasia dagang (trade secret). 67

77 Tabel Rekapitulasi Usulan HKI Tahun No Judul Nomor Permohonan Filling Date Nomor Paten Tanggal Pemberian Jatuh Tempo Pemeliharaan HKI 1. Sudu Turbin Angin P /8/2008 ID P Pembangkit Listrik Tenaga Angin Aksi Ganda 3. Turbin Angin Pembangkit Listrik 4. Alat Separasi Roket Bertingkat Dengan Nok-Klem 5. Alat Separasi Roket Bertingkat Dengan Lengan Pengungkit- Grendel 6. Alat Uji Tekan Hydro-Elastik Untuk Tabung/Pipa 7 Sistem Dan Metode Untuk Menentukan Sudut Gerak Roket 8 Pengukur Inersia 6 Derajat Kebebasan Roket Menggunakan Multi Sensor Dengan Pemilih Tingkat Sensitifitas Secara Otomatis 9 Pemantau Pergerakan Roket 3 Dimensi Menggunakan Crossband Radio Repeater 10 Penggunaan Lensa Plano-Convax (Datar-Cembung) untuk Teknik Identifikasi Posisi Obyek 11 Kombinasi Radar Transponder dan Dopler Radio Pengukur Jarak dan KecepatanRoket Secara Simultan P /8/2008 ID P P /8/2008 ID P P /11/2010 ID P P /11/2010 ID P P /11/2010 ID P P /9/2010 ID P P /01/2011 ID P P /09/2010 P /10/2012 P /6/ /11/ /11/20XX 06/11/ /11/ /11/20XX 06/11/ /11/ /11/20XX 06/11/ /02/ /02/20XX 20/02/ /04/ /04/20XX 06/11/ /03/ /03/20XX 06/11/ /04/ /04/20XX 06/11/ /03/ /03/20XX 06/11/

78 No Judul Nomor Permohonan Filling Date Nomor Paten Tanggal Pemberian Jatuh Tempo Pemeliharaan HKI 12 Sistem Konstruksi dan Metode Perakitan Motor Roket yang Menggunakan Material Tabung Komposit 13 Sayap Pesawat Yang Dimodifikasi Untuk Meningkatkan Prestasi Lepas Landas dan Mendarat Pesawat 14 Sistem Distribusi Daya Untuk Mencapai Target Lama Terbang Pada LSU Sistem Pelontar Peluru Kendali atau Pesawat Terbang Tanpa Awak P /02/2014 P /02/2014 P /02/2014 P /02/ Alat Uji Terpadu P /02/ Sistem dan Metode Pemutus Senar Balon Menggunakan Kawat Panas pada Teflon dengan Moda Terprogram 18 Muatan Roket Sonda Pengukur Parameter 19 Frekuensi Adaptif Sinyal Pandu Untuk Radar Transponder Wahana Terbang 20 Repeater Radar Transponder Menggunakan Pesawat Udara Tanpa Awak 21 Sistem Pelacak Posisi Dan Kecepatan Peluncuran Roket Jamak Menggunakan Multi Frekuensi Transponder P /09/2014 P /09/2014 P /04/2015 P /04/2015 P /04/

79 No Judul Nomor Permohonan Filling Date Nomor Paten Tanggal Pemberian Jatuh Tempo Pemeliharaan HKI 22 Aktifasi Sistem Terminasi Penerbangan Menggunakan Kode Perintah Suara 23 Integrasi Komunikasi Sistem Terminasi Penerbangan Dan Pengukuran Jarak Wahana Terbang Menggunakan Transponder Radio 24 Metode Perhitungan Indeks Ionosfer (T) Regional Indonesia 25 Alat Pencekam Mekanik Benda Kerja Untuk Mesin P /04/2015 P /04/2015 P /04/2015 S /10/2015 Sasaran Strategis ke-4 Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar IKU 11 : Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar Target Realisasi Capaian Sebagai amanah dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, maka LAPAN wajib mengawasi kepatuhan pemenuhan standard dan prosedur keamanan yang dilaksanakan oleh setiap penyelenggaraan keantariksaan (kegiatan eksplorasi dan pemanfaatan antariksa yang dilakukan, baik di dan dari bumi, ruang udara, maupun antariksa) di Indonesia. Untuk itu perlu diukur persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar. Pada tahun 2015, IKU ini belum ditetapkan targetnya, karena reorganisasi dilaksanakan pada akhir tahun 2015 dan Satuan Kerja di LAPAN yang salah satu tugasnya melaksanakan penyusunan standar di bidang penerbangan dan antariksa baru dibentuk pada akhir tahun

80 3.2. PERBANDINGAN REALISASI IKU TERHADAP TAHUN SEBELUMNYA Perbandingan kinerja dengan tahun sebelumnya dilaksanakan dengan membandingkan capaian dengan tahun sebelumnya, sebagaimana dapat dijelaskan pada tabel berikut : Tabel Perbandingan realisasi IKU tahun 2015 terhadap tahun sebelumnya SASARAN STRATEGIS Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima Meningkatnya hasil karya ilmiah Iptek penerbangan dan antariksa Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) IKU 1 : Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus Target Realisasi Target Realisasi 2 tipe 2 tipe (100%) 2 Tipe IKU 2 : Jumlah tipe satelit untuk pemantauan Tipe IKU 3 : Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan IKU 4 : Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan IKU 5 : Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim IKU 6 : Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa IKU 7 : Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa IKU 8 : Jumlah publikasi nasional terakreditasi 2 tipe 3 tipe (150%) informasi - 28 informasi (103,70%) 186 instansi - 77,27 51 makalah 53 makalah (103,92%) IKU 9 : Jumlah publikasi internasional yang terindeks 20 makalah 51 makalah (255%) IKU 10 : Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted 5 Judul terdaftar 7 Judul terdaftar (140%) 2 Tipe 1 Produk desain 3 Tipe (150%) 2 Tipe (100%) 2 Tipe (100%) 1 Produk desain (100%) 14 Model 15 Model (107,14%) 125 Instansi Nilai 78 (0-100) 45 Makalah 200 Instansi (160%) 79,30 (101,67%) 39 Makalah (86,67%) 15 Makalah 22 Makalah (146,67%) 2 HKI granted 0 HKI granted (0%) IKU 11 : Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar

81 3.3. CAPAIAN LAIN DI LUAR IKU Selain capaian dilaksanakan LAPAN yaitu: IKU yang telah dijelaskan di atas, ada capaian yang berhasil di tahun 2015 dalam kurun waktu Januari Desember 2015, a. Webometrik Peringkat LAPAN di Webometrik lembaga riset pada Januari 2015 naik dari peringkat 4 nasional (741 internasional) ke peringkat 3 nasional (666 internasional). Sebelumnya peringkat pada Juni 2014 adalah peringkat 40 nasional (7761 internasional. Peningkatan ini menunjukkan eksistensi LAPAN di dunia maya dan dukungannya terhadap gerakan global Open Access Initiative terhadap data-data ilmiah. Hal ini sekaligus melaksanakan amanah undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik bagi institusi publik. Penilaian webometrk ditentukan berdasarkan aksesabilitas, ketersediaan data, pemutakhiran konten situs maupun keterhubungannya dengan situs-situs lainnya dari situs induk. Disamping itu pemeringkatan webometrics LAPAN dapat mendukung penerapan e- goverment LAPAN dalam mendukung kegiatan Litbang. b. Penghargaan Karya Unggulan Anak Bangsa LAPAN menerima penghargaan Karya Unggulan Anak Bangsa dari Kementerian Ristekdikti atas Konsep MSS (Maritime Surveillance System berbasis UAV) dan bersama PT Dirgantara Indonesia atas produk N219. Penghargaan tersebut diberikan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada acara Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-20 di Jakarta, 10 Agustus

82 Gambar Piagam Penghargaan Karya Unggulan berupa Maritime Surveillance System c. Penghargaan Peringkat Terbaik Ketiga dalam pemilihan Unit Kearsipan Lembaga Negara/Lembaga Non Kementerian Terbaik Tingkat Nasional LAPAN menerima penghargaan peringkat terbaik ketiga dalam pemilihan Unit Kearsipan Lembaga Negara/Lembaga Non Kementerian Terbaik Tingkat Nasional dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) pada tanggal 17 Agustus Penghargaan diterima oleh Sekretaris Utama LAPAN I.L. Arisdiyo pada acaraa seminar "Peranan Arsip dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara sekaligus malam Anugerah Kearsipan yang diselenggarakan ANRI di Jakarta. Penilaian diberikan kepada LAPAN atas dasar beberapa indikator: NSPK (Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria), pengelolaan arsip inaktif, kelembagaan, sarana dan prasarana, SDM, pembinaan kearsipan. Gambar Piagam Penghargaan Peringkat Terbaik Ketiga dalam pemilihan Unit Kearsipan Tingkat Nasional 73

83 d. Penghargaan Tangguh Award LAPAN telah menerima penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berupa trophy sebagai Pemenang I Tangguh Award. Penghargaan ini diberikan kepada Tim Tanggap Darurat Mitigasi Bencana Berbasis Data Satelit Penginderaan Jauh, yang senantiasa menyampaikan informasi kondisi bencana setiap saat, diminta atau tidak oleh BNPB dan instansi terkait yang membutuhkan. Pengumuman dilakukan di Solo, 17 Oktober 2015 dalam rangkaian kegiatan peringatan bulan Pengurangan Risiko Bencana. e. Sertifikasi Barang Milik Negara (BMN) LAPAN memperoleh apresiasi dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangann sebagai juara pertama dalam kategori pelaksanaan sertifikasi BMN pada tanggal 2 November Pada kategori tersebut, apresiasi diberikan atas upayaa optimal LAPAN dalam rangka pengamanan dan penertiban dokumen kepemilikan BMN. Apresiasi diberikan berdasarkan penilaian data kinerja pengelolaan BMN yang terdiri dari laporan keuangan pemerintah pusat audited, laporan BMN audited, data kinerja pengelolaan BMN, data sertifikasi BMN berupa tanah pada aplikasi SIMANTAP serta hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan kementerian/ lembaga. Dari 86 instansi tersebut, LAPAN termasuk dalam 31 instansi yang berprestasi dalam kinerja pengelolaan BMN. Gambar Piagam Sertifikasi BMN

84 f. Penghargaan National Procurement Award 2015 LAPAN menerima penghargaan National Procurement Award 2015 dari LKPP untuk 2 kategori: Kepemimpinan pada Transformasi Pengadaan Secara Elektronik dan Komitmen Penerapan Standar LPSE:2014. Penghargaan tersebut diberikan pada Rapat Kerja Nasional Layanan Pengadaann Secara Elektronik (LPSE) 2015 bertepatan dengan Rapat Kerja Nasional Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) 2015 pada tanggal 10 November Hal ini merupakan bentuk penghargaan LKPP terhadap kinerja LPSE LAPAN yang baru terbentuk pada 2014 dan saat ini telah berhasil memenuhi 17 sertifikasi standar Layanan LPSE yang terdiri dari: 1. Standar Kebijakan Layanan 2. Standar Pengorganisasian Layanan 3. Standar Pengelolaan Aset Layanan 4. Standar Pengelolaan Risiko Layanan 5. Standar Pengelolaan Layanan Helpdesk 6. Standar Pengelolaan Perubahan 7. Standar Pengelolaan Kapasitas 8. Standar Pengelolaan Sumber Daya Manusi 9. Standar Pengelolaan Keamanan Perangkat 10. Standar Pengelolaan Keamanan Operasional Layanan 11. Standar Pengelolaan Keamanan Server dan Jaringan 12. Standar Pengelolaan Kelangsungan Layanan 13. Standar Pengelolaan Anggaran Layanan 14. Standar Pengelolaan Pendukung Layanan 15. Standar Pengelolaan Hubungan dengan Pengguna Layanann 16. Standar Pengelolaan Kepatuhan 17. Standar Penilaian Internal Gambar Piagam Penghargaan National Procurement Award 2015 Penghargaan tersebut sebagai komitmen dan dedikasii LAPAN yang terus berkomitmen dalam pengembangan dan implementasii pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-procurement). 75

85 g. Rekor MURI untuk Kategori UAV Jarak Terbang Terjauh LAPAN telah berhasil meraih penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI). Rekor tersebut diperoleh untuk kategori Pesawat Tanpa Awak (UAV) Terbang Menempuh Jarak Terjauh dengan nomor rekor Pesawat terbang tanpa awak buatan LAPAN jenis LSU-03 ini berhasil menempuh jarak sejauh 340 Km, terbang pergi-pulang dari lapangan udara Pameungpeuk, Pangandaran, Nusakambangan, Cilacap dengan ketinggian 600 meter selama 3.5 jam. Pemecahan rekor MURI tersebut dilaksanakan pada tanggal 29 Nopember 2015 di Pameungpeuk, Jawa Barat. Gambar Piagam Penghargaan rekor Muri untuk Kategori UAV Jarak Terbang Terjauh Sebelumnya rekor dengan kategori yang sama telah dipecahkan oleh LAPAN dengan pesawat tanpa awak LSU-02 yang mencatat jarak tempuh 200 kilometer. Kali ini, LSU-03 telah menggantikan rekor tersebut. Pesawat yang memiliki bentang sayap 3500 milimeter dan panjang badan 2500 milimeter tersebut mampu terbang secara autonomous dengan sasaran dan jalur terbang yang telah ditentukan sebelumnya. Pesawat yang dirancang untuk misi surveillance perbatasan, kemaritiman, pertanian ini dapat membawa muatan maksimum seberat 7 kilogram dengan kecepatan terbang rata-rata 100 kilometer per jam. 76

86 h. Keterbukaan Informasi Pada tanggal 15 Desember 2015 LAPAN terpilih sebagai salah satu dari 24 lembaga publik nasional yang menerima penghargaann dari Komisi Informasi Pusat atas keterbukaan informasi yang dinilai paling baik sepanjang LAPAN menduduki peringkat III dari kategori Badan Publik Lembaga Negara di Indonesia. Penilaiann diberikan kepada LAPAN atas dasar beberapa indikator kepatuhan, diantaranya dalam mengumumkan dan menyediakan informasi, pelayanan informasi, dan pengelolaan serta pendokumentasiannya. Presiden Joko Widodo menyerahkan langsung penghargaan tersebut kepada Kepala LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin di Istana Negara. i. Sertifikat ISO 9001 : 2008 terkait dengan Sistem Manajemen Mutu dalam pelayanan teknologi dan Data Satelit Penginderaan Jauh LAPAN meraih sertifikat ISO 9001:2008 terkait dengan Sistem Manajemen Mutu dalam pelayanan teknologi dan Data Satelit Penginderaan Jauh, pada tanggal 15 Desember Ruang lingkup menerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang dilaksanakan oleh Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh mencakup 7 dokumen, 33 Prosedur Mutu, dan 111 Instruksi Kerja. Gambar Sertifikat ISO 9001 : 2008 terkait dengan Sistem Manajemen Mutu dalam Pelayanan Teknologi dan Data Satelit Penginderaan Jauh 77

87 j. Evaluasi dan Seleksi Terbuka Nasional dan Internal Berdasarkan Perpres Nomor 49/2015 tentang LAPAN, terjadi perubahan dengan struktur organisasi LAPAN. Untuk mengisi struktur organisasi baru, LAPAN melakukan evaluasi dan seleksi terbuka nasional (untuk 4 JPT Madyta dan 14 JPT Pratama) dan internal (untuk 45 Administrator dan 55 Pengawas). Gambar Pejabat Eselon I, II dan III setelah pelatikan sesuai struktur organisasi baru k. Reformasi birokrasi Berdasarkan surat dari Kementerian PAN dan RB Nomor B/11/D.I.PANRB- Hasil Evaluasi UPRBN/12/ /2015 tanggal 22 Desember 2015 tentang Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, LAPAN telah mendapatkan indeks Reformasi Birokrasi sebesar 68,43 (katagori B ) lebih besar dari tahun 2014 yang hanya mendapatkan 52,16 (katagori CC ). Diharapkan pada tahun berikutnya, pelaksanaan reformasi birokrasi dapat dikoordinasikan dengan baik sehingga kategori penilaian pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan LAPAN dapat meningkat AKUNTABILITAS KEUANGAN Dalam pelaksanaan program/kegiatan, LAPAN dibiayai oleh APBN yang dijabarkan dalam dokumen DIPA. Pagu awal tahun yang tertera di dokumen PK adalah sebesar Rp ,- (Enam ratus tujuh puluh tiga miliar tujuh puluh enam juta tujuh ratus delapan puluh satu ribu rupiah). Namun di dalam proses pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan, pagu awal tersebut mengalami perubahan dikarenakan adanya tambahan pagu, yang terdiri dari: 78

88 1. Alokasi tambahan anggaran untuk kegiatan N219 dari Badan Anggaran Bendahara Umum (BABUN) sebesar Rp ,- (Dua puluh tiga miliar rupiah) 2. Hibah Luar Negeri sebesar Rp ,- (Tujuh ratus empat puluh tiga juta lima puluh ribu rupiah) 3. Peningkatan dalam penerimaan pada Pusat Pemanfaatan Teknologi Dirgantara sebagai Badan Layanan Umum (BLU), berupa kontrak pengadaan data resolusi tinggi dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) sebesar Rp ,- (Seratus delapan puluh tujuh miliar empat ratus sembilan belas juta enam ratus enam puluh delapan ribu rupiah). Jadi total anggaran LAPAN pada akhir tahun 2015 yang tertera di dokumen DIPA menjadi Rp ,- (Delapan ratus tujuh puluh delapan miliar tiga ratus tiga puluh Sembilan juta enam ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) dengan rincian realisasi sebagai berikut: Tabel Realisasi Anggaran NO 1 NAMA PROGRAM Program Dukungan Manajemen Teknis dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya LAPAN JENIS SUMBER DANA PAGU (Rp) REALISASI (Rp) % REALISASI RM ,31% BLU ,67% 2 Program Pengembangan Teknologi Penerbangan dan Antariksa RM ,68% HLN ,22% TOTAL ,08% Capaian serapan anggaran pada tahun 2015 yakni sebesar Rp ,- (Enam ratus sembilan puluh empat miliar enam ratus sembilan belas juta seratus delapan puluh satu ribu empat ratus tiga puluh lima rupiah) atau 79,08% dari pagu Rp ,- (Delapan ratus tujuh puluh delapan miliar tiga ratus tiga puluh sembilan juta enam ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah). Realisasi serapan yang kecil disebabkan surat usulan revisi anggaran BLU yang baru dikeluarkan pada tanggal 30 Desember 2015 berdasarkan surat Departemen Keuangan No. S-6869/WPB.12/2015. Sehingga masih terdapat tagihan dari pihak lain sebagai biaya produksi layanan sebesar Rp ,- (Sembilan puluh delapan miliar empat ratus dua puluh enam juta empat ratus sembilan puluh dua ribu sembilan puluh delapan rupiah) yang belum terealisasi dan menjadi kewajiban pada tahun

89 Apabila realisasi anggaran LAPAN 2015 dihitung tanpa memasukan perhitungan dari BLU, maka realisasi anggaran LAPAN menjadi sebesar Rp ,- (Enam ratus dua puluh sembilan miliar enam ratus lima juta tujuh puluh satu ribu sembilan puluh satu rupiah) atau 91,14% dari pagu anggaran sebesar Rp ,- (Enam ratus sembilan puluh miliar delapan ratus empat puluh delapan juta tiga puluh satu ribu rupiah). Saldo atau sisa anggaran terjadi dikarenakan hal-hal sebagai berikut: a. Adanya lelang yang gagal. b. Adanya penyesuaian pembayaran annual-fee yang sebagian sudah dibayarkan pada tahun sebelumnya dan sisa alokasi tersebut tidak dapat dimanfaatkan. c. Tidak terealisasikannya kenaikan tunjangan kinerja yang sudah dialokasikan pada pagu tahun d. Terdapat pegawai yang fungsionalnya berhenti sementara, sehingga tunjangan fungsionalnya tidak dapat dibayarkan. e. Kebijakan-kebijakan penyelenggaraan paket meeting dalam kota, luar kota serta perjalanan dinas luar negeri. 80

90 LAPAN UNGGUL INDONESIA MAJU, LAPAN MELAYANI - INDONESIA MANDIRI Prof. Dr. Thomas. Djamaluddin, M.Sc BAB 4 PENUTUP 81

91 BAB 4 PENUTUP LAPAN berupaya ingin menjadi Pusat Unggulan Penerbangan dan Antariksa, karena itu tak berlebihan bila LAPAN punya kemauan kuat supaya bisa meluncurkan roket sendiri ke antariksa pada Ada empat pilar utama LAPAN, yaitu sains antariksa dan sains atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, penginderaan jauh, serta kebijakan penerbangan dan antariksa. Untuk mendukung program kerja ini, LAPAN butuh dorongan maksimal dari pemerintah agar industri strategis ini bisa kembali bangkit dan terus melakukan inovasi. Bangsa Indonesia secara bertahap harus menjadi bangsa yang mandiri, di mana kemandirian tersebut ditopang oleh kemampuan sumber daya nasional. Kemampuan sejatinya dapat dibangun bersama melalui penguatan Iptek dengan memposisikan aktivitas penelitian, pengembangan, dan penerapan Iptek sebagai unsur utama dalam pembangunan kemandirian bangsa. Upaya koordinasi dan peningkatan kerjasama dengan berbagai instansi terkait terus dilakukan dengan lebih intensif, mengingat usaha pencapaian target yang lebih ambisius pada RPJMN diharapkan menjadi salah satu mesin penggerak pertumbuhan ekonomi nasional melalui pemberdayaan hasil litbang penerbangan dan antariksa. Laporan Kinerja ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja pada berbagai perspektif, sasaran strategis dan indikator keberhasilannya. Laporan ini merupakan wujud transparansi dan akuntabilitas LAPAN dalam melaksanakan berbagai kewajiban yang diembannya dalam pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa di Indonesia serta sistem nilai yang ada di LAPAN, yaitu: Pembelajar, Rasional, Akuntabel, Konsisten dan Berorientasi Kepada Layanan Publik. Sangat disadari bahwa laporan ini belum sempurna seperti yang diharapkan, namun setidaknya masyarakat dan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) dapat memperoleh gambaran kinerja yang telah dilakukan oleh LAPAN sepanjang tahun Di masa mendatang, LAPAN akan terus melakukan berbagai langkah untuk lebih meningkatkan kualitas kinerja dan pelaporannya agar terwujud transparansi dan akuntabilitas seperti yang diharapkan. 82

92 Lampiran I RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN) TAHUN 2015 SASARAN STRATEGIS UTAMA Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima Meningkatnya hasil karya ilmiah Iptek penerbangan dan antariksa INDIKATOR KINERJA UTAMA IKU 1 : Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus IKU 2 : Jumlah tipe satelit untuk pemantauan IKU 3 : Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan IKU 4 : Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan IKU 5 : Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim IKU 6 : Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa IKU 7 : Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa IKU 8 : Jumlah publikasi nasional terakreditasi IKU 9 : Jumlah publikasi internasional yang terindeks IKU 10 : Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted TARGET 2 Tipe 2 Tipe 2 Tipe 1 Produk desain 14 Model 125 Instansi Nilai 78 (0-100) 45 Makalah 15 Makalah 2 HKI granted Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar IKU 11 : Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar - 83

93 Lampiran II 84 84

94 85 85

95 86 86

96 Lampiran III 87 87

97 88 88

98 Lampiran IV PROGRAM Program pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa Program pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa Program pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa SASARAN STRATEGIS UTAMA Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima Meningkatnya hasil karya ilmiah Iptek penerbangan dan antariksa Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar PENGUKURAN KINERJA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN) TAHUN 2015 INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN IKU 1 : Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus 2 Tipe 3 Tipe 150% IKU 2 : Jumlah tipe satelit untuk pemantauan 2 Tipe 2 Tipe 100% IKU 3 : Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan 2 Tipe 2 Tipe 100% 1 1 IKU 4 : Jumlah produk desain pesawat transport nasional Produk Produk yang siap diproduksi oleh industri penerbangan desain desain 100% IKU 5 : Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta 14 Model 15 Model 107,14% mitigasi bencana dan perubahan iklim IKU 6 : Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa IKU 7 : Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa Instansi Nilai 78 (0-100) 200 Instansi 160% 79,30 101,67% IKU 8 : Jumlah publikasi nasional terakreditasi 45 Makalah 39 Makalah 86,67% IKU 9 : Jumlah publikasi internasional yang terindeks 15 Makalah 22 Makalah 146,67% IKU 10 : Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang 2 HKI berstatus granted granted 0 HKI granted 0% IKU 11 : Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar - (dalam ribuan Rupiah) ANGGARAN PAGU REALISASI % ,08% 89 89

99 Lampiran IV STRATEGY MAP LAPAN DENGAN BALANCED SCORECARD (BSC)

100 91 91

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-82.1-/216 DS8916-4341-221-882 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA 2015-2019 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA Jl. Cisadane No. 25 Cikini, Jakarta Pusat www.puskkpa.lapan.go.id DAFTAR ISI

Lebih terperinci

TUGAS REFORMASI BIROKRASI LAPAN FUNGSI REFORMASI BIROKRASI LAPAN

TUGAS REFORMASI BIROKRASI LAPAN FUNGSI REFORMASI BIROKRASI LAPAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 TUGAS REFORMASI BIROKRASI LAPAN... 2 FUNGSI REFORMASI BIROKRASI LAPAN... 2 8 AREA PERUBAHAN REFORMASI BIROKRASI... 2 VISI DAN MISI LAPAN... 2 SASARAN STRATEGIS LAPAN... 2 PROGRAM

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-82.1-/215 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... ii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Kondisi Umum... 2 1.1.1 Profil Sekretariat Utama... 2 1.1.2 Sumber Daya Manusia Sekretariat Utama...

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I. PENDAHULUAN...1 1.1 Kondisi Umum...1 1.1.1 Profil Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang...1 1.1.2. Capaian Balai Pengamatan Antariksa Dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i KATA PENGANTAR... ii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Kondisi Umum... 2 1.1.1 Profil Biro Perencanaan dan Keuangan/Biro Perencanaan dan Organisasi... 2 1.1.2 Capaian Biro Perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera, Alhamdulillah, kami telah menyelesaikan Laporan Kinerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Tahun 2016. Laporan ini dibuat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2016 Kepala Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum. Ir. Christianus R. Dewanto, M. Eng.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2016 Kepala Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum. Ir. Christianus R. Dewanto, M. Eng. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Rencana strategis (Renstra) Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum (KSHU) Periode tahun 2015-2019 telah selesai diperbaharui. Renstra ditetapkan

Lebih terperinci

Laporan Survei Kepuasan Masyarakat Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Survei Kepuasan Masyarakat Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Seiring tuntutan masyarakat terhadap pelayanan, unit penyelenggara pelayanan publik dituntut untuk memenuhi harapan masyarakat dalam melakukan pelayanan. Pelayanan publik

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BALAI UJI TEKNOLOGI DAN PENGAMATAN ANTARIKSA DAN ATMOSFER TAHUN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BALAI UJI TEKNOLOGI DAN PENGAMATAN ANTARIKSA DAN ATMOSFER TAHUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BALAI UJI TEKNOLOGI DAN PENGAMATAN ANTARIKSA DAN ATMOSFER TAHUN 2015-2019 BALAI UJI TEKNOLOGI DAN PENGAMATAN ANTARIKSA DAN ATMOSFER LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

Lebih terperinci

REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2015-2019 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Balai Pengamatan Antariksa Dan Atmsofer Pasuruan Jl. Raya Watukosek Gempol, Pasuruan, Jawa Timur 67155 Telp. 0343-851887,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera, Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa atas rahmat- Nya, Renstra Deputi Bidang Teknologi Penerbangan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIN) DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA (LAKIN) DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA (LAKIN) DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016 DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL http://www.inderaja.lapan.go.id Jl. Pemuda Persil No. 1 Jl.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIN)

LAPORAN KINERJA (LAKIN) LAPORAN KINERJA (LAKIN) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016 PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL KATA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2015 PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

RENSTRA TAHUN

RENSTRA TAHUN Revisi-1 RENSTRA TAHUN 2015-2019 PENERBANGAN DAN ( L A P A N Jl. Angkasa Trikora, Desa Sumberker, Biak Papua Telp. 0981 21078, Fax. 0981 RENSTRA BALAI LAPAN BIAK 2015-2019 Page 1 RENCANA STRATEGIS TAHUN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik Kota Cimahi ini dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. LAPAN TAHUN (revisi)

RENCANA STRATEGIS. LAPAN TAHUN (revisi) RENCANA STRATEGIS PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH LAPAN TAHUN 2015 2019 (revisi) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH Renstra PUSDATA Tahun 2015-2019 i

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review pejabat

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

L A K I P LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

L A K I P LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL L A K I P LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL 2 0 1 4 KEPALA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Lebih terperinci

Jakarta, Februari 2017 Sekretaris Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Jakarta, Februari 2017 Sekretaris Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional SEKRETARIS UTAMA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Laporan Kinerja (Lakin) Sekretariat Utama (Settama) merupakan pertanggungjawaban kepada publik atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran strategis

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan laporan yang disusun sebagai pertanggungjawaban hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam satu tahun. Laporan ini mengukur

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

AGENDA REFORMASI BIROKRASI MELIPUTI (DELAPAN) AREA PERUBAHAN. 1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan PerundangUndangan

AGENDA REFORMASI BIROKRASI MELIPUTI (DELAPAN) AREA PERUBAHAN. 1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan PerundangUndangan 8 AGENDA REFORMASI BIROKRASI MELIPUTI (DELAPAN) AREA PERUBAHAN 1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan PerundangUndangan 3. Penataan Dan Penguatan Organisasi 4. Penataan Tatalaksana 5. Penataan Sistem

Lebih terperinci

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ( L A P A N )

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ( L A P A N ) LAKIP LAPAN 2012 Roket Balistik Satelit LAPAN-A2 UAV Surveillance SIMBA Center LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ( L A P A N ) Jl. Pemuda Persil No. 1 Jakarta 13220, P.O. Box 1020 / JAT Telp.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1. GAMBARAN UMUM a. Kondisi Umum 1. Kedudukan Kecamatan Kandis merupakan bagian dari Kabupaten Siak, yang dibentuk berdasarkan pemekaran dari kecamatan Minas yang diundangkan sesuai Perda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

P eraturan Pemerintah Nomor 8

P eraturan Pemerintah Nomor 8 LAPORAN AKUNTAB)L)TAS K)NERJA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTAR)KSA NAS)ONAL LAPAN TA(UN KATA PENGANTAR P eraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah mengamanahkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI. Revisi 1

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI. Revisi 1 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI Revisi 1 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2016 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan

Lebih terperinci

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah merupakan dasar untuk terselenggaranya Good Governance yang artinya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan kinerja Badan Litbang Perhubungan tahun 2016 ini merupakan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan anggaran yang berisi informasi tentang keberhasilan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Dasar Hukum 1.3 Tujuan 1.4 Sasaran 1.5 Ruang Lingkup 1.6 Pengertian dan Istilah BAB II JENIS DATA YANG DIKUMPULKAN 2.1 Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ROKET NASIONAL DALAM KAITANNYA DENGAN HAMBATAN ALIH TEKNOLOGI DARI MISSILE TECHNOLOGY CONTROL REGIME (MTCR)

KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ROKET NASIONAL DALAM KAITANNYA DENGAN HAMBATAN ALIH TEKNOLOGI DARI MISSILE TECHNOLOGY CONTROL REGIME (MTCR) KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ROKET NASIONAL DALAM KAITANNYA DENGAN HAMBATAN ALIH TEKNOLOGI DARI MISSILE TECHNOLOGY CONTROL REGIME (MTCR) PT. DAHANA, 29 Maret 2012 PUSAT PENGKAJIAN DAN INFORMASI

Lebih terperinci

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kab. Pasuruan 1

1 Pendahuluan. Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kab. Pasuruan 1 1 Pendahuluan D alam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan kinerjanya sebagaimana diamanatkan dalam inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), seluruh instansi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2017 D A F T A R I S I KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014 BAB I Pendahuluan Bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued yang sedang dihadapi organisasi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL TAHUN 2011 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ( LAPAN ) Jl. Pemuda Persil No.1 Jakarta 13220, Telp.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN Pusat Data dan Teknologi Informasi

LAPORAN KINERJA TAHUN Pusat Data dan Teknologi Informasi LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Pusat Data dan Teknologi Informasi KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pangkalpinang, Maret 2015 KEPALA BAPPEDA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

KATA PENGANTAR. Pangkalpinang, Maret 2015 KEPALA BAPPEDA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2015 selesai

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETRIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI JAWA BARAT Menimbang

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum BAB I PENDAHULUAN A. Pandangan Umum Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap tingkatan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M SEKRETARIAT DAERAH KEPUTUSAN SEKRETARIS DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 188.4/747/Org./X/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIP) TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA (LAKIP) TAHUN 2015 BAB II. PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu berisi visi,

Lebih terperinci

LAKIP 2015 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

LAKIP 2015 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan disusun dengan mengacu pada Renstra Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Sulawesi Selatan 2013-2018, Renstra

Lebih terperinci

Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan

Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance and Clean Government ) merupakan prasyarat bagi setiap Pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG KEMENTERIAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari III Lantai 15, Jakarta 10110 Telepon (021) 3519070, Facsimile (021) 3520346 Pos Elektronik ditjenpsdkp@kkp.goid

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 30 Tahun 2005 tanggal 16 Nopember 2005, maka Nomenklatur Badan Pengawas Daerah Kabupaten Banyuasin

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN... 7 A. Latar belakang... 7 B. Gambaran Organisasi... 8 C. Gambaran aspek

Lebih terperinci

Revisi ke 08 Tanggal : 24 Desember 2013

Revisi ke 08 Tanggal : 24 Desember 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3. UU No. 19 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maksud dari penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Bidang Dokumentasi dan Perpustakaan - BSN ini adalah sebagai pertanggungjawaban kepada

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

GUBERNUR SUMATERA BARAT, GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-18.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG SASARAN KERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Jakarta, Ratih Nurdianti

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Jakarta, Ratih Nurdianti KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 merupakan perwujudan dari pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi Deputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010 2014 BPS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 2.1.

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017

PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Tahun Anggaran 2017 Tahun Anggaran 2017 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017 I. PENDAHULUAN Sebagaimana diamanatkan di dalam

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA

PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 /PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang

Lebih terperinci