BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian mengacu pada indikator penelitian berupa (1) Kemampuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian mengacu pada indikator penelitian berupa (1) Kemampuan"

Transkripsi

1 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas hasil penelitian yang didapat dari lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh penggunaan media animasi komputer MANTAP dalam meningkatkan kemampuan berhitung pada siswa tunagrahita ringan. Uraian hasil penelitian dan pembahasan adalah berikut ini : A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengacu pada indikator penelitian berupa (1) Kemampuan membaca lambang bilangan, (2) Mengurutkan lambang bilangan 1-10 (3) Menghitung banyaknya benda, (4) Menunjukan hasil operasi hitung secara semi kongkrit sampai dengan bilangan 10, Menunjukan hasil operasi hitung secara abstrak sampai dengan bilangan 10 (5), adapun hasil penelitiannya adalah sebagai berikut : 1. Baseline (A-1) Pegambilan data pada fase ini dilakukan sebanyak 4x sesi, setiap harinya dilakukan 1x sesi, data berasal dari hasil pengisian lembar kerja siswa dengan bentuk soal isian. Setelah data baseline (A-1) menunjukkan data stabil, maka proses intervensi baru akan dilakukan.

2 52 Tabel 4.1 Pencatatan Skor Perolehan BG pada Fase Baseline No Aspek yang di nilai Skor Perolehan Membaca lambang bilangan Mengurutkan lambang bilangan Menghitung banyaknya benda Menunjukan hasil operasi hitung penjumlahan banyak secara semi kongkrit Menunjukan hasil operasi hitung penjumlahan banyak secara abstrak Jumlah skor pada tiap sesi Data pencatatan skor perolehan kemampuan berhitung BG yang diperoleh pada tiap-tiap indikator setiap sesi akan dijumlahkan dan menjadi skor akhir pada setiap sesinya. Data yang berupa skor akhir dipresentasekan dengan cara : P = skor siswa skor maximal x 100

3 53 Berdasarkan data hasil pencatatan skor perolehan di atas, maka presentase yang didapatkan untuk kemampuan berhitung BG adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Data baseline 1 (A-1) Subjek BG NO SESI JUMLAH SKOR SKOR PERSENTASE SOAL MAKSIMAL % % % % Tabel di atas menunjukkan bahwa pada fase baseline (A-1) dalam empat sesi diperoleh skor adalah 9 dengan persentase 36% Hasil data BG dipaparkan ke dalam bentuk grafik sebagai berikut :

4 Persentase Kemampuan berhitung BASELINE (A-1) Grafik 4.1 Kemampuan berhitung Pada Fase Baseline 1 Berdasarkan grafik di atas, BG sesi ke 1, 2, 3 dan 4 memperoleh skor 9, dengan persentase sebesar 36% dari ke 4 sesi tersebut. Grafik 4.1 di atas menggambarkan kondisi awal subjek sebelum diberi perlakuan. Skor ini menggambarkan bahwa subjek sudah mampu membaca lambang bilangan dan menghitung benda, namun kadang masih melakukan beberapa kesalahan. Dari hasil perolehan keempat skor, hal ini telah menggambarkan kestabilan tingkat stabilitas. Berhubung hasil dari baseline 1 sudah stabil, maka dapat dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu intervensi (B). 2. Intervensi (B) Setelah diperoleh data yang stabil mengenai kemampuan berhitung yang dimiliki oleh subjek penelitian pada fase baseline 1, maka dapat dilakukan

5 55 penelitian pada fase selanjutnya yaitu fase intervensi dengan melakukan penelitian terhadap kemampuan berhitung subjek dengan menggunakan media animasi komputer MANTAP. Adapun hasil penelitian dari fase intervensi ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Pencatatan Skor Perolehan BG pada Fase Intervensi (B) Skor perolehan No Aspek yang di nilai Membaca lambang bilangan Mengurutkan lambang bilangan Menghitung banyaknya benda Menunjukan hasil operasi hitung penjumlahan banyak secara semi kongkrit

6 56 5 Menunjukan hasil operasi hitung penjumlahan banyak secara abstrak Jumlah skor pada tiap sesi Tabel di atas menunjukkan bahwa pada fase intervensi (B) dalam 8 sesi skor terendah yang diperoleh adalah 14 dengan persentase 56%, dan skor tertinggi adalah 22 dengan persentase 88%. Berdasarkan data hasil pencatatan skor perolehan pada fase intervensi di atas, maka presentase yang didapatkan untuk kemampuan berhitung adalah sebagai berikut : NO. SESI Tabel 4.4 Data Presentase Intervensi (B) JUMLAH SKOR SKOR SOAL MAKSIMAL PERSENTASE % % % % % %

7 % % Tabel di atas menunjukkan bahwa pada fase intervensi (B) dalam 8 sesi skor terendah yang diperoleh adalah 14 dengan persentase 56 %, dan skor tertinggi adalah 22 dengan persentase 88 %. Hasil data BG dipaparkan ke dalam bentuk grafik sebagai berikut :

8 INTERVENSI Grafik 4.2 Perkembangan Kemampuan Berhitung BG pada Fase Intervensi Kemampuan berhitung BG pada fase intervensi (B) menunjukkan peningkatan, dari 8 sesi mendapatkan skor terendah 14 (56%), sesi selanjutnya memperoleh skor yang sama, lalu meningkat dengan perolehan skor 16 ( 64%), 17 (68%), kemudian naik menjadi 19 (76%) sampai pada skor tertinggi yaitu 22 (88%), selisih skor yang didapatkan BG pada fase ini sebesar 8 poin. Grafik intervensi di atas menunjukan tingkat ketidakstabilan data. Hasil yang didapat berada pada kisaran nilai dengan persentase sebesar 56% hingga 88% walaupun data belum stabil hasil intervensi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan.

9 59 Skor ini menunjukkan bahwa dari sesi pertama hingga sesi terakhir terdapat peningkatan skor. Subjek yang awalnya hanya mampu mengerjakan aspek membaca lambang bilangan dan menghitung banyaknya benda, sudah mampu mengerjakan soal mengurutkan lambang bilangan 1-10, menunujukan hasil operasi hitung penjumlahan secara semi konkrit 1-10, menunujukan hasil operasi hitung penjumlahan secara abstrak 1-10, walaupun anak masih melakukan kesalahan pada beberapa soal. a. Baseline (A-2) Data pada fase baseline ini dilakukan sebanyak empat sesi, setiap harinya dilakukan satu kali sesi, data berasal dari hasil pengisian lembar kerja siswa setelah diberikan perlakuan menggunakan media animasi komputer MANTAP. Di bawah ini merupakan pencatatan kemampuan berhitung pada fase baseline 2 (A-2) adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Pencatatan Skor Perolehan BG pada Fase Baseline (A-2) Skor Perolehan No Aspek yang di nilai Membaca lambang bilangan Mengurutkan lambang bilangan

10 60 3 Menghitung banyaknya benda Menunjukan hasil operasi hitung penjumlahan banyak secara semi kongkrit Menunjukan hasil operasi hitung penjumlahan banyak secara abstrak Jumlah skor pada tiap sesi Tabel 4.6 Data Persentase Baseline (A-2) NO SESI JUMLAH SKOR SKOR PERSENTASE SOAL MAKSIMAL % % % % Hasil data BG pada fase baseline A-2 dipaparkan ke dalam bentuk grafik sebagai berikut :

11 Persentase Kemampuan berhitung BASELINE (A-2) Grafik 4.3 Kemampuan berhitung BG pada Fase Baseline (A-2) Berlandaskan pada grafik 4.3 bahwa hasil yang diperoleh BG menunjukan bahwa pada sesi ke 13 perolehan skor adalah 22 (88%), sesi ke 14 skornya adalah 20 (80%), sesi ke 15 skornya adalah 21 (80%), dan yang terakhir yaitu sesi 16 mendapatkan skor 22 (70%). Data perolehan skor tersebut memberikan penjelasan bahwa skor tertinggi yang diperoleh BG ada fase baseline (A-2) adalah 22 dengan persentase sebesar 88% dan skor terendah adalah 20 yang menghasilkan presentase sebesar 80%. Skor pada fase menunjukkan peningkatan dari skor tertinggi yang diperoleh subjek pada fase intervensi. Kemampuan berhitung tidak berbeda jauh dari fase intervensi. Walaupun begitu, dapat terlihat

12 62 jelas bahwa pada fase baseline-2 terjadi perubahan yang cukup signifikan dibandingkan dari skor perolehan pada fase baseline-1. Karena pada fase Baseline 1 kemampuan BG menggambarkan bahwa subjek sudah mampu membaca lambang bilangan dan menghitung benda saja, tetapi pada fase baseline- 2 ini subjek sudah mampu mengerjakan soal mengurutkan lambang bilangan 1-10, menunujukan hasil operasi hitung penjumlahan secara semi konkrit 1-8, menunujukan hasil operasi hitung penjumlahan secara abstrak 1-7, walaupun anak masih melakukan kesalahan pada beberapa soal. Kemampuan berhitung yang ditunjukkan oleh BG mengalami peningkatan, untuk mengetahui perkembangan kemampuan berhitung yang terjadi pada BG dalam penelitian ini, maka peneliti menyajikan data sebagai berikut : kemampuan Berhitung BG sesi 16 Grafik 4.4

13 63 Keseluruhan Penelitian Perkembangan Kemampuan berhitung BG 1. Analisis Data a. Analisis dalam Kondisi 1) Panjang Kondisi Panjang kondisi merupakan panjang interval yang menunjukkan jumlah sesi dalam setiap fase. Pada penelitian ini terdapat 3 fase, fase baseline (A-1) terdiri dari 4 sesi, fase intervensi (B) terdiri dari 8 sesi dan fase baseline (A-2) terdiri dari 4 fase. Seperti dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini: Tabel. 4.7 Panjang Kondisi Kondisi A-1 B A-2 Panjang kondisi ) Estimasi Kecenderungan Arah Estimasi kecenderungan arah pada penelitian ini digunakan untuk melihat perkembangan kemampuan berhitung dengan menggunakan metode belah dua (split- middle) yang digambarkan oleh garis naik, sejajar atau turun dengan cara : a) Membagi data pada fase baseline atau intervensi menjadi dua bagian b) Membagi bagian kanan kiri menjadi dua bagian lagi

14 sesi c) Tarik garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara garis grafik dengan garis belahan kanan dan kiri, untuk mengetahui lebih jelasnya perhatikan gambar grafik di bawah ini: Series 1 Grafik 4.5 Estimasi Kecenderungan Arah Hasil analisis grafik estimasi kecenderungan arah di atas memberikan keterangan bahwa kecenderungan perkembangan kemampuan dari sesi awal hingga sesi terakhir pada setiap fasenya adalah menaik. Kecenderungan fase baseline (A-1) menunjukkan kestabilan data, sedangkan untuk fase intervensi (B) dan baseline (A-2) mengalami peningkatan, berikut ini merupakan tabel estimasi kecenderungan arah. Tabel 4.8 Estimasi Kecenderungan Arah

15 65 Kondisi A-1 B A-2 Estimasi Kecenderungan Arah (=) (+) (+) 3) Kecenderungan Stabilitas Menentukan kecenderungan stabilitas kemampuan anak dalam kondisi baik baseline maupun intervensi, dalam hal ini menggunakan kriteria stabilitas 15%. Kriteria presentase stabilitas sebesar 85%-90%, sedangkan dibawah itu dikatakan tidak stabil (variabel). (Sunanto et.al, 2006:79). Berikut adalah perhitungan kriteria stabilitas: a) Menghitung rentang stabilitas 15% (nilai tertinggi x 0,15) b) Menghitung mean level (jumlah poin data dibagi banyaknya sesi) c) Menentukan batas atas (mean level ditambah setengah dari rentang stabilitas) d) Menetukan batas bawah (mean level dikurangi setengah dari rentang stabilitas) e) Menentukan kecenderungan stabilitas data point dengan menghitung banyaknya data sesi yang berada dalam rentang batas atas dan batas bawah, dibagi banyaknya sesi. Jika persentase mencapai 85%-90% maka dikatakan stabil sedangkan dibawah itu dikatakan tidak stabil (variabel).

16 66 Mengacu pada hal tersebut maka untuk mengetahui kecenderungan stabilititas maka dilakukan perhitungan seperti di bawah ini : (1) Baseline (A-1) Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas = 9 x 0,15 = 1,35 Mean level = = 36 4 = 9 Batas atas = Mean level + 1 rentang stabilitas 2 = 9 + 0,67 = 9,67 Batas bawah = Mean level - 1 rentang stabilitas 2 = 9 0,67 = 8,33 Kecenderungan stabilitas = data dalam rentang : jumlah data/sesi = 4 4 x100% = 100% (Stabil) (2) Intervensi (B) Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas = 22 x 0.15 = 3,3

17 67 Mean level = Batas atas = = 17,1 = Mean level + 1 rentang stabilitas 2 = 17,1 + 1,65 = 18,75 Batas bawah = Mean level - 1 rentang stabilitas 2 = 17,1-1,65 = 15,45 Kecenderungan stabilitas = data dalam rentang : jumlah data/sesi = 3 8 x 100 (3) Baseline (A-2) Rentang stabilitas = 37,5% (Variabel) = skor tertinggi x kriteria stabilitas = 22 x 0.15 = 3,3 Mean level = = 85 4 = 21,25 Batas atas = Mean level + 1 rentang stabilitas 2 = 21,25 + 1,65 = 22,9 Batas bawah = Mean level - 1 rentang stabilitas 2

18 68 = 21,75-1,65 = 20,1 Kecenderungan stabilitas = data dalam rentang : jumlah data/sesi = 3 4 x 100 = 75% (Variabel) Hasil perhitungan data kecenderungan stabilitas, diperjelas melalui penyajian data dalam tabel berikut ini : Tabel 4.9 Kecenderungan Stabilitas Kondisi A-1 B A-2 Kecenderungan stabilitas Stabil (100%) Variabel (37,5%) Variabel (75%) Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa pada fase baseline (A-1), memperoleh tingkat stabilitas sebesar 100%, yang berarti bahwa tingkat kecenderungan stabilitasnya adalah stabil. Fase baseline (A-1) menerangkan bahwa rentang data yang cenderung kecil atau tingkat variasi rendah.

19 69 Tingkat kecenderungan stabilitas pada fase intervensi menunjukkan bahwa kecenderungan stabilitas adalah variabel, dengan persentase 37,5%, artinya pada fase ini rentang data cenderung besar atau tingkat variasi tinggi. Untuk fase baseline (A-2), dimana kecenderungan stabilitas memperoleh tingkat kecenderungan stabilitas sebesar 75%, yang berarti tingkat kecenderungan stabilitas adalah variabel, hal ini menjelaskan bahwa rentang data cenderung besar atau tingkat variasi tinggi. 1) Kecenderungan Jejak Data Menentukan kondisi kecenderungan jejak data sama halnya dengan menentukan kondisi kecenderungan arah sehingga data yang ada pada kondisi kecenderungan jejak data sama dengan data pada kondisi kecenderungan arah. Berikut ini merupakan tabel kondisi kecenderungan jejak data : Tabel 4.10 Kecenderungan Jejak Data Kondisi A-1 B A-2 Kecenderungan Jejak Datas (=) (+) (=) (-) (+) Level Stabilitas dan Rentang

20 70 Level stabilitas dan rentang ditentukan dengan cara mengambil skor terkecil dan terbesar yang diperoleh pada fasenya, di bawah ini penjelasan mengenai kondisi level stabilitas dan rentang : Tabel 4.11 Level Stabilitas dan Rentang Kondisi A-1 B A-2 Level stabilitas dan rentang Stabil (0-9) Variabel (16-22) Variabel (20-22) 1) Level Perubahan Level perubahan dilakukan dengan cara menghitung selisih data yang terbesar dan data yang terkecil dari setiap fase yang diperoleh. Tanda (+) menunjukan perubahan yang membaik, tanda (-) menunjukkan perubahan memburuk, sedangkan (=) menunjukkan tidak ada perubahan. Level perubahan yang terjadi pada setiap fase ditampilkan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.12 Level Perubahan Kondisi A-1 B A-2 Level perubahan 14-9 (+5) (+8) (+2) Mengacu pada tabel di atas maka kesimpulan yang diperoleh adalah pada fase baseline (A-1) level perubahan adalah +7, untuk fase intervensi (B) level

21 71 perubahannya adalah +6, sedangkan untuk fase baseline (A-2) level perubahan yang diperoleh sebesar +2. Komponen analisis visual dalam kondisi ini dirangkum dengan hasil sebagai berikut : Tabel Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi Kondisi A-1 B A-2 Panjang kondisi Estimasi Kecenderungan (=) (+) (+) Arah Kecenderungan Stabilitas Stabil (100%) Variabel (37,5 %) Variabel (75%) Jejak data Level stabilitas dan rentang Perubahan level (=) Stabil (0-9) 14-9 (+5) (=) (+) (-) (+) Variabel Variabel (14-22) (20-22) (+8) (+2) b. Analisis Antar Kondisi 1) Jumlah Variabel yang Diubah Pada data rekaan variabel yang diubah pada kondisi baseline (A-1) ke intervensi (B) adalah 1, dengan demikian pada format atau tabel akan terlihat seperti berikut ini :

22 72 Tabel 4.14 Data Jumlah Variabel Diubah Perbandingan Kondisi B/A-1 A-2/B Jumlah variabel yang diubah 1 1 2) Perubahan Kecendrungan dan Efeknya Perubahan kecenderungan arah ditentukan dengan cara mengambil data pada analisis dalam kondisi di atas (naik, tetap, atau turun), hal ini dilakukan untuk melihat perubahan perilaku. Tabel 4.15 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya Perbandingan Kondisi B B/A-1 A-2/B Perubahan e kecenderungan arah (+) (=) (+) (+) Kecenderungan arah perubahan yang terjadi pada subjek yang diteliti menjelaskan bahwa perubahan kecenderungan arah pada fase intervensi (B) dan fase baseline (A-1) cenderung meningkat (+). Perbandingan yang terjadi pada fase baseline (A-2) dengan fase intervensi (B) cenderung meningkat (+). 3) Perubahan Stabilitas

23 73 Perubahan kecenderungan stabilitas ini dimaksudkan untuk melihat stabilitas perilaku subjek dalam masing- masing kondisi, baik pada baseline maupun intervensi. Adapun data perubahan stabilitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.16 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Perbandingan Kondisi B/A-1 A-2/B Perubahan kecenderungan stabilitas Variabel ke stabil Variabel ke variabel Tabel di atas menunjukkan bahwa fase intervensi (B) perubahan kecenderungan stabilitas adalah variabel sedangkan pada fase baseline (A-1) perubahan kecenderungan stabilitasnya adalah stabil, sedangkan perbandingan perubahan kecenderungan stabilitas fase baseline A-2 dengan perubahan kecenderungan stabilitasnya adalah variabel. 4) Perubahan Level Menentukan perubahan level dapat dilakukan dengan menentukan dahulu data poin sesi terakhir kondisi baseline (A-1) dan sesi pertama pada kondisi intervensi (B), kemudian menghitung selisihnya dan tandai (+) bila naik, dan (=) tidak ada perubahan dan (-) bila turun, untuk lebih jelasnya perubahan level dijelaskan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.17

24 74 Data Perubahan Level Kondisi B/A-1 A-2/B Perbandingan kondisi 14-9 (+5) (0) Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan level dari fase intervensi (B) ke baseline (A-1) adalah meningkat, sedangkan dari baseline (A-2) ke intervensi (B) adalah tetap. 5) Data Overlap Overlap adalah kesamaan kondisi antara baseline A-1 dengan intervensi (B), dengan kata lain semakin kecil persentase overlap maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap terhadap target behavior. a) Data Overlap A-1/ B Data overlap berikut merupakan data overlap yang berasal dari kesamaan data intervensi dan baseline (A-1) dilihat dari acuan batas atas dan batas bawah baseline tersebut, berikut data overlap A-1/B disajikan dalam grafik berikut ini :

25 Grafik 4.6 Data Overlap A-1 dan B Grafik di atas dapat menunjukkan bahwa tidak ada skor intervensi yang termasuk batas atas dan batas bawah baseline A-1. a) Data overlap A-2/B Data overlap berikut merupakan data overlap yang berasal dari kesamaan data baseline (A-2) dan intervensi dilihat dari acuan batas atas dan batas bawah fase intervensi tersebut, berikut data overlap A-2/B disajikan dalam grafik berikut ini :

26 Grafik. 4.7 Data Overlap A-2 dan B Grafik di atas dapat terlihat bahwa tidak terdapat skor baseline A-2 dari ke- 2 subjek yang termasuk ke dalam skor batas atas dan batas bawah fase intervensi, untuk mempermudah dalam memahami data overlap A-2/B dalam penelitian ini, maka datanya disederhanakan dalam bentuk tabel berikut ini: Tabel Data Persentase Overlap Perbandingan Kondisi B/A-1 A-2/B Persentase Overlap 0 : 8 x 100 (0%) 0 : 4 x 100 (0%)

27 77 Tabel 4.19 Hasil Analisis Visual Antar Kondisi Perbandingan Kondisi B/A-1 A-2/B Jumlah variabel yang diubah 1 1 Perubahan kecenderungan efeknya (+) (+) (+) (+) Perubahan kecenderungan stabilitas Variabel ke stabil Variabel ke variabel Perubahan level 14-9 (+5) Persentase Overlap 0 : 8 x 100 (0%) (0) 0 : 4 x 100 (0%) Berikut adalah pengilustrasian perkembangan kemampuan berhitung pada subjek penelitian melalui perkembangan yang di deskripsikan melalui nilai mean level untuk setiap fase pada penelitian yang dilakukan. Adapaun penggambaran grafik adalah sebagai berikut:

28 Baseline (A-1) Intervensi (B) Baseline (A-2) Baseline (A-1) Intervensi (B) Baseline (A-2) Grafik. 4.8 Mean Level Kemampuan berhitung anak tunagrahita ringan Grafik di atas menggambarkan bahwa terdapat peningkatan mean level pada setiap fase. Pada fase baseline (A-1) mean levelnya adalah 9, lalu pada fase intervensi (B) mean levelnya adalah 17,1 dan pada fase baseline (A-2) mean level yang diperoleh mencapai 21, 25.

29 79 B. Pembahasan Berhitung merupakan suatu aktivitas yang memerlukan pengamatan bentuk, asosiasi gerak-gerik dan jalan yang beraturan (Whitherington dalam Tambunan,M. 2006:93). Berhitung artinya bekerja dua bilangan atau lebih (Pakasi, S. 1977:6). Untuk menemukan atau mengevaluasi kemungkinan anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam berhitung, kita dapat melakukan dengan cara mengamati secara khusus terhadap berbagai kesulitan dan kekeliruankekeliruan yang sering dilakukan anak dalam berhitung, maka upaya pengamatan terhadap kemampuan berhitung anak tunagrahita ringan merupakan bagian dari teknik pengumpulan data dan tujuan penelitian ini.oleh karena itu yang diamati dalam penelitian ini adalah beberapa bagian dari segmen berhitung yang dianggap lebih spesifik seperti menyebutkan bilangan, mengurutkan bilangan menghitung banyaknya benda, kemampuan operasi penjumlahan yang hasilnya tidak lebih dari 10 pada anak tunagrahita ringan. Kemampuan ini merupakan target behavior (variabel) yang dalam penelitian ini diukur atau dianalis secara Subject Single Research. Berdasarkan persoalan-persoalan berhitung di atas, banyak faktor yang menjadikan anak mengalami kesulitan dalam belajar berhitung, salah satunya sering berkaitan erat dengan tahapan perkembangan kognitif anak seperti : tahapan sensori motor, pra operasional, pra konkrit, dan tahapan operasional

30 80 formal. Dengan melihat tahapan ini kita dapat menentukan apakah anak ada pada tahap belajar konkrit, semi konkrit, atau abstrak. Setelah memahami tahapantahapan tersebut kita dapat menentukan, sebenarnya anak yang dihadapi termasuk ada pada tahapan belajar seperti apa dan bagaimana teknik belajar yang tepat untuk anak pada tahapan tersebut. Hal ini disebabkan pelajaran berhitung sering kali disajikan secara abstrak. Dilihat dari tahapan belajarnya, anak yang menjadi subjek dalam penelitian ini termasuk pada tahapan belajar semi konkrit dan konkrit. Oleh sebab itu untuk membantu anak dalam belajar,khususnya dalam belajar mengurutkan bilangan, menghitung banyaknya benda dan melakukan operasi penjumlahan, anak dibantu dengan menggunakan suatu media. Pada subjek yang diteliti media yang digunakan adalah media Animasi Komputer MANTAP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat terlihat bagaimana pengaruh penggunaan media Animasi Komputer MANTAP terhadap kemampuan berhitung pada anak tunagrahita ringan. Pengaruh tersebut dapat diketahui melalui proses membandingkan kemampuan berhitung antara sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi dengan menggunakan media Animasi Komputer MANTAP. Kemampuan berhitung anak tunagrahita ringan diperoleh melalui fase baseline (A-1) dengan melakukan pengetesan dengan memberikan tes soal matematika dengan perolehan skor 9, yang menghasilkan mean level 9 dengan persentase sebesar 36%. Skor ini menggambarkan bahwa subjek sudah

31 81 mampu membaca lambang bilangan dan menghitung benda, namun kadang masih melakukan beberapa kesalahan. Setelah diperoleh data yang stabil dalam fase baseline (A-1) maka dapat dilakukan proses pengintervensian dengan menggunakan Media Animasi Komputer MANTAP pada fase ini anak menunjukkan peningkatan, dari 8 sesi mendapatkan pada skor tertinggi yaitu 22 dengan persentasi (88%), sedangkan untuk mean level pada fase ini adalah 17,1. Skor ini menunjukkan bahwa dari sesi pertama hingga sesi terakhir terdapat peningkatan skor. Subjek yang awalnya hanya mampu mengerjakan aspek membaca lambang bilangan dan menghitung banyaknya benda, sudah mampu mengerjakan soal mengurutkan lambang bilangan 1-10, menunujukan hasil operasi hitung penjumlahan secara semi konkrit 1-10, menunujukan hasil operasi hitung penjumlahan secara abstrak 1-10, walaupun anak masih melakukan kesalahan pada beberapa soal. Fase yang terakhir dilakukan adalah fase baseline (A-2). Tujuan dilakukannya penelitian pada fase ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang dapat ditimbulkan dari penggunaan media Animasi Komputer MANTAP. Cara pemberian penilaian pada fase ini dengan kembali memberikan soal-soal matematika. Hasil penelitian yang dilakukan sebanyak empat sesi ini diperoleh nilai tertingginya yaitu 22 dengan persentasi sebesar 88%. Pemaparan di atas dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan kemampuan berhitung yang terjadi pada subjek penelitian. Hal ini tergambarkan dari perbandingan mean level dari tiga fase. Meskipun diantara ketiga fase tersebut

32 82 pada fase intervensi yang terdapat skor tertinggi, namun terdapat peningkatan skor tertinggi dan mean level diantara fase baseline (A-1) dan fase baseline (A-2). Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan berhitung pada subjek penelitian dari sebelum menggunakan media animasi komputer MANTAP dan sesudah menggunakan media tersebut. Hal ini membuktikan teori yang dikemukakan oleh Papert (Thomas 1987:49) dalam Neneng A (2004) Mengungkapkan bahwa : Kelebihan lain media Komputer dalam pembelajaran dibandingkan dengan media konvensional bahwa computer lebih memiliki efek yang lebih fundamental dibandingkan dengan teknologi lain, termasuk media televisi dan media cetak. Hal ini disebabkan sebagus apapun tayangan pendidikan melalui televisi, ia tetap memiliki keterbatasan. Televisi hanya satu arah sehingga hanya mengaktifkan pendengaran siswa saja. Sungguh berbeda dengan program Komputer yang sifatnya dua arah sangat memungkinkan terjadinya transformasi proses belajar, komputer lebih aktif dan individual (menghargai kemampuan siswa yang berbeda ). Selain itu Proses pembelajaran dengan menggunakan media secara tepat dan bervariasi akan mengatasi sifat pasif anak, memberikan perangsangan, pengalaman, yang berbeda (Sadiman, 2005: 16). Disamping itu media juga dapat memberikan motivasi dalam belajar, menarik dan merangsang minat anak untuk belajar, anak merasa senang, dan konsep abstrak yang tersaji dalam bentuk kokrit (Ruseffendi 1990 :1). Berlandaskan pada teori tersebut maka hasil penelitian ini membuktikan bahwa teori tersebut mendukung penggunaan media Animasi

33 83 Komputer MANTAP untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak tunagrahita ringan. Setelah menganalisis hal tersebut maka media media Animasi Komputer MANTAP merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran dan berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan kemampuan berhitung anak tunagrahita ringan. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada media ini Animasi Komputer MANTAP adalah sebagi berikut : 1. Kelebihan yang terdapat pada penggunaan media Animasi Komputer MANTAP ini adalah dapat membantu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mampu meningkatkan kemampuan berhitung anak belajar. Media animasi komputer mantap ini merupakan hasil karya dari dua orang anak kakak beradik yaitu Fahma dan Hania yang merupakan pemenang lomba pembuatan software Asia Pasifik Information And Communication Technology Award (APICTA) International 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia Oktober yang di ikuti 16 Negara. Sehingga anak lebih termotivasi belajar, karena dibuat oleh teman sebayanya. 2. Kelemahan atau kekurangan media animasi komputer ini adalah kurang mampu meningkatkan kemampuan berhitung anak hingga 100% dikarenakan masih belum lengkapnya gambar yang bervariasi. Di luar hal

34 84 tersebut kondisi anakpun menjadi pertimbangan pencapain keberhasilan media ini untuk meningkatkan kemampuan berhitung yaitu kondisi anak seperti mood anak, kondisi kesehatan, gangguan dari luar ruangan seperti ketika ada anak/orang lain yang ribut diluar ruangan menyebabkan konsentrasi anak terpecah.terkadang subjek ingin segera keluar mengakhiri kegiatan intervensi karena ingin bermain bersama temanteman sekelasnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Langkah pertama dalam pengambilan data ialah melakukan pengukuran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Langkah pertama dalam pengambilan data ialah melakukan pengukuran 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Baseline (A-1) Langkah pertama dalam pengambilan data ialah melakukan pengukuran kemampuan matematika dasar khususnya dalam penjumlahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Skor hasil penelitian adalah perolehan data dari seluruh rangkaian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Skor hasil penelitian adalah perolehan data dari seluruh rangkaian 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Skor hasil penelitian adalah perolehan data dari seluruh rangkaian penelitian yang dilakukan di lapangan, mulai dari kegiatan menguji coba

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Waktu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Waktu 6 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Keterampilan mencuci sepeda motor peserta didik tunagrahita diperoleh melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Waktu pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian tunggal yang dikenal dengan istilah single subject research

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian tunggal yang dikenal dengan istilah single subject research 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah metode penelitian tunggal yang dikenal dengan istilah single subject research (SSR)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Work Shop Otomotif UPI yang terletak di Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung Tlp./Fax. 022-2020162.

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume Nomor September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 205-220 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGHIAS SANDAL JEPIT MELALUI MEDIA AUDIO

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume Nomor September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 169-181 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN METODE ABACA-BACA PADA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode eksperimen dengan rancangan penelitian subjek tunggal (Single Subjek Research/SSR), yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB II KETERAMPILAN SOSIAL ANAL TUNAGRAHITA RINGAN DAN LATIHAN OLAH VOKAL DALAM BERNYANYI...

BAB II KETERAMPILAN SOSIAL ANAL TUNAGRAHITA RINGAN DAN LATIHAN OLAH VOKAL DALAM BERNYANYI... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan untuk memperoleh data, informasi, keterangan, dan hal-hal lain yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Abstrak... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xi Daftar Grafik...

DAFTAR ISI. Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Abstrak... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xi Daftar Grafik... DAFTAR ISI Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Abstrak... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xi Daftar Grafik... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Indentifiasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. UCAPAN TERIMAKASIH... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI. UCAPAN TERIMAKASIH... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI UCAPAN TERIMAKASIH... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Penelitian yang berjudul Kegiatan Meronce Manik-Manik untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang, memiliki dua variabel penelitian,

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :243-255 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERKALIAN MELALUI MEDIA FLIP CHART BAGI ANAK

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016 Efektifitas Flash Card Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Alphabet Pada Siswa Tunarungu Kelas Tk-A2 SLB Negeri Cicendo Kota Bandung Riani Rachmawati, Tati Hernawati, dan Juhanaini Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tunggal (single subject research), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada subyek

BAB III METODE PENELITIAN. tunggal (single subject research), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada subyek 23 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode dengan subyek tunggal (single subject research), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada subyek dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan salah satu cara yang dipergunakan untuk menjawab suatu permasalahan, yang dihadapi dalam suatu penelitian agar tercapai suatu tujuan

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Aromaterapi Cendana Dengan Teknik Vaporizer Terhadap Perilaku Agresif Pada Anak Tunagrahita Dalam Pembelajaran Di PAUD Wisana

Pengaruh Penggunaan Aromaterapi Cendana Dengan Teknik Vaporizer Terhadap Perilaku Agresif Pada Anak Tunagrahita Dalam Pembelajaran Di PAUD Wisana BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Penggunaan Aromaterapi Cendana Di Kelas dalam Pembelajaran Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan aromaterapi cendana di kelas dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas dan Variabel terikat ( target behavior )

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas dan Variabel terikat ( target behavior ) BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu Variabel bebas dan Variabel terikat ( target behavior ) 1. Variabel bebas adalah variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Kelamin : Laki-Laki TTL : Bandung, 10 Februari 1999

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Kelamin : Laki-Laki TTL : Bandung, 10 Februari 1999 BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian Nama : MP Jenis Kelamin : Laki-Laki TTL : Bandung, 10 Februari 1999 Usia : 14 tahun. Alamat : Jln. H.Anwar No.34/189A Cijerah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran yang objektif tentang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran yang objektif tentang BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran yang objektif tentang pengaruh motivasi belajar ekstrinsik terhadap kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita

Lebih terperinci

X₁ X₂ X₃ X₄ X₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ O₁ O₂ O₃ O₄ O₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ Baselin1 (A1) Intervensi (B) Baseline (A2)

X₁ X₂ X₃ X₄ X₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ O₁ O₂ O₃ O₄ O₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ Baselin1 (A1) Intervensi (B) Baseline (A2) BAB III METODE PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah maka penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan kasus tunggal atau Single Subject Research (SSR). Metode penelitian eksperimen yang dilakukan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 639-648 Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Tari Melalui Media Audio

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan subjek tunggal (Single Subject Tunggal) yaitu suatu metode yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERJALAN ANAK CEREBRAL PALSY (CP) TIPE SPASTIK MELALUI BERMAIN DI AIR

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERJALAN ANAK CEREBRAL PALSY (CP) TIPE SPASTIK MELALUI BERMAIN DI AIR Volume 3 Nomor 3 Septrmber 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 98-110 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERJALAN ANAK CEREBRAL PALSY (CP) TIPE

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 188-198 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN BILANGAN MELALUI MEDIA MESIN

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 756-769 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL RAMBU-RAMBU DI SEKOLAH MELALUI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang keterampilan SLB Rama Sejahtera. Peneliti melakukan penelitian pada saat jam pelajaran keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu diamati dalam penelitian. Dengan demikian variabel dapat berbentuk benda atau kejadian

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 2 April 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 17-37 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BINA DIRI MELALUI ANALISIS TUGAS PADA ANAK TUNAGRAHITA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai atribut dalam penelitian berupa benda atau kejadian yang dapat diamati dan dapat di ukur perubahannya. Sesuai pernyataan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :256-262 Peningkatan Kemampuan Membuat Kalung Berbahan Kancing Baju Melalui

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 277-288 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MEDIA SEQUENCING

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu objek yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel yang terdapat pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen, karena penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh : Muhamad Saepuloh Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK. Oleh : Muhamad Saepuloh Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Efektivitas Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Pemahaman Gerakan Shalat Bagi Anak Tunarungu Kelas III Di SLB ABCD Muhammadiyah Ciparay Kabupten Bandung. Oleh : Muhamad Saepuloh Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tepat, ketepatan ini akan menjadikan kualitas penelitian menjadi baik. Terdapat dua

BAB III METODE PENELITIAN. tepat, ketepatan ini akan menjadikan kualitas penelitian menjadi baik. Terdapat dua 25 BAB III METODE PENELITIAN Hasil penelitian yang benar berangkat dari pemilihan metode penelitian yang tepat, ketepatan ini akan menjadikan kualitas penelitian menjadi baik. Terdapat dua macam penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. (Sunanto, et al. 2006 : 13) variabel bebas dalam penelitian subjek

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 429-437 EFEKTIFITAS BERMAIN PLAY DOUGH UNTUK MENINGKATKAN MOTORIK HALUS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA... 70 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

PENGARUH PERMAINAN KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN PENGARUH PERMAINAN KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN (Penelitian Eksperiemen Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan kelas IV) Drs. H. Ahmad Mulyadiprana,

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) PENGGUNAAN SENAM OTAK (BRAIN GYM) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN BAGI

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB Septina Tria Pratiwi 1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah proses penilaian di lapangan selesai, maka pada bab ini peneliti akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah proses penilaian di lapangan selesai, maka pada bab ini peneliti akan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah proses penilaian di lapangan selesai, maka pada bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Adapun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Maret. Namun, pelaksanaan observasi dilakukan mulai tanggal 27 januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Maret. Namun, pelaksanaan observasi dilakukan mulai tanggal 27 januari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Januari sampai dengan 8 Maret. Namun, pelaksanaan observasi dilakukan mulai tanggal 27

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu : 1. Media Animasi Komputer MANTAP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu : 1. Media Animasi Komputer MANTAP 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu : 1. Media Animasi Komputer MANTAP Media Animasi komputer MANTAP adalah singkatan dari (Matematika

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 532-545 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN RATUSAN MELALUI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Paradigma Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: a. Variabel bebas (variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Permainan Alat Musik Drum untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik, terdapat dua variabel

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 588-600 IMPROVING WRITING SKILLS FOR BEGINNING THROUGH FINGER PAINTING CHILD

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, adapun penjelasannya sebagai berikut : 1. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep a. Variabel Bebas Variabel bebas adalah yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan ataupun timbulnya variabel terikat, atau disebut

Lebih terperinci

Pengaruh Pembelajaran KontekstualTerhadap Kemampuan Berhitung Pengurangan Pada Siswa Tunagrahita Kelas 4

Pengaruh Pembelajaran KontekstualTerhadap Kemampuan Berhitung Pengurangan Pada Siswa Tunagrahita Kelas 4 Pengaruh Pembelajaran KontekstualTerhadap Kemampuan Berhitung Pengurangan Pada Siswa Tunagrahita Kelas 4 Devina Rahmadiani Kamaruddin Nur *1 Sulthoni *2 1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 2 Juni 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) ABSTRAK Cindri Wulan Alam Sari ( 2016 ) : Efektivitas Bermain Papan Pasak Untuk Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Definisi konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) ABSTRAK Ibadurrahman (2011):Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Deret Kesamping Melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen 19 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen dengan menggunakan desain Single Subject Research (SSR). Sugiyono (2007: 11) mengemukakan bahwa Metode

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :63-70 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA DASAR MELALUI PERMAINAN TEROPONG

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Nadiah Faradita Muthmainnah Abstrak:Penelitian ini berawal dari ditemukannya seorang

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) EFEKTIFITAS PROSEDUR AVERSI UNTUK MENGURANGI PERILAKU MENYIMPANG PADA ANAK TUNAGRAHITA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI PERKALIAN UNTUK ANAK DISKALKULIA MELALUI METODE GARISMATIKA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI PERKALIAN UNTUK ANAK DISKALKULIA MELALUI METODE GARISMATIKA Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 478-488 MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI PERKALIAN UNTUK ANAK DISKALKULIA

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :132-140 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN BILANGAN BULAT 1-10 BAGI ANAK

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN PENGGUNAAN MEDIA GEOMETRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN DATAR PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Agusni SLB-C Pambudi Dharma I Cimahi ABSTRAK Pengenalan konsep bangun datar dalam pembelajaran

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :224-233 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN SEDERHANA MELALUI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen Single Subject Research (SSR), yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat akibat dari pemberian perlakuan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) ABSTRAK Nike Novita Sari. (2015). Meningkatkan Keterampilan Memasang Baju Melalui Metode Modeling Pada Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Al- Azhar Bukittinggi (Single Subject Research). Skripsi Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017 Penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Pecahan pada Siswa Tunarungu Kelas V SDLB Tira Haemi Ramadhani dan Iding Tarsidi Departemen Pendidikan Khusus Fakultas

Lebih terperinci

THE EFFECT OF THE PICTORIAL NUMERIC CARD MEDIA TOWARD IMPROVEMENT OF THE SUMMATION COMPUTATION ABILITY FOR STUDENT WITH INTELLECTUAL DISSABILITY

THE EFFECT OF THE PICTORIAL NUMERIC CARD MEDIA TOWARD IMPROVEMENT OF THE SUMMATION COMPUTATION ABILITY FOR STUDENT WITH INTELLECTUAL DISSABILITY THE EFFECT OF THE PICTORIAL NUMERIC CARD MEDIA TOWARD IMPROVEMENT OF THE SUMMATION COMPUTATION ABILITY FOR STUDENT WITH INTELLECTUAL DISSABILITY (Pengaruh Media Kartu Angka Bergambar Terhadap Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian Nama : SR Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 19 April 1999 Usia : 14 tahun Agama : Islam Alamat Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam metode ini adalah metode penelitiansubjek tunggal yang dikenal dengan istilah single subject research (SSR). Penelitian subjek

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) EFEKTIFITAS MEDIA DEKAK-DEKAK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL NILAI TEMPAT BILANGAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Oleh Dita Risfamelia Abstract This research background of the problems

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL. DAFTAR DIAGRAM..

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL. DAFTAR DIAGRAM.. DAFTAR ISI ABSTRAK. KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR DIAGRAM.. i ii iii vi ix xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi Masalah.. 7 C. Batasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel Variabel dapat diartikan sebagai atribut dalam penelitian berupa benda atau kejadian yang dapat diamati dan dapat di ukur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menentukan metode merupakan langkah penting sebuah penelitian karena akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian metode

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 Sebtember 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 241-250 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN PECAHAN DALAM PEMECAHAN MASALAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tabel bilangan. Media

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tabel bilangan. Media 26 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABLE PENELITIAN 1. Definisi Konsep Variabel a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tabel bilangan. Media adalah alat atau bahan yang digunakan dalam proses

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN LEMBAR BALIK TERHADAP KEMAMPUAN BINA DIRI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN LEMBAR BALIK TERHADAP KEMAMPUAN BINA DIRI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN LEMBAR BALIK TERHADAP KEMAMPUAN BINA DIRI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA Dwi Arnia Ulfa Wiwik Dwi Hastuti Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep a. Variabel Bebas Variabel bebas adalah yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan ataupun timbulnya variabel terikat, atau disebut

Lebih terperinci

Penggunaan Media Kartu Bilangan untuk Meningkatkan Kemampuan Konsep Bilangan 1-5 pada Anak

Penggunaan Media Kartu Bilangan untuk Meningkatkan Kemampuan Konsep Bilangan 1-5 pada Anak Riset* Penggunaan Media Kartu Bilangan Indriani Penggunaan Media Kartu Bilangan untuk Meningkatkan Kemampuan Konsep Bilangan 1-5 pada Anak Tunagrahita Ringan Indriani SLB Bandung Raya Kota Bandung ABSTRAK

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :350-359 MENINGKATKAN KETAHANAN DUDUK DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 72) metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang diamati dalam penelitian. (dalam Sunanto, J., dkk, 2005:12). Menurut Hatch dan Farhady

Lebih terperinci

Khusnul Khotimah* 1 Wiwik Dwi Hastuti* 2

Khusnul Khotimah* 1 Wiwik Dwi Hastuti* 2 THE EFFECT OF TOTAL COMMUNICATION APPROACH TOWARDS THE TEXT RETELLING ABILITY OF HEARING IMPAIRMENT STUDENTS (Pengaruh Pendekatan Komunikasi Total Terhadap Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Bacaan Siswa

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :429-436 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGGOSOK GIGI MELALUI VIDEO PADA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MENULIS PERMULAAN SISWA CEREBRAL PALSY SEDANG (Single Subject Research di Kelas V SLB Amal Bhakti Sicincin)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MENULIS PERMULAAN SISWA CEREBRAL PALSY SEDANG (Single Subject Research di Kelas V SLB Amal Bhakti Sicincin) Volume 5 Nomor 1 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MENULIS PERMULAAN SISWA CEREBRAL PALSY SEDANG

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Maret 201 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Meningkatkan Pelaksanaan Tatacara Shalat Melalui Metode Kinestetik Bagi Siswa Tunanetra

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu ABSTRAK Eis Herlina (2016): Efektitas Media Jendela Kejutan Untuk Meningkatkan Kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. 1. Variabel bebas (Variabel Independen), yaitu: variabel yang mempengaruhi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI LATIHAN MENULIS HURUF TEGAK BERSAMBUNG PADA ANAK KESULITAN BELAJAR

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI LATIHAN MENULIS HURUF TEGAK BERSAMBUNG PADA ANAK KESULITAN BELAJAR Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :16-26 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI LATIHAN MENULIS HURUF TEGAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Target Behavior BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah satu orang anak di PSBN Wyata Guna Bandung. Nama : MTS Jenis Kelamin :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah salah satu sekolah luar biasa yang berada di kota Bandung yang terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya suatu metode yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya suatu metode yang akan 22 BAB III METODE PENELITIAN Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya suatu metode yang akan digunakan. Adapun tujuannya adalah untuk memperoleh pemecahan masalah dari suatu masalah yang sedang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE LATIHAN SENSORIS MOTOR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS HURUF (VOKAL) BAGI ANAK TUNARUNGU SEDANG

EFEKTIVITAS METODE LATIHAN SENSORIS MOTOR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS HURUF (VOKAL) BAGI ANAK TUNARUNGU SEDANG Halaman : 86-94 EFEKTIVITAS METODE LATIHAN SENSORIS MOTOR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS HURUF (VOKAL) BAGI ANAK TUNARUNGU SEDANG Oleh : DEFNI DARWIS Abstract : The background of this research is,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel yaitu batasan konsep-konsep atau pengertian yang terkandung dalam permasalahan penelitian. Hatch dan Farhady dalam Sugiyono (2007: 60) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel Variabel penelitian dapat diartikan sebagai (1) atribut mengenai sesuatu yang diamati dalam penelitian, (2) suatu konsep yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL PENELITIAN 1. Definisi Konsep Variabel a. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media Power. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) KEMAMPUAN PENJUMLAHAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU REMI Oleh: Eza Yusdial Abstract The research was motivated by the problems of children mental retardation (x) which is difficult to solve

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv vi ix x xi BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN MOTORIK HALUS MELALUI KETERAMPILAN MEMBUAT KALUNG PADA ANAK TUNAGRAHITA

Lebih terperinci