BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Ancaman pembangunan ekonomi ekstraktif dan pembangunan infrastruktur yang mengkonversi lahan-lahan produktif pertanian, atau mengubah pertanian skala rumah tangga menjadi skala korporasi. Banyak media memberitakan atas hasil olah data BPS 2012 yang melaporkan adanya konversi lahan pangan sejumlah ha/tahun, dan jumlah petani berkurang 3,1 juta/tahun (7,42% populasi). Akan tetapi kebijakan pemerintah di banyak kabupaten di Indonesia seakan menutup mata proses penghilangan lahan pangan ini. (Kompas, 12 Juni 2012). A. Latar Belakang Kajian ini menjelaskan tentang manajemen konflik berbasis komunitas dengan pemanfaatan CDR (Community Dispute Responsibility) sebagai instrumen berbasis komunitas dalam manajemen konflik tambang pasir besi di Kulon Progo. Konflik merupakan hal yang sangat rentan terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat. Konflik tambang pasir besi Kulon Progo merupakan konflik Sumber Daya Alam (SDA) yang sudah lama berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan instrumentasi CDR (Community Dispute Responsibility) dalam manajemen konflik berbasis komunitas pada konflik tambang pasir besi di Kulon Progo. Meskipun konflik tersebut sudah lama berlangsung namun penelitian ini tetap menarik karena terdapat perkembangan relasi kuasa antar aktor di lapangan dan juga peran komunitas masyarakat terkait pertambangan pasir besi sekarang ini. Berikut ini peneliti sajikan uraian secara komprehensif terkait latar belakang yang menjadikan penelitian ini menarik dan perlu dilakukan. 1

2 Konflik ini memuncak saat pengesahan kontrak antara Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dengan investor yang akan menambang pasir besi di lahan pesisir pantai Kulon Progo pada akhir tahun Kebijakan pemerintah yang dinilai masyarakat tidak pro rakyat membuat rakyat semakin marah dan tidak terima akan kebijakan tersebut. Kawasan masyarakat yang dijadikan tambang pasir besi oleh pemerintah dan swasta membuat masyarakat pro dan kontra. Masyarakat yang kontra terhadap penambangan adalah mereka yang sehari-harinya menggantungkan dirinya bekerja menjadi petani penggarap lahan pantai. Sedangkan mereka yang pro penambangan adalah sekelompok masyarakat yang mendukung keberadaan tambang pasir besi oleh PT. JMI, juga masyarakat yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Petani Penggarap Tanah Pakualam dan juga masyarakat yang tidak berprofesi sebagai petani penggarap lahan pantai serta tidak terkena dampak langsung dengan adanya penambangan pasir besi di pesisir pantai Kulon Progo. Adapun pihak swasta yang berperan dalam penambangan pasir besi adalah PT. Jogja Magasa Iron (JMI) di mana pemilik saham terbesarnya adalah Sri Sultan Hamengku Buwono X serta Pakualam IX. 1 Pemerintah berdalih bahwa dengan adanya proyek penambangan pasir besi di Kulon Progo akan meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat setempat namun jika dikaji lebih lanjut masyarakat sangat paham akan dampak yang ditimbulkan akibat penambangan pasir. Rusaknya ekosistem laut terutama lahan pesisir pantai yang menurut masyarakat menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan sehingga masyarakat sangat khawatir mereka akan kehilangan mata pencahariannya sebagai petani penggarap lahan pantai. Masyarakat juga takut jika dampak penambangan berakibat pada sumur-sumur yang mereka miliki akan menjadi asin karena intrusi air laut ke daratan (karena tidak adanya pembatas lagi), air sumur 1 Data diambil dari riset Eka Zuni Lusi Astuti yang kemudian dipublikasikan dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 16 Nomor 1 pada bulan Juli tahun 2012 (62-74). Tulisan ini merupakan perngembangan dari hasil penelitian penulis pada tahun 2010 yang berjudul Konflik Pasir Besi: Studi tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam di Pesisir Pantai Selatan Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. 2

3 yang asin tidak akan bisa digunakan untuk mengairi lahan pertanian mereka, selain itu air sumur yang asin akan mengganggu reproduksi perempuan. Bentuk protes ataupun demonstrasi yang mereka lakukan tidak lain adalah bentuk resistensi masyarakat Kulon Progo terhadap kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada mereka. 2 Pemerintah lebih memilih dan mendukung elit politik serta pemilik modal dalam hal ini pihak swasta yaitu PT. JMI yang dimiliki oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alaman IX. Masyarakat yang diwakili dalam sebuah komunitas berusaha memperjuangkan haknya yang diberi nama PPLP-KP 3 (Paguyuban Petani Lahan Pantai Kulon Progo), komunitas masyarakat ini berupaya untuk melakukan advokasi ke berbagai pihak untuk mengakomodir kepentingan kolektif maupun kepentingan masyarakat sekitar tambang pasir Kulon Progo. Sudah tidak terhitung berapa kali PPLP-KP melakukan protes ke pemerintah namun aspirasi mereka kurang didengar. PPLP-KP juga beraliansi dengan beberapa LSM untuk merealisasikan usaha penolakan penambangan pasir di pesisir pantai Kulon Progo. Pesisir pantai Kulon Progo memiliki garis pantai sepanjang ±1,8 kilometer dengan kondisi tanah yang berupa pasir. 4 Lahan pasir seluas 2000 meter dari permukaan laut diperkirakan mencapai 3600 hektare (Anshori, 2011) dan sebanyak 2500 hektar digunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Potensi yang dimiliki daerah Kulon Progo ini membuat daerah ini menjadi incaran berbagai pihak. Selain kesuburan daerah Kulon Progo, banyak penelitian yang membuktikan bahwa tanah pasir yang berada di pesisir pantai mengandung Titanium. Penelitian pada proyek penambangan sudah direncanakan sejak tahun Pemerintah serta investor masing-masing memiliki kepentingan terhadap potensi yang dimiliki Kulon Progo. Sedangkan PT. Jogja Magasa Iron merupakan korporasi yang dimiliki oleh keluarga Sultan yang memang 2 ibid 3 Petani penggarap lahan pantai Kulon Progo merupakan kelompok tani terbesar yang menolak dan muncul akibat penambangan pasir besi Kulon Progo. 4 ibid 3

4 memiliki kepentingan khusus terhadap pasir besi Kulon Progo. Adanya kepentingan tersebut disinyalir untuk kepentingan komersil dalam rangka menambah pundi-pundi kekayaan yang dimiliki keluarga Keraton. Oleh karena itu Sultan memihak pada korporasi keluarga ini yaitu PT. Jogja Magasa Iron. Kekompakan pemerintah dan juga pihak korporasi membuat posisi masyarakat Kulon Progo khususnya petani lahan pantai sangat sulit. Sulit bagi mereka untuk memperjuangkan haknya bahkan mereka memaksa Bupati dan Ketua DPR untuk membatalkan kesepakatan antara pemerintah Kabupaten Kulon Progo dengan pemilik modal. 5 Tarik ulur kepentingan pemerintah propinsi, korporasi dan juga masyarakat semakin menyebabkan konflik pasir besi semakin sulit diselesaikan. Sultan dan Pakualam memihak PT. Jogja Magasa Iron karena menurut pihak mereka lahan pantai yang digunakan sebagai mata pencaharian petani lahan pantai sehari-hari merupakan Sultan Ground dan Pakualam Ground 6 sehingga para penguasa ini merasa dengan bebas dapat mengambil alih lahan menguntungkan yang notabene menjadi mata pencaharian masyarakat selama berpuluh tahun. Masyarakat pesisir sangat bergantung dengan lahan pesisir pantai. Pergulatan kepentingan antara korporasi dan petani saling memperebutkan produksi pasir besi selain karena mendatangkan keuntungan secara komersil bagi korporasi, pasir besi juga mampu menopang kehidupan ekonomi masyarakat lahan pantai. Begitu sulitnya masyarakat mengakses hak mereka sehingga komunitas masyarakat, PPLP-KP (Paguyuban Petani Lahan Pantai Kulon Progo) melakukan berbagai macam upaya advokasi ke berbagai pihak untuk mencari dukungan serta solusi dari konflik tambang pasir besi. PPLP-KP terbentuk tahun 2006 dan berfungsi sebagai gerakan sosial (social movement) dan gerakan politik 5 ibid 6 Sultan Ground merupakan tanah yang selama ini diakui oleh masyarakat DIY sebagai milik Kesultanan yang meliputi tanah keprabon (tanah untuk bangunan istana dan pendukungnya) dan bukan keprabon (tanah yang digunakan penduduk/lembaga dengan hak dan tanpa alas hak). Sedangkan Pakualam Ground merupakan tanah yang selama ini diakui oleh masyarakat DIY sebagai milik Kadipaten Pakualam meliputi tanah keprabon dan bukan keprabon. Sultan Ground (SG) dan Pakualam Ground (PAG) memiliki pengertian tanah milik Sultan/Pakualam secara pribadi. 4

5 (political movement) dari para petani lahan pantai yang ingin memperjuangkan haknya. 7 Banyak kendala yang dihadapi komunitas masyarakat seperti PPLP-KP dalam memperjuangkan hak petani. Selain adanya tekanan dari korporasi dan pemerintah setempat baik pemerintah lokal maupun pemerintah propinsi juga harus menghadapi persepsi masyarakat yang pro terhadap privatisasi penambangan pasir ini. Masyarakat yang bersifat pro setuju dan mendukung segala kebijakan yang dikendalikan oleh Sultan sehingga pengaruh Sultan seringkali sulit dihindarkan dari benak mereka. Selain membawa dampak negatif bagi masyarakat setempat yaitu penggusuran pemukiman penduduk, tergesernya lahan pertanian, masyarakat juga sangat khawatir dengan adanya proyek tambang pasir besi karena benteng yang digunakan untuk memecah ombak akan hilang sehingga potensi dilanda tsunami semakin besar. Kekhawatiran masyarakat makin parah ditambah dengan adanya Undang-Undang Tata Ruang Kabupaten Kulon Progo yang menyebutkan bahwa kawasan pesisir pantai diperuntukkan untuk kawasan pertambangan. Konflik juga berkepanjangan karena menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 disebutkan bahwa masyarakat berhak mengelola sepanjang lahan pesisir karena masyarakat memiliki sertifikat sah tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Pemerintah lebih pro pada kepentingan korporasi yang berupaya mendapatkan keuntungan namun tidak memperhatikan kesejahteraan masyarakat pesisir pantai. 8 Berbagai upaya yang dilakukan masyarakat untuk memperjuangkan hak-haknya selalu tidak berhasil karena kekuatan pemerintah. Pemerintah selalu menghindar ketika dimintai penjelasan serta pertanggungjawaban bahkan pemerintah masih tetap saja melegalkan penambangan pasir besi di kawasan pesisir pantai. Ditambah lagi dengan keputusan Kementerian ESDM yang sudah sepakat dan mendukung konsep perubahan 7 ibid 8 ibid 5

6 pengembangan dan pengelolaan proyek pengolahan pasir besi satu-satunya di pulau Jawa. Meskipun area yang dibangun menjadi pabrik terbatas yaitu di wilayah timur desa Karangwuni, kecamatan Wates yang memang sudah dibebaskan, masyarakat tetap berupaya menolak sekuat tenaga keberadaan pabrik yang akan semakin diperluas. 9 Masyarakat yang tergabung dalam PPLP-KP (Paguyuban Petani Lahan Pantai Kulon Progo) terus berusaha melakukan advokasi demi masyarakat meskipun sering menemukan jalan buntu. Namun hal ini tidak menghentikan langkah PPLP-KP sebagai komunitas masyarakat untuk terus menyuarakan aspirasinya pada pemerintah. Seringkali PPLP-KP melakukan demonstrasi menuntut ketegasan sikap pemerintah dan pada akhirnya tidak menghasilkan apa-apa karena tidak ada respon dari pihak pemerintah. PPLP-KP terus menyuarakan aspirasi masyarakat untuk mempertahankan hak-hak mereka dan juga menolak keberadaan PT. Jogja Magasa Iron di kawasan tambang pasir besi Kulon Progo. Tidak adanya ketegasan sikap dan kepedulian pemerintah terhadap masyarakat. Kebijakan pemerintah lebih pro pada korporasi penguasa dibandingkan dengan nasib masyarakat yang ada di kawasan tersebut. Saat itu, banyaknya korban mogok makan dalam demonstrasi serta beberapa petani lahan pasir yang ditangkap polisi membuat masyarakat semakin marah dan anti terhadap pemerintah. Masyarakat menuntut pemerintah untuk segera membebaskan petani lahan pasir yang ditahan. 10 Pemerintah berdalih kebijakan penambangan berasal dan diputuskan oleh pusat sehingga pemerintah propinsi kurang memiliki kewenangan dalam memutuskan kebijakan. Meskipun pemerintah bersikeras memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa kelak dengan adanya keberadaan proyek tambang pasir besi akan membawa dampak positif bagi masyarakat yaitu terbukanya lapangan pekerjaan, menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir pantai. Masyarakat juga 9 ibid 10 ibid 6

7 bersikeras bahwa dengan adanya proyek tersebut akan membawa dampak negatif lebih banyak dibandingkan dampak positif. Hilangnya lahan pertanian pesisir pantai yang biasanya digunakan untuk bercocok tanam dan juga berkebun, akan hilangnya benteng pemecah ombak yang digunakan untuk mencegah potensi tsunami, tergesernya lahan pemukiman warga masyarakat pesisir pantai, sumur-sumur mereka yang akan menjadi asin karena air laut sehingga air sumur tidak dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari dan juga membahayakan kesehatan serta reproduksi perempuan di kawasan tersebut. Dengan adanya proyek tambang pasir besi juga akan membuat lahan pesisir pantai tidak lagi subur seperti sebelumnya sehingga diperlukan waktu lama untuk mengembalikan tanah pesisir pantai untuk subur kembali. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana fisibilitas implementasi Community Dispute Responsibility (CDR) dalam penyelesaian konflik tambang pasir besi di Kulon Progo? C. Tujuan Penelitian Creswell (2010) mengemukakan bahwa tujuan penelitian merupakan kumpulan pernyataan yang menjelaskan sasaran-sasaran, maksud-maksud atau gagasan-gagasan umum diadakannya suatu penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengidentifikasi berbagai karakteristik dan watak CDR yang digunakan dalam manajemen konflik berbasis komunitas di proyek tambang pasir besi. 2. Mendapatkan deskripsi dan realitas secara jelas terkait konflik yang terjadi antara pemerintah, korporasi dan masyarakat dalam proyek tambang pasir besi. 7

8 3. Menjelaskan proses resistensi masyarakat terhadap pemerintah Kabupaten Kulon Progo dan juga PT. Jogja Magasa Iron. 4. Menjelaskan pihak-pihak yang terkait seperti PPLP-KP, LSM, LBH, Walhi serta pemerintah setempat. 5. Menunjukkan implikasi dari adanya manajemen konflik berbasis komunitas dan berbagai gerakan sosial dari pihak masyarakat sekitar serta komunitas masyarakat terhadap keberlangsungan lingkungan pesisir Kulon Progo. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini antara lain: 1. Memberikan deskripsi terkait konflik yang terjadi dan pengembangan resolusi konflik melalui fisibilitas implementasi Community Dispute Responsibility (CDR) yang dilakukan. 2. Mengetahui adanya proses manajemen konflik berbasis komunitas pada konflik tambang pasir besi di Kulon Progo melalui implementasi Community Dispute Responsibility (CDR). E. Literature Review Dalam penelitian ini juga digunakan beberapa literature review yang dijadikan acuan dan komparasi terhadap fokus penelitian yang akan dijelaskan dalam tulisan ini. Pembahasan terkait pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) sudah banyak dikaji namun terdapat beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan beberapa penelitian lain yang pernah dipaparkan maupun dipublikasikan sebelumnya. Dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Politik Volume 16 tahun 2012 yang berjudul Konflik Pasir Besi: Pro dan Kontra Rencana Penambangan Pasir Besi di Kabupaten Kulon Progo yang membahas tentang pertarungan kepentingan antara pemerintah Kabupaten dan masyarakat setempat dalam hal pengelolaan sumber daya alam di daerah pesisir. 8

9 Selain itu dijelaskan juga dalam Tesis yang berjudul Potensi Konflik Pengelolaan Sumber Daya Alam Papua (Studi tentang Pengoperasian PT. BP LNG Tangguh di Daerah Kepala Burung Propinsi Papua) terkait pengelolaan sumber minyak bumi dan gas di daerah Kepala Burung oleh BP Tangguh yang berada dalam wilayah tanah adat milik masyarakat setempat. Belum ada kesepakatan jelas antara BP Tangguh dengan seluruh masyarakat adat pemilik lokasi penambangan namun pemerintah lebih dahulu memberikan ijin. Potensi konflik didominasi oleh kepemilikan hak atas tanah yang belum diakui penuh oleh pemerintah sehingga menimbulkan kekhawatiran masyarakat akan keterlibatan militer di dalamnya. Upaya meminimalkan konflik dilakukan secara simultan dan bersama-sama antara pemerintah, BP Tangguh, masyarakat adat setempat dengan membangun kesamaan persepsi di antara semua pihak yang terlibat. Terdapat pula Tesis yang berjudul Manajemen Konflik dalam Kasus Pertanahan di Kabupaten Labuhan Batu (Studi Kasus PT. Grahadura Leidong Prima dengan Masyarakat Desa Air Hitam Kecamatan Kualuh Hulu dan Masyarakat Desa Sukarame Kecamatan Kualuh Leidong) menjelaskan bahwa penyebab terjadinya konflik pertanahan yaitu ketidaksesuaian luas areal dalam pemberian hak guna usaha, penyimpangan prosedur dalam kegiatan pembebasan tanah, ketidakjelasan batas tanah, tumpang tindih kepemilikan dan sebagainya sehingga pemerintah melakukan manajemen konflik terhadap penyelesaian masalah pertanahan tersebut dengan melakukan pendekatan konsiliasi, mediasi dan arbitrasi. Tesis lain yang berjudul Organisasi sebagai Sarana Manajemen Konflik Common Pool Resources (Kasus Pengelolaan Konflik Nelayan di Pantai Depok, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) dibahas mengenai manajemen konflik yang digunakan oleh organisasi 45 dengan membolehkan (enabling) nelayan andon untuk mengambil ikan di pantai dan melarang (constraining) dalam memanfaatkan lahan pantai untuk kegiatan produktif sedangkan masyarakat asli dibolehkan untuk melakukan keduanya. Beberapa riset sebelumnya menjelaskan tentang deskripsi konflik yang terjadi, pengelolaan konflik dan juga resolusi konflik yang dilakukan 9

10 oleh beberapa stakeholder seperti pemerintah contohnya pemerintah daerah, pihak yang berlaku sebagai mediator, sedangkan dalam tesis saya akan dibahas mengenai manajemen konflik berbasis komunitas dengan background pemanfaatan atau intrumentasi tools yang dinamakan CDR (Community Dispute Responsibility) sebagai pengembangan resolusi konflik tambang pasir besi di Kulon Progo di mana masyarakat yang tergabung dalam komunitas-komunitas yang bergerak dan melakukan perjuangan memiliki peran penting dan memiliki preferensi arah pengembangan resolusi konflik menurut mereka sendiri yang kemudian menarik untuk diteliti. PENELITIAN Jurnal Ilmu Sosial dan Politik Volume 16 tahun 2012 yang berjudul Konflik Pasir Besi: Pro dan Kontra Rencana Penambangan Pasir Besi di Kabupaten Kulon Progo Oleh Eka Zuni Lusi Astuti Tesis yang berjudul Potensi Konflik Pengelolaan Sumber Daya Alam Papua (Studi tentang Pengoperasian PT. BP LNG Tangguh di Daerah Kepala Burung Propinsi Papua) Oleh: Margaretha Safkaur tahun 2005 Tesis yang berjudul Manajemen Konflik dalam Kasus Pertanahan di Kabupaten Labuhan Batu (Studi Kasus PT. Grahadura Leidong Prima dengan Masyarakat Desa Air Hitam Kecamatan Kualuh Hulu dan Masyarakat Desa Sukarame Kecamatan Kualuh Leidong) Oleh: Abdi Yoso tahun 2005 ISI Pertarungan kepentingan antara pemerintah Kabupaten dan masyarakat setempat dalam hal pengelolaan sumber daya alam di daerah pesisir. Pengelolaan sumber minyak bumi dan gas di daerah Kepala Burung oleh BP Tangguh yang berada dalam wilayah tanah adat milik masyarakat setempat. Belum ada kesepakatan jelas antara BP Tangguh dengan seluruh masyarakat adat pemilik lokasi penambangan namun pemerintah lebih dahulu memberikan ijin. Penyebab terjadinya konflik pertanahan yaitu ketidaksesuaian luas areal dalam pemberian hak guna usaha, penyimpangan prosedur dalam kegiatan pembebasan tanah, ketidakjelasan batas tanah, tumpang tindih kepemilikan dan sebagainya sehingga pemerintah melakukan manajemen konflik terhadap penyelesaian masalah pertanahan tersebut dengan melakukan pendekatan konsiliasi, mediasi dan arbitrasi. Tesis yang berjudul Organisasi Manajemen konflik yang digunakan 10

11 sebagai Sarana Manajemen Konflik Common Pool Resources (Kasus Pengelolaan Konflik Nelayan di Pantai Depok, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Oleh: Tri Lindawati tahun 2010 oleh organisasi 45 dengan membolehkan (enabling) nelayan andon untuk mengambil ikan di pantai dan melarang (constraining) dalam memanfaatkan lahan pantai untuk kegiatan produktif sedangkan masyarakat asli dibolehkan untuk melakukan keduanya. F. Kerangka Teori 1. Community Dispute Responsibility (CDR) Community Dispute Responsibility (CDR) merupakan salah satu mekanisme penyelesaian konflik atau sengketa secara alternatif. Salah satu karakteristik proses penyelesaian konflik atau sengketa tersebut adalah menggunakan cara-cara non litigasi atau di luar pengadilan. Selain itu, cara-cara tersebut biasanya selain biayanya murah juga berlangsung secara cepat dan lebih fleksibel. Penyelesaian semacam ini dapat digunakan sebagai solusi dan alternatif di tengah masyarakat saat kondisi proses pengadilan sedang carut marut dan mulai dipertanyakan akuntabilitas serta kredibilitasnya. Permasalahan terkait sengketa ataupun konflik tidak dapat terlepas dari kehidupan bermasyarakat karena sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Dapat dikatakan sengketa terjadi antar sesama keluarga, rekan bisnis, antar teman, suami-istri, dan sebagainya. 11 Like conflict, Alternative Dispute Resolution (ADR) permeates our lives. Everyone engages in ADR everyday: you negotiate with your co-worker about where to go to lunch, you call in your neighbor to mediate as you and your spouse try to reach agreement on what color to paint the living room, you arbitrate by deciding whether your son or your daughter will get the 11 Widipto Setiadi. Penyelesaian Sengketa melalui Alternative Dispute Resolution (ADR), dalam 11

12 family car for the evening based on the strength of their respective arguments. 12 Konflik dapat terjadi dalam kehidupan sederhana manusia setiap harinya. Misalnya kita bernegosiasi dengan asisten kita terkait di mana kita akan makan siang, kita bernegosiasi dengan anak saat mereka harus berkendara malam berikut dengan cara mereka mempertahankan argumennya. Sengketa yang terjadi perlu untuk dicari penyelesaiannya. Penyelesaian tersebut dapat melalui dua cara yaitu litigasi (melalui pengadilan) maupun non litigasi (di luar pengadilan). Kelompok masyarakat seperti PPLP-KP terbentuk karena gagasan-gagasan yang sama tentang penolakan keberadaan tambang pasir besi. Berkaitan dengan terbentuknya kelompok masyarakat tersebut baik bentuknya komunitas, organisasi, paguyuban dan semacamnya yang melakukan upaya bersama seperti penolakan terhadap keberadaan tambang pasir besi, penolakan terhadap upaya pemerintah daerah menurut Sigmeund Freud dalam Sarlito Wirawan (2008: 137) berpendapat ada beberapa fungsi dari kelompok itu sendiri yaitu: a. Fungsi kelompok masyarakat adalah untuk menghambat dan me-repress impuls-impuls naluri perorangan. Ketertiban masyarakat ditentukan atas kemampuan ego-ego masyarakat yang bersangkutan untuk menyesuaikan dengan tuntutan masyarakat yang berlaku. b. Manusia dan lingkungan sosialnya selalu berada dalam konflik yang tiada henti. Masyarakat berada di atas kepentingan individu. c. Keadilan sosial timbul dari perasaan saling membutuhkan dan saling memenuhi antar anggota masyarakat. d. Pranata-pranata sosial seperti hukum dan agama dibentuk untuk melindungi umat manusia dan masyarakat dari perilaku dan insting-insting agresif. 12 Cathy A. Costantino, Christina Sickles Merchant. Foreword by William L. Ury. Designing Conflict Management Systems (A Guide to Creating Productive and Healthy Organizations). 12

13 Selain itu, dengan berkelompok maka pranata-pranata sosial seperti sikap sosial berdasarkan persamaan nasib dan budaya dibentuk untuk melindungi setiap anggota kelompok masyarakat dari perilaku dan insting-insting agresif yang dianggap sebagai ancaman bersama. Masyarakat menganggap dengan mereka bersatu dan membentuk PPLP-KP, mereka akan mempunyai kekuatan untuk melindungi diri dari kekhawatiran akan perasaan termarjinalkan dari tempat tinggalnya akibat adanya proyek tambang pasir besi. Dalam bukunya, Cathy A. Costantino, Christina Sickles Merchant menjelaskan bahwa terdapat enam prinsip untuk sistem penyelesaian sengketa. Adapun enam prinsip tersebut digambarkan pada gambar di bawah ini: Pertama adalah fokus terhadap kepentingan. Hal ini berarti setiap penyelesaian sengketa harus dimulai dengan proses (baik negosiasi langsung atau melalui mediasi) di mana terdapat pihak yang mencoba untuk memecahkan masalah dengan menggunakan tawar menawar berbasis kepentingan. Hal tersebut adalah cara terbaik untuk menemukan solusi yang dapat memuaskan semua pihak. Hanya ketika cara tersebut tidak berhasil, kemudian dapat beralih ke proses berbasis 13

14 hak (seperti arbitrasi) atau proses berbasis kekuasaan (seperti pemilu). Kedua, pemenuhan hak-hak berbiaya rendah dan dukungan kekuasaan. Arbitrasi, voting dan protes merupakan alternatif berbiaya rendah untuk pemenuhan hak-hak dan kontes atau ajang kekuasaan. Meskipun hal tersebut lebih banyak memerlukan biaya dibandingkan negosiasi, ketiga hal tersebut lebih menekan biaya daripada melakukan ajudikasi maupun kekerasan. Ketiga, membangun loop-back untuk negosiasi. Strategi yang berbasis hak-hak dan kekuasaan untuk menyelesaikan sengketa jarang perlu dimainkan sampai akhir. Sebaliknya, apabila telah jelas siapa yang akan menang, pihak dapat kembali (yang Cathy A. Constantino dan Sickles Merchant menyebutnya loop-back pada negosiasi untuk mengembangkan solusi yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka, serta hak-hak mereka). Sebuah contoh umum dari proses loop-back tersebut adalah ketika pihak menyelesaikan gugatan di luar pengadilan. Dengan begitu, menjadi jelas pihak yang akan menang, hal ini menguntungkan bagi kedua belah pihak untuk menghindari biaya dan ketidakpastian litigasi lebih lanjut, dan menegosiasikan solusi untuk sengketa mereka. Keempat, membangun konsultasi sebelumnya, kemudian feedback (umpan balik) setelahnya. Meningkatkan pembagian informasi adalah strategi dasar dalam mengatasi semua konflik. Mekanisme konsultasi dan umpan balik di antara pihak memberikan konsistensi dan metode pembagian informasi yang dapat diandalkan. Kelima, pengaturan prosedur dalam urutan biaya rendah hingga biaya tinggi. Sistem resolusi konflik biasanya memiliki serangkaian langkah. Jika seseorang memiliki keluhan atau konflik dengan orang lain atau suatu organisasi, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencoba menyelesaikannya sendiri, dan kemudian mencari bantuan dari seorang pengacara, dan sebagainya. Ury, Brett, dan Goldberg menyarankan bahwa dengan mengatur prosedur penyelesaian sengketa dalam urutan biaya rendah hingga ke biaya tinggi dapat mengurangi kemungkinan terjadinya eskalasi secara cepat. Meminimalkan 14

15 kecenderungan ke arah eskalasi cepat memiliki manfaat dalam mengurangi pertikaian dan meningkatkan keyakinan pada kemampuan sistem untuk menyelesaikan dasar konflik. Keenam, perlunya pemenuhan motivasi, keterampilan, dan sumber daya. Sebuah alternatif sistem dapat berfungsi hanya jika orang masuk ke dalamnya. Orang menciptakan kebiasaan, dan hal ini merupakan batas limit untuk perubahan sistemik berbasis luas. Meskipun mungkin ada perlawanan aktif dari beberapa kelompok terhadap sistem sengketa-resolusi baru, masalah yang lebih besar adalah menyebar keterampilan, pengetahuan, dan kebiasaan yang dapat memperkuat sistem baru. Hal tersebut merupakan tugas para elit dalam konflik, dan pihak ketiga sebagai penengah untuk menyediakan sumber daya dan waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kerjasama dengan sistem baru. Terdapat enam kategori yang menjadi pilihan dari Alternative Dispute Resolution (ADR) yaitu: pencegahan (preventive), negosiasi (negotiated), fasilitasi (facilitated), pencarian fakta (fact finding), penasehat (advisory), imposed. Adapun penjelasan kategori tersebut akan dijelaskan dalam gambar berikut ini: 15

16 Advisory ADR: - Early neutral evaluation - Private judging - Summary jury trials - Minitrials Imposed ADR - binding arbitration Fact finding ADR - Neutral expert fact finding - Masters Magistrates Preventive ADR - ADR clauses - Partnering - Consensus building - Negotiated rule making Facilitated ADR - Mediated - Conciliation - Ombudsperson n Negotiated ADR - Principled - Positional - Problem solving Gambar 1. Dinamika teknik Alternative Dispute Resolution (ADR) Metode preventive digunakan untuk mendahului adanya perselisihan, mekanisme penyelesaian sengketa tersebut diputuskan terlebih dahulu oleh pihak untuk mengatur cara dan upaya penanganan perselisihan atau konflik. Metode negosiasi termasuk yang didasarkan pada kepentingan (juga dikenal sebagai prinsip saling menguntungkan, winwin solution), posisi (menang-kalah didasarkan pada kekuasaan) dan pemecahan masalah (problem solving) yaitu menyepakati masalah yang akan diselesaikan serta menetapkan agenda penyelesaian masalah yang biasanya menggunakan prinsip-prinsip metode tersebut. Metode fasilitasi melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral untuk membantu pihak-pihak yang bersengketa untuk mencapai resolusi konflik yang memuaskan pihak-pihak yang bertikai. Metode pencarian fakta mungkin akan mengikat atau tidak mengikat tergantung kesepakatan yang telah disetujui para pihak yang terlibat. Metode advisory, ditandai dengan adanya keterlibatan pihak ketiga yang bersifat netral (biasanya dipilih oleh pihak-pihak yang terlibat) yang dapat mengulas aspek- 16

17 aspek sengketa dan memberikan pendapat atau nasehat untuk kemungkinan hasil yang dapat dicapai. Metode terakhir adalah imposed di mana pihak ketiga membuat keputusan yang mengikat terkait keuntungan atau manfaat dari sengketa. Perhatian ke arah penyelesaian konflik berdasarkan community based approach menjadi sebuah pilihan yang perlu dikembangkan. Peralihan paradigma pengelolaan konflik dari pendekatan kekuasaan menuju pendekatan komunitas pada awalnya harus melalui sebuah perdebatan konseptual yang panjang. Misalnya oleh Thomas Hobbes, salah satu pemikir yang menegaskan kapasitas masyarakat dalam mengatur dirinya sendiri. Penyelesaian konflik menggunakan Community Dispute Responsibility (CDR) termasuk jenis penyelesaian sengketa non litigasi karena putusannya di luar pengadilan dan bersifat informal. Meskipun begitu, keputusan yang dihasilkan tetap bersifat mengikat dan disepakati atas persetujuan masing-masing pihak yang berkonflik. Cara paling mudah dan sederhana dalam menyelesaikan konflik adalah masing-masing pihak yang berkonflik menyelesaikan konflik itu sendiri. Kemudian cara lain yang dapat digunakan adalah menggunakan jalur formal yaitu proses pengadilan dan jalur informal di mana Community Dispute Responsibility (CDR) termasuk di dalamnya. Community Dispute Responsibility (CDR) dapat dikatakan sebagai konsep yang berbentuk penyelesaian konflik melalui proses selain peradilan, melalui cara-cara yang sah menurut hukum baik berdasarkan pendekatan konsensus seperti negosiasi, mediasi dan konsiliasi maupun tidak berdasarkan konsensus seperti arbitrasi yang berlangsung atas dasar pendekatan adversarial (pertikaian) yang menyerupai proses peradilan sehingga menghasilkan adanya pihak yang menang dan pihak yang kalah. Penyelesaian konflik secara konsensus dilakukan dengan menekankan pada upaya musyawarah mufakat, kekeluargaan, perdamaian dan sebagainya. Semacam Alternative Dispute Resolution (ADR) atau dalam istilah Indonesia diterjemahkan 17

18 menjadi Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS), CDR digunakan oleh masyarakat untuk memperoleh keputusan dengan segala prosesnya dan berbagai macam cara sehingga keputusan tersebut dapat diterima oleh masing-masing pihak yang berkonflik. Dalam banyak permasalahan biasanya, orang lebih suka mengusahakan suatu dialog (musyawarah) dan meminta pihak ketiga, kepala desa atau suku untuk bertindak sebagai mediator (perantara), konsiliator atau bahkan sebagai arbiter. Dalam hal ini CDR dapat digunakan oleh komunitas-komunitas yang ada di masyarakat untuk memperoleh penyelesaian dalam suatu konflik. Komunitas masyarakat melakukan upaya untuk mendapatkan hak masyarakat yang aspirasinya disuarakan pada komunitas tersebut. Advokasi yang sudah dilakukan komunitas masyarakat seperti PPLP- KP baik advokasi dengan pemerintah setempat maupun pemerintah pusat. Bila mempersempit lingkungan organisasi maka dua orang pakar penulis dari Amerika Serikat ini yaitu, Cathy A Constantino, dan Chistina Sickles Merchant mengatakan dengan kata-kata yang lebih sederhana, bahwa konflik pada dasarnya adalah sebuah proses mengekspresikan ketidakpuasan, ketidaksetujuan, atau harapan-harapan yang tidak terealisasi. Kedua penulis tersebut sepakat bahwa konflik pada dasarnya adalah sebuah proses. 2. Manajemen Konflik Manajemen konflik adalah mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi bawahannya agar usaha yang sedang dikerjakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk dalam suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi termasuk tingkah laku dari pelaku maupun pihak luar dan cara mereka mempengaruhi kepentingan (interest) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar pihak yang berkonflik) sebagai pihak ketiga yang diperlukan 18

19 adalah informasi yang akurat tentang situasi dan kondisi konflik. Hal ini karena komunikasi afektif diantara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga. Simon Fisher (2000) menyatakan bahwa ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam usaha mengendalikan konflik dalam upaya membangun manajemen konflik. Adapun upaya-upaya tersebut antara lain: a. Pencegahan konflik yaitu suatu upaya yang bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang lebih keras. Intinya adalah berusaha agar potential conflict tidak meletus menjadi actual conflict. b. Pengelolaan konflik yaitu suatu usaha yang bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku yang positif bagi pihak-pihak yang terlibat. c. Resolusi konflik yaitu suatu bentuk usaha untuk menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan bisa bertahan lama di antara kelompok-kelompok yang bermusuhan. d. Transformasi konflik yaitu suatu upaya yang dilakukan untuk mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif. Dengan kata lain berupaya untuk mentransformasikan potential conflict menjadi hal yang positif bagi masyarakat yang bersangkutan. Misi awalnya adalah untuk memperagakan kemungkinankemungkinan merubah paradigma dan metode-metode dari penyelesaian konflik melalui konfrontasi dan permusuhan yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat dalam komunitas kearah penyelesaian dan pemecahan konflik yang lebih kontekstual dengan mengelola akar permasalahan yang menyebabkan terjadinya atau terekskalasi-nya konflik (Nasdian, 2004). 19

20 Menurut Nasdian (2004) proses mengelola konflik akhirnya melibatkan pula unsur-unsur pencegahan konflik itu sendiri (conflict anticipation), analisis konflik, penyiapan kondisi untuk menyelesaikan konflik sampai pada pelaksanaan berbagai pilihan penyelesaian termasuk misalnya melalui negosiasi. Sedangkan proses penyelesaian konflik dilakukan dengan mendayagunakan pertemuan-pertemuan diupayakan utnuk mencapai rekonsiliasi atau perdamaian, pemecahan perselisihan dan penyelesaian bersama. Pada kesempatan tersebut dapat pula dilakukan proses-proses lain seperti mediasi, fasilitasi dan negosiasi. Keterampilan manajemen konflik untuk mengubah situasi konflik menjadi sesuatu yang produktif. Sebuah konflik yang awalnya sangat sederhana tetapi apabila tidak segera diselesaikan atau salah dalam melakukan pendekatan penyelesaian maka konflik tersebut dapat menjadi sebuah konflik yang rumit dan kompleks sehingga sulit untuk diselesaikan dan menemukan jalan tengah yang bersifat win-win solution. Fisher mempunyai pandangan bahwa resolusi konflik menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama di antara kelompok-kelompok yang bermusuhan. Apabila konflik sudah mencapai kesepakatan atau konsensus maka tidak akan berdampak pada konflik yang berkelanjutan sehingga kedua belah pihak merasa tidak direndahkan dan dipermalukan dengan adanya kesepakatan bersama atau konsensus yang telah disetujui. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa konflik dapat diselesaikan apabila masing-masing pihak dapat melakukan perubahan terhadap posisi, kepentingan dan pola pikir masing-masing pihak. Resolusi konflik adalah upaya menemukan cara agar dapat bergerak dari posisi yang zero sum dan destruktif menuju kondisi positif sum dan konstruktif. Tujuannya adalah membangun proses penyelesaian konflik yang dapat diterima oleh semua pihak dan efektif 20

21 dalam menyelesaikan konflik (Azar dan Burton, 1986). Resolusi konflik dimaksudkan Burton sebagai upaya transformasi hubungan yang berkaitan dengan mencari jalan keluar dari suatu perilaku konfliktual sebagai suatu hal yang utama. Ada perbedaan antara resolusi sebagai perlakuan (treatment) terhadap persoalan akar konflik dengan resolusi sebagai penanganan (settlement) konflik dengan caracara paksa (coercive) atau dengan cara tawar-menawar (bargaining) atau perundingan (negotiation). Beberapa strategi yang dilakukan untuk melakukan pengembangan resolusi konflik antara lain yaitu Konsiliasi di mana semua pihak berdiskusi dan berdebat secara terbuka untuk mencapai kesepakatan tanpa ada pihak-pihak yang mendominasi dan memonopoli pembicaraan bahkan memaksakan kehendak. (Dahrendorf, 1959). Konsiliasi dilakukan dengan mengidentifikasi masalah serta memahami fakta dan keadaan, mendiskusikan masalah, merundingkan penyelesaian konflik dan memahami kebutuhan masing-masing pihak sehingga dapat dicapai kesepakatan yang disetujui satu sama lain. Kemudian Mediasi di mana kedua pihak mencari pihak ketiga sebagai mediator atau penasehat namun rujukan atau nasehatnya tidak bersifat mengikat (Dahrendorf, 1959). Mediasi juga merupakan intervensi pihak ketiga dalam konflik yang tujuannya membawa konflik pada suatu kesepakatan yang dapat diterima oleh masing-masing pihak dan konsisten dengan apa yang telah disepakati bersama. Manajemen konflik yang dilakukan dalam konteks ini dilakukan oleh komunitas sehingga dikatakan sebagai manajemen konflik berbasis komunitas. PPLP-KP sebagai komunitas masyarakat yang berupaya menyambung lidah masyarakat baik pada pihak perusahaan maupun pada pemerintah. PPLP-KP mempunyai banyak fungsi dan juga peran jika dilihat dari perspektif masyarakat. Selain itu, PPLP-KP juga memanfaatkan atau menginstrumentasikan CDR (Community Dispute Responsibility) sebagai upaya untuk melakukan manajemen konflik agar menemukan jalan tengah antara pemerintah, korporasi, masyarakat dan stakeholder lainnya yang terkait dengan konflik tersebut. 21

22 Berhubung konflik yang terjadi bukan hanya konflik vertikal saja tetapi juga konflik horizontal sehingga dibutuhkan instrumentasi suatu upaya yang disebut CDR (Community Dispute Responsibility). Konflik yang muncul ke permukaan tidak hanya berupa aksi perlawanan petani kepada pemerintah terkait dengan kegiatan proyek tambang pasir besi tetapi juga konflik-konflik lain dengan korporasi dan juga pihak-pihak lain yang terkait dengan penambangan pasir besi. Keterlibatan masyarakat yang diwakili suaranya oleh komunitas masyarakat sangat berperan dalam instrumentasi CDR (Community Dispute Responsibility) dalam manajemen konflik berbasis komunitas di tambang pasir besi Kulon Progo. 3. Resolusi Konflik Robbins (1996) dalam Organization Behavior menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Sedangkan teori sumber konflik seperti yang dikemukakan Fisher, et al (2000: 8-9) adalah: a. Teori hubungan masyarakat, yang menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sasarannya yaitu meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok yang mengalami konflik, serta mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di dalamnya. b. Teori kebutuhan manusia, menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi inti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi. Sasarannya adalah mengidentifikasi dan 22

23 mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, serta menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan itu. c. Teori negosiasi prinsip, menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. Sasarannya adalah membantu pihak yang berkonflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan proses kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak. d. Teori identitas, berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan. Sasarannya adalah melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik, sehingga dapat mengidentifikasi ancaman dan ketakutan di antara pihak tersebut dan membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka. e. Teori kesalahpahaman antar budaya, berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. Sasarannya adalah menambah pengetahuan kepada pihak yang berkonflik mengenai budaya pihak lain, mengurangi stereotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain, meningkatkan keefektifan komunikasi antar budaya. f. Teori transformasi konflik, berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi. Sasarannya adalah mengubah struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan termasuk kesenjangan ekonomi, meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang di antara pihak yang berkonflik, mengembangkan proses dan sistem untuk 23

24 mempromosikan pemberdayaan, keadilan, perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi, pengakuan. Sedangkan resolusi konflik merupakan bagian dari manajemen konflik yang sangat penting. Selain resolusi konflik juga terdapat pencegahan dan transformasi konflik. Ketiga hal tersebut mempunyai peran penting dalam proses manajemen konflik. Bloomfield dan Reilly (1998) 13 mengemukakan bahwa: Conflict management is the positive and constructive handling of difference and divergence. Rather than advocating methods for removing conflict, (it) addresses the more realistic question of managing conflict: how to deal with it in a constructive way, how to bring opposing sides together in a cooperative process, how to design a practical, achievable, cooperative system for constructive management of difference. Resolusi dalam Webster Dictionary menurut Levine (1998: 3) adalah tindakan mengurai suatu permasalahan, pemecahan, penghapusan atau penghilangan permasalahan. Resolusi konflik adalah upaya menemukan cara agar dapat bergerak dari posisi yang zero sum dan destruktif menuju kondisi positif sum dan konstruktif. Tujuannya adalah membangun proses penyelesaian konflik yang dapat diterima oleh semua pihak dan efektif dalam menyelesaikan konflik (Azar dan Burton, 1986). Mengenai resolusi konflik dalam kenyataan banyak dilakukan dengan cara represif dan jarang dilakukan dengan memanfaatkan potensi pengetahuan lokal. Teori resolusi konflik dikembangkan dari teori atau pendekatan konflik itu sendiri. Miall, Ramsbotham dan Woodhouse (2000:7-33), menawarkan banyak alternatif tentang resolusi konflik, mulai dari pemikiran klasik hingga pada pemikiran kontemporer. Pemikiran resolusi konflik berangkat dari asumsi bahwa konflik sebagai aspek 13 D. Bloomfield and Ben Reilly The Changing Nature of Conflict and Conflict Management. In Peter Harris and Ben Reilly (1998) Democracy in Deep-rooted Conflict. Stockholm: Institute for Democracy and Electoral Assistance (IDEA), hlm

25 intrinsik yang tidak mungkin dihindarkan dari perubahan sosial. Weitzman & Weitzman (dalam Morton & Coleman 2000: 197) mendefinisikan resolusi konflik sebagai sebuah tindakan pemecahan masalah bersama (solve a problem together). Berbeda dengan Fisher et al (2001: 7) yang menjelaskan bahwa resolusi konflik adalah usaha menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama diantara kelompok-kelompok yang berseteru. Menurut Mindes (2006: 24) resolusi konflik merupakan kemampuan untuk menyelesaikan perbedaan dengan yang lainnya dan merupakan aspek penting dalam pembangunan sosial dan moral yang memerlukan keterampilan dan penilaian untuk bernegoisasi, kompromi serta mengembangkan rasa keadilan. Dari pemaparan teori menurut para ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan resolusi konflik adalah suatu cara individu untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dengan individu lain secara sukarela. Sedangkan Bodine dan Crawford (Jones dan Kmitta, 2001: 2) merumuskan beberapa macam kemampuan yang sangat penting dalam menumbuhkan inisiatif resolusi konflik antara lain: a. Kemampuan orientasi Kemampuan orientasi dalam resolusi konflik meliputi pemahaman individu tentang konflik dan sikap yang menunjukkan anti kekerasan, kejujuran, keadilan, toleransi, harga diri. b. Kemampuan persepsi Kemampuan persepsi adalah suatu kemampuan seseorang untuk dapat memahami bahwa tiap individu dengan individu yang lainnya berbeda, mampu melihat situasi seperti orang lain melihatnya (empati) dan menunda untuk menyalahkan atau memberi penilaian sepihak. c. Kemampuan emosi 25

26 Kemampuan emosi dalam resolusi konflik mencakup kemampuan untuk mengelola berbagai macam emosi, termasuk di dalamnya rasa marah, takut, frustasi dan emosi negatif lainnya. d. Kemampuan komunikasi Kemampuan komunikasi dalam resolusi konflik meliputi kemampuan mendengarkan orang lain yaitu memahami lawan bicara, berbicara dengan bahasa yang mudah dipahami dan meresume atau menyusun ulang pernyataan yang bermuatan emosional ke dalam pernyatan yang netral atau kurang emosional. e. Kemampuan berfikir kreatif Kemampuan berfikir kreatif dalam resolusi konflik meliputi kemampuan memahami masalah untuk memecahkan masalah dengan berbagi macam alternatif jalan keluar. f. Kemampuan berfikir kritis Kemampuan berfikir kritis dalam resolusi konflik yaitu suatu kemampuan untuk memprediksi dan menganalisis situasi konflik yang sedang dialami. Tidak jauh berbeda, Scannell (2010: 18) juga menyebutkan aspek-aspek yang mempengaruhi individu untuk dapat memahami dan meresolusi sebuah konflik meliputi keterampilan berkomunikasi, kemampuan menghargai perbedaan, kepercayaan terhadap sesama dan kecerdasan emosi. Oleh karena itu, dari pemaparan ahli tersebut di atas dapat diketahui bahwa dalam proses resolusi konflik diperlukan kemampuan-kemampuan tertentu untuk mencari solusi konflik secara konstruktif. Kemampuan tersebut diantaranya adalah kemampuan orientasi, kemampuan persepsi atau menghargai perbedaan, kemampuan emosi atau kecerdasan emosi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan berfikir kritis. 26

27 Resolusi konflik juga menyarankan penggunaan cara-cara yang lebih demokratis dan konstruktif untuk menyelesaikan konflik dengan memberikan kesempatan pada pihak-pihak yang berkonflik untuk memecahkan masalah mereka oleh mereka sendiri atau dengan melibatkan pihak ketiga yang bijak, netral dan adil untuk membantu pihak-pihak yang berkonflik memecahkan masalahnya. Resolusi konflik dimaksudkan Burton sebagai upaya transformasi hubungan yang berkaitan dengan mencari jalan keluar dari suatu perilaku konfliktual sebagai suatu hal yang utama. Secara umum penyelesaian konflik dapat dilakukan melalaui dua cara yaitu melalui mekanisme pengadilan (litigation process) dan penyelesaian di luar pengadilan (non litigation process). Akan tetapi proses litigasi mendapat banyak protes. Menurut (Wijoyo, 1998) terdapat proses pengadilan adversarial atau berlangsung atas dasar saling bermusuhan atau pertikaian antara para pihak. Proses pengadilan selalu menghasilkan bentuk penyelesaian yang menempatkan salah satu pihak sebagai pemenang (a winner) dan pihak lain sebagai pihak yang kalah (a loser). Dengan dasar asumsi itu penyelesaian konflik mencari bentuk lain yaitu penyelesaian di luar pengadilan ini dikenal dengan nama Alternative Dispute Resolution. Konsep Alternative Dispute Resolution ini merupakan ekspresi responsif atas ketidakpuasan penyelesaian konflik melalui proses litigasi yang konfrontatif. Ada perbedaan antara resolusi sebagai perlakuan (treatment) terhadap persoalan akar konflik dengan resolusi sebagai penanganan (settlement) konflik dengan cara-cara paksa (coercive) atau dengan cara tawar-menawar (bargaining) atau perundingan (negotiation). Pada hakekatnya resolusi konflik dipandang sebagai upaya penanganan sebab akibat konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama di antara kelompokkelompok bermusuhan. Beberapa strategi yang dilakukan untuk melakukan pengembangan resolusi konflik antara lain yaitu konsiliasi di mana semua pihak berdiskusi dan berdebat secara terbuka untuk mencapai kesepakatan tanpa ada pihak-pihak yang mendominasi dan 27

28 memonopoli pembicaraan bahkan memaksakan kehendak (Dahrendorf, 1959). Konsiliasi dilakukan dengan mengidentifikasi masalah serta memahami fakta dan keadaan, mendiskusikan masalah, merundingkan penyelesaian konflik dan memahami kebutuhan masing-masing pihak sehingga dapat dicapai kesepakatan yang disetujui satu sama lain. Kemudian mediasi di mana kedua pihak mencari pihak ketiga sebagai mediator atau penasehat namun rujukan atau nasehatnya tidak bersifat mengikat (Dahrendorf, 1959). Mediasi juga merupakan intervensi pihak ketiga dalam konflik yang tujuannya membawa konflik pada suatu kesepakatan yang dapat diterima oleh masing-masing pihak dan konsisten dengan apa yang telah disepakati bersama. Selain itu, karena pentingnya keberimbangan kekuatan bagi resolusi konflik, bukan tidak biasa jika pihak ketiga bersikap memihak di dalam kontroversi yang mereka tengahi. Sebelum pihak-pihak yang berkonflik termotivasi untuk berusaha menuju ke arah penyelesaian, mereka seringkali perlu merasakan bahwa diri dan lawannya memiliki kekuatan yang relatif berimbang. Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh pihak ketiga dalam hal ini adalah menyeimbangkan situasi yang menampakkan adanya perbedaan kekuatan dengan memihak kepada pihak yang lebih lemah, paling tidak untuk sementara. Pelaku konflik memandang diri mereka memiliki kekuatan yang seimbang mungkin akan melihat situasi ini sebagai kemandekan yang mendorong mereka untuk menerapkan taktik-taktik problem solving, termasuk berkolaborasi dengan pihak ketiga. Sebagai contoh, dengan menyarankan agar pembicaraan dilakukan di tempat pihak yang lebih lemah atau bahkan dengan menampakkan sikap lebih cocok dengan kepentingan dan pendirian pihak yang lebih lemah, pihak ketiga mungkin akan mampu menciptakan kondisi yang lebih ideal untuk melakukan problem solving. 14 Dahrendorf menjelaskan konflik sangat erat berkaitan dengan dua hal yaitu otoritas atau kekuasaan dan kepentingan. Menurut 14 G. Pruitt, Jeffrey Z. Rubin Social Conflict (Escalation, Stalemate and Settlement). McGraw-Hill, Inc. 28

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi

Lebih terperinci

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis P R E P A R E D B Y : I R M A M. N A W A N G W U L A N, M B A M G T 4 0 1 - H U K U M B I S N I S S E M E S T E R G A N J I L 2 0 1 4 U N I V E R S

Lebih terperinci

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Litigasi atau jalur pengadilan merupakan suatu proses gugatan atas suatu konflik yang diritualisasikan yang menggantikan konflik sesungguhnya, dimana para pihak

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Resolusi dan Alternatif Resolusi Konflik (1) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu menentukan alternatif resolusi konflik

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami

BAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami BAB VI KESIMPULAN Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami perubahan. Pada awalnya strategi perlawanan yang dilakukan PPLP melalui tindakan kolektif tanpa kekerasan (nonviolent).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial-politik (Kornblurn,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial-politik (Kornblurn, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang bersosial dan berpolitik serta menjadi pendorong dalam dinamika

Lebih terperinci

Moh Jamin, SH,MH Fakultas Hukum UNS

Moh Jamin, SH,MH Fakultas Hukum UNS Moh Jamin, SH,MH Fakultas Hukum UNS Pengantar SENGKETA Keadaan yang mencerminkan para pihak mempunyai masalah, yaitu menghendaki pihak lain berbuat atau tidak berbuat sesuatu, tetapi pihak lain menolak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. upaya pemerintah dalam meningkatkan transportasi penerbangan untuk kawasan Jawa

BAB V PENUTUP. upaya pemerintah dalam meningkatkan transportasi penerbangan untuk kawasan Jawa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berawal dari kebijakan pemerintah terkait dengan relokasi pembangunan bandara baru Internasional di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI. Lucky B Pangau,SSos MM HP : Lucky B Pangau.

Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI. Lucky B Pangau,SSos MM   HP : Lucky B Pangau. Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI Lucky B Pangau,SSos MM E-mail : lucky_pangau@yahoo.com HP : 0877 3940 4649 Lucky B Pangau Seni Negosiasi 1 NEGOSIASI Adalah proses komunikasi yang gunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM SEMINAR DAN WORKSHOP Proses Penanganan Kasus Perkara dengan Perspektif dan Prinsip Nilai HAM untuk Tenaga Pelatih Akademi Kepolisian Semarang Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 7-9 Desember 2016 MAKALAH

Lebih terperinci

LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT (LKTL) LGM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Tanggal, 10 s/d 12 April 2015 MANAJEMEN KONFLIK

LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT (LKTL) LGM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Tanggal, 10 s/d 12 April 2015 MANAJEMEN KONFLIK LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT (LKTL) LGM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Tanggal, 10 s/d 12 April 2015 MANAJEMEN KONFLIK Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Rencana penambangan pasir besi di Kabupaten Kulon Progo merupakan tujuan dari Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Tujuan dari penambangan pasir besi adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dengan berbagai cara. Bidang industri dan pertambangan dipercaya cukup efektif

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dengan berbagai cara. Bidang industri dan pertambangan dipercaya cukup efektif 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Persaingan di bidang perekonomian di dunia semakin ketat, tidak terkecuali dengan Indonesia yang berupaya meningkatkan kemampuan di bidang ekonomi dengan berbagai cara.

Lebih terperinci

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa Disusun Oleh: Raden Zulfikar Soepinarko Putra 2011 200 206 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 KONFLIK ORGANISASI Salah satu yang sering muncul dalam upaya melakukan inovasi organisasi adalah terjadinya konflik di dalam organisasi. Sebagaimana lazim diketahui bahwa suatu organisasi secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang tidak sedikit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki posisi geografis dan geopolitik yang sangat strategis disertai dengan karunia berupa sumber daya alam yang melimpah dan jumlah

Lebih terperinci

POLA PENCARIAN INFORMASI MASYARAKAT PESISIR PANTAI KABUPATEN KULON PROGO

POLA PENCARIAN INFORMASI MASYARAKAT PESISIR PANTAI KABUPATEN KULON PROGO POLA PENCARIAN INFORMASI MASYARAKAT PESISIR PANTAI KABUPATEN KULON PROGO dalam MENGAMBIL KEPUTUSAN TERKAIT dengan PROYEK TAMBANG PASIR BESI di KABUPATEN KULON PROGO Oleh Christina Tyas Utami Ari Murti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik 1. Pengertian Konflik merupakan sesuatu yang tidak bisa terhindarkan dalam kehidupan manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara yang dapat

Lebih terperinci

Cara penyelesaian dengan melibatkan pihak ketiga, yaitu pihak ketiga yang dapat diterima (acceptable). Artinya para pihak yang berkonflik mengizinkan

Cara penyelesaian dengan melibatkan pihak ketiga, yaitu pihak ketiga yang dapat diterima (acceptable). Artinya para pihak yang berkonflik mengizinkan Cara penyelesaian dengan melibatkan pihak ketiga, yaitu pihak ketiga yang dapat diterima (acceptable). Artinya para pihak yang berkonflik mengizinkan keterlibatan pihak ketiga untuk membantu mencapai penyenyelesaian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif dan metode penelitian hukum sosiologis. Penelitian hukum normatif mengkaji data-data sekunder di bidang

Lebih terperinci

Bimbingan dan Konseling Sosial

Bimbingan dan Konseling Sosial Bimbingan dan Konseling Sosial Situasi Sosial Situasi yang menggambarkan adanya interaksi antar individu, yang didalamnya terdapat sikap saling mempengaruhi. Situasi dalam keanekaragaman. Konflik Kata

Lebih terperinci

KONFLIK DAN NEGOSIASI

KONFLIK DAN NEGOSIASI BAB XI KONFLIK DAN NEGOSIASI Konflik Definisi Konflik Proses yang dimulai ketika satu pihak menganggap pihak lain secara negatif mempengaruhi atau akan secara negatif mempengaruhi sesuatu yang menjadi

Lebih terperinci

BAB 5. Gagasan tentang Pendidikan Resolusi Konflik

BAB 5. Gagasan tentang Pendidikan Resolusi Konflik BAB 5 Gagasan tentang Pendidikan Resolusi Konflik Strategi Umum Manajemen dan Resolusi Konflik Negosiasi suatu proses pemecahan masalah secara sukarela antara pihak-pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan : melihat dinamika konflik Desa Kalirejo sebagai proses pembelajaran masyarakat Desa Kalirejo

BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan : melihat dinamika konflik Desa Kalirejo sebagai proses pembelajaran masyarakat Desa Kalirejo BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis menyimpulkan jawaban dari rumusan masalah terkait bagaimana dinamika konflik vertikal dan horizontal yang terjadi di Desa Kalirejo, serta resolusinya yang sudah dijalankan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. utama yang menjadi akar permasalahan konflik. Pada bab kedua naskah ini telah

BAB V PENUTUP. utama yang menjadi akar permasalahan konflik. Pada bab kedua naskah ini telah BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa terkait konflik pada tambang emas Tumpang Pitu di Kabupaten Banyuwangi yang telah dituliskan di bab sebelumnya, maka pada kesimpulan ini diperlukan elaborasi

Lebih terperinci

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN Modul ke: DIPLOMASI Metode Pertarungan dan Penutupan Negosiasi: 1.Mengenal metode pertarungan dan taktik negosiasi. 2.Menghadapi metode pertarungan. 3.Penutupan negosiasi Fakultas

Lebih terperinci

Negosiasi Bisnis. Minggu-11: Agen, Konstituen, dan Khalayak. By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: ,

Negosiasi Bisnis. Minggu-11: Agen, Konstituen, dan Khalayak. By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: , Negosiasi Bisnis Minggu-11: Agen, Konstituen, dan Khalayak By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: 08122035131, Email: ailili1955@gmail.co.id Jumlah Pihak Dalam Negosiasi Negosiasi antar dua orang negosiator.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. menyuarakan penolakannya. Penolakan yang didasari atas kearifan lokal terhadap

BAB VI PENUTUP. menyuarakan penolakannya. Penolakan yang didasari atas kearifan lokal terhadap BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kemenangan yang diraih masyarakat kontra semen terhadap PT. Semen Gresik, tidak terlepas dari peran penting masyarakat Sedulur Sikep dalam menyuarakan penolakannya. Penolakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP I. KESIMPULAN

BAB V PENUTUP I. KESIMPULAN BAB V PENUTUP I. KESIMPULAN Pada bagian awal penelitian ini peneliti sudah menjelaskan bahwa melalui penelitian ini peneliti ingin mencari tahu bagaimana komunikasi resolusi konflik yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: harga tanah. Lembaga pertanahan berkewajiban untuk melakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: harga tanah. Lembaga pertanahan berkewajiban untuk melakukan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada Bab IV, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Aktor Penyelenggara Pengadaan Tanah

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS

MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS APA YANG DIMAKSUD DENGAN KONFLIK? BEBERAPA PENGERTIAN : *Konflik adalah perjuangan yang dilakukan secara sadar dan langsung antara individu dan atau

Lebih terperinci

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No. Pengertian Mediasi Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu kekayaan alam atau sumber daya alam yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia adalah tanah. Manusia hidup

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Proyek Tambang Pasir Besi di Kulon Progo

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Proyek Tambang Pasir Besi di Kulon Progo BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Proyek Tambang Pasir Besi di Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo memiliki banyak potensi kekayaan sumber daya alam. Oleh sebab itu, pemerintah Kabupaten Kulon Progo melakukan

Lebih terperinci

In House Training Pengenalan Konflik, ADR, Negosiasi dan Mediasi. Manado Rabu, 03 Juni 2015

In House Training Pengenalan Konflik, ADR, Negosiasi dan Mediasi. Manado Rabu, 03 Juni 2015 In House Training Pengenalan Konflik, ADR, Negosiasi dan Mediasi Manado Rabu, 03 Juni 2015 Memahami Konflik Negosiasi dan Teknik Negosiasi ADR Mediasi Dan Teknik Mediasi DELAPAN JAM Mulai jam 09.00 Berakhir

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURE PENYELESAIAN KONFLIK EKSTERNAL

STANDARD OPERATING PROCEDURE PENYELESAIAN KONFLIK EKSTERNAL PAGE : 1 of 6 1. TUJUAN Tujuan dari dokumen ini adalah untuk menetapkan prosedur yang berkaitan dengan konflik eksternal yang timbul antara pihak-pihak luar dan perusahaan. 2. RUANG LINGKUP SOP ini digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki

Lebih terperinci

SISTEMATIKAN PEMBAHASAN I. ENVIRONMENTAL DISPUTE RESOLUTON SECARA UMUM 11/10/2011

SISTEMATIKAN PEMBAHASAN I. ENVIRONMENTAL DISPUTE RESOLUTON SECARA UMUM 11/10/2011 ENVIRONEMNTAL DISPUTE RESOLUTION Wiwiek iek Awiati SISTEMATIKAN PEMBAHASAN Environmental Dispute Resolution (EDR) secara umum Environmental Dispute Resolution (EDR) dalam sengketa Lingkungan Hak Gugat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik dan ekologis.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik dan ekologis. BAB I PENDAHULUAN Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia di muka bumi. Tanah menjadi kebutuhan dasar manusia sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia membutuhkan tanah untuk tempat

Lebih terperinci

8 KESIMPULAN DAN SARAN

8 KESIMPULAN DAN SARAN 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dalam konteks kelembagaan pengelolaan hutan, sistem pengelolaan hutan bukan hanya merupakan representasi keberadaan lembaga regulasi negara, melainkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Setiap perbuatan dan tindakan yang dilakukan oleh warga negara haruslah didasarkan pada hukum. Penegakan hukum berada diatas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi BAB IV ANALISIS A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara umum mediasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2012 SOSIAL. Stabilitas Nasional. Konflik. Penanganan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5315) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

CARA MENYELESAIKAN SENGKETA DALAM EKONOMI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis

CARA MENYELESAIKAN SENGKETA DALAM EKONOMI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis CARA MENYELESAIKAN SENGKETA DALAM EKONOMI MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis Dosen Pengampu: Ahmad Munir SH, MH. Oleh: Kelompok 9 Isti anatul Hidayah (15053012)

Lebih terperinci

Pengantar Negosiasi. Wiwiek Awiati & Fatahillah. Indonesian Institute for Conflict Transformation (IICT

Pengantar Negosiasi. Wiwiek Awiati & Fatahillah. Indonesian Institute for Conflict Transformation (IICT Pengantar Negosiasi Wiwiek Awiati & Fatahillah Indonesian Institute for Conflict Transformation (IICT Negosiasi - Pengertiannya Metode penyelesaian sengketa yang paling dasar, sederhana, dan tidak formal.

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A.

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A. BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 6 M E D I A S I A. Pengertian dan Karakteristik Mediasi Mediasi berasal dari bahasa Inggris mediation atau penengahan, yaitu penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Keamanan pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi setiap negara. World Trade Organization (WTO) adalah organisasi internasional yang sejak tahun 1995 memiliki peran sentral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil.

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum (Pasal 1 ayat (3). Ketentuan tersebut merupakan landasan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KISAH. 1. Menunjuk Ketua Suku dan Dukun. 2. Mendandani Ketua Suku dan Dukun sesuai Adat Suku. 3. Membuat Yel-yel Suku.

LATAR BELAKANG KISAH. 1. Menunjuk Ketua Suku dan Dukun. 2. Mendandani Ketua Suku dan Dukun sesuai Adat Suku. 3. Membuat Yel-yel Suku. LATAR BELAKANG KISAH 1. Menunjuk Ketua Suku dan Dukun (syaratnya : harus mempunyai kemampuan negosiasi dan mengartikulasikan pendapat dengan baik) 2. Mendandani Ketua Suku dan Dukun sesuai Adat Suku (bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya tidak ada seorang pun yang menghendaki terjadinya sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan hukum, masing-masing pihak harus mengantisipasi

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web:

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web: Extracted from Democratic Accountability in Service Delivery: A practical guide to identify improvements through assessment (Bahasa Indonesia) International Institute for Democracy and Electoral Assistance

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47 Pengertian Mediasi Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah

Lebih terperinci

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap pencari keadilan dimanapun. Undang-Undang Nomor 48 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat adat yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat adat yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini terlihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Mediasi sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan sengketa sebenarnya sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dalam berbagai kepercayaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses

Lebih terperinci

PENANGANAN KONFLIK NON LAHAN (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT

PENANGANAN KONFLIK NON LAHAN (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT Halaman: 1 dari10 (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN Dibuat Oleh Direview oleh Disahkan oleh 1 Halaman: 2 dari10 Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh 2 Halaman:

Lebih terperinci

Team Building & Manajeman Konflik

Team Building & Manajeman Konflik Team Building & Manajeman Konflik www.kahlilpooh.wordpress.com SEMUA TENTANG PASKIBRA, PASKIBRAKA & OSIS KOTA MAGELANG PERSAHABATAN, YANG MERUPAKAN IKATAN SUCI, AKAN LEBIH SAKRAL DENGAN ADANYA KESULITAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego Buay Subing di Desa Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur yang

Lebih terperinci

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM KONFLIK

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM KONFLIK PERAN KEPEMIMPINAN DALAM KONFLIK PENGERTIAN KONFLIK Konflik (menurut bahasa) adalah perbedaan, pertentangan dan perselisihan. Konflik pertentangan dalam hubungan kemanusiaan (intrapersonal dan interpersonal)

Lebih terperinci

Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : Pertanyaan:

Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : Pertanyaan: Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : 14121005 Pertanyaan: 1. Jelaskan pengertian konflik dan cara pandang konflik? 2. Jelaskan jenis, sebab dan proses terjadinya konflik? 3. Jelaskan

Lebih terperinci

PENUTUP. Degradasi Lahan dan Air

PENUTUP. Degradasi Lahan dan Air BAB VI PENUTUP Air dan lahan merupakan dua elemen ekosistem yang tidak terpisahkan satu-sama lain. Setiap perubahan yang terjadi pada lahan akan berdampak pada air, baik terhadap kuantitas, kualitas,

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS 17 BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori Ralf Dahendrof. Karena, teori Dahendrof berhubungan dengan fenomena sosial masyarakat salah satunya adalah teori

Lebih terperinci

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut. MEDIASI Pengertian Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. 1 Menurut. perwujudannya secara mudah. 2

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. 1 Menurut. perwujudannya secara mudah. 2 21 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Teori Konflik 1. Pengertian Konflik Menurut Webster, istilah conflict di dalam bahasa aslinya berarti suatu perkelaian, peperangan, atau perjuangan. Konflik adalah persepsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara Konstitusional dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 pada pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa: Bumi dan air dan kekayaan

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan Tol dalam mengelola konflik. Konflik yang dimaksud yaitu menyangkut upaya

BAB I PENDAHULUAN. jalan Tol dalam mengelola konflik. Konflik yang dimaksud yaitu menyangkut upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tesis ini bertujuan untuk melihat dinamika konflik serta membahas mengenai bagaimana upaya-upaya yang dilakukan peruahaan Jasa Marga sebagai pengelola jalan

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

Business Law PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS (ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION (ADR) DAN ARBITRASE) ANDRI HELMI M, SE., MM 1

Business Law PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS (ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION (ADR) DAN ARBITRASE) ANDRI HELMI M, SE., MM 1 Business Law PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS (ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION (ADR) DAN ARBITRASE) ANDRI HELMI M, SE., MM 1 Definisi dan jenis penyelesaian sengketa bisnis Bipartit Mediasi adalah proses penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari.

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat melahirkan berbagai macam bentuk kerjasama di bidang bisnis. Apabila kegiatan bisnis meningkat, maka sengketa

Lebih terperinci

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan Yogyakarta, 21-22 Juni 2010 MAKALAH Otda & Konflik Tata Ruang Publik Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM Otda & Konflik Tata Ruang Publik Wawan Mas udi JPP Fisipol

Lebih terperinci

Nama: Anton Rahmat Riyadi NIM :

Nama: Anton Rahmat Riyadi NIM : Nama: Anton Rahmat Riyadi NIM : 14122059 1. Jelaskan pengertian konflik dan cara pandang konflik 2. Jelaskan jenis, sebab, dan proses terjadinya konflik 3. Jelaskan hubungan konflik dan kinerja di perusahaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK ENI WIDIASTUTI

MANAJEMEN KONFLIK ENI WIDIASTUTI MANAJEMEN KONFLIK ENI WIDIASTUTI Definisi: Perselisihan internal maupun eksternal akibat adanya perbedaan gagasan, nilai atau perasaan antar 2 orang atau lebih. (Marquis dan Huston, 2010) Konflik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan rejim ekonomi politik di Indonesia yang terjadi satu dasawarsa terakhir dalam beberapa hal masih menyisakan beberapa permasalahan mendasar di negeri ini.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Teori Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, antar kelompokkelompok

Lebih terperinci

Negosiasi dengan Hati

Negosiasi dengan Hati Negosiasi Tanpa kita sadari, setiap hari kita sesungguhnya selalu melakukan negosiasi. Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek kehidupan kita. Selain itu

Lebih terperinci

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN Modul ke: ORGANIZATION THEORY AND DESIGN Manajemen Konflik Fakultas Pascasarjana Dr. Mochammad Mukti Ali, ST., MM. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Mata Kuliah OTD Daftar Isi Silabus

Lebih terperinci

Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI

Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI Peranan Dinas Tenaga Kerja Dalam Penyelesaian Hubungan Industrial Di Kota Pematangsiantar Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI Abstrak Beragam permasalahan melatarbelakangi konflik Hubungan

Lebih terperinci

TERMOTIVASI UNTUK MENGELUARKAN IDE-IDENYA DAN MENGUJINYA SERTA MENULARKAN DAN MENGEMBANGKAN POTENSI DIRINYA SECARA MAKSIMAL.

TERMOTIVASI UNTUK MENGELUARKAN IDE-IDENYA DAN MENGUJINYA SERTA MENULARKAN DAN MENGEMBANGKAN POTENSI DIRINYA SECARA MAKSIMAL. 9. TIM DIHARGAI ATAS HASIL YANG SANGAT BAIK, DAN SETIAP Anggota DIPUJI ATAS KONTRIBUSI PRIBADINYA. 10. Anggota KELOMPOK TERMOTIVASI UNTUK MENGELUARKAN IDE-IDENYA DAN MENGUJINYA SERTA MENULARKAN DAN MENGEMBANGKAN

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataan sehari-hari permasalahan waris muncul dan dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataan sehari-hari permasalahan waris muncul dan dialami oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kenyataan sehari-hari permasalahan waris muncul dan dialami oleh seluruh lapisan masyarakat. Berbagai kasus yang menyangkut sengketa waris tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diakui dan dihormatinya satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa di Indonesia merupakan perwujudan penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Resolusi dan Alternatif Resolusi Konflik (3) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu menentukan alternatif resolusi konflik

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak

Lebih terperinci

MEMAHAMI KONFLIK DALAM KEBIJAKAN PUBLIK

MEMAHAMI KONFLIK DALAM KEBIJAKAN PUBLIK BAB I MEMAHAMI KONFLIK DALAM KEBIJAKAN PUBLIK A. Latar Belakang Kebijakan publik merupakan sebuah produk yang dihasilkan oleh pemerintah. Kebijakan ini selalu berhubungan dengan masyarakat, sebagai sasaran

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI UNIT KONDOTEL. Dalam perspektif hukum perjanjian, sebagaimana diketahui perikatan yang

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI UNIT KONDOTEL. Dalam perspektif hukum perjanjian, sebagaimana diketahui perikatan yang BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI UNIT KONDOTEL 1. Hak- hak dan kewajiban dari pembeli unit kondotel Dalam perspektif hukum perjanjian, sebagaimana diketahui perikatan yang dilahirkan dari perjanjian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 No.03,2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. KEKAYAAN DESA. KEUANGAN DESA. Badan Usaha, Milik, Desa. ( Penjelasan ada dalam Tambahan

Lebih terperinci

Kualitas Komunikasi Interpersonal Atasan Bawahan di PT Kuala Pelabuhan Indonesia. Oleh: Praycy Yohana Wantah. Gregoria Arum Yudarwati

Kualitas Komunikasi Interpersonal Atasan Bawahan di PT Kuala Pelabuhan Indonesia. Oleh: Praycy Yohana Wantah. Gregoria Arum Yudarwati Kualitas Komunikasi Interpersonal Atasan Bawahan di PT Kuala Pelabuhan Indonesia Oleh: Praycy Yohana Wantah Gregoria Arum Yudarwati Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

merasa perlu untuk menawar kembali

merasa perlu untuk menawar kembali Negosiasi merupakan kata serapan bahasa inggris yang berasal dari kata negotiate yang berarti : merundingkan, bermusyawarah. Negosiasi adalah suatu cara untuk mencapai kesepakatan melalui diskusi. Negosiator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah 506,85 km 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah 506,85 km 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima wilayah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah 506,85 km 2 (15,90% dari luas wilayah Provinsi DIY) dengan

Lebih terperinci

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut.

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perusahaan Exxon Mobil melaksanakan program CSR berfokus pada tiga pilar, yaitu pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi. Salah satu program pilar pengembangan ekonomi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

Lebih terperinci

MANAJEME N KONFLIK. Mury Ririaty, S.KM.,M.Kes. Manajemen Konflik

MANAJEME N KONFLIK. Mury Ririaty, S.KM.,M.Kes. Manajemen Konflik MANAJEME N KONFLIK Mury Ririaty, S.KM.,M.Kes 1 2 Background why??? Manusia memiliki persamaan dan perbedaan perilaku pikiran berbeda sehingga memicu terjadi konflik Manusia berinteraksi dalam kehidupan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 85 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

Oleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan

Oleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan Oleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan www.wbh.or.id Penjaringan Aspirasi Masyarakat Sebagai Masukan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 di Gedung Serbaguna Pasca Sarjana Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut dengan UUD 1945) secara tegas menyebutkan negara Indonesia adalah

Lebih terperinci