MEMAHAMI KONFLIK DALAM KEBIJAKAN PUBLIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMAHAMI KONFLIK DALAM KEBIJAKAN PUBLIK"

Transkripsi

1 BAB I MEMAHAMI KONFLIK DALAM KEBIJAKAN PUBLIK A. Latar Belakang Kebijakan publik merupakan sebuah produk yang dihasilkan oleh pemerintah. Kebijakan ini selalu berhubungan dengan masyarakat, sebagai sasaran atau objek dari kebijakan itu sendiri, dengan demikian kebijakan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari masyarakat. Di dalam masyarakat itu sendiri terdapat berbagai macam kepentingan, yang pada hakekatnya berbeda antara individu satu dengan individu yang lainnya. Perbedaan kepentingan dalam masyarakat tersebut mempunyai hubungan terhadap sebuah wacana kebijakan. Adanya kepentingan yang berbeda-beda dalam masyarakat akan berimbas pada respon masyarakat terhadap sebuah kebijakan. Jika perbedaan kepentingan merupakan sebuah hal yang wajar dalam sebuah masyarakat, maka hal ini akan berhubungan pula pada sebuah kewajaran akan adanya pro dan kontra terhadap sebuah kebijakan yang dihadirkan bagi masyarakat itu sendiri. Pro dan kontra terhadap suatu kebijakan yang dilandasi dari perbedaan kepentingan yang ada pada sebuah masyarakat kemudian menjadi tugas bagi pemerintah itu sendiri untuk mengelolanya. Kasus yang diangkat dengan berbasiskan pada pro dan kontra terhadap suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah ini salah satunya adalah kasus pro dan kontra terhadap kebijakan pengelolaan pasir besi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo. Sumber daya pasir besi yang dimiliki oleh Kabupaten Kulon Progo (akan tetapi, lahan lahan 1

2 pasir besi tersebut merupakan bagian dari Pakualaman Ground) merupakan sumber daya yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Karena itulah wajar apabila sumber daya tersebut menjadi bahan perebutan. Berangkat dari hal ini juga pada akhirnya Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo mengeluarkan sebuah kebijakan yang mana isinya adalah mengenai pengelolaan pasir besi yang akan diambil alih oleh pemerintah daerah, dengan memasukkan investor sebagai tenaga pengelolanya. Kebijakan ini tentu saja mengundang respon dari masyarakat. Respon negatif atau kontra datang dari penduduk di sekitar lahan pasir besi yang berprofesi sebagai petani yang memanfaatkan lahan pasir besi tersebut sebagai media untuk bertani. Lahan pasir besi ini merupakan sumber mata pencaharian utama bagi para petani yang merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk di sekitar lahan pasir besi. Ketika wacana pengambil alihan pengelolaan pasir besi oleh pemerintah ini bergulir, maka reaksi yang muncul tentu saja penolakan, dengan asumsi bahwa hal tersebut akan mematikan penghidupan mereka. Perebutan lahan sumber daya pasir besi yang terjadi antara masyarakat dengan pemerintah daerah ini pada akhirnya memicu timbulnya konflik yang berkepanjangan, terkait dengan penolakan dan perlawanan yang cukup keras yang datang dari pihak yang kontra terhadap kebijakan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan tarik ulur antara Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo dengan masyarakat sekitar begitu alot dan belum menemukan titik temu. Adanya perdebatan panjang ini muncul karena dipicu oleh kepentingan yang berbeda yang muncul antara masyarakat dengan pemerintah. Kepentingan lain yang hadir dalam kasus ini juga akan menentukan langkah seperti apakah yang selanjutnya 2

3 akan diambil oleh pemerintah dalam mengelola pro dan kontra terkait dengan kebijakan pasir besi. Kepentingan tersebut dapat muncul dari aktor-aktor yang mendukung dibalik keputusan pro dan kontra di masyarakat. Aktor-aktor tersebut merupakan pihak yang berada diluar masyarakat maupun pemerintah. Seperti yang telah diketahui, bahwa dalam kebijakan pengelolaan pasir besi ini Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo dan investor (PT JMI) akan menggandeng Walhi serta LSM IDEA untuk menjadi auditor lingkungan 1, dalam misi pemerintah untuk dapat melaksanakan kebijakan. Dari pihak masyarakat sendiri, muncul pula LSM-LSM yang mendukung masyarakat yang kontra terhadap kebijakan dan berusaha untuk melakukan advokasi dengan pemerintah. Wacana yang muncul disekitar pro dan kontra kebijakan pasir tersebut menarik untuk diteliti. Berangkat dari penelitian tersebut, maka akan dapat diketahui bagaimanakah proses terbentuknya konflik. Faktor apa yang kemudian menyebabkan kebijakan penambangan pasir besi ini menimbulkan konflik. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk melihat bagaimana dinamika yang terjadi di sepanjang berlangsungnya konflik. Dari analisis ini akan terlihat manajemen konflik seperti apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengelola pro dan kontra yang terjadi di masyarakat. Analisis ini juga akan menuntun kita untuk mengetahui kronologi perdebatan dalam sebuah kebijakan terutama pada tahap pengagendaan kebijakan, yang mana dari hal tersebut dapat dilihat proses pewacanaan 1 KOMPAS Cetak. Selasa, 13 Januari :27 WIB. Tambang Pasir Besi: LSM Lingkungan Belum Tentukan Sikap. Diakses dari pada tanggal 17 Februari 2009, pukul 20:05 WIB. 3

4 kebijakan pengelolaan pasir besi yang pada akhirnya akan menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Hal ini pada akhirnya akan memicu pemerintah untuk melakukan negosiasi dengan masyarakatnya, dan melalui negosiasi inilah konsensus akan dibangun. Munculnya pro dan kontra pada kebijakan pengelolaan pasir besi akan menguak sampai sejauh manakah Pemerintah Daerah Kulon Progo dalam membuka dirinya untuk melibatkan aktor-aktor pemerintah dalam kontribusinya pada kebijakan pengelolaan pasir besi. Derajat keterbukaan pemerintah daerah (negara) ini akan menunjukkan seberapa relevankah pemerintah dalam menjalankan konsep demokrasi pada aras lokal. Sejauh mana jugakah masyarakat itu sendiri dapat menembus otoritas pemerintah agar dapat ikut serta dalam mempengaruhi kebijakan. Hal-hal yang telah disebutkan di atas dapat terlaksana atau tidak, tergantung dari bagaimana pemerintah itu sendiri yang notabene merupakan pihak yang paling berwenang, dalam menelola dan memfasilitasi atau menampung tarik ulur dengan masyarakat. Kebijakan publik yang merupakan produk pemerintah dan bersinggungan langsung dengan opini ataupun kepentingan publik ini pada akhirnya akan kembali lagi kepada pemerintah terkait dengan bagaimana konsekuensi serta konsistensi dari pemerintah untuk mengelola dampak atau respon dari kebijakan tersebut, baik pro maupun kontra. B. Rumusan masalah Pertanyaan besar yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah : 4

5 Bagaimana anatomi konflik kebijakan penambangan pasir besi di Kabupaten Kulon Progo? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dikaitkan dengan rumusan masalah yang ada antara lain : 1. Untuk mengetahui faktor penyebab konflik dan dinamika konflik yang terjadi terkait dengan kebijakan penambangan pasir besi Kulon Progo. 2. Untuk mengetahui pengelolaan pro dan kontra yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo, serta implikasinya bagi konflik. D. Landasan Teori D. 1. Kebijakan Publik Kebijakan publik mempunyai makna yang luas. Dilihat dari katanya kebijakan publik merupakan kebijakan yang ditujukan untuk publik, atau masyarakat luas. Kebijakan publik ini dihadirkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan dari hadirnya kebijakan publik ini adalah jalan untuk mencapai suatu tujuan bersama yang dicita-citakan. 2 Kebijakan publik diciptakan oleh lembaga yang berwenang, dalam hal ini lembaga yang berwenang adalah pemerintah. Dalam pembuatan kebijakan publik tersebut pemerintah mempunyai 2 Nugroho, Riant Public Policy : Teori Kebijakan-Analisis Kebijakan-Proses Kebijakan- Perumusan, Implementasi, Evaluasi, Revisi Risk Management Dalam Kebijakan Publik-Kebijakan sebagai The Fifth Estate-Metode Penelitian Kebijakan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Hal

6 keimanan sendiri-sendiri, tergantung dari seperti apakah kepentingan yang akan dibawanya nanti serta hal apakah yang akan dioptimalkan atau dikedepankan. Proses dalam menyusun atau membuat kebijakan publik ini menurut John Dewey didasarkan pada publik dan problem-problemnya. 3 Kebijakan publik ini membawa bagaimana isu atau persoalan yang muncul dipermukaan disusun dan didefinisikan serta bagaimana semua isu dan persoalan tersebut diletakkan dalam agenda kebijakan dan agenda politik. 4 Isu yang menjadi fokus dalam kebijakan publik merupakan isu atau permasalahan yang telah menjadi milik publik dan menyangkut kepentingan publik secara luas. Hal ini menjadikan kebijakan publik sebagai sebuah produk dari pemerintah yang tidak bisa dibuat secara asal-asalan karena sebuah kebijakan akan berimplikasi pada masyarakat luas. Pembuatan kebijakan ini seharusnya didasarkan kepada kepentingan publik itu sendiri. Maka dari itu dalam kebijakan publik tidak hanya sebatas pada pembuatan atau pewacanaannya saja, tetapi juga harus diperhatikan aspek-aspek didalamnya yang berkaitan dengan proses atau tahap-tahap pembuatan kebijakan publik tersebut. Selain itu, pemerintah juga seharusnya mempunyai regulasi pengaman guna menyikapi atau mengambil langkah ketika sebuah kebijakan diwacanakan di masyarakat yang pada akhirnya akan menimbulkan respon, baik pro maupun kontra. D. 2. Konflik Kebijakan Publik 3 Naihasy, Syahrin Kebijakan Publik : Menggapai Masyarakat Madani. Yogyakarta : Mida Pustaka. Hal Ibid. hal

7 Kebijakan publik dapat terjadi pada aras konflik, karena salah satu sumber dari adanya kebijakan publik adalah politik yang mengarah pada pertarungan kepentingan. Kebijakan publik dapat terjadi dalam aras konflik ketika ada perebutan sumber daya yang sarat dengan unsur politis didalamnya. Sumber daya politis tersebut dapat berwujud dalam berbagai bentuk, baik ekonomi, sosial, politik dan lain sebagainya. Konflik dapat dimaknai sebagai sebuah benturan karena adanya kepentingan yang berbeda antara pihak satu dengan pihak lainnya. Konflik dalam wacana politik dapat diartikan sebagai perebutan kekuasaan yang mana perebutan tersebut ditimbulkan karena adanya kelangkaan (Weimer 1962). Hal tersebut pada akhirnya akan menimbulkan perebutan kekuasaan atau klaim kekuasaan. Bentuk kekuasaan tersebut pada akhirnya akan berimbas pula pada adanya dominasi. Menurut Gramci (1971), bentuk dominasi dapat hadir dalam bentuk hegemoni kultural kelas penguasa. Pendapat ini diinspirasikan dari pandangan Hobbes tenang hegemoni Leviathan dimana diperlukan adanya kekuatan yang besar yang dapat menekan kekuatan-kekuatan kecil agar bisa terjadi kestabilan. 5 Secara umum, teori konflik memahami konflik sebagai sebuah fakta yang terjadi dalam kehidupan bersama. Hal ini dapat dilihat sebagai persaingan dalam memperebutkan sumber daya karena adanya kelangkaan. Dalam kasus pasir besi ini konflik yang terjadi adalah konflik antara pemerintah (negara) dengan masyarakat. Walaupun demikian tetap ada sebagian masyarakat yang 5 Nugroho, Riant Public Policy : Teori Kebijakan-Analisis Kebijakan-Proses Kebijakan- Perumusan, Implementasi, Evaluasi, Revisi Risk Management Dalam Kebijakan Publik-Kebijakan sebagai The Fifth Estate-Metode Penelitian Kebijakan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Hal

8 mendukung pemerintah, dalam artian pro terhadap keputusan pemerintah tersebut. Namun, ada sebagian besar juga masyarakat yang tidak mendukung (kontra) terhadap kebijakan tersebut. Dengan demikian maka sebuah kebijakan dapat dimaknai sebagai sebuah kebijakan yang bermain dalam aras konflik, yaitu konflik antara elite dan massa. Pasir besi sebagai sebuah sumber daya yang dianggap langka ini pada akhirnya dapat memicu adanya konflik antara penguasa (pemerintah) dan masayarakat yang saling memperebutkan untuk mendapat otoritas dalam memanfaatkan sumber daya tersebut. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo untuk mengambil alih pengelolaan pasir besi tersebut pada akhirnya membuat kebijakan tersebut bermain di ranah konflik antara pemerintah dan masyarakat. Konflik yang terlanjur tercipta antara masyarakat dengan pemerintah akan menjadikan kebijakan yang telah diwacanakan berada dalam aras konflik. Dengan demikian, akan tercipta adanya negosiasi antara pemerintah dengan masyarakat untuk perbaikan dari kebijakan yang telah ada. Adanya negosiasi tersebut jelas akan memperhatikan suara dari masyarakat, terutama masyarakat yang kontra terhadap kebijakan. Pelibatan elemen masyarakat dalam proses kebijakan juga akan membuat kebijakan tersebut lebih dapat mampu untuk diterima masyarakat secara umum. D. 3. Konflik dan Manajemen Konflik Konflik 8

9 Gejolak yang timbul di masyarakat seiring dengan wacana kebijakan pengelolaan pasir besi yang dikeluarkan oleh pemerintah, yaitu dengan jalan memasukkan investor sebagai pengelolanya, merupakan sebuah respon masyarakat dalam membaca itikad dari pemerintah tersebut. Pro dan kontra tersebut hadir dikarenakan orientasi tujuan antara masyarakat dan pemerintah berbeda. Perbedaan kepentingan merupakan titik pijak dari perbedaan tujuan tersebut. Persepsi pemerintah daerah unruk lebih memaksimalkan pemanfaatan sumber daya lahan pasir dengan jalan mengelolanya menjadi besi yang mempunyai nilai jual yang tinggi, sangat berbeda ketika dihadapkan pada kepentingan masyarakat sekitar lahan pasir besi yang telah memanfaatkan lahan tersebut sebagai media pertanian. Kebijakan dari pemerintah tersebut menurut cara pandang masyarakat sangatlah merugikan, karena dengan diperlakukannya kebijakan tersebut, sudah tentu akan mematikan mata pencaharian masyarakat yang meyoritas berprofesi sebagai petani lahan pasir. Pemerintah daerah disini memiliki pandangan lain atas keputusan yang diambilnya, yaitu dengan dikelolanya lahan pasir besi menjadi pengolahan besi, maka nilai manfat dari lahan pasir besi akan lebih maksimal. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada naiknya pendapatan asli daerah Kabupaten Kulon Progo, yang nantinya akan diraskan manfaatnya juga bagi seluruh masyarakat Kulon Progo. Adanya dua persepsi yang berbeda tersebut menyebabkan adanya penerimaan yang berbeda atas keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, yaitu sebagai pihak pemegang otoritas. Penerimaan atau 9

10 respon yang berbeda di masyarakat ini membentuk dua kubu, yaitu pihak yang mendukung kebijakan (pro) dan pihak yang menolak kebijakan (kontra). Munculnya pro dan kontra di masyarakat dapat dibaca sebagai sebuah proses pergolakkan (konflik). Menurut Nyi, 1973; dalam Rakhmat, 1986: , bahwa sebuah konflik dapat terjadi setidaknya mempunyai lima sumber penyebab, yaitu 6 : 1.) kompetisi,- satu pihak berupaya meraih sesuatu, dengan mengorbankan pihak lain, 2.) dominasi,- satu pihak berusaha mengatur yang lain sehingga merasa haknya dibatasi dan dilanggar, 3.) kegagalan,- menyalahkan pihak tertentu bila terjadi kegagalan mencapai tujuan, 4.) provokasi,- satu pihak sering menyinggung perasaan pihak lain, 5.) perbedaan nilai,- terdapat patokan yang berbeda dalam menetapkan benar salahnya suatu masalah. (Hamidi, 1995:25). Teori lain tentang konflik yang muncul yaitu teori dari Randall Collins 7. Pada salah satu teori tentang konflik yang dikemukakannya, Collins menyebutkan adanya stratifikasi sosial yang dilihat dari berbagai aspek seperti kekayaan, politik, karier, keluarga, klub, komunitas, gaya hidup (1975:49), yang kemudian dihubungkan menjadi pendekatan starifikasi konflik. Stratifikasi konflik ini terjadi ketika dalam suatu hubungan sosial, individu dengan individu lain dapat terjadi konflik. 6 Utsman, Sabian Anatomi Konflik dan Solidaritas Masyarakat Nelayan (Sebuah Penelitian Sosiologis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal Ritze, George dan Douglas J. Goodman Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media Group.Hal

11 Analisis konflik yang diterapkan dalam sistem startifikasi sosial ini dapat diterapkan dalam kehidupan social sehari-hari. Dari lima pendekatan/prinsip yang dikemukakan oleh Collins, terdapat beberapa prinsip yang dapat merefleksikan kasus dalam penelitian ini, yaitu; pertama, Collins menyatakan bahwa dalam situasi ketimpangan, kelompok yang mengendalikan sumber daya kemungkinan akan mencoba mengekploitasi kelompok yang sumber dayanya terbatas. Pada kasus ini terlihat bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo dalam persepsi masyarakat dianggap sebagai kelompok pengendali sumber daya melakukan tindakan dimana terdapat semacam tinadakan ekploitasi ketika pemerintah daerah mencoba untuk mengambil alih pengelolaan pasir besi, yang mana tindakan tersebut bertujuan sebagai kepentingan terbaik dri pemerintah. Kedua, dalam teoritisi konfliknya Collins melihat bahwa fenomena kultural (seperti keyakinan dan gagasan dari sudut pandang kepentingan, sumber daya dan kekuasaan), dimana dapat terjadi kemungkinan bahwa kelompok dengan sumber daya dan berkuasa dapat memaksakan sebuah sistem gagasan terhadap seluruh masyarakat, sedangkan kelompok tanpa sumber daya mempunyai sistem gagasan yang dipaksakan terhadap mereka. Seperti yang telah diapaparkan sebelumnya, bahwa disini kelompok dengan sumber daya dan kekuasaan (pemerintah) mempunyai sistem gagasan yang dipaksakan kepada masyarakat, yaitu berupa kebijakan. Kebijakan tersebut pada akhirnya menimbulkan kontroversi (pro dan kontra) di masyarakat, karena tidak semua masyarakat tunduk pada kemauan/ prosedur dari pemerintah. 11

12 Dalam kasus lahan pesisir pantai, adanya dorongan masyarakat setempat untuk mempertahankan tanah sumber kehidupan mereka tersebut dapat disebabkan karena 8 : 1. Makna tanah bagi manusia a) Tanah merupakan sawah atau ladang garapan. Pada kasus ini sudah jelas terlihat bahwa mata pencaharian masyarakat di sekitar lahan pantai mayoritas adalah sebagai petani. Mereka menggunakan lahan pantai tersebut sebagai lahan untuk bercocok tanam. Ini merupakan alasan yang paling mendasar mengapa mereka berusaha untuk mempertahankan lahan pantai tersebut. b) Makna ruang, yaitu tempat dimana manusia hidup dan berkembang. Selain sebagai lahan garapan, lahan pantai di pesisir selatan Kulon Progo juga merupakan kawasan hunian. Nenek moyang mereka datang ke kawasan itu kemudian menetap dan mengelola lahan tersebut secara turun temurun. Di sanalah mereka hidup dan berkembang dari generasi ke generasi. c) Makna tanah sebagai kawasan lingkungan hidup. Lahan pantai di pesisir selatan Kulon Progo merupakan sebuah lingkungan hidup dimana bukan saja sebagai lahan garapan untuk pertanian, melainkan juga sebagai kawasan hunian dan juga terdapat ekosistem laut. Untuk itu, sebagai masyarakat yang telah lama menempati atau mengelola kawasan tersebut, pasti akan menyadari akan arti pentingnya kawasan tersebut di kehidupan mereka, sehingga 8 SJ, Y. Wartaya Winangun Tanah Sumber Nilai Hidup. Yogyakarta: Kanisius. Hal

13 mereka berupaya untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan tanpa merusaknya. d) Pembentuk kreativitas dan partisipasi Manusia tidak hanya terus menerus mengeksploitasi tanah, tetapi juga mengolah dan memelihara tanah. Hal tersebut juga dilakukan oleh masyarakat yang tinggal atau mempunyai lahan garapan di lahan pantai. Mereka tidak mau usaha yang telah mereka lakukan selama bertahun-tahun tersebut diganggu dengan adanya rencana untuk menjadikan kawasan itu sebagai kawasan pertambangan. Bagi masyarakat setempat, rencana untuk menjadikan lahan pantai sebagai kawasan pertambangan akan menimbulkan dampak yang negatif bagi lingkungan, serta dapan merubah sistem sosial, budaya dan ekonomi yang ada di lingkungan tersebut. e) Mata rantai sejarah manusia Tanah atau lahan mempunyai ikatan psikologis dengan orang atau masyarakat yang bertempat tinggal atau mengelola kawasan tersebut. Ikatan psikologis ini terbentuk karena seseorang atau masyarakat telah lama mempunyai interaksi dengan tanah atau lahan. Sebagai contoh, lahan tersebut merupakan tanah kelahirannya, atau lahan tersebut merupakan lahan untuk garapa secara turun temurun. Karena itulah, akan muncul rasa untuk mempertahankan tanah atau lahan yang telah menjadi bagian dari kehidupan mereka. 2. Relasi orang dengan tanah 13

14 Tidak semua lahan pantai di pesisir selatan Kulon Progo berstatus tanah milik keraton. Ada beberapa bagian tanah yang sudah bersetifikat dan menjadi hak milik masyarakat setempat. Akan tetapi, ada juga beberapa bagian tanah yang masih berstatus tanah milik Kraton Yogyakarta (Pakualam Ground), sehingga masyarakat hanya memiliki hak pakai saja. Selain itu, ada juga beberapa bagian lahan yang tidak jelas status kepemilikannya. Pada dua kasus kepemilikan tanah tersebut, masyarakat setempat berperan sebagai pengolah dan pengelola lahan tersebut. Pengolahan dan pengelolaan lahan pantai itu sudah dilakukan masayarakat setempat secara turun-temurun, selama kurang lebih tiga dekade. Dengan demikan, relasi manusia dengan tanah antara lain sebagai: a) Pemilik b) Pengolah c) Pengelola Ketika usaha keras dari masyarakat sekitar yang telah secara drastis merubah lahan pantai menjadi lahan yang sangat produktif untuk pertanian dibiaskan dengan wacana pemerintah untuk mengubah lahan pantai sebagai lahan pertanian menjadi lahan pertambangan. Hal ini tentu saja mendapat protes dari masyarakat. Status tanah yang memang tidak diketahu secara pasti siapa pemiliknya menimbulkan polemik tersendiri. Pihak Kraton Yogyakarta yang mengklaim bahwa tanah tersebut ada di bawah kekuasaannya juga tidak tinggal diam. Pada akhirnya, masalah ini akan meruntut pada sejarah pertanahan di wilayah Yogyakarta. 14

15 Manajemen Konflik Konflik yang muncul di masyarakat merupakan salah satu bentuk respon terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Pro dan kontra selalu saja mewarnai respon dari setiap kebijakan. Demikian pula halnya yang terjadi terhadap kebijakan pengelolaan pasir besi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo. Adanya pro dan kontra masyarakat terhadap kebijakan yang diwacanakan oleh pemerintah ini dapat dibaca sebagai sebuah kontroversi politik yang pada akhirnya hal ini menimbulkan pergejolakkan. Di satu sisi, masyarakat setuju dengan kebijakan tersebut, mengingat tujuan yang diwacanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk kesejahteraan bersama, namun disisi lain ada juga masayarakat yang kontra terhadap kebijakan, karena dengan adanya kebijakan tersebut justru lahan pasir besi yang menjadi sumber mata pencaharian utama mereka diambil alih oleh pemerintah, sehingga masyarakat yang kontra beranggapan bahwa kesejahteraan tersebut hanya berlaku untuk pemerintah semata. Tindakan tegas yang diambil oleh pemerintah daerah untuk tetap melakukan kebijakan ini disadari dapat menimbulkan perlawanan dari pihak yang kontra terhadap kebijakan tersebut. Perlawanan yang berkelanjutan secara bertahap akan memicu perkembangan sebuah konflik yang akan semakin parah. Berangkat dari hal tersebut, dibutuhkan kepiawaian pemerintah daerah untuk mengelola kontroversi yang terjadi di masyarakat. Sistem pengelolaan konflik ini berangkat dari pergeseran dari pemikiran terdahulu, yaitu penyelesaian konflik. Manajemen konflik merupakan sebuah cara untuk mengendalikan dan meredam konflik, bukan menyelesaikan konflik. Untuk dapat mengelola 15

16 konflik secara efektif, diperlukan pemahaman mengenai dimensi-dimensi dalam konflik itu sendiri, antara lain: 9 1. Cakupan konflik, yaitu pihak-pihak yang berkonflik, wilayah dan level. 2. Intensitas konflik, yaitu sejauh mana tingkat urgensi dan kepentingan konflik. 3. Keterbukaan, yaitu sampai dimana konflik diketahui oleh publik. Pro dan kontra terhadap sebuah kebijakan (konflik yang muncul) ditangani secara lebih konstruktif, dengan jalan bagaimana membawa pihak yang berlawanan bertemu dalam proses yang kooperatif, serta bagaimana merancang sistem kooperatif yang praktis dan dapat dicapai untuk mengelola perbedaan secara konstruktif. 10 Untuk mengelola kontroversi tersebut, pemerintah pastilah mempunyai sebuah sistem manajemen untuk sedapat mungkin meminimalisir konflik yang terjadi. Konflik disini dimakanai sebagai pergejolakkan yang timbul dari adanya pro dan kontra pada sebuah kebijakan. Misi dari pemerintah daerah untuk dapat mengimplementasikan kebijakan pengelolaan pasir besi ini secara tidak langsung menuntut kemampuan pemerintah daerah untuk dapat mengelola kontroversi tersebut serta meminimalisir terjadinya konflik yang tentu saja dalam proses ini terjadi interaksi langsung antara pemerintah dengan masyarakat yang pada akhirnya akan dilakukan kesepakatan terhadap sebuah konsensus. Bagaimana pula pemerintah daerah menyikapi riset yang berbeda yang dilakukan oleh fakultas pertanian dan fakultas kehutanan UGM, terkait dengan uji mengenai dampak lingkungan yang dilakukan. Secara garis besar manajemen 9 Mulkhan,Munir dkk Kekerasan dan Konflik (Tantangan bagi Demokrasi). Yogyakarta: Forum LSM DIY. Hal Harris, Peter dan Ben Reilly (ed). (2000). Demokrasi dan Konflik yang Mengakar,Sejumlah Pilihan untuk Negosiator. Jakarta: Ameepro. Hal

17 konflik yang dilakukan oleh pemerintah daerah disini mengacu pada how to manage controversy yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo, agar misi dari kebijakan pengelolaan pasir besi yang diwacanakan dapat terlaksana, dan kebijakan tersebut dapat diterima oleh masyarakat Kulon Progo. Konflik yang muncul di masyarakat pada akhirnya akan dikelola melalui sebuah kesepakatan bersama (konsensus) yang merupakan upaya pengendalian konflik. Manajemen konflik yang dilakukan oleh pemerintah daerah ini berupaya untuk mencegah poteni konflik menjadi sebuah konflik yang nyata, dengan demikian pemerintah mengelola sebelum terjadi kesadaran bahwa konflik benar-benar akan terjadi. Konflik yang terjadi pada kasus ini dapat dilihat sebagai konflik yang terjadi antara negara (pemerintah) dengan masyarakat, dimana negara sebagai superordinasi dan masyarakat sebagai subordinasi. Menurut Dahrendorf 11, konflik tidak akan terjadi apabila subordinasi (masyarakat) tidak sadar akan kepentingannya. Akan tetapi yang terjadi di sini adalah masyarakat sangat sadar akan kepentingannya, sehingga potensi akan timbulnya konflik ini menjadi sangat besar peluangnya untuk terjadi dan disinilah diperlukan sebuah sistem manajemen oleh pemerintah untuk mengelolanya. Pola relasi konflik yang terbangun antara negara (pemerintah) dengan masyarakat ini dapat dianalisi secara lebih lanjut seberapa jauh superordinasi (pemerintah) mendominasi subordinasi (masyarakat) serta seberapa jauhkah tingkat kemandirian masyarakat, walaupun ada penetrasi dari 11 Ritze, George dan Douglas J. Goodman Teori Sosiologi Modern Jakarta: Prenada Media Group Hal

18 negara yang dapat diindikasikan dari adanya kebebasan atau partisipasi serta dengan munculnya kelompok-kelompok kepentingan didalamnya. Pada akhirnya proses manajemen konflik ini akan bersentuhan juga dengan konsep demokrasi, dimana ketika negara (pemerintah) memberi peluang kepada masyarakat untuk aktif berpartisipasi dan mempergunakan peluang tersebut, maka seberapa besarkah peluang yang diberikan pemerintah tersebut kepada masyarakatnya? Karena pada akhirnya ini juga akan berpengaruh terhadap pengelolaan konflik yang akan mementukan hasil dari proses tersebut. E. Definisi Konseptual E. 1. Konflik Kebijakan Publik Konflik dalam kebijakan publik dapat terjadi ketika terdapat pertarungan kepentingan didalamnya. Pertarungan kepentingan ini dapat terjadi baik pada level masyarakat maupun antara masyarakat dengan pemerintah. Demikian pula dengan sebuah kebijakan publik, maka ada satnya kebijakan publik tersebut berada dalam aras konflik, yaitu ketika terdapat perbedaan antara elite (pemerintah/ penguasa) dengan masyarakatnya, yang disebut dengan konflik vertikal. E. 2. Manajemen Konflik Sebuah kebijakan yang diwacanakan oleh pemerintah selalu menimbulkan respon baik pro maupun kontra. Karena hal itulah pemerintah sedapat mungkin untuk mengelolanya. Pengelolaan ini dimaksudkan agar tidak terjadi atau tercipta konflik yang semakin parah. Dengan demikian, pemerintah sebagai 18

19 pemegang kendali harus mempunyai sebuah sistem manajemen untuk mengelola kontroversi tersebut. F. Definisi Operasional F. 1. Konflik Kebijakan Publik Menunjuk pada aktor-aktor yang terlibat dalam konflik kebijakan publik penambangan pasir besi. Dengan melihat pada aksi-aksi yang dilakukan baik dari aktor yang pro maupun yang kontra, serta cara yang dilakukan oleh pemerintah. Aksi-aksi ini pada akhirnya akan memicu pada perkembangan konflik yang lebih luas dan pengaruh yang ditimbulkan. Untuk menjelaskan secara lebih rinci, dapat dipakai indikator: Pemetaan aktor Aksi yang dilakukan oleh aktor yang pro Aksi yang dilakukan oleh aktor yang kontra Dinamika konflik F. 2. Manajemen Konflik Manajemen konflik menunjukkan pada cara-cara seperti apa yang dipakai oleh pemerintah untuk mengelola pro dan kontra yang ada di masyarakat. Selain itu, manajemen konflik juga berfungsi untuk meredam konflik baik konflik antara masyarakat dengan pemerintah, maupun masyarakat dengan masyarakat. Manajemen konflik yang dilakukan oleh pemerintah dapat dilihat dari indikator: Instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk melakukan negosiasi dan sosialisasi 19

20 Negosiasi serta konsensus yang dibangun oleh pemerintah G. Metode Penelitian G. 1. Jenis Penelitian Paradigma penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian dengan menggunakan metode kualitatif, dimana menekankan pada pengujian atau pembuktian terhadap suatau hal atau kasus yang dilakukan secara rinci dan mendalam. Penggunaan metode kualitatif ini juga dikarenakan keberadaan teori yang digunakan tidak secara tegas mengikat dalam proses penelitian dan hanya bersifat mengarahkan, sehingga penelitian lebih terfokus pada data yang ada di lapangan yang nantinya akan dikolerasikan dan dianalisis dengan menggunakan teori yang ada. Bentuk penelitian dengan menggunakan paradigma penelitian kualitatif ini akan menggunakan salah satu metodenya, yaitu studi kasus. Alasan pemilihan dengan menggunakan studi kasus ini dikarenakan dalam penelitian ini, rumusan masalah yang hendak dijawab menggunakan kata bagaimana, dimana metode studi kasus memang dirancang untuk menjawab petanyaan bagaimana tersebut. Guna menjawab pertanyaan bagaimana tersebut, penggunaan metode penelitian studi kasus akan berhubungan secara operasional yang menuntut adanya pelacakan waktu tersendiri dan bukan hanya sekedar frekuensi atau kemunculan. 12 Jadi, pembuktian dari penelitian dengan menggunakan metode ini lebih didasarkan pada eksperimen di lapangan. 12 Yin, Robert K Studi Kasus : Desain dan Metode. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hal 9. 20

21 Salah satu kelebihan dari penggunaan metode studi kasus adalah karena peristiwa yang diangkat atau diteliti pada sudi kasus adalah peristiwa kontemporer, maka peneliti tidak mempunyai peluang untuk melakukan kontrol terhadap kasus tersebut 13, dengan demikian peneliti akan lebih dapat mempunyai posisi yang netral dalam melakukan penelitian. Kenetralan ini akan membantu ketika akan melakukan analisis, dengan tidak memihak pada salah satu pihak. Kekurangan dari metode studi kasus ini sendiri antara lain adalah studi ini tentu saja tidak bisa digeneralisasikan pada kasus atau peristiwa lain. Akan tetapi, paling tidak teori atau ilmu yang didapat dapat dijadikan sebagai pelengkap keragaman pengetahuan atau bahkan memungkinkan juga untuk dapat memunculkan sebuah teori baru. Kelemahan yang kedua yaitu terletak pada kurang ketatnya penelitian, sehingga terkesan ada bias didalamnya. 14 Bias ini dapat ditimbulkan karena munculnya pandangan yang muncul dari si peneliti terhadap fenomena yang ada. Hal ini dapat diatasi dengan membaca berbagai literatur dan melakukan diskusi-diskusi dengan orang yang lebih ahli atau berkompeten di bidangnya untuk mengurangi kemungkinan adanya bias tersebut. Kelemahan ketiga yang dimungkinkan muncul dalam penggunaan metode studi kasus ini adalah memunculkan data yang terlalu gemuk, sehingga kadang peniliti justru akan terperangkap pada banyaknya data itu sendiri. Solusi dari permasalahan ini adalah dengan tetap fokus pada apa yang akan diteliti, sehingga tidak keluar dari batas-batas yang menjadi kerangka pada 13 Ibid,hal Ibid, hal

22 masalah yang akan diteliti, sehingga data yang akan diambilpun juga akan lebih terfokus. G. 2. Teknik Pengumpulan Data G Sumber Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan data pimer dan data sekunder. Data sekunder ini nantinya akan berfungsi sebagai pembantu atau penyokong dari data primer yang telah diperoleh, terutama dalam hal analisis dan korelasi antara data yang diperoleh di lapangan dengan teori. Data primer merupakan data yang digali atau diperoleh langsung dilapangan ketika peneliti melakukan penelitian tersebut. Data ini akan didapatkan ketika peneliti telah terjun ke lapangan dan cara yang digunakan untuk mendapatkan data ini sendiri adalah dengan cara observasi atau wawancara langsung kepada sumber data. Data primer yang hendak dicari dlam penelitian ini terbagi menjadi dua skop besar, yakni yang pertama yaitu data tentang cara yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo untuk mengelola kontroversi politik yang muncul di masyarakat terkait dengan kebijakan pengelolaan pasir besi. Data yang hendak diperoleh dapat berupa informasi-informasi yang berhubungan dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengelola kontroversi yang terjadi di masyarakat. Data ini dapat diperoleh langsung dengan salah satu aktor pemerintah daerah. Data primer kedua yang hendak diperoleh yakni terkait dengan konsensus yang dibangun oleh pemerintah daerah dengan masyarakatnya. Data yang 22

23 dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah data berupa informasi tentang kesepakatan seperti apa serta musyawarah seperti apa yang telah dibangun oleh pemerintah daerah di masyarakatnya. Data yang diperoleh dapat berupa informasi yang diperoleh dari aktor pemerintah daerah yang selanjutnya akan dilakukan cross-check dengan realita yang telah terjadi di lapangan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggali informasi dengan tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dalam proses perundingan atau tarik ulur dengan pemerintah. Data sekunder yang hendak diperoleh dalam penelitian ini dapat bersumber dari informasi-informasi dari situs internet yang dapat diakses secara umum oleh publikyang berkaitan dengan kasus ini. Data lain dapat juga diperoleh melalui literatur-literatur lain seperti dokumen-dokumen atau bukubuku yang mendukung. G Cara Mengumpulkan Data Penelitian ini telah diawali oleh peneliti dengan datang langsung atau mengunjungi lokasi dari wilayah yang berdekatan dengan penambangan pasir besi itu sendiri. Peneliti telah berbincang-bincang dengan warga setempat dan beberapa tokoh masyarakat yang ada di daerah tersebut. Ini merupakan langkah awal dari penelitian, yaitu melihat realitas dari penerimaan masyarakat terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut. Peneliti juga sudah menggali informasi mengenai tindakan apa yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap masyarakat, baik kepada mereka yang pro dan terutama terhadap masyarakat yang kontra terhadap kebijakan, termasuk salah satunya melalui jalan sosialisasi dan ganti rugi 23

24 terhadap lahan. Informasi yang diproleh dari masyarakat ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan cross-check data yang akan digali lagi, yaitu data utama yang diperoleh data dari pemerintah daerah. Ini merupakan data lain yang akan dicari secara lebih lanjut. Data yang diperoleh dari masyarakat tersebut merupakan data yang baru dapat dilihat dari satu sisi saja, jadi yang tetap menjadi fokus atau data yang utama adalah data yang diperoleh dengan melihat dari sisi pemerintah, yaitu melihat apa yang telah dilakukan oleh pemerintah, dimana untuk mencari jawaban tersebut adalah dengan menggali informasi (data) ke pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo. Cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data tersebut antara lain dapat dilakukan dengan, pertama, wawancara secara langsung baik dengan suasana formal atau informal. Wawancara yang secara umum dilakukan dalam studi kasus adalah bertipe open-ended, dimana peneliti dapat bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa disamping opini mereka mengenai peristiwa yang ada. 15 Dalam prosedur wawancara ini, terlebih dahulu akan dibuat list atau daftar pertanyaan yang nantinya jawaban-jawaban dari pertanyaan trsebut akan berfungsi sebagai sumber data. Cara kedua yang dilakukan yaitu dengan observasi atau melihat realitas yang ada atau tampak dilapangan. Dalam hal ini dapat dilihat bagaimana pengimplementasian tindakan pemerintah untuk mengelola kontroversi kebijakan yang nyata atau yang tampak di lapangan. Cara ketiga yang digunakan untuk menggali data secara lebih lanjut yaitu dengan membaca informasi lain, 15 Ibid, hal

25 baik itu yang terdapat pada situs internet, diskusi dengan dosen atau pakar-pakar lain serta dengan membaca buku-buku atau literature yang terkait dengan teori dari kasus tersebut. G.3. Teknik Analisa Data Tahap yang selanjutnya dilakukan ketika data telah terkumpul yaitu memberikan analisa trhadap adat atau langkah untuk membaca data itu sendiri. Langkah-langkah yang dilakukan untuk membaca data tersebut dapat dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap awal yang dilakukan yaitu dengan membuat transkip dari hasil wawancara yang diperoleh di lapangan, untuk selanjutnya mengelompokkan hasil dari wawancara tersebut ssuai dengan sampel dan pertanyaan yang diajukan dan memberikan kategori pada jawaban-jawaban tersebut. Langkah selanjutnya yaitu menghubungkan data (jawaban-jawaban pertanyaan) dengan relaitas yang ada yang kemudian dikorelasikan dengan teori dan argument yang akan kita bangun. Tahap terakhir yaitu memberikan kesimpulan, dimana kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang sesuai dengan realitas yang ada dilapangan (telah dilakukan cross-check pada berbagai pihak) dan membangun argumen terhadap kesimpulan tersebut. H. Sistematika Penulisan Penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab. Pada bab pertama akan berisi ulasan mengenai latar belakang, rumusan masalah serta tujuan dari penelitian ini. Bab pertama ini juga berisi teori pendukung penelitian, yaitu kebijakan publik, konflik dalam kebijakan publik (public policy conflict) serta 25

26 manajemen konflik yang dilakukan oleh pemerintah terhadap isu kontroversi yang terjadi di masyarakat terkait dengan kebijakan pengelolaan pasir besi. Bab kedua akan diisi dengan pemaparan mengenai sejarah dari lahan pasir besi yang kemudian dipermasalahkan hingga akhirnya pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengambil alih pengelolaannya dan mendapatkan pro dan kontra sebagai bentuk dari respon di masayarakat. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai kronologis cerita yang melatarbelakangi keluarnya kebijakan pengelolaan pasir besi yang menuai kontroversi. Selan itu, pada bab ini juga akan memaparkan tentang sejarah konflik di lahan pesisir yang telah tercipta sebelumnya. Pada bab ketiga akan memuat tentang pemetaan pro dan kontra serta pergulatan dalam pembentukan konflik yang terjadi sebagai akibat dari pro dan kontra tersebut. Dari sini akan dilihat apakah ada pihak-pihak lain yang ikut terlibat didalam kasus ini (kemungkinan adanya aktor di belakang masyarakat baik yang menjadi penggerak maupun pendukung, akan terlihat apakah ada kepentingan lain yang ada di belakang masyarakat, sehingga masyarakat memberi perlawanan terhadap kebijakan yang diwacanakan). Bab keempat berisi tentang usaha pemerintah untuk mengelola pro dan kontra yang terjadi. Termasuk didalamnya melakukan negosiasi dengan masyarakat yang pada akhirnya akan membentuk sebuah konsensus, serta sejauh mana negosiasi yang dilakukan membuka peluang bagi masyarakat untuk tetap berpartisipasi. Dalam bab ini juga akan terlihat ada tidaknya relasi yang dibangun oleh pemerintah dengan pihak-pihak lain terkait dengan usaha 26

27 pemerintah untuk melakukan negosiasi dengan masyarakat dalam rangka mencapai sebuah kesepakatan bersama. Bab kelima akan berisi kesimpulan untuk menjawab pertanyaan, yang akan direfleksikan dengan teori. 27

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial-politik (Kornblurn,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial-politik (Kornblurn, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang bersosial dan berpolitik serta menjadi pendorong dalam dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada 2001, pembahasan mengenai penetapan Gunung Merapi sebagai kawasan taman nasional mulai digulirkan. Sejak saat itu pula perbincangan mengenai hal tersebut menuai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Rencana penambangan pasir besi di Kabupaten Kulon Progo merupakan tujuan dari Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Tujuan dari penambangan pasir besi adalah untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian

Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian 117 118 Tabel 2. Tabel Kebutuhan Data No Kebutuhan Data/ Informasi Sumber Data/Informasi Teknik Pengumpulan Data 1. Profil dan Sejarah lokasi a) Administrasi Geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup pasti tergantung pada 3 unsur pokok, yaitu: tanah, air, dan udara. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

8 KESIMPULAN DAN SARAN

8 KESIMPULAN DAN SARAN 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dalam konteks kelembagaan pengelolaan hutan, sistem pengelolaan hutan bukan hanya merupakan representasi keberadaan lembaga regulasi negara, melainkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. menyuarakan penolakannya. Penolakan yang didasari atas kearifan lokal terhadap

BAB VI PENUTUP. menyuarakan penolakannya. Penolakan yang didasari atas kearifan lokal terhadap BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kemenangan yang diraih masyarakat kontra semen terhadap PT. Semen Gresik, tidak terlepas dari peran penting masyarakat Sedulur Sikep dalam menyuarakan penolakannya. Penolakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu-isu tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam, seperti air, tanah, hutan dan kelautan-perikanan, merupakan topik yang semakin penting dalam kajian akademik,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan : melihat dinamika konflik Desa Kalirejo sebagai proses pembelajaran masyarakat Desa Kalirejo

BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan : melihat dinamika konflik Desa Kalirejo sebagai proses pembelajaran masyarakat Desa Kalirejo BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis menyimpulkan jawaban dari rumusan masalah terkait bagaimana dinamika konflik vertikal dan horizontal yang terjadi di Desa Kalirejo, serta resolusinya yang sudah dijalankan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan paparan temuan dan analisa yang ada penelitian menyimpulkan bahwa PT. INCO mengimplementasikan praktek komunikasi berdasarkan strategi dialog yang berbasis

Lebih terperinci

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana strategi studi kasus dipilih dan bersifat multi metode. Strategi studi kasus ini dianggap memadai dengan tiga dasar pertimbangan:

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. upaya pemerintah dalam meningkatkan transportasi penerbangan untuk kawasan Jawa

BAB V PENUTUP. upaya pemerintah dalam meningkatkan transportasi penerbangan untuk kawasan Jawa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berawal dari kebijakan pemerintah terkait dengan relokasi pembangunan bandara baru Internasional di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami

BAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami BAB VI KESIMPULAN Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami perubahan. Pada awalnya strategi perlawanan yang dilakukan PPLP melalui tindakan kolektif tanpa kekerasan (nonviolent).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kepentingan yang saling berbenturan, yang mana

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kepentingan yang saling berbenturan, yang mana BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Konflik pertambangan sudah sering terjadi di Indonesia, hal ini terjadi dikarenakan adanya kepentingan yang saling berbenturan, yang mana kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan 31 BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF A. TEORI KONFLIK Ralf Dahrendorf melihat proses konflik dari segi intensitas dan sarana yang digunakan dalam konflik. Intensitas merupakan sebagai tingkat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon 95 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon Kepala Daerah dalam pilkada Sidoarjo 2010 Pemilihan kepala daerah secara langsung

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Temuan

BAB V PENUTUP A. Temuan BAB V PENUTUP A. Temuan Harian Jogja merupakan media lokal yang cukup aktif dalam memantau berbagai perkembangan mengenai pembangunan bandara di Kulon Progo. Arah pemberitaan (September 2014 - Oktober

Lebih terperinci

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan bahwa, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. Keberadaan tanah tidak terlepas dari manusia, demikian juga sebaliknya keberadaan manusia juga tidak terlepas dari tanah.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dengan berbagai cara. Bidang industri dan pertambangan dipercaya cukup efektif

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dengan berbagai cara. Bidang industri dan pertambangan dipercaya cukup efektif 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Persaingan di bidang perekonomian di dunia semakin ketat, tidak terkecuali dengan Indonesia yang berupaya meningkatkan kemampuan di bidang ekonomi dengan berbagai cara.

Lebih terperinci

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian Penelitian tentang karakteristik organisasi petani dalam tesis ini sebelumnya telah didahului oleh penelitian untuk menentukan klasifikasi organisasi petani yang ada

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai penelitian dengan judul

BAB VII PENUTUP. sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai penelitian dengan judul BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan data dan analisis yang telah dibahas pada bab bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai penelitian dengan judul ekonomi politik pembangunan

Lebih terperinci

ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis

ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Partai Gerindra adalah partai yang mencintai Indonesia. Terlepas dari usaha untuk menilai apakah berhasil atau tidak dalam mewujudkan cita-citanya, konsistensi antara

Lebih terperinci

BAB IV. Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan Penelitian

BAB IV. Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan Penelitian BAB IV Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan Penelitian A. Kesimpulan Mengacu pada tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui faktor - faktor apa yang menyebabkan masyarakat di

Lebih terperinci

2015 ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN

2015 ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara dengan hutan yang luas. Hutan di Indonesia tersebar di berbagai pulau besar yakni Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Kesimpulan. Penelitian ini menarasikan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh

BAB IV PENUTUP. 1. Kesimpulan. Penelitian ini menarasikan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Penelitian ini menarasikan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Laskar Hijau dalam melakukan perlawanan terhadap pertambangan pasir besi di Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP I. KESIMPULAN

BAB V PENUTUP I. KESIMPULAN BAB V PENUTUP I. KESIMPULAN Pada bagian awal penelitian ini peneliti sudah menjelaskan bahwa melalui penelitian ini peneliti ingin mencari tahu bagaimana komunikasi resolusi konflik yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Permasalahan konflik perikanan tangkap di perairan Kalsel ditinjau dari tipologi konflik terdiri dari (1) yuridiksi perikanan terjadi pada kasus daerah tangkap disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI. KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND. dianggap relevan untuk mengkaji permasalahan tersebut.

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI. KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND. dianggap relevan untuk mengkaji permasalahan tersebut. BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND A. Konsep Rasional Untuk menjelaskan permasalahan yang diangkat oleh peneliti, yaitu strategi bertahan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta memiliki nilai sosio-kultural dan pertahanan keamanan. Secara ekonomi tanah merupakan aset (faktor)

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009

KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009 KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009 Tema: Perumahan dan Permukiman Indonesia: Masa Lalu, Kini dan Ke Depan I. LATAR BELAKANG Sarasehan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma merupakan suatu pandangan, persepektif umum atau cara untuk memilah-milahkan dunia nyata yang kompleks dan kemudian memberikan arti dan penafsiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Nelayan Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama

Lebih terperinci

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik KONFLIK SOSIAL 1. Pengertian Konflik Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dengan pemaparan dan analisa sebagaimana diuraikan di atas maka dapat disusun beberapa kesimpulan sebagai berikut; 1. Latarbelakang lahirnya kontestasi multi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang sedang berkembang dewasa ini menuntut perubahan tatanan kehidupan baru dalam berbagai bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Kecenderungan tersebut

Lebih terperinci

Bab VI Analisa Pendahuluan

Bab VI Analisa Pendahuluan Bab VI Analisa Pendahuluan Dalam konteks Atauro, kata kunci yang menjadi isu utama adalah hadirnya perubahan. Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis di Atauro dan mengingat penulis juga

Lebih terperinci

Kesimpulan. Bab Sembilan

Kesimpulan. Bab Sembilan Bab Sembilan Kesimpulan Rote adalah pulau kecil yang memiliki luas 1.281,10 Km 2 dengan kondisi keterbatasan ruang dan sumberdaya. Sumberdayasumberdaya ini tersedia secara terbatas sehingga menjadi rebutan

Lebih terperinci

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN 68 BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN Pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus membangun tatanan

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS 17 BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori Ralf Dahendrof. Karena, teori Dahendrof berhubungan dengan fenomena sosial masyarakat salah satunya adalah teori

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Konflik di Provinsi Riau meningkat seiring dengan keluarnya beberapa izin perkebunan, dan diduga disebabkan oleh lima faktor yang saling terkait, yakni pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konflik yang terjadi di kawasan hutan sering kali terjadi akibat adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Konflik yang terjadi di kawasan hutan sering kali terjadi akibat adanya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konflik yang terjadi di kawasan hutan sering kali terjadi akibat adanya sumberdaya alam bernilai ekonomi tinggi yang menjadi daya tarik tersendiri untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya 36 BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF A. Teori Konflik Kehidupan sosial dan konflik merupakan gejala yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, konflik merupakan gejala yang selalu melekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

Bab V Kesimpulan Dan Saran. kabupaten Maluku Tenggara Barat provinsi Maluku. Ijin pengelolaan disahkan

Bab V Kesimpulan Dan Saran. kabupaten Maluku Tenggara Barat provinsi Maluku. Ijin pengelolaan disahkan Bab V Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan PT Karya Jaya Berdikari merupakan salah satu perusahaan representasi negara untuk mengelola sumber daya hutan model HPH (Hak Pengusahaan Hutan) di kabupaten Maluku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diakui dan dihormatinya satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa di Indonesia merupakan perwujudan penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

isu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah

isu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah 4 Isu Kebijakan Publik A. Pendahuluan Pada bagian ini, anda akan mempelajari konsep isu kebijakan publik dan dinamikanya dalam pembuatan kebijakan. Untuk itu, kita akan membagi uraian ini menjadi tiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau yang disebut dangan nama lainnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah suatu kesatuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN BAB IV KESIMPULAN dan SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis secara menyeluruh pada level teks dan konteks di masing-masing Koran, peneliti kemudian memperbandingkan temuan-temuan tersebut khususnya

Lebih terperinci

POLA PENCARIAN INFORMASI MASYARAKAT PESISIR PANTAI KABUPATEN KULON PROGO

POLA PENCARIAN INFORMASI MASYARAKAT PESISIR PANTAI KABUPATEN KULON PROGO POLA PENCARIAN INFORMASI MASYARAKAT PESISIR PANTAI KABUPATEN KULON PROGO dalam MENGAMBIL KEPUTUSAN TERKAIT dengan PROYEK TAMBANG PASIR BESI di KABUPATEN KULON PROGO Oleh Christina Tyas Utami Ari Murti

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. LOD DIY sebagai invited space menggunakan formasi kuasa yang ada dalam

BAB V PENUTUP. LOD DIY sebagai invited space menggunakan formasi kuasa yang ada dalam BAB V PENUTUP Jawaban atas pertanyaan mengapa ruang kuasa yang telah menciptakan LOD DIY sebagai invited space menggunakan formasi kuasa yang ada dalam dirinya untuk menentukan kontur dan corak dari ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. ANALISA SITUASI PROBLEMATIK Tanah merupakan lambang kekuasaan terpenting dari seorang petani, dari mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan di tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah satunya bertujuan melembagakan penyelesaian konflik agar konflik itu tidak melebar menjadi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV DISKUSI TEORITIK

BAB IV DISKUSI TEORITIK BAB IV DISKUSI TEORITIK Teori yang digunakan dalam analisa ini bermaksud untuk memahami apakah yang menjadi alasan para buruh petani garam luar Kecamatan Pakalmelakukan migrasi ke Kecamatan Pakal, Kota

Lebih terperinci

9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI 9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI Manajer senatiasa mengantisipasi perubahan-perubahan dalam lingkungan yang akan mensyaratkan penyesuaian-penyesuaian disain organisasi diwaktu yang akan datang.

Lebih terperinci

II. PENDEKATAN TEORITIS

II. PENDEKATAN TEORITIS II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Kepemilikan Sumber Daya (Property rights) Kondisi tragedy of the common didorong oleh kondisi sumber daya perikanan yang bersifat milik bersama

Lebih terperinci

ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN

ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN Fani Julia Putri, Analisis Konflik Antara Masyarakat Dengan Perhutani ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN Fani Julia Putri 1, Bunyamin Maftuh 2,Elly Malihah

Lebih terperinci

PENUTUP. Degradasi Lahan dan Air

PENUTUP. Degradasi Lahan dan Air BAB VI PENUTUP Air dan lahan merupakan dua elemen ekosistem yang tidak terpisahkan satu-sama lain. Setiap perubahan yang terjadi pada lahan akan berdampak pada air, baik terhadap kuantitas, kualitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk diperhatikan. Karena akhir-akhir ini eksploitasi terhadap sumberdaya pesisir dan laut

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Bila ditarik garis besarnya maka di dalam skripsi ini saya telah mencoba memaparkan sebuah teori tentang kemungkinan baru di dalam memunculkan sebuah ranah publik melalui hubungan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. masyarakat hidup bersama biasanya akan terjadi relasi yang tidak seimbang. Hal

BAB VI KESIMPULAN. masyarakat hidup bersama biasanya akan terjadi relasi yang tidak seimbang. Hal BAB VI KESIMPULAN Pada sebuah kondisi masyarakat multikultural di mana berbagai kelom pok masyarakat hidup bersama biasanya akan terjadi relasi yang tidak seimbang. Hal tersebut ditandai dengan hadirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tri Suryani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tri Suryani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan Yogyakarta, 21-22 Juni 2010 MAKALAH Otda & Konflik Tata Ruang Publik Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM Otda & Konflik Tata Ruang Publik Wawan Mas udi JPP Fisipol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari masa ke masa. Pembangunan merupakan perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi telah menjadi kebutuhan masyarakat di era modern. Informasi menambah pengetahuan masyarakat dan membantu mereka membuat keputusan dalam kehidupan

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVANEWS

DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVANEWS DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVANEWS Analisis Isi Perbandingan Komentar Pembaca Media Online Detik.com, Kompas.com, dan VIVAnews dalam Pemberitaan Polemik Qanun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN Implementasi otonomi daerah cukup membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Otonomi daerah merupakan salah satu wujud dari diberlakukannya kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS HIRARKI PROSES (AHP)

VIII. ANALISIS HIRARKI PROSES (AHP) 88 VIII. ANALISIS HIRARKI PROSES (AHP) Kerusakan hutan Cycloops mengalami peningkatan setiap tahun dan sangat sulit untuk diatasi. Kerusakan tersebut disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang tinggal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data pokok kelautan dan perikanan 2010 1 menggolongkan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang banyak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Salah satunya adalah terjadinya perubahan sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat saat itu. Pemimpin-pemimpin formal, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat saat itu. Pemimpin-pemimpin formal, bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Krisis multidimensi yang menghantam bangsa Indonesia yang dimulai tahun 1997 lalu telah mencerminkan adanya kegamangan masyarakat dalam mensikapi perubahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan pangan pokok utama sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

BAB VI LANGKAH KE DEPAN BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki potensi memadai untuk dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam yang tidak

Lebih terperinci