BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Skor hasil penelitian adalah perolehan data dari seluruh rangkaian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Skor hasil penelitian adalah perolehan data dari seluruh rangkaian"

Transkripsi

1 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Skor hasil penelitian adalah perolehan data dari seluruh rangkaian penelitian yang dilakukan di lapangan, mulai dari kegiatan menguji coba instrumen saat penelitian di lapangan. Dimana penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan pada anak tunagrahita ringan dengan menggunakan media tangga bilangan. Berdasarkan hal tersebut diperoleh data-data dari lapangan yang dimulai dari fase base line-1 (A-1), kemudian diberikan intervensi, dan dilihat kembali pada fase ke tiga yaitu baseline-2 (A-2) yang selanjutnya diolah dan diuraikan dalam hasil penelitian dan pembahasan berikut ini. 1. Hasil Baseline-1 (A-1) Baseline adalah suatu keadaan dari kemampuan dasar subjek yang akan diteliti sebelum mendapatkan intervensi atau perlakuan. Dalam pengambilan data baseline-1 (A-1) adalah melakukan pengukuran kemampuan dasar yang dimiliki oleh subjek dalam operasi penjumlahan sebelum diberikannya intevensi. Pengumpulan data pada baseline-1 (A-1) dilakukan sebanyak empat kali sessi yang hasilnya dapat dilihat di bawah ini.

2 50 Tabel 4.1 DATA BASELINE-1 (A-1) No. Sessi Jumlah Soal Jawaban Benar % Jumlah rata-rata seluruhnya 36,67 Secara visual dapat digambarkan melalui grafik Persentase Kemampuan Berhitung Operasi Penjumlahan Grafik Baseline Grafik 4.1 Kemampuan Operasi hitung Penjumlahan Fase Baseline-1 (A-1) Bila dilihat dari data baseline-1 (A-1) dari tabel 4.1 dan grafik 4.1 diperoleh data dari hasil pengamatan penelitian terhadap kemampuan berhitung operasi penjumlahan saat pembelajaran individu berlangsung selama tiga sessi, hal tersebut menggambarkan kondisi awal siswa sebelum diberikan perlakuan intervensi. Hasil yang didapat oleh siswa berada pada kisaran 30% - 40 % dan tingkatan stabilitasnya diperoleh sebesar 36,67% artinya data yang diperoleh menunjukkan variabel.

3 51 2. Hasil Intervensi (B) Setelah fase baseline-1, maka langkah selanjutnya adalah memberikan intervensi, dimana pada fase intervensi (B) subjek diberikan perlakuan berupa pembelajaran operasi penjumlahan dengan menggunakan media tangga bilangan. Berikut adalah hasil dari skor intervensi kepada subjek yang dapat dilihat pada tabel dan grafik 4.2. Tabel 4.2 DATA INTERVENSI (B) No. Sessi Jumlah Soal Jawaban Benar % Jumlah rata-rata seluruhnya 81,67

4 52 Secara visual dapat digambarkan melaui grafik sebagai berikut: Persentase Kemampuan Berhitung Operasi Penjumlahan Grafik Intervensi (B) Grafik 4.2 Kemampuan Operasi hitung Penjumlahan Fase Intervensi (B) Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel 4.2 dan grafik 4.2 adalah hasil skor pada fase intervensi yaitu pada sessi pertama diperoleh RZ mendapat nilai nilai 70%, sessi kedua meningkat menjadi 80%, sessi ke tiga 80%, sessi ke empat meningkat menjadi 90%, sessi kelima menurun menjadi 80 %, dan sessi meningkat menjadi keenam 90 %. Dalam tabel 4.2 dan grafik 4.2 persentase kemampuan berhitung operasi penjumlahan diperoleh hasil selama intervensi yang berlangsung secara enam sessi rata-rata kemampuan berhitung operasi penjumlahan RZ pada fase intervensi adalah 81,67% terdapat peningkatan 45 % dari persentase fase baseline- 1 yakni 36,67%.

5 53 3. Hasil Base Line-2 (A-2) Setelah dilakukan fase interfensi (B), Maka penelitian dilanjutkan pada fase berikutnya yaitu fase Base Line-2(A-2). fase ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari intervensi yang dilakukan terhadap kemampuan RZ dalam berhitung operasi penjumlahan. Tabel 4.3 DATA BASELINE-2 (A-2) NO. Sesi Jumlah Soal Jawaban Benar Rata-rata Jumlah Seluruhnya 70 Secara visual dapat digambarkan melalui grafik sebagai berikut : Persentase Kemampuan Berhitung Operasi Penjumlahan Grafik Baseline Grafik 4.3 Kemampuan Kemampuan Operasi hitung Penjumlahan Fase Base Line-2(A-2)

6 54 Berdasarkan tabel 4.3 dan grafik 4.3 persentase kemampuan berhitung penjumlahan RZ adalah 70%. Pada fase ini ternyata nilai yang diperoleh RZ mengalami kestabilan. Data pada base line-2 menunjukan bahwa kemampuan RZ dalam menjawab soal operasi penjumlahan meningkat dibandingkan pada fase base line-1. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dalam menggunakan media tangga bilangan memberikan dampak positif bagi kemampuan RZ dalam berhitung operasi penjumlahan. Secara keseluruhan peningkatan itu dapat dilihat pada grafik 4.4 dibawah ini. Persentase Kemampuan Berhitung Operasi Penjumlahan Grafik 4.4 Perbandingan Persentasi Tahap A-B-A Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan Pada grafik 4.4 dapat dilihat bahwa pada fase base line-1 yaitu kemampuan dasar yang dimilki RZ sebelum mendapatkan perlakuan sebanyak tiga sessi memperoleh sekor yang masih rendah. sedangkan pada fase intervensi yang dilakukan selama enam sessi pengukuran menunjukan terjadi peningkatan

7 55 pada kemampuan RZ dalam berhitung operasi penjumlahan dengan hasil akhir tidak lebih dari 10. kemudian pada fase terakhir yaitu fase baseline-2 yang dilakukan sebanyak tiga kali pengukuran RZ mengalami penurunan bila dibandingkan dengan fase intervensi, akan tetapi secara keseluruhan kondisi lebih baik dibandingkan dengan fase base line-1. Pada base line-1, persentase yang diperoleh RZ adalah berkisar dari 30%- 40%. Setelah Siswa diberikan perlakuan pada fase intervensi, persentase yang diperoleh siswa meningkatkan yaitu persentase tertinggi yang dicapai yaitu sebesar 90% pada sessi keempat, dan sessi keenam. pengukuran pada fase base line-2 dilakukan selama tiga kali pengukuran, pada fase ini siswa tidak diberikan perlakuan tetapi diberikan tes berupa soal-soal operasi penjumlahan dengan hasil akhir akhir tidak lebih dari sepuluh. Dimana persentase yang diperoleh siswa pada fase ini yaitu sebesar 70%. B. Analisis Data 1. Analisis Dalam Kondisi a. Panjang Kondisi Panjang kondisi adalah banyaknya data atau menunjukan jumlah sessi dalam setiap fase. Panjang kondisi atau banyaknya data dalam kondisi baseline tidak ada ketentuan pasti. Namun demikian, Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data menunjukan stabilitas arah yang jelas. Pada penelitian ini terdapat tiga fase yaitu fase baseline-1 (A-1) dimana RZ sebelum dberikan perlakuan, fase intervensi (B) kondisi dimana RZ diberikan perlakuan

8 56 atau intervensi, dan terakhir fase baseline-2 (A-2) dimana pada saat RZ sudah diberikan perlakuan. Secara visual panjang kondisi ketiga fase tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini. Tabel 4.4 DATA PANJANG KONDISI Kondisi A-1 B A-2 Panjang Kondisi b. Estimasi Kecenderungan Arah Estimasi kecenderungan arah adalah dengan melihat perkembangan perilaku RZ yang digambarkan oleh garis naik, sejajar, atau turun dengan menggunakan metode belah tengah (split-midle). Untuk mengunakan metode split-midle ini diperhatikan langka-langkah dibawah ini: 1). Membagi data pada fase baseline atau intervensi menjadi dua bagian 2). Bagian kanan dan kiri juga masing-masing dibagi menjadi dua bagian 3). Tariklah posisi median pada bagian dari masing-masing posisi belahan 4). Tariklah garis sejajar dengan basis yang menghubungkan titik temu antara garis grafik dengan garis belahan kanan dan kiri, garisnya naik, mendatar atau turun. seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini.

9 57 Grafik Estimasi Kecenderungan Arah 100 Persentase Kemampuan Berhitung Operasi Penjumlahan Grafik 4.5 Estimasi Kecenderungan Arah Dari grafik 4.5 di atas, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan data pada baseline-1 adalah menurun, pada fase intervensi kecenderungan arah datanya yaitu naik, selanjutnya pada fase baseline-2 kecenderungan arah datanya adalah mendatar. Grafik di atas dimasukan ke dalam tabel estimasi kecenderungan arah, seperti yang terlihat dibawah ini. Tabel 4.5 DATA ESTIMASI KECENDERUNGAN ARAH Kondisi A-1 B A-2 Estimasi Kecenderungan (-) (+) (=) Arah c. Kecenderungan Stabilitas Menentukan kecenderungan stabilitas kemampuan anak dalam kondisi baseline maupun intervensi menggunakan kriteria stabilitas 15% persentase

10 58 stabilitas sebesar 85% - 90% dikatakan stabil, sedangkan stabilitas dibawah itu dikatakan dikatakan tidak stabil atau variabel (Sunanto,et.al.2006:80). Cara perhitungan dalam menentukan kecenderungan stabilitas adalah sebagai berikut. 1) Menghitung trend stability dengan menggunakan kriteria stabilitas 15% (0,15 x nilai tertinggi). 2) Menghitung mean level (jumlah keseluruhan skor yang diperoleh pada setiap kondisi atau fase dibagi dengan banyaknya sessi pada fase tersebut). 3) Menentukan batas atas dengan cara mean level ditambahkan dengan setengah rentang dari trend stability. 4) Menentukan batas bawah dengan cara mean level dikurangi dengan setengah rentang dari trend stability. 5) Menentukan kecenderungan stabilitas data point (menghitung persentase data point pada suatu kondisi atau fase yang berada dalam rentang stabilitas dengan cara : menghitung banyaknya data point yang berada dalam rentang batas atas dan batas bawah, di bagi dengan banyaknya sessi pada suatu kondisi atau fase. jika persentase mencapai 85%-90% dinyatakan stabil sedangkan jika di bawah itu dinyatakan tidak stabil atau variabel. Kecenderungan Stabilitas Baseline-1(A-1) Interval = 0,15 x nilai tertinggi

11 59 = 0,15 x 40 = 6 = 6 : 2 = 3 Mean level = = = 36,67 Batas atas = mean level + interval = 36, = 39,67 Batas bawah = mean level interval = 36,67-3 = 33,67 Trend stability = 2 : 3 x 100 = 66,67% (Variabel) Intervensi (B) Interval = 0,15 x nilai tertinggi = 0,15 x 90 = 13,5 =13,5 : 2 = 6,75

12 60 Mean level = = = Batas atas = mean level + interval = ,75 = Batas bawah = mean level interval = ,75 = Trend stability = 6 : 6 x 100 = 100% (stabil) Baseline-2 (A-2) Interval = 0,15 x nilai tertinggi = 0,15 x 70 = 10.5 = 10.5 : 2 = 5.25 Mean leavel = 70 Batas atas = mean level + interval = = Batas bawah = mean level interval

13 61 = = Trend stability = 3 : 3 x 100 = 100% (stabil) Tabel 4.6 DATA KECENDERUNGAN STABILITAS Kondisi A-1 B A-2 Kecenderungan 66,67% 100% 100% Stabilitas (variabel) (stabil) (stabil) Setelah menghitung trend stability dengan rumus di atas, maka didapatkan hasil pada fase baseline-1 sebesar 66,67% dapat disimpulkan bahwa kecenderungan stabilitasnya adalah variabel sesuai dengan kriteria yang diatas bahwa data stabil berkisar 85% - 90%, fase selanjutnya intervensi data kecenderungan stabilitas adalah stabil, persentasenya yaitu 100% artinya pada fase ini rentang data cenderung kecil atau tingkat variasi yang rendah artinya konsisten, terakhir pada fasse baseline-2 kecenderungan stabilitasnya yaitu stabil, artinya data cenderung kecil atau tingkat variasi yang konsisiten.

14 62 d. Kecenderungan Jejak Menentukan kecenderungan jejak data sama halnya dengan kecenderungan arah diatas. Oleh karena itu masukan hasil yang sama seperti kecenderungan stabilitas arah. Tabel 4.7 DATA KECENDERUNGAN JEJAK Kondisi A-1 B A-2 Kecenderungan data (-) (+) (=) e. Level Stabilitas dan Rentang Menentukan level stabilitas dan rentang yaitu dengan cara memasukan smasing-masing kondisi angka terkecil dan angka terbesar, sebagaimana telah dihitung diatas bahwa pada fase baseline-1 (A-1) datanya variabel. Adapun rentangnya yaitu 30% - 40%, pada fase intervensi (B) datanya stabil dengan rentang 70% - 90%, terakhir pada fase baseline-2 (A-2) datanya stabil dengan rentang yaitu 70%. Tabel 4.8 DATA LEVEL STABILITAS DAN RENTANG Kondisi A-1 B A-2 Level stabilitas dan 30% -40% 70% - 90 % 70% rentang variabel stabil stabil

15 63 f. Level Perubahan Dalam Menentukan level perubahan adalah dengan cara menandai data pertama dan data terakhir. Hitung selisih antara kedua data dan tentukan arahnya menaik atau menurun yang kemudian diberi tanda (+) jika membaik, (-) jika memburuk, dan (=) jika tidak ada perubahan. Tanda dalam level perubahan dapat disesuaikan dengan tujuan intervensi yaitu tanda (+) menunjukan makna yang membaik (meskipun menurun) dan tanda (-) menunjukan makna memburuk (meskipun menurun). Tabel 4.9 DATA LEVEL PERUBAHAN Kondisi A-1 B A-2 Level perubahan 40% - 30% (0%) 90 % - 70% (20%) 70% - 70% (0%) Level perubahan dalam penelitian ini adalah untuk melihat bagaiman data pada sessi terakhir, artinya perubahan yang terjadi pada setiap fase. Pada fase baseline-1 dari sessi pertama hingga sessi terakhir adalah 10% yang artinya nilai yang diperoleh RZ pada fase baseline-1 untuk sessi pertama dan sessi teakhir mengalami penurunan sebesar 10%. Pada fase intervensi perubahan yang terjadi yaitu sebesar 10%, terakhir pada fase baseline-2 tidak mengalami perubahan yakni nilai yang diperoleh RZ pada sessi pertama dan sessi terakhir sama yaitu 70%.

16 64 Jika keenam komponen analisis dalam kondisi dimasukkan pada format rangkuman, maka hasilnya dapat dilihat seperti di bawah ini. Tabel 4.10 HASIL ANALISIS DALAM KONDISI Kondisi A-1 B A-2 1. Panjang kondisi Estimasi kecenderungan arah (-) (+) (=) 3. Kecenderungan 66,67% 100% 100% arah (variabel) (stabil) (stabil) 4. Kecenderungan jejak 5. Level stabilitas dan rentang 30% -40% variabel (-) (+) (=) 70% - 90 % 70% stabil stabil 6. Level perubahan 40% - 30% (-0%) 90 % - 70% (20%) 70% - 70% (0%) 2. Analisis Antar Kondisi a. Jumlah Variabel Yang Diubah Pada data rekaan variabel yang diubah dari kondisi baseline-1 (A-1) ke intervensi (B) adalah 1, maka dengan demikian pada format akan diisi seperti berikut.

17 65 Tabel 4.11 DATA JUMLAH VARIABEL YANG DIUBAH Perubahan Kondisi B/A-1 A-2/B Jumlah variabel yang 1 1 diubah Dalam penelitian ini, jumlah variabel yang diubah adalah satu yaitu kemampuan operasi berhitung penjumlahan dengan hasil akhir tidak lebih dari 10. b. Perubahan Kecenderungan arah dan Efeknya Dalam menentukan perubahan kecenderungan arah dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi di atas (naik, tetap, ataupun turun) yaitu untuk melihat perubahan perilaku RZ baik sebelum, sedang, atau setelah diberikan perlakuan. Tabel 4.12 DATA PERUBAHAN KECENDERUNGAN ARAH dan EFEKNYA Perbandingan Kondisi B/A-1 A-2/B Perubahan kecenderungan arah dan efeknya (+) (-) (=) (+)

18 66 c. Perubahan Kecenderungan Stabilitas Perubahan kecenderungan stabilitas adalah untuk melihat stabilitas perilaku RZ dalam masing-masing kondisi baik pada baseline-1 (A-1) maupun intervensi (B) dan hasil dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini. Tabel 4.13 DATA PERUBAHAN KECENDERUNGAN STABILITAS Perubahan Kondisi B/A-1 A-2 / B Perubahan kecenderung stabilitas Stabil ke variabel Stabil ke stabil Pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa perbandingan kondisi antara kecenderungan stabilitas pada vase intervensi (B) dengan fase baseline-1 (A- 1) hasilnya yaitu pada fase intervensi perubahan kecenderungan stabilitasnya adalah stabil, kemudian pada fase baseline-1 (A-1) perubahan kecenderungan stabilitasnya variabel. Selanjutnya perbandingan kondisi perubahan kecenderungan stabilitas antara fase baseline-2 (A-2) dengan fase intervensi (B) hasilnya hampir sama yaitu perubahan kecenderungan stabilitas pada fase intervensi (B) yaitu stabil.

19 67 d. Perubahan Level Untuk melihat perubahan level antara akhir sessi pada fase baseline-1 (A- 1) dan awal sessi fase intervensi (B) yaitu dengan cara menetukan data point pada sessi terakhir pada kondisi baseline-1 (A-1) dan sessi awal intervensi (B), kemudian hitung selisih antara keduanya dan selanjutnya beritanda (+) bila naik, tanda (-) bila turun, dan (=) bila tidak ada perubahan. Baik buruknya kondisi sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel 4.14 DATA PERUBAHAN LEVEL Perubahan Kondisi B / A-1 A-2 / B Perubahan Level 90% - 30% (60%) 70% - 80% (-10%) Dari data tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa perubahan level dari intervensi ke baseline-1 mengalami peningkatan.kemudian perbandingan antara baseline-2 dengan intervensi mengalami penurunan, akan tetapi bila dibandingkan dengan baseline-1 pada fase baseline-2 anak mengalami peningkatan. e. Data Overlap Data overlap atau data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinya data yang sama pada kedua kondisi yaitu kondisi antara fase

20 68 baseline-1 (A-1) dengan fase intervensi (B). Data yang overlap menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi yaitu pada baseline-1 dan pada fase intervensi dan semakin banyak data yang tumpang tindih semakin menguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi tersebut, dengan kata lain semakin kecil persentase overlap maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior. Menentukan overlap data pada kondisi fase baseline dan fase intervensi adalah dengan cara sebagai berikut: 1) Lihat kembali atas bawah dan batas atas pada kondisi fase baseline 2) Hitung ada berapa data paoint pada kondisi fase intervensi yang berada pada rentang batas atas dan batas bawah kondisi fase baseline-1 maupun pada fase baseline-2. 3) Apabila diperoleh data yang overlap pada fase intervensi maka dibagi dengan banyaknya data point dalam kondisi fase intervensi dan dikalikan 100. a) Overlap tahap baseline-1 (A-1) dan intervensi (B) adalah untuk mengetahui apakah dalam tahap intervensi ada skor yang masuk ke batas atas dan batas bawah baseline-1 (A-1), seperti terlihat dalam grafik 4.6

21 69 Persentase Kemampuan Berhitung Operasi Penjumlahan Overlap A-1 dan B Batas Atas Batas Bawah Grafik 4.6 Overlap Baseline-1 (A-1) dan Intervensi (B) Dari grafik 4.6 dapat dismpulkan bahwa tidak ada yang masuk ke dalam batas atas dan atas bawah baseline-1 (A-1). b) Overlap tahap intervensi (B) dan baseline-2 (A-2) adalah untuk mengetahui apakah dalam tahap baseline-2 (A-2) ada skor yang masuk ke batas atas dan batas bawah intervensi. Seperti yang telibat pada grafik 4.7. Persentase Kemampuan Berhitung Operasi Penjumlahan Overlap A-2 dan B Batas Atas Batas Bawah

22 70 Grafik 4.7 Overlap Baseline-2 (A-2) dan Intervensi (B) Dari grafik 4.7 dapat disimpulkan bahwa skor yang diperoleh pada fase baseline-2 (A-2) tidak ada yang masuk ke dalam batas atas dan batas bawah fase intervensi (B). Tabel 4.15 DATA PERSENTASE OVERLAP Perubahan Kondisi B / A-1 A-2 / B Persentase Overlap 0 : 3 x 100 = 0% 0 : 3 x 100 = 0% Tabel 4.16 HASIL ANALISIS VISUAL KONDISI Perubahan Kondisi B / A-1 A-2 / B 1. Jumlah variabel yang di ubah Perubahan kecenderungan arah dan efeknya (+) (-) (=) (+) 3. Perubahan kecenderungan stabilitas Stabil ke variabel Stabil ke stabil 4. Perubahan Level 90% - 30% (60%) 70% - 80% (-10%) 5. Persentase Overlap 0 : 3 x 100 = 0% 0 : 3 x 100 = 0%

23 71 Mean level pada masing-masing fase yaitu fase baseline-1 (A-1), fase intervensi (B), dan fase baseline-2 (A-2)dapat dilihat pada grafik 4.8 berikut ini , ,67 Baseline-1 Intervensi Baseline-2 0 A-1 B A-2 Grafik 4.8 Mean Level Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan Pada grafik 4..8 menunjukkan bahwa adanya peningkatan pada mean level kemampuan subjek dalam operasi hitung penjumlahan. Hal ini dapat terlihat dari mean level persentase pada ketiga fase yaitu pada fase baseline-1 (B) sebesar 81,67%, dab fase baseline-2 (A-2) mean (A-1) sebesar 36.67%, pada fase intervensi level turun menjadi 70%. Fase baseline-2 merupakan fase kontrol dimana pada fase ini menjadi tolak ukur untuk kondisi intervensi sehingga dapat dilihat apakah terjadi peningkatan pada kemampuan operasi hitung penjumlahan RZ setelah diberikan intervensi.

24 72 C. Pembahasan Salah satu upaya untuk mengevaluasi kemungkinan anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam operasi hitung penjumlahan, maka kita dapat melakukan salah satu cara dengan mengamati secara khusus terhadap berbagai kesulitan dan kekeliruan yang sering dilakukan oleh anak dalam melakukan operasi hitung penjumlahan. Dalam penelitian ini yang diamati adalah kemampuan operasi hitung penjumlahan yang hasil akhirnya tidak lebih dari 10 pada anak tunagrahita ringan. Kemampuan ini merupakan target behavior (variabel terikat) yang dalam penelitian ini diukur atau dianalisis secara kuantitatif. Dari hasil penelitian ini dapat lihat bagaimana pengaruh penggunaan media tanga bilangan terhadap kemampuan operasi hitung penjumlahan pada anak tunagrahita ringan (RZ). Hal ini dapat diketahui dengan cara membandingkan bagaimana kemampuan awal (RZ) dalam menjawab soal penjumlahan yang diberikan kepadanya. Selanjutnya setelah melakukan tes kemampuan awal RZ tunagrahita ringan diambil kesimpulan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal penjumlahan. Hal tersebut dikarenakan siswa belum memahami konsep operasi hitung penjumlahan 1 sampai denga 10. belum memahami simbol angka bulat, kurang mampu memahami instruksi yang diberikan, dan rz mengalami asosiasi visual-motor yaitu RZ hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya. Apabila dilihat dari tahapan belajarnya, RZ yang menjadi subjek dalam penelitian ini termasuk pada tahapan belajar konkret dan semi konkret. oleh

25 73 karena itu untuk membantu RZ dalam proses belajarnya, terutama dalam operasi hitung penjumlahan perlu adanya bantuan dengan menggunakan suatu media pelajaran. Pada penelitian ini, media yang digunakan untuk membantu belajar RZ adalah media tangga bilangan. Melalui media tangga bilangan ini RZ dibawa untuk mempersepsi konsep operasi hitung penjumlahan secara benar yang sesuai dengan tahapan konkret. Media tangga bilangan ini diharapkan dapat membentuk persepsi tentang konsep operasi hitung penjumlahan dan mengurangi hal-hal yang bersifat verbalisme serta mengurangi kekeliruan yang dilakukan oleh anak. Proses pembelajaran dengan mengguanakan media tangga bilangan secara tepat akan mengatasi persepsi, sikap pasif RZ, dan dapat memberikan rangsangan, pengalaman, serta menimbulkan persepsi yang sama pada RZ. Apabila peran dan fungsi media kita kaitkan dengan pemberian media pada penelitian ini yaitu media tangga bilangan dalam kemampuan operasi hitung penjumlahan bilangan yang hasil akhirnya tidak lebih dari 10 dengan perubahan pemahaman anak, maka dapat digambarkan bahwa telah terjadi peningkatan skor yaitu dari 40% pada fase baseline-1 berubah menjadi 90% pada fase intervensi, dan terjadi penurunan pada fase baseline-2 yaitu 70%. Secara keseluruhan skor yang diperoleh dari ketiga sessi fase baseline-1 untuk kemampuan operasi hitung penjumlahan dengan hasil akhir tidak lebih dari 10, perhitungan persentasenya menunujukkan: sessi kesatu baseline-1 adalah 40%, sessi kedua baseline-2 adalah 40%, dan sessi ketiga baseline-1 adalah 30%. Selanjutnya skor yang diperoleh darikeenam sessi intervensi perhitungan persentasenya yaitu sessi kesatu fase intervensi adalah 70%, sessi kedua fase

26 74 intervensi adalah 80%, sessi ketiga fase intervensi adalah 80%, sessi keempat fase intervensi adalah 90%, sessi kelima fase intervensi adalah 80%, sessi keenam fase intervensi adalah 90%. Kemudian skor yang diperoleh siswa pada fase baseline-2 perhitungan persentasenya yaitu sessi pertama fase baseline-2 adalah 70%, sessi kedua fasse baseline-2 adalah 70%, sessi ketiga fase baseline-2 adalah 70%. Dari perhitungan ketiga fase tersebut di atas yaitu baseline-1, intervensi, dan baseline-2 telah terjadi peningkatan kemampuan operasi hitung penjumlahan dengan hasil akhir tidak lebih dari 10 pada RZ. Perbandingan skor rata-rata dari ketiga sessi pada fase baseline-1 (A-1), enam sessi pada fase intervensi, dan tiga sessi pada fase baseline-2, menunjukkan rata-rata skor kemampuan operasi hitung penjumlahan pada baseline-1 lebih kecil yaitu 36.67%, dari fase intervensi mendapat 81,67%, sedangkan pada fasse baseline-2 skor rata-ratanya adalah 70%. Skor pada fase baseline-2 mengalami penurunan dari fase intervensi, akan tetapi bila dibandingkan dengan fase baseline-1 menunjukkan bahwa fase baseline-2 mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan operasi hitung penjumlahan pada anak tunagrahita ringan meningkat setelah diberikan intervensi dengan menggunakan media tangga bilangan. Hal ini dikarenakan tampilnya lambang-lambang visual yang dapat memperjelas lambang verbal yang memungkinkan para siswa lebih mudah memahami konsep operasi hitung penjumlahan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Langkah pertama dalam pengambilan data ialah melakukan pengukuran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Langkah pertama dalam pengambilan data ialah melakukan pengukuran 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Baseline (A-1) Langkah pertama dalam pengambilan data ialah melakukan pengukuran kemampuan matematika dasar khususnya dalam penjumlahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian mengacu pada indikator penelitian berupa (1) Kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian mengacu pada indikator penelitian berupa (1) Kemampuan 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas hasil penelitian yang didapat dari lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh penggunaan media animasi komputer MANTAP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Waktu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Waktu 6 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Keterampilan mencuci sepeda motor peserta didik tunagrahita diperoleh melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Waktu pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode eksperimen dengan rancangan penelitian subjek tunggal (Single Subjek Research/SSR), yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB II KETERAMPILAN SOSIAL ANAL TUNAGRAHITA RINGAN DAN LATIHAN OLAH VOKAL DALAM BERNYANYI...

BAB II KETERAMPILAN SOSIAL ANAL TUNAGRAHITA RINGAN DAN LATIHAN OLAH VOKAL DALAM BERNYANYI... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Abstrak... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xi Daftar Grafik...

DAFTAR ISI. Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Abstrak... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xi Daftar Grafik... DAFTAR ISI Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Abstrak... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xi Daftar Grafik... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Indentifiasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tunggal (single subject research), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada subyek

BAB III METODE PENELITIAN. tunggal (single subject research), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada subyek 23 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode dengan subyek tunggal (single subject research), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada subyek dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. UCAPAN TERIMAKASIH... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI. UCAPAN TERIMAKASIH... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI UCAPAN TERIMAKASIH... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume Nomor September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 205-220 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGHIAS SANDAL JEPIT MELALUI MEDIA AUDIO

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Work Shop Otomotif UPI yang terletak di Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung Tlp./Fax. 022-2020162.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan subjek tunggal (Single Subject Tunggal) yaitu suatu metode yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Kelamin : Laki-Laki TTL : Bandung, 10 Februari 1999

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Kelamin : Laki-Laki TTL : Bandung, 10 Februari 1999 BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian Nama : MP Jenis Kelamin : Laki-Laki TTL : Bandung, 10 Februari 1999 Usia : 14 tahun. Alamat : Jln. H.Anwar No.34/189A Cijerah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA... 70 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Penelitian yang berjudul Kegiatan Meronce Manik-Manik untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang, memiliki dua variabel penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang keterampilan SLB Rama Sejahtera. Peneliti melakukan penelitian pada saat jam pelajaran keterampilan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume Nomor September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 169-181 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN METODE ABACA-BACA PADA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian tunggal yang dikenal dengan istilah single subject research

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian tunggal yang dikenal dengan istilah single subject research 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah metode penelitian tunggal yang dikenal dengan istilah single subject research (SSR)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERJALAN ANAK CEREBRAL PALSY (CP) TIPE SPASTIK MELALUI BERMAIN DI AIR

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERJALAN ANAK CEREBRAL PALSY (CP) TIPE SPASTIK MELALUI BERMAIN DI AIR Volume 3 Nomor 3 Septrmber 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 98-110 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERJALAN ANAK CEREBRAL PALSY (CP) TIPE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Target Behavior BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah satu orang anak di PSBN Wyata Guna Bandung. Nama : MTS Jenis Kelamin :

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016 Efektifitas Flash Card Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Alphabet Pada Siswa Tunarungu Kelas Tk-A2 SLB Negeri Cicendo Kota Bandung Riani Rachmawati, Tati Hernawati, dan Juhanaini Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tabel bilangan. Media

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tabel bilangan. Media 26 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABLE PENELITIAN 1. Definisi Konsep Variabel a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tabel bilangan. Media adalah alat atau bahan yang digunakan dalam proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan salah satu cara yang dipergunakan untuk menjawab suatu permasalahan, yang dihadapi dalam suatu penelitian agar tercapai suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran yang objektif tentang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran yang objektif tentang BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran yang objektif tentang pengaruh motivasi belajar ekstrinsik terhadap kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan untuk memperoleh data, informasi, keterangan, dan hal-hal lain yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas dan Variabel terikat ( target behavior )

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas dan Variabel terikat ( target behavior ) BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu Variabel bebas dan Variabel terikat ( target behavior ) 1. Variabel bebas adalah variabel yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL. DAFTAR DIAGRAM..

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL. DAFTAR DIAGRAM.. DAFTAR ISI ABSTRAK. KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR DIAGRAM.. i ii iii vi ix xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi Masalah.. 7 C. Batasan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :243-255 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERKALIAN MELALUI MEDIA FLIP CHART BAGI ANAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen, karena penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Ripan Lismana, 2012 Pengaruh Penggunaan Jarimatika Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

DAFTAR ISI. Ripan Lismana, 2012 Pengaruh Penggunaan Jarimatika Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK ii KATA PENGANTAR. iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu diamati dalam penelitian. Dengan demikian variabel dapat berbentuk benda atau kejadian

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 2 April 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 17-37 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BINA DIRI MELALUI ANALISIS TUGAS PADA ANAK TUNAGRAHITA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah proses penilaian di lapangan selesai, maka pada bab ini peneliti akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah proses penilaian di lapangan selesai, maka pada bab ini peneliti akan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah proses penilaian di lapangan selesai, maka pada bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen 19 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen dengan menggunakan desain Single Subject Research (SSR). Sugiyono (2007: 11) mengemukakan bahwa Metode

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) PENGGUNAAN SENAM OTAK (BRAIN GYM) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN BAGI

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) ABSTRAK Nike Novita Sari. (2015). Meningkatkan Keterampilan Memasang Baju Melalui Metode Modeling Pada Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Al- Azhar Bukittinggi (Single Subject Research). Skripsi Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Definisi konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang bersifat ekperimen dengan subjek tunggal (single subjet research), yaitu penilitian yang dilaksanakan pada satu subjek.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menurut Hact dan Farhady (Sugiyono, 2011:38) Secara teoritis variabel penelitian dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Penelitian dilakukan untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang dinilai perlu adanya pembuktian dengan berbagai macam rangkaian pengujian sehingga didapatkan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) EFEKTIFITAS MEDIA DEKAK-DEKAK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL NILAI TEMPAT BILANGAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Oleh Dita Risfamelia Abstract This research background of the problems

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Permainan Alat Musik Drum untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik, terdapat dua variabel

Lebih terperinci

X₁ X₂ X₃ X₄ X₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ O₁ O₂ O₃ O₄ O₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ Baselin1 (A1) Intervensi (B) Baseline (A2)

X₁ X₂ X₃ X₄ X₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ O₁ O₂ O₃ O₄ O₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ Baselin1 (A1) Intervensi (B) Baseline (A2) BAB III METODE PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah maka penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan kasus tunggal atau Single Subject Research (SSR). Metode penelitian eksperimen yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. 1. Variabel bebas (Variabel Independen), yaitu: variabel yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya suatu metode yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya suatu metode yang akan 22 BAB III METODE PENELITIAN Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya suatu metode yang akan digunakan. Adapun tujuannya adalah untuk memperoleh pemecahan masalah dari suatu masalah yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 72) metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen Single Subject Research (SSR), yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat akibat dari pemberian perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SLB D YPAC Bandung yang berada di jalan Mustang no. 46 Bandung. Penelitian ini dilakukan di luar

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 756-769 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL RAMBU-RAMBU DI SEKOLAH MELALUI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam metode ini adalah metode penelitiansubjek tunggal yang dikenal dengan istilah single subject research (SSR). Penelitian subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah salah satu sekolah luar biasa yang berada di kota Bandung yang terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, adapun penjelasannya sebagai berikut : 1. Variabel

Lebih terperinci

THE EFFECT OF THE PICTORIAL NUMERIC CARD MEDIA TOWARD IMPROVEMENT OF THE SUMMATION COMPUTATION ABILITY FOR STUDENT WITH INTELLECTUAL DISSABILITY

THE EFFECT OF THE PICTORIAL NUMERIC CARD MEDIA TOWARD IMPROVEMENT OF THE SUMMATION COMPUTATION ABILITY FOR STUDENT WITH INTELLECTUAL DISSABILITY THE EFFECT OF THE PICTORIAL NUMERIC CARD MEDIA TOWARD IMPROVEMENT OF THE SUMMATION COMPUTATION ABILITY FOR STUDENT WITH INTELLECTUAL DISSABILITY (Pengaruh Media Kartu Angka Bergambar Terhadap Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL PENELITIAN 1. Definisi Konsep Variabel a. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media Power. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Maret. Namun, pelaksanaan observasi dilakukan mulai tanggal 27 januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Maret. Namun, pelaksanaan observasi dilakukan mulai tanggal 27 januari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Januari sampai dengan 8 Maret. Namun, pelaksanaan observasi dilakukan mulai tanggal 27

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv vi ix x xi BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian Nama : I Jenis Kelamin : Laki-Laki TTL : Bandung, 27 April 2003 Agama : Islam Alamat : Kp. Lebak Cihideung Lembang Kelas :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1. Pengertian Bahasa... 21

DAFTAR ISI. 1. Pengertian Bahasa... 21 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xii DAFTAR GRAFIK... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Paradigma Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: a. Variabel bebas (variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep a. Variabel Bebas Variabel bebas adalah yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan ataupun timbulnya variabel terikat, atau disebut

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :256-262 Peningkatan Kemampuan Membuat Kalung Berbahan Kancing Baju Melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep a. Variabel Bebas Variabel bebas adalah yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan ataupun timbulnya variabel terikat, atau disebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu objek yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel yang terdapat pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat Tanggal Lahir:Bandung, 21 April : III (Tiga) SDLB Purnama Asih Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat Tanggal Lahir:Bandung, 21 April : III (Tiga) SDLB Purnama Asih Bandung BAB III METODE PENELITIAN A. SUBJEK DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian Subjek yang diteliti merupakan subjek tunggal, sesuai dengan metode penelitian yang digunakan, yaitu penelitian subjek tunggal.

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :224-233 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN SEDERHANA MELALUI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tepat, ketepatan ini akan menjadikan kualitas penelitian menjadi baik. Terdapat dua

BAB III METODE PENELITIAN. tepat, ketepatan ini akan menjadikan kualitas penelitian menjadi baik. Terdapat dua 25 BAB III METODE PENELITIAN Hasil penelitian yang benar berangkat dari pemilihan metode penelitian yang tepat, ketepatan ini akan menjadikan kualitas penelitian menjadi baik. Terdapat dua macam penelitian,

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 277-288 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MEDIA SEQUENCING

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 588-600 IMPROVING WRITING SKILLS FOR BEGINNING THROUGH FINGER PAINTING CHILD

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) ABSTRAK Ibadurrahman (2011):Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Deret Kesamping Melalui

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :132-140 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN BILANGAN BULAT 1-10 BAGI ANAK

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Aromaterapi Cendana Dengan Teknik Vaporizer Terhadap Perilaku Agresif Pada Anak Tunagrahita Dalam Pembelajaran Di PAUD Wisana

Pengaruh Penggunaan Aromaterapi Cendana Dengan Teknik Vaporizer Terhadap Perilaku Agresif Pada Anak Tunagrahita Dalam Pembelajaran Di PAUD Wisana BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Penggunaan Aromaterapi Cendana Di Kelas dalam Pembelajaran Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan aromaterapi cendana di kelas dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2011: 61) variabel ini sering disebut stimulus,

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2011: 61) variabel ini sering disebut stimulus, BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Menurut Sugiyono (2011: 61) variabel ini sering disebut stimulus, prediktor, antecedent...variabel bebas adalah merupakan variabel yang

Lebih terperinci

Pengaruh Pembelajaran KontekstualTerhadap Kemampuan Berhitung Pengurangan Pada Siswa Tunagrahita Kelas 4

Pengaruh Pembelajaran KontekstualTerhadap Kemampuan Berhitung Pengurangan Pada Siswa Tunagrahita Kelas 4 Pengaruh Pembelajaran KontekstualTerhadap Kemampuan Berhitung Pengurangan Pada Siswa Tunagrahita Kelas 4 Devina Rahmadiani Kamaruddin Nur *1 Sulthoni *2 1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :63-70 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA DASAR MELALUI PERMAINAN TEROPONG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Nurlaela Damayanti, 2013

DAFTAR ISI Nurlaela Damayanti, 2013 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vii

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Nadiah Faradita Muthmainnah Abstrak:Penelitian ini berawal dari ditemukannya seorang

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

PENGARUH PERMAINAN KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN PENGARUH PERMAINAN KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN (Penelitian Eksperiemen Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan kelas IV) Drs. H. Ahmad Mulyadiprana,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai atribut dalam penelitian berupa benda atau kejadian yang dapat diamati dan dapat di ukur perubahannya. Sesuai pernyataan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG PEMBAGIAN BAGI SISWA AUTISTIK KELAS IV SD DI SLB TEGAR HARAPAN YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel yaitu batasan konsep-konsep atau pengertian yang terkandung dalam permasalahan penelitian. Hatch dan Farhady dalam Sugiyono (2007: 60) menyatakan:

Lebih terperinci

Pengaruh Tabel Perkalian Jurus Jari Sakti

Pengaruh Tabel Perkalian Jurus Jari Sakti Riset» Pengaruh TabelPerkalianJurus Jari Sakti» Tjutju, Sugiarmin, Sunardi, Sima, Ehan Pengaruh Tabel Perkalian Jurus Jari Sakti terhadap Peningkatan Kemampuan Perkalian pada Anak Tunagrahita ringan Tjutju

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terkendalikan. Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment). dua variabel. Variabel-variabel tersebut adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. terkendalikan. Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment). dua variabel. Variabel-variabel tersebut adalah : BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen menurut Sugiyono

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 Sebtember 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 241-250 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN PECAHAN DALAM PEMECAHAN MASALAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel Variabel penelitian dapat diartikan sebagai (1) atribut mengenai sesuatu yang diamati dalam penelitian, (2) suatu konsep yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Bebas (X) Variabel bebas (X), yaitu penerapan teknik latihan graphomotor. Secara harfiah graphomotor terdiri dari dua yakni grapho

Lebih terperinci

BAB III MEDOTE PENELITIAN

BAB III MEDOTE PENELITIAN 29 BAB III MEDOTE PENELITIAN A. Metode Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008, hlm.3). Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di SLB-D YPAC Bandung. Intervensi dilakukan di ruang kelas selama dua jam pelajaran. Berhubung beberapa kali terpotong oleh hari libur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk BAB III METODE PENELITIAN Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007:3). Pada penelitian ini, peneliti bermaksud

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian Nama : SR Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 19 April 1999 Usia : 14 tahun Agama : Islam Alamat Kelas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Eli Wibawati, 2013

DAFTAR ISI Eli Wibawati, 2013 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

Bermain Peran dalam Kehidupan Keluarga

Bermain Peran dalam Kehidupan Keluarga Riset Bermain Peran da/am Kehidupan Keluarga Andri, Hidayat Bermain Peran dalam Kehidupan Keluarga untuk kan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Sedang Andri Sudiarsa & Hidayat Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 429-437 EFEKTIFITAS BERMAIN PLAY DOUGH UNTUK MENINGKATKAN MOTORIK HALUS

Lebih terperinci

THE EFFECT OF ROLE PLAYING METHOD TOWARD THE ABILITY OF FICTION READING COMPREHENSION OF HEARING IMPAIRMENT STUDENT

THE EFFECT OF ROLE PLAYING METHOD TOWARD THE ABILITY OF FICTION READING COMPREHENSION OF HEARING IMPAIRMENT STUDENT THE EFFECT OF ROLE PLAYING METHOD TOWARD THE ABILITY OF FICTION READING COMPREHENSION OF HEARING IMPAIRMENT STUDENT (Pengaruh Metode Role Playing Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Bacaan Fiksi Siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Variable Penelitian Variable merupakan ciri-ciri atau gejala-gejala dari sesuatu yang dapat diukur secara kualitatif atau kuantitafif. Secara teoritis Hatch dan Farhady

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen subjek tunggal. Metode eksperimen subjek tunggal berbeda dengan metode eksperimen

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 610-619 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MULTI METODE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 639-648 Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Tari Melalui Media Audio

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menentukan metode merupakan langkah penting sebuah penelitian karena akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian metode

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN MOTORIK HALUS MELALUI KETERAMPILAN MEMBUAT KALUNG PADA ANAK TUNAGRAHITA

Lebih terperinci

Putri Nur Hakiki, Endro Wahyuno. Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Malang, Malang

Putri Nur Hakiki, Endro Wahyuno. Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Malang, Malang JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR BIASA, 4(1): 69-74 The Effect of Perception Exercise of Tactual Sally Mangold toward Early Reading Capability for Students with Hearing Impairment (Pengaruh

Lebih terperinci