KATA PENGANTAR. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera,"

Transkripsi

1

2

3 KATA PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera, Alhamdulillah, kami telah menyelesaikan Laporan Kinerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Tahun Laporan ini dibuat sebagai wujud transparansi, akuntabilitas, dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan anggaran berbasis kinerja yang dikelola selama tahun anggaran LAPAN memiliki kontribusi besar dalam mendukung pembangunan nasional dengan penguasaan iptek penerbangan dan antariksa untuk mewujudkan Indonesia maju dan mandiri. Wujud dari program tersebut adalah penguasaan sains antariksa dan sains atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, penginderaan jauh, serta kajian kebijakan penerbangan dan antariksa yang sudah dimanfaatkan oleh berbagai pihak. Laporan Kinerja ini berisi pencapaian sasaran strategis tahun 2016 dan hasil analisis atas keberhasilan maupun kendala dalam menjalankan program Pengembangan Iptek Penerbangan dan Antariksa. Secara umum, pelaksanaan sasaran strategis yang telah ditetapkan berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat walaupun masih ditemukan beberapa kendala dalam pencapaian target kinerja. Laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran utuh pelaksanaan pengusaan Iptek penerbangan dan antariksa sebagai upaya mencapai target sasaran yang tertuang dalam Rencana Strategis LAPAN Kami berharap Laporan Kinerja ini dapat dipahami dengan baik dan memenuhi harapan segenap pemangku kepentingan serta dapat dimanfaatkan sebagai media evaluasi dalam pengelolaan kinerja untuk mendorong peningkatan akuntabilitas kinerja LAPAN di masa yang akan datang. Terima kasih. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Jakarta, Februari 2017 Prof. Dr. Thomas Djamaluddin i

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Pernyataan Telah Direviu Ikhtisar Eksekutif Daftar Tabel Daftar Gambar i ii iii iv v vi BAB 1 01 PENDAHULUAN 01 Umum 01 Organisasi 03 Sumber Daya dan Lokasi Fasilitas 04 Peran Strategis 05 Sistematika Penyajian Pelaporan BAB 2 07 PERENCANAAN KINERJA 07 Rencana Strategis Sasaran Strategis 08 Indikator Kinerja Utama 09 Sistem Nilai 09 Rencana Kerja Tahunan 10 Perjanjian Kinerja 11 Mekanisme Pengumpulan Data Kinerja BAB 3 13 AKUNTABILITAS KINERJA 13 Analisis Capaian Kinerja 64 Capaian Lainnya 64 Capaian Lainnya di Luar IKU 74 Penghargaan 78 Realisasi Anggaran BAB 4 81 PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA BAB 5 85 PENUTUP LAMPIRAN 86 Rencana Kinerja Tahunan LAPAN Tahun Perjanjian Kinerja LAPAN Tahun Pengukuran Kinerja Tahun Strategy Map Lapan ii

5 PERNYATAAN TELAH DIREVIU iii

6 IKHTISAR EKSEKUTIF Penyusunan Laporan Kinerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Tahun 2016 merupakan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan kinerja ini sebagai bahan evaluasi dan parameter dalam rangka meningkatkan kinerja LAPAN di masa yang akan datang untuk mendukung terwujudnya visi LAPAN yaitu Pusat Unggulan Penerbangan dan Antariksa Untuk Mewujudkan Indonesia yang Maju dan Mandiri. Seluruh kebijakan yang ditempuh dalam melaksanakan kegiatan pada tahun 2016 merupakan penjabaran dari empat kompetensi LAPAN yang meliputi Sains Antariksa dan Atmosfer, Penginderaan Jauh, Teknologi Penerbangan dan Antariksa, serta Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa yang dalam sistem pengelolaannya ditetapkan sasaran-sasaran strategis. Laporan Kinerja LAPAN berisi capaian sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis LAPAN Secara umum pelaksanaan pencapaian sasaran strategis tesebut berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dengan melaksanakan Indikator Kinerja Utama (IKU) LAPAN yang tertuang dalam Keputusan Kepala LAPAN Nomor 150 Tahun 2014 tentang Indikator Kinerja Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Hasil pelaksanaan program penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) penerbangan dan antariksa tahun 2016 telah dihasilkan dan dimanfaatkan oleh beberapa instansi pemerintah dan swasta, antara lain : a. Dimanfaatkannya 2 (dua) tipe roket buatan LAPAN yang dimanfaatkan untuk penggunaan khusus yaitu: RX-1220 dan RX-450 (tercapai 100%); b. Dimanfaatkannya 2 (dua) tipe satelit buatan LAPAN untuk survey dan monitoring wilayah maritim Indonesia serta observasi muka bumi yaitu: LAPAN-A2 dan LAPAN-A3 (tercapai 100%); c. Dimanfaatkanya 2 (dua) tipe pesawat UAV buatan LAPAN untuk pemotretan, pemetaan garis pantai, daerah hotspot, pemetaan desa, pemantauan illegal logging yaitu: LSU-02 dan LSU-03 (tercapai 100%); d. Dihasilkannya 1 (satu) produk desain pesawat transport nasional N219 yang siap untuk diproduksi oleh industri penerbangan PT Dirgantara Indonesia (tercapai 100%); e. Dihasilkannya 15 (lima belas) model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim (tercapai 100%); f. Dihasilkannya 60 (enam puluh) makalah publikasi nasional yang terakreditasi dibidang iptek penerbangan dan antariksa (tercapai 100%); g. Dihasilkannya 37 (tiga puluh tujuh) makalah publikasi Internasional yang terindeks tentang iptek penerbangan dan antariksa (tercapai 185%); h. Dihasilkannya 2 (dua) Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted oleh Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia hasil penerlitian dan perekayasaan teknologi roket, satelit dan penerbangan (tercapai 66,6%); i. Tercapainya pelayanan terhadap 178 (seratus tujuh puluh delapan) instansi pengguna yang memanfaatkan layanan iptek penerbangan dan antariksa (tercapai 136%); j. Layanan hasil litbangyasa iptek penerbangan dan antariksa yang memuaskan dengan nilai Indek Kepuasan Masyarakat 83,25 (tercapai 106%). Permasalahan yang mempengaruhi pencapaian target IKU LAPAN selanjutnya akan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan program dan kegiatan tahun berikutnya, yang disusun dalam rencana aksi kinerja LAPAN. iv

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Rencana Kerja Tahunan LAPAN 9 Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja LAPAN Tahun Tabel 2.3 Internal Process dan Learn Growth Perspective LAPAN 11 Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun Tabel 3.2 Perbandingan Capaian IKU 1 16 Tabel 3.3 Spesifikasi Teknis Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB 19 Tabel 3.4 Perbandingan Capaian IKU 2 20 Tabel 3.5 Perbandingan Capaian IKU 3 23 Tabel 3.6 Perbandingan Capaian IKU 4 25 Tabel 3.7 Perbandingan Capaian IKU 5 39 Tabel 3.8 Publikasi Nasional Terakreditasi 40 Tabel 3.9 Perbandingan Capaian IKU 6 44 Tabel 3.10 Publikasi Internasional Yang Terindeks 45 Tabel 3.11 Perbandingan Capaian IKU 7 47 Tabel 3.12 Perbandingan Capaian IKU 8 50 Tabel 3.13 Status HKI LAPAN Tahun Tabel 3.14 Daftar Pengguna Layanan Iptek Penerbangan Dan Antariksa 51 Tabel 3.15 Perbandingan Capaian IKU 9 61 Tabel 3.16 Nilai Survei Kepuasan Masyarakat di lingkungan LAPAN 62 Tabel 3.17 Perbandingan Capaian IKU Tabel 3.18 Perbandingan Capaian IKU Tabel 3.19 Perbandingan Capaian IK Tabel 3.20 Rekapitulasi Kerjasama untuk peningkatan SDM dan fasilitas 65 Tabel 3.21 Perbandingan Capaian IK Tabel 3.22 Perbandingan Capaian IK Tabel 3.23 Perbandingan Capaian IK Tabel 3.24 DSS lintas sektoral yang operasional 70 Tabel 3.25 Perbandingan Capaian IK Tabel 3.26 Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Tahun Tabel 3.27 Perbandingan Capaian IK Tabel 3.28 Realisasi Anggaran LAPAN Tahun v

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Struktur Organisasi LAPAN 2 Gambar 1.2 Data SDM Berdasarkan Jenjang Pendidikan 3 Gambar 1.3 Komposisi SDM Berdasarkan Jabatan Fungsional Khusus 3 Gambar 1.4 Lokasi Fasilitas LAPAN 4 Gambar 2.1 Peta Strategis LAPAN 8 Gambar 2.2 Tampilan Aplikasi Siforen Monev 12 Gambar 2.3 PIC Manajemen Kinerja LAPAN 12 Gambar 3.1 Pengujian terbang RX 1220 di Ambal, Agustus Gambar 3.2 Pengujian terbang RX 450 di Garut, Jawa Barat 15 Gambar 3.3 Data AIS diambil dari satelit LAPAN-A2 17 Gambar 3.4 Gambar yang dihasilkan Satelit LAPAN-A2/LAPAN-Orari 18 Gambar 3.5 Proses AIT satelit LAPAN A3/LAPAN IPB di Clean Room, Pusat 19 Teknologi Satelit Bogor Gambar 3.6 Hasil Citra Kamera Digital Spacecam pada Fase LEOP Satelit LA- 20 PAN-A3/LAPAN-IPB Gambar 3.7 Hasil pemotretan tahap I dan tahap II 21 Gambar 3.8 Runway takeoff landing dan hasil pemotretan kayu tumbang bekas 21 kebakaran gambut Gambar 3.9 Kecamatan Kretek dengan Luas 2 X 3 Km Hasil Mosaic dengan Skala 22 Lebih Besar Gambar 3.10 Kayu yang dihanyutkan pada Saluran Air Pondok/Bedeng di Tengah 22 Hutan Gambar 3.11 Wing Static Test 24 Gambar 3.12 Instalasi Wiring di Fuselage dan Instalasi Black Box (Flight Data 25 Recorded) Gambar 3.13 Satellite Disaster Early Warning System (SADEWA) 26 Gambar 3.14 Tampilan Awal SEMAR 27 Gambar 3.15 Model Kemaritiman (SEMAR) 28 Gambar 3.16 Launching DSS SEMAR 28 Gambar 3.17 Tampilan online SRIKANDI 29 Gambar 3.18 Surat permintaan dari Kementerian LHK terkait Hotspot LAPAN 31 Gambar 3.19 Integrasi sistem pengolahan dan pengiriman informasi hotspot 32 Gambar 3.20 Komunikasi LAPAN dengan pengguna terkait informasi hotspot 32 Gambar 3.21 Hotspot Information berbasis Android 33 Gambar 3.22 Tampilan data Himawari-8 yang terintegrasi dengan sistem katalog 34 data pada Website Pustekdata Gambar 3.23 Sistem Informasi Pemantauan Sumber Daya Alam (SIPANDA) 34 Gambar 3.24 Sistem Informasi Mitigasi Bencana Alam (SIMBA) 35 Gambar 3.25 Tampilan SPBN Provinsi 35 vi

9 Gambar 3.26 Citra MODIS Tanggal 8 September 2015, Komposit RGB Gambar 3.27 Klasifikasi menggunakan threshold reflektansi band 5 dan band 3 36 Gambar 3.28 Klasifikasi Area Terakar dengan Data MODIS 36 Gambar 3.29 Kualitas citra mozaik data foto pesawat terbang manual 37 Gambar 3.30 Digital Terrain Model (DTM) Merauke 38 Gambar 3.31 Identifikasi kerusakan lingkungan LAT dan reflektansi objek 39 Gambar 3.32 Sertifikat paten Kombinasi Radar Transponder dan Depler Radio 48 Pengukur Jarak dan Kecepatan Roket Secara Simultan Gambar 3.33 Sertifikat paten Sistem Pemantauan Pergerakan Wahana Terbang 3 49 Dimensi Menggunakan Repeater Radio Gambar 3.34 Dokumen Kebijakan Penerbangan dan Antariksa 68 Gambar 3.35 Penyerahan Penganugerahan Pemeringkatan Keterbukaan Informasi 74 Publik Tahun 2016 Gambar 3.36 Pengukuhan Profesor Riset LAPAN Tahun Gambar 3.37 Penyerahan rekor MURI kategori Pesawat tanpa awak yang terbang 75 pertama di Indonesia menembus lapisan stratosfer Gambar 3.38 Penyerahan Bumandala Award Tahun Gambar 3.39 Penyerahan Penghargaan Peringkat Terbaik Ketiga dalam Pemilihan 77 Unit Kearsipan Lembaga Negara/Lembaga Non Kementerian Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2016 Gambar 3.40 Penyerahan Opini WTP atas Laporan Keuangan Tahun vii

10

11 1 PENDAHULUAN

12

13 PENDAHULUAN 1.1. UMUM Reformasi penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dimulai dengan dikeluarkannya Ketetapan MPR Nomor XI/1998 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Dalam peraturan perundang-undangan tersebut dinyatakan bahwa salah satu asas penyelenggaraan pemerintahan adalah asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 pada intinya berisikan sistem manajemen kinerja instansi Pemerintah yang mewajibkan seluruh instansi Pemerintah untuk menyusun Rencana Strategis (Renstra) sebagai acuan pelaksanaan kegiatan dalam jangka waktu lima tahun. Hasil pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, dilaporkan setiap tahun melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN). Sebagaimana Instruksi Presiden tersebut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang mempunyai peran strategis di bidang keantariksaan telah menyusun LAKIN dalam rangka perwujudan tanggungjawab pelaksanaan akuntabilitas kinerjanya. Laporan kinerja LAPAN disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban LAPAN dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2016 dalam rangka melaksanakan misi, dan mencapai visi serta sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit kerja LAPAN. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, laporan kinerja tersebut juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ORGANISASI Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2015, LAPAN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, LAPAN menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan serta pemanfaatannya; b. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan serta pemanfaatannya; c. Penyelenggaraan keantariksaan; d. Pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN; e. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan LAPAN; f. Pelaksanaan kajian kebijakan strategis penerbangan dan antariksa; Laporan Kinerja

14 g. Pelaksanaan penjalaran teknologi penerbangan dan antariksa; h. Pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan sistem informasi penerbangan dan antariksa; i. Pengawasan atas pelaksanaan tugas LAPAN; dan penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan serta pemanfaatannya. Peraturan Presiden tersebut kemudian dijelaskan lebih lanjut dengan Peraturan Kepala (Perka) LAPAN Nomor 08 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Dalam Perka tersebut, struktur organisasi LAPAN digambarkan sebagai berikut: Penginderaan Jauh. Untuk pejabat eselon II yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala LAPAN adalah pimpinan Inspektorat, pimpinan Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa, pimpinan Pusat Pemanfaatan Teknologi Dirgantara, pimpinan Pusat Teknologi Informasi dan Standar Penerbangan dan Antariksa. Sekretaris Utama memimpin Sekretariat Utama yang membawahi Biro Sumber Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum; Biro Perencanaan dan Keuangan; dan Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum. Untuk Deputi Bidang Penginderaan Jauh membawahi Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh dan Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh. Deputi Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer membawahi Pusat KEPALA INSPEKTORAT SEKRETARIAT UTAMA BIRO SUMBER DAYA MANUSIA, ORGANISASI, DAN HUKUM PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA PUSAT PEMANFAATAN TEKNOLOGI DIRGANTARA PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN STANDAR PENERBANGAN DAN ANTARIKSA BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN DEPUTI BIDANG SAINS ANTARIKSA DAN ATMOSFER DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI PENERBANGAN DAN ANTARIKSA DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH BIRO KERJA SAMA, HUBUNGAN MASYARAKAT, DAN UMUM PUSAT SAINS ANTARIKSA PUSAT TEKNOLOGI PENERBANGAN PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH PUSAT SAINS DAN TEKNOLOGI ATMOSFER PUSAT TEKNOLOGI ROKET PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH PUSAT TEKNOLOGI SATELIT Gambar 1.1. Struktur Organisasi LAPAN berdasarkan Perka LAPAN No. 8 Tahun Dalam menjalankan tugasnya, Kepala LAPAN dibantu oleh pejabat eselon I yang langsung bertanggung jawab kepada Kepala LAPAN yaitu Sekretaris Utama, Deputi Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer, Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa, Deputi Bidang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Sains Antariksa, dan Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer. Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa membawahi Pusat Teknologi Penerbangan, Pusat Teknologi Roket, dan Pusat Teknologi Satelit. Untuk Pimpinan Biro dan Pusat Litbang yang merupakan eselon II bertanggung

15 jawab kepada pimpinan eselon I sesuai dengan struktur organisasi LAPAN SUMBER DAYA DAN LOKASI FASILITAS LAPAN sampai dengan 31 Desember 2016 memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berjumlah orang, berkurang jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang memiliki jumlah SDM sebesar Data pegawai berdasarkan tingkat pendidikan yaitu S3 sebanyak 37 orang (3,15%), S2 sebanyak 274 orang (23,30%), S1 sebanyak 448 orang (38,10%), Diploma 4 sebanyak 6 orang (0,51%), Diploma 3 sebanyak 37 orang (3,15%), Diploma 2 sebanyak 1 orang (0,09%), Diploma 1 sebanyak 2 orang (0,17%), SLTA sebanyak 337 orang (28,66%), SLTP sebanyak 17 orang (1,45%), dan SD sebanyak 17 orang (1,45%). orang (5,17%), pranata humas sebanyak 27 orang (3,58%), perencana sebanyak 26 orang (3,45%), analis kepegawaian sebanyak 25 orang (3,32%), auditor sebanyak 12 orang (1,59%), pengelola barang dan jasa sebanyak 7 orang (0,93%), pustakawan sebanyak 7 orang (0,93%), pengendali dampak lingkungan sebanyak 3 orang (0,40%), penerjemah sebanyak 1 orang (0,13%), dan perancang peraturan perundangundangan sebanyak 1 orang (0,13%). Sesuai dengan kegiatan utama LAPAN sebagai lembaga penelitian dan pengembangan (litbang), komposisi tiga JFK terbesar adalah peneliti, litkayasa, dan perekayasa. Komposisi pegawai Gambar 1.3. Komposisi SDM Berdasarkan Jabatan Fungsional Khusus Gambar 1.2. Data SDM Berdasarkan Jenjang Pendidikan Adapun komposisi SDM berdasarkan jabatannya, pegawai yang menduduki jabatan struktural sebanyak 119 orang (119 jabatan) atau sebesar 9,67% dari total SDM LAPAN. Sedangkan yang menduduki Jabatan Fungsional Khusus (JFK) sebanyak 754 orang (57,24% dari total SDM) dengan komposisi peneliti sebanyak 283 orang (37,53%), litkayasa sebanyak 165 orang (21,88%), perekayasa sebanyak 111 orang (14,72%), arsiparis sebanyak 47 orang (6,23%), pranata komputer sebanyak 39 berdasarkan JFK disajikan sebagai berikut: Dalam proses pelaksanaan tugas LAPAN di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku, LAPAN telah membangun sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas LAPAN. Sarana prasarana yang dimiliki LAPAN ada di beberapa daerah di seluruh Indonesia, yaitu Rawamangun, Cikini, dan Pekayon (DKI Jakarta); Rancabungur, Rumpin, Bandung, Sumedang, serta Garut (Jawa Barat); Agam (Sumatera Barat); Pontianak (Kalimantan Barat); Pasuruan (Jawa Timur); Parepare (Sulawesi Selatan); dan Biak (Papua). Laporan Kinerja

16 1.4. PERAN STRATEGIS LAPAN Gambar 1.4. Lokasi Fasilitas LAPAN LAPAN mempunyai peran yang strategis yang pelaksanaan kegiatannya dijamin oleh peraturan, diantaranya adalah : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan Lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan ini memperkuat peran LAPAN dalam penyelenggaraan kegiatan keantariksaan. Kewajiban LAPAN yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Memberikan informasi khusus tentang cuaca antariksa, mitigasi dan peringatan dini; b. Memberikan bantuan teknis terkait bencana akibat cuaca antariksa; c. Membangun dan mengoperasikan stasiun bumi untuk perolehan data; d. Melaksanakan pengadaan data resolusi tinggi untuk Instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah; e. Menetapkan metode dan kualitas pengolahan data ; f. Menyelenggarakan penyimpanan dan pendistribusian data melalui bank data; g. Menetapkan pedoman pemanfaatan data h. Menguasai teknologi keantariksaan; i. Mengupayakan alih teknologi melalui kerjasama internasional; j. Menyusun program, perancangan dan prototipe serta pengujian teknologi roket; k. Menjaga keselamatan dan keamanan terhadap resiko kecelakaan dalam penguasaan dan pengembangan teknologi roket; l. Mengembangkan sarana dan prasarana teknologi roket; m. Melakukan pengembangan, perancangan dan prototipe, serta pengujian satelit, pembangunan dan pengoperasian stasiun bumi, peluncuran satelit n. Menyusun dan melaksanakan program penguasaan teknologi aeronatika o. Menyusun rencana induk keantariksaan sebagai pedoman nasional; p. Melaksanakan kajian kebijakan keantariksaan; q. Mengawasi kepatuhan terhadap pemenuhan standar dan prosedur keamanan kegiatan keantariksaan; r. Mengidentifikasi benda jatuh antariksa di wilayah Republik Indonesia. 4 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

17 2. Instruksi Presiden No. 6 tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi. Dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) No. 6 tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi merupakan awal penguatan peran LAPAN melalui Deputi Bidang Penginderaan Jauh sebagai penyedia data secara nasional. Tujuan dari Inpres No. 6 tahun 2012 adalah terwujudnya efisiensi anggaran negara serta efektivitas pelaksanaan penyediaan data satelit, khususnya resolusi spasial tinggi (4 meter) untuk Kementerian/Lembaga, TNI, POLRI, dan Pemerintah Daerah. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh LAPAN melalui Deputi Bidang Penginderaan Jauh adalah: a. Menyediakan data satelit resolusi tinggi dengan lisensi Pemerintah Indonesia; b. Meningkatkan kapasitas dan operasi sistem akuisisi data satelit resolusi tinggi; c. Melaksanakan penyediaan data satelit resolusi tinggi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; d. Melakukan pengolahan atas data satelit resolusi tinggi berupa koreksi radiometrik dan spektral; e. Membuat metadata atas data satelit resolusi tinggi sesuai dengan Standar Nasional Indonesia; f. Melakukan penyimpanan data satelit resolusi tinggi, dan g. Bersama Badan Informasi Geospasial melakukan pengendalian kualitas terhadap data satelit resolusi tinggi SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN Laporan kinerja LAPAN tahun 2016 berisi tentang pencapaian kinerja (performance results) periode tahun Pencapaian Kinerja tahun 2016 diperbandingkan dengan Perjanjian Kinerja (performance agreement) tahun 2016 sebagai tolak ukur dan indikator keberhasilan organisasi dalam malaksanakan target yang telah ditentukan dan realisasi kinerja. Analisis atas realisasi kinerja terhadap rencana kinerja ini berfungsi untuk mengidentifikasikan adanya celah perjanjian kinerja (performance gap) sehingga dapat dipergunakan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dan sebagai landasan dalam memperbaiki kinerja dan mencari solusi terhadap permasalahan yang terjadi di masa mendatang. Berdasarkan kerangka fikir tersebut maka sistematika penyajian LAKIN LAPAN tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1. Ringkasan Eksekutif Menjelaskan pencapaian kinerja LAPAN secara singkat tahun Bab I Pendahuluan Menjelaskan tentang organisasi, sumber daya, lokasi fasilitas, dan isu strategis yang dihadapi organisasi. 3. Bab II Perencanaan Kinerja Menjelaskan tentang proses perjanjian kinerja tahun Bab III Akuntabilitas Kinerja Menjelaskan tentang proses perjanjian kinerja sasaran strategis organisasi. 5. Bab IV Peningkatan Akuntabilitas Menjelaskan langkah perbaikan terhadap hasil rekomendasi Menteri PANRB. 6. Bab V Penutup Menjelaskan hasil kesimpulan pencapaian organisasi dan langkah meningkatkan kinerja. Laporan Kinerja

18

19 2 PERENCANAAN KINERJA

20

21 PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 49 tahun 2015 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dan Peraturan Kepala LAPAN Nomor 8 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, serta Peraturan Kepala LAPAN No 03 Tahun 2016 tentang Rencana Strategis LAPAN Tahun , telah ditetapkan Visi dan Misi LAPAN. Visi Pusat Unggulan Penerbangan dan Antariksa Untuk Mewujudkan Indonesia yang Maju dan Mandiri. Misi 1. Meningkatkan kualitas litbang penerbangan dan antariksa bertaraf internasional. 2. Meningkatkan kualitas produk teknologi dan informasi di bidang penerbangan dan antariksa dalam memecahkan permasalahan nasional. 3. Melaksanakan dan mengatur penyelenggaraan keantariksaan untuk kepentingan nasional. Tujuan Terwujudnya layanan prima di bidang penerbangan dan antariksa bagi masyarakat Sasaran Strategis Dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, LAPAN telah merumuskan peta strategis yang berisi sasaran-sasaran strategis dan menterjemahkannya ke dalam 4 perspektif yaitu: Stakeholder Perspective, Customer Perspective, internal process perspective, dan learn and growth perspective. Berdasarkan Peraturan Kepala LAPAN No 03 Tahun 2016 tentang Rencana Strategis LAPAN Tahun , telah ditetapkan sasaran strategis LAPAN : 1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa (Stakeholder perspective). 2. Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima (Customer perspective). 3. Terselenggaranya keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standard (Customer perspective). 4. Terlaksananya pemanfaatan dan layanan publik iptek penerbangan dan antariksa (Internal Process perspective). 5. Meningkatnya kapasitas Iptek penerbangan dan antariksa (Internal Process perspective). 6. Tersedianya rumusan kebijakan yang implementatif (Internal Process perspective). 7. Tersedianya DSS lintas sektoral untuk mitigasi bencana alam dan perubahan iklim (Internal Process perspective). 8. Terselenggaranya reformasi birokrasi di lingkungan LAPAN (Learn and Growth perspective). Laporan Kinerja

22 Indikator Kinerja Utama Gambar 2.1. Peta Strategi LAPAN tahun Dalam Peraturan Kepala LAPAN Nomor 03 Tahun 2016 tentang Rencana Strategis LAPAN Tahun telah ditetapkan bahwa Indikator Kinerja Utama LAPAN adalah indikator yang terdapat di sasaran strategis pada stakeholder perspective dan costumer perspective. Berdasarkan hal tersebut telah ditetapkan Keputusan Kepala LAPAN Nomor 150 Tahun 2015 tentang Indikator Kinerja Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional : 1. Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus. 2. Jumlah tipe satelit untuk pemantauan. 3. Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan. 4. Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan. 5. Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan sumber daya alam (SDA), lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. 6. Jumlah publikasi nasional terakreditasi. 7. Jumlah publikasi internasional yang terindeks. 8. Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted. 9. Jumlah instansi pengguna layanan iptek penerbangan dan antariksa. 10. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan Iptek penerbangan dan Antariksa. 11. Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar. 8 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

23 Sistem Nilai Sistem nilai merupakan orientasi dan rujukan dalam bertindak bagi setiap pegawai. Berdasarkan Peraturan Kepala LAPAN No 03 Tahun 2016 tentang Rencana Strategis LAPAN Tahun , sistem nilai yang berlaku di LAPAN adalah sebagai berikut : 1. Pembelajar Mempunyai kemauan belajar dan kemampuan beradaptasi dengan hal-hal yang baru. 2. Rasional Apapun yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan ilmiah. 3. Akuntabel Anggaran dan kegiatan dapat dipertanggung jawabkan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi. 4. Konsisten Pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan rencana jangka pendek, menengah dan panjang yang sudah ditetapkan. 5. Berorientasi kepada layanan publik Berupaya memberikan layanan prima sesuai dengan kebutuhan publik RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Rencana Kerja Tahunan adalah penjelasan dari rencana strategis yang telah dibuat oleh LAPAN dalam bentuk yang mendetail dan terukur dengan target yang telah ditentukan. Rencana Kerja Tahunan bertujuan untuk memastikan proses pelaksanaan berfokus kepada hasil pencapaian rencana strategis yang telah ditentukan. Rencana Kerja Tahunan LAPAN untuk tahun 2016 bisa dilihat pada tabel dibawah ini. Sasaran Strategis Utama Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar Indikator Kinerja Utama Sumber: Dok. Rencana Kerja Tahunan LAPAN 2016 Tabel 2.1. Rencana Kerja Tahunan LAPAN 2016 IKU 1 : Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus IKU 2 : Jumlah tipe satelit untuk pemantauan IKU 3 : Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan IKU 4 : Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan IKU 5 : Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim IKU 6 : Jumlah publikasi nasional terakreditasi IKU 7 : Jumlah publikasi internasional yang terindeks IKU 8 : Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted IKU 9 : Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa IKU 10 : Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa IKU 11 : Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar 2 Tipe 2 Tipe Target 2 Tipe 1 Produk desain 15 Model 60 Makalah 20 Makalah 3 Judul 130 Instansi 78,5 - Laporan Kinerja

24 Dalam rencana strategis LAPAN tahun 2016 terdapat 3 sasaran strategis dan 11 indikator kinerja utama. Untuk sasaran strategis ke 1 meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek penerbangan dan antariksa terdapat 8 indikator kinerja utama. Sedangkan pada sasaran strategis ke 2 meningkatnya layanan iptek penerbangan dan antariksa prima terdapat 2 Indikator Kinerja Utama dan sasaran strategis ke 3 terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar memiliki 1 Indikator Kinerja Utama PERJANJIAN KINERJA (PK) TAHUN 2016 Dalam perancanaan kinerja, perumusan target kinerja merupakan tahap awal yang harus dilakukan. Dalam menentukan target kinerja harus disepakati antara pihak yang menentukan kinerja dan pihak yang melaksanakan target kinerja tersebut agar dalam proses pelaksanaan untuk mencapai target kinerja tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Setelah terjadi kesepakatan target yang ditetapkan maka dilanjutkan dengan tahap perjanjian kinerja. Perjanjian kinerja digunakan sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran strategis organisasi. Selain itu perjanjian kinerja merupakan upaya untuk mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel, dan berorientasi pada hasil. Perjanjian Kinerja LAPAN tahun 2016 disajikan pada tabel sebagai berikut : Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar Sumber : Dok. Perjanjian Kerja LAPAN 2016 Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja LAPAN Tahun Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus. 2 Tipe 2. Jumlah tipe satelit untuk pemantauan. 2 Tipe 3. Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan. 2 Tipe 4. Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan 1 Produk desain 5. Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana 15 Model dan perubahan iklim. 6. Jumlah publikasi nasional terakreditasi. 60 Makalah 7. Jumlah publikasi internasional yang terindeks. 20 Makalah 8. Jumlah HKI yang berstatus granted. 3 Judul 9. Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa. 130 Instansi 10. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan Iptek 78,5 penerbangan dan antariksa. 11. Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

25 Pada tahun 2016, untuk mendukung pencapaian layanan yang diberikan kepada stakeholder dan costumer yaitu: masyarakat ilmiah dan masyarakat umum, LAPAN mulai mengukur capaian indikatorindikator yang terdapat pada internal process dan learn and growth perspective. Kedua perspektif tersebut adalah bagian pengungkit yang mempengaruhi kinerja layanan LAPAN. Dengan tercapainya sasaran strategis pada internal process dan learn and growth perspective, maka LAPAN dapat secara maksimal memberikan hasil layanannya. Tabel berikut adalah target sasaran dan indikator yang terdapat pada internal process dan learn and growth perspective. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Internal Process Perspective Terlaksananya pemanfaatan dan layanan publik Iptek penerbangan dan antariksa Meningkatnya kapasitas iptek penerbangan dan antariksa Tabel 2.3. Internal Process dan Learn Growth Perspective LAPAN 12. Persentase kesiapan sistem pemanfaatan dan layanan terhadap total layanan 13. Jumlah kerjasama yang meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas litbang 14. Jumlah pusat unggulan 0 25% 30 Tersedianya rumusan kebijakan yang implementatif Tersedianya Decision Support System (DSS) untuk mitigasi bencana alam dan perubahan iklim 15. Persentase rumusan kebijakan yang diimplementasikan terhadap rumusan kebijakan yang dihasilkan 16. Jumlah Decision Support System (DSS) lintas sektoral yang operasional 70% 3 Learn and Growth Perspective Terselenggaranya Reformasi Birokrasi di lingkungan LAPAN 17. Kategori Nilai Reformasi Birokrasi BB Sumber : Dok. Peta Strategis BSC LAPAN MEKANISME PENGUMPULAN DATA KINERJA Mekanisme pengumpulan data kinerja di lingkungan LAPAN dilakukan secara bottom-up dan telah didukung oleh sistem pelaporan berbasis teknologi informasi bernama Sistem Informasi Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi (Siforen Monev) yang beralamat di Sistem ini dimulai dari penyampaian data kinerja di tingkat unit kerja, eselon I sampai dengan tingkat lembaga. Guna memastikan pencapaian kinerja, pada setiap triwulan LAPAN melakukan proses monitoring dan evaluasi. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengevaluasi capaian yang diperoleh melalui serangkaian penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan membandingkan antara data target dan realisasi IKU diperoleh nilai setiap indikator. Kategori penilaian adalah berwarna merah untuk nilai <69, berwarna kuning untuk nilai >70 s.d <79 dan berwarna Hijau untuk nilai > 80. Laporan Kinerja

26 Dalam proses pelaksanaannya, LAPAN menunjuk Sekretariat Utama c.q Biro Perencanaan dan Keuangan (Biro Renkeu) bekerjasama dengan Person In Charge (PIC) manajemen kinerja di seluruh unit kerja LAPAN untuk memastikan setiap kegiatan dalam proses pengelolaan manajemen kinerja di masing-masing unit berjalan sesuai yang direncanakan. PIC manajemen kinerja di LAPAN berjenjang dari level unit kerja, eselon I hingga level lembaga. Adapun secara visual PIC Manajemen Kinerja LAPAN adalah seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 2.2. Tampilan Aplikasi Siforen Monev Pada akhir tahun, Laporan Kinerja Unit Kerja dan Eselon I dijadikan sebagai bahan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) LAPAN. Konsep akhir LAKIN LAPAN disampaikan kepada Inspektorat untuk mendapat reviu internal. Selanjutnya LAKIN LAPAN ditandatangani Kepala LAPAN dan disampaikan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dengan tembusan kepada Presiden Republik Indonesia. Gambar 2.3. PIC Manajemen Kinerja LAPAN 12 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

27 3 AKUNTABILITAS KINERJA

28

29 AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Pengukuran capaian kinerja LAPAN dilakukan dengan cara membandingkan antara target rencana dan realisasi IKU. Tahun 2016, LAPAN bertanggung jawab terhadap 11 Indikator Kinerja Utama (IKU) yang tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) awal tahun. Dari hasil pengukuran kinerja, secara keseluruhan tingkat capaian kinerja LAPAN terhadap capaian IKU adalah sebesar 109%. Nilai tersebut dihitung berdasarkan rata-rata persentase dari seluruh capaian IKU. Dari 11 (sebelas) IKU yang diperjanjikan, sebanyak 9 (sembilan) IKU dinyatakan berhasil, 1 (satu) IKU tidak tercapai dan 1 (satu) IKU belum dapat dilaksanakan. IKU dinyatakan berhasil jika capaiannya 100% dari target yang telah ditetapkan. Adapun rincian dari realisasi kinerja LAPAN berdasarkan sasaran strategis dan IKU adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Utama 2016 Sasaran Strategis dan IKU Target Realisasi Capaian 1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa IKU 1 : Jumlah tipe roket untuk 2 Tipe 2 Tipe 100% penggunaan khusus IKU 2 : Jumlah tipe satelit untuk 2 Tipe 2 Tipe 100% pemantauan IKU 3 : Jumlah tipe pesawat udara tanpa 2 Tipe 2 Tipe 100% awak untuk pemantauan IKU 4 : Jumlah produk desain pesawat 1 Produk desain 1 Produk desain 100% transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan IKU 5 : Jumlah model pemanfaatan 15 Model 15 Model 100% Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim IKU 6 : Jumlah publikasi nasional 60 Makalah 60 Makalah 100% terakreditasi IKU 7 : Jumlah publikasi internasional 20 Makalah 37 Makalah 185% yang terindeks di bidang teknologi penerbangan dan antariksa IKU 8 : Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted 3 HKI 2 HKI 66,66% 2. Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima IKU 9 : Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa 130 Instansi 178 Instansi 136% IKU 10 : Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa 78,5 83,25 106,05% 3. Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar IKU 11 : Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar RATA-RATA CAPAIAN 109% Sumber : Capaian PK LAPAN 2016 Laporan Kinerja

30 Berdasarkan tabel 3.1., berikut disampaikan analisis capaian kinerja LAPAN yang diuraikan berdasarkan sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utamanya masing-masing. Sasaran Strategis ke-1 Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa 14 Sasaran strategis ke-1 bertujuan untuk mewujudkan salah satu tujuan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 yaitu mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing bangsa dan negara dalam penyelenggaraan keantariksaan. Sasaran strategis ke-1 terdiri dari 8 (delapan) IKU yang dapat menggambarkan upaya pencapaian sasaran strategis tersebut, yaitu : Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus, Jumlah tipe satelit untuk pemantauan, Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan, Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan, Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim, Jumlah publikasi nasional terakreditasi, Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang teknologi penerbangan dan antariksa, dan Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted. Indikator Kinerja Utama 1: Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus IKU ini bertujuan untuk mengukur hasil pelaksanaan penelitian, pengembangan dan perkayasaan roket LAPAN dan selanjutnya dapat digunakan secara khusus oleh pengguna. Pada IKU ini, LAPAN menargetkan 2 tipe roket untuk penggunaan khusus yaitu: RX-1220 dan RX-450. Kegiatan pengembangan roket ini dilakukan melalui kerjasama pengembangan di dalam konsorsium roket nasional di bawah koordinasi kementerian terkait. Capaian yang diperoleh tahun 2016 adalah: 1. Roket RX-1220 Kegiatan pengembangan roket tipe RX tahun 2016 adalah penyempurnaan dari kegiatan tahun sebelumnya untuk menghasilkan roket berjarak jangkau roket sejauh ± 32 km. Kegiatan pengembangan roket RX-1220 pada tahun 2016 berada di bawah bimbingan Tim Teknis dari luar negeri. Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan fabrikasi propelan dan dimasukkan ke dalam tabung motor roket secara case-bonded. Agar proses pengisian propelan secara casebonded ini dapat dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penelitian formulasi propelan, dimana salah satunya menggunakan bahan plasticiser agar viskositas slurry propelan tidak tinggi, sehingga bisa langsung dicetak di tabung motor roketnya. Pada bulan Februari 2016 telah dilakukan pengujian statis motor roket, dimana dihasilkan profil gaya dorong dan tekanan, sesuai dengan hasil perancangannya. Namun kondisi fisik dari propelan sendiri memang terdapat Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional kekurangsempurnaan, sehingga pada motor roket yang lain, terdapat crack (retakan) pada propelan tersebut, sehingga motor roket tersebut harus dilakukan demolisi, tanpa dilakukan pengujian statik. LAPAN melakukan proses evaluasi uji statik, hasilnya dilakukan formulasi ulang propelan roket, dengan mengubah ratio Hydroxyl Terminated Poly Butadiene (HTPB) dan Isophorone Diisocyonate (IPDI). Dengan formulasi propelan tersebut, dilakukanlah fabrikasi propelan dan dicetak ke dalam tabung motor roket sebanyak 4 unit, yang diperuntukkan untuk pengujian dinamis roket. Setelah dilakukan assembling motor roket, dilanjutkan dengan integrasi sirip dan nosecone yang berisi material radar reflector, maka roket siap dilakukan pengujian dinamis. Pada bulan Agustus 2016, bertempat di Ambal, Kebumen Jawa Tengah, telah dilakukan pengujian dinamis terhadap 2 unit roket RX Sebagai pendeteksi jarak jangkau dan lintasan roket, digunakan peralatan radar. Dari hasil tracking menggunakan radar tersebut, diketahui kedua roket menghasilkan kinerja yang serupa dan terdeteksi berhasil mencapai jarak jangkau ± 32 km. Selain itu dari hasil pengamatan visual juga terlihat bahwa roket terbang dengan sangat stabil, sesuai dengan desainnya.

31 Gambar 3.1. Pengujian terbang RX-1220 di Ambal, Agustus Roket RX-450 terkait dengan kestabilan terbang roket. Kegiatan pengembangan roket RX-450 Disamping itu pada pengujian dinamis pada tahun 2016 berbasis pada hasil kali ini, digunakan muatan (payload) roket kegiatan evaluasi pada tahun sebelumnya yang berisi modul GPS telemetri dan radar. yaitu beberapa faktor yang menyebabkan Setelah proses fabrikasi roket selesai, kegagalan proses uji dinamis/uji terbang tahapan selanjutnya adalah uji dinamis roket. roket diantaranya static margin dan Pengujian dinamis roket RX-450 dilakukan kemungkinan terjadinya flutter pada siripnya. pada bulan Desember 2016 di Balai Uji Kegiatan tahun 2016 difokuskan untuk Teknologi Penerbangan dan Antariksa dan menambah static margin, yaitu dengan Pengamatan Atmosfer Garut Jawa Barat. Dari menambah ballast di bagian depan, serta hasil pengamatan visual diketahui bahwa memperluas permukaan siripnya. Disamping roket terbang lurus secara stabil hingga itu juga dengan menambah ketebalan tidak mampu dilihat, dikarenakan tertutup siripnya, agar tidak terjadi flutter yang bisa oleh awan yang tebal. Namun, berdasarkan mengakibatkan ketidakstabilan. Kegiatan data accelerometer yang diterima, dapat pengembangan dimulai dengan pengujian statik. Hal ini dilakukan untuk memverifikasi dikonfirmasi bahwa roket ini terbang kinerja propelan, sekaligus motor roketnya dengan stabil baik sumbu x, y maupun z. akibat sebagian menggunakan bahan baku Sementara itu terkait jarak jangkau yang propelan yang baru. Dari hasil uji statik dicapai oleh roket ini, data yang diperoleh diketahui bahwa kinerja propelan dan juga dari GPS maupun radar menunjukkan data motor roketnya, tidak mengalami perbedaan dapat diterima pada detik ke-120, dengan yang signifikan dibandingkan dengan hasil jarak jangkau pada saat itu berkisar ± 52 km. pengujian statik tahun sebelumnya. Namun dari data yang diterima pada saat itu, Proses selanjutnya adalah fabrikasi roket belum dapat diverifikasi apakah roket sudah yang digunakan untuk uji terbang dengan menyentuh permukaan laut, atau masih pemasangan nosecone, ballast dan sirip sesuai dengan desain yang terbaru, yang telah mempertimbangkan semua aspek berada pada ketinggian tertentu. Dapat disimpulkan pengembangan tipe roket RX- 450 telah berhasil dicapai. Gambar 3.2. Pengujian terbang RX-450 di Garut, Jawa Barat Laporan Kinerja

32 16 Adapun perkembangan capaian IKU Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus tahun 2015 s.d 2016 dapat dilihat pada tabel berikut : IKU 1 Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian 2 Tipe 2 Tipe 150% 2 Tipe 2 Tipe 100% RX-1220 RX-450 Tabel 3.2. Perbandingan Capaian IKU 1 RX-1220 RX-450 Roket Petir Dengan melihat tabel di atas, capaian Tahun 2016 dapat terlaksana 100%. Terdapat penurunan capaian yang disebabkan bahwa berdasarkan proses evaluasi internal LAPAN, roket petir tidak lagi dihitung sebagai realisasi karena dikategorikan bukan merupakan roket untuk penggunaan khusus. Namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kegiatan litbangyasa roket RX-1220 dan RX-450 mengalami peningkatan kinerja. Pada tahun 2015, Roket RX-1220 metode pembuatan propelan masih menggunakan metoda konvensional, yang masih mencakup proses pemotongan dan penyambungan propelan secara manual. Dari hasil uji dinamis diketahui roket mampu terbang stabil dengan mencapai jarak jangkau maksimum 31 Km, namun beberapa roket masih menunjukkan ketidakstabilan terbang, artinya LAPAN masih memiliki masalah Indikator Kinerja Utama 2: Jumlah tipe satelit untuk pemantauan IKU ini bertujuan untuk mengukur hasil pelaksanaan penelitian, pengembangan dan perekayasaan satelit LAPAN dan selanjutnya dapat berfungsi untuk pemantauan. Pada IKU ini, LAPAN menargetkan 2 tipe satelit untuk pemantauan yaitu: LAPAN A2/LAPAN-Orari dan LAPAN A3/LAPAN-IPB. Capaian yang diperoleh tahun 2016 adalah: 1. Satelit LAPAN-A2/LAPAN-Orari Satelit ini telah diluncurkan pada tanggal 28 September 2015, dirancang bangun secara mandiri oleh tenaga ahli LAPAN yang seluruh proses Assembly Integration and Test (AIT) dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang dimiliki LAPAN di Rancabungur, Bogor Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional RX-1220 RX-450 RX-1220 RX-450 ketidakkonsistenan dalam performa roket. Pada tahun 2016, pengembangan Roket RX-1220 telah mengaplikasikan proses pengisian propelan dengan metode yang lebih modern yaitu case bonded. Dari hasil pengujian dinamis/terbang 2 unit roket RX-1220 jenis ini, menunjukkan roket mampu terbang stabil dan menghasilkan jarak jangkau 32 Km secara konsisten. Selain itu, kegiatan litbangyasa juga mengalami peningkatan kinerja dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2015, roket RX- 450 masih terjadi fenomena wobbling (ketidakstabilan terbang) sebelum uji dinamis/ uji terbang sehingga uji terbang tidak jadi dilaksanakan. Tahun 2016, roket RX-450 berhasil dilakukan uji dinamis/uji terbang dan roket ini mampu terbang lurus secara stabil dan menghasilkan jarak jangkau 52 Km. Jawa Barat. Mode satelit yang digunakan adalah mode otomatis dimana satelit dapat diarahkan pada target yang telah ditentukan sebelumnya. Satelit LAPAN-A2 juga dapat mendeteksi seluruh data AIS yang berada di area dekat ekuator antara 6 derajat LS - 6 derajat LU. Satelit ini berada pada ketinggian 650 km dengan kecepatan edar 7.5km/det yang dikendalikan oleh Pusat Kendali Satelit LAPAN. Pengawasan posisi kapal dapat diamati sebanyak 14 kali dalam sehari dan dalam setiap harinya sekitar 2.4 juta pesan yang dapat diterima untuk diolah menjadi data posisi kapal.

33 Salah satu muatan satelit LAPAN-A2/LAPAN-Orari adalah perangkat radio amatir, yakni Automatic Position Reporting System (APRS) dan voice repeater yang telah dimanfaatkan oleh Orari. Muatan tersebutlah yang membuat LAPAN-A2/LAPAN-Orari disebut sebagai INDONESIA OSCAR (Orbiting Satellite Carrying Amateur Radio)-86, dan merupakan satelit radio amatir pertama dari Indonesia. Satelit LAPAN-A2 ini melakukan tiga misi penting yaitu: Misi survey dari ketinggian 650 km dari permukaan bumi di orbit dekat ekuator (Near Equator) dengan inklinasi antara 6-8 yang dapat mengamati wilayah bencana, wilayah maritime dan perbatasan dengan menggunakan dua buah sistem kamera resolusi tinggi hingga enam meter. Dengan menggunakan perangkat Automatic Identification System (AIS), dilakukan pengamatan lalu lintas kapal laut di wilayah perairan Indonesia. Sehingga berguna sebagai alat bantu navigasi kapal dan menghindari terjadinya illegal logging, pencurian SDA, perampokan, penyelundupan, trafficking melalui wilayah maritime Indonesia. Dengan regulasi International Maritime Organization (IMO), maka seluruh kapal dengan bobot diatas 300 ton wajib menggunakan AIS Transceiver sebagai pelengkap peralatan navigasi kapal. Membangun sistem komunikasi amatir APRS dalam rangka membantu para pengguna komunikasi amatir nasional (ORARI) untuk membangun komunikasi yang lebih luas dalam melakukan aktifitas saat terjadi bencana atau eksplorasi wilayah pegunungan dan hutan dimana sarana komunikasi tidak tersedia. Gambar 3.3. Data AIS diambil dari satelit LAPAN-A2 Setelah 1 (satu) tahun berada di orbit sejak diluncurkannya pada tanggal 28 September 2015 satelit LAPAN-A2/LAPAN-Orari telah menghasilkan cukup banyak data baik data TTC, citra satelit maupun data AIS serta APRS / voice repeater yang telah dimanfaatkan oleh Orari. Selain itu, data AIS Satelit LAPAN-A2 sudah dimanfaatkan oleh PT. Gemilang Ananta. Berikut adalah perolehan gambar yang dihasilkan Satelit LAPAN-A2/LAPAN-Orari: Laporan Kinerja

34 KERAWANG - JAWA BARAT 18 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Gambar 3.4. Gambar yang dihasilkan Satelit LAPAN-A2/LAPAN-Orari

35 2. Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB diluncurkan pada tanggal 22 Juni Satelit ini seluruh proses perancangan, pembangunan dan pengujiannya dilaksanakan di dalam negeri, menggunakan fasilitas laboratorium integrasi dan uji yang dimiliki Pusteksat dan test EMC di Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2SMTP) LIPI. Seluruh aktifitas Assembly, Integration and Test (AIT) dilaksanakan oleh SDM LAPAN, yang secara berkala dilakukan MISSION PAYLOAD SYSTEM Imagery Satellite, Ship traffic monitoring (AIS) peningkatan keahlian, keterampilan, kemampuan dan kompetensinya untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan aplikasinya di bidang satelit. Mengingat kebutuhan masyarakat dalam memanfaatkan data satelit terus meningkat untuk berbagai aplikasi (deteksi dini kondisi cuaca dan tingkat bencana), maka LAPAN mencoba mengembangkan satelit yang bisa mengakomodasi kebutuhan tersebut. Spesifikasi teknis satelit LAPAN-A3/LAPAN- IPB adalah sebagai berikut: 4 band line Imager, 4M pixel Digital Camera, AIS, APRS DIMENSION / WEIGHT 50 x 50 x 70 cm / 80 kg Band 1: nm Band 2: nm SPECTRAL RESOLUTION Band 3: nm Band 4: nm SPATIAL RESOLUTION 18 m (120 km swath width), 6 m (12 km x 12 km ) ORBIT / INCLINATION TX DATA / TTC Tabel 3.3. Spesifikasi Teknis Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB 650 km Polar/ 97,6 deg X band / UHF (8200 MHz BW 168 MHz dan UHF 437,325 MHz) Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB ini merupakan satelit dengan misi remote sensing eksperimen pertama yang dibuat oleh LAPAN. Satelit ini dibangun dengan bekerjasama dengan IPB yang berkontribusi dalam penyiapan komponen akuisisi High Data Rate Modem (HDRM), pemrosesan lanjut dan analisis data imager pada aplikasi data satelit. Satelit ini memiliki kekhususan dalam operasi remote sensing menggunakan kamera multispektral 4 band, yang dapat digunakan untuk pemantauan lahan produksi (darat dan laut) dalam rangka mendukung program ketahanan pangan nasional. Berikut adalah 4 misi Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB secara lengkap, yaitu : Desain, integrasi, pengujian dan operasi dilakukan di Indonesia; Observasi bumi dengan 4 band imager multi spektral untuk klasifikasi penggunaan lahan dan observasi lingkungan; Mendukung pemantauan maritim global melalui penerimaan sinyal AIS kapal; Pengukuran medan magnet bumi untuk tujuan ilmiah. Gambar 3.5. Proses AIT satelit LAPAN A3/LAPAN IPB di Clean Room, Pusat Teknologi Satelit Bogor Laporan Kinerja

36 Sampai akhir Juli 2016, telah dilakukan pengujian dan pengambilan gambar menggunakan spacecam dan penerimaan data kapal menggunakan AIS. Proses pengaturan parameter kamera seperti setting exposure, gain dan fokus masih akan terus dilakukan hingga diperoleh hasil yang optimal. Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB ini telah dimanfaatkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk program ketahanan pangan, PT Gemilang Ananta untuk pemanfaatan data AIS dan Pusat Sains Antariksa (Pussainsa LAPAN) untuk pemanfaatan data geomagnet. Berikut adalah gambar spacecam saat melakukan pengambilan gambar di daratan Eropa. Gambar 3.6. Hasil Citra Kamera Digital Spacecam pada Fase LEOP Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB Adapun perkembangan capaian IKU Jumlah tipe satelit untuk pemantauan tahun 2015 s.d 2016 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.4. Perbandingan Capaian IKU 2 IKU 2 Jumlah tipe satelit untuk pemantauan Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian 2 Tipe 2 Tipe 100% 2 Tipe 2 Tipe 100% Satelit Satelit LAPAN LAPAN A1 A2 Satelit Satelit LAPAN LAPAN A2 A3 Berdasarkan tabel diatas, capaian dapat terlaksana 100%. Pada tahun 2015, satelit yang dimanfaatkan untuk pemantauan adalah satelit tipe LAPAN-A1/LAPAN-TUBSAT dan LAPAN-A2/LAPAN- Orari. Satelit LAPAN-TUBSAT digunakan untuk mengumpulkan data misi berupa video, sedangkan LAPAN-A2/LAPAN-Orari beroperasi penuh menghasilkan data citra satelit, AIS dan APRS / voice repeater. Pada tahun 2016, satelit yang digunakan untuk pemantauan adalah Satelit LAPAN-A2/LAPAN- Orari dan LAPAN-A3/LAPAN-IPB, LAPAN-TUBSAT tidak lagi gunakan dikarenakan satelit tersebut sudah melebihi waktu operasinya yaitu 10 tahun (diluncurkan tahun 2007), data yang diterima kualitasnya sudah tidak sebagus pada waktu masa beroperasinya. 20 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

37 Indikator Kinerja Utama 3: Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan IKU ini bertujuan untuk menghitung jumlah tipe pesawat udara tanpa awak yang dibuat dan dimanfaatkan untuk pemantauan (mitigasi bencana, sumberdaya alam, maritim dan pertahanan). Pada tahun 2016, LAPAN menargetkan 2 tipe pesawat tanpa awak hasil litbang berupa LAPAN Surveillance UAV (LSU) yang telah dimanfaatkan untuk melayani kebutuhan pemetaan, pemantauan dan mitigasi bencana yaitu LSU-02 dan LSU LSU-02 Salah satu indikasi keberhasilan dari peningkatan kemampuan litbangyasa LAPAN dibidang teknologi penerbangan adalah dimanfaatkannya pesawat tanpa awak oleh pengguna untuk pemantauan. Pemanfaatan LSU-02 telah digunakan untuk diseminasi : a. Pemanfaatan LSU-02 untuk pemotretan guna pemetaan garis pantai Indonesia di Pesisir Pantai Selatan Pulau Jawa menggunakan kamera Sony Alfa 6000 oleh Badan Informasi Geospasial pada tanggal 9-12 April 2016 di Pacitan dan Trenggalek pada tanggal April Gambar 3.7. Hasil pemotretan tahap I dan tahap II b. Pemanfaatan LSU-02 untuk pemotretan daerah hotspot oleh Pemerintah Daerah Sumatera Selatan pada bulan Agustus LSU-02 digunakan untuk memantau potensi kebakaran hutan di daerah Banyuasin Palembang, yang secara spesifik digunakan untuk: memantau validasi lokasi hotspot berdasar petunjuk dari website titik hotspot LAPAN, memantau potensi kebakaran hutan dan lahan bekas kebakaran tahun 2015, memantau perkembangan hutan bekas kebakaran tahun Gambar 3.8. Runway takeoff landing dan hasil pemotretan Kayu Tumbang Bekas Kebakaran Gambut c. Pemanfaatan LSU-02 untuk pemetaan desa bersama dengan Kementerian PUPR dan BIG yang telah dilakukan di Kecamatan Kretek Bantul Yogyakarta. Kegiatan yang telah dilakukan, yaitu: Pengujian kemampuan terbang UAV untuk menghasilkan foto skala besar yang memenuhi standar pemetaan, Pengujian kamera untuk menghasilkan foto yang dapat diolah sebagai citra standar pemetaan, Uji sistem pengolahan data foto untuk menghasilkan peta standar pemetaan. Laporan Kinerja

38 Gambar 3.9. Kecamatan Kretek dengan Luas 2 X 3 Km Hasil Mosaic dengan Skala Lebih Besar d. Pemanfaatan Pesawat Udara Nirawak (LSU-02) untuk pemantauan illegal logging di Provinsi Sumatera Selatan dengan Dinas Kehutanan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. 22 Gambar Kayu yang dihanyutkan pada Saluran Air Pondok/Bedeng di Tengah Hutan 2. LSU-03 Pemanfaatan LSU-03 digunakan untuk proses hilirisasi hasil litbang. LSU-03 disiapkan kembali untuk kegiatan LSU Misi dan sudah ada beberapa hasil pengujian di dalam laboratorium untuk beberapa komponen. Untuk LSU-03 NG telah dilaksanakan beberapa Ground Test, berupa: uji jangkauan radio, uji kekuatan struktur sayap, uji GPS, uji repeater. Uji jangkauan radio menggunakan antena omnidirectional 900 MHz sebagai transmitter menghasilkan jarak 21 km setelah sinyal dikuatkan menggunakan repeater dengan jenis radio yang sama, dan menggunakan antena Yagi sebagai receiver yang ditempatkan di Bakauheni. Pengujian dilakukan di Selat Sunda antara Merak- Bakauheni pada tanggal 30 April sampai dengan 3 Mei Uji kekuatan struktur sayap dilakukan dengan memberikan pembebanan pada sayap sesuai dengan beban yang akan diterima pada kondisi aerodinamis ketika terbang. Melalui uji ini dihasilkan informasi optimasi yang harus dilakukan pada struktur sayap yang akan dilanjutkan untuk memenuhi persyaratan uji terbang. Pengujian dilakukan di laboratorium aerostruktur pada bulan April-Mei Uji GPS dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh bahan airframe terhadap sinyal GPS yang diterima. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat bahan airframe juga berpengaruh pada kuat sinyal yang diterima sensor. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

39 Uji dilakukan di lab avionik pada awal Juni Uji repeater dilakukan untuk mengetahui jarak jangkauan repeater yang sudah ada menggunakan skala dan radio omnidirectional 900 MHz. Dengan skala ini dapat diketahui jarak jangkauan repeater radio masih mencukupi untuk pesawat melakukan transmisi Line of Sight. Uji dilakukan di laboratorium avionik pada pertengahan Juni Telah dilaksanakan pula Flight Test pertama untuk menguji design objective and requirements di Pameungpeuk pada Juni Uji menghasilkan beberapa bagian pesawat yang direkomendasikan harus mendapatkan optimasi dan perubahan secara struktur dan sistem kendalinya. Kerjasama hilirisasi teknologi dengan UKM (PT. Mandiri Mitra Muhibah) sudah terlaksana dengan uji terbang untuk pesawat LSU-03 hasil optimasi di Pameungpeuk pada tanggal 3-6 September Adapun dokumen yang sudah dilengkapi terdiri dari 23 dokumen sebagai berikut : data perhitungan weight and balance, data perhitungan main landing gear, data perhitungan nose gear, data perhitungan nose gear, data pengujian thrust engine pada beberapa RPM, data perhitungan cruising speed, data perhitungan stall speed, data pengujian Wind Tunnel, data perhitungan beban sayap, load analisis struktur, data pengujian terhadap BBM, data perhitungan durasi terhadap batttery, data komperasi teori engine thrust terhadap crusing speed terhadap wind tunnel, data komperasi teori komsumsi arus video sender avionik vs video sender vs payload, data pengujian servo/flight control/calibrasi, data pengujian thrust engine pada beberapa RPM, data pengujian stall speed, data pengujian wind tunnel, data pengujian cruising speed, data pengujian durasi terhadap BBM, data pengujian terhadap battery, data komparasi teori engine thrust vs cruising speed vs wind tunnel, data komparasi teori engine thrust vs cruising speed vs wind tunnel dan data pengujian beban sayap (load analysis/ structure). Adapun perkembangan capaian IKU jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan tahun 2015 s.d 2016 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.5. Perbandingan Capaian IKU 3 IKU 3 Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian 2 Tipe 2 Tipe 100% 2 Tipe 2 Tipe 100% LSU-01 LSU-02 LSU-01 LSU-02 LSU-02 LSU-03 LSU-02 LSU-03 Berdasarkan tabel di atas, capaian dapat terlaksana 100%. kegiatan layanan pemantauan pada tahun 2015 menggunakan pesawat UAV tipe LSU 01 dan 02, sedangkan untuk kegiatan pemantauan pada tahun 2016, LAPAN tidak lagi menggunakan pesawat UAV tipe LSU 01 sebagai pesawat utama, layanan pemantauan telah mengunakan pesawat UAV tipe LSU 02 dan LSU 03. Hal ini dikarenakan adanya permintaan pemotretan garis pantai dari pengguna yang mengharuskan pesawat UAV terbang sejauh 300 Km. Jika menggunakan pesawat UAV tipe LSU 01 hal ini sulit untuk dilakukan karena pesawat tersebut masih menggunakan motor elektrik dan memiliki keterbatasan pada baterainya. Meskipun demikian, pesawat UAV tipe LSU 01 masih selalu dibawa sebagai back up untuk menutup spot pemotretan yang bolong jika kamera pada pesawat UAV tipe LSU 02 dan 03 error. Laporan Kinerja

40 Indikator Kinerja Utama 4: Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan IKU 4 untuk menghitung jumlah rancangan pesawat transport nasional yang sudah siap diproduksi yaitu pesawat N219. Kegiatan litbangyasa ini bekerjasama dengan PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI). Target tahun 2016 adalah 1 produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi dan disertifikasi oleh otoritas penerbangan, yang direncanakan uji terbang perdana (First Flight) pada Desember Kewajiban yang harus dipenuhi untuk mendapatkan Type Certificate (TC) pesawat N219 adalah pemenuhan compliance document sertifikasi sebanyak 453 dokumen, yang terdiri dari: dokumen sebelum terbang perdana sebanyak 228 dokumen dan dokumen setelah terbang perdana sebanyak 225 dokumen. Terhadap persiapan uji terbang perdana, LAPAN diberi tugas untuk menyusun compliance document yang digunakan sebelum uji terbang perdana sebanyak 170 dokumen, yang selanjutnya harus mendapat approval oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU), Kementerian Perhubungan. Sejalan dengan itu, PT.DI menyusun dokumen sisanya, yaitu sebanyak 58 dokumen. Pada akhir tahun 2016, LAPAN telah menyelesaikan 170 dokumen dan telah diserahkan untuk di review oleh DKPPU, Kementerian Perhubungan, dan ternyata hanya 128 dokumen yang telah di approved, masih ada 100 dokumen lagi yang saat ini masih di review oleh DKPPU, sehingga hal ini menghambat pelaksanaan uji terbang perdana pesawat N219 yang dijadwalkan pada akhir tahun Selain compliance document yang belum seluruhnya di approved, ada beberapa keterlambatan dalam pengembangan beberapa komponen yang mengakibatkan mundurnya jadwal terbang perdana, hal tersebut disebabkan: Proses iterasi desain memerlukan waktu hingga beberapa kali untuk mendapatkan konfigurasi yang optimal sehingga hasil produk akhir nantinya kompetitif di pasaran. Proses pemenuhan sertifikasi agar produk ini aman dan laik terbang, memerlukan waktu yang lama mengingat tingkat ketelitian dan kehati-hatian pengawasan sesuai regulasi yang berlaku baik nasional maupun internasional. Keterbatasan jumlah inspektor N219 sehingga setiap kegiatan integrasi maupun instalasi equipment yang mengharuskan adanya saksi dan pengawas menjadi terhambat karena menunggu jadwal pengawas yang siap. Ketergantungan komponen terhadap vendor luar negeri. Selain itu, kegiatan fisik yang telah dilakukan untuk perakitan N219 di PT. DI, Bandung yaitu: Instalasi untuk sistem-sistem, kualifikasi untuk sistem equipment, dan Ground Test, meliputi: wing static test, main landing geas drop test, sistem installation test, engine power generator distribution system test, avionic system test, fuel system test, flight control system test, dan radome lightning strike test. Berikut adalah gambar wing static test dan instalasi wiring/ blackbox. 24 Gambar Wing Static Test Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

41 Gambar Instalasi Wiring di Fuselage (kiri) dan Instalasi Black Box (Flight Data Recorded) (kanan) Adapun perbandingan capaian IKU jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan tahun 2015 s.d 2016 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.6. Perbandingan Capaian IKU 4 IKU 4 Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian 1 100% 1 100% produk produk desain desain 1 produk desain (21 Modul/ dokumen) 1 produk desain (228 Modul/ dokumen) Berdasarkan tabel diatas, capaian dapat terlaksana 100%. Secara detil terjadi peningkatan dari realisasi produk yang dihasilkan, disampaikan sebagai berikut: Tahun 2015 pengembangan 1 produk disain pesawat transport nasional N219 pada tahap menghasilkan sebanyak 21 modul dan komponen program N219 yaitu radome, engine, fuel system, powerplant, wind screen, wiper, ECS, instrument, electrical, avionics, flight control, brealing system, airframe component, landing gear, payloads, propeller, cabin window dan software design, engineering flight simulator, drop test, wind tunnel model and testing. Selain itu terselenggara kegiatan Roll Out pada tanggal 10 Desember 2015 di PT. DI yang dihadiri oleh Menteri Koordinator Polhukam mewakili Presiden, Menteri PAN dan RB, Gubernur Jawa Barat, Kepala LAPAN, Direktur Utama PT. DI, dan segenap struktural dari berbagai lembaga yang diundang pada acara tersebut. Tahun 2016 pengembangan pesawat transport nasional dilanjutkan dengan melakukan pemenuhan sertifikasi berupa sertifikasi fase I sebanyak 170 dokumen (LAPAN) dan 58 dokumen (PT.DI), yang sampai akhir tahun 2016 diotorisasi oleh DKPPU Kementerian Perhubungan sebanyak 128 dokumen, sedangkan 100 dokumen sisanya masih di review oleh DKPPU. Laporan Kinerja

42 Indikator Kinerja Utama 5: Jumlah model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim IKU 5 bertujuan untuk menghitung jumlah model operasional yang dihasilkan oleh LAPAN. Selain menghasilkan model, LAPAN juga menghasilkan prototype, modul dan pedoman untuk pemantauan Sumber Daya Alam (SDA), lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. Sehingga capaian yang diukur untuk IKU ini adalah model, modul, prototype dan pedoman. Target pada IKU ini adalah 15 model Iptek penerbangan dan antariksa yang dimanfaatkan untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. Realisasi dari IKU 5 adalah sebagai berikut : 1. Model Peringatan Dini Bencana Dalam rangka mendukung aplikasi dibidang kebencanaan, LAPAN mengembangkan sebuah model peringatan dini bencana yang disebut Satellite Disaster Early Warning System (SADEWA). SADEWA adalah sebuah sistem peringatan dini bencana berbasis satelit yang merupakan salah satu produk litbang LAPAN dalam bentuk Sistem Pendukung Keputusan (DSS) untuk mendukung pengelolaan resiko bencana hidrometeorologis. SADEWA merupakan aplikasi berbasis web yang terdiri dari sistem pemantauan atmosfer berbasis satelit Himawari-8, sistem prediksi atmosfer berbasis model WRF, dan sistem peringatan dini hujan ekstrim. SADEWA berfungsi untuk memantau kondisi atmosfer secara real time, memprediksi kemungkinan terjadinya hujan ekstrim, dan memberikan informasi peringatan dini kepada pihak-pihak yang terkait dalam penanggulangan bencana. SADEWA meliputi seluruh wilayah Indonesia dengan resolusi spasial 5 km, resolusi waktu 1 jam, dengan jangkauan prediksi 24 jam ke depan. Informasi SADEWA diupdate secara otomatis setiap jam dan dapat dilihat secara online pada website Gambar Satellite Disaster Early Warning System (SADEWA) 26 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

43 Pada tahun 2016, sistem pemantauan near time kondisi atmosfer dilakukan migrasi dari sistem satelit MTSAT ke sistem satelit HIMAWARI 8. Hal ini dilakukan karena masa operasional satelit MTSAT telah habis. Informasi yang diberikan melalui aplikasi SADEWA yaitu : a. Informasi pengamatan near real time (Himawari-8, wilayah Indonesia resolusi 5 km), meliputi: awan, ketinggian awan, ketebalan awan, mikrofisika awan, awan cumulonimbus, pertumbuhan awan, puncak awan konvektif, awan hujan dan potensi hujan ekstrem, dan Zona Konvergensi Inter-tropis (ITCZ). b. Informasi prediksi (model WRF, wilayah Indonesia resolusi 5 km), meliputi: awan, hujan, suhu permukaan, tekanan, uap air, angin 10m, angin 850mb, dan angin 200mb. c. Peringatan dini hujan ekstrem (via website dan SMS). Dalam rangka pemantauan dan mitigasi bencana hidrometeorologi dan prediksi cuaca ekstrim berbasis SADEWA, untuk wilayah cakupan yang sifatnya lokal, dan pada lokasi tertentu telah dikembangkan sistem radar pemantau hujan (SANTANU), yang dapat merupakan komplemen dari sistem SADEWA. Radar hujan SANTANU merupakan sistem pemantau hujan berbasis radar, dengan radius cakupan sekitar 40 km, atau diameter cakupan sekitar 80 km dengan pantauan per 2 menit, yang sifatnya lebih lokal. SADEWA telah berhasil digunakan untuk menganalisis berbagai kejadian bencana yang terjadi pada tahun 2016 seperti banjir di Kabupaten Garut, Kota Bandung dan Kota Bima. SADEWA juga berhasil digunakan untuk mendukung peluncuran roket dan UAV Aero TeraScan di Pameungpeuk, Garut. 2. Model Kemaritiman Dinamika atmosfer dan lautan memberikan pengaruh yang luas terhadap aktivitas di sektor kemaritiman. Oleh karena itu, informasi mengenai kondisi atmosfer dan lautan serta prediksinya sangat penting dalam mendukung kinerja pembangunan di sektor kelautan dan perikanan. Salah satu model yang dikembangkan untuk aplikasi di bidang kemaritiman adalah Sistem Embaran Maritim (SEMAR). SEMAR merupakan sebuah DSS di bidang kemaritiman yang dibangun untuk mendukung pengambilan keputusan oleh kementrian/dinas terkait dalam rangka peningkatan produksi perikanan tangkap serta keselamatan dan keamanan pelayaran. SEMAR terdiri dari dua komponen input, yaitu: a. Sistem pemantauan dan pengukuran dari satelit, sensor-sensor di daratan dan sensor-sensor di lautan, dan b. Model atmosfer dan lautan yang merupakan kepanjangan dari sistem pengamatan untuk memprediksi kondisi ke depan. Gambar Tampilan Awal SEMAR Laporan Kinerja

44 Output yang dihasilkan berupa data observasi secara near real time dan prediksi ke depan merupakan komponen utama dari SEMAR. Informasi dari Sistem Pendukung Keputusan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja di sektor keselamatan pelayaran dan peningkatan produksi perikanan tangkap sebagai outcome, dan pada akhirnya dapat memberikan dampak untuk keselamatan dan kesejahteraan para nelayan. SEMAR memberikan informasi pengamatan berbasis satelit, radar, sensor daratan dan sensor lautan secara near real time serta prediksi kondisi atmosfer dan lautan di wilayah perairan selatan Yogyakarta berbasis model atmosfer/laut sebagai dasar pengambilan keputusan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan untuk mendukung keselamatan pelayaran dan peningkatan produksi perikanan tangkap. Pengembangan aplikasi SEMAR Versi 1.0 tahun 2016 dengan fitur sebagai berikut : informasi atmosfer (Angin, Awan, Hujan), informasi Lautan (Suhu Muka Laut, Arus Laut), informasi Posisi Ikan (ZPPI), informasi Posisi Kapal (AIS), informasi Komunikasi Radio (Prediksi Frekuensi). 28 Gambar Model Kemaritiman (SEMAR) Kegiatan pengembangan model kemaritiman SEMAR dilaksanakan dengan dukungan kegiatan penelitian yang dilaksanakan kelompok penelitian litbang Atmosfer Maritim, pengamatan untuk memprediksi kondisi ke depan. Pengembangan DSS SEMAR dilakukan bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai pilot project kegiatan Model Kemaritiman. Pada tahun 2016 telah dilakukan pemasangan awal DSS SEMAR di DKP Yogyakarta, serta kegiatan Focus Group Discussion (FGD) mengenai SEMAR pada Bulan April dan Oktober Kegiatan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis SEMAR telah dilaksanakan pada Bulan November dan Desember Kegiatan pengembangan SEMAR didanai oleh LAPAN dan DKP Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan Soft Launching SEMAR telah dilaksanakan tanggal 22 Juni 2016 pada saat peluncuran satelit LAPAN-A3 di Rancabungur (Bogor) yang dihadiri oleh Wakil Presiden RI. Gambar Launching DSS SEMAR Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

45 3. Model Lingkungan Atmosfer Pada tahun 2016, telah dikembangkan model untuk aplikasi di bidang lingkungan atmosfer yang disebut Sistem Informasi Komposisi Atmosfer Indonesia (SRIKANDI). SRIKANDI merupakan salah satu model sistem pendukung keputusan berbasis web. Tujuan dari pengembangan SRIKANDI adalah untuk menyediakan informasi komposisi atmosfer Indonesia berupa pengamatan berbasis satelit, pengukuran in situ dan prediksi berbasis model transpor kimia untuk mendukung pengambilan keputusan terutama terkait dampak aktivitas manusia dan kebakaran hutan terhadap kualitas udara. Fitur SRIKANDI berupa: a. Pemantauan harian komposisi atmosfer (CO, O 3, CH 4, SO 2,NO 2, Aerosol) dari sensor satelit yaitu AIRS-Aqua, OMI-Aura, MODIS-Aqua, VIIRSSNPP, dan Himawari. b. Prediksi setiap jam selama 24 jam komposisi atmosfer (CO, O 3, SO 2, NO 2, PM 10, PM 2,5 ) menggunakan model WRF-Chem versi yang di-overlay terhadap arah angin. Potensi pemanfaatan SRIKANDI telah dituangkan dalam kerjasama antara LAPAN dengan Universitas Bina Dharma Palembang, Sumatera Selatan dan telah dikaji juga dalam Focus Group Discussion dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. SRIKANDI ini masih terus dikembangkan dan disempurnakan agar nilai akurasi dan kemanfaatannya menjadi lebih baik. Gambar Tampilan online SRIKANDI 4. Model Gangguan Geomagnet Regional Indonesia Gangguan geomagnet merupakan penyimpangan geomagnet reaksi global untuk kondisi antarplanet ekstrim terutama setelah peristiwa erupsi matahari seperti Coronal Mass Ejection (CME) atau semburan massa korona dan Coronal Holes (CH) atau lubang korona. Dari pengolahan data geomagnet dan data matahari dibangun model empirik gangguan geomagnet region Indonesia dengan masukkan fenomena di matahari. Hasil yang diperoleh adalah Model Karakteristik hubungan gangguan geomagnet dengan parameter aktivitas di Matahari berbasis statistik dengan error rata-rata 35%. Model ini bermanfaat untuk pemantauan lingkungan antariksa yang berdampak pada satelit dan komunikasi. Laporan Kinerja

46 30 5. Model Badai Ionosfer Dampak cuaca antariksa terhadap kehidupan manusia di bumi maupun perubahan konduktivitas ionosfer dipengaruhi oleh kopling magnetosferionosfer melalui garis medan magnet tersebut. Gangguan medan magnet menjalar dari ruang antar-planet, melewati magnetosfer dan ionosfer. Sebuah model empiris respon fof2 ionosfer terhadap badai geomagnet telah dikembangkan oleh Araujo-Pradere dengan masukan indeks ap (indeks aktivitas geomagnet lintang tinggi). Dengan menggunakan : data indeks ap, indeks Dst (geomagnetic strom level index) dan fof2 ionosfer LAPAN tahun telah dilakukan modifikasi model tersebut. Indeks ap dan indeks Dst digunakan untuk memodifikasi model Araujo-Pradere agar dapat diperoleh model badai ionosfer regional Indonesia terhadap badai geomagnet. Dari analisis disimpulkan bahwa model badai ionosfer fof2 LAPAN, baik model empiris global (Pradere et al., 2002) maupun model numerik lokal samasama layak (Deviasinya < 40% terhadap data) dan dapat dipergunakan untuk kegiatan estimasi badai ionosfer fof2 yang dipantau oleh LAPAN. Model lokal memiliki sedikit kelebihan yakni dilengkapi dengan persamaan estimasi durasi dan delay. Hasil yang diperoleh adalah model badai ionosfer dengan input data Dst beberapa jam sebelumnya dengan output indeks Kp lokal di Indonesia. Model ini bermanfaat untuk pemantauan gangguan komunikasi radio dan sinyal GPS. 6. Model dan Metoda Prediksi Gangguan Ionosfer Tingkat gangguan ionosfer dapat diklasifikasikan menggunakan indeks W yang diturunkan dari data TEC global ionospheric map (GIM), data GPS stasiun IGS (BAKO, JOG2, BTNG dll) dan GISTM. Dalam skala indeks W, kondisi ionosfer dikelompokkan menjadi 4 kategori: tenang, aktif, menengah dan besar. Indeks gangguan ionosfer tersebut dirancang untuk pengguna GPS berdasarkan penyimpangan nilai TEC dari nilai TEC kondisi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional tenang. Tetapi belum diuji menggunakan data akurasi posisi GPS pada berbagai nilai indeks W sehingga belum dapat dijadikan pedoman operasional dalam penentuan posisi GPS. Makalah ini membahas hasil penelitian pengukuran posisi dengan metode precise point positioning GPS frekuensi tunggal di daerah lintang rendah pada beberapa kondisi ionosfer dalam skala W dari data TEC GIM. Data GPS yang digunakan adalah dari pengamatan GPS di daerah lintang rendah yaitu stasiun NTUS Singapura. Sebagai pembanding telah digunakan juga data GPS dari daerah lintang tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : pada kondisi aktivitas matahari masih tinggi untuk daerah lintang tengah indeks ionosfer W cukup membantu pengguna GPS frekuensi tunggal, tetapi untuk pengguna GNSS di lintang rendah dan pada kondisi aktivitas matahari rendah, indeks tersebut belum dapat digunakan dengan baik. Oleh karena itu indeks gangguan ionosfer tersebut perlu dimodifikasi agar dapat digunakan secara konsisten baik pada saat aktivitas matahari tinggi maupun rendah. Selain itu pengelompokan nilai gangguan ionosfer ke dalam indeks W perlu disesuaikan berdasarkan tingkat simpangan posisi GPS dalam berbagai kondisi gangguan ionosfer. Verifikasi lanjut penggunaan indeks W untuk pengguna GNSS adalah dengan menurnkan indeks W lokal (Wp) dari data GPS BAKO, JOG2, BTNG dan GISTM LAPAN. Hasil yang diperoleh berupa Software indeks W harian update setiap hari termasuk prediksinya 3 hari ke depan dari TEC GIM di atas daerah Cibinong tepatnya di Badan Informasi Geospasial (BIG). Model ini bermanfaat untuk pemantauan gangguan komunikasi radio dan sinyal GPS. 7. Model Basis Data Sains Antariksa Pengembangan sistem basis data sains antariksa merupakan program pendukung terhadap layanan data hasil pengamatan yang akan memberikan informasi penting secara real time tentang dinamika aktivitas matahari dan lingkungan antariksa. Sistem basis data sains antariksa terus dikembangkan untuk mendapatkan sistem

47 aplikasi yang layak digunakan oleh user. Pengembangan aplikasi sistem basis data antariksa 2016 secara garis besar adalah perubahan proses bisnis pada saat pencarian data. Aplikasi sebelumnya (Simbada 2015) menggunakan sistem manajemen file tanpa menggunakan Data Base Management System, pada saat dilakukan pengecekan aplikasi terkadang ada beberapa jenis data yang tidak ditemukan berbanding terbalik dengan ketersedian data pada server. Setelah dilakukan kajian ulang ternyata penamaan file dan struktur folder pada struktur pada server tidak seragam, hal ini menyebabkan file dianggap tidak tersedia oleh sistem aplikasi. Selain itu apabila ada perubahan struktur folder harus merubah pengkodean program, tentu hal tersebut akan merepotkan pengembang (developer), untuk memperbaiki hal tersebut maka proses bisnis pencarian data menggunakan Database Management System. Model ini bermanfaat untuk pengelolaan data sains antariksa. 8. Modul otomatisasi pengolahan dan pengiriman informasi hotspot secara near-real time kepada server pengguna (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BMKG, BNPB). Merupakan modul yang mengintegrasikan sistem pengolahan data Terra-Aqua-MODIS dan S-NPP hingga menghasilkan informasi titik api dan dikirimkan melalui sistem jaringan komunikasi data secara otomatis. Modul yang dikembangkan sudah diujicoba dan dioperasionalkan untuk melayani kebutuhan KLHK, BMKG, BNPB, KSP. Hal ini merupakan bagian dari implementasi permintaan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menjadikan informasi hotspot LAPAN sebagai satu-satunya informasi titik api (hotspot) yang digunakan untuk penanggulangan kebakaran hutan. Surat Menteri LHK dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar Surat permintaan dari Kementerian LHK terkait Hotspot LAPAN Modul ini sudah dioperasionalkan dengan performansi data dan informasi hotspot dapat dikirmkan kurang dari 2 jam setiap satelit melewati Indonesia dalam 7 hari dan 24 jam secara otomatis pada KLHK, BMKG, BNPB dan KSP. Gambaran integrasi sistem dapat dilihat pada di gambar berikut ini: Laporan Kinerja

48 Gambar Integrasi sistem pengolahan dan pengiriman informasi hotspot Hal ini menunjukkan LAPAN telah dapat memenuhi harapan stakeholder strategis secara near real time. Modul juga dapat memberikan notifikasi kapada para pengguna yang didaftarkan. Katalog sistem data diakses pada: modis-catalog.lapan.go.id 32 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Gambar Komunikasi LAPAN dengan pengguna terkait informasi hotspot

49 9. Modul Hotspot Information berbasis Android. Modul ini merupakan pengembangan dari sistem yang telah dioperasionalkan. Untuk memudahkan pengguna dikembangkan modul yang dapat diakses secara mudah dengan perangkat yang populer. Dengan aplikasi mobile dimungkinkan sistem dapat mudah diakses dan membantu operasional penanggulangan kebakaran hutan di lapangan. Dengan informasi hotspot yang secara near real time selamam 24 jam dalam 7 hari ter-update memungkinkan pengguna dapat mendapatkan informasi secara cepat dalam genggaman secara otomatis sehingga untuk pengguna yang di lapangan dapat langsung memvalidasi informasi yang ditunjukkan. Dengan terkoneksi melalui aplikasi mobile, modul yang dikembangkan memnungkinkan terintegrasi dengan modul map/peta yang dapat dimungkinkan untuk memandu lokasi titik api yang ditunjukkan. Capaian ini merupakan bagian dari bentuk hilirisasi hasil litbangyasa yang dibuktikan mendukung operasional layanan. Hingga tahun 2016 pengguna yang telah diakses dan diinstal lebih dari 3000 pengguna men-downlod via Playstore Google. Gambar Hotspot Information berbasis Android 10. Katalog data Himawari-8 yang terintegrasi dalam sistem katalog data pada website Pustekdata. Merupakan integrasi sistem perolehan, pengolahan hingga sistem katalog data Himawari-8. Modul yang dikembangkan merupakan integrasi dari sistem antena, sistem perekaman, pengolahan dan perekayasaan sistem katalog agar data dan informasi yang dihasilkan dapat mudah diakses oleh pengguna. Usuha operasionalisasi ini dicatat sebagai hilirisasi atau komersialisasi hasil litbangyasa untuk operasional pelayanan BDPJN. Hasil litbangyasa tidak hanya untuk litbangyasa semata namun riil diimplementasikan untuk meningkatkan performansi pelayanan. Peningkatan jumlah pengguna dan jumlah data juga didukung adanya sistem otomatisasi akuisisi, pengolahan hingga pengelolaan data. Modul secara otomatis dapat menghasilkan data dan informasi satelit Himawari-8 setiap 10 menit. Modul dapat diakses melalui himawari-8/. Informasi yang dapat diakses adalah: Rainfall rate, Cloud Top Temparature dan Surface Sea Temperature. Laporan Kinerja

50 Gambar Tampilan data Himawari-8 yang terintegrasi dengan sistem katalog data pada Website Pustekdata. 11. Prototipe Sistem Pemantauan Bumi Nasional berbasis Web GIS (skala 1: ) Pengembangan prototipe Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) disusun menjadi 2 (dua) objek kegiatan, yaitu: 1) Rekayasa Infrastruktur SPBN; 2) Rekayasa WebGis dan Konten Informasi SPBN. Untuk Program Rekayasa Infrastruktur SPBN terdapat beberapa tujuan yaitu: melakukan rekayasa infrastruktur Cloud SPBN, melakukan rekayasa infrastruktur informasi SPBN, mengembangkan operasi dan dukungan WebService dan Geoportal pemantauan bumi nasional. Adapun sasarannya adalah tersedianya infrastruktur SPBN yang memberikan informasi terkait dengan Sistem Informasi Mitigasi Bencana Alam (SIMBA) dan Sistem Informasi Pemantauan Sumber Daya Alam (SIPANDA). Gambar Sistem Informasi Pemantauan Sumber Daya Alam (SIPANDA) 34 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

51 Data yang digunakan terdiri dari data/konten informasi, data dasar, dan data background. Konten informasi terdiri dari informasi: (1) fase tanam padi, (2) tutupan hutan dan perubahannya tahun hasil kegiatan INCAS, (3) zona potensi penangkapan ikan, (4) mangrove, (5) Terumbu karang, (6) pulau-pulau kecil terluar, (7) burned area. Data dasar terdiri dari data Administrasi, data lahan gambut, dan grid lintang bujur. Data background merupakan informasi dari webservices, yaitu: Google Streets, Google Physical, Google Hybrid, Google Satellite, MapQuest OSM, MapQuest Satellite Tiles, ESRI Ocean Base Map, ESRI World Imagery. Sistem ini dibangun dan dapat diakses oleh semua stakeholder. Gambar Sistem Informasi Mitigasi Bencana Alam (SIMBA) 12. Prototipe Sistem Pemantauan Bumi Provinsi berbasis Web GIS (skala 1:25.000) Pengembangan Sistem Pemantauan Bumi Provinsi (SPBP) untuk mendukung perencanaan pembangunan daerah menggunakan data. Sistem ini sudah dibangun dan diserahkan pada 19 (sembilan belas) provinsi, yaitu Provinsi Aceh, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Gambar Tampilan SPBN Provinsi Laporan Kinerja

52 13. Pedoman Deteksi Lahan Bekas Terbakar Kebakaran hutan/lahan merupakan bencana yang selalu mengancam wilayah Indonesia karena terjadi secara berulang dan terus-menerus terutama saat musim kemarau. Dampak langsung dari terjadinya kebakaran hutan adalah masuknya partikel yang berasal dari asap kedalam atmosfer yang dapat mempengaruhi kualitas udara serta mengganggu kesehatan dan aktifitas masyarakat baik di wilayah kebakaran maupun wilayah sekitarnya. Asap merupakan salah satu parameter penting dalam penelitian mengenai kebakaran hutan dari deteksi asap tersebut memberikan indikasi kuat adanya titik-titik api. Dari informasi asap tersebut dapat arah dan sebaran spasial asap untuk memantau daerah terdampak kebakaran hutan/lahan, informasi titik terbakar, dan luas area bekas terbakar untuk mengetahui besarnya dampak kebakaran. Informasi ini dapat membantu upaya rekonstruksi dan rehabilitasi lahan pasca kebakaran. Gambar Citra MODIS Tanggal 8 September 2015, Komposit RGB Gambar Klasifikasi menggunakan threshold reflektansi band 5 dan band 3 36 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Gambar Klasifikasi Area Terakar dengan Data MODIS

53 Pada penelitian ini, dikembangkan metode deteksi asap dari data satelit VIIRS- Suomi NPP dan MODIS Terra/Aqua multi temporal untuk mendapatkan algoritma memilih kanal-kanal dari MODIS Terra/ Aqua dan VIIRS NPP Suomi. Hasil kajian ini diharapkan dapat mendukung deteksi cepat perkiraan daerah terdampak asap (trayektori). Hasil penelitian ditunjukkan pada gambar di atas, yang merupakan hasil klasifikasi asap dan non asap dari data MODIS di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Klasifikasi asap dan non asap ini berdasarkan nilai reflektansi MODIS band 3 dan band 5. Sedangkan pada citra VIIRS, klasifikasi menggunakan reflektansi band 5 dan brightness temperature (BT) band 16. Model ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Pemda karena kebakaran hutan/lahan terjadi setiap tahunnya. 14. Pedoman Pengolahan data foto dari pesawat LAPAN Pedoman ini bertujuan memberikan panduan dalam pengolahan data dari kamera pada pesawat LAPAN untuk mendapatkan informasi bagi pengguna baik instansi pemerintah maupun swasta di tingkat Propinsi/ Kabupaten/Kota. Adapun ruang lingkupnya meliputi pengolahan awal data yakni melakukan ekstraksi dat raw, pengolahan lanjut yaitu melakukan mozaik dan koreksi ortho, dan analisis data yakni klasifikasi penutup penggunaan lahan dan perhitungan volume objek 3 dimensi. Kualitas data udara kemungkinan dipengaruhi oleh kualitas sistem akuisisinya. Pesawat Lapan Surveillance Aircraft (LSA) merupakan pesawat yang dimiliki oleh LAPAN yang mempunyai fungsi untuk pengamatan. Pengamatan yang pernah dilakukan pesawat LSA adalah mengenai pengamatan wilayah pesisir, perkotaan, dan lahan pertanian. Pesawat LSA membawa muatan berupa kamera Tetracam yang mempunyai tiga kanal (merah, hijau, dan inframerah dekat) dan telah dilakukan dua kali terbang. Pengamatan pertama dilakukan pada tahun 2014 dengan sistem kontrol autopilot dan pengamatan kedua dilakukan pada tahun 2015 dengan sistem kontrol manual. Dalam kedua pengamatan tersebut terjadi perbedaan di mana pada mode autopilot pesawat dalam kondisi stabil dan pada mode manual pesawat dalam kondisi kurang stabil dikarenakan pengendalian oleh pilot. Tujuan dari penelitian ini adalahmembandingkan kualitas informasi hasil akuisisi terbang pada sistem kontrol manual dengan autopilot dalam segi geometrik dan radiometrik. Pada penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kualitas informasi dalam segi geometrikantara kedua sistem kontrol karena adanya foto-foto oblique yang cukup banyak pada kontrol manual akan tetapi tidak pada sistem autopilot namun pada segi radiometrik tidak terlalu terjadi banyak perbedaan kualitas informasi. Data hasil akuisisi data pesawat LSA berpotensi untuk analisis wilayah perkotaan. Penelitian mengembangkan metode pemanfaatan data pesawat LSA multispektral dengan analisis objek tunggal pohon-pohon di perkotaan dengan OBIA (Object Based Image Analysis) dan indeks vegetasi untuk studi kualitas vegetasi perkotaan. Metode yang diusulkan dalam penelitian ini yaitu klasifikasi bertingkat untuk mendapatkan objek pohon secara spesifik yang digunakan analisis kualitas vegetasi lebih lanjut. Analisis kualitas vegetasi pada objek pohon tersebut dilakukan dengan menghitung nilai indeks vegetasi NDVI. Hasil penelitian, akurasi keseluruhan terhadap hasil klasifikasi bertingkat objek-objek di wilayah perkotaan dalam penelitian mencapai 88% dan berdasarkan hasil analisis kualitas vegetasi dengan NDVI telah dapat diketahui kondisi pohon-pohon di area perkotaan. Gambar Kualitas citra mozaik data foto pesawat terbang manual Laporan Kinerja

54 15. Model identifikasi lahan tambang Penelitian inventarisasi dan evaluasi lahan tambang dilakukan dengan memanfaatkan data Landsat tahun 1990, 2000, 2005, dan 2015/2016 untuk melihat perubahan tutupan lahan, perubahan lingkungan atau fenomena perubahan dari periode waktu antara Metode yang digunakan untuk identifikasi lahan tambang adalah Vegetation Index Differencing (VIDN)/Disparitas indeks vegetasi. Metode ini umum digunakan untuk tujuan analisis perubahan atau change detection. Deteksi perubahan merupakan suatu proses mengindetifikasi perubahanperubahan suatu objek atau fenomena melalui pengamatan pada berbagai waktu yang berbeda. Untuk itu, data tersebut dikelompokan ke dalam 2 periode waktu dan Periode dilakukan untuk melihat perubahan antara periode untuk ekplorasi dan proses eksploitasi. Lokasi wilayah untuk identifikasi lahan tambang difokuskan di Sumatera Barat dan Kalimantan. Wilayah Sumatera Barat lebih fokus pada lahan tambang di Kota Sawahlunto, Kota Padang, Salido, Gunung Ophir. Selain itu juga dilakukan penelitian parameter geologi di Pusat Sesar Semangko. Lokasi ini meliputi Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kota Bukittinggi, dan Kota Payakumbuh. Selanjutnya, selain identifikasi lahan tambang dari perbedaan indeks vegetasi, dilakukan identifikasi parameter geologi. Parameter geologi meliputi struktur dan formasi geologi, model tinggi, lineament, geomorfologi, geodinamika, densitas, gaya berat, medan magnet, seismik, geolistrik, alterasi hidrotermal, dan lain-lain. Model tinggi (Height Model) meliputi Digital Surface Model (DSM), Digital Elevation Model (DEM), Digital Terrain Model (DTM), Earth Gravitational Model (EGM), Digital Terrain Elevation Data (DTED), surface volume (ndsm), dan lain-lain. Gambar Digital Terrain Model (DTM) Merauke 38 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

55 Gambar Identifikasi kerusakan lingkungan LAT dan reflektansi objek Pada citra di sebelah kiri atas, tanda menunjukan lokasi Lahan Akses Terbuka (LAT) bekas tambang dan gambar pada kanan atas adalah grafik perbandingan reflektansi dari daerah lahan akses terbuka tersebut hasil pengukuran secara digital yang diturunkan dari citra satelit. Pada foto kiri bawah adalah kondisi sesungguhnya LAT dan gambar kanan bawah adalah grafik reflektansi hasil pengukuran di lapangan. Adapun capaian IKU Jumlah model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim 5 tahun dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.7. Perbandingan Capaian IKU 5 IKU 5 Jumlah model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian ,14% % Model Model Model Model Capaian IKU 5 merupakan pengembangan lanjutan dari model-model yang sudah ada dan pengembangan model-model baru dari hasil litbang LAPAN. Terjadinya peningkatan terhadap model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa disebabkan karena implementasi untuk meningkatkan performansi operasional dan layanan kepada pengguna. Laporan Kinerja

56 Indikator Kinerja Utama 6: Jumlah publikasi nasional terakreditasi IKU 6 bertujuan untuk menghitung jumlah makalah yang diterbitkan dalam publikasi ilmiah nasional terakreditasi berdasarkan kriteria LIPI dan DIKTI. Pada tahun 2016 LAPAN menargetkan 60 makalah, dan realisasi menghasilkan 60 makalah di bidang penerbangan dan antariksa, dengan rincian sebagai berikut: NO JUDUL PENULIS MEDIA BIDANG SAINS ANTARIKSA DAN ATMOSFER 1. Analisis Respon Medan Geomagnet antara Stasiun di Equator Magnet dan Stasiun Biak Saat Badai Geomagnet pada Meredian Megnet 2100 Mm Anwar Santoso 2. Pengaruh Orientasi Medan Magnet Anton Winarko, et. al Antarplanet pada Gangguan Geomagnet di Lintang Rendah 3. Studi Gelombang ULF : Korelasi Pulsa Megnet PC3 dengan Kecepatan Angin Surya dan Medan Magnet Antarplanet 4. Analisis Precursor Peristiwa Flare/ Pelontaran Massa Korona Dalam Rangka Peringatan Dini Cuaca Antariksa 5. Variasi Diurnal dan Musiman Kemunculan Lapisan E-Sporadis di atas Sumedang Tahun Effect of Global Warning on Chlorophyl-a Concentration in The Indonesia 7. Dampak El Nino 1997 dan El Nino 2005 terhadap Konsentrasi Klorofil A di Perairan Selatan Jawa dan Vali-Sumbawa 8. Precipitation Event Analysis Using Image Processing Based on Rainfall Detection Radar (RDR) Obesrvation on March 9, 2014 During Landslide Event in West Java. 9. Seasonal Interannual Variation of Sea Surface Temperature in Indonesia Waters 10. Impact of Climate Cahange (El-Nino, La Nina and Sea Level )On the Coastal Cilacap Distric Tabel 3.8. Publikasi Nasional Terakreditasi Setyanto Cahyo Pranoto, et. Al A.Gunawan Admiranto, et. al Rhorom Priyatikanto, et. Al Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 13, No.2 Juni 2016, ISSN X, 63-72, Akreditasi nomor :671/AU3/P2MI-LI- PI/07/2015 Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 13, No.2 Juni 2016, ISSN X, 73-86, Akreditasi nomor :671/AU3/P2MI-LI- PI/07/2015 Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 13, No.2 Juni 2016, ISSN X, 87-96, Akreditasi nomor :671/AU3/P2MI-LI- PI/07/2015 Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 13, No.2 Juni 2016, ISSN X, Akreditasi nomor :671/AU3/P2MI-LI- PI/07/2015 Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 13, No.2 Juni 2016, ISSN X, Akreditasi nomor :671/AU3/P2MI-LI- PI/07/2015 Martono Makara Journal of Science, 20/1 (2016), 33-39, e-issn , print ISSN , Akreditasi B, No. 58/DIKTI/ Kep/2013, valid until August Martono Majalah Ilmiah Globe/Jurnal BIG Vol 18 No.1 April 2016, 01-08, Nomor Akreditasi: 739/AU/P2MI-LIPI/04/2016 Ginaldi Ari N, et. al Jurnal Teknologi Indonesia (JTI) 39 (2) 2016 : 81-92, ISSN LIPI Press, Accredited Journal Number: 388/ AU2/P2MI-LIPI/04/2012 Martono Lilik Supritin, et. al Indonesian Journal On Spatial and Regional Analysis, ISSN : , e_issn: , Forum Geografi, Vol.30 (2) Des 2016 : , Accredited by DGHE, No.12/M/Kp/II/2015. publishe by MUP Press. Indonesian Journal On Spatial and Regional Analysys, ISSN : , e_issn: , Forum Geografi, Vol.30 (2) Des 2016 : , Accredited by DGHE, No.12/M/Kp/II/2015. publishe by MUP Press. 40 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

57 NO JUDUL PENULIS MEDIA 11. Estmasi Badai Geomagnet Berdasarkan Perilaku Parameter Angin Surya dan Medan Magnet Antarplanet sebelum Badai Geomagnet 12. Perbandingan Karakteristik Aktivitas Sintilasi Ionosfer di Atas Manado, Pontianak dan Bandung Berdasarkan Data GISTM. 13. Prediktabilitas Curah Hujan Diurnal di Pulau Jawa Menggunakan Model WRF 14. Pengaruh Aerosol terhadap Fluks Radiasi Netto di Lapisan Atas Atmosfer dan Permukaan Bedasarkan Data Satelit 15. Analisis Propogasi Gelombang Radio Mode Angkasa Saat peristiwa Gerhana Matahari 9 Maret 2016 Anwar Santoso, Mamat Ruhimat, Radewita K, Siska Filawati Sri Ekawati, S. Anggarani dan D. Marlia e-jsd Edisi Desember 2016 e-jsd Edisi Desember 2016 Suaydhi e-jsd Edisi Desember 2016 Rosida dan Indah Susanti e-jsd Edisi Desember 2016 Varuliantor Dar dan Rohmat Yulianto e-jsd Edisi Desember 2016 BIDANG TEKNOLOGI PENERBANGAN DAN ANTARIKSA 16. Pengaruh Peredam Nisser Silicon Ruber Terhadap Data Sensor Pengindera Gerak Saat Uji Vibrasi Roket Eksperimen LAPAN Tipe RX Penggunaan Penahan Beban dan Pengaturan Azimuth Sudut Serang Roket RUM untuk Operasi Peluncuran pada Kecepatan Angin di Atas 10 Knot 18. Dekomposisi Termal Propelan Padat Komposit Berbasis Amonium Perklorat/ Hydroxy Terminated Polibutadiene (AP/ HTPB) 19. Pengembangan encoder Flight Terminated System multi frekuensi Kurdianto et. al Heri Budi wibowo et. Al Wiwiek Utama Dewi, et. Al Efendi Dody Arisandi Jurnal Teknologi Penerbangan dan antariksa Jurnal Teknologi Penerbangan dan antariksa Jurnal Teknologi Penerbangan dan antariksa Jurnal Teknologi Penerbangan dan antariksa 20. Analisis Kandungan Aluminium Powder Propelan Berdasar Energi Pembakaran dari Bomb Kalorimeter 21. Retikulasi Hidroxyl Terminated Polubutadiene (HTPB) Mandiri Dengan Toluene Diisocianate (TDI) Membentuk Poliuretan Sebagai Fuel Binder Propelan 22. Desain dan Uji Muatan Sistem Elektronika Roket Eksperimen LAPAN Tipe RX Peningkatan Kualitas Fokus Citra Imager Multispektral Satelit Lapan-A3 24. Pengembangan Antena Heliks X-Band 8.2 Ghz Untuk Satelit Mikro 25. Pengolah Data Telemetri Satelit LAPAN-A3/IPB untuk Menghasilkan Data Multi-Spektral dan Data Kamera Matrik Level-0 Kendra Hartaya Geni Rosita Kurdianto, Shandi et. Al Patria Rahman H, et. Al Iwan Faisal Suhermanto Jurnal Teknologi Penerbangan dan antariksa Jurnal Teknologi Penerbangan dan antariksa Jurnal teknologi proses dan inovasi industri Jurnal Teknologi Dirgantara (Tekgan) Jurnal Tekgan Jurnal Tekgan Laporan Kinerja

58 NO JUDUL PENULIS MEDIA 26. Algoritma Peringatan Dini Pencurian Ikan pada Data Automatic Identification System (AIS) Berbasis Terestrial dan Satelit 27. Kajian Eksperimental Tensile Properties Komposit Poliester Berpenguat Serat Karbon Searah Hasil Manufaktur Vacuum Infusion Sebagai Material Struktur LSU 28. Lendutan Struktur Twin Boom pesawat Terbang Nir Awak Lsu-05 Pada Saat Menerima Beban Terbang 29. Implementaion ARINCE 429 Data Communication Standard In LSA WING SUPPORT STRUCTURE LSU-03 UAV STRENGHTHEN FOR DYNAMIC LOAD 31. Perhitungan Letak dan Pergeseran Pusat gravitasi Pesawat LSU-03NG Untuk Menentukan Posisi Beban Dan Pemberat 32. Pemodelan Solar UAV Menggunakan X-Plane Pemilihan Material Untuk Pembuatan Komposit Sebagai Struktur Pesawat Terbang Tanpa Awak UAV 34. Erosi Proteksi Pada Leading Edge Pesawat Terbang Jet dan Non Jet BIDANG PENGINDERAAN JAUH 35. Analisis Kesesuaian Scene untuk Mosaik Multitemporal Citra Landsat-8 Berdasarkan Parameter Radiometrik 36. Development of Pushbroom Airborne Camera System Using Multispectral Line Scan Industrial Camera 37. Development of Annual Landsat-8 Composite over Central Kalimantan, Indonesia using Automatic Algorithm to Minimizes Cloud 38. Reconstruction Technique to Retrieve Missing Reflectance of Band 6 Aqua MODIS Data 39. Haze Removal in the Visible Bands of Landsat-8 OLI over Shallow Water Area E. Husni R, et. al Jurnal Tekgan Kosim Abdurohman, et. al Atik Bintoro Fuad Surasetyo et. al Atik Bintoro Riki Ardiansyah, Nanda Wirawan Fuad Surastyo Pranoto, Dewi Anggraeni Sri Rahayu Sri Rahayu Haris Suka D, dan et. al Ahmad Maryanto, et. al Kustiyo Andy Indradjad, et. al Kustiyo, et. al Jurnal Tekgan Jurnal Tekgan Jurnal Tekgan Proceeding International Seminar of Aerospace Science and Technology Prosiding SIPTEKGAN XX-2016 Prosiding SIPTEKGAN XX-2016 Advance in Aerospace Science and Technology in Indonesia : Advance in Aerospace Science and Technology in Indonesia : *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No.371/ AU1/P2MBI/07/2011 : *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/ Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

59 NO JUDUL PENULIS MEDIA 40. Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh untuk Monitoring Iklim Ekstrem di Indonesia 41. Analysis on the Quality of Aerosol Optical Thickness Data Derived from NPP VIIRS and Aqua MODIS over Western Area of Indonesia 42. Detection of Forest Fire, Smoke Source Locations in Kalimantan during the Dry Season for the year 2015 using Landsat-8 from the Threshold of Brightness Temperature Algorithm 43. Analisis Parameter-Parameter Utama untuk Desain Sensor SAR pada LSA (Lapan Surveillance Aircraft) 44. Evaluation of SPOT-5 Image Fusion Using Modified Pan-sharpening Methods 45. Analisis Karakteristik Temperatur Area Terbakar (Burned Area) Menggunakan Data Landsat-8 TIRS di Kalimantan 46. Perbandingan Hasil Klasifikasi Limbah Lumpur Asam Dengan Metode Spectral Angle Mapper Dan Spectral Mixture Analysis Berdasarkan Citra Landsat Perbandingan Metode Klasifikasi Penutup Lahan Berbasis Piksel dan Berbasis Objek Menggunakan Data Pisar-L2 48. Klasifikasi Penutup Penggunaan Lahan Dengan Data Satelit Penginderaan Jauh Hiperspektral Menggunakan Metode Neural Network Tiruan 49. Metode Penentuan Titik Koordinat Zona Potensi Penangkapan Ikan Pelagis Berdasarkan Hasil Deteksi Termal Front Suhu Permukaan Laut 50. Pengembangan Model Pelaksanaan Diseminasi Informasi Penginderaan Jauh Berbasis Teknologi Bebas dan Sumber Terbuka 51. Algoritma Dua Dimensi Untuk Estimasi Muatan Padatan Tersuspensi Menggunakan Data Satelit Landsat-8, Studi Kasus: Teluk Lampung Erna Sri Adiningsih, et.al Erna Sri Adiningsih, et. al Kustiyo, et. al Muchammad Soleh, et. al Sukentyas Estuti Siwi, et. al Suwarsono, et. al Sayidah Sulma, et. al Jurnal Sumberdaya Lahan Volime 9 No. 9 Desember 2016 p-issn: *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences ISSN edisi 2015 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences ISSN Edisi 2015 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences ISSN Edisi 2014 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences ISSN Edisi 2014 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, Volume 13 No. 1 Juni 2016 ISSN No.610/AU/P2MI-LI- PI/03/2015 Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, Volume 13 No. 1 Juni 2016 ISSN No.610/AU/P2MI-LIPI/03/2015 R. Johannes Manalu, et. al Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, Volume 13 No. 1 Juni 2016 ISSN No.610/AU/P2MI-LIPI/03/2015 Dony Kushardono Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, Volume 13 No. 2 Desember 2016 ISSN No.610/AU/P2MI-LI- PI/03/2015 Rossi Hamzah, et. al Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, Volume 13 No. 2 Desember 2016 ISSN No.610/AU/P2MI-LI- PI/03/2015 Sarno Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, Volume 13 No. 2 Desember 2016 ISSN No.610/AU/P2MI-LI- PI/03/2015 Muchlisin Arief, et. al Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, Volume 13 No. 2 Desember 2016 ISSN No.610/AU/P2MI-LI- PI/03/2015 Laporan Kinerja

60 NO JUDUL PENULIS MEDIA 52. Detection Of Green Open Space Using Combination Index Of Landsat 8 Data (Case Study: DKI Jakarta) 53. Determination Of Forest And Non- Forest In Seram Island Maluku Province By Using Multi-Years Landsat Data 54. Spatial Pattern of Hydrologic Response Unit (HRU) On Flow Discharge Ci Rasea Watershed Using Landsat TM In 1997 To Lineament Density Information Extraction Using DEM SRTM Data For Predicting 56. Bathymetry Data Extraction Analysis Using Landsat 8 Data 57. Comparing Atmospheric Correction Methods For Landsat OLI Data 58. Technique for Indentifying Burned Vegetation Area Using Landsat 8 Data 59. Identification Some of The Class Forest Important Using Data Landsat-8 (Case Study Forest In North Sumatra Province) Sayidah Sulma, et. al *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/ AU1/P2MBI/07/2011 Tatik Kartika, et. al *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/ AU1/P2MBI/07/2011 Emiyati, et. al *International Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/ AU1/P2MBI/07/2011Journal of Remote Sensing and Earth Udhi Catur Nugroho, et. al *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/ AU1/P2MBI/07/2011 Kuncoro Teguh Setiawan, et. al Esthi Kurnia Dewi, et. al Bambang Trisakti, et. al Heru Noviar, et. al 60. Ekstraksi Informasi Penutup Lahan Area Luas Dengan Metode Expert Knowledge Object Based Image Analysis (OBIA) Pada Citra Landsat 8 OLI Pulau Kalimantan Zylshal, et. al *diakui oleh LIPI Sumber: Laporan Kinerja Eselon 1 yang telah diolah kembali *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 2 December 2016 ISSN No. 371/AU1/P2M- BI/07/2011 *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 2 December 2016 ISSN No.371/AU1/P2M- BI/07/2011 *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 2 December 2016 ISSN No. 371/AU1/P2M- BI/07/2011 *International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 2 December 2016 ISSN No. 371/AU1/P2M- BI/07/2011 Majalah Ilmiah Globe/ jurnal BIG, Volume 18 No. 1 April 2016 ISSN /E-ISSN No. 739/AU/P2MI-LIPI/04/2016 Adapun capaian IKU Jumlah publikasi nasional terakreditasi tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.9. Perbandingan Capaian IKU 6 IKU 6 Jumlah publikasi nasional terakreditasi Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian ,67% % Makalah Makalah Makalah Makalah 44 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

61 Capaian IKU 6 tahun 2016 adalah 100%, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 yang mencapai 86,67%. Bila dilihat dari realisasi target 2016 sejumlah 60 makalah juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan bila dibandingkan realisasi target tahun 2015 sejumlah 39 makalah. Capaian IKU 6 tercapai, hal ini disebabkan karena para peneliti/perekaya memiliki antusiasme dan etos kerja yang baik dalam menyusun karya ilmiah di bidang penerbangan dan antariksa. Indikator Kinerja Utama 7: Jumlah publikasi internasional yang terindeks dibidang teknologi penerbangan dan antariksa IKU 7 bertujuan untuk menghitung jumlah makalah yang diterbitkan pada publikasi ilmiah internasional terindeks (yang terdaftar dalam database publikasi internasional). Pada tahun 2016 LAPAN menargetkan 20 makalah internasional dan akhir tahun terealisasi sebanyak 37 makalah internasional di bidang penerbangan dan antariksa. Hal ini disebabkan banyak peneliti-peneliti LAPAN yang lebih memilih hasil penelitiannya ke dalam jurnal internasional. Adapun rincian publikasi internasional yang terindeks, sebagai berikut: NO JUDUL PENULIS MEDIA BIDANG SAINS ANTARIKSA DAN ATMOSFER 1. Global Distribution Of Vertical Wave Number Spectra In The Lower Stratosphere Observed Using High Vertical Resolution Temperature Profiles From Cosmic GPS-radio Occultation 2. Development Processes of Oceanic Convective System Inducing the Heavy Rainfall over the Western Coast of Sumatera on 28 October 2007, 3. Rainwater Chemical Characteristic In Sumatera, Indonesia From Axial Ratio Enhancement of Equatorial Triangular-Ring Slot Antenna Using Coupled Diagonal Line Slots 5. Preliminary Result of the Solar Corona Spectroscopic Observation 9 March 2016 Total Solar Eclipse 6. Ludendorff Coronal Flattening Index of the Total Solar Eclipse on March 9, Pawukon: from Incest, Calendar, to Horoscope Tabel Publikasi Internasional Yang Terindeks Noersomadi, et. al Annales Geophysicae, 34, , 2016 Trismidianto, et. al SOLA, 2016, Vol.12, 6-7, doi : /sola Tuti Budiwati, et. al International Journal of Atmospheric Science, Volume 2016 Asif Awaludin et al. Electromagnetics Research C, Vol. 70, , 2016 E. Sungging, et. al Journal of Physics : Conference Series VOL. 771 Number 1, (2016) , Tiar Dani, et. al A.G. Admiranto Journal of Physics : Conference Series Journal of Physics : conference Series 8. Multiwavelength observation of two explosive events and their effects on the solar atmosphere 9. Dynamical Fate of Binary Star Clusters in the Galactic Tidal Field A. G. Admiranto, et. al Journal Astronomy and Space Sciences 33(3), R.Priyatikanto et. al Monthly Notices of the Royal Astronomical Society 10. Shape Parameter of the Solar Corona from 1991 to Effect of March 9, 2016 Total Solar Eclipse on Geomagnetic Field Variation Rhorom Priyatikanto Mamat Ruhitat, et. al Research in Astronomy and Astrophysics, Vol 16, Number 12 (2016) Journal of Physics : Conference Series 771, number 1, : IOP Publishing, (2016) Laporan Kinerja

62 NO JUDUL PENULIS MEDIA 12. Change of NmF2 and hmf2 over Biak during Totel Solar Eclipse 13. Tutulemma of Near Equator Partial Solar Eclipse Stellar background observation during total solar eclipse March 9th Analysis of Inospheric Irregularities over South East Asia during Tota Solar Eclipse 2016 Based on GNSS Observation 16. Three years of concentric gravity wave variability in the Mesopause as Observed by IMAP/V 17. The Determination of Area and Time Comparison of the Partial Solar Eclipse at Space Science Center LAPAN 18. Solar Radio Observation using Callisto Spectrometer at Sumedang West Java Indonesia: Current Status and Future Development Plan in Indonesia Sefria Farahhati Farahhati Asnawi Journal of Physics : Conference Series 771, number 1, : IOP Publishing, (2016) Journal of Physics : Conference Series 771, number 1, : IOP Publishing, (2016) Journal of Physics : Conference Series 771, number 1, : IOP Publishing, (2016) Journal of Physics : Conference Series 771, number 1 : IOP Publishing, (2016) Septi Perwitasari, et. al Geophysical Research Letters Vol : 43, Issue 22, Nov (2016), P. 11,528-11,535. Siska BIDANG TEKNOLOGI PENERBANGAN DAN ANTARIKSA 19. HILS of Auto Take Off System for High Speed UAV using Booster Rocket 20. Development of ICON (Instrumentation, Control and Navigation) for ATGM (Anti Tank Guided Missile) 21. Robust Flight Control Design using Incremental Adaptive Sliding Mode Control 22. Star Catalog Generation For Satellite Attitude Navigations Using Density Based Clustering 23. Earth Observation Micro-satellite Design Optimization Using Satellite Simulator Journal of Physics : Conference Series 771, number 1, : IOP Publishing, (2016) Timbul, et. al ASP Conference Series Book vol 504, Ground-based Solar Observation in the Space Instrumentation Era, Astronomical Society of the Pacific Herma Yudhi Irwanto Inteligent Technology for Sustainable Energy, IEEExplore, Lombok, July 2016 Herma Yudhi Irwanto International Conference on Science in Information Technology, IEEExplore, Balikpapan, October 2016 Idris Eko P et.al International Conference on Instrumentation, Control and Automation, August 2016 A. Hadi Syafrudin, ST, MSc Journal of Computer Science 2016 (index Cabell, DOAJ, EBSCO, ProQuest), publisher Science Publisher R.H. Triharjanto R.E. et. al Journal for Mechanical Engineering. Universiti Teknologi Mara, Malaysia 24. Evaluating Deployable Solar Panel Option in Earth Observation Microsatellite Design Optimization 25. The initial design of LAPAN S IR micro bolometer using mission analysis process 26. Illumination analysis of LAPAN s IR micro bolometer 27. The Thermal Analysis Of Lapan s Ir Micro Bolometer Optical Design R.H. Triharjanto R.E. et. al Bustanul Arifin, et. al Bustanul Arifin, et. al Bustanul Arifin, et. al Intl. Journal of Advances in Mechanical & Automobile Engg. International Institute of Engineers Proceedings of the Infrared, Millimeter-Wave, and Terahertz Technologies IV conference SPIE Proceedings, (Google Scholar) Proceedings of the Optical Design and Testing VII conference SPIE Proceedings (Scopus) 67th International Astronautical Congress, Guadalajara, Mexico. ISBN , Proceedings of Earth Earth and Environmental Science (Scopus) 46 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

63 NO JUDUL PENULIS MEDIA 28. Indonesia Coverage Simulation of SAR Satellite at Near-Equatorial Orbit 29. Analysis of LAPAN-IPB Image Lossless Compression Using Differential PCM and Huffman Coding Proceedings of Earth Earth and Environmental Science 30. Electrical power budgeting analysis for LSA-02 UAV Technology Demonstrator, BIDANG PENGINDERAAN JAUH 31. Compressed SAR Imaging based on Maxwell Equation 32. A simple method for developing near realtime nationwide forest monitoring for Indonesia using MODIS near- and short-wave infrared bands 33. The Dynamics of Land Use/Land Cover Change Modeling and Their Implication for The flood Damage Assessment in The Tondano Watershed, North Sulawesi, Indonesia 34. A Support Vector Machine Object Based Image Analysis Approach on Urban GreenSpace Extraction Using Pleiades- 1A Imagery 35. The Utilization of Remotely Sensed Data to Analyze The Estimated Volume of Pyroclastic Deposits and Morphological Changes Caused by The Eruption of Sinabung Volcano, North Sumatera, INA 36. Study of Mangroves Ecosystem Management At Binalatung In Tarakan City Of North Kalimantan 37. Quality Analysis of Single Tree Object With OBIA and Vegetation Index From LAPAN Surveillance Aircraft Multispectral Data in Urban Area Sumber: Laporan Kinerja Eselon I yang telah diolah kembali H. Septanto, Et. al Proceedings of Earth Earth and Environmental Science (Scopus) Patria Rahman H F.S. Pranoto et. al Index Scopus International Engineering Research and Innovation Symposium (IRIS) Rahmat Arief Jurnal Teknologi Volume XX 2016, Penerbit UTM Press, Universiti Teknologi Malaysia Yudi Setiawan, et. al International Journal of Remote Sensing and Remote Sensing Letters Fajar Yulianto, et. al Zylshal, et al Fajar Yulianto, et. al Rachmawani, et. al Nurwita Mustika sari, et. al Journal Modeling Earth Systems and Environment, Springer Journal Modeling Earth Systems and Environment Journal Pure and Applied Geophysics International Journal of Sciences. Journal of Geomatics and Planning Adapun capaian IKU Jumlah publikasi internasional yang terindeks dibidang teknologi penerbangan dan antariksa dari tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Perbandingan Capaian IKU 7 IKU 7 Jumlah publikasi internasional yang terindeks dibidang teknologi penerbangan dan antariksa Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian ,67% % Makalah Makalah Makalah Makalah Laporan Kinerja

64 Capaian IKU 7 tahun 2016 adalah 185%, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 yang mencapai 146,67%. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil penelitian/kerekayasaan LAPAN diakui di tingkat internasional. Indikator Kinerja Utama 8: Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted IKU 8 untuk menghitung jumlah hasil karya di bidang iptek penerbangan dan antariksa yang telah mendapat kekuatan hukum (granted) dari Kementerian Hukum dan HAM. Pada tahun 2016, terdapat 2 judul hasil karya LAPAN yang mendapat sertifikat granted yaitu : 1. Kombinasi Radar Transponder dan Depler Radio Pengukur Jarak dan Kecepatan Roket Secara Simultan, dengan inventor Dr. Wahyu Widada, dkk. Judul ini telah didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM pada tanggal 20 Juni 2013 dengan nomor permohonan P Kemudian ditindaklanjuti oleh Kementerian Hukum dan HAM dengan memulai melakukan pemeriksaan substantif pada tanggal 22 Agustus 2013 dan akhirnya memberikan status granted pada tanggal 12 Oktober 2016 dengan nomor paten ID P Gambar Sertifikat paten Kombinasi Radar Transponder dan Depler Radio Pengukur Jarak dan Kecepatan Roket Secara Simultan 48 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

65 2. Sistem Pemantauan Pergerakan Wahana Terbang 3 Dimensi Menggunakan Repeater Radio, dengan inventor Dr. Wahyu Widada dan Dr. Warsito. Judul ini telah didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM pada tanggal 24 September 2010 dengan nomor permohonan P Kemudian ditindaklanjuti oleh Kementerian Hukum dan HAM dengan memulai melakukan pemeriksaan substantif pada tanggal 28 Oktober 2010 dan akhirnya memberikan status granted pada tanggal 12 Maret 2015 dengan nomor paten ID P Gambar Sertifikat paten Sistem Pemantauan Pergerakan Wahana Terbang 3 Dimensi Menggunakan Repeater Radio Laporan Kinerja

66 50 Adapun perbandingan capaian IKU Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted tahun 2015 s.d 2016 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Perbandingan Capaian IKU 8 IKU 8 Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian 2 HKI 0 HKI 0% 3 HKI 2 HKI 66,67% Capaian IKU 8 adalah 66,67% naik bila dibandingkan dengan capaian tahun Namun capaian IKU 8 tidak tercapai 100%, hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu faktor internal seperti: litbangyasa LAPAN tidak selalu menghasilkan HKI dan faktor eksternal yaitu: proses pendaftaran sampai dengan granted di KemenkumHAM membutuhkan waktu yang cukup lama melalui proses pemeriksaan administrasi, pemeriksaan substantif dan baru diterbitkan sertifikat HKI (granted) sekitar 2-5 tahun. Untuk mengatasi kendala tersebut kedepan LAPAN akan mendorong capaian HKI melalui peran aktif para pimpinan dan peneliti LAPAN. Berikut adalah tabel status HKI LAPAN dari tahun 2010 s.d 2016, sebagai berikut: Tabel Status HKI LAPAN Tahun No Status Jumlah 1. Granted 7 2. Pemeriksaan Substantif 8 3. Pemeriksaan Administratif 17 Total 32 Sasaran Strategis ke-2 Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima Sasaran strategis ke-2 mengukur peningkatan pemanfaatan dan layanan publik iptek penerbangan dan antariksa dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta berstandar internasional dan berkesinambungan. Terdapat 2 IKU yang menggambarkan upaya pencapaian sasaran strategis tersebut, yaitu : IKU 9) Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa, dan IKU 10) Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa. Pada periode pengukuran tahun 2016, capaian Sasaran Strategis 2 adalah sebesar 170,52%, dengan penjelasan capaian untuk masing-masing IKU dijabarkan sebagai berikut: Indikator Kinerja Utama 9: Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa IKU 9 bertujuan untuk menghitung dan antariksa meliputi pemanfaatan hasil banyaknya pengguna yang telah mendapatkan litbangyasa di bidang teknologi roket, satelit layanan iptek penerbangan dan antariksa. dan peenrbangan. Kegiatan pelayanan data Pengguna atas layanan LAPAN terdiri dari meliputi pelayanan data Kementerian, Lembaga, Pemda, dan masyarakat resolusi rendah dan menengah, serta pelayanan ilmiah (Sekolah, Perguruan Tinggi) yang telah data resolusi tinggi dalam rangka amanat memanfaatkan layanan LAPAN di bidang sains Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan Keantariksaan dan implementasi Inpres Nomor dan antariksa, dan. Kegiatan 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, pelayanan di bidang sains antariksa dan atmosfer Pengendalian Kualitas, Pengolahan Dan meliputi pemanfaaatan data dan informasi sains Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh antariksa dan atmosfer, dan bimbingan teknis Resolusi Tinggi. Berikut tabel yang menyajikan dibidang sains antariksa dan atmosfer. Kegiatan Daftar Pengguna Layanan Iptek Penerbangan pelayanan di bidang teknologi penerbangan dan Antariksa sepanjang tahun Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

67 NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN 1 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2. Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah (KEMENDIKDASMEN) 3 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) 4 Kementerian Kesehatan (KEMENKES) Pusat Survey Geologi Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Badan Penelitian dan Pengembangan kelautan dan Perikanan Dirjen Perikanan Tangkap Puslitbang Perikanan Budidaya Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek 5 Kementerian Keuangan Kantor Wilayah DJP Jateng I Data/Informasi/Bimtek Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian Direktorat Jenderal Pajak Dirjen Pajak Kanwil Solo Dirjen Pajak Kanwil Bengkulu dan Lampung 6 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman 7 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 8 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Tabel Daftar Pengguna Layanan Iptek Penerbangan Dan Antariksa Asisten Deputi Pendayagunaan IPTEK Maritim Kedeputian Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Direktorat Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Direktorat Konservasi Tanah dan Air Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Direktorat Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian DAS Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Prov. Jawa Barat Direktorat Kawasan Konservasi Dirjen PPI Dir. PHKA Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek Laporan Kinerja

68 NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN 9 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KEMEN PU) 10 Kementerian Pertanian (KEMENTAN) 11 Kementerian Politik, Hukum dan Keamananan 12 Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, DJPPKL PDAHSL Pusat Data dan Teknologi Informasi Data/Informasi/Bimtek Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Direktorat Rumah Umum dan Komersial Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan Pusat Pengembangan Kawasan Strategis Balai Besar Litbang SDL Pertanian Data/Informasi/Bimtek Sekretariat Jenderal Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Balitbang Pertanian Awal Musim Deputi Kamtibnas Data/Informasi/Bimtek Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Data/Informasi/Bimtek 13 Kemhan Balitbang Kemhan Bimtek fabrikasi roket RX- 450 Dirjen Pothan Kemhan Pengembangan RHan122B case bonded 14 Kementerian Perhubungan Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (BP3B) 15 Badan Informasi Geospasial (BIG) Pendidikan Dan Pelatihan Penerbang Tahap CPL-IR (Commercial Pilot License- Instrument Rating) Stage Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik Data/Informasi/Bimtek Pusat Penelitian, Promosi dan Kerja Sama Pemanfaatan UAV untuk Pemetaan Garis Pantai Indonesia di Pesisir Pantai Selatan Pulau Jawa 16 Badan Intelijen Negara (BIN) Direktorat Rekayasa Data/Informasi/Bimtek 17 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 18 Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Direktorat Pengurangan Resiko Bencana Pusdatin dan Humas Direktorat Pencegahan dan Kesiapsiagaan Asisten Deputi Batas Laut Udara Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek 19 Badan Pengawas Keuangan (BPK) Perwakilan Prov. DKI Jakarta Data/Informasi/Bimtek 20 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam Direktorat Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah Data/Informasi/Bimtek UPT - BPPT Hujan buatan dalam pengembangan motor roket TMC 52 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

69 NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN 21 Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP BATAM) 22 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) 23 Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Informasi BP Batam Kantor Pengelolaan Lahan Data/Informasi/Bimtek Pengelola Hibah MCC Data/Informasi/Bimtek Direktorat Energi, Telekomunikasi dan Informatika Pusat Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan Kantor Pertanahan Kab. Enrekang Data/Informasi/Bimtek 24 Badan Pusat Statistik (BPS) Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei 25 Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (BATAN) 26 Badan Keamanan Laut Republik SPKKL Tanjung Balai Karimun Indonesia (BAKAMLA) 27 Badan Narkotika Nasional Direktorat Penanganan Narkoba Republik Indonesia (BNN) Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek 28 Komisi Pemberantasan Korupsi Deputi Bidang Pencegahan Data/Informasi/Bimtek Deputi Bidang Penindakan Direktori Litbang 29 BMKG Pusat Meteorologi, Penerbangan dan Maritim Data/Informasi/Bimtek Awal Musim Kunjungan kerja Potensi penggunaan Produk RADAR SANTANU-PSTA BMKG Cilacap Bimtek Dampak Perubahan Iklim 30 Orari Orari APRS/ voice Repeater 31 POLRI Detasemen B Pelopor Data/Informasi/Bimtek Korlantas Bareskrim 32 TNI-AD Badan Intelijen Strategis TNI Data/Informasi/Bimtek Markas Besar Angkatan Darat Direktorat Topografi Markas Besar Angkatan Laut Dinas Hidro Oseanografi KOPASSUS Lemjiantek TNI AD Bimtek Teknologi Roket bagi para siswa TNI 33 TNI-AL Markas Besar Angkatan Darat Direktorat Topografi Markas Besar Angkatan Laut Program Studi DIII Hidro-Oseanografi Pusat Hidrografi dan Oseanografi Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut Data/Informasi/Bimtek Laporan Kinerja

70 NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN Dispamal 34 TNI AU Dislitbang TNI AU Pengujian radiografi Roket senjata milik TNI AU 2 Bravo Pembahasan landasan 35 Pemprov Aceh Bappeda Prov. Aceh Data/Informasi/Bimtek Dinas Perhubungan Komunikasi, Informasi dan Telematika Prov. Aceh 36 Pemprov Bangka Belitung Sekretariat Daerah Data/Informasi/Bimtek Bappeda Dinas Pertanian dan Perkebunan Peternakan 37 Pemprov Bengkulu Bappeda Data/Informasi/Bimtek Dinas Perkebunan 38 Pemprov Sumater Utara UPTD Balai Benih Ikan Kota Medan Data/Informasi/Bimtek DPD Kota Sibolga 39 Pemprov DI Yogyakarta Bappeda Data/Informasi/Bimtek Dinas Kelautan dan Perikanan Bimtek DSS Sistem Embaran Maritim (SEMAR) DSS Kemaritiman (SEMAR) 40 Pemprov DKI Jakarta Dinas Penataan Kota Prov DKI Jakarta Data/Informasi/Bimtek Sekretariat Daerah Kab. Kepulauan Seribu Sekretariat Kabupaten Administarsi Kepulauan Seribu Prov. DKI Jakarta Dinas Tata Ruang Dinas Pemakaman dan Pertamanan Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara 41 Pemprov Gorontalo Bappeda Dinas Pekerjaan Umum 42 Pemprov Jabar Bappeda Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup 43 Pemprov Jambi Dinas Perkebunan Dinas Pekerjaan Umum Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek 44 Pemprov Jateng Bappeda Data/Informasi/Bimtek 45 Pemprov Kalbar Sekretariat Daerah Bappeda Data/Informasi/Bimtek 46 Pemprov Kaltara Bappeda Data/Informasi/Bimtek 47 Pemprov Kalteng Sekretariat Daerah Bappeda Dinas Pertanian dan Peternakan 48 Pemprov Kaltim Sekretariat Daerah Dinas Pekerjaan Umum Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek 49 Pemprov Kepulauan Riau Dinas Kelautan dan Perikanan Data/Informasi/Bimtek 54 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

71 NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN 50 Pemprov Lampung Sekretariat Daerah Dinas Kelautan dan Perikanan Data/Informasi/Bimtek 51 Pemprov Maluku Bappeda Data/Informasi/Bimtek 52 Pemprov NTB Bappeda Dinas Pekerjaan Umum Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Dodokan Moyosari 53 Pemprov NTT Bappeda Dinas Kehutanan Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek 54 Pemprov Riau Dinas Kehutanan Data/Informasi/Bimtek 55 Pemprov Sulbar Bappeda Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 56 Pemprov Sulsel Bappeda BKPMD Dinas Kelautan dan Perikanan 57 Pemprov Sulteng Sekretariat Daerah Dinas Kelautan dan Perikanan Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek 58 Pemprov Sultra Dinas Kehutanan Data/Informasi/Bimtek 59 Pemprov Sulut Bappeda Dinas Pekerjaan Umum 60 Pemprov Sumbar Bappeda Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Permukiman Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek 61 Pemprov Sumsel Bappeda Data/Informasi/Bimtek Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Pemantauan Kebakaran Hutan dan Lahan Menggunakan UAV di Sumatra Selatan 62 Pemprov Gorontalo Dinas Kelautan dan Perikanan Data/Informasi/Bimtek 63 Pemkot Ambon Bappeda Data/Informasi/Bimtek 64 Pemkot Bandung Pendidikan menengah dan Dasar dan Publik Festival Antariksa Kunjungan kerja Potensi penggunaan Produk RADAR SANTANU-PSTA 65 Pemkot Cirebon Kantor Lingkungan Hidup Bimtek Deposisi Asam dan sosialisasi hasil litbang 66 Pemkot Cilegon Badan Lingkungan Hidup Data/Informasi/Bimtek 67 Pemkot Cilacap Bappeda Bimtek Dampak Perubahan Iklim 68 Pemkot Depok Bappeda Data/Informasi/Bimtek 69 Pemkot Gorontalo Bappeda Data/Informasi/Bimtek Laporan Kinerja

72 NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN 70 Pemkot Jayapura Sekretariat Daerah Dinas Tata Ruang Kota Data/Informasi/Bimtek 71 Pemkot Kupang Bappeda Data/Informasi/Bimtek Bimbingan Teknis Penginderaan Jauh 72 Pemkot Makassar Bappeda Data/Informasi/Bimtek 73 Pemkot Manado Bappeda Data/Informasi/Bimtek 74 Pemkot Padang Sekretariat Daerah Data/Informasi/Bimtek 75 Pemkot Palembang Pengamatan Antariksa 76 Pemkot Pangkal Pinang Badan Lingkungan Hidup Data/Informasi/Bimtek 77 Pemkot Pariaman Bappeda Data/Informasi/Bimtek 78 Pemkot Pekalongan Bappeda Data/Informasi/Bimtek 79 Pemkot Pekanbaru Dinas Tata Ruang dan Bangunan Data/Informasi/Bimtek 80 Pemkot Siantar Bappeda Data/Informasi/Bimtek 81 Pemkot Surakarta Bappeda Data/Informasi/Bimtek 82 Pemkot Tangerang Bappeda Data/Informasi/Bimtek 83 Pemkot Ternate Bappeda Pengamatan Antariksa (GMT) 84 Pemkab Aceh Barat Sekretaris Daerah Bappeda Data/Informasi/Bimtek 85 Pemkab Bandung Bappeda Pengamatan Antariksa 86 Pemkab Bandung Barat Bappeda Data/Informasi/Bimtek 87 Pemkab Bangka Bappeda Data/Informasi/Bimtek Pengamatan Antariksa (GMT) 88 Pemkab Batang Bappeda Data/Informasi/Bimtek 89 Pemkab Belitung Timur Bappeda Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air 90 Pemkab Bogor Bappeda Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek 91 Pemkab Bulungan Bappeda Data/Informasi/Bimtek 92 Pemkab Cianjur Bappeda Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Data/Informasi/Bimtek 56 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

73 NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN 93 Pemkab Empat Lawang Bappeda Data/Informasi/Bimtek 94 Pemkab Gianyar Bappeda Data/Informasi/Bimtek 95 Pemkab Gorontalo Sekretariat Daerah Data/Informasi/Bimtek 96 Pemkab Halmahera Selatan Bappeda Data/Informasi/Bimtek 97 Pemkab Jayapura Bappeda Data/Informasi/Bimtek 98 Pemkab Kapuas Sekretariat Daerah Data/Informasi/Bimtek 99 Pemkab Kaur Bappeda Data/Informasi/Bimtek 100 Pemkab Kayong Utara Sekretariat Daerah Data/Informasi/Bimtek 101 Pemkab Kepulauan Anambas Dinas Kelautan dan Perikanan Data/Informasi/Bimtek 102 Pemkab Kepulauan Aru Bappeda Data/Informasi/Bimtek 103 Pemkab Kepulauan Talaud Bappeda Data/Informasi/Bimtek 104 Pemkab Ketapang Bappeda Data/Informasi/Bimtek 105 Pemkab Kupang Bappeda Pelatihan STEAM Energi 2016 Bekerjasama dengan ITB dan IIEEE 106 Pemkab Magelang Bappeda Data/Informasi/Bimtek 107 Pemkab Majene Bappeda Data/Informasi/Bimtek 108 Pemkab Malaka Bappeda Data/Informasi/Bimtek 109 Pemkab Maluku Barat Daya Sekretariat Daerah Data/Informasi/Bimtek 110 Pemkab Maluku Tengah Dinas Pekerjaan Umum Data/Informasi/Bimtek 111 Pemkab Mamuju Tengah Sekretaris Daerah Bappeda Data/Informasi/Bimtek 112 Pemkab Mamuju Utara Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Data/Informasi/Bimtek 113 Pemkab Mimika Bappeda Data/Informasi/Bimtek 114 Pemkab Minahasa Bappelitbangda Data/Informasi/Bimtek 115 Pemkab Minahasa Utara Dinas Penataan Ruang dan Pertamanan Data/Informasi/Bimtek 116 Pemkab Nias Barat Bappeda Data/Informasi/Bimtek 117 Pemkab Ogan Ilir Bappeda Data/Informasi/Bimtek Laporan Kinerja

74 NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN 118 Pemkab Padang Pariaman Bappeda Data/Informasi/Bimtek 119 Pemkab Pesisir Selatan Bappeda Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Dinas Kehutanan, Energi dan Sumber Daya Mineral 120 Pemkab Serang Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan Data/Informasi/Bimtek Data/Informasi/Bimtek 121 Pemkab Sumbawa Barat Bappeda Data/Informasi/Bimtek 122 Pemkab Tana Tidung Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Data/Informasi/Bimtek 123 Pemkab Timor Tengah Selatan Bappeda Data/Informasi/Bimtek 124 Universitas Andalas Pasca Sarjana Ilmu-Ilmu Pertanian Data/Informasi/Bimtek 125 Universitas Bengkulu (UNIB) Fakultas Pertanian Data/Informasi/Bimtek 126 Universitas Diponegoro (UNDIP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Teknik Data/Informasi/Bimtek 127 Universitas Gadjah Mada (UGM) Program Studi Ilmu Lingkungan Data/Informasi/Bimtek Magister Pengelolaan Lingkungan Fakultas Geografi Sekolah Pascasarjana 128 Universitas Hasanudin (UNHAS) Fakulltas Pertanian UNHAS Data/Informasi/Bimtek Fakultas Teknik Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian 129 Universitas Indonesia (UI) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemdes Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Kajian Ilmu Lingkungan Data/Informasi/Bimtek 130 Universitas Katolik Parahyangan Program Studi Teknik Sipil Data/Informasi/Bimtek 131 Universitas Muslim Indonesia (UMI) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek 132 Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Geografi Data/Informasi/Bimtek 133 Universitas Negeri Makassar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Data/Informasi/Bimtek 134 Universitas Padjadjaran (UNPAD) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer 58 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

75 NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN 135 Universitas Tanjungpura Fakultas Pertanian Data/Informasi/Bimtek 136 Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Muhammadiyah Sinjai Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Data/Informasi/Bimtek 137 Institut Pertanian Bogor (IPB) Sekolah Pasca Sarjana Pertanian Bogor Data/Informasi/Bimtek Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Program studi Meteorologi Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer 138 Institut Teknologi Nasional Malang Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Data/Informasi/Bimtek 139 Institut Teknologi Bandung (ITB) Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Data/Informasi/Bimtek Program studi Meteorologi Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer 140 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Fakultas Sipil dan Perencanaan Data/Informasi/Bimtek 141 Universitas Brawijaya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek 142 Politeknik Pertanian Pangkep Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek 143 Universitas Teuku Umar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek 144 Universitas Gunadharma Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek 145 Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek 146 Universitas Sriwijaya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek 147 Universitas Lampung Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek 148 Universitas Riau Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek 149 UPI Program studi Fisika Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer 150 Telkom University Program studi Teknik Telekomunikasi Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer 151 STT Nuklir Program studi Elektronika Instrumentasi Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer 152 UNJANI Program studi Kimia Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer Laporan Kinerja

76 60 NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN 153 UNIKOM Program studi Teknik Komputer Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer 154 Poltek Caltek Riau Program studi Teknik Telelomunikasi Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer 155 UNDANA - Pelatihan Astronomi dan Science Antariksa dibosscha 156 Poltek Ujung Pandang - Layanan kunjungan tamu / Studi Lapangan 157 UIN Raden Patah Palembang - Layanan kunjungan tamu / Studi Lapangan 158 Univ. Prof Dr.Hazarin - Layanan kunjungan tamu / Studi Lapangan 159 Stimik Prabumulih - Layanan kunjungan tamu / Studi Lapangan 160 Unversitas Jember - Layanan kunjungan tamu / Studi Lapangan 161 Unhan - Teknologi Roket 162 Univ. Mataram - Koordinasi dengan staf Gubernur Nusa Tenggara 163 Univ. Muhammadiyah Mataram - Barat, terkait dengan rencana seminar Internasional NTB (ISAST) 164 PT Perikanan Nusantara (Persero) - Informasi Zona Pontensi Penangkapan Ikan 165 PT Citra Sari Makmur - Informasi Zona Pontensi Penangkapan Ikan 166 PT Marlin - Informasi Zona Pontensi Penangkapan Ikan 167 PT Telkom - Informasi Zona Pontensi Penangkapan Ikan 168 PT Jasindo - Informasi Fase Tanam dan Area Kerusakan Padi 169 PT. Indelec - Pembuatan motor roket untuk penelitian Petir (Roket LT) 170 PT. Dahana - Pembuatan dan pengisian propelan dengan metoda case-bonded 171 PT. Pindad - Pengembangan motor roket SLT dan Manpads 172 PT. DI - Pengembangan RHan PT. Gemilang Ananta - Data AIS Satelit LAPAN 174 PT. Aero Terra Indonesia - Penelitian, Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Penerbangan Nirawak 175 PT. Mandiri Mitra Muhibah (M3) - Persiapan pengujian Uji Interference Avionic M3LSU03 Carbon 176 Masyarakat dan Pemda Kupang - Sosialisasi Pembangunan Obsnas Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

77 NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN 177 Asosiasi Arsiparis Indonesia (AAI) - Layanan kunjungan Studi Lapangan 178 LSM Gaeda Caah - Bimtek Penggunaan Data Cuaca SADEWA dan SANTANU LAPAN Sumber: Telah diolah Kembali Adapun capaian IKU Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Perbandingan Capaian IKU 9 IKU 9 Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian % % Instansi Instansi Instansi Instansi Realisasi Layanan instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa sebanyak 178 instansi dari 130 instansi yang ditargetkan atau mencapai 136%, capaian ini menurun bila dibandingkan dengan capaian 2015 yang mencapai 160% dikarenakan dasar perhitungan instansi minimal setingkat universitas ke atas. Permintaan yang tinggi pada tahun 2016 yaitu pada tanggal 9 Maret terjadi Gerhana Matahari Total (GMT), sehingga permintaan layanan oleh instansi lain sangat banyak. Selain itu disebabkan oleh percepatan penyediaan data untuk mendukung Nawa Cita, penyusunan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR), pemetaan pertanahan dan lahan pertanian, dan penyediaan data dan informasi untuk tanggap darurat bencana. Capaian ini mengindikasikan bahwa pruduk layanan LAPAN semakin dibutuhkan masyarakat. Indikator Kinerja Utama 10: Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek Penerbangan dan Antariksa IKU 10 untuk menghitung tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran kuantitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh layanan di bidang iptek penerbangan dan antariksa, dengan target 78,5. Kegiatan survei dilakukan mulai awal Januari 2016 dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpulan data kepuasan masyarakat penerima pelayanan. Proses penyebaran kuesioner kepada responden dilakukan melalui pengisian langsung, , dan faksimile. Respondennya yaitu internal (Satuan Kerja di lingkungan LAPAN) dan eksternal (masyarakat atau pengguna pelayanan Satuan Kerja). Sebanyak responden yang bersedia memberikan gambaran kualitas pelayanan LAPAN dengan nilai Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) yaitu 83,25. Hasil tersebut diperoleh dari pengolahan hasil nilai SKM yang dilakukan terhadap responden melalui pengisian kuesioner yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Laporan Kinerja

78 NO Sumber : Telah diolah Kembali Tabel Nilai Survei Kepuasan Masyarakat di lingkungan LAPAN SATUAN KERJA JUMLAH RESPONDEN NILAI SKM 1 Biro Perencanaan dan Keuangan Biro SDM Organisasi dan Hukum Biro Kerja Sama, Humas dan Umum Inspektorat Pusat Pemanfaatan Teknologi Dirgantara Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Parepare Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Agam Pusat Sains Antariksa Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Pasuruan Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Pontianak Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa Pusat Teknologi Penerbangan Pusat Teknologi Satelit Balai Kendali Satelit. Pengamatan Antariksa dan Atmosfer dan Penginderaan Jauh Biak 19 Pusat Teknologi Roket Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Garut Pusat Teknologi Informasi dan Standar Penerbangan dan Antariksa TOTAL ,24 SKM LAPAN Dari tabel diatas sebanyak responden penerima pelayanan publik yang diberikan oleh satuan kerja di lingkungan LAPAN. terdiri dari internal (satuan kerja di lingkungan LAPAN) dan eksternal (pengguna layanan). Responden tersebut memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan yang diberikan LAPAN kepada masyarakat. Satuan organisasi unit eselon II dengan nilai SKM tertinggi yaitu Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh dengan nilai dan nilai terendah yaitu Pusat Teknologi Informasi dan Standar Penerbangan dan Antariksa yang memperoleh nilai SKM Sedangkan satuan kerja mandiri atau balai dengan nilai SKM tertinggi yaitu Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Pontianak yang memperoleh nilai SKM dan nilai terendah adalah Balai Kendali Satelit. Pengamatan Antariksa dan Atmosfer dan Penginderaan Jauh Biak yang memperoleh nilai SKM Adapun capaian IKU Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek Penerbangan dan antariksa tahun dapat dilihat pada tabel berikut: 62 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

79 IKU 10 Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa Tabel Perbandingan Capaian IKU Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian 78 79,30 101,67% 78,5 83,25 106,05% Indeks Kepuasan Masyarakat tahun 2015 sebesar 79,30 atau 101,67% dari yang ditargetkan sebesar 78. Sedangkan Indeks Kepuasan Masyarakat tahun 2016 sebesar 83,25 atau 106,06% dari yang ditargetkan sebesar 78,5, hal ini menunjukan bahwa tingkat pelayanan LAPAN terhadap masyarakat pengguna semakin baik dan dapat memuaskan. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik tahun kedepan LAPAN akan membuat kode etik reward and punishment kepada unit kerja dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat pengguna serta mereviu master plan pelayanan publik. Sasaran Strategis ke-3 Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar Sasaran strategis ke-3 untuk meningkatkan kepatuhan penyelenggaraan keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar. Terdapat 1 IKU yang menggambarkan upaya pencapaian sasaran strategis tersebut, yaitu : IKU 11) Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar. Indikator Kinerja Utama 11: Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar IKU 11 untuk mengukur kepatuhan penyelenggara penerbangan dan antariksa dalam melakukan kegiatan eksplorasi dan pemanfaatan antariksa. IKU 11 disusun sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, namun pada tahun 2016 LAPAN belum menargetkan IKU 11. IKU 11 Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar Tabel Perbandingan Capaian IKU Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian Laporan Kinerja

80 3.2. CAPAIAN LAINNYA Capaian Lainnya di Luar IKU Selain mengukur pencapaian Penetapan Kinerja Tahun 2016, LAPAN melakukan juga pengukuran terhadap capaian indikator-indikator yang terdapat pada internal process dan learn and growth perspective. Kedua perspektif tersebut adalah bagian pengungkit yang mempengaruhi kinerja layanan LAPAN. Dengan tercapainya sasaran strategis pada internal process dan learn and growth perspective, maka LAPAN dapat secara maksimal memberikan hasil layanannya. Sasaran Strategis 4 Terlaksananya Pemanfaatan dan Layanan Publik Iptek Penerbangan dan Antariksa 64 Sasaran strategis ke-4 diatas disusun sebagai upaya untuk mewujudkan pelayanan publik iptek penerbangan dan antariksa yang memiliki standar pelayanan prima. Pencapaian sasaran strategis ke-4 diukur melalui satu Indikator Kinerja yang dapat menggambarkan pencapaian sasaran strategis tersebut yaitu: Persentase kesiapan sistem pemanfaatan dan layanan terhadap total layanan, dengan rincian capaian indikator kinerja dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut: Indikator Kinerja 12: Persentase kesiapan sistem pemanfaatan dan layanan terhadap total layanan Indikator Kinerja ini bertujuan untuk mengukur kesiapan sistem pemanfaatan dan sistem layanan. Pada tahun 2016, LAPAN secara bertahap mempersiapkan pelayanan yang berstandar nasional. Kedeputian Penginderaan Jauh LAPAN memiliki kewajiban memberikan layanan data kepada instansi pemerintah di seluruh Indonesia. Dari target 4 (empat) sistem pemanfaatan dan layanan yang ditargetkan, tahun 2016 LAPAN telah siap menetapkan dan menerapkan 1 (satu) sistem yang berstandar ISO. Berikut adalah penjelasannya. 1. Telah menetapkan dan menerapkan sistem manajemen sesuai dengan standar ISO 9001:2015 untuk ruang lingkup layanan teknologi dan data. Pada pembaharuan ini, LAPAN telah menerapkan Sistem Manajemen Resiko untuk layanan teknologi dan data ; IK 12 Persentase kesiapan sistem pemanfaatan dan layanan penginderaan jauh terhadap total layanan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 2. Proses penyiapan sertifikasi ISO pada sistem Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN). Penerapan ISO ini, diperuntukan untuk Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) BDPJN; 3. Proses penyiapan sertifikasi ISO 9001:2015 pada Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN). Penerapan ISO 9001:2015 ini, diperuntukan untuk manajemen layanan informasi ; 4. Proses penyiapan sertifikasi ISO pada Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN). Penerapan ISO ini, diperuntukan untuk Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) SPBN. Adapun capaian IKU Persentase kesiapan system pemanfaatan dan layanan penginderaan jauh terhadap total layanan tahun 2015 s.d 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Perbandingan Capaian IK Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian % 25% 100%

81 Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, upaya untuk mewujudkan sistem pemanfaatan dan sistem layanan dilingkungan LAPAN telah mengalami peningkatan. Kegiatan ini mendorong LAPAN untuk mencapai kriteria Pusat Unggulan yang ditetapkan oleh Kemenristekdikti. Sasaran Strategis 5 Meningkatnya Kapasitas Iptek Penerbangan dan Antariksa Pembangunan Iptek penerbangan dan antariksa masih terkendala dengan berbagai permasalahan, salah satunya yaitu rendahnya kapasitas Iptek penerbangan dan antariksa. Melalui sasaran strategis ini LAPAN melakukan upaya perbaikan untuk meningkatkan kapasitas penguasaan dan kemandirian dalam litbang pemanfaatan roket, satelit, pesawat tanpa awak, pesawat transport dan model Iptek penerbangan dan antariksa Pencapaian sasaran strategis ke-5 diukur melalui dua Indikator Kinerja yang dapat menggambarkan pencapaian sasaran strategis tersebut yaitu: Jumlah kerjasama yang meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas litbang, dan Jumlah pusat ungulan. Indikator Kinerja 13: Jumlah Kerjasama yang Meningkatkan Kualitas SDM dan Fasilitas Litbang Indikator Kinerja ini menunjukkan peran serius LAPAN dalam mendorong terwujudnya penguasaan Iptek penerbangan dan antariksa. Melalui kerja sama diharapkan percepatan terhadap peningkatan kapasitas Iptek dapat segera terwujud. Pada Periode tahun 2016 telah dilakukan kerjasama dengan instansi dalam dan luar negeri, yaitu : Tabel Rekapitulasi Kerjasama untuk peningkatan SDM dan fasilitas No Instansi Perihal 1 CSIRO Australia Kerjasama Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS) 2 China Academy Science and Technology Kerjasama System Information Maritime Aplication Center (SIMAC) (CAST) 3 United State Geological Survey (USGS) Kerjasama operasi penerimaan data Landsat 8 4 Airbus DS Kerjasama Operasi Spot 6 dan 7 5 PT Dirgantara Indonesia Kerjasama dalam pembuatan pesawat transport N-219; 6 TU Berlin Kerjasama dalam litbangyasa pesawat LSA-02; 7 NLR Belanda Kerjasama dalam litbangyasa pesawat transport, meliputi pengembangan SDC dan teknologi Komposit; 8 PT Aero Terra Scan Kerjasama dalam kegiatan ekspedisi menembus langit; 9 PT. Bhineka Dwi Persada Kerjasama pengembangan UAV MALE; 10 Avibras Brazil Kerjasama pengembangan roket Rhan TU Berlin Kerjasama pengembangan sistem separasi dan muatan sensor atmosfer untuk roket RX UPT Hujan Buatan BPPT Kerjasama pengembangan roket teknologi modifikasi cuaca / TMC 13 TU Berlin Kerjasama pengembangan satelit Mikro LAPAN 14 BMKG Kerjasama dalam rangka pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan, perekayasaan Ilmu Pegetahuan dan Teknologi, Serta Sarana Prasarana dibidang meteorolgi klimatologi, geofisika dan kedirgantaraan; 15 Universitas Nusa Cendana Kerjasama dalam penyusunan analisis dampak lingkungan kawasan Observatorium Nasional; 16 Universitas Bina Darma Kerjasama Penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan diseminasi informasi kualitas udara untuk wilayah Sumatera Laporan Kinerja

82 No Instansi Perihal 17 Institut Pertanian Bogor Kerjasama satelit LAPAN A3/LAPAN IPB 18 Institute For Space Eart Environmental Research Of Nagoya University Of Japan Collaborative Research And Operation In The Field Of Space Weather Observations 19 CAST/SSTC Kerjasama dalam pembangunan Pusat Sistem Informasi Aplikasi Maritim (SIMAC-LAPAN) 20 GIC-AIT Kerjasama bidang Penginderaan Jauh 21 RSO UNSPIDER Kerjasama pembangunan mekanisme kerja pemanfaatan data untuk penanggulangan bencana tingkat ASEAN 22 Sentinel Asia JAXA Kerjasama pembangunan Aplikasi monitoring haze dan perkebunan 23 SAFE Project JAXA Kerjasama bidang Penginderaan Jauh 24 G4INDO Kerjasama bidang Penginderaan Jauh 25 JICA Kerjasama pembangunan Aplikasi Sistem Informasi Kehutanan 26 UNWFP Kerjasama pembangunan Aplikasi ketahanan pangan akibat iklim dan kebakaran hutan 27 GIZ Kerjasama Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh 28 CIFOR Kerjasama pembangunan Aplikasi Perkebunan untuk smallholder (petani) 29 JCP-3 (INAFLOOD) Kerjasama bidang Penginderaan Jauh 30 AGS (IPP) Kerjasama pembangunan Aplikasi lahan gambut 31 Yamaguchi University Kerjasama pemanfaatan untuk terumbu karang, batimetri dan kebencanaan 32 AHA Center Kerjasama pembangunan Aplikasi mitigasi bencana 33 UNESCAP Kerjasama pembangunan Aplikasi kelautan dan pesisir Sumber : Telah diolah Kembali Kerjasama diatas dilandasi dengan Memorandum of Understanding (Mou) yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. LAPAN secara konsisten melakukan proses riviu terhadap keberlangsungan kerjasama yang telah berjalan, hasil riviu disampaikan kepada pimpinan untuk dilakukan langkah strategis selanjutnya. IK 13 Jumlah kerjasama yang meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas litbang Tabel Perbandingan Capaian IK Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian % Dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya pencapaian indikator kinerja jumlah kerjasama yang meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas litbang belum dapat dibandingkan. Namun di tahun 2016, pelaksanaan kerjasama di lingkungan LAPAN menjadi lebih fokus dan terarah. Dengan adanya IK ini, telah menumbuhkan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap tingkat keefektifan kerjasama yang telah dilakukan LAPAN sehingga misi LAPAN yang salah satunya yaitu: meningkatkan kualitas litbang penerbangan dan antariksa bertaraf internasional segera dapat terwujud. 66 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

83 Indikator Kinerja 14: Jumlah Pusat Unggulan Indikator Kinerja ini mengukur jumlah satuan kerja setingkat Eselon II di lingkungan LAPAN yang ditetapkan menjadi pusat unggulan oleh Kemenristek Dikti. Dalam lima tahun (1 periode Renstra), LAPAN menargetkan 3 satuan kerja di lingkungan LAPAN dapat ditetapkan menjadi Pusat Unggulan Iptek oleh Kemenristek Dikti. Pada tahun 2016 berbagai upaya telah dilakukan LAPAN untuk mewujudkan target tersebut, salah satunya adalah mendaftarkan 2 satker LAPAN yaitu : Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja) dan Pusat Teknologi Satelit (Pusteksat) kepada Kemenristek Dikti untuk dapat dilakukan proses validasi menjadi Pusat Unggulan Iptek. Pada tahun 2016, setelah melalui tahapan validasi, dua satker di LAPAN dinyatakan layak untuk dibina menjadi Pusat Unggulan Iptek. Sehingga total satker yang dibina menjadi Pusat Unggulan Iptek menjadi tiga satker yaitu Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA), Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja) dan Pusat Teknologi Satelit (Pusteksat). Selama 3 tahun, diharapkan pada tahun 2019 ketiga satker tersebut lolos kualifikasi untuk dapat ditetapkan menjadi Pusat Unggulan Iptek. Tabel Perbandingan Capaian IK IK 14 Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian Jumlah Pusat Unggulan Dengan ditetapkannya 3 satker untuk dibina Kemenristek Dikti, pencapaian indikator kinerja Pusat Unggulan telah menunjukan peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun mendatang, LAPAN senantiasa selalu berupaya memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Kemenristek Dikti. Sasaran Strategis 6 Tersedianya Rumusan Kebijakan yang Implementatif Undang-Undang Nomor 21 tahun 2013 tentang Keantariksaan mewajibkan LAPAN sebagai lembaga pemerintah yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan penerbangan dan antariksa untuk melakukan kajian kebijakan keantariksaan medorong LAPAN untuk menetapkan sasaran yang relevan untuk mengukur keberhasilan. Melalui sasaran strategis ini LAPAN melakukan upaya agar rumusan kebijakan yang dihasilkan dapat diimplementasikan. Pencapaian sasaran strategis ke-6 diukur melalui satu Indikator Kinerja yang dapat menggambarkan pencapaian sasaran strategis tersebut yaitu: Persentase rumusan kebijakan yang diimplementasikan terhadap rumusan kebijakan yang dihasilkan. Indikator Kinerja 15: Persentase rumusan kebijakan yang diimplementasikan terhadap rumusan kebijakan yang dihasilkan Indikator Kinerja ini mengukur seberapa banyak jumlah rumusan kebijakan yang dimanfaatkan dibandingkan rumusan kebijakan yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan peran LAPAN untuk mendorong hasil-hasil kebijakan yang dihasilkan dapat mengatur pelaksanaan kegiatan penerbangan dan antariksa di Republik Indonesia. Kebijakan yang dihasilkan berupa dokumen delegasi Republik Indonesia dan Peraturan/Keputusan Kepala LAPAN sebagai tindaklanjut dari kajian penerbangan dan antariksa yang dilakukan. Laporan Kinerja

84 Sesuai dengan Ketentuan Peraturan Kepala LAPAN No. 13 A Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala LAPAN No. 252 Tahun 2015 tentang Indikator Kinerja Utama Satuan Kerja yang Secara Fungsional Berada di bawah dan Bertanggung jawab kepada Kepala, sasaran strategis 2 didefinisikan bahwa yang dimaksud dengan kebijakan yang implementatif dapat berupa dokumen delegasi RI maupun peraturan/ keputusan Kepala LAPAN sebagai tindak lanjut dari kajian kebijakan penerbangan dan antariksa yang dilakukan. LAPAN secara bertahap sampai dengan periode akhir Renstra berkomitmen untuk mewujudkan hasil-hasil dokumen tersebut. Pada tahun 2016, LAPAN telah menghasilkan tiga dokumen rumusan Kebijakan Penerbangan dan Antariksa yang implementatif yaitu : 1. Pedoman Delegasi RI untuk sidang ke-53 Sub Komite Ilmiah dan Tehnik UNCOPUOS; 2. Pedoman Delegasi RI untuk sidang ke-55 Sub Komite Hukum UNCOPUOS; 3. Pedoman Delegasi RI untuk sidang ke-59 Komite UNCOPUOS. Proses penyiapan Pedoman Delegasi RI tersebut diawali dengan penyiapan draft dokumen Pedoman Delegasi RI oleh salah satu kelompok penelitian yang ada di Pusat KKPA. Sumber-sumber yang digunakan dapat berupa dokumen laporan sidang sebelumnya, informasi yang diperoleh dari KBRI Wina, dokumendokumen terkait berupa laporan sub komite dan komite, laporan kelompok kerja, conference room papers, yang dapat diperoleh dari situs resmi United Nations Office of Outer Space Affairs (UNOOSA): informasi yang diperoleh dari satuan kerja yang ada di LAPAN dan dari kementerian/lembaga terkait. Kemudian dilakukan beberapa kali rapat antar kementerian guna memperoleh masukan terhadap draft dokumen Pedoman Delegasi RI tersebut. Gambar Dokumen Kebijakan Penerbangan dan Antariksa Tahap selanjutnya adalah penyusunan dokumen final Pedoman Delegasi RI untuk kemudian ditandatangani oleh Kepala LAPAN dan disampaikan kepada Menteri Luar Negeri untuk disahkan menjadi dokumen Pedoman Delegasi RI yang resmi, dan menjadi acuan resmi bagi para delegasi RI yang hadir pada sidang-sidang UNCOPUOS. Demikian juga dengan hasil-hasil kajian kebijakan yang lainnya telah disampaikan kepada Kepala LAPAN untuk dijadikan dasar pengambilan kebijakan dalam menyelenggarakan keantariksaan di Indonesia. 68 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

85 IK 15 Persentase rumusan kebijakan yang diimplementasikan terhadap rumusan kebijakan yang dihasilkan Tabel Perbandingan Capaian IK Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian % 100% 142,8% Dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya pencapaian indikator kinerja persentase rumusan kebijakan yang diimplementasikan terhadap rumusan kebijakan yang dihasilkan belum dapat dibandingkan. Namun dengan adanya indikator ini, Pada tahun 2016 LAPAN semakin memacu kinerjanya untuk menghasilkan kebijakan implementatif. Pada tahun 2017, selain ketiga dokumen pedoman delegasi RI khususnya untuk sidang UNCOPUOS tersebut di atas, maka Pusat KKPA juga mentargetkan output berupa Perka LAPAN tentang Pemilihan Lokasi Bandar Antariksa. Kebutuhan tentang lokasi bandar antariksa di Indonesia, secara tersurat sudah dinyatakan dengan tegas pada Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Keantariksaan maupun Perpres tentang Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan (proses penandatanganan Presiden). Oleh karena itu pada tahap awal perlu secara tegas dipastikan tentang lokasi yang akan ditunjuk sebagai lokasi bandar antariksa melalui Perka LAPAN tersebut. Sasaran Strategis 7 Tersedianya DSS lintas Sektoral untuk mitigasi bencana alam dan perubahan iklim Sesuai dengan Tujuan LAPAN yaitu terwujudnya layanan prima di bidang penerbangan dan antariksa bagi masyarakat menunjukan bahwa aspek layanan kepada masyarakat menjadi hal utama yang harus menjadi landasan bagi kegiatan litbangyasa di LAPAN. Melalui sasaran strategis ini LAPAN ingin berkontribusi nyata menyediakan sistem teknologi informasi berbasis model penerbangan dan antariksa untuk memberikan informasi kepada masyarakat yang terdampak bencana dan berkontribusi dalam memberikan informasi terhadap perubahan iklim. Pencapaian sasaran strategis ke-7 diukur melalui satu Indikator Kinerja yang dapat menggambarkan pencapaian sasaran strategis tersebut yaitu: Jumlah Decision Support System (DSS) lintas sektoral yang operasional. Indikator Kinerja 16: Jumlah Decision Support System (DSS) lintas sektoral yang operasional DSS atau Sistem pengambil keputusan adalah suatu sistem interaktif berbasis komputer, yang berasal dari pemrosesan data dan informasi model sehingga menghasilkan berbagai jawaban untuk membantu dalam mengambil keputusan. Indikator kinerja ini mengukur ketersediaan sistem pendukung keputusan yang dihasilkan LAPAN dan telah operasional. Berikut adalah tabel beberapa DSS yang dihasilkan oleh LAPAN. Laporan Kinerja

86 Tabel DSS lintas sektoral yang operasional No Uraian Deskripsi 1 DSS Bencana Hidrometeorologi Sistem pengambilan keputusan untuk mendukung pengelolaan resiko bencana hidrometeorologis. 2 DSS Lingkungan Atmosfer Sistem pengambilan keputusan untuk mendukung terkait dampak aktivitas manusia dan kebakaran hutan terhadap kualitas udara. 3 DSS Kemaritiman Sistem pengambilan keputusan untuk mendukung peningkatan produksi perikanan tangkap serta keselamatan dan keamanan pelayaran. 4 DSS Cuaca Antariksa Sebuah sistem untuk mendukung pengambilan keputusan terkait dampak cuaca antariksa Sumber : Telah diolah Kembali Adapun perkembangan capaian IKU Jumlah DSS lintas sektoral yang operasional Tahun 2015 s.d 2016 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Perbandingan Capaian IK 16 IK Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian Jumlah Decision Support System (DSS) lintas sektoral yang operasional ,3% Dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya pencapaian indikator kinerja jumlah Decision Support System (DSS) lintas sektoral yang operasional belum dapat dibandingkan. Namun berdasarkan hasil yang telah dicapai, telah menunjukan bahwa hasil litbang LAPAN telah berkontribusi untuk mendukung sektor pembangunan pemerintah. Sasaran Strategis 8 Terselenggaranya Reformasi Birokrasi di lingkungan LAPAN 70 Program reformasi birokrasi secara nasional telah dijalankan sejak tahun Saat ini pelaksanaan reformasi birokrasi nasional telah memasuki tahap kedua yang ditandai dengan disusunnya Road Map Reformasi Birokrasi melalui PermenpanRB No. 11 Tahun Dalam Road Map tersebut ditetapkan 3 sasaran dan delapan area perubahan reformasi birokrasi Sebagai lembaga yang berada di dalam naungan pemerintah Republik Indonesia, LAPAN telah menjalankan program Reformasi Birokrasinya. Melalui sasaran strategis ini LAPAN ingin memastikan pelaksanaan Reformasi Birokrasi berjalan efektif dan efisien. Pencapaian sasaran strategis ke-8 diukur melalui satu Indikator Kinerja yang dapat menggambarkan pencapaian sasaran strategis tersebut yaitu: Kategori Nilai Reformasi Birokrasi. Indikator Kinerja 17: Kategori Nilai Reformasi Birokrasi Indikator Kinerja ini bertujuan untuk mengukur hasil pelaksanaan kegiatan Reformasi Birokrasi di lingkungan LAPAN yang mencakup komponen pengungkit dan hasil. Adapun komponen pengungkit terdiri dari: manajemen perubahan, penataan peraturan perundang-undangan, penataan dan penguatan organisasi, penataan tata laksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan akuntabilitas, penguatan pengawasan, peningkatan kualitas pelayanan publik, sedangkan komponen hasil terdiri dari: kapasitas dan akuntabilitas kinerja organisasi, pemerintah yang bersih dan bebas KKN, dan kualitas pelayanan publik. Sesuai dengan hasil pelaksanaan evaluasi internal Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) pada tahun 2016, LAPAN memperoleh nilai sebesar 79,20 (kategori BB) dengan rincian sebagai berikut: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

87 Tabel Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Tahun 2016 No Komponen Penilaian Nilai Nilai Capaian Maksimal Perolehan A Pengungkit 1 Manajemen Perubahan 5,00 4,52 92,39 2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 5,00 4,38 87,50 3 Penataan dan Penguatan Organisasi 6,00 5,83 97,22 4 Penataan Tatalaksana 5,00 3,30 65,95 5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15,00 13,10 87,34 6 Penguatan Akuntabilitas 6,00 6,00 100,00 7 Penguatan Pengawasan 12,00 8,62 71,84 8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 6,00 5,35 89,22 Sub Total Komponen Pengungkit 60,00 51,20 85,33 B Hasil 1 Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi 20,00 13,25 66,26 2 Pemerintah yang bersih dan bebas KKN 10,00 7,25 72,50 3 Kualitas Pelayanan Publik 10,00 7,50 75,00 Sub Total Komponen Hasil 40,00 28,00 70,00 Indeks Reformasi Birokrasi 100,00 79,20 79,20 Adapun perbandingan capaian IKU Kategori Nilai Reformasi Birokrasi tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Perbandingan Capaian IK IK 17 Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian Kategori Nilai Reformasi Birokrasi Sumber : PMPRB tahun 2016 BB B 80% BB BB 100% Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pencapaian indikator kinerja Kategori Nilai Reformasi Birokrasi di lingkungan LAPAN terjadi peningkatan. Berdasarkan surat KemenpanRB Nomor B/II/ D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 tentang Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dijelaskan bahwa pada tahun 2015 LAPAN memperoleh nilai sebesar 68,43 kategori B, sedangkan pada tahun 2016 penilaian PMPRB memperoleh nilai 79,20 kategori BB. Kenaikan ini didorong oleh berbagai upaya perbaikan seperti yang dijelaskan di bawah ini: 1) Manajemen Perubahan Manajemen perubahan sudah dikelola secara baik melalui pembentukan tim Reformasi Birokrasi internal dan agen perubahan yang pemilihannya ditentukan oleh pimpinan unit organisasi. Pada tahun 2016 telah membentuk secara formal Agent of Change ataupun role model dan memberikan pelatihan intensif untuk menggerakkan organisasi dalam melakukan perubahan sesuai dengan Keputusan Kepala Nomor 92 Tahun 2016 tentang Agen perubahan LAPAN. Telah dilaksanakan Diklat Agen Perubahan pada tanggal April Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan RB telah dilakukan dengan baik yang ditunjukkan dengan adanya tahapan kegiatan penilaian yang melibatkan seluruh pokja dan unit untuk terlibat dalam menilai kemajuan Reformasi Birokrasi LAPAN melalui pengukuran Indeks Kesehatan Budaya Organisasi di lingkungan LAPAN. Laporan Kinerja

88 72 2) Penataan Peraturan Perundang-undangan LAPAN telah melakukan identifikasi, analisis, dan pemetaan terhadap peraturan perundang-undangan yang tidak harmonis / tidak sinkron sejak tahun 1992 sampai dengan saat ini, yang dapat dituangkan dalam matriks yang berisi masalah dan solusi terhadap peraturan perundangundangan. Kumpulan produk hukum LAPAN telah disajikan dalam jdih.lapan. go.id. LAPAN juga telah memiliki sistem pengendalian dalam penyusunan peraturan perundang-undangan, antara lain terkait dengan penyusunan Tata Naskah Dinas dan Pembentukan Produk Hukum. Perlu juga dilakukan evaluasi atas pelaksanaan sistem pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan secara berkala agar dapat lebih dipastikan kembali jaminan kualitas peraturan perundang-undangan yang dibentuk. 3) Penataan dan Penguatan Organisasi Tahun 2016, LAPAN melakukan evaluasi organisasi terhadap BLU Pusfatekgan, menyusun rancangan Perka LAPAN tentang Rincian Tugas dan Fungsi Organisasi, Perka LAPAN tentang Tata Hubungan Kerja, dan membentuk jabfung di LAPAN yang saat ini masih dalam proses pembentukan. Diupayakan LAPAN selalu menyelaraskan organisasi dengan perencanaan strategis dalam mendukung pencapaian kinerja secara optimal. 4) Penataan Tatalaksana Dalam rangka membangun koordinasi yang baik antar unit kerja, telah disusun peta proses bisnis Level 0, Level 1 dan Level 2 namun masih dalam bentuk draft dan dari masing-masing proses bisnis telah disusun SOP. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi implementasi SOP dan bisnis proses, dilakukan analisis atas hasil evaluasi SOP dan bisnis proses sehingga dapat tergambar proses layanan yang belum berjalan dengan baik. Selain itu telah dilakukan upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan kepada internal melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional penerapan teknologi informasi dengan menggunakan aplikasi seperti Siforen monev; E-Arsip; E-Takah; E-Library; Sidoma; Simpeg (SKP Online, Sistem Informasi Absen Pegawai (SIAP), Jabatan Fungsional Online); E-Proc (LPSE); JDIH; Portal PPID (ppid.lapan. go.id), E-Journal dan eksternal melalui SIMBA, SISDAL, SADEWA, Data Penginderaan Jauh dan lain-lain. 5) Penataan Sistem Manajemen SDM LAPAN berupaya meningkatkan kapasitas pegawai berdasarkan pada gap kompetensi serta menyusun rencana pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan pegawai berbasis kompetensi secara berkelanjutan dengan melakukan penyusunan standar kompetensi manajerial Eselon I dan II yang ditetapkan melalui Peraturan Kepala LAPAN Nomor 9 Tahun 2015 tentang Standar Kompetensi Manajerial Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Peraturan Kepala LAPAN Nomor 14 Tahun 2015 tentang Standar Kompetensi Manajerial Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama, serta draft standar kompetensi Manajerial Eselon III dan IV. LAPAN menyusun standar kompetensi teknis untuk jabatan pelaksana. LAPAN telah mengadakan test kompetensi Eselon I dan II melalui pihak ketiga, menyusun dan menyelenggarakan Workshop Human Capital Development Plan (HCDP) LAPAN, asessment dan juga talent mapping kepada sebagian besar pegawai untuk mengukur gap kompetensi yang digunakan sebagai bahan untuk mengidentifikasi pelatihan yang dibutuhkan oleh pegawai. Dalam melakukan perencanaan kebutuhan pegawai telah dilakukan berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja sesuai dengan kebutuhan organisasi. Perhitungan kebutuhan SDM pada masing-masing jabatan termasuk jabatan fungsional sebagai pendukung utama kinerja organisasi yang dapat dilihat pada e-formasi. Rekrutmen pegawai baik untuk CPNS maupun untuk pengisian jabatan pimpinan tinggi telah dilakukan secara terbuka dan kompetitif untuk mendapatkan

89 pegawai dan pejabat yang kompeten. Dalam rangka seleksi jabatan pimpinan tinggi madya dan pratama LAPAN melalui seleksi terbuka yang diumumkan secara nasional. 6) Penguatan Akuntabilitas Untuk meningkatkan penguatan akuntabilitas kinerja perlu adanya keterlibatan seluruh pimpinan organisasi secara langsung dan berkelanjutan, sejak penyusunan perencanaan kinerja sampai pemantauan pencapaian kinerja secara berkala, seperti penyusunan : Renstra LAPAN (Revisi I), Penandatanganan Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja pada tanggal 26 Januari 2016, sosialisasi Laporan Kinerja dan Evaluasi AKIP pada tanggal 19 Januari 2016, sosialisasi Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017 yang telah ditetapkan LAPAN kepada seluruh ASN LAPAN. Selain itu dilakukan penetapan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) tingkat eselon III dan IV, penyusunan draft mekanisme pengumpulan data kinerja dan penyusunan rencana aksi dengan mencantumkan target secara periodik pada sub kegiatan/komponen yang akan dilakukan dalam rangka mencapai kinerja dan menggunakan rencana aksi sebagai alat monitor untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan, dan mengembangkan aplikasi keuangan dan kinerja yang dapat mengintegrasikan informasi keuangan dan kinerja serta memudahkan penggunaannya. Yang dapat dilihat secara online pada siforenmonev.lapan.go.id/ 7) Penguatan Pengawasan Dalam rangka implementasi hasil perolehan nilai Index Persepsi Anti Korupsi, penguatan pengawasan di lingkungan LAPAN telah diterbitkan peraturan Kepala terkait dengan Pengendalian Gratifikasi, Penerapan SPIP, Pengaduan Masyarakat, Whistle- Blowing System, dan Penanganan Benturan Kepentingan. Kebijakan pengawasan LAPAN telah di sosialisasikan dan diimplementasikan dengan cukup baik. Pengawasan di LAPAN telah didukung dengan SDM dan Anggaran yang memadai, juga komitmen yang tinggi dari pimpinan. Implementasi terhadap penguatan pengawasan perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala, sehingga dapat diwujudkan lingkungan LAPAN yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pada tahun 2016, LAPAN telah mengusulkan 2 (dua) unit kerja sebagai unit kerja menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK). 8) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Menindaklanjuti hasil survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dan Indeks Persepsi Anti Korupsi (IPAK) dengan menyempurnakan kualitas pelaksanaan kegiatan pada area pelayanan publik dan pengawasan, telah dihasilkan/diperoleh : Standar pelayanan Pustekdata mendapatkan ISO 9001:2008 IPAK LAPAN sudah mencapai 3,26 dari skala 4 dan akan terus ditingkatkan ( Penghargaan peringkat III kategori Badan Publik Lembaga Negara di Indonesia Penghargaan National Procurement Award 2015 dari LKPP dan Pembina Arsip Negara Terbaik dari ANRI. Unit pengelola pengaduan yang dikelola oleh PPID dengan mengacu pada prosedur mutu ISO , dimana setiap pengaduan yang masuk dikelola, didukung oleh setiap Satker sesuai manajamen mutu ISO terkait dengan Layanan TIK scope NOC (Network Operation Center) untuk di lingkungan instansi pemerintah baru ada 2, Kementerian Keuangan & LAPAN ISO tentang Keamanan Informasi untuk LPSE Laporan Kinerja

90 Penghargaan a. Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2016 LAPAN memperoleh peringkat 8 (delapan) untuk kategori Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), pemeringkatan ini didedikasikan sebagai komitmen Komisi Informasi Pusat (KIP) untuk memberikan apresiasi kepada lembaga publik yang sudah menjalankan amanat Undang Undang RI Nomor 14 Tahun 2008 dengan lebih baik. Pada tanggal 20 Desember 2016 KIP menyelenggarakan Penganugerahan Pemeringkatan Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2016 bertempat di Istana Wakil Presiden RI, Jakarta Pusat. Sekretaris Utama, I.L. Arisdiyo menerima penghargaan atas nama LAPAN. Gambar Penyerahan Penganugerahan Pemeringkatan Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2016 b. Pengukuhan Profesor Riset LAPAN Pada 10 Nopember 2016, Majelis Profesor Riset (MPR) mengukuhkan dua peneliti LAPAN sebagai profesor riset. Dengan bertambahnya dua profesor riset, LAPAN telah memiliki 16 profesor riset dari 283 peneliti LAPAN. Dalam upacara pengukuhan disampaikan orasi tentang pengembangan model deteksi bencana hidrometeorologi berbasis data oleh Prof. Erna Sri Adiningsih, dan peranan ilmu matematika untuk pengolahan citra digital oleh Prof. Muchlisin Arief. 74 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

91 Gambar Pengukuhan Profesor Riset LAPAN Tahun 2016 c. Rekor MURI Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-88 pada tanggal 28 Oktober 2016 membawa warna baru di dunia kedirgantaraan Indonesia. Berlokasi di Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer LAPAN Garut, Jawa Barat, berlangsung ekspedisi Menembus Langit. Ekspedisi ini menerbangkan pesawat tanpa awak, dikenal dengan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang dibawa dengan balon cuaca, dengan tujuan mengeksplorasi stratosfer dan mengembangkan riset di bidang keantariksaan. Kegiatan ini tercatat dalam rekor MURI dengan kategori pesawat tanpa awak yang terbang pertama di Indonesia menembus lapisan stratosfer. Gambar Penyerahan rekor MURI kategori Pesawat tanpa awak yang terbang pertama di Indonesia menembus lapisan stratosfer Laporan Kinerja

92 d. Bumandala Award Bhumandala Award di anugerahkan kepada kementerian/lembaga, serta pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota yang telah mengembangkan simpul jaringan informasi geospasial dalam kerangka pembangunan nasional. LAPAN dalam hal ini diwakili Pusat Teknologi Data dinyatakan sebagai simpul jaringan informasi geospasial terbaik ke-5 kategori kementerian/ lembaga setelah Kementerian PUPERA, Kementerian LHK, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perhubungan. Gambar Penyerahan Bumandala Award Tahun 2016 e. Penghargaan Peringkat Terbaik Ketiga dalam Pemilihan Unit Kearsipan Lembaga Negara/ Lembaga Non Kementerian Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2016 Pada Tahun 2016, LAPAN meraih Juara Harapan II tingkat Lembaga Negara/Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) sebagai unit kearsipan terbaik tingkat nasional. Penghargaan diberikan ANRI dalam berbagai kategori penilaian, yaitu lomba karya ilmiah kearsipan, pemilihan arsiparis teladan, serta pemilihan unit kearsipan itu sendiri dengan berbagai jenis tingkatan penilaian. Seleksi pemberian award diikuti oleh Lembaga Pemerintah (179), Perguruan Tinggi Negeri (157), Badan Usaha Milik Negara (146), Pemerintah Provinsi (34), serta lebih dari 500 Pemerintah Kabupaten/Kota. Prestasi tersebut menunjukkan kinerja LAPAN dalam melakukan pengelolaan arsip. Semakin bertambahnya tahun, LAPAN dituntut melakukan pengelolaan dengan lebih baik, untuk mendorong tertibnya penyelenggaraan kearsipan negara. 76 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

93 Gambar Penyerahan Penghargaan Peringkat Terbaik Ketiga dalam Pemilihan Unit Kearsipan Lembaga Negara/Lembaga Non Kementerian Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2016 f. Opini Wajar Tanpa Pengecualian LAPAN mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan tahun anggaran Pada 29 Juni 2016 bertempat di Ruang Auditorium Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), Jakarta, berlangsung penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas laporan keuangan kementerian/lembaga tahun anggaran 2015 di lingkungan auditorat utama keuangan negara III. Pada kesempatan tersebut, LAPAN menerima opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), di antara 37 instansi yang hadir dalam acara tersebut. Gambar Penyerahan Opini WTP atas Laporan Keuangan Tahun 2015 Laporan Kinerja

94 3.3. REALISASI ANGGARAN Alokasi anggaran yang diperoleh LAPAN untuk tahun 2016 sebesar Rp ,-, yang dialokasikan untuk program Dukungan Manajemen Tenis dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya LAPAN sebesar dari Rp ,- atau 26,50 % dari total pagu anggaran dan untuk program pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa, sebesar Rp ,- atau 73,50% dari total pagu anggaran. Berdasarkan data per 1 Februari 2017 dengan mengunakan data online monitoring SPAN Realisasi penyerapan program Dukungan Manajemen Tenis dan Pelaksanaan tugas Teknis Lainnya LAPAN tahun 2016 sebesar Rp atau mencapai 94,68% dari pagu program, relisasi penyerapan program Pengembangan Teknologi Penerbangan dan Antariksa sebesar Rp , atau mencapai 88,29% dari pagu Program dan realisasi penyerapan DIPA LAPAN tahun 2016 sebesar Rp atau mencapai 89,98% dari total pagu untuk semua program sebesar Rp Realisasi penyerapan DIPA tahun 2016 naik dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 79,16%. Dari uraian tersebut realisasi yang mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya adalah relisasi program Pengembangan Teknologi Penerbangan dan Antariksa hal ini disebabkan adanya anggaran yang di blokir dalam rangka penghematan, namun secara keseluruhan realisasi penyerapan anggaran di banduingkan tahun sebelumnya mengalami peningkatan, hal ini mengindikasikan bahwa LAPAN semakin baik dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran dalam mencapai kinerja yang telah ditetapkan. 78 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

95 Tabel Realisasi Anggaran LAPAN Tahun 2016 TAHUN 2016 PAGU REALISASI JENIS SUMBER DANA No NAMA PROGRAM Sasaran Strategis Rp Rp % RM ,98 Tersedianya rumusan kebijakan yang implementatif Terselenggaranya Reformasi Birokrasi di lingkungan LAPAN Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar Program Dukungan Manajemen Teknis dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya LAPAN 1 BLU ,38 TOTAL PROGRAM ,69 RM ,29 Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima Terlaksananya pemanfaatan dan layanan publik Iptek penerbangan dan antariksa Meningkatnya kapasitas iptek penerbangan dan antariksa Tersedianya Decision Support System (DSS) untuk mitigasi bencana alam dan perubahan iklim Program Pengembangan Teknologi Penerbangan dan Antariksa 2 HLN - - TOTAL PROGRAM ,29 TOTAL DIPA LAPAN ,98 Sumber : Telah diolah Kembali Laporan Kinerja

96

97 4 PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA

98

99 PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA Berdasarkan amanat Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2012, setiap tahun AKIP Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) dievaluasi oleh Kementerian PAN danrb, dan hasil evaluasi tersebut telah disampaikan kepada Kepala LAPAN melalui surat nomor B/3962/M.PANRB/12/2015 tanggal 11 Desember 2015 hal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam LHE tersebut, Kementerian PAN dan RB memberikan beberapa rekomendasi untuk menyempurnakan penerapan tata kelola yang berorientasi hasil (result oriented) di LAPAN. Berdasarkan rekomendasi yang diberikan, LAPAN menindaklanjutinya sebagaimana dapat diuraikan di bawah ini. 1. Meningkatkan kualitas perencanaan unit kerja, mencakup rencana jangka menengah dan rencana kinerja tahunan dengan cara menjaga keselarasan antara dokumen perencanaan unit kerja dengan dokumen perencanaan lembaga dan juga dokumen pengajuan anggaran Tindak lanjut : Dalam rangka peningkatan kualitas perencanaan unit kerja di lingkungan LAPAN, pada tahun 2016 telah dilakukan beberapa langkah perbaikan sejalan dengan rekomendasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yaitu melakukan riviu dan penyempurnaan dokumen Rencana Strategis (lima tahunan), dan dokumen Rencana Kerja (dokumen tahunan). Rencana Strategis (Renstra) LAPAN tahun disempurnakan dengan mengacu kepada Peraturan Menteri Bappenas nomor 5/2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L dan Perpres nomor 2/2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun Guna meningkatkan akurasi peran dan tanggung jawab dalam mendukung keselarasan dan pencapaian Renstra dan RPJMN tahun , LAPAN telah menyelenggaraan forum Trilateral Meeting dengan mengundang Bappenas dan Kementerian Keuangan untuk melakukan penyempurnaan dokumen Rencana Kerja. Terakhir, dalam mendukung keselarasan dokumen pengajuan anggaran LAPAN telah melakukan penyempurnaan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) RKAKL. Dengan berbagai upaya di atas diharapkan kualitas dan keselarasan dokumen perencanaan dapat meningkat. 2. Menyusun rencana aksi dengan mencantumkan target secara periodik pada sub kegiatan/komponen yang akan dilakukan dalam rangka mencapai kinerja dan menggunakan rencana aksi sebagai alat monitor untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan. Tindak Lanjut : LAPAN telah berkomitmen untuk menjadi Pusat Unggulan di bidang penerbangan dan antariksa, rencana aksi dalam satu tahun merupakan langkah detail dalam mewujudkan cita-cita yang diharapkan. Pada tahun 2016, LAPAN telah melakukan kegiatan reviu dokumen rencana aksi bersama dengan KemenpanRB, beberapa hal yang harus LAPAN sesuaikan diantaranya penulisan rencana aksi per triwulan adalah berbasis hasil bukan merupakan langkah kegiatan, seluruh rencana aksi pertriwulan harus berkaitan dengan output dan komponen yang tertuang dalam RKAKL. Sebagai implementasi, LAPAN telah menyempurnakan dan menyesuaikan seluruh rencana aksi dari level lembaga s.d level satker. 3. Mengembangkan aplikasi keuangan dan kinerja yang dapat mengintegrasikan informasi keuangan dan kinerja serta memudahkan pengguna. Laporan Kinerja

100 82 Tindak Lanjut : Dalam mengelola informasi keuangan dan kinerja, semenjak tahun 2012 LAPAN telah menggunakan aplikasi berbasis web yaitu Sistem Informasi Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi (Siforen Monev). Pada tahun 2016, Biro Perencanaan dan Keuangan sebagai penggerak utama dalam hal pengelolaan kinerja dan keuangan telah melakukan kerjasama dengan satuan kerja yang baru dibentuk yaitu: Pusat Teknologi dan Informasi dan Standar Penerbangan dan Antariksa (Pustispan) untuk mengembangkan fitur Siforen Monev yang mengintegrasikan informasi keuangan dan kinerja yang user friendly. Beberapa hal yang telah dilakukan adalah menyederhanakan menu perencanaan dan monitoring dengan mengedepankan partisipasi satker sebagai pengguna aplikasi. Dengan upaya tersebut diharapkan pimpinan LAPAN secara cepat dan tepat dalam melakukan pengambilan keputusan. 4. Meningkatkan kualitas IKU unit kerja dengan tetap menjaga keselarasan dengan IKU Lembaga Tindak Lanjut : Guna menjaga keselarasan IKU unit kerja dengan IKU lembaga. Dalam menyusun Sasaran Strategis dan IKU dari level lembaga s.d level satuan kerja, LAPAN menggunakan metode Balanced Scorecard (BSC), yaitu sebuah metode penyelarasan strategi yang telah diakui dunia dan telah diadopsi oleh banyak Kementerian/Lembaga di Indonesia. Hasilnya adalah LAPAN memiliki peta strategi level 0 s.d level IV. Pada tahun 2016, kegiatan monitoring dan evaluasi melalui proses riviu peta strategis telah dilakukan, hal ini berguna untuk memastikan keselarasan arah dan kebijakan LAPAN yang disesuaikan dengan kondisi dan dinamika internal dan eksternal LAPAN. Dengan proses reviu tersebut, diharapkan IKU yang ditetapkan berkualitas sesuai dengan tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab satuan kerja untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 5. Merumuskan dan menetapkan ukuran kinerja tingkat eselon III dan IV sebagai turunan kinerja atasannya serta mengembangkan mekanisme pengumpulan data kinerja. Tindak Lanjut : Perumusan ukuran kinerja merupakan sebuah langkah awal bagi lembaga untuk meningkatkan kinerjanya. Perumusan ukuran kinerja yang selaras dari level lembaga s.d individu telah menjadi isu strategis nasional yang harus diwujudkan oleh LAPAN. Pada tahun 2016, LAPAN telah menyusun ukuran kinerja level eselon III dan IV dan ditetapkan oleh masing-masing kepala satuan kerja. Lebih lanjut, LAPAN juga telah menyusunan draf SOP yang mengatur pengumpulan data kinerja di lingkungan LAPAN. Dengan adanya upaya ini, diharapkan pengelolaan data kinerja di lingkungan LAPAN akan lebih baik. 6. Menyederhanakan rumusan program dan kegiatan dengan lebih memfokuskan pada hasil yang diharapkan Tindak Lanjut : Dalam rangka lebih memfokuskan pada hasil kinerja, LAPAN pada periode Renstra telah menetapkan 7 program utama yaitu: Pengembangan Decision Support System (DSS) berbasis sains antariksa, Pengembangan DSS berbasis sains Atmosfer, Pengembangan Teknologi Roket Sonda, Pengembangan pesawat transportasi nasional dan Maritime Surveillance Sustem (MSS), Pengembangan satelit Mikro, Pengembangan Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN), Pengembangan Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) dan menetapkan Quick Win LAPAN yaitu: Layanan data dan informasi, Layanan informasi cuaca antariksa, benda jatuh, dan iklim ekstrem, Layanan informasi teknologi dirgantara. 7. Meningkatkan kualitas hasil evaluasi akuntabilitas kinerja agar dapat memberikan penilaian dan rekomendasi atas akuntabilitas kinerja masing-masing unit kerja, sehingga dapat ditindaklanjuti untuk perbaikan

101 perencanaan dalam bentuk langkah-langkah nyata. Tindak Lanjut : Menindaklanjuti hal ini, LAPAN telah melakukan langkah perbaikan dalam evaluasi akuntabilitas kinerja. Langkah awal, Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan Riviu Laporan Kinerja (LAKIN) unit kerja yang mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenpanRB) Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Hasil riviu berupa berita acara yang disampaikan kepada unit kerja untuk ditindaklanjuti. Langkah selanjutnya Tim APIP LAPAN melakukan proses evaluasi LAKIN unit kerja yang mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pedoman Evaluasi Atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, hasil evaluasi memberikan penilaian LAKIN unit kerja dan rekomendasi yang harus dilakukan. Proses akhir adalah dilakukannya monitoring dan evaluasi terhadap penyusunan dokumen perencanaan tahun berikutnya pada setiap unit kerja. Diharapkan upaya ini dapat meningkatkan kualitas evaluasi kinerja di lingkungan LAPAN. Sedangkan untuk LAKIN tingkat lembaga proses reviu dilakukan oleh Tim APIP LAPAN. 8. Meningkatkan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja di seluruh jajaran LAPAN, untuk mempercepat terwujudnya pemerintahan yang berkinerja dan akuntabel Tindak Lanjut : LAPAN melalui Biro Sumber Daya Manusia, Organisasi dan Hukum (SDM OH) selain memprioritaskan peningkatan kapasitas SDM bidang penelitian dan perekayasaan (litbangyasa), semenjak tahun 2016 LAPAN juga telah memprioritaskan peningkatan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja. Pada tahun tersebut, LAPAN telah mengirimkan 5 pegawai di lingkungan Sekretariat Utama untuk mengikuti diklat Fungsional Perencana tingkat muda dan madya yang diselenggarakan oleh Kementerian PPN/Bappenas. Selanjutnya, LAPAN berkomitmen untuk membentuk fungsional Perencana di setiap satuan kerja LAPAN. Hal ini dilakukan untuk memastikan proses kegiatan perencanaan, monitoring dan evaluasi kinerja berjalan selaras sehingga secara bottom up dapat memberikan kontibusi untuk mewujudkan visi dan misi lembaga. Pada tahun 2017 LAPAN akan mengusulkan calon perencana yang berasal dari unit kerja teknis dan menargetkan pada akhir periode renstra 2019 jumlah fungsional Perencana di lingkungan satker teknis bertambah secara signifikan. Selain itu LAPAN juga telah menyelenggarakan bimbingan teknis penyusunan dan evaluasi LAKIN, dan melakukan benchmark dengan Kementerian/ Lembaga yang SAKIP-nya telah bernilai A. Dari langkah-langkah tindak lanjut yang telah dilakukan, LAPAN secara nyata telah memperbaiki kekurangan dalam pengelolaan sistem akuntabilitas kinerjanya. Diharapkan pengelolaan kinerja di lingkungan LAPAN semakin baik sehingga dengan segera dapat menjadi pusat unggulan penerbangan dan antariksa yang berkelas dunia. Laporan Kinerja

102

103 5 PENUTUP

104

105 PENUTUP Laporan Kinerja LAPAN tahun 2016 dibuat sebagai bentuk pertanggung jawaban pertanggungjawaban kepada publik. Laporan ini memberikan penjelasan tentang upaya yang dilakukan untuk melaksanakan kebijakan dan strategi yang terdapat di dalam Rencana strategis tahun serta pengukuran terhadap pencapaian pelaksanaan kinerja. Selain menjelaskan upaya yang dilakukan, di laporan ini memberikan penjelasan tentang hambatan yang dihadapi serta langkah - langkah perbaikan yang akan diambil untuk kinerja atas usaha pencapaian visi dan misi LAPAN serta bentuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja serta menghadapi tantangan kedepan. Sangat disadari bahwa laporan ini belum sempurna seperti yang diharapkan, namun setidaknya masyarakat dan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) dapat memperoleh gambaran kinerja yang telah dilakukan oleh LAPAN sepanjang tahun Di masa mendatang, LAPAN akan melakukan berbagai langkah untuk lebih meningkatkan kualitas kinerja dan pelaporannya agar terwujud transparansi dan akuntabilitas seperti yang diharapkan. Langkah-langkah ke depan yang perlu dilakukan LAPAN dalam upaya mendorong peningkatan kinerja dan menghadapi tantangan ke depan, antara lain: 1. Optimalisasi program kegiatan melalui 4 pilar iptek penerbangan dan antariksa yaitu : Sains antariksa dan Atmosfer, Teknologi Penerbangan, Penginderaan Jauh, dan Kebijakan Kedirgantaraan untuk mewujudkan pusat unggulan iptek penerbangan dan antariksa; 2. Penguatan fokus utama LAPAN dengan menetapkan Quick Wins 2017, yaitu : Memberikan layanan informasi yang cepat dan akurat dengan Sistem Pemantau Maritim berbasis Iptek Penerbangan dan Antariksa Memberikan layanan informasi yang cepat dan akurat dengan Sistem Pemantau Bencana berbasis Iptek Penerbangan dan Antariksa 3. Penguatan kerjasama yang efektif dengan mitra dalam dan luar negeri untuk percepatan peningkatan kualitas SDM LAPAN dan infrastruktur; 4. Peningkatan kualitas jurnal LAPAN melalui pengelolaan jurnal elektronik; 5. Peningkatan perolehan HKI melalui peran aktif para pimpinan dan peneliti LAPAN; 6. Peningkatan kualitas Reformasi dan Birokrasi LAPAN sebagai alat pengelolaan kinerja di lingkungan LAPAN. Laporan Kinerja ini diharapkan dapat memberikan informasi yang kredibel, akuntabel dan transparan kepada stakeholders LAPAN. Laporan ini juga menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan pengelolaan kinerja LAPAN. Semua hambatan dan permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan Indikator utama dan pencapaian kinerja akan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan tahun berikutnya. Akhir kata, LAPAN berharap dapat terus memberikan kontribusi untuk bidang penerbangan dan antariksa di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Laporan Kinerja

106 Lampiran I RKT LAPAN Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

107 Laporan Kinerja

108 Lampiran II Perjanjian Kinerja LAPAN Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

109 Laporan Kinerja

110 90 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

111 Lampiran III SASARAN STRATEGIS UTAMA Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa Meningkatnya hasil karya ilmiah iptek penerbangan dan antariksa Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar PENGUKURAN KINERJA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN) TAHUN 2016 INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN PROGRAM IKU 1 : Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus 2 Tipe 2 Tipe 100% IKU 2 : Jumlah tipe satelit untuk pemantauan 2 Tipe 2 Tipe 100% IKU 3 : Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan IKU 4 : Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan IKU 5 : Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim 2 Tipe 2 Tipe 100% 1 Produk desain 1 Produk desain 100% 15 Model 15 Model 100% IKU 6 : Jumlah publikasi nasional terakreditasi 60 Makalah 60 Makalah 100% IKU 7 : Jumlah publikasi internasional yang terindeks 20 Makalah 37 Makalah 185% IKU 8 : Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted IKU 9 : Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa IKU 10 : Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa 3 Judul 2 Judul 66,66% 130 Instansi 178 Instansi 136% 78,5 83,25 106,05% Program pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya IKU 11 : Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar Program pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa Laporan Kinerja

112 Lampiran IV STRATEGY MAP LAPAN DENGAN BALANCE SCORECARD (BSC) 92 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-82.1-/216 DS8916-4341-221-882 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

TUGAS REFORMASI BIROKRASI LAPAN FUNGSI REFORMASI BIROKRASI LAPAN

TUGAS REFORMASI BIROKRASI LAPAN FUNGSI REFORMASI BIROKRASI LAPAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 TUGAS REFORMASI BIROKRASI LAPAN... 2 FUNGSI REFORMASI BIROKRASI LAPAN... 2 8 AREA PERUBAHAN REFORMASI BIROKRASI... 2 VISI DAN MISI LAPAN... 2 SASARAN STRATEGIS LAPAN... 2 PROGRAM

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Tahun 2015

Laporan Kinerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Tahun 2015 i i ii IKHTISAR EKSEKUTIF Sejalan dengan perwujudan pemerintahan yang mengikuti prinsip good governance dan clean government disusunlah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA 2015-2019 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA Jl. Cisadane No. 25 Cikini, Jakarta Pusat www.puskkpa.lapan.go.id DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIN) DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA (LAKIN) DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA (LAKIN) DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016 DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL http://www.inderaja.lapan.go.id Jl. Pemuda Persil No. 1 Jl.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I. PENDAHULUAN...1 1.1 Kondisi Umum...1 1.1.1 Profil Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang...1 1.1.2. Capaian Balai Pengamatan Antariksa Dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-82.1-/215 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i KATA PENGANTAR... ii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Kondisi Umum... 2 1.1.1 Profil Biro Perencanaan dan Keuangan/Biro Perencanaan dan Organisasi... 2 1.1.2 Capaian Biro Perencanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... ii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Kondisi Umum... 2 1.1.1 Profil Sekretariat Utama... 2 1.1.2 Sumber Daya Manusia Sekretariat Utama...

Lebih terperinci

Laporan Survei Kepuasan Masyarakat Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Survei Kepuasan Masyarakat Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Seiring tuntutan masyarakat terhadap pelayanan, unit penyelenggara pelayanan publik dituntut untuk memenuhi harapan masyarakat dalam melakukan pelayanan. Pelayanan publik

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2016 Kepala Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum. Ir. Christianus R. Dewanto, M. Eng.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2016 Kepala Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum. Ir. Christianus R. Dewanto, M. Eng. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Rencana strategis (Renstra) Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum (KSHU) Periode tahun 2015-2019 telah selesai diperbaharui. Renstra ditetapkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIN)

LAPORAN KINERJA (LAKIN) LAPORAN KINERJA (LAKIN) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016 PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL KATA

Lebih terperinci

REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2015-2019 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Balai Pengamatan Antariksa Dan Atmsofer Pasuruan Jl. Raya Watukosek Gempol, Pasuruan, Jawa Timur 67155 Telp. 0343-851887,

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

RENSTRA TAHUN

RENSTRA TAHUN Revisi-1 RENSTRA TAHUN 2015-2019 PENERBANGAN DAN ( L A P A N Jl. Angkasa Trikora, Desa Sumberker, Biak Papua Telp. 0981 21078, Fax. 0981 RENSTRA BALAI LAPAN BIAK 2015-2019 Page 1 RENCANA STRATEGIS TAHUN

Lebih terperinci

Jakarta, Februari 2017 Sekretaris Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Jakarta, Februari 2017 Sekretaris Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional SEKRETARIS UTAMA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Laporan Kinerja (Lakin) Sekretariat Utama (Settama) merupakan pertanggungjawaban kepada publik atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran strategis

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 133, Tamb

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 133, Tamb No.1575, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAPAN. ORTA. Balai Kendali Satelit, Pengamatan Antariksa dan Atmosfer, dan Penginderaan Jauh Biak. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa Pasal 8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan

Menimbang : a. bahwa Pasal 8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN IIDAPA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 016 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 133, Tamb

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 133, Tamb No.1574, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAPAN. ORTA. Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. LAPAN TAHUN (revisi)

RENCANA STRATEGIS. LAPAN TAHUN (revisi) RENCANA STRATEGIS PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH LAPAN TAHUN 2015 2019 (revisi) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH Renstra PUSDATA Tahun 2015-2019 i

Lebih terperinci

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ( L A P A N )

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ( L A P A N ) LAKIP LAPAN 2012 Roket Balistik Satelit LAPAN-A2 UAV Surveillance SIMBA Center LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ( L A P A N ) Jl. Pemuda Persil No. 1 Jakarta 13220, P.O. Box 1020 / JAT Telp.

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2015 PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BALAI UJI TEKNOLOGI DAN PENGAMATAN ANTARIKSA DAN ATMOSFER TAHUN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BALAI UJI TEKNOLOGI DAN PENGAMATAN ANTARIKSA DAN ATMOSFER TAHUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BALAI UJI TEKNOLOGI DAN PENGAMATAN ANTARIKSA DAN ATMOSFER TAHUN 2015-2019 BALAI UJI TEKNOLOGI DAN PENGAMATAN ANTARIKSA DAN ATMOSFER LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL TAHUN 2011 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ( LAPAN ) Jl. Pemuda Persil No.1 Jakarta 13220, Telp.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review pejabat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg No.1138, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Penetapan IKU. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 70 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI

Lebih terperinci

RISET DAN SINERGI RISET IPTEK PENERBANGAN DAN ANTARIKSA MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU DAN MANDIRI. Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional (LAPAN)

RISET DAN SINERGI RISET IPTEK PENERBANGAN DAN ANTARIKSA MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU DAN MANDIRI. Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional (LAPAN) RISET DAN SINERGI RISET IPTEK PENERBANGAN DAN ANTARIKSA MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU DAN MANDIRI Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional (LAPAN) 1 VISI DAN MISI LAPAN 2015-2019 1 VISI, MISI, SASARAN STRATEGIS

Lebih terperinci

P eraturan Pemerintah Nomor 8

P eraturan Pemerintah Nomor 8 LAPORAN AKUNTAB)L)TAS K)NERJA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTAR)KSA NAS)ONAL LAPAN TA(UN KATA PENGANTAR P eraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah mengamanahkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Dasar Hukum 1.3 Tujuan 1.4 Sasaran 1.5 Ruang Lingkup 1.6 Pengertian dan Istilah BAB II JENIS DATA YANG DIKUMPULKAN 2.1 Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kemen

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kemen LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. SAKIP. Evaluasi. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. SAKIP. Evaluasi. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG No. 930, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. SAKIP. Evaluasi. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG LAKIP merupakan wujud akuntabilitas instansi pemerintah yang pedoman penyusunannya ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT TAHUN 2016 INSPEKTORAT Jalan LAPAN No. 8, Pekayon, Pasar Rebo Telp. (021) 87720685, Faks. (021) 87720685 Jakarta 13710 Page 1 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-18.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG SASARAN KERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017

PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Tahun Anggaran 2017 Tahun Anggaran 2017 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017 I. PENDAHULUAN Sebagaimana diamanatkan di dalam

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014 BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT SEKRETARIAT DAERAH ACEH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014 BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT SEKRETARIAT DAERAH ACEH LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014 BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT SEKRETARIAT DAERAH ACEH 2015 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas

Lebih terperinci

AGENDA REFORMASI BIROKRASI MELIPUTI (DELAPAN) AREA PERUBAHAN. 1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan PerundangUndangan

AGENDA REFORMASI BIROKRASI MELIPUTI (DELAPAN) AREA PERUBAHAN. 1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan PerundangUndangan 8 AGENDA REFORMASI BIROKRASI MELIPUTI (DELAPAN) AREA PERUBAHAN 1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan PerundangUndangan 3. Penataan Dan Penguatan Organisasi 4. Penataan Tatalaksana 5. Penataan Sistem

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.242, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

A. Rencana Strategis Kementerian Sekretariat Negara 2010-

A. Rencana Strategis Kementerian Sekretariat Negara 2010- A. Rencana Strategis Kementerian Sekretariat Negara 2010-2014 Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2010-2014 terakhir disempurnakan dengan Peraturan Menteri Sekretaris Negara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera, Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa atas rahmat- Nya, Renstra Deputi Bidang Teknologi Penerbangan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2014

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2014 A. Latar Belakang Penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2014 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum BAB I PENDAHULUAN A. Pandangan Umum Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap tingkatan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada

Lebih terperinci

Program Generik : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Program Generik : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Kegiatan yang dilaksanakan oleh unit pelaksana eselon II kecuali Unit Pengelola Teknis mandiri dan Pusat Pengelolaan Ekoregion menghasilkan kategorikategori output yang secara garis besar dapat dirangkum

Lebih terperinci

2011, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Le

2011, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2011 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Sasaran Kerja. Penilaian. Evaluasi. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-18.KP.05.02

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.316, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Data Kinerja. Pengumpulan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGUMPULAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA 2016

PERJANJIAN KINERJA 2016 PERJANJIAN KINERJA 2016 Perjanjian Kinerja 2016 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENGERTIAN Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2015-2019 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL BALAI PENGAMATAN DIRGANTARA PONTIANAK Jalan Lapan No. 01 Siantan Hulu, 78241 Telp.(0561) 883306, 881599, Faks. 0561-883306

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo No.1452, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. SAKIP. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan BAB IV A. Simpulan Laporan kinerja Sekretariat Kabinet tahun 2015 ini merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian visi dan misi Sekretariat Kabinet dalam rangka menuju organisasi yang efektif,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2015-2019 ditetapkan melalui Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PERMEN-KP/2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR RISET PENGOLAHAN PRODUK DAN BIOTEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM - 2 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Lebih terperinci

Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat

Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat B A B I I I A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat pencapaian kinerja, berdasarkan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis, yang kemudian dijabarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA, RENCANA AKSI, DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA 2018

PERJANJIAN KINERJA 2018 PERJANJIAN KINERJA 2018 Tahun Anggaran 2018 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2018 I. PENDAHULUAN Sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.400, 2014 ADMINISTRASI. Keuangan. BPKP. Tugas. Fungsi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2015-2019 ditetapkan melalui Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke

2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke No.127, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Lembaga administrasi Negara. Organisasi. Fungsi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN A. Latar Belakang B. Norma dan Dasar Hukum C. Definisi Global dan Detail Standar D. Maksud dan Tujuan E. Kebutuhan Sumber Daya Manusia F. Kebutuhan Sarana dan Prasarana G.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Penyelenggaraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik Kota Cimahi ini dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

Plt. Sekretaris Jenderal Haris Munandar N

Plt. Sekretaris Jenderal Haris Munandar N KATA PENGANTAR Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good

Lebih terperinci

Tim Penyusun. Pengarah : Jumain Appe/Sekretaris Utama. Penanggungjawab : Samsul Bahri/Kepala Biro Perencanaan. Ketua : Sugeng Santoso

Tim Penyusun. Pengarah : Jumain Appe/Sekretaris Utama. Penanggungjawab : Samsul Bahri/Kepala Biro Perencanaan. Ketua : Sugeng Santoso Tim Penyusun Pengarah : Jumain Appe/Sekretaris Utama Penanggungjawab : Samsul Bahri/Kepala Biro Perencanaan Ketua : Sugeng Santoso Sekretaris : Munawar Sahabuddin Anggota : Mulyono Samsuar Irshan Zainuddin

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci